referensi

39
Definisi Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup maupun mati, berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut. Identifikasi forensik merupakan usaha untuk mengetahui identitas seseorang yang ditujukan untuk kepentingan forensik, yaitu kepentingan proses peradilan. Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar dan pada kecelakaan massal, bencana alam atau huru-hara yang mengakibatkan banyak korban mati, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi yang tertukar atau diragukannya orang tuanya. Tujuan Identifikasi Forensik Adapun tujuan dari identifikasi forensik adalah: a. Kebutuhan etis dan kemanusiaan. b. Pemastian kematian seseorang secara resmi dan yuridis. c. Pencatatan identitas untuk keperluan administratif dan pemakaman. d. Pengurusan klaim di bidang hukum publik dan perdata. e. Pembuktian klaim asuransi, pensiun dan lain-lain. f. Upaya awal dalam suatu penyelidikan kriminal. Peran Identifikasi Forensik Peran identifikasi forensik adalah: a. Pada orang hidup : - Semua kasus medikolegal. - Orang yang didakwa pelaku pembunuhan. - Orang yang didakwa pelaku pemerkosaan. - Identitas bayi baru lahir yang tertukar, untuk menentukan siapa orang tuanya. - Anak hilang.

Upload: ditaprikitiuw

Post on 13-Dec-2014

58 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

referenai identifikasi

TRANSCRIPT

Page 1: referensi

Definisi

Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup maupun mati, berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut. Identifikasi forensik merupakan usaha untuk mengetahui identitas seseorang yang ditujukan untuk kepentingan forensik, yaitu kepentingan proses peradilan.

Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar dan pada kecelakaan massal, bencana alam atau huru-hara yang mengakibatkan banyak korban mati, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi yang tertukar atau diragukannya orang tuanya.

Tujuan Identifikasi Forensik

Adapun tujuan dari identifikasi forensik adalah:

a.    Kebutuhan etis dan kemanusiaan.b.    Pemastian kematian seseorang secara resmi dan yuridis.c.    Pencatatan identitas untuk keperluan administratif dan pemakaman.d.    Pengurusan klaim di bidang hukum publik dan perdata.e.    Pembuktian klaim asuransi, pensiun dan lain-lain.f.     Upaya awal dalam suatu penyelidikan kriminal.

Peran Identifikasi Forensik

Peran identifikasi forensik adalah:

a. Pada orang hidup :

- Semua kasus medikolegal.- Orang yang didakwa pelaku pembunuhan.- Orang yang didakwa pelaku pemerkosaan.- Identitas bayi baru lahir yang tertukar, untuk menentukan siapa orang tuanya.- Anak hilang.

b. Pada jenazah, dilakukan pada keadaan:

- Kasus peledakan.- Kasus kebakaran.- Kecelakaan kereta api atau pesawat terbang.- Banjir. 

- Kasus kematian yang dicurigai melanggar hukum.

Page 2: referensi

Metode Identifikasi Forensik

Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positip (tidak meragukan). Secara garis besar ada dua metode pemeriksaan, yaitu:

a. Identifikasi primer

Merupakan identifikasi yang dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibantu oleh kriteria identifikasi lain. Teknik identifikasi primer yaitu :

· Pemeriksaan DNA

· Pemeriksaan sidik jari

· Pemeriksaan gigi

Pada jenazah yang rusak/busuk untuk menjamin keakuratan dilakukan dua sampai tiga metode pemeriksaan dengan hasil positif.

b. Identifikasi sekunderPemeriksaan dengan menggunakan data identifikasi sekunder tidak dapat berdiri sendiri dan perlu didukung kriteria identifikasi yang lain. Identifikasi sekunder terdiri atas cara sederhana dan cara ilmiah. Cara sederhana yaitu melihat langsung ciri seseorang dengan memperhatikan perhiasan, pakaian dan kartu identitas yang ditemukan. Cara ilmiah yaitu melalui teknik keilmuan tertentu seperti pemeriksaan medis.

Ada beberapa cara identifikasi yang biasa dilakukan, yaitu:

1) Pemeriksaan sidik jariMetode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem. Pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi akurasinya dalam penentuan identitas seseorang, oleh karena tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama.

2) Metode visual

Page 3: referensi

Metode ini dilakukan dengan cara keluarga/rekan memperhatikan korban (terutama wajah). Oleh karena metode ini hanya efektif pada jenazah yang masih utuh (belum membusuk), maka tingkat akurasi dari pemeriksaan ini kurang baik.

3) Pemeriksaan dokumenMetode ini dilakukan dengan dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, kartu golongan darah, paspor dan lain-lain) yang kebetulan dijumpai dalam saku pakaian yang dikenakan. Namun perlu diingat bahwa dalam kecelakaan massal, dokumen yang terdapat dalam saku, tas atau dompet pada jenazah belum tentu milik jenazah yang bersangkutan.

4) Pengamatan pakaian dan perhiasanMetode ini dilakukan dengan memeriksa pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenzah. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui merek, ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang semuanya dapat membantu identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah. Untuk kepentingan lebih lanjut, pakaian atau perhiasan yang telah diperiksa, sebaiknya disimpan dan didokumentsikan dalam bentuk foto.

5) Identifikasi medikMetode ini dilakukan dengan menggunakan data pemeriksaan fisik secara keseluruhan, meliputi tinggi dan berat badan, jenis kelamin, warna rambut, warna tirai mata, adanya luka bekas operasi, tato, cacat atau kelainan khusus dan sebagainya. Metode ini memiliki akurasi yang tinggi, oleh karena dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara atau modifikasi.

6) Pemeriksaan GigiPemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar x, cetakan gigi serta rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya. Bentuk gigi dan rahang merupakan ciri khusus dari seseorang, sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang identik pada dua orang yang berbeda, bahkan kembar identik sekalipun.

7) SerologiPemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan golongan darah yang diambil baik dari tubuh korban atau pelaku, maupun bercak darah yang terdapat di tempat kejadian perkara. Ada dua tipe orang dalam menentukan golongan darah, yaitu:· Sekretor     : golongan darah dapat ditentukan dari pemeriksaan darah, air mani dan cairan tubuh.· Non-sekretor : golongan darah hanya dari dapat ditentukan dari pemeriksaan darah.

8) Metode ekslusiMetode ini digunakan pada identifikasi kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat diketahui identitasnya. Bila sebagian besar korban telah dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode identifikasi lain, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan metode tersebut di atas, maka sisa diidentifikasi menurut daftar penumpang.

9) Identifikasi kasus mutilasiPemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan apakah potongan berasal dari manusia atau binatang. Bila berasal dari manusia ditentukan apakah potongan tersebut berasal dari satu tubuh. Untuk memastikan apakah potongan tubuh berasal dari manusia dilakukan beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik berupa reaksi antigen-antibodi.

Page 4: referensi

10) Identifikasi kerangkaIdentifikasi ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan bila memungkinkan dapat dilakukan rekonstruksi wajah. Kemudian dicari pula tanda kekerasan pada tulang serta keadaan kekeringan tulang untuk memperkirakan saat kematian.

11) Forensik molekulerPemeriksaan ini memanfaatkan pengetahuan kedokteran dan biologi pada tingkatan molekul dan DNA. Pemeriksaan ini biasa dilakukan untuk melengkapi dan menyempurnakan berbagai pemeriksaan identifikasi personal pada kasus mayat tak dikenal, kasus pembunuhan, perkosaan serta berbagai kasus ragu ayah (paternitas).

