refleksi kasus dr. wahyu, sp.ot

30
REFLEKSI KASUS FRAKTUR TERTUTUP FEMUR DEKSTRA Disusun oleh: KHALIFA RAHMANI 20100310135 Pembimbing: dr. Wahyu Purnomo, Sp.OT KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT BEDAH

Upload: husnawaty-dayu

Post on 13-Sep-2015

269 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Tinjauan PustakaA. DEFINISIa. FrakturFraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress atau beban yang lebih besar dari kemampuan tulang untuk mentolerir beban tersebut.b. Tipe-tipe FrakturBerdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar, fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur terbuka yaitu suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga rentan akan timbulnya komplikasi berupa infeksi jika tidak segera ditangani. Fraktur tertutup yaitu suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar, artinya tidak ada luka yang menghubungkan tulang yang patah dengan dunia luar.

TRANSCRIPT

REFLEKSI KASUSFRAKTUR TERTUTUP FEMUR DEKSTRA

Disusun oleh:KHALIFA RAHMANI20100310135

Pembimbing: dr. Wahyu Purnomo, Sp.OT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT BEDAHPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTARSUD KOTA SALATIGAHALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan, refleksi kasus dengan judulFRAKTUR TERTUTUP FEMUR DEKSTRA

Disusun oleh:Nama: Khalifa RahmaniNo. Mahasiswa: 20100310135

Telah dipresentasikan Hari/Tanggal:

Disahkan oleh:Dosen Pembimbing,

dr. Wahyu Purnomo, Sp.OT

BAB IStatus Pasien

A. Identitas Pasien Nama: Sdr. MHUmur: 14 tahunJenis Kelamin: Laki-lakiAgama: IslamAlamat : Banjaran, Kesongo TuntangB. AnamnesisRiwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan riwayat kecelakaan lalu lintas, bertabrakan sepeda motor dengan sepeda motor, posisi pasien dibonceng oleh temannya, memakai helm, pasien tidak terlalu ingat bagaimana cara terjatuhnya, namun posisi terakhir adalah pasien tertidur miring dengan kaki kanan dibawah kaki kiri dan ketika pasien berusaha bangun, paha kanannya terasa sangat sakit(+) nyeri bertambah jika berusaha digerakkan dan berpindah posisi. Pasien tidak mengeluhkan pusing (-), mual (-), muntah (-), sesak nafas (-), riwayat pingsan (-). Tampak daerah paha kanan pasien bengkak (+), memar (+) dan bentuk antara kaki kanan dan kiri tidak sama namun tidak tampak luka di paha kanan. Terdapat beberapa luka lecet di daerah tangan.Riwayat Penyakit Dahulu: Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya Tinjauan Sistem:Kepala leher : tidak ada keluhanTHT: tidak ada keluhanRespirasi: tidak ada keluhanGastrointestinal: tidak ada keluhan Kardiovaskular: tidak ada keluhan Perkemihan : tidak ada keluhanSistem Reproduksi: tidak ada keluhanEkstremitas: nyeri pada paha kanan, tidak dapat digerakkanKulit: nyeri pada luka di beberapa tempat di tangan kanan dan kiri

