rekonsiliasi bank 4 kolom.docx

43
Rekonsiliasi Bank 4 kolom (four-colomns bank rekonciliation) Rekonsiliasi Bank, seperti postingan sebelumnya [ baca ] digunakan untuk menyesuaikan/menyocokan laporan bank (baca: rekening koran) dengan catatan perusahaan karena adanya kemungkinan perbedaan pencatatan atau pengakuan. Lho....kalau rekonsiliasi 4 kolom? sebenarnya sama saja, perlakuannya sama antara pos-pos yang menimbulkan perbedaan, tujuannya sama, sama-sama men”cocok”an rekening koran dan catatan perusahaan, hanya saja lebih lengkap isinya -kalau rekonsiliasi “biasa” hanya mengetahui saldo kas perusahaan saja, sedangkan rekonsiliasi 4 kolom juga disajikan saldo pengeluaran dan penerimaan kas-, juga menghitung saldo awal maupun akhir kas versi bank dan catatan perusahaan dan juga lebih rumit membuatnya, periode juga berbeda, kali ini melibatkan 2 periode (bulan) dan biasanya banyak dibuatatau di pakai olehauditor. Ilustrasi rekonsiliasi 4 kolom, Info PT Apes April Mei Saldo menurutbank (rekening koran) Rp 650 Rp 700 Saldo menurut PT Apes 845 985 1 Deposite In Transit (DIT)/ cek dalam perjalanan 200 250 2 Outstanding Check/ cek yang beredar 100 125 3 Biaya administrasi bank 30 40 4 Jasa giro 45 50 5 Cek kosong 60 120 (6) Kesalahan pencatatan terjadi pada bulan April di pembukuan PT Apes saat pembayaran hutang senilai Rp 120 yang seharusnya Rp 170 pada pembukuannya. Jumlah penerimaan pada bulan Mei menurut c atatan Bank Rp 320 dan catatan PT Apes Rp 365, sedangkan Jumlah kas dikreditkan bulan mei menurut laporan BankRp 270 dan catatan PT Apes sebesar Rp 225. Bagaimana membuat rekonsiliasi 4 kolomnya? Pos-pos mana saja yang akan mempengaruhi catatan bank dan catatan PT Apes?

Upload: vanny-resi

Post on 04-Nov-2015

77 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Rekonsiliasi Bank 4 kolom.docx

TRANSCRIPT

Rekonsiliasi Bank 4 kolom

(four-colomns bank rekonciliation)Rekonsiliasi Bank, seperti postingan sebelumnya [baca] digunakan untuk menyesuaikan/menyocokan laporan bank (baca: rekening koran) dengan catatan perusahaan karena adanya kemungkinan perbedaan pencatatan atau pengakuan. Lho....kalau rekonsiliasi 4 kolom? sebenarnya sama saja, perlakuannya sama antara pos-pos yang menimbulkan perbedaan, tujuannya sama, sama-sama mencocokan rekening koran dan catatan perusahaan, hanya saja lebih lengkap isinya -kalau rekonsiliasi biasa hanya mengetahui saldo kas perusahaan saja, sedangkan rekonsiliasi 4 kolom juga disajikan saldo pengeluaran dan penerimaan kas-, juga menghitung saldo awal maupun akhir kas versi bank dan catatan perusahaan dan juga lebih rumit membuatnya, periode juga berbeda, kali ini melibatkan 2 periode (bulan) dan biasanya banyak dibuat atau di pakai oleh auditor. Ilustrasi rekonsiliasi 4 kolom, Info PT ApesAprilMei

Saldo menurut bank (rekening koran)Rp 650Rp 700

Saldo menurut PT Apes845985

1Deposite In Transit (DIT)/ cek dalam perjalanan200250

2Outstanding Check/ cek yang beredar100125

3Biaya administrasi bank3040

4 Jasa giro4550

5Cek kosong60120

(6) Kesalahan pencatatan terjadi pada bulan April di pembukuan PT Apes saat pembayaran hutang senilai Rp 120 yang seharusnya Rp 170 pada pembukuannya.Jumlah penerimaan pada bulan Mei menurut c atatan Bank Rp 320 dan catatan PT Apes Rp 365, sedangkanJumlah kas dikreditkan bulan mei menurut laporan Bank Rp 270 dan catatan PT Apes sebesar Rp 225.Bagaimana membuat rekonsiliasi 4 kolomnya?

Pos-pos mana saja yang akan mempengaruhi catatan bank dan catatan PT Apes? Mempengaruhi catatan bank:(1) Deposite in transit, bank belum mencatat deposito yang dikirim oleh perusahaan sebesar Rp 200 bulan April dan Rp 250 bulan Mei sehingga bank harus menambahkan sakdo rekening PT Apes pada catatannya(2) Cek yang beredar: bank belum mencatat penarikan sejumlah Rp 100 pada bulan April dan Rp 125 pada bulan Mei oleh PT Apes, maka bank harus mengurangkan rekening PT Apes bulan April dan Mei pada catatannyaMempengaruhi catatan PT Apes(3) Beban administrasi: perusahaan belum mencatatan beban administrasi bank yang mengurangkan saldo di rekeningnya sebesar Rp 30 bulan April dan Rp 40 bulan Mei sehingga perusahaan harus mengurangkan saldo pada catatannya(4) Jasa giro (pendapatan bunga): PT Apes belum mencatat jasa giro/pendapatan bunga bank sebesar Rp 45 pada bulan April dan Rp 50 pada bulan Mei sehingga kas pada pencatatan PT Apes harus ditambahkan(5) Cek kosong: cek yang dikembalikan oleh bank karena cek kosong sebesar Rp 60 bulan April dan Rp 120 pada bulan Mei mengurangkan saldo pada catatan PT Apes(6) Kesalahan pencatatan: selisih kesalahan pencatatan pada bulan april yang membuat saldo buku terlalu tinggi harus mengurangi saldo kas pembukuan PT Apes sebesar selisihnya sehingga pencatannya menjadi tepat

Bahas dulu satu pos saja, rekonsiliasi 4 kolomInfo Saldo 30 AprilMeiSaldo 31 Mei

PenerimaanPengeluaran

Catatan BankDeposite in transit (DIT):

AprilRp 200(Rp 200)

Mei250Rp 250

Lho bagaimana bisa begitu? Deposite in transit/deposit dalam perjalanan, bank belum mencatat penerimaan sebesar Rp 200 (bulan April) dan 250 (bulan Mei) sehingga bank harus mencatat dengan menambahkan saldo bulan April dan Mei. Bagaimana dengan kolom penerimaan pada bulan Mei? Bulan April : (Rp 200) maksudnya -supaya mudah membacanya- pos tersebut merupakan jumlah penerimaan bulan April, Bukan penerimaan bulan Mei sehingga di beri tanda tutup kurung atau mengurangi penerimaan bulan Mei karena memang bukan penerimaan bulan Mei. Dan pada bulan Mei: Rp 250 menandakan bahwa jumlah pos tersebut memang merupakan penerimaan bulan Mei. Perlakuan yang sama juga pada kolom pengeluaran bulan Mei. Lanjutkan pos-pos yang lainnya, dan rekonsiliasi bank 4 kolom akan nampak seperti berikut:

PT ApesRekonsiliasi BankBulan Mei

KeteranganSaldo 30 AprilMeiSaldo 31 Mei

Penerimaanpengeluaran

Saldo menurut BankRp 650Rp 320Rp 270Rp 700

(1)Deposit in Transit

April200(200)

Mei250250

(2)Outstanding Check

April(100)(100)

Mei125(125)

Saldo Bank RekonsiliasiRp 750Rp 370Rp 295Rp 825

Saldo menurut PT ApesRp 845Rp 365Rp 225Rp 985

(3)Biaya Administrasi Bank

April(30)(30)

Mei40(40)

(4)Jasa Giro

April45(45)

Mei5050

(5)Cek Kosong

April(60)(60)

Mei120(120)

(6)Kesalahan Pencatatan

April(50)(50)

50(50)

Saldo PT Apes RekonsiliasiRp 750Rp 370Rp 295Rp 825

Ehm....bagaimana dengan kesalahan pencatatan bulan April? Mengapa saldo bulan Mei juga di kurangi sejumlah yang sama? Padahal bulan Mei tidak ada kesalahan pencatatan...Ya, karena kesalahan pencatatan terjadi pada bulan April, maka saldo akhir bulan akhir yang salah itu akan menjadi saldo awal bulan Mei sehingga saldo bulan Mei juga mengalami kesalahan dan perlu dikoreksi.