Posted 25th November by Majiid Sumardi Labels: Forensik PDF DOC Jurnal http://majiidsumardi.blogspot.com/2011/11/identifikasi-forensik.html

Identifikasi forensikDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata.Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.

Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak , membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka.Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtua nya.Identitas seseorang yang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif (tidak meragukan).

Page 5: referensi

Daftar isi

1 Pemeriksaan sidik jari 2 Metode Visual

3 Pemeriksan Dokumen

4 Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan

5 Identifikasi Medik

6 Pemeriksaan Gigi

7 Pemeriksaan Serologik

8 Metode Eksklusi

9 Identifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi)

10 Identifikasi Kerangka

11 Pemeriksaan Anatomik

12 Penentuan Ras

13 Daftar Pustaka

Pemeriksaan sidik jari

Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem.Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatan nya untuk menentukan identitas seseorang.

Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastik.

Metode Visual

Metode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya.Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk, sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang.Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.

Pemeriksan Dokumen

Page 6: referensi

Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) dan sejenisnya yang kebetulan ditemukan dalam dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali jenazah tersebut.Perlu diingat pada kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet yang berada dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan.

Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan

Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui merek atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang semuanya dapat membantu proses identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.Khusus anggota ABRI, identifikasi dipemudah oleh adanya nama serta NRP yang tertera pada kalung logam yang dipakainya.

Identifikasi Medik

Metode ini menggunakan data umum dan data khusus.Data umum meliputi tinggi badan, berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya.Data khusus meliputi tatto, tahi lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang dan sejenisnya.

Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga ketepatan nya cukup tingi.Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini.

Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, prkiraan umur dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.

Pemeriksaan Gigi

Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (Odontogram) dan rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi dan rahang.Odontogram memuat data tentang jumlah,bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya.

Seperti hal nya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas.Dengan demikian dapat dilakukan indentifikasi dengan cara membandingkan data temuan dengan data pembanding antemortem.

Pemeriksaan Serologik

Pemeriksaan serologik betujuan untuk menentukan golongan darah jenazah.Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang.

Saat ini telah dapat dilakukan pemeriksaan sidik DNA yang akurasi nya sangat tinggi.

Page 7: referensi

Metode Eksklusi

Metode ini digunakan pada kecelakaan masal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut dan sebagainya.

Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode indentifikasi yang lain, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan metode-metode tersebut di atas, maka sisa korban diindentifikasi menurut daftar penumpang.

Identifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi)

Pemeriksaan bertujuan untuk menentukan apakah potongan jaringan berasal dari manusia atau hewan.Bilamana berasal dari manusia, ditentukan apakah potongan-potongan tersebut dari satu tubuh.

Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan, dan keterangan lain seperti cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita, serta cara pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi.

Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipitin).

Penentuan jenis kelamin ditentukan dengan pemriksaan makroskopik dan harus diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan menemukan kromatin seks wanita, seperti Drumstick pada leukosit dan badan Barr pada sel epitel serta jaringan otot.

Identifikasi Kerangka

Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur dan tinggi badan, ciri-ciri khusus dan deformitas serta bila memungkinkan dilakukan rekonstruksi wajah.Dicari pula tanda-tanda kekerasan pada tulang dan memperkirakan sebab kematian.Perkiraan saat kematian dilakukan dengan memeperhatikan kekeringan tulang.

Bila terdapat dugaan berasal dari seseorang tertentu, maka dilakukan identifikasi dengan membandingkan data antemortem.Bila terdapat foto terakhir wajah orang tersebut semasa hidup, dapat dilaksanakan metode superimposisi, yaitu dengan jalan menumpukkan foto Rontgen tulang tengkorak di atas foto wajah orang tersebut yang dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut pengambilan yang sama.Dengan demikian dapat dicari adanya titik-titik persamaan.

Pemeriksaan Anatomik

Page 8: referensi

Dapat memastikan bahwa kerangka adalah kerangka manusia.Kesalahan penafsiran dapat timbul bila hanya terdapat sepotong tulang saja, dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologik/ reaksi presipitin dan histologi (jumlah dan diameter kanal-kanal Havers).

Penentuan Ras

Penentuan ras dapat dilakukan dengan pemeriksaan antropologik pada tengkorak, gigi geligi, tulang panggul atau lainnya.Arkus zigomatikus dan gigi insisivus atas pertama yang berbentuk seperti sekop memberi petunjuk ke arah ras Mongoloid.

Jenis kelamin ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang serta skapula dan metakarpal.Sedangkan tinggi badan dapat diperkirakan dari panjang tulang tertentu, dengan menggunakan rumus yang dibuat oleh banyak ahli.

Melalui suatu penelitian, Djaja Surya Atmaja menemukan rumus untuk populasi dewasa muda di Indonesia;

TB = 71,2817 + 1,3346 (tib) +1,0459(fib) (lk 4,8684) TB = 77,4717 + 2,1889 (tib) + (lk 4,9526)

TB = 76,2772 + 2,2522 (fib) (lk 5,0226)

Tulang yang diukur dalam keadaan kering biasanya lebih pendek 2 milimeter dari tulang yang segar, sehingga dalam menghitung tingi badan perlu diperhatikan.

Rata-rata tinggi laki-laki lebih besar dari wanita, maka perlu ada rumus yang terpisah antara laki-laki dan wanita.Apabila tidak dibedakan, maka diperhitungkan ratio laki-laki banding wanita adalah 100:90. Selain itu penggunaan lebih dari satu tulang sangat dianjurkan.(Khusus untuk rumus Djaja SA, panjang tulang yang digunakan adalah panjang tulang yang diukur dari luar tubuh berikut kulit luarnya).

Ukuran pada tengkorak, tulang dada, dan telapak kaki juga dapat digunakan untuk menilai tinggi badan.Bila tidak diupayakan rekonstruksi wajah pada tengkorak dengan jalan menambal tulang tengkorak tersebut dengan menggunakan data ketebalan jaringan lunak pada berbagai titik di wajah, yang kemudian diberitakan kepada masyarakat untuk memperoleh masukan mengenai kemungkinan identitas kerangka tersebut.

Daftar Pustaka

1. Gani, M.Husni, dr. DSF. Ilmu Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang, Indonesia 2002

2. (Inggris) Reichs, KJ. Forensic Osteology Advances In The Identification of Human Remain. Charles C Thomas Publisher, Springfield Illinois USA 1986.

3. (Inggris) Krogman WM and Iscan MY. The Human Skeleton In Forensic Medicine.Charles C Thomas Publisher, Springfield Illinois, USA 1985

Page 9: referensi

4. (Inggris) Launtz, LL. Handbook For Dental Identification. JB Lippincott Company, Philadelphia and Toronto 1973.

http://id.wikipedia.org/wiki/Identifikasi_forensik

Modul Forensik _ Identifikasi Trigger : Bencana alam gempa bumi yang menimpa kota Padang, menyebabkan korban jiwa yang cukup banyak. Diantaranya korban ditemukan dibawa ke rumah sakit M. Djamil guna dilakukan identifikasi. Identifikasi dilakukan oleh tim DVI Nasional bekerja sama dengan tim dari rumah sakit M. Djamil Padang. Korban jiwa yang dibawa ke rumah sakit berasal dari beberapa tempat, baik dari bangunan yang runtuh maupun dari bangunan terbakar.

