refrat struma dr.har

Upload: vendy-pradhana

Post on 08-Aug-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    1/24

    REFERAT

    STRUMA NODUSA NON TOKSIK

    Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

    Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Ilmu Bedah

    Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Pembimbing : dr. Haryono, Sp.B

    Diajukan Oleh :

    Ricka Fitriyana Pramitasari, S.Ked

    J 500080107

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2013

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    2/24

    Bab I

    Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Kelainan glandula tyroid dapat berupa gangguan fungsi seperti tiritosikosis

    atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya, seperti penyakit tyroid

    noduler. Berdasarkan patologinya, pembesaran tyroid umumnya disebut struma.

    Lebih dari 2,2 milyar orang di dunia mengalami defisiensi yodium. Sekitar

    29 % berada di Asia, Amerika latin, Afrika tengah dan beberapa bagian Eropa.

    Terdapat 655 juta orang mengalami struma.

    Struma nodusa non toksik adalah pembesaran dari kelenjar tiroid yang

    berbatas jelas tanpa gejala-gejala hipertiroid. Penyebab paling banyak dari struma

    non toksik adalah kekurangan yodium. Akan tetapi pasien dengan pembentukan

    struma yang sporadis, penyebabnya belum diketahui. Struma dikatakan sporadis

    apabila prevalensinya kurang dari 10 %. Struma noduler adalah pembesaran

    kelenjar tiroid yang ditandai oleh pertumbuhan berlebihan transformasi

    struktural/fungsional dari satu atau beberapa daerah di dalam kelenjar tiroid

    normal. Kepentingan klinik dari struma nodusa non toksik di samping

    menyangkut masalah kosmetik, lebih penting lagi kemungkinan terjadinya

    penekanan terhadap struktur vital di sekitarnya, kemudian berkembang menjadi

    tirotoksikosis, bahkan dapat timbul proses keganasan.

    Faktor risiko struma antara lain lingkungan, genetik, konstitusi dan lain

    lainnya berperan dalam patogenesis struma nontoksik.

    B. Tujuan Penulisan

    1. Mengetahui dan memahami patofisiologi dan klasifikasi dari

    struma nodosa non toksik

    2. Mengetahui dan memahi cara mendiagnosis struma nodosa non

    toksik

    3. Mengetahui penatalaksanaan struma nodosa non toksik

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    3/24

    Bab II

    Tinjauan Pustaka

    A. STRUMA

    1. Defenisi

    Kelainan glandula tyroid dapat berupa gangguan fungsi seperti

    tiritosikosis atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya, seperti

    penyakit tyroid noduler. Berdasarkan patologinya, pembesaran tyroid

    umumnya disebut struma (De Jong & Syamsuhidayat, 1998).

    2. Embriologi

    Kelenjar tyroid berkembang dari endoderm pada garis tengah usus

    depan (De Jong & Syamsuhidayat, 1998). Kelenjar tyroid mulai terlihat

    terbentuk pada janin berukuran 3,4-4 cm, yaitu pada akhir bulan pertama

    kehamilan. Kelenjar tyroid berasal dari lekukan faring antara branchial

    pouch pertama dan kedua,lekukan ini disebut pharyngeal pounch. Dari

    bagian tersebut timbul divertikulum, yang kemudian membesar, tumbuh

    ke arah bawah mengalami desensus dan akhirnya melepaskan diri dari

    faring. Sebelum lepas, berbentuk sebagai duktus tyroglossus yang berawal

    dari foramen caecum di basis lidah. Duktus ini akan menghilang setelah

    dewasa, tetapi pada keadaan tertentu masih menetap. Dan akan ada

    kemungkinan terbentuk kelenjar tyroid yang letaknya abnormal, seperti

    persisten duktus tyroglossus, tyroid servikal, tyroid lingual, sedangkan

    desensus yang terlalu jauh akan membentuk tyroid substernal. Branchial

    pouch keempat ikut membentuk kelenjar tyroid, merupakan asal sel-selparafolikular atau sel C, yang memproduksi kalsitonin. Kelenjar tyroid

    janin secara fungsional mulai mandiri pada minggu ke-12 masa kehidupan

    intrauterin. (De Jong & Syamsuhidayat, 1998).

    3. Anatomi

    Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli

    media dan fascia prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terletak

    trakhea, esofagus, pembuluh darah besar, dan syaraf. Kelenjar tyroid

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    4/24

    melekat pada trakhea sambil melingkarinya dua pertiga sampai tiga

    perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratyroid umumnya terletak pada

    permukaan belakang kelenjar tyroid. Pada usia dewasa berat kelenjar ini

    kira-kira 20 gram bagi pria dan 17 gram bagi wanita (dapat mencapai 30

    gram). Ukuran lobus sekitar 2,5-4cm panjang, 1,5-2 lebar dan 1-1,5 tebal.

