referat anamnesa urologi
DESCRIPTION
wefwewefTRANSCRIPT
REFERAT
ANAMNESIS PADA KASUS UROLOGI
Disusun oleh:
Christian Adiputra Wijaya
11-2014-084
Pembimbing :
Dr. Nurul Akbar, Sp U
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
RSUD KOJA
Periode 17 Agustus 2015 – 24 Oktober 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Kemampuan melakukan anamnesis yang akurat adalah keterampilan yang paling esensial bagi
seorang dokter. Dengan anamnesis yang terinci dapat memunculkan beberapa diagnosa banding sehingga
anamnesis merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan diagnosa. Tujuan dari anamnesis
adalah membuat diagnosa banding dan memahami permasalahan pasien itu sendiri.
Untuk menegakkan diagnosis kelainan urologi, seorang dokter dituntut dapat melakukan
pemeriksaan dasar urologi dengan seksama dan secara sistematik dimulai dari:
1. Pemeriksaan subyektif, yaitu mencermati keluhan yang disampaikan oleh pasien dan yang digali
melalui anamnesis yang sistematik.
2. Pemeriksaan obyektif, yaitu melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien untuk mencari data-data
yang objektif mengenai keadaan pasien.
3. Pemeriksaan penunjang, yaitu mampu memilih berbagai pemeriksaan yang dapat menunjang
diagnosis.
Kemampuan seorang dokter dalam melakukan wawancara dengan pasien ataupun keluarganya diperoleh
melalui anamnesis yang sistematik dan terarah. Dan pemeriksaan fisik pasien meliputi pemeriksaan tentang
keadaan umum pasien dan pemeriksaan urologi. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan diagnosis suatu
penyakit.
Anamnesis yang cermat dan penilaian gejala yang dirasakan akan menentukan pemeriksaan lengkap atau
pemeriksaan terbatas langsung ke indikasi, dan juga membantu mengarahkan pilihan ke diagnosis yang
tepat. Pemeriksaan fisik lengkap dan menyeluruh merupakan komponen yang penting dari pasien urologi.
Riwayat medis yang lengkap dapat dibagi menjadi keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang, riwayat
medis sebelumnya, dan riwayat keluarga. Setiap bagian akan memberikan temuan yang signifikan yang akan
berkontribusi pada evaluasi keseluruhan dan pengobatan pasien.1,2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANAMNESA
Anamnesa bergantung pada keterampilan dan metode yang dipergunakan untuk memperoleh
informasi, anamnesa akan akurat jika pasien menjelaskan gejala yang dialaminya. Informasi
subjektif ini penting untuk menegakkan diagnosis yang akurat.
a. Keluhan Utama
1. Manifestasi Sistemik
Gejala demam dan kehilangan berat badan merupakan gejala yang meragukan.
Demam berkaitan dengan gejala infeksi saluran kemih yang dapat membantu untuk
evaluasi infeksi. Seperti sistitis akut biasanya tanpa demam. Pielonefritis akut atau
prostatitis dapat menunjukkan suhu yang tinggi (mencapai 40⁰C), bayi dan anak-anak
dengan pielonefritis akut disertai dengan suhu yang tinggi tanpa disertai tanda dan gejala
lainnya. Karsinoma renal kadang disertai demam yang dapat mencapai 39⁰C atau lebih.
Tidak adanya demam bukan berarti tidak adanya infeksi pada ginjal, masih mungkin bisa
mengarah ke pielonefritis kronik yang tidak disertai demam.1
Kehilangan berat badan mungkin menunjukkan staging kanker, tapi biasanya disertai
dengan adanya insufisiensi ginjal yang mengarah ke obstruksi atau infeksi. Biasanya
dapat terjadi pada anak dengan kegagalan berkembang, obstruksi kronik, infeksi saluran
kemih.1
Gejala malaise bisa mengarah kearah tumor, pielonefritis kronik atau gagal ginjal.
