referat insect bite

20
REFERAT INSECT BITE Disusun oleh : Nadia Elvianora (08310210) Neneng Herlinda Sari (08310217) Pembimbing : dr. Frida Adelina Ginting, Sp.KK Insect Bite

Upload: umi26

Post on 26-Dec-2015

384 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

neneng

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT Insect Bite

REFERAT

INSECT BITE

Disusun oleh :

Nadia Elvianora (08310210)

Neneng Herlinda Sari (08310217)

Pembimbing :

dr. Frida Adelina Ginting, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF KULIT DAN KELAMIN

RSU KABANJAHE

2014

Insect Bite

Page 2: REFERAT Insect Bite

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Sang Maha Pencinta dan Pengatur Alam Semesta,

berkat Ridho-NYA, penulis akhirnya mampu menyelesaikan refErat yang

berjudul “ Insect Bite“.

Refarat ini disusun untuk mengikuti Kepanitraan Klinik Senior di bagian

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin di RSU Kabanjahe.

Tentunya referat ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu tak luput kami ucapkan terima kasih kepada pembimbing kami

dr. Frida Adelina Ginting, Sp. KK dan tentunnya masih banyak pihak lain yang

membantu, kami ucapkan terimakasih.

Sebagai manusia, penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan dan semoga dapat menjadi suatu hal yang bermanfaat bagi kita

semua. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Kabanjahe, Oktober 2014

Penulis

Insect Bite

Page 3: REFERAT Insect Bite

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB. I . PENDAHULUAN......................................................................................

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................

Definisi................................................................................................................

Epidemiologi.......................................................................................................

Etiologi................................................................................................................

Patogenesis..........................................................................................................

Diagnosis.............................................................................................................

Diagnosis banding...............................................................................................

Penatalaksanaan..................................................................................................

Prognosis.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

Insect Bite

Page 4: REFERAT Insect Bite

BAB I

PENDAHULUAN

Insect bite reaction (reaksi gigitan serangga) adalah reaksi yang disebabkan

oleh gigitan yang biasanya berasal dari bagian mulut serangga dan terjadi saat

serangga berusaha untuk mempertahankan diri atau saat serangga tersebut mencari

makanannya. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di

lokasi yang tersengat. Kebanyakan gigitan dan sengatan dilakukan untuk

pertahanan. Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa (racun) yang

tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi

kepada penderita. Namun pengetahuan ilmiah mengenai alergi terhadap gigitan

serangga masih terbatas. Reaksi paling sering dilaporkan terjadi setelah digigit

nyamuk dan sejenisnya, serta dari golongan serangga Triatoma. Sayangnya,

strategi manajemen untuk mengurangi risiko insect bite reaction ke depannya

masih kurang dikembangkan dan kurang efektif bila dibandingkan dengan alergi

terhadap sengatan serangga.1

Insect bite reaction disebabkan oleh artropoda kelas insekta. Insekta

memiliki tahap dewasa dengan karakter eksoskeleton yang keras, 3 pasang kaki,

dan tubuh bersegmen dimana kepala, toraks, dan abdomennya menyatu. Reaksi

paling sering dilaporkan terjadi setelah digigit nyamuk dan sejenisnya. Gigitan

dan sengatan serangga mempunyai prevalensi yang sama diseluruh dunia. Dapat

terjadi pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena musiman,

meskipun tidak menutup kemungkinan kejadian ini dapat terjadi di sekitar kita.

Prevalensi antara pria dan wanita sama.2

Insect Bite

Page 5: REFERAT Insect Bite

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Insect bite ( gigitan serangga) adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan

serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau allergen yang

dikeluarkan artropoda penyerang.2

Insect bite reaction (reaksi gigitan serangga) adalah reaksi yang disebabkan

oleh gigitan yang biasanya berasal dari bagian mulut serangga dan terjadi saat

serangga berusaha untuk mempertahankan diri atau saat serangga tersebut

mencari makanannya.1

2.2 Epimediologi

Gigitan dan sengatan serangga mempunyai prevalensi yang sama diseluruh

dunia. Dapat terjadi pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena

musiman, meskipun tidak menutup kemungkinan kejadian ini dapat terjadi di

sekitar kita. Prevalensi antara pria dan wanita sama. Bayi dan anak-anak lebih

rentan terkena gigitan serangga dibandingkan orang dewasa. Salah satu faktor

yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini adalah lingkungan sekitar seperti

tempat mencari mata pencaharian yaitu perkebunan, persawahan dan lain-lain.1

2.3 Etiologi

Insect bite reaction disebabkan oleh artropoda kelas insekta. Insekta

memiliki tahap dewasa dengan karakter eksoskeleton yang keras, 3 pasang

kaki, dan tubuh bersegmen dimana kepala, toraks, dan abdomennya menyatu.