    (De Jong & Syamsuhidayat, 1998). Tyroid

    terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh istmus dan menutup cincin

    trakhea 2 dan 3. Acapkali masih teraba lobus piramidalis yang menjorok

    ke atas dari istmus. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada

    fascia pretrakhea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti

    dengan terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat ini digunakan dalam

    klinik untuk menentukan apakah suatu bentukan di leher berhubungan

    dengan kelenjar tyroid atau tidak. Vaskularisasi kelenjar tyroid berasal dari

    Aa. Tiroidea Superior (cabang dari a. Karotis Eksterna) dan Aa. Tyroidea

    Inferior (cabang a. Subklavia). Terkadang masih pula terdapat A.

    thyroidea anonima yang merupakan cabang langsung dari aorta atau

    A.anonyma. A. thyroidea superior dan A. thyroidea inferior beranastomose

    di bagian posterior dan anastomose ini menuntun kita ke lokasi kelenjar

    parathyroidea (2 lobus).

    3 pasang vena utama:

    V. thyroidea superior Membawa darah menuju v. jugularis interna

    V. thyroidea medialis

    V. thyroidea inferior yang bermuara ke v. anonyma kiri

    Umumnya vena-vena tersebut berjalan meliputi kelenjar thyroid

    sebelah anterior dan juga meliputi isthmus dan trakea. Setiap folikel

    lymfoid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik,

    sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular

    (Djokomoeljanto, 2001).

    Aliran limfe terdiri dari 2 jalinan:

    Jalinan kelenjar getah bening intraglandularis

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    5/24

    Jalinan kelenjar getah bening extraglandularis

    Kedua jalinan ini akan mengeluarkan isinya ke limfonodulipretracheal lalu menuju ke kelenjar limfe dalam sekitar v. Jugularis. Dari

    sekitar v.jugularis ini diteruskan ke limfonoduli mediastinum superior.

    Nodus Lymfatikus tyroid berhubungan secara bebas dengan pleksus

    trakhealis yang kemudian ke arah nodus prelaring yang tepat di atas

    istmus, dan ke nl. Pretrakhealis dan nl. Paratrakhealis, sebagian lagi

    bermuara ke nl. Brakhiosefalika dan ada yang langsung ke duktus

    thoraksikus. Hubungan ini penting untuk menduga penyebaran keganasan.

    (Djokomoeljanto, 2001).

    Persarafan kelenjar thyroid:

    Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan

    inferior

    Parasimpatis : N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens

    (cabang N.vagus)

    N. laryngea superior dan inferior dapat cedera saat operasi,akibatnya pita

    suara terganggu.

    4. Histologi

    Kelenjar tiroid terdapat 2 macam sel, sel folikel dan sel parafolikel.

    Apeks sel folikel mengarah ke lumen, dasar ke arah membran basal.

    Tinggi sel bervariasi,dipengaruhi aktivitas sel dan intake yodium. Unit

    struktural kelenjar tiroid ialah folikel, kumpulan 20-40 folikel akan

    membentuk lobulus yang mendapat vaskularisasi dari end entry yang

    apabila menggerombol menjadi lebih besar membentuk lobus. Folikel

    yang mengumpul dan membentuk agregat dikelilingi oleh jaringan

    pembuluh darah, sel dan serabut jaringan ikat, sel plasma, sel mast,

    beberapa sel ganglion. Kumpulan folikel ini akan membentuk lobulus

    dengan berbagai ukuran sebelum membentuk lobus. Di apeks sel folikel

    terlihat tonjolan mikrovili yang masuk ke lumen sentral koloid. Secara

    mikroskopis terdiri atas banyak folikel yang berbentuk bundar dengan

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    6/24

    diameter antara 50-500 m yang diperkuat sekitarnya oleh jaringan ikat.

    Jaringan ikat ini diteruskan sbg simpai/ kapsul kelenjar thyroid.

    menghadap ke arah membran basalis. Setiap folikel berisi cairan pekat,

    koloid sebagian besar terdiri atas yodium,protein, khususnya protein

    tyroglobulin (BM 650.000) Bila terjadi hipertrofi dan hiperplasi kelenjar

    thyroid maka epitel kubus yang rendah tadi akan menjadi tinggi

    (columnar), ini menunjukkan aktivitas dr kelenjar thyroid. Selain menjadi

    tinggi, epitel juga akan membesar. Inti sel akan menempati di bagian

    tengah dan terjadi proses mitosis yang juga akan meninggi. Terjadi

    peningkatan pembuluh-pembuluh darah (hypervascularisasi) dan

    peningkatan tumpukan limfe di daerah struma. (Djokomoeljanto, 2001)

    5. Fisiologi Hormon Tyroid

    Fungsi utama kelenjar tiroid : 3S (Synthesa, Store : menyediakan

    hormon tiroid cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh jaringan tubuh,

    Secretion : Sekresinya langsung ke aliran darah (tidak ada ductus))

    terhadap hormon T4 dan T3. Untuk ini dibutuhkan masukan yodium yang

    cukup untuk minimal memproduksi 85ug T4. Proses ini dijamin kalau TPO

    dan Tg baik. Dalam kelenjar tiroid manusia ada 2 jenis sel endokrin yaitu:

    Follicular cells ( untuk T3 dan T4 )

    Parafollicular cells ( untuk hormon calcitonin )

