referat sirosis cardiac
DESCRIPTION
Referat Sirosis CardiacTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal jantung merupakan gejala klinis yang dikarakteristikkan dengan
ketidakmampuan perfusi sistemik untuk memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh dan biasanya disebabkan oleh disfungsi pompa jantung. Salah satu
gejala lain dari gagal jantung dapat dihubungkan dengan perubahan
hemodinamik yang dapat menghasilkan kerusakan akibat tekanan pada satu
atau lebih organ lain. Keterlibatan hati telah banyak dijelaskan dan diteliti
pada pasien dengan gagal jantung kronik. Salah satunya adalah sirosis
cardiac atau yang belakangan disebut sebagai congestive hepatopathy.
Sirosis cardiac (congestive hepatopathy) terdiri dari perubahan
hepatik yang terjadi pada penderita dengan gagal jantung kanan (walaupun
dalam beberapa kasus terjadi akibat gagal jantung biventrikel). Secara klinis,
tanda dan gejala dari gagal jantung kongestif mendominasi kelainan.
Berbeda dari sirosis yang disebabkan oleh penggunaan alkohol atau
hepatitis viral, efek dari sirosis cardiac pada keseluruhan prognosis belum
bisa ditetapkan. Sebagai hasilnya, treatment ditujukan untuk mengatasi
gagal jantung yang mendasarinya.
Membedakan sirosis cardiac dari hepatitis iskemik sangat penting.
Pada hepatitis iskemik dapat melibatkan nekrosis dari sel hepatosit secara
luas yang disebabkan oleh syok kardiogenik mendadak atau kolaps
hemodinamik lainnya. Secara khas, peningkatan serum hepatik
transaminase yang mendadak dan dramatis mengarah pada penemuannya.
Walaupun sirosis cardiac dan hepatitis iskemik muncul akibat lesi cardiac
mendasar yang berbeda (gagal jantung kanan pada sirosis cardiac dan
gagal jantung kiri hepatitis iskemik), pada praktiknya keduanya dapat muncul
bersamaan.
Penyebab dari sirosis cardiac termasuk di antaranya merupakan
penyebab-penyebab dari gagal jantung kongestif kanan. Semua penyebab
ini dapat mengarah pada kongestif pasif karena peningkatan tekanan
1
ventrikel kanan dan gagal jantung kanan. Akan tetapi kini hasil akhir dari
gagal jantung membaik secara dramatis dikarenakan peningkatan efisiensi
dari penanganan medis, sebagai hasilnya, prevalensi terjadinya sirosis
cardiac telah menurun.
Meskipun namanya sirosis cardiac (yang biasanya menyatakan
congestive hepatopathy yang menyebabkan fibrosis hati), tapi sangat jarang
memenuhi kriteria untuk disebut sirosis. Sehingga istilah congestive
hepatopathy dan kongesti hati pasif kronis lebih akurat, tetapi istilah sirosis
cardiac lebih biasa digunakan.
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk menambah pengetahuan tentang penyakit sirosis cardiac
1.2.2. Tujuan Khusus
Untuk memberikan penjelasan mengenai definisi, etiologi,
epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis, differential diagnosa,
diagnosa, serta manajemen dari sirosis.
1.2.3. Manfaat
a) Menjadi bahan pembelajaran pribadi yang menambah
pengetahuan serta wawasan penulis mengenai sirosis cardiac
b) Pembaca dapat memahami lebih jauh tentang sirosis cardiac dan
komponen yang ikut berperan dalam menyebabkan terjadinya
sirosis cardiac
c) Dapat menambah bahan-bahan pustaka institusi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dalam ilmu hepatologi, sirosis cardiac atau disebut juga
nutmeg liver dan kongesti hati pasif kronis, merupakan disfungsi hati
akibat kongesti vena, biasanya akibat gangguan pada jantung yang
diketahui sebagai gagal jantung kongestif.
Penderita dengan gagal jantung kongestif kanan yang sudah
berjalan lama dapat menimbulkan injuri hati kronis dan sirosis cardiac.
Hal ini merupakan penyebab penyakit hati kronis yang tidak biasa
(bahkan langka) akibat dari peningkatan penanganan medis pada
penderita dengan gagal jantung.
