rencana strategis bisnis · analisa tows 2.8. analisa dan mitigasi risiko a. identifikasi risiko b....

106
RENCANA STRATEGIS BISNIS RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang TAHUN 2020 2024 Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • RENCANA

    STRATEGIS

    BISNIS

    RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

    TAHUN 2020 – 2024

    Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

    Kementerian Kesehatan RI

  • [i] | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia dan

    nikmatNya, sehingga RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dapat menyusun Rencana Strategis

    Bisnis (RSB) tahun 2020 – 2024. Dalam melaksanakan tata kelola manajemen organisasi

    diperlukan suatu perencanaan strategis sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan

    Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020 – 2024 dan Program Prioritas, Kegiatan

    Prioritas serta Proyek Prioritas Kementerian Kesehatan RI.

    Dalam rangka mewujudkan RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang menjadi pusat pelayanan

    dan pendidikan kesehatan jiwa yang holistik, maka disusunlah RSB tahun 2020 – 2024

    yang memuat arah dan kebijakan pengembangan pelayanan untuk 5 (lima) tahun ke

    depan. Selain itu, RSB ini juga diharapkan menjadi dokumen yang menyelaraskan

    pelaksanaan kegiatan tugas pokok dan fungsi serta optimalisasi pengelolaan sumber daya

    yang ada di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.

    Terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh civitas hospitalia yang telah

    berpartisipasi dalam penyusunan RSB tahun 2020 – 2024. Besar harapan kami, dokumen

    ini memberikan manfaat optimal bagi peran RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang di kancah

    nasional.

    Hormat kami

    Direktur Utama

    dr. Eniarti, M.Sc., Sp.KJ., MMR

    NIP 19690110 200112 2 002

  • [ii] | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    LEMBAR PENGESAHAN DIREKSI

    RENCANA STRATEGIS BISNIS TAHUN 2020 – 2024

    RSJ Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG

    Disahkan di : Magelang

    Pada : Jum’at, 17 April 2020

    Direktur Utama :

    dr. Eniarti, M.Sc., Sp.KJ., MMR

    NIP 19690110 200112 2 002

    Plh. Direktur Medik dan Keperawatan :

    drg. Rina Kusumawati

    NIP 19770227 200501 2 002

    Plh. Direktur SDM dan Pendidikan :

    dr. Azizah Nuruliati, MPH

    NIP 19750713 200801 2 016

    Direktur Keuangan dan Administrasi Umum :

    Rini Wahyudiyanti, SE., M.Kes

    NIP 19680220 199403 2 002

  • [iv] | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ........................................................................................................... i

    Lembar Pengesahan Direksi ....................................................................................... ii

    Lembar Persetujuan dan Pengesahan Dewan Pengawas .......................................... iii

    Daftar Isi ..................................................................................................................... iv

    BAB I : PENDAHULUAN

    1.1 : Latar Belakang ............................................................................................. 1

    1.2 : Tujuan .......................................................................................................... 3

    1.3 : Dasar Hukum ............................................................................................... 4

    1.4 : Sistematika Penyusunan ............................................................................. 5

    BAB II : KONDISI RSJ Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG

    2.1 : Profil Singkat Satuan Kerja ........................................................................... 7

    2.2 : Gambaran Kinerja

    A. Kinerja Aspek Pelayanan ........................................................................ 12

    B. Kinerja Aspek Keuangan ......................................................................... 18

    C. Kinerja Aspek Sumber Daya Manusia .................................................... 31

    D. Kinerja Aspek Sarana dan Prasarana ...................................................... 33

    2.3 : Tantangan Strategis ..................................................................................... 35

    2.4 : Benchmarking .............................................................................................. 36

    2.5 : Analisa SWOT .............................................................................................. 37

    2.6 : Diagram Kartesius dan Prioritas Strategis ................................................... 40

    2.7 : Analisa TOWS .............................................................................................. 42

    2.8 : Analisa dan Mitigasi Risiko

    A. Identifikasi Risiko ................................................................................... 44

    B. Penilaian Tingkat Risiko .......................................................................... 46

    C. Rencana Mitigasi Risiko .......................................................................... 48

    BAB III : ARAH DAN PROGRAM STRATEGIS

    3.1 : Tata Nilai ...................................................................................................... 55

    3.2 : Arah dan Kebijakan stakeholders Inti .......................................................... 55

    3.3 : Rancangan Peta Strategis Balance Scorecard (BSC) .................................... 57

    3.4 : Indikator Kinerja Utama

    A. Matriks IKU ............................................................................................. 58

    B. Kamus IKU .............................................................................................. 63

    3.5 : Roadmap 5 (Lima) Tahun ke Depan ............................................................ 77

    3.6 : Program Kerja Strategis ............................................................................... 79

  • [v] | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    BAB IV : PROYEKSI KEUANGAN

    4.1 : Estimasi Pendapatan ................................................................................... 87

    4.2 : Rencana Kebutuhan Anggaran

    A. Anggaran Kelangsungan Operasional .................................................... 91

    B. Anggaran Pengembangan ...................................................................... 91

    4.3 : Pencapaian IKU ............................................................................................ 91

    4.4 : Mitigasi Risiko .............................................................................................. 97

    4.5 : Rencana Pendanaan .................................................................................... 99

    BAB V : PENUTUP ..................................................................................................... 101

  • 1 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pasal 1 Undang – Undang RI No. 36 tahuen 2009 tentang Kesehatan menyatakan

    bahwa sehat adalah suatu keadaan baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial

    yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

    Sementara Pasal 3 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa

    menyatakan bahwa salah satu tujuan upaya kesehatan jiwa adalah memberikan

    pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan

    melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi Orang dengan

    Masalah Kesehatan (ODMK) dan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

    Salah satu Visi Presiden Republik Indonesia tahun 2019 – 2024 adalah

    Pembangunan Sumber Daya Manusia. Untuk melaksanakan visi tersebut,

    Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan Agenda pembangunan kesehatan yang

    disesuaikan juga dengan RPJMN tahun 2020 – 2024, yaitu terdiri dari:

    1. Pengendalian pendudukan dan tata kelola kependudukan;

    2. Penguatan pelaksanaan perlindungan sosial;

    3. Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan;

    4. Pemerataan pelayanan pendidikan kualitas;

    5. Peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda;

    6. Pengentasan kemiskinan, dan

    7. Peningkatan produktivitas dan daya saing.

    Atas agenda tersebut, Kementerian Kesehatan menjadikan peningkatan akses

    dan mutu pelayanan kesehatan sebagai program prioritas. Adapun kegiatan prioritas

    (KP) dan proyek prioritas (PP) untuk melaksanakan program prioritas tersebut adalah

    sebagai berikut:

    1. KP Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat, dengan PP Penurunan Stunting (Major

    Project).

    2. KP Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, KB dan Kesehatan Reproduksi, dengan PP:

    a. Penurunan Kematian Ibu dan Bayi (Major Project)

    b. Peningkatan KB dan Kesehatan Reproduksi

  • 2 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    3. KP Peningkatan Pengendalian Penyakit, dengan PP:

    a. Pengendalian Penyakit Menular

    b. Pengendalian Penyakit Tidak Menular

    4. KP Pembudayaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, dengan PP:

    a. Pengembangan Lingkungan Sehat

    b. Penguatan Promosi GERMAS

    5. KP Peningkatan Sistem Kesehatan dan Pengawasan Obat dan Makanan, dengan

    PP:

    a. Penguatan Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan

    b. Pemenuhan dan Peningkatan Kompetensi Tenaga Kesehatan

    c. Pemenuhan dan Peningkatan Daya Saing Sediaan Farmasi dan Alat

    Kesehatan

    d. Peningkatan Efektivitas Pengawasan Obat dan Makanan

    e. Penguatan Tata Kelola, Pembiayaan, dan Litbang Kesehatan

    Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi

    rumah tangga dengan ART gangguan jiwa skizofrenia/psikosis di Indonesia sebesar

    7.1 0/00 dan di Jawa Tengah sebesar 10.20/00. Prevalensi depresi pada penduduk umur

    > 15 tahun di Indonesia sebesar 6.1% sementara di Provinsi Jawa Tengah sebesar

    4.6%. Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk umur > 15 tahun di

    Indonesia sebesar 9.8% sementara di Provinsi Jawa Tengah sebesar 8.1%. Proporsi

    rumah tangga yang memiliki ART gangguan jiwa skizofrenia/psikosis yang pernah

    dipasung di Indonesia sebesar 14% dan dari angka tersebut, sebesar 31.5%

    melakukan pemasungan dalam 3 (tiga) bulan terakhir.

    Berdasarkan Pasal 3 Permenkes Nomor 53 Tahun 2019 tentang Organisasi dan

    Tata Kerja RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, tugas RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

    adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dengan kekhususan

    pelayanan kesehatan di bidang kesehatan jiwa. Sementara Pasal 12 ayat (4)

    Permenkes Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit,

    Rumah Sakit khusus dapat menyelenggarakan pelayanan lain di luar kekhususannya,

    meliputi pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan kegawatdaruratan, paling banyak

    40% dari seluruh jumlah tempat tidur. Sementara berdasarkan Kepmenkeu Nomor

    278/KMK.05/2007 tentang Penetapan RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang pada

  • 3 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    Departemen Kesehatan sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pola

    Pengelolaan Keuangan (PPK) Badan Layanan Umum (BLU), maka RSJ Prof. Dr. Soerojo

    Magelang telah melakukan pengelolaan keuangan badan layanan umum.

    Atas regulasi tersebut, RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang telah melaksanakan

    pelayanan kesehatan, berupa pelayanan kesehatan jiwa dan non jiwa, meliputi

    pelayanan gawat darurat, rawat inap, dan rawat jalan. Berdasarkan hasil pelayanan

    selama periode tahun 2015-2019, didapatkan data bahwa angka rata-rata hunian

    selama lima tahun adalah sebesar 46,7%. Dari angka tersebut, didapatkan angka rata-

    rata hunian di Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja sebesar 42%. Sementara

    angka kunjungan periode tahun 2015-2019 di Klinik Rawat Jalan Instalasi Kesehatan

    Jiwa Anak dan Remaja adalah sebanyak 11.353 kunjungan per tahun, dengan rata-

    rata kenaikan sebesar 16,92% kunjungan per tahun, dengan kasus terbanyak yang

    ditemukan adalah gangguan tumbuh kembang.

    Sementara sebagai instansi yang melakukan pola pengelolaan keuangan badan

    layanan umum, RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang telah berusaha melakukan prinsip –

    prinsip pengelolaan keuangan BLU, dengan melakukan kegiatan didasarkan pada

    prinsip efisiensi dan produktivitas. Hal itu terlihat dari rata-rata rasio penerimaan

    negara bukan pajak dibandingkan biaya operasional (POBO). Selama tahun 2015-

    2019, angka POBO mengalami kenaikan, dengan rata-rata kenaikan 6,02% per tahun.

    Berdasarkan atas uraian di atas, maka RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

    menetapkan Rencana Strategis Bisnis Tahun 2020-2024, sebagai implementasi atas

    rencana strategis Kementerian Kesehatan RI.

    1.2. Tujuan Rencana Strategi Bisnis

    Penyusunan Rencana Strategis Bisnis (RSB) bermaksud memberikan arah

    pengembangan pelayanan di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang mulai tahun 2020

    sampai dengan tahun 2024. Adapun tujuan penyusunan RSB adalah sebagai berikut:

    1. Sebagai pedoman untuk melakukan penyusunan rencana kegiatan dan anggaran

    tahunan/Rencana Bisnis Anggaran (RBA).

