refocusing perencanaan daerah
TRANSCRIPT
-
Pendahuluan
Berbagai peraturan terkait dengan upaya mengefektifkan kinerja pemerintah daerah
telah banyak dikeluarkan oleh berbagai kementrian Teknis dan terutama Kementrian
Dalam Negeri sebagai induk dari semua pemerintah daerah.
Salah satu dari kebijakan yang dimaksud diatas adalah kebijakan yang terkait dengan
pelayanan SPM (Standar Pelayanan Minimal). Bagaimana agar pemerintah daerah ,
memperhatikan hak-hak dasar warganya dan selanjutnya ditindak lanjuti dalam
pengadaan pelayanannya. Dengan menerapkan SPM, pada hakekatnya pemerintah
daerah sudah dapat dikatakan telah melaksanakan kuajiban utama dalam memberikan
pelayanan dasar kepada warganya sebagai perwujudan dari respon teradap hak-hak
dasar warga.
Dari sisi administrasi pemerintahan, setiap pemerintah daerah mempunyai kuajiban
untuk mengimplementasikan berbagai kebijakan dan peraturan yang telah ditetapkan
oleh Pemerintah (pusat). Dalam hal ini, terkait dengan isu SPM Standar Pelayanan
MENDORONG
PEMERINTAH DAERAH MENINGKATKAN KINERJA MELALUI RE-
FOCUSSING PERENCANAAN PEMBANGUNAN
January 1
2015 Oleh : Guritno Soerjodibroto , [email protected]
-
2 | P a g e
Minimal telah dituangkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 65 tahun 2005, secara
spesifik memberikan peluang untuk memberikan sanksi kepada pemerintah Daerah
seperti tertera pada Pasal 19 sbb :
Ayat (1) : Pemerintah dapat memberikan sanksi kepada Pemerintahan
Daerah yang tidak berhasil mencapai SPM dengan baik dalam batas waktu
yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (3) berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 dengan mempertimbangkan kondisi khusus
Daerah yang bersangkutan
Dalam implementasinya, Peraturan Pemerintah no 65 tahun 2005 diatas faktanya
memang belum dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan yang tertuang dalam
peraturan tersebut. Fakta yang ada, sejak tahun 2005 (diterbitkanya PP 65) hingga saat
ini, dirasakan masih belum lancarnya pelaksanaan penyelenggaraan SPM diatas.
Merespon hal diatas pihak Kementrian Dalam Negeri telah pula menerbitkan Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri nomor : 100/676/SJ , perihal : Percepatan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Daerah dengan sifat edaran Sangat Segera.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak Kementrian Dalam Negeri, khususnya
terkait dengan upaya percepatan diatas berupa pelatihan, fasilitasi penerapan dan
pengembangan instrument pelaporan (dengan system Web jaringan computer on-
line).
Mengapa SPM penting bagi Kinerja Pemerintah Daerah ?
Dalam kaitanya dengan pelaksanaan otonomi daerah yang pada hakekatnya harus
merepresentasikan fungsi dan tanggung jawab pemerintah pusat di daerah, maka
Pemerintah Pusat wajib melakukan pembinaan dan pengawasan yang dapat berupa
pemberian pedoman, standar, arahan, supervise, fasilitasi kepada daerah. Hal ini lebih
utama ditujukan agar terjadi kesamaan persepsi antara pemerintah Pusat dan Daerah
dalam merespon kebijakan dan selanjutnya memberikan kontribusi secara nyata
terhadap tujuan (pemerintah dan pembangunan) nasional.
-
3 | P a g e
Terkait dengan keberadaan UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah
ditentukan disana bahwa untuk melaksanakan pemerintahan terutama di daerah
(Propinsi, Kabupaten dan Kota) terdapat dua katagori urusan yang harus
diselenggarakan di daerah. Urusan tersebut adalah urusan Pilihan, pelaksanaan urusan
pemerintahan yang tergantung pada kondisi daerah (potensi dan karakteristik). Bila
tidak ada potensinya maka urusan tersebut dimungkinkan untuk tidak dilaksanakan.
