referat tata cara pengumpulan, penyimpanan dan penyerahan barang bukti pada tubuh korban

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2010 dikatakan bahwa, Barang Bukti adalah benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud yang telah dilakukan penyitaan oleh penyidik untuk keperluan pemeriksaan dalam tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan. Barang bukti dapat berupa benda yang bergerak dan yang tidak bergerak. 1 Dalam hal yang menjadi objek dari suatu tindak pidana itu tubuh manusia , maka tubuh manusia itu baik dalam keadaan hidup maupun sudah mati pada hakekatnya adalah barang bukti. 2 Di masyarakat, kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah hukum di tingkat lebih lanjut sampai akhirnya pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan bantuan berbagai ahli di bidang terkait untuk membuat jelas jalannya peristiwa serta keterkaitan antara tindakan yang satu dengan yang lain dalam rangkaian peristiwa tersebut. Dokter yang berbekal pengetahuan kedokteran forensik yang dimilikinya diharapkan membantu proses peradilan yang menyangkut tubuh korban dan barang bukti yang ada padanya. 3 Maka dari itu setiap dokter sangat perlu untuk memahami tentang tata cara pengumpulan, penyimpanan dan penyerahan 1

Upload: diniy-miftahul-muthmainnah

Post on 14-Aug-2015

363 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Forensik

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Tata Cara Pengumpulan, Penyimpanan dan Penyerahan Barang Bukti pada tubuh korban

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 tahun

2010 dikatakan bahwa, Barang Bukti adalah benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud

atau tidak berwujud yang telah dilakukan penyitaan oleh penyidik untuk keperluan

pemeriksaan dalam tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan.

Barang bukti dapat berupa benda yang bergerak dan yang tidak bergerak.1

Dalam hal yang menjadi objek dari suatu tindak pidana itu tubuh manusia , maka

tubuh manusia itu baik dalam keadaan hidup maupun sudah mati pada hakekatnya adalah

barang bukti.2 Di masyarakat, kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut

tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah

hukum di tingkat lebih lanjut sampai akhirnya pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan

bantuan berbagai ahli di bidang terkait untuk membuat jelas jalannya peristiwa serta

keterkaitan antara tindakan yang satu dengan yang lain dalam rangkaian peristiwa tersebut.

Dokter yang berbekal pengetahuan kedokteran forensik yang dimilikinya diharapkan

membantu proses peradilan yang menyangkut tubuh korban dan barang bukti yang ada

padanya.3 Maka dari itu setiap dokter sangat perlu untuk memahami tentang tata cara

pengumpulan, penyimpanan dan penyerahan barang bukti yang ada di tubuh korban, terutama

dalam hal perkara pidana.

1.2 Batasan masalah

Pembahasan referat ini dibatasi pada definisi, klasifikasi, fungsi, teknik pengumpulan,

teknik penyimpanan, serta teknik penyerahan barang bukti di tubuh korban.

1.3 Tujuan penulisan

Referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai Tata Cara

Pengumpulan, Penyimpanan, dan Penyerahan Barang Bukti di Tubuh Korban.

1.4 Metode penulisan

Referat ini merupakan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.

1

Page 2: Referat Tata Cara Pengumpulan, Penyimpanan dan Penyerahan Barang Bukti pada tubuh korban

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Barang Bukti

2.1.1. Definisi Barang Bukti

Istilah barang bukti dalam perkara pidana yaitu barang mengenai mana delik

dilakukan (obyek delik) dan barang dengan mana delik dilakukan yaitu alat yang dipakai

untuk melakukan delik misalnya pisau yang dipakai menikam orang. Termasuk juga barang

bukti ialah hasil dari delik. Misalnya uang negara yang dipakai (korupsi) untuk membeli

rumah pribadi, maka rumah pribadi itu merupakan barang bukti, atau hasil delik.4

Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 tahun

2010 dikatakan bahwa, “Barang Bukti adalah benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud

atau tidakberwujud yang telah dilakukan penyitaan oleh penyidik untuk keperluan

pemeriksaan dalam tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan.” 1

Dalam hal yang menjadi objek dari suatu tindak pidana itu tubuh manusia , maka

tubuh manusia itu baik dalam keadaan hidup maupun sudah mati pada hakekatnya adalah

barang bukti pula.2

Akan tetapi berbeda dengan barang bukti lainnya, tubuh manusia tidak dapat disita

kemudian disimpan dalam gudang barang bukti, yang selanjutnya diajukan dalam

pemeriksaan atas perkaranya disidang pengadilan, melainkan sesaat setelah ditemukan,

penyidik segera mengajukan permintaan keteranagn kepada ahli kedokteran kehakiman atau

dokter dan atau ahli lainnya mengenai sebab luka atau matinya orang tersebut. Kewenangan

penyidik tersebut di atur dalam pasal 133 ayat (1) KUHAP.2

Memperhatikan Pasal 133 KUHAP beserta penjelasannya, maka dapat disimpulkan

bahwa :

