renstra bidang hukum politik keamanan

74
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN TAHUN 2010-2014 Terwujudnya Koordinasi Bidang Politik, Hukum dan Keamanan yang efektif untuk mencapai Indonesia yang Demokratis, Adil, Aman dan Damai

Upload: ragilmoreno

Post on 22-Nov-2015

46 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Renstra Bidang Hukum Politik Keamanan

TRANSCRIPT

  • RENCANA STRATEGIS

    KEMENTERIAN KOORDINATOR

    BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

    TAHUN 2010-2014

    Terwujudnya Koordinasi Bidang Politik, Hukum dan Keamanan

    yang efektif untuk mencapai Indonesia yang Demokratis, Adil, Aman dan Damai

  • KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

    REPUBLIK INDONESIA

    KATA PENGANTAR

    Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional mengamanatkan perlunya penyusunan Rencana Strategis

    (Renstra) bagi setiap Kementerian/Lembaga. Memenuhi amanat tersebut dan sesuai

    dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional II (RPJMN) 2010-2014,

    maka Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenko

    Polhukam) menyusun Rencana Strategis yang merupakan rencana induk bagi

    Kemenko Polhukam dalam mewujudkan visi dan misi khususnya dalam mewujudkan

    kepemerintahan yang baik (Good Governance). Renstra ini sekaligus sebagai panduan

    dalam menerapkan manajemen pemerintahan yang berorientasi pada kinerja

    (Performance-Based-Management).

    Pada dasarnya, Kemenko Polhukam telah berupaya menerapkan manajemen

    pemerintahan yang berorientasi pada hasil sejak periode Kabinet Indonesia Bersatu

    2004-2009. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka Renstra 2010-2014 diharapkan

    dapat lebih mensinergikan proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian

    secara efisien dan efektif dalam kegiatan koordinasi guna memberi kontribusi berupa

    perumusan kebijakan bidang politik, hukum dan keamanan yang lebih selaras dengan

    tuntutan pembangunan nasional.

    Perumusan Renstra Kemenko Polhukam dilakukan melalui analisis isu-isu strategis,

    potensi, permasalahan dan tantangan, kelemahan serta peluang yang dihadapi oleh

    Kemenko Polhukam, dan identifikasi terhadap berbagai permasalahan lainnya yang

    dihadapi oleh bangsa dan negara selaras dengan sasaran nasional yang hendak

    dicapai dalam 5 tahun mendatang.

    Penyusunan Renstra ini sudah mempertimbangkan konsepsi Bappenas yang

    merencanakan akan melakukan Restrukturisasi Program dan Kegiatan yang

  • disesuaikan dengan nomenklatur Kementerian/Lembaga. Atas pertimbangan tersebut,

    maka Renstra ini memungkinkan hasil kerja dapat diukur sesuai dengan target yang

    sudah ditetapkan sehingga pada gilirannya dapat menjawab paradigma perubahan dan

    tantangan lingkungan strategis yang akan dihadapi oleh Kemenko Polhukam.

    Rencana Strategis Kemenko Polhukam ini diharapkan menjadi pedoman dalam

    mewujudkan kesamaan persepsi, pola pikir, pola tindak dan pola kerja dalam

    lingkungan organisasi, sehingga capaian kinerja dalam kegiatan tahunan dan kegiatan

    lima tahunan dapat lebih optimal.

    Jakarta, Januari 2010

    MENTERI KOORDINATOR

    BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

    DJOKO SUYANTO

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    Pelaksanaan koordinasi bidang politik, hukum dan keamanan pada RPJMN I

    (2005-2009) telah mampu menciptakan Indonesia yang lebih demoktratis, adil, aman

    dan damai. Namun memasuki RPJMN II (2010-2014) sejalan dengan dinamika

    perubahan lingkungan strategis, baik secara eksternal maupun internal, terdapat

    sejumlah permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh segenap bangsa Indonesia

    dalam kurun waktu lima tahun kedepan. Isu-isu bidang politik, hukum dan keamanan

    sangatlah kompleks dan multidimensi.

    Titik tolak perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis yang hendak

    dicapai lima tahun mendatang dihasilkan melalui analisis atas isu-isu strategis,

    permasalahan dan tantangan, serta kelemahan dan peluang yang dihadapi oleh

    Kemenko Polhukam, serta identifikasi terhadap

    berbagai permasalahan lainnya yang dihadapi

    di bidang politik, hukum dan keamanan. Demikian

    halnya dengan arah kebijakan dan strategi untuk

    pencapaian tujuan dan sasaran strategis yang

    dituangkan melalui program dan kegiatan.

    Berdasarkan hasil analisis tersebut ditetapkan visi Kemenko Polhukam, yaitu

    Terwujudnya Koordinasi Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Yang Efektif Untuk

    Mencapai Indonesia Yang Demokratis, Adil, Aman dan Damai.

    Selanjutnya untuk mencapai visi tersebut ditetapkan misi Kemenko Polhukam

    yaitu:

    1. Mewujudkan koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakan di bidang

    politik, hukum dan keamanan.

    Terwujudnya Koordinasi Bidang Politik, Hukum dan Keamanan yang efektif untuk mencapai Indonesia yang demokratis, adil, aman dan damai.

  • 2. Mewujudkan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang politik, hukum dan

    keamanan.

    3. Menyelenggarakan evaluasi dan kajian sebagai bahan pertimbangan untuk

    koordinasi penyusunan kebijakan di bidang politik, hukum dan keamanan.

    Melalui penyelarasan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah II

    (RPJM II) 2010 - 2014, maka ditetapkan 7 (tujuh) sasaran strategis yang menjadi target

    capaian kinerja bagi organisasi. Selanjutnya ditetapkan arah kebijakan, dan strategi

    pencapaiannya melalui 1 (satu) program teknis dengan 35 kegiatan dan 1 (satu)

    program generik yang didalamnya memuat beberapa kegiatan yang bersifat rutin dan

    kegiatan pembangunan/renovasi gedung, perbaikan sarana dan prasarana, pengadaan

    peralatan dan lain-lain.

    Akhirnya, baik program, kegiatan maupun anggaran yang telah dituangkan

    dalam Renstra, pada setiap tahunnya akan diselaraskan dengan Rencana Kinerja

    Tahunan (RKT) yang merupakan dasar untuk penetapan Rencana Kerja dan Anggaran

    Kementerian/Lembaga (RKA-K/L).

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR i

    RINGKASAN EKSEKUTIF iii

    BAB I : PENDAHULUAN

    1. Kondisi Umum 1

    2. Potensi dan Permasalahan 14

    BAB II : VISI, MISI DAN TUJUAN KEMENKO POLHUKAM

    2.1 Visi 29

    2.2 Misi 30

    2.3 Tujuan 31

    2.4 Sasaran Strategis 31

    BAB III : ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

    3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional 33

    3.2. Arah kebijakan dan strategi Kemenko Polhukam 38

    BAB IV : PENUTUP 53

    LAMPIRAN :

    LAMPIRAN I MATRIKS TARGET PEMBANGUNAN 2010-2014 KEMENKO POLHUKAM

    LAMPIRAN II MATRIKS PENDANAAN KEMENKO POLHUKAM

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Kondisi Umum

    1.1.1. Evaluasi Capaian Program dan Kegiatan Tahun 2004 - 2009

    Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan

    dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia Bersatu, menetapkan

    tugas Menko Polhukam yaitu membantu Presiden dalam rangka

    mengkoordinasikan dan mensinkronkan perumusan kebijakan dan

    pelaksanaannya di bidang politik, hukum dan keamanan.

    Dalam pelaksanaan tugas, Kemenko Polhukam mempunyai fungsi

    sebagai berikut:

    a. Koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakan di bidang politik,

    hukum dan keamanan;

    b. Sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang politik, hukum dan

    keamanan;

    c. Pengendalian penyelenggaraan kebijakan sebagaimana dimaksud pada

    huruf a dan b;

    d. Pengelolaan barang milik atau kekayaan negara yang menjadi tanggung

    jawabnya;

    e. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang politik, hukum dan

    keamanan;

    f. Pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh Presiden;

    g. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang

    tugas dan fungsinya kepada Presiden.

  • Berdasarkan fungsi tersebut di atas, maka Kemenko Polhukam

    menetapkan sasaran strategis dalam periode Kabinet Indonesia Bersatu I

    (2004-2009) disesuaikan atas Agenda Nasional yaitu: (1) Mewujudkan

    Indonesia yang Aman dan Damai; (2) Mewujudkan Indonesia yang Adil dan

    Demokratis, dan (3) Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat.

    Dari tiga Agenda Nasional tersebut, dua agenda yaitu: Mewujudkan

    Indonesia yang Aman dan Damai; serta Mewujudkan Indonesia yang Adil

    dan Demokratis merupakan bagian dari tugas Kemenko Polhukam.

    Mengacu pada 2 (dua) agenda tersebut diatas, dalam kurun waktu

    2004 2009, Kemenko Polhukam telah menetapkan 12 sasaran strategis,

    masing-masing 6 sasaran untuk Agenda Mewujudkan Indonesia yang

    Aman dan Damai, dan 6 sasaran untuk Mewujudkan Indonesia yang Adil

    dan Demokratis. Evaluasi program untuk mencapai tujuan dari sasaran

    strategis tersebut di atas memperlihatkan hal-hal sebagai berikut :

    Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai

    Sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi sebagai Koordinator, maka

    ditetapkan 6 sasaran strategis yang lebih spesifik untuk Mewujudkan

    Indonesia yang Aman dan Damai, yaitu :

    a. Meningkatnya Koordinasi dalam menciptakan kapasitas dan

    profesionalitas instansi-instansi pemerintah dalam penyelesaian konflik;

    b. Meningkatnya koordinasi untuk menciptakan Kondisi Keamanan dan

    Ketertiban Dalam Negeri;

    c. Meningkatnya koordinasi untuk mewujudkan sistem koordinasi dalam

    deteksi, penanggulangan, dan pemulihan konflik;

    d. Meningkatnya koordinasi untuk pengembangan kapasitas institusi

    negara dan masyarakat dalam pencegahan, penangkalan dan

    penanggulangan ancaman terorisme;

    e. Meningkatnya koordinasi untuk merumuskan kebijakan dan strategi

    nasional yang komprehensif dalam pertahanan negara; dan

  • f. Meningkatnya koordinasi untuk menyusun sistem koordinasi yang

    berkelanjutan dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri.

    Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis

    Sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi sebagai Koordinator, maka

    ditetapkan 6 sasaran strategis yang lebih spesifik untuk Mewujudkan

    Indonesia yang Adil dan Demokratis, yaitu :

    a. Meningkatnya koordinasi dalam mewujudkan substansi, struktur dan

    budaya hukum nasional yang sehat;

    b. Meningkatnya koordinasi pengembangan aturan hukum yang bebas

    diskriminasi;

    c. Meningkatnya koordinasi pengembangan citra Indonesia dalam hal

    Penegakan Hukum dan HAM;

    d. Meningkatnya koordinasi mewujudkan sinkronisasi dan harmonisasi

    peraturan perundang-undangan pusat-daerah, termasuk otonomi

    khusus bagi Papua dan NAD;

    e. Meningkatnya koordinasi dalam pengembangan tata kepemerintahan

    yang bersih dan berwibawa; dan

    f. Meningkatnya koordinasi penguatan lembaga-lembaga politik yang

    profesional.

