referat tumor glandula lakrimal (autosaved)

24
TUMOR GLANDULA LAKRIMAL A. PENDAHULUAN Kelenjar lakrimal merupakan kelenjar sekresi ekrin yang tediri dari dua lobus yang terletak di superotemporal orbita. Kedua lobus kelenjar lakrimal terdiri atas lobus orbital yang lebih kecil dari lobus palpebra dan secara anatomisdipisahkan oleh bagian lateral dari aponeurosis levator. Hanya lobus palpebra yang dapat dilihat pada bagian superior forniks saat dilakukan eversi kelopak mata. Jadi proses penyakit yang mengenai lobus orbital dapat tidak menimbulkan manifestasi hingga penyakit itu terus berkembang. (1) Massa pada glandula lakrimal dapat secara umum terbagi atas inflamasi dan neoplasma. Penyebab inflamasi tidak jarang disebabkan oleh dakrioadenitis, sarcoidosis, dan pseudotumor sedangkan lesi neoplasma dari glandula lakrimal sebagian besar berasal dari sel epitel dimana kira-kira 50% jinak dan 50% ganas. (1) (2) Lesi jinak terdiri atas adenoma pleomorfik (benign mixed cell tumors), hiperplasia limfoid reaktif jinak dan onkositoma. Lesi ini berkembang lambat dan sering ditemukan pada orang dewasa pada dekade ke empat atau kelima. Tumor ganas pada glandula lakrimal misalnya 1

Upload: vhiia

Post on 26-Dec-2015

151 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

mata

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Tumor Glandula Lakrimal (Autosaved)

TUMOR GLANDULA LAKRIMAL

A. PENDAHULUAN

Kelenjar lakrimal merupakan kelenjar sekresi ekrin yang tediri dari dua lobus

yang terletak di superotemporal orbita. Kedua lobus kelenjar lakrimal terdiri atas

lobus orbital yang lebih kecil dari lobus palpebra dan secara anatomisdipisahkan

oleh bagian lateral dari aponeurosis levator. Hanya lobus palpebra yang dapat

dilihat pada bagian superior forniks saat dilakukan eversi kelopak mata. Jadi

proses penyakit yang mengenai lobus orbital dapat tidak menimbulkan

manifestasi hingga penyakit itu terus berkembang. (1)

Massa pada glandula lakrimal dapat secara umum terbagi atas inflamasi dan

neoplasma. Penyebab inflamasi tidak jarang disebabkan oleh dakrioadenitis,

sarcoidosis, dan pseudotumor sedangkan lesi neoplasma dari glandula lakrimal

sebagian besar berasal dari sel epitel dimana kira-kira 50% jinak dan 50% ganas.

(1) (2)

Lesi jinak terdiri atas adenoma pleomorfik (benign mixed cell tumors),

hiperplasia limfoid reaktif jinak dan onkositoma. Lesi ini berkembang lambat dan

sering ditemukan pada orang dewasa pada dekade ke empat atau kelima. Tumor

ganas pada glandula lakrimal misalnya karsinoma kistik adenoid,

adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, karsinoma mukoepidermoid dan

limfoma maligna. Karsinoma kistik adenoid merupakan keganasan yang paling

sering terjadi pada tumor glandula lakrimal yaitu 50% dari keseluruhan keganasan

pada tumor lakrimal dan 25% dari seluruh tumor glandula lakrimal. Kebanyakan

kasus ditemukan pada dekade ketiga. (1)

B. EPIDEMIOLOGI

Tumor pada glandula lakrimal berkisar 5-7% dari neoplasma pada orbita.

Tumor glandula lakrimal lebih jarang terjadi pada anak. Perbaningan antara tumor

jinak dan ganas yaitu 10:1. Frekuensi neoplasma jinak paling sering terjadi yaitu

1

Page 2: Referat Tumor Glandula Lakrimal (Autosaved)

tumor epitelial glandula lakrimal sedangkan pada tumor ganas yaitu karsinoma

kistik denoid dan adenokarsinoma pleomorfik. (3)

Pasien dengan tumor glndula lakrimal khususnya yang ganas harus di

observasi jangka panjang sebelum dinyatakan pengobatannya sukses. Kira-kira

angka kematian 15 tahun berkisar 75%. (1)

C. ANATOMI FISIOLOGI

Palpebra

Anatomi

1. Struktur

Struktur mata yang berfungsi sebagai proteksi lini pertama adalah

palpebra. Palpebra terdiri atas lapisan superfisial yaitu kulit, kelenjar Moll dan

Zeis, muskulus orbikularis okuli dan levator palpebra. Lapisan dalam terdiri dari

lapisan tarsal, muskulus tarsalis, konjungtiva palpebralis dan kelenjar meibom.