Keterangan mengenai barang bukti ( tubuh manusia yang masih hidup ataupun mayat ), yang

diberikan oleh Ahli Kedokteran Kehakiman, adalah menjadi alat bukti yang sah sebagai

“Keterangan ahli” sebagai mana dimaksud dalam Pasal 184 KUHAP.2

Selanjutnya apabila dikaitkan Pasal 120, Pasal 184 serta Pasal 186 KUHAP , terlihat bahwa

hasil pemeriksaan oleh ahli – ahli lainnya ( selain dari ahli kedokteran kehakiman ) yang

2

Page 3: Referat Tata Cara Pengumpulan, Penyimpanan dan Penyerahan Barang Bukti pada tubuh korban

lazimnya disebut Expertise, misalnya hasil pemeriksaan terhadap bagian – bagian tertentu

dari tubuh manusia ( darah,air mani,rambut dan sebagainya ) atau hasil pemeriksaan benda-

benda tertentu (serbuk,senjata api,uang palsu dan sebagainya ) apabila diberikan secara lisan

di sidang pengadilan,makan akan menjadi keterangan ahli sebagai mana tersebut dalam Pasal

184 KUHAP.2

2.1.2. Fungsi Barang Bukti Dalam Proses Pidana

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 Pasal 6 Ayat (2) tentang ketentuan-

ketentuan –ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa tiada seorang

juapun dapat dijatuhi pidana kecuali apabila karena alat pembuktian yang sah menurut

Undang-Undang Hakim mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat

bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang dituduhkan atas dirinya.2

Pada pasal 183 KUHAP menyatakan bahwa hakim tidak boleh menjatuhkan pidana

kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia

memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang

bersalah melakukannya.2

2.1.3 Klasifikasi Barang Bukti dalam Proses Pidana

Klasifikasi barang bukti menurut PERKAP No. 10 Tahun 2010 Pasal 4, 5, dan 6

yaitu: 1

a. Benda Bergerak

Yaitu benda yang dapat dipindahkan dan/atau berpindah dari satu tempat ke tempat

lain.

Benda bergerak dapat dibagi bedasarkan sifatnya dan berdasarkan wujudnya.

Berdasarkan sifatnya diklasifikasikan menjadi :

- mudah meledak;

- mudah menguap;

- mudah rusak; dan

- mudah terbakar.

Sedangkan benda bergerak berdasarkan wujudnya dibagi menjadi :

- padat

3

Page 4: Referat Tata Cara Pengumpulan, Penyimpanan dan Penyerahan Barang Bukti pada tubuh korban

- cair

- gas

b. Benda Tidak Bergerak yaitu benda yang selain dari benda bergerak.

Contohnya yaitu :

- tanah beserta bangunan yang berdiri di atasnya;

- kayu tebangan dari hutan dan kayu dari pohon-pohon yang berbatang tinggi

selama kayu-kayuan itu belum dipotong;

- kapal laut dengan tonase yang ditetapkan dengan ketentuan; dan

- pesawat terbang.

2.2 Tata Cara Pengumpulan Barang Bukti

Barang bukti merupakan benda yang untuk sementara oleh pejabat yang berwenang

diambil alih dan atau disimpan dibawah penguasaannya, karena diduga tersangkut dalam

suatu tindak pidana. Tujuan penguasaaan sementara benda tersebut adalah untuk kepentingan

penyidikan, penuntutan dan pembuktian di sidang pengadilan.2

Barang bukti dapat diperoleh penyidik melalui:2

1. Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP)

2. Penggeledahan

3. Diserahkan langsung oleh saksi pelapor atau tersangka

4. Diambil dari pihak ketiga

5. Barang temuan

Pengertian mengenai penyitaan, tercantum dalam Pasal 1 butir 16 KUHAP, yaitu

serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan dibawah

penguasaannya benda bergerak, berwujud,atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian

dalam penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan. 2

Dari definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

4

Page 5: Referat Tata Cara Pengumpulan, Penyimpanan dan Penyerahan Barang Bukti pada tubuh korban

1. Penyitaan termasuk tahap penyidikan karena dikatakan “.....serangkaian tindakan

penyidik untuk....................”

