referat perubahan anatomi dan fisiologis wanita hamil
DESCRIPTION
referat wanita hamilTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Adaptasi anatomi, fisiologis dan biokimiawi terjadi di dalam kehamilan. Banyak
perubahan dimulai setelah fertilisasi dan berlanjut selama kehamilan dan kebanyakan terjadi
akibat respons terhadap stimulus fisiologis yang diberikan oleh janin dan plasenta. Ini dapat
dibuktikan pada wanita hamil akan kembali ke dalam keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan dan laktasi. 1
Banyak dari adaptasi fisiologis dapat dikatakan abnormal wanita yang tidak hamil.
Seperti contoh, perubahan kardiovaskular selama kehamilan normalnya melibatkan
peningkatan jumlah darah dan cardiac ouput, yang menjadi mirip dengan tirotoksikosis.
Selain itu, beberapa adaptasi dapat menyebabkan gagal ventrikel apabila terdapat penyakit
jantung yang mendasari sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa adaptasi fisiologis wanita hamil
dapat dimisinterpretasikan sebagai kondisi patologis tetapi juga dapat tertutup atau
memperburuk penyakit sebelumnya. 1
Selama kehamilan, setiap organ mengalami perubahan anatomi dan fungsional yang
dapat merubah kriteria untuk mendiagnosis dan pengobatan penyakit. Oleh karena itu,
pemahaman mengenai adaptasi fisiologis yang terjadi pada kehamilan menjadi sasaran utama
obstetrik dan tanpa memiliki pengetahuan mengenai ini, menjadi suatu hal yang tidak
mungkin untuk memahami proses dari suatu penyakit yang membahayakan pada wanita
selama kehamilan.1
1
BAB II
PERUBAHAN ANATOMI PADA KEHAMILAN
Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil sebagian besar sudah terjadi
segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan perubahan ini
merupakan respons terhadap janin. Satu hal yang menakjubkan adalah bahwa hampir semua
perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan
menyusui selesai.
Pemahaman tentang perubahan anatomi dan fisiologi selama kehamilan merupakan
salah satu tujuan utama dari ilmu kebidanan. Hampir tidak mungkin dapat mengerti proses
penyakit yang terjadi selama kehamilan dan masa nifas tanpa disertai pemahamam mengenai
perubahan anatomi dan fisiologi ini.2
Sistem Reproduksi 2
Uterus
Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng, ke arah
depan belakang. Ukurannya seperti telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri
atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar diatas 5,25 cm tebal 2,5
cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah
anterversiofleksio (serviks kearah depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan
korpus uteri ke depan membentuk sudut dengan serviks uteri.
Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri, dan serviks uteri. Fundus uteri adalah
bagian uterus proksimal; disitu kedua tuba fallopi masuk ke uterus. Didalam klinik penting
untuk diketahui sampai dimana fundus uteri berada, oleh karena tuanya kehamilan dapat
diperkirakan dengan perabaan fundus uteri. Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar.
Pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang.
Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri.
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil
konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan luar
biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti
keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil
2
uterus mempunyai berat 70 g dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama hamil uterus akan
berubah bentuk menjadi suatu organ yang menampung janin, plasenta dan cairan amnion
rata-rata pada akhir volume totalnya mencapai 5 L bahkan dapat mencapai 20 L atau lebih
dengan berat rata-rata 1100 g.
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot, sementara
produksi miosit yang baru sangat terbatas. Bersamaan dengan hal itu terjadi akumulasi
jaringan ikat dan elastik terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan
meningkatkan kekuatan dinding uterus. Daerah korpus pada bulan-bulan pertama akan
menebal seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akan menipis. Pada akhir kehamilan
ketebalannya hanya berkisar 1,5 cm bahkan kurang.
Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh hormon estrogen dan
sedikit oleh progesteron. Hal ini dapat dilihat dengan perubahan uterus pada awal kehamilan
mirip dengan kehamilan ektopik. Akan tetapi setelah kehamilan 12 minggu lebih
penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. Pada awal kehamilan
tuba fallopi, ovarium, dan ligamentum rotundum berada sedikit di bawah apeks fundus,
sementara pada akhir kehamilan akan berada sedikit diatas pertengahan uterus. Posisi
plasenta juga mempengaruhi penebalan sel-sel otot uterus, dimana bagian uterus yang
mengelilingi tempat implantasi plasenta akan bertambah besar lebih cepat dibandingkan
bagian lainnya sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena ini dikenal dengan
tanda Piscaseck.
Pada minggu pertama kehamilan uterus masih sepeti bentuk aslinya seperti buah
avokad. Seiring dengan perkembangan kehamilannya, daerah fundus dan korpus akan
membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia kehamilan 12 minggu. Panjang uterus
akan bertambah lebih cepat dibandingkan lebarnya sehingga akan membentuk oval. ismus
uteri pada minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri yang mengakibatkan
ismuys menjadi lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan tanda Hegar.
Taksiran perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus
Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam
Kehamilan 8 minggu : telur bebek
3
Kehamilan 12 minggu : telur angsa
Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfis pubis
Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid
Kehamilan 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari dibawah xyphoid
Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu besar dalam rongga pelvis dan
seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding abdomen, mendorong usus ke
samping dan ke atas, terus tumbuh hingga hampir menyentuh hati. Pada saat pertumbuhan
uterus akan berotasi ke arah kanan, deksorotasi ini disebabkan oleh adanya rektosigmoid
didaerah kiri pelvis. Pada triwulan akhir istmus akan berkembang menjadi segmen bawah
uterus. Pada akhir kehamilan otot-otot uterus bagian atas akan berkontraksi sehingga segmen
bawah uterus akan melebar dan menipis. Batas antara segmen atas yang tebal dan segmen
bawah yang tipis disebut dengan lingkaran retraksi fisiologis.
Sejak trimester pertama kehamilan uterus akan mengalami kontraksi yang tidak
teratur dan umumnya tidak disertai nyeri. Pada trimester kedua kontraksi ini dapat dideteksi
dengan pemeriksaan bimanual. Fenomena ini pertama kali diperkenalkan oleh Braxton Hicks
pada tahun 1872 sehingga disebut dengan kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini muncul
tiba-tiba dan sporadik, intensitasnya bervariasi antara 5-25 mmHg. Sampai bulan terakhir
kehamilan biasanya kontraksi ini sangat jarang dan meningkat pada satu atau dua minggu
sebelum persalinan. Hal ini erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah reseptor oksitosin
dan gap junction diantara sel-sel miometrium. Pada saat ini kontraksi akan terjadi setiap 10
sampai 20 menit, dan pada akhir kehamilan kontraksi ini akan menyebabkan rasa tidak
nyaman dan dianggap sebagai persalinan palsu.