Dan banyaknya gejala tersebut mungkin juga berhubungan dengan HIV.1,3
2. Nyeri Lokal dan Menjalar
Dua tipe nyeri yang merupakan gejala khas dari organ genitourinaria adalah nyeri
lokal dan nyeri menjalar, dimana nyeri menjalar merupakan nyeri yang paling sering
timbul.
Nyeri lokal biasanya dirasakan pada organ atau sekitar organ. Contohnya nyeri dari
penyakit ginjal (T10-12, L1) dirasakan di costovertebral angel dan di bagian belakang 3
dari regio dan dibawah costae 12. Nyeri dari testis yang meradang dirasakan di gonad itu
sendiri.1
Nyeri menjalar juga dapat menunjukkan kelainan organ tapi biasanya dirasakan jauh
dari organ tersebut. Kolik ureter dapat disebabkan batu di bagian ureter atas yang
berhubungan dengan nyeri berat pada testis yang sama letaknya dengan batu tersebut, ini
menjelaskan inervasi dari 2 struktur (T11-12). Batu pada ureter bawah dapat
menyebabkan nyeri menjalar kearah dinding skrotum. Nyeri seperti terbakar dengan
gangguan berkemih menunjukkan sistitis akut yang dirasakan di uretra bagian distal pada
perempuan dan di glandula uretra pada laki-laki (S2-3).1
Kelainan dari organ urologi dapat menyebabkan nyeri di berbagai organ yang lain
(gastrointestinal, ginekologi) yang mempunyai saraf sensoris untuk menyuplai keduanya.
Gambar 1. Cabang persarafan simpatis dan parasimpatis
a. Nyeri ginjal
Nyeri pada ginjal dirasakan sebagai nyeri yang menetap di costovertebral
angel sebelah lateral dari otot sacrospinalis dan dibawah costae ke 12.
4
Nyeri ini jarang mengarah ke umbilicus atau kuadran perut bawah. Nyeri
ginjal ini menunjukkan kelainan ginjal yang disebabkan distensi dari kapsul
ginjal. Tapi biasanya tanpa nyeri karena penyakit ginjal berjalan lambat
progresivitasnya. Pielonefritis akut (edema) dan obstruksi ureter akut (nyeri tekan
belakang ginjal) yang menyebabkan nyeri ginjal ini.2,3
b. Nyeri ureter
gambar 2. Bagian dari ureter
Nyeri ureter biasanya dirangsang dari adanya obstruksi akut (berupa
batu/bekuan darah). Nyeri tekan belakang dari distensi kapsul ginjal dapat disertai
5
dengan nyeri kolik yang berat, berjalan dari costovertebral angle turun ke kuadran
perut bawah depan., yang pasti menunjukkan ureter. Pada laki-laki kadang terasa di
kandung kemih, skrotum, atau testis. Pada perempuan terasa sampai ke vulva.
Nyeri kolik terjadi karena perilstatik yaitu nyeri hilang timbul disertai perasaan
mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas.2,4
Dengan ini dapat ditentukan letak dari batu ureter berdasarkan keluhan
nyerinya dan penjalarannya. Jika batu terletak di ureter atas, nyeri menjalar ke
testis. Jika terletak di ureter tengah sebelah kanan, nyeri akan menjalar ke titik
McBurney’s yang terlihat seperti gejala apendisitis, dan jika di sebelah kiri akan
menunjukkan seperti gejala diverkulitis atau penyakit lain dari kolon desenden
atau sigmoid (T12,L1). Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih. Jika
terdapat batu pada kandung kemih, peradangan dan edema dari ureter akan
menyebabkan gejala frekuensi urin dan urgensi. Batu juga dapat tinggal di ureter
sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang
asimptomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan
kolik.2,4
c. Nyeri vesica
Kandung kemih yang terlalu distensi pada retensi urin akut menyebabkan
nyeri pada area suprapubik. Pada pasien dengan retensi urin kronik mengarah ke
obstruksi leher kandung kemih atau neurogenik sedikit atau tidak akan
memberikan gejala tidak nyaman suprapubik meskipun kandung kemih mencapai
umbilikus.3
Paling banyak penyebab nyeri kandung kemih adalah infeksi, nyeri ini
biasanya tidak disebabkan dari kandung kemih tapi bisa juga penjalaran dari
uretra bagian distal dan berhubungan dengan gejala urinasi. Nyeri berkemih
merupakan gejala mayor dari sistitis berat.