2.2 Etiologi
Penyebab sirosis cardiac menyerupai banyak penyebab dari
gagal jantung kongestif kanan, termasuk diantaranya penyakit jantung
kongenital. Walaupun trombosis vena cava inferior dan sindroma
Budd-Chiari memiliki patofisiologi yang mirip, mereka dikategorikan
secara terpisah dan tidak dimasukkan sebagai penyebab sirosis
cardiac.
Penyebab paling sering dari sirosis cardiac diantaranya :
Penyakit jantung iskemik (31%)
Kardiomiopati (23%)
Penyakit jantung katup (Pulmonal stenosis, regurgitasi
katub trikuspid) (23%)
Penyakit paru primer (15%)
Penyakit perikardia (8%)
Penelitan yang dilakukan oleh Yoo et al menunjukkan bahwa
prosedur Fontan merupakan faktor resiko yang signifikan pada sirosis
cardiac.
3
2.3 Epidemiologi
2.3.1 Frekuensi
Sirosis cardiac jarang terjadi di Amerika Serikat. Prevalensinya
sulit diperkirakan karena penyakit ini cenderung subklinikal dan tidak
terdiagnosa. Insidensi sirosis cardiac pada autopsi menurun dalam
beberapa dekade terakhir. Hal ini dikarenakan menurunnya angka
penyakit jantung rematik yang tidak terkoreksi dan penyakit perikardial
konstriktif.
2.3.2 Mortalitas/Morbiditas
Efek sirosis cardiac pada mortatilitas dan morbiditas tidak
diketahui. Keparahan dari penyakit jantung yang mendasari, yang
biasanya sudah lanjut dan kronis, merupakan determinan utama dari
keseluruhan outcome.
2.3.3 Jenis kelamin
Data komparasi jenis kelamin untuk sirosis cardiac tidak ada.
Tetapi di Amerika Serikat, pria lebih banyak mengidap penyakit gagal
jantung dibandingkan wanita, sehingga kemungkinannya pada sirosis
cardiac adalah sama.
2.3.4 Usia
Tidak ada data yang dipublikasikan. Tetapi prevalensi sirosis
cardiac yang sama seperti penyakit gagal jantung, memungkinkan
prevalensi sirosis cardiac meningkat seiring dengan pertambahan
usia.
2.4 Patogenesis
Keadaan gagal jantung kanan (bisa juga disebabkan oleh
gagal jantung biventrikel) dalam jangka panjang akan mengakibatkan
peningkatan tekanan pada vena yang disalurkan melalui vena cava
4
inferior dan vena-vena hepatica menuju sinusoid-sinusoid hati, yang
akan melebar dan membesar oleh karena bendungan darah.
Pada tingkat seluler, kongesti vena menghambat efisiensi
drainase dari aliran darah sinusoid menuju venula hepatika terminal.
Keadaan stasis dari sinusoid ini menyebabkan akumulasi
deoxygenated blood yang dalam waktu yang lama akan
menyebabkan terjadinya kongesti dan iskemia berkepanjangan akibat
sirkulasi yang buruk, sel-sel hepatosit sentrilobuler mengalami atrofi,
nekrosis, diikuti deposisi kolagen, dan akhirnya menyebabkan fibrosis
perisentral.
Penelitian yang dilakukan oleh Wanless, Liu, dan Butany dalam
jurnal Hepatology tahun 1995 menunjukkan bahwa sirosis cardiac
tidak hanya disebabkan oleh peningkatan tekanan maupun stasis
sinusoid secara kronis, tapi juga dipicu oleh adanya obstruksi vaskuler
baik dari tingkat sinusoid, vena hepatika, hingga vena porta yang
dapat menyebabkan perkembangan keadaan ini menjadi sirosis. Teori
ini diperkuat oleh hasil penelitian yang menunjukkan adanya thrombus
vena-vena hepatika pada daerah-daerah yang mengalami fibrosis dan
nekrosis.