2. Penyitaan bersifat pengambil-alihan atau penyimpanan di bawah penguasaan

penyidik suatu benda milik orang lain.

3. Benda yang disita itu berupa benda bergerak dan tidak bergerak, berwujud dan tidak

berwujud.

4. Penyitaan itu untuk tujuan kepentingan pembuktian.

2.2.1 Benda – benda yang dapat disita

Menurut A. Hamzah biasanya benda yang dapat disita berupa “yang digunakan untuk

melakukan delik” dikenal “dengan mana delik dilakukan” dan “benda yang menjadi objek

delik” dikenal dengan “ mengenai mana delik dilakukan” . Sedangkan secara umum benda

yang dapat disita dapat dibedakan menjadi :2

a. Benda yang dipergunakan sebagai Alat untuk melakukan tindakan ;

(didalam ilmu hukum disebut “Instrumental delicti”.

b. Benda yang diperoleh atau hasil dari suatu tindak pidana ;

(disebut juga “corpora delicti”).

c. Benda – benda lain yang tidak secara langsung mempunyai hubungan dengan tindak

pidana, tetapi mempunyai alasan yang kuat untuk bahan pembuktian.

d. Barang bukti pengganti, misalnya objek yang dicuri itu adalah uang, kemudian

dengan uang tersebut tersangka membeli sebuah radio. Dalam hal tersebut radio

tersebut disita untuk dijadikan barang bukti pengganti.

Dalam Pasal 39 KUHAP disebutkan bahwa yang dapat dikenakan penyitaan adalah :2,5

a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa seluruh atau bagian diduga diperoleh dari

tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana ( ayat 1 huruf a ) ;

Misalnya : benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebahagian

diperoleh dari tindak pidana, seperti : rumah atau simpanan uang di Bank yang

diperoleh dari korupsi, mobil yang dicuri atau digelapkan oleh tersangka atau

terdakwa.

b. Benda yang dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk

mempersiapkan ( ayat 1 huruf b ).

Misalnya : pisau atau senjata api yang dipergunakan untuk membunuh.

5

Page 6: Referat Tata Cara Pengumpulan, Penyimpanan dan Penyerahan Barang Bukti pada tubuh korban

c. Benda yang dipergunakan untuk menghalang – halangi penyidikan tindak pidana

(ayat 1 huruf c).

Misalnya : mobil yang dipergunakan oleh teman tersangka untuk menghalangi

petugas yang sedang melakukan pengejaran terhadap tersangka.

d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana ( ayat 1 huruf

d )

Misalnya : kunci palsu yang dibuat oleh tersangka atau terdakwa untuk membuka

rumah, cetakan untuk membuat uang palsu, stempel palsu.

e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang

dilakukan ( ayat 1 huruf e ).

Misalnya : sepatu, tas, baju, pakaian dalam korban yang dipakainya paada saat tindak

pidana itu terjadi, rambut tersangka/terdakwa yang ditemukan oleh penyidik yang di

TKP.

f. Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata atau karena pailit dapat juga

disita untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan mengadili perkara pidana

sepanjang menyangkut ketentuan ayat 1 ( pasal 39 ayat 2 KUHAP ).

Dalam hal putusan Hakim praperadilan tersebut berisi menetapkan bahwa benda yang disita

ada yang tidak termasuk alat pembuktian, maka dalam putusan dicantumkan bahwa benda

tersebut harus segera dikembalikan kepada tersangka atau dari siapa benda itu disita ( pasal

82 ayat (3) huruf d KUHAP ) .