Vaskularisasi pada palpebra diperantarai oleh arteri palpebra (3)

Gambar 1. Potongan Sagital Palpebra Superior

2

Page 3: Referat Tumor Glandula Lakrimal (Autosaved)

Serabut otot muskulus orbikularis okuli pada kedua palpebra dipersarafi

cabang zigomatikum dari nervus fasialis sedangkan muskulus levator palpebra

dan beberapa muskulus ekstraokuli dipersarafi oleh nervus okulomotoris. Otot

polos pada palpebra dan okuler diaktivasi oleh saraf simpatis. Oleh sebab itu,

sekresi adrenalin akibat rangsangan simpatis dapat menyebabkan kontraksi otot

polos tersebut . (4)

Fisiologi

1. Refleks Mengedip

Banyak sekali ilmuan mengemukakan teori mengenai mekanisme refleks

kedip seperti adanya pacemaker atau pusat kedip yang diregulasi globus palidus

atau adanya hubungan dengan sirkuit dopamin di hipotalamus. Pada penelitian

Taylor (1999) telah dibuktikan adanya hubungan langsung antara jumlah dopamin

di korteks dengan mengedip spontan dimana pemberian agonis dopamin D1

menunjukkan peningkatan aktivitas mengedip sedangkan penghambatannya

menyebabkan penurunan refleks kedip mata (5). Refleks kedip mata dapat

disebabkan oleh hampir semua stimulus perifer, namun dua refleks fungsional

yang signifikan adalah (4)):

(1) Stimulasi terhadap nervus trigeminus di kornea, palpebra dan konjungtiva

yang disebut refleks kedip sensoris atau refleks kornea. Refleks ini berlangsung

cepat yaitu 0,1 detik.

(2) Stimulus yang berupa cahaya yang menyilaukan yang disebut refleks kedip

optikus. Refleks ini lebih lambat dibandingkan refleks kornea.

2. Ritme Normal Kedipan Mata

Pada keadaan terbangun, mata mengedip secara reguler dengan interval

dua sampai sepuluh detik dengan lama kedip selama 0,3-0,4 detik. Hal ini

merupakan suatu mekanisme untuk mempertahankan kontinuitas film prekorneal

dengan cara menyebabkan sekresi air mata ke kornea. Selain itu, mengedip dapat

membersihkan debris dari permukaan okuler. Sebagai tambahan, mengedip dapat

mendistribusikan musin yang dihasilkan sel goblet dan meningkatkan ketebalan

lapisan lipid (6). Iwanami (2007) mengemukakan bahwa muskulus Riolan dan

muskulus intertarsal dipercaya berhubungan dengan sekresi kelenjar meibom. (7)

3

Page 4: Referat Tumor Glandula Lakrimal (Autosaved)

Aparatus Lakrimalis

Anatomi Glandula Lakrimal

Glandula lakrimal pada tiap mata terdiri atas dua macam yaitu glandula

lakrimal mayor dan glandula lakrimal asesoris. Glandula lakrimalis pada tiap

mata terdiri atas 57 yakni glandula lakrimalis mayor (pars orbital dan pars

palpebra), 55 glandula asesoris (50 glandula Krauss dan 5 glandula Wolfring)

dan 1 karunkula. (8)

Glandula lakrimal mayor terdiri atas pars orbital pada bagian superior dan

pars palpebral pada bagian inferior yang keduanya saling bersambungan.