Insekta merupakan golongan hewan yang memiliki jenis paling banyak dan

paling beragam. Oleh karena itu, kontak antara manusia dan serangga sulit

dihindari. Paparan terhadap gigitan atau sengatan serangga dan sejenisnya

Insect Bite

Page 6: REFERAT Insect Bite

dapat berakibat ringan atau hampir tidak disadari ataupun dapat mengancam

nyawa.2

Secara sederhana gigitan dan sengatan serangga dibagi menjadi 2 grup

yaitu Venomous (beracun) dan non-venomous (tidak beracun). Serangga yang

beracun biasanya menyerang dengan cara menyengat, misalnya tawon atau

lebah. Ini merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara

menyuntikkan racun atau bisa melalui alat penyengatnya. Sedangkan

serangga yang tidak beracun menggigit atau menembus kulit dan masuk

menghisap darah, ini biasanya yang menimbulkan rasa gatal.1

Ada 30 lebih jenis serangga tetapi hanya beberapa saja yang bisa

menimbulkan kelainan kulit yang signifikan. Kelasa arthopoda yang

melakukan gigitan dan sengatan pada manusia terbagi atas :

1. Kelas Arachnida

a. Acarina

b. Araniae (Laba-laba)

c. Scorpionidae (Kalajengking)

2. Kelas Chilopoda (Lipan) dan Diplopoda (Luing)

3. Kelas Insekta

a. Anoplura (Pthyreus pubis, Pediculus humanus, Capitis et corporis)

b. Coleoptera (Kumbang)

c. Dipthera (Nyamuk dan Lalat)

d. Hemiptera (Kutu busuk)

e. Hymenoptera (Semut, Lebah dan Tawon)

f. Lepidoptera (Kupu-kupu)

