dinamika konflik revitalisasi dan relokasi...

102
DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DINOYO KOTA MALANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dengan Peminatan Metode Ilmu Politik Oleh : MOCH. SYAHRUL ALAMSYAH NIM : 135120501111015 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 17-Dec-2020

10 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI PEDAGANG

PASAR TRADISIONAL DINOYO KOTA MALANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dengan Peminatan Metode Ilmu Politik

Oleh :

MOCH. SYAHRUL ALAMSYAH

NIM : 135120501111015

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan laporan skripsi dengan judul “Dinamika Konflik

Revitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota

Malang”. Adapun tujuan dari skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun

dalam upaya untuk menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) di Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas semua

bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak secara langsung

selama penyusunan laporan skripsi hingga selesai. Secara khusus rasa termakasih

tersebut penulis sampaikan kepada :

1. Allah Subhanahu Wata’ala.

2. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberi Doa dan dukungan

penuh serta nasehat yang diberikan kepada penulis.

3. Bapak Dr. Sholih Mu’adi., SH.,M.Si selaku ketua Program Studi Ilmu

Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

Malang. Serta selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

ilmu, saran, dan arahan selama proses penyusunan laporan penelitian

skripsi ini.

4. Bapak Wimmy Haliim., S.IP., M.Sos selaku dosen pembimbing II

yang telah memberikan ilmu, saran, dan arahan selama proses

penyusunan laporan penelitian skripsi ini.

Page 3: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

ii

5. Bapak Mohammad Fajar Shodiq Ramadlan, S.IP., M.IP, dan Ibu Resya

Famelasari, S.Sos., M.Soc.Sc selaku dosen penguji skripsi yang telah

memberikan ilmu, masukan, saran, dan arahan dalam skripsi ini.

6. Para Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo yang telah bersedia

membantu meluangkan waktu untuk di wawancarai.

7. Teman-teman mahasiswa Ilmu Politik angkatan 2013 yang senantiasa

memberikan dukungan kepada penulis dalam penyusunan laporan

penelitian skripsi ini.

8. Bagian administrasi Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya yang telah membantu

memperlancar proses administrasi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan penelitian skripsi ini masih

jauh dari sempurna. Keterbatasan waktu dan pengetahuan serta pengalaman

penulis menjadikan laporan ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu penulis

menerima kritik dan saran yang berguna serta membangun sangat penulis

harapkan demi penulisan karya yang lebih baik di masa yang akan datang. Akhir

kata, penulis memohon maaf yang sebanyak-banyaknya atas segala kekurangan

dalam penulisan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Malang, 10 November 2017

Penulis

Page 4: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

iii

ABSTRAK

Moch. Syahrul Alamsyah, Program Sarjana, Jurusan Ilmu Politik, Fakultas

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang, 2017. Dinamika

Konflik Revitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota

Malang. Tim Pembimbing: Dr. Sholih Mu’adi, SH., M.si dan Wimmy

Haliim, S.IP., M.Sos

Penelitian ini membahas tentang berbagai konflik yang terjadi dalam kebijakan

revitalisasi dan relokasi Pasar Dinoyo Kota Malang. Konflik revitalisasi

disebabkan karena Pemerintah Kota Malang dalam membuat kebijakan secara

sepihak tanpa mengkomunikasikan kepada pedagang Pasar Dinoyo. Dalam

perencanaan kebijakan revitalisasi Pasar Dinoyo ini Pemerintah Kota Malang

membuat Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Investor PT. Citra Gading

Asritama. Konflik terjadi karena tata letak pasar tradisional yang akan di

tempatkan di belakang pasar modern dan biaya ganti rugi bedak yang sangat

mahal. Konflik berkelanjutan juga terjadi ketika pedagang Pasar Dinoyo

menempati Pasar Penampungan Merjosari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menjelaskan konflik revitalisasi dan permasalahan yang terjadi ketika berada di

Pasar Penampungan Merjosari.

Penelitian ini menggunakan teori konflik yang dikemukakan oleh Ralf Dahrendorf

untuk menganalisis konflik yang muncul dalam revitalisasi dan relokasi Pasar

Dinoyo. Ralf Dahrendorf menekankan bahwa setiap masyarakat setiap saat tunduk

pada proses-proses perubahan dan teori resolusi konflik melalui cara mediasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Subjek penelitian menggunakan purposive. Subjek penelitian ini terdiri

dari Sekretaris Persatuan Pedagang Pasar Dinoyo Kota Malang (P3DKM), Kepala

Bidang Hubungan Masyarakat P3DKM, dan pedagang Pasar Dinoyo. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan

dokumentasi.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah konflik revitalisasi Pasar Dinoyo terjadi

karena Pemerintah Kota Malang tidak memihak kepada pedagang tradisional

melainkan lebih memihak kepada Investor. Konflik berkelanjutan juga terjadi di

Pasar Penampungan Merjosari, Pemerintah Kota Malang dalam membuat

kebijakan relokasi tidak melakukan pengawasan sehingga muncul pedagang-

pedagang liar. Perubahan kebijakan mengenai penetapan Pasar Merjosari

disebabkan setelah pergantian Walikota Malang.

Kata Kunci: Konflik, Pasar Dinoyo, Kebijakan, Revitalisasi.

Page 5: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

iv

ABSTRACT

Moch. Syahrul Alamsyah, Bachelor Degree, Department of Political Science,

Fakulty of Social Science and Political Science, Universitas Brawijaya

Malang, 2017. Dynamics Of Conflict Revitalization And Trader Relocation

Of Traditional Market Dinoyo In Malang City. Supervisor: Dr. Sholih

Mu’adi, SH., M.si and Wimmy Haliim, S.IP., M.Sos

This study discusses the various conflicts that occur in the revitalization policy

and relocation of Dinoyo Market of Malang City. The revitalization conflict is

caused by Malang City Government make policy unilaterally without

communicate with Dinoyo Market traders. In planning of this Dinoyo Market

revitalization policy The Government of Malang City makes a Cooperation

Agreement or Perjanjian Kerja Sama (PKS) with Investor PT. Citra Gading

Asritama. Conflict occurs because of the traditional market placement that will be

placed behind the modern market and very expensive store indemnity costs.

Ongoing conflict also occurs when traders Dinoyo Market occupies Merjosari

Shelter Market. The purpose of this study is to explain the revitalization conflict

and problems that occur in Merjosari Shelter Market.

This research uses conflict theory which is proposed by Ralf Dahrendorf to

analyze conflict which appears in revitalization and Dinoyo Market relocation.

Ralf Dahrendorf emphasizes that society at all times abides by the processes of

change and conflict resolution theory through mediation. The method that is used

in this research is descriptive with qualitative approach. Research subjects use

purposive. The subjects of this study consist of Sekretaris Persatuan Pedagang

Pasar Dinoyo Kota Malang (P3DKM), Kepala Bidang Hubungan Masyarakat

P3DKM, and trader of Dinoyo Market. Techniques of collecting data use

interviews, observation, and documentation.

The result of this research is revitalization conflict of Dinoyo Market happened

because The Government of Malang City is more favorable to investors than

traditional traders. Ongoing conflict also occurs in the Merjosari Shelter Market,

The Government of Malang City in making the relocation policy does not

supervise then resulting in wild traders. Policy changes concerning Merjosari

Market determination is caused the alteration of the Walikota Malang.

Keywords: Conflict, Dinoyo Market, Policy, Revitalization.

Page 6: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

v

DAFTAR ISTILAH

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

BUMD : Badan Usaha Milik Daerah

PEMKOT : Pemerintah Kota

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

P3DKM : Persatuan Pedagang Pasar Dinoyo Kota Malang

PKS : Perjanjian Kerja Sama

KOMNAS HAM : Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

PKL : Pedagang Kaki Lima

PAD : Pendapatan Asli Daerah

PT : Perseroan Terbatas

SK : Surat Keputusan

PERPRES : Peraturan Presiden

PTD : Pasar Terpadu Dinoyo

MCW : Malang Corruption Watch

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

SITB : Surat Ijin Tempat Berjualan

PP : Peraturan Pemerintah

Page 7: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................................... iii

ABSTRACT .................................................................................................................... iv

DAFTAR ISTILAH ........................................................................................................ v

DAFTAR ISI ................................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN ........................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xi

BAB I ................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 10

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 10

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 11

BAB II ............................................................................................................................ 12

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 12

2.1 Tinjauan Teoritis ....................................................................................................... 12

2.1.1 Konflik ............................................................................................................... 12

2.1.1.1 Konflik Dalam Perspektif Ralf Dahrendorf ............................................ 13

2.1.1.2 Otoritas Menurut Ralf Dahrendorf .......................................................... 14

2.1.1.3 Kelompok Semu dan Kelompok Kepentingan ........................................ 18

2.1.2 Resolusi Konflik ................................................................................................ 20

2.2 Kerangka Konseptual ................................................................................................ 21

2.2.1 Pasar Tradisional ............................................................................................... 21

2.2.2 Pasar Modern ..................................................................................................... 23

2.2.3 Definisi Pedagang .............................................................................................. 23

2.2.4 Revitalisasi dan Relokasi ................................................................................... 24

2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................................................. 25

2.4 Kerangka Berpikir ..................................................................................................... 34

BAB III ........................................................................................................................... 35

METODE PENELITIAN ............................................................................................. 35

Page 8: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

vii

3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................................... 35

3.2 Lokasi Penelitian ....................................................................................................... 36

3.3 Fokus Penelitian ........................................................................................................ 36

3.4 Teknik Penentuan Informan ...................................................................................... 37

3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 38

3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................................. 40

3.7 Keabsahan Data ......................................................................................................... 41

BAB IV ........................................................................................................................... 43

GAMBARAN UMUM .................................................................................................. 43

4.1 Gambaran Umum Kota Malang ................................................................................ 43

4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Dinoyo ........................................................................... 44

4.1.2 Organisasi Pedagang ......................................................................................... 49

4.2 Sumber Konflik ......................................................................................................... 50

BAB V ............................................................................................................................. 52

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 52

5.1 Pemetaan Permasalahan ............................................................................................ 52

5.2 Kronologi Konflik ..................................................................................................... 56

5.3 Dinamika Konflik Revitalisasi Pasar Dinoyo ........................................................... 59

5.3.1 Resolusi Konflik ................................................................................................ 65

5.3.2 Relokasi Pedagang Pasar Dinoyo ...................................................................... 69

5.4 Kepentingan Dalam Konflik ..................................................................................... 77

5.4.1 Dampak Kebijakan Revitalisasi Pasar Dinoyo .................................................. 80

BAB VI ........................................................................................................................... 83

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 83

6.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 83

6.2 Saran .......................................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 85

Lampiran ....................................................................................................................... 89

Page 9: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 32

Tabel 3.1 Fokus Penelitian .............................................................................................. 37

Tabel 5.1 Pemetaan Permasalahan .................................................................................. 52

Tabel 5.2 Penggantian Nilai kios, bedak, dan los Pasar Dinoyo..................................... 53

Page 10: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ......................................................................... 34

Bagan 4.1 Kepengurusan P3DKM .................................................................................. 50

Bagan 5.1 Kondisi Pasar Merjosari ................................................................................. 69

Page 11: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Pasar Dinoyo Sebelum Revitalisasi ............................................................ 46

Gambar 4.2 Pasar Penampungan Merjosari .................................................................... 48

Gambar 4.3 Pasar Terpadu Dinoyo ................................................................................. 49

Gambar Lampiran 1 ........................................................................................................ 89

Gambar Lampiran 2 ........................................................................................................ 89

Gambar Lampiran 3 ........................................................................................................ 90

Gambar Lampiran 4 ........................................................................................................ 90

Page 12: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar adalah kelembagaan yang mewujud dalam prinsip-prinsip

pertukaran, sistem pasar digerakkan oleh interaksi mutual dalam bentuk transaksi

barang dan jasa antar pelaku-pelakunya. Komunikasi pasar berlangsung melalui

transaksi dengan harga sebagai message-nya. Di luar lembaga pasar sebagaimana

karakternya tersebut, terdapat dua kelembagaan lain yakni pemerintah dan

komunitas (masyarakat), yang ketiganya satu sama lain saling mempengaruhi dan

ikut menentukan setiap bentuk sistem sosial, termasuk ekonomi.1

Jika pasar mewakili kelembagaan ekonomi, maka pemerintah mewakili

politik sedangkan komunitas (masyarakat) mewakili sosial, masing-masing perlu

menjalankan peran yang ideal. Ini juga berarti bahwa kinerja perkembangan

maupun kemunduran pasar dipengaruhi dan mempengaruhi kekuatan pemerintah

maupun komunitas (masyarakat).2 Maka disini fungsi pemerintah sebagai

kelembagaan berhak mengatur, mengelola dan memfasilitasi pasar tradisional

untuk terciptanya kondisi sosial ekonomi yang semakin baik.

Untuk membantu kinerja pemerintah pusat di tingkatan daerah maka

dibentuklah suatu daerah otonom sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor

22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Otonomi daerah pada dasarnya

merupakan upaya untuk mewujudkan tercapainya salah satu tujuan Negara, yaitu

peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemerataan pelaksanaan

pembangunan dan hasil-hasilnya. Daerah memiliki kewenangan membuat

1 Sonny Leksono. 2009. “Runtuhnya Modal Sosial, Pasar Tradisional: Perspektif Emic

Kualitatif“. Malang: Citra, hlm. 35-36 2 Ibid

Page 13: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

2

kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan

pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan

rakyat.3

Ruang sebagai produk politik mengakibatkan praktik tata ruang tidak

pernah bebas dari keberpihakan aktor yang membuat regulasi tata ruang.

Keberpihakan atau ketidaknetralan aktor-aktor dalam menjalankan kuasanya

tercermin dari kebijakan yang dibuat oleh regulator (pemerintah). Sikap

pemerintah yang tidak netral atau berpihak kepada kapitalis merupakan suatu

kebutuhan dari pemerintah untuk merangkul kapitalis, selain itu kapitalis juga

membutuhkan pemerintah termasuk dukungan dan kemauan politiknya untuk

bekerjasama. Pemerintah sebagai aktor penata ruang memiliki kekuasaan yang

beroperasi dibidang perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan.4

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah

pusat, pemerintah daerah, swata, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan

Usaha Milik Daerah (BUMD), termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat

usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang

kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil,

modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.

Sedangkan Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern,

umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa

3 http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/download/8280/, dalam “Analisis Dampak

Kebijakan Otonomi Daerah Terhadap Ketimpangan Perkembangan Wilayah Di Kawasan

Ciayumajakuning”, diakses pada tanggal 1 November 2017 pukul 22.05 WIB 4 Siti Aminah. 2015. Jurnal: “Konflik dan Kontestasi Penataan Ruang Kota Surabaya”,

journal.ui.ac.id/index.php/mjs/article/download/4751/pdf, diakses pada tanggal 23 April 2017

pukul 11.07 WIB

Page 14: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

3

dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen. Dan pada umumnya

konsumen tersebut anggota masyarakat kelas menengah ke atas.5

Masalah infrastruktur yang hingga kini masih menjadi masalah serius di

pasar tradisional adalah kondisi bangunan, kebersihan dan tempat pembuangan

sampah yang kurang diperhatikan, kurangnya lahan parkir dan buruknya sirkulasi

udara. Belum lagi menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL) sehingga merugikan

pedagang yang berjualan di dalam lingkungan pasar yang harus membayar penuh

sewa dan retribusi. Selain hal tersebut yang juga menjadi penyebab kurang

berkembangya pasar tradisional adalah minimnya daya dukung karakteristik

pedagang pasar tradisional, yakni strategi perencanaan yang kurang baik,

terbatasnya akses permodalan, tidak ada jalinan kerjasama dengan pemasok besar

dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan keinginan konsumen.6

Berbagai macam kekurangan pasar tradisional mulai dari infrastruktur yang

kurang nyaman dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan keinginan

konsumen sehingga menyebabkan konsumen lebih memilih pasar modern

daripada pasar tradisional.

Seiring bertambahnya waktu kondisi bangunan yang sudah mulai rapuh

dengan kondisi yang kumuh dan ketidaktertiban pedagang, maka Pemerintah Kota

Malang membuat kebijakan mengenai revitalisasi di Pasar Dinoyo. Pemerintah

Kota Malang dalam membuat kebijakan revitalisasi Pasar Dinoyo dinilai secara

sepihak tanpa mengikutsertakan pedagang Pasar Dinoyo. Pemerintah Kota

Malang dalam proses pembangunan revitalisasi Pasar Dinoyo memutuskan untuk

5 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang “Penataan Dan

Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern” 6 Endi Sarwoko. Jurnal: “Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Kinerja Pedagang Pasar

Tradisional Di Wilayah Kabupaten Malang”, http://ejournal.ukanjuruhan.ac.id, diakses pada

tanggal 9 Mei 2017 pukul 15.30 WIB

Page 15: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

4

bekerjasama dengan pihak ketiga atau Investor PT. Citra Gading Asritama.

Kerjasama tersebut dibuat dengan adanya kesepakatan yang tertuang didalam Draf

Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang sudah disepakati oleh Pemerintah Kota

Malang dengan PT. Citra Gading Asritama. Kebijakan revitalisasi Pasar Dinoyo

yang dibuat didalam Draf PKS juga disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Kota Malang ketika sidang paripurna DPRD Kota Malang.

Berdasarkan Draf PKS yang dibuat oleh Pemerintah Kota Malang dengan PT.

Citra Gading Asritama penempatan pasar tradisional akan di tempatkan di

belakang pasar modern.7 Dalam hal ini pedagang selaku subyek dan obyek

pembangunan, tidak memperoleh hak dalam perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan umum maupun teknis.

Konflik revitalisasi berawal dari Pemerintah Kota Malang dalam membuat

kebijakan revitalisasi Pasar Dinoyo sama sekali tidak melibatkan pedagang.

Pedagang Pasar Dinoyo menolak isi Draf PKS yang dibuat oleh Pemerintah Kota

Malang dengan Investor. Pedagang Pasar Dinoyo sangat dirugikan dengan adanya

kebijakan revitalisasi ini karena penempatan pasar tradisional yang akan di

tempatkan di belakang pasar modern dan adanya penggantian nilai kios, bedak,

dan los setelah revitalisasi yang dinilai pedagang sangat mahal.8 Penempatan

pasar tradisional yang berada di belakang pasar modern serta adanya ganti rugi

bedak yang sangat mahal bagi pedagang, merupakan ketidakadilan dan

pengambilan kebijakan secara semena-mena dari Pemerintah Kota Malang, karena

posisi pasar tradisional akan tergusur oleh posisi pasar modern. Penggabungan

7 Draf Perjanjian Kerja Sama (PKS) Antara Pemerintah Kota Malang Dengan PT. Citra Gading

Asritama tentang “Pengelolaan Pasar Dinoyo” 8 Hasil wawancara dengan Kabid Humas P3DKM Bapak Khuzaini pada 7 September 2017 pukul

13.30 WIB

Page 16: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

5

pasar tradisional dengan pasar modern maka akan berdampak pada munculnya

masalah persaingan yang tidak seimbang antara pasar tradisional dengan pasar

modern.

Program pembenahan pasar tradisional merupakan kebijakan pemerintah

untuk meningkatkan kualitas serta kelayakan pasar tradisional sebagai salah satu

penggerak perekonomian masyarakat dari berbagai kalangan di suatu daerah.

Koordinasi dan kerjasama antar stakeholder pasar tradisional menjadi langkah

yang harus ditempuh dengan baik supaya program tersebut memberikan hasil dan

manfaat yang maksimal bagi semua pihak yang menjadi bagian dari pasar

tradisional. Namun dalam faktanya program pembenahan pasar tradisional yang

dibuat pemerintah tidak jarang menimbulkan konflik. Konflik ini terjadi karena

keberpihakan Pemerintah Kota Malang kepada Investor dalam pembangunan yang

menggabungkan pasar tradisional dengan pasar modern.9

Dalam penataan pasar, pemerintah sebagai pembuat kebijakan sebenarnya

sudah membuat peraturan yang tegas dan implementatif. Sebagai contoh

mengenai lokasi pembangunan pasar modern, sudah ditentukan dalam Peraturan

Presiden (PERPRES) Nomor 112 Tahun 2007 Pasal 4 Ayat 1 bahwa lokasi

pendirian harus memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan

pasar tradisional, usaha kecil dan menengah di sekitarnya dan mengacu pada tata

ruang kota, termasuk zonasinya dan mempertimbangkan jarak keberadaan pasar

tradisional yang telah ada sebelumnya.10

Tetapi dalam kenyataanya, masih banyak

lokasi pendirian pasar modern yang justru berada bersebelahan atau berdekatan

9 Draf Perjanjian Kerja Sama (PKS) Antara Pemerintah Kota Malang Dengan PT. Citra Gading

Asritama tentang “Pengelolaan Pasar Dinoyo” 10

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Pasal 4 Ayat 1 tentang

“Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern”

Page 17: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

6

dengan pasar tradisional. Penerbitan PERPRES ini sebagai upaya untuk

meminimalisasi dampak negatif dari maraknya hipermarket atau pasar modern

yang semakin cepat berkembang.

Untuk menghadapi kebijakan revitalisasi yang merugikan pedagang

tersebut, organisasi Pasar Dinoyo yaitu Persatuan Pedagang Pasar Dinoyo Kota

Malang (P3DKM) mencari dukungan dengan mengirimkan surat kepada pihak-

pihak luar atau eksternal yaitu, Nahdhatul Ulama (NU), Muhammadiyah,

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi-akademisi, Ombudsman RI,

dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM). Dari sekian itu yang

menindaklanjuti untuk mengakhiri konflik tersebut KOMNAS HAM. Arah

penyelesaian konflik rencana revitalisasi Pasar Dinoyo mulai menunjukkan titik

terang setelah KOMNAS HAM merespon surat yang dikirim oleh P3DKM

tersebut dan telah berkunjung langsung ke Pasar Dinoyo untuk menyampaikan

rencana mempertemukan pedagang Pasar Dinoyo dengan Pemerintah Kota

Malang yang akan dimediasi oleh KOMNAS HAM. Semua pihak akhirnya

sepakat dengan adanya perundingan yang akan dimediasi oleh KOMNAS HAM.11

Setelah melangsungkan perundingan yang digagas dan dimediasi oleh

KOMNAS HAM tersebut, tim perwakilan pedagang Pasar Dinoyo P3DKM

sepakat revitalisasi Pasar Dinoyo dilanjutkan dengan syarat merubah posisi pasar

tradisional yang semula akan di tempatkan di belakang pasar modern berpindah

ke posisi timur yang bersebelahan dengan pasar modern. Selain itu pedagang

Pasar Dinoyo juga meminta keringanan biaya ketika revitalisasi tersebut selesai.

