relokasi pembangunan pelabuhan cilamaya ke arah timur.doc

15
_______________________________________________ _________ PERAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEGRAFI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH (RELOKASI PEMBANGUNAN PELABUHAN CILAMAYA) _______________________________________________ _________ Tugas Mata kuliah SIG DAN PJ Untuk pengembangan wilayah Dosen: Dr. Aris Poniman Kertopermono DISUSUN OLEH : VICKI LUSIAGUSTIN 1406581345 MAGISTER ILMU GEOGRAFI 1

Upload: vickilusiagustin

Post on 14-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

________________________________________________________

PERAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEGRAFI

DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

(RELOKASI PEMBANGUNAN PELABUHAN CILAMAYA)________________________________________________________

Tugas Mata kuliah

SIG DAN PJ Untuk pengembangan wilayahDosen: Dr. Aris Poniman Kertopermono

DISUSUN OLEH

:

VICKI LUSIAGUSTIN1406581345MAGISTER ILMU GEOGRAFI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDONESIA

2015

A. Pengertian Perencanaan Wilayah

Pembangunan mempunyai makna suatu perubahan besar yang meliputi fisik wilayah, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang didukung oleh perubahan dan penerapan teknologi, perubahan struktur perekonomian, konsumsi dan sistem tata nilai dalam kehidupan masyarakat. Kegiatan pembangunan merupakan upaya manusia dalam mendayagunakan sumber daya alam dan lingkungan serta wilayahnya. (Soetaryono 1998).

Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah dan perencanaan aktivitas pada ruang wilayah tersebut. Perencanaan ruang wilayah tercakup dalam kegiatan perencanaa tata ruang, sedangkan perencanaan aktivitas pada ruang wilayah (terutama aktivitas ekonomi) tercakup dalam kegiatan perencanaan pembangunan wilayah, baik jangka panjang, jangka menengah, maupun jangka pendek. Perencanaan wilayah sebaga langkah dalam menciptakan kehidupan yang efisien, nyaman, serta lestari. Pada akhirnya, menghasilkan rencana yang menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan, baik pihak pemerintah maupun pihak swasta.