Di bagian forensik rumah sakit M. Djamil banyak pihak keluarga yang datang guna mencari anggota keluarga mereka yang hilang. Tim DVI melakukan wawancara dengan pihak keluarga guna mendapatkan data antemortem. Korban akan teridentifikasi jika data antemortem cocok dengan data post mortem. Identifikasi pada saat itu banyak berdasarkan data primer gigi, dibanding data primer yang lain. Sedangkan data sekunder yang digunakan cukup bervariasi.

Pada korban yang jaringan lunaknya sudah rusak dan tinggal tulang, yang ditemukan di bangunan yang terbakar maka identifikasi dilakukan melalui pemeriksaan tulang, dari tulang dapat ditemukan ras, jenis kelamin, umur, dan perkiraan tinggi badan.

Terminologi :

* DVI (Disaster Victim Identification) : tim yang dibentuk untuk menentukan identitas seseorang yang identitasnya tidak diketahui, yang terdiri dari dari polisi, dokter forensik, dokter umum.

* Data ante mortem : data seseorang sebelum meninggal.

* Data Post Mortem : data yang didapat setelah meninggal.

* Identifikasi forensik : upaya penyidik untuk menentukan identitas seseorang yang identitasnya tidak diketahui baik kasus pidana maupun perdata.

Learning Objective :

1. Identifikasi : Definisi, pihak yang bertanggung jawab, tujuan, prinsip, dan metode (data primer dan data sekunder).

2. Cara menjelaskan identifikasi berdasarkan : ras, jenis kelamin, umur, tinggi badan dan prinsip identifikasi rangka.

Add 1. Identifikasi

Page 10: referensi

* Definisi : identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang.

Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikkan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.

Peran ilmu kedokteran forensuk dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang sudah rusak, membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang

Page 11: referensi

mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orang tua nya. Identitas seseorang yang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif (tidak meragukan).

* Pihak yang bertanggung jawab :

Penanggung jawab identifikasi korban mati : polisi

Minta bantuan ahli : dokter forensik, dokter gigi forensik, ahli sidik jari, ahli DNA, dan ahli lainnya.

* Tujuan identifikasi :

- Kebutuhan etis dan kemanusiaan terhadap keluarganya.

- Pemastian kematian seseorang secara resmi dan yuridis.

- Administratif

- Klaim dalam hukum publik dan perdata.

- Klaim asuransi, pensiun dan lainnya.

- Awal penyelidikan.

* Prinsip identifikasi :

Dilakukan dengan komparasi ciri identitas pada data ante mortem (sewaktu masih hidup) dan data post mortem (mayat/sudah meninggal).

Objek komparasinya :

- Circumstantial evidence : pakaian, barang milik korban

- Physical evidence : pemeriksaan ciri luar, pemeriksaan ciri dalam

* Metode Identifikasi

- Visual

Dengan memperhatikan dengan cermat atas korban, terutama wajahnya oleh pihak keluarga atau rekan dekatnya, maka jati diri korban dapat diketahui. Walaupun metode ini sederhana, untuk mendapatkan hasil yang diharapkan perlu diketahui bahwa metode ini baru dapat dilakukan bila keadaan tubuh dan terutama wajah korban dalam keadaan baik dan belum terjadi pembusukan yang lanjut.

Selain itu perlu diperhatikan faktor psikologis, emosi, latar belakang pendidikan; oleh karena faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

- Pakaian

Page 12: referensi

Pencatatan yang teliti atas pakaian, hal yang dipakai, mode serta adanya tulisan-tulisan seperti merek, penjahit, laundry atau initial nama, dapat memberikan informasi yang berharga, milik siapakah pakaian tersebut.

Bagi korban yang tidak dikenal, menyimpan pakaian secara keseluruhan atau potongan-potongan dengan ukuran 10cmx10cm, adalah merupakan tindakan yang tepat agar korban masih dapat dikenali walaupun tubuhnya telah dikubur.

- Perhiasan

Anting-anting, kalung, gelang serta cincin yang ada pada tubuh korban, khususnya bila pada perhiasan terdapat initial nama seseorang yang biasanya terdapat pada bagian dalam dari gelang atau cincin. Akan membantu dokter atau pihak penyidik di dalam menetukan identitas korban. Mengingat kepentingan tersebut, maka penyimpanan dari perhiasan haruslah dilakukan dengan baik.

- Dokumen

Kartu tanda penduduk, surat izin mengemudi, paspor, kartu golongan darah, tanda pembayaran dan lainnya yang ditemukan dalam dompet atau tas korban dapat menunjukka jati diri korban.

Khusus pada kecelakaan masal, perlu diingat akan kebiasaan seseorang di dalam menaruh dompet dan tasnya. Pada pria dompet biasanya terdapat dalam saku baju atau celana, sedangkan pada wanita tas biasanya dipegang, sehingga pada kecelakaan masal tas dapat terlempar dan sampai pada orang lain bukan pemiliknya. Jika hal ini tidak diperhatikan, kekeliruan identitas dapat terjadi, khususnya bila kondisi korban sudah busuk atau rusak.

- Medis

Pemeriksaan fisik secara keseluruhan, yang meliputi bantuk tubuh, tinggi tubuh dan berat badan, warna tirai mata, adanya cacat tubuh serta kelainan bawaan, jaringan parut bekas operasi serta tato, dapat memastikan siapa jati diri korban.

Pada beberapa keadaan khusus, tidak jarang harus dilakukan pemeriksaan radiologis, yaitu untuk mengetahui keadaan sutura, bekas patah tulang atau pen serta pasak yang dipakai pada perawatan penderita patah tulang.

Bentuk gigi dan bentuk rahang merupakan ciri khusus dari seseorang, sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang identik pada dua orang yang berbeda. Menjadikan pemeriksaan gigi ini mempunyai nilai yang tinggi dalam hal penetuan jati diri seseorang.

Pemeriksaan atas gigi ini menjadi lebih penting bila keadaan korban sudah rusak atau membusuk, dimana dalam keadaan tersebut pemeriksaan sidik jari tidak dapat dilakukan, sehingga dapat dikatakan gigi merupakan pengganti dari sidik jari.

Satu keterbatasan pemanfaatan gigi sebagai sarana identitas adalah belum meratanya sarana untuk pemeriksaan gigi, demikian pula pendataannya (dental record), oleh karena pemeriksaan gigi masih merupakan hal yang mewah bagi kebanyakan rakyat Indonesia. Dengan demikian, pemeriksaan gigi sifatnya lebih selektif.

Page 13: referensi

- Sidik jari

Kuntungan dari metode ini mudah dilakukan secara massal dan biaya yang murah. Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem. Sampai sekarang, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menetukan identitas seseorang. Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baikbya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik hari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastik.

Daktiloskopi adalah suatu sarana dan upaya pengenalan identitas diri seseorang melalui suatu proses pengamatan dan penelitian sidik jari, yang dipergunakan untuk berbagai keperluan/kebutuhan, tanda bukti, tanda pengenal, ataupun sebagai pengganti tanda tangan.

Sidik jari adalah suatu impresi dari alur-alur lekukan yang menonjol dari epidermis pada telapak tangan dan jari-jari tangan atau telapak kaki dan jari-jari kaki, yang juga dikenal sebagai "dermal ridges" atau " dermal papillae", yang terbentuk dari satu atau lebih alur-alur yang saling berhubungan. Sidik jari mulai tumnuh sejak janin berusia empat minggu hingga sempurna saat enam bulan di dalam kandungan.