Permintaan P3DKM tersebut disepakati oleh pihak Pemerintah Kota Malang dan

11

Hasil wawancara dengan Kabid Humas P3DKM Bapak Khuzaini pada 7 September 2017 pukul

13.30 WIB

Page 18: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

7

pada tanggal 5 Mei 2011 KOMNAS HAM membuat nota Kesepakatan

Perdamaian Antara Pedagang Pasar Dinoyo Dengan Pemerintah Kota Malang

Terkait Rencana Pembangunan Pasar Terpadu Dinoyo Kota Malang.12

Setelah

kebijakan revitalisasi disetujui oleh pedagang dengan merubah Draf PKS yang

sudah dibuat oleh Pemerintah Kota Malang dengan Investor, maka revitalisasi

dilaksanakan dan pedagang harus direloksai ke Pasar Penampungan Merjosari.

Ketika pedagang Pasar Dinoyo berada di Pasar Penampungan Merjosari,

terjadi permasalahan-permasalahan berkelanjutan yang melanggar kesepakatan.

Kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat oleh semua pihak nyatanya dalam

proses pembangunan tidak sesuai dengan PKS yang sudah disepakati bersama. Di

dalam Draf PKS pembangunan revitalisasi Pasar Dinoyo beserta fasilitasnya

selambat-lambatnya 2 tahun terhitung sejak pedagang Pasar Dinoyo menempati

Pasar Penampungan Merjosari. Namun dalam faktanya proses pembangunan

revitalisasi Pasar Dinoyo berlangsung selama 5 tahun. Ini terbukti dari pedagang

Pasar Dinoyo mulai resmi menempati Pasar Penampungan Merjosari pada tahun

2012 dan pedagang mulai pindah dari Pasar Penampungan Merjosari ke Pasar

Dinoyo yang sudah direvitalisasi pada tahun 2017.13

Selain itu permasalahan yang terjadi di Pasar Penampungan Merjosari

Pemerintah Kota Malang sebagai pembuat kebijakan revitalisasi tidak melakukan

pengawasan ketika berada di Pasar Penampungan Merjosari. Karena tidak adanya

pengawasan dari Pemerintah Kota Malang maka muncullah pedagang liar yang

memenuhi fasilitas-fasilitas umum di Pasar Penampungan Merjosari. Namun

12

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia tentang “Kesepakatan Perdamaian Antara

Pedagang Pasar Dinoyo Dengan Pemerintah Kota Malang Terkait Rencana Pembangunan Pasar

Terpadu Dinoyo Kota Malang” 13

Hasil wawancara dengan Kabid Humas P3DKM Bapak Khuzaini pada 7 September 2017 pukul

13.30 WIB

Page 19: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

8

adanya pedagang liar tersebut juga dimanfaatkan oleh oknum dari Dinas Pasar

yang berada di lapangan untuk melakukan penarikan retribusi pasar kepada

pedagang liar. Didalam Draf PKS yang sudah disepakati, seharusnya Pasar

Penampungan Merjosari diperuntukkan bagi pedagang resmi Pasar Dinoyo yang

sedang dalam proses pembangunan revitalisasi.14

Konflik yang terjadi saat ini berawal dari Pemerintah Kota Malang yang

akan mengembalikan lokasi berjualan pedagang di Pasar Penampungan Merjosari

ke Pasar Dinoyo yang sudah direvitalisasi. Pedagang menolak untuk pindah ke

Pasar Dinoyo, karena diera Walikota Malang Bapak Peni menjanjikan kepada

pedagang Pasar Dinoyo bahwa pedagang Pasar Dinoyo dapat menikmati konsep

beli 1 pasar dapat 2 pasar. Artinya pedagang dapat membeli tempat di Pasar

Dinoyo yang sudah direvitalisasi dan mendapatkan tempat gratis di Pasar

Merjosari.15

Untuk menindaklanjuti konsep beli 1 pasar dapat 2 pasar tersebut

Walikota Bapak Peni membuat Surat Keputusan Walikota Malang No.

188.45/204/ 35.73.112/2013 tentang Penetapan Tempat Penampungan Sementara

Pasar Dinoyo Di Kelurahan Merjosari Sebagai Pasar Tradisional Merjosari.

Dalam keputusan tersebut menjelaskan bahwa dalam rangka meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan meningkatkan perkembangan kegiatan

perekonomian Kota Malang maka perlu menetapkan Pasar Penampungan

Merjosari sebagai Pasar Tradisional Merjosari.16

14

Hasil wawancara dengan Kabid Humas P3DKM Bapak Khuzaini pada 7 September 2017 pukul

13.30 WIB 15

Hasil wawancara dengan Sekretaris P3DKM Bapak Kusyono pada 26 Juli 2017 pukul 08.00

WIB 16

Keputusan Walikota Malang Nomor : 188.45/204/ 35.73.112/2013 tentang “Penetapan Tempat

Penampungan Sementara Pasar Dinoyo Di Kelurahan Merjosari Sebagai Pasar Tradisional

Merjosari”

Page 20: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

9

Adanya perubahan kebijakan mengenai status penetapan Pasar Merjosari

terjadi setelah adanya pergantian Walikota Malang. Walikota Malang saat ini

Abah Anton membuat keputusan pencabutan mengenai ketetapan Pasar

Tradisional Merjosari. Keputusan itu terjadi karena kondisi Pasar Dinoyo yang

sudah selesai direvitalisasi serta akan mengembalikan fungsi semula lahan di

Merjosari yang selama ini dipakai berjualan pedagang Pasar Dinoyo. Perintah

pindah tersebut dibuktikan dengan membuat Keputusan Walikota Malang No.

188.45/263/35.73.112/2016 Tentang Pencabutan Atas Keputusan Walikota

Malang No.188.45/204/35.73.112/2013 Tentang Penetapan Tempat Penampungan

Sementara Pasar Dinoyo Di Kelurahan Merjosari Sebagai Pasar Tradisional

Merjosari.17

Perubahan kebijakan mengenai status Pasar Merjosari ini pada

dasarnya tergantung oleh Walikotanya. Dengan adanya surat keputusan Walikota

Malang mengenai pencabutan ketetapan Pasar Tradisional Merjosari tersebut,

membuat pedagang merasa tidak memilliki kepastian tempat untuk mereka

berjualan. Berbagai tekanan dari Pemerintah Kota Malang dan Investor yang

dialami pedagang Pasar Dinoyo, karena tidak adanya kepastian di Dinoyo maupun

di Merjosari, mereka harus bersedia kembali ke Pasar Dinoyo yang sudah

direvitalisasi dan harus rela bahwa konsep beli 1 pasar dapat 2 pasar yang

dicanangkan Walikota Bapak Peni untuk pedagang ditiadakan. Pedagang Pasar

Dinoyo juga harus melakukan pembayaran terlebih dahulu ketika menempati

Pasar Dinoyo yang sudah direvitalisasi.

17

Keputusan Walikota Malang No. 188.45/263/35.73.112/2016 tentang “Pencabutan Atas

Keputusan Walikota Malang No.188.45/204/35.73.112/2013 Tentang Penetapan Tempat

Penampungan Sementara Pasar Dinoyo Di Kelurahan Merjosari Sebagai Pasar Tradisional

Merjosari”

Page 21: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

10

Berbagai permasalahan yang dialami pedagang Pasar Dinoyo pada

dasarnya adanya kepentingan-kepentingan dari pihak Pemerintah Kota Malang

maupun kepentingan Investor. Kepentingan menjadi faktor yang menentukan

terhadap hukum, peraturan akan mengikut oleh kepentingan yang membuat

kebijakan. Kepentingan yang muncul dalam revitalisasi Pasar Dinoyo ini karena

adanya kepentingan ekonomi dari pihak Investor dan kepentingan politik dari

Pemerintah Kota Malang. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Dinamika Konflik Revitalisasi dan Relokasi

Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa permasalahan-permasalahan yang terjadi ketika proses revitalisasi dan

relokasi Pasar Dinoyo?

2. Bagaimana dinamika konflik yang terjadi terhadap pedagang dalam proses

revitalisasi dan relokasi Pasar Dinoyo?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa permasalahan-permasalahan yang terjadi ketika

pedagang Pasar Dinoyo berada di Pasar Merjosari.

2. Mendeskripsikan bagaimana dinamika konflik revitalisasi yang terjadi

terhadap pedagang Pasar Dinoyo Kota Malang.

Page 22: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

11

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap proses penyusunan penelitian yang ditempuh oleh mahasiswa

Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Brawijaya diharapkan dapat membawa manfaat bagi pihak-pihak terkait. Manfaat

dari penelitian ini antara lain :

1. Memberikan wawasan kepada pembaca tentang masalah yang terjadi pada

pedagang Pasar Dinoyo dengan adanya revitalisasi dan memperoleh

deskripsi yang jelas mengenai Dinamika Konflik Revitalisasi dan Relokasi

Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang.

2. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Kota Malang untuk

mempertimbangkan dalam membuat keputusan dan kebijakan khususnya

dalam hal revitalisasi pasar tradisional dan relokasi pedagang pasar.

3. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih

lanjut, serta sebagai referensi terhadap penelitian yang sejenis.

Page 23: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

Dalam penyelesaian suatu penelitian diperlukanya teori yang berfungsi

sebagai memperkuat argumentasi pembahasan dengan teori yang sudah ada

sebelumnya. Teori yang sudah ada tersebut kemudian dikaitkan dengan fenomena

yang hendak diangkat dalam penelitian tersebut, sehingga adanya kesinambungan

antara teori dengan pembahasan penelitian tersebut. Teori-teori yang digunakan

hendaknya berkaitan dengan penelitian yang akan dibahas mengenai “Dinamika

Konflik Revitalisasi dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota

Malang”.

2.1.1 Konflik

Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang

berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan

demikian, “konflik” dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan,

keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau

lebih.1

Para sosiolog berpendapat bahwa akar dari timbulnya konflik yaitu adanya

hubungan sosial, ekonomi, politik yang akarnya adalah perebutan atas sumber-

sumber kepemilikan, status sosial, dan kekuasaan (power) yang jumlah

ketersediaanya sangat terbatas dengan pembagian aset-aset sosial di dalam

masyarakat tersebut dianggap sebagai bentuk ketimpangan. Ketimpangan

pembagian ini menimbulkan pihak-pihak tertentu berjuang untuk mendapatkanya

1 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. 2011. “Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya”. Jakarta: Prenada Media Group, hlm.

347

Page 24: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

13

atau menambahinya bagi yang perolehan aset sosialnya relatif sedikit atau kecil.

Sementara pihak yang telah mendapatkan pembagian aset sosial tersebut berusaha

untuk mempertahankan dan bisa juga menambahinya. Pihak yang cenderung

mempertahankan atau menambahinya disebut sebagai status quo dan pihak yang

berusaha mendapatkanya disebut sebagai status need.2

Pada hakikatnya teori konflik muncul sebagai bentuk reaksi atas tumbuh

suburnya teori fungsionalisme struktural yang dianggap kurang memerhatikan

fenomena konflik sebagai salah satu gejala dimasyarakat yang perlu mendapatkan

perhatian. Teori konflik adalah salah satu perspektif didalam sosiologi yang

memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian atau

komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda di mana komponen

yang satu berusaha menaklukkan kepentingan yang lain guna memenuhi

kepentinganya atau memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.3

2.1.1.1 Konflik Dalam Perspektif Ralf Dahrendorf

Dahrendorf mula-mula melihat teori konflik sebagai teori parsial,

menganggap teori itu merupakan perspektif yang dapat dipakai untuk menganalisa

fenomena sosial.4 Dalam karya Dahrendorf, pendirian teori konflik dan teori

fungsional disejajarkan. Menurut para fungsionalis, masyarakat adalah statis atau

masyarakat berada dalam keadaan berubah secara seimbang. Tetapi menurut

Dahrendorf dan para teoritisi konflik lainya, setiap masyarakat setiap saat tunduk

pada proses-proses perubahan. Fungsionalis menekankan keteraturan masyarakat,

sedangkan teoritisi konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial.

Fungsionalis menyatakan bahwa setiap elemen masyarakat berperan dalam

2 Ibid, hlm. 360

3 Ibid, hlm. 364

4 Margaret M. Poloma. 1987. “Sosiologi Kontemporer”. Jakarta: CV. Rajawali, hlm. 131

Page 25: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

14

menjaga stabilitas. Teoritisi konflik melihat berbagai elemen kemasyarakatan

menyumbang terhadap disintegrasi dan perubahan.

Dahrendorf adalah tokoh utama yang berpendirian bahwa masyarakat

mempunyai dua wajah (konflik dan konsensus) dan karena itu teori sosiologi

harus dibagi dua bagian yaitu teori konflik dan teori konsensus. Teoritisi

konsensus harus menguji nilai integrasi dalam masyarakat dan teoritisi konflik

harus menguji konflik kepentingan dan penggunaan kekerasan yang mengikat

masyarakat bersama dihadapaan tekanan itu. Dahrendorf mengakui bahwa

masyarakat takkan ada tanpa konsensus dan konflik yang menjadi persyaratan

satu sama lain.5

Dahrendorf mengawali pembahasanya dengan, dan banyak dipengaruhi

oleh, fungsionalisme struktural. Ia mencatat bahwa bagi para fungsionalis, sistem

sosial disatukan oleh kerja sama sukarela atau konsensus umum atau keduanya.

Namun, bagi para teoritisi konflik (atau koersi), masyarakat dipersatukan oleh

“kekangan yang dilakukan dengan paksaan”, sehingga beberapa posisi di dalam

masyarakat adalah kekuasaan yang didelegasikan dan otoritas atas pihak lain.

Fakta kehidupan sosial ini membawa Dahrendorf pada tesis sentralnya bahwa

perbedaan distribusi otoritas “selalu menjadi faktor penentu konflik sosial

sistematis”.6

2.1.1.2 Otoritas Menurut Ralf Dahrendorf

Dahrendorf memusatkan perhatian pada struktur sosial yang lebih luas. Inti

tesisnya adalah gagasan bahwa berbagai posisi didalam masyarakat mempunyai

5 George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2004. “Teori Sosiologi Modern”. Terj. Alimandan.

Jakarta: Prenada Media, hlm. 154 6 George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2010. “Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik

Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern”. Terj. Nurhadi. Bantul: Kreasi

Wacana, hlm. 282 - 283

Page 26: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

15

kualitas otoritas yang berbeda. Otoritas tidak terletak didalam diri individu, tetapi

didalam posisi. Dahrendorf tak hanya tertarik pada struktur posisi, tetapi juga

pada konflik antara berbagai struktur posisi itu: “sumber struktur konflik harus

dicari di dalam tatanan peran sosial yang berpotensi untuk mendominasi atau

ditundukkan”. Menurut Dahrendorf, tugas yang pertama analisis konflik adalah

mengidentifikasi berbagai peran otoritas didalam masyarakat. Karena

memusatkan perhatian kepada struktur berskala luas seperti peran otoritas itu.7

Otoritas yang melekat pada posisi adalah unsur kunci dalam analisis

Dahrendorf. Otoritas secara tersirat menyatakan superordinasi dan subordinasi.

Mereka yang menduduki posisi otoritas diharapkan mengendalihan bawahan.

Artinya, mereka berkuasa karena harapan dari orang yang berada di sekitar

mereka, bukan karena ciri-ciri psikologis mereka sendiri. Seperti otoritas, harapan

ini pun melekat pada posisi, bukan pada orangnya. Otoritas bukanlah fenomena

sosial yang umum, mereka yang tunduk pada kontrol dan mereka yang dibebaskan

dari kontrol, ditentukan dalam masyarakat. Terakhir karena otoritas adalah absah,

sanksi dapat dijatuhkan pada pihak yang menentang.

Menurut Dahrendorf, otoritas tidak konstan karena ia terletak dalam posisi,

bukan didalam diri orangnya. Karena itu seseorang yang berwenang dalam satu

lingkungan tertentu tak harus memegang posisi otoritas didalam lingkungan yang

lain. Begitu pula seseorang yang berada dalam posisi subordinat dalam satu

kelompok, mungkin menempati posisi superordinat dalam kelompok lain. Ini

berasal dari argumen Dahrendorf yang menyatakan bahwa masyarakat tersusun

dari sejumlah unit yang ia sebut asosiasi yang dikoordinasikan secara imperatif.

7 George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2004. “Teori Sosiologi Modern”. Op.Cit, hlm. 154

Page 27: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

16

Masyarakat terlihat sebagai asosiasi individu yang dikontrol oleh hierarki posisi

otoritas. Karena masyarakat terdiri dari berbagai posisi, seorang individu dapat

menempati posisi otoritas disatu unit dan menempati posisi yang subordinat diunit

lain.

Otoritas dalam setiap asosiasi bersifat dikotomi, karena itu hanya ada dua,

kelompok konflik yang dapat terbentuk di dalam setiap asosiasi. Kelompok yang

memegang posisi otoritas dan kelompok subordinat yang mempunyai kepentingan

tertentu “yang arah dan substasinya saling bertentangan”. Di sini kita berhadapan

dengan konsep kunci lain dalam teori konflik Dahrendorf, yakni kepentingan.

Kelompok yang berada di atas dan yang berada di bawah didefinisikan

berdasarkan kepentingan bersama. Dahrendorf tetap menyatakan bahwa

kepentingan itu, yang sepertinya tampak sebagai fenomena psikologi, pada

dasarnya fenomena berskala luas.8

Dalam setiap asosiasi, mereka yang berada pada posisi dominan berusaha

mempertahankan status quo sementara yang berada pada posisi subordinat

berusaha melakukan perubahan. Konflik kepentingan dalam asosiasi apapun

bersifat laten sepanjang waktu, dan ini sekaligus berarti legitimasi otoritas selalu

berada pada posisi rawan. Konflik kepentingan ini tidak harus berlangsung secara

sadar sebelum mampu menggerakkan superordinat atau subordinat. Kepentingan

superordinat dan subordinat bersifat objektif dalam pengertian tercermin pada

harapan-harapan (peran) yang melekat pada posisi-posisi tersebut. Individu tidak

harus menginternalisasikan harapan itu atau tak perlu menyadarinya dalam rangka

bertindak sesuai dengan harapan itu. Jika mereka menduduki posisi tertentu,

8 Ibid, hlm. 155

Page 28: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

17

diharapkan mereka akan bertindak sebagaimana yang diharapkan. Individu

disesuaikan atau menyesuaikan pada peran mereka ketika menyumbang konflik

antara superordinat dengan subordinat. Dahrendorf menyebut harapan-harapan tak

sadar ini disebut dengan kepentingan laten. Kepentingan manifes adalah

kepentingan laten yang telah disadari. Dahrendorf melihat analisis hubungan

antara kepentingan laten dengan kepentingan manifes sebagai tugas utama teori

konflik. Namun, aktor tidak perlu menyadari kepentingan mereka agar bertindak

sesuai kepentingan kepentingan tersebut.9

Kekuasaan dan wewenang senantiasa menempatkan individu pada posisi

atas dan posisi bawah dalam setiap struktur. Karena wewenang itu adalah sah,

maka setiap individu yang tidak tunduk terhadap wewenang yang ada akan

terkena sanksi. Dengan demikian, masyarakat disebut sebagai persekutuan yang

terkoordinasi secara paksa. Oleh karena itu kekuasaan selalu memisah dengan

tegas antara penguasa dan yang dikuasai, maka dalam masyarakat selalu terdapat

dua golongan yang saling bertentangan. Masing-masing golongan dipersatukan

oleh ikatan kepentingan nyata yang bertentangan secara substansial dan secara

langsung diantara golongan-golongan itu. Pertentangan itu terjadi dalam situasi

dimana golongan yang berkuasa berusaha mempertahankan status quo sedang

golongan yang dikuasai berusaha untuk mengadakan perubahan-perubahan.

Pertentangan kepentingan ini selalu ada setiap waktu dan dalam setiap struktur.

Karena itu kekuasaan yang sah selalu berada dalam keadaan terancam bahaya dari

golongan anti status quo. Kepentingan yang terdapat dalam satu golongan tertentu

selalu dinilai objektif oleh golongan yang bersangkutan dan selalu berdempetan

9 George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2010. “Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik

Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern”. Op.Cit, hlm. 284

Page 29: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

18

(cohorence) dengan posisi individu yang termasuk kedalam golongan itu. Seorang

individu akan bersikap dan bertindak sesuai dengan cara-cara yang berlaku dan

diharapkan oleh golongannya. Dalam situasi konflik seorang individu akan

menyesuaikan diri dengan peran yang diharapkan oleh golonganya itu,yang

disebut sebagai peranan laten.10

2.1.1.3 Kelompok Semu dan Kelompok Kepentingan

Dahrendorf membedakan golongan yang terlibat konflik itu atas dua tipe.

Pertama kelompok semu (quasi group) dan kelompok kepentingan (interst group).