Serviks 2
Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis, berbentuk seperti
saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks,
4
berbetuk sel torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks
sebelah dalam ostium uteri internum dan pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum.
Kedua pintu ini penting dalam klinik misalnya dalam penilaian jalannya persalinan, dan
abortus.
Secara histologik dari dalam ke luar, uterus terdiri atas endometrium di korpus uteri
dan endoserviks di serviks uteri, otot-otot polos dan lapisan serosa yakni peritoneum viserale.
Endometrium terdiri dari atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak
pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan
mempunyai arti penting dalam siklus haid perempuan dalam masa reproduksi. Dalam masa
haid, endometrium sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian tumbuh lagi dalam masa
proliferasi yang selanjutnya diikuti dengan masa sekretorik.
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lunak dan kebiruan. Perubahan ini
terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks,
bersamaan dengan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar
serviks. Berbeda kontras dengan korpus, serviks hanya memiliki 10-15 % otot polos. Jaringan
ikat ekstraseluler serviks terutama kolagen tipe 1 dan 3 dan sedikit tipe 4 pada membran
basalis. Diantara molekul-molekul kolagen itu, berkatalasi gikosaminolglikan dan
proteoglikan terutama dermatan sulfat, asam hialuronat dan heparin sulfat. Juga ditemukan
fibronektin dan elastin diantara serabut kolagen. Rasio tertinggi elastin terhadap kolagen
terdapat di ostium interna, baik elastin maupun otot polos semakin menurun jumlahnya mulai
dari ostium interna ke ostium eksterna.
Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan heterogen yang mengalami
perubahan luar biasa selama kehamilan dan persalinan. Bersifat seperti katup yang
bertanggung jawab menjaga janin didalam uterus sampai akhir kehamilan dan selama
persalinan. Serviks didominasi jaringan ikat fibrosa. Komposisinya berupa jaringan matriks
ekstraseluler terutama mengandung kolagen elastin dan proteoglikan dan bagian sel yang
mengandung otot dan fibroblas, epitel, serta pembuluh darah. Rasio relatif jaringan ikat
terhadap otot tidak sama sepanjang serviks yang semakin ke distal rasio ini semakin besar.
Pada perempuan tidak hamil berkas kolagen pada serviks terbungkus rapat dan tidak
beraturan. Selama kehamilan, kolagen secara aktif disintesis dan secara terus menerus
diremodel oleh kolagenase yang disekresi oleh sel-sel serviks dan neutrofil. Kolagen
5
didegradasi oleh kolagenase intraseluler yang menyingkirkan struktur prokolagen yang tidak
sempurna untuk mencegah pembentukan kolagen yang lemah dan kolagen ekstraseluler yang
secara lambat akan melemahkan matriks kolagen agar persalinan dapat berlangsung.
Pada akhir trimester pertama kehamilan, berkas kolagen menjadi kurang kuat
terbungkus. Hal ini terjadi akibat penurunan konsentrasi kolagen secara keseluruhan. Dengan
sel-sel otot polos dan jaringan elastis, serabut kolagen bersatu dengan arah paralel terhadap
sesamanya sehingga serviks menjadi lunak dibanding kondisi tidak hamil, tetapi tetap mampu
mempertahankan kehamilan.
Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan lebih lanjut dari konsentrasi
kolagen. Konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang relatif dilusi dalam
keadaan menyebar dan teremodel menjadi serat. Dispersi meningkat oleh peningkatan rasio
dekorin terhadap kolagen.
Karena serabut terdispersi, konsentrasi air meningkat seperti juga halnya asam
hialuronat dan glikosaminoglikan. Asam hialuronat disekresikan oleh fibroblast dan memiliki
afinitas yang tinggi terhadap molekul air. Penurunan konsentrasi kolagen lebih lanjut ini
secara klinis terbukti dengan melunaknya serviks. Beberapa perubahan ini berhubungan
dengan dispersi kolagen yang terjadi lebih awal pada kehamilan dan mengakibatkan keadaan
patologis seperti serviks inkompeten.
Proses remodelling sangat komples dan melibatkan proses kaskade biokimia, interaksi
antara komponen seluler dan matriks ekstraseluler, serta infiltrasi stroma serviks oleh sel-sel
inflamasi seperti neutrofil dan makrofag. Proses remodelling ini berfungsi agar uterus dapat
mempertahankan kehamilan sampai aterm dan kemudian proses destruksi serviks yang
membuatnya berdilatasi memfasilitasi persalinan.
Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan sehingga siklus kehamilan yang
berikutnya akan berulang. Waktu yang tidak tepat bagi perubahan kompleks ini akan
mengakibatkan persalinan preterm, penundaan persalinan menjadi postterm dan bahkan
gangguan persalinan spontan.
6
Ovarium 2
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga
ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan
berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai
progesteron dalam jumlah yang relatif minimal.
Relaksin, suatu hormon protein yang mempunyai struktur mirip dengan insulin dan
insulin like growth factor I & II, disekresikan oleh korpus luteum, desidua, plasenta dan hati.
Aksi biologi utamanya adalah dalam proses remodelling jaringan ikat pada saluran
reproduksi, yang kemudian akan mengakomodasi kehamilan dan keberhasilan proses
persalinan. Perannya belum diketahui secara menyeluruh, tetapi diketahui mempunyai efek
pada perubahan struktur biokimia serviks dan kontraksi miometrium yang akan berimplikasi
pada kehamilan preterm.
Vagina dan Perineum 2
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas pada kulit
dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan
yang dikenal dengan tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan
hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan untuk
mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa,
mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini mengakibatkan
bertambah panjangnya dinding vagina. Papilla mukosa juga mengalami hipertrofi dengan
gambaran seperti paku sepatu.
Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, dimana sekresi akan berwarna
keputihan meningkat, menebal dan pH antara 3,5-6 yang merupakan hasil dari peningkatan
produksi asam laktat glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebgai asi dari lactobacillus
acidophilus.
Kulit 2
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam dan
kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan
7
nama striae gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan
garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.
Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah
menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang akan muncul
dalam ukuran bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan chloasma atau melasma
garvidarum. Selain itu pada areola dan daerah genital juga akan terlihat pigmentasi yang
berlebihan. Pigmentasi yang berlebihan itu biasanya akan hilang atau sangat jauh berkurang
setelah persalinan. Kontrasepsi oral juga bisa menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi yang
sama.
Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal
yang penyebab pastinya belum diketahui. Adanya peningkatan kadar serum melanocyte
stimulating hormone pada akhir bulan kedua masih diragukan sebagai penyebabnya. Estrogen
dan progesteron diketahui mempunyai peran dalam melanogenesis dan diduga bisa menjadi
faktor pendorongnya.
Payudara2
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak.
Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan
lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama
suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolustrum dapat keluar. Kolustrum ini
berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air
susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting
hormone. Setelah persalinan kadar progesteron dan estrogen akan menurun sehingga
pengaruh inhibisi progesteron terhadap α- laktalbumin akan hilang. Peningkatan prolaktin
akan merangsang sintesis laktosa dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi air susu.
Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar Montgomery, yaitu
kelenjar sebasea dari areola, akan membesar dan cenderung untuk menonjol keluar. Jika
payudara makin membesar, striae seperti yang terlihat pada perut akan muncul. Ukuran
payudara sebelum kehamilan tidak mempunyai hubungan dengan banyaknya air susu yang
akan dihasilkan.
8
BAB II
PERUBAHAN FISIOLOGI PADA KEHAMILAN
A. PERUBAHAN METABOLISME CAIRAN TUBUH
i. Perubahan Total Cairan Tubuh 3
Peningkatan total cairan tubuh mencapai 6,5 L sampai 8,5 L pada akhir kehamilan
menunjukkan bahwa perubahan metabolisme cairan tubuh merupakan salah satu
adaptasi yang sangat signifikan.
Hal yang menyebabkan peningkatan total cairan tubuh pada wanita hamil berupa
adanya tambahan kandungan air pada fetus, plasenta dan cairan amnion mencapai
jumlah 3,5 L, dan tambahan cairan tubuh yang lain berupa peningkatan dari jumlah
volume darah sekitar 1500- 1600 mL, yang berupa 1200-1300 mL merupakan plasma
darah dan sel darah merah sekitar 300- 400 mL dan perubahan cairan tubuh yang lain
adalah pada cairan ekstravaskuler, cairan intrasel pada uterus dan payudara dan
peningkatan dari jaringan adiposa. Kehamilan merupakan suatu keadaan kelebihan
volume/ volume overload yang bersifat kronik yang disebabkan oleh karena retensi
natrium dan air yang merupakan akibat sekunder dari perubahan osmoregulasi dan
sistem renin-angiotensin (RAAS).
Akibat dari peningkatan cairan tubuh sehingga berkontribusi pada peningkatan
berat badan selama kehamilan, hemodilusi, anemia fisiologis akibat kehamilan dan
peningkatan output jantung/ cardiac output “CO” selama hamil. Kegagalan dalam
mencapai ekspansi volume plasma yang cukup dihubungkan dengan peningkatan
resiko terjadi pre-eklampsia dan pertumbuhan janin yang terhambat.
ii. Osmoregulasi 3
Ekspansi volume plasma dimulai sesaat setelah terjadinya konsepsi, sebagian hal
tersebut disebabkan oleh karena perubahan pada osmoregulasi maternal melalui
sekresi arginine vasopressin peptide/ AVP dari hipofisis posterior. Perubahan awal
pada regulasi AVP disebabkan oleh karena signal yang berasal dari plasenta antara
lain Nitric Oxide (NO) dan hormone relaksin.
9
Pada wanita hamil kadar hormon AVP secara relatif tidak berubah walaupun
produksi dari hormon AVP yang tinggi, hal ini dikarenakan peningkatan klirens yang
mencapai 3 sampai 4 kali lipat. Peningkatan klirens disebabkan oleh karena plasenta
yang secara cepat akan melakukan inaktivasi hormone AVP.
iii.Metabolisme Natrium 3
Pada wanita hamil umumnya akan terjadi retensi natrium, dan umumnya akumulasi
natrium selama kehamilan dapat mencapai 900 mEq. Pada wanita hamil 60 persen
dari total natrium yang teretensi berada didalam unit fetoplasenta (termasuk cairan
amnion) dan umumnya akan hilang ketika melakukan persalinan.
Peningkatan kadar natrium pada kehamilan terutama disebabkan oleh karena
peningkatan absorbsi natrium pada tubulus ginjal, dimana absorbsi dari natrium
tersebut sangat bergantung pada hormon renin-angiotensin-aldosteron sistem/ RAAS
dan atrial natriuretik peptida/ ANP.
Kadar natrium akan kembali dalam kadar normal seperti kadar pada prekonsepsi
sekitar 2 bulan setelah melahirkan.
iv. Sistem Renin-Angiotensinogen-Aldosteron/ RAAS
Pada wanita hamil akan terjadi peningkatan dari seluruh komponen RAAS sistem.
Pada kehamilan dini akan terjadi penurunan tonus vaskuler (hal ini disebabkan oleh
karena adanya hormon yang disekresi selama kehamilan dan peningkatan produksi
NO) sehingga menyebabkan penurunan tekanan arteri rata-rata/ mean arterial
pressure”MAP”. Akibat penurunan MAP yang terjadi akan terjadi peningkatan
volume intravaskuler akibat retensi natrium sebagai kompensasi.
B. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER
i. Perubahan pada Jantung 3
Pada wanita hamil akan terjadi perubahan dari posisi diafragma dan perubahan dari
bentuk tulang rusuk yang merubah posisi jantung menjadi lebih keatas dan ke kiri,
kadang dapat disertai rotasi dari jantung terhadap sumbu panjangnya. Pada wanita
hamil gambaran dari bentuk jantung pada foto rontgen thorax menjadi tidak spesifik
10
terutama perubahan dari cardiac thoracic ratio/ CTR, sehingga perlu dilakukan untuk
dilakukan ekokardiografi jika terdapat kecurigaan kardiomegali secara klinis.
Walaupun kardiomegali pada wanita hamil jarang ditemukan, namun terjadinya
hipertrofi fisiologis miokardium sering ditemukan akibat peningkatan volume darah
selama kehamilan dan peningkatan afterload pada kehamilan lanjut. Umumnya
perubahan struktur jantung pada wanita hamil mirip dengan perubahan struktur akibat
respons terhadap olahraga yaitu hipertrofi eksentrik, dimana akibat adanya hipertrofi
yang eksentrik akan membuat peningkatan kapasitas pompa jantung dalam memenuhi
peningkatan kebutuhan selama kehamilan.
ii. Perubahan Curah Jantung/ Cardiac Output “CO” 3
Salah satu perubahan yang bermakna pada kehamilan adalah peningkatan curah
jantung/ CO, dari penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa peningkatan CO
mencapai 30-50% dari nilai sebelum hamil pada awal kehamilan. Pada kehamilan
ganda peningkatan CO mencapai 20% dari CO yang terjadi pada kehamilan tunggal.