Sifat-sifat khusus yang dimiliki sidik jari :

- Perennial nature : yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada kulit manusia seumur hidup.

- Immutability : yaitu sidik jari seseorang tidak pernah berubah, kecuali mendapatkan kecelakaan yang serius.

- Individuality : pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap orang.

Page 14: referensi

Mengenai bentuk dan pola sidik jari yang terdiri dari tiga jenis di atas memiliki ciri-ciri yang khas yaitu : Whorl (melingkar) yaitu bentuk pokok sidik jari, mempunyai 2 delta dan sedikitnya satu garis melingkar di dalam pattern area, berjalan di depan kedua delta. Jenis whorl terdiri dari Plain whorl, Central pocket loop whorl, Double loop whorl dan Accidental whorl.

Whorl bisa berbentuk sebuah Spiral, Bulls-eye, atau Double Loop. Whorl adalah titik-titik menonjol dan kontras, dan bisa dilihat dengan mudah. Cetakan Spiral dan Bulls-eye adalah persis sebangun dalam interpretasinya, namun yang kedua memberikan sedikit lebih banyak fokus. Di mana pun di bagian tangan, Whorl menyoroti dan menekankan kepada daerah tertentu, menjadikannya sebuah wilayah fokus di dalam kehidupan subyek.

Loop adalah bentuk pokok sidik jari dimana satu garis atau lebih datang dari satu sisi lukisan, melereng, menyentuh atau melintasi suatu garis bayangan yang ditarik antara delta dan core, berhenti atau cenderung berhenti ke arah sisi semula. Loop dapat menaik ke arah ujung jari, atau menjatuh ke arah pergelangan tangan. Common Loop bergerak ke arah ibu jari, sementara Radial Loop (Loop terbalik) bergerak mengarahkan ujung pemukulnya ke sisi lengan.

Arch merupakan bentuk pokok sidik jari yang semua garis-garisnya datang dari satu sisi lukisan, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang lain dari lukisan itu, dengan bergelombang naik di tengah-tengah. Pola ini bisa terlihat sebagai sebuah Flat Arch, atau Tented Arch. Perhatikan setiap pola Arch menaik sangat tinggi.

- Serologi

Penentuan golongan darah yang diambil baik dari dalam tubuh korban, maupundarah yang berasal dari bercak-bercak yang terdapat pada pakaian, akan dapat mengetahui golongan darah pada korban. Bila orang yang diperiksa itu kebetulan termasuk golongan sekretor (penentuan golongan darah dapat dilakukan dari seluruh cairan tubuh), maka pemeriksaan ini selain untuk menentukan jati diri seseorang dalam arti sempit, akan bermanfaat pula dalam membantu penyidik, misalnya dalam kasus perkosaan, tabrak lari, serta kasus bayi yang tertukar dan penentuan bercak darah milik siapa yang terdapat pada senjata dan pada pakaian tersangka pelaku kejahatan di dalam kasus-kasus pembunuhan.

- Eksklusi Metode ini sering digunakan pada kasus yang terdapat banyak korban seperti bencana. Bila dari sekian banyak korban, tinggal satu yang tidak dapat dikenali oleh karena keadaan mayatnya sudah

Page 15: referensi

sedemikian rusaknya, maka atas bantuan daftar korban akan dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut, dan lainnya. Bila sebagian besar korban telah dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode identifikasi yang lain, sedangkan identitas sisa korban yang tidak dapat ditentukan dengan metode tersebut di atas, maka sisa korban diidentifikasi menurut daftar penumpang/eksklusi.

* Odontologi Suatu proses identifikasi dengan objeknya adalah gigi. Hal ini dilakukan karena daya tahan gigi yang baik, sifatnya sangat individual, informasi yang didapat (umur, ras, sex, golongan darah, raut muka). Daya tahan panas gigi tingga hingga mencapai abu bila pada suhu 538-649 derajat celcius dan 871 derajat celcius pada tambalan amalgam. Tanda adanya data dental antemortem, data dental post mortem tidak berarti karena tidak ada pembanding.

Langkah langkah penanganan aspek odontologi forensik:

- Bila rahang atas dan bawah lengkap :

1. Pembukaan rahang bawah untuk melepaskan rahang bawah.

2. Melakukan pembersihan rahang bawah dan rahang atas.

3. Melakukan dental charting/odontogram.

4. Melakukan rontgen foto pada seluruh gigi geligi di rahang atas dan rahang bawah.

5. Pencabutan gigi molar 1 atas atau bawah untuk pemeriksaan DNA.

6. Melakukan pemotretan dengan ukuran close-up

7. Melakukan perbandingan data dental antemortem dengan post mortem

8. Proses rekonsilasi untuk penentuan identifikasi.

- Pada rahang yang tidak utuh :

Melakukan rekonstruksi bentuk rahang serta susunan gigi geliginya dengan menggunakan wax/malam. Kenudian diperkuat dengan menggunakan self curing acrylic. Lalu melakukan pencetakan, dilakukan pemotretan close-up, dan pengembalian pada jenazah.

Tujuan rekonstruksi diharapkan dapat memperoleh gambaran perkiraan raut wajah korban untuk membantu memudahkan identifikasi.

* DNA

DNA adalah materi genetik yang membawa informasi yang dapat diturunkan. Di dalam sel manusia DNA dapat ditemukan di dalam inti sel dan di dalam mitokondria.

Hampir semua sampel biologis dapat dipakai untuk tes DNA, seperti buccal swab (usapan mulut pada pipisebelah dalam), darah, rambut beserta akarnya, walaupun lebih dipilih penggunaan darah dalam tabung (sebanyak 2 ml) sebagai sumber DNA.

Page 16: referensi

Tes DNA dilakukan dengan berbagai alasan seperti persoalan pribadi dan hukum antara lain ; tunjangan anak, perwalian anak, adopsi, imigrasi, warisan dan masalah forensik (dalam identifikasi korban bencana).

Add 2. Cara menjelaskan identifikasi berdasarkan : ras, jenis kelamin, umur, tinggi badan dan prinsip identifikasi rangka.

* Ras

Beberapa rincian anatomis, terutama di wajah sering menunjukkan ras individual. Pada ras kulit putih memiliki wajah yang menyempit dengan hidung yang agak meninggi dan dagu yang menonjol. Ras kulit hitam memiliki hidung yang lebar dan subnasal yang berlekuk. Indian Amerika dan Asia memiliki bentuk tulang pipi yang menonjol dan tekstur gigi yang khas.

Seorang antropologis memiliki banyak metode yang rumit untuk dapat menentukan ras atau nenek moyang suatu populasi melalui tulang. Ras dari pemilik tulang dapat diidentifikasi menjadi :

1. Ras Kaukasoid (semua yang berkulit putih)

Morfologi kranium pada ras ini yaitu :

- Tipe kranium dolichocephalic (panjang)

- Tulang zygomaticus cenderung mundur terhadap tulang fasial

- Apertura nasalis sangat sempit dan tajam tepi bawahnya

- Dasar tulang orbita cenderung miring ke bawah

- Palatum relatif sempit dan cenderung berbentuk segitiga

- Sutura zygomaticomaxillaris cenderung membelok

- Persentase sutura metopika cenderung lebih tinggi dibanding 2 ras lainnya.