    2. Menentukan kegiatan yang akan dikembangkan di masing – masing Direktorat.

    3. Pedoman strategis dalam pola penguatan dan pengembangan mutu RSJ Prof. Dr.

    Soerojo Magelang.

  • 4 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    4. Dasar rujukan untuk menilai keberhasilan kegiatan RSJ Prof. Dr. Soerojo

    Magelang dalam pencapaian sasaran yang telah ditentukan.

    5. Salah satu rujukan untuk membangun arah jalinan kerjasama dengan para

    stakeholder inti UPT Vertikal.

    6. Key Result Area yang akan mempertajam tanggungjawab setiap pejabat

    struktural dalam kontribusi menjalankan RSB secara terukur dan kuantitatif

    sehingga menghasilkan Penilaian Kinerja terkait Strategi dan Operasional.

    7. Menunjang pengarahan dan pembentukan budaya Rumah Sakit lewat proses

    interaksi, tawar-menawar, atau komunikasi timbal-balik.

    8. Sebagai upaya pengendalian dengan menjaga kebijakan yang taat asas dan

    sesuai.

    1.3. Dasar Hukum

    1. Undang – Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

    2. Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

    3. Undang – Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

    4. Undang – Undang No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.

    5. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan

    Layanan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 74

    tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005

    tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

    6. Peraturan Presiden No. 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

    Instansi Pemerintah.

    7. Peraturan Presiden No. 7 tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara.

    8. Peraturan Presiden No. 77 tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi RS.

    9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata

    Kerja Kementerian Kesehatan.

    10. Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 tahun 2016 tentang Pedoman

    Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

    11. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.

    12. Peraturan Menteri Kesehatan No. 53 Tahun 2019 Organisasi dan Tata Kerja RSJ

    Prof. Dr. Soerojo Magelang.

  • 5 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    13. Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan

    Rumah Sakit.

    14. Keputusan Menteri Keuangan No. 278/KMK.05/2007 tentang Penetapan RSJ

    Prof. Dr. Soerojo Magelang pada Departemen Kesehatan Sebagai Instansi

    pemerintah yang menerapkan PPK BLU.

    15. Keputusan Menteri Kesehatan No. 756/Menkes/SK/VI/2007 tentang penetapan

    15 (Lima Belas) Rumah Sakit Unit Pelaksana Teknis Departemen Kesehatan

    Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

    16. Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.02.03/I/4160/2016 tentang

    Pemberlakuan Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) RSJ Prof. Dr.

    Soerojo Magelang.

    17. Keputusan Menteri Kesehatan No. KP.03.03/Menkes/203/2018 tentang

    Pemberhentian dan Pengangkatan dari dan dalam Jabatan Pimpinan Tinggi

    Pratama di Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

    1.4. Sistematika Penyusunan Rencana Strategis Bisnis

    Sistematika yang dipergunakan dalam penyusunan Rencana Strategis Bisnis

    (RSB) RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang tahun 2020 – 2024 adalah sebagai berikut:

    BAB I : PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    1.2. Tujuan Rencana Strategi Bisnis

    1.3. Dasar Hukum

    1.4. Sistematika Penyusunan Rencana Strategis Bisnis

    BAB II: KONDISI SATUAN KERJA

    2.1. Profil Satuan Kerja

    2.2. Gambaran Kinerja

    A. Kinerja Aspek Pelayanan

    B. Kinerja Aspek Keuangan

    C. Kinerja Aspek Sumber Daya Manusia

    D. Kinerja Aspek Sarana dan Prasarana

    2.3. Tantangan Strategis

    2.4. Benchmarking

  • 6 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    2.5. Analisa SWOT

    2.6. Diagram Cartesius dan Prioritas Strategis

    2.7. Analisa TOWS

    2.8. Analisa dan Mitigasi Risiko

    A. Identifikasi Risiko

    B. Penilaian Tingkat Risiko

    C. Rencana Mitigasi Risiko

    BAB III: ARAH DAN PROGRAM STRATEGIS

    3.1. Tata Nilai

    3.2. Arah dan Kebijakan stakeholder Inti

    3.3. Rancangan Peta Strategis Balanced Score Card (BSC)

    3.4. Indikator Kinerja Utama

    A. Matriks Indikator Kinerja Utama

    B. Kamus Indikator Kinerja Utama

    3.5. Roadmap 5 (Lima) Tahun ke Depan

    3.6. Program Kerja Strategis

    BAB IV: PROYEKSI KEUANGAN

    4.1. Estimasi Pendapatan

    4.2. Rencana Kebutuhan Anggaran

    4.3. Rencana Pendanaan

    BAB V: PENUTUP

  • 7 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    BAB II

    KONDISI SATUAN KERJA

    2.1. Profil Satuan Kerja

    Sejarah singkat

    Tahun 1916, Scholtens merencanakan membangun Krankzinningengesticht

    (Rumah Sakit Jiwa) di Jawa Tengah. Membutuhkan 7 (tujuh) tahun untuk meyakinkan

    pemerintah Hindia Belanda, akhirnya tahun 1923 diresmikan Rumah Sakit Jiwa

    Magelang yang terletak 4 (empat) kilometer dari pusat kota Magelang, di tepi jalan

    raya yang menghubungkan Yogyakarta, Semarang dan Purworejo, dikelilingi:

    1. Gunung Merapi, Merbabu, Andong dan Telomoyo di sebelah timur,

    2. Gunung Ungaran di sebelah utara,

    3. Gunung Sumbing dan Menoreh di sebelah barat, dan

    4. Bukit Tidar (Pakunya pulau Jawa) di sebelah selatan.

    Semula bernama Krankzinningengesticht Kramat dan setelah beberapa

    perubahan, baik sebelum dan sesudah kemerdekaan, namanya kemudian menjadi

    Rumah Sakit Jiwa Magelang. Sepanjang berdirinya, cukup banyak mengalami masa –

    masa sulit dan kejadian yang pahit dan memprihatinkan, di antaranya:

    1. Tahun 1930, Gunung Merapi meletus dengan hebatnya, beberapa bangsal harus

    dikosongkan untuk menampung korban letusan Merapi itu, namun akibatnya

    banyak terjadi kerusakan bangunan dan peralatan, bahkan juga yang hilang.

    2. Tanggal 22 April 1942, semua tenaga kerja warga negara Belanda, termasuk

    direkturnya dr. P.J. Stigter, ditahan tentara Jepang sehingga mengacaukan

    pengelolaan Rumah Sakit. Pimpinan Rumah Sakit saat itu dipegang dr. Soerojo.

    3. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, tentara pendudukan Inggris – Gurkha – Nica

    masuk Magelang. Suasana tegang menyelimuti Rumah Sakit Jiwa Magelang,

    pegawai dan penduduk berjaga – jaga dengan bambu runcing, Rumah Sakit Jiwa

    Magelang digunakan sebagai pos PMI cabang Magelang utara. Rumah direktur

    sebagai markas TKR pada waktu pertempuran di Secang dan Ambarawa terjadi,

    Rumah Sakit Jiwa Magelang mengirimkan obat – obatan dan tenaga kesehatan.

    4. Tahun 1946 – 1950, Rumah Sakit Jiwa Magelang masih diliputi suasana yang tak

    menentu fungsi Rumah Sakit Jiwa tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya,

  • 8 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    beberapa bangsal terutama bagian depan dalam tahun – tahun tersebut pernah

    dipergunakan untuk asrama TKR, ALRI, tempat penampungan keluarga Kereta

    Api, tempat pengungsian penduduk sekitar Rumah Sakit.

    5. Disebutkan pula bahwa, kantor Higiene pernah pula berkedudukan di Rumah

    Sakit Jiwa Magelang selama masa tersebut Rumah Sakit Jiwa Magelang kadang –

    kadang tidak luput sebagai ajang pertempuran maupun kekacauan. Semua

    keadaan ini menyebabkan kerusakan bangunan, hancurnya areal perkebunan

    (kopi, tebu), hilangnya pakaian pasien, perlengkapan terapi kerja dan alat

    hiburan seperti wayang dan gamelan.

    6. Pada masa Trikora dan Dwikora juga cukup terasa di Rumah Sakit Jiwa Magelang

    akibat penghematan Anggaran Belanja. Sampai – sampai halaman di sekitar

    bangsal perlu ditanami ubi, kacang, dsb. Untuk tambahan bahan makanan juga

    sebagian tanah (kebun kopi) diambil alih oleh pihak Hankam, sehingga mulai saat

    itu luas areal yang semula 82.975 Ha menjadi 74.138 Ha.

    7. Namun dengan adanya Repelita, keadaan Rumah Sakit Jiwa Magelang pun

    berangsur – angsur membaik di segala bidang. Tetapi masih ada yang belum

    kembali seperti keadaan semula, misalnya: perikanan belum dapat dilaksanakan

    lagi karena areal Rumah Sakit Jiwa Magelang tidak lagi dapat mencapai aliran

    irigasi yang memadai. Dalam rangka Repelita RSJ Magelang mendapat areal

    tanah untuk penyediaan air bersih 0,945 Ha. Sebelumnya air bersih didapatkan

    dari PAM Magelang tetapi sejak jaman Jepang tidak berjalan lagi.

    8. Areal Rumah Sakit Jiwa Magelang pada tahun 1993 berkurang lagi dari 74.138 Ha

    sekarang tinggal kurang lebih 40 Ha, hal ini disebabkan adanya kebijakan

    pemerintah (dalam hal ini Departemen Kesehatan) untuk memberikan

    kesejahteraan kepada pegawai. Areal tersebut dibangun perumahan yang

    diperuntukkan bagi pegawai Departemen Kesehatan.

    9. Tahun 1978 RSJ Magelang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai RSJ Pusat kelas A

    dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.135/Menkes/SK/IV/1978.

    Sebagai Unit Pelaksana Teknis dari Departemen Kesehatan RSJ Magelang

    mempunyai tugas menyelenggarakan dan melaksanakan pelayanan kesehatan,

    pencegahan gangguan jiwa, pemulihan dan rehabilitasi dibidang kesehatan jiwa.

  • 9 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    10. Tanggal 20 Nopember 2000 secara resmi nama Rumah Sakit Jiwa Magelang

    berubah menjadi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang berdasarkan

    Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI No. 1684

    MENKES-KESSOS/SK/XI/2000 tentang Pemberian Nama Rumah Sakit Jiwa

    Magelang menjadi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo.

    11. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI No. 278/KMK.05/2007 tanggal 21

    Juni 2007 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 756/Menkes/SK/VI/2007

    tanggal 26 Juni 2007, RSJ. Prof. Dr. Soerojo Magelang menjadi Instansi

    Pemerintah di bawah Departemen Kesehatan RI yang menerapkan Pola

    Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).

    12. Tahun 2009 adanya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

    kesehatan yang komprehensif, direspon oleh RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

    dengan membuka pelayanan kesehatan non jiwa. Hal ini diperkuat oleh Surat

    Keputusan Direktur Jenderal Bina pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI,

    No.HK.03.05/I/441/09 tentang Ijin Melaksanakan Pelayanan Kesehatan Umum

    di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Surat Keputusan ini mengatur RSJ Prof. Dr

    Soerojo Magelang untuk membuka pelayanan kesehatan umum sejumlah 15%

    dari Tempat Tidur yang tersedia. Pelayanan ini telah dilengkapi dengan tenaga

    medik spesialistik meliputi: spesialis bedah, spesialis penyakit dalam, spesialis

    anak, spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis saraf, spesialis Radiologi dan

    spesialis anestesi. Pelayanan ini didukung dengan telah dioperasikannya ruang

    rawat inap, kamar operasi, kamar bersalin dan fasilitas pendukung yang lain.

