rencana strategis zakat baznas kota yogyakarta … · negara mengambil peran dalam pengelolaan...

38
1 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020 RENCANA STRATEGIS ZAKAT BAZNAS KOTA YOGYAKARTA 2016-2020 BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KOTA YOGYAKARTA 2016/1438

Upload: ngocong

Post on 09-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

RENCANA STRATEGIS ZAKAT BAZNAS KOTA YOGYAKARTA

2016-2020

BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KOTA YOGYAKARTA

2016/1438

2 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

Rencana Strategis 2016-2020 Badan Amil Zakat Nasional

Kota Yogyakarta Tim Penyusun: Dra. RR. Titik Sulastri : Pengarah H. Misbahrudin, S.Ag.,MM : Ketua Deni Riani, SE.I : Sekretaris Muhaimin, S.Si : Anggota Noorlia Dharmawati, SE : Anggota M. Fuad, SE : Anggota

3 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

4 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................................... 3 Daftar Isi .................................................................................................................................................. 4 PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 5

A. Latar Belakang ......................................................................................................................... 5 B. Sekilas Kota Yogyakarta ....................................................................................................... 6 C. Hubungan Antar Dokumen ................................................................................................. 11

D. Sejarah Pengelolaan Zakat Nasional ............................................................................... 12

E. Sejarah Pengelolaan Zakat di Kota Yogyakarta .......................................................... 15

F. Peran Zakat dalam Pembangunan ................................................................................... 15

G. Urgensi Rencana Strategis .................................................................................................. 17

H. Tahapan Penyusunan Rencana Strategis ...................................................................... 18

ISU STRATEGIS ..................................................................................................................................... 19

A. Isu Internal ................................................................................................................................ 19

B. Isu Eksternal ............................................................................................................................. 20 VISI, MISI, DAN NILAI ......................................................................................................................... 22

A. Landasan Syariah .................................................................................................................... 22

B. Visi ................................................................................................................................................ 23 C. Misi ............................................................................................................................................... 23 D. Nilai.............................................................................................................................................. 23

SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT KOTA YOGYAKARTA ......................................................... 26 A. Kerangka Pengelolaan Zakat Kota Yogyakarta ........................................................... 26 B. Roadmap Pengelolaan Zakat Kota Yogyakarta 2016-2020 ..................................... 28 C. Pemangku Kepentingan Zakat Kota Yogyakarta ........................................................ 31 D. Sistem Pelaporan Zakat Kota Yogyakarta .................................................................... 32 TUJUAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN KEY PERFORMANCE INDICATOR ............................. 34

A. Tujuan ...................................................................................................................................... 34

B. Arah Kebijakan ..................................................................................................................... 34

C. Key Performance Indicator .................................................................................................... 34 PENUTUP .............................................................................................................................................. 38

5 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zakat adalah ibadah yang memiliki posisi yang sangat strategis baik dari aspek keagamaan, sosial, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Peran strategis ini secara nyata dinyatakan di dalam Al-Qur’an dan Hadits, serta terefleksikan dalam sejarah Islam. Syariat zakat diturunkan kepada Rasulullah saw pada tahun kedua hijriyah. Pada masa itu, Rasulullah saw turun tangan dan mengangkat beberapa sahabat sebagai amil zakat yang bertugas menarik zakat dari para wajib zakat (muzaki), mendatanya di Baitul Maal, dan menyalurkannya kepada orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahik). Syariat zakat ini selanjutnya dipegang teguh oleh para Khulafa’ur-Rasyidin. Bahkan, pada masa Abu Bakar ra., khalifah memerangi orang yang melaksanakan shalat tapi tidak mau menunaikan zakat. Dalam kitab Bidayah wa Nihayah karya Imam Ibnu Katsir1, pada masa Khalifah Mu’awiyah ra., zakat dikelola dan dipergunakan oleh negara melalui Baitul Maal untuk mendanai kaum muslimin di wilayah perbatasan dengan Byzantium untuk membantu masyarakat miskin yang diiming-imingi harta untuk berpindah agama dan kewarganegaraan, menjaga stabilitas perekonomian dan harga kebutuhan pokok penduduk, dan bahkan untuk mendanai satuan-satuan pasukan penjaga perbatasan. Sejarah gemilang pengelolaan zakat mengemuka pada era Umar bin Abdul Aziz, di mana pada masa ini, ijtihad zakat atas penghasilan ditetapkan oleh khalifah dan bersifat wajib.2 Kebijakan ini berdampak pada melimpahnya dana di Baitul Maal yang digunakan pemerintah untuk membantu fakir dan miskin. Pada masa kepemimpinan beliau yang hanya dua tahun, dana zakat berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat, hingga tidak ada lagi orang yang mau menerima zakat. Pengelolaan zakat yang baik di era ini memberi dampak pada berkurangnya konsumerisme masyarakat dan perilaku korupsi di kalangan pejabat serta meningkatkan produktivitas ibadah maupun muamalah masyarakat. Dalam catatan sejarah tersebut, pengelolaan zakat sepenuhnya dilaksanakan oleh waliyul amr, yaitu pemerintah yang memiliki kekuasaan untuk menarik zakat dari tangan para muzaki. Dari dana tersebut, zakat didistribusikan kepada para mustahik di seluruh wilayah-wilayah negeri kaum muslimin tanpa terkecuali. Dalam konteks sejarah ini, zakat merupakan bagian dari instrumen penting dalam ketatanegaraan. Kondisi kontemporer hari ini, pengelolaan zakat terbagi menjadi tiga model. Model pertama, pengelolaan zakat diakui oleh negara yang diakomodasi dalam peraturan perundang-undangan dan bersifat wajib kepada penduduk muslim di negara ter-sebut. Kedua, pengelolaan zakat diakui oleh negara yang diatur dalam undang-undang, namun tidak bersifat wajib kepada penduduk muslim. Ketiga, pengelolaan

1 Ibnu Katsir dalam Kitab Al-Bidayah wa Nihayah 2 Al-Qaradhawy, Yusuf dalam Kitab Fiqh-uz-Zakah.

3

6 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

zakat tidak diatur dalam tata perundang-undangan dan diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat. Pengelolaan zakat pada model pertama merupakan kondisi ideal pengelolaan zakat sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw. Negara mengambil peran dalam pengelolaan zakat. Contoh ini tampak pada Arab Saudi dan Sudan, di mana zakat diatur secara resmi dan diwajibkan kepada penduduk muslim. Di Sudan, pengelolaan zakat mampu menutupi ketimpangan pendapatan bagi penduduk miskin di negara yang tengah mengalami embargo ekonomi tersebut. Sementara di Arab Saudi, penduduk miskin mendapat subsidi bulanan langsung kepada rekening pribadi dari kas negara. Alhasil, kesenjangan sosial dan angka kriminalitas cenderung rendah di kedua negara tersebut. Belajar dari sejarah dan pengalaman beberapa negara tersebut, seharusnya menjadi pelajaran yang berharga bagi bangsa Indonesia untuk menjadikan zakat sebagai sa-rana untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan menanggulangi kemiskin-an, membangkitkan ekonomi kerakyatan, dan memoderasi kesenjangan sosial. Untuk itu, BAZNAS, BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kab/Kota se-Indonesia menjadikan kurun 2016-2020 sebagai kurun kebangkitan zakat. Kebangkitan zakat merupakan momentum untuk menjadikan zakat sebagai pilar pemoderasian kesenjangan sosial, kebangkitan ekonomi kerakyatan, terobosan dalam pengentasan kemiskinan, dan pengembangan sumber pendanaan pembangunan kesejahteraan umat di luar APBN/APBD. Untuk mencapai Kebangkitan Zakat ini dibutuhkan adanya kesadaran kolektif dari pelaku perzakatan nasional, peningkatan kapasitas kelembagaan dan amil, serta implementasi regulasi zakat nasional. Dalam perspektif inilah, untuk mengawal kebangkitan zakat sesuai dengan UU 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat, maka BAZNAS Kota Yogyakarta menyusun Naskah Perubahan Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020 sesuai dengan Rencana Strategis BAZNAS sebagai dasar dalam mewujudkan Kabangkitan Zakat di Indonesia.

B. Sekilas Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 km2 yang berarti 1,025% dari luas wilayah DIY (BPS, 2013). Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar dan kota wisata dipenuhi oleh banyak pendatang dimana kota ini menjadi tujuan masyarakat dari berbagai daerah baik Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri maupun daerah lain di Indonesia. Sebagai tujuan perdagangan kota Yogyakarta sangat menjanjikan keuntungan bagi siapa saja yang berbisnis di kota ini. Tidak terlepas mereka para pelaku usaha mikro yang datang dari berbagai daerah asal. Untuk para pelaku usaha kecil memiliki target market yang cukup besar yaitu kepada mereka para wisatawan dan para pelajar dari tingkat dasar hingga menengah atas bahkan para mahasiswa di Yogyakarta. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan tahunan yang dimulai penyusunannya dengan pendekatan perencanaan partisipatif melalui proses musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) bertingkat mulai dari kelurahan, kecamatan sampai ke tingkat kota. Kesejahteraan, secara umum selalu dihubungkan dengan standar kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup. Kesejahteraan adalah kondisi agregat