Glandula lakrimalis mayor berbentuk seperti buah almond yang terletak di

bagian superior dan lateral mata pada ruang orbita pada cekungan tulang

frontal. Glandula lakrimal ini mensekresi air mata melalui duktus ke forniks

superior. Lobulus pada pars orbital kglandula lakrimal dekat dengan septum

orbital namun terletak dibawah muskulus levator palpebra. (8)

Gambar 2 Anatomi Sistem Lakrimalis

Glandula Krause terletak berbatasan dengan forniks dari palpebra suerior.

Glandula Krause merupakan glandula asesoris yang mempunyai struktur yang

4

Page 5: Referat Tumor Glandula Lakrimal (Autosaved)

sama dengan glandula mayor. Glandula ini terletak di bagian dalam dari

substansia propria dari forniks superior antara tarsus dan glandula lakrimalis

inferior yang bentuknya bercabang. Terdapat 42 glandula pada forniks superior

dan 6 hingga 8 pada forniks inferior. Glandula Krausesebagian besar terdapat

pada sisi lateral dari orbita. Duktusnya kemudian bersatu pada bagian duktus yang

lebih panjang atau sinus yang akan menuju ke forniks. (8)

Glandula Wolfring juga merupakan glandula lakrimal asesoris namun lebih

besar dari glandula Krause. Terdapat 2 hingga 5 pada palpebra superior dan 1

hingga 3 pada palpebra inferior yang terletak di tepi atas tarsus bagian tengah.

Selain itu kadang juga ditemukan kelenjar lakrimal pada karunkula lakrimalis. (8)

Suplai arteri pada glandula lakrimal berasal dari arteri oftalmika melalui arteri

lakrimal. Arteri lakrimal berasal dari arteri oftalmika bagian lateral dari nervus

optik dan berjalan sepanjang tepi atas dari muskulus rektus lateral. Aliran balik

vena akan bergabung dengan vena oftalmika. (8)

Persarafan dari glandula lakrimalis merupakan persarafan sensoris. Nervus

cranialis V merupakan jalur aferen dari serat sensoris pada hidung dan permukaan

kornea. Serabut pada kornea akan menuju ke nervus siliaris posterior longus pada

sklera dan menuju ke posterior dan bergabung dengan nervus nasosiliar yang

kemudian keluar dari rongga orbita melalui fissura orbitalis superior dan masuk

ke sinus kavernosus lateral lalu ke arteri karotisinterna. Nervus kemudian

melewati ganglion trigeminal ( ganglion semilunar/Gasserian) lalu masuk ke pons

dan turun ke traktus trigeminus spinalis ipsilateral yang bersinaps dengan bagian

vebtral. Output dari nuleus sensoris kemudian menuju ke nukleus lakrimal dan

salivatory. Dari ini kemudian menuju ke nervus VII lalu ke ganglion genikulatum

terbesar atau nervus petrosal superficial lalu masuk ke kanalis pterygoid lalu ke

fossa pterygoplatina dan bersinaps dengan ganglion pterygopalatina. Serat

parasimpatis post ganglion yang tidak bermielin masuk ke fissura orbitalis dan

membentuk pleksus retrobulbar yang juga terdapat serat simpatis dari ppleksus

carotis. Nervus ini mensuplai glandula lakrimalis melalui ramus okular. Sekresi

air mata dimediasi oleh parasimpatis dan vasoactive intestinal polypeptide (VIP)

(8)

5

Page 6: Referat Tumor Glandula Lakrimal (Autosaved)

Gambar 3. Inervasi Glandula Lakrimal (8)

Fisiologi

1. Sistem Sekresi Air Mata

Permukaan mata dijaga tetap lembab oleh kelenjar lakrimalis. Sekresi basal

air mata perhari diperkirakan berjumlah 0,75-1,1 gram dan cenderung menurun

seiring dengan pertambahan usia. Volume terbesar air mata dihasilkan oleh

kelenjar air mata utama yang terletak di fossa lakrimalis pada kuadran temporal di

atas orbita. Kelenjar yang berbentuk seperti buah kenari ini terletak didalam

palpebra superior. Setiap kelenjar ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator

menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil. Setiap

lobus memiliki saluran pembuangannya tersendiri yang terdiri dari tiga sampai

dua belas duktus yang bermuara di forniks konjungtiva superior. Sekresi dari

kelenjar ini dapat dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air mata