Kelompok semu merupakan kumpulan dari para pemegang kekuasaan atau

jabatan dengan kepentingan yang sama yang terbentuk karena munculnya

kelompok kepentingan. Sedangkan kelompok kepentingan terbentuk dari

kelompok semu yang lebih luas. Kelompok kepentingan ini mempunyai struktur,

organisasi, program, tujuan serta anggota yang jelas. Kelompok kepentingan

inilah yang menjadi sumber nyata timbulnya konflik dalam masyarakat.11

Dahrendorf berpendapat bahwa disetiap asosiasi yang ditandai oleh

pertentangan terdapat ketegangan diantara mereka yang ikut dalam struktur

kekuasaan yang tunduk pada struktur itu. Menurut Dahrendorf secara empiris,

pertentangan kelompok mungkin paling mudah dianalisa bila dilihat sebagai

pertentangan mengenai legitimasi hubungan-hubungan kekuasaan. Dalam setiap

asosiasi, kepentingan kelompok penguasa merupakan nilai-nilai yang merupakan

ideologi keabsahan kekuasaanya, sementara kepentingan-kepentingan kelompok

10

Farida Hanum. Jurnal: “Konsep, Materi Dan Pembelajaran Sosiologi”,

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Konsep,%20Materi,%20dan%20Pembelajaran%20Sosiolog

i.pdf, diakses pada tanggal 22 April 2017 pukul 14.00 WIB 11

George Ritzer. 2010. “Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda”. Jakarta: PT Raja

GrafindoPersada, hlm. 153

Page 30: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

19

bawah melahirkan ancaman bagi ideologi ini serta hubungan-hubungan sosial

yang terkandung didalamnya.

Kepentingan yang dimaksudkan Dahrendorf mungkin bersifat manifes

(disadari) atau laten (kepentingan potensial). Kepentingan laten adalah tingkah

laku potensil yang telah ditentukan bagi seseorang karena dia menduduki peranan

tertentu, tetapi masih belum disadari. Jadi orang dapat menjadi anggota suatu

kelas yang tidak memiliki kekuasaan, tetapi sebagai kelompok mungkin mereka

tidak menyadari kekuranganya. Kepentingan kepentingan yang tidak disadari atau

laten itu tampil kepermukaan dalam bentuk tujuan-tujuan yang disadari

(persamaan gaji, persamaan kesempatan kerja), berkembanglah organisasi-

organsasi yang disebut Dahrendorf sebagai kelompok-kelompok manifes.12

Dibawah kondisi yang ideal tak ada lagi variabel lain yang diperlukan.

Tetapi, karena kondisi tak pernah ideal, maka banyak faktor lain ikut berpengaruh

dalam proses konflik sosial. Dahrendorf menyebut kondisi-kondisi teknis seperti

personil yang cukup, kondisi politik seperti situasi politik secara keseluruhan, dan

kondisi sosial seperti keberadaan hubungan komunikasi. Cara orang direkrut ke

dalam kelompok semu adalah kondisi sosial yang penting bagi Dahrendorf.

Dia menganggap bahwa jika rekrutmen berlangsung secara acak dan

ditentukan oleh peluang, maka kelompok kepentingan, dan akhirnya kelompok

konflik tak mungkin muncul. Tetapi, bila perekrutan ke dalam kelompok semu

ditentukan secara struktural, maka kelompok ini menyediakan basis perekrutan

yang subur untuk kelompok-kelompok kepentingan dan dalam kasus tertentu,

kelompok konflik.13

12

Margaret M. Poloma Opcit, hlm. 136 13

George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2004. “Teori Sosiologi Modern”. Op.Cit, hlm. 157

Page 31: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

20

2.1.2 Resolusi Konflik

Resolusi konflik merupakan upaya untuk menangani berbagai sebab

konflik yang berkaitan dengan mencari jalan keluar dari suatu perilaku konflik.

Proses resolusi konflik ditujukan supaya mencapai kesepakatan bersama antara

pihak yang berkonflik. Menurut Johan Galtung ada tiga tahap dalam penyelesaian

konflik yaitu :14

1. Teori Peace Keeping

Proses menghentikan atau mengurangi aksi kekerasan melalui intervensi

militer yang menjalankan peran sebagai penjaga perdamaian yang netral. Peace

keeping terbatas untuk menjamin adanya kesepakatan damai dalam suatu konflik

dan mengatur hubungan natar negara dengan tetap mendukung otonomi dan

kedaulatan. Pengertian lain dari konsep peace keeping ini adalah intervensi pihak

ketiga.

2. Teori Peace Making

Proses yang tujuannya mempertemukan atau merekonsiliasi sikap politik

dan stategi dari pihak yang bertikai melalui mediasi, negosiasi, arbitrasi terutama

pada level elit atau pimpinan. Negosiasi cenderung sulit dicapai karena rentan

terhadap perbedaan pendapat, namun negosiasi biasanya memberikan

kemungkinan alternatif. Mediasi kemudian menjadi pilihan lain untuk mencapai

resolusi, khususnya ketika konflik sudah merambat ke wilayah lain, sehingga

perlu pihak ketiga sebagai penengah hingga resolusi tercapai. Peacemaking

merupakan suatu proses untuk menenangkan pihak yang bersengketa. Meskipun

sebuah konflik dapat diselesaikan lewat negosiasi langsung antara kedua belah

14

Hermawan. 2007. “Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu, dan

Metodologi”. Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm. 93-95

Page 32: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

21

pihak, alangkah lebih baiknya lagi jika dibantu oleh pihak ketiga dalam hal ini

pihak yang netral yang dapat menjadi mediator dalam membantu proses ataupun

masalah kesalah pahaman antara pihak yang bersengketa dan membantu kedua

belah pihak tersebut untuk bekerja lebih cepat agar perdamaian cepat terjadi.

3. Teori Peace Building

Proses implementasi perubahan atau rekonstruksi sosial, politik, dan

ekonomi demi terciptanya perdamaian yang langgeng. Melalui proses peace

building diharapkan negative peace (the absence of violence) berubah menjadi

positive peace dimana masyarakat merasakan adanya keadilan social,

kesejahteraan ekonomi dan keterwakilan politik yang efektif. Galtung

mengembangkan konsep ini dari analisis kekerasan. Sementara perdamaian

negatif mencapai adanya perdamaian melalui kekerasan fisik, hanya perdamaian

positif dapat mencapai perdamaian dan pembangunan perdamaian.

2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan hubungan konsep-konsep yang akan

diamati dalam penelitian untuk menjelaskan dalam analisis penelitian. Peneliti

menggunakan beberapa konsep yang relevan dengan permasalahan yang sedang

dibahas dalam penelitian ini.

2.2.1 Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah

pusat, pemerintah daerah, swata, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan

Usaha Milik Daerah (BUMD), termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat

usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang

kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil,

Page 33: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

22

modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar

menawar.15

Pasar tradisional salah satu fasilitas umum yang keberadaanya sangat

dibutuhkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok. Ciri-ciri pasar

tradisional adalah sebagai berikut :16

1. Pasar Tradisional dimiliki, dibangun dan atau dikelola oleh pemerintah

daerah.

2. Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli. Tawar

menawar ini adalah salah satu budaya yang terbentuk di dalam pasar.

hal ini yang dapat menjalin hubungan sosial antara pedagang dan

pembeli yang lebih dekat.

3. Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama.

Meskipun semua berada pada lokasi yang sama, barang dagangan setiap

penjual menjual barang yang berbeda-beda. Selain itu juga terdapat

pengelompokan dagangan sesuai dengan jenis daganganya seperti

kelompok pedagang ikan, sayur, buah, bumbu, dan daging.

4. Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan lokal. Barang

dagangan yang dijual di pasar tradisional ini adalah hasil bumi yang

dihasilkan oleh daerah tersebut. Meskipun ada beberapa dagangan yang

diambil dari hasil bumi dari daerah lain yang berada tidak jauh dari

daerah tersebut namun tidak sampai mengimport hingga keluar pulau

atau Negara.

15

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang “Penataan Dan

Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern” 16

Ni Made Winda Roosdiana Devi. Jurnal: “Pasar Umum Gubug Di Kabupaten Grobogan

Dengan Pengolahan Tata Ruang Luar Dan Dalam Melalui Pendekatan Ideologi Fungsionalisme

Utilitarian”, http://e-journal.uajy.ac.id/3402/3/2TA13285.pdf, diakses pada tanggal 21 November

2017 pukul 14.00 WIB

Page 34: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

23

2.2.2 Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern,

umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa

dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota

masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mall, supermarket,

minimarket, swalayan, departement store, dan sebagainya. Pasar modern menjual

berbagai macam kebutuhan konsumen, sehingga konsumen hanya dengan satu

tempat sudah bisa membeli berbagai kebutuhanya. Selain menyediakan barang-

barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual

mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian

terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang tidak memenuhi persyaratan

klasifikasi akan ditolak. Dari segi infrastruktur pasar modern lebih nyaman, bersih

dan dilengkapi fasilitas-fasilitas penunjang seperti Ac, kulkas, dan cctv untuk

keamanan konsumen.

Batasan luas lantai penjualan toko modern adalah sebagai berikut :17

a. Minimarket, kurang dari 400 m2.

b. Supermarket, 400 m2 sampai dengan 5.000 m2.

c. Hypermarket, diatas 5.000 m2.

d. Departement Store, diatas 400 m2

2.2.3 Definisi Pedagang

Pedagang adalah orang atau institusi yang memperjualbelikan produk atau

barang, kepada konsumen baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

17

Agung Pramudyo. Jurnal: “Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional Di Yogyakarta”,

http://amaypk.ac.id/?wpfb_dl=22, diakses pada 4 Desember 2017 pukul 16.00 WIB

Page 35: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

24

Dalam ekonomi pedagang dibedakan menurut jalur distribusi yang dilakukan,

yaitu :18

a. Pedagang distributor (tunggal) yaitu pedagang yang memegang hak

distribusi atau produk dari perusahaan tertentu.

b. Pedagang besar yaitu pedagang yang membeli suatu produk dalam

jumlah besar yang dimaksudkan untuk dijual kepada pedagang lain.

c. Pedagang eceran yaitu pedagang yang menjual produk langsung

kepada konsumen.

2.2.4 Revitalisasi dan Relokasi

Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau

bagian kota. Proses revitalisasi sebuah kawasan atau bagian kota mencakup

perbaikan aspek fisik dan aspek ekonomi dari bangunan maupun ruang kota.

Revitalisasi fisik merupakan strategi jangka pendek yang dimaksudkan untuk

mendorong terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi jangka panjang. Melihat

fungsi dan peran pasar tradisional yang strategis dalam peningkatan pendapatan

dan penyerapan tenaga kerja, maka dalam pembangunan sektor perdagangan

merupakan salah satu program prioritas yang harus ditingkatkan. Pasar tradisional

yang identik dengan sebuah lokasi perdagangan yang kumuh, semrawut, dan kotor

sudah semestinya mendapat perhatian yang cukup besar karena didalamnya terkait

hajat hidup orang banyak. Pembenahan pasar tradisional tentu saja bukan hanya

tugas pemerintah tetapi juga masyarakat, pengelola pasar dan para pedagang

18

http://eprints.uny.ac.id/13795/3/BAB%20II.PDF, diakses pada 4 Desember 2017 pukul 16.15

WIB

Page 36: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

25

tradisional untuk bersinergi menghapus kesan negatif tersebut sehingga pasar

tradisional masih tetap eksis di tengah persaingan.19

Sedangkan relokasi adalah pemindahan tempat rencana industri pada suatu

daerah segera diwujudkan.20

Relokasi adalah salah satu wujud dari kebijakan

pemerintah daerah yang termasuk dalam kegiatan revitalisasi. Relokasi pedagang

pasar tradisional ini bersifat sementara dan terjadi karena adanya proses

revitalisasi yang sedang dikerjakan.

2.3 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian mengenai Dinamika Konflik Revitalisasi dan Relokasi

Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang, difokuskan pada konflik

revitalisasi dan adanya permasalahan ketika berada di Pasar Merjosari. Penelitian

ini tidak terlepas dari berbagai ide, masukan, serta pemikiran dari penelitian

sebelumnya, yang digunakan sebagai acuan ataupun perbandingan dalam

melakukan penelitian.

Pada penelitian sebelumnya terdapat beberapa perbedaan seperti tujuan

penelitian, teori yang digunakan, serta permasalahan yang akan diambil maupun

hasil studi yang hendak dicapai. Berikut ini merupakan penelitian terdahulu

mengenai penelitian tentang konflik yang terjadi di pasar tradisional yang akan

digunakan sebagai perbandingan penelitian sebagai berikut:

a. Vildan Cresanda Hutama Putera (2013), Skripsi: “Strategi Negosiasi

Dalam Menghadapi Konflik (Studi Pada Strategi Negosiasi Pedagang

Pasar Dinoyo Terhadap Pemerintah Kota Malang Mengenai Rencana

19

Mahfuzi Irwan dan Didik Kurniawan. Paper: “Teori Perubahan Sosial: Revitalisasi

PasarTradisional Di Tengah Arus Pasar Modern”,

https://www.researchgate.net/publication/310831494_Revitalisasi_Pasar_Tradisional_Di_Tengah_

Arus_Pasar_Modern, diakses pada tanggal 21 November 2017 pukul 14.15 WIB 20

https://kbbi.web.id/relokasi, diakses pada tanggal 22 November 2017 pukul 08.00 WIB

Page 37: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

26

Revitalisasi Pasa Dinoyo Kota Malang)”21

, Malang: Universitas

Brawijaya.

Penelitian yang dilakukan Vildan Cresanda Hutama Putera dari

Universitas Brawijaya mengenai bagaimana strategi negosiasi yang dilakukan

pedagang Pasar Dinoyo terhadap Pemerintah Kota Malang dalam upaya mencapai

kesepakatan mengenai rencana revitalisasi Pasar Dinoyo. Pada penelitian ini jenis

penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Penelitian ini difokuskan

pada pembentukan kekuatan pedagang Pasar Dinoyo melalui koordinasi internal

maupun koordinasi dengan pihak eksternal dan bagaimana taktik dalam

bernegosiasi serta peran mediator dan strategi yang digunakan pedagang Pasar

Dinoyo untuk tercapainya arah menuju kesepakatan dengan Pemerintah Kota

Malang.

Persamaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan terletak pada

konflik revitalisasi Pasar Dinoyo yang dilakukan Pemerintah Kota Malang.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan adalah

terletak pada hasil penelitian, hasil penelitian tersebut berupa proses negosiasi dan

strategi yang dilakukan perwakilan pedagang pasar terhadap Pemerintah Kota

Malang. Perwakilan pedagang pasar dalam proses negosiasi menggunakan strategi

negosiasi distributive (persaingan), dan dalam perundingan tersebut sebagai

penengah atau mediator yakni KOMNAS HAM. Adanya perbedaan pandangan

antara perwakilan pedagang pasar dengan Pemerintah Kota Malang mengenai

revitalisasi membuat perundingan sangat sulit untuk mencapai kesepakatan.

21

Vildan Cresanda Hutama Putera. Skripsi: ”Strategi Negosiasi Dalam Menghadapi Konflik

(Studi Pada Strategi Negosiasi Pedagang Pasar Dinoyo Terhadap Pemerintah Kota Malang

Mengenai Rencana Revitalisasi Pasa Dinoyo Kota Malang)”. Jurusan Ilmu Komunikasi 2008,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya, Malang.

Page 38: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

27

Sedangkan hasil penelitian yang penulis harapkan adalah dapat mengetahui

konflik yang terus terjadi mulai dari revitalisasi Pasar Dinoyo sampai adanya

permasalahan-permasalahan ketika berada di Pasar Merjosari.

b. Rudi Laksono (2013), Skripsi: “Analisis Relokasi Pedagang Pasar

Ngarsopuro Di Kota Surakarta”22

, Surakarta: Universitas Sebelas

Maret.

Penelitian yang dilakukan oleh Rudi Laksono dari Universitas Sebelas

Maret berdasarkan dari permasalahan yang dihadapi tentang dampak relokasi bagi

pendapatan pedagang Pasar Ngarsopuro Kota Surakarta. Pada penelitian ini jenis

penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Penelitian ini difokuskan pada

pendapatan pedagang yang berada di Pasar Ngarsopuro sebelum dan sesudah

direlokasi.

Persamaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan terletak pada

relokasi pedagang pasar yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta dan

revitalisasi yang dilakukan menggabungkan pasar tradisional dengan pasar

modern. Perbedaan dari penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh

Rudi Laksono hanya memfokuskan pada pendapatan para pedagang Pasar

Ngarsopuro mulai sebelum direlokasi dan sesudah direlokasi, sedangkan penulis

berusaha menjelaskan konflik yang terus terjadi mulai dari revitalisasi Pasar

Dinoyo sampai permasalahan-permasalahan yang dialami pedagang ketika berada

di Pasar Merjosari.

c. Rayinda Prashatya Kencana (2013), Skripsi: “Konflik Pedagang

Rombengan Dengan PKL Rombengan Liar Pasar Merjosari Malang

22

Rudi Laksono. Skripsi: “Analisis Relokasi Pedagang Pasar Ngarsopuro Di Kota Surakarta”.

Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Page 39: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

28

Akibat Relokasi Pasar Dinoyo (Studi Kasus Pasar Merjosari Kota

Malang)”23

, Malang: Universitas Brawijaya.

Penelitian ini membahas tentang konflik pedagang rombengan Pasar

Dinoyo ketika berada di Pasar Merjosari dengan Pedagang Kaki Lima (PKL) liar.

Pedagang rombengan menganggap mereka tidak mendapat kompensasi atas

relokasi Pasar Dinoyo. Konflik yang terjadi adalah antara sesama pedagang

rombengan. Konflik yang terjadi karena masalah tempat berdagang yang tidak

sesuai dengan keinginan pedagang rombengan. Pada penelitian ini jenis penelitian

yang digunakan adalah kualitatif.

Persamaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan terletak pada

dampak revitalisasi dan relokasi Pasar Dinoyo sehingga menyebabkan konflik.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan adalah

terletak pada konflik yang dibahas, penelitian ini membahas konflik pedagang

rombengan dengan PKL rombengan liar, sedangkan penulis membahas konflik

yang terus terjadi mulai dari revitalisasi Pasar Dinoyo sampai permasalahan-

permasalahan yang dialami pedagang Pasar Dinoyo ketika berada di Pasar

Merjosari.

d. Ella Alfianita (2015), Skripsi: “Revitalisasi Pasar Tradisional Dalam

Perspektif Good Governance (Studi di Pasar Tumpang Kabupaten

Malang)”24

, Malang: Universitas Brawijaya.

23

Rayinda Prashatya Kencana. Skripsi: “Konflik Pedagang Rombengan Dengan PKL Rombengan

Liar Pasar Merjosari Malang Akibat Relokasi Pasar Dinoyo (Studi Kasus Pasar Merjosari Kota

Malang)”. Jurusan Sosiologi 2008, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya,

Malang. 24

Ella Alfianita. Skripsi: “Revitalisasi Pasar Tradisional Dalam Perspektif Good Governance

(Studi di Pasar Tumpang Kabupaten Malang)”. Jurusan Ilmu Administrasi Publik 2011, Fakultas

Ilmu Administrasi, Universitas brawijaya, Malang.

Page 40: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

29

Penelitian yang dilakukan Ella Alfianita di latar belakangi oleh banyaknya

pasar modern yang bermunculan di area Pasar Tradisional Tumpang, sehingga

Pasar Tumpang kalah bersaing. Dengan banyaknya pasar modern yang

bermunculan disekitar Pasar Tumpang dan sudah tidak layaknya kondisi

bangunan pasar, maka Pemerintah Kabupaten Malang merevitalisasi Pasar

Tumpang tersebut dengan konsep pasar semi modern. Pasar semi modern

merupakan jenis pasar yang tetap dilakukan secara tradisional namun memiliki

standar tertentu layaknya pasar modern.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis,

mengidentifikasi upaya apa saja yang ditempuh dalam pelaksanaan revitalisasi

pasar tradisional di Pasar Tumpang Kabupaten Malang, dan bagaimana pola

kerjasama antar aktor dalam revitalisasi pasar tradisional di Pasar Tumpang

Kabupaten Malang dalam Perspektif Good Governance. Pemerintah Kabupaten

Malang melibatkan pedagang pasar dalam mengambil keputusan mengenai

revitalisasi tersebut.

e. Moch. Irfan Fanani (2015), Jurnal: “Perlawanan Pedagang Pasar

Tradisional Terhadap revitalisasi Pasar (Studi Deskriptif Pasar

Babat, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur)”25

,

Surabaya: Universitas Airlangga.

Penelitian yang dilakukan oleh Moch. Irfan Fanani berdasarkan dari

permasalahan harga bedak yang sangat mahal setelah di revitalisasi Pasar Babat,

sehingga pedagang Pasar Babat merasa keberatan dan hampir semua pedagang tak

mampu untuk membeli bedak tersebut.

25

Moch. Irfan Fanani. Jurnal: “Perlawanan Pedagang Pasar Tradisional Terhadap Revitalisasi

Pasar (Studi Deskriptif Pasar Babat, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur)”.

Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya.

Page 41: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

30

Persamaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan terletak pada

revitalisasi yang menggandeng Investor, dijadikanya pasar modern dan mahalnya

harga bedak setelah direvitalisasi sehingga menimbulkan perlawanan dari

pedagang. Perbedaan dari penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan

Moch. Irfan Fanani membahas mengenai perlawanan pedagang Pasar Babat yang

menolak untuk membeli bedak pasar yang sudah di revitalisasi sehingga

menyebabkan pedagang berjualan di pinggir-pinggir jalan depan pasar sehingga

menimbulkan kemacetan. Sedangkan penulis berusaha menjelaskan konflik yang

terus terjadi mulai dari revitalisasi Pasar Dinoyo sampai permasalahan-

permasalahan yang dialami pedagang Pasar Dinoyo ketika berada di Pasar

Merjosari.

f. Susilo Endrawanti, Jurnal: “Dampak Relokasi Pasar Studi Kasus Di

Pasar Sampangan Kota Semarang”26

, Semarang: Universitas 17

Agustus 1945.

Penelitian ini membahas dampak relokasi dilihat dari individu pedagang,

dilihat dari kelompok pedagang (Paguyuban Pedagang), dilihat dari kelompok

masyarakat sekitar pasar dan dilihat dari institusi pengelola Pasar Sampangan.

Hasil dari penelitian ini pedagang mengalami penurunan pendapatan akibat

relokasi.

Persamaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan terletak pada

relokasi pedagang pasar, namun relokasi di pasar sampangan ini disebabkan

lokasi pasar yang dekat dengan sungai Banjirkanal Barat, dan tujuan di relokasi

pasar untuk memperlebar sungai supaya tidak terjadi banjir disaat musim hujan.

26

Susilo Endrawanti. Jurnal: “Dampak Relokasi pasar Studi Kasus Di Pasar Sampangan Kota

Semarang”. Universitas 17 Agustus 1945, Semarang.

Page 42: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

31

Perbedaan dengan penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh

Susilo Endrawanti memfokuskan dampak ekonomi bagi pedagang dengan adanya

relokasi, sedangkan penulis berusaha menjelaskan konflik yang terus terjadi mulai

dari revitalisasi Pasar Dinoyo sampai permasalahan-permasalahan yang dialami

pedagang Pasar Dinoyo ketika berada di Pasar Merjosari.

g. Rahmadina Fitria Ristanti, Hermawan, Abdullah Said, Jurnal: “Scenario

Planning Proses Relokasi Terkait Pembangunan Pasar Tradisional

Menjadi Pasar Modern (Studi Kasus di Pasar Dinoyo dan Pasar

Blimbing Kota Malang)”27

, Malang: Universitas Brawijaya.

Penelitian ini berfokus mengenai skenario dalam proses relokasi di Pasar

Dinoyo dan Pasar Blimbing yang menjelaskan faktor pendorong dan faktor

penghambat proses relokasi di Pasar Dinoyo dan Pasar Blimbing Kota Malang.

Faktor pendorong tersebut adalah adanya kerjasama dengan pihak Investor yang

membuat Pemerintah tidak perlu mengkhawatirkan anggaran, sedangkan faktor

penghambatnya adalah munculnya penolakan dan tuntutan-tuntutan dari pedagang

yang sulit untuk mencapai kesepakatan.

Persamaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan terletak pada

kebijakan Pemerintah Kota Malang mengenai revitalisasi di Pasar Dinoyo.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan terletak

pada pembahasanya, fokus penelitian tersebut mengenai skenario revitalisasi

Pasar Dinoyo dan Pasar Blimbing. Sedangkan pembahasan yang penulis lakukan

mengenai konflik yang terus terjadi mulai dari revitalisasi Pasar Dinoyo sampai

27

Rahmadina Fitria Ristanti, Hermawan, Abdullah Said. Jurnal: “Scenario Planning Proses

Relokasi Terkait Pembangunan Pasar Tradisional Menjadi Pasar Modern (Studi Kasus di Pasar

Dinoyo dan Pasar Blimbing Kota Malang)”. Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu

Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang.

Page 43: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

32

permasalahan yang dialami pedagang Pasar Dinoyo ketika berada di Pasar

Merjosari.

Melalui penelitian-penelitian tersebut, diharapkan dapat memberikan

gambaran serta acuan bagi peneliti untuk mengadakan penelitian tentang

Dinamika Konflik Revitalisasi dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo

Kota Malang.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Jenis Judul Deskripsi

1 Vildan

Cresanda

Hutama

Skripsi

(2013)

Strategi Negosiasi

Dalam Menghadapi

Konflik (Studi Pada

Strategi Negosiasi

Pedagang Pasar

Dinoyo Terhadap

Pemerintah Kota

Malang Mengenai

Rencana Revitalisasi

Pasar Dinoyo Kota

Malang)

Hasil penelitian ini berupa

proses negosiasi dan

strategi yang dilakukan

P3DKM terhadap

Pemerintah Kota Malang.

P3DKM dalam proses

negosiasi menggunakan

strategi negosiasi

distributive (persaingan),

dan dalam perundingan

tersebut sebagai mediator

yakni KOMNAS HAM.

2 Rudi

Laksono

Skripsi

(2013)

Analisis Relokasi

Pedagang Pasar

Ngarsopuro Di Kota

Surakarta

Penelitian ini didasarkan

dari permasalahan yang

dihadapi tentang dampak

relokasi bagi pendapatan

pedagang Pasar

Ngarsopuro Kota

Surakarta.

3 Rayinda

Prashatya

Skripsi

(2013)

Konflik Pedagang

Rombengan Dengan

PKL Rombengan Liar

Pasar Merjosari

Malang Akibat

Relokasi Pasar

Dinoyo (Studi Kasus

Pasar Merjosari Kota

Malang)

Konflik ini terjadi karena

adanya ketidaksesuaian

tempat berdagang bagi

pedagang rombengan dan

munculnya PKL

rombengan liar, sehingga

menyebabkan konflik

sesama pedagang

rombengan.

Page 44: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

33

Sumber: Diolah oleh peneliti, 2017

4 Ella

Alfianita

Skripsi (2015)

Revitalisasi Pasar

Tradisional Dalam

Perspektif Good

Governance (Studi di

Pasar Tumpang

Kabupaten malang)

Revitalisasi Pasar

Tumpang telah mengacu

pada prinsip-prinsip good

governance, perundang-

undangan dan Pemerintah

Kabupaten Malang

merevitalisasi Pasar

Tradisional Tumpang

tersebut dengan konsep

pasar semi modern

5 Moch.

Irfan

Fanani

Jurnal (2015)

Perlawanan Pedagang

Pasar Tradisional

Terhadap Revitalisasi

Pasar (Studi

Deskriptif Pasar

Babat, Kecamatan

Babat, Kabupaten

Lamongan, Jawa

Timur)

Penelitian ini didasarkan

dari permasalahan harga

bedak yang sangat mahal

setelah direvitalisasi Pasar

Babat, sehingga pedagang

merasa keberatan dan

hampir semua pedagang

tak mampu untuk membeli

bedak tersebut.

6 Susilo

Endrawanti

Jurnal Dampak Relokasi

Pasar Studi Kasus Di

Pasar Sampangan

Kota Semarang

Hasil dari penelitian ini

pedagang mengalami

penurunan pendapatan

akibat adanya relokasi.

7 Rahmadina

Fitria

Ristanti,

Hermawan,

Abdullah

Said

Jurnal Scenario Planning

Proses Relokasi

Terkait Pembangunan

Pasar Tradisional

Menjadi Pasar

Modern (Studi Kasus

di Pasar Dinoyo dan

Pasar Blimbing Kota

Malang)

Penelitian ini menjelaskan

faktor pendorong dan

faktor penghambat proses

relokasi di Pasar Dinoyo

dan Pasar Blimbing.

Page 45: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

34

2.4 Kerangka Berpikir Bagan 2.1

Sumber: Hasil olahan peneliti, 2017

Revitalisasi Pasar Tradisional Dinoyo

Kota Malang

Resolusi Konflik

Konflik Mengenai Draf

Perjanjian Kerja Sama

(PKS) Revitalisasi

Kepentingan

PEMKOT dan

Kepentingan

Investor

Kepentingan

Pedagang Pasar

Dinoyo

Dinamika Konflik Relokasi

di Pasar Penampungan

Merjosari

Tidak sesuai kesepakatan

dan tidak adanya

pengawasan di Pasar

Penampungan Merjosari

Pencabutan SK Walikota

Malang tentang penetapan

Pasar Penampungan

Merjosari sebagai Pasar

Tradisional Merjosari

Dampak Kebijakan

Revitalisasi terhadap

pedagang PasarTradisional

Dinoyo

Page 46: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut

terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan,

dan kegunaan.1 Metode penelitian yang akan digunakan dalam skripsi ini

menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor

metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati.2

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk

memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan

mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti

dengan fenomena yang diteliti.3 Esensi dari penelitian kualitatif adalah memahami

yang diartikan sebagai memahami apa yang dirasakan orang lain, memahami pola

pikir dan sudut pandang orang lain, memahami sebuah fenomena berdasarkan

sudut pandang sekelompok orang atau komunitas tertentu dalam latar alamiah.4

Penelitian ini diajukan untuk menganalisis konflik revitalisasi antara

Pemerintah Kota Malang sebagai pembuat kebijakan dengan pedagang Pasar

Dinoyo dan permasalahan-permasalahan yang terjadi ketika berada di Pasar

1 Sugiyono. 2008. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D”. Bandung: Alfabeta, hlm.

2 2 Lexy J. Moleong. 2011. “Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi)”. Bandung: Remaja

Rosdakarya, hlm. 4 3 Haris Herdiansyah. 2010. “Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial”. Jakarta:

Salemba Humanika, hlm. 9 4 Ibid, hlm. 17

Page 47: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

36

Merjosari. Dalam proses mengungkapkan berbagai masalah yang terjadi serta

tujuan yang akan dicapai, maka penelitian ini dilakukan dengan pendekatan

deskriptif analisis. Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrrumen kunci, dimana

saat melakukan penelitian pada kondisi objektif yang alamiah. Proses penelitian

ini dilaksanakan secara langsung dengan turun ke lapangan, mewawancarai, dan

mengumpulkan berbagai materi yang berkaitan dengan konflik revitalisasi antara

Pemerintah Kota Malang sebagai pembuat kebijakan dengan pedagang Pasar

Dinoyo dan permasalahan-permasalahan yang terjadi ketika berada di Pasar

Merjosari.

3.2 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan sebuah penelitian di Pasar

Terpadu Dinoyo (PTD). Alasan mengapa analisisnya menggunakan lokasi ini

untuk dijadikan bahan penelitian karena PTD merupakan tempat yang sudah

direvitalisasi dan pedagang yang berada di PTD pada masa itu terlibat konflik

rencana revitalisasi dan mengetahui permasalahan-permasalahan ketika berada di

Pasar Merjosari. Selain itu PTD juga menjadi tempat observasi penelitian dan

dalam mengambil data. Dalam hal ini mempermudah peneliti melakukan

wawancara langsung terhadap pihak yang terkait.

3.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ditujukan agar peneliti bisa lebih terarah, sitematis dan

terperinci, sehingga tidak menyimpang dari rumusan masalah yang sudah

ditetapkan pada penelitian ini. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

mendeskripsikan mengenai dinamika konflik revitalisasi, resolusi konflik,

Page 48: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

37

permasalahan yang terjadi di Pasar Merjosari, dan dampak dari revitalisasi Pasar

Dinoyo.

Tabel 3.1 Fokus Penelitian

NO. Permasalahan Fokus Indikator Metode

1 Revitalisasi Bagaimana

awal mula

terjadinya

konflik

revitalisasi

Pasar Dinoyo

dan bagaimana

resolusi konflik

dalam

menangani

permasalahan

revitalisasi

Pasar Dinoyo.

Menganalisis apa

penyebab

terjadinya konflik

revitalisasi Pasar

Dinoyo, dan

bagaimana

perlawanan

pedagang dalam

menghadapi

konflik serta

dampak revitalisasi

bagi pedagang.

Wawancara

dengan pengurus

P3DKM dan

kepada pedagang

yang mengalami

konflik

revitalisasi.

2 Relokasi Bagaimana

fenomena atau

permasalahan

yang terjadi

ketika

pedagang Pasar

Dinoyo berada

di Pasar

Merjosari.

Menganalisis faktor

apa sajakah yang

menjadi

permasalahan

ketika berada di

Pasar Merjosari.

Wawancara

dengan pengurus

P3DKM dan

kepada pedagang

yang mengetahui

penyebab

permasalahan

ketika berada di

Pasar Merjosari.

Sumber: Hasil olahan peneliti, 2017

3.4 Teknik Penentuan Informan

Dalam penelitian kualitatif, informan adalah narasumber yang memberikan

informasi untuk mendapatkan tujuan dari penelitian tersebut. Teknik penentuan

informan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan purposive yaitu

informan yang dipilih dengan dasar pertimbangan dan tujuan tertentu yang

disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu informan yang diwawancarai. Terdapat

dua informan dalam penelitian ini yaitu informan kunci dan informan pendukung.

Informan kunci pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Page 49: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

38

1. Bapak Kusyono selaku sekretaris Persatuan Pedagang Pasar Dinoyo Kota

Malang

2. Bapak Khuzaini selaku Kepala bidang organisasi dan hubungan

masyarakat Persatuan Pedagang Pasar Dinoyo Kota Malang

Sedangkan, informan pendukung dalam penelitian ini adalah Mas Saiful

dan Abah Rofiudin selaku pedagang asli Pasar Dinoyo yang mengetahui konflik

ketika revitalisasi dan dampak dari adanya revitalisasi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data primer dan

sekunder. Data primer didapatkan dari wawancara mendalam kepada narasumber

kunci, utama maupun pendukung, dan kegiatanya langsung berhubungan dengan

penelitian serta mampu memberikan informasi yang relevan dan berkompeten

bagi penelitian. Sedangkan data sekunder berasal dari sumber tertulis untuk

mendukung data primer. Data sekunder dapat berupa dokumen-dokumen, buku,

jurnal, website dan lain-lainya. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh

penulis melalui 3 cara yaitu, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berikut

uraian cara penulis dalam melakukan pengumpulan data penelitian ini :

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviwee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu.5 Tujuan dari wawancara ini adalah untuk

memperoleh validitas data dengan menggali informasi dari informan

5 Lexy J. Moleong Opcit, hlm. 186

Page 50: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

39

secara mendalam dan lebih detail. Untuk memperoleh data primer, peneliti

melakukan wawancara langsung dengan informan dengan sistem semi-

terstruktur, dimana sebuah wawancara tidak hanya terpaku pada pedoman

wawancara saja, tetapi informan juga memberikan ide dan gagasannya

terkait permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.

2. Observasi

Peneliti mengumpulkan data dengan mengamati secara langsung ditempat

penelitian. Susan Stainback berpendapat dalam observasi partisipatif,

peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang

mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Bentuk

observasi ini diantaranya partisipasi pasif adalah peneliti datang di tempat

kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan

tersebut.6 Peneliti dalam hal observasi ini menggunakan teknik observasi

partisipasi pasif sebagai penunjang terkumpulnya data secara lengkap.

Observasi yang dilakukan peneliti hanya mengamati kondisi pasar

tradisional Dinoyo setelah revitalisasi dan tidak terlibat konflik secara

langsung.

3. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data sekunder. Metode ini dipilih

untuk menunjang fakta-fakta lapangan yang ditemui dalam proses

penelitian. Selain itu, bentuk dari metode kajian dokumen dalam penelitian

ini adalah arsip atau dokumen dari P3DKM. Penelitian ini juga akan

didukung oleh gambar atau foto yang dilakukan oleh peneliti.

6 Sugiyono Opcit, hlm. 227

Page 51: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

40

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data kualitatif Miles, Huberman, dan Saldana.7 Analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus samapai tuntas. Upaya

analisis tersebut dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

data dan memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat diceritakan kepada orang

lain. Peneliti dalam menganalisis data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif

berdasarkan hasil wawancara secara terfokus dan sistematis, observasi secara

langsung dan dokumentasi. Aktivitas data tersebut meliputi proses kondensasi

data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

1. Kondensasi data dilakukan dengan pemilihan data, penyerdehanaan,

mengabstrakan, dan mentransformasikan data dengan tujuan supaya data

yang diperoleh lebih siap untuk diakses, dapat dimengerti dan

menggambarkan berbagai macam tema pola. Kondensasi data secara

langsung memberikan perhatian pada pemusatan, penyerdehanaan dan

perubahan data mentah yang diperoleh dari hasil catatan-catatan lapangan

secara tertulis, wawancara terfokus dan terstruktur, observasi secara

langsung dan dokumentasi. Kondensasi data ini berlangsung selama

penelitian dilaksanakan.

2. Penyajian data dilaksanakan untuk dapat menyampaikan gagasan yang

terdapat dalam data yang telah dikelompokkan dan memberikan gambaran

pada kesimpulan dari kumpulan informasi yang didapat dari kondensasi

data. Yang sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian

7 Mathew B. Miles, Michael Huberman, dan Johnny Saldana. 2014. “Qualitative Data Analysis-

Third Edition”. London: Sage Publication, hlm. 31-33

Page 52: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

41

kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan penyajian data

maka akan memudahkan dan memahami pola tertentu dari data atau

menentukan analisis tambahan maupun tindakan lain yang harus dilakukan

pada penelitian ini.

3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah tahapan pengumpulan data

hasil penelitian, baik berupa data primer maupun data sekunder untuk

menguji kebenaran penelitian. Setelah data selesai dikumpulkan

dikondensasi, disajikan serta dianalisis, kesimpulanya akan muncul dan

ditetapkan secara lebih jelas dan pasti. Kemudian verifikasi dilakukan untuk

melakukan pertimbangan. Pertimbangan tersebut berupa gambaran

kesimpulan dari data yang harus ditetapkan untuk meyakinkan bahwa data

tersebut benar dan tidak ada proses bias yang dilakukan peneliti. Hal ini

dilakukan peneliti secara seksama dengan memeriksa arah menuju

kesimpulan.

3.7 Keabsahan Data

Dalam sebuah penelitian, terdapat metode yang dikenal dengan keabsahan

data. Hal ini bertujuan untuk menentukan keabsahan data yang diperoleh, melalui

teknik pemeriksaan. Teknik pemeriksaan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik triangulasi sumber.

Triangulasi sumber adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara

membandingkan dan mengecek ulang kebenaran suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda.8 Keabsahan data ini pada akhirnya akan

berkaitan dengan valid tidaknya suatu data, yang bertujuan untuk mendapatkan

8 Lexy J. Moleong Opcit, hlm. 330

Page 53: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

42

data yang benar-benar mendukung dan sesuai dengan fokus permasalahan dan

tujuan dari penelitian ini. Keabsahan data dengan triangulasi sumber dengan cara

sebagai berikut:9

a. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

b. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

Peneliti melakukan perbandingan hasil wawancara dengan aktor dengan

situasi dan kondisi di lapangan.

9 Ibid, hlm. 331

Page 54: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

43

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Kota Malang

Secara geografis, Kota Malang terletak pada posisi 112,06 – 112,070

Bujur

Timur dan 7,060 – 8,02

0 Lintang selatan sehingga membentuk wilayah dengan

luas sebesar 11.006 ha atau 110,06 km2. Meskipun hanya memiliki wilayah yang

relatif kecil, namun Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur

setelah Surabaya. Kota Malang berada ditengah-tengah wilayah administrasi

Kabupaten Malang dengan wilayah batas administrasi sebagai berikut :

1. Sebelah utara : berbatasan dengan Kecamatan Singosari dan

Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang

2. Sebelah selatan : berbatasan dengan Kecamatan Tajinan dan

Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang

3. Sebelah barat : berbatasan dengan Kecamatan Wagir dan Kecamatan

Dau Kabupaten Malang

4. Sebelah timur : berbatasan dengan Kecamatan Pakis dan Kecamatan

Tumpang Kabupaten Malang

Dalam ketetapan tentang pembagian wilayah, Kota Malang terbagi

menjadi 5 Kecamatan yaitu, Kecamatan Blimbing, Kecamatan Kedungkandang,

Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan Klojen, dan Kecamatan Sukun, dengan

jumlah kelurahan sebanyak 57 kelurahan.1

Pembangunan Kota Malang perlu diarahkan pada pemanfaatan ruang

secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna dengan berpedoman pada

1 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Malang Tahun 2016, hlm. 1

Page 55: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

44

kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang dapat terjaga keberlanjutanya demi

terwujudnya kesejahteraan umum, keadilan sosial, dan kelestarian lingkungan.2

Kebijakan penetapan kawasan strategis wilayah Kota Malang diarahkan

pada aspek pertumbuhan ekonomi (kawasan perdagangan dan jasa, pariwisata,

industri), dan sosial budaya (kawasan cagar budaya dan bangunan bersejarah).

Rencana pengembangan kawasan perdagangan dan jasa berupa Pasar Tradisional

sebagai berikut : 3

a. Kegiatan perdagangan skala besar untuk jenis sayuran, ikan dan sejenisnya

(pasar basah) tetap menggunakan Pasar Induk Gadang dan dikembangkan

ke arah area bekas terminal Gadang

b. Perdagangan kebutuhan sehari-hari untuk skala kecil dan menengah dilayani

oleh pasar yang tersebar di wilayah, antara lain : Pasar Gadang, Pasar

Kebalen, Pasar Madyopuro, Pasar Klojen, Pasar Tawangmangu, Pasar

Blimbing, Pasar Oro-oro Dowo, Pasar Dinoyo, Pasar Bunul, Pasar Bareng,

Pasar Kasin, dan Pasar Sukun.

4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Dinoyo

Pasar Dinoyo merupakan pasar yang dibangun sejak tahun 1980

berdasarkan Surat Keputusan Walikota Malang Nomor 14 Tahun 1982 melalui

Proyek Bantuan Presiden RI. Pasar Dinoyo merupakan pasar tradisional pindahan

dari pasar lama yang terletak disebelah timur yang saat ini dibangun Swalayan

Persada kemudian pindah di sebelah Universitas Islam Malang yang sama-sama

berada di Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru.

2 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang “Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota Malang Tahun 2010-2030”, hlm. 01 3 Ibid, hlm. 41

Page 56: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

45

Pasar Dinoyo adalah barang milik daerah yang terletak di kawasan Pasar

Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang seluas 9.980 m2. Kondisi Bangunan

Pasar Dinoyo yang sudah mulai rapuh, serta kebersihan dan ketertiban yang tidak

terjaga maka memerlukan pembangunan untuk meningkatkan kelayakan pasar

tradisional. Hal ini disebabkan oleh realitas yang umum terjadi pada pasar-pasar

yang dikelola Pemerintah Daerah, yaitu pengelolaan yang hanya berorientasi pada

faktor ekonomi saja dengan penarikan retribusi.4

Berdasarkan pelayananya Pasar Dinoyo merupakan salah satu jenis pasar

tradisional yang berada di Kecamatan Lowokwaru dimana penjual berasal dari

sekitar daerah setempat. Selain itu Pasar Dinoyo dapat di identifikasi sebagai

pasar harian, dimana proses kegiatan jual beli terjadi setiap hari.

Pasar Dinoyo sejak tahun 1982 terdiri dari 2 blok, yaitu blok barat dan

blok timur dan diantara 2 blok tersebut terdapat jalan masuk sekaligus

dipergunakan sebagai area parkir mobil, parkir motor, parkir becak dan area

turunya barang dagangan. Secara fisik, blok barat terdiri dari 2 lantai bangunan

permanen dimana lantai dasar berupa los dan meja, sedangkan lantai 2 berupa

bedak atau kios. Sedangkan blok timur dipenuhi dengan los dan meja dengan

sedikit bedak.