    Kelenjar tyroid menghasilkan hormon tyroid utama yaitu Tiroksin

    (T4). Bentuk aktif hormon ini adalah Triodotironin (T3), yang sebagian

    besar berasal dari konversi hormon T4 di perifer, dan sebagian kecil

    langsung dibentuk oleh kelenjar tyroid. Iodida inorganik yang diserap dari

    saluran cerna merupakan bahan baku hormon tyroid. Iodida inorganik

    mengalami oksidasi menjadi bentuk organik dan selanjutnya menjadi

    bagian dari tyrosin yang terdapat dalam tyroglobulin sebagai

    monoiodotirosin (MIT) atau diiodotyrosin (DIT). Senyawa DIT yang

    terbentuk dari MIT menghasilkan T3 atau T4 yang disimpan di dalam

    koloid kelenjar tyroid. Sebagian besar T4 dilepaskan ke sirkulasi,

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    7/24

    sedangkan sisanya tetap didalam kelenjar yang kemudian mengalami

    diiodinasi untuk selanjutnya menjalani daur ulang. Dalam sirkulasi,

    hormon tyroid terikat pada globulin, globulin pengikat tyroid (thyroid-

    binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat tiroksin (Thyroxine-

    binding pre-albumine, TPBA) Konsentrasi FT3 & FT4 akan bertanggung

    jawab terhadap aktivitas fisiologis dari hormon tersebut. Dalam kondisi

    normal, hypothalamus mensekresi TRH yang akan merangsang pituitary

    anterior (hipofisis anterior) untuk mengeluarkan TSH. Sekresi T3 dan T4

    oleh kelenjar tiroid akan diatur oleh mekanisme feed back terhadap

    kelenjar hipothalamus dan pituitary (De Jong & Syamsuhidayat, 1998).

    Hipothalamus

    TRH

    Hipofisis

    TSH

    Kelenjar Tiroid

    T4 dan T3

    Peningkatan FT3 dan FT4 menghambat produksi TSH oleh pituitary

    dan sebaliknya.

    Fungsi hormon thyroid yaitu merangsang langsung metabolisme

    jaringan dengan berfungsi sebagai katalisator thd berbagai reaksi oksidasi.

    Contohnya:

    Merangsang pertumbuhan tubuh dan organ

    Berperan langsung terhadap metabolisme KH

    Berpengaruh terhadap ekskresi Ca dan tulang

    Berperan langsung terhadap aliran kencing

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    8/24

    Berperan langsung terhadap pengaturan & distribusi cairan tubuh

    Akibat dari rangsangan TSH dari kelenjar pituitari anterior akanmenyebabkan hiperplasi dan hiperfungsi intraglanduler kelenjar tiroid.

    Bila rangsangan itu terus berlangsung dalam waktu yang cukup lama akan

    menyebabkan perubahan-perubahan struktur yang akan menjadi lebih jelas

    dan menetap. Kekurangan yodium dalam bahan makanan untuk waktu

    lama merupakan faktor penting timbulnya endemic goiter. Pada orang

    yang banyak mengkonsumsi ikan laut kemungkinan terjadi endemic goiter

    lebih kecil. Beberapa bahan makanan seperti sayuran tertentu (kubis,

    kacang kedelai) bisa endemic goiter. Obat-obatan seperti thiouracyl,

    sulfanamida mempunyai efek menghambat sekresi hormon thyroid

    Perubahan-perubahan mikroskopis yang penting yang nampak

    pada kelenjar tiroid akibat rangsang terus menerus yaitu: terdapatnya

    daerah-daerah epitel yang mengalami degenerasi dan regenerasi sehingga

    terbentuk nodule.

    Metabolisme T3 dan T4

    Waktu paruh T4 di plasma ialah 6 hari sedangkan T3 24-30 jam. Sebagian

    T4 endogen (5-17%) mengalami konversi lewat proses monodeiodonasi menjadi

    T3. Jaringan yang mempunyai kapasitas mengadakan perubahan ini ialah jaringan

    hati, ginjal, jantung dan hipofisis. Dalam proses konversi ini terbentuk juga rT3

    (reversed T3, 3,3,5 triiodotironin) yang tidak aktif, yang digunakan mengatur

    metabolisme pada tingkat seluler (Djokomoeljanto, 2001).

    Pengaturan faal tiroid :

    Ada 4 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid : (Djokomoeljanto,

    2001)

    1. TRH (Thyrotrophin releasing hormone). Tripeptida yang disentesis oleh

    hipothalamus. Merangsang hipofisis mensekresi TSH (thyroid stimulating

    hormone) yang selanjutnya kelenjar tiroid terangsang menjadi hiperplasi

    dan hiperfungsi

    2. TSH (thyroid stimulating hormone). Glikoprotein yang terbentuk oleh dua

    sub unit (alfa dan beta). Dalam sirkulasi akan meningkatkan reseptor di

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    9/24

    permukaan sel tiroid (TSH-reseptor-TSH-R) dan terjadi efek hormonal

    yaitu produksi hormon meningkat.

    3. Umpan Balik sekresi hormon (negative feedback). Kedua hormon (T3 dan

    T4) ini mempunyai umpan balik di tingkat hipofisis. Khususnya hormon

    bebas. T3 disamping berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus.

    Sedangkan T4 akan mengurangi kepekaan hipifisis terhadap rangsangan

    TSH.