mengalir berlimpah melewati tepian palpebra (epiphora). Persarafan pada kelenjar

utama berasal nukleus lakrimalis pons melalui nervus intermedius dan menempuh

jalur kompleks dari cabang maksilaris nervus trigeminus. Kelenjar lakrimal

tambahan, walaupun hanya sepersepuluh dari massa utama, mempunya peranan

penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar utama yang

menghasilkan cairan serosa namun tidak memiliki sistem saluran. Kelenjar-

kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva, terutama forniks superior. Sel goblet

uniseluler yang tersebar di konjungtiva menghasilkan glikoprotein dalam bentuk

musin. Modifikasi kelenjar sebasea Meibom dan Zeis di tepian palpebra memberi

6

Page 7: Referat Tumor Glandula Lakrimal (Autosaved)

substansi lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi kelenjar keringat

yang juga ikut membentuk film prekorneal.

2. Sistem Ekskresi Air Mata

Sistem ekskresi terdiri atas punkta, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus

nasolakrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup mirip dengan risleting – mulai

di lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan

menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi pada aspek medial palpebra. Setiap kali

mengedip, muskulus orbicularis okuli akan menekan ampula sehingga

memendekkan kanalikuli horizontal. Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan

sesuai dengan kecepatan penguapannya, dan itulah sebabnya hanya sedikit yang

sampai ke sistem ekskresi. Bila memenuhi sakus konjungtiva, air mata akan

masuk ke punkta sebagian karena hisapan kapiler.

Dengan menutup mata, bagian khusus orbikularis pre-tarsal yang

mengelilingi ampula mengencang untuk mencegahnya keluar. Secara bersamaan,

palpebra ditarik ke arah krista lakrimalis posterior, dan traksi fascia mengelilingi

sakus lakrimalis berakibat memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan

negatif pada sakus. Kerja pompa dinamik mengalirkan air mata ke dalam sakus,

yang kemudian masuk melalui duktus nasolakrimalis – karena pengaruh gaya

berat dan elastisitas jaringan – ke dalam meatus inferior hidung. Lipatan-lipatan

mirip-katup dari epitel pelapis sakus cenderung menghambat aliran balik air mata

dan udara. Yang paling berkembang di antara lipatan ini adalah “katup” Hasner di

ujung distal duktus nasolakrimalis. Berikut adalah ilustrasi dari sistem ekskresi air

mata yang berhubungan dengan fungsi gabungan dari muskulus orbikularis okuli

dan sistem lakrimal inferior (3)

7

Page 8: Referat Tumor Glandula Lakrimal (Autosaved)

Gambar 4. Sistem Ekskresi Lakrimalis

3. Air Mata

Permukaan bola mata yang terpapar dengan lingkungan dijaga tetap lembab

oleh air mata. Air mata tersebut disekresikan oleh aparatus lakrimalis dan disertai

dengan mukus dan lipid oleh organ sekretori dari sel-sel pada palpebra serta

konjungtiva. Sekresi yang dihasilkan inilah yang disebut sebagai film air mata

atau film prekorneal. Analisis kimia dari air mata menunjukkan bahwa

konsentrasi garam didalamnya mirip dengan komposisi di dalam plasma darah.

Selain itu, air mata mengandung lisozim yang merupakan enzim yang memiliki

aktivitas sebagai bakterisidal untuk melarutkan lapisan luar bakteria (4).

Walaupun air mata mengandung enzim bakteriostatik dan lisozim, hal ini tidak

dianggap sebagai antimikrobial yang aktif karena dalam mengatasi

mikroorganisme tersebut, air mata lebih cenderung memiliki fungsi mekanik yaitu

membilas mikroorganisme tersebut dan produk-produk yang dihasilkannya.