a Bila terjadi suatu tindak pidana maka petugas yang berwenang menangani suatu

tindak pidana, berkewajiban untuk melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara (TKP)

yaitu tempat dimana tersangka atau korban dan atau barang – barang bukti yang berhubungan

dengan tindak pidana tersebut, dapat ditemukan. Misalnya pada kasus pembunuhan,

pencurian, peledakan dan kasus lainnya yang memerlukan pemeriksaan di tempat kejadian

perkara.2

Tindakan – tindakan yang dilakukan di tempat kejadian perkara adalah:2

a) mencari keterangan, petunjuk, bukti serta identitas tersangka dan korban untuk

kepentingan selanjutnya, atau melakukan penangkapan atau penggeledahan badan apabila

tersangka masih berada di tempat kejadian.2

6

Page 7: Referat Tata Cara Pengumpulan, Penyimpanan dan Penyerahan Barang Bukti pada tubuh korban

b) pencarian, pengambilan, pengumpulan dan pengawetan barang bukti, dilakukan

dengan metode – metode tertentu serta didukung dengan bantuan teknis operasional seperti

laboratorium kriminal, identifikasi dan bidang – bidang keahlian lainnya. Misalnya

terjadipembunuhan, maka diperlukan bantuan dokter yaitu untuk mengetahui cara kematian,

sebab – sebab kematian (jika koban mati) dan keterangan – keterangan lain yang diperlukan.2

Dengan demikian tindakan penyidik untuk segera mendatangi tempat kejadia perkara

tersebut memang sangat diperlukan, karena tempat kejadian perkara merupakan salah satu

sumber keterangan yang penting dan bukti – bukti yang dapat menunjukan / membuktikan

adanya hubungan anatara korban, pelaku, barang bukti dengan tempat kejadian perkara itu

sendiri. Dari hubungan tersebut diusahakan untuk mengungkapkan pokok – pokok masalah

yang menyangkut tindak pidana itu sendiri, antara lain benarkah tindak pidana itu telah

terjadi, siapa pelakunya, bagaimana modus operandinya dan lain – lain.2

Pada umumnya yang disebut tempat kejadia perkara (TKP), meliputi:

a. tempat dimana suatu tindak pidana dilakukan atau terjadi dan akibat yang

ditimbulkannya.

b. tempat – tempat lain dimana barang bukti atau korban yang berhubungan dengan

tindak pidana tersebut ditemukan ( petunjuk teknis no. Pol. JUKNIS/01/II/1982 tentang

penanganan tempat kejadian perkara)

Ada kemungkinan didapati benda bukti dari tubuh korban misalnya anak peluru, dan

sebagainya. Benda bukti berupa pakaian atau lainnya hanya diserahkan pada pihak penyidik.6

Pada dasarnya tindakan – tindakan yang dilakukan oleh reserse di TKP meliputi:

a. Pengamatan umum (general observation)

b. Pemotretan dan pembuatan sketsa

c. Penangaan korban, saksii dan pelaku

d. Penanganan barang bukti

2.2.2 Penanganan Barang Bukti

Salah satu tindakan yang dilakukan petugas di TKP adalah mencari barang bukti.

Hal – hal yang yang harus diperhatikan dalam penanganan barang bukti adalah:

7

Page 8: Referat Tata Cara Pengumpulan, Penyimpanan dan Penyerahan Barang Bukti pada tubuh korban

a. Setiap terjadi kontak fisik antara dua objek akan selalu terjadi perpindahan material

dari masing – masing objek, walaupun besar jumlahnya mungkin sangat kecil/ sedikit.

Karena pelaku pasti meninggalkan jejak/jejas di TKP dan pada tubuh korban.

b. Makin wajar dan tidak wajar suatu barang di tempat kejadian, makin tinggi nilainya

sebagai barang bukti.

c. Barang – barang yang umum terdapat, akan mempunyai nilai tinggi sebagai barang

bukti bila terdapat karakteristik yang tidak umum dari barang tersebut.

d. Harus selalu beranggapan bahwa yang tidak berarti bagi kita, mungkin sangat

berharga sebagai barang bukti bagi orang ahli.

e. Barang – barang yang dikumpulkan apabila diperoleh secara bersama – sama dan

sebanyak mungkin macamnya serta dihubungkan satu sama lain, dapat menghasilkan

bukti yang berharga.

Mengingat TKP merupakan sumber keterangan yang penting dan bukti – bukti yang

dapat diolah dalam usaha untuk mengungkapkan tindak pidana, maka unsur – unsur

SAMAPTA dan RESERSE yang sedang menjalankan tugas piket, segera mendatangi tempat

kejadian perkara tersebut. Hal ini tergantung pada kasus yang dilaporkan oleh pelapor. Bila

diperlukan maka disertakan juga petugas dari unit identifikasi, intel, sabara, dokter dan lain –

lainnya. Para petugas yang mendatangi TKP tersebut tidak dilengkapi dengan surat perintah

khusus, melainkan dengan surat bulanan yang umumnya dimiliki oleh setiap petugas POLRI,

setiap 1 ( satu) bulan. Hal ini adalah untuk meluaskan dan mempermudah gerak mereka

dalam menangani suatu tindak pidana yang terjadi, sesuai dnegan kewenangannya masing –

masing. Sebab jikaharus dengan surat perintah khusus untuk mendatangi TKP, maka

dikhawatirkan akan menghambat para petugas dalam mengungkapkan suatu tindak pidana,

karena misalnya TKP sudah tidak utuh lagi.