6
d. Nyeri prostat
M
Gambar 3. Pembesaran prostat
Nyeri langsung dari prostat tidak biasanya. Ketika prostat mengalami
peradangan akut, pasien akan merasakan ketidaknyamanan dan terasa penuh pada
bagian perineal atau rektal (S2-4). Nyeri belakang lumbosakral menunjukkan
penjalaran nyeri dari prostat, tapi bukan merupakan gejala dari prostatitis.
Peradangan dari prostat menyebabkan disuria, frekuensi, dan urgensi.2
e. Nyeri testis
Nyeri pada testis mengarahkan ke trauma, infeksi, atau menyempitnya
spermatic cord yang sangat berat dan terasa lokal, meskipun terdapat
ketidaknyamanan dari penjalaran spermatic cord sampai ke kuadran perut bawah.
Hidrokel yang tidak terinfeksi, spermatokel, dan tumor testis sering tidak
menyebabkan nyeri. Varikokel mungkin menyebabkan nyeri hilang timbul pada
testis yang akan meningkat setelah beraktivitas berat. Gejala pertama tidak
langsung dari hernia inguinal adalah nyeri pada testis (menjalar). Nyeri dari batu
di ureter atas mungkin akan menyebar ke testis.2
f. Nyeri epididimis
Infeksi akut dari epididimis adalah hanya nyeri dari penyakit organ tersebut
dan biasanya tidak terlihat. Nyeri dimulai dari skrotum yang akan membuat tidak
nyaman. Di stase awal dari epididimitis, nyeri dirasakan pertama di kuadran perut
bawah (jika disebelah kanan akan menstimulasi apendisitis). Ini merupakan nyeri
yang menjalar tapi dapat sekunder dari inflamasi sekitar dari vas deferens.
7
3. Gejala Gastrointestinal
Penyakit ginjal atau ureter menyakitkan atau tidak, gejala gastrointestinal sering hadir.
Pasien dengan pielonefritis akut tidak hanya dirasakan nyeri, gejala iritabilitas vesikalis,
menggigil, dan demam tetapi juga umum sakit perut dan distensi.2
4. Gejala Urinasi
Banyak kondisi yang menyebabkan gejala sistitis. Termasuk infeksi kandung kemih,
peradangan vesika dari reaksi radiasi atau kimiawi, prostatitis, psikoneurosis, dan benda
asing di kandung kemih. Sering pasien dengan sistitis kronik tidak memberikan gejala
iritasi kandung kemih. Iritasi dari bahan kimia atau sabun di meatus uretra dapat
menyebabkan gejala sistitis mirip disuria, frekuensi, dan urgensi.