Pembangunan wilayah ditujukan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur memiliki tingkat kesejahteraan yang dapat dipertahankan dari waktu ke waktu. Pembangunan berkelanjtuan merupakan kebijakan pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi generasi sekarang maupun masa depan secara harmonis. Strategi pengelolaan sumberdaya wilayah dan ruang seharusnya mempertimbangkan aspek perencanaan, pemanfaatan, penataan dan penertiban, pemantauan dan pengawasan, pengaturan, pengendalian dan pelestarian. Pembangunan berkelanjutan di Indonesia dapat diarahkan untuk terjaminnya:1. keberlanjutan ekologi (ecological sustainability)2. keberlanjutan ekonomi (economical sustainability)3. keberlanjutan sumber daya dan lingkungan (resources and environment sustainability)4. keberlanjutan sistem managemen (managemen sustainability)5. keberlanjutan teknologi (technological sustainability)Pembangunan wilayah ditinjau dari aspek spasial dan sektoral di Indonesai perlu memperhatikan zona potensi geografis yang merupakan pendekatan spasial ekologikal untuk menuju kesejahteraan rakyat. Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia diselenggarakan berdasarkan pendekatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, baik yang telah ada maupun yang baru. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah mengembangkan produk yang menjadi keunggulannya. Tujuan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut adalah untuk memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah serta memperbaiki ketimpangan spasial pembangunan ekonomi Indonesia. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan mengembangkan klaster industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai dengan penguatan konektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur pendukungnya. Secara keseluruhan, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan konektivitas tersebut menciptakan Koridor Ekonomi Indonesia. Peningkatan potensi ekonomi wilayah melalui koridor ekonomi ini menjadi salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama).Dalam rangka Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi dibutuhkan penciptaan kawasan-kawasan ekonomi baru, diluar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang telah ada. Pemerintah dapat memberikan perlakuan khusus untuk mendukung pembangunan pusat-pusat tersebut, khususnya yang berlokasi di luar Jawa, terutama kepada dunia usaha yang bersedia membiayai pembangunan sarana pendukung dan infrastruktur. Tujuan pemberian perlakuan khusus tersebut adalah agar dunia usaha memiliki perspektif jangka panjang dalam pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Perlakuan khusus tersebut antara lain meliputi: kebijakan perpajakan dan kepabeanan peraturan ketenagakerjaan, dan perijinan sesuai kesepakatan dengan dunia usaha. Untuk menghindari terjadinya enclave dari pusat-pusat pertumbuhan tersebut, Pemerintah Pusat dan Daerah mendorong dan mengupayakan terjadinya keterkaitan (linkage) semaksimal mungkin dengan pembangunan ekonomi di sekitar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru tersebut dapat berupa KEK dalam skala besar yang diharapkan dapat dikembangkan disetiap koridor ekonomi disesuaikan dengan potensi wilayah yang bersangkutan. Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia tersebut sangat tergantung pada kuatnya derajat konektivitas ekonomi nasional (intra dan inter wilayah) maupun konektivitas ekonomi internasional Indonesia dengan pasar dunia. Sebagaimana diketahui, konektivitas nasional Indonesia merupakan bagian dari konektivitas global. Oleh karena itu, perwujudan penguatan konektivitas nasional perlu mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan dengan pusat-pusat perekonomian regional dan dunia (global) dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat penting dilakukan guna memaksimalkan keuntungan dari keterhubungan regional dan global/internasional. Indonesia bisa meraih banyak keuntungan dari modalitas maritim ini untuk mengakselerasi pertumbuhan di berbagai kawasan di Indonesia (khususnya Kawasan Timur Indonesia), membangun daya saing maritim, serta meningkatkan ketahanan dan kedaulatan ekonomi nasional. Untuk memperoleh manfaat dari posisi strategis nasional, upaya Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia perlu memanfaatkan keberadaan SLoC dan ALKI sebagai jalur laut bagi pelayaran internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diintegrasikan beberapa komponen konektivitas yang saling berhubungan kedalam satu perencanaan terpadu. Beberapa komponen dimaksud merupakan pembentuk postur konektivitas secara nasional, yang meliputi: (a) Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS); (b) Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS); (c) Pengembangan Wilayah (RPJMN dan RTRWN); (d) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Hasil dari pengintegrasian keempat komponen konektivitas nasional tersebut bertujuan agar pengintegrasian sistem konektivitas untuk mendukung perpindahan komoditas, yaitu barang, jasa, dan informasi secara efektif dan efisien dalam wilayah NKRI. Oleh karena itu, diperlukan integrasi simpul dan jaringan transportasi, pelayanan inter-moda tansportasi, komunikasi dan informasi serta logistik. Simpul-simpul transportasi (pelabuhan, terminal, stasiun, depo, pusat distribusi dan kawasan pergudangan serta bandara) perlu diintegrasikan dengan jaringan transportasi dan pelayanan sarana inter-moda transportasi yang terhubung secara efisien dan efektif. Jaringan komunikasi dan informasi juga perlu diintegrasikan untuk mendukung kelancaran arus informasi terutama untuk kegiatan perdagangan, keuangan dan kegiatan perekonomian lainnya berbasis elektronik. Selain itu, sistem tata kelola arus barang, arus informasi dan arus keuangan harus dapat dilakukan secara efektif dan efisien, tepat waktu, serta dapat dipantau melalui jaringan informasi dan komunikasi (virtual) mulai dari proses pengadaan, penyimpanan/ pergudangan, transportasi, distribusi, dan penghantaran barang sesuai dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempat yang dikehendaki produsen dan konsumen, mulai dari titik asal (origin) sampai dengan titik tujuan (destination).

Upaya di atas dilakukan melalui penguatan jaringan infrastruktur, komunikasi, dan pergerakan komoditas (barang, jasa, dan informasi) secara efektif dan efisien. Kemampuan nasional dalam mempercepat dan memperluas pembangunan dan mewujudkan pertumbuhan yang berkualitas sesuai amanat UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 2025.