Rekonsiliasi Bank: Prosedur dan Bentuk RekonsiliasiBankProsedur Rekonsiliasi BankApabila penerimaan kas setiap hari langsung disetorkan ke bank dan pembayaran dilakukan dengan cek, maka setiap akhir bulan perusahaan perlu mencocokkan saldo menurut catatan perusahaan dengan saldo menurut catatan bank yang tersaji di laporan bank. Prosedur mencocokkan saldo kas menurut catatan perusahaan dan catatan bank dan catatan perusahaan disebut rekonsiliasi bank.Rekonsiliasi bank dilakukan untuk mengungkapkan setiap kesalahan dan ketidak wajaran yang ada pada catatan perusahaan di bank. Prosedur rekonsiliasi dilakukan untuk mencari sebab-sebab ketidakcocokan yang terjadi antara saldo menurut catatan bank dan catatan perusahaan. Selain itu, rekonsiliasi bank berguna untuk mengecek ketelitian pencatatan dalam rekening kas dan catatan bank. Rekonsiliasi juga berguna untuk mengetahui penerimaan atau pengeluaran yang sudah terjadi di bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan.Logisnya, catatan perusahaan dan catatan bank harus menunjukkan saldo yang sama. Dalam kenyataan, dua saldo tersebut mungkin berbeda. Ketidakcocokan yang terjadi biasanya disebabkan oleh adanya beda waktu yang terjadi dalam prosedur pencatatan, penerimaan dan pengeluaran kas. Berikut ini adalah penyebab perbedaan antara saldo perusahaan dan saldo bank karena beda waktu mencatat dan salah catat. Setoran dalam perjalanan (deposit intransit)Setoran dalam perjalanan adalah setoran perusahaan ke bank yang belum dicatat oleh bank karena kemungkinan-kemungkinan berikut.1. Aturan intern bank bahwa setoran yang dilakukan pada akhir bulan akan dicatat selang satu hari kerja berikutnya2. Aturan intern bank bahwa setoran di atas pukul 12:00 baru dicatat selang satu hari kerja berikutnya3. Setoran melalui Automatic Teller Machine (ATM) dicatat selang satu hari kerja berikutnya4. Setoran dengan prosedur clearing dicatat setelah selesai prosedur tersebut. Jika clearing selesai pada pukul 10:00, sehingga setoran dengan prosedur clearing yang diterima bank setelah pukul 10:00 akan diselesaikan pada hari clearing berikutnya.Prosedur pemeriksaan untuk menemukan setoran dalam perjalanan adalah membandingkan semua setoran menurut slip setoran dengan setoran yang tampak dalam laporan bank. Setoran perusahaan yang tidak tampak di laporan bank adalah setoran dalam perjalanan. Cek yang masih beredar (outstanding check)Cek yang masih beredar adalah cek yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan tetapi bank belum membayarnya karena pemegang cek (pihak yang dibayar perusahaan, misalnya supplier) belum menguangkannya ke bank. Prosedur pemeriksaan untuk menemukan cek yang masih beredar adalah membandingkan seluruh cek yang telah dikeluarkan (periksa nomor cek di bonggol cek) dengan cek-cek yang telah diuangkan oleh bank yang tampak di laporan bank. Cek yang tidak nampak di laporan bank adalah cek yang masih beredar. Biaya bank (service charge)Biaya bank adalah biaya yang dibebankan oleh bank kepada perusahaan atas jasa bank melayani giro perusahaan. Bank langsung mengurangi giro perusahaan, sedangkan perusahaan, sedangkan perusahaan belum mencatatnya karena belum mengetahuinya sebelum menerima laporan bank atau memo debit dari bank. Prosedur pemeriksaan untuk menemukan biaya bank adalah dengan mengidentifikasi memo debit untuk biaya bank di laporan bank (kode memo debit untuk biaya bank pada umumnya DM dengan nomor tertentu). Cek kosong (non-sufficient fund check)Cek kosong adalah cek yang tidak cukup dananya. Pada waktu perusahaan menerima cek dari pelanggan, perusahaan sudah mengakuinya sebagai penerimaan kas dan disetornya ke bank sebagai penambah saldo rekening giro perusahaan. Di hari berikutnya, ternyata ada pemberitahuan dari bank bahwa cek yang disetorkan tidak cukup dananya. Jika bank belum terlanjur menganggap cek kosong ini sebagai setoran, maka dilaporan bank tidak terdapat setoran tersebut dan juga tidak terjadi pengurangan setoran. Namun jika bank telah telanjur menganggapnya sebagai setoran, maka di laporan bank akan tercantum setoran dan juga pengurangan. Keterangan untuk pengurangan adalah cek kosong (non-sufficient fund check). Prosedur untuk menemukan cek kosong adalah mengidentifikasi memo debit untuk cek kosong di laporan bank (kode DM dengan nomor tertentu).Di Amerika Serikat, bank menerima setoran berupa cek meskipun cek tersebut berasal dari bank lain. Apabila cek tersebut tidak cukup dananya pada waktu clearing, barulah bank tersebut membatalkan setoran tersebut. Dengan demikian, setiap menyetor cek pelanggan di bank, perusahaan langsung menerima bukti setor (deposit slip) dan oleh karena itu menjadi bukti untuk pencatatan bertambahnya rekening kas di bank. Di Indonesia, bank tidak menerima setoran berupa cek yang berasal dari bank lain, kecuali kalau sudah selesai clearing. Dengan praktik seperti ini, maka perusahaan di Indonesia tidak menganggap cek dari pelanggannya sebagai pelunasan sebelum cek itu dinyatakn tertagih oleh bank setelah selesai clearing. Berdasar uraian sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak satu pun cek kosong telanjur dicatat oleh perusahaan sebagai kas. Pelunasan dari pelanggan (debitor) via transfer giroDalam praktik bisnis modern, para debitor atau pelanggan perusahaan membayar utangnya melalui rekening giro perusahaan di bank. Perusahaan baru mengetahui bertambahnya saldo kas dari transfer ini setelah menerima laporan bank atau memo kredit dari bank. Prosedur untuk menemukan transfer dari pihak lain adalah mengidentifikasi memo kredit untuk transfer tersebut di laporan bank (kode CM dengan nomor tertentu). Jasa giro bankJasa giro bank adalah balas jasa bank yang diberikan kepada perusahaan karena bank dapat memanfaatkan simpanan giro perusahaan. Dalam hal ini, bank langsung menambah giro perusahaan, sedangkan perusahaan belum mencatatnya karena belum mengetahuinya sebelum menerima laporan bank atau memo kreditdari bank. Prosedur pemeriksaan untuk menemukan jasa giro bank adalah mengidentifikasi memo kredit untuk jasa giro di laporan bank (kode CM dengan nomor tertentu). Salah catatApabila setelah mempertimbangkan semua pos di atas, ketidakcocokan antara saldo perusahaan dan saldo bank masih ditemukan, maka dilakukan prosedur pemeriksaan yang lain untuk menentukan kemungkinan salah catat di buku perusahaan dan atau di buku bank. Apabila salah catat telah diidentifikasi, tetapi saldonya belum cocok, maka ada indikasi bahwa kas digelapkan.Bentuk Rekonsiliasi BankRekonsiliasi bank dapat dibuat dalam 2 macam cara yang berbeda: Rekonsiliasi saldo akhir. Rekonsiliasi ini mempunyai dua bentuk: Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar. Berikut adalah contoh:Penyusunan laporan rekonsiliasi saldo akhir disusun berdasarkan data yang diperoleh dari catatan PT XYZ pada tanggal 31 Desember 2005 sebagai berikut:

Data di atas jika disusun dalam laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar adalah sebagai berikut:Dalam laporan rekonsiliasi ini dapat diperoleh hasil yang menunjukkan berapa saldo yang benar menurut kas maupun saldo yang benar menurut bank. Bentuk ini sering digunakan karena lebih berguna untuk tujuan intern perusahaan. Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas.