C. Riwayat Perjalanan Penyakit Pasien S (subyektif):Paha kanan terasa sakit (+) dan tidak dapat digerakkan, nyeri bertambah jika berusaha digerakkan dan berpindah posisi. Pasien tidak mengeluhkan pusing (-), mual (-), muntah (-), sesak nafas (-), riwayat pingsan (-), lemes (+) minimal. O (Obyektif) Keadaan Umum: CM, tampak lemas TD: 100/60 mmHg Nadi: 80 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup RR: 16 x/menit Suhu: 36,40C GCS: E4V5M6 = 15 Primary Survey:A : tidak tampak adanya tanda-tanda sumbatan pada jalan nafas, tidak terdengar suara gurgle atau snoring dan tanda-tanda cedera spinalB: tidak tampak adanya gangguan pada fungsi pernafasan, frekuensi dan irama pernafasan dalam batas normalC: tidak tampak adanya gangguan sirkulasi/ perdarahan, nadi dan tekanan darah normal, CRT < 2 detik, akral hangatD: tampak adanya gangguan fungsi pergerakan dan adanya deformitas pada kaki kanan E: mengekspose bagian yang sakit ( kaki kanan ) dan luka-luka lecet dari pakaian yang menempel.Pemeriksaan Umum Kepala dan Leher : Normochepal Hematoma (-) Perdarahan di lubang hidung dan atau telinga (-) Hematoma periorbita/ brill hematoma/ raccoon eye (-) Pupil isokhor dengan diameter 3 mm, reflek cahaya +/+ Konjungtiva pucat -/- JVP : normal Deformitas pada leher (-) Cor Suara S1 dan S2 terdengar regular dan tidak ditemukan bising atau suara tambahan jantung Pulmo Bentuk paru simetris, tidak terdapat jejas dan kelainan bentuk. Tidak ada ketinggalan gerak, vocal fremitus tidak ada peningkatan maupun penurunan. Tidak ada nyeri tekan pada lapang paru. Perkusi : sonor Suara dasar vesikuler : +/+ (positif di lapang paru kanan dan kiri) Suara rokhi : -/- (tidak terdengar di kedua lapang paru) Suara wheezing : -/- (tidak terdengar di kedua lapang paru) Abdomen Abdomen datar (+) supel (+) hematoma atau memar (-) Peristaltik usus (+) normal Nyeri tekan (-) defans muscular (-) Ekstremitas Ekstremitas superior : tampak multiple VE(+) deformitas (-), perdarahan (-), udem (-), akral dingin (+) Ekstremitas inferior: tampak deformitas, hematome, dan bengkak pada regio femur dextra, luka (-), perdarahan (-), akral dingin (+)Pemeriksaan Status Lokalis Regio Femur Dextra Look : Regio femur dextra tampak bengkak (+), memar/hematoma (+), deformitas (+), luka terbuka (-) Feel : Regio femur dextra teraba hangat (+), nyeri tekan (+), krepitasi (-) teraba pulsasi distal (+) pada a. dorsalis pedis Move: Gerak aktif (-) gerak pasif (+) minimal dan sangat nyeri Pemeriksaan penunjang Darah Rutin ( Pre OP): Leukosit : 8,32 (N: 4,5-11) Eritrosit: 4,67(N: 4,0-5,5) Hemoglobin: 11,4(N: 14-18) Hematokrit: 33,8(N: 32-44) MCV: 72,4(N: 86-108) MCH: 24,4 (N: 28-31) MCHC: 33,7(N: 30-35) Trombosit: 233 (N: 150-450) Darah Rutin ( Post OP): Leukosit : 10,68 (N: 4,5-11) Eritrosit: 3,99 (N: 4,0-5,5) Hemoglobin: 9,8(N: 14-18) Hematokrit: 28,8(N: 32-44) MCV: 72,1(N: 86-108) MCH: 24,6 (N: 28-31) MCHC: 34,1(N: 30-35) Trombosit: 208(N: 150-450) Hasil foto rontgen Femur

Kesan : Fraktur os Femur 1/3 distal, displaced, tipe transvers A (Assessment) Closed Fracture Femur Dekstra