B. Pengembangan Wilayah Melalui Pembangunan Pelabuhan CimalayaPerencanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah untuk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi yakni dengan cara menambah pembangunan pelabuhan. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda Transportasi. Sedangkan Rencana Induk Pelabuhan adalah pengaturan ruang pelabuhan berupa peruntukan rencana tata guna tanah dan perairan di Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan. Bahwa berdasarkan Undang-undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah ditetapkan antara lain bahwa setiap pelabuhan wajib memiliki Rencana Induk Pelabuhan yang mengacu kepada Rencana Induk Pelabuhan Nasional sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP.414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional.

Dalam menghadapi perdagangan bebas guna untuk perbaikan perekonomian regional maupun lokal, maka Kota Tanjung Pandan yang sangat berpotensi untuk berkembang sudah harus mempersiapkan diri dalam pengadaan segala fasilitas yang dapat mendukung sistem ekonomi terbuka dan pasar bebas mendatang. Tuntutan kebutuhan transportasi yang sangat mendukung pelaksanaan dan kelancaran perdagangan yaitu penyediaan jalan dan pelabuhan menjadi prioritas utama dalam usaha pengembangan perekonomian.

Salah satu Perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah untuk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi yakni pembangunan pelabuhan di Pantai Utara Pulau Jawa. Pulau Jawa merupakan wilayah yang banyak dijadikan pusat kegiatan industri, sehingga pengembangan koridor ekonomi di Pulau Jawa terpusat pada kegiatan industri dan jasa. Secara umum, koridor ekonomi di Pulau Jawa memiliki kondisi yang lebih baik di bidang ekonomi dan sosial, sehingga Koridor Ekonomi Jawa berpotensi untuk berkembang dalam rantai nilai dari ekonomi berbasis manufaktur ke jasa. Koridor ini dapat menjadi benchmark perubahan ekonomi yang telah sukses berkembang dalam rantai nilai dari yang sebelumnya fokus di industri primer menjadi fokus di industri tersier. Selain itu, jika dilihat dari lokasinya, posisi utara Pulau Jawa sangat strategis untuk di kembangkan sebagai wilayah pelabuhan dan sudah terdapat satu pelabuhan besar yang dijadikan pelabuhan internasional untuk peti kemas yakni Pelabuhan Tanjung Priok. Akan tetapi, karena sibuknya jalur pelabuhan ini dan untuk mengantisifikasi jika Pelabuhan Tanjung Priok sudah melebihi kapasitas sehingga pemerintah pusat merencanakan proyek pembangunan pelabuhan yang pengembangannya kearah timur dari Pelabuhan Tanjung Priok sekitar wilayah Cikarang dan Karawang tepatnya di daerah Cilamaya, Desa Tanjungjaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Proyek Cilamaya merupakan proyek yang masuk dalam Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MPPPEI) 2011-2025. Proses studi kelayakan Cimalaya sudah dilakukan sejak 2006. Memorandum of Understanding (MOU) pembangunan pelabuhan peti kemas di Cilamaya ditandatangani PT Eurocor Indonesia pada 2007. Pada nota kesepahaman (MOU) pertama itu dilakukan penyusunan studi kelayakan. MOU kedua ditandatangani pada Februari 2008. Dalam perjalanan pembangunan Pelabuhan Cilamaya pada 2012 Japan International Cooperation Agency (JICA) juga ikut mengkaji proyek yang rencananya dilakukan di Kecamatan Tempuran, Karawang. Pelabuhan Cilamaya nantinya direncanakan dapat membantu beban Pelabuhan Tanjung Priok yang diperkirakan bisa stagnan pada 2020. Pada Jabodetabek Metropolitan Priority Area (MPA) Study tahun 2010, disebutkan beberapa keuntungan Pelabuhan Cilamaya, yakni: 1. Menekan biaya logistik dengan mendekatkan pusat produksi. Sebagai pembanding jarak Tanjung Priok-Karawang 140 km, sedangkan Cilamaya-Karawang hanya 70 km.

