rencana proposal

20
1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap risiko sistematis (Beta) pada saham LQ 45 yang terftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2014. Secara rinci tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh faktor fundamental sales growth, debt to equity ratio, net profit margin, total asset turnover secara parsial terhadap risiko sitematis (Beta) pada saham LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014. 2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh faktor fundamental sales growth, debt to equity ratio, net profit margin, total asset turnover secara simultan terhadap risiko sitematis (Beta) pada saham LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014.

Upload: nita-puspitasari

Post on 09-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Rencana Proposal dengan judul "Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Risiko Sistematis (Beta Saham) Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014.

TRANSCRIPT

1. Tujuan PenelitianTujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap risiko sistematis (Beta) pada saham LQ 45 yang terftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2014. Secara rinci tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh faktor fundamental sales growth, debt to equity ratio, net profit margin, total asset turnover secara parsial terhadap risiko sitematis (Beta) pada saham LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014.2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh faktor fundamental sales growth, debt to equity ratio, net profit margin, total asset turnover secara simultan terhadap risiko sitematis (Beta) pada saham LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2014.2. Teori yang Digunakan2.1 InvestasiInvestasi semacam ini dipandang mampu memberikan return yang selalu meningkat sepanjang tahun atau dapat juga didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu dengan harapan dapat memberikan pendapatan atau keuntungan (Jogiyanto, 2010:5).2.2 Pasar ModalPasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas dengan risiko untung rugi (Jogiyanto, 2010:29). Disini sekuritas yang diperjualbelikan memiliki umur lebih dari satu tahun, misalkan seperti obligasi atau saham.2.3 SahamSaham merupakan salah satu jenis sekuritas yang popular diperjualbelikan di pasar modal. Menurut Eduardus (2001:18) saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan.2.4 Return dan Risikoa. Return Return merupakan salah satu factor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya (Eduardus 2001:47)b. Risiko Van Home dan Wachowics, Jr (1992) dalam Jogiyanto (2010) mendefinisikan risiko sebagai variabilitas return terhadap return yang diharapkan. Menurut Suad (2005:200) sumber risiko investasi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Risiko Sistematik (Systematic risk) dan Risiko tidak sistematis (Unsystematic risk)2.5 BetaMenurut Jogiyanto (2010:376) cara untuk mengukur risiko sistematis suatu saham adalah sengan menggunakan beta, hal ini dikarenakan beta merupakan suatu pengukuran volatilitas return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta menunjukkan sesitivitas return sekuritas terhadap perubahan return pasar. Semakin tinggi beta suatu sekuritas maka semakin sensitif sekuritas tersebut terhadap perubahan pasar.3. Kerangka Konsep dan DiagramSales Growth