Page 17: referensi

2. Ras Mongoloid (Cina, Jepang, Indian Amerika)

- Tipe kranium cenderung memiliki tulang zygomaticus yang menonjol

- Lebar apertura nasalis sedang dan tepi bawah nasal agak runcing

- Tulang orbita cenderung sirkulair

- Tulang palatum lebarnya sedang

- Sutura zygomaticomaxillaris cenderung lurus

Page 18: referensi

3. Ras Negroid (semua kulit hitam/Negro Afrika, Amerika dan Indian Barat)

- Tipe kranium mesocephalic (sedang)

- Tulang zygomaticus tidak begitu menjorok ke depan relatif terhadap tulang fasial

- Apertura nasalis sangat lebar dan tepi bawah tulang nasalis tumpul

- Tulang orbita cenderung persegi empat dan jarak interorbital lebar

- Tulang palatum cenderung sangat lebar dan agak persegi empat

- Alveolus anterior pada maxilla dan mandibula cenderung sangat prognathis

- Sering didapati depresi coronal posterior pada sutura coronaria

- Sutura zygomaticomaxillaris cenderung membentuk huruf S

Penetuan ras dapat dilakukan melalui pemeriksaan terhadap tengkorak, sudut intercondylus dan tulang panjang :

* Tengkorak : tengkorak dapat memberikan gambaran yang dapat diandalkan mengenai karakteristik tertentu dari nenek moyang suatu populasi.

* Sudut intercondylus : menetukan ras dari sudut intercondylus dapat digunakan bila yang tersisa hanya kerangka saja. Metode ini memerlukan penempatan distal femur pada posisi lateral.

* Tulang panjang : pada ras kulit hitam, tibia relatif lebih panjang daripada femur dan radius relatif lebih panjang daripada ulna. Pada populasi kulit putih dan mongoloid, femur lebih melengkung ke anterior bila dibandingkan dengan populasi kulit hitam. Femur ras kulit hitam cenderung lebih lurus.

Page 19: referensi

* Jenis kelamin

Pada umumnya penentuan jenis kelamin pada orang hidup tidaklah sukar. Hanya dari penampilan wajah, potongan tubuh, bentuk rambut, pakaian serta ciri-ciri seks dan pertumbuhan buah dada, kita sudah bisa mengenali apakah orang tersebut laki-laki atau perempuan. Hanya pada kasus-kasus khusus yang jarang terjadi, diperlukan pemeriksaan mikroskopik dari ovarium dan testis.

Penentuan jenis kelamin dalam kasus kriminal atau suatu bencana dimana tubuh korban rusak oleh karena proses pembusukan atau kerusakan memang disengaja misalnya dengan memotong tubuh korban, memerlukan ketelitian yang khusus.

Penentuan jenis kelamin pada rangka : Penentuan ini didasarkan pada ciri-ciri yang mudah dikenali pada tulang-tulang :

- Panggul : ischium pubis pada wanita lebih besar dari pria

- Tengkorak : untuk menetukan jenis kelamin dari tengkorak, diperlukan penilaian dari berbagai ciri-ciri yang terdapat pada tengkorak tersebut. Ciri utama adalah penonjolan di atas orbita (procc.mastoideus, palatum, rongga mata, rahang bawah). Luas permukaan procc. mastoideus pada pria lebih besar dibandingkan wanita, hal ini dikaitkan dengan adanya insersi otot leher yang lebih kuat pada pria.

Page 20: referensi

- Tulang dada : rasio panjang dari manubrium sterni dan corpus sterni menetukan jenis kelamin. Pada wanita manubrium sterni melebihi separuh panjang corpus sterni.

- Tulang panjang : pria pada umumnya memiliki tulang yang lebih panjang, lebih berat dan lebih kasar, serta impresinya lebih banyak. Tulang paha merupakan tulang panjang yang dapat diandalkan dalam penentuan jenis kelamin. Konfigurasi, ketebalan, ukuran dan caput femoris serta bentukan dari otot dan ligamen perlu diperhatikan.

- Penentuan jenis kelamin secara histologik : prinsip penentuan secara histoligik atau miroskopik ini adalah berdasarkan pada kromosom. Bahan pemeriksaan dapat diambil dari = kulit, leukosit, sel-sel selaput lendir pipi bagian dalam, sel-sel rawan, korteks kelenjar supra renalis, cairan amnion.

* Umur

Biasanya pemeriksaan dari os pubis, sacroiliaka joint, arthritis pada spinal dan pemeriksaan mikroskopis dari tulang dan gigi memberikan informasi yang mendekati perkiraan umur. Untuk memperkirakan usia, bagian yang berbeda dari rangka lebih berguna untuk menetukan perkiraan usia pada range usia yang berbeda. Range usia meliputi usia perianal, neonatus, bayi dan anak kecil, usia kanak-kanak lanjut, usia remaja, dewasa muda dan dewasa tua.

Umur dalam 3 tahapan :

Page 21: referensi

1. Bayi baru dilahirkan : neonatus, bayi yang belum mempunyai gigi, sangat sulit untuk menentukan usianya karena pengaruh proses pengembangan yang berbeda pada masing-masing individu. Pembentukan gigi sering digunakan untuk memperkirakan usia. Pembentukan gigi permanen sangat menentukan usia/indikatornya.

2. Anak dan dewasa sampai umur 30 tahun : Masa kanak-kanak lanjut dimulai saat gigi permanen mulai tumbuh. Semakin banyak tulang yang mulai mengeras. Masa remaja menunjukkan pertumbuhan tulang panjang dan penyatuan pada ujungnya. Penyatuan ini merupakan teknik yang berguna dalam penentuan usia. Masing-masing epifisis akan menyatu pada diafisis pada usia-usia tertentu. Dewasa muda dan dewasa tua mempunyai metode-metode yang berbeda dalam penentuan usia. Penutupan sutura cranium, morfologi dari ujung iga, permukaan aurikula dan simfisis pubis, struktur mikro dari tulang dan gigi.

Persambungan speno-oksipital terjadi pada umur 17-25 tahun. Tulang selangka merupakan tulang panjang terakhir unifikasi. Unifikasi dimulai umur 18-25. Unifikasi lengkap pada usia 25-30 tahun, usia lebih dari 31 tahun sudah lengkap. Tulang belakang sebelum usia 30 tahun menunjukkan alur yang dalam dan radier pada permukaan atas dan bawah.

3. Dewasa > 30 tahun :sutura kranium perlahan-lahan menyatu. Morfologi pada ujung iga berubah sesuai dengan umur. Iga berhubungan dengan sternum melalui tulang rawan. Ujung iga saat mulai terbentuk tulang rawan awalnya berbentuk datar, namun selama proses penuaan ujung iga mulai menjadi kasar dan tulang rawan mulai menjadi berbintik-bintik. Iregularitas dari ujung iga mulai ditemukan saat usia menua.

Pemeriksaan tengkorak : pemeriksaan sutura, penutupan tubula interna mendahului eksterna. Sutura sagitalis, koronarius dan lambdoideus mulai menutup umur 20-30 tahun. Sutura parieto-mastoid dan aquamaeus usia 25-35 tahun tertutup, tapi dapat tetap terbuka sebagian pada umur 60 tahun. Sutura spheno-parietal umumnya tidak akan menutup sampai umur 70 tahun.