7 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

dari kepuasan individu - individu. Menurut UU No. 11 tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material spiritual dan sosial warga agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Adapun menurut Nasikun, kesejahteraan adalah padanan makna dari martabat manusia dengan indicator (1) rasa aman (security); (2) Kesejahteraan (walfare); (3) Kebebasan (freedom); (4) Jati Diri (identity). Menurut PKK, keluarga adalah kondisi tentang terpenuhinya kebutuhan dasar manusia dari setiap anggota keluarga secara material, sosial, mental, dan spiritual sehingga dapat hidup layak sebagai manusia yang bermartabat. Program PKK yang dimaksud dalam Kep.Men tersebut adalah program dalam memenuhi kebutuhan dasar untuk terwujudnya kesejahteraan keluarga.3 a. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Kondisi umum kesejahteraan masyarakat merupakan indikator kinerja pembangunan yang dapat dilihat dari kesejahteraan dan pemerataaan perekonomian, kesejahteraan masyarakat dibidang pendidikan, kesehatan, penyediaan perumahan, ketenagakerjaan serta seni budaya dan olah raga.4 Secara umum kesejahteraan sosial yang dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), indikator angka melek huruf. IPM adalah suatu indeks komposit yang mampu mencerminkan kinerja pembangunan manusia yang dapat dibandingkan antar wilayah atau bahkan antar waktu. Indeks ini mencakup tiga aspek, yaitu kesehatan, pendidikan dan pendapatan. Menurut UNDP, indeks ini dapat menunjukkan tingkat pembangunan manusia suatu wilayah melalui pengukuran keadaan penduduk yang sehat dan berumur panjang, berpendidikan dan berketrampilan, serta mempunyai pendapatan yang memungkinkan untuk dapat hidup layak. Tabel 2.8 memperlihatkan gambaran pencapaian pembangunan untuk mencapai kesejahteraan sosial masyarakat pada tahun 2011-2012.5

3 Ir. Rini Dorojati, M.S. Strategi Pengelolaan Kegiatan Pkk Dalam Mewujudkan Masyarakat Sejahtera Berbasis

Masyarakat Wilayah RW Di Kecamatan Kraton Dan Gondomanan Kota Yogyakarta, Jurnal penelitian BAPEDA Kota Yogyakarta, 2015 4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Yogyakarta Tahun 2012-1016

5 Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2016

8 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

a. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu perlu didukung dengan penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga pengajar yang memadai. Pendidikan menjadi landasan kuat yang diperlukan untuk meraih kemajuan bangsa di masa depan, bahkan lebih penting lagi sebagai bekal dalam menghadapi era global yang penuh dengan persaingan. Urusan pendidikan menjadi urusan yang mendapat penekanan lebih karena sesuai dengan visi pembangunan Kota Yogyakarta yaitu Mewujudkan “Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas, Berkarakter dan Inklusif, Pariwisata Berbasis Budaya dan Pusat Pelayanan Jasa, yang Berwawasan Lingkungan dan Ekonomi Kerakyatan". Kota Yogyakarta dengan predikat sebagai Kota Pendidikan dituntut untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan pada semua jenjang pendidikan baik formal, non formal, dan in formal. Selain kualitas juga diperlukan pemerataan akses pendidikan bagi masyarakat. Upaya mewujudkan pendidikan berkualitas dilaksanakan melalui peningkatan proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, peningkatan sarana prasarana yang memadai, serta pengelolaan satuan pendidikan yang akuntabel dan transparan pada pendidikan dasar dan menengah

b. Kesehatan

Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia juga dilaksanakan pembangunan di bidang kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu komponen utama selain pendidikan dan ekonomi yang memberikan kontribusi dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyesebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial

9 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

dan ekonomi. Pembangunan kesehatan juga merupakan amanat atau komitmen pemerintah dalam mencapai tujuan global peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagaimana tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs). Selain itu Kesehatan merupakan pelayanan dasar yang harus diberikan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Keberhasilan pembangunan kesehatan harus dapat dilihat secara terpadu pada adanya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Derajat Kesehatan masyarakat dapat dilihat melalui beberapa indikator yang mengkait pada akses pelayanan, kualitas pelayanan, kualitas dan kuantitas SDM pelayanan, ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan serta ketersediaan anggaran. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin dalam hal ini dihitung berdasarkan jumlah pelayanan kesehatan pasien masyarakat miskin di strata 2 dan 3, dengan dasar bahwa pelayanan kesehatan rujukan selalu dilayani di fasilitas kesehatan strata 2 dan 3, sedangkan yang dilayani di fasilitas kesehatan strata 1 adalah pelayanan kesehatan dasar. Angka cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin pada Tahun 2008 adalah sebesar 16,74%, kemudian mengalami kenaikan hingga Tahun 2010, namun mengalami penurunan lagi pada Tahun 2011 menjadi 6,27% dan mengalami peningkatan kembali menjadi 6,30% pada tahun 2012.

c. Sosial Ekonomi

Pemerataan ekonomi menjadi tujuan dari berbagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pendapatan daerah yang tinggi mampu menciptakan perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan dalam masyarakat, seperti mengurangi kemiskinan, pengangguran dan kesulitan-kesulitan lainnya. Distribusi pendapatan yang merata akan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara umum. Pertumbuhan ekonomi Kota Yogyakarta cenderung meningkat dalam kurun lima tahun (lihat grafik 2.2), yaitu dari 4,46% pada tahun 2008 menjadi 5,76% pada tahun 2012 dan menurun menjadi 5,64% pada tahun 2013.

10 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

Ketimpangan distribusi pendapatan dapat diukur salah satunya adalah dengan indeks gini. Fungsi Indeks Gini/Gini Rasio berguna untuk membandingkan dan mengukur tinggi atau rendahnya ketimpangan distribusi pendapatan penduduk secara kuantitatif. Distribusi pendapatan makin merata apabila nilai Koefisien Gini mendekati nol (0). Sebaliknya, suatu distribusi pendapatan dikatakan makin tidak merata apabila nilai Koefisien Gininya makin mendekati satu (1). Secara umum dalam kurun lima tahun, maka Kota Yogyakarta mempunyai tingkat ketimpangan pendapatan kesejahteraan penduduknya. Keadaan tersebut merupakan gambaran bahwa pemerintah Kota Yogyakarta telah melaksanakan pembangunan yang hasilnya telah dapat dinikmati oleh penduduk Kota Yogyakarta, baik penduduk yang berpenghasilan tinggi maupun penduduk yang berpenghasilan rendah.

d. Sosial Agama

Aspek sosial-keagamaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam membangun manusia yang sejahtera lahir dan batin. Aspek sosial agama ini dapat dilihat dari pembangunan kesejahteraan spiritual masyarakat melalui lembaga-lembaga yang ada di Kota Yogyakarta sebagai berikut;

11 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

No Uraian Jumlah 1. Masjid dan Mushala 957 2. MUI Tingkat Kota Yogyakarta 1

MUI Tingkat Kecamatan 14 3. DMI Tingkat Kota Yogyakarta 1

DMI Tingkat Kecamatan 14 4. BADKO TKA/TPA Tingkat Kota Yogyakarta 1

BADKO TKA/TPA Tingkat Kecamatan 14 5. BKPRMI Tingkat Kota Yogyakarta 1

BKPRMI Tingkat Kecamatan 14 6. BWI 1 7. IPHI 1 IPHI Kecamatan 14 8. BAZNAS 1 9. LAZ 19 10. Majelis Mualaf 7 11. Majelis tunanetra 3 12. Panti Asuhan Yatim/Piatu 8 14, Pondok Pesantren 24 15. TPA/TQA 382 16. MADIN 64

Data diolah dari berbagai sumber

C. Hubungan Antar Dokumen Rencana Strategis yang selanjutnya disingkat Renstara dan Rencana Kerja Anggaran tahunan (RKAT) merupakan penerjemahan yang tepat dan sistematis atas perspektif pembangunan pengelolaan zakat secara nasional sebagaimana diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengeloaan Zakat serta Peraturan pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 tahun 2011, dan dirumuskan dalam bentuk visi, misi BAZNAS ke dalam tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, dan program kebangkita zakat Indonesia. Penyusunan Renstra dan RKAT berpedoman pada kebijakan pimpinan BAZNAS Kota Yogyakarta dan memperhatikan Renstra dan RKAT BAZNAS, serta akan dijabarkan lebih lanjut dalam program dan kegiatan masing-masing bidang. Renstra dan RKAT BAZNAS Kota Yogyakarta dengan dokumen perencanaan dimaksud adalah sebagai berikut : a. Renstra dan RKAT BAZNAS

Renstra dan RKAT BAZNAS adalah dokumen Renstra dan RKAT yang telah ditetapkan oleh BAZNAS pusat sebagai kerangka acuan Renstra dan RKAT BAZNAS Prov/Kab/Kota se-Indonesia dengan tema besar kebangkitan Zakat. Yang secara detail berisi tentang visi, misi, nilai, isu-isu internal dan eksternal, sistem pengelolaan zakat nasional serta tujuan, arah kebijakan, dan key performance indicator.

12 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

b. Renstra dan RKAT BAZNAS Kota Yogyakarta Hubungan Renstra dan RKAT BAZNAS dengan Renstra dan RKAT BAZNAS Kota Yogyakarta adalah bahwa penyusunan Rentra dan RKAT BAZNAS Kota Yogyakarta berpedoman pada Renstra dan RKAT BAZNAS yang diatur dalam Peraturan BAZNAS Nomor 1 Tahun 2016.