a. Frekuensi, nokturia, dan urgency
Kapasitas normal dari kandung kemih adalah 400 ml. Frekuensi dapat
menyebabkan adanya residu urin, dimana terjadi penurunan dan kapasitas
fungsional dari organ. Ketika mukosa, submukosa, bahkan otot menjadi radang
(karena infeksi, benda asing, batu, tumor), kapasitas kandung kemih menurun
tajam. Penurunan ini mengarah ke 2 faktor: nyeri yang timbul berasal dari
peregangan kandung kemih dan kehilangan kemampuan berkemih karena adanya
edema peradangan. Ketika kandung kemih normal, urinasi dapat ditahan.2,3
b. Disuria
Nyeri saat berkemih berhubungan dengan peradangan akut dari kandung
kemih, uretra atau prostat. Kadang nyeri dirasakan seperti terbakar saat berkemih
dan biasanya berlokasi di bagian distal dari uretra pada laki-laki. Perempuan
biasanya lebih merasakan nyerinya pada uretra. Banyak nyeri yang berat kadang
terasa di kandung kemih saat terakhir berkemih, memungkinkan kearah
peradangan dari kandung kemih adalah penyebab terbanyak. Nyeri juga banyak
dirasakan saat memulai pertama kali berkemih. Disuria sering menunjukkan gejala
awal dari infeksi urin dan sering berhubungan dengan frekuensi urin dan urgensi.2
8
c. Enuresis
Secara tegas adalah mengompol dimalam hari, hal ini fisiologis selama 2 atau
3 tahun awal kehidupan, tetapi menjadi masalah jika terjadi pada orang tua yang
lanjut usia. Hal ini mungkin terjadi sekunder atau fungsional akibat pematangan
komponen uretrovesika, tapi dapat juga karena penyakit organik (infeksi, stenosis
uretra distal pada anak perempuan, katup uretra posterior pada anak laki-laki, dan
neurogenik bladder).2,3
d. Gejala Obstruksi Pengeluaran Kemih2
- Hesitansi
Hubungan hesitansi didalam pancaran berkemih yang merupakan
gejala awal dari hambatan pengeluaran kandung kemih. Berdasarkan
peningkatan derajat obstruksi, hesitansi merupakan proses yang lama dan
pasien sering tegang karena urin memaksa melewati obstruksi.
- Kehilangan kekuatan dan penurunan pancaran
Kehilangan kekuatan dan penurunan pancaran urin ditandai dengan
peningkatan resistensi uretra yang nantinya akan meningkatan tekanan
intravesika. Ini dapat dievaluasi dengan membuat rata-rata pancaran urin,
normalnya dengan kandung kemih yang penuh pancaran maksimal 20
mL/s.
- Kencing menetes
Keluhan kencing menetes menjadi semakin menandai sebagai
perjalananan obstruksi dan paling banyak dengan gejala distressing.
- Urgency
Pengeluaran urin secara tiba-tiba bisa dikarenakan hiperaktivitas dan
iritasi dari kandung kemih, hasil dari obstruksi, peradangan, atau gangguan
neuropatik kandung kemih. Kebanyakan pasien dapat mengkontrol
sementara keinginan untuk berkemih, tetapi kehilangan sedikit urin
(inkontinensia urgensi).1,2
- Retensi urin akut
9
Pada pasien yang tidak bisa berkemih secara mendadak, didapatkan
nyeri pada suprapubik yang berhubungan dengan urgensi berat dan
mungkin urin menetes sedikit.
- Retensi urin kronik
Retensi urin kronik dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien
meskipun ada tekanan kuat pada saat pancaran memulai kencing. Urin
menetes yang konstan (inkontinensia paradoks) mungkin seperti kandung
kemih yang penuh dimana urinnya ingin keluar.2
- Gangguan pancaran urin
Gangguan pancaran urin berhubungan dengan nyeri berat yang
menjalar turun ke uretra. Tipe ini mengarah ke komplikasi dari kalkulus
vesika urinaria.
- Residu urin
Pasien sering merasakan masih ada urin yang tersisa di kandung kemih
meskipun setelah berkemih.2
- Sistitis
Merupakan episode berulang dari sistitis akut yang mengarah
timbulnya gejala residu urin. Biasanya berhubungan dengan dysuria,
frekuensi urin dengan/atau tanpa urgensi. Gejala nyeri suprapubik dan
hematuria jarang muncul terjadi. Gejala infeksi saluran kemih bagian
bawah lebih sering menunjukkan gejala spesifik dibanding infeksi saluran
kemih bagian atas, contohnya seperti pielonefritis yang biasanya muncul
demam dan menggigil.3
e. Inkontinensia
Merupakan ketidakmampuan menahan miksi ditandai hilangnya kendali pada
kandung kemih yang berakibat terjadinya kebocoran urin. Sangat banyak
penyebab inkontinensia, riwayat dari pasien dapat sering memberikan petunjuk
untuk mengetahui penyebabnya.