    4. Otoregulasi.Pengaturan di tingkat kelenjar tiroid sendiri.

    Produksi hormon juga diatur oleh kadar iodium intra tiroid

    Efek fisiologik hormon tiroid:

    1. Pertumbuhan fetus. Hormon tiroid danTSH bekerja setelah usia 11

    minggu.

    2. Efek pada konsumsi oksigen, panas dan pembentukan radikal bebas.

    Dirangsang oleh T3 di semua jaringan,kecuali otak, testis dan limpa.

    Hormon tiroid menurunkan kadar superoksid desmustase hingga radikal

    bebas anion superoksid meningkat.

    3. Efek kardiovaskuler. Secara klinis terlihat sebagai naiknya cardiac output

    dan takikardi.

    4. Efek simpatik. Pada hipertiroid sensitivitas terhadap katekolamin amat

    tinggi dan sebaliknya pada hipotiroidisme.

    5. Efek hematopoetik. Eritropoesis dan produksi eritropoetin meningkat pada

    hipertiroid. Volum darah tetap namun red cell turn over meningkat.

    6. Efek GIT. Pada hipotiroidisme motilitas usus meningkat,obstipasi, transit

    lambung melambat klinisnya bertambahnya kurus seseorang.

    7. Efek pada skelet. Hipertiroidisme memberi osteopenia dalam keadaan

    berat mampu meningkatkan hiperkalsemia,hiperkalsuria, dan penanda

    hidroksiprolin.

    8. Efek neomuskular. Kontraksi serta relaksasi otot meningkat

    hiperrefleksia

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    10/24

    9. Efek endokrin. Meningkatkan metabolic turn over. Hipertiroidisme dapat

    menutupi masking dan unmasking kelainan adrenal.

    Efek metabolisme Hormon Tyroid : (Djokomoeljanto, 2001)

    1. Kalorigenik

    2. Termoregulasi

    3. Metabolisme protein. Dalam dosis fisiologis kerjanya bersifat anabolik,

    tetapi dalam dosis besar bersifat katabolik

    4. Metabolisme karbohidrat. Bersifat diabetogenik, karena resorbsi intestinal

    meningkat, cadangan glikogen hati menipis, demikian pula glikogen otot

    menipis pada dosis farmakologis tinggi dan degenarasi insulin meningkat.

    5. Metabolisme lipid. T4 mempercepat sintesis kolesterol, tetapi proses

    degradasi kolesterol dan ekspresinya lewat empedu ternyata jauh lebih

    cepat, sehingga pada hiperfungsi tiroid kadar kolesterol rendah.

    Sebaliknya pada hipotiroidisme kolesterol total, kolesterol ester dan

    fosfolipid meningkat.

    6. Vitamin A. Konversi provitamin A menjadi vitamin A di hati memerlukan

    hormon tiroid. Sehingga pada hipotiroidisme dapat dijumpai karotenemia.

    7. Lain-lain : gangguan metabolisme kreatin fosfat menyebabkan miopati,

    tonus traktus gastrointestinal meninggi, hiperperistaltik sehingga terjadi

    diare, gangguan faal hati, anemia defesiensi besi dan hipotiroidisme.

    Klasifikasi Struma

    Pembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan)

    Menurut American society for Study of Goiter membagi :

    1. Struma Non Toxic Nodusa

    2. Struma Non Toxic Diffusa

    3. Stuma Toxic Nodusa

    4. Struma Toxic Diffusa

    Istilah Toksik dan Non Toksik dipakai karena adanya perubahan dari segi

    fungsi fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid dan hipotyroid, sedangkan

    istilah nodusa dan diffusa lebih kepada perubahan bentuk anatomi.

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    11/24

    1. Struma nodosa non toksik

    Adalah pembesaran dari kelenjar tiroid yang berbatas jelas tanpa gejala-

    gejala hipertiroid. Etiologi : Penyebab paling banyak dari struma non toxic

    adalah kekurangan iodium. Akan tetapi pasien dengan pembentukan

    struma yang sporadis, penyebabnya belum diketahui. Struma non toxic

    disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

    1. Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada difesiensi

    sedang yodium yang kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi

    berat iodium adalah kurang dari 25 mcg/d dihubungkan dengan

    hypothyroidism dan cretinism.

    2. Kelebihan yodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada

    preexisting penyakit tiroid autoimun

    3. Goitrogen :

    Obat : Propylthiouracil, litium, phenylbutazone,

    aminoglutethimide, expectorants yang mengandung yodium

    Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester derivative

    dan resorcinol berasal dari tambang batu dan batubara.

    Makanan, Sayur-Mayur jenis Brassica ( misalnya, kubis,

    lobak cina, brussels kecambah), padi-padian millet,

    singkong, dan goitrin dalam rumput liar.

    4. Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosynthetic hormon

    kelejar tiroid

    5. Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa

    kanak-kanak mengakibatkan nodul benigna dan maligna (Lee,

    2004)

    2. Struma Non Toxic Diffusa

    Etiologi : (Mulinda, 2005)

    1. Defisiensi Iodium

    2. Autoimmun thyroiditis: Hashimoto oatau postpartum thyroiditis

    3. Kelebihan iodium (efek Wolff-Chaikoff) atau ingesti lithium,

    dengan penurunan pelepasan hormon tiroid.