    Namun demikian RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang tetap menjalankan kegiatan

    utama dalam bidang pelayanan kesehatan jiwa.

    13. Kondisi saat ini, luas tanah: 409.450 m2, luas bangunan: 27.724 m2, unggulan

    14. Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja, Rumah Sakit pendidikan serta Cagar Budaya.

    Alamat : Jl. Jenderal Ahmad Yani No. 169,

    kelurahan Kramat Utama, Kecamatan Magelang Utara,

    Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah

    Telepon : (0293) 363601, 363602

    Faximile : (0293) 365183

  • 10 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    E-mail : [email protected]

    Website : www.rsjsoerojo.co.id

    Data Umum

    Direktur Utama : dr. Eniarti, M.Sc., Sp.KJ., MMR

    Kepemilikan : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

    Tipe/Kelas : A Khusus

    Kapasitas : 500 Tempat Tidur

    Diresmikan : 15 September 1923

    Ijin Operasional : Sertifikat No : 4/1/IO/KES/PMDN/2017

    Tanggal 26 April 2017 s/d 25 April 2022

    Akreditasi : SNARS edisi 1 Lulus Paripurna

    Sertifikat No : KARS-SERT/373/III/2019

    Tanggal 25 Maret 2019 s/d 24 Februari 2022

    Data SDM (per Desember 2019)

    Jumlah : 885orang, terdiri dari:

    - CPNS 18 orang dan PNS 589 orang

    - Non PNS 278 orang

    Tenaga Medis : 45 orang

    Paramedis : 435 orang (perawat dan bidan)

    Nakes lainnya : 129 orang

    Non Nakes : 276 orang

    Produk Layanan

    Merupakan Rumah Sakit Khusus Jiwa yang melaksanakan pelayanan jiwa dan

    pelayanan di luar kekhususannya, antara lain:

    1. Pelayanan Kesehatan Jiwa:

    a. Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja,

    b. Kesehatan Jiwa Dewasa / Psikiatri Umum,

    c. Kesehatan Jiwa Usia Lanjut / Psychogeriatric,

  • 11 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    d. Kesehatan Jiwa Forensik dan NAPZA,

    e. Kesehatan Jiwa Masyarakat,

    f. Rehabilitasi Sosial,

    g. Consultation Liaison Psychiatry (CLP)

    2. Pelayanan Kesehatan Saraf Terpadu

    3. Pelayanan Psikologi

    4. Pelayanan Pengobatan Penyakit Dalam Terpadu: Pelayanan Diabetes Terpadu

    5. Pelayanan Kesehatan Kebidanan dan Kandungan Terpadu (Obsgyn)

    6. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Terpadu

    7. Pelayanan Kesehatan Anak Terpadu

    8. Pelayanan Bedah Terpadu

    9. Medical Check Up Terpadu

    10. Pelayanan Kesehatan Kulit dan Kelamin

    11. Pelayanan Kesehatan Fisik dan Rehabilitasi

    12. Pelayanan VCT

    13. Intensive Care Unit

    14. Pelayanan THT

    15. Pelayanan Ortopedi

    16. Klinik haji dan umroh

    17. Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi (Yankestrad)

    Fasilitas

    1. Instalasi Rekam Medik dan Penjaminan

    2. Instalasi Gawat Darurat

    3. Instalasi Rawat Jalan

    4. Instalasi Rawat Inap I

    5. Instalasi Rawat Inap II

    6. Instalasi Medical Check Up Terpadu

    7. Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja

    8. Instalasi Rehabilitasi Psikososial

    9. Instalasi Rehabilitasi Medik

    10. Instalasi Farmasi

    11. Instalasi Gizi

  • 12 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    12. Instalasi Laboratorium

    13. Instalasi Radiologi

    14. Instalasi Promosi Kesehatan dan Rumah Sakit

    15. Instalasi Pendidikan dan Pelatihan

    16. Instalasi Sistem Informasi Rumah Sakit

    17. Instalasi Binatu dan Sterilisasi Alat

    18. Instalasi Kesehatan Lingkungan

    19. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

    2.2. Gambaran Kinerja

    A. Kinerja Aspek Pelayanan

    Dalam Rencana Strategi Bisnis (RSB) tahun 2015 – 2019, terdapat 6 (enam)

    Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana tabel di bawah ini.

    NO IKU TARGET

    2015 2016 2017 2018 2019

    1 Produk

    layanan

    inovatif

    kesehatan

    jiwa anak

    dan remaja

    - Learning

    Difficulties

    - Autisme

    - Adiksi

    - ADHD

    - Conduct

    Disorder

    - Conduct

    Disorder

    - Suicide

    Prevention

    2 Produk

    layanan

    Consultation

    Liaison

    Psikiatri

    (CLP)

    - Psikogeriatri

    - Anxietas

    - Tiroid

    - Hormon

    Diabetes

    - Psiko

    endokrin

    - Tiroid,

    - Hormonal

    - Diabetes

    - Kronik

    pain,

    - Epilepsi,

    - Brain

    Infections

    - Stroke

    - Psiko

    surgery

    3 Produk

    layanan

    Psikiatri

    Forensik

    - Holistik

    forensik

    perempuan

    dan anak

    - Trafficking - Psikotik

    retardasi

    mental

    - Pidana:

    demensia

    dan post

    stroke

    - Psikotik

    dan

    Retardasi

    Mental

    4 Penambahan

    kemitraan

    dengan

    institusi dan

    masyarakat

    3 institusi 3 institusi 3 institusi 3 institusi 3 institusi

    5 Persentase

    Pencapaian

    Indikator

    Mutu Klinik

    82% 84% 86% 88% 88%

    6 Persentase

    Pencapaian 82% 84% 86% 99% 90%

  • 13 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    NO IKU TARGET

    2015 2016 2017 2018 2019

    Mutu

    Manajerial

    Capaian produk layanan inovasi dan capaian indikator mutu klinik serta

    manajerial selama tahun 2015 – 2018 digambarkan sebagaimana tabel di bawah.

    NO KATEGORI PRODUK

    LAYANAN

    JUMLAH PASIEN

    2015 2016 2017 2018 2019

    1 Produk layanan inovasi

    kesehatan jiwa anak

    remaja

    Conduct

    Disorder 75 123 144 123 167

    ADHD 355 1021 934 767 1.362

    Gangguan

    Belajar 13 76 59 136 395

    Autis 233 628 718 675 765

    Adiksi Napza 5 2 7 7 0

    2 Produk layanan inovasi

    Consultation Liaison

    Psikiatri (CLP)

    Psikogeriatri 376 578 482 528 427

    Anxiety 9 2 1 9 8

    Epilepsi 42 7 11 17 68

    DM 30 10 13 41 38

    3 Produk layanan inovasi

    Psikiatri Forensik

    Kasus

    Forensik 2 10 12 11 2

    4 Persentase Pencapaian

    Indikator Mutu Klinik - 88,8% 93% 86% 98% 92.4%

    5 Persentase Pencapaian

    Indikator Mutu

    Manajerial

    - 82% 93% 88% 100% 94.2%

    Berikutnya akan digambarkan capaian kinerja pelayanan di masing – masing

    unit kerja beberapa tahun ke belakang.

    1. Kunjungan Rawat jalan

    Berdasarkan tabel di atas, kunjungan rawat jalan dari tahun 2014 – 2018

    mengalami peningkatan rata – rata sebesar 7% (tujuh persen). Peningkatan

    ini masih kurang optimal hal ini dipengaruhi oleh kebijakan / regulasi

    65814

    77948

    78419

    88101

    86019 73382

    2014 2015 2016 2017 2018 2019

  • 14 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    pemerintah terkait JKN yang memuat aturan rujukan berjenjang

    berdasarkan tipe rumah sakit bukan menerapkan rujukan berjenjang

    berdasarkan kompetensi, selain itu rujukannya telah menggunakan sistem

    rujukan online sehingga di saat rumah sakit tidak tercantum di aplikasi

    tersebut sulit sekali untuk merujuk ke RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang yang

    merupakan rumah sakit khusus Tipe A untuk layanan jiwanya dan tipe B

    untuk layanan Non Jiwanya.

    2. Pelayanan Unit Gawat Darurat

    Kunjungan UGD tahun 2014 – 2018 mengalami penurunan rata – rata

    sekitar 2% (dua persen) ini disebabkan karena terkendalanya akses masuk

    terkait dengan kebijakan rujukan berjenjang dari BPJS. Kemudahan akses,

    komunikasi dan peningkatan mutu merupakan langkah dalam upaya

    perbaikan pelayanan di UGD.

    3. Pelayanan Rawat Inap

    13112

    12433

    12439

    11682

    1189614435

    0

    2000

    4000

    6000

    8000

    10000

    12000

    14000

    16000

    2014 2015 2016 2017 2018 2019

    10451

    9749

    9161

    8393

    8642

    9742

    0

    2000

    4000

    6000

    8000

    10000

    12000

    2014 2015 2016 2017 2018 2019

  • 15 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    Tren rata – rata jumlah pasien masuk / pengunjung di rawat inap

    menurun juga bahkan sampai berkurang 5% (lima persen). Sedangkan

    pasien admission Rate RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang tahun 2014 – 2018

    dapat dilihat pada tabel berikut ini:

    Dilihat dari data jumlah Kunjungan (pasien masuk) rawat inap

    dibandingkan total jumlah kunjungan rawat jalan dan UGD tahun 2014 –

    2018 mendapatkan angka admission rate di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

    sebesar 10% (sepuluh persen) pada kondisi normal. Angka admission rate

    10% (sepuluh persen) artinya setiap 100 (seratus) kunjungan pasien di rawat

    jalan dan UGD, maka akan ada 10 (sepuluh) orang yang kemungkinannya

    perlu dirujuk ke pelayanan rawat inap.

    4. Pelayanan Pendidikan dan pelatihan

    RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang merupakan rumah sakit pendidikan

    afiliasi kedokteran jiwa, saat ini melayani 7 (tujuh) fakultas kedokteran, 6

    (enam) fakultas psikologi dan 41 (empat puluh satu) institusi pendidikan

    keperawatan, tenaga kesehatan lainnya dan non medik. Tren peserta didik

    tahun 2015 – 2018 selalu mengalami peningkatan rata – rata 2,4% (dua

    koma empat persen). Tren jumlah penelitian, tahun 2015 – 2017 mengalami

    penurunan rata – rata 25,1% (dua puluh lima koma 1 persen) sedangkan di

    tahun 2017 – 2018 mengalami kenaikan 71% (tujuh puluh satu persen)

    a. Jumlah Peserta Didik

    3284

    34843522 3532

    3518

    2015 2016 2017 2018 2019

    Item 2014 2015 2016 2017 2018 2019

    Kunjungan Rawat Inap 10.451 9.749 9.161 8.393 8.642 9.742

    Kunjungan Rawat Jalan 65.814 77.948 78.419 88.101 86.019 73.382

    Kunjungan UGD 13.112 12.433 12.439 11.682 11.896 14.435

    Admission Rate 13% 11% 10% 8% 9% 10%

  • 16 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    b. Jumlah Kegiatan Penelitian

    c. Judul Publikasi Penelitian

    Tahun Judul Penelitian

    2016

    Efektifitas Permainan Kearifan Budaya lokal Dibandingkan Neurofeedback

    Terhadap Derajat Depresi pada Pasien Depresi Pasca Skizofrenia di RSJ

    Prof. Dr. Soerojo Magelang

    Pengaruh Kontrol Gula Darah Terhadap Rerata Volume Trombosit pada

    Diabetes Tipe 2

    2017 Efektivitas TMS Dibandingkan Fluoxcetine pada Pasien Depresi Mayor

    Randomized Control Trial, Double Blind di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

    2018 Efektivitas Terapi Reminiscene Terhadap Perbaikan Fungsi Kognitif Dan

    Perubahan Gambaran Brain Mapping Gangguan Kognitif

    2019

    - Perbedaan Q-EEG pada anak normal usia sekolah dengan anak

    berkebutuhan khusus di Magelang

    - Stimulasi gelombang alfa pada perubahan gambaran brain mapping

    pada mild cognitive Impairment

    5. Efektivitas Pelayanan

    Capaian efektivitas pelayanan selama tahun 2014 – 2018 dapat dilihat

    dari tabel indikator mutu di bawah ini:

    a. Rawat Inap Jiwa

    Item 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rerata

    Hari

    rawat 116.834 102.995 95.480 83.859 80.022 133.415 95.838

    BOR 44,1 42,5 59,8 53,7 55,2 45,45 51,06

    Av LOS 30,9 29,7 26,0 26,3 23,8 14,91 27,34

    BTO 5,7 12,5 8,4 7,6 8,3 1,6 8,5

    TOI 35,7 16,8 17,6 22,2 19,7 15,4 22,4

    b. Rawat Inap Non Jiwa

    138

    8274

    127

    146

    2015 2016 2017 2018 2019

    Item 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rerata

    Hari rawat 28.715 26.192 23.092 21.586 20.613 47.085 24.039

    BOR 48,3 43,8 40,8 38,1 42,6 47,2 42,72

    Av LOS 4,3 4,5 4,3 4,2 4,0 3,6 4,26

    BTO 38,6 40,0 35,8 33,4 38,7 46,0 37,3

    TOI 4,9 5,9 6,0 6,8 5,4 4,2 5,8

  • 17 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    Dalam indikator mutu rawat inap memang dibedakan antara rawat

    inap jiwa dan non jiwa. Jadi kalau dilihat secara terpisah dari dua tabel

    di atas rata – rata BOR RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang untuk pelayanan

    rawat inap jiwa mencapai 51.06% (lima puluh satu koma enam persen)

    dan pelayanan rawat inap non jiwa 42.72% (empat puluh dua koma

    tujuh puluh dua persen). Rerata lama pasien dirawat (Av LOS) di

    pelayanan rawat inap jiwa adalah 27.34 (dua puluh tujuh koma tiga

    puluh empat) hari dan pelayanan rawat inap non jiwa 4.26 (empat koma

    dua puluh enam) hari.

    c. Kinerja Mutu Layanan

    NO INDIKATOR STANDAR CAPAIAN

    2016 2017 2018 2019

    1 Kepatuhan terhadap

    clinical pathway 100 % 100% 100% 100% 100%

    2

    Kepatuhan penggunaan

    Formularium Nasional

    (Fornas)

    ≥ 80% 85,09% 95,44% 89% 92,16%

    3

    Persentase Tidak

    adanya Kejadian Pasien

    jatuh

    100% 100% 100% 100% 100%

    4

    Cedera / trauma fisik

    akibat fiksasi (CAF) di

    Unit Pelayanan Intensif

    Psikiatri / UPIP

    ≤ 1,5% 0,14% 0% 0% 0%

    5

    Penerapan keselamatan

    Elektro Convulsive

    Therapy (ECT)

    100% 100% 100% 100% 100%

    6 Infeksi Aliran Darah

    Perifer (Plebitis) ≤ 5% 0,44% 0,04% 0% 0,04%

    7 Cuci Tangan (Hand

    Hygiene) 100 100 100 100 100

    8

    Tidak adanya pasien

    yang dilakukan fiksasi

    setelah masa rawat 24

    jam di UPIP

    ≥ 95% 91% 75,51% 93,47% 99,41%

    9

    Tidak adanya kejadian

    pasien bunuh diri di

    rawat inap Psikiatri

    ≥ 90% 100% 100% 100% 100%

    10 Ketepatan identifikasi

    Pasien 100% 81% 100% 100% 100%

    11

    Kecepatan Respon

    terhadap Komplain

    (KRK)

    > 75% 100% 100% 100% 100%

    12 Emergency Psychiatric

    Response Time (EPRT)

    ≤ 240

    Menit 0:52:11 1:15:10 1:52:39 1:31:47

  • 18 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    NO INDIKATOR STANDAR CAPAIAN

    2016 2017 2018 2019

    13 Waktu Tunggu Rawat

    Jalan (WTRJ)

    ≤ 60

    Menit 0:50:04 0:49:03 0:53:19 0:43:18

    14 Waktu Tunggu

    Pelayanan Radiologi ≤ 3 Jam 2:36:06 2:14:28 1:38:11 1:25:34

    15 Waktu Tunggu

    Pelayanan Laboratorium ≤ 2 Jam 1:18:27 1:02:03 1:00:24 0:36:47

    16

    Waktu Tunggu

    Pelayanan Resep Obat

    Jadi

    ≤ 30

    Menit 0:19:42 0:38:37 0:27:74 0:21:02

    17

    Pengembalian Rekam

    Medik Lengkap dalam

    waktu 24 jam

    > 80% 41% 43,76% 78,67% 97,49%

    Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa:

    1) Tahun 2016 dari 17 (tujuh belas) indikator mutu layanan yang ada,

    terdapat 3 (tiga) indikator atau sebesar 17% (tujuh belas persen)

    indikator yang capaiannya tidak sesuai standar.

    2) Tahun 2017 dan 2018 terdapat 2 (dua) indikator atau sebesar 11%

    (sebelas persen) indikator yang capaiannya tidak sesuai standar.

    B. Kinerja Aspek Keuangan

    1. Penerimaan tahun 2016 – 2018

    Mempertimbangkan grafik di atas, terlihat masih adanya dukungan

    yang kuat dari Kementerian Kesehatan dalam layanan operasional rumah

    sakit, melalui subsidi APBN untuk belanja gaji PNS, belanja barang baik untuk

    operasional perkantoran maupun operasional tugas pokok fungsi untuk

    layanan rumah sakit, serta belanja modal baik untuk gedung bangunan /

    jalan jaringan irigasi, alat kesehatan, maupun peralatan dan mesin lainnya.

    -

    20,000,000,000

    40,000,000,000

    60,000,000,000

    80,000,000,000

    100,000,000,000

    2016 2017 2018 2019

    Penerimaan APBN 83,576,67 85,184,69 90,877,87 83,335,11

    Penerimaan Negara

    Bukan Pajak65,184,30 69,696,92 74,085,85 74,465,01

  • 19 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan penerimaan yang

    bersumber dari jasa layanan rumah sakit, layanan pendidikan penelitian,

    penerimaan melalui optimalisasi aset serta penerimaan yang disetor ke kas

    negara dari sewa rumah dinas. Terdapat tren peningkatan penerimaan di

    Instalasi Rawat Inap Non Jiwa salah satunya dipengaruhi karena mulai

    beroperasionalnya pelayanan rawat inap kelas eksekutif melalui layanan

    Bangsal Indraloka yang dilakukan pembangunan gedung bangsal eksekutif

    serta pemenuhan sarana prasarananya pada tahun 2016.

    2. Analisa Rasio Keuangan

    Sumber data untuk perhitungan rasio keuangan adalah Laporan

    Keuangan Sistem Akuntansi Keuangan (SAP) tahun 2016 audited, 2017

    audited dan 2018 audited dan 2019 anaudited. Standar tahun 2018 berbeda

  • 20 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    dengan tahun sebelumnya, dikarenakan terdapat perubahan pedoman

    penilaian kinerja, yaitu Perdirjen Perbendaharaan No. PER-24/PB/2018

    tentang Perubahan atas Perdirjen Perbendaharaan No. PER-36/PB/2016

    tentang Pedoman Penilaian Kinerja BLU Bidang Layanan Kesehatan.

    Perubahan tersebut untuk mengakomodasi perbaikan tata cara penilaian

    kinerja aspek keuangan sehubungan dengan implementasi Permenkeu No.

    220/PMK.05/2016 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU.

    a. Rasio Kas

    Dari grafik terlihat bahwa tren Rasio Kas tahun 2016 – 2019

    mengalami kenaikan. Artinya kemampuan membayar kewajiban jangka

    pendek menggunakan kas yang dimiliki semakin meningkat.

    Tahun 2016 dan 2017, memperoleh skor maksimal, artinya rumah

    sakit memiliki kas yang tidak berlebih maupun tidak kurang, sehingga

    257.88%284.25%

    501.19%

    679.63%

    0.00%

    100.00%

    200.00%

    300.00%

    400.00%

    500.00%

    600.00%

    700.00%

    800.00%

    2016 2017 2018 2019

    Hasil Perhitungan

    0.25 0.25

    2.00 2.00

    0.50 0.50

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    2016 2017 2018 2019

    Skor Target

    Realisasi

  • 21 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sementara pada

    tahun 2018, rumah sakit memperoleh skor sangat rendah meskipun

    hasil perhitungannya cukup tinggi, artinya bahwa rumah sakit sangat

    mampu dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, bahkan masih

    memiliki kas yang berlebih.

    b. Rasio Lancar

    Dari grafik di atas, terlihat tren rasio lancar 2016 dan 2017 menurun

    10,62% (sepuluh koma enam puluh dua persen), kemudian tahun 2018

    naik sebesar 1,84% (satu koma delapan puluh empat persen).

    Hasil perhitungan rasio lancar tahun 2016 – 2018 memperoleh nilai

    > 600 (enam ratus) / skor maksimal. Artinya memenuhi kewajiban

    jangka pendek menggunakan aset lancar yang dimiliki.

    875.57%803.21%

    1016.04%

    1425.01%

    0.00%

    200.00%

    400.00%

    600.00%

    800.00%

    1000.00%

    1200.00%

    1400.00%

    1600.00%

    2016 2017 2018 2019

    Hasil Perhitungan

    2.502.50

    2.50 2.50

    2.75

    2.75

    2.35

    2.40

    2.45

    2.50

    2.55

    2.60

    2.65

    2.70

    2.75

    2.80

    2016 2017 2018 2019

    Skor

    Target

    Realisasi

  • 22 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    c. Periode Penagihan Piutang (Collection Period)

    Dari grafik terlihat tren Rasio Periode Penagihan Piutang berdasarn

    hasil perhitungan untuk tahun 2016 sampai dengan tahun 2019

    cenderung meningkat secara signifikan. Rasio periode penagihan

    piutang menunjukkan periode/waktu perkiraan piutang dapat tertagih.

    Semakin rendah hasil perhitungan, maka semakin bagus rasio periode

    penagihan piutang, yaitu CP/PPP < 30.

    Berdasarkan skor, rasionya tidak dapat mencapai skor yang

    ditargetkan. Penyebab tingginya jumlah hari dalam periode penagihan

    piutang adalah karena sebagaian besar piutang adalah piutang BPJS

    dimana sampai dengan saat ini tertagihnya piutang BPJS di atas 30 hari.

    Namun apabila tidak memperhitungkan piutang BPJS, maka rata-rata

    periode penagihan piutang adalah dibawah 30 hari. Sedangkan upaya

    yang dilakukan dalam rangka pengelolaan piutang tersebut adalah:

    56

    71 74

    94

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    2016 2017 2018 2019

    Hasil Perhitungan

    2.00 2.00

    1.000.50

    0.750.50

    0.00

    0.50

    1.00

    1.50

    2.00

    2.50

    2016 2017 2018 2019

    Skor

    Target

    Realisasi

  • 23 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    1) Mengintensifkan koordinasi dengan BPJS kesehatan (penyerahan

    berkas klaim dari rumah sakit ke BPJS tepat waktu, namun

    pencairan klaim mengacu pada regulasi di internal BPJS).