10
a) True incontinence
Pasien mungkin kehilangan urin tanpa tanda peringatan, mungkin
gejala spontan atau periodik. Penyebabnya antara lain sebelumnya radikal
prostatektomi, epispadia, fistula vesikovaginal biasanya terjadi sekunder
akibat operasi ginekologi, radiasi, atau trauma obstetrik, dan orifisium
ureter ektopik. Cedera pada otot polos uretra yang dapat terjadi selama
prostatektomi atau melahirkan. Penyakit kongenital dan neurogenik dapat
menyebabkan disfungsi kandung kemih dan inkontinensia.2
b) Stress incontinence
Kelemahan mekanisme sfingter mengakibatkan urin keluar jika ada
hubungan fisik dengan regangan (misalnya batuk, tertawa, bangun dari
kursi) atau kegiatan lain yang meningkatkan tekanan intra abdominal.
Selama kegiatan ini, tekanan intra abdomen meningkat secara sementara
diatas resistensi uretra, sehingga terjadi sejumlah kecil kebocoran urin.
Sering terjadi pada wanita multipara yang memiliki dukungan otot yang
melemah dari leher kandung kemih dan uretra, pada pria biasanya pada
kelainan neuropatik atau yang menjalani prostatektomi radikal dimana
mungkin ada cedera pada sfinger uretra eksternal.2,3
c) Urge incontinence
Keluarnya urin yang didahului dorongan yang kuat untuk menahan
miksi. Biasanya akibat sistitis akut, gangguan sfingter, neurogenik bladder
dan lesi pada UMN.2
d) Overflow incontinence
Hilangnya urin akibat retensi urin kronis atau kandung kemih yang
lemah, tekanan intravesika akhirnya sama dengan resistensi uretra.
Biasanya berkembang selama waktu yang cukup lama dan pasien mungkin
sama sekali tidak menyadari pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap. Dengan demikian setiap pasien dengan inkontinensia signifikan
harus menjalani pengukuran urin sisa setelah berkemih.2
f. Oliguria dan anuria
11
Oliguria dan anuria dapat disebabkan kegagalan ginjal akut (syok atau
dehidrasi), ketidakseimbangan cairan-ion, atau obstruksi ureter bilateral.
g. Pneumaturia
Gas yang terdapat dalam urin meyakinkan kuat bahwa terdapat fistula antara
traktus urinaria dan kandung kemih. Ini sering terjadi di kandung kemih atau
uretra tapi kadang bisa tampak juga di ureter atau pelvis renal. Karsinoma kolon
sigmoid, divertikulitis dengan abses, enteritis, dan trauma paling banyak
menyebabkan fistula vesika. Kelainan kongenital paling banyak menyebabkan
fistula uretroenteric. Gas bisa berasal dari bakteri dan berfermentasi.2
h. Urin keruh
Pasien sering mengeluhkan urin keruh, yang dikarenakan alkalin yang
menyebabkan presipitasi fosfat. Infeksi juga dapat menyebabkan urin menjadi
keruh dan berbau busuk. Hasil urinalisis yang baik dapat menunjukkan
penyebabnya.
i. Siluria
Urin yang mengandung cairan limfatik biasanya urin akan tampak seperti
warna putih susu. Ini menunjukkan adanya fistula pada sistem urinaria-limfatik.
Paling sering disebabkan adanya obstruksi di limfatik ginjal. Filariasis, trauma,
tuberkulosis, dan tumor retroperitoneal yang dapat menyebabkan kelainan
tersebut.
j. Hematuria
Hematuria adalah penanda bahaya yang tidak bisa disingkirkan. Karsinoma
ginjal atau kandung kemih, kalkulim, dan infeksi merupakan beberapa kondisi
dimana ada hematuria yang tampak. Ini penting untuk mengetahui adanya nyeri
berkemih atau tidak, dimana hematuria berhubungan dengan gejala iritabilitas
vesika, dan darah tampak pada urin keseluruhan atau hanya ada pada sedikit
pancaran urin. Hemoglobinuria menunjukkan sindrom hemolitik yang
menyebabkan warna urin menjadi merah.