2. Menurunkan tingkat kemacetan di Ibu Kota dengan memindahkan sebagian trafik angkutan berat ke luar wilayah.

3. Mengembangkan jaringan logistik dari pusat-pusat industri di kawasan pinggiran Jabodetabek.

4. Pelabuhan Cilamaya tahap I mampu menampung 3,75 Juta TEUs peti kemas.

Gambar 1. Lokasi Pembangunan Pelabuhan Cilamaya

Akan tetapi, proses pembangunan pelabuhan Cilamaya mengalami beberapa kendala, karena banyak pihak yang pro dan kontra terhadap pembangunan pelabuhan Cilamaya. Sehingga pembangunan pelabuhan di wilayah ini di batalkan dan di pindahkan ke arah timur antara daerah Indramayu atau Subang, Jawa Barat. Namun, hal tersebut belum final karena menanti hasil studi kelayakan lokasi baru, hal ini sesuai dengan pernyataan yang di sampaikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada tanggal 2 April 2015. Pemerintah melakukan pemindahan atau pergeseran lokasi pelabuhan Cilamaya dikarenakan oleh beberapa faktor yakni:1. Banyaknya anjungan dan rig (pipa) pengeboran minyak milik PT Pertamina sehingga dikhawatirkan akan mengganggu kinerja Pertamina.

2. Daerah tersebut merupakan lumbung padi nasional, dan jika dilanjutkan pembangunan pelabuhannya akan berdampak pada 600 hektare sawah yang hilang sehingga berpotensi mengganggu swasembada pangan

3. Mengganggu mata pencaharian nelayan setempat.

4. Berkaitan dengan Pelabuhan Tanjungpriok yang akan dibesarkan dan dibuat Pelabuhan Kalibaru. Alhasil, Cilamaya akan menjadi feeder nya. 5. Berkaitan dengan rencana Pelindo II untuk mengembangkan Pelabuhan Cirebon dan Kanal Penghubung Pelabuhan Tanjung Priok ke Kawasan Industri Cikarang.Untuk itu Bappenas bersama dengan Kementerian Perhubungan dan BPPT di bawah koordinasi Kemenko Perekonomian dan Kemenko Maritim akan mengkaji kembali lokasi baru pembangunan pelabuhan yang memungkinkan untuk menjadi lokasi baru menggantikan pelabuhan Cilamaya. Direktur Transportasi Kementerian PPN/Bappenas, Bambang Prihartono memastikan bahwa kriteria lokasi baru pelabuhan pengganti Cilamaya itu adalah lokasi yang bukan sumber produksi pangan, sehingga pembangunan pelabuhan baru tidak akan menganggu upaya pemerintah meningkatkan ketahanan pangan. Selain itu lokasi baru pembangunan pelabuhan itu juga merupakan koridor yang aman dari anjungan dan rig milik Pertamina, tidak seperti masalah yang ditemui di Cilamaya. Lokasi baru tersebut akan digeser ke kawasan yang lebih timur lagi dari Provinsi Jawa Barat dan penggesera lokasi pelabuhan itu diharapkan dapat mempersiapkan sarana pelabuhan dan mendukung industrialisasi di Pantai Utara Jawa tersebut.C. Peran Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi dalam Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Pelabuhan Cilamaya)

Penentuan lokasi pelabuhan sangat penting, karena berpengaruh terhadap operasional dan pengembangan pelabuhan tersebut di kemudian hari. Selain itu penentuan lokasi yang tepat dari segi teknik dapat menekan biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pembangunan konstruksi pelabuhan dan biaya operasional. Dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat dianalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penentuan lokasi pelabuhan dengan lebih cepat, terutama berdasarkan aspek tekniknya. Dalam kajian yang dibuat memperlihatkan bahwa penginderaan jauh dan SIG dengan berbagai kemampuan analisisnya dapat digunakan untuk membantu secara efektif dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam analisis ruang pada suatu perencanaan.Tahapan yang dilakukan jika melakukan analisis keruangan dengan menggunakan SIG yaitu pengumpulan data (spasial dan non spasial) serta analisis data meliputi analisis spasial (overlay) dan non spasial (scoring). Data spasial yang dikumpulkan meliputi data citra dan peta tematik topografi, penggunaan lahan, jenis tanah, sedangkan data non spasial meliputi kedalaman laut, pasang surut, tipe sedimen, tinggi gelombang, kekuatan dan kedalaman pusat gempa, kecepatan arus, kontur tanah dan jenis tanah. Untuk segi penggunaan penginderaan jauh, perkembangan teknologi satelit penginderaan jauh (inderaja) untuk kelautan sangat pesat sekali, Salah satu pemanfaatan data satelit untuk aplikasi kelautan adalah Batimetri merupakan ukuran kedalaman daerah perairan laut yang diukur dari atas permukaan sampai ke dasar laut.