    2) Berkoordinasi dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan

    Lelang (KPKNL), antara lain pelimpahan berkas piutang macet,

    melakukan kunjungan bersama ke penanggung hutang macet.

    3) Pengendalian piutang dengan melakukan kebijakan pembayaran

    biaya minimal 50% (lima puluh persen) pada saat pasien pulang.

    d. Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover)

    Rasio Perputaran Aset Tetap menunjukkan bahwa semakin besar

    hasil perhitungan, maka semakin bagus rasio perputaran aset tetap,

    yaitu PAT > 20. Dari grafik hasil perhitungan terlihat bahwa nilai

    perputaran aset tetap dari tahun 2016 s/d 2019 berada dibawah 20,

    bahkan pada tahun 2016 ke 2017 menurun signifikan kemudian

    mengalami peningkatan sedikit demi sedikit dari tahun 2017 s/d 2019.

    8.85%

    3.96%4.23%

    4.38%

    0.00%

    1.00%

    2.00%

    3.00%

    4.00%

    5.00%

    6.00%

    7.00%

    8.00%

    9.00%

    10.00%

    2016 2017 2018 2019

    Hasil Perhitungan

    0.50 0.50

    0.50

    0.25

    0.50 0.50

    0.00

    0.20

    0.40

    0.60

    2016 2017 2018 2019

    Skor

    Target

    Realisasi

  • 24 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    Sementara berdasarkan grafik skor, pada tahun 2017 mengalami

    penurunan kemudian meningkat pada tahun 2018 dan stabil di tahun

    2019. Dan hanya pada tahun 2017 yang tidak dapat mencapai skor yang

    ditargetkan. Adapun penurunan yang signifikan dari tahun 2016 ke

    tahun 2017 disebabkan karena terdapat revaluasi nilai aset tetap pada

    akhir tahun 2017 yaitu untuk tanah, gedung dan bangunan, dan jalan,

    irigasi, dan jaringan. Khusus untuk tanah hasil dari revaluasi nilainya

    naik sebesar 186% yang menyebabkan kenaikan signifikan pada total

    aset tetap. Sementara itu, kenaikan nilai aset tetap tersebut belum

    diimbangi dengan kenaikan pendapatan rumah sakit, sehingga

    mempengaruhi capaian skor tidak maksimal, yaitu belum signifikannya

    antara nilai aset yang dimiliki dengan pendapatan yang dihasilkan dari

    aset tersebut. Hal tersebut tergambarkan pada hasil perhitungan rasio

    yang diperoleh pada 2017 sampai dengan 2019 yang cenderung

    stagnan. Strategi peningkatan/pencapaian skor yang telah dilakukan

    sebagai upaya untuk mengoptimalkan aset yang dimiliki guna

    memperoleh pendapatan antara lain:

    1) Telah dilakukan inventarisasi kembali aset tetap, termasuk

    pencatatan kondisi barang. Sehingga apabila ditemukan aset tetap

    dengan kondisi usang / rusak dapat segera dihentikan

    penggunaannya dan diusulkan penghapusannya. Telah terbit

    beberapa SK penghapusan.

    2) Telah dilakukan optimalisasi aset berupa:

    a) Pengembangan layanan IPKM menjadi layanan MCU dengan

    membuka jenis layanan baru (klinik Nurul Qalbi, layanan vaksin

    dan paket layanan psikologi);

    b) Pengembangan layanan rehabilitasi medik dengan membuka

    klinik Kemuning dan layanan paket medis lainnya;

    c) Pemanfaatan lahan pertanian dan kolam untuk pemenuhan

    Instalasi Gizi;

    d) Pemanfaatan lahan untuk sewa ATM, kantin, BTS, payment

    point, lahan kantor koperasi, parkir;

  • 25 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    e) Optimalisasi asrama dengan mewajibkan mahasiswa untuk

    tinggal di asrama dengan pelayanan paket makan dan laundry;

    f) Optimalisasi sumber air kalibening untuk pemenuhan

    kebutuhan air bersih dan air minum RS.

    Adapun upaya yang akan dilakukan terkait dengan optimalisasi aset

    adalah:

    1) Menjual air minum Tajwa ke masyarakat (proses ijin usaha air

    minum untuk dijual ke masyarakat, baru keluar ijin laik hygiene, ijin

    usaha masih menunggu IMB, Amdal dan Amdalalin)

    2) Utilisasi gedung Ikeswar baru dengan diversifikasi layanan untuk

    rawat inap dan rawat jalan

    3) Meningkatkan utilitas alat kesehatan canggih

    4) Optimalisasi utilitas bangsal rawat inap

    e. Imbalan Atas Aset Tetap (Return on Fixed Asset)

    Terlihat tren Rasio imbalan atas aset tetap mengalami penurunan

    pada 2017, kemudian naik pada 2018. Semakin besar hasil perhitungan,

    maka semakin bagus rasio imbalan atas aset tetap, yaitu ROA/ROFA > 6.

    0.75%

    0.53%

    0.92%

    1.12%

    0.00%

    0.20%

    0.40%

    0.60%

    0.80%

    1.00%

    1.20%

    2016 2017 2018 2019

    Hasil Perhitungan

    1.10 1.10

    0.00 0.00 0.00

    1.00

    0.00

    0.20

    0.40

    0.60

    0.80

    1.00

    1.20

    2016 2017 2018 2019

    Skor

    Target

    Realisasi

  • 26 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    Berdasarkan hasil perhitungan, pemanfaatan aset tetap dalam

    operasional RS untuk dapat menghasilkan keuntungan masih sangat

    rendah. Kondisi ini mengindikasikan pemanfaatan aset tetap belum

    efektif dan optimal guna menghasilkan pendapatan sehingga

    berpengaruh pada profit yang dihasilkan. Capaian Perputaran Aset

    Tetap berpengaruh pada capaian rasio Imbalan atas Aset Tetap dimana

    komponen yang dipergunakan untuk menghitung kedua rasio tersebut

    berupa aset tetap. Sehingga apabila capaian Perputaran Aset Tetap

    rendah, maka capaian rasio Imbalan atas Aset Tetap juga rendah. Oleh

    karena itu upaya-upaya yang dilakukan terkait dengan rasio Imbalan

    atas Aset Tetap sama dengan yang dilakukan untuk pencapaian rasio

    Perputaran Aset Tetap, yaitu:

    1) Strategi peningkatan / pencapaian skor yang telah dilakukan yaitu:

    a) Telah dilakukan inventarisasi kembali aset tetap, termasuk

    pencatatan kondisi barang. Sehingga apabila ada aset tetap

    dengan kondisi usang/rusak dapat segera dihentikan

    penggunaannya dan diusulkan penghapusannya. Telah terbit

    beberapa SK penghapusan.

    b) Telah dilakukan optimalisasi aset berupa: pengembangan

    layanan IPKM menjadi layanan MCU dengan membuka jenis

    layanan baru (klinik Nurul Qalbi, layanan vaksin, dan paket

    layanan psikologi); pengembangan layanan rehab medik

    dengan membuka klinik Kemuning; pengembangan layanan

    paket medis lainnya; pemanfaatan lahan pertanian dan kolam

    untuk pemenuhan Instalasi Gizi; pemanfaatan lahan untuk

    sewa ATM, kantin, BTS, payment point, lahan kantor koperasi,

    parkir; optimalisasi asrama dengan mewajibkan mahasiswa

    untuk tinggal di asrama dengan pelayanan paket makan dan

    laundry; optimalisasi sumber air kalibening untuk pemenuhan

    kebutuhan air bersih dan air minum RS.

  • 27 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    2) Upaya yang akan dilakukan terkait dengan optimalisasi aset adalah:

    a) Menjual air minum Tajwa ke masyarakat (proses ijin usaha air

    minum untuk dijual ke masyarakat, baru keluar ijin laik

    hygiene, ijin usaha masih menunggu IMB, Amdal, dan

    Amdalalin)

    b) Utilisasi gedung Ikeswar baru dengan diversifikasi layanan

    untuk rawat inap dan rawat jalan

    c) Meningkatkan utilitas alat kesehatan canggih

    d) Optimalisasi utilitas bangsal rawat inap

    f. Imbalan Ekuitas (Return on Equity)

    Dari grafik terlihat bahwa tren rasio imbalan ekuitas mengalami

    penurunan di 2017, kemudian naik di 2018 dan 2019. Namun skor yang

    dicapai belum pernah menjangkau skor yang telah ditargetkan. Semakin

    besar hasil perhitungan, maka semakin bagus rasio imbalan ekuitas,

    yaitu ROE > 8.

    0.78%

    0.55%

    0.96%

    1.16%

    0.00%

    0.20%

    0.40%

    0.60%

    0.80%

    1.00%

    1.20%

    1.40%

    2016 2017 2018 2019

    Hasil Perhitungan

    1.201.20

    0.40 0.40

    0.62

    0.85

    0.00

    0.20

    0.40

    0.60

    0.80

    1.00

    1.20

    1.40

    2016 2017 2018 2019

    Skor

    Target

    Realisasi

  • 28 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    Berdasarkan hasil perhitungan, pengelolaan ekuitas rumah sakit

    dalam upaya menghasilkan keuntungan masih sangat rendah dan

    rumah sakit belum mampu mencapai skor yang ditargetkan. Kondisi ini

    mengindikasikan bahwa aktifitas operasional rumah sakit belum efektif

    dan optimal dalam meningkatkan suplus. Upaya yang dapat dilakukan

    rumah sakit untuk meningkatkan rasio ini adalah dengan meningkatkan

    surplus yaitu dengan meningkatkan pendapatan operasional dan

    melakukan efisiensi biaya operasional rumah sakit. Upaya peningkatan

    pendapatan dalam rasio ini sejalan dengan upaya peningkatan /

    pencapaian skor pada rasio Perputaran Aset tetap dan juga rasio

    Imbalan atas Aset tetap, yaitu dengan mengoptimalkan aset tetap guna

    memperoleh pendapatan rumah sakit:

    1) Strategi peningkatan/pencapaian skor yang telah dilakukan yaitu:

    a) Telah dilakukan inventarisasi kembali aset tetap, termasuk

    pencatatan kondisi barang. Sehingga apabila ada aset tetap

    dengan kondisi usang/rusak dapat segera dihentikan

    penggunaannya dan diusulkan penghapusannya. Telah terbit

    beberapa SK penghapusan.

    b) Telah dilakukan optimalisasi aset berupa: pengembangan

    layanan IPKM menjadi layanan MCU dengan membuka jenis

    layanan baru (klinik Nurul Qalbi, layanan vaksin, dan paket

    layanan psikologi); pengembangan layanan rehab medik

    dengan membuka klinik Kemuning; pengembangan layanan

    paket medis lainnya; pemanfaatan lahan pertanian dan kolam

    untuk pemenuhan Instalasi Gizi; pemanfaatan lahan untuk

    sewa ATM, kantin, BTS, payment point, lahan kantor koperasi,

    parkir; optimalisasi asrama dengan mewajibkan mahasiswa

    untuk tinggal di asrama dengan pelayanan paket makan dan

    laundry; optimalisasi sumber air kalibening untuk pemenuhan

    kebutuhan air bersih dan air minum RS.