Gagal Jantung Kanan
Tekanan Vena Cava Inferior dan Vena
Hepatica
Tekanan sinusoid
Pelebaran sinusoid akibat bendungan
darah
Drainase menuju venula terhambat
Iskemia
5
Bagan patogenesis sirosis cardiac
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala dari gagal jantung kongestif hampir selalu menutupi
gejala gastrointestinal-nya. Gejala biasanya mengalami progresi
secara perlahan dan diam-diam tapi dapat muncul secara tiba-tiba
dan dramatis pada kasus constrictive pericarditis atau dekompensasi
ventrikel kanan akut. Pasien bisa datang dengan abnormalitas enzim
liver yang asimtomatis, jaundice, dan rasa tidak nyaman pada
kuadran abdomen kanan atas (RUQ).
Pada pemeriksaan riwayat medis sebelumnya dapat ditemukan
satu atau lebih dari penyakit berikut :
Penyakit jantung koroner
Infark miokard
Hipertensi
Dilated cardiomyopathy
Penyakit katub
Chronic obstructive pulmonary disease (COPD)
Kor pulmonal
Hipertensi pulmonal
Constrictive pericarditis
Rheumatic heart disease
Terjadi akumulasi deoxygenated blood
Atrofi dan nekrosis sel hepatosit sentrilobuler, serta deposit kolagen
Fibrosis perisentral
6
Gejala-gejala dapat dibagi menjadi gejala yang muncul akibat
kegagalan ventrikel kanan maupun yang muncul akibat kegagalan
biventrikel.
Gejala yang berhubungan dengan kegagalan ventrikel kanan
seperti :
Edema dependen dan peningkatan berat badan
Peningkatan ukuran lingkar perut
Nyeri perut kuadran kanan atas
Nocturia
Kelelahan progresif
Anorexia, nausea, dan vomitting
Sedangkan gejala yang berhubungan dengan kegagalan
biventrikel adalah seperti :
Progresif dyspneu
Orthopneu
Paroxysmal nocturnal dyspneu
Mengi dan atau batuk
Anxiety: Dengan penyebab multifaktorial termasuk
dyspneu, palpitasi, dan peningkatan tonus simpatis.
Pada sirosis cardiac, hepatomegaly merupakan manifestasi
yang paling sering dengan laporan sekitar 95 hingga 99% terjadi pada
gagal jantung akut maupun kronis. Nyeri tumpul pada kuadran kanan
atas abdomen juga sering timbul dan diakibatkan karena pembesaran
liver serta peregangan kapsula Glison liver. Penemuan fisik lainnya
termasuk liver yang pulsatil, yang diakibatkan oleh volume overload
atrium kanan. Dan sangat penting bahwa adanya liver yang pulsatil
memiliki prognosa yang lebih baik dimana hilangnya pulsasi liver
berarti penyakit sudah progresi ke arah fibrosis atau sirosis dan
memerlukan perhatian lebih.
7
Signs & Symptoms
Pasien dengan gagal jantung aut
atau kronis menunjukkan signs
dan symptoms dengan kisaran (%)
Hepatomegali 95-99%
Marked hepatomegaly (> 5 cm di
bawah arcus costae)49-57%
Edema perifer 71-77%
Efusi pleura 17-25%
Asites 7-20%
Splenomegali 20-22%
Jaundice 10-20%
Temuan lain yang sering, namun tidak spesifik, termasuk
edema perifer, efusi pleura, splenomegaly, dan jaundice. Asites juga
muncul pada sekitar 20% pasien dengan sirosis cardiac. Akan tetapi,
peru diperhatikan bahwa asites yang timbul merupakan akibat dari
gagal jantung kanan dan bukan akibat dari disfungsi liver secara
intrinsik, seperti pada sirosis jenis lain. Walaupun gradien serum
asites-albumin (SAAG) > 1,1 g/dL, mirip seperti hipertensi portal,
kadar protein pada cairan asites sangat tinggi, hingga >2,5 g/dL.
Kadar protein yang tinggi ini mengindikasikan fungsi sintesa protein
hati yang masih baik, ini merupakan temuan yang khas untuk
membedakannya dengan sirosis lain. Patofisiologi dari asites cardiac
masih tidak jelas, tapi beberapa ahli berpendapat bahwa hipertensi
sinusoid dengan disrupsi fenestra menyebabkan terjaidnya eksudasi
cairan kaya protein.