X1Debt to Equity Ratio

X2 Beta Saham (Y)Debt to Equity Ratio

X3Debt to Equity Ratio

X4 Pengaruh sales growth terhadap Beta SahamApabila penjualan (sales) meningkat (factor lain dianggap konstan atau cateris paribus) maka keuntungan akan meningkat, sehingga deviden berpotensi meningkat dan tingkat risiko sistematis (Beta) meningkat. Pertumbuhan asset berhubungan dengan penjualan dan aktiva. Hal ini dipertegas oleh pernyataan Hamid, dkk. (1994) apabila pertumbuhan asset meningkat, maka tingkat risiko sistematis (Beta) meningkat, demikian pula sebaliknya.Pengaruh debt to equity ratio terdapat Beta sahamDeb to equity ratio menunjukkan perusahaan dalam memenuhi kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Sartono, 2001). Semakin tinggi debt to equity ratio, maka laba perusahaan akan lebih banyak terserap untuk memenuhi kewajibannya sehingga dana untuk investor menjadi semakin kecil (Muljadi, 2003). Kredit yang diperoleh dari perbankan akan meningatkan rasio hutang terhadap modal sendiri (debt to equity ratio) dan tingkat risiko menjadi tinggi. Hal ini dipertegas oleh pernyataan Munawir (2002) bahwa kondisi kesulitan keuangan yang dirasakan oleh perusahaan bahkan berdampak pada kebangkrutan, mengakibatkan hutang meningkat, sehingga menyebabkan tingkat risiko menjadi tinggi. Hubungan antara hutang-ekuitas terhadap risiko sistematis (Beta) adalah positif. Penggunaan hutang dalam pembiayaan perusahaan akan meningkatkan variabilitas laba untuk para pemegang saham, serta tingkat risiko sistematis (Beta) meningkat.Pengaruh net profit margin terhadap Beta sahamMenurut Alexandri (2008) net profit margin adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Net Profit Margin merupakan salah satu jenis ratio profitabilitas untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa periode. Cara pengukuran rasio ini adalah membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006) apabila net profit margin rasionya tinggi ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, sebaliknya kalau rasionya rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu. Rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemenPengaruh total asset turnover terhadap Beta sahamMenurut Setiawan (2003) Total asset turnover adalah tingkat atau rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba. Ratio ini dapat diukur dengan membandingkan antara total penjualan dengan total aktiva yang dimiliki. Apabila semakin kecil ratio tingkat efisiensi penggunaan aktivanya maka semakin besar risiko yang dimiliki. Apabila semakin besar rasio yang dimilikinya maka akan semakin kecil risiko yang akan ditanggungnya sehingga Total asset turnover memiliki hubungan negatif terhadap beta saham.4. HipotesisH1: Sales growth berpengaruh signifikan positif terhadap beta saham.H2: Return on asset equity berpengaruh signifikan negatif terhadap beta saham.H3: Net profit margin berpengaruh signifikan positif terhadap beta saham.H4: Total asset turnover berpengaruh signifikan negatif terhadap beta saham.

5. Definisi Operasional VariabelVariabel Terikat (variable dependen)Variable terikat sebagai variabel Y adalah risiko sistematis (Beta). Indikator yang digunakan dalam menghitung Beta saham adalah dengan menggunakan Model Indeks Tunggal (Single Index Model).Variabel Bebas (variable independen)Variabel bebas sebagai variable X terdiri dari ;1) Sales GrowthPenjualan (sales) menggambarkan suatu ukuran dari kenaikan aktiva(biasanya dalam bentuk peningkatan kas dan piutang dagang) disebabkan penjualan produk atau persediaan barang dagangan (Simamora, 2000). Dengan demikian pertumbuhan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penjualan (sales) dan asset.

2) Debt to Equity RatioRasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Sartono, 2001). Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengelolaan sumber dana perusahaan (Dwi dan Rifka, 2008). Dengan demikian debt to equity ratio dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat risiko tidak tertagihnya suatu hutang. Semakin tinggi debt to equity ratio, maka risiko yang ditanggung investor semakin tinggi. Debt to equity ratio yang tinggi menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva.

3) Net Profit MarginMenurut Alexandri (2008) net profit margin adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Net profit margin adalah salah satu jenis rasio profitabilitas untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa periode.

4) Total Asset TurnoverTotal Asset Turnover menggambarkan bagaimana efektivitas perusahaan dalam penggunaan aktiva untuk melakukan penjualan dan memperoleh laba.

6. Metode Analisis DataMetode analisis dalam memprediksi Beta saham dilakukan dengan metode analisis regresi berganda (multiple regression) dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary Least Square). Analisis regresi berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara faktor fundamental perusahaan (variabel independen) dengan Beta saham (variabel dependen) dengan menggunakan data cross seaction dan time series. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, maka sebelum melakukan analisis regresi berganda dalam penelitisn ini akan dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu (Ghozali, 2007).Uji Asumsi KlasikMetode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square dapat dijadikan sebagai alat estimasi yang tidak bias apabila telah memenuhi persyaratan Best Linier Unbiased Estimation (BLUE). Uji NormalitasUji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model dengan distribusi normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, maka dapat dilakukan analisis grafik normal probability plot atau dengan histogram yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2007). Uji HeteroskedastisitasUji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2007)Uji MultikolinieritasUji multikolinearitas adalah suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel independen. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Uji AutokorelasiUji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara pengganggu periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelum). Jika ada korelasi, maka dinamakan ada autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW test).Analisi RegresiAnalisis regresi berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas (variabel independen) dengan variabel terikat (variabel dependen). Dalam penelitian ini analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh faktor-faktor fundamental, yaitu sales growth, debt to equity ratio, net profit margin, dan total asset turnover terhadap risiko sistematis (Beta) saham pada saham LQ 45 di BEI periode 2006-2008. Persamaan regresi dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut :Beta (Y) = 0 + 1 SG + 2 DER + 3 NPM + 4 TOTA + e Keterangan:Risiko Sistematis (Y) : variabel terikat.SG, DER, NPM, TOTA: variabel bebas.0 : konstanta titik potong garis regresi dengan sumbu Y.1 , 2 , 3 , 4 : slope atau kemiringan garis regresi, yaitu seberapa jauh kenaikan atau penurunan komponen deterministik dari Y sebagai akibat variabel bebas.e : error.7. Table Review ArtikelJudul dan PenulisVariabel PenelitianHasil Penelitian