Pada rekonsiliasi ini hanya diketahui sebab-sebab perbedaan saldo kas dan saldo bank. Rekonsiliasi bentuk ini sering digunakan oleh akuntan dalam melakukan pemeriksaan kas.Perlu diperhatikan bahwa rekonsiliasi bank tidak membetulkan rekening kas dan rekening-rekening lainnya. Ia hanya merupakan kertas kerja atau laporan yang dibuat oleh pemeriksa intern atas hasil prosedur rekonsiliasi. Oleh karena itu, saldo rekening-rekening setelah rekonsiliasi bank tersebut masih tetap menunjukkan saldo-saldo semula. Untuk membetulkan saldo-saldo buku perusahaan, kita harus menyusun jurnal penyesuaian dan mempostingnya ke rekening-rekening terkait. Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir. Rekonsiliasi ini biasanya dilakukan oleh akuntan pemeriksa (auditor) sebagai alat pengujian yang menyeluruh terhadap transaksi-transaksi kas. Dalam bentuk ini, selain saldo awal dan saldo akhir akan dapat diketahui perbedaan jumlah penerimaan dan pengeluaran antara bank dengan catatan kas. Susunan kolom-kolomnya adalah saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir. Dalam mengerjakan rekonsiliasi bentuk ini diperlukan pengetahuan mengenai prosedur pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas dan bank, karena prosedur yang digunakan akan mempengaruhi jumlah-jumlah yang akan direkonsiliasikan. Rekonsiliasi ini mempunyai dua bentuk: Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas (4 kolom)Sebagai contoh adalah data yang diambil dari PT ABC:Laporan rekonsiliasi yang disusun dari data di atas adalah sebagai berikut:Setelah menyusun rekonsiliasi laporan bank, perlu dibuat jurnal untuk membetulkan catatan kas. Dari rekonsiliasi di atas yang dibuat koreksinya hanya elemen-elemen yang mempengaruhi saldo kas tanggal 31 Januari 2006. Jurnal koreksi yang dibuat pada tanggal 31 Januari 2006 adalah sebagai berikut:

Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir (8 kolom)Prinsipnya sama dengan rekonsiliasi saldo akhir untuk menunjukkan saldo yang benar, hanya saja disusun rekonsiliasi untuk saldo bank tersendiri dan saldo kas tersendiri. Karena yang direkonsiliasikan ada 4 jumlah yaitu saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir maka rekonsiliasinya menjadi 8 kolom, masing-masing untuk bank dan kas. Berikut adalah contoh dari rekonsiliasi 8 kolom dengan menggunakan PT. ABC:Rekonsiliasi 8 kolom di atas dapat juga dibuat laporannya dengan bentuk yang berbeda seperti yang nampak berikut.