* Tinggi badan

Tinggi badan merupakan persamaan linear dari berbagai tulang panjang, yaitu humerus, femur, radius dan tibia dengan rumusan Trotter dan Gleser, Stevenson, Karl pearson, Dupertus dan Hadden. Kepentingan pengukuran tinggi badan dari tulang panjang adalah penting pada keadaan tubuh yang sudah terpotong atau yang didapatkan rangka atau sebagian tulang. Perkiraan tinggi badan dengan pengukuran tulang panjang :

Tulang lengan atas 35 persen dari tinggi badan. tulang paha 27 persen dari tinggi badan, tulang kering 22 persen dari tinggi badan dan tulang belakang 35 persen dari tinggi badan.

Diposkan oleh ChyntiaBlog di 17.35

http://chyntiayuliza.blogspot.com/2012/06/modul-forensik-identifikasi.html

Identifikasi Forensik Kepolisian

Oleh Summy Hastry Purwanti

Page 22: referensi

SALAH satu kekuasaan yang dimiliki oleh negara adalah kekuasaan kepolisian (the police power), yakni sebuah kekuasaan yang diperlukan untuk melindungi kesehatan, keselamatan, moral, dan kesejahteraan umum bagi rakyatnya.

Oleh undang-undang (UU) yang berlaku, kekuasaan tersebut kemudian dipercayakan kepada polisi negara. Salah satu tugas penting dan utama yang menjadi tanggung jawab polisi negara dalam bidang keselamatan ialah melakukan tindakan preventif dan represif.

Dalam hal tindakan represif, polisi diberi kewenangan melakukan penyelidikan dan penyidikan. Tugas penyelidikan dan penyidikan itu bukanlah pekerjaan yang mudah, mengingat polisi tidak ada di tempat kejadian saat tindak pidana berlangsung.

Ia tidak tahu benda atau senjata apa yang dipakai, serta tidak tahu siapa pelaku dan bagaimana melakukannya. Bekal yang dipakai hanyalah korban, barang bukti dan saksi.

Oleh sebab itu, polisi harus menguasai segala macam ilmu forensik (forensic sciences) untuk memudahkan pekejaannya. Bahkan terkadang polisi masih perlu dibantu ahli forensik. Dalam kasus pembunuhan, misalnya, di samping harus menerapkan ilmu forensik yang dikuasainya saat penyelidikan dan penyidikan, polisi masih memerlukan bantuan dokter ahli forensik.

Penerapan ilmu kedokteran forensik terasa sekali dalam proses peradilan di negara kita. Dalam proses peradilan itu, tugas utama penegak hukum adalah menemukan kebenaran material. Untuk membuktikan kebenaran material tersebut, hasilnya bisa berupa mayat, orang hidup, bagian tubuh manusia, atau sesuatu yang berasal dari tubuh manusia.

Maka, yang tepat melakukan pekerjaan itu adalah dokter forensik. Penentuan identifikasi manusia merupakan upaya mengenal seseorang, baik hidup maupun mati, dengan menggunakan berbagai sarana ilmu untuk mengetahui siapa sebenarnya orang tersebut.

Dalam perkara pidana, mengenali korban merupakan hal mutlak yang harus dilakukan. Dengan tahu korbannya, tentu akan terbuka jalan untuk mengenal pelakunya. Oleh karena itu, identifikasi korban seringkali dijadikan titik tolak penyidikan. Perlu diperhatikan, bahwa kesalahan identifikasi bisa mengakibatkan dituntutnya seseorang yang tidak bersalah.

Cara Ilmiah

Biodata yang tersimpan rapi merupakan sarana pembanding untuk menentukan identitas seseorang. Pada jenazah yang sangat rusak atau mengalami pembusukan, penentuan identitas masih dapat dilakukan secara ilmiah, yaitu melalui identifikasi medik, odontologi (gigi), dan antropologi. Identifikasi medik adalah cara identifikasi dengan memanfaatkan ilmu kedokteran.

Cara tersebut dibagi beberapa jenis. Pertama, identifikasi medik umum, dengan cara mempertimbangkan ciri-ciri umum, tinggi badan, warna kulit, tipe rambut, warna mata, dan tanda khas lain.

Page 23: referensi

Kedua, identifikasi tulang belulang. Dari tulang itu dapat diungkap jenis kelamin, tinggi badan, umur, golongan darah, riwayat kehamilan, dan ras.

Ketiga, identifikasi gigi bisa mengetahui umur, ras, jenis kelamin, golongan darah, dan bentuk wajah atau raut muka seseorang. Keempat, identifikasi serologis, pemeriksaan komponen atau enzim tertentu di dalam jaringan dan cairan tubuh manusia, berguna untuk tahu golongan darah.

Kelima, rekonstruksi wajah dan superimposed. Teknik rekonstruksi wajah itu meneliti ketebalan kulit dan otot di daerah muka. Dengan diketahui ketebalan tersebut, dapat diperkirakan tampang dari suatu tengkorak.

Keenam, psicological personality profilling. Sistem itu penggabungan berbagai disiplin psikologi, psikiatri, kedokteran forensik, kriminalistik, dan ilmu sosial. Yaitu menganalisis data yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP), keadaan korban, hasil penyelidikan lain, serta data-data kejahatan dahulu yang sejenis.

Tapi, itu hanya untuk kasus yang menunjukkan kelainan patopsikologi, seperti mutilasi, pembunuhan sadis dan serial, penyiksaan seksual yang sadis, serta kejahatan yang berhubungan dengan ritual dan pemerkosaan. Ketujuh, DNA profilling. Cara itu sangat dipercaya untuk mengidentifikasi seseorang, karena tidak ada dua manusia yang mempunyai urutan DNA yang tepat.(68)

--- AKP dokter Summy Hastry Purwanti SpF DFM, anggota Tim Forensik Polda Jateng, Kaur Dokkes Polwiltabes Semarang.

http://www.suaramerdeka.com/harian/0706/27/opi04.htm

IDENTIFIKASI DAN ODONTOLOGI FORENSIK Pada prinsipnya identifikasi adalah prosedur penentuan identitas individu, baik hidup ataupun mati, yang dilakukan melalui pembandingan berbagai data dari individu yang diperiksa dengan data dari orang yang disangka sebagai individu tersebut. Sebagai prinsip umum dapat dikatakan bahwa : 1. Pada identifikasi pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sebanyak mungkin metode identifikasi. 2. Jika ada data yang tidak cocok, maka kemungkinan tersangka sebagai individu tersebut dapat disingkirkan (eksklusi). 3. Setiap kesesuaian data akan menyebabkan ketepatan identifikasi semakin tinggi. Atas dasar itu, maka dalam identifikasi individu, sebanyak mungkin metode pemeriksaan perlu diusahakan dilakukan dan satu sama lain saling melengkapi.