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    12/24

    4. Stimulasi reseptor TSH oleh TSH dari tumor hipofisis, resistensi

    hipofisis terhadap hormo tiroid, gonadotropin, dan/atau tiroid-

    stimulating immunoglobulin

    5. Inborn errors metabolisme yang menyebabkan kerusakan dalam

    biosynthesis hormon tiroid.

    6. Terpapar radiasi

    7. Penyakit deposisi

    8. Resistensi hormon tiroid

    9. Tiroiditis Subakut (de Quervain thyroiditis)

    10. Silent thyroiditis

    11. Agen-agen infeksi

    12. Suppuratif Akut : bacterial

    13. Kronik: mycobacteria, fungal, dan penyakit granulomatosa parasit

    14. Keganasan Tiroid

    3. Struma Toxic Nodosa

    Etiologi : (Davis, 2005)

    1. Defisiensi iodium yang mengakibatkan penurunan level T4

    2. Aktivasi reseptor TSH

    3. Mutasi somatik reseptor TSH dan Protein G

    4. Mediator-mediator pertumbuhan termasuk : Endothelin-1 (ET-1),

    insulin like growth factor-1, epidermal growth factor, dan

    fibroblast growth factor.

    4. Struma Toxic Diffusa

    Yang termasuk dalam struma toxic difusa adalah grave disease, yang

    merupakan penyakit autoimun yang masih belum diketahui penyebab

    pastinya (Adediji,2004).

    Patofisiologi :Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini

    menyebabkan perubahan dalam struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok.

    Rangsangan TSH reseptor tiroid oleh TSH, TSH-Resepor Antibodi atau

    TSH reseptor agonis, seperti chorionic gonadotropin, akan menyebabkan

    struma diffusa. Jika suatu kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    13/24

    maligna metastase ke kelenjar tiroid, akan menyebabkan struma nodusa

    (Mulinda, 2005). Defesiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan

    menyebabkan peningkatan produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan

    peningkatan jumlah dan hiperplasi sel kelenjar tyroid untuk menormalisir

    level hormon tiroid. Jika proses ini terus menerus, akan terbentuk struma.

    Penyebab defisiensi hormon tiroid termasuk inborn error sintesis hormon

    tiroid, defisiensi iodida dan goitrogen (Mulinda, 2005). Struma mungkin

    bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH. Yang termasuk

    stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH, kelenjar hipofise

    yang resisten terhadap hormon tiroid, adenoma di hipotalamus atau di

    kelenjar hipofise, dan tumor yang memproduksi human chorionic

    gonadotropin (Mulinda, 2005)

    DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN

    Diagnosis disebut lengkap apabila dibelakang struma dicantumkan

    keterangan lainnya, yaitu morfologi dan faal struma.

    Dikenal beberapa morfologi (konsistensi) berdasarkan gambaran makroskopis

    yang diketahui dengan pemeriksaan fisik:

    1. Bentuk kista : Struma kistik

    Mengenai 1 lobus

    Bulat, batas tegas, permukaan licin, sebesar kepalan

    Kadang Multilobaris

    Fluktuasi (+)

    2. Bentuk Noduler : Struma nodosa

    Batas Jelas

    Konsistensi kenyal sampai keras

    Bila keras curiga neoplasma, umumnya berupa adenocarcinoma

    tiroidea

    3. Bentuk diffusa : Struma diffusa

    batas tidak jelas

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    14/24

    Konsistensi biasanya kenyal, lebih kearah lembek

    4. Bentuk vaskuler : Struma vaskulosa Tampak pembuluh darah

    Berdenyut

    Auskultasi : Bruit pada neoplasma dan struma vaskulosa

    Kelejar getah bening : Para trakheal dan jugular vein

    Dari faalnya struma dibedakan menjadi :

    1. Eutiroid

    2. Hipotiroid

    3. Hipertiroid

    Berdasarkan istilah klinis dibedakan menjadi :

    1. Nontoksik : eutiroid/hipotiroid

    2. Toksik : Hipertiroid

    Pemeriksaan Fisik :

    Status Generalis :

    1. Tekanan darah meningkat

    2. Nadi meningkat

    3. Mata :

    Exopthalmus

    Stelwag Sign : Jarang berkedip

    Von Graefe Sign : Palpebra superior tidak mengikut bulbus okuli saat

    melihat ke bawah

    Morbus Sign : Sukar konvergensi

    Joffroy Sign : Tidak dapat mengerutkan dahi

    Ressenbach Sign : Temor palpebra jika mata tertutup

    4. Hipertroni simpatis : Kulit basah dan dingin, tremor halus

    5. Jantung : Takikardi

    Status Lokalis :

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    15/24

    1. Inspeksi

    Benjolan Warna

    Permukaan

    Bergerak waktu menelan

    2. Palpasi

    Permukaan, suhu

    Batas : Atas : Kartilago tiroid

    Bawah : incisura jugularis

    Medial : garis tengah leher

    Lateral : M. Sternokleidomastoideus

    B. STRUMA NODOSA NON TOKSIK

    Definisi

    Struma nodosa non toksik merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang

    teraba sebagai suatu nodul,tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme.

