referat anastesi

Upload: fajri-rasa-jeruk

Post on 04-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

anastesi

TRANSCRIPT

PERAN MEDIS TERHADAP PENYAKIT TERMINAL DAN KASUS MBO

REFERAT: PERAN MEDIS TERHADAP PENYAKIT TERMINAL DAN KASUS MBOPEMBIMBING:Dr. EVA SUSANA , Sp. AnOleh:m. Fajri rinasyah pMuhammad sujatniko pIntan herlinaRina mardianaPeriode 12 januari 7 februari 2015PENDAHULUANSakit Terminal adalah istilah Medis dipopulerkan di abad ke-20 untuk menggambarkan aktif dan Ganas.Kondisi Terminal (End of Life): Saat ketika kematian, baik karena penyakit Terminal, Penyakit Akut atau Penyakit Kronis atau oleh karena umur diperkirakan terjadi dalam minggu atau bulan dan tidak dapat dicegah dengan intervensi medis.Dokter dalam upaya memperpanjang kehidupan harus memahami kapan kehidupan itu akan berakhir, untuk mempersiapkan perawatan pasien lebih lanjutPerawatan pada kondisi terminal lebih memfokuskan pada perawatan menjelang kematian dengan tujuan mengurangi Distressing Symptoms dan mengupayakan kualitas hidup daripada upaya penyembuhan atau sekedar memperpanjang umur.

PENYAKIT TERMINALPenyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat progresif, pengobatan hanya bersifat paliatif ( mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup. (Tim medis RS Kanker Darmais, 1996)

KRITERIA PENYAKIT TERMINALPenyakit tidak dapat disembuhkanMengarah pada kematianDiagnosa medis sudah jelasTidak ada obat untuk menyembuhkanPrognosis jelekBersifat progresif

Komunikasi dan perawatan pasienMerawat pasien pada kondisi terminal memerlukan ketrampilan klinis sama seperti merawat pasien lain yang dalam kondisi bisa disembuhkan Termasuk membangun diagnosis,memberi edukasi, memfasilitasi pengambilan keputusan dan menunjukkan kesungguhan dalam merawat pasien.Ketrampilan dalam berkomunikasi merupakan hal yang sangat vital.Komunikasi yang berkualitas akan meningkatkan kenyamanan.Kadang dokter harus pintar-pintar menyampaikan berita buruk dan kemudian membuat kesepakata sebagai konsekuensinya.5PERAN MEDISDokter harus membantu pasien memahami kapan mereka mendekati masa akhir kehidupan Informasi ini akan mengubah keputusan pengobatan pasien dan mungkin akan memberi petunjuk bagaimana mereka memanfaatkan sisa waktu hidupnya.Pengalaman pasien pada kondisi terminal berbeda, tergantung harapan mengenai:bagaimana mereka akan meninggal dan bagaimana memaknai kematian. Dokter harus mengidentifikasi, memahami dan mengurangi penderitaan termasuk Fisiologis, Psikologis, Sosial atau Spiritual. Dokter dapat berperan sebagai fasilitator atau katalisator pada saat hasil terapi yang mungkin sangat ekstrem tak diharapkan Dokter membantu memberi suport, memahami makna, mengembangkan hal-hal transendental sehingga dokter dapat memperbaiki keadaan pasien dan membantu pasien hidup secara utuh selama dalam kondisi ini.

7Ketakutan akan kematian meliputi takut:Rasa sakitKehilangan kontrol Merasa terhinaTerisolasiKehilangan keluarga

Pasien yang sedang sekarat merasa terisolasi dan ketakutan, oleh karena itu kehadiran dokter, tidak penting apakah akan bisa memecahkan semua masalah,tapi lebih pada komitmen untuk memahami dan membantu kesulitan pasien dengan keterampilan, dengan penuh respek serta empati.

TUJUAN PERAWATAN terminalMempertahankan pasien nyaman dan bebas nyeriMembuat hari-hari akhir pasien sebaik mungkin untuk pasien maupun keluarga dengan sedikit penderitaanMembantu pasien meninggal dengan tenangMemberikan kenyamanan bagi keluarga

Prinsip perawatan terminalMenghargai setiap kehidupanMenganggap kematian sebagai proses yang normalTidak mempercepat atau menunda kematianMenghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusanMenghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menggangguMengintegrasikan aspek psikologis, social, dan spiritual dalam perawatan pasien dan keluargaMenghindari tindakan medis yang sia-siaMemberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayatMemberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.