a) Gejala dan penyakit urin berdarah
12
Hematuria yang dihubungkan dengan kolik renal menandakan adanya
batu pada ureter, walaupun sebuah bekuan darah dari sebuah tumor ginjal
yang mengalami perdarahan juga dapat menimbulkan tipe nyeri yang
sama. Hematuria tidak jarang dikaitkan dengan penyebab non spesifik,
tuberkulosis, atau infeksi schistosomal pada kandung kemih. Perdarahan
sering terjadi terminal (antara leher kandung kemih atau prostat) meskipun
mungkin dapat terjadi selama miksi (kandung kemih dan saluran bagian
atas). Batu dalam kandung kemih sering menyebabkan hematuria, tetapi
biasanya terjadi infeksi dan ada gejala obstruksi leher kandung kemih,
neurogenik bladder, atau sistokel. Dilatasi vena dapat berkembang pada
leher kandung kemih yang timbul sekunder akibat pembesaran prostat. Hal
ini mungkin dapat ruptur ketika pasien mengejan untuk miksi, yang
menghasilkan gross hematuria atau hematuria mikroskopik.2,3
b) Waktu hematuria
Menentukan waktu terjadinya hematuria sering membantu dalam
mengidentifikasi lokasi perdarahan. Hematuria pada awal miksi
menandakan sebuah lesi pada uretra anterior (misalnya uretritis, striktura,
stenosis meatus pada anak laki-laki). Hematuria saat akhir miksi biasanya
muncul dari uretra posterior, leher kandung kemih, atau trigonum.
Penyebab paling umum pada uretritis posterior, polip, dan tumor pada
leher kandung kemih. Jumlah hematuria tergantung penyebab terjadinya
perdarahan. Waktu terjadinya hematuria saat buang air kecil sering
menunjukkan lokasi keluhan. Hematuria pada awal berkemih biasanya
timbul dari uretra, terjadi paling umum dan biasanya sekunder akibat
peradangan. Hematuria total adalah yang paling sering dan menunjukkan
bahwa perdarahan tersebut kemungkinan besar berasal dari kandung kemih
atau saluran kemih bagian atas. Hematuria terminal terjadi pada akhir
berkemih dan biasanya timbul sekunder terhadap peradangan di daerah
leher kandung kemih atau uretra pars prostatica. Hal ini terjadi pada akhir
berkemih sebagai akibat leher kandung kemih memeras urin yang tersisa.
13
5. Gejala Lain2
a. Urethral discharge
Merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pada laki-laki.
Penyebabnya biasanya adalah Neisseria gonorrhoeae or Chlamydia trachomatis.
Keluhan ini sering berhubungan dengan rasa panas yang terlokalisir saat berkemih
atau adanya sensasi itching pada uretra.
b. Lesi genitalia eksterna
Ulserasi pada glans penis menunjukkan adanya sifilitis, cancroid, herpes
simplex, atau karsinoma sel skuamosa.
c. Massa
Pasien yang mengeluhkan adanya massa yang terlihat atau teraba di perut
bagian atas akan menunjukkan tumor renal, hidronefrosis, atau ginjal polikistik.
Pembesaran nodus limfa di leher menunjukkan metastasis tumor dari prostat atau
penis. Massa yang tidak terasa nyeri di skrotum sering menunjukkan hidrokel,
varikokel, spermatokel, epididimitis kronik, hernia, dan tumor testikular.
d. Edema
Edema di kaki dapat menunjukkan adanya kompresi dari vena iliaka karena
metastasis limfatik dari kanker prostat. Edema di genitalia mengarahkan filariasis,
asites kronik, atau hambatan aliran limfe dari radioterapi untuk keganasan pelvik.
e. Ejakulasi darah
Peradangan pada prostat atau vesika seminalis dapat menyebabkan
hematospermia.
f. Ginekomasti
Sering karena idiopatik, ginekomastia timbul pada laki-laki tua, khususnya
yang mengonsumsi estrogen untuk kanker prostat. Dapat juga tampak pada
14
koriokarsinoma dan tumor sel intertisial dan sel sertoli testis. Dapat juga karena
penyakit endokrin seperti sindrom klinefelter.