P (Planning) Medikamentosa Pre OPJenis TerapiDosisCara Pemberian

Inf. RL20 tts/menitI.V

Ketorolac3 x 1 amp I.V

As. Tranexamat1 x 1 ampI.V

Ceftriaxone2 x 1 g I.V

Terapi Operatif:Pemasangan ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

Medikamentosa Post OPJenis TerapiDosisCara Pemberian

Inf. RL20 tts/menitI.V

Ketorolac2 x 1 amp I.V

Ranitidine 2 x 1 ampI.V

Vit.K1 x 1 I.V

As. Tranexamat2 x 1 ampI.V

Ceftizoxime2 x 1 g I.V

BAB IITinjauan Pustaka

A. DEFINISIa. FrakturFraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress atau beban yang lebih besar dari kemampuan tulang untuk mentolerir beban tersebut.b. Tipe-tipe FrakturBerdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar, fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur terbuka yaitu suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga rentan akan timbulnya komplikasi berupa infeksi jika tidak segera ditangani. Fraktur tertutup yaitu suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar, artinya tidak ada luka yang menghubungkan tulang yang patah dengan dunia luar.Fraktur juga dibagi menjadi fraktur complete dan uncomplete. Fraktur complete yaitu suatu fraktur dimana tulang terputus seluruhnya dari bagian tulang yang seharusnya menjadi kesatuannya. Sedangkan fraktur uncomplete adalah suatu fraktur dimana masih ada bagian yang tersambung dengan tulang yang menjadi kesatuannya. Fraktur complete dibagi lagi menjadi fraktur tipe displace dan undisplaced. Fraktur displace yaitu suatu fraktur dimana bagian tulang yang patah telah bergeser dari letak yang seharusnya, sedangkan fraktur undisplace yaitu suatu fraktur dimana bagian tulang yang patah tidak bergeser dari tempat yang seharusnya.Menurut bentuknya, fraktur terbagi dalam berbagai macam tipe. Diantaranya adalah sebagai berikut: Transverse, adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, jika segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ke tempat semula, maka segmen-segmen tersebut akan stabil dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips. Oblique, adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang (lebih lancip dibanding fraktur transverse). Fraktur ini cenderung tidak stabil dan sulit untuk diperbaiki. Spiral, adalah fraktur yang melintir (zig-zag) di sekitar tulang panjang Impacted, fraktur dimana fragmen tulang masuk ke fragmen tulang lainnya Compression, fraktur dimana tulang tertekan (tampak pada fraktur vertebra) Comminutive, adalah fraktur yang bentuknya seperti serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang Segmental, merupakan dua fraktur yang berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini biasanya sulit ditangani, satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah akan sulit untuk sembuh. Greenstick, fraktur dimana satu sisi tulang patah sedangkan sisi lainnya bengkok. Pathologic, fraktur yang terjadi pada area tulang yang sakit (contoh: osteoporosis, cyst tulang, pagets disease, metastase tulang, tumor) dapat terjadi tanpa trauma atau jatuh. Avulsion, fraktur dimaa fragmen tulang tertarik keluar dari ligament atau tendon dari tempat menempelnya.

c. Fraktur Tertutup FemurFraktur femur tertutup berarti terputusnya tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis yang menyusun bangunan femur, baik bersifat parsial maupun total tanpa disertai adanya luka yang menghubungkan lokasi fraktur dengan dunia luar. Fraktur pada daerah femur memiliki resiko tinggi untuk mengalami perdarahan hebat dan mengarah terhadap terjadinya syok karena banyak pembuluh darah besar yang melewati bangunan femur.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI FEMUR