    Dalam pelaksanaan program selama tahun 2004-2009 dapat dikemukakan

    capaian strategis, yaitu :

    Capaian Agenda Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai

    meliputi :

    a. Terciptanya kapasitas dan profesionalitas instansi-instansi pemerintah

    dalam penyelesaian konflik yang tercermin melalui: stabilitas politik,

  • keamanan dan ketertiban masyarakat yang semakin kondusif di

    Provinsi NAD, Provinsi Papua, dan Poso.

    b. Terwujudnya kondisi Keamanan dan Ketertiban Dalam Negeri yang

    Mantap, melalui : peningkatan koordinasi dan keterpaduan TNI-Polri

    dalam pengelolaan keamanan nasional; serta diselenggarakannya

    latihan kesiapsiagaan dan ketanggap-segeraan TNI-Polri secara

    terpadu dan berlanjut; mantapnya sistem operasi dan prosedur

    kerjasama antara TNI Polri dalam penanganan masalah terorisme.

    c. Terwujudnya sistem koordinasi dalam deteksi, penanggulangan dan

    pemulihan konflik , dilaksanakan melalui : peningkatan Rasa Saling

    Percaya dan Harmonisasi Antar kelompok Masyarakat serta

    Pencegahan dan Penanggulangan Separatisme; meningkatkan

    komitmen kebangsaan; meningkatnya kesadaran masyarakat tentang

    perlunya penguatan wawasan kebangsaan; meningkatnya partisipasi

    masyarakat dalam melakukan kontrol sosial dan meningkatnya

    kesadaran masyarakat tentang pentingnya mempertahankan dan

    mengaktualisasikan empat konsensus dasar dalam kehidupan

    berbangsa dan bernegara.

    d. Terwujudnya peningkatan kapasitas institusi negara dan partisipasi

    masyarakat dalam pencegahan, penangkalan dan penanggulangan

    ancaman terorisme.

    e. Terwujudnya kebijakan dan strategi nasional yang komprehensif dalam

    pertahanan negara, melalui : koordinasi pengamanan wilayah terluar

    Indonesia; penguatan pos-pos pertahanan dengan penempatan

    personil TNI; pembangunan sistem pengamanan di Laut (Marine

    Surveillance System); kerjasama bidang pertahanan dengan negara-

    negara sahabat.

    f. Terwujudnya sistem koordinasi yang berkelanjutan dalam

    penyelenggaraaan hubungan luar negeri melalui : penyelenggaraaan

  • koordinasi menyangkut kedaulatan dan keutuhan NKRI; koordinasi

    mengenai penyelesaian masalah perbatasan antara RI dan negara-

    negara tetangga, penyertaan pasukan TNI dan personil Polri dalam Misi

    Pemeliharaan Perdamaian, Technology Safeguarding Agreement (TSA)

    dengan Rusia; pemberantasan terorisme; pengembalian sebagian

    kekayaan negara yang dikorupsi (Asset Recovery); pelaksanaan

    ASEAN Charter; pelaksanaan Lombok Treaty; penyelesaian nelayan

    tradisional Indonesia yang dipermasalahkan oleh Australia;

    pemberantasan kejahatan penyelundupan orang dan perdagangan

    manusia (people smuggling and trafficking in person); kerjasama

    Indonesia-Australia di bidang pertahanan, serta perlindungan tenaga

    kerja Indonesia di luar negeri.

    Capaian Agenda Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis, meliputi

    :

    a. Meningkatnya koordinasi dalam penegakan hukum antara lain :

    memburu para tersangka dan terpidana korupsi yang melarikan diri ke

    luar negeri berikut aset-asetnya; dan penanggulangan pelanggaran

    HKI.

    b. Perumusan aturan hukum yang bebas diskriminasi sejalan dengan

    kematangan iklim demokrasi.

    c. Meningkatnya citra Indonesia dalam hal penegakan hukum dan HAM

    melalui : pemberantasan korupsi, tindakan terhadap pencucian uang,

    illegal logging, illegal fishing, illegal mining, human trafficking; ratifikasi

    instrument internasional mengenai HAM serta perundang-undangan

    yang terkait dengan pemajuan dan perlindungan HAM.

    d. Mendorong upaya sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundang-

    undangan yang saling bertentangan dan tumpang tindih; implementasi

    otonomi khusus bagi Provinsi Papua dan pengelolaan damai di Provinsi

    NAD.

  • e. Pengembangan Clean Government and Good Governance melalui:

    pembentukan tim Reformasi Birokrasi; penyampaian Laporan Harta

    Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN); serta meningkatnya partisipasi

    masyarakat dalam pemberian informasi dalam rangka pencegahan dan

    pemberantasan korupsi.

    f. Penyempurnaan paket UU bidang Politik; melaksanakan sosialisasi

    bidang politik dengan penyelenggaraan forum komunikasi dan dialog;

    publikasi tentang nilai-nilai demokrasi dan kebangsaan, koordinasi

    perbaikan mekanisme Pemilukada dan penyelenggaraan Pemilu 2009 .

    1.1.2. Aspirasi masyarakat mengenai pengelolaan bidang Polhukam

    Selama periode Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009), telah banyak

    capaian yang diraih dalam pengelolaan bidang politik, hukum dan keamanan.

    Namun demikian, iklim demokrasi dan dorongan reformasi serta perwujudan

    tata pemerintahan yang baik melahirkan aspirasi masyarakat secara lebih

    dinamis dengan ekspektasi yang lebih tinggi. Dengan demikian tugas-tugas

    dalam pengelolaan bidang politik, hukum dan keamanan pada periode waktu

    yang akan datang yang akan menjadi tantangan bagi Kabinet Indonesia Bersatu

    II (2009-2014) tetap tidak mudah dan kompleks.

    Berdasarkan hasil penjaringan aspirasi masyarakat tentang pengelolaan

    bidang politik, hukum dan keamanan pada periode pemerintahan yang akan

    datang dapat dikemukakan sebagai berikut:

    a. Bidang Politik

    1) Penataan Daerah Otonom

    Sejalan dengan desentralisasi pemerintahan, maka penataan

    otonomi daerah ke arah pemerintahan yang lebih efisien, efektif, dan

    akuntabel, muncul sebagai salah satu aspirasi yang menonjol. Dalam

    merespon aspirasi tersebut, perlu dipertimbangkan agenda berupa

    kegiatan antara lain : Revisi Undang-undang No. 32 Tahun 2004

  • tentang Pemerintahan Daerah khususnya yang menyangkut

    pengaturan pemekaran; Penyusunan Grand Strategy Penataan

    Daerah, dan Penyusunan Pedoman atau Peraturan Pemerintah

    tentang Tata Cara Pembentukan Daerah Otonom; serta Pembinaan

    pengelolaan daerah otonom agar lebih efektif; dan Evaluasi

    kemampuan daerah otonom khususnya Evaluasi daerah pemekaran.

    2) Pemilu Kepala Daerah

    Sejalan dengan aspirasi perwujudan otonomi daerah dan tata

    pemerintahan yang efektif, maka pelaksanaan Pilkada yang

    demokratis dan efisien menjadi aspirasi yang patut mendapat

    perhatian. Untuk itu upaya mewujudkan terpilihnya Kepala Daerah

    yang kapabel dengan pelaksanaan Pilkada yang efisien menjadi

    suatu kebutuhan. Pengkajian kembali Pilkada Gubernur untuk dipilih

    melalui DPRD serta pengkajian posisi dan pemilihan Wakil Kepala

    Daerah untuk tidak melalui sistem Pemilukada adalah aspirasi yang

    mengkoreksi Pilkada Langsung. Demikian pula, pemisahan isu

    Pemilukada dari materi Undang-undang No. 32 tahun 2004 untuk

    menjadi undang-undang tersendiri menjadi relevan sejalan dengan

    aspirasi Pemilihan Kepala Daerah yang kapabel. Untuk mendukung

    aspirasi tersebut diatas maka Penataan kependudukan dengan

    sistem identitas tunggal menjadi relevan.

    3) Dana Perimbangan Pusat dan Daerah

    Sejalan dengan tuntutan perwujudan tata pemerintahan yang

    baik, maka aspirasi mengenai penggunaan dana perimbangan yang

    efisien dan efektif untuk membiayai pelayanan publik muncul

    sebagai hal yang mendesak. Untuk itu Evaluasi pemanfaatan APBD

    Kabupaten/Kota oleh Gubernur selaku Wakil Pemerintah, dan revisi

    Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

    Pusat dan Daerah menjadi layak dipertimbangkan.

  • 4) SDM Aparatur Pemerintah Daerah

    Peningkatan kinerja aparatur Pemerintah Daerah dalam

    melayani masyarakat adalah suatu kebutuhan nyata menurut

    aspirasi masyarakat. Untuk itu, Revisi terhadap UU No. 43 Tahun

    1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian serta Evaluasi manajemen

    kepegawaian kabupaten/kota oleh Gubernur sebagai wakil

    Pemerintah di tingkat Provinsi perlu diprogramkan dalam era Kabinet

    Indonesia Bersatu II. Terlepas dari itu diperlukan pula evaluasi

    netralitas birokrasi dan ruang promosi/mutasi aparatur Pemerintah

    Daerah.

    5) Peningkatan Public Private Partnership

    Disadari oleh masyarakat bahwa anggaran pemerintah belum

    mampu memenuhi seluruh kebutuhan pembangunan. Oleh sebab

    itu, kemitraan antara pemerintah dengan swasta menjadi kebutuhan

    nyata. Dalam kaitan tersebut, Peningkatan awareness pejabat

    Pemda dalam kerja sama dengan swasta melalui Penerbitan UU

    tentang Kemitraan Antara Pemda dan Swasta serta Penyediaan

    pelayanan terpadu 1 pintu menjadi aspirasi yang layak

    dipertimbangkan untuk diagendakan.

    b. Bidang Hukum

    1) Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

    Terkait dengan aspirasi masyarakat dalam upaya pencegahan dan

    pemberantasan korupsi, maka diperlukan langkah-langkah :

    a) Penguatan dan Pemantapan Hubungan Kelembagaan melalui :

    penyelenggaran koordinasi yang baik antara Aparat penegak

    hukum dan Aparat pengawasan; penyelenggaran sosialisasi Anti

    Korupsi melalui mekanisme penguatan sistem Pemberantasan

    Korupsi dengan pemanfaatan teknologi; serta pendidikan dan

    pelatihan satu atap dalam penanganan tindak pidana korupsi

  • b) Implementasi Perlindungan Saksi dan Pelapor perlu ditingkatkan

    agar terwujud perasaan aman dan tidak takut untuk melaporkan

    kejadian dan menyerahkan bukti serta siap menjadi saksi melalui

    : Pengembangan dan penguatan kelembagaan Lembaga

    Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) di seluruh daerah;

    Penyusunan organisasi dan tata laksana LPSK dengan

    dukungan dana, SDM, sarana dan prasarana; MoU antara LPSK

    dengan Kejaksaan Agung, Polri, KPK, dan Depkumham.

    c) Sosialisasi Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang

    Pengadilan Tipikor dan mempercepat terbentuknya pengadilan

    tipikor di setiap ibukota propinsi dan Kabupaten/Kota;

    Penyusunan rancangan Perpres tentang pembentukan

    pengadilan Tipikor di Pengadilan Negeri di beberapa ibukota

    Provinsi/Kabupaten/Kota.

    d) Pengembalian Aset (Asset Recovery) perlu ditingkatkan dengan

    menyusun Undang-Undang Pengembalian Aset dan Revisi UU

    tentang Pemberantasan Korupsi agar aset-aset yang ada di

    dalam dan luar negeri dapat segera kembali kepada negara

    serta dapat ditingkatkan kerja sama bilateral dalam asset

    recovery. Tahapan dilakukan melalui : Penyusunan RUU tentang

    perampasan aset koruptor; Penyempurnaan UU tindak pidana

    pencucian uang; Melakukan MLA dengan beberapa negara

    dimana aset-aset maupun terdakwa terpidana berada.

    2) Reformasi Hukum dan Perlindungan HAM

    Terkait dengan aspirasi masyarakat dalam upaya reformasi hukum

    dan perlindungan HAM, maka diperlukan langkah-langkah sebagai

    berikut:

    a) Harmonisasi dan Sinkronisasi Peraturan Perundang-

    undangan

  • Sejalan dengan reformasi sistem hukum nasional perlu

    adanya suatu penciptaan peraturan perundangan yang tidak

    tumpang tindih yang pada akhirnya mudah diterapkan dalam

    penegakan hukum. Hal tersebut meliputi: Uji Publik/Uji Materi

    sebelum penetapan UU, Koordinasi dalam penyusunan

    peraturan perundang-undangan (didukung parliamentary review

    mechanism), Penyusunan Pedoman Pembentukan Perda.

    b) Penataan Birokrasi dan Manajemen SDM di Bidang Hukum

    Profesionalitas aparatur hukum dan penataan birokrasi

    adalah faktor penunjang dalam reformasi hukum di Indonesia.