K+, Na+, dan Cl- terdapat dalam konsentrasi lebih tinggi dalam air mata dari

dalam plasma. Air mata juga mengandung sedikit glukosa (5 mg/dL) dan urea

(0,04 mg/dL) dan perubahannya dalam konsentrasi darah akan diikuti perubahan

konsentrasi glukosa dan urea air mata. pH rata-rata air mata adalah 7,35, meski

ada variasi normal yang besar (5,20-8,35). Dalam keadaan normal, cairan air mata

adalah isotonik. Osmolalitas film air mata bervariasi dari 295 sampai 309 mosm/L

8

Page 9: Referat Tumor Glandula Lakrimal (Autosaved)

Air mata akan disekresikan secara refleks sebagai respon dari berbagai

stimuli. Stimulus tersebut dapat berupa stimuli iritatif pada kornea, konjungtiva,

mukosa hidung, stimulus pedas yang diberikan pada mulut atau lidah, dan cahaya

terang. Selain itu, air mata juga akan keluar sebagai akibat dari muntah, batuk dan

menguap. Sekresi juga dapat terjadi karena kesedihan emosional. Kerusakan pada

nervus trigeminus akan menyebabkan refleks sekresi air mata menghilang. Hal ini

dapat dibuktikan dengan pemberian kokain pada permukaan mata menyebabkan

penghambatan hantaran pada ujung nervus sensoris yang mengakibatkan

penghambatan refleks sekresi mata (bahkan ketika mata dipaparkan pada gas air

mata yang poten). Jalur aferen pada hal ini adalah nervus trigeminus, sedangkan

eferen oleh saraf autonom, dimana bahagian parasimpatis dari nervus fasialis yang

memberikan pengaruh motorik yang paling dominan. Oleh sebab itu, pemberian

obat yang parasimpatomimetik (seperti asetilkolin) dapat meningkatkan sekresi

sedangkan pemberian obat antikolinergik (atropin) akan menyebabkan penurunan

sekresi. Refleks sekresi air mata yang berlebihan dapat diinterpretasikan sebagai

respon darurat. Pada saat lahir, inervasi pada aparatus lakrimalis tidak selalu

sempurna, hal ini menyebabkan neonatus sering menangis tanpa sekresi air mata

(4).

D. KLASIFIKASI

Massa pada glandula lakrimal dapat disebabkan oleh inflamasi dan

neoplasma. Tumor pada glandula lakrimal diklasifikasikan sebagai berikut

(9):

9

Page 10: Referat Tumor Glandula Lakrimal (Autosaved)

E. MANIFESTASI KLINIS (1)

Gambaran yang diperlihatkan pada tumor glandula lakrimal bervariasi tiap

pasien mulai dari yang tidak bergejala namun memiliki massa pada bagian

temporal palpebra yang diabaikan pasien yang menyebabkan terjadinya proptosis,

diplopia, dan ada massa yang mengganjal.

Riwayat penyakit sudah lama (>1-2 tahun), lesi kelenjar lakrimal yang tidak

menginfiltrasi menunjukkan tumor jinak, misalnya adenoma pleomorfik. Riwayat

penyakit yang akut dapat menunjukkan suatu inflamasi atau proses keganasan.

Nyeri paling sering dikeluhkan pada lesi inflamasi pada kelenjar lakrimal

namun karsinoma adenoid kistik dan keganasan lainnya dapat memberikan

gambaran nyeri sekunder dari perkembangan perineural atau ke tulang.

Lesi yang menunjukkan keganasan ditandai dengan terjadinya proptosis yang

subakut dan kehilangan sensasi pada bagian temporal dari nervus lakrimalis pada

sepertiga pasien.

Diplopia dan penurunan visus dapat ditemukan pada lesi yang mengalami

progresifitas cepat.

10

Page 11: Referat Tumor Glandula Lakrimal (Autosaved)

Lesi jinak biasanya memberikan gejala tidak nyeri dengan pergeseran massa

ke inferonasal dari bagian superotemporal.

F. DIAGNOSIS

Gejala

Tumor biasanya tumbuh sangat lambat namun akan mendorong ke bola mata

inferior dan medial yang dapat memberikan gejala diplopia.