Femur merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar dalam sistem kerangka tubuh manusia. Bagian pangkal femur berhubungan dengan asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut caput femoris. Bangunan lanjutan dari caput femoris adalah collum femoris yang pada bagian atas dan bawahnya terdapat bangunan trochanter mayor dan trochanter minor. Bagian medial adalah bagian diafisis yang disebut corpus femoris atau badan femur. Bagian ujung femur membentuk persendian lutut, terdapat 2 buah tonjolan yang disebut condylus lateralis (tonjolan sebelah luar) dan condylus medialis (tonjolan sebelah dalam), diantara dua condylus tersebut terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patella) yang disebut fossa condylus.Tulang terdiri dari matriks organic keras yang sangat diperkuat dengan timbunan garam-garam kalsium. Rata-rata tulang padat mengandung berat yang terbentuk dari sekitar 30 persen matriks dan 70 persen garam. Tulang yang baru dibentuk dapat memiliki persentase matriks yang lebih besar dibandingkan dengan garam. Matriks organic tulang terdiri dari serat kolagen sebesar 90-95%, dan sisanya dibentuk oleh medium gelatinosa homogen yang disebut substansi dasar (terdiri atas cairan ekstra sel dan proteoglikan terutama kondroitin sulfat dan asam hialurodinase). Serat kolagen terbentang terutama di sepanjang garis tekanan dan memberikan kekuatan tulang terhadap tarikan.Timbunan garam kristalin dalam matriks organic tulang terutama terdiri atas kalsium dan fosfat yang membentuk rumus kimia dan merupakan garam kristalin utama yang dikenal sebagai hidroksiapatit. Hidroksiapatit ini akan berkolabrasi dengan serat kolagen sedemikian rupa sehingga mampu membentuk struktur tulang yang memiliki kekuatan tarikan dan tekanan yang ektrem.Mekanisme kalsifikasi tulang dimulai dengan sekresi molekul kolagen (monomer kolagen) dan substansi dasar oleh osteoblas. Setelah itu, monomer kolagen akan berpolimerasi secara cepat membentuk serat kolagen yang membentuk produk jaringan berupa osteoid, yait suatu materi mirip kartilago yang berfungsi memudahkan terjadinya presipitasi garam kalsium. Ketika osteoid ini terbentuk, sejumlah osteoblas terperangkap dalam osteoid dan menjadi inaktif. Pada tahap ini, osteoblas disebut osteofit. Selanjutnya garam kalsium akan mengalami presipitasi pada permukaan di sepanjang serat kolagen kemudian presipitat tersebut akan membentuk nidus-nidus dan bermultiplikasi dengan cepat untuk mencapai produk akhir berupa kristal hidroksiapatit.Tulang secara kontinu dibentuk oleh osteoblas dan secara kontinu diabsorbsi ketika osteoklas menjadi aktif. Osteoblas dijumpai di permukaan luar tulang dan di rongga-rongga tulang. Pada keadaan normal, kecuali di jaringan tulang yang sedang tumbuh, kecepatan pembentukan dan absorbs tulang sama satu sama lain, sehingga total massa tulang dipertahankan konstan. Proses pembentukan dan absorbs tulang ini berlangsung secara kontinu. Hal ini memiliki beberapa fungsi fisiologis penting, yaitu: pertama, tulang mampu menyesuaikan kekuatannya agar sebanding dengan derajat tekanan yang diterimanya. Kedua, tulang dapat disusun kembali agar berfungsi sebagai penyangga daya mekanik , oleh proses pembentukan dan absorbs tulang sesuai dengan pola stress pada tulang. Ketiga, karena tulang yang berusia tua cenderung bersifat rapuh, matriks organic yang baru diperlukan saat matriks organic tua berdegenerasi, dengan cara ini kekuatan tulang dipertahankan.Fraktur tulang dalam beberapa cara akan mengaktifkan semua osteoblas intraoseus dan periosteum secara maksimal di daerah yang mengalami cidera. Selain itu, sejumlah osteoblas baru dibentuk tidak lama kemudian dari sel osteoprogenitor, yang merupakan sel induk tulang di jaringan permukaan yang melapisi tulang, yang disebutmembrane tulang. Oleh sebab itu dalam waktu singkat, suatu penonjjolan besar dari jaringan osteoblastik dan matriks tulang organic baru, yang diikuti dengan pembentukan garam kalsium , terbentuk di antara dua ujung tulang yang patah. Penonjolan ini disebut kalus.C. ETIOLOGIBerbagai penyebab terjadinya fraktur adalah sebagai berikut: Trauma tunggalSebagian besar fraktur atau dislokasi disebabkan oleh trauma tunggal yang besar, dibagi lagi menjadi: Trauma LangsungTrauma langsung menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan lunak yang hebat. Bentuk fraktur karena trauma langsung umumnya adalah fraktur transversal. Sedangkan trauma yang sangat besar dan menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan lunak yang massive dapat mengakibatkan fraktur tipe kominutif. Trauma Tak LangsungTrauma tak langsung mengakibatkan lokasi fraktur tidak berada tepat di tempat tekanan. Biasanya kerusakan jaringan minimal. Bentuk fraktur bervariasi tergantung gaya yang mengenai: Twisting fraktur spiral (contohnya pada trauma pada adu panco yang menyebabkan fraktur humerus oleh tekanan dari otot yang memelintir tulang) Kompresi short obique ( contohnya pada orang yang jatuh terduduk dan telapak tangannya menahan tubuhnya) Bending (membungkuk) triangular butterfly fragmen Tension (tekanan) avulsion

Trauma repetitiveTrauma repetitive menimbulkan keretakan pada tulang dan sendi terutama tibia, fibula, metatarsal, sendi lutut, dan ankle. Biasanya terjadi pada atlet, penari, dan tentara. Fraktur patologisTrauma yang tidak adekuat sudah bisa menimbulkan diskontinuitas pada jaringan yang mengalami kelemahan struktur akibat keganasan, penyakit metabolic dan disuse atrofi.

