referat difteri
DESCRIPTION
pptTRANSCRIPT
REFERAT DIFTERI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PENDAHULUAN
Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut
yang sangat menular, disebabkan oleh
karena toxin dari bakteri dengan ditandai
pembentukan pseudomembran pada kulit
dan atau mukosa dan penyebarannya
melalui udara. Penyebab penyakit ini adalah
Corynebacterium Diphteriae, dimana
manusia merupakan salah satu reservoir dari
bakteri ini
DIFTERI
Etiologi : Corynebacterium Diphteriae
Sifat:
kuman batang gram-positif , tidak
bergerak, pleomorfik, tidak
berkapsul, tidak membentuk spora,
mati pada pemanasan 60ºC, tahan
dalam keadaan beku dan kering.
3 tipe utama garvis intermedius mistis
Ciri khas
C.diphtheriae :
eksotoksin baik in-
vivo maupun in-
vitro
Bakteriofag yang mengandung toxigene.
MANIFESTASI KLINIS
1. Difteri Saluran
Pernapasan• Sesudah sekitar
masa inkubasi 2-4 hari, terjadi tanda-tanda dan gejala-gejala radang lokal. Demam jarang lebih tinggi dari 39ºC.
2. Difteri Hidung
• meneyerupai common cold
• Infeksi nares anterior menyebabkan rhinitis erosif, purulen, serosanguinis dengan pembentukan membrane. Ulserasi dangkal nares luar dan bibir sebelah dalam adalah khas.
3. Difteri Tonsil Faring
• nyeri tenggorok gejala awal yang umum
• 1-2 hari timbul membrane yang melekat berwarna putih kelabu
• pembentukan membrane tonsil unilateral atau bilateral
• Bull neck : Edema jaringan lunak dibawahnya dan pembesaran limfonodi
MANIFESTASI KLINIS
4. Difteri Laring
• perluasan difteri faring
• edema jaringan lunak dan penyumbatan lepasan epitel pernapasan tebal dan bekuan nekrotik rasa tercekik
• membrane dapat meluas ke percabangan trakeobronkial.
5. Difteri Kulit
• tukak dikulit: tepi jelas dan terdapat membrane pada dasarnya
• infeksi nonprogresif lamban ditandai dengan ulkus yang tidak menyembuh, superficial,dengan membrane coklat keabu-abuan
• Tungkai > badan/ kepala.
6. Difteri Vulvovaginal,
Konjungtiva, dan Telinga
infeksi mukokutan : • telinga (otitis
eksterna)• mata (konjungtivitis
purulenta dan ulseratif)
• saluran genital (vulvovginitis purulenta dan ulseratif).
• Wujud klinis, ulserasi, pembentukan membrane dan perdarahan submukosa
DIAGNOSIS
gejala-gejala klinik
DIAGNOSIS BANDING
1. Difteria Hidung,
• rhinorrhea• benda asing
dalam hidung,
2. Difteria Faring,
• tonsillitis membranosa akut ec streptokokus
• tonsillitis membranosa non-bakterial
• pasca tonsilektomi
3. Difteria Laring,
• laryngitis• benda asing
dalam laring
4. Difteria Kulit
• impetigo dan infeksi kulit yang disebabkan oleh streptokokus atau stafilokokus
KOMPLIKASI1. Infeksi
tumpangan pada anak
• Disebabkan:
streptokok dan
stafilokok
• Panas tinggi
2. Obstruksi jalan nafas
• tertutupnya
jalan nafas oleh
membrane
difteria
• edema pada
tonsil, faring,
daerah
submandibular
dan servical
3. sistemik
• Endokarditis
• arthritis
piogenik
• Miokardiopati
toksik
Takikardi,kadar
aminotransfera
se aspartat
serum
4. Neuropati toksik
•2-3 minggu terjadi hipestesia dan paralisis lokal palatum molle setelah 3 bulan terjadi polineuropati simetris•Neuropati cranial khas terjadi minggu ke-5 menyebabkan paralisis okulomotor dan paralisis siliaris
PENATALAKSANAAN
1. Antitoksin : Anti Diphtheria Serum (ADS)
Tipe Difteria Dosis ADS (KI) Cara pemberian
Difteria Hidung 20.000 Intramuscular
Difteria Tonsil 40.000 Intramuscular / Intravena
Difteria Faring 40.000 Intramuscular /Intravena
Difteria Laring 40.000 Intramuscular /Intravena
Kombinasi lokasi diatas 80.000 Intravena
Difteria + penyulit, bullneck 80.000-100.000 Intravena
Terlambat berobat (>72 jam) 80.000-100.000 Intravena
Medikamentosa
ADS
Uji kulit dilakukan dengan penyuntikan 0,1 ml ADS dalam larutan garam fisiologis 1:1.000 secara intrakutan. Hasil positif bila dalam 20 menit terjadi indurasi > 10 mm.
Uji mata dilakukan dengan meneteskan 1 tetes larutan serum 1:10 dalam garam fisiologis. Pada mata yang lain diteteskan garam fisiologis. Hasil positif bila dalam 20 menit tampak gejala hiperemis pada konjungtiva bulbi dan lakrimasi.
2. Antibiotik
Dosis :
· Penisilin prokain 25.000-50.000 U/kgBB/hari i.m. , tiap 2
jam selama 14 hari atau bila hasil biakan 3 hari berturut-
turut (-).
· Eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari, maks 2 g/hari, p.o. , tiap
6 jam selama 14 hari.
· Penisilin G kristal aqua 100.000-150.000 U/kgBB/hari,
i.m. atau i.v. , dibagi dalam 4 dosis.
· Amoksisilin.
· Rifampisin.
· Klindamisin.
3. Kortikosteroid
Dosis : Prednison 1,0-1,5 mg/kgBB/hari, p.o.
tiap 6-8 jam pada kasus berat selama 14
hari.
Non medikamentosa Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui
dan biakan hapusan tenggorok negative 2 kali berturut-turut.
Istirahat tirah baring selama kurang lebih 2-3 minggu
pemberian cairan serta diet yang adekuat makanan lunak yang mudah dicerna,cukup
mengandung protein dan kalori.
Pengobatan Karier
Biakan Uji Schick Tindakan
(-) (-) Bebas isolasi : anak yang telah mendapat imunisasi
dasar diberikan booster toksoid difteria
(+) (-) Pengobatan karier : Penisilin 100 mg/kgBB/hari
oral/suntikan, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari
selama 1 minggu
(+) (+) Penisilin 100 mg/kgBB/hari oral/suntikan atau
eritromisin 40 mg/kgBB + ADS 20.000 KI
(-) (+) Toksoid difteria ( imunisasi aktif), sesuaikan dengan
status imunisasi
PROGNOSIS