Adapun tindakan yang dilakukan oleh unsur – unsur SAMPTA dan RESERSE,

pertama – tama adalah menyelidiki kebenaran tentang terjadinya tindak pidana. Tindakan

selanjutnya tentunya tergantung pada kasusnya. Dalam menghadapi tindak pidana tertentu,

yang sifatnya harus segera ditangani oleh polisi, maka pada umumnya unsur SAMAPTA dan

RESERSE segera mendatangi TKP dan melakukan tindakan – tindakan seperlunya,

kemudian baru membuat laporan polisi tentang adanya peristiwa tindak pidana dan sekaligus

melaporkan pula tentang tindakan yang dilakukan oleh para petugas di TKP.

8

Page 9: Referat Tata Cara Pengumpulan, Penyimpanan dan Penyerahan Barang Bukti pada tubuh korban

Selain harus mengumpulkan keterangan – keterangan dari orang – orang yang berada

di sekitar TKP yang melihat, mengalami atau mengetahui terjadinya tindak pidana tersebut,

petugas harus mencari dan mengumpulkan barang bukti.

Barang bukti tersebut kemudian dibungkus, disegel dan diberi label.

2.2.3 Pembungkus Benda Sitaan

Pasal 130 KUHAP berbunyi:

(1) Benda sitaan sebelum dibungkus, dicatat berat dan atau jumlah menurut jenis masing

– masing, ciri maupun sifat khas, tempat, hari dan tanggal penyitaan, identitas orang

dari mana tempat benda itu disita dan lain – lainnya yang kemudian di beriLak dan

cap jabatan dan ditandatangani oleh penyidik.

(2) Dalam hal benda sitaan tidak mungkin dibungkus, penyidik memberi catatan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang ditulis diatas label yang ditempelkan dan

atau dikaitkan pada benda tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak semua barang bukti dapat dibungkus,

akan tetapi tergantung pada jenis barang yang bersangkutan. Agar idak tertukar dengan

barang bukti tindak pidana lainnya, benda sitaan tersebut hars diberi katu yang disebut

label tersebut memuat keterangan sebagai berikut:

a. Nomor register barang bukti

b. Jenis barang bukti

c. Berat dan jumlah

d. Ciri dan sifat khusus

e. Tempat dan tanggal penyitaan

f. Laporan polisi (sebutkan nomor dan tanggal)

g. Indentitas dari siapa benda tersebut disita

h. Tanggal pembuatan label

i. Nama, pangkat dan NRP, dan tanda tangan pejabat yang menyita

j. Stempel jabatan

Cara pembungkus dan pemberian label adalah sebagai berikut:

a. Terhadap benda sitaan yang dapat dibungkus :

Benda tersebut dibungkus, kemudian diberi label, dilak dan distempel.

9

Page 10: Referat Tata Cara Pengumpulan, Penyimpanan dan Penyerahan Barang Bukti pada tubuh korban

Misalnya : celana, baju, pakaian, senjata api dan sebagainya.

b. Terhadapbenda sitaan yang tidak dapat dibungkus:benda sitaan yang tidak

dapat dibungkus:

1. Benda tersebut diberi label, kemudian ditempatkan atau

dikaitkanpada bagian benda sitaan yang memungkinkan label

tersebut mudah terlihat.

Misalnya : mobil, motor, mesin jahit dan sebagainya.

2. Dalam hal benda sitaan disimpan dalam kemasan/peti dan jumlahnya

banyak, maka peti – peti tersebut dihubungkan sedemikian rupa

dengan mempergunakan benang/tali rami yang kuat dan pada bagian

– bagian tertentu tali tersebut disimpulkan dan dilak serta diberi

cap/stempel lak, sehingga apabila ada perubahan (diambil dan

sebagainya) akan mudah dikteahui oleh petugas.

Misalnya : suku cadang mobil atau pesawat terbang dan lain

sebagainya.