Akuntansi manajemen sektorpublikPeran utama akuntansi manajemen sektor publik adalah menyediakan informasi akuntansi yang akan digunakan oleh manajer sektor publik dalam melakukan fungsi perencanaan dan pengendalian organisasi. Informasi akuntansi diberikan sebagai alat atau sarana untuk membantu manajer menjalankan fungsi-fungsi manajemen sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.Akuntansi manajemen merupakan bagian dari suatu sistem pengendalian manajemen yang integral. Institute of Management Accountants (1981) mendefinisikan akuntansi manajemen sebagai suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pengakumulasian, penganalisaan, penyiapan, pengintepretasian, dan pengkomunikasian informasi finansial yang digunakan oleh manajemen perencanaan, evaluasi, dan pengendalian organisasi serta untuk menjamin bahwa sumber daya digunakan secara tepat dan akuntabel.Statements on Management Accounting 1A tentang definisi akuntansi manajemen, dipaparkan sebagai berikut:The Process of identification, measurement, accumulation, analysis, preparation, interpretation, and communication of financial information used by management to plan, evaluate, and control within an organization and to assure appropriate use of and accountability for its resources.Chartered Institute of Management Accountants (1994) dalam Jones dan Pandlebury (1996) membuat definisi yang lebih luas daripada definisi yang dikeluarkan oleh Institute of Management Accountants, terutama dalam hal luas informasi yang diberikan. Chartered Institute of Management Accountants mendefinisikan akuntansi manajemen sebagai suatu bagian integral dari manajemen yang terkait dengan pengidentifikasian, penyajian, dan pengintepretasian informasi yang digunakan untuk:1. Perumusan strategi2. Perencanaan dan pengendalian aktivitas3. Pengambilan keputusan4. Pengoptimalan penggunaan sumber daya5. Pengungkapan (disclosure) kepada shareholders dan pihak luar organisasi6. Pengungkapan kepada karyawan7. Perlindungan asetPada dasarnya prinsip akuntansi manajemen sektor publik tidak banyak berbeda dengan prinsip akuntansi manajemen yang diterapkan pada sektor swasta. Akan tetapi, harus diingat bahwa sektor publik memiliki perbedaan sifat dan karakterisitik dengan sektor swasta, sehingga penerapan teknik akuntansi manajemen sektor swasta tidak dapat diadopsi secara langsung tanpa modifikasi.Peran utama akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik adalah memberikan informasi akuntansi yang relevan dan handal kepada manajer untuk melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian organisasi. Dalam organisasi sektor publik, perencanaan dimulai sejak dilakukannya perencanaan stratejik, sedangkan pengendalian dilakukan terhadap pengendalian tugas (task control). Peran akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik meliputi:1. Perencanaan stratejik2. Pemberian informasi biaya3. Penilaian investasi4. Penganggaran5. Penentuan biaya pelayanan (cost of services) dan penentuan tarif pelayanan (charging for services)6. Penilaian kinerja1. Perencanaan StratejikPada tahap perencanaan stratejik, manajemen organisasi membuat alternatif-alternatif program yang dapat mendukung strategi organisasi. Peran akuntansi manajemen adalah memberikan informasi untuk menentukan berapa biaya program (cost of program) dan beberapa biaya suatu aktivitas (cost of activity), sehingga berdasarkan informasi akuntansi tersebut manajer dapat menentukan berapa anggaran yang dibutuhkan dikaitkan dengan sumber daya yang dimiliki.Akuntansi manajemen pada sektor publik dihadapkan pada tiga permasalahan utama yaitu efisiensi biaya, kualitas produk, dan pelayanan (cost, quality and services). Untuk dapat menghasilkan kualitas pelayanan publik yang tinggi dengan biaya yang murah, pemerintah harus mengadopsi sistem informasi akuntansi manajemen yang modern. Namun tetap, terdapat sedikit perbedaan antara sektor swasta dengan sektor publik dalam hal penentuan biaya produk/pelayanan (product costing). Hal tersebut disebabkan sebagian besar biaya pada sektor swasta cenderung merupakan engineered cost yang memiliki hubungan secara langsung dengan output yang dihasilkan, sementara biaya pada sektor publik sebagian besar merupakan discretionary cost yang ditetapkan di awal periode anggaran dan sering tidak memiliki hubungan langsung antara aktivitas yang dilakukan dengan output yang dihasilkan. Kebanyakan output yang dihasilkan di sektor publik merupakan intangible output yang sulit diukur.2. Pemberian informasi biayaBiaya (cost) dalam akuntansi sektor publik dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu: Biaya Input: Biaya input adalah sumber daya yang dikorbankan untuk memberikan pelayanan. Biaya input bisa berupa biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku. Biaya output: Biaya output adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengantarkan produk hingga sampai ke tangan pelanggan. Pada organisasi sektor publik output diukur dengan berbagai cara tergantung pada pelayanan yang dihasilkan. Biaya proses: Biaya proses dapat dipisahkan berdasarkan fungsi organisasi. Biaya diukur dengan mempertimbangkan fungsi organisasi.3. Penilaian investasiPenilaian investasi di sektor publik pada dasarnya lebih rumit dibandingkan dengan di sektor swasta. Teknik-teknik penilaian investasi yang digunakan di sektor swasta didesain untuk organisasi yang berorientasi pada laba. Sementara organisasi publik merupakan organisasi yang tidak berorientasi pada laba, sehingga terkadang teknik-teknik tersebut tidak dapat diterapkan untuk sektor publik. Di samping itu sulit untuk mengukur output yang dihasilkan, sehingga untuk menentukan keuntungan di masa depan dalam ukuran finansial (expected return) tidak dapat (sulit) dilakukan.Penilaian investasi dalam organisasi publik dilakukan dengan menggunakan analisis biaya-manfaat (cost-benefit analysis). Dalam praktiknya, terdapat kesulitan dalam menentukan biaya dan manfaat dari suatu investasi yang dilakukan. Hal tersebut karena biaya dan manfaat yang harus dianalisis tidak hanya dilihat dari sisi finansialnya saja akan tetapi harus mencakup biaya sosial (social cost) dan manfaat sosial (social benefits) yang akan diperoleh dari investasi yang diajukan. Menentukan biaya sosial dan manfaat sosial dalam satuan moneter sangat sulit dilakukan. Oleh karena itu, penilaian investasi dengan menggunakan analisis biaya-manfaat di sektor publik sulit dilaksanakan. Untuk memudahkan, dapat digunakan analisis efektifitas biaya (cost-effectiveness analysis).4. PenganggaranAkuntansi manajemen berperan untuk memfasilitasi terciptanya anggaran publik yang efektif. Terkait dengan tiga fungsi anggaran, yaitu sebagai alat alokasi sumber daya publik, alat distribusi, dan stabilisasi, maka akuntansi manajemen merupakan alat yang vital untuk proses mengalokasikan dan mendistribusikan sumber dana publik secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata.5. Penentuan biaya pelayanan (cost of services) dan penentuan tarif pelayanan (charging for services)Akuntansi manajemen digunakan untuk menentukan berapa biaya yang dikeluarkan untuk memberikan pelayanan tertentu dan berapa tarif yang akan dibebankan kepada pemakai jasa pelayanan publik, termasuk menghitung subsidi yang diberikan. Tuntutan agar pemerintah meningkatkan mutu pelayanan dan keluhan masyarakat akan besarnya biaya pelayanan merupakan suatu indikasi perlunya perbaikan sistem akuntansi manajemen di sektor publik. Masyarakat menghendaki pemerintah memberikan pelayanan yang cepat, berkualitas, dan murah. Pemerintah yang berorientasi pada pelayanan publik harus merespon keluhan, tuntutan dan keinginan masyarakat tersebut agar kualitas hidup masyarakat menjadi semakin baik dan kesejahteraan masyarakat meningkat.6. Penilaian kinerjaPenilaian kinerja merupakan bagian dari sitem pengendalian. Penilaian kinerja dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Dalam tahap penilaian kinerja, akuntansi manajemen berperan dalam pembuatan indikator kinerja kunci (key performance indicator) dan satuan ukur untuk masing-masing aktivitas yang dilakukan.

Bentuk ini adalah untuk mencari saldo yang benar, sehingga merupakan rekonsiliasi 8 kolom. Perbedaannya adalah dalam cara penyajian, yaitu 4 kolom

kolom merupakan perluasan dari rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk menunjukkan saldo yang benar. Oleh karena itu prosedur dalam membuat rekonsiliasi daldo akhir juga berlaku dalam rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir, hanya saja lebih komplek.About these ads

KESALAHAN UMUM PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH DAERAH Posted by info / 3:31 PM /

Informasi terbaru KESALAHAN UMUM PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH DAERAH kami sediakan khusus untuk pembaca setia punyanbiu.blogspot.com, semoga informasi KESALAHAN UMUM PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH DAERAH memberikan pengetahuan lebih untuk kita semua. Oleh: Aan Husdianto (pekerja di BPK RI Perwakilan Prov. Gorontalo)

Tak terasa kita sudah memasuki awal tahun 2010, yang artinya pemeriksaan laporan keuangan pemerintah wajib hukumnya untuk dilaksanakan. Laporan keuangan Pemerintah minimal terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Seringkali dalam pemeriksaan, kita fokus pada LRA dan Neraca saja sementara Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan seperti dianaktirikan. Hal ini mungkin disebabkan karena nilai-nilai yang tercantum dalam Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan hampir semua tinggal comot dari LRA ataupun neraca. Sekarang kita coba renungkan kembali khusus dalam penyajian Laporan Arus Kas.Laporan Arus KasLaporan arus kas memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan non anggaran selama satu periode akuntansi. Tujuan penyusunan Laporan Arus Kas adalah memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.Laporan Arus Kas terdiri dari 4 bagian pokok, yaitu:1. Arus Kas dari aktivitas operasi2. Arus Kas dari aktivitas investasi3. Arus Kas dari aktivitas pembiayaan4. Arus Kas dari aktivitas Non AnggaranKesalahan Penyajian Arus Kas dari Aktivitas Non AnggaranDi sini akan dibahas hanya pada Arus Kas dari aktivitas non anggaran, mengapa? Karena banyak Laporan Arus Kas Pemerintah Daerah audited yang menyajikan aktivitas non anggaran hanya berupa arus masuk/keluar kas dari penerimaan/pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) saja. Sementara aktivitas non anggaran juga berupa arus masuk/keluar kas dari penerimaan/pengeluaran kiriman uang dan sisa Uang Persediaan (UP)/ganti Uang (GU)/Tambah Uang (TU).Arus kas non anggaran dari penerimaan/pengeluaran kiriman uang jarang ditemukan dalam suatu laporan arus kas pemerintah daerah (memang agak jarang terjadi). Penerimaan/pengeluaran kiriman uang yang merupakan aktivitas non anggaran bisa berupa:- Penerimaan kiriman uang (non anggaran)Penerimaan uang dari pihak ketiga kepada personal/pihak lain namun dikirim melalui kas daerah. Cth: penerimaan klaim uang taperum oleh kas daerah dari institusi yang mengelola taperum (ndak tau namanya..bapertarum kali) untuk dibayarkan kepada pegawai.- Pengeluaran kiriman uang (non anggaran)Pembayaran kepada pegawai atas klaim taperumnya.Arus kas non anggaran dari sisa UP/GU/TU seharusnya pasti terjadi di setiap pemerintah daerah. Hal ini timbul karena kewajiban untuk mempertanggungjawabkan UP/GU/TU adalah tanggal 10 bulan berikutnya, sehingga sangat berpeluang apabila sisa GU/TU baru disetor setelah tanggal 31 Desember.- Penerimaan sisa UP/GU/TUSisa UP/GU/TU yang telah disetor ke Kas Daerah oleh bendahara SKPD sebelum tanggal 31 Desember tahun berjalan.- Pengeluaran sisa UP/GU/TUTotal sisa UP/GU/TU yang tidak dapat dibelanjakan dan dipertanggungjawabkan oleh SKPD sampai dengan tanggal 31 Desember tahun berjalan.Ilustrasi penggalan Laporan Arus Kas yang biasa disajikan adalah sebagai berikut:

Gambar di atas menunjukkan bahwa arus kas yang disajikan adalah arus kas pemerintah daerah untuk entitas pelaporan (Bendahara Umum Daerah/BUD) maupun entitas akuntansi (Satuan Kerja Perangkat Daerah/SKPD). Hal ini ditunjukkan pada kalimat terdiri dari yang mengandung arti arus kenaikan/penurunan kas tersebut merupakan kenaikan/penurunan kas di kas daerah,di bendahara penerimaan serta di bendahara pengeluaran.Berdasarkan PSAP No. 03 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah:Paragraf 8 Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas pada Bendahara Umum Negara/Daerah.Paragraf 12 Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Paragraf 13 Unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan adalah unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa bendaharawan umum negara/daerah.Standar tersebut menunjukkan bahwa seharusnya informasi yang disajikan dalam Laporan Arus Kas hanya mutasi kas masuk/keluar pada fungsi perbendaharaan, yaitu BUD/DPPKAD sebagai entitas pelaporan (tidak termasuk SKPD). Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) UP/GU/TU merupakan pengeluaran non anggaran yang belum bisa dibebankan pada satu jenis belanja tertentu. Untuk itu, untuk setiap sisa SP2D UP/GU/TU merupakan bagian dari aktivitas non anggaran dan harus disajikan dalam laporan arus kas. Sisa SP2D UP/GU/TU per 31 Desember 20xx merupakan arus kas keluar dari kas daerah dan sisa SP2D UP/GU/TU yang per 31 Desember 20xx telah disetor ke Kas Daerah merupakan arus kas masuk non anggaran. Ilustrasi penggalan laporan arus kas yang seharusnya disajikan adalah sebagai berikut:

Kenaikan dan penurunan kas yang disajikan dalam Laporan Arus Kas merupakan kenaikan/penurunan jumlah kas di BUD saja (tidak ada kalimat terdiri dari), dan nilai saldo akhir kas di BUD harus sama dengan saldo kas di BUD pada neraca per 31 Desember 20xx.Pada dasarnya aktivitas non anggaran bukan hanya monopoli milik Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) namun seharusnya juga berisi arus masuk/keluar uang yang tidak dapat diakomodir dalam APBD (sesuai dengan kata non anggaran bahwa arus masuk/keluar uang tersebut tidak dapat dibebankan dalam APBD) namun melalui kas daerah. Oleh karena itu, arus masuk/keluar uang dari aktivitas non anggaran dalam Laporan Arus Kas apabila transaksinya ada, harus disajikan sebagai berikut:

Mohon koreksi apabila ada yang klirumaklum ndak punya senjata Ak!!!

Tinggalkan komentar anda tentang KESALAHAN UMUM PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH DAERAH jika anda suka dengan artikel yang kami suguhkanCara Koreksi Kelebihan Pembayaran Karena Kekurangan Kadar Aspal , Luas dan Volume PekerjaanPosted by info / 1:49 PM /

Informasi terbaru Cara Koreksi Kelebihan Pembayaran Karena Kekurangan Kadar Aspal , Luas dan Volume Pekerjaan kami sediakan khusus untuk pembaca setia punyanbiu.blogspot.com, semoga informasi Cara Koreksi Kelebihan Pembayaran Karena Kekurangan Kadar Aspal , Luas dan Volume Pekerjaan memberikan pengetahuan lebih untuk kita semua. Seringkali kita jumpai dalam pekerjaan jalan terjadinya kekurangan kadar aspal, luas dan volume, sehingga terjadi kelebihan pembayaran. Berikut ini cara melakukan koreksi pembayaran atas kedua hal tersebut berdasarkan :Spesifikasi Teknis dalam kontrak Bidang Bina Marga TA 2009, Divisi 6, Seksi 6.3 (yang selalu menjadi bagian dalam kontrak) :1) Pasal 6.3.2.5).(e),a) angka i, yang menyatakan bahwa seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai dengan formula campuran kerja, dalam batas rentang toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.2.-15 di bawah ini;b) angka ii, yang menyatakan bahwa setiap hari Direksi Tehnik akan mengambil benda uji, baik bahan maupun campurannya seperti yang digariskan dalam Pasal 6.3.4.3) dan 6.3.4.4) dari Spesifikasi ini, atau benda uji tambahan yang dianggap perlu untuk pemeriksaan keseragaman campuran. Setiap bahan yang gagal memenuhi batas-batas yang diperoleh dari Formula Campuran Kerja (JMF) dan toleransi yang diijinkan harus ditolak.2) Pasal 6.3.5.1),a) Huruf g, yang menyatakan bahwa bilamana Direksi Pekerjaan menerima pekerjaan setiap campuran aspal dengan kadar aspal rata-rata yang lebih rendah dari kadar aspal yang ditetapkan dalam rumus perbandingan campuran. Pembayaran campuran aspal akan dihitung berdasarkan luas atau volume hamparan yang dikoreksi menurut dalam butir (h) di bawah dengan menggunakan faktor koreksi berikut. Tidak ada penyesuaian yang akan dibuat untuk kadar aspal yang dilampaui nilai yang disyaratkan dalam Rumus Perbandingan Campuran.

Kadar Aspal Rata-Rata Yang Diperoleh Dari Hasil EkstraksiCb = -------------------------------------------------------------Kadar Aspal Yang Ditetapkan Dalam Rumus Perbandingan Campuran

b) Huruf h, yang menyatakan bahwa Luas atau Volume yang digunakan untuk pembayaran adalah Luas atau Volume seperti yang disebutkan pada Butir (a) diatas x Ct x Cb. Bilamana tidak terdapat penyesuaian maka faktor koreksi Ct dan Cb diambil satu.

Tebal Nominal Yang DiterimaCt = -------------------------------------Tebal Nominal Rancangan

c. Spesifikasi Teknis dalam kontrak Bidang Bina Marga TA 2010, Divisi 6, Seksi 6.3:1) Pasal 6.3.3.(6),a) Huruf a, yang menyatakan bahwa seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai dengan Rumus Perbandingan Campuran, dalam batas rentang toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2) di bawah ini:b) Huruf b, yang menyakan bahwa setiap hari Direksi Pekerjaan akan mengambil benda uji baik bahan maupun campurannya seperti yang digariskan dalam Pasal 6.3.7.(3) dan 6.3.7.(4) dari Spesifikasi ini, atau benda uji tambahan yang dianggap perlu untuk pemeriksaan keseragaman campuran. Setiap bahan yang gagal memenuhi batas-batas yang diperoleh dari Rumus Perbandingan Campuran (JMF) dan toleransi yang diijinkan harus ditolak.2) Pasal 6.3.8.(1),a) Huruf g, yang menyatakan bahwa bilamana Direksi Pekerjaan menerima pekerjaan setiap campuran aspal dengan kadar aspal rata-rata yang lebih rendah dari kadar aspal yang ditetapkan dalam rumus perbandingan campuran. Pembayaran campuran aspal akan dihitung berdasarkan luas atau volume hamparan yang dikoreksi menurut dalam butir (h) di bawah dengan menggunakan faktor koreksi berikut. Tidak ada penyesuaian yang akan dibuat untuk kadar aspal yang dilampaui nilai yang disyaratkan dalam rumus Perbandingan Campuran.