D. Sejarah Pengelolaan Zakat Nasional

Sejak kedatangan Islam di Nusantara pada awal abad ke 7 M6, kesadaran masyarakat Islam terhadap zakat pada waktu itu ternyata masih menganggap zakat tidak sepenting shalat dan puasa. Padahal walaupun tidak menjadi aktivitas prioritas, kolonialis Belanda menganggap bahwa seluruh ajaran Islam termasuk zakat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan Belanda kesulitan menjajah Indonesia khususnya di Aceh sebagai pintu masuk. Atas hal tersebut, Pemerintah Belanda melalui kebijakannya Bijblad Nomor 1892 tahun 1866 dan Bijblad 6200 tahun 1905 melarang petugas keagamaan, pegawai pemerintah dari kepala desa sampai bupati, termasuk priayi pribumi ikut serta dalam pengumpulan zakat. Peraturan tersebut mengakibatkan penduduk di beberapa tempat enggan mengeluarkan zakat atau tidak memberikannya kepada peng-hulu dan naib sebagai amil resmi waktu itu, melainkan kepada ahli agama yang dihormati, yaitu kiyai atau guru mengaji. Pada saat yang sama masyarakat Aceh sendiri telah menggunakan sebagian dana zakat untuk membiayai perang dengan Belanda7, sebagaimana Belanda membiayai perangnya dengan sebagian dana pajak8. Sebagai gambaran, pengumpulan zakat di Aceh sudah dimulai pada masa Kerajaan Aceh, yakni pada masa Sultan Alaudin Riayat Syah (1539-1567). Pada Masa kerajaan Aceh penghimpunan zakat masih sangat sederhana dan hanya dihimpun pada waktu ramadhan saja yaitu zakat fitrah yang langsung diserahkan ke Meunasah (tempat ibadah seperti masjid). Pada waktu itu sudah didirikan Balai Baitul Maal tetapi tidak dijelaskan fungsi spesifik dalam mengelola zakat melainkan sebagai lembaga yang mengurus keuangan dan perben-daharaan negara, yang dipimpin oleh seorang wazir yang bergelar Orang Kaya Seri Maharaja9. Ketika terdapat tradisi zakat dikelola secara individual oleh umat Islam. K.H. Ahmad Dahlan sebagai pemimpin Muhammadiyah mengambil langkah mengorganisir pengumpulan zakat di kalangan anggotanya.10 Menjelang kemerdekaan, praktek pengelolaan zakat juga pernah dilakukan oleh umat Islam ketika Majlis Islam ‘Ala Indonesia (MIAI), pada tahun 1943, membentuk Baitul Maal untuk mengorganisasikan pengelolaan zakat secara terkoordinasi.

3 Hamid Algadri, Dutch Policy Against Islam and Indonesians of Arab Descent in Indonesia, (Jakarta: LP3ES,

1994), hal. 14. 4 “Pengelolaan Zakat di Indonesia: Perspektif Sejarah dan Regulasi,” Syarah Jurnal Hukum Islam dan

Ekonomi, STAIN Malikulsaleh, Aceh, Volume I, No. 2, Juli-September 2012, hlm. 310. 5 Antje Missbach, “The Aceh War and The Influence of Christiaan Snouck Hurgronje,”dalam Arndt

Graf, Susanne Schroter, Edwin Wieringa Ed. Aceh: History, Politics and Culture, (Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 2010), hal. 61.

6 Cut Hayatun Nufus, “Pengelolaan Zakat di Aceh Perspektif Qanun”, STEI SEBI, 2016, hal 27 7 M. Nasruddin Anshoriy Ch, Matahari Pembaruan: Rekam Jejak K.H. Ahmad Dahlan, Galangpress Group,

Jan 1, 2010), hal. 68.

13 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

Badan ini dikepalai oleh Ketua MIAI sendiri, Windoamiseno dengan anggota komite yang berjumlah 5 orang, yaitu Mr. Kasman Singodimedjo, S.M. Kartosuwirjo, Moh. Safei, K. Taufiqurrachman, dan Anwar Tjokroaminoto. Dalam waktu singkat, Baitul Maal telah berhasil didirikan di 35 kabupaten dari 67 kabupaten yang ada di Jawa pada saat itu. Tetapi kemajuan ini menyebabkan Jepang khawatir akan munculnya gerakan anti Jepang. Maka, pada 24 Oktober 1943, Jepang memaksa MIAI untuk membubarkan diri11.Praktis sejak saat itu tidak ditemukan lagi lembaga pengelola zakat yang eksis. Perhatian Pemerintah terhadap pengelolaan zakat ditunjukkan dengan menerbitkan Peraturan Menteri Agama No. 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat dan Peraturan Menteri Agama No 5 Tahun 1968 tentang Pembentukan Baitul Maal di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kotamadya. Keputusan tersebut dikuatkan oleh pernyataan Presiden Soeharto dalam acara Peringatan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw di Istana Negara 26 Oktober 1968 tentang kesediaan Presiden untuk mengurus pengumpulan zakat secara besar-besaran. Namun demikian pernyataan tersebut tidak ada tindaklanjut, yang tinggal hanya teranulirnya pelaksanaan Peraturan Menteri Agama terkait dengan zakat dan baitul maal tersebut. Penganuliran Peraturan Menteri Agama No. 5 Tahun 1968 semakin jelas dengan lahirnya Instruksi Menteri Agama No 1 Tahun 1969, yang menyatakan pelaksanaan Peraturan Menteri Agama No 4 dan No 5 Tahun 1968 ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan.12 Dengan latar belakang tanggapan atas pidato Presiden Soeharto 26 Oktober 1968, 11 orang alim ulama di ibukota yang dihadiri antara lain oleh Buya Hamka menge-luarkan rekomendasi perlunya membentuk lembaga zakat ditingkat wilayah yang kemudian direspon dengan pembentukan BAZIS DKI Jakarta melalui keputusan Gubernur Ali Sadikin No. Cb-14/8/18/68 tentang pembentukan Badan Amil Zakat berdasarkan syariat Islam tanggal 5 Desember 1968.13 Pada tahun 1969 pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden No. 44 tahun 1969 tentang Pembentukan Panitia Penggunaan Uang Zakat yang diketuai Menko Kesra Dr. KH. Idham Chalid. Perkembangan selanjutnya di lingkungan pegawai kemente-rian/lembaga/BUMN dibentuk pengelola zakat dibawah koordinasi badan kerohanian Islam setempat.14 Keberadaan pengelola zakat semi pemerintah secara nasional dikukuhkan dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama No. 29 dan No. 47 Tahun 1991 tentang Pembinaan BAZIS yang diterbitkan oleh Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri setelah melalui Musyawarah Nasional MUI IV tahun 1990. Langkah tersebut juga diikuti dengan dikeluarkan juga Instruksi Men-

8 Darul Aqsha, Kiai Haji Mas Mansur, 1896-1946: Perjuangan Dan Pemikiran, (Surabaya: Erlangga, 2005),

hal. 63. 9 Azyumardi Azra, Berderma Untuk Semua: Wacana dan Praktik Filantropi Islam, (Jakarta: Mizan Publika,

2003), hal. 212. 10 Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: Center for

Entrepreneurship Development, 2005), hal. 80. 11 Departemen Agama, Amal Bakti Departemen Agama R.I., 3 Januari 1946-3 Januari 1987:

Eksistensi dan Derap Langkahnya, (Jakarta: Departemen Agama, 1987), hal. 74.

14 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

teri Agama No. 5 Tahun 1991 tentang Pembinaan Teknis BAZIS sebagai aturan pelaksanaannya.15 Baru pada tahun 1999, pemerintah melahirkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Dalam Undang-Undang tersebut diakui adanya dua jenis organisasi pengelola zakat yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah. BAZ terdiri dari BAZNAS pusat, BAZNAS Propinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota. Sebagai implementasi UU Nomor 38 Tahun 1999 dibentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2001. Dalam Surat Keputusan ini disebutkan tugas dan fungsi BAZNAS yaitu untuk melakukan penghimpunan dan pendayagunaan zakat. Langkah awal adalah mengupayakan memudahkan pelayanan, BAZNAS menerbitkan nomor pokok wajib zakat (NPWZ) dan bukti setor zakat (BSZ) dan bekerjasama dengan perbankan dengan membuka rekening penerimaan dengan nomor unik yaitu berakhiran 555 untuk zakat dan 777 untuk infak. Dengan dibantu oleh Kementerian Agama, BAZNAS menyurati lembaga pemerintah serta luar negeri untuk membayar zakat ke BAZNAS.

Tingkat kesadaran masyarakat untuk berzakat melalui amil zakat terus ditingkat-kan melalui kegiatan sosialisasi dan publikasi di media massa nasional. Sejak tahun 2002, total dana zakat yang berhasil dihimpun BAZNAS dan LAZ mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Selain itu, pendayagunaan zakat juga semakin bertambah bahkan menjangkau sampai ke pelosok-pelosok negeri. Pendayagunaan zakat mulai dilaksanakan pada lima program yaitu kemanusiaan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan dakwah. Pada tanggal 27 Oktober 2011, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) menyetujui Undang-undang pengelolaan zakat pengganti Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 yang kemudian diundangkan sebagai UU Nomor 23 Tahun 2011 pada tanggal 25 November 2011. UU ini menetapkan bahwa pengelolaan zakat bertujuan (1) meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan (2) meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan dimaksud, UU mengatur bahwa kelembagaan pengelola zakat harus terintegrasi dengan BAZNAS sebagai koordinator seluruh pengelola zakat, baik BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota maupun LAZ. Mandat BAZNAS sebagai koordinator zakat nasional menjadi momentum era Ke bangkitan Zakat di Indonesia. Dengan berharap rahmat dan ridha Allah SWT, semo-ga kebangkitan zakat mampu mewujudkan stabilitas negara, membangun ekonomi kerakyatan, dan mengatasi kesenjangan sosial.

12 PEBS UI, “Indonesia zakat dan development report, 2009”, (Depok: PEBS FEUI, 2008), hal. 6. 13

15 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

E. Sejarah Pengelolaan Zakat di Kota Yogyakarta

Pengelolaan zakat, infaq dan sedekah (ZIS) pegawai di Kota Yogyakarta pada awalnya dikelola oleh BAZIS (Badan Amil Zakat Infaq Sedekah) berdiri tahun 1996, berdasarkan Keputusan Walikotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta nomor 177/KD/1996. Program pokok yakni mengumpulkan ZIS secara sukarela dari PNS di lingkungan Pemda Kotamadya Yogyakarta dan ditasharufkan untuk pembangunan/renofasi tempat ibadah/madrasah. Dilanjutkan kepengurusan masa bakti 1999-2003 berdasar SK Walikotamadya Yogyakarta nomor 309/KD/1999. Guna meningkatkan kinerja kepengurusan, utamanya dalam pengumpulan ZIS, Walikotamadya Yogyakarta mengeluarkan Surat Edaran nomor 451.12/1546 tanggal 16 Juli 1999 tentang penunaian ZIS bagi PNS Muslim dilingkungan Pemda Kotamadya Yogyakarta. Seiring dengan adanya regulasi tentang pengelolaan zakat, UU Nomor 38 Tahun 1999, Walikotamadya Yogyakarta mengeluarkan SK nomor 274/KEP/2005 tanggal 1 Juli 2005 tentang pembentukan Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Yogyakarta masa bakti 2005-2008. Akhir tahun 2009, tepatnya tanggal 1 September 2009, Walikota Yogyakarta mengeluarkan SK Nomor 432/KEP/2009 tentang pembentukan Badan Amil Zakat Daerah Kota Yogyakarta disingkat BAZDA Kota Yogyakarta. Dengan adanya perubahan UU 38 tahun 1999 menjadi UU 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, BAZDA Kota Yogyakarta berubah nama menjadi BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) Kota Yogyakarta dan di launching oleh Walikota Yogyakarta pada tanggal 3 Agustus 2012.

F. Peran Zakat dalam Pembangunan Dalam dinamika pembangunan dan kesenjangan ekonomi yang terjadi di Indonesia, serta geliat ekonomi syariah yang mulai menemukan momentumnya dan gaung inklusi dalam sektor keuangan, zakat memiliki peranan yang penting. Setidaknya, ada empat peran yang dapat dilakukan oleh zakat dalam pembangunan ini, yaitu: memoderasi kesenjangan sosial; membangkitkan ekonomi kerakyatan; mendorong munculnya model terobosan dalam pengentasan kemiskinan; dan mengembangkan sumber pendanaan pembangunan kesejahteraan umat di luar APBN maupun APBD. Pertama, peran moderasi kesenjangan sosial yang dapat dilakukan oleh zakat tampak secara konkret dalam distribusi harta dari para wajib zakat (muzaki) kepada orang yang berhak menerima zakat (mustahik), dengan amil zakat sebagai perantara. Dengan redistribusi harta non-transaksional ini, zakat secara teoritik dapat mengurangi kesenjangan kemakmuran antara golongan kaya dan golongan miskin. Implementasi zakat secara benar diyakini dapat mengurangi ketimpangan ekonomi yang ada selama ini. Kedua, peran kebangkitan ekonomi kerakyatan merupakan agenda zakat yang secara bahasan bermakna tumbuh dan berkembang. Penyaluran zakat kepada mustahik memiliki agenda untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam men-cukupi kebutuhan hidupnya, baik yang dalam bentuk pendistribusian zakat yang bersifat karitatif maupun pendayagunaan zakat yang bersifat produktif. Mem

16 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

berdayakan mustahik merupakan agenda memberdayakan ekonomi masyarakat miskin, membangkitkan ekonomi kerakyatan. Ketiga, zakat memiliki peran dalam mendorong munculnya model terobosan dalam pengentasan kemiskinan. Program penanggulangan kemiskinan yang ada selama ini merupakan program belas kasih dari pemerintah kepada orang-orang miskin. Program penanggulangan kemiskinan dari pemerintah sangat bergantung pada keberpihakan pemerintah dalam upaya peningkatan keadilan dan kesejahteraan sosial. Berbeda dengan zakat yang merupakan syariat wajib yang harus ada dalam kehidupan. Dengan demikian, zakat memiliki kerangka filosofi yang lebih jangka panjang dan dengannya diharapkan mampu mendorong munculnya model terobosan dalam pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan. Keempat, zakat merupakan sumber pendanaan pembangunan kesejahteraan umat di luar APBN maupun APBD. Jika selama ini program penanggulangan kemiskinan sangat bergantung pada kucuran dana pemerintah, maka sejatinya, ummat Islam di Indonesia memiliki potensi dana 286 triliun rupiah setiap tahunnya yang dapat dipergunakan secara spesifik bagi kelompok orang yang tidak berdaya dalam 8 ashnaf (kategori) mustahik. Jika dapat dioptimalkan, maka potensi dana zakat ini dapat menjadi pelengkap agenda program penanggulangan kemiskinan dengan sinergi pada program pemerintah yang sedang dijalankan. Kelima, zakat juga memiliki peranan yang sangat penting dalam mengawal pemberdayaan spiritualitas umat melalui program-program dakwah yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Yogyakarta bersama lembaga-lembaga Agama di tingkat Kota Yogyakarta, yang terdiri dari ; MUI, DMI, Badko TKA/TPA, BKPRMI, IPHI, BWI serta masjelis taklim baik umum maupun majelis taklim yang secara khusus menangani mualaf serta majelis taklim difabel yang tersebar di Kota Yogyakarta. Namun, ada sejumlah tantangan yang menghambat pengelolaan zakat di Indonesia hari ini.16 Pertama, kesadaran masyarakat untuk berzakat masih relatif rendah. Kondisi ini ditambah dengan kewajiban zakat masih bersifat sukarela dalam tata peraturan perundang-undangan di Indonesia. Kedua, ada fenomena umum bahwa masyarakat cenderung menunaikan zakat secara langsung kepada mustahik. Ketiga, kepercayaan masyarakat kepada lembaga pengelola zakat masih rendah. Semua faktor tersebut memberikan pengaruh terhadap rendahnya angka pengelolaan zakat yang dilakukan oleh BAZNAS, BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, maupun LAZ dari potensi zakat yang tersedia.

G. Urgensi Rencana Strategis 16

Hanum, Hudzaifah dan Agung Suseno (2010) Persepsi Publik tentang Zakat Maal dan Pengelola Zakat. Ciputat: IMZ.

17 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

Hal yang paling strategis yang diamanahkan UU 23/2011 adalah menempatkan BAZNAS sebagai lembaga pemerintah non-struktural yang bersifat mandiri dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri serta berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional. Secara eksplisit BAZNAS memiliki fungsi dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pelaporan, serta pertanggung-jawaban pengelolaan zakat di Indonesia. Dalam artian ini, BAZNAS merupakan pengelola sekaligus koordinator pengelolaan zakat yang meliputi BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ.

UU 23/2011 secara tegas menjabarkan bahwa dua tujuan pengelolaan zakat di Indonesia adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemisinan. Artinya, pengelolaan zakat harus senantiasa dikaitkan dengan agenda peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Untuk itu, penting bagi BAZNAS Kota Yogyakarta agar dapat membangun koordinasi dan sinergi dengan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait di bidang pengentasan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan sosial. Bahwasanya, dalam agenda ini, tidak semestinya BAZNAS hanya bekerja sendiri atau hanya dengan melibatkan BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ, namun juga perlu melibatkan seluruh institusi pemerintah dalam agenda tersebut. Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020 bertujuan menyatukan visi dan misi yang selaras dengan visi dan misi BAZNAS sesuai dengan potensi di Kota Yogyakarta. Untuk merealisasikan visi dan misi tersebut, penting untuk membangun standar penge-lolaan zakat agar pengelolaan zakat nasional dapat dilakukan secara optimal baik dalam pengumpulan maupun pendistribusian dan pendayagunaan. Dalam aspek pengumpulan, penting bagi BAZNAS Kota Yogyakarta untuk berkoordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Intansi Vertikal Tingkat Kota Yogyakarta, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), serta Perusahaan Swasta sehingga pengumpulan zakat dapat lebih terukur sesuai dengan potensi yang ada. Sementara itu, dalam aspek pendistribusian dan pendayagunaan, penyaluran zakat perlu untuk melakukan sinergi di antara organisasi pengelola zakat (OPZ) baik bersifat teknis di tingkat pelaksanaan program maupun pada tataran pertukaran data dan informasi mengenai mustahik yang berhak menerima zakat. Tujuan dari sinergi ini adalah agar tidak ada lagi mustahik yang mendapatkan bantuan zakat berganda, sementara di wilayah lain masih banyak mustahik yang belum terbantu oleh manfaat zakat. Dalam hal ini, BAZNAS Kota Yogyakarta memiliki peran yang sangat penting untuk memoderasi kesenjangan sosial melalui penyaluran zakat yang terintegrasi secara terpadu untuk selanjutnya menjadi laporan pengelolaan zakat secara nasional. Dengan demikian, Rencana Strategis ini merupakan panduan dalam pengelolaan yang selaras dengan visi dan misi BAZNAS, BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kab/Kota untuk mewujudkan kebangkitan zakat di Indonesia sehingga tujuan pengelolaan zakat nasional sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang dapat tercapai.

18 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

Rencana strategis ini juga memberikan gambaran strategi dan indikator kinerja kunci yang harus dicapai di lingkup Kota Yogyakarta yang telah mengacu pada panduan BAZNAS. Dalam konteks inilah, maka Naskah Perbaikan Perencanaan Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta periode 2016-2020 disusun.

H. Tahapan Penyusunan Rencana Strategis Penyusunan Naskah Perbaikan Rencana Strategis 2016-2020 merupakan amanat dari kesepakatan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) pada tanggal 10-12 Mei 2016 di Jakarta, menindaklanjuti amanat tersebut Ketua BAZNAS Kota Yogyakarta mengeluarkn SK Ketua Baznas Kota Yogyakarta Nomor 10 tahun 2016 tentang Pedoman Tahapan Penyusunan Rencana Strategis, Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan BAZNAS Kota Yogyakarta. Penyusunan Renstra dilakukan dengan mengacu Restra yang telah diterbutkan BAZNAS dengan tahapan sebagai berikut: Pertama, penerbitan SK Ketua BAZNAS Kota Yogyakarta tentang Pedoman Tahapan Penyusunan Rencana Strategis, Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan BAZNAS Kota Yogyakarta. Kedua, Pelaksanaan Penyusunan Draft Naskah Renstra oleh team pelaksana BAZNAS Kota Yogyakarta, melakukan focus group discussion (FGD) dengan BAZNAS Provinsi, Baznas Kab/Kota dan LAZ se-DIY , studi literatur yang terkait serta rapat koordinasi dengan SKPD terkait untuk mendapatkan masukan dari pemangku kepentingan zakat tingkat Kota Yogyakarta. Ketiga, Penyampaian Hasil Rumusan Draft Naskah Renstra dalam Rapat Pleno Pengurus BAZNAS Kota Yogyakarta. Keempat, Musyawarah Kerja Daerah BAZNAS Kota Yogyakarta. Kelima, penetapan oleh Ketua BAZNAS Kota Yogyakarta. Keenam, pengajuan pengesahan kepada BAZNAS.

Ketujuh, Penerbitan dan Distribusi Naskah Rencana Strategis kepada pemangku kepentingan BAZNAS Kota Yogyakarta.

19 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

BAB II ISU STRATEGIS

A. Isu Internal Berikut ini merupakan isu strategis BAZNAS Kota Yogyakarta dari sisi internal:

1. Penguatan fondasi BAZNAS Kota Yogyakarta. Penguatan fondasi mecakup

aspek legalitas lembaga dan kepemimpinannya, kesesuaian dengan syariah dalam pengelolaan zakat, infak dan sedekah, akuntabilitas pengelolaan zakat, infak dan sedekah, anggota dan amilin yang kredible, amanah dan kompeten, penerapan SiMBAZNAS dengan baik dan benar, pengumpulan zakat, infak dan sedekah yang optimal serta penyaluran zakat, infak dan sedekah yang optimal.

2. Pengelolaan zakat yang terintegrasi secara nasional. Integrasi pengelolaan zakat dilakukan dengan pemanfaatan teknologi informasi yang dapat diakses dengan mudah, cepat, dan efisien. Dengan adanya dukungan teknologi informasi ini, maka pelaporan pengelolaan zakat dapat dilakukan secara nasional dan real time.

3. Teknologi Informasi sebagai tulang punggung pengelolaan zakat nasional. Pembangunan sistem perzakatan nasional harus memanfaatkan perkembangan teknologi informasi sebagai instrumen percepatan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat serta meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan dengan cara mensinkronkan dengan data Pemerintah Daerah berbasis teknologi informasi.

4. Kompetensi dan Peningkatan Kapasitas Amil. Untuk menjalankan visi dan misi kebangkitan zakat, diperlukan sumberdaya amil yang memiliki kompetensi dan kapasitas. Seiring dengan tuntutan dan tantangan yang harus dihadapi saat ini dan dimasa mendatang, maka BAZNAS Kota Yogyakarta perlu mendesain standar kompetensi amil serta program peningkatan kapasitas amil dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan oleh BAZNAS.

5. Implementasi Zakat Core Principle. Merupakan standar-standar prinsip manajemen zakat yang telah dirumuskan oleh BAZNAS bersama Bank Indonesia yang menjadi acuan untuk dilaksanakan pada penerapan menajemen pengelolaan zakat di BAZNAS Kota Yogyakarta.

6. Penguatan Sistem dan Manajemen. Sebagai organisasi pengelola zakat, BAZNAS Kota Yogyakarta haruslah memiliki sistem dan manajemen yang baik untuk mewujudkan pengelolaan zakat yang amanah dan akuntabel.

7. Kepatuhan Syariah. Pengelolaan zakat memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan aturan-aturan syariah. Oleh sebab itu, dalam pengelolaan zakat baik dalam inovasi maupun pengambangannya, harus selalu mengacu kepada

20 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

ketentuan syariah. Kepatuhan syariah ini menjadi dasar dan pedoman dalam pengelolaan zakat secara nasional dan untuk mewujudkan kepercayaan masyarakat agar berzakat melalui lembaga.

8. Tersedianya Sarana dan Prasarana yang memadai. Untuk menunjang kegiatan operasional BAZNAS Kota Yogyakarta, maka ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai merupakan suatu prasyarat mutlak untuk dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan. Sesuai dengan amanah Undang-undang sarana dan prasarana ini dapat difasilitasi oleh pemerintah Daerah, baik dalam hal gedung maupun fasilitas penunjang yang lainnya.

B. Isu Eksternal

Berikut ini merupakan isu strategis BAZNAS Kota Yogyakarta dari sisi eksternal: 1. Penguatan mental spiritual, pengelolaan dana yang bersumber dari ZIS,

seharusnya dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemaslahatan umat Islam dalam meningkatkan pengetahuan dan pengamalan agama Islam. Ini harus dijalankan untuk mewujudkan visi Pemerintah Kota Yogyakarta “Terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas,Berkarakter dan Inklusif, Pariwisata Berbasis Budaya, dan Pusat Pelayanan Jasa, yang Berwawasan Lingkungan dan Ekonomi Kerakyatan” serta visi Kementerian Agama Kota Yogyakarta “mewujudkan masyarakat Kota Yogyakarta yang taat beragama”.

2. Penguatan institusi keagamaan dan masyarakat. Tingkat partisipasi masyarakat melalui institusi keagamaan dan masyarakat di dalam memberdayakan mustahik di Indonesia sangat tinggi. Bahkan hal ini sudah berlangsung sebelum Indonesia merdeka. Kontribusi ini diantaranya dalam bentuk sekolah formal dan informal. Untuk itu, BAZNAS Kota Yogyakarta perlu memberikan apresiasi dan dukungan untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas insitusinya di dalam memberdayakan mustahik.

3. Kesenjangan sosial. Dana zakat yang terus tumbuh dan berkembang harus mampu berkontribusi untuk mengatasi permasalahan kesenjangan sosial yang terjadi di Kota Yogyakarta. Dengan mengatasi kesenjangan sosial ini maka akan terjadi kesejahteraan mustahiq secara ekonomi dan spiritual.

4. Penguatan ekonomi kerakyatan. Sebagaimana amanat UUD 1945 pasal 33 dan 34 bahwa azas ekonomi di Indonesia adalah untuk kemakmuran masyarakat Indonesia secara keseluruhan, bukan untuk segelintir orang. Di samping itu, sejarah telah mencatat bahwa ekonomi kerakyatan (usaha mikro, kecil dan menengah) mampu bertahan dan eksis dalam menghadapi krisis global. Untuk itu, menjadi sangat penting memperjuangkan penegakan ekonomi kerakyatan dan memberantas ketidakadilan ekonomi.

5. Koordinasi dengan pemangku kepentingan pengentasan kemiskinan di

Kota Yogyakarta. Zakat sebagai instrumen syariat dalam pengentasan kemiskinan selayaknya dapat bersinergi tidak hanya di antara sesama organisasi pengelola zakat, BAZNAS dan LAZ. namun, lebih jauh dari itu, zakat

21 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

sudah harus mampu berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan pengentasan kemiskinan di Kota Yogyakarta. Kolaborasi dan kerjasama antara BAZNAS, LAZ, dan pemangku kepentingan terkait pengentasan kemiskinan ini diharapkan mampu memberikan dampak yang lebih besar dalam pembangunan kesejahteraan ekonomi dan spiritual masyarakat di Kota Yogyakarta.

6. Pembiayaan dari APBN dan APBD. Untuk melaksanakan tugas, fungsi dan pelayanannya, BAZNAS, BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kab/Kota dibiayai dengan APBN serta APBD sebagaimana tertuang pada UU No. 23 Tahun 2011 pasal 30 dan 31. Kejelasan mengenai sumber pembiayaan BAZNAS tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2014 pasal 67 dan 69. Untuk mewujudkankan hal ini, maka perlu ada koordinasi dengan instansi terkait agar APBN dan APBD dialokasikan untuk operasional BAZNAS, BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kab/Kota.

7. Akseptabilitas BAZNAS Kota Yogyakarta di kalangan lembaga pemerintah.

Kehadiran BAZNAS menjadi semakin penting dengan adanya penerapan UU No. 23/2011. Kondisi ini diharapkan mampu memperkuat hubungan antara BAZNAS Kota Yogyakarta dengan lembaga pemerintah sehingga meningkatkan kekuatan negosiasi dan akseptabilitas BAZNAS Kota Yogyakarta.

8. Menjadikan BAZNAS Kota Yogyakarta sebagai lembaga keuangan syariah

yang kredibel. Pengelolaan zakat sangat erat kaitannya dengan pengelolaan keuangan. Namun, dari sisi kualitas, transparansi, dan akuntabilitas, pengelola zakat masih jauh tertinggal dari institusi pengelola keuangan. Untuk itu, penting bagi pengelola zakat dalam mengejar ketertinggalan tersebut dengan mewujudkan diri sebagai lembaga keuangan syariah yang kredibel. Tahun 2010 s/d 2015 BAZNAS Kota Yogyakarta telah berhasil mendapatkan opini WTP dari Akuntan Publik secara berturut-turut serta menjadi nominator Zakat Award Kementerian Agama RI tahun 2015, prestasi ini akan terus dijaga dan ditingkatkan secara berkelanjutan.

9. Menjadikan BAZNAS Kota Yogyakarta sebagai Role Model Pengelolaan

Zakat di Kota Yogyakarta dan Indonesia. Baznas Kota Yogyakarta saat ini dipandang sebagai salah satu rujukan dalam tata pengelolaan zakat oleh Baznas Prov/Kab/Kota di D.I Yogyakarta dan beberapa daerah lain di luar D.I Yogyakarta. Hal ini tampak dari kunjungan dan studi banding dari beberapa BAZNAS lain, bahkan tidak kurang dari 50 penelitian, baik jurnal, thesis mapun desertasi yang telah menjadikan BAZNAS Kota Yogyakarta sebagai obyek penelitian.

22 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

BAB III VISI, MISI, DAN NILAI

A. Landasan Syariah 1. Al-Qur’an

“Sesungguhnya zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk membebaskan orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu kewajiban dari Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [QS. At-Taubah (9) ayat 60] “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (me-ngerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan sembah-yang, menunaikan zakat, dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi MahaBijaksana.” [QS. At–Taubah (9) ayat 71] “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [QS At-Taubah (9) ayat 103] “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” [QS Ash-shaaf (61) ayat 4]

2. Al-Hadits

“Dari Yazid bin Amru al-Ma’afiri dari orang yang pernah mendengar ‘’Uqbah bin ‘Amir al Juhani, ia berkata, “Rasulullah telah mengutusku sebagai petugas zakat. Lalu saya meminta izin kepadanya bahwa kami nantinya akan memakan sebagian dari harta itu. Lalu beliau pun memberikan izin kepada kami.” (HR. Ahmad)

“Kau akan berada di tengah-tengah umat Ahli Kitab (agama lain). Ajaklah mereka mengakui bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan saya adalah Rasul-Nya. Bila mereka menerima, beritahukanlah kepada mereka bahwa mereka diwajibkan salat lima kali dalam sehari semalam. Bila mereka menja-lankannya, beritahukan pula bahwa mereka diwajibkan mengeluarkan zakat yang dipungut dari orang-orang kaya dan dikembalikan kepada orang-orang miskin. Dan bila mereka menjalankannya, maka kau harus melindungi harakat kekayaan mereka itu, dan takutlah kepada doa orang-orang yang teraniaya, karena antara

23 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

doa orang teraniaya dengan Allah tidak terdapat penghalang.”(HR. Bukhari dan Muslim) “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan (profesional) atas segala sesuatu.” (HR. Muslim)

3. Fikih Zakat Kontemporer

“Kewajiban zakat merupakan sarana paling utama untuk mengatasi kesenjangan antara yang kaya dengan yang miskin dan mewujudkan jaminan sosial dalam Islam.” (Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam Fiqhul Islamy, Jilid II hal 732) “Zakat, sekalipun dibahas di dalam pokok bahasan “ibadat”, karena dipandang bagian yang tidak terpisahkan dari shalat, namun zakat sesungguhnya me-rupakan bagian sistem sosial ekonomi Islam, dan oleh karena itu dibahas di dalam buku-buku tentang strategi hukum dan ekonomi Islam.” (Dr. Yusuf Al-Qaradhawy dalam Fiqh Zakah (edisi terjemahan) hal 3)

B. Visi

“Menjadi pengelola zakat terbaik dan terpercaya di Yogyakarta”.

C. Misi

1. Mengkoordinasikan LAZ tingkat Kota Yogyakarta dalam mencapai target-

target nasional; 2. Mengoptimalkan secara terukur pengumpulan zakat Kota Yogyakarta; 3. Mengoptimalkan pendistribusian dan pendayagunaan zakat untuk

pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan pemoderasian kesenjangan sosial;

4. Menerapkan sistem manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel berbasis teknologi informasi dan komunikasi terkini;

5. Menerapkan sistem pelayanan prima kepada seluruh pemangku kepentingan zakat Kota Yogyakarta;

6. Menggerakkan dakwah Islam untuk kebangkitan zakat Kota Yogyakarta melalui sinergi ummat;

7. Terlibat aktif dan memimpin gerakan zakat di Yogyakarta; 8. Mengarusutamakan zakat sebagai instrumen pembangunan menuju

masyarakat yang adil dan makmur, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur;

9. Mengembangkan kompetensi amil zakat yang unggul dan menjadi rujukan.

D. Nilai

Nilai-nilai BAZNAS Kota Yogyakarta mencakup semua nilai luhur dan unggul Islami, di antaranya:

24 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

1. Visioner: Amilin yang bervisi jauh kedepan, strategis dan maslahat. Hal ini sesuai

dengan Firman Allah SWT “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu ker-jakan”. (QS Al Hasyr ayat 18).

2. Optimis: Amilin yang bersungguh-sungguh, memiliki keyakinan kuat bahwa kemudahan yang diciptakan oleh Allah jauh lebih banyak dibanding kesulitan atau masalah. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), te-taplah bekerja keras untuk (urusan yang lain).” (QS. Al-Insyirah ayat 5-7).

3. Jujur: Amilin yang memiliki kesatuan antara kata dan perbuatan. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT “Wahai orang-orang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan”. (QS Ash-Shaff ayat 2)

4. Sabar: Amilin yang memiliki kesabaran dalam menjalankan kebenaran. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT “Dan bersabarlah bahwa sesungguhnya janji Allah itu pasti benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak menyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (QS Ar Rum ayat 60)

5. Amanah: Amilin hendaknya amanah dalam menjalankan tugas. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal ayat 27)

6. Keteladan: Amilin yang menjadi teladan dalam kehidupan. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab ayat 21)

7. Profesional: Amilin yang senantiasa melakukan yang terbaik dan profesional dalam aktifitasnya. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk ayat 2). Demikian juga dengan hadist berikut, ”Sesungguhnya Allah SWT mencintai jika seorang dari kalian bekerja, maka ia itqon (profesional) dalam pekerjaannya” (HR Baihaqi)

8. Perbaikan Berkelanjutan: Amilin yang senantiasa memperbaiki amal dan

pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah saw “Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia celaka.” (HR. Ad-Dailami)

25 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

9. Entreprenurial: Amilin yang senantiasa bermental kuat, pantang menyerah, memiliki optimisme dalam hidup, serta kreatif dan inovatif dalam menghadapi tantangan hidup. Hal ini sesuai dengan Firman Allah “... Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia membukakan jalan keluar baginya. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. ....” (QS. At-Talaq ayat 2-3)

“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber’umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah ayat 158)

10. Transformasional: Amilin yang senantiasa melakukan perbaikan berke-lanjutan dari kondisi buruk menuju kondisi yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW yang sukses memimpin umatnya berhijrah dari peradaban jahiliyah menuju peradaban madaniah dalam waktu yang relatif amat singkat, dan juga sesuai dengan Firman Allah SWT “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’d ayat 11)

26 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

BAB IV SISTEM PENGELOLAAN

ZAKAT KOTA YOGYAKARTA

A. Kerangka Pengelolaan Zakat Kota Yogyakarta Undang-Undang No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat menyebutkan bahwa pengelolaan zakat bertujuan (1) meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan (2) meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

Tujuan pertama pengelolaan zakat menjadi dasar dalam melakukan pengumpulan dan pendistribusian zakat. Sehingga strategi pencapaian target pengumpulan dan pendistribusian zakat perlu dilakukan secara simultan, terintegrasi, efektifit dan efisien. Untuk itu, ada 6 (enam) aspek yang perlu dilakukan agar mampu mewujudkan kebangkitan zakat nasional.

Pertama, aspek legalitas. Aspek legalitas mencakup sudah terbitnya Surat Keputusan pembentukan lembaga dan Surat Keputusan unsur pimpinan BAZNAS Kota Yogyakarta.

Kedua, aspek akuntabilitas dan kesesuaian syariah. aspek ini mencakup laporan dan pertanggungjawaban secara berkala, pengesahan RKAT setiap tahun, audit atas laporan keuangan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dan audit syariah. Ketiga, aspek IT dan sistem. BAZNAS Kota Yogyakarta menerapkan Sitem Informasi Manajen BAZNAS (SIMBA) sehingga laporan terintegrasi dengan BAZNAS Provinsi dan BAZNAS untuk mewujudkan laporan secara nasional, yang kemudian terintegrasi dengan muzaki corner yang dapat di akses oleh muzaki secara real time. Keempat, aspek penyaluran. Berdasarkan Zakat Core Principle dimana untuk menilai kinerja penyaluran zakat dilihat dari rasio pendistribusian terhadap pengumpulan zakat. Semakin tinggi rasio penyaluran terhadap pengumpulan zakat, maka semakin efektif pengelolaan zakat. Disamping itu, dalam penyaluran zakat diutamakan untuk kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan orang miskin dari batas garis kemiskinan berdasarkan data dan standar Badan Pusat Statistik (BPS). Kelima, aspek pengumpulan. Dalam rangka mengoptimalkan pengumpulan zakat di Kota Yogyakarta secara nasional, maka BAZNAS Kota Yogyakarta bersama LAZ dan seluruh elemen yang ada perlu melakukan edukasi terhadap muzaki dalam bentuk Kampanye zakat yang dilakukan berkelanjutan. Hal ini penting agar muzaki memahami bahwa zakat adalah ibadah yang memiliki posisi yang sangat strategis baik dari aspek keagamaan, sosial, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, BAZNAS Kota Yogyakarta mesti mampu memberikan kenyamanan dan jaminan bahwa zakat yang telah ditunaikan melalui BAZNAS Kota Yogyakarta itu sampai

27 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

kepada mustahik. Kenyamanan ini diharapakan akan melahirkan kepercayaan yang berkelanjutan dari muzaki kepada BAZNAS Kota Yogyakarta. Keenam, aspek pengembangan amil. Untuk meningkatkan dan menstandarkan kapasitas dan kompetensi amil, maka perlu dilakukan pelatihan dan pembinaan yang sesuai dan mengacu pada standar nasional. Di dalam pengelolaan zakat terdapat tujuh azas. Hal ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Ketujuh asas tersebut adalah syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas.

Grafik Sistem Pengelolaan Zakat Nasional

Tujuh azas tersebut bermakna: 1) Syariat Islam, yaitu: zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim.

Pembayaran zakat oleh muzaki dan penyaluran zakat kepada mustahik dilakukan sesuai dengan ketentuan syariat.

2) Amanah yaitu: pengelola zakat, baik amil maupun lembaganya, harus dapat dipercaya.