Walaupun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan puncak peningkatan CO
belum jelas, namun diperkirakan peningkatan CO mencapai puncak sekitar kehamilan
25-30 minggu.
Dari peningkatan CO yang terjadi pada hamil, mumnya peningkatan CO
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dari uterus, plasenta dan payudara. Pada
trimester pertama kehamilan, perfusi dari CO masih sama seperti keadaan wanita
yang tidak hamil dimana uterus menerima 2-3% dari CO, payudara menerima 1% dari
CO dan presentasi CO yang memenuhi perfusi ginjal mencapai 20%, kulit 10%, otak
10% dan pembuluh darah koroner 5%. Sedangkan pada wanita hamil yang cukup
bulan uterus akan memperoleh 17% dari total CO dan payudara mendapatkan 2% dari
total CO.
Curah jantung pada wanita hamil juga sangat dipengaruhi oleh posisi tubuh pada
wanita hamil, misalnya pada posisi terlentang dan berdiri akan terjadi penurunan
curah jantung akibat penurunan volume darah yang balik ke jantung. Penurunan curah
jantung pada wanita hamil yang terlentang terutama disebabkan oleh karena
pembesaran dari uterus yang menekan vena kava inferior sehingga menurunkan aliran
11
balik vena ke jantung yang akan mengakibatkan penurunan curah jantung dan preload
yang dapat menyebabkan hipotensi arterial.
Pada kehamilan dibawah 24 minggu umumnya gejala akibat penekanan vena kava
inferior masih belum jelas, namun pada kehamilan lanjut akan terjadi obstruksi yang
total pada vena kava inferior sehingga mengakibatkan aliran darah balik ke jantung
melalui sirkulasi kolateral di vena para-vertebralis.
Penurunan dari CO akibat perubahan posisi pada sebagian wanita tidak akan
menimbulkan gejala oleh karena adanya kompensasi pada peningkatan resistensi
vaskuler yang sistemik. Pada 5-10% wanita hamil akan timbul keluhan akibat
penurunan dari CO ketika berbaring yaitu gejala supine hipotensi seperti pusing, mual
dan sinkope, umumnya hal tersebut timbul akibat tidak adekuatnya sirkulasi kolateral
paravertebra. Pada keadaan anestesi spinal maupun epidural pada wanita hamil akan
kehilangan efek dalam memelihara resistensi vaskuler sistemik.
iii. Perubahan Tekanan Arteri dan Resistensi Vaskuler Sistemik 3
Pada ibu hamil walaupun terjadi peningkatan CO yang cukup signifikan, namun
umumnya tekanan darah selama kehamilan tetap menurun hal ini disebabkan oleh
karena penurunan resistensi perifer sistemik yang disebabkan oleh karena adanya
hormon progesteron yang dihasilkan selama kehamilan akan menyebabkan relaksasi
otot polos pada pembuluh darah serta peningkatan dari nitirit oksida/ NO pada wanita
hamil yang akan menurunkan resistensi perifer secara langsung dan NO juga akan
menghambat dari aktivitas respons vaskular terhadap angiotensin II dan norepinefrin.
Dari mekanisme yang terjadi pada ibu hamil yang normal akan refrakter terhadap
efek vasokonstriksi dari angiotensin II yang disebabkan oleh karena peningkatan
sistem RAAS selama kehamilan.
iv. Perubahan Tekanan pada Vena 3
Perubahan tekanan vena paad ibu hamil pada ekstremitas atas umumnya tidak akan
mengalami perubahan yang berarti, namun tekanan pada ekstremitas bawah terutama
vena femoralis meningkat hingga 15 cm H2O pada kehamilan yang sudah cukup
bulan hal ini dikarenakan obstruksi dari vena kava inferior akibat pembesaran uterus,
12
sehingga memicu terjadinya edema, vena varikosa, hemmoroid dan peningkatan
resiko trombosis vena dalam.
v. Perubahan Normal pada Wanita Hamil yang Mirip Penyakit Jantung 3
Pada wanita hamil akan terjadi perubahan fisiologis akibat adaptasi terhadap
kehamilan yang mirip dengan penyakit jantung sehingga kadang menimbulkan
kesulitan diagnosis.
Keluhan sesak nafas merupakan keluhan yang sering dikeluhkan pada penyakit
jantung dan pada saat hamil, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
membedakan kedua penyebab tersebut. Onset dari kehamilan yang dihubungkan
dengan sesak nafas umumnya dikeluhkan sebelum kehamilan 20 minggu dan 75%
mengeluhkan sesak nafas pada kehamilan trimester ketiga. Gejala sesak pada
kehamilan umumnya tidak akan timbul saat istirahat dan memberat ketika melakukan
aktivitas dan pada umumnya ringan.
Pemeriksaan fisik pada wanita hamil juga menyerupai kasus pada penyakit jantung,
yang tidak boleh disalah artikan sebagai penyakit jantung, mulai dari edema tungkai,
takikardia, distensi vena jugularis dan pergeseran apeks jantung kearah lateral.
Kadar dari enzim jantung sendiri yang umunya digunakan dalam memeriksa
kecurigaan infark miokardium yaitu Troponin dan Creatinine Kinase-Miokardial
Band/ CK-MB. Pada ibu hamil akibat kontrakjsi uterus dapat mengakibatkan
peningkatan kadar CK-MB didalam darah, namun tidak dengan kadar troponin.
C. PERUBAHAN PADA SISTEM RESPIRASI
i. Sistem Respirasi Bagian Atas 3
Selama kehamilan mukosa pada derah nasofaring cenderung hiperemis, edema dan
mengalami hipersekresi mukus yang disebabkan oleh karena rangsangan estrogen.
Oleh sebab perubahan itu, wanita hamil sering mengeluh adanya gejala influenza
kronik.
ii. Perubahan Mekanik 3
Perubahan konfigurasi dari cavum thorax terjadi pada awal kehamilan, lebih awal
dari perubahan yang terjadi yang disebabkan oleh penekanan mekanis oleh 13
pembesaran uterus. Sudut subcostal meningkat dari 68 menjadi 103 derajat, diameter
transversal dari cavum thorax melebar 2 cm, dan diameter anteriorposterior melebar
dari 5 cm menjadi 7 cm. Dengan berjalannya kehamilan, level dari diafragma
meningkat 4 cm. Fungsi otot pernafasan tidak terpengaruh kehamilan dan tekanan
maksimal inspiratory dan expiratory tidak mengalami perubahan.