Perlu juga diperhatikan pada sirosis cardiac sangat jarang
ditemukan adanya portosystemic shunt. Sebagai hasilnya, gejala-
gejala klasik yang berhubungan dengan hypertensi portal (yang
mengakibatkan terjadinya portosystemic shunt) pun langka
ditemukan; seperti spider angiomata, varises pleksus hemoroid, caput
medusae, serta varises esofagus. Ini diakibatkan oleh karena portal
8
tracts yang tidak mengalami fibrosis sehingga mampu menjadi faktor
pembeda dengan sirosis lain.
2.6 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium).Dari
anamnesa maupun pemeriksaan fisik akan didapatkan signs and
symptoms gagal jantung congestive :
1. Gejala paru : dyspnea, orthopnea, dan paroxysmal nocturnal
dyspnea
2. Gejala sistemik : lemah, cepat lelah, oliguria, nocturia, mual,
muntah, ascites, hepatomegali, dan edema perifer.
3. Gejala susunan saraf pusat : Insomnia, sakit kepala, mimpi
buruk, hingga delirium.
Selain adanya tanda-tanda dari gagal jantung kongestif, maka
juga akan didapatkan signs maupun symptoms dari sirosis hepatis :
Adanya ikterus, nafsu makan menurun, gatal, mual, muntah, nyeri
perut, mudah berdarah, dan adanya hematemesis maupun melena.
Hal yang menunjang diagnosa sirosis cardiac dari pemeriksaan
fisik didapatkan adanya hepatomegali dengan konsistensi padat.
Selain itu dapat juga ditemukan tanda tanda sirosis dari pemeriksaan
fisik :
1. Sklera ikterus
2. Adanya eritema palmaris
3. Ascites dan edema extrimitas
4. Spider nevi
5. Splenomegali
Selain itu dilihat juga dari hasil laboratorium :
1. Liver Function Tests
Pemeriksaan terhadap :
9
Enzim transaminase (SGOT dan SGPT) : Terjadi
peningkatan enzim transaminase dengan kadar SGOT
lebih tinggi dibandingkan SGPT. Atau dapat ditemukan
enzim transaminase dengan kadar normal pada pasien
dengan sirosis. Peningkatan yg ekstrim dari SGOT dan
SGPT harus diperhatikan penyebab lainnya yang
menimbulkan kegagalan fungsi hati seperti iskemia,
toksik, maupun viral hepatitis.
Peningkatan alkaline phosphatase dan bilirubin (baik
direct, indirect, maupun total).
Penurunan albumin. Hal ini disebabkan karena
penurunan sintesis albumin. Penurunan albumin
menyebabkan penurunan tekanan onkotik sehingga
terjadilah akumulasi cairan.
2. Prothrombin time (PT)
Prothrombin time abnormal pada pasien akut maupun
kronik gagal jantung kanan.
3. Evaluasi serial cardiac enzyme
4. CBC, urinalisis, serum elektrolit rutin
5. Radiography chest
Terdapat cardiomegaly, pulmonary venous
hypertension, pulmonary edema, maupun efusi pleura.
Efusi pleura biasanya lebih besar di sebelah kanan.
6. Echocardiography
Lakukan transthoracic echocardiogram dengan Doppler.
Metode ini mungkin dapat mendiagnosa penyebab dari
sirosis cardiac. Diindikasikan untuk melakukan evaluasi
terhadap ukuran kedua ventrikel, massa, fungsi, gerakan
dinding, dan katup. Karena adanya restrictive
cardiomyopathy dan konstriksi pericardial dapat memicu
sirosis cardiac. Perlu perhatian khusus pada parameter
10
fungsi diastolic seperti mitral inflow, pulmonary vein flow,
mitral annular flow, dan respon terhadap respirasi.
Diameter vena cava superior yang lebih besar atau
sama dengan 2,3 cm menunjukkan adanya penyakit
jantung pada sisi kanan dengan peningkatan tekanan
pengisian atrium kanan. Subcostal Doppler untuk melihat
vena hepatika memberikan gambaran adanya aliran balik
sistol dan ini berarti terdapat adanya regurgitasi trikuspid.
7. Radionuclide imaging
Radionuclide imaging dengan thalium atau technetium
merupakan suatu tindakan noninvasive yang mampu
mengidentifikasi iskemik cardia yang bersifat reversible
pada pasien sirosis cardiac dengan gagal jantung
dekompensasi. Technetium labeled agent dan Positron-
emission Tomography (PET) mampu mengidentifikasi
dilated cardiomyopathy dan menentukan fungsi otot
jantung.