Dalam perkembanganya, seiring penambahan kios yang dilakukan oleh

Dinas Pasar, dengan memanfaatkan fasilitas umum (jalan dan halaman parkir) dan

adanya penambahan pedagang baru maupun pedagang pindahan dari lantai 1,

maka perdagangan sembako sebagian besar pindah ke lantai dasar sehingga

pedagang lantai dasar mengalihkan komoditas perdaganganya menjadi

4 Draf Perjanjian Kerja Sama (PKS) Antara Pemerintah Kota malang Dengan PT. Citra Gading

Asritama Tentang “Pengelolaan Pasar Dinoyo”

Page 57: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

46

perdagangan sembako. Banyaknya pedagang yang berjualan di fasilitas umum

Pasar Dinoyo mengakibatkan munculnya ketidaktertiban pasar, dan menyebabkan

suasana yang kumuh. Seiring bertambahnya waktu kondisi bangunan yang sudah

mulai rapuh dengan kondisi yang kumuh dan ketidaktertiban pedagang, maka

Pemerintah Kota Malang membuat kebijakan revitalisasi di Pasar Dinoyo.

Gambar 4.1 Pasar Dinoyo Sebelum di Revitalisasi

Sumber : Pasar Tradisional Di Kota Malang: Pasar Dinoyo

Kebijakan revitalisasi di Pasar Dinoyo menggabungkan pasar modern

dengan pasar tradisional. Setelah adanya kebijakan mengenai revitalisasi tersebut,

maka secara otomatis dalam proses pembangunan Pasar Dinoyo pedagang harus

dipindahkan ke Pasar Penampungan Merjosari. Pasar Penampungan Merjosari

terletak di Jalan Mertojoyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Luas Tanah

kawasan Pasar Penampungan Merjosari yaitu 7.980 m2 dengan luas bangunan

4.084 m2. Aktivitas perdagangan di Pasar Penampungan Merjosari sama dengan

aktivitas yang sebelumnya ada di Pasar Dinoyo, yaitu dimulai pada pagi hari

Page 58: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

47

sampai sore hari sekitar 12 jam, tetapi untuk aktivitas pedagang pasar berlangsung

24 jam.

Pasar Penampungan Merjosari resmi digunakan pada tahun 2012, Pasar

Penampungan Merjosari ini dalam Draf PKS yang sudah disetujui antara

Pemerintah Kota Malang dengan pedagang hanya berlaku 2 tahun saja pedagang

menempati di Pasar Penampungan Merjosari. Dalam faktanya pedagang

menempati Pasar Penampungan Merjosari selama 5 tahun.

Ketika peresmian Pasar Penampungan Merjosari, Walikota Bapak Peni

membuat program bagi pedagang Pasar Dinoyo mengenai beli 1 pasar dapat 2

pasar. Artinya pedagang Pasar Dinoyo dapat membeli Pasar Dinoyo yang sudah

direvitalisasi kemudian juga mendapatkan di Pasar Merjosari. Adanya konsep beli

1 dapat 2 yang dibuat oleh Walikota Bapak Peni kemudian dibuktikan dengan

status Pasar Penampungan Merjosari dalam rangka meningkatkan PAD dan

meningkatkan perkembangan kegiatan perekonomian Kota Malang, maka

membuat Keputusan Walikota Malang mengenai Penetapan Pasar Penampungan

Merjosari sebagai Pasar Tradisional Merjosari. Namun perubahan status pasar

penampungan sebagai pasar tetap berubah ketika pada tanggal 30 September 2016

Walikota Abah Anton membuat keputusan pencabutan mengenai ketetapan Pasar

Tradisional Merjosari. Setelah adanya pencabutan mengenai status Pasar

Merjosari, maka pedagang Pasar Dinoyo harus kembali ke Pasar Dinoyo yang

sudah direvitalisasi dan tidak mendapatkan pasar yang berada di Merjosari.

Page 59: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

48

Gambar 4.2 Pasar Merjosari

Sumber : Malangtoday

Setelah revitalisasi selesai maka pada tahun 2017 pedagang Pasar Dinoyo

kembali lagi ke lokasi awal mula mereka berjualan di Pasar Dinoyo. Namun

kondisi pasar saat ini berbeda dengan sebelum dilakukan revitalisasi. Konsep

yang ada di Pasar Dinoyo saat ini digabungkan dengan pasar modern atau Mall.

Selain itu PTD saat ini dikelola oleh swasta atau Investor. Penggabungan pasar

modern dengan pasar tradisional yang terjadi di Pasar Dinoyo sangat merugikan

pedagang tradisional. Pedagang menganggap adanya penurunan pendapatan

ekonomi ketika berada di Pasar Terpadu Dinoyo. Karena dari sisi persaingan

pasar modern lebih unggul dari berbagai macam fasilitas dan kelengkapan untuk

konsumen.

Page 60: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

49

Gambar 4.3 Pasar Dinoyo Setelah Revitalisasi

Sumber : Nusantara.News

4.1.2 Organisasi Pedagang

Untuk melaksanakan program pemberdayaan dan mediasi di Pasar

Dinoyo, telah dibentuk organisasi pedagang di Pasar Dinoyo yang bernama

Persatuan Pedagang Pasar Dinoyo Kota Malang (P3DKM). Seluruh pedagang

pasar Dinoyo telah bergabung menjadi anggota P3DKM dan telah memiliki kartu

anggota sebagai pedagang Pasar Dinoyo. P3DKM merupakan organisasi

kemasyarakatan yang dibentuk secara independen oleh pedagang Pasar Dinoyo,

dengan kegiatan-kegiatan melingkupi penyuluhan, pembinaan, pelatihan, jasa,

sosial, perkoperasian, dan memberikan bimbingan dibidang keagamaan melalui

majelis taklim pedagang Pasar Dinoyo. Melalui organisasi inilah aspirasi dari

pedagang Pasar Dinoyo terkumpul dan bisa tersampaikan kepada Pemerintah

Kota Malang. Organisasi P3DKM ini merupakan akses pedagang untuk

menyalurkan aspirasi politik mereka. Dari organisasi ini juga membentuk

kelompok penggerak pedagang Pasar Dinoyo untuk melakukan perlawanan.

Page 61: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

50

Bagan 4.1 Kepengurusan Persatuan Pedagang Pasar Dinoyo Kota Malang

(P3DKM)

Sumber: Diolah Peneliti, 2017.

4.2 Sumber Konflik

Seiring bertambahnya usia membuat kondisi bangunan Pasar Dinoyo

mulai rusak dan kebersihan yang tidak terjaga. Sehingga untuk memperbaiki

kondisi fisik Pasar Dinoyo ini membutuhkan kerjasama dari semua pihak, yakni

Pemerintah Kota Malang dan pedagang Pasar Dinoyo untuk merencanakan

program pembenahan pasar yang tepat, termasuk mengetahui permasalahan yang

sebenarnya sedang terjadi.

Rencana renovasi Pasar Dinoyo telah dikemukakan sejak tahun 2005.

Dimana pemerintah Kota Malang yang diwakili oleh Dinas Pasar Kota Malang

mensosialisasikan kepada para pedagang Pasar Dinoyo terkait program renovasi

Pasar Dinoyo. Sehingga sejak adanya program renovasi Pasar Dinoyo, dilakukan

Ketua

Herwintono

Penasehat H.

Mochammad Ali

Wakil Ketua

Samidi

Sekretaris

Kusyono

Bendahara

Fanu Rofiudin

Kabid Humas

Ahmad Khuzaini

Kabid Sosial

Toni Urifan

Page 62: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

51

pertemuan antara Pemerintah Kota Malang, DPRD Kota Malang, Pedagang, dan

masyarakat. Kerjasama dari semua pihak tersebut meliputi kerjasama penertiban

PKL, kebersihan pasar untuk Adipura, koordinasi rencana pembangunan Pasar

Dinoyo, dan pembentukan satuan tugas.5

Namun kerjasama tersebut menjadi polemik bagi pedagang Pasar Dinoyo,

tepatnya pada tanggal 18 Juli 2010 unsur perwakilan pedagang Pasar Dinoyo,

P3DKM diundang DPRD Kota Malang untuk memberitahukan kepada pedagang

mengenai pembangunan Pasar Dinoyo yang sudah melibatkan pihak ketiga yaitu

Investor PT. Citra Gading Asritama dengan konsep menggabungkan pasar

tradisional dan pasar modern. Hal tersebut menjadi polemik, karena perubahan

rencana renovasi ke revitalisasi Pasar Dinoyo tidak dikomunikasikan secara

langsung oleh Pemerintah Kota Malang kepada pedagang Pasar Dinoyo,

khususnya kepada perwakilan pedagang, yaitu P3DKM.

Konflik terjadi ketika Pemerintah Kota Malang dalam melaksanakan

kebijakan revitalisasi Pasar Dinoyo dinilai secara sepihak tanpa mengikutsertakan

pedagang Pasar Dinoyo dalam membuat Draf PKS. Dalam hal ini pedagang

selaku objek proyek atau selaku subyek pembangunan, tidak memperoleh hak

dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan umum maupun teknis.

Penempatan pasar tradisional yang akan di tempatkan di belakang pasar modern

serta adanya harga jual dan ganti rugi untuk pedagang, merupakan ketidakadilan

dan perbuatan semena-mena dari Pemerintah Kota Malang. Pasar Dinoyo akan

tergusur dari kedudukan dan posisinya diganti oleh bangunan pasar modern atau

Mall.

5 Data Kronologis Permasalahan Tentang “Rencana Pembangunan Pasar Dinoyo Oleh

Pemerintah Kota Malang”

Page 63: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

52

Page 64: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

52

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pemetaan Permasalahan

Tabel 5.1 Pemetaan Permasalahan

No. Konflik Permasalahan

1

Revitalisasi

Pasar tradisional akan ditempatkan

berada di belakang pasar modern.

Biaya penggantian harga bedak

setelah revitalisasi.

2

Relokasi

Jangka waktu pedagang ketika berada

di Pasar Penampungan Merjosari.

Banyaknya pedagang liar ketika

berada di Pasar Penampungan

Merjosari.

Status penetapan Pasar Penampungan

Merjosari sebagai Pasar Tetap

Tradisional.

Sumber: Hasil Olahan peneliti, 2017.

Kebijakan Pemerintah Kota Malang mengenai revitalisasi Pasar Dinoyo

mengakibatkan konflik berkelanjutan. Pemerintah Kota Malang secara sepihak

membuat perjanjian kerjasama dengan Investor PT. Citra Gading Asritama tanpa

melibatkan pedagang. Perjanjian kerjasama tersebut diterbitkan dengan adanya

kesepakatan-kesepakatan yang tertuang dalam Draf Perjanjian Kerja Sama (PKS)

yang disepakati oleh Pemerintah Kota Malang dengan Investor. Berbagai

permasalahan peneliti perjelas mengenai kebijakan rencana revitalisasi Pasar

Dinoyo yang dibuat antara Pemerintah Kota Malang dengan PT. Citra Gading.

Kerjasama antara Pemerintah Kota Malang dengan Investor dalam

pembangunan Pasar Dinoyo dengan konsep membangun pasar modern atau Mall

dilokasi Pasar Dinoyo blok depan sebelah barat dan menempatkan pasar

tradisional Dinoyo berada di belakang pasar modern. Selain itu pedagang juga

Page 65: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

53

harus membayar biaya ganti rugi kios, bedak, dan los yang sangat mahal setelah

revitalisasi membuat pedagang Pasar Dinoyo merasa keberatan.1

Berikut ini rincian biaya penggantian tempat berjualan yang akan

dikenakan kepada pedagang :

Tabel 5.2 Penggantian Nilai kios, bedak, dan los Pasar Dinoyo.

No. Keterangan SAT Volume Harga Jual Ganti

Rugi/hari/

Unit

(15 THN)

Pendapatan

1 Lantai Dasar

Kios uk. 3x2

Kios uk. 2x2

Kios uk. 1,5x2

Bedak uk. 1,5x2

Unit

Unit

Unit

Unit

10,00

4,00

322,00

62,00

52.500.000

35.000.000

26.000.000

14.250.000

27.000

18.000

13.500

7.500

525.000.000

140.000.000

8.452.000.000

883.000.000

2 Lantai Satu

Kios uk. 3x2

Kios uk. 2x2

Kios uk. 1,5x2

Bedak uk. 1,5x2

Unit

Unit

Unit

Unit

3,00

4,00

384,00

104,00

52.500.000

35.000.000

26.500.000

14.250.000

27.000

18.000

13.500

7.500

157.000.000

140.000.000

10.452.000.000

1.482.000.000

3 Lantai Dua

Kios uk. 3x2

Kios uk. 2x2

Bedak uk. 1,5x2

Los uk. 1,5x2

Unit

Unit

Unit

Unit

3,00

4,00

394,00

104,00

28.500.000

19.000.000

14.250.000

6.750.000

15.000

10.000

7.500

3,500

85.000.000

76.000.000

5.452.000.000

702.000.000

4 Jumlah Unit 1.398

5 Total

Pendapatan

Dari Pedagang

Rp 28.338.500.000

6 Total Investasi Rp 42.901.225.000

7 Subssidi / Rugi Rp 14.562.725.000

Sumber: Diolah oleh peneliti, 2017 dari Draf PKS.

Pemerintah Kota Malang dalam membuat kebijakan revitalisasi Pasar

Dinoyo yang menggabungkan Pasar Modern dengan Pasar Tradisional

bertentangan dengan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 Pasal 4 Ayat 1

yang menjelaskan pendirian pasar modern harus memperhitungkan kondisi sosial

1 Draf Perjanjian Kerja Sama (PKS) Antara Pemerintah Kota Malang Dengan PT. Citra Gading

Asritama Tentang “Pengelolaan Pasar Dinoyo”

Page 66: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

54

ekonomi masyarakat, keberadaan pasar tradisional, usaha kecil dan menengah

disekitarnya dan mengacu pada tata ruang kota, termasuk zonasinya dan

mempertimbangkan jarak keberadaan pasar tradisional yang telah ada

sebelumnya.2

Berbagai permasalahan juga terjadi ketika pedagang Pasar Dinoyo

direlokasi ke Pasar Penampungan Merjosari. Permasalahan yang terjadi di Pasar

Penampungan Merjosari mengenai jangka waktu pembangunan, banyaknya

pedagang liar ketika berada di Pasar Penampungan Merjosari, dan mengenai

status penetapan Pasar Penampungan Merjosari sebagai Pasar Tetap Tradisional.

Berdasarkan Draf PKS pembangunan revitalisasi Pasar Dinoyo beserta

fasilitasnya selambat-lambatnya 24 bulan atau 2 tahun terhitung sejak pedagang

Pasar Dinoyo menempati Pasar Penampungan Merjosari. Ini terbukti dari

Pedagang Pasar Dinoyo mulai resmi menempati Pasar Penampungan Merjosari

pada tahun 2012 dan pedagang mulai pindah dari penampungan ke Pasar Dinoyo

yang sudah direvitalisasi pada tahun 2017. Artinya pedagang menempati Pasar

Penampungan Merjosari selama 5 tahun.3

Selain itu berdasarkan Draf PKS menjelaskan bahwa Pasar Penampungan

Merjosari diperuntukkan bagi pedagang Pasar Dinoyo saja karena Pasar Dinoyo

masih menjalani proses pembangunan.4 Namun setelah Pemerintah Kota Malang

melaksanakan relokasi pedagang Pasar Dinoyo ke Pasar Penampungan Merjosari

tidak melakukan pengawasan secara menyeluruh di Pasar Penampungan

2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang “Penataan Dan

Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern” 3 Hasil wawancara dengan Kabid Humas P3DKM Bapak Khuzaini pada 7 September 2017 pukul

13.30 WIB 4 Draf Perjanjian Kerja Sama (PKS) Antara Pemerintah Kota Malang Dengan PT. Citra Gading

Asritama Tentang “Pengelolaan Pasar Dinoyo”

Page 67: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

55

Merjosari. Sebagai penyebab tidak adanya pengawasan di Pasar Penampungan

Merjosari maka muncullah pedagang-pedagang liar yang secara bebas memenuhi

fasilitas-fasilitas umum di Pasar Penampungan Merjosari.

Permasalahan yang selanjutnya mengenai status Pasar Penampungan

Merjosari. Ketika diera Walikota Bapak Peni menjanjikan kepada pedagang Pasar

Dinoyo dengan konsep beli 1 pasar mendapat 2 pasar, artinya pedagang dapat

membeli tempat di Pasar Dinoyo yang sudah direvitalisasi dan mendapatkan

tempat gratis di Pasar Merjosari. Kemudian Bapak Peni membuat Keputusan

Walikota Malang Nomor 188.45/204/35.73.112/2013 tentang Penetapan Tempat

Penampungan Sementara Pasar Dinoyo Di Kelurahan Merjosari Sebagai Pasar

Tradisional Merjosari. Keputusan tersebut hanya menjelaskan untuk

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan meningkatkan perkembangan

kegiatan perekonomian Kota Malang maka perlu menetapkan Pasar Penampungan

Merjosari sebagai Pasar Tradisional Merjosari. Dalam hal ini Pasar Penampungan

Merjosari sudah bukan menjadi pasar penampungan melainkan menjadi pasar

tetap.5 Namun diera Walikota Abah Anton melakukan pencabutan mengenai

status Pasar Merjosari dengan membuat Keputusan Walikota Nomor

188.45/263/35.73.112/2016 Tentang Pencabutan Atas Keputusan Walikota

Malang No.188.45/204/35.73.112/2013 Tentang Penetapan Tempat Penampungan

Sementara Pasar Dinoyo Di Kelurahan Merjosari Sebagai Pasar Tradisional

5 Keputusan Walikota Malang Nomor : 188.45/204/ 35.73.112/2013 tentang “Penetapan Tempat

Penampungan Sementara Pasar Dinoyo Di Kelurahan Merjosari Sebagai Pasar Tradisional

Merjosari”

Page 68: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

56

Merjosari pencabutan ketetapan Pasar Tradisional Merjosari. Keputusan tersebut

dibuat karena kondisi Pasar Dinoyo yang sudah selesai direvitalisasi.6

5.2 Kronologi Konflik

Kronologi konflik revitalisasi bermula pada tanggal 8 Juli 2010 unsur

perwakilan pedagang Pasar Dinoyo yaitu P3DKM diundang Komisi A DPRD

Kota Malang.7 Komisi A DPRD Kota Malang menyampaikan kepada P3DKM

bahwa Pemerintah Kota Malang dalam membuat kebijakan pembangunan Pasar

Dinoyo sudah melibatkan Investor PT. Citra Gading Asritama. Pemerintah Kota

Malang secara sepihak membuat kesepakatan dengan Investor tanpa melibatkan

pedagang. Kesepakatan tersebut berupa Draf PKS mengenai revitalisasi Pasar

Dinoyo yang dibuat dan disepakati oleh Pemerintah Kota Malang dengan

Investor. Pada bulan tersebut, P3DKM menolak Draf PKS yang dibuat antara

Pemerintah Kota Malang dengan Investor karena sangat merugikan pedagang.

Selanjutnya pada tanggal 12 Juli - 27 September 2010 P3DKM melakukan

penolakan dan memberikan usulan untuk merubah Draf PKS yang disepakati oleh

Pemerintah Kota Malang dengan Investor.8 P3DKM melakukan pengiriman surat

kepada DPRD, Walikota, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA). Isi surat tersebut P3DKM menolak Draf PKS yang dibuat oleh

Pemerintah Kota Malang dengan Investor, dan memberikan usulan untuk merubah

tata letak Pasar Dinoyo yang akan ditempatkan di belakang pasar modern dan

biaya ganti rugi yang sangat memberatkan pedagang. Selain itu DPRD Kota

6 Keputusan Walikota Malang Nomor 188.45/263/35.73.112/2016 tentang “Pencabutan Atas

Keputusan Walikota Malang No.188.45/204/35.73.112/2013 Tentang Penetapan Tempat

Penampungan Sementara Pasar Dinoyo Di Kelurahan Merjosari Sebagai Pasar Tradisional

Merjosari” 7 Data Kronologis Permasalahan Tentang “Rencana Pembangunan Pasar Dinoyo Oleh

Pemerintah Kota Malang” 8 Ibid

Page 69: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

57

Malang memberikan rekomendasi untuk melakukan pertemuan dialog pedagang

dengan Walikota di Balaikota Malang membahas tentang rencana pembangunan

Pasar Dinoyo. Namun dialog tersebut tidak dihadiri oleh Walikota sehingga pada

pertemuan tersebut tidak menghasilkan perubahan pada Draf PKS.

Pada tanggal 29 September 2010 DPRD Kota Malang melakukan sidang

paripurna yang dihadiri oleh P3DKM.9 Pada sidang paripurna tersebut

memutuskan persetujuan dan pengesahan Draf PKS pembangunan Pasar Dinoyo

dengan tidak merubah usulan dari pedagang Pasar Dinoyo. Sidang paripurna

tersebut membuat P3DKM kecewa dengan keputusan dari Partai Demokrat yang

berbalik arah ketika sidang paripurna. Karena pada awal mulanya sebelum sidang

paripurna Partai Demokrat memihak kepada pedagang Pasar Dinoyo.

Pada tanggal 25 November 2010 pedagang Pasar Dinoyo melakukan

demonstrasi di depan Balai Kota Malang yang juga dihadiri oleh berbagai

pedagang dari pasar tradisional Kota Malang.10

Aksi demontrasi tersebut sebagai

penolakan Draf PKS yang sudah disahkan pada sidang paripurna DPRD Kota

Malang. Namun aksi demonstrasi dari pedagang tersebut tidak ditemui oleh

Walikota Malang.