Berbeda dengan urusan wajib yang tidak tergantung pada kondisi daerah. Apapun
kondisi daerah, urusan Wajib ini harus dilaksanakan sebagai perwujudan pelayanan
pemerintah terhadap rakyatnya. Termasuk pelayanan disini adalah SPM-Standar
pelayanan Minimal. Konsekwensi bahwa SPM adalah urusan wajib maka jenis
pelayanan dasar ini harus didukung dengan pembiayaan baik melalui sumber
pembiayaan APBD, APBD Tk I , APBN maupun sumber-sumber lain yang syah
termasuk Swasta.
Dari sisi penerapan, perencanaan setiap jenis layanan yang ada dalam SPM telah
ditentukan dalam Petunjuk Teknis masing-masing bidang (jenis) SPM termasuk
didalamnya target pencapaian setiap jenis Layanan Dasar yang ada. Secara spesifik,
rata-rata pencapaian target layanan 100 % dari tiap jenis layanan1 adalah tahun 2015.
Keberadaan Peraturan Pemerintah No 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaran Pemerintahan Daerah telah memberikan perintah kepada daerah
terkait dengan pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk
membuat laporan EKPPD ini yang memuat salah satu informasinya adalah Capaian
SPM 2
Essensi SPM bagi Kinerja Pemerintah Daerah
1
Terdapat 15 bidang SPM yang telah ditetapkan oleh Kemendagri untuk dilaksanakan di Daerah. Untuk tiap bidang SPM terdiri dari beberapa jenis Layanan Dasar dengan indikatornya. 2 Lihat pasal 19 Peraturan ini sebagai berikut : EKPPD pada tataran pelaksana kebijakan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 meliputi aspek penilaian:
- kebijakan teknis penyelenggaraan urusan pemerintahan; - ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan; - tingkat capaian SPM; - penataan kelembagaan daerah; - pengelolaan kepegawaian daerah; - perencanaan pembangunan daerah; - pengelolaan keuangan daerah;
-
4 | P a g e
Sebuah pemerintah daerah pada hakekatnya adalah satu satunya organisasi (public)
yang menjadi tumpuan harapan bagi masyarakat yang menjadi warga (citizen) di
daerah tersebut. Dengan pemahaman ini, orientasi setiap pemerintah dalam
memanfaatkan APBD harus secara nyata diorientasikan untuk merespon sekaligus
mengakomodasi kebutuhan warganya. Salah satu kebutuhan yang berupa kebutuhan
untuk melayani hak hak dasar warga yang dituangkan dalam kebijakan SPM.
Secara substansial, amanah yang dikandung dalam SPM pada dasarnya adalah
kebutuhan yang sangat mendasar bagi penyelenggaran pembangunan di daerah.
Setidaknya, tuntutan yang tertuang dalam berbagai jenis Layanan dasar yang harus
dilayankan oleh pemerintah daerah melihat cakupan dan fokusnya, mengindikasikan
bahwa jenis pelayanan inilah yang selayaknya menjadi prioritas dalam pengalokasian
anggaran di tiap unit kerja (SKPD) yang bertanggung jawab menyelenggarakan SPM.
Pada tabel 1 dibawah terlihat focus masing-masing bidang SPM yang ada :
Secara normative, apabilaa fikus sasaran SPM tertera dalam Tabel tersebut dapat
dicapai atau minimal diupayakan untuk dicapai, dapat diyakini bahwa pemerintah
daerah tersebut akan mendapatkan penilaian yang positif terutama dari pihak
masyarakat selaku beneficiaries (penerima manfaat). Apalagi apabila dalam
melaksanakan kebijakan SPM ini, pemerintah kota Pemerintah Propinsi / Kabupaten
memanfaatkan papan informasi public dalam hal ini menyampaikan secara terbuka
mengenai Target-Target yang akan dicapai beserta Sasaranya.