Posisi dari diafragma yang terdorong ke atas akan menurunkan volume dari
paru pada saat istirahat, sehingga menurunkan total lung capacity dan functional
residual capacity (FRC). FRC dapat terbagi menjadi expiratory reserve volume dan
residual volume, dan keduanya menurun.
iii. Pertukaran gas 4
Meningkatnya kadar progesteron memberikan keadaan hiperventilasi kronik,
direfleksikan dengan meningkatnya volume tidal dari 30 % menjadi 50 % pada hamil
8 minggu. Dengan meningkatnya tidal volume menyebabkan meningkatnya ventilasi
semenit, walaupun laju pernapasan stabil. (ventilasi semenit= tidal volume x laju
pernapasan). Peningkatan pada ventilasi semenit di kombinasikan dengan
menurunnya FRC, memberikan peningkatan ventilasi alveolar dari 50 % menjadi 70
%.
Hiperventilasi kronik terjadi disebabkan oleh peningkatan PaO2 dan penurunan
PaCO2 dari level normal. PaCO2 ibu yang rendah dapat mengakibatkan chronic
respiratory alkalosis. Kompensasi dari ginjal akan meningkatkan ekskresi bikarbonate
untuk memantain pH antara 7,4-7,5 dan menurunkan kadar bikarbonat dalam darah.
Pada awal kehamilan PaO2 meningkat (106 menjadi 108 mmHg), PaCO2 menurun,
tetapi pada trimester ketiga terjadi penurunan PaO2 oleh karena pembesaran uterus.
Peningkatan ventilasi semenit disebabkan oleh kebutuhan oksigen janin, plasenta dan
organ ibu. selama latihan, persalinan dan kontraksi akan meningkatkan ventilasi per
menit dan kebutuhan oksigen. Oleh karena peningkatan konsumsi oksigen dan
penurunan kapasitas residual yang menurun terjadilah penurunan dari cadangan
oksigen ibu.
14
D. PERUBAHAN PADA SISTEM DARAH
i. Volume Plasma dan Jumlah Sel darah merah 3,4
Volume darah maternal akan mulai meningkat pada usia kehamilan 6 minggu dan
akan meningkat progresif hingga usia kehamilan 30-34 minggu dan akan mendatar
pada melahirkan. Rata-rata peningkatan volume darah sekitar 40-50 %. Peningkatan
volume darah terjadi oleh karena kombinasi ekspansi volume plasma dan sel darah
merah. Jumlah eritrosit mulai meningkat pada usia kehamilan 10 minggu, walaupun
peningkatannya lebih lambat dari volume plasma, jumlah eritrosit akan meningkat
progresif sampai melahirkan tanpa mengalami pendataran.
Tanpa suplementasi besi, jumlah sel darah merah meningkat sekitar 18 % pada
saat kehamilan. Suplementasi besi akan meningkatkan akumulasi jumlah RBC dari
400 menjadi 450 ml atau sekitar 30 %. Oleh karena volume plasma meningkat
meningkat daripada massa sel darah merah, hematocrit maternal akan turun. Ini
disebut dengan anemia fisiologis pada wanita hamil pada 30-34 minggu. Karena
jumlah RBC akan berlanjut meningkat setelah 30 minggu dimana volume plasma
akan mengalami pendataran, hematorcrit akan meningkat setelah 30 minggu
kehamilan.
Pada kehamilan, kadar eritropoetin meningkat dimulai dari usia kehamilan 16
minggu dan menjadi penyebab terjadinya hiperplasia erythroid pada sumsum tulang
dan peningkatan pada jumlah retikulosit. Peningkatan volume darah memberikan efek
protektif pada kemungkinan adanya perdarahan selama kehamilan atau saat
persalinan. Volume darah yang banyak membantu mengisi sistem vaskular dengan
vasodilatasi dan menurunkan resistensi vaskular pada uteroplasenta untuk mencegah
hipotensi.
ii. Trombosit 3
Sekitar 8 % wanita hamil mengalami trombositopenia dalam kehamilan dengan
jumlah trombosit antara 70.000- 150.000/mm3. Trombositopenia pada wanita hamil
tidak berhubungan dengan peningkatan komplikasi pada kehamilan dan jumlah
trombosit akan kembali normal pada minggu pertama dan kedua postpartum.
iii. Leukosit 3
Selama trimester pertama, jumlah WBC sekitar 8000/mm3, dengan nilai normal
antara 5110-9900 mm3. Selama trimester kedua dan ke tiga berkisar 8500/mm3,
sekitar 5600-12200mm3. Pada persalinan jumlah WBC dapat meningkat menjadi
15
20.000-30.000 mm3 dan ini dikaitkan oleh adanya dilatasi serviks. Oleh karena
peningkatan leukosit pada persalinan sehingga jumlah leukosit tidak digunakan untuk
mendeteksi adanya infeksi.
iv. Sistem Koagulasi 3
Kehamilan meningkatkan resiko terjadinya penyakit tromboemboli. Peningkatan
resiko ini disebabkan meningkatnya stasis pada vena, kerusakan pembuluh darah dan
perubahan pada sistem koagulasi yang menyebabkan hiperkoagulabitas.
Meningkatnya status vena di ekstremitas bawah menyebabkan kompresi pada vena
cava inferior dan vena pada pelvis oleh pembesaran uterus.
Hiperkoagulabitas terjadi oleh meningkatnya procoagulant, menurunnya inhibitor
koagulasi dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Perubahan ini terjadi secara fisiologis
untuk mencegah peripartum hemoragik.
E. PERUBAHAN PADA SISTEM URINARIUS
i. Perubahan Anatomi Ginjal 3
Ginjal akan mengalami pembesaran selama kehamilan, umumnya panjang ginjal
selama kehamilan akan membesar ± 1 cm. Perubahan ukuran dan berat ginjal
disebabkan karena peningkatan vaskularisasi, volume interstitial dan pertambahan
ruang rugi urine.