Pemeriksaan

Pemeriksaan gerakan bola mata dapat memberikan informasi mengenai

infiltrasi tumor ke otot ekstraokuler atau perubahan mekanik pada bola

mata akibat pertumbuhan tumor. Pergeseran lobus dengan atau tanpa

proptosis paling sering ditemukan pada keganasan yang ditandai dengan

lesi non axial yang mengarah ke inferomedial. Kontur berbentuk S pada

palpebra atas biasa ditemukan pada lesi kelenjar lakrimal namun

biasanya berupa tumor yang tidak spesifik. massa dapat teraba atautidak

pada fossa lakrimal. Massa yang berbatas tegas, kenyal, dan tidak tegang

dapat ditemukan pada lesi jinak atau limfoproliferatif. Penurunan pada

tes Schrimer menunjukkan lesi inflamasi. Hal yang jarang ditemukan

yaitu peningkatan tekanan intraokular dan adanya lipatan koroidoretinal.

Dapat pula ditemukan limfadenopati preaurikuler dari metastase regional

pada lesi maligna.

Densitas tumor pada pemeriksaan USG dapat menunjukkan konsistensi

tumor.

Pemeriksaan CT dan MRI dapat memperlihatkan lokasi dan perluasan

tumor. Gambaran CT Scan dari lesi epitel jinak misalnya adenoma

pleomorfik biasanya berbatas tegas pseudokapsul pada fossa

superotemporal, perubahan pada tulang termasuk ekspansi dan

remodeling pada fossa lakrimal tanpa ada tanda-tanda invasi atau erosi

pada tulang. Pada massa yang ganas misalnya karsinoma adenoid kistik

biasanya memberikan gambaran massa yang ireguler, erosi pada

tulang(70%), dan kadang terjadi kalsifikasi (20%). Lesi limfoproliferatif

11

Page 12: Referat Tumor Glandula Lakrimal (Autosaved)

biasanya memberikan gambaran berbentuk eksentris dengan penberian

kontras. (1)

Pemeriksaan biopsi digunakan untuk mengkonfirmasi adanya keganasan

dan tipe tumor tersebut. Pada pemeriksaan histologis adenoma

pleomorfik memberikan gambaran lapisan epitel dan mesenkim

mengalami proliferasi. Proliferasi dari sel-sel epitel biasanya tersusun

atas dua lapis dan membentuk lumen. Diferensiasi pada stroma dapat

diperlihatkan pada formasi tulang dan kartilago. Karsinoma adenoid

kistik berasal dari sel-sel duktus dan membentuk celah pada bagian dasar

yang mirip deposit material. Hal ini memberikan gambaran kribriform

atau gambaran “Swiss cheese” pada jaringan, meskipun pertumbuhan

pada tubulus dan berkelompok mudah dikenali. Terdapat lima gambaran

histologi yang dapat ditemukan pada lesi yaitu (1) Kribriform, (2)

Sklerosis (3) Basaloid (4) Komedo (5) Duktal. Tipe basaloid memiliki

prognosis yang paling jelek. (1)

Pemeriksaan imunohistokimia dapat membantu untuk membedakan

antara inflamasi, lesi jinak maupun ganas pada lesi limfoproliferatif.

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan laboratorium khusus yang

menggunakan marker khusus yang akan berikatan dengan antigen khusus

pada jaringan target. Lesi inflamasi jinak (psudotumor) memiliki

morfologi poliklonal sedangkan lesi limfoid berbentuk monoklonal.. (1)

G. DIAGNOSIS BANDING

Dakrioadenitis

Dakrioadenitis merupakan pembesaran glandla lakrimalis akibat

peradangan. Dakrioadenitis dibagi menjadi sindrom akut dan kronik dengan

penyebab infeksi atau penyakit sistemik. (10)

Frekuensi terjadinya dakrioadenitis jarang dilaporkan namun lebih sering

dibandingkan tumor glandula lakrimal. Belum ada data yang baku mengenai

tingkat mortalitas dan morbiditas namun pada dakrioadenitis akut merupakan

12

Page 13: Referat Tumor Glandula Lakrimal (Autosaved)

penyakit yang dapat sembuh dengan sendiri sedangkan pada kasus kronik

maka perlu dilakukan manajemen kondisi sistemik. Kejadian dakrioadenitis

tidak dipengaruhi oleh ras, jenis kelamin dan umur. (10)

Patofisiologi terjadinya masih belum sepenuhnya dimengerti.