    Aspirasi masyarakat mengenai hal ini adalah: Terciptanya

    Aparat Penegak Hukum yang handal, Formasi sesuai dengan

    kompetensinya, Perubahan UU Pokok-Pokok Kepegawaian,

    serta Remunerasi bagi penegak hukum yang kompeten melalui

    Seleksi Penerimaan Pegawai yang berkualitas di bidang

    Hukum/Standar Perekrutan.

    c) Kepastian Hukum

    Masyarakat menginginkan hilangnya berbagai bentuk

    penyimpangan yang dapat menghambat dunia usaha, Konsisten

    dalam penerapan UU dan Adanya kepastian hukum terhadap

    dunia usaha melalui Penyamaan pemahaman prosedur perijinan

    antar instansi terkait, Penerapan tuntutan pidana maksimal,

    Harmonisasi peraturan perundang-undangan yang

    mengakibatkan ekonomi biaya tinggi.

    d) Peningkatan Kesadaran hukum dan Perlindungan HAM

    Meningkatnya kesadaran hukum masyarakat dan

    pencegahan pelanggaran HAM adalah aspirasi masyarakat

    mengenai kesadaran hukum dan HAM. Hal tersebut diupayakan

    melalui: Penyuluhan hukum oleh Pemerintah dan masyarakat

  • melalui tatap muka atau media elektronik, Penyusunan RUU

    tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, Pemberdayaan

    masyarakat dalam menghormati HAM, Peningkatan pemahaman

    HAM bagi aparat pemerintah, dan Penyusunan dan pelaksanaan

    RANHAM 2010 2014.

    c. Bidang Keamanan

    Pencegahan dan Pemberantasan Terorisme serta Peningkatan

    Kemampuan Pertahanan

    Terkait dengan aspirasi masyarakat dalam upaya Pencegahan dan

    Pemberantasan Terorisme serta Peningkatan Kemampuan Pertahanan,

    maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

    1) Penguatan Payung Hukum

    Sebagai landasan hukum pemberantasan terorisme, perlu

    penyempurnaan Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 tentang

    Pemberantasan Terorisme dan Penyempurnaan peraturan

    perundang-undangan tentang bahan peledak serta Penyusunan

    Perpres tentang strategi pemberantasan terorisme. Dalam

    pelaksanaannya ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian

    yaitu :Penangkapan dan penahanan tersangka terorisme, Laporan

    intelijen sebagai alat bukti, Pelibatan komponen-komponen dan

    instansi-instansi (antara lain TNI dan BIN) dalam penanggulangan

    terorisme, Kriminalisasi perbuatan-perbuatan awal terorisme

    (menghasut untuk melakukan tindakan kekerasan, menyebarkan

    permusuhan dan kebencian), Peran instansi terkait dan masyarakat,

    Perlindungan saksi, jaksa, dan hakim (hukum acara),Pengawasan

    dan pembinaan terpidana terorisme.

    2) Peningkatan Kelembagaan

    Rekomendasi Komisi I DPR tentang pembentukan BKPT perlu

    mendapat perhatian serius sehingga dalam tindak lanjutnya perlu

  • penyusunan Perpres tentang Badan Koordinasi Pemberantasan

    Terorisme/BKPT.

    3) Peningkatan Kapasitas (Capacity Building)

    Peningkatan kapasitas pelatihan untuk pemberantasan terorisme

    termasuk pelatihan penanganan cyber terroris menjadi kebutuhan

    yang harus dipenuhi melalui : Kerjasama Internasional, Peningkatan

    perlindungan terhadap instalasi penting/obyek vital, Pelatihan-

    pelatihan instansi terkait, termasuk pelatihan penanganan ancaman

    CBRN dan cyber terrorism.

    4) Pelaksanaan Program Deradikalisasi

    Sejalan dengan kebijakan pemberantasan terorisme

    menggunakan strategi soft power, diharapkan seluruh instansi terkait

    dan masyarakat (tokoh agama, ormas dan lingkungan pendidikan)

    berperan aktif dalam menetralisasi ideologi radikal sesuai dengan

    fungsi dan perannya. Dalam strategi ini, Penyusunan Pedoman

    Pelaksanaan Deradikalisasi (Perpres) dan Sosialisasi wawasan

    kebangsaan menjadi relevan untuk kebijakan ke depan.

    5) Pemberdayaan Industri Strategis Pertahanan

    Kebutuhanan akan pemenuhan kebutuhan Alutsista, kemandirian

    industri pertahanan yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi

    dan terselenggaranya sistem pertahanan negara melalui

    pembentukan Komite Industri Strategis Pertahanan dan penyusunan

    Peraturan Perundangan tentang Optimalisasi Pemanfaatan Produk-

    produk Industri Strategis dalam Negeri Bagi Kepentingan Pertahanan

    dan Keamanan menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Dalam

    rangka mencapai hal tersebut perlu dukungan sistem perbankan

    sebagai sumber pembiayaan dalam negeri (PP No. 54 Tahun 2008

    tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam

    Negeri oleh Pemerintah).

    6) Profesionalisme SDM Pertahanan

  • Masyarakat menginginkan SDM pertahanan yang professional.

    Untuk mewujudkannya perlu : Perbaikan sistem dan sarana

    pendidikan/pelatihan, Menetapkan sistem remunerasi dan tunjangan

    tugas sesuai dengan kondisi penugasan, Peningkatan pendidikan

    Aparat Pertahanan dan Sarana prasarana pendidikan.

    1.2 Potensi dan Permasalahan

    1.2.1. Analisa Potensi

    a. Pemahaman Lingkungan Strategis

    Pengkajian untuk memahami kondisi Lingkungan Strategis untuk

    kurun waktu 2009- 2014 telah disusun oleh Kemenko Polhukam

    sehingga menjadi potensi awal dalam pelaksanaan tugas pokok dan

    fungsi organisasi. Gambaran Lingkungan Strategis tersebut meliputi :

    1) Proses globalisasi dapat menimbulkan gesekan antar peradaban

    yang dapat memunculkan radikalisme global dengan dampak

    pada stabilitas politik dan keamanan dalam negeri.

    2) Masyarakat internasional tetap mendukung kedaulatan dan

    keutuhan NKRI sejauh penghormatan HAM dan tata

    pemerintahan bergerak dalam koridor nilai-nilai demokrasi,

    walaupun masih terdapat non-state actors yang harus tetap

    diwaspadai.

    3) Penerapan prinsip-prinsip demokrasi melalui pemberdayaan

    pemerintahan daerah belum sejalan dengan tujuan otonomi

    daerah yang mendorong pembangunan yang berkeadilan dan

    mensejahterakan masyarakat.

    4) Kematangan berdemokrasi yang masih dalam proses transisi

    memerlukan pengelolaan yang sistematis dan komprehensif

    sehingga dampak politik, ekonomi, sosial, dan keamanan dapat

    diminimalkan, khususnya dalam penyelenggaraan pilkada dan

    pemekaran daerah.

  • 5) Perkembangan demokrasi liberal bisa mendorong kebebasan

    aspirasi yang dapat mengabaikan nilai-nilai konsensus dasar:

    Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

    6) Kebebasan keterbukaan informasi dan komunikasi serta

    kesenjangan pembangunan antar daerah dapat mempengaruhi

    berkembangnya aspirasi politik pemisahan diri dari NKRI.

    7) Perkembangan hukum internasional dan hukum nasional

    menuntut harmonisasi dan penataan hukum dan perundang-

    undangan yang menjamin adanya kepastian serta penegakan

    hukum dan HAM.

    8) Meningkatnya kebutuhan global akan sumber daya alam dan

    pertumbuhan ekonomi di kawasan tertentu dapat menimbulkan

    sengketa wilayah perbatasan.

    9) Konflik di kawasan tertentu seperti Timur Tengah dan Asia

    Selatan dapat mempengaruhi peningkatan ancaman keamanan

    nasional khususnya terorisme dan kegiatan illegal migrant

    sehingga memerlukan peningkatan kapasitas dan kewaspadaan

    nasional serta kerja sama regional dan internasional.

    10) Perkembangan transnational crime menuntut peningkatan

    kemampuan pemberantasan kejahatan dan keamanan nasional

    serta kerja sama bilateral, regional, dan internasional.

    b. Stabilitas bidang Polhukam yang makin kondusif

    Capaian koordinasi bidang Politik, Hukum dan Keamanan pada

    RPJMN I (2005-2009) telah memberikan kondisi yang semakin

    kondusif untuk melanjutkan pembangunan pada periode RPJMN II

    (2010-2014). Hal ini tercermin dari tercapainya sasaran agenda

    pertama, seperti semakin terciptanya keamanan yang stabil,

    menurunnya ketegangan antar golongan masyarakat di daerah rawan

    konflik, serta berhasil ditanggulanginya aksi-aksi teror selama ini.

    Pelaksanaan Pemilu dan Pilkada yang semakin aman dan tertib,

  • kebebasan menyampaikan aspirasi oleh masyarakat semakin terarah

    dan positif mencerminkan capaian agenda Aman dan Damai.

    Capaian sasaran agenda kedua juga telah menunjukkan banyak

    kemajuan, seperti membaiknya indeks persepsi korupsi,

    meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Pilkada di

    berbagai daerah serta suksesnya Pemilu Legislatif dan Pemilu

    Presiden/Wakil Presiden, menggambarkan bahwa proses demokrasi

    berlangsung dalam arah yang baik, dengan dukungan pembenahan

    sistem hukum yang terus berlanjut.

    c. Sumber Daya Aparatur Kemenko Polhukam

    Sumber daya aparatur Kemenko Polhukam pada saat ini berjumlah

    287 orang, dengan kualifikasi dan komposisi pengalaman

    kelembagaan dan pendidikan yang beragam.

    1) Aparatur Pegawai Negeri Sipil 232 orang, terdiri dari :

    a) Golongan I berjumlah : 8 orang;

    b) Golongan II berjumlah : 84 orang;

    c) Golongan III berjumlah : 89 orang; dan

    d) Golongan IV berjumlah : 51 orang;

    2) Aparatur TNI 40 orang

    3) Aparatur Polri 14 orang

    Kekuatan sumber daya aparatur Kemenko Polhukam dan

    kemampuan pengalaman dalam mengelola tugas-tugas koordinasi

    bidang politik, hukum dan keamanan selama RPJMN I (2005-2009),

    merupakan potensi yang dapat diandalkan dalam pelaksanaan tugas-

    tugas koordinasi bidang politik, hukum dan keamanan pada RPJMN II

    (2010-2014).

    d. Sarana dan Prasarana

    Sarana dan prasarana yang tersedia untuk mendukung pelaksanaan

    tugas Polhukam pada RPJMN I (2005-2009) telah memperoleh perhatian

    yang positif seperti penambahan ruang kerja, peralatan kantor, kendaraan

  • dinas, pengembangan sistem serta peralatan kerja lainnya. Sarana

    prasarana yang tersedia saat ini merupakan potensi bagi Aparatur

    Kemenko Polhukam untuk mengelola tugas-tugas pada RPJMN II (2010-

    2014).

    1.2.2. Analisa Permasalahan

    Permasalahan bidang politik, hukum dan keamanan baik dalam

    tataran nasional maupun dalam tataran regional dan global yang dalam

    pengelolaannya memerlukan koordinasi, khususnya selama rentang

    waktu RPJMN II (2010-2014) tidaklah ringan. Iklim demokrasi dan

    reformasi memberi dampak kepada tumbuhnya ekspektasi masyarakat

    yang semakin tinggi dan dinamis terhadap tata kelola pemerintahan yang

    semakin baik. Pemenuhan hak warga negara yang berkaitan dengan

    prinsip demokrasi, keadilan, serta kesejahteraan membutuhkan

    kestabilan bidang politik, hukum dan keamanan. Disamping itu dinamika

    globalisasi lingkungan strategis mempengaruhi kehidupan politik, hukum

    dan keamanan di dalam negeri, sehingga perlu langkah-langkah

    antisipasi dalam melaksanakan koordinasi melalui organisasi yang solid

    dan efektif.