Pertambahan ruang rugi urine disebabkan oleh karena dilatasi pada pelvis renalis,
kaliks ginjal dan ureter. Dilatasi pada sistem pelvis renalis, ureter dan kaliks ginjal
umumnya mulai timbul pada usia 2 bulan kehamilan dan maksimal pada pertengahan
trimester kedua kehamilan. Pembesaran ureter dicurigai disebabkan oleh karena
kompresi mekanis akibat pembesaran uterus dan dilatasi pada sistem vena ovarium,
namun dari penelitian baru, terungkap bahwa hormon progesteron juga berperan
dalam dilatasi ureter akibat relaksasi pada otot polos ureter.
ii. Perubahan Hemodinamik Ginjal 3
Renal plasma flow/ RPF akan meningkat mulai dari awal kehamilan, bahkan mulai
dari fase luteal sebelum terjadinya implantasi. Penelitian yang dilakukan oleh Dunlop
16
dkk, menyatakan bahwa RPF akan meningkat sampai 75% pada kehamilan 16 minggu
dan peningkatan RPF akan bertahan sampai usia kehamilan 34 minggu.
Seperti RPF, peningkatan laju filtrasi glomerulus/ LFG juga terjadi pada wanita
hamil, pada akhir trimester pertama peningkatan LFG mencapai 50% dibandingkan
dengan wanita tidak hamil, dan umumnya LFG akan kembali menurun menjadi
normal dalam 3 bulan setelah melahirkan.
Peningkatan RPF dan LFG yang menyebabkan hiperfiltrasi berkaitan dengan
peningkatan volume darah dan penurunan dari resistensi arteriol pre-dan post-
glomerular. Penurunan resistensi pada ginjal tersebut berkaitan dengan peningkatan
sekresi NO selama kehamilan terutama pada ginjal, selain akibat NO terdapat hormon
relaksin yang ikut berperan dalam penurun resistensi pada ginjal.
Peningkatan hiperfiltrasi pada ginjal yang terjadi tanpa peningkatan tekanan
intraglomerulus yang terjadi pada wanita hamil apabila terjadi dalam waktu jangka
panjang berpotensi dalam menyebabkan kerusakan pada glomerulus.
iii. Perubahan pada Sistem Tubuler Ginjal 3
Pada wanita hamil akan terjadi peningkatan dari ekskresi glukosa didalam urine,
pada wanita yang tidak hamil umumnya kadar ekskresi glukosa kurang dari 100 mg/
hari namun pada wnaita hamil umumnya kadar glukosa yang diekskresikan mencapai
1 sampai 10 gram/ hari walaupun dengan kadar glukosa darah yang rendah.
Glukosuria yang terjadi pada wanita hamil bersifat intermitten dan tidak selalu
dihubungkan dengan peningkatan kadar glukosa pada darah ataupun usia kehamilan.
Glukosa difiltrasi di glomerulus secara bebas dan dengan LFG yang tinggi akan
menyebabkan peningkatan kadar glukosa yang berada di tubulus proksimal yang
menyebabkan kadar glukosa yang melebihi kapasitas reasorbsi glukosa pada tubulus
proksimal ginjal.
Ekskresi protein dan albumin pada wanita hamil juga akan mengalami peningkatan
pada wanita hamil dimana batas dari proteinuria adalah 300 mg/ 24 jam dan 30 mg
albumin dalam 24 jam. Penyebab dari peningkatan ekskresi dari protein maupun
17
albumin berkaitan dengan perubahan absorbsi di tubulus proksimal dan peningkatan
LFG selama kehamilan.
F. PERUBAHAN PADA SISTEM GASTROINTESTINAL
i. Lambung 3,4
Pada wanita hamil tonus dan motilitas lambung akan berkurang, hal ini mungkin
disebabkan oleh karena relaksasi otot polos akibat peningkatan hormon progesteron
dan estrogen. Pada wanita hamil juga berpotensi timbulnya gatroesofageal refluks
(GER), terjadinya GER disebabkan oleh karena berbagai faktor misalnya peningkatan
hormon-hormon pada kehamilan, peningkatan tekanan intragaster akibat penekana
uterus dan penurun tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah yang diakibatkan
oleh hormon progesteron.
ii. Usus Halus dan Usus Besar 3
Pada wanita hamil akan terjadi penurunan dari motilitas usus yang akan
meningkatkan oral-caecal transit time sehingga menimbulkan terjadinya konstipasi.
Penurunan motilitas usus berkaitan dengan peningkatan sintesis prostaglandin selama
kehamilan, selain itu hormon progesteron dan estrogen juga berperan dalam penuruna
motilitas usus. Progesteron menyebabkan penurunan dari motilitas gastrointestinal,
sedangkan estrogen menyebabkan pelepasan NO dari ujug saraf yang akan
menyebabkan penurunan motilitas gatrointestinal.
iii. Mual dan Muntah selama Kehamilan3
Mual dan muntah pada kehamilan ( morning sickness) umumnya terjadi pada 70%
kehamilan. Awitan terjadinya hal tersebut dimulai antara dari minggu ke-4 sampai
minggu ke-8, dan umumnya berkurang serelah 16 minggu namun pada sebagian kecil
masih dialami sampai kehamilan 20-22 minggu. Penyebab terjadinya hal tersebut
masih belum jelas, namun dikaitkan dengan penurunan motilitas lambung,
peningkatan hormon human chorionic gonadotropin/ hCG dan peningkatan hormon
estrogen dan progesteron.
18
G. PERUBAHAN PADA SISTEM SKELETAL
i. Metabolisme kalsium3
Kehamilan memberikan keadaan hiperparatirodisme fisiologis pada ibu dengan
kehilangan kalsium tulang pada ibu untuk memberi suplai kalsium pada fetus. Ini yang
menyebabkan kehilangan kalsium pada ibu dalam waktu yang lama. Janin
mengakumulasi 21 g kalsium ( berkisar 13-33g), 80 % dari jumlah ini selama trimester
ketiga dimana mineralisasi tulang pada janin mencapai puncak. Kalsium
ditransportasikan aktif melewati plasenta dan kalsium di ekskresikan dalam jumlah yang
banyak melewat ginjal ibu, jadi terjadi calsiuria yang banyak.
Total kadar kalsium maternal menurun selama kehamilan. Turunnya total kalsium
disebabkan oleh penurunan albumin dalam darah yang mengakibatkan menurunnya
ikatan albumin kalsium, tetapi kalsium yang terionisasi dalam darah tidak berubah dan
konstan. Oleh karena itu, kadar kalsium maternal dan kebutuhan kalsium janin tetap
tercukupi lewat peningkatan absorpsi kalsium. Kalsium diabsorbsi melewati usus halus
dan diabsorbsi ganda pada usia kehamilan 12 minggu dengan maksimal absorbsi pada
trimester ketiga. Awal peningkatan absorbsi, membuat tulang maternal untuk
menyimpan kalsium untuk kebutuhan janin pada trimester ketiga.
