reformulasi konsep pendidikan anak berbasis prophetic parenting
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING
1/10
SEMINAR PROCEEDINGS 1st Annual International Seminar on Education 2015
Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh |125
Copyright © 2015 FTK Ar-Raniry PressAll rights reserved
Printed in the Indonesia
REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING
Chairan M. Nur1
1Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Abstract
Pendidikan anak berbasis prophetic parenting adalah proses pendidikan anak ala nabi. Dimana semua metode-metode yang diajarkan oleh nabi kembali diterapkan oleh pendidik, gunanya untuk membentuk manusiaberakhlak mulia dan menjadi manusia sempurna (insan kamil) yang menjadi panutan dan dapat dibanggakanuntuk agama dan bangsanya. Untuk mendukung konsep ini, tentunya dukungan orang tua dan guru
disekolah sangatlah penting. Pendidikan anak dimulai dari orang tua dan kemudian dilanjutkan disekolah.Disinilah karakteristik pendidik sangat menentukan keberhasilan dalam upaya mendidik anak, karena pendidikan rohani (keagamaan) harus dimulai sejak usia dini. Jadi, tujuan besar dalam pendidikan anak adalah pendidikan moral. Dimana pendidikan moral (akhlak) itu merupakan sebuah komitmen seorang pendidik untukmembentuk anak didiknya menjadi manusia yang bernilai. Maka dari itu, mari kita sebagai pendidik sama-sama mendidik anak dengan konsep prophetic parenting, supaya anak-anak tidak menjadi penyebab kegelisahanbagi orang tuanya, tetapi menjadi kebanggaan dan menjadi jembatan bagi orang tuanya menuju surgaNya.
Keywords: Reformulasi, Anak, Prophetic Parenting
1.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan masalah yang
dinamik, merupakan isu yang selalu muncul
(recurrent issues). Di negara-negara maju maupun
yang sedang berkembang, pendidikan
diselenggarakan untuk menyiapkan sumber daya
manusia yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan
pembangunan dan pasaran kerja. Disamping itu
lebih ideal lagi untuk mencerdaskan bangsa dalam
rangka mengangkat derajat dan martabat merekasebagai manusia. Dalam bahasa Qurani disebut
sebagai Khaira Ummat (Manusia utama), (Moh.
Tolchah Hasan, 2000, Diskursus Islam dan Pendidikan
(Sebuah Wacana Kritis), hlm. 89). Dengan demikian
berarti pendidikan merupakan aset besar dalam
pembangunan umat, ikut menentukan kualitas
“kepribadian muslim peradaban” manusia,
termasuk “hitam putihnya” dinamika ekonomi,
politik, ekologi, sosial budaya, dan masalah-
masalah hidup dan kehidupan manusia.
Pendidikan adalah aktivitas yang terjadisepanjang hidup manusia, kapanpun dan di
-
8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING
2/10
1st Annual International Seminar on Education 2015 SEMINAR PROCEEDINGS
Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh 126|
manapun manusia itu berada. Tujuan pendidikan
khususnya dalam Islam ialah terwujudnya manusia
sebagai hamba Allah. Pendidikan haruslah
menjadikan seluruh manusia yang menghambakankepada Allah, yaitu beribadah kepada Allah.
Pentingnya pendidikan agama dan mendidik
dalam asuhan nilai-nilai Islam menjadi syarat
mutlak bagi munculnya generasi tangguh dengan
akhlak mulia. Tanpa akhlak mulia sebesar apapun
pendidikan yang diberikan tidak akan merubah
karakter seseorang menjadi baik.
Berdasarkan observasi bahwa kualitas
pendidikan di Aceh saat ini sangat
memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain
dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat
Indeks Pengembangan Manusia (Human
Development Index), yaitu komposisi dari
peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan,
dan penghasilan per kepala yang menunjukkan,
indeks pengembangan manusia di Aceh makin
menurun.
Di antara 174 negara di dunia, Aceh
menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997),
ke-105 (1998), dan ke-109 (1999), sebagaimana
memasuki tahun 2015 ini dunia pendidikan di
Aceh menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan
disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan
nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena
kesadaran akan bahaya keterbelakanganpendidikan di Aceh. Perasan ini disebabkan
karena beberapa hal yang mendasar. Salah
satunya adalah memasuki gelombang globalisasi
dirasakan kuat dan terbuka.
Kemajaun teknologi dan perubahan yang
terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Aceh
tidak lagi berdiri sendiri. Aceh berada di tengah-
tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga
orang bebas mengakses informasi maupun
membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, era
globalisasi saat ini merupakan tantangan besar
bagi orang tua dalam upaya mendidik anak.Teknologi yang semakin canggih dan akses
informasi yang semakin mudah sedikit banyak
mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
Akibatnya, fenomena di masyarakat kita saat ini
terhiasi dengan kian maraknya tawuran antar
pelajar, perilaku remaja yang menyimpang, seks
bebas dan masih banyak lagi kejadian yang jauh
dari nilai-nilai karakter Islami. Orang tua pun
banyak mengeluh atas kenakalan anak-anak
mereka yang sukar dikendalikan, keras kepala,
tidak mau menurut perintah orang tua, sering
berkelahi, tidak mau belajar, merusak milik
orang lain, merampok, menipu dan suka
berbohong serta kerendahan moral lainnya,
(Sofyan Sori, 2006, Kesalehan Anak Terdidik, hlm.
34). Jika kondisi ini dibiarkan, kasus-kasus
seperti ini nampaknya akan terus meluas seiring
perkembangan kemajuan zaman. Dan jika hal ini
terus berlanjut maka anak sebagai generasi Islam
tidak mempunyai dasar karakter yang kuat
dalam menghadapi tantangan zaman. Dalam
kondisi ini banyak orang tua yang kurang
menyadari apa penyebab dari tingkah laku anak
mereka. Orang tua lebih melempar
tanggungjawab pembinaan anak sepenuhnyakepada pihak sekolah. Padahal penanaman
karakter pada diri anak bukan hanya tanggung
jawab guru di sekolah, artinya tidak harus
melalui jalur pendidikan formal. Namun orang
tua sebagai pemilik anak yang sesungguhnya
memiliki tanggung jawab yang sangat besar dan
utama dalam hal ini. Maka hal yang perlu
ditinjau ulang terlebih dulu adalah bagaimana
pendidikan yang telah dilakukan oleh orang tua.
-
8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING
3/10
SEMINAR PROCEEDINGS 1st Annual International Seminar on Education 2015
Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh |127
Banyak kasus kenakalan yang dilakukan oleh
anak lebih banyak disebabkan karena kondisi
orang tua sendiri, seperti kurangnya kasih
sayang dan perhatian orang tua, kurangnyapendidikan yang diberikan kepada anak di
rumah, kondisi keluarga yang tidak harmonis
dan lain sebagainya. Dalam keluarga tidak
berlangsung proses penanaman karakter pada
diri anak.
Proses pendidikan kepada anak tidak
hanya menjadi tugas guru di sekolah saja,
karena pendidikan pertama anak adalah orang
tuanya dan keluarga sekelilingnya. Ibu adalah
guru terbaik dari siapapun, ibu mampu
mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baiknya
dalam lingkungan yang sehat. Ia mampu
menjauhkan hal-hal yang buruk dan rendah dari
lingkungan kehidupan anak-anak. (Rod Lahij
dan Syihabuddin, 2012, Dalam Buaian Nabi, hlm.
260). Anak akan menirukan apa saja yang dilihat
dari orang tuanya, apapun yang dilakukan
orang tuanya dianggap benar oleh anak. Karena
dia belum bisa membedakan mana yang baik
untuk dirinya dan mana yang tidak baik. Di sini,
peran orang tua dalam mendidik anak sangat
diperlukan. Sebagaimana yang Rasulullah
ajarkan kepada semua umatnya bahwa tugas
mendidik anak itu adalah tugas orang tua
kandungnya sendiri. Namun yang terjadisekarang ini adalah orang tua sudah terlalu
hedonis, orang tua terlalu mementingkan
kepentingannya sendiri dari pada anak-anaknya,
sekarang orang tua lebih memilih menitipkan
anaknya pada tempat penitipan anak usia dini
atau lebih mempercayakan anaknya dididik
oleh orang lain selain keluarga inti, sedangkan
mereka menggunakan waktu luang mereka
untuk mempercantik diri disalon, atau lebih
memilih hangout ke mall bersama teman-teman
sejawat masing-masing. Banyak orang tua
kuwatir dengan perkembangan anaknya,
padahal jika mau ditelisik lebih jauh lagi, tidaksepenuhnya itu kesalahan anaknya, tapi
sedikitnya waktu orang tua dalam mendidik
anak. Itu yang sebenarnya menjadi problem
utama yang sangat urgen untuk dipahami.
Kenyataan yang seperti inilah penyebab
terjadinya kekosongan dan kelangkaan keteladanan
rabbani yang benar dalam kehidupan keluarga
sehari-hari. Keteladanan dalam hal ini hanya
terdapat dalam kepribadian Muhammad sebagai
sosok yang menjadi suri tauladan semuanya. Untuk
itu, agar manusia kembali pada kesadarannya dan
terbebas dari kesesatannya, maka sudah menjadi
kewajiban bagi para pendidik mendidik anak-anak
didiknya yang kelak akan menjadi generasi penerus
untuk mencintai Rasulullah dan mengenalkan
mereka kepada puncak keteladanannya serta
menanamkan ke dalam kalbu mereka kecintaan
kepada kepribadiannya yang mulia. Seperti inilah
yang telah dilakukan oleh para sahabat Rasulullah
terhadap anak-anak mereka, sehingga mereka
tumbuh dalam keadaan mencintai Rasulullah
sehingga mereka berlomba untuk melayaninya
seperti yang pernah dilakukan oleh Anas, Ibnu
„Abbas, dan lain-lainnya (Bahrum Abubakar & Ihsan
Zubaidi, 2005, Tahapan Mendidik Anak, hlm. 252).Semua orang menginginkan anaknya sukses
dan bahagia baik di dunia maupun diakhirat, tetapi
keinginan ini tidak mudah untuk dicapai seperti
membalikkan telapan tangan. Harus ada usaha
keras dari orang tua untuk mendidik anaknya agar
sukses baik dari aspek dunia dan akhiratnya.
Rasulullan Saw. mengajarkan cara mendidik dan
mengasuh anak sejak dari kehamilan, masa kecil
sampai dewasa dengan pengembangan potensi dan
-
8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING
4/10
1st Annual International Seminar on Education 2015 SEMINAR PROCEEDINGS
Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh 128|
pola pendidikan sesuai ajaran Islam. Penelitian ini
akan mengungkapkan secara detil tentang pola
asuh anak yang merujuk pada metode pendidikan
alan Rasulullah saw.
2. Pendidikan Prophetic Parenting
Kata pendidikan dalam bahasa Arab yaitu
“ta’dib” “ta’lim” dan “tarbiyah”, bermakna
menumbuhkan atau mengembangkan. Menurut
M. Arifin, pendidikan yaitu sebagai sistem yang
dapat memberikan kemampuan seseorang
untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan
cita-citanya (Usman Husen, 2008 Sejarah
Pendidikan Islam, hlm. 3)
Pendidikan dalam pengertian umum adalah
usaha sadar untuk mengembangkan kemampuan
dan kepribadian. Pendidikan dilihat sebagai suatu
sistem adalah merupakan tempat berbagai masukan
atau input ditransformasikan menjadi output. Dari
pengertian singkat tersebut, berbagai teori pendidikan
dikembangkan Brubacher, dalam bukunya ModernPhilosophies of Education, mengatakan: “Education is the
organized development and equipment of all the powers of
human being, moral, intelectual and physical, by and for
their individual and social uses, directed toward the union of
these activities with their creator as their final end”.
(Pendidikan merupakan perkembangan yang
terorganisir dan kelengkapan dari semua potensi
manusia, moral, intelektual maupun jasmani, oleh
dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan
masyarakatnya, yang diarahkan untuk menghimpun
semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya yang
akhir) (Muhammad Thalhah Hasan, 2005, Islam dalam
Perspektif Sosio Kultural, hlm. 94-97).
Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan
adalah memanusiakan manusia muda. Pengangkatan
manusia muda ketaraf, insane itulah yang menjelma
dalam semua aktivitas mendidik.Apabila
dihubungkan dengan keberadaan da hakekat
kehidupan manusia, kegiatan pendidikan diarahkan
pada empat segi (aspek) pembentukan kepribadian
manusia, yaitu pengembangan manusia sebagai
makhluk individu, makhluk social, makhluk susila,dan makhluk beragama (religius) (M. Nasir Budiman,
1999, ilmu pendidikan-1). Tujuan pendidikan adalah
membawa anak kearah kedewasaan, yaitu agar anak
dapat berdiri (mandiri) di dalam hidupnya ditengah-
tengah masyarakat.
Dalam proses pendidikan ada dua unsur
utama yang harus dipenuhi, yaitu: mengajar dan
diajar. Bagi yang mengajar (guru) bertugas
memberikan ilmu dan memastikan ilmu yang
diberikan dapat bermanfaat serta diterima oleh yang
diajarkan (murid). Posisi murid adalah mematuhi
dan menjalankan apa yang diperintahkan oleh guru,
murid tidak boleh melawan atau tidak mematuhi
perintah guru, jika tidak transfer ilmu sulit
dilakukan. Apalagi kalau guru dianggap sama
dengan murid, jelas ilmu yang diberikan tidak akan
memberikan manfaat apapun.
Prophetic parenting itu sendiri merupakan
metode pendidikan yang dijalankan oleh Nabi
Muhammad SAW yang mengedepankan
penanaman tauhid memiliki daya efektifitas
yang luar biasa dalam membangun karakter
para Sahabat Nabi, sehingga bisa menciptakan
dasar yang kokoh bagi dakwah Islam di era
Nabi. Karena efektifitas yang sangat tinggi
dalam kesuksesan membangun karakter inilah,
metode ala Nabi ini mengandung banyak
pelajaran yang bisa dipetik dan diterapkan di
segala zaman, bahkan hingga kini.
Pendidikan Islam sebagai agen pencerahan
dan penyelamatan hidup manusia sangat
membutuhkan pondasi yang kuat, arah yang
jelas dan tujuan yang utuh. Melalui pondasi,
arah dan tujuan tersebut diharapkan idealitaspendidikan Islam seperti yang tersirat dalam
-
8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING
5/10
SEMINAR PROCEEDINGS 1st Annual International Seminar on Education 2015
Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh |129
sumber ajaran Islam (al-qur‟an dan hadits)
senantiasa mendorong umatnya menjadi orang
atau kelompok yang berkualitas (berilmu),
beriman, dan punya kesalehan yang tinggi.Meskipun secara konseptual pendidikan Islam
masih mengalami perbedaan pandangan, akan
tetapi dalam implementasi dan tujuan yang
dicita-citakannya sama.
Pendidikan Islam itu harus mampu
membawa cita-cita mulia yaitu menjadi rahmat
bagi semesta alam, menghargai ilmu dan orang
yang berilmu, membangun peradaban di era
informasi dan penyelamat peradaban umat
manusia. Manusia sebagai makhluk yang
dinamis yang dibekali dengan petunjuk wahyu
yang jelas diharapkan tercipta kedamaian,
kerahmatan dan kemakmuran baik secara
lahiriyah maupun batiniyah. Pendidikan Islam
sebagai poros utama untuk mendorong
perubahan prilaku dan watak manusia agar
menjadi khaira ummah (kaum yang berkualitas).Melalui pendidikan Islamlah sosok generasi
akan terwujud kesadaran sebagai abdullah dan
sekaligus khalifatullah secara utuh. Suatu
generasi yang berilmu pengetahuan, berakhlak
mulia, terampil dan istiqamah kepada nilai-nilai
kebenaran, keadilan, kasih sayang, dan selalu
berkarya kebajikan untuk sesama (Dalam artikel
yang berjudul; Upaya Reformulasi Pendidikan
Islam, yang dipostkan oleh Mujtahid, Dosen
Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang Kamis, 06
Mei 2010, diakses tanggal 04 Maret 2015).
Masa depan dunia Islam tergantung kepada
cara dunia Islam menjawab dan memecahkan
tantangan ini. Mengingat pendidikan merupakan
kebutuhan penting bagi setiap manusia, masyarakat,
maupun bangsa, maka pendidikan harus selalu di
nomor satukan (di utamakan) serta ditumbuh
kembangkan secara sistematis dan visioner.
Berangkat dari kerangka ini, maka upaya
pendidikan yang dilakukan suatu bangsa selalu
memiliki hubungan yang signifikan dengan
rekayasa bangsa tersebut di masa mendatang, sebabpendidikan selalu dihadapkan pada perubahan,
baik perubahan zaman maupun perubahan
masyarakat.
Realitas yang terlihat dalam model
pendidikan anak yang dikembangkan oleh
orang tua sekarang (yang menyebut dirinya
moderen) ternyata jauh dari nilai-nilai Islam.
Bagaimana tidak para orang tua lebih tertarik
mendidik anak dengan pola kebebasan dan
memberi ruang cukup besar untuk anak
melakukan hal yang disenanginya. Ruang
demokrasi kebablasan dibangun atas nama
pendidikan ala moderen. Banyak leonggaran
diberikan pada anak asalkan anak merasa
senang, bahkan tidak jarang orang tua
memberikan fasilitas game online pada anak
dengan alasan agar anak tidak menangis, rewel,
dan mengganggu orang tuanya.
Orang tua juga berpikir bahwa hal
terpenting bagi seorang anak adalah
memberikan fasilitas material agar anak menjadi
bahagia. Untuk mewujudkan impian anak,
orang tua tidak segan melakukan korupsi agar
memperoleh uang yang banyak. Padahal
makanan yang haram tidak akan menjamin anak
menjadi baik dan penurut pada orang tuanya.
Sebaliknya harta haram tersebut akan berbalik
arah membentuk sifat buruk anak, yang pada
akhirnya akan membuat orang tua menjadi malu,
tersiksa dan kecewa dengan sikap anaknya.
Rasulullah saw. yang mulai telah memberikan
sabda pada umat Islam agar tidak memakan
harta haram dan memberikan pada anak-anak
sejak dalam kandungan. Sebab makanan dariyang haram itu akan membentuk darah, daging
-
8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING
6/10
1st Annual International Seminar on Education 2015 SEMINAR PROCEEDINGS
Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh 130|
seorang anak. Jika seluruh bangunan fisik
terbentuk dari yang haram maka jiwa yang akan
mengarahkan fisik anak akan cendrung pada
kejahatan.
3. Model Pendidikan Nabi
Dalam Islam tidak ada warisan yang lebih
berharga dari adab dan pendidikan yang benar.
Kecenderungan nafsu amarah manusia
mengarah pada keburukan dan kenistaan, serta
senantiasa mengajaknya pada kerusakan dan
kehancuran. Karena itu, taklif atau kewajiban
manusia dan keagamaannya menuntutnya agar
mendidik dirinya dengan perbuatan baik dan
prilaku yang patut. Para nabi mewasiatkan agar
pendidikan rohani, keagamaan, dan ibadah
dimulai sejak usia 5 sampai 6 tahun.
Dasar pendidikan yang Islami adalah
dalam struktur ajaran Islam, tauhid merupakan
hal yang amat fundamental dan mendasari
segala aspek kehidupan para penganutnya, takterkecualinya aspek pendidikan. Dalam kaitan
ini seluruh pakar sependapat bahwa dasar
pendidikan Islam adalah tauhid. Melalui dasar
ini dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, kesatuan kehidupan. Bagi manusia ini
berarti bahwa kehidupan duniawi menyatu
Dengan kehidupan ukhrawinya. Sukses atau
kegagalan ukhrawi ditentukan oleh amal
duniawinya. Kedua, kesatuan ilmu. Tidak ada
pemisahan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-
ilmu umum, karena semuanya bersumber dari
satu sumber, yaitu Allah Swt. Ketiga, kesatuan
iman dan rasio. Karena masing-masing
dibutuhkan dan masing-masing mempunyai
wilayahnya sehingga harus melengkapi.
Keempat, kesatuan agama. Agama yang dibawa
oleh para Nabi kesemuannya bersumber dari
Allah Swt, prinsip-prinsip pokoknya
menyangkut akidah, syari‟ah, dan akhlak tetap
sama dari zaman dahulu sampai sekarang.
Kelima, kesatuan Kepribadian manusia. Mereka
semua diciptakan dari tanah dan Ruh Ilahi.Keenam, kesatuan individu dan masyarakat.
Masing-masing harus saling menunjang (H.M.
Quraish Shihab, 1996, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir
Madlu’I atas berbagai Kehidupan Persoalan Umat,
cet. III, hlm. 382-383)
Dalam proses belajar-mengajar, ada
beberapa metode pembelajaran yang digunakan
oleh nabi, yaitu: 1) Metode ceramah (pidato), 2)
Cerita, 3) Perumpamaan, 4) Ibrah dan nasehat,
dan 5) Dialog. Inilah yang harus menjadi contoh
dan panutan bagi pendidik dan juga orang tua
dalam menggunakan metode pendidikan untuk
mendidik anak. Nabi juga menganjurkan bahwa
dalam pendidikan anak itu harus diajarkan pula
keteladanan bagi anak, konsekuen terhadap diri
sendiri dan mengutamakan orang lain, zuhud,
ramah, ceria, dan lembut dalam tutur kata (Rod
Lahij, Dalam Buaian Nabi, 2005, hlm 1).
Salah satu tuntunan Rasulullah SAW tentang
metode pendidikan pada anak, dengan langkah
mengajarkan ibadah solat kepada anak, sebagaimana
sabda beliau yang artinya, "Perintahkanlah anak-
anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh
tahun, pukullah mereka (jika tidak mengerjakannya) ketika
berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidut
mereka, ( Mufliha Muhammad bin Ismail Al Bukhari,
2008, Al Adab al Mufrad, Kumpulan hadits-hadits
Akhlak, hlm. 4). Berdasarkan hadist tersebut dapat
dipahami bahwa dalam hal ini Rasulullah SAW
mengajarkan pada kita tentang implikasi metode
yang sangat berperan penting dalam menanamkan
mendidik anak.
Berkaca dari hal tersebut, bagaimana metode
dalam menanamkan pendidikan sesungguhnyasudah di bawa oleh Rasulullah. Pendidikan
-
8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING
7/10
SEMINAR PROCEEDINGS 1st Annual International Seminar on Education 2015
Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh |131
merupakan misi utama para rasul diutus Allah di
muka bumi. Dan Islam hadir sebagai gerakan untuk
menyempurnakan akhlaknya. Islam menegaskan
bahwa pendidikan yang baik adalah hak anak atasorang tua dan pendidikan yang baik yang dimaksud
Islam adalah pendidikan yang sesuai dengan
tuntunan al-Quran dan tujuan-tujuannya dalam
membentuk kepribadian muslim yang berserah diri
secara total kepada Tuhannya dengan tuntunan
yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. Selama ini
kita lebih banyak mengadopsi ajaran-ajaran maupun
pemikiran barat untuk kita gunakan sebagai
pedoman hidup kita. Padahal kita mempunyai sosok
manusia yang diciptakan Allah SWT. Sebagai sosok
teladan yang wajib kita ikuti. Rasulullah saw sebagai
utusan Allah mempunyai tugas untuk
menyempurnakan akhlak (karakter) manusia.
Pendidikan anak harus dimulai dari sejak
usia dini. Dari usia 1-7 tahun. Pada masa ini,
Rasulullah SAW menyuruh kita untuk
memanjakan, mengasihi dan menyayangi anak
dengan kasih sayang yang tidak berbatas.
Biarkan anak-anak bermandikan kasih sayang
pada tahap ini. Pada usia 7-14 tahun kita
disuruh untuk mula menanamkan disiplin
kepada anak-anak dengan mengajar dan
menyuruh mereka untuk mengerjakan solat.
Bahkan apabila umurnya sudah sepuluh tahun,
seorang ayah boleh memukul anaknya jikaenggan mengerjakan solat.
Kemudian pada usia 14-21 tahun. Orang tua
sudah menukar penanaman disiplin dengan cara
yang agak keras kepada yang rasional. Orang tua
sudah semestinya mendidik anak dengan cara
menjadikannya sahabat dalam berdiskusi,
mengajaknya ikut dalam membincangkan masalah
keluarga dan diberikan satu-satu tanggungjawab
dalam hal-hal tertentu di rumah. Hal ini penting agar
anak berasa dirinya punyai tanggungjawab
mengambil berat hal-hal dalam keluarga (Diambil
dalam artikel reformulasi pendidikan Islam yang
dipostkan oleh Nur Syam. Diakses hari selasatanggal 17 maret 2015).
Selanjutnya, pada usia lebih dari 21 tahun.
Orang tua sudah boleh melepaskan anaknya untuk
belajar menempuh hidup akan tetapi tetap melihat
perkembangannya dan memberikan nasihat serta
peringatan-peringatan apabila anak tersalah atau
terlupa. Ada orang tua yang terlalu memanjakan
anak sehingga umur 14 tahun dan baru mulai
mengajar dan menyuruhnya shalat pada usia
mereka 15 tahun sehingga mereka bukan saja
enggan melakukannya malah marah kepada ibu
bapaknya. Jika kewajipan yg tertinggi (yaitu solat)
yang telah diperintahkan Allah Yang Maha Agung
diabaikan apa lagi dengan perintah dan suruhan
orang lain termasuk ibu bapaknya (Diambil dalam
artikel reformulasi pendidikan Islam yang
dipostkan oleh Nur Syam. Diakses hari selasa
tanggal 17 maret 2015).
Kisah Lukman Hakim juga harusnya
menjadi panutan buat para orang tua dan
pendidik sebagai referensi dan panutan dalam
mendidik anak. Sebagaimana dikisahkan bahwa
Lukman berkata kepada anaknya; “wahai
anakku, dirikanlah shalat dan laksanakanlah
amar makruf nahi munkar, diatas jalan ini,bersabarlah menghadapi setiap gangguan dari
orang bodoh. Karena kesabaran dan keteguhan
ini di jalan mendidik dan memberi petunjuk
kepada makhluk adalah bukti niat yang kokoh
dalam urusan-urusan yang lazim bagi seorang
yang berilmu (Rod Lahij, Dalam Buaian Nabi,
2005, hlm 137).
Dengan dasar tauhid ini, maka pendidikan
yang dikembangkan oleh Islam tidak akan
-
8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING
8/10
1st Annual International Seminar on Education 2015 SEMINAR PROCEEDINGS
Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh 132|
mengarah kepada kesatuan Dengan Tuhan, manusia
(masyarakat) dan alam semesta. Wawasan tentang
ketuhanan akan menumbuhkan ideologi, idealisme,
cita-cita dan perjuangan. Wawasan tentang manusiaakan menumbuhkan kearifan, kebijaksanaan,
kebersamaan, demokrasi, egalitarian, menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan, dan sebaliknya menentang
anarkisme dan kesewenang-wenangan.
Sementara itu wawasan tentang alam akan
melahirkan semangat dan sikap ilmiah, sehingga
melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta kesadaran yang mendalam untuk
melestarikannya, karena alam bukan semata-
mata sebagai obyek yang harus dieksploitasi
seenaknya, melainkan sebagai mitra dan sahabat
yang ikut menetnukan corak kehidupan. Ketiga
wawasan yang dibangun dari dasar tauhid
tersebut diharapkan dapat melahirkan
kebudayaan yang berkualitas (amal shalih),
sebagaimana yang dikehendaki oleh nurani
manusia. Bukan kebudayaan yang justru
menumbuhkan ketakutan, kekejaman dan
menurunkan derajat kemanusiaan. Dengan
demikian, pendidikan yang Islami mengemban
misi melahirkan manusia yang tidak hanya
memanfaatkan persediaan alam, tetapi juga
manusia yang mau bersyukur kepada yang
membuat manusia dan alam, memperlakukan
manusia sebagai khalifah dan memperlakukanalam tidak hanya sebagai obyek penderita
semata, tetapi juga sebagai komponen integral
dari sistem kehidupan (Lihat A. Malik Fadjar,
op.cit. h. 37).
4. Penutup
Pendidikan anak berbasis prophetic
parenting adalah proses pendidikan anak ala
nabi. Dimana semua metode-metode yang
diajarkan oleh nabi kembali diterapkan oleh
pendidik, gunanya untuk membentuk manusia
berakhlak mulia dan menjadi manusia sempurna
(insan kamil) yang menjadi panutan dan dapat
dibanggakan untuk agama dan bangsanya.Untuk mendukung konsep ini, tentunya
dukungan orang tua dan guru disekolah sangatlah
penting. Pendidikan anak dimulai dari orang tua dan
kemudian dilanjutkan disekolah. Disinilah karakteristik
pendidik sangat menentukan keberhasilan dalam
upaya mendidik anak, karena pendidikan rohani
(keagamaan) harus dimulai sejak usia dini.
Jadi, tujuan besar dalam pendidikan anak
adalah pendidikan moral. Dimana pendidikan
moral (akhlak) itu merupakan sebuah komitmen
seorang pendidik untuk membentuk anak
didiknya menjadi manusia yang bernilai. Maka
dari itu, mari kita sebagai pendidik sama-sama
mendidik anak dengan konsep prophetic
parenting, supaya anak-anak tidak menjadi
penyebab kegelisahan bagi orang tuanya, tetapi
menjadi kebanggaan dan menjadi jembatan bagi
orang tuanya menuju surgaNya.
Daftar Pustaka
Bahrum Abubakar Ihsan Zubaidi, TahapanMendidik Anak; Teladan Rasulullah Saw.,(Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005).
Dalam artikel yang berjudul; Upaya Reformulasi
Pendidikan Islam, yang dipostkan olehMujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UINMaliki Malang Kamis, 06 Mei 2010, diaksestanggal 04 Maret 2015.
Diambil dalam artikel reformulasi pendidikanIslam yang dipostkan oleh Nur Syam.Diakses hari selasa tanggal 17 maret 2015.
H.M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Madlu’I atas berbagai Kehidupan PersoalanUmat, (Bandung: Mizan: 1996), ce. III.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan,diakses hari selasa tanggal 17 Maret 2015.
-
8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING
9/10
SEMINAR PROCEEDINGS 1st Annual International Seminar on Education 2015
Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh |133
M. Nasir Budiman, ilmu pendidikan-1, FakultasTarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh,1999.
Muhammad Thalhah Hasan, Islam dalamPerspektif Sosio Kultural, (Jakarta: LantaboraPress, 2005).
Rod Lahij dan Syihabuddin, Dalam Buaian Nabi,(Zahra Publising House: Jakarta), 2012.
Rod Lahij, Dalam Buaian Nabi; MerajutKebahagiaan si Kecil, (Jakarta: Zahra, 2005).
Usman Husen, Sejarah Pendidikan Islam, (BandaAceh: Citra Kreasi Utama, 2008).
Sofyan Sori, Kesalehan Anak Terdidik,(Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2006), hal. 34.
Moh. Tolchah Hasan, Diskursus Islam danPendidikan (Sebuah Wacana Kritis), (Jakarta:Bina Wiraswasta Insan Indonesia, Cet.Pertama, 2000), hal. 89.
Mufliha Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Al Adab al Mufrad: Kumpulan hadits-hadits Akhlak, Terj. Moh. Suri Saudari dan YasirMaqosid, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar,2008), hal. 4.
-
8/18/2019 REFORMULASI KONSEP PENDIDIKAN ANAK BERBASIS PROPHETIC PARENTING
10/10
1st Annual International Seminar on Education 2015 SEMINAR PROCEEDINGS
Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh 134|