  • 29 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    2) Upaya yang akan dilakukan terkait dengan optimalisasi aset adalah:

    a) Menjual air minum Tajwa ke masyarakat (proses ijin usaha air

    minum untuk dijual ke masyarakat, baru keluar ijin laik

    hygiene, ijin usaha masih menunggu IMB, Amdal, dan

    Amdalalin)

    b) Utilisasi gedung Ikeswar baru dengan diversifikasi layanan

    untuk rawat inap dan rawat jalan

    c) Meningkatkan utilitas alat kesehatan canggih

    d) Optimalisasi utilitas bangsal rawat inap

    g. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

    Dari grafik terlihat bahwa tren rasio perputaran persediaan tahun

    2016 sampai dengan tahun 2019 mengalami penurunan. Dapat

    diartikan bahwa perkiraan pemanfaatan barang-barang persediaan

    diputar dalam kurun waktu semakin cepat.

    23 17

    14 14

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    2016 2017 2018 2019

    Hasil Perhitungan

    1.25 1.25

    1.00 1.00 0.75 0.75

    0.00

    0.20

    0.40

    0.60

    0.80

    1.00

    1.20

    1.40

    2016 2017 2018 2019

    Skor

    Target

    Realisasi

  • 30 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    Sementara untuk mendapatkan nilai rasio yang maksimal yaitu 30

    < PP ≤ 35. Terlalu cepat perputaran persediaan, tidak bagus, terlalu

    lambat perputarannya juga tidak bagus. Perputaran waktu pemakaian

    persediaan harus dapat menghasilkan pendapatan secara optimal.

    Upaya yang dapat dilakukan:

    1) Memperbaiki sistem perencanaan kebutuhan persediaan

    2) Memperbaiki penatausahaan persediaan di gudang

    h. Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional

    Rasio Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional merupakan

    rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan pendapatan

    operasional rumah sakit dalam mengendalikan biaya operasional,

    sering disebut juga rasio efisiensi.

    Dari grafik terlihat tren rasio pendapatan PNBP terhadap biaya

    operasional tahun 2016 s/d tahun 2019 mengalami peningkatan.

    51.11%52.24%

    56.88%

    60.63%

    46.00%

    48.00%

    50.00%

    52.00%

    54.00%

    56.00%

    58.00%

    60.00%

    62.00%

    2016 2017 2018 2019

    Hasil Perhitungan

    2.50

    2.502.50

    2.75 2.75

    2.30

    2.40

    2.50

    2.60

    2.70

    2.80

    2016 2017 2018 2019

    Skor

    Target

    Realisasi

  • 31 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    Dapat diartikan bahwa kemampuan pendapatan operasional RS

    dalam mengendalikan biaya operasional semakin bagus dan telah

    mencapai skor maksimal. Namun demikian, RS masih memiliki

    ketergantungan pada APBN. Upaya untuk mempertahankan skor:

    1) Tetap berusaha meningkatkan aktivitas operasional RS dalam

    melayani masyarakat dengan menggali sumber daya yang dimiliki,

    baik aset tetap, aset lancar (pemanfaatan idle cash) dan aset

    lainnya serta terobosan lain yang bisa mengenerate pendapatan.

    2) Melakukan efisiensi biaya.

    C. Kinerja Aspek Sumber Daya Manusia

    RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang memiliki sejumlah 885 (delapan ratus

    Sembilan puluh empat) orang pegawai yang terdiri dari 69% (enam puluh

    sembilan persen) PNS dan 31% (tiga puluh satu persen) pegawai Non PNS.

    Berdasarkan profesi, 5% (lima persen) SDM medis, 49% (empat puluh sembilan

    persen) SDM keperawatan dan bidan, 15% (lima belas persen) SDM kesehatan

    lain dan 31% (tiga puluh satu persen) SDM administrasi.

    No. Kelompok Jumlah Persentase

    1. Medis 45 5%

    2. Perawat dan Bidan 435 49%

    3. Tenaga Kesehatan Lainnya 129 15%

    4. Administrasi 276 31%

    Total 885 100%

    Data diambil pada bulan Desember tahun 2019

    Dari 5% (lima persen) SDM medis atau sejumlah 45 (empat puluh lima) orang

    yang dimiliki RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, 4 (empat) orang di antaranya adalah

    SDM medis sub spesialis.

    SDM medik spesialis yang saat ini memberikan pelayanan kesehatan jiwa

    sebanyak 12 (dua belas) orang psikiater dan 2 (dua) orang sub spesialis kesehatan

    jiwa anak remaja. Layanan kesehatan jiwa sebagai core business RSJ Prof. Dr.

    Soerojo Magelang, juga didukung oleh tenaga medik spesialis lainnya, yaitu

    Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Saraf, Spesialis Anak, Spesialis Bedah, Spesialis

    Obstetri Ginekologi, Spesialis Anestesi, Spesialis Kulit dan Kelamin, Spesialis Gigi

    Ortodontis, Spesialis Radiologi, Spesialis Patologi Klinik, Spesialis Kedokteran

    Fisik dan Rehabilitasi, Spesialis THT–KL dan Spesialis Ortopedi. Untuk pelayanan

  • 32 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    medik dasar dan gigi mulut, dilakukan oleh 8 (delapan) dokter umum dan 2 (dua)

    dokter gigi.

    Dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan jiwa, RSJ Prof. Dr.

    Soerojo Magelang juga melengkapi dengan sumber daya manusia lainnya, salah

    satunya adalah spesialis keperawatan jiwa sebanyak 2 (dua) orang. Tenaga

    pendukung lainnya adalah tenaga 6 (enam) psikolog klinis dan 2 (dua) psikolog

    klinis yang berfokus pada pelayanan kesehatan jiwa anak remaja.

    Tren jumlah pegawai dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami penurunan

    rata – rata 2,3% (dua koma tiga persen) pertahun. Hal ini dipengaruhi karena

    pegawai yang telah memasuki masa usia pensiun dan pegawai non PNS yang

    mengajukan pengunduran diri, didukung dengan adanya moratorium CPNS

    khususnya untuk non tenaga kesehatan dan moratorium untuk Non PNS.

    Dalam rangka meningkatkan kompetensi pegawai sesuai amanat peraturan

    perundang – undangan yang mengatur bahwa semua pegawai minimal

    mendapatkan 20 (dua puluh) jam pembelajaran pertahun, RSJ Prof. Dr. Soerojo

    Magelang mengalokasikan sebesar 4% (empat persen) dari PNBP (Penerimaan

    Negara Bukan Pajak). Kegiatan peningkatan kompetensi SDM berupa kegiatan

    pendidikan formal, pendidikan dan pelatihan ekstramural serta pendidikan dan

    pelatihan intramural. Tren capaian jumlah jam pembelajaran 3 (tiga) tahun

    terakhir adalah 25,49 (dua puluh lima koma empat puluh sembilan) jam

    pembelajaran perpegawai pertahun.

    Survei budaya organisasi tahun 2017 dilakukan untuk melihat integrasi nilai

    dasar organisasi dalam aktivitas semua pegawai. Dari 5 (lima) nilai budaya yang

    ada di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang diperoleh hasil unsur kebersamaan sebagai

    nilai dasar yang paling tinggi dan unsur keterbukaan sebagai nilai dasar yang

    paling rendah dalam penerapannya di lingkungan RSJ Prof. Dr. Soerojo

    Magelang. Berkaitan dengan hal tersebut, pada tahun 2018 RSJ Prof. Dr. Soerojo

    Magelang mengadakan survei budaya keselamatan. Dari 9 (sembilan) dimensi

    budaya keselamatan mengacu National Patient Safety Agency (NPSA) diperoleh

    hasil dimensi Pembelajaran organisasi perbaikan terus – menerus sebagai hasil

    yang paling tinggi dan dimensi respon tidak menghukum terhadap terjadinya

    error sebagai hasil yang paling rendah. Dari kedua hasil survei diatas terdapat

  • 33 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    korelasi antara rendahnya nilai budaya organisasi keterbukaan dengan

    rendahnya respon tidak menghukum terhadap terjadinya error, hal ini menjadi

    sebuah perhatian untuk dilakukan penyempurnaan terhadap nilai budaya

    organisasi.

    D. Kinerja Aspek Sarana dan Prasarana

    1. Barang Milik Negara

    Laporan perkembangan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) RSJ

    Prof. Dr. Soerojo Magelang tahun 2018 bisa dilihat seperti grafik berikut:

    Ketersediaan sarana prasarana di RSJ. Prof. Dr. Soerojo Magelang

    apabila dibandingkan dengan kebutuhan ideal sebagaimana yang tertera

    dalam Aplikasi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan (ASPAK) adalah:

    a. Di rawat jalan maupun rawat inap, secara umum telah terpenuhi.

    Khusus di rawat jalan penyakit dalam (pelayanan endokrin) baru

    terpenuhi 77% (tujuh puluh tujuh persen). Pengembangan pelayanan

    tentunya mempengaruhi kebutuhan sarana dan prasarana selanjutnya.

    b. Instalasi Radiologi terpenuhi sebesar 43% (empat puluh tiga persen)

    c. Instalasi Laboratorium baru terpenuhi sebesar 34% (tiga puluh empat

    persen) jika dibandingkan standar yang tercantum di aplikasi ASPAK.

    d. Instalasi Rehabilitasi Medik terpenuhi 53% (lima puluh tiga persen).

    e. Pelayanan sterilisasi / CSSD sudah terpenuhi keseluruhan.

    2015 2016 2017 2018 2019

    644,030,487,261 654,817,920,128

    1,700,929,065,433 1,704,738,156,149 1,706,779,390,668

  • 34 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    2. Capaian Penghitungan OEE Alat Kesehatan Canggih.

    Ada beberapa alat kesehatan canggih di RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang

    yang berdasarkan penghitungan Overall Equipment Effectifness (OEE) masih

    belum efektif dan efisien dalam pemakaiannya. Hal ini bisa dilihat dari tabel

    hasil penghitungan OEE alat kesehatan canggih yang harganya diatas 200

    juta di tahun 2018 seperti di bawah ini:

    No. Alat Kesehatan Target Capaian

    1. CT Scan non kontras 50% 73.38%

    2. ECT Premedikasi (UPI P) 50% 30.35%

    3. ECT Premedikasi (UPI W) 50% 23.98%

    4. EEG 50% 21.52%

    5. Modalitas print care stream 50% 75.54%

    6. Modalitas Toshiba x – Ray Kontras 50% 50.61%

    7. Modalitas Toshiba x – Ray Konvensional 50% 73.19%

    8. TMS 50% 42.58%

    9. USG 50% 71.49%

    10. USG Poli Dalam 50% 47.77%

    11. USG Poli Obsgyn 50% 70.51%

    12. Ventilator 50% 50.37%

    Rerata OEE 48.41%

    Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa OEE alat kesehatan canggih di RSJ

    Prof. dr. Soerojo tahun 2018 sebesar 48,41%, hal ini masih di bawah target

    di RSB 2015 – 2019 (sebesar 50%) dan juga masih di bawah standar OEE

    (sebesar 85%). Sehingga mengingat masih rendahnya capaian OEE alat

    kesehatan canggih di tahun 2018, maka untuk pengembangan layanan di

    tahun 2020 – 2024 harus mengungkit capaian OEE alat kesehatan canggih.

    3. Sistem Informasi Rumah Sakit.

    Kebutuhan RSJ Prof. Dr. Soerojo terhadap pelayanan berbasis digital

    sebanyak 70 (tujuh puluh) modul dan saat ini baru terealisasi 48 (empat

    puluh delapan) modul atau sekitar 68,57% (enam puluh delapan koma lima

    puluh tujuh persen) dan semua kebutuhan tersebut terintegrasi ke dalam

    SIMRS (Sistem Informasi dan Manajemen Rumah Sakit).