Kadar Aspal Rata-Rata Yang Diperoleh Dari Hasil EkstraksiCb = -------------------------------------------------------------------Kadar Aspal Yang Ditetapkan Dalam Rumus Perbandingan Campuran

b) Huruf h, yang menyatakan bahwa Luas atau Volume yang digunakan untuk pembayaran adalah Luas atau Volume seperti yang disebutkan pada Butir (a) diatas x Ct x Cb. Bilamana tidak terdapat penyesuaian maka faktor koreksi Ct dan Cb diambil satu.

Tebal Nominal Yang DiterimaCt = -------------------------------------Tebal Nominal RancanganHarga satuan perkaliannya adalah harga satuan dari item pekerjaan, bukan dari harga satuan bahan.Demikian semoga bermanfaat..!!!!

Tinggalkan komentar anda tentang Cara Koreksi Kelebihan Pembayaran Karena Kekurangan Kadar Aspal , Luas dan Volume Pekerjaan jika anda suka dengan artikel yang kami suguhkan.

Recent PostsBlogroll Grosir Busana Muslim Obat Herbal Baju MuslimCar Repair Manual Blog Stats

Analisis Artikulasi Laporan Keuangan Pemda Posted by info / 8:43 PM /

Informasi terbaru Analisis Artikulasi Laporan Keuangan Pemda kami sediakan khusus untuk pembaca setia punyanbiu.blogspot.com, semoga informasi Analisis Artikulasi Laporan Keuangan Pemda memberikan pengetahuan lebih untuk kita semua. Manfaat Analisis Artikulasi :1. Sebagai Alat Pendeteksi Dini Dari Kemungkinan Salah Saji Keakuratan Nilai Pelaporan Keuangan;2. Sebagai Salah Satu Penyebab Kemungkinan Pemberian Opini Disclaimer;3. Meminimalisasi Resiko Audit Deteksi.

Komponen Analisis Artikulasi:1. Kenaikan Kas Pada Neraca;2. Kenaikan Utang PFK Pada Neraca;3. Kenaikan SILPA Pada Neraca;4. Selisih Kas.

Rumus Analisis Artikulasi:Kenaikan SILPA pada Neraca( + )Kenaikan Utang PFK pada Neraca = Kenaikan Kas Tunai dan/atau Kas Bank( + )Selisih Kas

Penjelasan:- Kenaikan SILPA Pada Neraca.Didapat dari : Saldo Akhir EDL-SILPA 20x2 DIKURANGI (-) Saldo Akhir EDL-SILPA 20x1

- Kenaikan Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Pada Neraca.Didapat dari : Saldo Akhir Kewajiban Utang PFK 20x2 DIKURANGI (-)Saldo Akhir Kewajiban Utang PFK 20x1

- Kenaikan Kas Tunai/Bank Pada Neraca.Didapat dari : Saldo Akhir Kas Tunai + Kas di Bank 20x2 DIKURANGI (-)Saldo Akhir Kas Tunai + Kas di Bank 20x1

- Selisih Kas.Selisih lebih atau kurang Uang Kas dan/atau Kas di Bank yang belum/tidak bisa dijelaskan oleh Bendaraha Umum Daerah.

Analisis Artikulasi Tambahan :

1. Analisis Artikulasi Arus Kas, Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran;2. Analisis Terhadap Belanja Modal;3. Analisis Artikulasi Lainnya.

1. Analisis Artikulasi Arus Kas, Neraca dan LRA :

2. Analisis Terhadap Belanja Modal

3. Analisis Artikulasi Lainnya

Tinggalkan komentar anda tentang Analisis Artikulasi Laporan Keuangan Pemda jika anda suka dengan artikel yang kami suguhkan.

PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH DAN BELANJA DAERAH DALAM RANGKA MENGATASI CELAH FISKAL DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH.-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Salah satu masalah dalam upaya percepatan pembangunan daerah adalah masih besarnya celah fiskal daerah yang akan mempengaruhi kapasitas dan kualitas belanja daerah. Selama ini celah fiskal daerah tersebut, kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah Pusat adalah dengan dana transfer pusat, baik berupa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan dana transfer lainnya, seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan lain-lain. Upaya mengatasi celah fiskal tersebut tentu saja tidak akan berhasila apabila hanya dilakukan oleh Pemerintah Pusat, tanpa didukung oleh masing-masing Pemerintah Daerah dalam bentuk kebijakan fiskal daerah dan pengelolaan keuangan yang semakin baik dan berkualitas.Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan daerah, telah memberikan paradigma baru dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, yaitu adanya otonomi dan desentralisasi yang semakin luas, termasuk desentralisasi fiskal.Khusus untuk Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, pelaksanaan desentralisasi fiskal telah mampu meningkatkan FisKal Daerah, hal ini terlihat dari kinerja keuangan daerah, baik dilihat dari aspek pendapatan maupun belanja daerah yang semakin meningkat, baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Berdasarkan data 3 (tiga) tahun terakhir, yaitu tahun anggaran 2011, tahun anggaran 2012 dan tahun anggaran 2013, dilihat dari kemampuan pendanaan dan belanja daerah yang mencerminkan kemampuan fiskal daerah, menunjukan hal sebagai berikut :1. Pendapatan Daerah.APBDTA. 2011TA. 2012TA. 2013

Provinsi 1.705.516.480.000,00 2.251.744.203.500,00 2.501.734.823.005,00

Kabupaten/Kota 8.310.631.029.709,00 9.170.721.095.128,0010.336.026.514.000,00

TOTAL 10.016.147.509.709,0011.422.465.298.628,0012.837.761.337.005,00

Dari data tersebut diatas menunjukan adanya peningkatan kafistas pendapatan daerah dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan, dimana kafasitas pendapatan daerah meningkat dari sebesar Rp. 10.016.147.509.709,00 tahun anggaran 2011 meningkat menjadi Rp. 12.837.761.337.000,00 pada tahun 2013 atau meningkat sebesar Rp. 2.821.613.827.296,00 atau 28,17 % dari tahun anggaran 2011.2. Belanja Daerah.APBDTA. 2011TA. 2012TA. 2013