Tabel 1 : Orientasi Layanan SPM tiap Bidang
:
:
Bidang SPM Sasaran Program / Kegiatan
Kesehatan Ibu dan Bayi harus selamat melahirkan dan bayi sehat
Layanan pasien miskin
Perumahan Masyarakat low income harus punya rumah (layak huni)
Tenaga Kerja Yang menganggur harus disiapkan untuk mendapat lapangan kerja
Sosial Jompo dan cacat tanggungan negara
Ketahanan Pangan Pasokan dan akses pangan
Pendidikan Infrastruktur , piranti lunak, kualifikasi guru
Pekerjaan Umum Penyediaan Air Baku
Penyediaan Air Irigasi Pertanian
-
5 | P a g e
Dari tabel diatas terlihat bahwa kegiatan SPM dengan sasaranya jelas-jelas
menunjukkan bahwa semua itulah yang harus menjadi focus perhatian pemerintah
baik di tingkat Pusat maupun di Daerah. Sayangnya, seringkali kepala daerah terjebak
pada angan-angan yg telah dirumuskan dalam Visi (Kepala) Daerah, yang
perumusanya lebih banyak hanya didasarkan pada strategic marketing saja.
Padahal kalau saja mau melihat fakta (didaerah manapun di Indonesia), kebutuhan
rumah layak huni bagi MBR (masyarakat berepenghasilan rendah) masihlah jauh dari
herapan, demikian juga dengan isu kesempatan kerja. Para penganggur masih
banyak, upaya pengadaan lapangan kerja belum sepenuhnya dilaksanakan dan
berbagai isu lainnya seperti tertera dalam Tabel diatas. Alasan klasik bagi daerah
adalah minimnya anggaran menyebabkan hal-hal diatas belum dapat dilaksanakan.
Dengan menggunakan logika yang paling elementer, seharusnya kalaupun anggaran
yang ada di tiap SKPD terbatas, jenis-jenis pelayanan dasar SPM diatas sudah
selayaknya tetap mendapat alokasi anggaran.
Disamping itu, dari sisi regulasi terkait dengan SPM keberadaan Petunjuk Teknis
sebagai turunan dari Kep-Men masing masing Kementrian yg bertanggung jawab
untuk 13 jenis SPM telah menetapkan target pencapaian (sasaran) yang harus dicapai
yakni (rata-rata) semua SPM ditargetkan 100 % pada tahun 2015.3
Gambaran Fakta Permasalahan Implementasi SPM di daerah
Dari berbagai hasil fasilitasi di daerah4 , dapat digambarkan secara umum
permasalahan implementasi SPM di daerah sebagai suatu masukan yang dapat
dimanfaatkan sebagai upaya antisipasi bagi pemerintah Daerah lain untuk
melaksanakan SPM.
a. Pemahaman mengenai konsep SPM dan Oprasinalisasinya.
Dalam konteks desentralisasi, pada hakekatnya pertanggungan jawab
penyelenggaran pemerintahan dan pembangunan hampir seluruhnya berada di
daerah. Akan tetapi pembiayaan sebagain besar masih bertumpu pada transfer
dana (perimbangan) Pusat ke Daerah.
Sementara disisi lain, sebagai sebuah Negara kesatuan (NKRI) tanggung jawab
keseluruhan berada di Pemerintah Pusat, termasuk dalam hal ini dalam upaya
3 Lihat di Lampiran : contoh copy KepMen SPM bidang Perumahan.
4 Penulis telah memfasilitasi penerapan SPM di Propinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Sanggau dan Kota
Pontianak pada th 2011, Kabupaten TTU dan Ngada di NTT pd tahun 2013 dan melakukan dialog dengan Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Semarang dan kota Semarang serta Propinsi Jawa Barat, kabupaten Subang, Kabupaten Cimahi dalam rangka penyusunan Road Map SPM 2014-2019 (Kemendagri)
-
6 | P a g e
melaksanakan mandat konsitusi (a) memberikan perlindungan kemanaan bagi
rakyat diseluruh tanah air dan (b) meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Atas dasar hal diatas, maka pada hakekatnya kesehatan masyakarat,
pendidikan ataupun aspek pembangunan lainya yang mendukung upaya
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, menjadi isu sentral yang harus
dipertanggung jawabkan oleh pemerintah yang harus dilaksanakan di setiap
pemerintah daerah sebagai (tingkat) pemerintahan yang langsung memberikan
pelayanan pada masyarakat.