D. PATOFISIOLOGIFraktur merupakan ganggguan pada tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik trauma tunggal maupun berulang, atau terjadi karena proses patologis akibat keganasan ataupun penyakit metabolik. Saat terjadi fraktur, kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang fraktur terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun dan terjadi perubahan perfusi jaringan. Kerusakan pembuluh darah tersebut mengakibatkan terjadinya hematoma yang akan mengeksudasi plasma dan poliferasi yang terjadi akibat fraktur menjadi edem lokal. Fraktur terbuka atau tertutup bila mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan ganggguan berupa rasa nyeri.Proses lain sebagai kompensasi terjadinya fraktur adalah terjadinya neovaskularisasi yang secara klinis akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu, fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunakmemungkinkan sekali terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak dan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.Proses di atas akan diikuti dengan proses penyembuhan fraktur, yang terdiri dari:1. InflamationKetika tulang mengalami fraktur, pembuluh darah di dalamnya mengalami kerusakan. Darah akan mengalir ke tempat luka, dan setelah beberapa jam membentuk bekuan yang disebut hematoma. Tanda-tanda inflamasi akan tampak pada proses ini. Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.

2. Soft callus formationDalam beberapa minggu, jaringan lunak yang dibuat beberapa sel khusus (fibroblast dan chondroblast), callus fibrocartilago, menggantikan bekuan itu dan mempersatukan kedua bagian tulang.3. Hard callus formationCallus fibrocartilago kemudian diinvasi oleh osteoblasyang mengubahnya menjadi callus tulang.4. Remodeling Setelah beberapa bulan, maka jaringan tulang padat selesai direkonstruksi, dan hanya sedikit ditemukan penebalan akibat patahan tulang telah terjadi tersebut.

E. MANIFESTASI KLINIS1. Deformitas Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti : translasi (sideaway, overlap dan impaction), tilt/ angulasi (menyudut), twist/rotasi, shortening (pemendekan karena tulangnya menancap).2. Bengkak1. 2. Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.3. Echimosis dari perdarahan Subcutaneous.4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.5. Tenderness / nyeri tekan Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur didaerah yang berdekatan Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknyasyaraf/perdarahan ).6. Pergerakan abnormal7. KrepitasiYaitu suara derik tulang yang terjadi akibat gesekan antar fragmen tulang yang terjadi akibat fraktur.

F. DIAGNOSISDiagnosis fraktur dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dapat kita temukan data-data berupa keluhan pasien seperti berikut ini:Keluhan: Ada riwayat trauma (terjatuh, kecelakaan, dll) Nyeri Sulit digerakkan Deformitas Bengkak Perubahan warna Gangguan sensibilitas Kelemahan otot Faktor resiko : -Pada pemeriksaan fisik khususnya pemeriksaan status lokalis, maka yang akan ditemukan pada pasien dengan fraktur tertutup adalah sebagai berikut: Inspeksi (look): Adanya deformitas dari jaringan tulangm namun tidak menembus kulit. Anggota tubuh terkait tidak dapat digerakkan. Palpasi (feel): Teraba deformitas tulang jika dibandingkan dengan sisi yang sehat Nyeri tekan Bengkak Panjang anggota gerak berbeda dengan sisi yang sehat Gerak (move) : umumnya tidak dapat digerakkan Sedangkan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ketika menemukan kasus yang dicurigai sebagai kasus fraktur adalah: Pemeriksaan radiologi berupa: Foto polos, umumnya dilakukan pemeriksaan dalam proyeksi AP dan lateral Pemeriksaan radiologi lainnya sesuai indikasi dapat dilakukan pemeriksaan berikut, antara lain: radioisotop scanning tulang, tomografi, artrografi, CT-scan, dan MRI Pemeriksaan darah rutin dan golongan darah