Dakrioadenitis infeksi mungkin disebabkan oleh agen dari konjungtiva yang

bergerak secara ascending ke duktus lakrimal ke glandula lakrimal. (10)

Dari anamnesis dapat ditemukan dakrioadenitis akut bersifat

unilateral,nyeri berat, kemerahan dan rasa tertekan pada regio

supratemporal orbita. Onset cepat dalam beberapa jam atau hari.

Dakrioadenitis kronik dapat terjadi bilateral tidak nyeri, pembesaran

glandula lakrimal yang lebih dari sebulan, lebih sering dari dakrioadenitis

akut. (10)

Pada pemeriksaan fisiss, dakrioadenittis akut dapat ditemukan

pembengkakan pada palpebra superior dan terasa tegang saat dipalpasi

serta dapat disertai dengan kemosis, injeksi konjungtiva, sekret

mukopurulen, eritema, limfdenopati, bengkak pada bagian sepertiga

lateral, proptosis pergerakan muskular terbatas, bola mata terdesak kearah

inferomedial. Kelainan sistemik yang dapat ditemukan seperti pembesaran

glandula parotis, demam, ISPA, dan malaise. Pada dakrioadenitis kronik

biasanya tidak berat, tidak nyeri pembesaran kelenjar namun mobile, tanda

okular sedikit ptosis ringan serta gejala mata kering ringan hingga berat.

(10)

Penyebabnya dapat berupa infeksi virus, bakteri maupun jamur serta

penyakit sistemik seperti sarcoidosis, grave disease, Sjogren Sindrome,

sindrom inflamasi orbital serta lesi limfoepitelial jinak. (10)

Kista duktus lakrimalis

Kista duktus lakrimal berkembang dari forniks bagian supratemporal

konjungtiva. Hal ini disebabkan oleh trauma, infeksi, dan inflamasi

konjungtiva. Gejala biasanya asimtomatik namundapat menyebabkan

13

Page 14: Referat Tumor Glandula Lakrimal (Autosaved)

penderita merasa tidak nyaman, rasa mengganjal, nampak massa, distorsi

paplpebra yang menyenbabkan ektropion. Ukuran berfluktuasi.

Pengobatan dengan total reseksi. (11)

Lesi limfoepitelial jinak

Lesi in merupakan pembesaran jinak pada kelenjar parotis dan atau

kelenjar lakrimal. Biasanya ditemkan pembesaran secara bilateral. 80%

pembesaran pada kelenjar parotisjuga disertai dengan pembesaran pada

glandula lakrimal. Biasanya terjadi pada usia 50an dan paling sering

terjadi pada wanita. Kebanyakan dikaitkan dengan Sjorgen Syndrome.

H. PENATALAKSANAAN

Jika memungkinkan, tumor harus diangkat seluruhnya. Eksenterasi orbital

mungkin diperlukan. Pemberian kortikosteroid sistemik diindikasikan jika

terdapat tumor yang tidak spesifik. (3)

Terapi radiasi merupakan pilihan utama padalesi limfoid dengan total

radiasi 2000-3000cGy. Pemberian agen antineoplasma diberikan sesuai

anjuran ahli onkologi dan biasanya diberikan jika ada penyebaran sistemik.

(1)

Penanganan tumor glandula lakrimal digolongkan atas dua kategori

berdasarkan durasi gejala, manifestasi klinis dan gambaran radilogi dari lesi.

Pasien dengan perjalanan penyakit lama, tidak nyeri dan massa tumbuh lambat

dan gambaran radiologi berbatas jelas dan disimpulkan adenoma pleomorfik

maka pasien dapat dilakukan pembedahan ekstirpasi. (1)

Konsultasi pada bagian hematologi dan onkologi perlu dilakukan untuk

mengeluarkan kemungkinan terjadinya penyebaran sistemik jika diagnosis

dikonfirmasi dengan limfoma. Koordinasi dengan ahli onkologi radiasi jika tuor

mengarah ke keganasan dan lesi limfoma. (1)

14

Page 15: Referat Tumor Glandula Lakrimal (Autosaved)

I. KOMPLIKASI

Proptosis pada mata dapat menyebabkan kornea menjadi kering

sehingga memudahkan terjadinya ulkus pada kornea yang pada

akhirnya akan mengganggu penglihatan. Proptosis yang lama dapat

mengganggu penglihatan karena saraf optik (saraf penglihatan) menjadi

teregang. Peningkatan tekanan di dalam rongga mata juga dapat

menekan saraf optik, yang juga dapat mengganggu penglihatan.

J. PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada derajat keganasan tumor. Pasien mungkin

disarankan untuk perawatan rumah sakit untuk mendapatkan agen kemoterapi jika

diperlukan. (1)

Pada adenoma pleomorfik, studi jangka panjang menyebutkan bahwa terjadi

peningkatan insiden transformasi maligna yang dihubungkan dengan rekurensi

multipel dari lesi yang dilakukan insisi biopsi dan pengangkatan yang tidak

sempurna pada tumor primer. Follow up per tahun perlu dilakukan untuk

memonitor efek pengobatan dan kemungkinan terjadinya rekurensi atau

penyebaran sistemik (1).

Limfoma sistemik berkembang 20-30% pada pasien dengan limfoma maligna

pada glandula lakrimal. Insidensi lebih banyak jika pada pemeriksaan awal

ditemukan penyebaran pada glandula lakrimal bilateral. Limfoma maligna

merupakan kejadian yang jarang dan paling sering ditemukan pada wanita tua

dan kebanyakan stadium rendah daan prognosisnya bagus. (1)

Karsinoma kistik adenoid memiliki prognosis yang cukup jelek karena dapat

bermetastase ke tulang dan menginfiltrasi ke perineural. Pasien ini memiliki angka

kematian 50% pada 5 tahun pertama dan 75% pada 15 tahun. Kematian viasanya

akibat penyebaran ke intrakranial dan metastase ke paru-paru. Gambaran

histologis biasanya signifikan dengan prognosis dimana gambaran cribriform

memiliki angka harapan hidup 5 tahun sebesar 70% dibandingkan dengan

gambaran basaloid yang memiliki angka harapan hidup sebesar 20%. (1)

15

Page 16: Referat Tumor Glandula Lakrimal (Autosaved)

DAFTAR PUSTAKA

x

1.DeAngelis DD. Lacrimal Gland Tumors. [Online].; 2013 [cited 2014 January 16. Available from: http://reference.medscape.com.

2.Association TEMD. Orbit, Eyelid and Lacrimal System New York: American Academy of Ophtalmology; 2012.

3.Lang GK. Ophtalmology A pocket Textbook Atlas. 2nd ed. New York: Thieme; 2006.

4.Britannica E. Human Eye. [Online].; 2007 [cited 2014 January 15. Available from: http://www.britannica.com/EBchecked/topic/199272/eye.

5.Taylor JR, Elsworth JD, Lawrence MS, Sladek JR, Roth RH, Redmond DE. Spontaneous Blink Rates Correlate with Dopamine Levels in the Caudate Nucleus of MPTP-treated Monkey. Experimental Neurology. 1999; I(158).

6.McMonnies CW. Incomplete Blinking: Exposure Keratopathy, Lid Wiper Epitheliopathy, Dry Eye, Refractive Surgery, and Dry Contact Lenses. Cont Lens Anterior Eye. 2007; I(30).

7. Iwanami M, Tsurukiri K. Histological Comparison Between Young and Aged Specimens of the Oriental Lower Eyelid Using Sagittal Serial Sections. Plast Reconstr Surg. 2007; VII(119).

8.MissionforVission. Anatomy of The Human Eye. [Online].; 2006 [cited 2014 January 17. Available from: http://www.images.missionforvisionusa.org/anatomy/2006/02/lacrimal-gland-human.html.

9.Bernardini FP, Devoto MH, Croxatto OJ. Epitelial Tumor of the Lacrimal Gland : An Update. In Current Opinion of Ophtalmology. Geneva: Lippincott William and Wilkins; 2008. p. 409-413.

10.Singh GJ. Dacryoadenitis. [Online].; 2013 [cited 2014 January 17. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1210342-overview#showall.

11.Hornblass. Lacrimal gland duct cysts. [Online].; 1985 [cited 2014. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/4011117.

x

16

Page 17: Referat Tumor Glandula Lakrimal (Autosaved)

17