Identifikasi personal dilakukan dengan melakukan pemeriksaan berdasarkan beberapa metode identifikasi. Kita mengenal ada 9 macam metode identifikasi yaitu : 1. Visual: Identifikasi dilakukan dengan melihat tubuh atau bagian tubuh korban secara visual, misalnya muka, tungkai dsb. Metode ini hanya dapat dilakukan jika tubuh atau bagian tubuh tersebut masih utuh. 2. Perhiasan : Beberapa perhiasan yang dipakai korban, seperti cincin, gelang, rantai, arloji, liontin, dsb dapat

Page 24: referensi

mengarahkan kita kepada identitas korban tersebut. Perhiasan mempunyai nilai yang lebih tinggi jika ia mempunyai ciri khas, seperti gravir nama, foto dalam liontin, bentuk atau bahan yang khas dsb. 3. Pakaian: Pakaian luar dan dalam yang dipakai korban merupakan data yang amat berharga untuk menunjukkan identitas si pemakainya, bentuknya yang unik atau yang mempunyai label tertentu (label nama, penjahit, binatu atau merek) memiliki nilai yang lebih karena dapat mempersempit kemungkinan tersangka. 4. Dokumen : Dokumen seperti SIM, KTP, Pasport dapat menunjukkan identitas orang yang membawa dokumen tersebut, khususnya jika dokumen tersebut dibawa sendiri oleh pemiliknya dan tidak palsu. 5. Identifikasi secara medis : Pemeriksaan medis dilakukan untuk mendapatkan data umum dan data khusus individu berdasarkan pemeriksaan atas fisik individu tersebut. Pada pengumpulan data umum dicari data yang umum diketahui dan dimiliki oleh setiap individu dan mudah dikonfirmasi kepada keluarga, seperti data ras, jenis kelamin, umu, berat badan, warna kulit, rambut, dsb. Data khusus adalah data yang belum tentu dimiliki oleh setiap individu atau data yang tidak dengan mudah dikonfirmasi kepada keluarganya, seperti data foto ronsen, data lab, adanya tattoo, bekas operasi atau jaringan parut, tehnik superimposisi, tehnik rekonstruksi wajah, dsb. 6. Odontologi forensik: Pemeriksaan atas gigi geligi dan jaringan sekitarnya serta berbagai perubahan akibat perawatan gigi dapat membantu menunjukkan identitas individu yang bersangkutan. 7. Serologi forensik : Pada awalnya yang termasuk dalam kategori pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan terhadap polimorfisme protein yaitu pemeriksaan golongan darah dan golongan protein serum. Perkembangan ilmu kedokteran menyebabkan ruang lingkup serologi diperluas dengan pemeriksaan polimorfisme protein lain yaitu pemeriksaan terhadap enzim eritrosit serta pemeriksaan antigen Human Lymphocyte Antigen (HLA). Pada saat ini dengan berkembangnya analisis polimorfisme DNA, bidang ini menjadi lebih luas lagi karena bahan pemeriksaan bukan lagi darah, melainkan hampir seluruh sel tubuh kita. Hal ini memberikan dampak kecenderungan penggantian istilah serologi dengan istilah hemereologi yang mencakup semua hal diatas. 8. Sidik jari : Telah lama diketahui bahwa sidikjari setiap orang didunia tidak ada yang sama sehingga pemeriksaan sidikjari dapat digunakan untuk identifikasi individu. 9. Eksklusi : Dalam kecelakaan massal yang menyebabkan kematian sejumlah individu, yang nama-namanya ada dalam daftar individu (data penumpang, data pegawai dsb), maka jika (n-1) individu telah teridentifikasi, maka satu individu terakhir diputuskan tanpa pemeriksaan (per ekslusionam) sebagai individu yang tersisa menurut daftar tersebut.

posted by AtmadjaDS,dr.SpF,SH,PhD,DFM @ 4:42 AM

Penulis adalah Staf Pengajar Bagian Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal FKUI/KSMF Kedokteran Forensik Klinik RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jl. Salemba Raya 6, Jakarta 10430, Tel. 3106976, Fax 3154626. E-mail:[email protected]

Page 25: referensi

http://odontologiforensikinvestigasi.blogspot.com/2004/10/identifikasi-dan-odontologi-forensik.html

Identifikasi Forensik: Menyusun Puzzle dari Serangkaian DataValentinus Yudy, dr., Sp.F. 01/10/2011 Kesehatan Umum 0

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang, yang mana hal ini lazimnya dilakukan oleh dokter spesialis forensik maupun dokter gigi yang mendalami bidang forensik. Identifikasi personal sering menjadi suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Oleh sebab itu, penentuan identitas personal seseorang dengan tepat menjadi suatu hal yang sangat penting dalam proses penyidikan, karena adanya kekeliruan sekecil apapun dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.

Tanggung jawab penentuan identitas seorang korban mati pada umumnya berada di tangan pihak kepolisian, hal ini mengingat kaitannya dengan hukum dan medikolegal serta kemampuan instansionalnya. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya pihak kepolisian akan meminta bantuan tenaga kesehatan. Di negara-negara dengan sistim hukum Anglo-Saxon, kewenangan ini dimiliki oleh seorang coroner, dibantu oleh medical examinernya.

Penentuan identitas korban dengan baik dan kemudian mengembalikan jasad korban kepada keluarganya yang berhak adalah tindakan masyarakat yang beradab dan menghormati hak-hak individu sebagai bagian dari hak asasi manusia.

Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama terlihat jelas pada penanganan kasus-kasus di mana jenazah yang diterima tersebut tidak dikenal, jenazah yang sudah membusuk, rusak, hangus terbakar, kecelakaan/bencana alam massal, huru-hara yang mengakibatkan banyak korban mati, serta kasus-kasus di mana yang ditemukan hanyalah berupa potongan tubuh manusia/kasus mutilasi maupun berupa kerangka. Di samping itu, identifikasi forensik juga berperan dalam kasus-kasus, seperti penculikan anak, bayi yang tertukar, atau yang diragukan orang tuanya.

Page 26: referensi

 

KEGUNAAN IDENTIFIKASI FORENSIK

1. Kebutuhan etis dan kemanusiaan terhadap keluarganya2. Pemastian kematian seseorang secara resmi dan yuridis

3. Pencatatan identitas untuk keperluan administratif (akte kematian) dan pemakaman

4. Untuk pengurusan klaim di bidang hukum publik dan perdata (harta warisan, menikah lagi, dll)

5. Untuk pembuktian klaim asuransi, pensiun, deposito, dll

6. Sebagai upaya awal dari suatu penyelidikan kriminal, bila ada

 

METODE IDENTIFIKASI FORENSIK

Identifikasi forensik pada dasarnya terdiri dari 2 (dua) metode utama, yaitu:

1. Identifikasi komparatif, yaitu apabila tersedia data post-mortem (pemeriksaan jenazah) dan ante-mortem (data sebelum meninggal, mengenai ciri-ciri fisik, pakaian, identitas khusus berupa tahi lalat, bekas luka/operasi, dll), dalam suatu komunitas yang terbatas.

2. Identifikasi rekonstruktif, yaitu apabila tidak tersedia data ante-mortem dan dalam komunitas yang tidak terbatas/plural.

Identitas seseorang dapat dipastikan apabila paling sedikit 2 (dua) metode yang digunakan memberikan hasil yang positif (tidak meragukan), dari 9 (sembilan) metode yang akan dijelaskan satu per satu berikut ini.

1.       Metode Identifikasi Visual

Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya. Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk sehingga masih memungkinkan untuk dikenali wajahnya dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang. Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.