G. PENATALAKSANAANSemua Fraktur dikelola secara emergency. Primary Survey harus dilakuakan untuk menilai secara awal ada tidaknya cedera lain yang mengancam jiwa ( memastikan ABCDE clear). Pasang cairan untuk mengantisipasi kehilangan darah yang tidak terlihat misalnya pada fraktur pelvis dan fraktur tulang panjang. Melakukan stabilisasi fraktur dengan spalk sebelum diputuskan penggunaan metode apa sesuai untuk melakukan imobilisasi dan reduksi pada patah tulang, dan mewaspadai adanya tanda-tanda compartment syndrome.Semua jenis fraktur memiliki prinsip penanganan yang sama dengan metode yang berbeda-beda. Prinsip penanganan fraktur meliputi: reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan untuk mereduksi fraktur. Metode tersebut dipilih bergantung segera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema atau perdarahan. Reduksi akan semakin sulit apabila cedera sudah mulai mengalami penyembuhan.Pada umumnya pasien fraktur baik terbuka ataupun tertutup akan dilakukan immobilissi yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. Imobilitas dapat dilakukan dengan cara berikut ini:a. Pemasangan Gipsb. Pemasangan Bidaic. Pemasangan Traksid. Pemasangan plate logame. Pencangkokan tulang dan platSedangkan utuk mempertahankan reduksi tulang dapat dilakukan beberapa cara seperti berikut:1. traksi terus-menerus;2. pembebatan dengan gips:3. pemakaian panahan fungsional,4. fiksasi internal misalnya ORIF ( open reduction internal fixation)5. fiksasi eksternal, misalnya OREF ( open reduction eksternal fixation)H. KOMPLIKASIKomplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih, dan sindrom kompartemen, yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanent jika tidak ditangani segera.komplikasi lainnya adalah infeksi, tromboemboli yang dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah cedera dan koagulopati intravaskuler diseminata (KID).Syok hipovolemik atau traumatik, akibat pendarahan (baik kehilangan dara eksterna maupun tak kelihatan ) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis,dan vertebra karena tulang merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapaler terjadi kehilangan darah dalam jumlah yang besar sebagai akibat trauma,khususnya pada fraktur femur pelvis. Penanganan meliputi mempertahankan volume darah,mengurangi nyeri yang diderita pasien, memasang pembebatan yang memadai, dan melindungi pasien dari cedera lebih lanjut.Sindrom Emboli Lemak. Setelah terjadi fraktur panjang atau pelvis,fraktur multiple, atau cidera remuk dapat terjadi emboli lemak,khususnya pada dewasa muda 20-30 th pria pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat termasuk ke dalam darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karma katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi setres pasien akan memobilitasi asam lemak dan memudahkan terjadiya globula lemak dalam aliran darah. Globula lemak akan bergabung dengan trombosit membentuk emboli, yang kemudian menyumbat pembuluh darah kecil yang memasok otak, paru, ginjal dan organ lain awitan dan gejalanya yang sangat cepat, dapat terjadi dari beberapa jam sampai satu minggu setelah cidera gambaran khansya berupa hipoksia, takipnea, takikardia, dan pireksia.

I. PROGNOSISPrognosis umumnya bonam, namun qua ad fungsionamnya adalah dubia ada bonam. Hal ini bergantung kepada ketepatan dan kecepatan tindakan yang dilakukan.