Provinsi 1.718.016.480.000,00 2.248.744.203.500,00 2.547.201.517.828,60

Kabupaten/Kota 9.005.581.810.948,0010.156.134.636.620,0011.267.727.810.080,,00

TOTAL 10.723.598.290.948,4012.404.878.840.120,1013.814.929.327.908,40

Dari data tersebut diatas menunjukan adanya peningkatan kafistas fiskal belanja daerah selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana kafasitas fiskal belanja daerah meningkat dari sebesar Rp. 10.723.598.290.948,40 tahun anggaran 2011 meningkat menjadi Rp. 13.814.929.327.908,00 pada tahun 2013 atau meningkat sebesar Rp. 3.091.331.036.960,00 atau meningkat 28,82 % dari tahun anggaran 2011.Khusus terkait dengan Kinerja pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kalimantan Tengah Tahun Anggara 2013 menunjukan peningkatan yang cukup baik apabila dibandingkan realisasi pelaksannaan anggaran pada periode yang sama tahun anggaran sebelumnya. Hal ini terlihat dari realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah Provinsi Kalimantan Tengah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 14 Tahun 2012, tanggal 13 Desember 2012 tentang Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun Anggaran 2013 dan Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 29 Tahun 2012, tanggal 13 Desember 2012 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013, sampai dengan akhir twiwulan I tahun anggaran 2013, per 30 Maret menunjukan hal sebagai berikut :1. REALISASI PENDAPATAN DAERAH.Realisasi pendapatan daerah tahun anggaran 2013 sampai dengan akhir triwulan I tahun anggaran 2013 per 30 Maret, secara keseluruhan menurut transfer Kas Daerah,telah mencapai Rp. 699.095.707.677,63 atau 27,94 % dari target sebesar Rp.2,547.201.517.82800. Dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun anggaran 2012 sebesar 26,35 %, maka realisasi triwulan I tahun anggaran 2013 meningkat sebesar 1,59 %. Secara terperinci realisasi anggaran pendapatan sampai dengan 30 Maret 2013, menurut kelompok jenis pendapatan, adalah sebagai berikut :a. Pendapatan Asli Daerah ; terealisasi sebesar Rp. 254.538,818.073,63 atau 28,92 % dari target sebesar Rp. 874.484.773.005,00.b. Dana Perimbangan ; terealisasi sebesar Rp. 378.188.114.604,00 atau 27,48 % dari target sebesar Rp. 1.375.916.250.000,00c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah; terealisasi sebesar Rp. 70.248.980.557,00 atau 27,97 % dari target sebesar Rp. 251.333.800.000,00.2. REALISASI BELANJA DAERAH.Realisasi belanja daerah tahun anggaran 2013 per 30 Maret 2013, berdasarkan Surat Permintaan Pencairan Dana (SP2D) secara keseluruhan telah mencapai sebesar Rp.509.429.321.936,03 atau 19,90% dari target sebesar Rp. 2.547.201.517.828,00. Realisasi ini lebih tinggi dari realisasi periode yang sama tahun anggaran 2012 yang hanya mencapai 9,08 %. Secara terperinci realisasi anggaran belanja er 30 Maret 2013 menurut kelompok belanja daerah, adalah sebagai berikut :a. Anggaran Belanja Tidak langsung.Realisasi anggaran Belanja Tidak Langsung per 30 Maret 2013 secara keseluruhan mencapai Rp. 245.618.822.677,54 atau 19,37 % dari target sebesar Rp. 1.265.666.483.273,00 dengan perincian sebagai berikut :1) Belanja Pegawai terealisasi sebesar Rp. 69.490.479.531,00 atau 16,59 % dari target sebesar Rp. 407.335.033.420,00.2) Belanja Subsidi realisasi masih 0 % dari target sebesar Rp. 19.163.300.000,003) Belanja Hibah terealisasi sebesar Rp.64.823.127.250,00 atau 23,16 % dari target sebesar Rp. 279.824.245.000,004) Belanja Bantuan Sosial, terealisasi sebesar Rp. 542.500.000,00 atau 0,68 % dari target sebesar Rp. 78.932.904.773,005) Belanja Bagi Hasil Kepada bProvinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa, terealisasi sebesar Rp. 110.684.215.896,54 atau 29,97 % dari target sebesar Rp. 369.295.601.060,006) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa, terealisasi sebesar Rp. 9.500.000,00 atau 0,01 % dari target sebesar Rp. 89.295.601.060,00.7) Belanja Tidak Terduga, terealisasi sebesar Rp. 69.000.000,00 atau 0,31 % dari target sebesar Rp. 21.819.797.954,30.b. Anggaran Belanja Langsung.Realisasi Belanja Langsung sampai dengan 30 Maret 2013 mencapai Rp. 264.234.195.258,49 atau 20,62 % dari target sebesar Rp. 1.281.536.034.555,00, dengan perincian sebagai berikut :1) Belanja Pegawai, terealisasi sebesar Rp. 5.258.260.485,64 atau 7,30 % dari target sebesar Rp.72.021.821.643,00.2) Belanja Barang dan Jasa, terealisasi sebesar Rp. 58.052.252.698,30 atau 12,49 % dari target sebesar Rp. 464.685.637.771,00.3) Belanja Modal, terealisasi sebesar Rp. 198.954.629.990,00 atay 26,01 % dari target sebesar Rp. 744.827.575.141,00.c. Realisasi Anggaran Belanja Langsung menurut Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lingkup Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Apabila dilihat dari realisasi Belanja Langsung pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lingkup Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, apabila dibagi ke dalam kelompok realisasi dan dikaitkan dengan target realisasi minimal 20 % triwulan I sesuai kebijakan Gubernur Kalimantan tengah, menunjukan hal sebagai berikut : 1) Realisasi anggaran belanja daerah 0 s/d 10 %, terdapat 2 (dua) SKPD.2) Realisasi anggaran belanja daerah 10 s/d 20 %, terdapat 20 (dua puluh) SKPD.3) Realisasi anggaran belanja daerah 2 s/d 30 %, terdapat 13 (tiga belas) SKPD.3. REALISASI PEMBIAYAAN DAERAH.1. Realisasi Penerimaan.Rencana Penerimaan yang bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Angaran Tahun Sebelumnya sebesar Rp.73.466.694.823,00. Realisasi SILPA baru akan diketahui setelah dilakukan perhitungan anggaran tahun anggaran 2013, namun berdasarkan pencapaian realisasi tahun anggaran 2012 dan adanya pelampauan target pendapatan daerah serta adanya efisiensi anggaran melalui pelaksanaan lelang yang dilaksanakan melalui LPSE, target SILPA tahun anggaran 2013 akan melampauai dari yang ditargetkan.2. Realisasi Pengeluaran.Realisasi Pengeluaran sampai dengan 30 Maret telah mencapai 100 % dari target sebesar Rp. 28.000.000.000,00, yang mreliputi :a. Pembentukan Dana Cadangan Dalam Rangka Pemilihan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Tahun 2015 sebesar Rp, 15.000.000.000,00b. Penyertaan Modal pada Bank Kalimantan Tengah 13.000.000.000,00.4. UPAYA PENCAPAIAN REALISASI TARGET TRIWULAN II.Sesuai dengan Kebijakan Gubernur Kalimantan Tengah, bahwa target realisasi belanja daerah pada triwulan II telah ditetapkan sebesar Rp. 1.273.600.758.000,00 atau 50 % dari target belanja daerah sebesar Rp.2.547.201.517.828,00. Hasil evaluasi ini sebagai bahan perbaikan pelaksanaan anggaran 2013 agar target realisasi pada trwulan II tahun anggaran 2013, dapat tercapai bahkan melampauai dari target yang telah ditetapkan. Kepala Biro Keuangan Drs. LUBIS RADA ININ. Pembina Tingkat I NIP. 19590921 197901 1 001