2.4 Patogenesis

Gigitan atau serangan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada

kulit, lewat gigian atau sengatan antigen yang akan masuk langsung direspon

oleh sistem imun tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang

kompleks. Reaksi terhadap antigen tersebut biasanya akan melepaskan

histamin, serotonin, asam formic atau kinin. Lesi yang timbul disebabkan

Insect Bite

Page 7: REFERAT Insect Bite

oleh respon imun tubuh terhadap antigen yang dihasilkan melalui gigitan atau

sengatan serangga. Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi

yang timbul dapat dibagi dalam dua kelompok : reaksi imediate dan reaksi

delayed.1,2

Reaksi imediate merupakan reaksi yang sering terjadi dan ditandai dengan

reaksi lokal atau reaksi sistemik. Lesi juga timbul karena adanya toksin yang

dihasilkan oleh gigitan atau sengatan serangga. Nekrosis jaringan yang lebih

luas dapat disebabkan karena trauma endotel yang dimediasi oleh pelepasan

neutrofil. Spingomyelinase D adalah toksin yang berperan dalam timbulnya

reaksi neutrofilk. Enzim hyluronidase yang juga ada pada racun serangga

akan merusak lapisan dermis sehingga dapat mempercepat penyebaran racun

tersebut.3

2.5 Diagnosis

a. Anamnesis

Kebanyakan pasien sadar dengan adanya gigitan serangga ketika terjadi

reaksi atau tepat setelah gigitan, namun paparannya sering tidak diketahui

kecuali terjadi reaksi yang berat atau berakibat sistemik. Pasien yang

memiliki sejarah tidak memiliki rumah atau pernah tinggal di tempat

penampungan mungkin mengalami paparan terhadap organisme, seperti

serangga kasur. Pasien dengan penyakit mental juga memungkinkan

adanya riwayat paparan dengan parasit serangga. Paparan dengan binatang

liar maupun binatang peliharaan juga dapat menyebabkan paparan

terhadap gigitan serangga.3

b. Gejala Klinis

Pada reaksi lokal, pasien mungkin akan mengeluh tidak nyaman, gatal,

nyeri sedang maupun berat, eritema, panas, dan edema pada jaringan

sekitar gigitan. Pada reaksi lokal berat, keluhan terdiri dari eritema yang

luas, urtikaria, dan edema pruritis. Reaksi lokal yang berat dapat

Insect Bite

Page 8: REFERAT Insect Bite

meningkatkan kemungkinan terjadinya reaksi sistemik serius pada paparan

berikutnya.1

Gambar : Papular urtikaria: Bekas gigitan kutu, sangat gatal, urtikaria seperti

papula di lokasi gigitan kutu pada lutut dan kaki seorang anak, papula biasanya

berdiameter <1 cm serta memiliki vesikel di atasnya, Bila tergoreskan

mengakibatkan erosi maupun krusta.

Gambar : pada bagian tengah lesi tampak ekskoriasi dikelilingi daerah yang

edem dan eritem.

Pada reaksi sistemik atau anafilaktik, pasien bisa mengeluhkan adanya

gejala lokal sebagaimana gejala yang tidak terkait dengan lokasi gigitan.

Gejala dapat bervariasi dari ringan sampai fatal. Keluhan awal biasanya

Insect Bite

Page 9: REFERAT Insect Bite

termasuk ruam yang luas, urtikaria, pruritus, dan angioedema. Gejala ini

dapat berkembang dan pasien dapat mengalami ansietas, disorientasi,

kelemahan, gangguan gastrointestinal, kram perut pada wanita,

inkontinensia urin atau alvi, pusing, pingsan, hipotensi, stridor, sesak, atau

batuk. Seiring berkembangnya reaksi, pasien dapat mengalami kegagalan

napas dan kolaps kardiovaskuler.1

c. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium jarang dibutuhkan. Pemeriksaan laboratorium

yang sesuai harus dilakukan apabila pasien mengalami reaksi yang berat

dan membutuhkan penanganan di rumah sakit atau dicurigai mengalami

kegagalan organ akhir atau membutuhkan evaluasi akibat infeksi sekunder,

seperti sellulitis.

Pemeriksaan mikroskopis dari apusan kulit dapat bermanfaat pada

diagnosis scabies atau kutu, namun tidak berguna pada kebanyakan gigitan

serangga.

Pemeriksaan serologis mungkin berguna dalam menentukan infeksi

yang diakibatkan oleh vektor serangga, namun jarang tersedia dan

membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasilnya.3

2.6 Diagnosis Banding

Diagnosis banding insect bite reaction didasarkan oleh reaksi pada tempat

gigitan (papula eritema, vesikel), organisme yang menggigit serta nekrosis

kutaneus yang menyebabkan timbulnya lesi yang berbeda:

a. Scabies

Scabies adalah infeksi parasit yang umumnya terjadi di dunia.

Arthropoda Sarcoptes scabiei var hominis menyebabkan pruritus

berat dan merupakan penyakit kulit yang sangat menular, dapat

menyerang pria dan wanita dari semua tingkat status social ekonomi

dan etnik. Gejala dan tanda biasanya berkembang perlahan sekitar 2-3

minggu sebelum pasien mencari penanganan medis untuk

Insect Bite

Page 10: REFERAT Insect Bite

mengatasinya. Scabies muncul dalam bentuk cluster, pada individu

terlihat sebagai ruam yang gatal dan papul. Diagnose scabies dapat

dipertimbangkan apabila ada riwayat banyak anggota keluarga yang

mengalaminya. Pruritus nocturnal merupakan keluhan utama yang

khas pada scabies. Lesi primer scabies berbentuk liang, papul, nodul,

biasanya pustul dan plak urtikaria yang bertempat di sela-sela jari,

area fleksor pergelangan tangan, axilla, area antecubiti, umbilicus,

area genital dan gluteal, serta kaki. Lesi sekunder berbentuk urtikaria,

impetigo, dan plak eksematous.4,5

Insect Bite

Page 11: REFERAT Insect Bite

Gambar: Predileksi scabies

b. Prurigo

Merupakan reaksi kulit yang bersifat residif dengan efloresensi

beranekaragam. Diduga ada pengaruh dari luar seperti gigitan

serangga, sinar matahari, udara dingin, dan pengaruh dari dalam tubuh

seperti infeksi kronik. Wanita lebih banyak dari pria. Biasanya

dicetuskan oleh infeksi kronik dan keganasan, kekurangan makan

protein dan kalori. Dari anamnesis didahului oleh gigitan serangga

(nyamuk,semut), selanjutnya timbul urtikaria papular. Kemudian

timbul rasa gatal, dan karena digaruk timbul bintik-bintik. Gatal

Insect Bite

Page 12: REFERAT Insect Bite

bersifat kronik, akibatnya kulit menjadi hitam dan menebal. Penderita

mengeluh selalu gelisah, gatal dan mudah dirangsang.3

Gambar: A. Predileksi. B. papula-papula pada daerah ekstensor

ekstremitas.