8. Abdominal Doppler Ultrasonography
Perubahan kongestif dapat dilihat pada pemeriksaan
imaging abdomen. USG liver menunjukkan hepatomegali
dengan peningkatan ekogenisitas homogen di sekujur liver
serta dilatasi vena suprahepatik dan vena cava inferior.
Pemeriksaan USG dapat dilakukan jika terdapat icterus,
ascites, nyeri perut kuadran kanan atas, dan serum LFT
yang tidak normal untuk menentukan terapi yang efektif
dari penyebab mendasar dari gagal jantung. Metode ini
penting untuk menentukan dugaan lain seperti Budd-Chiari
Syndrome.
9. CT Scan dan MRI
CT Scan dan MRI membantu mendiagnosa penyakit
pericardial konstriktif dan restriktif. Mampu juga untuk
mengidentifikasi pembesaran ukuran bilik, hipertrofi
11
ventrikel, cardiomyopathy diffuse, maupun penyakit katup.
Baik MRI maupun CT Scan mampu mengukur fraksi ejeksi
dan sirosis cardiac. Gambaran yang menunjukkan adanya
sirosis cardiac adalah hepatomegaly, kongesti hepatic,
pelebaran VCS, dan splenomegaly.
10.Paracentesis
Digunakan jika pasien merupakan peminum alkohol
sejak lama dan penyakit jantungnya belum jelas. Cardiac
asites akan menunjukkan kadar yang tinggi dari Serum-
Ascites Albumin Gradient (SAAG) dengan nilai lebih besar
dari 1,1 g/dL dan tingginya ascetic fluid total protein yang
kadarnya lebih besar dari 2,5 g/dL.
11.Kateter jantung dan Angiografi coroner
Indikasinya pada pasien dengan sirosis cardiac dan
gagal jantung pada konteks dicurigai adanya penyakit
koroner. Metode ini umumnya lebih mengarah untuk
evaluasi arteri koroner dan revaskuloarisasi. Kateter
jantung kanan untuk mendiagnosis hipertensi pulmonary.
12.Biopsi
Needle biopsi ini tidak diindikasikan dilakukan rutin.
Hanya diindikasikan pada pasien yang akan melakukan
transplantasi jantung dengan asites untuk memperbaiki
sirosis. Biopsi hepar dengan jelas ditemukan adanya pola
fibrosis yang dianalisis oleh seorang Hepatopahologist
yang telah berpengalaman. Untuk membedakan dengan
BCS (Budd-Chiari Syndrome), BCS akan disertai dengan
adanya extravasasi dari eritrosit namun sirosis cardiac
tidak. Venoocclusive disease berpengaruh terhadap outlfow
hepar dan memiliki karakteristik khusus pada biopsi hepar.
Venoocclusive disease dapat dilihat pada keadaan dari
kondisi selama transplantasi sumsum tulang dengan radiasi
12
dan kemoterapi. Serta dapat juga dilihat setelah menelan
teh herbal dan pyrolizidine alkaloid.
Sedangkan indikasi dilakukan biopsi endomyocardial jika
pasien sirosis cardiac kondisi klinisnya semakin memburuk
dan curiga adanya myokarditis secara gejala klinis. Dan
juga diindikasikan jika ada penyakit sistemik dengan
kemungkinan adanya keterlibatan jantung misalnya
hemokromatosis atau sarcoid.
13.Patologi Anatomi
Pada gagal jantung kanan, hati sedikit membesar
mengeras, dan sianotik, dengan tepi bulat. Pada
pemotongan bagian dari hati meununjukkan kongesti pasif
yang jelas, yang polanya disebut sebagai nutmeg liver;
pusat dari lobulus hati terjadi kongesti yang berwarna
merah dikelilingi oleh bagian tepi yang pucat, dan
terkadang ada jaringan lemak.
13
Secara mikroskopis, terdapat pelebaran pada sinusoid
centrilobular dan venula hepatica terminal akibat kongesti,
serta deposisi kolagen perisinusoid yang akan
menyebabkan Chronic Passive Hepatic Congestion (CPC).