    Faktor risiko

    Faktor lingkungan, genetik, konstitusi, dan lain lain berperan

    dalam patogenesis struma nontoksik. Lingkungan: defisiensi yodium yang

    tersebar di seluruh dunia, tanaman goitrogenik yang dikonsumsi oleh penduduk

    dengan defisiensi yodium. Genetik : Lokasi gen pada kromosom 14 dan

    kromosom X terkait dengan kejadian struma, walaupun diperkirakan gen pada

    lokasi tersebut tidak berperan utama dalam patogenesis struma.

    Konstitusi : Gender juga

    berperan penting dalam terjadinya stuma non toksik, dimana kejadian 5-10x lebih

    sering pada wanita. Berbagai kelainan enzimatik tiroid dapat menyebabkan

    timbulnya struma non toksik. Lain :

    Merokok yang mengandung tiosianat yang menghambat ambilan dan organifikasi

    yaodium oleh kelenjar tiroid, obat obatan yang mengandung goitrogen.

    Berdasarkanjumlah nodul ,dibagi :

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    16/24

    Struma mononodosa non toksik

    Struma multinodosa nontoksik

    Berdasarkan kemampuan menangkap iodium radioaktif,nodul dibedakan

    menjadi :

    nodul dingin

    nodul hangat

    nodul panas

    Sedangkan berdasarkan konsistensinya,nodul dibedakan menjadi :

    nodul lunak

    nodul kistik

    nodul keras

    nodul sangat keras

    DIAGNOSIS

    Anamnesis :

    Sejak kapan benjolan timbul

    Rasa nyeri spontan atau tidak spontan ,berpindah atau tetap

    Cara membesarkanya : cepat atau lambat

    Pada awalnya berupa satu benjolan yang membesar menjadi beberapa

    benjolan atau hanya pembesaran leher saja

    Riwayat keluarga

    Riwayat penyinaran daerah pada waktu kecil/muda

    Perubahan suara

    Gangguan menelan,sesak nafas

    Penurunan berat badan

    Pemeriksaan fisik

    Umum

    Local

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    17/24

    o Nodul tunggal atau majemuk,atau difus

    o Nyeri tekan

    o Konsistensi

    o Permukaan

    o Perlekatan pada jaringan sekitarnya

    o Pendesakan atau pendorongan trakea

    o Pembesaran kelenjar getah bening regional

    BMR

    Basal Metabolic Rate ( BMR ) adalah kebutuhan kalori minimum yang

    dibutuhkan

    seseorang hanya untuk sekedar mempertahankan hidup , dengan asumsi bahwa

    orang

    tersebut dalam keadaan istirahat total , tidak melakukan aktivitas sedikitpun,dalam

    keadaan tenang tidak dalam gangguan emosional atau psikologis.

    Faktor faktor yang mempengaruhi tingkat metabolisme basal seseorang :

    a.Genetik , sebagian orang dilahirkan dengan tingkat metabolisme basal

    (BMR) tinggi , dan sebagian lagi BMR lebih rendah.

    b.Gender , laki laki cenderung memiliki massa otot lebih besar daripada

    perempuan , sehingga BMR laki laki lebih besar daripada perempuan.

    c.Usia , BMR cenderung berkurang seiring dengan bertambahnya usia. BMR

    seseorang dapat turun sekitar 2% per dekade.

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    18/24

    d.Berat tubuh , semakin berat massa tubuh seseorang , BMRnya akan lebih

    tinggi.

    e.Body surface area atau Luas permukaan tubuh , ini berkaitan dengan

    tinggi dan berat seseorang. Sehingga orang yang lebih tinggi dan besar

    cenderung memiliki BMR yang lebih tinggi.

    f.Pola makan , dalam keadaan lapar BMR seseorang bisa turun hingga 30%

    g.Suhu tubuh , setiap kenaikan suhu tubuh 0.5 C , BMR bisa meningkat

    hingga 7%

    h.Suhu Lingkungan , Ini berkaitan dengan upaya penstabilan suhu tubuh.

    Semakin rendah suhu lingkungan, BMR akan cenderung lebih tinggi.

    i.Hormon , Hormon tiroksin sebagai regulator BMR , yang mengatur

    kecepatan metabolisme tubuh. Semakin banyak homon tiroksin yang

    disekresikan,maka akan semakin tinggi BMRnya.

    Menghitung BMR

    Dalam penghitungan BMR The Harris-Benedict Formula yang menggunakan usia

    , tinggi , dan berat badan dalam penghitungan BMR. Rumus yang digunakan

    adalah sebagai berikut:

    Pria: BMR = 66 + (13.7 X wt dalam kg) + (5 X ht dalam cm) - (6.8 X usia dalam

    tahun)

    Wanita: BMR= 655 + (9.6 X wt dalam kg) + (1.8X ht dalam cm) - (4.7 X usia

    dalam tahun)

    Contoh Penghitungan :

    Seorang wanita ,30 tahun,memiliki tinggi 167.6 cm dan berat 54.5 kg , maka :