    Secara umum, permasalahan yang dijumpai dalam bidang politik,

    hukum dan keamanan pada tahap awal memasuki RPJMN II (2010-

    2014), yaitu :

    a. Politik Dalam dan Luar Negeri

    1) Kinerja Organisasi Masyarakat Sipil dan Partai Politik dalam

    proses demokratisasi perlu ditingkatkan; belum menguatnya

    pelembagaan politik dan lembaga kemasyarakatan. Peraturan

    perundangan yang ada belum cukup akomodatif meningkatkan

    peran masyarakat sipil. Hal ini ditambah pula dengan masih

  • rendahnya internalisasi nilai-nilai demokratis dalam kehidupan

    berbangsa dan bernegara;

    2) Belum optimalnya pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan

    otonomi daerah, dan banyaknya peraturan-peraturan Daerah

    Otonomi Khusus yang bertentangan dengan Peraturan

    Perundang-undangan yang berlaku;

    3) Menguatnya tuntutan masyarakat mengenai perlunya perbaikan

    mekanisme pelaksanaan Pemilu, sehinga perlu membangun

    hubungan kelembagaan dengan lembaga-lembaga terkait

    seperti KPU, K/L (pemerintahan), partai politik, dan organisasi

    masyarakat, terutama yang memiliki kepedulian dengan isu

    kepemiluan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas-

    tugas dan regulasinya

    4) Menguatnya tuntutan masyarakat mengenai perlunya perbaikan

    mekanisme Pilkada yang lebih sesuai dengan konteks

    demokrasi di Indonesia; dan

    5) Banyak daerah yang telah dimekarkan mengalami berbagai

    persoalan baik mengenai potensi daerah, budaya, rentang

    kendali, geografis, sarana prasarana, yang berdampak pada

    peningkatan pelayanan dan kesejahteraan rakyat. Di samping

    itu, adanya aspirasi masyarakat untuk pemekaran daerah;

    6) Dalam konteks politik luar negeri, terlihat bahwa jumlah

    organisasi-organisasi internasional terus bertambah dengan

    berbagai tujuan yang sudah tentu mempunyai pengaruh cukup

    besar pada setiap negara. Pemberdayaan posisi Indonesia

    dengan Kapasitas dan integratis nasional perlu ditingkatkan

    melalui keterlibatan di organisasi-organisasi internasional;

    7) Kualitas diplomasi di fora internasional dalam upaya

    pemeliharaan keamanan nasional, integritas wilayah,

    pengamanan Sumber Daya Alam, baik daratan maupun lautan

    serta antisipasi terhadap berbagai isu baru dalam hubungan

  • internasional, seperti Kejahatan terorganisir lintas negara seperti

    perdagangan gelap narkoba yang merongrong human security,

    Pembangunan reaktor-reaktor tenaga nuklir meningkatkan

    kemungkinan tersedianya bahan dan teknologi yang diperlukan

    teroris untuk memperoleh senjata nuklir;

    8) Berbagai persoalan terkait konsolidasi dan kohesivitas ASEAN

    adalah: diversitas anggota, baik dalam hal ekonomi maupun

    politik, masalah Myanmar, Konflik Thailand-Kamboja, Persoalan

    sengketa perbatasan yang masih belum tuntas. Efektifitas dan

    perluasan fungsi jaringan kerjasama untuk membangun kembali

    Solidaritas ASEAN dalam berbagai bidang perlu ditingkatkan;

    9) Keterlibatan berbagai tokoh dalam membangun hubungan

    kerjasama demi kepentingan dan menyelesaikan suatu masalah

    negara telah semakin efektif. Oleh karena itu, perlu penguatan

    jaringan hubungan dan kerjasama yang produktif antar aktor-

    aktor negara dan aktor-aktor non negara yang

    menyelenggarakan hubungan luar negeri;

    10) Berbagai pertentangan yang tajam diantara negara yang

    berbeda ideologi, sistem politik dan kepentingan memunculkan

    ketegangan-ketegangan. Sehingga diperlukan penguatan

    kapasitas dan kredibilitas politik luar negeri dalam rangka

    menciptakan perdamaian dunia, keadilan dan tata hubungan

    internasional dan ikut mencegah timbulnya pertentangan yang

    terlalu tajam, yang dapat mengancam keamanan internasional

    sekaligus mencegah munculnya kekuatan yang terlalu bersifat

    hegemonic-unilateralistik di dunia.

    b. Penegakan Hukum dan HAM

    1) Supremasi dan Penegakan Hukum masih menjadi perhatian dari

    masyarakat, walaupun sudah ada peningkatan pada RPJMN I.

    Fokus yang perlu mendapatkan perhatian adalah upaya

    menurunkan tindak pidana korupsi melalui penindakan dan

  • pencegahan; meningkatkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK)

    terhadap Indonesia; meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

    pemberantasan korupsi; serta penyempurnaan undang-undang

    yang menghambat upaya percepatan pemberantasan korupsi,

    implementasi undang-undang Tipikor secara nasional; dan

    penegakan hukum secara tegas, konsisten dan adil, serta

    memihak kepada rakyat kecil;

    2) Penghormatan, pemajuan, perlindungan dan penegakan HAM

    masih memerlukan perhatian dalam memasuki RPJMN II, baik

    karena lintasan masa lalu maupun karena pemahaman aparat

    dan masyarakat yang belum selaras. Di samping masalah-

    masalah pokok tersebut di atas juga masalah kesetaraan Gender

    yang tercermin pada masih tingginya tindak kekerasan terhadap

    perempuan dan anak-anak; masih rendahnya angka Indeks

    Pembangunan Gender (Gender Empowerment Measurement);

    3) Masih banyaknya peraturan perundang-undangan yang belum

    sinkron dan selaras baik di tingkat pusat maupun daerah yang

    sifatnya menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat;

    4) Perlunya pembenahan struktur kelembagaan dan SDM Aparatur

    hukum untuk memantapkan dan mengefektifkan berbagai

    organisasi dan lembaga hukum, profesi hukum dan badan

    peradilan serta pelaksanaan kesadaran hukum.

    c. Bidang Pertahanan dan Keamanan

    1) Wilayah negara yang cukup luas, serta kondisi sosial, ekonomi

    dan budaya masyarakat yang beragam, dan potensi ancaman

    yang berkembang sejalan dengan globalisasi, maka lembaga

    pertahanan dihadapkan pada kebutuhan peningkatan

    kemampuan untuk memenuhi standar minimum essential forces.

    Profesionalisme aparat pertahanan sejalan dengan iklim

    demokrasi memerlukan reformasi yang berlanjut;

  • 2) Optimalisasi industri yang mendukung penguatan kemampuan

    pertahanan negara perlu ditingkatkan, guna membangun

    kemandirian pertahanan dan keamanan nasional;

    3) Tingkat kesejahteraan, sistem insentif dan remunerasi terhadap

    seluruh SDM Aparatur Pertahanan dan Keamanan yang

    bertugas di daerah perbatasan, pulau-pulau kecil

    terluar/terdepan dan terpencil perlu memperoleh perhatian

    khusus sebagai bagian dari penjagaan wilayah kedaulatan NKRI;

    4) Pengembangan sistem, doktrin dan strategi Pertahanan Negara,

    perlu dibangun dan disempurnakan karena tantangan yang

    dihadapi baik dari dalam negeri dan luar negeri semakin tinggi, di

    samping itu karena berbagai pengaruh dinamika lingkungan

    strategis yang semakin kompleks;

    5) Pengelolaan Wilayah Perbatasan dan Pulau-Pulau Kecil Terluar

    (terdepan), Kejahatan terhadap kekayaan negara di wilayah

    perbatasan, dan banyaknya pintu masuk melalui wilayah

    perbatasan sehingga perlu pengelolaan;

    6) Masalah separatisme tetap menjadi aspek yang memerlukan

    perhatian karena masih adanya aspirasi dari kelompok

    masyarakat tertentu yang belum menerima Negara Kesatuan

    Republik Indonesia sebagai bentuk final negara;

    7) Upaya pemberantasan terorisme, walaupun telah mencapai

    banyak kemajuan tetapi penanganannya tetap memerlukan

    perhatian yang serius karena paham-paham radikalisme masih

    dijumpai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

    Diperkirakan bahwa kelompok teroris dengan jaringan

    internasional menjadikan iklim kemiskinan dan ketidakadilan

    sebagai tempat mengeksploitasi guna kepentingan

    kelompoknya;

    8) Peningkatan keamanan nasional melalui pengelolaan ketertiban

    masyarakat dan penanggulangan kriminalitas serta kegiatan-

  • kegiatan ilegal termasuk transnational crime masih perlu

    ditingkatkan. Berbagai kejahatan transnasional, seperti:

    penyelundupan, narkotika, pencucian uang dan sebagainya

    masih menjadi gangguan terhadap keamanan nasional;

    9) Pengamanan obyek-obyek vital perlu terus diperkuat karena

    masih adanya potensi ancaman yang dapat mengganggu

    stabilitas keamanan nasional;

    10) Masalah kerjasama keamanan nasional juga perlu memperoleh

    perhatian yang lebih meningkat karena perilaku pelaku kriminal

    tertentu yang masih menggunakan wilayah negara tertentu

    sebagai destinasi perlindungan.

    d. Pengelolaan Kesatuan Bangsa dan Pengembangan

    Komunikasi dan Informasi

    1) Pemantapan pemahaman terhadap empat konsensus dasar

    yakni UUD 1945, Pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika

    sebagai upaya membangun harmoni dalam kehidupan

    bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus terus

    disosialisasikan untuk memantapkan wawasan kebangsaan.

    2) Benturan-benturan sosial sebagai residu konflik-konflik masa lalu

    belum sepenuhnya terkikis dalam kehidupan sehari-hari pada

    wilayah eks daerah konflik. Oleh sebab itu upaya rekonsiliasi

    masih tetap menjadi perhatian dalam pengelolaan bidang politik,

    hukum dan keamanan.

    3) Keterbukaan informasi sejalan dengan implementasi Undang-

    Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

    Publik memerlukan perhatian tersendiri. Penetapan Undang-

    undang tersebut menuntut lembaga publik untuk membuka

    seluas-luasnya akses informasi kepada publik. Oleh sebab itu,

    kebutuhan akan koordinasi dan pengelolaan yang terkendali ke

  • arah penciptaan informasi yang produktif bagi stabilitas politik,

    hukum dan keamanan memerlukan peningkatan perhatian.

    4) Pengelolaan media massa dan komunikasi semakin memerlukan

    perhatian agar perkembangan aspirasi dan opini publik tetap

    dalam keselarasan dengan koridor arah pembangunan nasional

    menuju konsolidasi demokrasi.

    5) Perubahan lingkungan strategis yang demikian cepat dengan

    pola yang tidak menentu sehingga perlu pemantauan secara

    terus menerus agar kesiapan antisipasi terhadap gangguan

    bidang politik, hukum dan keamanan dapat dibangun dengan

    baik.

    e. Masalah Kelembagaan Internal

    Permasalahan pokok yang dihadapi secara internal pada saat ini

    dalam memasuki RPJMN II (2010-20014) adalah masalah Struktur

    Organisasi. Masalah ini dirasakan pada akhir pelaksanaan RPJMN I

    karena adanya Restrukturisasi Program dan Kegiatan sebagai upaya

    dalam mendukung reformasi perencanaan dan anggaran yang

    ditetapkan oleh Bappenas memasuki RPJMN II. Restrukturisasi Program

    dan Kegiatan pada intinya disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi

    setiap lembaga / instansi pemerintah dan tugas pokok dan fungsi setiap

    eselon I dan II berdasarkan nomenklatur yang ada, yang dilengkapi

    dengan outcome dan output berupa rekomendasi berdasarkan target

    yang ditetapkan selama lima tahun (2010-2014).