2.2.4 Pembuatan berita acara pembungkus/penyegelan benda sitaan.

Tindakan penyidik dalam melakukan pembungkusan atau penyegelan benda sitaan/

barang bukti ini harus dibuatkan berita acaranya, dengan menyebutkan hal – hal sebagai

berikut:

Hari, tanggal dan jam pembungkusan/ penyegelanini harus dibuatkan berita acaranya, dengan

menyebutkan hal – hal sebagai berikut:

a. Hari, tanggal dan jam pembungkusan/ penyegelan dilakukan.

b. Nama petugas yang melakukan pembungkusan/ penyegelan.

c. Dasar pembungkusan:

- Surat perintah penyidikan (sebutkan nomor dan tanggalnya)

- Surat perintah penyitaan (sebutkan nomor dan tanggalnya)

d. Saksi/tersangak yang menyaksikan pembungkusan / penyegelan (cantumkan

identitasnya)

e. Benda atau benda yang dibungkus / disegel.

f. Uraian, cara pembungkusanSaksi/tersangak yang menyaksikan pembungkusan /

penyegelan (cantumkan identitasnya)

10

Page 11: Referat Tata Cara Pengumpulan, Penyimpanan dan Penyerahan Barang Bukti pada tubuh korban

g. Berita cara ini dibuat dengan sebenarnya atas kekuatan sumpah jabatan, kemudian

ditutup dan ditandatangani (sebutkan tempat dan tanggalnya)

h. Nama, pangkat dan NRP dan tanda tangan petugas yang melakukan

pembungkusan/ penyegelan serta cap jabatannya.

i. Nama saksi/ tersangka yang menyaksikan pembungkusan penyegelan benda

sitaan.

Benda sitaan tersebut selanjutnaya diserahka kepada kepala rumah penyimpanan

benda sitaan negara (RUPBASAN) setempat, sebagai instansi yang berwenang menyimpan

benda sitaan dan barang rampasan.

Dalam praktek, benda yang dipakai sebagai alat untuk melakukan kejahatan, yang

sedianya akan dijadikan barang bukti dalam perkara pidana, seringkali tidak dapat disita oleh

penyidik, karena tidak ditemui meskipun telah berulang kali dilakukan encarian atas benda

tersebut.2

Dalam hal demikian, setiap pencarian benda tersebut penyidik harus membuat berita

acaranya, kemudian melampirkannya dalam berkas perkara.2

2.2.5 Pengiriman Barang Bukti Untuk Diperiksa Seorang Ahli Atau Orang Yang

Mempunyai Keahlian Khusus.

Tidak semua benda yang tersangkut dalam suatu tindak pidana setelah disita

kemudian langsung dikirim ke Rumah Penyimpanan Benda Sitaan (RUPBASAN),

adakalanya benda tersebut harus dikirim kepada seorang ahli atau orang yang mempunyai

keahlian khusus untuk diperiksa dan dimintakan pendapatnya.2

Keterangan atau pendapat ahli tersebut sangat penting, untuk menguatkan alat bukti

lainnya yang diajukan dalam persidangan di sidang pengadilan.2

Pasal 120 KUHAP berbunyi:2,5

(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapatminta pendapat orang ahli atau

yang memiliki keahlian khusus.

(2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau menguncapkan janji di muka penyidik

bahwa ia akan memberi keteranganmenurut pengetahuannya yang sebaik –

baiknya kecuali bila disebkan karena harkat marabat pekerjaan atau jabatannya

11

Page 12: Referat Tata Cara Pengumpulan, Penyimpanan dan Penyerahan Barang Bukti pada tubuh korban

yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolah untuk memberikan

keterangan yang diminta.

Dengan demikian, jika dalam menangani suatu perkara pidana dimana penyidik

menemukan barang bukti yang memerlukan pemeriksaan oleh ahli atau orang yang

mempunyai keahlian khusus maka barang bukti tersebut setelah disita penyidik segara

dikirim kepada orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus tersebut.2

Sebagai contoh:

- Untuk menentukan jenis peluru, jenis senjata api, kalibernya maka dapat

dimintaka bantuan Laboratorium Kriminil Markas Besar Kepolisian RI di

Jakarta.

- Untuk oemeriksaan darah, bekas racun, muntah orang, sperma, orang luka atau

mayat dapat dimintakan kepada Lembaga Kriminologi Universitas Negeri

Setempat.