3) Kemanfaatan, yaitu: pengelolaan zakat dilakukan untuk memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi mustahik.

4) Keadilan, yaitu: pengelolaan zakat dalam pendistribusiannya dilakukan secara adil.

5) Kepastikan hukum, yaitu: dalam pengelolaan zakat terdapat jaminan kepastian hukum bagi mustahik dan muzaki.

28 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

6) Terintegrasi, yaitu: pengelolaan zakat dilaksanakan secara hierarkis dalam upaya meningkatkan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

7) Akuntabilitas, yaitu: pengelolaan zakat dapat dipertanggungjawabkan dan diakses oleh masyarakat.

Dalam UU Nomor 23 Tahun 2011, BAZNAS Kota Yogyakarta merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat tingkat Kota Yogyakarta. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BAZNAS Kota Yogyakarta menyelenggarakan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pelaporan, dan pertanggungjawaban atas kegiatan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. BAZNAS Kota Yogyakarta menjalankan fungsi koordinator dan operator zakat Kota Yogyakarta. BAZNAS Kota Yogyakarta melaksanakan fungsi koordinator dan operator utama zakat dalam wilayah Kota Yogyakarta. fungsi koordinator zakat Kota Yogyakarta ditekankan pada peran koordinasi terhadap LAZ Kota Yogyakarta terkait kebijakan dan pedoman pengelolaan zakat yang telah ditetapkan oleh BAZNAS, bertanggung jawab atas pelaporan zakat tingkat Kota Yogyakarta yang meliputi laporan dari BAZNAS Kota Yogyakarta dan LAZ tingkat Kota Yogyakarta, serta pemberian rekomendasi pembukaan perwakilan LAZ dalam wilayah Kota Yogyakarta. Pada fungsi operator utama zakat, BAZNAS Kota Yogyakarta melakukan pengumpulan zakat dalam wilayah administrasi Kota Yogyakarta yang meliputi kantor satuan kerja pemerintah daerah/lembaga daerah Kota Yogyakarta; kantor instansi vertikal tingkat Kota Yogyakarta; badan usaha milik daerah Kota Yogyakarta; perusahaan swasta skala Kota Yogyakarta; masjid, mushalla, langgar, surau, atau nama lainnya; sekolah/madrasah, dan lembaga pendidikan lainnya; kecamatan atau nama lainnya; dan desa/kelurahan atau nama lainnya. Adapun, dalam penyaluran, BAZNAS Kota Yogyakarta melakukan kegiatan pendistribusian dan pendayagunaan secara individu maupun kelompok. Program penyaluran ini dapat dilakukan sendiri oleh BAZNAS Kota Yogyakarta maupun bekerja sama dengan BAZNAS, BAZNAS provinsi, maupun LAZ. Selain itu, fungsi operator utama zakat dari BAZNAS Kota Yogyakarta bertanggung jawab atas pengelolaan database mustahik yang berada dalam wilayah Kota Yogyakarta. Database mustahik ini berfungsi sebagai informasi dasar bagi program penyaluran yang dilakukan oleh BAZNAS maupun LAZ di seluruh tingkat. Database mustahik ini bertujuan untuk membuat peta distribusi mustahik secara nasional. Sehingga, pelaksanaan pendistribusian dan pendayagunaan zakat dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

B. Roadmap Pengelolaan Zakat Kota Yogyakarta 2016-2020 Berikut roadmap pengelolaan Zakat BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020 yang telah disesuaikan dengan Roadmap Pengelolaan Zakat Nasional dengan modifikasi sesuai potensi dan kebutuhan di BAZNAS Kota Yogyakarta;

29 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

Tahun Rincian Kegiatan 2016

PONDASI Pertumbuhan ZIS dan DSKL 15% dari tahun sebelumnya; Terdistribusi kaleng ODOT 1000 buah; BAZNAS Kota Yogyakarta memiliki RENSTRA Tahun 2016-

2020; Semua peraturan BAZNAS Kota Yogyakarta mengacu pada

UU 23/2011 dan PP 14/2014; Telah menerapkan SiMBA dengan baik; Terlaksananya Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi

(MDTT) dengan Sekolah Dasar (SD) di 14 Sekolah; Terlaksananya program Zakat Community Development di

1 titik dalam bentuk Kampung Pintar; Laporan keuangan telah diaudit oleh Kantor Akuntan

Publik 30 April 2016; Terbentuknya UPZ Masjid tingkat Kota, Kecamatan dan

Kelurahan; Pembentukan UPZ Instansi yang belum bergabung dengan

BAZNAS Kota Yogyakarta; Sinergi dengan Lembaga Islam dalam bentuk program dan

support biaya operasional; Terlaksananya pesantren Dhuafa’ dengan peserta 50 orang; Terlaksananya beasiswa mahasiswa produktif; Terlaksnanya pemberdayaan ekonomi dengan sitem

pendampingan yang berkelanjutan. 2017

KONSOLIDASI Pertumbuhan ZIS dan DSKL 16% dari tahun sebelumnya; Terdistribusi Kaleng S2 (Sedino Sewu) Sejumlah 2000

buah; Database muzaki dan mustahik terintegrasi secara

nasional; RKAT tahun 2017 telah disahkan; Laporan keuangan sudah diaudit Akuntan Publik dan Audit

Syari’ah oleh Kementerian Agama pada tanggal 30 April 2017;

Data Mustahiq terintegrasi dengan data kemiskinan Pemerintah Kota Yogyakarta;

Terlaksananya program Zakat Community Development di 2 titik dalam bentuk Kampung Pintar dan Kampung Taqwa;

Amil memiliki Sertifikat Profesi dari program BAZNAS bekerjasama dengan BNSP;

Beroperasionalnya TV BAZNAS Kota Yogyakarta melalui chanel youtube;

Aktivasi Muzaki Corner; Performance kantor lebih representative; Terbentuknya UPZ Masjid sejumlah 195;

30 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

Terbentuknya Satuan Amil Kelurahan (Stakel) sejumlah 30 orang;

Terlaksanannya program Madrasah Diniyah Takmiliyah di 14 Sekolah Dasar;

Terwujudnya sinergi antara BAZNAS Kota Yogyakarta dengan Pemerintah Daerah (SKPD terkait), Kemenag serta lembaga Agama tingkat Kota Yogyakarta (MUI, DMI, IPHI, BWI, Badko TKA/TPA, BKPRMI);

Terlaksananya pesantren Dhuafa’ untuk 75 peserta; Terlaksannya Pemberdayaan ekonomi berkelanjutan; Terbentuknya relawan BAZNAS Tanggap Bencana (BTB).

2018 PENGUATAN

Pertumbuhan ZIS dan DSKL 10% dari tahun sebelumnya; RKAT tahun 2018 telah disahkan; Terdistribusi Kaleng S2 (Sedino Sewu) Sejumlah 2500

buah; Laporan keuangan sudah diaudit Akuntan Publik dan Audit

Syari’ah oleh Kementerian Agama pada tanggal 30 April 2018;

Terlaksananya program Zakat Community Development di 3 titik;

Terbentuknya UPZ Masjid sejumlah 300; Penguatan tata kelola UPZ Masjid dan Satuan Tugas Amil

Kelurahan (STAKEL); Terbentuknya program Madrasah Diniyah Takmiliyah di 28

Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta; Mengembangkan system pelaporan paperless yang

terintegrasi kepada seluruh stakeholder; Lima puluh persen Amil sudah tersertifikasi oleh program

sertifikasi BAZNAS; Terlaksannya Pemberdayaan ekonomi berkelanjutan; Persiapan 2 titik ZCD menuju kemandirian; Kajian pembentukan Swalayan Mustahiq.

2019

PERTUMBUHAN Pertumbuhan ZIS dan DSKL 10,5% dari tahun sebelumnya; RKAT tahun 2019 telah disahkan; Terdistribusi Kaleng S2 (Sedino Sewu) Sejumlah 3000

buah; Laporan keuangan sudah diaudit Akuntan Publik dan Audit

Syariah oleh Kementerian Agama pada tanggal 30 April 2019;

Terlaksananya program Zakat Community Development di 4 titik;

Terbentuknya UPZ Masjid sejumlah 400; Persiapan akhir Organisasi Pengelola Zakat menjadi

lembaga keuangan syariah yang diawasi dan disupervisi

31 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) RI; Terlaksannya Pemberdayaan ekonomi berkelanjutan; Terbentuknya usaha Amil sebagai investasi bersama yang

berkelanjutan; Memiliki kantor sendiri yang representative; 2 titik ZCD telah mandiri;

2020

LEPAS LANDAS Pertumbuhan ZIS dan DSKL 11% dari tahun sebelumnya; Terdistribusi Kaleng S2 (Sedino Sewu) Sejumlah 3500

buah; RKAT tahun 2020 telah disahkan; BAZNAS Kota Yogyakarta menjadi lembaga keuangan

syariah yang diawasi dan disupervisi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) RI;

Terlaksannya Pemberdayaan ekonomi berkelanjutan; Terbentuknya UPZ Masjid sejumlah 492; Yogyakarta menjadi model pengelolaan zakat nasional; Terlaksananya program Zakat Community Development di

6 titik; 2 titik ZCD telah mandiri.

C. Pemangku Kepentingan Zakat Kota Yogyakarta Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 mengamanatkan sejumlah perbaikan pada tata kelola zakat nasional. Dalam aturan tersebut, pemangku kepentingan zakat Kota Yogyakarta meliputi: Pemerintah Kota Yogyakarta, DPRD Kota Yogyakarta, BAZNAS Kota Yogyakarta dan LAZ tingkat Kota Yogyakarta. Berikut ini merupakan uraian peran masing-masing aktor dalam tata kelola zakat nasional.