Untuk memberikan tingkat kualitas layanan yang harus diberikan dengan tanpa
membedakan antara satu daerah dengan daerah lainya yang notabene ada
daerah kaya dan daerah miskin , maka tingkat kualitas layanan dalam hal ini
ditetapkan dalam skala yang paling minimal. Apabila selanjutnya ada daerah
yang mampu memberikan kualitas layanan yang lebih (karena kapasitas
keuangan yg lebih besar) sudah bukan lagi menjadi tuntutan dasar, tetapi dapat
merupakan suatu nilai tambah bagi daerah itu sendiri.
Terdapat 13 bidang SPM dari 26 bidang urusan wajib yang harus dilaksanakan
di Daerah dimana dari segi substansi dan sasaran secara garus besar telah
digambarkan dalam Tabel diatas yang keseluruhannya dapat dirasakan sebagai
kebutuhan yang paling dasar bagi masyarakat.
Dari sisi operasionalisasi, untuk melaksanakan SPM di daerah, setiap Petunjuk
Teknis tiap Bidang SPM telah memberi pedoman, tetapi untuk memberikan
gambaran secara konkrit dilapangan dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Tiap bidang SPM mempunyai jenis-jenis Layanan Dasar, dimana setiap
Layanan Dasar akan mempunyai indicator yang dapat menggambarkan
progres kegiatan layanan
2) Tiap jenis SPM menuntut adanya (kesiapan) tersedianya Baseline (Profile
SPM)
3) Masing masing indkator telah ditetapkan Target (batas waktu)
pencapaiannya.
4) Untuk merumuskan kegiatan dalam rangka pencapaian target diatas,
telah ditetapkan daftar kegiatan berikut komponen biaya yg terkait
dengan kegiatan tersebut.
Ke empat komponen perencanaan diatas inilah yang harus dilaksanakan di
daerah, yang selanjutnya akan ditindak lanjuti dengan proses penganggaran
mengikuti prosedur yang ada di daerah.
-
7 | P a g e
b. Permasalahan implementasi SPM Daerah
1) Secara konsepsual, hampir disemua pemerintah Daerah menganggap
bahwa SPM adalah barang baru sehingga lebih dipersepsikan sebagai
sesuatu tambahan. Dengan demikian positioning SPM didalam
substansi pembangunan lainya di tiap SKPD pengampu SPM, adalah
akan dilaksanakan bila ada kesempatan, akan dilaksanakan bila masih
ada anggaran tersisa.
Hal diatas inilah yang terjadi dan menyebabkan tidak mudahnya
mengimplementasikan SPm, padahal seharusnya diketahui bahwa SPM
identik dengan kebutuhan mendasar (lihat Tabel 1).
2) Setiap SKPD pengampu SPM dalam rangka menyusun Baseline SPM
dirasakan masih belum siap5. Hal ini terutama terjadi pada bidang-
bidang SPM yang membutuhkan data/informasi dari unit kerja lainya.
SPM-SPM disini dapat dicontohkan beberapa misalnya :
i. SPM Tenaga Kerja, salah indicator yg ada membutuhkan data
mengenai Jumlah Peserta Jamsostek,yang tidak ada di Dinas Sosial
(sbg pengampu SPM) tetapi ada di Pengusaha yg memperkerjakan.
ii. SPM Pemberdayaan Perempuan, data yg dibutuhkan adalah jumlah
Ibu dan Anak yang menjadi Korban kekerasan. Data ini hanya ada
pada pihak Kepolisian.
iii. SPM PU tentang Air Irigasi, dimana pihak PU hanya mempunyai data
bangunan saluran air pertanian, sementara kebutuhan data tentang
debit air per musim tanam hanya ada pada DInas Pertanian.
iV SPM PU dan Pendidikan khusunya untuk data jalan penghubung yg
dimaksud dalam indikatornya, menuntut adanya kesepakatan di
daerah terlebih dahulu mengenai segmen jalan tersebut yang
sementara ini belum tertuang dalam dokumen perencanaan apapun
(semesthinya ada dalam dokumen Tata Ruang)
V. SPM PU / Perhubungan yang menuntut adanya data tentang
kecepatan lalu lintas harian rata-rata (LHR) seringkali belum tersedia.