MATI BATANG OTAKConference of Commissioners on Uniform State Laws, Presidents Commission for the Study of Ethical Problems in Medicine and Biomedical and Behavioral Research, seseorang dinyatakan Mati Otak apabila mengalami Terhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi secara ireversibelTerhentinya semua fungsi otak secara keseluruhan, termasuk batang otak, secara ireversibel

Tiga temuan penting dalam kematian otak adalah:Koma, Hilangnya refleks batang otak, Apnea (New York State Department of Health, 2005).

PATOFISIOLOGIDIAGNOSIS MBOPenentuan kematian otak sangat tergantung dari gejala klinis dan hasil laboratorium. Secara klinis, seseorang dinyatakan mati otak jika semua keadaan berikut ditemukan:Tidak ada respirasi spontan (tidak dapat menghirup napas sendiri).Pupil dilatasi dan terfiksir (mata midriasis, tidak ada reaksi terhadap cahaya).Tidak ada respon terhadap stimulus noksius (rangsang nyeri tidak disertai kedipan mata, tanpa mimik meringis, tanpa gerakan anggota tubuh manapun).Semua anggota tungkai flaksid (tidak ada pergerakan, tanpa tonus otot dan hilangnya aktivitas refleks pada tangan ataupun kaki).Tidak ada tanda-tanda aktivitas batang otak:Bola mata terfiksasi dalam orbita.Tidak ada refleks kornea.Tidak ada respon terhadap tes-tes kalori.Tidak ada refleks muntah atau batuk.(13)

Beberapa kesukaran dalam diagnosis mati otak

16REFLEK BATANG OTAK TIDAK ADA17TES HENTI NAPAS18KRITERIA MATI OTAKMollaret dan Goulon 1959Mohandas dan Chou 1971Kriteria HarvardKriteria Minnesota

Mollaret dan Goulon Coma de pass (Koma Irreversibel) dalam menggambarkan 23 pasien koma dengan hilangnya kesadaran, refleks batang otak, respirasi dan dengan hasil elektroensefalogram (EEG) yang mendatar KRITERIA HAVARDTidak bereaksi terhadap stimulus noksius yang intensif (Unresponsive Coma). Hilangnya kemampuan bernapas spontan. Hilangnya refleks batang otakdan spinal. Hilangnya aktivitas postural seperti deserebrasi. EEG datar. Hipotermia dan pemakaian depresan seperti barbiturat harus disingkirkan. Kemudian, temuan klinis dan EEG harus tetap saat evaluasi sekurang kurangnya 24 jam kemudian.Mohandas dan Chou Menggambarkan Kerusakan Batang Otak sebagai komponen penting dari kerusakan otak yang berat

KRITERIA MINNESOTA

KRITERIA MINNESOTAHilangnya respirasi spontan setelah masa 4 menit pemeriksaan.Hilangnya refleks otak yang ditandai dengan: pupil dilatasi, hilangnya refleks batuk, refleks kornea dan siliospinalis, hilangnya dolls eye movement, hilangnya respon terhadap stimulus kalori dan hilangnya refleks tonus leher.Status penderita tidak berubah sekurang-kurangnya dalam 12 jamProses patologis yang berperan dan dianggap tidak dapat diperbaiki.Pertimbangan utama dalam mendiagnosis kematian otak adalah sebagai berikut: Hilangnya fungsi serebralHilangnya fungsi batang otak termasuk respirasi spontanBersifat ireversibel.

Daftar A: Garis BesarTanpa pergerakan spontan, kejang atau gerakan badan lainnya.Tanpa respon terhadap jenis rangsang nyeri apa pun (misalnya menggosok sternum, penekanan pada kuku jari, penekanan dengan jarum) pada daerah distribusi nervus kranialis.Hilangnya refleks-refleks batang otak.Pasien bernapas dengan napas bantuan. Uji apnea menunjukkan hilangnya pernapasan spontan.Menyingkirkan kemungkinan keadaan eksaserbasi.Memastikan kondisi pasien akan kerusakan struktur otak yang tidak dapat diperbaiki.Memastikan bahwa bukti-bukti klinis tidak berubah dengan peninjauan kembali 2 sampai 24 jam kemudian.