    1.2.3. Analisa Kelemahan

    a. Berdasarkan pengalaman pada RPJMN I (2005-2009), hambatan

    koordinasi tidak berada pada tahapan perumusan kebijakan tetapi

    berada pada implementasi kebijakan yang telah dirumuskan

    bersama. Hal ini disebabkan karena masih adanya keterbatasan

    pemahaman tentang saling keterkaitan kegiatan dan urgensi sinergi

  • serta egoisme sektoral secara terselubung pada tingkat

    departemen/lembaga teknis.

    b. Keterbatasan sumber daya dan kapasitas pada departemen/lembaga

    teknis pemerintah tertentu sehingga pelaksanaan agenda-agenda

    yang sudah dikoordinasikan tidak selalu dapat diselaraskan baik dari

    segi waktu maupun dari segi skala prioritas.

    c. Meningkatnya peranan sektor swasta dan organisasi masyarakat

    sipil (termasuk LSM) yang sifatnya di luar kendali kewenangan

    lembaga pemerintah dan turut berpengaruh dalam pelaksanaan

    program terkoordinasi yang telah disepakati.

    d. Benturan kepentingan yang seringkali mengganggu pelaksanaan

    agenda yang telah dikoordinasikan dan memberi dampak

    kontraproduktif terhadap pencapaian sasaran koordinasi.

    1.2.4. Analisa Peluang

    Berhasilnya pelaksanaan program-program koordinasi bidang politik,

    hukum dan keamanan pada RPJMN II (2010-2014) diharapkan lebih

    berpeluang karena adanya dukungan positif yang disebabkan oleh :

    a. Komitmen pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan

    Wakil Presiden Boediono untuk membentuk tata pemerintahan yang

    baik (Good Governance) termasuk pemberantasan korupsi, narkoba,

    terorisme, kegiatan ilegal, pengembangan demokrasi, dan penguatan

    negara kesatuan;

    b. Citra Indonesia yang semakin baik dalam fora internasional,

    sehingga dukungan negara-negara sahabat akan sangat signifikan

    dalam memberi peluang keberhasilan program program bidang

    politik, hukum dan keamanan;

  • c. Konsolidasi demokrasi yang melibatkan seluruh lembaga tinggi dan

    segenap komponen bangsa semakin terarah sehingga memberi

    peluang penciptaan kondisi politik, hukum dan keamanan yang

    semakin stabil;

    d. Sistem administrasi negara yang semakin mencerminkan aspek

    akuntabilitas dan transparansi yang mendukung pelaksanaan tata

    pemerintahan yang baik sehingga partisipasi masyarakat dalam

    bidang politik, hukum dan keamanan akan berkembang semakin

    positif;

    e. Agenda dan sasaran pembangunan yang jelas sesuai arahan dari

    Presiden antara lain : Arah Kebijakan dan Prioritas Kabinet Indonesia

    Bersatu II yang didukung dengan pengawasan dan pengendalian,

    serta pengkayaan program dari hasil-hasil Temu National (National

    Summit) seluruhnya menjadi faktor pendukung yang menciptakan

    peluang keberhasilan dalam pelaksanaan pembangunan;

    f. Capaian koordinasi pembangunan bidang politik, hukum dan

    keamanan selama periode RPJMN I (2004-2009), sebagai modal

    dasar yang memberi peluang untuk pemantapan pembangunan lebih

    lanjut.

    1.2.5. Analisa Tantangan

    Sejalan dengan dinamika aspirasi masyarakat dalam iklim demokrasi yang

    memberi pengaruh pada kualitas pengelolaan bidang politik, hukum dan

    keamanan untuk lima tahun ke depan, sesuai tupoksi Kemenko Polhukam,

    maka faktor-faktor yang perlu menjadi perhatian adalah :

    a. Kebebasan menyatakan aspirasi sejalan dengan hak-hak politik warga

    negara dan kebebasan berserikat (membentuk parpol dan ormas)

    menimbulkan tantangan berupa penyelarasan aspirasi yang beragam

    dalam bingkai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta NKRI;

  • b. Berkembangnya demokrasi secara global dan kerjasama negara baik

    dalam maupun antar kawasan dan regional, melahirkan tantangan dalam

    menciptakan posisi peran yang bebas dan aktif dalam forum hubungan

    luar negeri;

    c. Kebebasan berpolitik dan berkumpul serta semakin luasnya lingkup

    kesepakatan hukum secara regional dan internasional melahirkan

    tantangan berupa kemandirian dalam penegakan hukum nasional;

    d. Kompetisi dalam penguasaan sumber daya alam dan kepentingan politik

    ekonomi lintas negara serta konflik-konflik pada kawasan tertentu yang

    proses penyelesaiannya cenderung berjalan lambat menimbulkan

    tantangan perlunya pengawasan dan penjagaan wilayah kedaulatan

    negara;

    e. Kompetisi global dalam berbagai bidang dan masih adanya hegemoni

    antar belahan dunia serta hubungan antar negara yang semakin lancar

    menyebabkan variasi bentuk gangguan keamanan akan semakin beragam

    dan canggih;

    f. Berkembangnya globalisasi dapat menimbulkan pengikisan nilai-nilai

    budaya lokal dan wawasan kebangsaan;

    g. Kemajuan teknologi komunikasi dan sistem informasi serta peranannya

    dalam kehidupan sosial politik dan ekonomi melahirkan tantangan untuk

    pengelolaan kearah yang konstruktif tanpa menghambat kebebasan

    informasi;

    h. Perkembangan kehidupan global yang berubah secara dinamis, sehingga

    sulit diprediksi secara terstruktur dalam perumusan kebijakan dan

    program;

    i. Aspirasi yang berupa tuntutan masyarakat yang semakin variatif

    menyebabkan sistem perencanaan, tata pelaksanaan dan pengendalian

    pembangunan khususnya bidang polhukam semakin dituntut untuk

    akuntabel.

  • BAB II

    VISI, MISI DAN TUJUAN

    2.1 Visi

    Kabinet Indonesia Bersatu II menetapkan visi yaitu :

    Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan, dengan

    Misi:

    1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia Yang Sejahtera

    2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi

    3. Memperkuat Dimensi Keadilan di semua Bidang

    Sejalan dengan visi dan misi Kabinet Indonesia Bersatu II serta tugas pokok

    dan fungsi Kemenko Polhukam yang diselaraskan dengan tingkat capaian

    pembangunan bidang politik, hukum dan keamanan, maka Kemenko Polhukam

    menetapkan visi :

    Terwujudnya koordinasi bidang politik, hukum dan keamanan yang efektif

    untuk mencapai Indonesia yang demokratis, adil, aman dan damai.

    Pencapaian Indonesia yang demokratis, adil, aman dan damai dimaksudkan

    untuk lebih mendekatkan bangsa dan negara Indonesia pada tujuan luhur nasional

    sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

  • Koordinasi merupakan suatu kegiatan untuk memadukan, menyerasikan dan

    menyelaraskan perumusan kebijakan secara proporsional dengan gerak

    operasional antara komponen-komponen terkait untuk mencapai tujuan secara

    efesien dan efektif dalam bingkai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Demokratis merupakan perwujudan dari implementasi nilai-nilai kehidupan

    berbangsa dan bernegara melalui berfungsinya seluruh institusi politik dan

    partisipasi warga negara sebagai pemegang kedaulatan negara.

    Adil mengandung makna bahwa masyarakat, bangsa, dan negara menjunjung

    tinggi pemenuhan hak dan kewajiban bidang politik, hukum, serta keadilan rasa

    aman bagi segenap warga negara.

    Aman mengandung makna terciptanya rasa terlindungi bagi masyarakat dari

    berbagai kemungkinan ancaman, tekanan dan perlakuan tidak adil dalam

    kehidupan masyarakat sehari-hari. Selain itu aman juga mencerminkan keadaan

    tenteram, tidak ada rasa takut atau kekhawatiran yang berlebihan.

    Damai mengandung arti tidak adanya ancaman konflik, tidak terjadinya

    kerusuhan yang mengganggu kerukunan dalam kehidupan sosial masyarakat.

    2.2 Misi

    Guna mewujudkan Visi tersebut, Kemenko Polhukam menetapkan Misi yang

    diharapkan menjadi arah pelaksanaan kegiatan demi terwujudnya Visi yang telah

    ditetapkan. Misi Kemenko Polhukam tahunn2010-2014nyaitu:

    1) Mewujudkan koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakan di

    bidang politik, hukum dan keamanan.

    2) Mewujudkan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang politik,

    hukum dan keamanan.

    3) Menyelenggarakan evaluasi dan kajian sebagai bahan pertimbangan

    untuk koordinasi penyusunan kebijakan di bidang politik, hukum dan

    keamanan.

  • Pencapaian Misi Kemenko Polhukam dilakukan melalui koordinasi kebijakan

    bidang: politik dalam negeri; politik luar negeri; penegakan hukum dan HAM;

    pertahanan negara; keamanan nasional; kesatuan bangsa; komunikasi dan

    informasi; serta penyelenggaraan penugasan tertentu sesuai arahan dari

    Presiden.

    2.3 Tujuan

    Tujuan yang ingin dicapai dalam koordinasi bidang politik, hukum dan

    keamanan adalah :

    Meningkatkan efektivitas Koordinasi Perencanaan dan Penyusunan

    Kebijakan, serta Sinkronisasi, Evaluasi dan Pengendalian Pelaksanaan

    Kebijakan di Bidang Politik, Hukum dan Keamanan

    Bertolak dari tujuan strategis tersebut diatas maka Kemenko Polhukam dalam

    pelaksanaan program dapat lebih terarah dan terencana untuk koordinasi yang

    berkaitan dengan perencanaan dan penyusunan kebijakan, dengan mengoptimalkan

    pemanfaatan sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang dimiliki.

    2.4 Sasaran Strategis

    Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam koordinasi kebijakan bidang Politik,

    Hukum dan Keamanan dalam lima tahun mendatang (2010-2014) adalah :

    a. Meningkatnya koordinasi perumusan dan sinkronisasi implementasi serta

    evaluasi kebijakan Politik Dalam Negeri;

    b. Meningkatnya koordinasi perumusan dan sinkronisasi implementasi serta

    evaluasi kebijakan Politik Luar Negeri;

    c. Meningkatnya koordinasi perumusan dan sinkronisasi implementasi serta

    evaluasi kebijakan Penegakan Hukum dan HAM;

    d. Meningkatnya koordinasi perumusan dan sinkronisasi implementasi serta

    evaluasi kebijakan Pertahanan Negara;

  • e. Meningkatnya koordinasi perumusan dan sinkronisasi implementasi serta

    evaluasi kebijakan Keamanan Nasional;

    f. Meningkatnya koordinasi perumusan dan sinkronisasi implementasi serta

    evaluasi kebijakan Kesatuan Bangsa; dan

    g. Meningkatnya koordinasi perumusan dan sinkronisasi implementasi serta

    evaluasi kebijakan Komunikasi dan Informasi.

  • BAB III

    ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

    3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

    3.1.1. Arah Kebijakan Pembangunan Nasional

    Sejalan dengan pengarahan Presiden pada Sidang Paripurna pertama Kabinet

    Indonesia Bersatu II, ditetapkan arah kebijakan pembangunan nasional yaitu:

    a. Perubahan dan Keberlanjutan (Change and Continuity).

    b. Eleminasi hambatan-hambatan pembangunan (De-bottlenecking), Akselerasi

    (Acceleration) dan Peningkatan (Enhancement)

    c. Kesatuan (Unity) dan Kebersamaan (Together We Can)

    Keseluruhan arah kebijakan pembangunan nasional tersebut disimpulkan oleh

    Presiden sebagai Tag Line Kabinet Indonesia Bersatu II.