    BMR = 655 + 523 + 302 - 141 = 1339 calories/day

    Index Wayne

    Gejala Subyektif Angka Gejala Obyektif Ada Tidak

    Dispnneu +1 Tiroid teraba +3 -3

    Palpitasi +2 Bruit di atas sistol +2 -2

    Capai/lelah +2 Eksoftalmus +2 -

    Senang panas -5 Lid Retraksi +2 -

    Senang dingin +5 Lid Lag +1 -

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    19/24

    Keringat berlebih +3 Hiperkenesis +4 -2

    Nervous +2 Tangan Panas +2 -2

    Tangan basah +1 NadiTangan panas -1 80 x/menit -

    Nafsu makan naik +3 81-90 x/menit -

    Nafsu makanturun -3 > 90 x/menit +3

    Berat badan naik -3 19 hipertiroid

    Berat badan turun +3

    Fibrilasi Atrium +4

    Jumlah

    Indeks diagnostik New Castle

    Eutiroid : -11 - +23

    Doubful : +24 - +39

    Toksik : +40 - +80

    Item Grade Score

    Hiperkinesis Ada

    Tidak

    4

    0

    Fine finger tremor AdaTidak

    70

    Pulse rate > 90/mnt

    80-90

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    20/24

    Penilaian risiko keganasan :

    Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengarahkan diagnostik penyakit tiroid

    jinak , tetapi tak sepenuhnya menyingkirkan kemungkinan kanker tiroid :

    Riwayat keluarga dengan struma nodosa atau difusi jinak

    Riwayat keluarga dengan tiroiditis hashimoto atau penyakit tiroid autoimun,

    Gejala hipo atau hipertiroidisme

    Nyeri berhubungan dengan nodul

    Nodul lunak, mudah degerakan

    Multinodul tanpa nodul yang dominant ,dan konsistensi sama.

    Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meningkatkan kecurigaan kearah

    keganasan tiroid:

    Umur < 20 tahun atau > 70 tahun

    Gender laki- laki

    Nodul disertai disfagi ,serak atau obstruksi jalan napas

    Pertumbuhan nodul cepat ( beberapa minggu bulan )

    Riwayat radiasi daerah leher waktu usia anak anak atau dewasa

    Riwayat keluarga kanker tiroid meduler

    Nodul yang tunggal ,berbatas tegas , keras, irregular dan sulit digerakan

    Paralysis pita suara

    Temuan limpadenofati servikal

    Metastasis jauh ( paru-paru ),DLL

    Langkah diagnosis I :TSHs FT4

    Hasil : non toksis langkah diagnostik :BAJAH nodul tiroid

    Hasil : A ganas

    B : curiga

    C : jinak

    D : tak cukup /sediaan tak representative

    DIAGNOSIS BANDING

    Struma nodosa yang terjadi pada peningkatan kebutuhan terhadap tiroksin saat

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    21/24

    masa pertumbuhan ,pubertas laktasi,menstruasi,kehamilan

    menopause,infeksi,stres lain .

    Tiroiditis akut

    Tiroiditis subakut

    Tiroiditis kronis

    Struma endemic/simple goiter

    Kista tiroid,kista degenerasi

    Softissue tumor

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Laboratorium : T4 atau T3, dan TSHs

    Biosi aspirasi jarum halus ( BAJAH ) nodul tiroid

    o Bila hasil laboratorium; non toksik

    o Bila hasil lab,(awal) toksik,tetapi hasil scan : cold nodule syarat sudah

    menjadi eutiroid

    o Bila klinis ganas,tetapi hasil sitologi dengan BAJAH ( 2

    X ) jinak

    o Hasil sitologi dengan BAJAH : curiga ganas

    Petanda keganasan tiroid ( bila ada riwayat keluarga dengan karsinoma tiroid

    medular,diperiksakan kalsitonik)

    Pemeriksaaan antitiroglobulin bila TSHs meningkat,curiga penyakit hashimoto

    USG tiroid

    o Pemantau kasus nodul yang tidak dioperasi

    Sidik tiroid

    TERAPI

    Sesuai hasil BAJAH ,maka terapi :

    *A: Ganas operasi tirodektomi near total ;

    *B: curiga operasi dengan lebih dulu melakukan potong beku (VC)

    Bila hasil ganas operasi tiroidektomi near total

    Bila hasil jinak operasi lobektomi, atau tiroidektomi near total.

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    22/24

    alternatif : sidik tiroid,bila hasil cold nodule operasi

    *C : tak cukup / sediaan tak representatifJika nodul solid ( saat BAJAH ) : ulang BAJAH.

    Bila klinis curiga ganas tinggi operasi lobektomi

    Bila klinis curiga ganas rendah observasi

    Jika nodul kistik (saat BAJAH ) : aspirasi

    Bila kista regresi observasi

    Bila kista rekurens,klinis curiga ganas rendah observasi

    Bila kista rekurens,klinis curiga ganas tinggi operasi lobektomi

    *D : jinak terapi dengan levo-tiroksin ( LT 4) dosis subtoksis .

    Dosis dititrasi mulai 2 x 25 ug ( 3 hari )

    Dilanjutkan 3 x 25 ug ( 3 4 hari )

    Bila tidak ada efek samping atau tanda toksis:dosis - menjadi 2 x 100 ug

    sampai 4-6 minggu , kemudian evaluasi TSH ( target 0,1 - 0,3 ulU /L)

    Supresi TSH dipertahankan selama 6 bulan

    Evaluasi dengan USG : apakah nodul berhasil mengecil atau tidak ( berhasilbila mengecil > 50 % dari volume awal )

    Bila nodul mengecil atau tetap L tiroksin dihentikan dan diobservasi

    Bila setelah itu struma membesar lagi L-tiroksin dimulsi lagi(target TSH 0,1-

    0,3 ul U/L)

    Bila setelah 1- tiroksin dihentikan ,struma tidak berubah diobservasi.