Pemerintah Kota Yogyakarta 1. Mengusulkan dan menetapkan Pimpinan BAZNAS Kota Yogyakarta; 2. Melakukan pembinaan (sosialisasi, edukasi, dan fasilitasi) kepada pengelola

zakat dalam lingkup Kota Yogyakarta; 3. Melakukan pengawasan terhadap penggunaan dana pengelolaan zakat di ting-

Kota Yogyakarta; 4. Memberikan usulan alokasi APBD untuk BAZNAS Kota Yogyakarta; 5. Menerima laporan dan pertanggungjawaban pengelolaan zakat tingkat Kota

Yogyakarta.

Kementerian Agama Kota Yogyakarta 1. Melakukan pembinaan BAZNAS Kota Yogyakarta dan LAZ tingkat Kota

Yogyakarta; 2. Memberikan pertimbangan alokasi APBN untuk BAZNAS Kota Yogyakarta.

32 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

DPRD Kota Yogyakarta 1. Menjadi mitra kerja dalam pengelolaan zakat BAZNAS Kota Yogyakarta; 2. Mengesahkan usulan alokasi APBD untuk BAZNAS Kota Yogyakarta; 3. Menerima laporan dan pertanggungjawaban pengelolaan zakat BAZNAS Kota

Yogyakarta.

BAZNAS Kota Yogyakarta 1. Melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pelaporan, dan pertang-

gungjawaban pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat Kota Yogyakarta;

2. Memberikan konsultasi dan advokasi pengelolaan zakat kepada dan LAZ Kota Yogyakarta;

3. Melakukan koordinasi pengelolaan zakat di tingkat Kota Yogyakarta; 4. Memberikan rekomendasi izin pembukaan perwakilan LAZ Provinsi; 5. Melakukan monitoring dan evaluasi atas implementasi pedoman pengelolaan

zakat pada LAZ Kota Yogyakarta; 6. Menerima laporan dari LAZ Kota Yogyakarta; 7. Melakukan kemitraan penyaluran zakat dengan BAZNAS, BAZNAS Provinsi,

dan LAZ.

UPZ 1. Menjadi kepanjangan tangan Baznas Kota Yogyakarta dalam hal pengumpulan

zakat; 2. Dapat membantu penyaluran zakat berdasarkan izin BAZNAS Kota Yogyakarta.

LAZ

1. Melakukan pengumpulan dan penyaluran zakat sesuai dengan tingkat kewenangannya;

2. Memberikan laporan pengumpulan dan penyaluran zakat.

D. Sistem Pelaporan Zakat Kota Yogyakarta Dalam upaya menciptakan pengelolaan zakat yang akuntabel, UU 23/2011 dan PP 14/2014 mengamanatkan suatu mekanisme alur pelaporan dan pertanggung-jawaban pengelolaan zakat nasional. BAZNAS sebagai pengelola zakat nasional melaporkan pelaksanaan pengelolaan zakat secara kepada Menteri Agama setiap 6 (enam) bulan dan akhir tahun. Selain itu, BAZNAS juga melaporkan pengelolaan zakat nasional secara tertulis kepada Presiden melalui Menteri Agama dan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Di tingkat provinsi, BAZNAS Provinsi melaporkan pelaksanaan pengelolaan zakat tingkat provinsi secara tertulis kepada BAZNAS dan Gubernur setiap 6 (enam) bulan dan akhir tahun. Adapun, di tingkat kabupaten/kota, BAZNAS Kabupaten/ Kota melaporkan pelaksanaan pengelolaan zakat di tingkat kabupaten/Kota secara tertulis kepada BAZNAS Provinsi dan Bupati/Walikota setiap 6 (enam) bulan dan akhir tahun.

33 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

Sementara itu, LAZ wajib menyampaikan laporan pengelolaan zakat secara tertulis kepada BAZNAS dan pemerintah daerah setiap 6 (enam) bulan dan akhir tahun. Perwakilan LAZ wajib menyampaikan laporan pengelolaan zakat secara tertulis kepada LAZ (induk) dengan menyampaikan tembusan kepada pemerintah daerah, kepala kantor wilayah kementerian agama provinsi, dan kepala kantor kementerian agama kabupaten/kota. Berikut ini terlampir bagan alur pelaporan dan pertanggungjawaban pengelolaan zakat nasional.

Grafik 4.2. Sistem Pelaporan Zakat Kota Yogyakarta

BAZNAS PROVINSI

MENTERI

BAZNAS

PRESIDEN

BAZNAS KOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA KEMENAG KOTA YOGYAKARTA

LAZ TINGKAT KOTA YOGYAKARTA

34 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

BAB V TUJUAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN

KEY PERFORMANCE INDICATOR

A. Tujuan Sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat bahwa tujuan pengelolaan zakat nasional yaitu: 1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat. 2. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, baik

materil maupun spiritual dan penanggulangan kemiskinan.

B. Arah Kebijakan

Arah kebijakan BAZNAS Kota Yogyakarta sejalan dengan agenda prioritas BAZNAS yang tertuang dalam Renstra tahun 2016-2020, yaitu: meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Kota Yogyakarta.

C. Key Performance Indicator

No Key Performance Indicator

Unit Ukuran

Target 2016 2017 2018 2019 2020

Aspek Legalitas 1. Renstra BAZNAS

Kota Yogyakarta 2016- 2020 sudah diperbaiki

% 100 n.a. n.a. n.a. n.a.

2. Peraturan Kepegawaian

Jumlah 1 n.a. n.a. n.a. n.a.

3. Peraturan UPZ Masjid

Jumlah 2 n.a. n.a. n.a. n.a.

4. SK pengangkatan Amil Pelaksana

Jumlah 1 n.a. n.a. n.a. n.a.

5. Standar Operasional Prosedur Pelayanan Pentasharufan (SOP3)

% 100 100 100 100 100

6. Izin LAZ tingkat Kota Yogyakarta yang telah memenuhi syarat

% n.a 100 100 100 100

35 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

Aspek Akuntabilitas dan Kesesuaian Syariah 1. RKAT % 100 100 100 100 100 2. Laporan

Keuangan di Audit oleh Akuntan Publik dan Audit Syariah oleh Kementerian Agama setiap tanggal 30 April

% 100 100 100 100 100

3. Publikasi Laporan Keuangan melalui website

waktu bulanan

bulanan

bulanan

bulanan

Bulanan

4. Laporan kepada Pemerintah Kota Yogyakarta

waktu semester

semester

semester

semester

Semester

5. Laporan kepada BAZNAS DIY

Waktu semester

semester

semester

semester

Semester

6. Laporan kepada UPZ

Waktu triwulan

triwulan

triwulan

triwulan

Triwulan

7. Rakor dengan BAZNAS Prov/Kab

Kali 3 3 3 3 3

6. Rapat Koordinasi dengan LAZ tingkat Kota Yogyakarta

Kali 3 3 3 3 3

7. Rapat Koordinasi dengan Instansi terkait Kota Yogyakarta

Kali 2 2 2 2 2

8. Musyawarah Kerja Daerah

Kali 1 1 1 1 1

Aspek IT dan System 1. Telah

menerapkan SIMBA

% 80 100 100 100 100

2. Pengembangan Website

% 100 100 100 100 100

3. Aktivasi Muzaki Corner

% 0 50 75 85 100

4. Terhubung % 0 100 100 100 100

36 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

dengan kantor dunia maya (kantaya) dalam mendukung kebijakan paperless

Aspek Pengumpulan 1. Dana ZIS dan

DSKL yang terkumpul naik secara signifikan

Miliar IDR

4,3 5,1 5,7 6,3 7

2. Database Muzaki individu

Ribu Orang 5,3 6 6,5 7 7,8

3. Database Muzaki Badan

Puluh Badan

0 10 15 20 25

4. Terbentuknya UPZ Masjid

Unit 60 195 300 400 492

5. Terbentuknya Satuan Tugas Amil Kelurahan

Orang n.a 30 n.a n.a n.a

6. Terbentuknya UPZ Perusahaan Swasta

Unit n.a 5 10 15 20

Aspek Penyaluran 1. Rasio penyaluran

terhadap pengumpulan di atas 90%

Miliyar IDR

4 4,7 5,2 5,7 6,2

2. Terlaksananya program Zakat Comunity Development

Desa/kampung

1 2 3 4 6

3. Database mustahiq

Waktu Nov Nov Nov Nov Nov

4. Terlaksananya program Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi (MDTT) dengan Sekolah Dasar se-

Unit 14 20 28 37 45

37 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

Kota Yogyakarta 5. Terlaksannya

mendirikan Koperasi Jasa Keuangan Syaria’ah (KJKS)

Unit 1

6. Terlaksananya program pengembangan generasi qur’ani

Ribu Orang

7400 7500 7500 7500 7500

Aspek Pengembanan Kapasias Amil 1. Menjadi

Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) sebagai lembaga keuangan yang disupervisi oleh OJK.

% n.a n.a n.a n.a 100

2. Amil BAZNAS Kota Yogyakarta tersertifikasi melalui program sertifikasi BAZNAS

% n.a 10 50 100 n.a

3. Memiliki Gedung yang representatif

V

4. Memiliki Chanel Youtube TV

V

38 Rencana Strategis BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020

BAB VI PENUTUP

Keberadaan renstra BAZNAS Kota Yogyakarta 2016-2020 ini merupakan acuan dalam mewujudkan Kebangkitan Zakat di Kota Yogyakarta. Renstra ini juga menjadi panduan pengelolaan zakat Kota Yogyakarta. Insya Allah, dengan komitmen, sinergi dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan perzakatan Kota Yogyakarta, pengelolaan zakat Kota Yogyakarta akan mampu memoderasi kesenjangan sosial, membangkitkan ekonomi kerakyatan, mendorong munculnya model terobosan dalam pengentasan kemiskinan, dan menjadi sumber pendanaan pembangunan kesejahteraan umat baik kesejahteraan fisik maupun spiritual di luar APBN maupun APBD. Salam Kebangkitan Zakat.