Berbagai perlawanan terus dilakukan oleh pedagang Pasar Dinoyo yang

diwakili oleh P3DKM. Pada tanggal 26 November 2010 – 24 Februari 2011

P3DKM berkirim surat kepada pihak-pihak eksternal yang bertujuan untuk

membantu usulan dari pedagang Pasar Dinoyo untuk merubah Draf PKS yang

merugikan pedagang.11

P3DKM melakukan pengiriman surat kepada Nahdhatul

9 Data Kronologis Permasalahan Tentang “Rencana Pembangunan Pasar Dinoyo Oleh

Pemerintah Kota Malang” 10

Ibid 11

Ibid

Page 70: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

58

Ulama (NU), Muhammadiyah, Lembaga Swadaya Masyarakat, akademisi-

akademisi, Ombudsman RI, dan KOMNAS HAM.

Pada tanggal 24 Februari 2011 perwakilan dari KOMNAS HAM merespon

surat yang dikirim oleh P3DKM dengan melakukan kunjungan ke Pasar Dinoyo.12

Kunjungan tersebut mendengarkan permasalahan yang sedang terjadi dan

penyerahan berkas permasalahan-permasalahan pembangunan Pasar Dinoyo

kepada KOMNAS HAM.

Pada tanggal 5 Mei 2011 penyelesaian konflik revitalisasi selesai ketika

KOMNAS HAM sebagai mediator mempertemukan pihak dari Pemerintah Kota

Malang dengan P3DKM.13

Konflik tersebut selesai setelah ada persetujuan dari

semua pihak untuk melakukan perubahan Draf PKS yang diusulkan pedagang

mengenai tata letak pasar tradisional dan harga ganti rugi yang memberatkan

pedagang. Penyelesaian konflik revitalisasi tersebut dibuat dengan adanya berkas

dari KOMNAS HAM mengenai kesepakatan perdamaian antara pedagang Pasar

Dinoyo dengan Pemerintah Kota Malang.

Pada tahun 2012 pedagang Pasar Dinoyo mulai resmi direlokasi

menempati Pasar Penampungan Merjosari. Selanjutnya pada tanggal 19 April

2013 Walikota Bapak Peni membuat keputusan mengenai Pasar Merjosari sebagai

pasar tetap tradisional.14

Pada awal mulanya Pasar Merjosari hanya sebagai pasar

penampungan dari pedagang Pasar Dinoyo karena kondisi Pasar Dinoyo yang

sedang dalam proses revitalisasi. Konflik berkelanjutan terjadi pada tanggal 30

12

Ibid 13

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia tentang “Kesepakatan Perdamaian Antara

Pedagang Pasar Dinoyo Dengan Pemerintah Kota Malang Terkait Rencana Pembangunan Pasar

Terpadu Dinoyo Kota Malang” 14

Keputusan Walikota Malang Nomor : 188.45/204/ 35.73.112/2013 tentang “Penetapan Tempat

Penampungan Sementara Pasar Dinoyo Di Kelurahan Merjosari Sebagai Pasar Tradisional

Merjosari”

Page 71: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

59

September 2016 ketika Walikota Abah Anton membuat keputusan tentang

pencabutan status Pasar Merjosari sebagai pasar tetap tradisional.

5.3 Dinamika Konflik Revitalisasi Pasar Dinoyo

Dinamika konflik revitalisasi Pasar Dinoyo berawal dari Pemerintah Kota

Malang dalam proses rencana revitalisasi Pasar Dinoyo tidak melibatkan

pedagang Pasar Dinoyo. Berikut kutipan wawancara dengan Bapak Khuzaini :

“Pada tahun 2010 Pemerintah Daerah Walikota jamanya Pak Peni sudah

memutuskan revitalisasi Pasar Dinoyo itu memakai pihak ketiga

(investor). Disaat itu awalnya kami (perwakilan pedaganag Pasar Dinoyo)

tidak dilibatkan, kami tahunya ketika dipanggil komisi A DPRD Kota

Malang. Disanalah kami tahu, istilahnya Pemerintah Kota Malang sudah

pasti akan mengkerjasamakan pasar ini dengan pihak ketiga”.15

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Mas Saiful, beliau mengatakan :

“Masalah revitalisasi pasar sebetulnya kalo mau mengadakan program,

seharusnya pemerintah itu musyawarah dulu, karena pemerintah sama

pedagang itu pada dasarnya sama. Dalam tanda kutip pemerintah ingin

rapi dan tertib kotanya. Ya kita pedagang ya ingin naik ekonominya, cuma

sebelum melakukan itu musyawarah dulu supaya titik temunya itu enak.

Supaya tidak terjadi perselisihan dibelakangnya lah”.16

Dari hasil pemaparan wawancara di atas, konflik terjadi ketika Pemerintah

Kota Malang membuat kebijakan revitalisasi Pasar Dinoyo secara sepihak

membuat kesepakatan dengan Investor tanpa melibatkan pedagang. Kesepakatan

tersebut berupa Draf PKS mengenai revitalisasi Pasar Dinoyo yang dibuat dan

disepakati oleh Pemerintah Kota Malang dengan Investor PT. Citra Gading

Asritama. Dalam hal ini pedagang Pasar Dinoyo sama sekali tidak memperoleh

hak dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan umum maupun teknis.

15

Hasil wawancara dengan Kabid Humas P3DKM Bapak Khuzaini pada 7 September 2017 pukul

13.30 WIB 16

Hasil wawancara dengan Mas Saiful selaku pedagang pada 30 September 2017 pukul 13.45

WIB

Page 72: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

60

Sebelum adanya kebijakan revitalisasi Pasar Dinoyo, Pemerintah Kota

Malang pada tahun 2005 membuat program renovasi Pasar Dinoyo yang

melibatkan Pemerintah Kota Malang, DPRD Kota Malang, unsur pedagang, dan

warga masyarakat.17

Rencana renovasi pasar tersebut bertujuan untuk

memperbaiki bangunan Pasar Dinoyo yang sudah rapuh dan kumuh. Program

renovasi Pasar Dinoyo tersebut tidak melibatkan Investor. Namun program

renovasi Pasar Dinoyo tidak ada lanjutan dari Pemerintah Kota Malang.

Pedagang menolak kerjasama yang dibuat oleh Pemerintah Kota Malang

dengan Investor tersebut. Pedagang menganggap kerjasama yang dibuat oleh

Pemerintah Kota Malang dengan Investor tersebut merugikan pedagang

tradisional. Berikut kutipan wawancara dengan Bapak Khuzaini :

“Yang kami tolak pada waktu itu mengenai caranya bangun dan setelahnya

bagaimana. Ada beberapa poin ketika menerima PKS, yang secara

otomatis merugikan kami pedagang, yang pertama mengenai layout Pasar

Dinoyo yang akan berada di belakang pasar modern, yang kedua tata letak

bedak, yang ketiga jangka waktu pembangunan dan di Pasar Penampungan

berapa lama, yang keempat mengenai pembayaran ganti rugi harga bedak

yang memberatkan pedagang, dan yang kelima pengelolaan setelah

dibangun. Biasanya dimanapun, dibelahan Indonesia ini ketika ada proses

modernisasi atau revitalisasi pedagang lama ini tersingkirkan”.18

Berdasarkan hasil wawancara tersebut penempatan pasar tradisional yang

akan ditempatkan di belakang pasar modern serta adanya harga jual dan ganti rugi

untuk pedagang, merupakan ketidakadilan dan perbuatan semena-mena dari

Pemerintah Kota Malang, dimana Pasar Dinoyo akan tergusur dari kedudukan dan

posisinya diganti oleh bangunan pasar modern atau Mall.

17

Data Kronologis Permasalahan Tentang “Rencana Pembangunan Pasar Dinoyo Oleh

Pemerintah Kota Malang” 18

Hasil wawancara dengan Kabid Humas P3DKM Bapak Khuzaini pada 7 September 2017 pukul

13.30 WIB

Page 73: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

61

Sementara itu pandangan berbeda mengenai revitalisasi disampaikan

Walikota Malang Bapak Peni melalui media online, beliau mengatakan bahwa :

”Walikota Malang Peni Suparto tak mau disalahkan terkait pembangunan

Pasar Dinoyo. Peni mengatakan, pembangunan Pasar Dinoyo bertujuan

meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan serta kenyamanan para

pedagang. Dari lokasi yang tidak baik dan kumuh menjadi lebih baik dan

bersih. Ia mengatakan, jika pembangunan pasar tradisional tersebut

terealisasi, yang diuntungkan pasti juga pedagang, bukan orang lain.

Sebab, para pedagang lama juga tetap akan mendapatkan prioritas untuk

menempati los atau kios baru yang dibangun investor. Peni mengakui, akar

permasalahanya karena kurangnya sosialisasi. Seharusnya semua elemen

bisa melakukan sosialisasi dengan maksimal kepada para pedagang agar

tidak memunculkan salah persepsi atau komunikasi. Seperti diberitakan,

ribuan pedagang Pasar Dinoyo yang bakal dibangun (dimodernisasi) itu

menolak “site plan” yang ditawarkan investor dan Pemkot setempat karena

tidak sesuai dengan keinginan pedagang yang sudah disampaikan

sebelumnya. Pedagang minta investor dan Pemkot Malang mengubah “site

plan” seperti yang disosialisasikan pertama kali”.19

Dari hasil temuan peneliti di Pasar Terpadu Dinoyo sebenarnya revitalisasi

Pasar Dinoyo tidak terjadi apabila Partai Demokrat tetap pada pendirianya yakni

menolak kebijakan Pemerintah Kota Malang mengenai revitalisasi. Pada awalnya

Partai Demokrat berada pada jalur yang sama dengan pedagang Pasar Dinoyo

menolak revitalisasi, namun berbalik arah ketika berada disidang paripurna.

Berikut kutipan wawancara dengan Bapak Kusyono :

“Waktu itu awalnya partai yang setuju dengan pembangunan hanya PDIP

dan Golkar. Semisal Partai Demokrat membela pedagang InsyaAllah

revitalisasi tidak berlanjut. Sebelum sidang paripurna, pedagang pernah

menyampaikan kepada Partai Demokrat supaya mengakomodasi aspirasi

pedagang. Mereka mengatakan akan mengakomodir kepentingan kami,

dengan mendukung para pedagang. Detik-detik terakhir Partai Demokrat

yang awalnya tidak menyetujui revitalisasi dari Pemkot, tiba-tiba berbalik

19

Taufiq Zuhdi. “Soal Pasar Dinoyo, Peni Salahkan Dewan”. Surya Senin 29 November 2010

16:09 WIB. http://surabaya.tribunnews.com/2010/11/29/soal-pasar-dinoyo-peni-salahkan-dewan,

diakses pada tanggal 26 November 2017 pukul 06.00 WIB.

Page 74: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

62

arah dan menyetujui melanjutkan revitalisasi pasar dan akhirnya pedagang

kalah.”20

Hasil sidang paripurna DPRD Kota Malang mengenai pengesahan

revitalisasi Pasar Dinoyo dilakukan melalui voting dengan 27 anggota dewan

menyetujui revitalisasi Pasar Dinoyo dan 16 anggota dewan menolak revitalisasi

Pasar Dinoyo.21

Fraksi partai yang menyetujui yaitu Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP), Partai Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrat (PD),

sedangkan yang menolak revitalisasi dari fraksi Partai Kebangkitan Bangsa

(PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai

Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai

Karya Peduli Bangsa (PKPB), dan Partai Damai Sejahtera (PDS).

Konflik lahan perkotaan terus menjadi bagian tak terpisahkan dari

dinamika dan perkembangan tata kota itu sendiri. Pemerintah kota memang

memiliki kepentingan dan sekaligus kewajiban menciptakan tata kota di

Indonesia, tampaknya belum terfomulasi sebagai kematangan konsep. Pemerintah

kota dengan wewenang luasnya di era otonomi daerah perlu mematangkan konsep

kebijakan tata kelola. Demokrasi telah menyediakan proses politik yang

menghubungkan konsep keadilan warga dan pemerintah dalam bentuk mekanisme

deliberasi formal. Otonomi daerah secara prosedural telah melembagakan

Musrenbang (musyawarah rencana pembangunan) dari tingkat kota sampai desa

sebagai mekanisme deliberasi tersebut. Sayangnya kualitas dialog dan negosiasi

20

Hasil wawancara dengan Sekretaris P3DKM Bapak Kusyono pada 26 Juli 2017 pukul 08.00

WIB 21

Draf Perjanjian Kerja Sama (PKS) Antara Pemerintah Kota Malang Dengan PT. Citra Gading

Asritama Tentang “Pengelolaan Pasar Dinoyo”

Page 75: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

63

formulasi konsep dalam lembaga perumusan kebijakan tersebut masih jauh dari

ideal.22

Dalam menghadapi konflik rencana revitalisasi Pasar Dinoyo, organisasi

P3DKM melakukan koordinasi yang dilakukan secara internal dengan pedagang

Pasar Dinoyo. Berikut kutipan wawancara dengan Bapak Kusyono :

“Untuk memperkokoh hubungan dengan pedagang, P3DKM waktu itu

juga menggelar istighosah dan pengajian bersama yang dilakukan setiap

satu minggu sekali, untuk konsolidasi dan sosialisasi kepada pedagang.

Konsolidasi dan sosialisasi tersebut bertujuan untuk mempersatukan

pedagang supaya tidak terpecah belah dan untuk menguatkan dalam

perjuangan yang sama”.23

Berdasarkan hasil wawancara tersebut P3DKM mengajak kepada semua

pedagang Pasar Dinoyo untuk lebih mensolidkan dan menyatukan semua

pedagang, untuk menunjukkan bahwa pedagang sebagai stakeholder yang

memiliki hak dalam pengelolaan Pasar Dinoyo. Dalam menghadapi konflik

revitalisasi, pedagang dalam perjuanganya juga melakukan istighosah bersama

dan pengajian bersama untuk sosialisasi dan konsolidasi antara organisasi

P3DKM dengan pedagang-pedagang yang hadir guna tetap dalam visi perjuangan

yang sama.

Setelah Draf PKS disahkan disidang paripurna DPRD pedagang Pasar

Dinoyo dalam memperjuangkan aspirasinya juga melakukan demonstrasi untuk

menolak revitalisasi yang dibuat tanpa melibatkan pedagang. Berikut kutipan

wawancara dengan Bapak Khuzaini :

“Pada waktu itu kami pedagang Pasar Dinoyo melakukan demo di depan

Balai Kota Malang. Demo tersebut demo akbar karena aksi demo itu

22

Novri Susan. 2012. “Negara Gagal Mengelola Konflik (Tata Kelola Konflik di Indonesia)”.

Yogyakarta: KoPi, hlm. 66 - 67 23

Hasil wawancara dengan Sekretaris P3DKM Bapak Kusyono pada 26 Juli 2017 pukul 08.00

WIB

Page 76: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

64

diikuti oleh berbagai pedagang pasar di Kota Malang sampai Pasar Batu

dan juga diikuti oleh elemen mahasiswa, elemen masyarakat yang simpati,

Partai Pendukung, dan elemen LSM. Demo tersebut tidak ditemui oleh

Walikota Malang. Kami juga memasang spanduk-spanduk di depan Pasar

Dinoyo yang intinya menolak revitalisasi”.24

Selain itu P3DKM dalam menghadapi konflik rencana revitalisasi Pasar

Dinoyo, pedagang tidak hanya menggerakkan elemen-elemen dari internal

pedagang, namun juga bekerjasama dengan pihak organisasi kemasyarakatan yang

bergerak dibidang hukum, yaitu Malang Corruption Watch (MCW). Berikut

kutipan wawancara dengan Bapak Khuzaini :

“Kami tidak semerta-merta menerima, tapi dari sisi hukum kan kami

memang lemah. Ini kan aset pemerintah, dalam hal ini pedagang hanya

hak guna pakai dan ditentukan dalam jangka waktu 20 atau 25 tahun. Ini

sudah ada produk hukum, mau tidak mau, suka tidak suka pembangunan

pasar dinoyo tetap dilaksanakan dengan segala resiko, tidak mau tahu

bagaimana nanti nasib pedagang. Biasanya dimanapun dibelahan

Indonesia ini ketika ada proses modernisasi atau revitalisasi pedagang

lama ini tersingkirkan, munculah pedagang-pedagang baru, lha kita orang

orang lama ini hanya jadi penonton. Ketika kami berdiskusi di Malang

Corruption Watch (MCW), kami disarankan untuk mengambil jalan

litigasi atau non litigasi. Maksudnya kalo kami mengambil jalur litigasi

secara hukum, sedangkan non litigasi kan musyawarah. Kami disarankan

untuk mengambil jalur non litigasi. Kalo kami memakai jalur hukum atau

litigasi jelas kalah, wes kalah kita tersingkir. Sebagai contoh 3 kasus di

Kota Malang, yaitu Ijen Nirwana, Matos, dan MOG yang secara yuridis

memenangkan pihak masyarakat tapi tetep aja kalah.”25

Berdasarkan hasil wawancara tersebut untuk memperjuangkan gugatan

dan perubahan isi Draf PKS yang sudah disahkan ketika sidang paripurna

tersebut, P3DKM melakukan penggalangan dukungan dengan mengunjungi

organisasi kemasyarakatan yang bergerak dibidang hukum, yaitu Malang

24

Hasil wawancara dengan Kabid Humas P3DKM Bapak Khuzaini pada 7 September 2017 pukul

13.30 WIB 25

Hasil wawancara dengan Kabid Humas P3DKM Bapak Khuzaini pada 7 September 2017 pukul

13.30 WIB

Page 77: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

65

Corruption Watch (MCW). MCW memberikan saran kepada P3DKM dalam

menghadapi konflik revitalisasi Pasar Dinoyo dengan menggunakan jalur non

litigasi. Artinya menyelesaikan perkara di luar pengadilan. Penyelesaian konflik

dengan jalur non litigasi berarti menyelesaikan masalah melalui musyawarah.

Untuk menindaklanjuti saran dari MCW, P3DKM mengirim surat ke

lembaga-lembaga tinggi Negara dan Pemerintahan Provinsi maupun Pusat, untuk

memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Kota Malang supaya mendengarkan

aspirasi pedagang terhadap rencana revitalisasi Pasar Dinoyo. Berikut kutipan

wawancara dengan Bapak Khuzaini :

“Sejak waktu itu kami P3DKM berkirim surat kemana-mana mulai

organisasi besar seperti Nahdhatul Ulama (NU), Muhammadiyah,

Lembaga Swadaya Masyarakat, akademisi-akademisi, Ombudsman RI,

dan KOMNAS HAM. Dari sekian itu yang merespon Ombudsman RI

sama KOMNAS HAM, terus akhirnya yang menjadi mediasi KOMNAS

HAM”.26

Pemerintah Kota Malang sebagai lembaga eksekutif memiliki otoritas

dalam membuat kebijakan revitalisasi Pasar Dinoyo. Otoritas menurut Ralf

Dahrendorf memusatkan perhatian pada struktur sosial yang lebih luas. Inti

tesisnya adalah gagasan bahwa berbagai posisi didalam masyarakat mempunyai

kualitas otoritas yang berbeda. Otoritas tidak terletak didalam diri individu, tetapi

didalam posisi. Otoritas secara tersirat menyatakan superordinasi dan subordinasi.

Mereka yang menduduki posisi otoritas diharapkan mengendalikan bawahan.27

5.3.1 Resolusi Konflik

Resolusi konflik merupakan upaya untuk menangani berbagai sebab

konflik yang berkaitan dengan mencari jalan keluar dari suatu perilaku konflik.

26

Hasil wawancara dengan Kabid Humas P3DKM Bapak Khuzaini pada 7 September 2017 pukul

13.30 WIB 27

George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2004. “Teori Sosiologi Modern”. Op.Cit, hlm. 154

Page 78: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

66

Proses resolusi konflik ditujukan supaya mencapai kesepakatan bersama antara

pihak yang berkonflik.

Arah penyelesaian konflik revitalisasi Pasar Dinoyo mulai menunjukkan

titik terang setelah KOMNAS HAM merespon surat yang dikirim oleh P3DKM.

Setelah itu KOMNAS HAM berkunjung langsung ke Pasar Dinoyo untuk

menyampaikan rencana mempertemukan pedagang Pasar Dinoyo dengan

Pemerintah Kota Malang yang akan dimediasi oleh KOMNAS HAM. Perwakilan

KOMNAS HAM juga mendorong dan memberikan rekomendasi kepada

Pemerintah Kota Malang untuk melakukan mediasi dengan pedagang Pasar

Dinoyo terkait isi Draf PKS yang dibuat tanpa melibatkan pedagang atau tanpa

persetujuan pedagang Pasar Dinoyo. Hal ini menjadi jawaban dan hasil dari segala

upaya yang dilakukan pedagang Pasar Dinoyo yang diwakili oleh organisasi

P3DKM supaya Draf PKS rencana revitalisasi yang sudah dibuat oleh Pemerintah

Kota Malang dengan Investor ditunda pelaksanaanya sebelum beberapa isi

perjanjian yang belum disepakati pedagang itu dirubah. Semua pihak akhirnya

sepakat dengan adanya perundingan yang akan dimediasi oleh KOMNAS HAM.

Setelah melangsungkan perundingan yang digagas dan dimediasi oleh

KOMNAS HAM tersebut, tim perwakilan pedagang Pasar Dinoyo P3DKM

sepakat revitalisasi Pasar Dinoyo dilanjutkan dengan syarat merubah posisi pasar

tradisional yang semula akan di tempatkan di belakang pasar modern berpindah

ke posisi timur yang bersebelahan dengan pasar modern. Selain itu pedagang

Pasar Dinoyo juga meminta keringanan biaya ketika revitalisasi tersebut selesai.

Permintaan P3DKM tersebut disepakati oleh pihak Pemerintah Kota Malang.

Pada tanggal 5 Mei 2011 KOMNAS HAM membuat nota Kesepakatan

Page 79: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

67

Perdamaian Antara Pedagang Pasar Dinoyo Dengan Pemerintah Kota Malang

Terkait Rencana Pembangunan Pasar Terpadu Dinoyo Kota Malang.28

Sesuai dengan teori Ralf Dahrendorf, bahwa konflik yang terjadi dalam

masyarakat akan membawa pada perubahan sosial. Dalam konflik rencana

revitalisasi Pasar Dinoyo, pedagang mampu melakukan perubahan dengan

berbagai perlawanan yang akhirnya dapat merubah Draf PKS melalui mediasi

KOMNAS HAM.