BAB IIIPembahasan

Diketahui bahwa pasien datang dengan riwayat kecelakaan lalu lintas sebelum masuk RS. Pasien mengeluhkan paha kanannya sangat nyeri terutama untuk digerakkan dan berpindah posisi. Melihat bahwa cedera yang terjadi akibat lalu lintas, maka kita harus dilakukan prinsip penanganan pada trauma, yaitu memastikan ada tidaknya gangguan pada komponen airway, breathing, circulation, disability, dan exposure pada pasien tersebut. Selain menemukan ada tidaknya gangguan pada komponen berikut, penanganan harus segera dilakukan jika terdapat gangguan yang ditemukan dalam komponen dasar tersebut. Pada pasien ini, ditemukan terdapat gangguan pada fungsi disability yaitu pada extremitas inferior dekstra terdapat keterbatasan gerak maka harus segera dicari tahu penyebabnya dan segera ditanganiTampak paha kanan membengkak dengan kulit di lokasi cidera intak dan tampak adanya deformitas, hematom juga tampak di lokasi cidera. Hal tersebut menunjukkan kemungkinan besar pasien mengalami fraktur femur. Dari pemeriksaan fisik juga ditemukan gejala yang mendukung bahwa pasien mengalami fraktur femur yaitu: adanya nyeri tekan dan pada lokasi cidera dan sekitarnya terasa hangat menunjukkan adanya reaksi inflamasi di lokasi tersebut. Hal tersebut hampir memastikan bahwa pasien mengalami fraktur pada os femur. Maka, dengan kecurigaan tersebut, pasien harus segera ditangani untuk menghindari gangguan yang lebih berat.Diketahui bahwa os femur adalah tulang panjang terbesar dalam tubuh, tulang ini dikelilingi oleh banyak pembuluh darah besar sehingga jika terjadi fraktur pada os femur resiko perdarahan sangat besar bahkan bisa mengarah pada keadaan syok, sehingga resusitasi cairan harus segera dilaksanakan selain itu harus pula diperiksa adakah gangguan vaskularisasi dan neurologis pada extremitas inferior dekstra pasien ini, yaitu dengan cara mengecek pulsasi distal, pemeriksaan sensibilitas, serta kekuatan otot karena seringkali fraktur mengakibatkan robekan pada vaskuler dan serabut syaraf yang mengakibatkan bagian extremitas yg lebih distal dari lokasi cedera tidak mendapatkan supplay darah dan tidak mampu menerima rangsang akibat terputusnya serabut syaraf yang menginervasi bagian tersebut. Bila kondisi tersebut terjadi, penangannan pada fraktur femur akan sangat berbeda.Pembidaian juga harus segera dilakukan untuk megimobilisasi extremitas yang mengalami cidera, hal ini sangat dibutuhkan untuk mengurang rasa nyeri dan menminimalisie cedera yang terjadi akibat pergerakan fragmen tulang yang dapat mencederai lebih lanjut jaringan-jaringan disekitarnya. Setelah itu dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa foto Ro dengan menggunakan pronsip rule of 2 yaitu: melibatkan 2 sendi yaitu sendi yang lebih proksimal dan sendi yang lebih distal daripada lokasi extremitas yang terkena cidera, dengan 2 proyeksi yaitu AP dan lateral, 2 kali foto yaitu sebelum dan sesudah tindakan serta untuk anak kecil adalah 2 ekstremitas (kanan dan kiri) untuk dibandingkan satu sama lain karena pada anak kecil, tulang sedang dalam proses pertumbuhan sehingga kesan radiologi bisa saja menagkap sebuah kelainan padahal karena proses pertumbuhan.Dari hasil rongent didapatkan terdapat close fraktur pada os femur dekstra pada 1/3 medial, displaced, tipe transverse. Tipe fraktur ini mempengaruhi penanganan lebih lanjut yang merupakan bagian dari bedah ortopedi. Sebagai dokter umum kemampuan yang harus dikuasai adalah melakukan penilaian awal, mendiagnosis pasien, dan melakukan penanganan awal penanganan. Sedangkan penanganan awal yang dapat dilakuakan adalah resusuitasi cairan, pemeberian analgetik, pemasangan bidai, dan pembeian analgetik sebagai profilaksis untuk pelaksanaan operasi jika diindikasikan.

BAB IIIKesimpulan 1. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini pasien didiagnosis mengalami Close Fracture 1/3 medial os femur dengan tipe displaced transverses.2. Penanganan awal yang perlu dilakukan adalah melakukan penilaian awal dan memastikan kestabilan komponen ABCDE, memberikan resusitasi cairan, pemberian analgetik dan antibiotic untuk profilaksis sebelum dilakukan operasi jika diindikasikan dan pemasangan bidai untuk immobilisasi.