Dalam permasalahan pembangunan pelabuhan Cilamaya, Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi memiliki fungsi dan peranan yang cukup penting dalam hal ini. Karena dalam Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi bisa mengetahui, menginterpretasi dan memutuskan kebijakan apa yang akan diambil sehubungan dengan pengembangan wilayah untuk pemilihan relokasi pelabuhan Cilamaya.

Bappenas bersama dengan Kementerian Perhubungan dan BPPT di bawah koordinasi Kemenko Perekonomian dan Kemenko Maritim meberikan kriteria lokasi baru pelabuhan pengganti Cilamaya itu adalah lokasi yang bukan sumber produksi pangan, sehingga pembangunan pelabuhan baru tidak akan menganggu upaya pemerintah meningkatkan ketahanan pangan. Selain itu lokasi baru pembangunan pelabuhan itu juga merupakan koridor yang aman dari anjungan dan rig milik Pertamina

Dalam rencananya, pemindahan lokasi pelabuhan Cilamaya ke arah timur daerah Subang masih kurang tepat lokasinya dikarenakan daerah ini juga merupakan daerah lumbung padi nasional dan jika dipaksakan maka akan berpotensi mengganggu swasembada pangan. Lokasi alternatif selanjutnya yang di rencanakan sebagai lokasi pelabuhan baru yakni daerah Indramayu karena pertimbangan ruang yang lebih luas dan terbuka. Pelabuhan baru akan dicari lokasi dengan luas koridor 10 km, 5 km barat dan 5 km ke timur sehingga dapat memuat peti kemas hingga 5 juta TEUs per tahun. Selain itu, pemilihan luas koridor 10 km di peruntukan untuk navigasi kapal kapal besar yang 200.000-300.000 GT agar bisa melewati peabuhan tersebut.

Pemilihan Indramayu untuk di jadikan lokasi pelabuhan bukan tanpa alasan. Pelabuhan di daerah ini bisa strategis bila mempertimbangkan pembangunan-pembangunan yang saat ini sedang berlangsung di Jawa Barat bagian timur seperti pembangunan jalur tol, lintasan rel double track pantai utara. Selain itu, dari segi fisik seperti luas wilayah yang dibutuhkan untuk membangun sebuah pelabuhan, Indramayu memiliki luas yang lebih dibandingkan di Cilamaya. Dari segi geografis, pemilihan Indramayu juga lebih strategis dibandingkan Cilamaya, hal ini dikarenakan posisi Indramayu lebih strategis yang menjadi penghubung antara Jawa bagian Barat dengan Jawa bagian Tengah dan Timur, dan yang terpenting daerah ini bukan merupakan daerah sumber produksi pangan serta tidak dilewati oleh pipa gas pertamina. Sehingga nanti diharapkan, relokasi pelabuhan Cilamaya ke pelabuhan di daerah Indramayu dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi lewat arus barang melalui jalur laut dan dengan adanya pelabuhan berkapasitas maksimum akan memicu pertumbuhan industry baru di sekitar wilayah tersebut. DAFTAR PUSTAKA--------, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 2025, http://www.bappenas.go.id/files/2613/5185/1240/mp3ei-indonesia__20110704174756__0.rar, (Di Akses tanggal 12 April 2015 Pukul 12.20 WIB)

Corner, Eka. Perencanaan Pembangunan Wilaya. 2011. http://ekaagustianingsih.blogspot.com/2011/04/perencanaan-pembangunan-wilayah.html, (Di Akses tanggal 12 April 2015 Pukul 12.40 WIB)

11