    48 dari 70 modul atau sekitar 68,57% (enam puluh delapan koma lima

    puluh tujuh persen) tersebut, sudah terfasilitasi ke dalam produk digital.

    Modul lainnya sebanyak 21 (dua puluh satu) modul sedang dalam proses

    perencanaan pengembangan. Dalam kaitannya digitalisasi pelayanan,

  • 35 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    tentunya tidak menutup kemungkinan apabila masih dibutuhkan modul –

    modul lainnya sesuai kebutuhan dan mengikuti perkembangan.

    2.3. Tantangan Strategis

    Di dalam analisis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian

    Kesehatan dalam mengevaluasi Rencana Strategi Bisnis 2015 – 2019, didapatkan hasil

    belum optimalnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang

    berkualitas dan merata kepada masyarakat. Salah satu yang memberikan kontribusi

    adalah rendahnya mutu pelayanan kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh regulasi yang

    belum cukup kuat dalam mendorong tumbuhnya budaya mutu dan rendahnya

    kesadaran pentingnya standar mutu. Perlunya pembinaan dan pengawasan yang

    optimal, tersedianya kebijakan dan strategi mutu nasional menjadi sebuah

    kebutuhan yang mendesak. Sisi lainnya perlu disadari bahwa pengetahuan mutu

    apalagi budaya mutu yang rendah dan belum terbentuknya sistem insentif yang baik

    menambah beratnya beban untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

    Sistem pelayanan kesehatan tidak kalah pentingnya untuk segera dibenahi agar

    akses pelayanan dapat segera dinikmati secara merata oleh masyarakat. Hal – hal

    yang mempengaruhi di antaranya adalah kegiatan preventif dan promotif yang belum

    optimal, aplikasi sistem rujukan online yang belum optimal, pemahaman dan

    penerapan standar kompetensi penyakit di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

    (FKTP) dan clinical pathway di Fasilitas Kesehatan Tingkat Rawat Lanjut (FKTRL) yang

    masih rendah serta target kompetensi RS rujukan yang belum tercapai. Dari berbagai

    pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tantangan strategis pelayanan

    kesehatan jiwa di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang terkait dengan:

    1. Law:

    a. Pembiayaan kesehatan dari pemerintah semakin terbatas sedangkan biaya

    – biaya kesehatan semakin merangkak naik

    b. Kebijakan rujukan berjenjang

    2. Economy:

    a. RS Pemerintah didorong untuk semakin mandiri, dimana alokasi APBN

    cenderung hanya untuk menanggulangi biaya gaji PNS; sedangkan subsidi

    untuk biaya operasional dan biaya investasi perlahan mulai dikurangi.

  • 36 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    b. Tuntutan Di era JKN, RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dituntut untuk

    memberikan pelayanan dengan mutu tinggi pada tingkat yang paling efisien.

    3. Society:

    Orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) dan Orang dengan gangguan jiwa

    (ODGJ) belum menjadi perhatian khusus oleh masyarakat sehingga tidak mencari

    pertolongan ke pelayanan kesehatan. Di sisi lain, persepsi masyarakat terhadap

    RSJ adalah untuk menangani Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang

    menimbulkan stigma negatif bagi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.

    4. Technology:

    a. Teknologi internet dan komunikasi, dengan sistem yang terintegrasi,

    Internet of Things, big data, cloud computing, robotic sampai augmented

    reality yang perlahan namun pasti telah diadopsi oleh dunia kesehatan

    untuk meningkatkan mutu proses dan outcome pasien.

    b. Tantangan di era Disruption dan revolusi industri 4.0

    c. Era smart hospital di negara maju sudah mulai matang dan kini RS mulai

    bergerak ke intelligent hospital

    5. Market:

    Strategi pemasaran yang belum optimal untuk menjangkau semua kelas

    segmen masyarakat

    2.4. Benchmarking

    Dalam manuver strategis menuju Visi dari RSJ Prof. Dr. Soerojo maka ada

    beberapa yang rumah sakit jiwa yang menjadi benchmarking karena merupakan

    rumah sakit jiwa yang mempunyai keunggulan di bidang tertentu. Rumah Sakit Jiwa

    yang menjadi benchmarking adalah:

    1. Institute of Mental Hospital, Singapura

    Keunggulan: rumah sakit tersebut berfokus pada pelayanan kesehatan jiwa

    anak dan remaja berbasis komunitas.

    2. Yuli Hospital, Department of Health, Taiwan, RoC

    Keunggulan:

    a. Sistem Pembiayaan untuk Kesehatan Jiwa dari Pemerintah Taiwan

    memberikan jaminan mulai dari pasien masuk sampai pasien kembali ke

  • 37 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    komunitas masyarakat yang tertata secara holistik baik kebutuhan

    kesehatan, sosial dan finansialnya;

    b. Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian tersistem secara berkesinambungan

    sehingga banyak menghasilkan riset – riset kesehatan jiwa dan teknologi.

    c. Pendekatan secara Preventif, Promotif, Kuratif, dan Rehabilitatif sudah

    berjalan dalam suatu sistem di bawah Kementerian Kesehatan tanpa lintas

    Kementerian / Lembaga.

    d. Pemerintah sudah memberikan kesejahteraan dengan layak bagi para

    profesional medis sehingga mereka bisa mendedikasikan profesionalisme

    secara maksimal dalam pelayanan Kesehatan Jiwa.

    3. Rumah Sakit Pendidikan UKM – Malaysia

    Keunggulan :

    a. Pemerintah menyediakan kesejahteraan yang jelas dan layak bagi para

    profesional medis sehingga mereka lebih memberikan mutu dan tingkat

    layanan kesehatan jiwa secara maksimal (tidak adanya Fee for Service).

    b. Ada suatu ketentuan Manajemen Rumah Sakit kepada tenaga medis untuk

    mengalokasikan 30% (tiga puluh persen) waktu untuk Penelitian sehingga

    produktivitas Penelitian menjadi tinggi.

    c. Teamwork Rumah Sakit berjalan dengan produktivitas dan kinerja yang

    tinggi berlandaskan Sistem Manajemen Mutu.

    2.5. Analisa SWOT

    Disusun dengan melihat situasi dan posisi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dari

    berbagai aspek meliputi perkembangan pelayanan, kekuatan SDM, sebagai Rumah

    Sakit Pusat, aspek keuangan dan aset yang sangat besar.

    1. Strength / Kekuatan

    a. Memiliki unggulan pelayanan kesehatan jiwa anak remaja dengan clinical

    team leader sub spesialis Psikiatri Anak dan Remaja) dengan one stop service

    (metode)

    b. Mengembangkan produk layanan yang berbasis clinical team (CLP, Geriatri,

    Psikiatri Forensik, Endokrin, Medical Check Up, NAPZA) (metode)

  • 38 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    c. Daya saing cukup baik yang ditunjukkan dengan market share RS 13%

    (metode)

    d. Ketersediaan potensi sumber daya yang handal (jenis dan kompetensi SDM,

    ketersediaan sarana, prasarana dan alat kesehatan) (man, material, metode)

    e. Memiliki jejaring pendidikan yang luas meliputi Fakultas Kedokteran,

    Keperawatan, Non Kesehatan (metode)

    f. RS memiliki letak yang strategis untuk diakses oleh masyarakat (metode)

    g. Memiliki tanah seluas 409.450 m2 dan bangunan seluas 27.724 m2 (material)

    h. Terakreditasi SNARS Edisi 1 Paripurna dan ditetapkan sebagai wilayah bebas

    dari korupsi (WBK) tahun 2017 dan bersiap menuju Wilayah Birokrasi Bersih

    dan Melayani (WBBM) tahun 2019 (metode)

    i. Memiliki Sistem Informasi Rumah Sakit yang mandiri (SIRS) guna

    mendukung pelayanan di Rumah Sakit (machine)

    2. Weakness / Kelemahan

    a. Belum punya brand “KESWAR” (methode)

    b. Belum optimalnya market share pasien non BPJS yang bekerja sama dengan

    pihak ketiga sebagai user / pengguna tetap pelayanan RSJ Prof. Dr. Soerojo

    Magelang (80% sumber pendapatan bergantung BPJS) (methode)

    c. BOR Rumah Sakit berkisar 50% – 55%, sehingga mempengaruhi rasio jumlah

    penerimaan peserta didik keperawatan (machine)

    d. Tata gedung yang terpisah dan usia gedung sudah tua sehingga memerlukan

    biaya maintenance dan resources yang tinggi (machine)

    e. Optimalisasi aset belum maksimal (machine)

    f. Blaming culture masih kuat (methode)

    g. Budaya meneliti dan publikasi belum terbangun (methode)

    h. Koordinasi antar unit kerja yang belum optimal (methode)

    i. Marketing belum proaktif membuka segmen pasar baru, mencari peluang

    kerjasama baru, maupun menggali potensi sumber pendapatan baru

    (methode)

    3. Opportunity / Peluang

    a. Pangsa pasar terbuka cukup luas (termasuk segmen non BPJS), baik pada

    core maupun non core area, untuk layanan kesehatan jiwa anak dan remaja,

  • 39 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    penilaian kapasitas mental bagi institusi pemerintah maupun swasta,

    institusi pendidikan yang terkait dengan pemeriksaan bakat minat,

    pelayanan endokrin yang belum dimiliki oleh fasilitas kesehatan di sekitar

    (lingkungan dekat)

    b. Kebijakan pembangunan 5 (lima) tahun ke depan adalah penguatan

    kapasitas SDM dan di sektor kesehatan fokusnya pada promotif dan

    preventif yaitu melalui penguatan program GERMAS (Gerakan Masyarakat

    Hidup Sehat), digitalisasi pelayanan kesehatan dan riset – riset life sciences

    (lingkungan jauh)

    c. Perkembangan teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk memperluas

    cakupan layanan dan meningkatkan efisiensi, mengembangkan layanan

    home care, home visit dan telemedicine psikiatri, serta meningkatkan kinerja

    sistem rujukan yang saat ini menggunakan SISRUTE (lingkungan dekat)

    d. Angka gangguan mental ringan – sedang pada anak dan remaja cukup tinggi

    (lingkungan dekat)

    e. Regulasi yang mendukung pelayanan kesehatan jiwa dan napza yang

    memberikan peluang pengembangan pelayanan kesehatan jiwa (preventif,

    promotif, kuratif dan rehabilitatif) (lingkungan jauh)

    4. Threat / Ancaman

    a. Adanya pasar bebas ASEAN yang mengakibatkan banyaknya fasilitas

    kesehatan dan tenaga kesehatan asing yang masuk ke Indonesia (lingkungan

    jauh)

    b. Perubahan yang cepat di era disruption dan revolusi industri 4.0 (lingkungan

    jauh)

    c. Ekspektasi terhadap pelayanan RS makin tinggi akibat makin kritisnya

    masyarakat serta akses ke sumber informasi makin luas dan makin mudah

    (lingkungan dekat)

    d. Perkembangan regulasi bidang informatika tidak secepat perkembangan

    teknologi informatika bidang kesehatan (lingkungan dekat)

    e. Kekurangpedulian masyarakat terhadap pasien dengan gangguan jiwa

    (lingkungan dekat)

  • 40 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    2.6. Diagram Cartesius dan Prioritas Strategis

    Dari hasil analisis internal (IFAs) dan eksternal (EFAs) pada SWOT didapatkan hasil:

    1. Total nilai strength / kekuatan sebesar 2,85

    2. Total nilai weakness / kelemahan sebesar 0,79

    3. Total nilai opportunity / peluang sebesar 2,55

    4. Total nilai threat / ancaman sebesar 0,55

    Dengan menggunakan rumus bahwa IFAs = total kekuatan – total kelemahan dan

    EFAs = total peluang – total ancaman, maka didapatkan IFAs = - 1,09 dan EFAs =

    1,09, sehingga bila digambarkan dalam diagram Cartesius hasilnya adalah

    Dari analisis diagram Cartesius, tampak bahwa posisi total nilai kelemahan

    melebihi total nilai kekuatan dan total nilai peluang melebihi total nilai ancaman.