    3.1.2. Strategi Pembangunan Nasional

    Untuk memenuhi arah kebijakan pembangunan tersebut diatas, maka strategi

    pembangunan nasional bertumpu pada lima agenda pokok yaitu:

    a. Pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat;

    b. Perbaikan tata kelola pemerintahan;

    c. Penegakan pilar demokrasi;

    d. Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi; dan

    e. Pembangunan yang inklusif dan berkeadilan.

    Strategi pembangunan tersebut diatas, merupakan kumpulan agenda aksi

    yang mencakup berbagai program prioritas dan reguler yang kesemuanya

    merupakan satu kesatuan program besar dalam mewujudkan visi dan

    merealisasikan misi Kabinet Indonesia Bersatu II.

  • Sebagai program yang harus mendapat perhatian khusus, maka Kabinet

    Indonesia Bersatu II merumuskan 11 Program Aksi sebagai Prioritas

    Nasional 2009-2014 yaitu:

    1. Reformasi birokrasi dan tata kelola

    2. Pendidikan

    3. Kesehatan

    4. Penanggulangan kemiskinan

    5. Ketahanan pangan

    6. Infrastruktur

    7. Iklim investasi dan iklim usaha

    8. Energi

    9. Lingkungan hidup dan pengelolaan bencana

    10. Daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca-konflik

    11. Kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi

    Sejalan dengan perumusan program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu II

    dan masukan-masukan rekomendasi pembangunan yang dijaring dari

    National Summit, maka Presiden menetapkan 15 (lima belas) program pilihan

    yang disebut Top of the Top Agenda, yaitu :

    1. Pemberantasan Mafia Hukum

    2. Revitalisasi Industri Pertahanan

    3. Penanggulangan Terorisme

    4. Peningkatan Daya Listrik di seluruh Indonesia

    5. Peningkatan Produksi dan Ketahanan Pangan

    6. Revitalisasi Pabrik Pupuk dan Gula

    7. Penyempurnaan Peraturan Agraria dan Tata Ruang

    8. Pembangunan Infrastruktur

    9. Penyediaan dana penjaminan Rp 2 triliyun per tahun untuk Kredit Usaha

    Kecil Mengenah

    10. Penetapan Skema Pembiayaan dan Investasi

  • 11. Perumusan Kontribusi Indonesia dalam Isu Perubahan Iklim dan

    Lingkungan

    12. Reformasi Kesehatan Masyarakat

    13. Penyelarasan antara Pendidikan dan Dunia Kerja

    14. Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana

    15. Sinergi antara Pusat dan Daerah

    Selain dari itu, terdapat pula program yang bersumber dari kontrak kinerja Menko

    Polhukam serta program prioritas lainnya di bidang politik, hukum dan keamanan,

    meliputi:

    Kontrak Kinerja Menko Polhukam:

    1. Penyusunan Rencana Strategis.

    2. Koordinasi Penetapan Kebijakan Terpadu dan Khusus untuk Wilayah

    Perbatasan dan Pulau-Pulau Kecil Terluar.

    3. Koordinasi Inventarisasi seluruh Peraturan Perundangan yang Menghambat

    Pelaksanaan Program di Lapangan.

    4. Pencapaian Prioritas Nasional di Bidang Daerah Tertinggal, Terdepan,

    Terluar dan Pasca Konflik.

    5. Pengelolaan Keuangan Kemenko Polhukam mempertahankan Opini WTP

    dari BPK-RI.

    Program Prioritas Lainnya di Bidang Politik, Hukum dan Keamanan:

    1. Pelaksanaan Pemilukada 2010-2013 dan Pemilu 2014

    2. Koordinasi implementasi rekomendasi KKP RI-Timor Leste

    3. Penanganan Illegal Migrant

    4. Pengelolaan Damai Aceh

    5. Pengelolaan Keamanan Papua

    6. Keamanan Nasional

    3.1.3 Strategi RPJMN II Dalam Pembangunan Bidang Politik, Hukum dan

    Keamanan

  • Arah kebijakan dan strategi nasional yang dituangkan dalam RPJM II

    menjadi pedoman dalam penyusunan fokus kegiatan pembangunan bidang

    politik, hukum dan keamanan, sebagai berikut:

    a. Bidang Politik

    1) Pelembagaan Demokrasi , dengan fokus:

    (a) Peningkatan akuntabilitas lembaga demokrasi

    (b) Peningkatan iklim kondusif bagi berkembangnya kebebasan sipil

    dan hak-hak politik rakyat

    (c) Pemberdayaan informasi dan komunikasi

    Dampak dari ketiga fokus diatas adalah meningkatnya kinerja

    demokrasi.

    2) Pemantapan Diplomasi dan Kerja Sama Internasional, dengan fokus:

    (a) Peningkatan peran dan kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN

    (b) Peningkatan peran Indonesia dalam menjaga keamanan dan

    perdamaian dunia

    (c) Pemantapan pelaksanaan diplomasi perbatasan

    (d) Peningkatan pelayanan dan perlindungan WNI/BHI di luar negeri

    (e) Peningkatan Peran Indonesia dalam pemajuan Demokrasi, HAM,

    dan Lingkungan Hidup

    (f) Pemantapan kemitraan strategis di kawasan Asia-Pasifik-Afrika

    (Aspasaf) dan Amerika-Eropa (Amerop)

    (g) Peningkatan pelaksanaan diplomasi ekonomi

    (h) Peningkatan kerjasama Selatan-Selatan

    Dampak dari delapan fokus diatas adalah meningkatnya kinerja

    diplomasi.

    b. Bidang Hukum

    1) Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik, dengan fokus

    pada :

    (a) Peningkatan Efektifitas Peraturan Perundang-Undangan

  • (b) Peningkatan Kinerja Lembaga di Bidang Hukum

    (c) Peningkatan Penghormatan, Pemajuan dan Penegakan terhadap

    HAM

    (d) Peningkatan Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Bersih &

    Bebas Korupsi, Kolusi & Nepotisme (KKN)

    (e) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

    (f) Peningkatan Kapasitas dan Akuntabilitas Birokrasi

    (g) Pemantapan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Instansi

    Dampak dari ke tujuh fokus diatas adalah meningkatnya keadilan dan

    kepastian hukum, serta meningkatnya kualitas pelayanan publik.

    c. Bidang Pertahanan dan Keamanan Negara

    1) Peningkatan Kekuatan dan Kemampuan Pertahanan guna mencapai

    Minimum Essential Force , dengan fokus:

    (a) Meningkatkan Profesionalisme Personil

    (b) Memantapkan Kekuatan Matra Darat, Mengembangkan Kekuatan

    Matra Laut dan Udara

    (c) Percepatan Pembentukan Komponen Bela Negara

    Dampak dari ketiga fokus tersebut diatas adalah peningkatan daya

    tangkal sistem pertahanan Indonesia.

    2) Pemberdayaan Industri Pertahanan Nasional, dengan fokus pada

    Pemberdayaan Industri Pertahanan Nasional. Dampak dari fokus

    tersebut adalah peningkatan kemandirian alutsista TNI.

    3) Pencegahan dan Penanggulangan Gangguan Keamanan dan

    Pelanggaran Hukum Laut, dengan fokus meningkatkan patroli

    terkoordinasi dan operasi mandiri di laut (termasuk keamanan Selat

    Malaka).

    Dampak dari fokus tersebut adalah peningkatan pengelolaan

    kekayaan negara.

    4) Peningkatan Rasa Aman & Ketertiban Masyarakat, dengan fokus :

    (a) Meningkatkan Profesionalisme Polri

  • (b) Mencegah dan Menanggulangi Penyalahgunaan dan Peredaran

    Gelap Narkoba

    (c) Menuntaskan Penanganan Tindak Kejahatan terutama Kejahatan

    Konvensional

    (d) Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat Terhadap Polisi

    Dampak dari ke empat fokus tersebut adalah masyarakat dan dunia

    usaha dapat beraktivitas secara aman dan nyaman.

    5) Modernisasi Deteksi Dini Keamanan Nasional, dengan fokus :

    (a) Memperluas Cakupan Deteksi Dini baik di Luar Negeri maupun

    Dalam Negeri

    (b) Meningkatkan Pengamanan Rahasia Negara baik di Luar Negeri

    maupun Dalam Negeri

    Dampak dari kedua fokus tersebut adalah peningkatan kesiapan

    dalam pengelolaan keamanan dalam negeri.

    6) Peningkatan Pengelolaan Keamanan Nasional, dengan fokus

    peningkatan kemampuan lembaga keamanan nasional.

    Dampak dari fokus tersebut adalah peningkatan efektivitas

    pengelolaan keamanan nasional.

    Sasaran pembangunan bidang politik, hukum dan keamanan tersebut

    adalah peningkatan kualitas demokrasi dan diplomasi Indonesia; penegakan

    keadilan; peningkatan kualitas pelayanan publik, birokrasi yang bersih,

    efektif, efisien, dan akuntabel, pemantapan keamanan dan ketertiban.

    3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kemenko Polhukam

    3.2.1 Arah Kebijakan

    Arah kebijakan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan

    Keamanan diimplementasikan melalui aktualisasi program prioritas dan

    kegiatan lingkup koordinasi kelembagaan bidang polhukam untuk jangka

    waktu lima tahun kedepan (2010-2014). Hasil analisis dan evaluasi terhadap

    capaian selama periode KIB I (2004-2009) dan tantangan yang diperhitungkan

  • harus dikelola untuk lima tahun yang akan datang (2010-2014), maka disusun

    prioritas kegiatan sebagai arah kebijakan sebagai berikut:

    a. Proritas Kegiatan Bidang Polhukam

    Prioritas kegiatan bidang politik, hukum dan keamanan dalam kurun

    waktu lima tahun (2010-2014), adalah :

    1) Reformasi birokrasi dan perbaikan tata kelola pemerintahan;

    2) Penegakan pilar demokrasi;

    3) Penegakan hukum, pencegahan dan pemberantasan korupsi dan

    terorisme;

    4) Perwujudan kondisi keamanan dan kepastian hukum dalam rangka

    penciptaan iklim investasi dan iklim usaha yang kondusif;

    5) Kebijakan pengelolaan daerah tertinggal;

    6) Perwujudan keamanan di wilayah terdepan, terluar, dan perbatasan;

    7) Pengelolaan daerah pasca-konflik; dan

    8) Kerjasama Internasional.

    b. Kegiatan Koordinasi Kemenko Polhukam

    Kegiatan kooordinasi Kementerian Bidang Politik, Hukum dan

    Keamanan dalam kurun waktu lima tahun (2010-2014), adalah :

    1) Koordinasi dan peningkatan komitmen persatuan dan kesatuan

    bangsa;

    2) Koordinasi penyusunan dan sinkronisasi implementasi kebijakan

    penguatan demokrasi;

    3) Koordinasi penyusunan dan sinkronisasi implementasi kebijakan

    dalam rangka penyelesaian grand strategy penataan daerah sebagai

    pedoman pemekaran wilayah dan melanjutkan evaluasi terhadap

    daerah-daerah otonom yang baru dibentuk;

    4) Koordinasi penyusunan dan sinkronisasi implementasi kebijakan

    otonomi daerah;

  • 5) Koordinasi penyusunan dan sinkronisasi implementasi kebijakan

    terkait dengan pengelolaan isu aktual seperti NIK nasional dan DPT

    untuk mendukung Pemilu 2014;

    6) Koordinasi dan sinkronisasi penyelenggaraan pilkada;

    7) Koordinasi persiapan dan penyelenggaraan tahapan Pemilu 2014;

    8) Koordinasi sinkronisasi implementasi kebijakan reformasi birokrasi

    dan tata kelola pemerintahan;

    9) Koordinasi peningkatan peran aktif Indonesia dalam fora bilateral,

    regional, dan multilateral;

    10) Koordinasi implementasi kebijakan khusus dalam bidang infrastruktur

    dan pendukung kesejahteraan lainnya yang dapat mendorong

    pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca

    konflik;

    11) Koordinasi penyusunan kebijakan dan sinkronisasi implementasi

    kebijakan di bidang hukum dan HAM;

    12) Koordinasi penyusunan dan sinkronisasi implementasi kebijakan

    pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi;

    13) Koordinasi penyusunan dan sinkronisasi implementasi kebijakan

    pencegahan dan pemberantasan narkoba serta kegiatan illegal

    (logging, mining, fishing);

    14) Pembentukan Badan Koordinasi Pemberantasan Terorisme (BKPT);

    15) Koordinasi penyusunan rancangan perubahan UU No. 15 Tahun

    2003 tentang Pemberantasan Terorisme;

    16) Koordinasi penyusunan dan sinkronisasi implementasi kebijakan

    pemberantasan terorisme dan upaya deradikalisasi;

    17) Koordinasi penyusunan dan sinkronisasi implementasi kebijakan

    pengelolaan damai Aceh;

    18) Koordinasi penyusunan dan sinkronisasi implementasi kebijakan

    pengelolaan penyelesaian batas wilayah negara dan kawasan

    perbatasan;

  • 19) Koordinasi dan peningkatan implementasi kebijakan peningkatan

    kekuatan dan kemampuan pertahanan;

    20) Koordinasi dan peningkatan sinkronisasi implementasi kebijakan

    keamanan nasional;

    21) Koordinasi dan peningkatan implementasi kebijakan peningkatan

    pengelolaan media;

    22) Pengendalian pencapaian sasaran-sasaran Rencana Strategis

    Kemenko Polhukam 2009 2014;

    23) Memantapkan implementasi Reformasi Birokrasi dan remunerasi

    yang proporsional di Kemenko Polhukam;

    24) Mempertahankan opini wajar tanpa pengecualian dari BPK RI dalam

    pengelolaan keuangan Kementerian.