Vitamin D adalah prohormone yang berasal dari cholesterol dan terbagi menjadi 2
bentuk nutrisi yaitu D3 (cholecalciferol) dimana berasal dari kulit dan D2 (ergocalciferol)
yang berasal dari tumbuhan dan diabsorbsi di usus. Kadar level 25-hydroxyvitamin D
(25[OH] D) meningkat oleh karena sintesis vitamin D dan intake. Level (25[OH] D)
menjadi indikator terbaik status vitamin D. Kadar 1,25- dihydroxyvitamin D meningkat
selama kehamilan dimana terutama meningkat pada trimester kedua dan ketiga.
ii. Tulang dan perubahan postur 3
Seperti dijelaskan diatas, walaupun bone loss terjadi pada kehamilan, tetapi kejadian
terjadi osteoporosis selama atau setelah kehamilan jarang. Walaupun penambahan intake
kalsium selama kehamilan dan laktasi untuk mencegah bone loss adalah kontroversial.
Tetapi studi terakhir menyatakan pemberian suplementasi tidak menurunkan bone loss.
RDA kalsium pada kehamilan dan laktasi sekitar 1000-1300 mg/hari.
Kehamilan menyebabkan peningkatan progresif konveksivitas anterior dari lumbal
(lordosis). Mekanisme kompensasi ini untuk menjaga gravitasi pusat dari wanita dari
19
kedua kaki dan untuk mencegah pembesaran uterus dari perubahan gravitasi pusat ke
depan. Efek yang tidak menguntungkan adalah adanya nyeri pinggang.
Ligamen dari simfisis pubis dan artikulasio sacroilliaca mengendur oleh karena.
hormone relaxin. Pelebaran nyata dari simfisis pubis nyata pada minggu 28-32 minggu.
H. PERUBAHAN PADA SISTEM ENDOKRIN
i. Tiroid 3
Gejala kehamilan normal menyerupai gejala tiroid, sehingga menyebabkan kesulitan
untuk skrining penyakit tiroid. Interpretasi dari tes tiroid sulit. Oleh karena itu, penting
bagi dokter untuk mengenali perubahan yang terjadi pada fungsi tiroid.
Disamping perubahan pada morfologi, histologi dan laboratorium, wanita hamil
cenderung eutiroid. Glandula tiroid meningkat dalam ukuran, tetapi tidak sebanyak yang
diperkirakan. Apabila konsumsi iodine adekuat, ukuran dari glandula tiroid tidak berubah
atau menjadi mengecil yang dapat dideteksi hanya dengan USG.
WHO merekomendasi konsumsi iodine meningkat pada wanita hamil dari 100
mg/hari menjadi 150-200 mg/hari. Apabila terjadi suatu keadaan defisiensi iodine, maka
glandula tiroid mengalami pembesaran 25 % dan goiter terjadi pada 10 % wanita. Secara
histologis, selama hamil akan terjadi peningkatan vaskularisasi dan hiperplasia folikel.
Perkembangan klinis goiter selama hamil adalah abnormal dan harus dievaluasi.
Selama hamil, serum iodida menurun oleh karena meningkatnya renal loss. Selain itu,
pada pertengahan kehamilan iodine di transferkan ke janin, tetapi konsentrasi iodida
tidak berkurang. Walaupun ada peningkatan pengambila iodine oleh tiroid, wanita hamil
tetap dalam keadaan eutiroid pada evaluasi laboratorium.
Total tiroksin (TT4) dan total triiodothyronine (TT3) mulai meningkat dalam trimester
pertama dan meningkat pada pertengahan kehamilan akibat meningkat produksi thyroid
binding globulin (TBG). Peningkatan TBG terlihat pada trimester pertama dan akan
mengalami pendataran pada minggu 12-14 kehamilan. Konsentrasi dari TT4 meningkat
bersamaan dengan TBG dari kisaran normal 5-12 mg/dl pada wanita tidak hamil menjadi
9-16 mg/dl selama kehamilan.
20
Bukti terbaru menyatakan bahwa T4 bebas meningkat pada trimester pertama dan
akan menurun setelah melahirkan. T4 bebas 10-15 % lebih rendah pada pasien yang tidak
hamil. Tetapi perubahan ini kecil dan pada kebanyakan wanita hamil, T4 bebas masih
dalam kisaran normal wanita tidak hamil. Dalam praktis klinis, kadar T4 bebas dapat
diukur dengan menggunakan free thyroxine index atau estimasi T4 bebas.
Konsentrasi Thyroid stimulating hormone (TSH) menurun sementara pada trimester
pertama dan akan meningkat pada trimester akhir. Penurunan transien dari TSH pada
trimester pertama disebabkan oleh meningkatnya T4 bebas dan disebabkan oleh efek
thyrotropic oleh hCG. Wanita dengan kadar hCG yang tinggi mempunyai kadar TSH
yang rendah. Pada beberapa wanita efek thyrotropic dari hCG dapat menyebabkan
keadaan transien dari hipertiroidisme yang disebut dengan gestational transient
thyrotoxicosis.
Maternal tiroid tidak secara langsung mengontrol fungsi tiroid, sistem berinteraksi
dengan plasenta, dimana mengontrol transfer iodine dan tiroksin ke janin. T4 menembus
plasenta dan pada awal kehamilan, janin bergantung pada suplai T4 maternal untuk
perkembangan neurologik. Tetapi, sebagai akibat aktivitas deiodinase dari plasenta,
kebanyakan persentase dari T4 pecah sebelum sampai ke janin.
Janin tidak dapat mensintesis hormon tiroid sampai setelah usia kehamilan 12 minggu
dan beberapa kebutuhan janin sebelum waktu tersebut tergantung dari transfer maternal.
Walaupun setelah fungsi tirod janin berfungsi, janin tetap bergantung pada suplai tiroksin
dari maternal.
Neonatus dengan tiroid agenesis atau total defek pada sintesis hormon tiroid
mempunyai kadar tiroksin pada umbilical antara 20-50 % dari normal bayi. Ini
menunjukkan plasenta tidak permeabel terhadap T4
Pada wanita yang hidup di daerah defisiensi iodine, hipotiroidisme maternal
berhubungan dengan neonatus hipotiroidisme dan defek pada fungsi neurlogi jangka
panjang dan retardarsi mental , ini yang disebut endemic cretinism. Abnormalitas ini
dapat dicegah apabila ibu mengkonsumsi iodine dimulai awal trimester kedua.