    Posisi bersaing jatuh pada kuadran II, yakni terbentuk oleh potongan sumbu vertikal

    positif (peluang usaha) dan potongan sumbu horizontal positif (kekuatan), sehingga

    langkah strategis yang akan diambil yaitu memfokuskan arah pengembangannya ke

    masa mendatang untuk menjaga kestabilan organisasi atau penguatan mutu

    organisasi. Artinya, prioritas strategi untuk investasi penyempurnaan tata kelola

    organisasi, kemampuan sistem manajemen, sistem informasi manajemen rumah

    sakit, proses bisnis dan membangun budaya organisasi.

    Langkah strategi yang akan diambil Direktorat Medik dan Keperawatan adalah

    pengembangan pelayanan. Pelayanan unggulan yang akan dibangun pada 5 (lima)

    ifas

    efas Kuadran II Stability

  • 41 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    tahun mendatang adalah pelayanan yang holistik dan komprehensif, mulai pelayanan

    promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif, yaitu:

    1. Pelayanan kesehatan jiwa anak dan remaja

    2. Pelayanan Medical Check Up Terpadu

    3. Pelayanan Penunjang: Laboratorium, Radiologi, Gizi, Binatu dan Sterilisasi Alat

    serta Kesehatan Lingkungan

    4. Pelayanan Geriatri

    5. Pelayanan Endokrin

    Selain pengembangan pelayanan, untuk mewujudkan pelayanan pasien yang

    berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien, maka perlu membangun pelayanan

    yang berfokus pada pasien. Pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan yang

    memenuhi standar hak pasien dan keluarga, pengkajian pasien, akses ke RS dan

    kontinuitas pelayanan, pelayanan dan asuhan pasien, pelayanan anestesi dan bedah,

    pendidikan pasien dan keluarga dan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat.

    Langkah – langkah strategi yang akan diambil oleh Direktorat SDM dan

    Pendidikan adalah perbaikan manajemen SDM, pemenuhan standar dan peningkatan

    kompetensi SDM, penempatan SDM yang tepat dan pemberlakuan sistem evaluasi

    kinerja dan reward – punishment. Sebagai rumah sakit pendidikan afiliasi bidang

    kedokteran jiwa RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang membangun untuk menjadi pusat

    pendidikan dan penelitian bidang kesehatan jiwa. Sebagai rumah sakit tertier dimana

    RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang sebagai rumah sakit rujukan nasional, memiliki

    tanggung jawab membina dan mendidik. Pendidikan tersebut ditujukan kepada

    fasilitas kesehatan primer maupun kepada masyarakat. Langkah nyata yang akan

    dilakukan adalah menyiapkan kurikulum dan modul pendidikan. Penelitian sebagai

    bagian yang tidak terpisahkan dari peran pendidikan, RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

    membuat blue print penelitian yang mendukung tercapainya tujuan menjadi pusat

    penelitian di bidang kesehatan jiwa khususnya kesehatan jiwa anak dan remaja.

    Langkah strategi yang diambil Direktorat Keuangan dan Administrasi Umum

    adalah meningkatkan produktivitas organisasi dengan memanfaatkan sumber daya

    yang ada dan meningkatkan peranan promosi serta pemasaran dalam rangka

    mencari peluang pasar. Serta melakukan efisiensi dengan memperhatikan mutu dan

    efektivitas yaitu melalui Sistem Informasi RS dan penataan manajemen keuangan.

  • 42 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    2.7. Analisa TOWS

    Analisa TOWS akan membantu untuk memanfaatkan kekuatan yang ada di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dalam rangka meraih peluang

    yang ada dan sekaligus mengatasi berbagai ancaman. Pada saat yang bersamaan mencoba meminimalkan kelemahan untuk mengisi peluang.

    STRENGTH WEAKNESS

    a. Memiliki unggulan pelayanan kesehatan jiwa anak

    remaja dengan clinical team leader sub spesialis Psikiatri

    Anak dan Remaja) dengan one stop service.

    b. Mengembangkan produk layanan yang berbasis clinical

    team (CLP, Geriatri, Psikiatri Forensik, Endokrin, Medical

    Check Up, NAPZA).

    c. Daya saing cukup baik yang ditunjukkan dengan market

    share RS 13%.

    d. Ketersediaan potensi sumber daya yang handal (jenis

    dan kompetensi SDM, ketersediaan sarana, prasarana

    dan alat kesehatan).

    e. Memiliki jejaring pendidikan yang luas meliputi Fakultas

    Kedokteran, Keperawatan, Non Kesehatan.

    f. Rumah Sakit memiliki letak yang strategis untuk diakses

    oleh masyarakat

    g. Memiliki aset tanah seluas 409.450 m2 dan bangunan

    seluas 27.724 m2

    h. Terakreditasi SNARS Edisi 1 Paripurna dan ditetapkan

    sebagai wilayah bebas dari korupsi (WBK) tahun 2017

    dan bersiap menuju Wilayah Birokrasi Bersih dan

    Melayani (WBBM) tahun 2019

    i. Memiliki Sistem Informasi Rumah Sakit yang mandiri

    (SIRS) guna mendukung pelayanan di Rumah Sakit

    a. Belum punya brand “KESWAR”

    b. Belum optimalnya market share pasien non BPJS yang

    bekerja sama dengan pihak ketiga sebagai user /

    pengguna tetap pelayanan RSJ Prof. Dr. Soerojo

    Magelang (80% sumber pendapatan bergantung BPJS).

    c. BOR Rumah Sakit berkisar 50% – 55%, sehingga

    mempengaruhi rasio jumlah penerimaan peserta didik

    keperawatan.

    d. Tata gedung yang terpisah dan usia gedung sudah tua

    sehingga memerlukan biaya maintenance dan

    resources yang tinggi.

    e. Optimalisasi aset belum maksimal

    f. Blaming culture masih kuat.

    g. Budaya meneliti dan publikasi belum terbangun.

    h. Koordinasi antar unit kerja yang belum optimal

    i. Marketing belum proaktif membuka segmen pasar

    baru, mencari peluang kerjasama baru, maupun

    menggali potensi sumber pendapatan baru

  • 43 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    OPPORTUNITY

    a. Pangsa pasar terbuka luas (termasuk

    segmen non BPJS), baik core maupun

    noncore area. Pelayanan keswar sebagai

    unggulan, penilaian kapasitas mental

    banyak diakses institusi pemerintah

    maupun swasta, institusi pendidikan terkait

    pemeriksaan bakat minat, pelayanan

    endokrin yang belum dimiliki fasilitas

    kesehatan di sekitar.

    b. Kebijakan pembangunan 5 (lima) tahun ke

    depan adalah penguatan kapasitas SDM

    dan di sektor kesehatan fokusnya pada

    promotif dan preventif yaitu melalui

    penguatan program GERMAS (Gerakan

    Masyarakat Hidup Sehat), digitalisasi

    pelayanan kesehatan dan riset life sciences

    c. Perkembangan teknologi informasi dapat

    dimanfaatkan untuk memperluas cakupan

    layanan dan meningkatkan efisiensi,

    mengembangkan layanan home care,

    home visit dan telemedicine psikiatri, serta

    meningkatkan kinerja sistem rujukan yang

    saat ini menggunakan SISRUTE.

    d. Angka gangguan mental ringan – sedang

    pada anak dan remaja cukup tinggi

    e. Regulasi yang mendukung pelayanan

    kesehatan jiwa dan napza yang

    memberikan peluang pengembangan

    pelayanan kesehatan jiwa (preventif,

    promotif, kuratif dan rehabilitatif)

    STRATEGI SO

    (STRENGHT – OPPORTUNITY)

    a. Terwujudnya Pelayanan dengan Tata Kelola Klinis yang

    Baik

    b. Terwujudnya Pendidikan dan Penelitian yang

    Terintegrasi dengan Pelayanan

    c. Terwujudnya Penyelenggaraan RS yang Berorientasi

    pada Mutu dan Keselamatan Pasien

    d. Terwujudnya Peningkatan Pendapatan

    STRATEGI WO

    (WEAKNESS – OPPORTUNITY)

    a. Tersedianya SDM yang kompeten dan memiliki budaya

    sesuai nilai – nilai organisasi

    b. Terwujudnya Kehandalan Sarana, Prasarana dan Alat

    Kesehatan

    c. Terwujudnya Kesiapan Sumber daya

    THREAT

    a. Adanya pasar bebas ASEAN yang

    mengakibatkan banyaknya fasilitas

    kesehatan dan tenaga kesehatan asing

    yang masuk ke Indonesia.

    STRATEGI ST

    (STRENGHT – THREAT)

    a. Terwujudnya Sistem Informasi Manajemen RS yang

    Terintegrasi

    STRATEGI WT

    (WEAKNESS – THREAT)

    a. Terwujudnya Tata Kelola Organisasi yang Baik (Good

    Governance)

  • 44 | R S J S M A G E L A N G 2 0 2 0 – 2 0 2 4

    b. Perubahan yang cepat di era disruption dan

    revolusi industri 4.0.

    c. Ekspektasi terhadap pelayanan RS makin

    tinggi akibat makin kritisnya masyarakat

    serta akses ke sumber informasi makin luas

    dan makin mudah.

    d. Perkembangan regulasi bidang informatika

    tidak secepat perkembangan teknologi

    informatika bidang kesehatan

    e. Kekurangpedulian masyarakat terhadap

    pasien dengan gangguan jiwa (lingkungan

    dekat)

    b. Terwujudnya Kemitraan Strategis dengan Institusi dan

    Masyarakat

    c. Terwujudnya Kepuasan Stakeholder

    b. Terwujudnya Kemudahan Akses Pelayanan, Pendidikan

    dan Penelitian bagi Masyarakat

    c. Terwujudnya Produktivitas, Efektifitas dan Efisiensi

    2.8. Analisa dan Mitigasi Risiko

    A. Identifikasi Risiko

    No. Sasaran Strategi Risiko

    Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

    1. Tersedianya SDM yang kompeten dan memiliki budaya sesuai

    nilai – nilai organisasi

    a. Tidak tersedianya pelatihan ekstramural sesuai program peningkatan kemampuan SDM

    b. Resistensi penerimaan nilai – nilai organisasi baru

    2. Terwujudnya Kehandalan Sarana, Prasarana dan Alat

    Kesehatan

    a. Sebagian alat kesehatan tidak terkalibrasi

    b. Keterlambatan perbaikan alat

    c. Kerusakan alat

    3. Terwujudnya Sistem Informasi Manajemen RS yang

    Terintegrasi

    a. Tidak selesainya pengembangan modul aplikasi

    b. Koneksi jaringan webinar kurang stabil

    4. Terwujudnya Kesiapan Sumber daya a. Terbatasnya jumlah layanan kesehatan

    Perspektif Proses Bisnis Internal

    5. Terwujudnya Pelayanan dengan Tata Kelola Klinis yang Baik a. Panduan Nasional Praktik Klinik (PNPK) belum tersusun

    b. Penerapan On going Professional Practice Evaluation (OPPE) menghasilkan gap

    kompetensi yang terlalu tinggi

    c. Capaian Indikator Kinerja Terpilih (IKT) di akhir tahun tidak mencapai target

  • 45 | R S J S M A G E L