2.7 Penatalaksanaan

a. Perawatan Pra Rumah Sakit

Kebanyakan gigitan serangga dapat dirawat pada saat akut dengan

memberikan kompres setelah perawatan luka rutin dengan sabun dan air

untuk meminimalisasi kemungkinan infeksi. Untuk reaksi lokal yang luas,

kompres es dapat meminimalisasi pembengkakan. Pemberian kompres es

tidak boleh dilakukan lebih dari 15 menit dan harus diberikan dengan

pembatas baju antara es dan kulit untuk mencegah luka langsung akibat

suhu dingin pada kulit. Epinefrin merupakan kunci utama untuk penanganan

pra rumah sakit pada reaksi sistemik. Antihistamin sistemik dan

kortikosteroid, bila tersedia, dapat membantu mengatasi reaksi sistemik.1

b. Medikamentosa

Insect Bite

Page 13: REFERAT Insect Bite

- Topikal : Jika reaksi lokal ringan, dikompres dengan larutan asam borat

3%, atau kortikosteroid topikal seperti krim hidrokortison 1-

2%. Jika reaksi berat dengan gejala sistemik, lakukan

pemasangan torniket proksimal dari tempat gigitan dan diberi

obat sistemik.

- Sistemik : Injeksi antihistamin seperti klorfeniramin 10 mg atau

difenhidramin 50mg. Adrenalin 1% 0,3-0,5 ml subkutan.

Kortikosteroid sistemik diberikan pada penderita yang tak

tertolong dengan antihistamin atau adrenalin.

c. Perawatan Unit Gawat Darurat (keadaan berat)

Intubasi endotrakeal dan ventilator mungkin diperlukan untuk menangani

anafilaksis berat atau angioedema yang melibatkan jalan napas. Penanganan

anafilaksis emergensi pada individu yang atopik dapat diberikan dengan

injeksi awal intramuskular 0,3-0,5 ml epinefrin dengan perbandingan

1:1000. Dapat diulang setiap 10 menit apabila dibutuhkan. Bolus intravena

epinefrin (1:10.000) juga dapat dipertimbangkan pada kasus berat. Begitu

didapatkan respon positif, bolus tadi dapat dilanjutkan dengan infus

dicampur epinefrin yang kontinu dan termonitor. Eritema yang tidak

diketahui penyebabnya dan pembengkakan mungkin sulit dibedakan dengan

sellulitis. Sebagai aturan umum, infeksi jarang terjadi dan antibiotik

profilaksis tidak direkomendasikan untuk digunakan.1

2.8 Prognosis

Prognosis dari insect bite reaction bergantung pada jenis insekta yang

terlibat dan seberapa besar reaksi yang terjadi. Pemberian topikal berbagai

jenis analgetik, antibiotik, dan pemberian oral antihistamin cukup membantu,

begitupun dengan kortikosteroid oral maupun topikal. Pemberian insektisida,

mencegah pajanan ulang, dan menjaga higienitas lingkungan juga perlu

diperhatikan. Sedangkan untuk reaksi sistemik berat, penanganan medis

darurat yang tepat memberikan prognosis baik.3

Insect Bite

Page 14: REFERAT Insect Bite

DAFTAR PUSTAKA

1. Moffitt, John E. MD. Allergic Reactions to Insect Bites and Stings on Southern

Medical Journal, November 2003.

2. Insect Bites and Infestations. In : Freedberg IM at al, eds, Fitzpatrick’s

Dermatology in General Medicine 5th. 2007. USA: McGrawHill.

3. Amiruddin MD. Skabies. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.1.

Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ; 2003.

4. McCroskey, Amy L. MD. Scabies. [Posted : 6 October 2010] Taken from :

http://emedicine.medscape.com/article/785873-overview#showall [Downloaded :

28 Juni 2012]

5. Chosidow O. Scabies. New England J Med. 2006. P. 1718-27

Insect Bite