Berikut kutipan wawancara dengan Bapak Khuzaini :

“Kepastianya sudah ada di KOMNAS HAM tadi, malah KOMNAS HAM

bisa mengalahkan produk dari Pemerintah eksekutif dan legislatif. Setelah

dimediasi oleh KOMNAS HAM dan terjadi kesepakatan dengan semua

pihak, akhirnya perjanjian itu di amandemen”.29

Pemerintah Kota Malang dalam melaksanakan kebijakan revitalisasi Pasar

Dinoyo dinilai secara sepihak tanpa mengikutsertakan pedagang Pasar Dinoyo

dalam membuat Draf PKS antara Pemerintah Kota Malang dengan PT. Citra

Gading Asritama. Hal ini bertentangan dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa

Timur Nomor 3 Tahun 2008 pasal 6 ayat 4 Tentang Perlindungan, Pemberdayaan

Pasar Tradisional dan Penataan Pasar Modern yang menyebutkan Pemerintah

Daerah berkewajiban memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada pasar

tradisional dan pelaku-pelaku usaha yang ada didalamnya termasuk kejelasan dan

kepastian hukum tentang status hak pakai lahan pasar.30

Serta melanggar

Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan

28

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia Tentang “Kesepakatan Perdamaian Antara

Pedagang Pasar Dinoyo Dengan Pemerintah Kota Malang Terkait Rencana Pembangunan Pasar

Terpadu Dinoyo Kota Malang” 29

Hasil wawancara dengan Kabid Humas P3DKM Bapak Khuzaini pada 7 September 2017 pukul

13.30 WIB 30

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2008 tentang “Perlindungan,

Pemberdayaan Pasar Tradisional dan Penataan Pasar Modern”

Page 80: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

68

Kejasama Daerah bagian pertama pasal 2 tentang transparansi dan saling

menguntungkan bagi para pihak.31

Pemerintah Kota Malang seharusnya sebagai

kelompok otoritas menurut Ralf Dahrendorf yang merupakan pemegang

kekuasaan atau jabatan berpihak kepada pedagang (rakyat).

Proses penyelesaian konflik revitalisasi di Pasar Dinoyo menggunakan

tahap Peacemaking. Peacemaking merupakan suatu proses untuk menenangkan

pihak yang bersengketa. Meskipun sebuah konflik dapat diselesaikan lewat

negosiasi langsung antara kedua belah pihak, alangkah lebih baiknya lagi jika

dibantu oleh pihak ketiga dalam hal ini pihak yang netral yang dapat menjadi

mediator kepada pihak yang bersengketa dan membantu kedua belah pihak

tersebut untuk bekerja lebih cepat agar perdamaian cepat terjadi.32

Dalam hal ini

sebagai pihak yang netral dan sebagai mediator yaitu KOMNAS HAM.

Penyelesaian konflik revitalisasi Pasar Dinoyo selesai ketika KOMNAS HAM

membuat nota Kesepakatan Perdamaian Antara Pedagang Pasar Dinoyo Dengan

Pemerintah Kota Malang Terkait Rencana Pembangunan Pasar Terpadu Dinoyo

Kota Malang.

31

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2007 Tentang “Tata Cara

Pelaksanaan Kejasama Daerah” 32

Hermawan. 2007. “Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu, dan

Metodologi”. Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm. 95

Page 81: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

69

5.3.2 Relokasi Pedagang Pasar Dinoyo

Bagan 5.1 Kondisi Pasar Merjosari

Sumber: Hasil olahan peneliti, 2017

Berdasarkan bagan 5.1 terjadi permasalahan-permasalahan ketika berada

di Pasar Penampungan Merjosari. Setelah kebijakan revitalisasi disetujui oleh

Pedagang Pasar Dinoyo yang dimediasi oleh KOMNAS HAM, maka semua

pedagang harus direlokasi ke Pasar Penampungan Merjosari. Berdasarkan Draf

PKS Pasal 6 mengenai Jangka Waktu Pelaksanaan menyebutkan bahwa :

“Pembangunan Pasar Tradisional Dinoyo beserta fasilitas pendukung

selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak pedagang

Pasar Dinoyo menempati Pasar Penampungan Merjosari”.33

Jangka waktu pelaksanaan mengenai pembangunan Pasar Dinoyo tersebut juga

dibuktikan dengan hasil wawancara dengan Bapak Khuzaini :

“Kalo ada di Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang sudah disepakati oleh

semua pihak termasuk pedagang Pasar Dinoyo yang waktu itu dimediasi

oleh Komnas HAM, di Merjosari itu seharusnya hanya 2 tahun saja,

namun dalam faktanya sampai 5 tahun”.34

Dari data di atas berdasarkan Draf PKS yang sudah disepakatai,

pembangunan revitalisasi Pasar Dinoyo beserta fasilitasnya selambat-lambatnya

33

Draf Perjanjian Kerja Sama (PKS) Antara Pemerintah Kota Malang Dengan PT. Citra Gading

Asritama Tentang “Pengelolaan Pasar Dinoyo” 34

Hasil wawancara dengan Kabid Humas P3DKM Bapak Khuzaini pada 7 September 2017 pukul

13.30 WIB

Pasar Penampungan

Merjosari

Ketidaksesuaian dengan

Draft PKS

Konsep beli 1 Pasar

dapat 2 Pasar

Perubahan Kebijakan

Page 82: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

70

24 bulan atau 2 tahun terhitung sejak pedagang Pasar Dinoyo menempati Pasar

Penampungan Merjosari. Ini terbukti dari Pedagang Pasar Dinoyo mulai resmi

menempati Pasar Penampungan Merjosari pada tahun 2012 dan pedagang mulai

pindah dari penampungan ke Pasar Dinoyo yang sudah direvitalisasi pada tahun

2017. Artinya pedagang menempati Pasar Penampungan Merjosari selama 5

tahun.

Selain mengenai jangka waktu pembangunan, berdasarkan Draf PKS yang

sudah disepakati oleh semua pihak menjelaskan bahwa Pasar Penampungan

Merjosari diperuntukkan kepada pedagang Pasar Dinoyo saja yang mempunyai

Surat Ijin Tempat Berjualan (SITB) saja. Berikut kutipan dokumen dari Draf PKS

yang menjelaskan bahwa :

“Pemerintah Kota Malang menjamin Surat Ijin Tempat Berjualan (SITB)

bagi pedagang Pasar Tradisional Dinoyo yang sekarang SITB sejumlah

sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Dinas Pasar Kota Malang

setelah dipadukan dengan hasil verifikasi bersama antara Dinas Pasar Kota

Malang dan Persatuan Pedagang Pasar Dinoyo yang selanjutnya akan

ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Pasar Kota Malang”.35

Data tersebut juga dibuktikan dengan hasil wawancara dengan Bapak Khuzaini :

“Di pasal Perjanjian Kerja Sama (PKS) tidak boleh ada penambahan

pedagang di Pasar Penampungan. Kalo jumlah pedagang itu sudah

diverifikasi jumlahnya segitu, kalo berganti orang kan tidak masalah

karena jumlahnya tidak bertambah. Faktanya yang terjadi adanya

penambahan pedagang-pedagang liar yang tidak ber-SITB yang

menyebabkan pasar semrawut.”36

Penjelasan tersebut juga disampaikan oleh Bapak Kusyono, beliau mengatakan :

“Di dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) itu disebutkan bahwa kewajiban

Investor itu membangun Pasar Penampungan bagi pedagang Pasar Dinoyo

35

Draf Perjanjian Kerja Sama (PKS) Antara Pemerintah Kota Malang Dengan PT. Citra Gading

Asritama Tentang “Pengelolaan Pasar Dinoyo” 36

Hasil wawancara dengan Kabid Humas P3DKM Bapak Khuzaini pada 7 September 2017 pukul

13.30 WIB

Page 83: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

71

yang ber-SITB. Jadi yang aslinya tidak ada pedagang liar, yang aslinya

hanya pedagang yang ber-SITB”.37

Berdasarkan data dan hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa Pasar

Penampungan Merjosari diperuntukkan bagi pedagang Pasar Dinoyo saja karena

Pasar Dinoyo masih menjalani proses pembangunan. Namun faktanya Pemerintah

Kota Malang setelah melaksanakan relokasi pedagang Pasar Dinoyo ke Pasar

Penampungan Merjosari tidak melakukan pengawasan secara menyeluruh di Pasar

Penampungan Merjosari. Sebagai penyebab tidak adanya pengawasan di Pasar

Penampungan Merjosari maka muncullah pedagang-pedagang liar yang secara

otomatis memenuhi fasilitas-fasilitas umum di Pasar Penampungan Merjosari.

Berikut hasil wawancara dengan Bapak Khuzaini, beliau mengatakan :

“Di Pasar Merjosari itu pedagang liar ditarik retribusi, uangnya masuk kan

itu, karena sudah bayar retribusi, mereka menganggap sudah memiliki kan

gitu to, padahal mereka itu bukan pedagang. Pedagang itu yang nakal-

nakal nanti ada kolusi dengan kepala pasar, wastibnya juga lemah. Belum

lagi permainan-permainan yang sudah masuk ke ranah politik dan

sebagainya, mengaku-ngaku iki dulure si A sudah tidak jelas menjadi

semrawut. Belum lagi adanya preman di tata kelola parkir. Yang

mengelola parkir kan Dinas Perhubungan, seng Dishub iku pokok oleh

nerima setoran selesai, lha nanti oknum tukang parkirnya menjual fasum-

fasum (fasilitas umum) itu kepada pedagang, lha kepala pasarnya tidak

bisa bertindak. Belum lagi adanya pemalakan yang dilakukan preman.

Pedagang itu bisa seenaknya berjualan ditempat manapun asal bayar

kepada preman. Lha Dishub atau kepala pasarnya itu lemah, takut dengan

preman. Jadi pedagang seperti kami diamana menempati tempat yang di

legalkan itu kalah mas dengan orang-orang seperti itu, negara tidak hadir

dengan yang seperti itu. Jumlah pedagang liar di Merjosari terakhir itu,

mereka hampir sama dengan jumlah pedagang SITB, hampir 700

pedagang liar ”.38

Hal yang sama juga disampaikan oleh Mas Saiful :

37

Hasil wawancara dengan Sekretaris P3DKM Bapak Kusyono pada 26 Juli 2017 pukul 08.00

WIB 38

Hasil wawancara dengan Kabid Humas P3DKM Bapak Khuzaini pada 7 September 2017 pukul

13.30 WIB

Page 84: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

72

“Lemahnya pengelolaan dari pemerintah itu adanya oknum yang

memperbolehkan jualan di fasum-fasum (fasilitas umum), kayak tempat

parkir, kayak jalan dan diperbolehkan. Saya bilang seperti itu karena

mereka ditarik retribusi, ditarik karcis, berarti itu kan di ijini, itu bukan

sama pemerintah sebetulnya, melainkan sama oknum yang ada dilapangan,

padahal mereka itu bukan pedagang yang resmi”.39

Penjelasan tersebut juga disampaikan oleh Bapak Kusyono :

“Mengetahui situasi pasar luar biasa ramai, berdatanglah pedagang-

pedagang liar, ini termasuk kelemahan Pemerintah Kota Malang tidak ada

controlling atau pengawasan. Dari pihak dinas pokok ada yang berjualan

ditariki retribusi. Enggak tahu itu masuk kemana, berapa banyak pedagang

liar itu”.40

Berdasarkan hasil wawancara di atas, yang terjadi di Pasar Penampungan

Merjosari adanya pembiaran dari Pemerintah Kota Malang mengenai pedagang

liar. Tidak adanya pengawasan tersebut dimanfaatkan oleh oknum yang berada di

Pasar Penampungan Merjosari untuk melakukan penarikan retribusi pasar.

Penarikan retribusi seharusnya diperuntukkan kepada pedagang yang memiliki

SITB. Retribusi pasar adalah pungutan yang dikenakan kepada pedagang yang

mendapatkan pelayanan perijinan dan atau pemakaian tempat berjualan di

lingkungan pasar atau di tempat-tempat lain yang diijinkan yang berupa toko,

kios, bedak, los dan pelataran serta bangunan lainya yang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.41

Banyaknya pedagang liar yang berada di Pasar Penampungan Merjosari

tentunya sangat merugikan pedagang resmi yang mempunyai SITB, karena

39

Hasil wawancara dengan Mas Saiful selaku pedagang pada 30 September 2017 pukul 13.45

WIB 40

Hasil wawancara dengan Sekretaris P3DKM Bapak Kusyono pada 26 Juli 2017 pukul 08.00

WIB 41

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 12 Tahun 2004 Tentang “Pengelolaan Pasar Dan

Tempat Berjualan”

Page 85: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

73

pedagang-pedagang liar yang ada menempati fasilitas-fasilitas umum, halaman-

halaman dan jalan umum untuk berjualan dan banyak menarik konsumen karena

letak mereka yang strategis memenuhi fasilitas-fasilitas umum. Pedagang liar

tersebut merasa nyaman berjualan karena mereka sudah merasa memiliki dengan

membayar preman dan adanya penarikan retribusi.

Seharusnya Pemerintah Kota Malang sebagai pembuat kebijakan

revitalisasi dan relokasi harus hadir dan melakukan pengawasan, serta menindak

tegas oknum yang melakukan penarikan retribusi secara ilegal. Karena setoran

retribusi yang masuk kepada Pendapatan Daerah itu hanya pedagang yang ada

sesuai data yaitu pedagang yang sudah mempunyai ijin atau SITB.

Permasalahan yang selanjutnya mengenai status penetapan Pasar

Penampungan Merjosari. Ralf Dahrendorf menjelasakan bahwa setiap masyarakat

setiap saat tunduk pada proses-proses perubahan.42

Kebijakan publik adalah alat

untuk mencapai tujuan publik, bukan tujuan orang-perorangan atau golongan atau

kelompok.43

Perubahan kebijakan mengenai status Pasar Penampungan Merjosari

terjadi ketika pergantian Walikota Malang, maka berganti pula mengenai

kebijakan penetapan Pasar Penampungan Merjosari Kota Malang. Ketika diera

Walikota Bapak Peni pada tanggal 19 April 2013 membuat keputusan bahwa

Pasar Penampungan Merjosari ditetapkan sebagai pasar tetap tradisional. Dalam

hal ini Pasar Penampungan Merjosari sudah bukan menjadi pasar penampungan

melainkan menjadi pasar tetap.

42

George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2004. “Teori Sosiologi Modern”. Op.Cit, hlm. 154. 43

Rusli Budiman. 2013.“Kebijakan Publik: Membangun Pelayanan Publik Yang Responsif”.

Op.Cit, hlm. 9

Page 86: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

74

Sebelum Keputusan tersebut dibuat memang ada klarifikasi dari Bapak

Peni yang menyatakan bahwa “Beli 1 pasar dapat 2 pasar”. Berikut kutipan

wawncara dengan Bapak Kusyono :

“Waktu pembukaan di Pasar Merjosari Pak Peni menyampaikan kepada

pedagang. Jadi nanti apabila pedagang resmi Pasar Dinoyo termasuk

Blimbing kalo memang mau pindah maka pedagang bisa menikmati “Beli

Satu Dapat Dua”. Artinya ketika pedagang membeli bedak di Dinoyo

maka juga dapat di Pasar Merjosari”. 44

Hal tersebut juga dipertajam melalui media online yang memuat :

“Walikota Malang Peni Suparto mengunjungi pasar penampungan

Merjosari, Rabu (13/3/2013). Dalam kunjunganya itu, Peni janji pada Juli

nanti pedagang bisa langsung pindah ke pasar semi modern di Dinoyo.

“Investor sendiri yang bilang seperti itu. Juli selesai dan siap menampung

pedagang,” kata Peni. Bahkan Peni berjanji akan memberikan bedak di

pasar penampungan merjosari secara gratis apabila pedagang mau.

“Istilahnya beli satu dapat dua,” janjinya. Peni memberikan tiga pilihan

bagi pedagang. Pertama pedagang tetap di penampungan merjosari. Kedua

pedagang pindah ke pasar Dinoyo dan ketiga pedagang pindah ke Pasar

Dinoyo tetapi tetap memiliki bedak di pasar penampungan merjosari.

“Pilihan itu kami serahkan kepada pedagang saja,” ucap Peni. Saat ini

pembangunan pasar modern Dinoyo sudah selesai 50 persen. Untuk

pondasi sudah 100 persen. Peni optimis Juli pembangunan selesai dan siap

dipindah. Sementara KH. Ahmad Khuzaini koordinator pedagang pasar

Dinoyo mengatakan, kemungkinan pedagang akan memilih opsi ketiga.

“Pinginya seperti itu. Karena dua-duanya sama menguntungkan,” kata

Khuzaini”.45

Konsep beli 1 pasar dapat 2 pasar yang dicanangkan Walikota Bapak Peni

tersebut dibuktikan dengan membuat kebijakan berupa Keputusan Walikota

Malang No. 188.45/204/35.73.112/2013 tentang Penetapan Tempat Penampungan

44

Hasil wawancara dengan Sekretaris P3DKM Bapak Kusyono pada 26 Juli 2017 pukul 08.00

WIB 45

http://surabaya.tribunnews.com/2013/02/13/juli-pedagang-pasar-merjosari-dijanjikan-pindah-ke-

dinoyo-malang, Siti Yuliana, “Juli Pedagang Pasar Merjosari Dijanjikan Pindah Ke Dinoyo

Malang”, Surya Rabu, 13 Februari 2013 12:37 WIB diakses pada tanggal 4 Oktober 2017 pukul

15.30 WIB

Page 87: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

75

Sementara Pasar Dinoyo Di Kelurahan Merjosari Sebagai Pasar Tradisional

Merjosari. Dalam keputusan tersebut menjelaskan bahwa dalam rangka

meningkatkan PAD dan meningkatkan perkembangan kegiatan perekonomian

Kota Malang maka perlu menetapkan Pasar Penampungan Merjosari sebagai

Pasar Tradisional Merjosari.46

Setelah adanya Keputusan Walikota tersebut, dari Dinas Pasar

menindaklanjuti dengan membuat Pengumuman No. 511.2/969/35.73.302/2013

mengenai akan melaksanakan pendataan pedagang Pasar Tradisional Merjosari

dan pedagang segera mengajukan permohonan ijin baru pemakaian bedak, kios,

dan los.47

Setelah pendataan itu selesai, dari pihak pedagang pada tanggal 14 April

2014 mengirimkan surat kepada Walikota Malang mengenai Permohonan

Sosialisasi dan Penerbitan Surat Ijin Pemakaian Tempat Berjualan Pasar

Tradisional Merjosari. Kemudian pada tanggal 10 Maret 2015 Dinas Pasar

membuat Pengumuman No. 511.2/154/35.73.302/2015 mengenai penerbitan buku

pedagang Pasar Tradisonal Merjosari.48

Dalam hal ini artinya pedagang yang

berada di Pasar Merjosari sudah melakukan pendataan yang ada di Dinas Pasar

dan akan segera mempunyai SITB di Pasar Merjosari.

Konflik yang terjadi saat ini berawal dari Pemerintah Kota Malang melalui

Dinas Perdagangan, yang akan mengembalikan lokasi berjualan pedagang dari

Pasar Merjosari menuju ke Pasar Dinoyo yang sudah direvitalisasi. Perubahan

kebijakan tersebut terjadi pada tanggal 30 September 2016 ketika Walikota Abah

46

Keputusan Walikota Malang Nomor : 188.45/204/ 35.73.112/2013 tentang “Penetapan Tempat

Penampungan Sementara Pasar Dinoyo Di Kelurahan Merjosari Sebagai Pasar Tradisional

Merjosari” 47

Dinas Pasar. Pengumuman No. 511.2/969/35.73.302/2013, pendataan pedagang Pasar

Tradisional Merjosari 48

Dinas Pasar. Pengumuman No. 511.2/154/35.73.302/2015, penerbitan buku pedagang Pasar

Tradisonal Merjosari

Page 88: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

76

Anton membuat keputusan pencabutan mengenai ketetapan Pasar Tradisional

Merjosari. Keputusan itu terjadi karena kondisi Pasar Dinoyo yang sudah selesai

dibangun serta akan mengembalikan fungsi semula lahan di Merjosari yang

selama ini dipakai berjualan pedagang pasar. Perintah pindah itu dibarengi dengan

Keputusan Walikota Malang No. 188.45/263/35.73.112/2016 Tentang Pencabutan

Atas Keputusan Walikota Malang No.188.45/204/35.73.112/2013 Tentang

Penetapan Tempat Penampungan Sementara Pasar Dinoyo Di Kelurahan

Merjosari Sebagai Pasar Tradisional Merjosari. Perubahan kebijakan mengenai

penetapan Pasar Merjosari terjadi karena pergantian Walikota Malang maka

berubah pula mengenai kebijakan ketetapan Pasar Merjosari.49

Dengan adanya surat keputusan Walikota mengenai pencabutan ketetapan

Pasar Tradisional Merjosari tersebut, membuat pedagang merasa tidak memilliki

kepastian tempat untuk mereka berjualan. Berikut hasil wawancara dengan Bapak

Khuzaini, beliau mengatakan :

“Kami mau, kami menuntut, kami menginginkan kepastian. Daripada kami

di Merjosari tidak jelas, di Dinoyo tidak jelas, karena semisal kemarin itu

kalo kami terlambat mengambil kebijakan, bisa-bisa di Dinoyo

dikerjasamakan dengan orang lain, dan di Merjosari dikeluarkan. Karena

di Dinoyo kan sudah dikelola oleh swasta atau Investor bisa saja

dilemparkan orang lain. Nasib pedagang kayak-kayak kami ini lho

bagaimana. Dengan suka, atau tidak suka dan dengan penuh keterpaksaan

kami kembali kesini, tapi dengan membayar”.50

Berbagai tekanan dari Pemerintah Kota Malang dan Investor yang dialami

pedagang Pasar Dinoyo, karena tidak adanya kepastian di Dinoyo maupun di

49

Keputusan Walikota Malang No. 188.45/263/35.73.112/2016 Tentang “Pencabutan Atas

Keputusan Walikota Malang No.188.45/204/35.73.112/2013 Tentang Penetapan Tempat

Penampungan Sementara Pasar Dinoyo Di Kelurahan Merjosari Sebagai Pasar Tradisional

Merjosari” 50

Hasil wawancara dengan Kabid Humas P3DKM Bapak Khuzaini pada 26 Juli 2017 pukul 12.30

WIB

Page 89: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

77

Merjosari, mereka harus bersedia kembali ke Pasar Dinoyo yang sudah

direvitalisasi dan harus rela bahwa konsep beli 1 pasar dapat 2 pasar untuk

pedagang ditiadakan. Selain itu pedagang juga harus melakukan pembayaran

terlebih dahulu ketika menempati Pasar Terpadu Dinoyo.