Vi. Dll.
3) Dari sisi kelembagaan, belum satunya persepsi SPM (konsep dan
operasionalisasinya) bagi setiap Kepala daerah serta tidak adanya
pembakuan dari Pusat mengenai penetapan unit pengelola SPM, dapat
terjadi adanya :
5 Kebiasaan untuk mengelola data perencanaan secara baik sepertinya belum melembaga di setiap unit kerja di
hampir seluruh daerah.
-
8 | P a g e
a. Kurang tepatnya penempatan bidang SPM di Unit Kerja yang memberi
implikasi
(i) tidak dapatnya SPM tsb dilaksanakan karena isu kuantitas SDM
(misal : SPM Kominfo diserahkan pada unit kerja Humas), (ii) terlalu
banyaknya kegiatan SPM di satu unit kerja (misal : SPM Perumahan dan
SPM Tata Ruang diserahkan hanya pada DInas Tata Kota dan Penataan
Ruang)
b.Besarnya cakupan kerja untuk melaksanakan SPM pada hakekatnya
menuntut adanya kejelasan status pelaksana penanggung jawab SPM.
Memerlukan adanya legalisasi peran bagi staf yang ditugaskan untuk
menangani SPM. Hal ini akan mempermudah dalam pelaksanaan
kegiatan : koleksi data Baseline, pertanggungan jawab pencapain
target, dll. Demikian juga pada saat ada peltihan dari Pusat, tanpa ada
kejelasan status diatas, maka peserta dapat berganti ganti sehingga
tidak ada satupun staf yang dapat memahami sepenuhnya mengenai
SPM dan konsekwensinya.
4) Pemahaman kepala SKPD pengampu SPM seringkali menyebabkan tidak
dapat terpenuhinya target yang diusulkan hanya karena plafond
anggaran hanya dibagi secara rata ke sub unit kerja tanpa melihat
urgensi target SPM
5) Belum siapnya unit perencanaan Bapeda untuk memahami dan
mengakomodasi perencanaan SPM kedalam mekanisme kerja
perencanaan yang saat ini ada di daerah.
6) Dll.
Tujuan :
Dari keseluruhan uraian, dapat diresumekan setidaknya :
- SPM adalah instrument perencanaan yang lebih mengenalkan konsep tertib
administrasi
- SPM merupakan basis instrument untuk peningkatan kesejahteraan masayarakat
- SPM adalah tugas dan kuajiban yang mendasar bagi pemerintah untuk
memenuhinya.
- Ada visi ataupun tidak ada Visi, SPM adalah urusan wajib yang harus dilayankan.
-
9 | P a g e
Dengan landasan persepsi seperti diatas serta tuntutan regulasi yang ada baik PP 65
tahun 2005, PP 6 tahun 2008 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri no 79 tahun
2007, proposal ini mengajukan tawaran berupa :
Fasilitasi Pemerintah Kota Pemerintah Propinsi / Kabupaten untuk menerapkan SPM
dimana makna menerapkan SPM dalam hal ini adalah :
(a) Menyusun Perencanaan seluruh bidang SPM terkait
(b) Meyusun Anggaran yang dibutuhkan
(c) Memfasilitasi penyusunan PerWal untuk penerapan SPM
(d) Bila diperlukan dapat memfasilitasi untuk proses pengintegrasian SPM kedalam
dokumen perencanaan daerah
Lebih lanjut, dari proses fasilitasi ini secara lebih konkrit akan memberikan output
dan outcome berupa :
1) Dimilikinya atau tersedianya Baseline SPM (Profil SPM) untuk ke 13 jenis
SPM yang disyaratkan untuk pemerintah Pemerintah Propinsi / Kabupaten
2) Tersusunya laporan semesteran SPM sesuai format yang ditetapkan oleh
pihak Kemendagri
3) Tersusunya kelembagaan penanganan SPM di tiap SKPD dan di pemerintah
Daerah
4) Tersusunya daftar kegiatan yang membutuhkan dukungan anggaran untuk
setiap upaya pencapaian indicator di tiap jenis Layanan Dasar di tiap bidang
SPM.