Jika kongesti pasif ini dibiarkan berlanjut, dapat terjadi
nekrosis sentrilobuler, karena oksigenasi zona 3 lobulus
hepatik tidak adekuat. Seiring waktu, sel hepatosit
centrilobular menjadi atropik, yang menghasilkan
penampakan penipisan dari cord sel hati. Pada gagal
14
jantung kanan yang telah berlangsung lama, area sentral
dapat menjadi fibrosis, dan menghasilkan yang biasa
disebut sirosis cardiac.
15
2.7 Differential Diagnosis
1. Alcoholic cardiomyopathy
2. Alchoholism
3. Benign cardiac tumor
4. Budd-Chiari syndrome
5. Cardiogenic Shock
6. Cirrhosis
7. Cocaine-related cardiomyopathy
8. Constrictive pericarditis
9. Cor pulmonale
10.Dilated cardiomyopathy
11.Effusive-constrictive pericarditis
12.Hemochromatosis
13.Hyperthrophic cardiomyopathy
14. Inverior Vena Caval Thrombosis
15.Peripartum cardiomyopathy
16.Portal hypertension
17.Portal Vein obstruction
18.Primary cardiac neoplasm
19.Primary pulmonary hypertension
20.Pulmonic regurgitation
21.Pulmonic stenosis
22.Restrictive cardiomyopathy
23.Secondary pulmonary hypertension
24.Tricuspid atresia
25.Tricuspid regurgitation
26.Tricuspid stenosis
2.8 Management
Landasan dari manajemen pasien dengan sirosis cardiac
ditujukan pada pengobatan dari disfungsi cardiac yang mendasarinya
serta penyebab lain yang menyebabkan terjaidnya dekompensasi
16
akut jantung. Reversibilitas dari abrasi biokimia pada sirosis cardiac
telah dipaparkan sejak 1930 dimana Jollife et al melaporkan
penormalan biokimia liver akibat restorasi fungsi jantung.
1. Untuk mengatasi kelainan pada hepar maka masalah pada
jantung harus diatasi terlebih dahulu. Pada gagal jantung
kronis dan sirosis hepatis, terapi utamanya adalah pemberian:
Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor dan
β-blocker. Tambahkan dosis rendah antagonis
aldosteron pada semua pasien dengan disfungsi
sistolik ventrikel kiri. ACE inhibitor meningkatkan
cardiac output dan menurunkan tekanan pengisian
ventrikel kiri karena ACE inhibitor memiliki efek
vasodilator. Beberapa ACE inhibitor merupakan
prodrug dan akan diubah menjadi metabolit aktif.
Contoh obatnya : Enalapril, ramipril, fosinopril,
trandolapril, quinapril, benazepril, dan moexipril.
Karena adanya gangguan fungsi hati, ini akan
menurunkan pengubahan prodrug ACE inhibitor
sehingga tidak berubah jadi metabolit aktif.
Angiotensin Receptor Blocker (ARBs). Untuk pasien
yang tolerance terhadap ACE Inhibitor oleh karena
batuk, maka direkomendasikan diberikan ARB
(Angiotensin receptor blocker). ARB menurunkan
morbiditas dan mortalitas pasien dengan gagal jantung
sistolik. Losartan dimetabolisme menjadi metabolit aktif
melalui karboksilasi di hati. Jika hati mengalami
gangguan maka bioavaibilitasnya menjadi ganda dan
total plasma clearance menjadi setengahnya. Valsartan
mengalami sedikit pengubahan metabolit. Sehingga
pada pasien dengan gangguan hati yang ringan hingga
sedang perlu diperhatikan, tetapi penyesuaian dosis
secara umum tidak dibutuhkan. Mirip dengan valsartan,
17
irbesartan tidak membutuhkan biotransformasi,
sehingga modifikasi dosis tidak dibutuhkan.
β-blocker. Penggunaan β-blocker terbukti mampu
menurunkan 30% mortalitas pada gagal jantung.
Propanolol harus secara kontinyu diberikan pada
pasien dengan gangguan hepar. Tidak dibutuhkan
penyesuaian dosis untuk atenolol, nodolol, esmolol,
sotalol, atau acebutolol.