Dahrendorf membedakan golongan yang terlibat konflik itu atas dua tipe.

Pertama kelompok semu (quasi group) dan kelompok kepentingan (interest

group). Kelompok semu merupakan kumpulan dari para pemegang kekuasaan

atau jabatan dengan kepentingan yang sama yang terbentuk karena munculnya

kelompok kepentingan. Dalam hal ini kelompok semu adalah Dinas Pasar dan

Investor. Dinas Pasar sebagai kelompok semu karena sebagai representasi atau

perwakilan dari Pemerintah Daerah. Pemegang otoritas tertinggi dalam kebijakan

revitalisasi Pasar Dinoyo adalah Pemerintah Daerah. Selain itu Investor sebagai

kelompok semu karena memiliki kepentingan yang sama dengan kelompok

kepentingan. Kelompok kepentingan ini mempunyai struktur, organisasi,

program, tujuan serta anggota yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang

menjadi sumber nyata timbulnya konflik dalam masyarakat. Sedangkan kelompok

kepentingan disini yaitu Pemerintah Kota Malang dalam hal ini Walikota Malang

sebagai pembuat kebijakan revitalisasi.51

5.4 Kepentingan Dalam Konflik

Polemik yang terjadi pada tahap perencanaan revitalisasi Pasar Dinoyo

yang dibuat secara sepihak antara Pemerintah Kota Malang dengan Investor

terdapat kepentingan-kepentingan yang berada dibalik rencana tersebut.

Kepentingan tersebut terlihat pada perubahan rencana renovasi menjadi rencana

51

George Ritzer (2010), “Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda”, Jakarta: PT Raja

GrafindoPersada. Hlm. 153.

Page 90: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

78

revitalisasi Pasar Dinoyo yang tidak disosialisasikan langsung oleh Pemerintah

Kota Malang kepada pedagang Pasar Dinoyo. Dalam hal ini pedagang hanya

sebagai pihak yang diabaikan atau pihak yang tidak dianggap dan tidak memiliki

kekuatan yang sah terhadap pengelolaan Pasar Dinoyo.

Kepentingan dapat menimbulkan konflik karena adanya persaingan

kepentingan yang secara nyata memang tidak adanya kesesesuaian. Konflik

kepentingan terjadi ketika salah satu pihak atau kelompok meyakini bahwa untuk

memenuhi keinginanya, piihak lain harus bekorban. Berbagai kepentingan terjadi

dalam satu permasalahan konflik yang berkaitan antara pihak satu dengan pihak

lainya. Analisa kepentingan dapat membantu untuk menjelaskan dinamika konflik

yang muncul ketika terjadi benturan kepentingan.

Kebijakan revitalisasi Pasar Dinoyo yang meggabungkan pasar tradisional

dengan pasar modern bukan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun

2007 Pasal 4 ayat 1 yang harus mempertimbangkan jarak dengan pasar

tradisional, namun lebih kepada pengambil kebijakan yang mendahulukan

kepentinganya. Dalam posisi ini, kepentingan menjadi faktor yang menentukan

terhadap hukum, peraturan akan mengikut oleh kepentingan yang membuat

kebijakan. Kepentingan yang muncul dalam revitalisasi dan relokasi Pasar Dinoyo

dapat dianalisis menjadi kepentingan Pemerintah Kota Malang, kepentingan

Investor dan kepentingan pedagang Pasar Dinoyo.

1. Kepentingan Ekonomi

Secara garis besar kebijakan Pemerintah Kota Malang mengenai

revitalisasi Pasar Dinoyo karena adanya kepentingan ekonomi. Ini terjadi ketika

Pemerintah Kota Malang membatalkan rencana renovasi Pasar Dinoyo dan

Page 91: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

79

membuat kebijakan revitalisasi dengan tidak melibatkan pedagang Pasar Dinoyo.

Kepentingan ekonomi dari Pemerintah Kota Malang mengenai revitalisasi yang

bekerjasama dengan Investor tidak menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD). Sedangkan kepentingan ekonomi dari pihak Investor

dalam pembangunan revitalisasi mendapatkan lahan untuk dijadikan pasar modern

dan mendapatkan ganti rugi harga bedak dari pedagang tradisional.

Dalam perumusan revitalisasi Pasar Dinoyo pada awalnya sama sekali

tidak melibatkan partisipasi publik. Pedagang seringkali berusaha mengajak

kepada Pemerintah Kota Malang untuk berdiskusi dan merubah tata letak yang

telah dibuat dengan Investor, namun kurang ditanggapi dan tidak merubah

tuntutan dari pedagang.

Sedangkan kepentingan ekonomi dari pedagang adalah untuk

mempertahankan Pasar Dinoyo, dimana yang selama ini telah menjadi lahan mata

pencaharian mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pedagang menganggap

apabila terjadi revitalisasi dengan tidak merubah Draf PKS yang telah dibuat

secara sepihak dengan Investor maka akan mematikan usaha dan penghasilan

mereka.

Keberpihakan Pemerintah Kota Malang terhadap kepentingan Investor

juga diperkuat ketika Pemerintah Kota Malang menyetujui biaya kios baru.

Pedagang masih harus membayar kios baru yang akan mereka tempati dengan

harga yang akan memberatkan terhadap pedagang.

2. Kepentingan Politik

Kepentingan politik adalah kepentingan-kepentingan yang bertujuan

memperoleh ataupun mempertahankan kekuasaan, status ataupun jabatan publik.

Page 92: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

80

Kepentingan politik mengenai revitalisai pasar terlihat dalam proses pengesahan

Draf PKS. Terjadinya perubahan perilaku politik dari Partai Demokrat, dimana

sebelum paripurna pengesahan Draf PKS, Partai Demokrat yang awalnya berjanji

akan memperjuangkan aspirasi pedagang Pasar Dinoyo. Namun ketika sidang

paripurna, sikap politik Partai Demokrat tiba-tiba berbalik arah dengan

mengambil sikap politik mendukung penuh revitalisasi Pasar Dinoyo.

Keputusan politik tersebut tentu sangat mengecewakan bagi pedagang

Pasar Dinoyo. Dengan merubah sikap politik yang awalnya akan

memperjuangkan nasib pedagang Pasar Dinoyo, kemudian berubah menjadi

memihak Pemerintah Kota Malang dan Investor dengan menyetujui Draf PKS,

merupakan adanya kepentingan politik yang ada dibalik keputusan tersebut.

Kepentingan politik lainya mengenai perubahan kebijakan status Pasar

Penampungan Merjosari dengan melakukan pencabutan Keputusan Walikota

Malang No. 188.45/204/35.73.112/2013 tentang Penetapan Tempat Penampungan

Sementara Pasar Dinoyo Di Kelurahan Merjosari Sebagai Pasar Tradisional

Merjosari.

5.4.1 Dampak Kebijakan Revitalisasi Pasar Dinoyo

Revitalisasi Pasar Dinoyo yang menggabungkan pasar tradisional dengan

pasar modern, berdampak pada munculnya masalah persaingan yang tidak

seimbang antara pasar tradisional dengan pasar modern. Pasar tradisional jelas

akan kalah, mulai dari penerapan, kenyamanan tempat, dan kelengkapan barang

yang ditawarkan tidak selengkap di pasar modern. Disisi lain pasar modern

semakin meningkatkan diberbagai fasilitas yang memudahkan dan membuat

Page 93: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

81

konsumen nyaman. Pedagang Pasar Dinoyo sangat mengeluhkan dengan

kebijakan revitalisasi pasar yang membuat penghasilan mereka menurun.

Berikut kutipan wawancara dengan Mas Saiful :

“Kondisi pedagang setelah revitalisasi, pada dasarnya sekarang ini nilai

ekonomi atau penghasilan memang berkurang, karena keadaan pasar

masih belum seratus persen ramainya, jadi ibarate lek wong pasar iku

ngarani harus babat alas maneh. Pemerintah Kota Malang seharusnya ada

tindak lanjut, supaya bagaimana pedagang ini bisa berdaya lagi, jangan

pemerintah itu meninggalkan program yang masih belum seratus persen

jadi. Memang programnya pemerintah itu sudah jadi, namun kita yang

berada di dalam program ini nilai ekonominya belum kembali”.52

Hal tersebut juga disampaikan oleh Abah Rofiudin :

“Revitalisasi ini yo kurang penak, pemerintah seharusnya harus turun

tangan langsung, bagaimana caranya bisa meramaikan pasar saat ini,

karena dengan kondisi yang sepi penghasilan pedagang juga pasti

menurun”.53

Penjelasan tersebut juga disampaikan oleh Bapak Khuzaini :

“Kami hari ini kalo puas atau tidak puas, kami membuat nyaman-nyaman

sendiri, pemerintah tidak hadir dalam hal ini. Setelah kerjasama

pemerintah mendapat pendapatan, tidak mau tahu nasib kami ini kayak

apa. Seperti yang saat ini terjadi pasar tidak langsung ramai”.54

Berdasarkan hasil wawancara dengan pedagang pasar tradisional tersebut

kondisi Pasar Dinoyo setelah revitalisasi selesai, pedagang pasar tradisional

merasakan sepi oleh pembeli. Pedagang menganggap revitalisasi Pasar Dinoyo ini

berdampak kepada penghasilan terhadap pedagang. Perhatian Pemerintah

terhadap pedagang setelah revitalisasi tidak ada sama sekali. Revitalisasi Pasar

Dinoyo belum sempurna membawa perubahan kesejahteraan bagi pedagang,

52

Hasil wawancara dengan Mas Saiful selaku pedagang pada 30 September 2017 pukul 13.45

WIB 53

Hasil wawancara dengan Abah Rofiudin selaku pedagang pada 30 September pukul 14.00 WIB 54

Hasil wawancara dengan Kabid Humas P3DKM Bapak Khuzaini pada 7 September 2017 pukul

13.30 WIB

Page 94: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

82

namun revitalisasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Malang hanya

dimaknai sebagai perubahan secara fisik bangunan saja.

Kesejahteraan pedagang Pasar Dinoyo tidak tercapai sama sekali setelah

adanya revitalisasi yang menggabungkan dengan pasar modern. Dalam persaingan

antara pasar modern dan pasar tradisional yang berada di Dinoyo, pasar

tradisional jelas yang akan dirugikan. Revitalisasi seharusnya mengedepankan

kepentingan para pedagang, karena dengan adanya pemberdayaan di pasar

tradisional maka akan menciptakan usaha yang kondusif. Apabila pemerintah

tidak berpihak kepada pasar tradisional, maka pedagang akan semakin

termaginalkan dan menjadi keberadaan pasar tradisional semakin terpinggirkan

dan mati oleh para pelaku usaha besar atau Investor. Peraturan Presiden Nomor

112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan dan Toko Modern, pada dasarnya merupakan salah satu kebijakan

yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatasi persaingan yang tidak seimbang

antara pasar tradisional dengan pasar modern.

Page 95: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

83

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Berbagai permasalahan yang terjadi ketika Pemerintah Kota Malang membuat

kebijakan revitalisasi dan relokasi pedagang Pasar Dinoyo. Permasalahan

tersebut terjadi karena Pemerintah Kota Malang dalam membuat kebijakan

revitalisasi tidak memihak pedagang. Terdapat lima permasalahan yang

merugikan pedagang Pasar Dinoyo antara lain : 1. Pasar Tradisional Dinoyo

akan ditempatkan berada di belakang Pasar Modern 2. Pedagang akan

dikenakan biaya ganti rugi setelah revitalisasi 3. Jangka Waktu pedagang

ketika berada di pasar penampungan Merjosari yang tidak sesuai dengan

kesepakatan 4. Banyaknya pedagang liar ketika berada di pasar penampungan

Merjosari 5. Perubahan mengenai status penetapan pasar penampungan. Dari

permasalahan-permasalahan itulah yang menyebabkan terjadinya konflik yang

berkelanjutan. Pihak yang dirugikan dengan adanya konflik ini adalah

pedagang pasar tradisional yang penghasilanya menurun akibat revitalisasi ini.

2. Dinamika konflik revitalisasi Pasar Dinoyo berawal dari Pemerintah Kota

Malang secara sepihak membuat perjanjian kerjasama dengan Investor.

Konflik revitalisasi semakin memanas ketika sidang paripurna DPRD Kota

Malang fraksi Partai Demokrat tiba-tiba berbalik arah dengan mendukung

revitalisasi tetap dilanjutkan. Pedagang melakukan perlawanan dan

bekerjasama dengan pihak-pihak eksternal untuk mengubah Draf PKS yang

dibuat oleh Pemerintah Kota Malang dengan Investor. Pedagang bekerjasama

dengan pihak MCW dan menggunakan jalur non litigasi untuk menghadapi

Page 96: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

84

konflik ini. Konflik revitalisasi selesai ketika KOMNAS HAM sebagai

mediator membuat perundingan dan disepakati oleh semua pihak. Konflik

terjadi lagi ketika Pemerintah Kota Malang membuat surat keputusan

mengenai pencabutan status penetapan pasar penampungan. Pedagang merasa

terjepit dengan keputusan tersebut dan pedagang harus rela membayar ganti

rugi setelah revitalisasi selesai.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran

antara lain :

1. Saran Akademis

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menelaah dan membandingkan

mengenai konflik revitalisasi pasar yang menggabungkan pasar tradisional

dengan pasar modern.

2. Pemerintah Kota Malang

Dalam merumuskan kebijakan mengenai revitalisasi Pasar Dinoyo,

Pemerintah Kota Malang tidak boleh secara sepihak membuat kebijakan

dengan Investor tanpa melibatkan pedagang.

3. Pedagang Pasar Dinoyo

Pedagang Pasar Dinoyo harus terus berjuang untuk mempertahankan

eksistensi pasar tradisional, supaya tidak tergusur oleh kepentingan

Investor.

Page 97: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

85

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Sonny Leksono (2009). “Runtuhnya Modal Sosial, Pasar Tradisional: Perspektif

Emic Kualitatif“, Malang: Citra.

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip (2011). “Pengantar Sosiologi Pemahaman

Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan

Pemecahannya”, Jakarta: Prenada Media Group.

Margaret M. Poloma (1987). “Sosiologi Kontemporer”, Jakarta: CV. Rajawali.

George Ritzer dan Douglas J. Goodman (2004). “Teori Sosiologi Modern”, Terj.

Alimandan, Jakarta: Prenada Media.

George Ritzer dan Douglas J. Goodman (2010). “Teori Sosiologi Dari Teori

Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial

Postmodern”, Terj. Nurhadi, Bantul: Kreasi Wacana.

George Ritzer (2010). “Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda”.

Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.

Rusli Budiman (2013). “Kebijakan Publik: Membangun Pelayanan Publik Yang

Responsif”, Bandung: Hakim Publishing.

Hermawan (2007). “Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor,

Isu, dan Metodologi”, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono (2008). “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D”,

Bandung: Alfabeta.

Lexy J. Moleong (2011). “Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi)”,

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Haris Herdiansyah (2010). “Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu

Sosial”, Jakarta: Salemba Humanika.

Mathew B. Miles, Michael Huberman, dan Johnny Saldana (2014). “Qualitative

Data Analysis-Third Edition”, London: Sage Publication.

Novri Susan (2012). “Negara Gagal Mengelola Konflik (Tata Kelola Konflik di

Indonesia)”, Yogyakarta: KoPi.

Page 98: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

86

JURNAL DAN SKRIPSI

Siti Aminah (2015). “Jurnal: Konflik dan Kontestasi Penataan Ruang Kota

Surabaya”.

Endi Sarwoko. “Jurnal: Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Kinerja

Pedagang Pasar Tradisional Di Wilayah Kabupaten Malang”.

Farida Hanum. “Jurnal: Konsep, Materi Dan Pembelajaran Sosiologi”.

Agung Pramudyo. “Jurnal: Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional Di Yogyakarta”.

Vildan Cresanda Hutama Putera. “Skripsi: Strategi Negosiasi Dalam Menghadapi

Konflik (Studi Pada Strategi Negosiasi Pedagang Pasar Dinoyo Terhadap

Pemerintah Kota Malang Mengenai Rencana Revitalisasi Pasa Dinoyo

Kota Malang)”, Jurusan Ilmu Komunikasi 2008, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Brawijaya, Malang

Rudi Laksono. “Skripsi: Analisis Relokasi Pedagang Pasar Ngarsopuro Di Kota

Surakarta”, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi,

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Rayinda Prashatya Kencana. “Skripsi: Konflik Pedagang Rombengan Dengan PKL

Rombengan Liar Pasar Merjosari Malang Akibat Relokasi Pasar Dinoyo (Studi

Kasus Pasar Merjosari Kota Malang)”, Jurusan Sosiologi 2008, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya, Malang.

Ella Alfianita. “Skripsi: Revitalisasi Pasar Tradisional Dalam Perspektif Good

Governance (Studi di Pasar Tumpang Kabupaten Malang)”, Jurusan Ilmu

Administrasi Publik 2011, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas

brawijaya, Malang.

Moch. Irfan Fanani. “Jurnal: Perlawanan Pedagang Pasar Tradisional Terhadap

Revitalisasi Pasar (Studi Deskriptif Pasar Babat, Kecamatan Babat, Kabupaten

Lamongan, Jawa Timur)”, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Airlangga, Surabaya.

Susilo Endrawanti. “Jurnal: Dampak Relokasi pasar Studi Kasus Di Pasar Sampangan

Kota Semarang”, Universitas 17 Agustus 1945, Semarang.

Rahmadina Fitria Ristanti, Hermawan, Abdullah Said. “Jurnal: Scenario Planning

Proses Relokasi Terkait Pembangunan Pasar Tradisional Menjadi Pasar Modern

(Studi Kasus di Pasar Dinoyo dan Pasar Blimbing Kota Malang)”, Jurusan

Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang.

PERATURAN DAN SUMBER HUKUM

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 Thn. 2007

Keputusan Wali Kota Malang No.188.45/204/35.73.112/2013

Page 99: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

87

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Malang Tahun 2016.

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030.

Draf Perjanjian Kerja Sama (PKS) Antara Pemerintah Kota malang Dengan PT.

Citra Gading Asritama Tentang Pengelolaan Pasar Dinoyo

Keputusan Walikota Malang Nomor : 188.45/204/ 35.73.112/2013 tentang

Penetapan Tempat Penampungan Sementara Pasar Dinoyo Di Kelurahan

Merjosari Sebagai Pasar Tradisional Merjosari

Data Kronologis Permasalahan Tentang Rencana Pembangunan Pasar Dinoyo

Oleh Pemerintah Kota Malang

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2008

Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2007

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 12 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Pasar

Dan Tempat Berjualan

Keputusan Walikota Malang No.188.45/204/35.73.112/2013 Tentang Penetapan

Tempat Penampungan Sementara Pasar Dinoyo Di Kelurahan Merjosari

Sebagai Pasar Tradisional Merjosari.

Dinas Pasar No. 511.2/969/35.73.302/2013 Pendataan Pedagang Pasar Tradisional

Merjosari

Dinas Pasar No. 511.2/154/35.73.302/2015 Penerbitan buku pedagang Pasar

Tradisonal Merjosari

INTERNET

Anggun Ciptasari Nurana dan Lutfi Muta’ali. “Analisis Dampak Kebijakan

Otonomi Daerah Terhadap Ketimpangan Perkembangan Wilayah Di

Kawasan Ciayumajakuning”,

http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/download/8280/diakses

pada tanggal 1 November 2017 pukul 22.05 WIB

http://eprints.uny.ac.id/13795/3/BAB%20II.PDF, diakses pada 4 Desember 2017

pukul 16.15 WIB

Kompas.com. “DPRD Kota Malang Didominasi Wajah Baru”,

http://nasional.kompas.com/read/2009/04/17/08305710/dprd.kota.malang.

Page 100: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

88

didominasi.wajah.baru, diakses pada tanggal 7 Oktober 2017 pukul 10.00

WIB

Siti Yuliana. “Juli Pedagang Pasar Merjosari Dijanjikan Pindah Ke Dinoyo

Malang”, http://surabaya.tribunnews.com/2013/02/13/juli-pedagang-

pasar-merjosari-dijanjikan-pindah-ke-dinoyo-malang, diakses pada tanggal

4 Oktober 2017 pukul 15.30 WIB

Wawancara

Wawancara Penelitian dengan Kepala Bidang Hubungan Masyarakat P3DKM

Bapak Khuzaini.

Wawancara Penelitian dengan Sekretaris P3DKM Bapak Kusyono.

Wawancara Penelitian dengan pedagang Pasar Dinoyo Mas Syaiful dan Abah

Rofiudin.

Page 101: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

89

LAMPIRAN

Gambar 1 Foto Bersama Informan (Sekretaris P3DKM)

Gambar 2 Foto Bersama Informan ( Kabid Humas P3DKM)

Page 102: DINAMIKA KONFLIK REVITALISASI DAN RELOKASI ...repository.ub.ac.id/7602/1/Moch.%20Syahrul%C2%A0Alamsyah.pdfRevitalisasi Dan Relokasi Pedagang Pasar Tradisional Dinoyo Kota Malang”

90

Gambar 3 Foto Bersama Informan (Anggota P3DKM)

Gambar 4 Foto Bersama Informan (Pedagang Pasar Dinoyo)