relasi

8
MENEMUKAN RELASI DALAM WACANA : DISUSUN OLEH KELOMPOK III RICKY REMAWAN SRI RANDA ASMAINI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN USMAN SAFRI KUTACANE TAHUN 2014

Upload: makarina

Post on 14-Jul-2015

34 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Relasi

MENEMUKAN RELASI DALAM WACANA

:

DISUSUNOLEH

KELOMPOK III•RICKY REMAWAN

•SRI RANDA

•ASMAINI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

USMAN SAFRI KUTACANE

TAHUN 2014

Page 2: Relasi

RELASI WACANA

Dalam wacana lisan atau tulisan terdapatberbagai unsur seperti pelaku perbuatan,penderita, perbuatan, pelengkap perbuatan,perbuatan yang dilakukan oleh pelaku dantempat perbuatan. Contoh,

Wati duduk di serambi muka, wajahnya sayudan matanya tergenang oleh air matakepedihan. Kata terakhir dari mas Gomblohtelah menyobek-nyobek kepingan hatinya yangmakin hari menipis..

Page 3: Relasi

RELASI GABUNGAN

Ada kalimat,’Dia sanggup. Mereka berjalan pelan-pelan.’

Kata,’Dia sanggup’ tidak diketahui maknanya. Kita baru dapat mengintrpretasikan kalimat itu sesudah membaca kalimat

kedua. Jika kita ditanya berapa macamkah relasi antara kalimat pertama dengan kedua ?

Dia sanggup adalah kalimat ellips. Mereka adalah referensi dari mereka yang tidak diucapkan pada kalimat pertama.,

dan yang terakhir perulangan kata mereka pada kalimat kedua. Dengan demikian terdapat 3 hubungan antara kalimat

pertama dengan yang kedua, yaitu ellips, referensi, dan leksikal repetisi.

Kalimat itu secara lengkap : Dia sanggup (mengejar mereka). Mereka berjalan perlahan-lahan. Relasi yang kita dapati

disini adalah relasi gramatikal dan relasi leksikal. Ellips adalah relasi gramatikal sedang perulangan kata seperti kata

mereka di atas, adalah relasi leksikal. Substitusi dan referensi adalah relasi gramatikal juga.

Contoh pada pusi :

Bila sampai waktuku

Ku mau tak seorang pun merayu

Ada dua relasi, yaitu konjungsi dan perulangan. Kata bila pada baris pertama menghubungkan kedua baris itu, dan kata

‚ku’ pada baris kedua sebagai perulangan kata’ ku’ pada baris pertama.

Kita tidak dapat menafsirkan satu kalimat di antaranya tanpa mengetahui kalimat yang lain. Ada juga kalimat yang tidak

diikat secara formal, tetapi kita tahu berhubungan karena ada relasi pragmatiknya.

Contoh :

Ada orang sedang mengetuk pintu.

Saya sedang mandi.

Pada kedua kalimat ini tidak terdapat relasi (penghubung), referensi, substitusi, ellips, maupun konjungsi yang lain.

Page 4: Relasi

HUBUNGAN ANTARKALIMAT

Hubungan ini terdiri dari 4, yaitu :

1. True and Connected (Benar dan berhubungan)

Contohnya :

Dia lulus ujian akhir.

Dia rajin belajar.

2. True and Disconnected (Benar, tapi tidak berhubungan).

Contohnya :

Kalimat-kalimat dapat dihubungkan dengan berbagai cara.

Kalimat perintah adalah kalimat dengan memakai intonasi perintah.

3. False and Connected (Salah, tetapi berhubungan)

Contoh :

Pelajaran bahasa Indonesia diberikan sejak TK sampai perguruan tinggi.

Pada perguruan tinggi pelajaran bahasa Indonesia diberikan 8 semester.

4. False and Disconnected (Salah dan tidak berhubungan)

a. Cara-cara menghubungkan kalimat ada 10 macam.

b. Kalimat-kalimat tanya berintonasi sama dengan kalimat berita.

Hubungan antarunsur yang membentuk wacana dinyatakan oleh Moeliono, dkk (dalam

Djajasudarma.2006: 3) adalah apa yang disebut rentetan kalimat yang berkaitan sehingga

terbentuklah makna yang serasi antara kalimat-kalimat itu ; atau wacana adalah rentetan

kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang

Page 5: Relasi

KONTEKS

Konteks wacana terdiri atas berbagai unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, peristiwa, topik, bentuk amanat, kode, dan sarana (dalam Dardjowidjojo.2003 : 421).

Konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam (dalam Lubis, 1993: 58), yaitu :

Konteks fisik, yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu dan tindakan atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu.

Konteks epistemis atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara atau pendengar.

Konteks linguistik, yang terdiri dari kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi.

Konteks sosial, yaitu relasi sosial dan latar seting yang melengkapi hubungan antara pembicara dengan pendengar.

Keempat konteks tersebut mempengaruhi kelancaran komunikasi. Ciri-ciri konteks harus dapat diidentifikasikan untuk menangkap pesan si pembicara. Dengan konteks linguistik, kita dapat berkomunikasi dengan baik, namun harus dilengkapi dengan konteks fisiknya, yaitu dimana komunikasi itu terjadi, apa objek yang dibicarakan dan begitu juga bagaimana tindakan si pembicara. Kita pun harus melengkapi dengan konteks sosial dan epistemiknya.

Page 6: Relasi

INFORMASI LAMA DAN BARU

Tiap-tiap kalimat mempunyai inferensinya. Tiap-tiap kalimat pasti ada sesuatu yang yang telah diketahui si pendengar. Praposisi adalah informasi yang telah diketahui oleh pembicara dan pendengar. Sesuatu yang telah diketahui oleh pembicara/ pendengar itu dinamakan informasi.

Contoh :

Kalau seseorang mengatakan,“ Saya lapar, maka informasi lamanya adalah saya dan informasi barunya adalah keadaan informasi lama itu, yaitu lapar. Bagian ujaran yang dapat diketahui dari : wacana yang telah lewat (secara anafora atau implikatur), dari berbagai aspek situasi tempat ujaran itu terjadi (unsur yang ditentukan oleh tempat dan waktu atau juga unsur yang menunjuk pelaku-pelaku yang terdapat dalam ujaran itu), dan dari pengetahuan kita sendiri.

Halliday (dalam Lubis, 1993: 79) menyatakannya dengan given yang merupakan bagian ujaran yang dapat diketahui dari : (1) wacana yang telah lewat (anafora/implikatur), (2) berbagai aspek situasi tempat ujaran itu terjadi, dan (3) pengetahuan kita sendiri. New adalah bagian ujaran yang tidak dapat diketahui dengan cara itu.

Dengan kata lain, given adalah sesuatu yang dapat kita ketahui secara anaforik atau dari situasinya. Given new itu bukan per wacana, tetapi per-kalimat, yang ditentukan oleh intonasi atau tekanan yang diberikan si pembicara.

Hubungan antara informasi lama-baru dengan subjek, yaitu ; subjek digunakan untuk struktur luar kalimat, sedangkan informasi lama-baru ini adalah struktur semantiknya.

Page 7: Relasi

Contoh : (1) Saya menulis surat, (2) Yang menulis surat saya, (3) Surat saya tulis, (4) Yang saya tulis surat, (5) Siapa namanya, (6) Kemana kau pergi? (7) Bagaimana hasilnya? (8) Tulislah surat itu? (9) Bacalah Koran itu ! (10) Ikutilah ujian itu ! (11) Berangkatlah (kau) sekarang!

Kesebelas kalimat ini terdiri dari 4 buah kalimat tanya (5-8) dan 4 kalimat perintah (9-11) mempunyai subjek. Semua subjek pada ke-11 adalah informasi lama, sedangkan predikatnya adalah informasi baru.

Sebuah kalimat dikatakan mempresuposisikan kalimat yang lain jika ketidakbenaran kalimat yang kedua (yang dipresuposisikan) mengakibatkan kalimat yang pertama (yang mempresuposisikan) tidak dapat dikatakan benar atau salah.

Contoh : (a) Buku Siti Nurbaya sangat memikat (b) Istri pejabat itu cantik sekali.

Kalimat (a) mempresuposisikan bahwa ada buku yang berjudul Siti Nurbaya. Bila memang ada buku yang berjudul seperti itu, kalimat (1) dapat dinilai benar dan salahnya. Akan tetapi, bila tidak ada buku yang berjudul Siti Nurbaya kalimat (a) tidak dinilai benar dan salahnya. Sementara itu, kalimat (b) mempresuposisikan pejabat itu mempunyai istri. Bila memang pejabat yang dimaksud mempunyai istri, kalimat (b) dapat dinilai benar dan salahnya. Akan tetapi, bila sebaliknya menjadi pernyataan, kalimat (b) tidak dapat ditentukan kebenarannya.

Page 8: Relasi

TERIMA KASIH