2. Diuretic
Jaundice, kongesti liver, dan asites memberikan respon yang
baik pada pemberian diuretik; tetapi obat-obatan ini harus
diberikan dengan perhatian tinggi untuk mencegah dehidrasi,
hipotensi, dan iskemia liver. Loop diuretic seperti furosemide,
bumetanide, dan torsemide digunakan untuk pengaturan
cairan pada gagal jantung karena memiliki efek pengeluaran
natrium yang paling baik dibandingkan kelas diuretic yang
lain. Tanpa alasan yang diketahui, respon obat pada pasien
dengan disfungsi hepar dan gagal jantung berkurang,dan
terdapat penurunan ekskresi sodium (Na) dibandingkan orang
sehat yang mengkonsumsi dengan dosis yang sama. Tidak
ada penyesuaian dosis jika fungsi ginjal masih normal.
3. Anti Aritmia
Pada pasien dengan gagal jantung berat, amiodarone telah
terbukti efektif untuk menekan aritmia ventrikel, menurunkan
kematian mendadak, mortatiltas cardiac, dan mengubah
toleransi terhadap aktivitas dan fraksi ejeksi. Obat ini
mengalami metabolisme ekstensif di hepar menjadi aktif
metabolit tetapi tidak perlu diturunkan dosisnya pada
gangguan hati.
4. Statin
Mengalami metabolisme ekstensif di hepar. Pada pasien
dengan active liver disease atau peningkatan serum
18
transaminase yang persisten 3x lipat diatas normal,
penggunaan statin dikontraindikasikan karena dapat
memperburuk fungsi hati.
5. Surgery
Untuk pasien yang sulit sembuh setelah mendapat terapi
medis maka disarankan untuk menjalani cardiac surgery.
Sirosis hepatis oleh karena gagal jantung dapat membaik dan
kembali setelah disupport dengan LVAD (Left Ventricle Assist
Device) atau dilakukan transplantasi jantung.
2.9 Komplikasi
Komplikasi dari sirosis cardiac yang paling sering adalah Acute
Renal Failure (Gagal Ginjal Akut) yang disebabkan oleh efek dari
diuresis yang berlebihan.
Komplikasi dari sirosis sendiri adalah edema dan ascites, SBP,
perdarahan saluran cerna, ensefalopati hepatikum, sindroma
hepatorenal, sindroma hepatopulmoner, koagulopati, dan kanker hati.
2.10 Prognosis
Efek dari sirosis cardiac pada angka morbiditas dan mortalitas
belum diketahui. Prognosis didasarkan pada kondisi yang mendasari
gagal jantung. Prognosis dari sirosis sendiri didasarkan pada ada
tidaknya komplikasi yang muncul. Jika masih dalam tahap sirosis
kompensata maka memiliki harapan hidup lebih lama sekitar 47%
dalam waktu 10 tahun. Jika sirosis dekompensata maka harapan
hidupnya sekitar16% dalam waktu 5 tahun.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sirosis cardiac atau disebut juga nutmeg liver dan kongesti hati
pasif kronis, merupakan disfungsi hati akibat kongesti vena,
biasanya akibat gangguan pada jantung yang diketahui sebagai
gagal jantung kongestif.
2. Penyebab sirosis cardiac menyerupai banyak penyebab dari gagal
jantung kongestif kanan; di antaranya penyakit jantung iskemik dan
kardiomiopati.
3. Hal yang berperan dalam tercetusnya sirosis cardiac adalah
bendungan vena cava inferior akibat gagal jantung kanan dan
thrombosis pada sinusoid hati.
20
4. Diagnosis dari sirosis cardiac didasarkan pada anamnesa dan
pemeriksaan fisik dari penyakit gagal jantung kongestif dan sirosis
seperti dyspneu on effort, orthopneu, peningkatan dari JVP,
cardiomegaly, edema, ikterus, hematemesis, melena, dan perut
sebah.
5. Penanganan dari sirosis cardiac adalah dengan pemberian ACE-
Inhibitor, ARB,β-blocker,diuretik, anti-aritmia, statin, atau cardiac
surgery sebagai terapi underlying cause-nya.
6. Prognosis dari sirosis cardiac adalah berdasarkan dari kondisi
penyakit gagal jantung yang mendasari.