    Bila nodul membesar dalam 6 bulan atau saat terapi supresi obat dihentikan

    dan operasi tiroidektomi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi

    Hasil PA :

    Jinak : terapi dengan L_tiroksin ; target TSH 0,5 3,0 uI U/L

    Ganas : terapi L-tiroksin

    Individu dengan risiko ganas tinggi :target TSH < 0,01 0,05 uI U/L

    Individu dengan risiko ganas rendah : target TSH 0,05 0,1 uI U / L

    KOMPLIKASI

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    23/24

    Umumnya tidak ada ,kecuali ada infeksi seperti pada tiroiditis akut /subakut. Pada

    tiroidektomi dapat terjadi tracheomalaise.

    PROGNOSIS

    Tergantung jenis nodul ,tipe histologis.

    C. Kesimpulan

    Struma nodosa non toksik merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang

    teraba sebagai suatu nodul,tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme

    Faktor lingkungan, genetik, konstitusi, dan lain lain berperan dalam patogenesis

    struma nontoksik.

    Struma nodosa non toksik di klasifikasikan berdasarkan jumlah

    nodul ,berdasarkan kemampuan menangkap iodium radioaktif,berdasarkan

    konsistensi.

    Diagnosis berdasar anamnesis (Sejak kapan benjolan timbul, Rasa nyeri

    spontan atau tidak spontan ,berpindah atau tetap ,Cara membesarnya,Pada

    awalnya berupa satu benjolan yang membesar menjadi beberapa benjolan atau

    hanya pembesaran leher saja, Riwayat keluarga, Riwayat penyinaran daerah pada

    waktu kecil/muda, Perubahan suara,Gangguan menelan, sesak nafas, Penurunan

    berat badan), Pemeriksaan fisik (Umum, Lokal : Nodul tunggal atau majemuk,

    atau difus, Nyeri tekan, Konsistensi, Permukaan, Perlekatan pada jaringan

    sekitarnya, Pendesakan atau pendorongan trakea, Pembesaran kelenjar getah

    bening regional), BMR, Index Wayne,Indeks diagnostik New Castle).

    Penilaian risiko keganasan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

    mengarahkan diagnostik penyakit tiroid jinak, tetapi tak sepenuhnya

    menyingkirkan kemungkinan kanker tiroid dengan TSHs FT4.

    Diagnosis banding : Struma nodosa yang terjadi pada peningkatan

    kebutuhan terhadap tiroksin saat masa pertumbuhan , pubertas laktasi, menstruasi,

    kehamilan menopause, infeksi, stres lain, Tiroiditis akut, Tiroiditis subakut,

    Tiroiditis kronis, Struma endemic/ simple goiter, Kista tiroid, kista degenerasi,

    Softissue tumor

  • 8/22/2019 Refrat Struma Dr.har

    24/24

    Pemeriksaan penunjang (Laboratorium: T4 atau T3, dan TSHs, Biosi aspirasi

    jarum halus (BAJAH ) nodul tiroid,USG tiroid,Sidik tiroid,Petanda keganasan

    tiroid : Pemeriksaaan antitiroglobulin)

    Terapi : operasi tirodektomi near total, operasi,potong beku (VC), operasi

    lobektomi, terapi dengan levo-tiroksin ( LT 4) dosis subtoksis, Supresi TSH

    dipertahankan selama 6 bulan, Evaluasi dengan USG.

    Daftar Pustaka

    Adediji., Oluyinka S.,2004., Goiter, Diffuse Toxic., eMedicine.,

    http://www.emedicine.com/med/topic917.htm

    Bhalla., 2005, Goiter, Toxic Nodular., eMedicine.,

    http://www.emedicine.com/med/topic920.htm

    Davis, Anu

    De Jong. W, Sjamsuhidajat. R., 1998., Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi.,

    EGC., Jakarta

    Djokomoeljanto, 2001., Kelenjar Tiroid Embriologi, Anatomi dan Faalnya.,

    Dalam : Suyono, Slamet (Editor)., 2001.,Buku Ajar Ilmu Penyakit

    Dalam.,FKUI., Jakarta

    Lee, Stephanie L., 2004., Goiter, Non Toxic., eMedicine.,

    http://www.emedicine.com/med/topic919.htm

    Mansjoer A et al (editor) 2001., Struma Nodusa Non Toksik., Kapita Selekta

    Kedokteran., Jilid 1, Edisi III., Media Esculapius., FKUI., Jakarta

    Mulinda, James R., 2005., Goiter., eMedicine.,

    http://www.emedicine.com/MED/topic916.htm

    http://www.emedicine.com/med/topic917.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic920.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic919.htmhttp://www.emedicine.com/MED/topic916.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic917.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic920.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic919.htmhttp://www.emedicine.com/MED/topic916.htm