2.       Metode Identifikasi Dokumen

Dokumen seperti kartu identitas/KITAS, baik berupa SIM, KTP, paspor, dsb. yang kebetulan dijumpai dalam saku pakaian yang dikenakan jenazah akan sangat membantu mengenali jenazah tersebut. Namun demikian, perlu diingat bahwa pada kasus-kasus kecelakaan massal – gempa Padang 2009 contohnya – dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet yang berada di dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan. Oleh sebab itu, tim SAR ataupun

Page 27: referensi

tim pencari jenazah lainnya hendaknya berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan, karena di lapangan umumnya masyarakat langsung bertanya perihal identitas jenazah yang ditemukan. Dalam kasus-kasus bencana massal, kita hendaknya mengikuti prosedur DVI (Disaster Victim Identification) yang berlaku secara internasional, yang mana hal ini diterapkan pada kasus Bom Bali I dan II.

3.       Metode Identifikasi Properti

Properti berupa pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah mungkin dapat diketahui merk atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge, ataupun hal lainnya, yang dapat membantu identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut. Khusus anggota TNI, masalah identifikasi dipermudah dengan adanya nama serta NRP yang tertera pada kalung logam yang dipakainya. Data mengenai properti ini juga hendaknya digali dari pihak keluarga yang merasa kehilangan anggota keluarganya yang lain pada kasus-kasus bencana massal, sehingga nantinya proses identifikasi komparatif dapat dilaksanakan.

4.       Metode Identifikasi Medik

Metode ini menggunakan parameter berupa tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna mata, cacat/kelainan khusus, tato/rajah, dll. Secara singkat, bisa dikatakan bahwa ciri-ciri fisik korban yang diperhatikan. Metode ini mempunyai nilai yang tinggi, karena selain dilakukan oleh tenaga ahli dengan menggunakan berbagai cara atau modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar X, USG, CT-scan, laparoskopi, dll. bila diperlukan), sehingga ketepatannya cukup tinggi. Bahkan pada kasus penemuan tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini. Melalui metode ini, dapat diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur, tinggi badan, kelainan pada tulang, dan data-data lainnya dari korban yang ditemukan.

5.       Metode Identifikasi Serologik

Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan golongan darah jenazah. Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku, dan tulang.

6.       Metode Identifikasi Gigi

Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan secara manual, sinar X, dan pencetakan gigi serta rahang. Odontogram tersebut memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa (gigi palsu), dan lain sebagainya. Seperti halnya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas. Dengan demikian, dapat dilakukan identifikasi komparatif dengan cara membandingkan data temuan post-mortem dengan data ante-mortem korban. Akan tetapi, di Indonesia, hal ini belum sepenuhnya dapat diterapkan, karena data gigi ante-mortem hanya bisa diperoleh dari dokter gigi yang pernah menangani korban semasa hidup saja, belum ada sistim pencatatan wajib secara nasional bagi setiap warga negaranya pada periode tertentu.

7.       Metode Identifikasi Sidik Jari

Page 28: referensi

Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari ante-mortem orang tersebut. Pemeriksaan sidik jari merupakan salah satu dari 3 (tiga) metode primer identifikasi forensik, di samping metode identifikasi DNA dan gigi. Oleh sebab itu, penanganan terhadap jari-jari tangan jenazah harus dilakukan sebaik dan sehati-hati mungkin, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastik. Sistim sidik jari yang sekarang dipakai dikenal dengan sistim Henry. Menurut Henry, pada tiap jari terdapat suatu gambar sentral yang terbagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu busur (arc), tented arc, gelung (loop), ikal (whorl), serta bisa pula merupakan campuran/majemuk (composite). Selanjutnya, garis-garis tersebut dapat membentuk berbagai maxam konfigurasi (ciri), seperti delta, tripod, kait, anastomose, dll. Identifikasi sidik jari dinyatakan positif bila terdapat minimal 16 (enam belas) ciri yang sama, di mana secara matematis untuk memperoleh sidik jari yang persis sama (dengan 16 ciri yang sama tersebut) kemungkinannya adalah 1:64.000.000.000 (satu berbanding enam puluh empat milyar).

8.       Metode Identifikasi DNA

Metode ini merupakan salah satu dari 3 metode primer identifikasi forensik. Metode ini menjadi semakin luas dikenal dan semakin banyak digunakan akhir-akhir ini, khususnya pada beberapa kasus bencana alam dan kasus-kasus terorisme di Indonesia, misalnya kasus Bom Bali I dan II, Bom JW Marriott, Bom Kuningan, kasus tenggelamnya KMP Levina, dll. Kasus bom bunuh diri di GBIS Solo pun menggunakan metode ini. Pemeriksaan sidik DNA diperkenalkan pertama kali oleh Jeffreys pada tahun 1985. Metode ini umumnya membutuhkan sampel darah dari korban yang hendak diperiksa, namun demikian dalam keadaan tertentu di mana sampel darah tidak dapat diambil, maka dapat pula diambil dari tulang, kuku, dan rambut meskipun jumlah DNA-nya tidak sebanyak jumlah DNA dari sampel darah. DNA dapat ditemukan pada inti sel tubuh (DNA inti) ataupun pada mitokondria (organ dalam sel yang berperan untuk pernafasan sel-sel tubuh) yang biasa disebut DNA mitokondria. Untuk penentuan identitas seseorang berdasarkan DNA inti, dibutuhkan sampel dari keluarga terdekatnya. Misalnya, pada kasus Bom GBIS Solo baru-baru ini, sampel DNA yang didapat dari korban tersangka pelaku bom bunuh diri akan dicocokkan dengan sampel DNA yang didapat dari istri dan anaknya. DNA inti anak pasti berasal setengah dari ayah dan setengah dari ibunya. Namun demikian, pada kasus-kasus tertentu, bila tidak dijumpai anak-istri korban, maka dicari sampel dari orang tua korban. Bila tidak ada juga, dicari saudara kandung seibu, dan diperiksakan DNA mitokondrialnya karena DNA mitokondrial diturunkan secara maternalistik (garis ibu).

9.       Metode Eksklusi

Metode ini digunakan pada kasus kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut, kereta api, dll. Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode-metode tersebut di atas, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan, maka sisa korban diidentifikasi menurut daftar penumpang.

 

KESIMPULAN

Page 29: referensi

Identifikasi forensik merupakan proses yang sangat vital dalam setiap kasus forensik. Ada sekian banyak metode yang dapat digunakan untuk membantu proses identifikasi forensik tersebut, namun hanya 3 (tiga) metode saja yang merupakan metode identifikasi primer, yaitu gigi, DNA, dan sidik jari. Maksudnya, salah satu dari metode identifikasi gigi, DNA, atau sidik jari saja positif, maka identitas orang tersebut dapat dipastikan. Akan tetapi, alangkah lebih baiknya lagi bila ditunjang oleh hasil pemeriksaan metode lain, sehingga kepastian identitas menjadi lebih sahih. Keseluruhan proses tersebut juga untuk kebaikan semua pihak serta memenuhi rasa keadilan masyarakat.

 

SUMBER:

1. Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum: Sebuah pengantar, cetakan pertama. Jakarta; Februari 2008.

2. Tjondroputranto H. Pokok-pokok ilmu kedokteran forensik, cetakan ketiga (diperbaiki). Jakarta: Medicina Forensis; 1988.

3. Budijanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Idries AM, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik, cetakan kedua. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997.

4. Idries AM. Pedoman praktis ilmu kedokteran forensik bagi praktisi hukum, cetakan pertama. Jakarta: Sagung Seto; 2009.

 

http://www.tanyadok.com/kesehatan/identifikasi-forensik