Pengaruh Net Profit Margin, Current Ratio, Debt to Asset Ratio, dan tingkat suku bunga terhadap Beta saham pada perusahaan yang terdaftar di JII.Penulis : Nucifera Julduha, Indra KusumawardhaniJurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 18 No. 2 , Agustung 2013x1 : Net Profit Marginx2 : Current Ratiox3 : Debt to Asset Ratiox4 : Tingkat Suku BungaY : Beta SahamSecara simultan, net profit margin, current ratio, dan debt to asset ratio berengaruh signifikan terhadap Beta saham. Sedangkan secara parsial, net profit margin berpengaruh terhadap Beta saham, sedangkan current ratio, debt to asset ratio dan tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap Beta saham.

Analisis pengaruh Variabel Fundamental Mikro Makro Terhadap Risiko Saham.Penulis : SadeliJurnal Administrasi Bisnis Vol 6 No.2 , Januari 2010x1 : Price Book Valuex2 : Leveragex3 : Total Asset Turnoverx4 : Price Earning Ratiox5 : Inflasix6 : Suku Bungax7 :Kurs Mata UangY : Beta sahamDari variable yang diuji diketahui bahwa dari variabel bebas yang diuji, lima variable bebas yaitu price book value, leverage. Total asset turnover, price earning ratio, dan nilai tukar memiliki pengaruh signifikan terhadap Beta saham, sementara suku bunga dan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Beta saham.

Pengaruh Asset growth, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, dan Earning Per Share terhadap Beta Saham.Penulis : Rena MainingrumJurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 4, No.1 , April 2005 , p.21-25x1 : Asset Growthx2 : Debt to Equityx3 : Return on Equityx4 : Earning Per ShareY : Beta SahamBaik secara simultan maupun parsial, asset growth, debt to equity ratio, return on asset, dan earning per share tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Beta Saham.

Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Risiko Sistematis (Beta) Pada Saham LQ-45 Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008.Penulis : Siska RachmawatiSkripsi Universitas Diponegorox1 : Sales Growthx2 : Debt to Equity Ratiox3 : Return on AssetY : Beta SahamPenelitian ini menunjukkan bahwa variabel sales growth berpengaruh signifikan terhadap Beta saham dengan koefisien korelasi negatif. Sedangkan variabel debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Beta saham. Dan variabel return on asset berpengaruh signifikan terhadap Beta saham dengan koefisien korelasi negative.

The Impact of The Degrees of Operating and Financial Leverage on Systematic Risk (Beta) of Common Risk.Author : Gershon N. Mandelker and S. Ghon RheeJournal of Financial and Quantitative Analysis / Volume 19 / Issue 01 / March 1984, pp 45-57x1 : Operating Leveragex2 : Financial LeverageY : Beta sahamThese studies have confirmed the importance of operating leverage relative to financial leverage. At the same time their empirical focus is quite narrow (US-based, industry and time specific) and is suggestive of the value of new studies in the wider international and UK context.

8. Daftar PustakaGhozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Dipoegoro, SemarangHusnan, Suad. 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Ketiga. Yogyakarta : UPP AMP YKPNJogiyanto Hartono. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE UGM: YogyakartaMuljadi, Bambang. 2000. Analisis Faktor-Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Beta Pasar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi, Vol.1, No.1 November 2001Munawir, S. 2002. Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta: Liberty YogyakartaSartono, R. Agus. 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta : BPFE UGMTandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta