refocusing perencanaan daerah

Upload: guritno-es

Post on 09-Jan-2016

4 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • Pendahuluan

    Berbagai peraturan terkait dengan upaya mengefektifkan kinerja pemerintah daerah

    telah banyak dikeluarkan oleh berbagai kementrian Teknis dan terutama Kementrian

    Dalam Negeri sebagai induk dari semua pemerintah daerah.

    Salah satu dari kebijakan yang dimaksud diatas adalah kebijakan yang terkait dengan

    pelayanan SPM (Standar Pelayanan Minimal). Bagaimana agar pemerintah daerah ,

    memperhatikan hak-hak dasar warganya dan selanjutnya ditindak lanjuti dalam

    pengadaan pelayanannya. Dengan menerapkan SPM, pada hakekatnya pemerintah

    daerah sudah dapat dikatakan telah melaksanakan kuajiban utama dalam memberikan

    pelayanan dasar kepada warganya sebagai perwujudan dari respon teradap hak-hak

    dasar warga.

    Dari sisi administrasi pemerintahan, setiap pemerintah daerah mempunyai kuajiban

    untuk mengimplementasikan berbagai kebijakan dan peraturan yang telah ditetapkan

    oleh Pemerintah (pusat). Dalam hal ini, terkait dengan isu SPM Standar Pelayanan

    MENDORONG

    PEMERINTAH DAERAH MENINGKATKAN KINERJA MELALUI RE-

    FOCUSSING PERENCANAAN PEMBANGUNAN

    January 1

    2015 Oleh : Guritno Soerjodibroto , [email protected]

  • 2 | P a g e

    Minimal telah dituangkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 65 tahun 2005, secara

    spesifik memberikan peluang untuk memberikan sanksi kepada pemerintah Daerah

    seperti tertera pada Pasal 19 sbb :

    Ayat (1) : Pemerintah dapat memberikan sanksi kepada Pemerintahan

    Daerah yang tidak berhasil mencapai SPM dengan baik dalam batas waktu

    yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 9 ayat (3) berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 15 dengan mempertimbangkan kondisi khusus

    Daerah yang bersangkutan

    Dalam implementasinya, Peraturan Pemerintah no 65 tahun 2005 diatas faktanya

    memang belum dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan yang tertuang dalam

    peraturan tersebut. Fakta yang ada, sejak tahun 2005 (diterbitkanya PP 65) hingga saat

    ini, dirasakan masih belum lancarnya pelaksanaan penyelenggaraan SPM diatas.

    Merespon hal diatas pihak Kementrian Dalam Negeri telah pula menerbitkan Surat

    Edaran Menteri Dalam Negeri nomor : 100/676/SJ , perihal : Percepatan Penerapan

    Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Daerah dengan sifat edaran Sangat Segera.

    Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak Kementrian Dalam Negeri, khususnya

    terkait dengan upaya percepatan diatas berupa pelatihan, fasilitasi penerapan dan

    pengembangan instrument pelaporan (dengan system Web jaringan computer on-

    line).

    Mengapa SPM penting bagi Kinerja Pemerintah Daerah ?

    Dalam kaitanya dengan pelaksanaan otonomi daerah yang pada hakekatnya harus

    merepresentasikan fungsi dan tanggung jawab pemerintah pusat di daerah, maka

    Pemerintah Pusat wajib melakukan pembinaan dan pengawasan yang dapat berupa

    pemberian pedoman, standar, arahan, supervise, fasilitasi kepada daerah. Hal ini lebih

    utama ditujukan agar terjadi kesamaan persepsi antara pemerintah Pusat dan Daerah

    dalam merespon kebijakan dan selanjutnya memberikan kontribusi secara nyata

    terhadap tujuan (pemerintah dan pembangunan) nasional.

  • 3 | P a g e

    Terkait dengan keberadaan UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah

    ditentukan disana bahwa untuk melaksanakan pemerintahan terutama di daerah

    (Propinsi, Kabupaten dan Kota) terdapat dua katagori urusan yang harus

    diselenggarakan di daerah. Urusan tersebut adalah urusan Pilihan, pelaksanaan urusan

    pemerintahan yang tergantung pada kondisi daerah (potensi dan karakteristik). Bila

    tidak ada potensinya maka urusan tersebut dimungkinkan untuk tidak dilaksanakan.

    Berbeda dengan urusan wajib yang tidak tergantung pada kondisi daerah. Apapun

    kondisi daerah, urusan Wajib ini harus dilaksanakan sebagai perwujudan pelayanan

    pemerintah terhadap rakyatnya. Termasuk pelayanan disini adalah SPM-Standar

    pelayanan Minimal. Konsekwensi bahwa SPM adalah urusan wajib maka jenis

    pelayanan dasar ini harus didukung dengan pembiayaan baik melalui sumber

    pembiayaan APBD, APBD Tk I , APBN maupun sumber-sumber lain yang syah

    termasuk Swasta.

    Dari sisi penerapan, perencanaan setiap jenis layanan yang ada dalam SPM telah

    ditentukan dalam Petunjuk Teknis masing-masing bidang (jenis) SPM termasuk

    didalamnya target pencapaian setiap jenis Layanan Dasar yang ada. Secara spesifik,

    rata-rata pencapaian target layanan 100 % dari tiap jenis layanan1 adalah tahun 2015.

    Keberadaan Peraturan Pemerintah No 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

    Penyelenggaran Pemerintahan Daerah telah memberikan perintah kepada daerah

    terkait dengan pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk

    membuat laporan EKPPD ini yang memuat salah satu informasinya adalah Capaian

    SPM 2

    Essensi SPM bagi Kinerja Pemerintah Daerah

    1

    Terdapat 15 bidang SPM yang telah ditetapkan oleh Kemendagri untuk dilaksanakan di Daerah. Untuk tiap bidang SPM terdiri dari beberapa jenis Layanan Dasar dengan indikatornya. 2 Lihat pasal 19 Peraturan ini sebagai berikut : EKPPD pada tataran pelaksana kebijakan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 meliputi aspek penilaian:

    - kebijakan teknis penyelenggaraan urusan pemerintahan; - ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan; - tingkat capaian SPM; - penataan kelembagaan daerah; - pengelolaan kepegawaian daerah; - perencanaan pembangunan daerah; - pengelolaan keuangan daerah;

  • 4 | P a g e

    Sebuah pemerintah daerah pada hakekatnya adalah satu satunya organisasi (public)

    yang menjadi tumpuan harapan bagi masyarakat yang menjadi warga (citizen) di

    daerah tersebut. Dengan pemahaman ini, orientasi setiap pemerintah dalam

    memanfaatkan APBD harus secara nyata diorientasikan untuk merespon sekaligus

    mengakomodasi kebutuhan warganya. Salah satu kebutuhan yang berupa kebutuhan

    untuk melayani hak hak dasar warga yang dituangkan dalam kebijakan SPM.

    Secara substansial, amanah yang dikandung dalam SPM pada dasarnya adalah

    kebutuhan yang sangat mendasar bagi penyelenggaran pembangunan di daerah.

    Setidaknya, tuntutan yang tertuang dalam berbagai jenis Layanan dasar yang harus

    dilayankan oleh pemerintah daerah melihat cakupan dan fokusnya, mengindikasikan

    bahwa jenis pelayanan inilah yang selayaknya menjadi prioritas dalam pengalokasian

    anggaran di tiap unit kerja (SKPD) yang bertanggung jawab menyelenggarakan SPM.

    Pada tabel 1 dibawah terlihat focus masing-masing bidang SPM yang ada :

    Secara normative, apabilaa fikus sasaran SPM tertera dalam Tabel tersebut dapat

    dicapai atau minimal diupayakan untuk dicapai, dapat diyakini bahwa pemerintah

    daerah tersebut akan mendapatkan penilaian yang positif terutama dari pihak

    masyarakat selaku beneficiaries (penerima manfaat). Apalagi apabila dalam

    melaksanakan kebijakan SPM ini, pemerintah kota Pemerintah Propinsi / Kabupaten

    memanfaatkan papan informasi public dalam hal ini menyampaikan secara terbuka

    mengenai Target-Target yang akan dicapai beserta Sasaranya.

    Tabel 1 : Orientasi Layanan SPM tiap Bidang

    :

    :

    Bidang SPM Sasaran Program / Kegiatan

    Kesehatan Ibu dan Bayi harus selamat melahirkan dan bayi sehat

    Layanan pasien miskin

    Perumahan Masyarakat low income harus punya rumah (layak huni)

    Tenaga Kerja Yang menganggur harus disiapkan untuk mendapat lapangan kerja

    Sosial Jompo dan cacat tanggungan negara

    Ketahanan Pangan Pasokan dan akses pangan

    Pendidikan Infrastruktur , piranti lunak, kualifikasi guru

    Pekerjaan Umum Penyediaan Air Baku

    Penyediaan Air Irigasi Pertanian

  • 5 | P a g e

    Dari tabel diatas terlihat bahwa kegiatan SPM dengan sasaranya jelas-jelas

    menunjukkan bahwa semua itulah yang harus menjadi focus perhatian pemerintah

    baik di tingkat Pusat maupun di Daerah. Sayangnya, seringkali kepala daerah terjebak

    pada angan-angan yg telah dirumuskan dalam Visi (Kepala) Daerah, yang

    perumusanya lebih banyak hanya didasarkan pada strategic marketing saja.

    Padahal kalau saja mau melihat fakta (didaerah manapun di Indonesia), kebutuhan

    rumah layak huni bagi MBR (masyarakat berepenghasilan rendah) masihlah jauh dari

    herapan, demikian juga dengan isu kesempatan kerja. Para penganggur masih

    banyak, upaya pengadaan lapangan kerja belum sepenuhnya dilaksanakan dan

    berbagai isu lainnya seperti tertera dalam Tabel diatas. Alasan klasik bagi daerah

    adalah minimnya anggaran menyebabkan hal-hal diatas belum dapat dilaksanakan.

    Dengan menggunakan logika yang paling elementer, seharusnya kalaupun anggaran

    yang ada di tiap SKPD terbatas, jenis-jenis pelayanan dasar SPM diatas sudah

    selayaknya tetap mendapat alokasi anggaran.

    Disamping itu, dari sisi regulasi terkait dengan SPM keberadaan Petunjuk Teknis

    sebagai turunan dari Kep-Men masing masing Kementrian yg bertanggung jawab

    untuk 13 jenis SPM telah menetapkan target pencapaian (sasaran) yang harus dicapai

    yakni (rata-rata) semua SPM ditargetkan 100 % pada tahun 2015.3

    Gambaran Fakta Permasalahan Implementasi SPM di daerah

    Dari berbagai hasil fasilitasi di daerah4 , dapat digambarkan secara umum

    permasalahan implementasi SPM di daerah sebagai suatu masukan yang dapat

    dimanfaatkan sebagai upaya antisipasi bagi pemerintah Daerah lain untuk

    melaksanakan SPM.

    a. Pemahaman mengenai konsep SPM dan Oprasinalisasinya.

    Dalam konteks desentralisasi, pada hakekatnya pertanggungan jawab

    penyelenggaran pemerintahan dan pembangunan hampir seluruhnya berada di

    daerah. Akan tetapi pembiayaan sebagain besar masih bertumpu pada transfer

    dana (perimbangan) Pusat ke Daerah.

    Sementara disisi lain, sebagai sebuah Negara kesatuan (NKRI) tanggung jawab

    keseluruhan berada di Pemerintah Pusat, termasuk dalam hal ini dalam upaya

    3 Lihat di Lampiran : contoh copy KepMen SPM bidang Perumahan.

    4 Penulis telah memfasilitasi penerapan SPM di Propinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Sanggau dan Kota

    Pontianak pada th 2011, Kabupaten TTU dan Ngada di NTT pd tahun 2013 dan melakukan dialog dengan Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Semarang dan kota Semarang serta Propinsi Jawa Barat, kabupaten Subang, Kabupaten Cimahi dalam rangka penyusunan Road Map SPM 2014-2019 (Kemendagri)

  • 6 | P a g e

    melaksanakan mandat konsitusi (a) memberikan perlindungan kemanaan bagi

    rakyat diseluruh tanah air dan (b) meningkatkan kesejahteraan rakyat.

    Atas dasar hal diatas, maka pada hakekatnya kesehatan masyakarat,

    pendidikan ataupun aspek pembangunan lainya yang mendukung upaya

    untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, menjadi isu sentral yang harus

    dipertanggung jawabkan oleh pemerintah yang harus dilaksanakan di setiap

    pemerintah daerah sebagai (tingkat) pemerintahan yang langsung memberikan

    pelayanan pada masyarakat.

    Untuk memberikan tingkat kualitas layanan yang harus diberikan dengan tanpa

    membedakan antara satu daerah dengan daerah lainya yang notabene ada

    daerah kaya dan daerah miskin , maka tingkat kualitas layanan dalam hal ini

    ditetapkan dalam skala yang paling minimal. Apabila selanjutnya ada daerah

    yang mampu memberikan kualitas layanan yang lebih (karena kapasitas

    keuangan yg lebih besar) sudah bukan lagi menjadi tuntutan dasar, tetapi dapat

    merupakan suatu nilai tambah bagi daerah itu sendiri.

    Terdapat 13 bidang SPM dari 26 bidang urusan wajib yang harus dilaksanakan

    di Daerah dimana dari segi substansi dan sasaran secara garus besar telah

    digambarkan dalam Tabel diatas yang keseluruhannya dapat dirasakan sebagai

    kebutuhan yang paling dasar bagi masyarakat.

    Dari sisi operasionalisasi, untuk melaksanakan SPM di daerah, setiap Petunjuk

    Teknis tiap Bidang SPM telah memberi pedoman, tetapi untuk memberikan

    gambaran secara konkrit dilapangan dapat diuraikan sebagai berikut :

    1) Tiap bidang SPM mempunyai jenis-jenis Layanan Dasar, dimana setiap

    Layanan Dasar akan mempunyai indicator yang dapat menggambarkan

    progres kegiatan layanan

    2) Tiap jenis SPM menuntut adanya (kesiapan) tersedianya Baseline (Profile

    SPM)

    3) Masing masing indkator telah ditetapkan Target (batas waktu)

    pencapaiannya.

    4) Untuk merumuskan kegiatan dalam rangka pencapaian target diatas,

    telah ditetapkan daftar kegiatan berikut komponen biaya yg terkait

    dengan kegiatan tersebut.

    Ke empat komponen perencanaan diatas inilah yang harus dilaksanakan di

    daerah, yang selanjutnya akan ditindak lanjuti dengan proses penganggaran

    mengikuti prosedur yang ada di daerah.

  • 7 | P a g e

    b. Permasalahan implementasi SPM Daerah

    1) Secara konsepsual, hampir disemua pemerintah Daerah menganggap

    bahwa SPM adalah barang baru sehingga lebih dipersepsikan sebagai

    sesuatu tambahan. Dengan demikian positioning SPM didalam

    substansi pembangunan lainya di tiap SKPD pengampu SPM, adalah

    akan dilaksanakan bila ada kesempatan, akan dilaksanakan bila masih

    ada anggaran tersisa.

    Hal diatas inilah yang terjadi dan menyebabkan tidak mudahnya

    mengimplementasikan SPm, padahal seharusnya diketahui bahwa SPM

    identik dengan kebutuhan mendasar (lihat Tabel 1).

    2) Setiap SKPD pengampu SPM dalam rangka menyusun Baseline SPM

    dirasakan masih belum siap5. Hal ini terutama terjadi pada bidang-

    bidang SPM yang membutuhkan data/informasi dari unit kerja lainya.

    SPM-SPM disini dapat dicontohkan beberapa misalnya :

    i. SPM Tenaga Kerja, salah indicator yg ada membutuhkan data

    mengenai Jumlah Peserta Jamsostek,yang tidak ada di Dinas Sosial

    (sbg pengampu SPM) tetapi ada di Pengusaha yg memperkerjakan.

    ii. SPM Pemberdayaan Perempuan, data yg dibutuhkan adalah jumlah

    Ibu dan Anak yang menjadi Korban kekerasan. Data ini hanya ada

    pada pihak Kepolisian.

    iii. SPM PU tentang Air Irigasi, dimana pihak PU hanya mempunyai data

    bangunan saluran air pertanian, sementara kebutuhan data tentang

    debit air per musim tanam hanya ada pada DInas Pertanian.

    iV SPM PU dan Pendidikan khusunya untuk data jalan penghubung yg

    dimaksud dalam indikatornya, menuntut adanya kesepakatan di

    daerah terlebih dahulu mengenai segmen jalan tersebut yang

    sementara ini belum tertuang dalam dokumen perencanaan apapun

    (semesthinya ada dalam dokumen Tata Ruang)

    V. SPM PU / Perhubungan yang menuntut adanya data tentang

    kecepatan lalu lintas harian rata-rata (LHR) seringkali belum tersedia.

    Vi. Dll.

    3) Dari sisi kelembagaan, belum satunya persepsi SPM (konsep dan

    operasionalisasinya) bagi setiap Kepala daerah serta tidak adanya

    pembakuan dari Pusat mengenai penetapan unit pengelola SPM, dapat

    terjadi adanya :

    5 Kebiasaan untuk mengelola data perencanaan secara baik sepertinya belum melembaga di setiap unit kerja di

    hampir seluruh daerah.

  • 8 | P a g e

    a. Kurang tepatnya penempatan bidang SPM di Unit Kerja yang memberi

    implikasi

    (i) tidak dapatnya SPM tsb dilaksanakan karena isu kuantitas SDM

    (misal : SPM Kominfo diserahkan pada unit kerja Humas), (ii) terlalu

    banyaknya kegiatan SPM di satu unit kerja (misal : SPM Perumahan dan

    SPM Tata Ruang diserahkan hanya pada DInas Tata Kota dan Penataan

    Ruang)

    b.Besarnya cakupan kerja untuk melaksanakan SPM pada hakekatnya

    menuntut adanya kejelasan status pelaksana penanggung jawab SPM.

    Memerlukan adanya legalisasi peran bagi staf yang ditugaskan untuk

    menangani SPM. Hal ini akan mempermudah dalam pelaksanaan

    kegiatan : koleksi data Baseline, pertanggungan jawab pencapain

    target, dll. Demikian juga pada saat ada peltihan dari Pusat, tanpa ada

    kejelasan status diatas, maka peserta dapat berganti ganti sehingga

    tidak ada satupun staf yang dapat memahami sepenuhnya mengenai

    SPM dan konsekwensinya.

    4) Pemahaman kepala SKPD pengampu SPM seringkali menyebabkan tidak

    dapat terpenuhinya target yang diusulkan hanya karena plafond

    anggaran hanya dibagi secara rata ke sub unit kerja tanpa melihat

    urgensi target SPM

    5) Belum siapnya unit perencanaan Bapeda untuk memahami dan

    mengakomodasi perencanaan SPM kedalam mekanisme kerja

    perencanaan yang saat ini ada di daerah.

    6) Dll.

    Tujuan :

    Dari keseluruhan uraian, dapat diresumekan setidaknya :

    - SPM adalah instrument perencanaan yang lebih mengenalkan konsep tertib

    administrasi

    - SPM merupakan basis instrument untuk peningkatan kesejahteraan masayarakat

    - SPM adalah tugas dan kuajiban yang mendasar bagi pemerintah untuk

    memenuhinya.

    - Ada visi ataupun tidak ada Visi, SPM adalah urusan wajib yang harus dilayankan.

  • 9 | P a g e

    Dengan landasan persepsi seperti diatas serta tuntutan regulasi yang ada baik PP 65

    tahun 2005, PP 6 tahun 2008 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri no 79 tahun

    2007, proposal ini mengajukan tawaran berupa :

    Fasilitasi Pemerintah Kota Pemerintah Propinsi / Kabupaten untuk menerapkan SPM

    dimana makna menerapkan SPM dalam hal ini adalah :

    (a) Menyusun Perencanaan seluruh bidang SPM terkait

    (b) Meyusun Anggaran yang dibutuhkan

    (c) Memfasilitasi penyusunan PerWal untuk penerapan SPM

    (d) Bila diperlukan dapat memfasilitasi untuk proses pengintegrasian SPM kedalam

    dokumen perencanaan daerah

    Lebih lanjut, dari proses fasilitasi ini secara lebih konkrit akan memberikan output

    dan outcome berupa :

    1) Dimilikinya atau tersedianya Baseline SPM (Profil SPM) untuk ke 13 jenis

    SPM yang disyaratkan untuk pemerintah Pemerintah Propinsi / Kabupaten

    2) Tersusunya laporan semesteran SPM sesuai format yang ditetapkan oleh

    pihak Kemendagri

    3) Tersusunya kelembagaan penanganan SPM di tiap SKPD dan di pemerintah

    Daerah

    4) Tersusunya daftar kegiatan yang membutuhkan dukungan anggaran untuk

    setiap upaya pencapaian indicator di tiap jenis Layanan Dasar di tiap bidang

    SPM.

    5) Tersusunya target pencapaian SPM baik untuk satu tahun kedepan maupun

    untuk lima tahun kedepan (disesuaikan dengan target Nasional).

    6) Tersedianya kebijakan yang dapat berupa Peraturan Gubernur/ Walikota/

    Bupati untuk mendukung penganggaran dan penerapan rencana pencapaian

    target SPM Pemerintah Propinsi / Kabupaten.

    Regulasi dan Kebijakan SPM untuk Pemerintah Daerah

    Setiap pelayanan di daerah sampai dengan saat ini telah ada 13 jenis Layanan yang

    harus diberikan oleh pemerintah daerah melalui Dinas-Dinas yang ada. Jenis

    Layanan yang diatur melalui tiap kementrian terkait SPM sebagai turunan dari

    kebijakan Pelayanan Wajib atau Standar Pelayanan Minimal yang diatur dalam

    Peraturan Pemerintah no 65 tahun 2005 dalam hal ini adalah :

  • 10 | P a g e

    1. SPM Bidang Kesehatan dengan PERMENKES 741 tahun 2008

    2. SPM Bidang Ketahanan Pangan dengan PERMENTAN no 65 tahun 2010

    3. SPM Bidang Kesenian dengan PERMENBUDPAR no 106 tahun 2010

    4. SPM Bidang Ketanaga Kerjaan dengan PERMENAKERTRANS no 15 tahun

    2010

    5. SPM Bidang Kominfo dengan PERMENKOMINFO no 22 tahun 2010

    6. SPM Bidang Sosial dengan PERMENSOS 129 tahun 2008

    7. SPM Bidang Layanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak korban

    Kekerasan , melalui PERMENEGP3A no 01 tahun 2010

    8. SPM Bidang Pendidikan dasar dengan PERMENDIKNAS no 15 tahun

    2010

    9. SPM Bidang Perhubungan dengan PERMENHUB no 81 tahun 2011, yang

    diperbaharui dengan PERMENHUB no 2 tahun 2013

    10. SPM Bidang Perumahan Rakyat dengan PERMENPERA no 22 tahun 2008

    11. SPM Bidang PU dengan PERMENPU no 14 tahun 2010

    12. SPM Bidang Lingkungan Hidup dengan PERMENEGLH no 18 tahun 2008

    13. SPM Bidang Pemerintahan Dalam Negeri , meliputi Kependudukan,

    Penanganan Bencana dan Satpol PP dengan PERMENDAGRI no 62 tahun

    2008

    Biografi Penulis :

    1 Merupakan lulusan Perencanaan Kota dan Daerah di ITB dan melanjutkan study (post graduate course bidang Geografi Information System di Belanda)

    2 Pernah sebagai PNS di Badan Pertanahan Nasional (saat itu Agraria) 3 Selama kurang lebih 15 (ima belas tahun) bekerja dengan Lembaga Donor

    international ( UNDP, World Bank, GTZ, Ausaid ) dalam mendorong dan meningkatkan kinerja pelayanan pemerintah daerah serta membangun mekanisme partisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam berbagai judul proyek

    4 Kunjungan ke Luar Negeri sebagai peserta seminar (Inggris, Thailand, Nepal dan China) maupun sebagai guest speaker pembicara tamu untuk topic City Development Strategy di Dhaka-Bangladesh.

    5 Menulis beberapa artikel terkait perencanaan dan partisipasi. 6 Tinggal di Ciputat Pondok HIjau, Pemerintah Propinsi / Kabupaten (0811890978) ,

    email : [email protected] 7 Untuk tambahan pemahaman mengenai SPM, silahkan baca lewat on-line (search

    google : Guritno Soerjodibroto Standard Pelayanan Minimum ) Catatan : CV lengkap dapat dikirimkan bila dikehendaki.

  • 11 | P a g e

    LAMPIRAN :

    1. SPM yang telah ditetapkan dalam Petunjuk Teknis tiap Kementrian terkait :

    2.

  • 12 | P a g e

    2. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tentang Percepatan Penerapan SPM di Daerah