    3.2.2 Strategi Pembangunan Bidang Polhukam

    Strategi untuk pencapaian sasaran pembangunan bidang polhukam

    dilaksanakan melalui implementasi program dan kegiatan dengan

    berpedoman kepada konsep restrukturisasi program dan kegiatan yang

    ditetapkan oleh Bappenas.

    Adapun program dan kegiatan dalam kurun waktu lima tahun (2010-2014)

    adalah sebagai berikut :

    a. Program Peningkatan Koordinasi Politik, Hukum dan Keamanan

    Indikator kinerja tercermin pada outcome berupa meningkatnya

    koordinasi bidang politik, hukum dan keamanan.

    1) Meningkatnya Koordinasi Bidang Politik

    Indikator outcome-nya adalah:

    a) Meningkatnya Koordinasi Bidang Politik Dalam Negeri, melalui

    kegiatan:

    (1) Koordinasi Pemantapan Demokratisasi dan Kelembagaan ;

    (2) Koordinasi Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi Daerah;

    (3) Koordinasi Organisasi Masyarakat Sipil;

    (4) Koordinasi Pengelolaan Pemilu; dan

  • (5) Koordinasi Pemantapan Otonomi Khusus.

    b) Meningkatnya Koordinasi Bidang Politik Luar Negeri, melalui

    kegiatan:

    (1) Koordinasi Strategi Politik Luar Negeri;

    (2) Koordinasi Kerjasama ASEAN;

    (3) Koordinasi Kerjasama Asia, Pasifik dan Afrika;

    (4) Koordinasi Kerjasama Amerika dan Eropa; dan

    (5) Koordinasi Hubungan Multilateral.

    2) Meningkatnya Koordinasi bidang Penegakan Hukum dan HAM

    Indikator outcome-nya berupa meningkatnya koordinasi bidang

    penegakan hukum dan HAM, melalui kegiatan :

    a) Koordinasi Materi Hukum;

    b) Koordinasi Pemberdayaan Aparatur Hukum;

    c) Koordinasi Penegakan Hukum;

    d) Koordinasi Hukum Internasional; dan

    e) Koordinasi Pemajuan dan Perlindungan HAM.

    3) Meningkatnya Koordinasi Bidang Pertahanan Negara

    Indikator outcome-nya berupa meningkatnya koordinasi di bidang

    Pertahanan Negara, melalui kegiatan :

    a) Koordinasi Doktrin dan Strategi serta Kerjasama Pertahanan

    Negara;

    b) Koordinasi Intelijen Pertahanan Negara;

    c) Koordinasi Wilayah Negara dan Tata Ruang Pertahanan;

    d) Koordinasi Bela Negara dan Integritas Nasional; dan

    e) Koordinasi Pengembangan Kekuatan dan Kemampuan Pertahanan

    Negara.

    4) Meningkatnya Koordinasi Bidang Keamanan Nasional

    Indikator outcome-nya berupa meningkatnya koordinasi di bidang

    Keamanan Nasional melalui kegiatan :

  • a) Koordinasi Penanganan Kejahatan Konvensional dan Kejahatan

    Terhadap Kekayaan Negara;

    b) Koordinasi Penanganan Kejahatan Transnasional dan Terorisme;

    c) Koordinasi Penanganan Daerah Rawan Konflik dan Kontijensi;

    d) Koordinasi Pembinaan Keamanan dan Kerjasama Keamanan; dan

    e) Koordinasi Intelijen dan Pembinaan Masyarakat.

    5) Meningkatnya Koordinasi Bidang Kesatuan Bangsa

    Indikator outcome-nya berupa meningkatnya koordinasi di bidang

    kesatuan bangsa melalui kegiatan :

    a) Koordinasi Harmonisasi Sosial ;

    b) Koordinasi Pengelolaan Wilayah Khusus;

    c) Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat;

    d) Koordinasi Masyarakat Kawasan Tertinggal; dan

    e) Koordinasi Wawasan Kebangsaan.

    6) Meningkatnya Koordinasi Bidang Komunikasi dan Informasi

    Indikator outcome-nya berupa meningkatnya koordinasi bidang

    Komunikasi dan Informasi melalui kegiatan :

    a) Koordinasi Media Cetak;

    b) Koordinasi Media Elektronik dan Aplikasi Telematika;

    c) Koordinasi Media Komunitas;

    d) Koordinasi Media Center dan Kehumasan; dan

    e) Koordinasi Aspirasi dan Opini Publik.

    b. Program Layanan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya

    Indikator outcome-nya berupa meningkatnya layanan manajemen dan

    dukungan teknis lainnya melalui kegiatan :

    1. Penyusunan dan Pengembangan Rencana Kerja, Evaluasi,

    Organisasi dan Tata Laksana, Data serta Perpustakaan;

  • 2. Pengelolaan Administrasi Umum, Kepegawaian, Perlengkapan dan

    Rumah Tangga, Keuangan, Protokol dan Keamanan;

    3. Penyelenggaraan dan Pengembangan Pelayanan Persidangan dan

    Hubungan Antar Lembaga;

    4. Penyelenggaraan dan Pengembangan Pengawasan Internal; dan

    5. Penyusunan Rekomendasi Kebijakan dalam rangka koordinasi bidang

    politik, hukum dan keamanan.

    c. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

    Indikator outcome-nya berupa terdukungnya kebutuhan Sarana dan

    Prasarana Aparatur melalui kegiatan penyediaan dan pemeliharaan

    sarana dan prasarana.

    Program dan kegiatan-kegiatan berikut rencana anggaran dalam kurun

    waktu lima tahun (2010-2014) secara terinci sebagaimana terlampir dalam

    Matrik Target Pembangunan dan Kebutuhan Pendanaan.

    3.2.3 Penataan Aparatur Kemenko Polhukam

    Memasuki pelaksanaan RPJMN II, penataan sumber daya aparatur harus

    mengimbangi tuntutan peningkatan volume dan kualitas serta akuntabilitas

    pelaksanaan tugas. Untuk itu akan dilaksanakan kegiatan peningkatan

    kualitas SDM aparatur/pegawai mulai dari proses rekruitmen, penempatan,

    pendidikan dan pelatihan, pemberian beban tugas, penilaian kinerja, kenaikan

    pangkat, penegakan disiplin, pengawasan, rotasi, promosi,

    remunerasi/tunjangan kinerja sampai dengan dukungan purna tugas. Ke

    semua hal itu dalam rangka meningkatkan profesionalitas aparatur Kemenko

    Polhukam sejalan dengan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan oleh

    Presiden.

    3.2.4 Struktur Organisasi

    Struktur organisasi dan Tata Kerja Kemenko Polhukam pada dasarnya

    mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang

  • Pembentukan dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia Bersatu.

    Dalam rangka memenuhi tuntutan kegiatan operasional yang semakin

    berkembang, maka organisasi Kemenko Polhukam tidak tertutup

    kemungkinan untuk melakukan penyesuaian dengan bertolak pada:

    a. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,

    Fungsi , Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara

    Republik Indonesia;

    b. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan

    Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana

    telah diubah dengan Perpres Nomor 15 Tahun 2005;

    c. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan

    Organisasi Kementerian Negara.

    Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang

    Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, Menteri Koordinator

    Bidang Politik, Hukum dan Keamanan mempunyai tugas membantu Presiden

    dalam menyinkronkan dan mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan,

    dan pelaksanaan kebijakan di bidang politik, hukum dan keamanan. Dalam

    melaksanakan tugas tersebut, Menko Polhukam menyelenggarakan fungsi:

    a. Sinkronisasi perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di

    bidang politik, hukum dan keamanan;

    b. Koordinasi perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di

    bidang politik, hukum dan keamanan;

    c. Pengendalian penyelenggaraan urusan kementerian, sebagaimana

    dimaksud pada huruf a dan b;

    d. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung

    jawabnya;

    e. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang politik, hukum dan

    keamanan; dan

  • f. Pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh Presiden.

    Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Menteri Koordinator Bidang

    Politik, Hukum dan Keamanan, maka perlu penyempurnaan susunan

    organisasi yang efektif dan efisien serta mampu menjawab permasalahan dan

    tantangan bidang politik, hukum dan keamanan lima tahun kedepan (2010-

    2014). Susunan pejabat eselon I-a sebagai berikut:

    a. Sekretaris Kemenko Bidang Polhukam;

    b. Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri;

    c. Deputi Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri;

    d. Deputi Bidang Koordinasi Hukum dan Hak Asasi Manusia;

    e. Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara;

    f. Deputi Bidang Koordinasi Keamanan Nasional;

    g. Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa;

    h. Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi dan Informasi.

    Susunan pejabat eselon I-b sebagai berikut:

    a. Staf Khusus;

    b. Staf Ahli Bidang Ideologi dan Konstitusi;

    c. Staf Ahli Bidang Ketahanan Nasional;

    d. Staf Ahli Bidang Pembangunan Daerah;

    e. Staf Ahli Bidang Perekonomian;

    f. Staf Ahli Bidang Sumber Daya Manusia dan Ilmu Pengetahuan dan

    Teknologi;

    g. Staf Ahli Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup;

    h. Staf Ahli Bidang Sosial Budaya.

    Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, Sekretaris Kementerian

    Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan serta para Deputi dibantu

    oleh para pejabat eselon II-a. Susunan pejabat eselon II-a sebagai berikut:

    a. Sekretaris Kemenko Polhukam, dibantu oleh :

  • 1) Biro Umum;

    2) Biro Perencanaan dan Organisasi;

    3) Biro Persidangan dan Hubungan Antar Lembaga; dan

    4) Sekretaris Pribadi (Sespri) Menko Polhukam.

    b. Deputi Koordinasi Bidang Politik Dalam Negeri, dibantu oleh :

    1) Asdep Koordinasi Pemantapan Demokratisasi dan Kelembagaan;

    2) Asdep Koordinasi Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi Daerah;

    3) Asdep Koordinasi Organisasi Masyarakat Sipil;

    4) Asdep Koordinasi Pengelolaan Pemilu; dan

    5) Asdep Koordinasi Pemantapan Otonomi Khusus.

    c. Deputi Koordinasi Bidang Politik Luar Negeri, dibantu oleh :

    1) Asdep Koordinasi Strategi Politik Luar Negeri

    2) Asdep Koordinasi Kerjasama ASEAN;

    3) Asdep Koordinasi Kerjasama Asia, Pasifik dan Afrika;

    4) Asdep Koordinasi Kerjasama Amerika dan Eropa; dan

    5) Asdep Koordinasi Hubungan Multilateral.

    d. Deputi Koordinasi Bidang Penegakan Hukum dan Hak Asasi

    Manusia, dibantu oleh :

    1) Asdep Koordinasi Materi Hukum;

    2) Asdep Koordinasi Pemberdayaan Aparatur Hukum;

    3) Asdep Koordinasi Penegakan Hukum;

    4) Asdep Koordinasi Hukum Internasional; dan

    5) Asdep Koordinasi Pemajuan dan Perlindungan HAM.

    e. Deputi Koordinasi Bidang Pertahanan Negara, dibantu oleh :

    1) Asdep Koordinasi Doktrin dan Strategi serta Kerjasama Pertahanan

    Negara;

  • 2) Asdep Koordinasi Intelijen Pertahanan Negara;

    3) Asdep Koordinasi Wilayah Negara dan Tata Ruang Pertahanan;

    4) Asdep Koordinasi Bela Negara dan Integritas Nasional; dan

    5) Asdep Koordinasi Pengembangan Kekuatan dan Kemampuan

    Pertahanan Negara;

    f. Deputi Koordinasi Bidang Keamanan Nasional, dibantu oleh :

    1) Asdep Koordinasi Penanganan Kejahatan Konvensional dan

    Kejahatan Terhadap Kekayaan Negara;

    2) Asdep Koordinasi Penanganan Kejahatan Transnasional dan

    Terorisme:

    3) Asdep Koordinasi Penangan Daerah Rawan Konflik dan Kontijensi;

    4) Asdep Koordinasi Pembinaan Keamanan dan Kerjasama Keamanan;

    dan

    5) Asdep Koordinasi Intelijen dan Pembinaan Masyarakat.

    g. Deputi Koordinasi Bidang Kesatuan Bangsa, dibantu oleh :

    1) Asdep Koordinasi Harmonisasi sosial;

    2) Asdep Koordinasi Wawasan Kebangsaan;

    3) Asdep Koordinasi Masyarakat Kawasan Tertinggal.

    4) Asdep Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat; dan

    5) Asdep Koordinasi Pengelolaan Wilayah Khusus.

    h. Deputi Koordinasi Bidang Komunikasi dan Informasi, dibantu oleh :

    1) Asdep Koordinasi Media Cetak;

    2) Asdep Koordinasi Media Elektronik dan Aplikasi Telematika;

    3) Asdep Koordinasi Media Komunitas;

    4) Asdep Koordinasi Media Center dan Kehumasan; dan

    5) Asdep Koordinasi Aspirasi dan Opini Publik.

  • i. Inspektorat.

    3.2.5 Ketatalaksanaan

    Pelaksanaan tugas dan fungsi setiap unit kerja dalam organisasi mengacu

    pada Rencana Strategis Kemenko Polhukam (2010-2014). Dalam renstra

    tersebut termuat program dan kegiatan-kegiatan setiap tahun disertai dengan

    output dan outcome masing-masing jabatan eselon I dan II berikut dengan

    estimasi dukungan anggaran.

    Para Pejabat Eselon II melaksanakan koordinasi dan evaluasi serta

    pelaporan dibidang tugas-fungsinya serta menyampaikan rekomendasi

    kepada Pejabat Eselon I atasannya.

    Pejabat Eselon I selanjutnya menyampaikan rekomendasi kebijakan dan

    saran-saran kepada Menteri Koordinator dengan tembusan kepada Sesmenko

    untuk keperluan administrasi pengukuran kinerja.

    Menteri Koordinator selanjutnya menyampaikan laporan dan rekomendasi

    kebijakan bidang politik, hukum dan keamanan kepada Presiden. Outcomes

    dari Kementerian nantinya berupa direktif, Peraturan Menteri, Surat Edaran

    dan surat-surat lainnya secara administratif dicacat dan didokumentasikan

    oleh unit tata usaha. Pada setiap tahun pejabat eselon I dan II

    menandatangani kontrak kinerja yang dituangkan dalam kontrak kerja antara

    eselon II dengan eselon I, dan eselon I dengan Menteri. Rapat-rapat

    koordinasi yang diselenggarakan di Kemenko Polhukam dapat berupa :

    a. Rapat Paripurna Tingkat Menteri (RPTM) dengan peserta adalah para

    Menteri dan Pimpinan Lembaga Setingkat Menteri di bawah lingkup

    koordinasi Kemenko Polhukam dan yang terkait;

    b. Rapat Koordinasi Khusus/Terbatas (Rakorsus/Rakortas) yang dihadiri

    beberapa Menteri di bawah lingkup koordinasi Kemenko Polhukam dan

    Pimpinan Lembaga tertentu Setingkat Menteri serta instansi terkait untuk

    membahas masalah khusus;

  • c. Rapat Koordinasi Khusus/Terbatas Pejabat Eselon I dari

    Kementerian/Lembaga di bawah koordinasi Kemenko Polhukam dan

    instansi terkait;

    d. Rapat-rapat Intern Staf pejabat Kemenko Polhukam.

    Pelaksanaan tugas dan fungsi Pejabat Eselon III mendukung pelaksanaan

    tupoksi Pejabat Eselon II. Demikian pula pelaksanaan tugas pokok Pejabat

    Eselon IV akan mendukung pelaksanaan tupoksi Pejabat Eselon III; dan

    seterusnya tingkat Staf akan melaksanakan penugasan dari atasannya.

    Standar Operasi Prosedur (SOP) dalam pelaksanaan tugas fungsi mulai

    dari Pejabat Eselon I sampai dengan staf didasarkan pada uraian tugas

    jabatan. Dengan demikian, setiap pegawai dapat dinilai hasil kerjanya secara

    periodik berdasarkan beban kerja yang ditugaskan oleh atasan.

  • BAB VI

    P E N U T U P

    Penyusunan Rencana Strategis Kemenko Polhukam mengacu pada pedoman yang

    telah ditetapkan oleh Bappenas dengan mengakomodasi program dan kegiatan yang

    bersumber dari kebijakan Presiden, RPJMN II (2010-2014), hasil-hasil National Summit,

    Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu II, dan Program Prioritas Bidang

    Polhukam.

    Lingkup materi Rencana Strategis ini mencakup analisis lingkungan strategis,

    potensi, permasalahan dan tantangan, kelemahan serta peluang yang dihadapi oleh

    Kemenko Polhukam, dan identifikasi berbagai permasalahan lainnya yang dihadapi

    oleh bangsa dan negara. Perumusan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dalam 5

    tahun mendatang sejalan dengan agenda nasional Kabinet Indonesia Bersatu II.

    Demikian juga, arah kebijakan dan strategi untuk pencapaian tujuan dan sasaran

    strategis tersebut diatas dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan yang

    kesemuanya sejalan dengan upaya perwujudan visi dan misi Kabinet Indonesia Bersatu

    II.

    Rencana Strategis ini berbeda dengan Rencana Strategis sebelumnya, karena

    memuat program dan kegiatan yang telah disesuaikan dengan acuan Bappenas

    mengenai Restrukturisasi Penyusunan Program dan Kegiatan, dengan tujuan untuk

    menciptakan institusi pemerintah yang transparan, akuntabel dan berorientasi pada

    kinerja yang terukur (hasil/outcome).

    Rencana Strategis Kemenko Polhukam ini diharapkan dapat mewujudkan

    keselarasan pedoman, persepsi, pemahaman program dan kegiatan, pola tindak dan

    pola kerja antar Kementerian/Lembaga dibawah koordinasi Kemenko Polhukam dan

    unit-unit kerja dalam kantor Kemenko Polhukam. Mengingat bahwa Rencana Strategis

  • ini menjadi pedoman bagi segenap pejabat terkait, maka penetapannya dilakukan

    dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan.

    Jakarta, Januari 2010

  • Lampiran I

    8.86

    MATRIKS TARGET PEMBANGUNAN 2010-2014

    KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

    1.14

    7.72

    NO PROGRAM/ KEGIATAN

    PRIORITAS SASARAN INDIKATOR

    TARGET UNIT PELAKSANA KEGIATAN

    2010 2014

    034.01

    I Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

    Meningkatnya dukungan administratif dan pelaksanaan operasional Kemenko Polhukam

    1 % penyelenggaraan dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya yang profesional, akuntabel, efisien dan efektif

    80% 95% Sesmenko Polhukam

    2 % persiapan reformasi birokrasi oleh seluruh K/L di bawah koordinasi Kemenko Polhukam

    80% 95% Sesmenko Polhukam

    3 Jumlah K/L di bawah lingkup koordinasi Kemenko Polhukam yang melaksanakan tindak lanjut program 100 hari tepat waktu

    100% 100% Sesmenko Polhukam

    Kegiatan Penyusunan dan pengembangan rencana kerja, evaluasi, organisasi dan tata laksana dan Perpustakaan dan Data

    Terselenggaranya Koordinasi Pengelolaan Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

    1 % persiapan reformasi birokrasi oleh seluruh K/L di bawah koordinasi Kemenko Polhukam

    65% 90% Sesmenko Polhukam

    2 % Renstra dan Renja KL Polhukam yang sinkron dengan Renstra dan Renja KL yang berada dalam ruang lingkup koordinasi Kemenko Polhukam

    90% Sesmenko Polhukam

    3 % K/L yang melaksanakan tindak lanjut program 100 hari tepat waktu

    65% Sesmenko Polhukam

    4 % standarisasi pengadaan barang dan jasa yang akuntabel dan tepat waktu

    75% 90% Sesmenko Polhukam

    5 % penyelesaian dokumen program aksi reformasi birokrasi

    100% 100% Sesmenko Polhukam

    6 % Tersusunnya struktur kelembagaan (organisasi dan tata kerja) yang proporsional, efektif, efisien

    75% 100% Sesmenko Polhukam

    7 % SOP utama telah tersusun sesuai dengan proses bisnis yang lebih sederhana

    75% 100% Sesmenko Polhukam

    8 Tersedianya sistem rekrutmen yang transparan

    75% 100% Sesmenko Polhukam

  • 9 Tersedianya sistem penilaian kinerja yang terukur

    75% 100% Sesmenko Polhukam

    10 Tersedianya sistem promosi dan mutasi yang terbuka dan transparan

    75% 100% Sesmenko Polhukam

    11 Tersedianya sistem diklat berbasis merit dan kompetensi

    75% 100% Sesmenko Polhukam

    12 Tersedianya sistem penegakan kode etik yang efektif, disertai penerapan reward and punishment

    75% 100% Sesmenko Polhukam

    13 Tersusunnya rencana penerapan e-Government yang konkrit dan terukur

    75% 100% Sesmenko Polhukam

    14 Manajemen kearsipan dan dokumentasi sudah dilaksanakan dengan sistem berbasis TIK

    75% 100% Sesmenko Polhukam

    1

    15 % penerapan SAKIP (renstra, penilaian kinerja, kontrak kinerja, pengendalian, dan lain-lain)

    75% 100% Sesmenko Polhukam

    Terwujudnya Penyusunan dokumen rencana kerja, evaluasi, ortala, perpustakaan dan data

    1 % program kegiatan dalam Renstra Kemenko Polhukam yang memiliki target/sasaran yang jelas dan terukur

    75% Sesmenko Polhukam

    2 % laporan evaluasi pelaksanaan Renstra yang tepat waktu

    75% 90% Sesmenko Polhukam

    3 % laporan hasil pemantauan pelaksanaan Renstra yang tepat waktu sesuai rencana

    75% 90% Sesmenko Polhukam

    4 Jumlah rapat koordinasi, pemantauan, dan evaluasi capaian kontrak Kinerja

    12 kali 12 kali Sesmenko Polhukam

    5 % K/L yang dapat melaksanakan capaian kontrak kinerja tepat waktu

    75% 100% Sesmenko Polhukam

    Kegiatan Pengelolaan administrasi umum, kepegawaian, perlengkapan dan rumah tangga, keuangan, protok