Kas non anggaran =PFK20 March 2011 at 1:58 am (Kas) Tags: Kas non anggaran, PFK A. PendahuluanPengelolaan kas non anggaran mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan pemerintah daerah. Kas Non Anggaran/PFK dipungut berdasarkan undang-undang perpajakan dan peraturan kerjasama tertentu dengan pihak diluar entitas Pemda yang mengharuskan Pemda atau Bendahara memungut dari pegawai atau rekanan dan menyetorkan kepada Kantor Pajak atau Pihak ketiga tertentu yang terikat perjanjian kerjasama tertentu, terdiri dari :1. Perhitungan Pajak :dhi bendahara memungut pajak dan menyetorkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat. Contohnya : PPh 21/22 (dari rekanan dan pegawai) dan PPN (dari rekanan)2. Perhitungan Non Pajak :dhi bendahara memungut sesuai dengan aturan kepegawaian dan menyetorkannya kepada pihak yang ditentukan. Contohnya : Iuran Wajib Pegawai (IWP) 10%, berupa tabungan pensiun 8% dari PT. Taspen, dan asuransi kesehatan dari PT Askes (ini berbeda dengan potongan 2% subsidi askes APBD yang dianggarkan di masing-masing SKPD) Tabungan perumahan (taperum) berupa tabungan perumahan pegawai pada Bapetarum Potongan pinjaman/utang pegawai3. Perhitungan Lainnya :Pada pemda-pemda tertentu, perhitungan ini biasanya merupakan jaminan dari pihak ketiga atas kegiatan yang dilakukan di wilayah pemda bersangkutan, seperti Jaminan PDAM, PT.PLN, Jaminan bongkar reklame, dll. Sebagai contoh: jaminan PDAM, merupakan jaminan yang dibayar PDAM saat akan melakukan pemasangan pipa di bawah jalan pemda, sehingga akan merusak jalan tersebut. Pihak pemda dapat langsung melakukan perbaikan jalan dari dana tersebut saat proyek PDAM selesai. Potongan ini memang harus berdasarkan peraturan daerah. Pembahasan pada PFK pada perhitungan lainnya ini akan dilakukan terpisah.B. Mekanisme PemotonganMekanisme bendahara dalam melaksanakan pemotongan biasanya dilakukan melalui:1. Pemotongan sudah dilakukan pada SP2DBUD memotong pembayaran SP2D sehingga nilai kas daerah yang dikeluarkan adalah net (Belanja dikurang Potongan) yang artinya adalahKas Daerah dikeluarkan tidak sebesar belanja, tetapi dikurangi penerimaan potongan. Pemotongan ini tentunya sudah tampak (baca : diperhitungkan) dalam proses pembuatan Surat Perintah Pembayaran.Proses alur dana yang dipotong dapat terjadi (contoh pada penghitungan non pajak):a. Dana masuk ke rekening perantara milik bankBiasanya bernomor rekening R/P XXXXXXX. Berdasarkan konfirmasi bank, rekening ini tidak memiliki specimen tanda tangan, karena hanya merupakan rekening pantulan dari proses pencatatan pada G/L bank. Selanjutnya, penyetoran dilakukan otomatis dari rekening tersebut. Umumnya terdapat mou antara bank-pemda yang mengatur hal ini.b. Dana masuk ke rekening perantara milik pemdaPada proses ini, specimen tanda tangan untuk pengelolaan rekening perantara milik pemda adalah pegawai/pejabat. Alur pemotongan adalah pihak Bank secara otomatis akan memindahbukukan potongan-potongan IWP, PPh 21 dan Taperum ke rekening giro masing-masing.Penyetoran ke rekening pihak ketiga dilakukan dengan: Secara periodik pihak Bank akan memindahbukukan jumlah penerimaan IWP, PPh 21, dan Taperum tersebut ke rekening tujuan setelah pihak Bank menerima dokumen Surat Setoran Penerimaan negara Bukan Pajak/SSBP (untuk setoran non pajak) dari Bagian keuangan Penyetoran pada rekening tujuan/pihak ketiga dilakukan dengan perintah transfer dari BUD (ada juga pemda yang menggunakan SP2D dalam mencairkan kas non anggaran)Salah satu pengalaman, tim penulis pernah melakukan uji walkthrough buku pembantu dan rekening koran penampungan yang ternyata bersaldo ratusan juta rupiah, sehingga diperoleh hasil bahwa terdapat saldo awal tak bertuan yang tentu merupakan penampungan dana PFK tahun-tahun sebelumnya yang belum disetorkan pada pihak ketiga. Prinsip dalam pengujian yaitu total penerimaan PFK adalah total pengeluaran PFK (saldo debet rek koran) ditambah saldo akhir PFK (rekening Koran)2. Pemotongan belum dilakukan pada SP2DPembayaran SP2D merupakan nilai kas daerah yang dikeluarkan bruto (belum dikurangi potongan) yang artinya adalah Kas Daerah dikeluarkan adalah sebesar belanja.Untuk PFK perhitungan pajak/non pajak setiap bulan, sebelum SP2D gaji dicairkan BUD membawa dokumen yang menjadi dasar pemotongan (SSBP/SSP, rekapitulasi gaji per dinas, dll). Sehingga nilai yang diterima pegawai sudah di potong dibank. Bank tidak langsung menyetorkan potongan itu kepada rekening tujuan pihak ketiga. Untuk itu, harus ditelusuri rekening yang menjadi penampungan sementara, apakah rekening perantara milik bank, atau milik pemda. Pengecekan juga harus dilakukan pada SSBP/SSP yang di arsip oleh BUD, serta nomor transaksi bank (NTB)/nomor transaksi pos (NTP)/nomor transaksi penerimaan Negara(NTPN, biasanya dari KPPN/modul penerimaan negara) dari BUD maupun bank, untuk melihat bukti nilai penyetoran dan tanggal penyetoranC. Pencatatan / Akuntansi 1) BUD / PPKD Jika PFK dipotong langsung pada SP2D, Pencatatan dalam BKU harus dilakukan, saat penerimaan dan pengeluaran. Dapat menggunakan bukti memorial/jurnal umum PFK harus dilaporkan dalam Laporan Arus Kas yaitu pada baris Aktivitas Kas nonanggaran dan dijelaskan (disclose) dalam Catatan atas Laporan Keuangan2) Bendahara Pengeluaran PFK dari SP2D LS, BKU Bendahara Pengeluaran mencatat seolah ada penerimaan dan langsung disetor, sehingga pada baris pertama penerimaan PFK dicatat di kolom penerimaan dan baris kedua di kolom pengeluaran. Demikian pula pada Buku Pajak Penjurnalan di SKPD untuk SP2D LS yang tidak dipotong langsung di SP2D, tidak diperlukan jurnal, karena sudah digantikan oleh BUD. Sedangkan jika lewat kolom potongan harus terjurnal dalam jurnal kas, baik saat memotong maupun menyetor PFK dari Belanja UPGU/TU, pada penerimaan PFK, PFK dicatat di BKU kolom Penerimaan. Pada penyetoran PFK, PFK dicatat di BKU kolom Pengeluaran. Juga mencatatnya di Buku Pajak. Untuk menjurnal PFK dari Belanja UP/GU/TU harus dibuat Jurnal Umum/Bukti Memorial per SKPD seperti penjurnalan di BUD. Sedangkan di BUD tidak perlu dijurnal.D. Hal yang perlu di ingat BUD menyetorkan Iuran Wajib PNS Daerah, Tabungan Perumahan, dan Iuran Pemda ke Kas Negara melalui Bank/Pos Persepsi dengan menggunakan SSBP selambat lambatnya tanggal 5 (lima) setiap bulan atau hari kerja berikutnya apabila tanggal 5 (lima) adalah hari libur BUD menerima lembar ke-1 dan ke-3 Bukti Penerimaan Negara/SSBP yang telah mendapat NTB/NTP/NTPN dari Bank/Pos Persepsi BUD mengirimkan copy lembar ke-3 SSBP, Daftar Rekapitulasi Hasil Pemungutan Iuran Wajib PNS, dan Iuran Pemda serta Daftar Rincian Jumlah Pegawai dan Realisasi Pembayaran Gaji PNS Daerah kepada Kantor Cabang Utama/Kantor Cabang PT Taspen (Persero) dan PT. Askes (Persero) setempat paling lambat setiap akhir bulan. BUD mengirimkan copy lembar ke-3 SSBP dan Daftar Rekapitulasi Hasil Pemungutan Tabungan Perumahan kepada Sekretariat Tetap Bapertarum-PNS paling lambat setiap akhir bulan. Pemda, Pihak Ketiga, dan KPPN melakukan rekonsiliasi data penerimaan Iuran Wajib PNS Daerah, Tabungan Perumahan, dan Iuran Pemda sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun. Hasil rekonsiliasi dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi yang ditandatangani oleh masing-masing pihak.*Dasar peraturan dapat dilihat pada :Perdirjen-03-PB-2008