21
ii. Kelenjar adrenal 3
Meningkatnya produksi steroid esensial dalam kehamilan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan produksi estrogen maternal dan kortisol dan kebutuhan janin untuk
reproduksi dan tumbuh kembang janin.
Kehamilan berhubungan dengan perubahan pada fungsi adrenokorteks dengan
meningkatnya kadar aldosteron dalam darah, doexycorticosterone, corticosteroid-binding
globulin (CBG), adrenocorticotropic hormone (ACTH), kortisol dan kortisol bebas
menyebabkan fisiologis hipercortilisme. Konsentrasi CBG dalam plasma meningkat oleh
karena stimulasi hepatik oleh estrogen pada akhir bulan ke enam gestasi berbeda dengan
wanita tidak hamil, ini membuat peningkatan kadar total kortisol. Total cortisol
meningkat 3 kali setelah trimester pertama dan akhir kehamilan dibandingkan wanita
tidak hamil.
iii. Metabolisme protein 5
Hasil dari konsepsi, uterus dan darah ibu relatif kaya akan protein dibandingkan
dengan lemak dan karbohidrat. Saat kehamilan, janin dan plasenta berat sekitar 4 kg dan
terdiri dari 500 g protein, sebagian untuk maternal gain yang ditambahkan untuk uterus
untuk kontraksi, payudara dan darah ibu sebagai hemoglobin dan protein plasma dan sisa
untuk janin dan plasenta.
Konsentrasi asam amino pada janin lebih tinggi dibandingkan ibu, ini disebabkan
regulasi yang besar oleh plasenta dimana tidak hanya mengkonsentrasi asam amino di
sirkulasi janin, tetapi juga melibatkan sintesis protein, oksidasi dan transaminasi
beberapa asam amino non essensial. Kedua hormon chorionic gonadotrophin dan
placental lactogen cenderung untuk mengurangi proses deaminasi sehingga hasil urea
pada darah dan urin menurun.
vi. Metabolisme karbohidrat 6
Pada wanita hamil normal terjadi banyak perubahan hormonal dan metabolik, yang
dipengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Pada kehamilan normal, kadar
glukosa plasma ibu menjadi lebih rendah secara bermakna karena:
1. Ambilan glukosa oleh aliran darah plasenta meningkat
22
2. Produksi glukosa dari hati menurun
3. Produksi alanin (salah satu prekursos glukoneogenesis menurun)
4. Efektivitas ekskresi ginjal menurun
5. Efek hormon gestasional
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat
berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin
hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin, sehingga
kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama
dipengaruhi oleh insulin. Akibat lambatnya reabsorpsi makanan maka terjadi
hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini
disebut tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologis telah terjadi resistensi
insulin. Yang menjadi masalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan insulin,
sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia dan diabetes
kehamilan.
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesteron,
kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen. Kadar kortisol wanita hamil meningkat dan
mencapai 3 kali dari keadaan normal hal ini mengakibatkan kebutuhan insulin menjadi
lebih tinggi demikian juga dengan hormon HPL yang dihasilkan oleh plasenta yang
mempunyai sifat kerja mirip pada hormon tubuh yang bersifat diabetogenik.
Pembentukan HPL meningkat sesuai dengan umur kehamilan. Hormon tersebut
mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mempengaruhi afinitas insulin.
vii. Metabolisme lemak 5
Lemak adalah cadangan energi utama selama kehamilan. Pada minggu ke 30 terdapat
penyimpanan sebesar 4 kg. Sebagian besar diantaranya tersimpan dicadangan lemak di
perut, punggung dan paha. Cadangan lemak juga berada di payudara dalam jumlah yang
sedang.
23
Terdapat 3 hal yang berkaitan dengan metabolisme lemak:
1. Metabolisme total dan kebutuhan energi dalam kehamilan meningkat
2. Penyimpanan glikogen sangat terbatas dan dengan demikian maka energi
diperoleh secra langsung dari karbohidrat berkurang
3. Meskipun kadar lemak dalam darah meningkat namun hanya sebagian yang
tersimpan dalam cadangan lemak
Konsentrasi lemak, lipoprotein dan apolipoprotein dalam plasma akan meningkat
selama kehamilan. Lemak akan disimpan sebagian besar di sentral yang kemudian
akan digunakan janin sebagai nutrisi sehingga cadangan lemak itu akan berkurang.
LDL akan mencapai puncaknya pada minggu ke 36, sementara HDL akan mencapai
puncaknya pada minggu ke 25 berkurang sampai minggu ke 32 dan kemudian
menetap. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan hormon progesteron dan estrogen.
24
BAB IV
KESIMPULAN
Perubahan pada anatomi, fisiologis dan metabolisme sangat dibutuhkan untuk
keberhasilan suatu kehamilan. Perubahan hormon mulai sebelum konsepsi secara signifikan
mengubah fisiologis wanita hamil dan akan bertahan pada hamil dan periode nifas.Walaupun
perubahan yang terjadi melibatkan hampir semua organ, wanita hamil akan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Pemahaman komprehensif dapat digunakan untuk membedakan
perubahan yang fisiologis dan yang patologis. Apabila tidak memiliki pengetahuan mengenai
ini, menjadi suatu hal yang tidak mungkin untuk memahami proses dari suatu penyakit yang
membahayakan pada wanita selama kehamilan.
25
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Williams
Obstetric. 23rd ed. United States: The Mc Graw Hill. 2010; p.
2. Prawirohardjo S, Saifuddin AB, Rachimdadhi T, Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan.
Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo. 2010; p.174-87.
3. Gordon W. Maternal Physiology. In: Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL, Landon MB,
Galan HL, Jauniaux ERM, et al. Obstetrics Normal and Problem Pregnancies.6 th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders. 2012; p.42-62.
4. Heidemann BH. Changes in Maternal Physiological During Pregnancy. Available at:
http://update.anesthesiologists.org/wp-content/uploads/2009/09/Changes-in-Maternal-
Physiology-During-Pregnancy-Update-20.pdf . Accessed on 17th September 2013.
5. Hanretty KP. Obstetric Illustrated. 6th ed. London: Churchill Livingstone. 2003; p 22-5.
6. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo. Perubahan Metabolisme Ibu Hamil. Available at: http://
www.obgyn-rscmfkui.com/berita.php?id=79. Accessed on 17th September 2013.
26