2.3 Tata Cara Penyimpanan Barang Bukti

Dalam penerimaan penyerahan barang bukti oleh penyidik, PPBB wajib melakukan tindakan

sebagai berikut:1

a. meneliti Surat Perintah Penyitaan dan Berita Acara Penyerahan BarangBukti yang

dibuat oleh penyidik untuk dijadikan dasar penerimaan barangbukti;

b. mengecek dan mencocokan jumlah dan jenis barang bukti yang diterima sesuai

dengan Berita Acara Penyerahan Barang Bukti;

c. memeriksa dan meneliti jenis baik berdasarkan sifat, wujud, dan/ataukualitas barang

bukti yang akan diterima guna menentukan tempat penyimpanan yang sesuai;

d. mencatat barang bukti yang diterima ke dalam buku register daftar barang bukti,

ditandatangani oleh petugas yang menyerahkan dan salah satu PPBB yang menerima

penyerahan, serta disaksikan petugas lainnya;

e. melakukan pemotretan terhadap barang bukti sebagai bahan dokumentasi;

f. mencoret dari buku register, barang bukti yang sudah dimusnahkan atau yang sudah

diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum; dan

g. melaporkan tindakan yang telah dilakukan kepada penyidik dan Kasatker.

Dalam hal pihak penyidik belum mengambilnya maka pihak petugas sarana kesehatan harus

me-nyimpannya sebaik mungkin agar tidak banyak terjadi perubahan.6

12

Page 13: Referat Tata Cara Pengumpulan, Penyimpanan dan Penyerahan Barang Bukti pada tubuh korban

2.4 Tata Cara Penyerahan Barang Bukti

Benda bukti yang telah selesai diperiksa hanya boleh diserahkan pada penyidik saja

dengan menggunakan berita acara. Status benda bukti itu adalah milik negara, dan secara

yuridis tidak boleh diserahkan pada pihak keluarga/ahli warisnya tanpa melalui penyidik. 6

Dalam penjelasan ayat (1) dari Pasal 46 KUHAP disebutkan bahwa :2,5

“Benda yang dikenakan penyitaan diperlukan bagi pemeriksaan sebagai barang bukti. Selama

pemeriksaan berlangsung dapat diketahui barang itu masih diperlukan atau tidak, dalam hal

ini penyidik atau penuntut umum berpendapat benda yang disita itu tidak diperlukan lagi

untuk pembuktian, maka benda tersebut dapat dikembalikan kepada yang berkepentingan

atau pemiliknya. Dalam pengembalian benda sitaan hendaknya sejauh mungkin diperhatikan

segi kemanusiaan dengan mengutamakan pengembalian yang menjadi sumber kehidupan”.

Pengembalian benda sitaan itu dalam praktek disebut “pinjam pakai barang bukti”. Benda

yang tidak dapat pinjam – pakaikan antara lain : 2

a. Benda tersebut merupakan alat untuk melakukan kejahatan, misalnya : pisau, linggis

dan alat – alat lainnya.

Kecuali bila jelas bahwa benda tersebut adalah milik suatu instansi, misalnya pistol

yang dipakai untuk membunuh adalah milik Departemen Hankam, maka pistol

tersebut dpat dikembalikan kepada instansi yang bersangkutan.

b. Benda tersebut merupakan hasil perbuatan jahat terdakwa, misalnya : uang palsu,emas

palsu dan lain – lain.

c. Benda terlarang, misalnya : ganja, hetoin, obat – obatan dan lain – lain.

d. Benda yang kepemilikannya kurang jelas atau saling kait mengait antara pelapor

dengan orang lain.

Misalnya : A mencuri sepeda motor milik B. B mengaku bahwa motor tersebut bukan

miliknya melainkan milik C yang dititipkan kepadanya, kemudian D mengaku pula

bahwa motor yang dijadikan barang bukti tersebut adalah miliknya y6ang diserahkan

kepada C untuk dijual.