3.2 Saran
Sirosis cardiac merupakan salah satu jenis sirosis hati yang
diakibatkan oleh kegagalan jantung. Sehingga dengan mengetahui
adanya gejala-gejala gagal jantung kanan maupun biventrikel pada
seorang pasien, akan sangat membantu mengarahkan diagnosa
maupun membedakan sirosis cardiac dengan sirosis lainnya serta
memberikan perhatian lebih agar pasien dengan gagal jantung kanan
maupun biventrikel tidak jatuh ke dalam keadaan sirosis. Oleh karena
itu disarankan untuk mempelajari dan menggali informasi mengenai
materi ini.
21
CHAPTER 3
FINALE
3.1 Conclusion
1. Cardiac cirrhosis, also called nutmeg liver and chronic passive liver
congestion, is a liver dysfunction due to venous congestion, usually
due to a disorder of the heart known as congestive heart failure
2. The causes of cardiac cirrhosis resemble much the cause of right
congestive heart failure; among which are ischemic heart disease
and cardiomyopathy.
3. The key factors in the development of cardiac cirrhosis are the
dammed blood in the inferior vena cava in a right sided heart failure
and thrombosis in liver sinusoid.
4. Diagnosis of cardiac cirrhosis is based on anamnesis and physical
examination that lead to the finding of congestive heart failure and
cirrhosis such as: dyspnea on effort, orthopneu, an increase of JVP,
cardiomegaly, edema, jaundice, hematemesis, melena, and
abdominal obstruction .
5. Management of cardiac cirrhosis using ACE-Inhibitors, ARBs, β-
blockers, diuretics, anti-arrhythmia, statins, or cardiac surgery to
eliminate the underlying cause.
6. The prognosis of cardiac cirrhosis is based on the condition of the
underlying cause, which is heart failure.
3.2 Advice
Cardiac cirrhosis is a type of cirrhosis of the liver caused by heart
failure. By knowing the symptoms of right sided heart failure and biventricular
heart failure will greatly help the diagnosis or differentiate cardiac cirrhosis to
other cirrhosis as well as giving more attention so that patients with right
heart sided failure and biventricular heart failure do not fall into a state of
cirrhosis. Therefore, it is strongly advised to study and explore the
information regarding this material.
22
DAFTAR PUSTAKA
Akriviadis E, et al. 1996. Serum/ascites albumin gradient: it’s value as a
rational approach to the differential diagnosis of ascites. Scand J
Gastroenterol. 31(8): 814-817.
Bacon BR. 2008. Cirrhosis and it’s complications. Principle of Internal
Medicine.
Calleja H, Rosenow O, Clark T. 1961. Pulsations of the liver in heart
disease. Am J Med. 30(2): 202-210.
Fouad YM, et al. 2014. Hepato-cardiac disorders. World Journal of
Hepatology. 6(1): 41-54.
Giallourakis CC, Rosenberg PM, Friedman LS. 2002. The liver in heart
failure. Clin liver disease: 947-967
Jollife N. 1930. Liver function in congestive heart failure. J Clin Invest.
8(3): 419-434.
Kusumobroto OH, 2015. Sirosis Hati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:
292-299. Surabaya: Airlangga University Press.
Nikolaou M, et al. 2012. Liver function abnormalities, clinical profile, and
outcome in acute decompensated heart failure.European Heart
Journal.
Richman S, Delman A, Grob D. 1961. Alterations in indices of liver
function in congestive heart failure with particular reference to
serum enzymes. Am J Med. 30(2): 211-225.
Shah SC, Sass DA. 2015. Cardiac Hepatopathy: A review of Liver
Dysfunction in Heart Failure. Liver Research: 3-4.
Wanless IR, Liu JJ, Butany J. 1995. Role of thrombosis in the
pathogenesis of congestive hepatic fibrosis (sirosis cardiac).
Hepatology: 1232-7.
Xiushui Ren, et al. 2012. Sirosis cardiac and congestive hepatophaty.
<emedicine.medscape.com/article/151792-overview#a4>.
23
Yoo BW, et al. 2014. Congestive hepatopathy after Fontan operation and
related factors assessed by transient elastography. J Thorac
Cardiovasc Surg: 1498-505.
24