5) Tersusunya target pencapaian SPM baik untuk satu tahun kedepan maupun
untuk lima tahun kedepan (disesuaikan dengan target Nasional).
6) Tersedianya kebijakan yang dapat berupa Peraturan Gubernur/ Walikota/
Bupati untuk mendukung penganggaran dan penerapan rencana pencapaian
target SPM Pemerintah Propinsi / Kabupaten.
Regulasi dan Kebijakan SPM untuk Pemerintah Daerah
Setiap pelayanan di daerah sampai dengan saat ini telah ada 13 jenis Layanan yang
harus diberikan oleh pemerintah daerah melalui Dinas-Dinas yang ada. Jenis
Layanan yang diatur melalui tiap kementrian terkait SPM sebagai turunan dari
kebijakan Pelayanan Wajib atau Standar Pelayanan Minimal yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah no 65 tahun 2005 dalam hal ini adalah :
-
10 | P a g e
1. SPM Bidang Kesehatan dengan PERMENKES 741 tahun 2008
2. SPM Bidang Ketahanan Pangan dengan PERMENTAN no 65 tahun 2010
3. SPM Bidang Kesenian dengan PERMENBUDPAR no 106 tahun 2010
4. SPM Bidang Ketanaga Kerjaan dengan PERMENAKERTRANS no 15 tahun
2010
5. SPM Bidang Kominfo dengan PERMENKOMINFO no 22 tahun 2010
6. SPM Bidang Sosial dengan PERMENSOS 129 tahun 2008
7. SPM Bidang Layanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak korban
Kekerasan , melalui PERMENEGP3A no 01 tahun 2010
8. SPM Bidang Pendidikan dasar dengan PERMENDIKNAS no 15 tahun
2010
9. SPM Bidang Perhubungan dengan PERMENHUB no 81 tahun 2011, yang
diperbaharui dengan PERMENHUB no 2 tahun 2013
10. SPM Bidang Perumahan Rakyat dengan PERMENPERA no 22 tahun 2008
11. SPM Bidang PU dengan PERMENPU no 14 tahun 2010
12. SPM Bidang Lingkungan Hidup dengan PERMENEGLH no 18 tahun 2008
13. SPM Bidang Pemerintahan Dalam Negeri , meliputi Kependudukan,
Penanganan Bencana dan Satpol PP dengan PERMENDAGRI no 62 tahun
2008
Biografi Penulis :
1 Merupakan lulusan Perencanaan Kota dan Daerah di ITB dan melanjutkan study (post graduate course bidang Geografi Information System di Belanda)
2 Pernah sebagai PNS di Badan Pertanahan Nasional (saat itu Agraria) 3 Selama kurang lebih 15 (ima belas tahun) bekerja dengan Lembaga Donor
international ( UNDP, World Bank, GTZ, Ausaid ) dalam mendorong dan meningkatkan kinerja pelayanan pemerintah daerah serta membangun mekanisme partisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam berbagai judul proyek
4 Kunjungan ke Luar Negeri sebagai peserta seminar (Inggris, Thailand, Nepal dan China) maupun sebagai guest speaker pembicara tamu untuk topic City Development Strategy di Dhaka-Bangladesh.
5 Menulis beberapa artikel terkait perencanaan dan partisipasi. 6 Tinggal di Ciputat Pondok HIjau, Pemerintah Propinsi / Kabupaten (0811890978) ,
email : [email protected] 7 Untuk tambahan pemahaman mengenai SPM, silahkan baca lewat on-line (search
google : Guritno Soerjodibroto Standard Pelayanan Minimum ) Catatan : CV lengkap dapat dikirimkan bila dikehendaki.
-
11 | P a g e
LAMPIRAN :
1. SPM yang telah ditetapkan dalam Petunjuk Teknis tiap Kementrian terkait :
2.
-
12 | P a g e
2. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tentang Percepatan Penerapan SPM di Daerah