Pasal 46 ayat 2 KUHAP menentukan bahwa apabila perkara sudah diputus,

maka benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada

13

Page 14: Referat Tata Cara Pengumpulan, Penyimpanan dan Penyerahan Barang Bukti pada tubuh korban

mereka yang disebut dalam putusan tersebut, kecuali jika menurut putusan hakim

benda itu dirampas untuk negara, untuk dimusnahkan atau untuk dirusakkan sampai

tidak dapat dipergunakan lagi atau jika benda tersebut masih diperlukan sebagai

barang bukti dalam perkara lain.2

Pasal 191 ayat (1) KUHAP menentukan bahwa dalam hal putusan

pemidanaan, atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum pengadilan

menetapakan supaya barang bukti yang disita diserahkan kepada pihak yang paling

berhak menerima kembali yang namanya tercantum dalam putusan tersebut, kecuali

jika menurut undang – undang barang bukti tersebut harus dirampas untuk

kepentingan negara atau dimusnahkan atau dirusak sehingga tidak dapat dipergunakan

lagi.2

Berdasarkan ketentuan – ketentuan tersebut diatas dapat diketahui bahwa putusan

pengadilan terhadap barang bukti adalah sebagai berikut :2

a. Dikembalikan kepada pihak yang paling berhak.

Dalam praktek biasanya yang disebut orang yang paling berhak menerima barang

bukti antara lain : 1. Orang atau mereka dari siapa barang tersebut disita

2. Pemilik yang sebenernya

3. Ahli waris

4. Pemegang hak terakhir

b. Dirampas untuk kepentingan negara atau dimusnahkan atau dirusak.

Menurut Soesilo barang yang dapat dirampas itu dapat dibedakan atas : 2

1. Barang – barang ( termasuk pula binatang ) yang diperoleh dengan

melakukan kejahatan (Corpora delicti)

2. Barang – barang termasuk pula binatang yang dengan sengaja dipakai

melakukan kejahatan ( Instrumenta delicti )

c. Barang bukti masih diperlukan dalam perkara lain.

Ada 3 kemungkinan yang bisa menimbulkan hal tersebut yaitu :

1. Ada 2 delik dimana pelakunya hanya 1 orang

2. Ada suatu delik, pelakunya lebih dari seorang

3. Perkara koneksistas

14

Page 15: Referat Tata Cara Pengumpulan, Penyimpanan dan Penyerahan Barang Bukti pada tubuh korban

Menurut pasal 215 KUHAP, pengembalian benda sitaan dilakukan tanpa syarat

kepada yang paling berhak, segera setelah putusan dijatuhkan jika terpidana telah memenuhi

isi amar putusan. Dalam penjelasan pasal 215 KUHAP disebutkan bahwa hal ini sesuai

dengan makna acara pemeriksaan cepat. Berdasarkan pasal 1 butir 6 dan pasal 27 KUHAP,

maka yang berwenang melakukan putusan pengadilan dalam acara pemeriksaan cepat adalah

sama halnya dengan acara biasa dan singkat, yaitu Jaksa. Berkenaan dengan pengembalian

barang bukti dalam perkara ringan / pelanggaran lalu lintas, selain Jaksa, Hakim pun dapat

melakukan hal tersebut, karena iya dianggap daad van de rechter.2

15

Page 16: Referat Tata Cara Pengumpulan, Penyimpanan dan Penyerahan Barang Bukti pada tubuh korban

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

barang bukti dalam perkara pidana yaitu barang mengenai mana delik dilakukan

(obyek delik) dan barang dengan mana delik dilakukan yaitu alat yang dipakai untuk

melakukan delik. Barang bukti dapat berupa benda bergerak dan tidak bergerak. Barang bukti

merupakan benda yang untuk sementara oleh pejabat yang berwenang diambil alih dan atau

disimpan dibawah penguasaannya, karena diduga tersangkut dalam suatu tindak

pidana.Dalam hal pihak penyidik belum mengambilnya maka pihak petugas sarana kesehatan

harus me-nyimpan barang bukti tersebut sebaik mungkin agar tidak banyak terjadi perubahan.

Benda bukti yang telah selesai diperiksa hanya boleh diserahkan pada penyidik saja dengan

menggunakan berita acara. Status benda bukti itu adalah milik negara, dan secara yuridis

tidak boleh diserahkan pada pihak keluarga/ahli warisnya tanpa melalui penyidik.

16

Page 17: Referat Tata Cara Pengumpulan, Penyimpanan dan Penyerahan Barang Bukti pada tubuh korban

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 20102. Afiah, Ratna Nurul. Barang Bukti dalam proses Pidana. Jakarta: Sinar Grafika, 19893. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 19974. Andi Hamzah, kamus hukum {jakarta, Ghalia, 1986 }halaman 1005. KUHAP6. Afandi D. Visum et repertum pada korban hidup. Jurnal Ilmu Kedokteran.

2009;3(2):79-84

17