Daftar B: Uji Terhadap Hilangnya Refleks-refleks Batang OtakPupil terfiksasi dan dilatasi, tanpa respon langsung atau tidak langsung terhadap cahaya. Pupil harus dalam ukuran menengah atau besar. Penggunaan obat seperti atropin dan obat-obat lain yang menghambat respon pupil terhadap cahaya dipastikan belum diberikan. Hilangnya refleks kornea.Hilangnya respon vestibulo-okuler terhadap rangsang air dingin (Cold Calories). Gunakan minimal 120 mm air es dan posisi kepala 30 derajat terhadap sumbu horizontal.Hilangnya refleks batuk.Hilangnya respon terhadap kateter yang ditempatkan dalam endotracheal tube ke dalam trakea. Hilangnya fenomena Dolls Eye.

25Daftar C: Uji ApneaLangkah 1: Garis arterial, oximeter denyut nadi dan fasilitas untuk pengukuran gas darah arteri.

Langkah 2: Atur ventilasi FI02 ke 1.0.

Langkah 3: Atur ventilasi jika perlu untuk memastikan PaCO2 berada diantara 40 mmHg dan 50 mmHg.

Langkah 4: Gambar sampel ABG nomor 1.Langkah 5: Mulai stopwatch, cabut ventilator dan masukkan oksigen sebanyak 6 liter/menit melalui kateter trakea untuk membantu mencegah hipoksia. Perhatikan setiap gerakan yang memperlihatkan usaha untuk bernapas spontan.

Langkah 6: Setelah 6 menit, gambarkan sampel ABG nomor 2 dan sambungkan kembali ventilator.

Langkah 7: Hitung peningkatan PaCO2 selama periode apnea. Peningkatan harus lebih dari 10 mmHg dan tidak adanya usaha untuk bernapas spontan harus ada pada uji apnea yang menunjukkan bahwa tidak ada aktivitas pernapasan spontan yang terjadi.Daftar D: Menyingkirkan Kemungkinan Kondisi TambahanPengaruh obat-obatan depresan susunan saraf pusat (mis. barbiturat, benzodiazepin, narkotik).Hipotermia suhu rata-rata (mis. suhu esophagus, rektal) di bawah 32,2 derajat Celcius (900 F).Gangguan elektrolit (mis. hiponatremia, asidosis metabolik).Lanjutan blokade neuromuskuler setelah peemberian agen penghambat neuromuskuler (tinjau kembali daftar pemberian anestetik dan riwayat ICU; periksa dengan stimulator saraf; balikkan efek agen tersebut dengan neostigmin).

28Jika kriteria klinis kematian telah ditemukan, seseorang tidak dapat ditetapkan mati otak hingga dokter memastikan tidak ada obat bius (mis. kodein, domerol, morfin, kokain, heroin) dan tidak ada obat-obatan barbiturat (mis. fenobarbital, sekobarbital, nembutal, amytal) yang telah diberikan 24 jam sebelumnya dan bahwa kematian otak telah ditunjukkan melalui salah satu dari studi Diagnostik berikut:Angiogram serebral (injeksi larutan kontras ke dalam arteri leher untuk melihat arteri di otak pada film X-ray), menunjukkan tidak ada penetrasi larutan ke dalam arteri otak.

Scan aliran darah serebral (scan kepala setelah injeksi substansi radioaktif yang aman secara intravena) memperlihatkan tidak ada aliran darah di otak.Dua kali EEG (elektroensefalogram atau uji gelombang otak) pada interval 24 jam menunjukkan tidak ada aktivitas listrik dari otak, mis. EEG datar atau isoelektrik.Poin ketiga dari ketiga tes di atas paling banyak digunakan karena sangat mudah dilakukan di tempat tidur pasien.

KESIMPULANPEMERIKSAAN KLINIS MBO31TERIMA KASIH