6. Gangguan Seksual
Banyak orang memiliki keluhan genitourinaria yang murni berdasarkan masalah
psikologis atau emosional. Gejala organik dapat meningkat akibat tekanan yang tinggi.
Penting untuk mencari petunjuk yang membuktikan terjadinya stres emosional. Pada
wanita, hubungan menstruasi terhadap nyeri pada ureter atau masalah pada kandung
kemih harus ditentukan meskipun menstruasi dapat memperburuk masalah organik dan
fungsional kandung kemih dan kesulitan ginjal.
a) Gangguan seksual pada laki-laki
Pria mungkin mengeluh secara langsung mengalami kesulitan seksual namun
mereka sering terlalu malu kehilangan kemampuan seksual, bahkan mereka tidak
mengakuinya walaupun ke dokter. Gejala seksual utama meliputi gangguan
kualitas ereksi, kehilangan ereksi secara dini, ejakulasi dini, ketidakmampuan
ejakulasi dengan orgasme, dan bahkan hilangnya keinginan untuk hubungan
seksual.
b) Gangguan seksual pada perempuan
Wanita yang memiliki sindrom sistitis psikosomatik hampir selalu mengakui
kehidupan seksual yang tidak bahagia. Mereka mengeluh nyeri pada vagina-uretra
sering terjadi diikuti tidak selesainya aktifitas seksual. Banyak dari mereka
mengakui ketidakmampuan seksual yang disebabkan masalah urologi.1
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat medis dahulu sangat penting karena sering memberikan petunjuk untuk
diagnosis pasien saat ini. Riwayat penyakit dahulu diperoleh secara teratur dan berurutan.
Penting untuk mendengarkan dan merekam penyakit pasien sebelumnya. Pasien dengan
diabetes melitus sering mengembangkan disfungsi otonom yang dapat mengakibatkan
gangguan kemih dan fungsi seksual. Riwayat tuberkulosis sebelumnya mungkin penting
dalam presentasi pasien dengan gangguan fungsi ginjal, obstruksi ureter, atau UTI kronis.
Penderita hipertensi memiliki resiko disfungsi seksual karena mereka lebih cenderung
15
memiliki penyakit pembuluh darah perifer dan karena banyak obat yang digunakan untuk
mengobati hipertensi sering menyebabkan impotensi. Pasien dengan penyakit neurologis
seperti multiple sklerosis juga lebih mungkin untuk gangguan kemih dan disfungsi seksual.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Hal ini sama penting untuk mendapatkan riwayat keluarga lebih rinci karena banyak
penyakit yang disebabkan masalah genetik. Contoh penyakit genetik termasuk penyakit ginjal
polikistik dewasa, tuberous sklerosis, penyakit von Hippel-Lindau, asidosis tubulus ginjal,
dan cystinuria. Selain penyakit tersebut dari kecenderungan genetik diketahui, ada kondisi
lain dimana pola yang tepat dari turunan belum dijelaskan tapi itu jelas memiliki
kecenderungan familial. Hal ini juga diketahui bahwa individu dengan riwayat keluarga
urolitiasis memiliki peningkatan resiko untuk pembentukan batu. Baru-baru ini, telah diakui
bahwa 8-10% pria dengan kanker prostat memiliki bentuk familial yang cenderung
berkembang sekitar satu dekade lebih awal dari kanker prostat.
d. Riwayat Pengobatan
Penting untuk mengetahui daftar obat-obatan yang dikonsumsi secara lengkap dan
akurat karena banyak obat yang mengganggu fungsi kemih dan seksual. Contoh, sebagian
besar obat antihipertensi mengganggu fungsi ereksi dan mengubah obat antihipertensi kadang
dapat meningkatkan fungsi seksual.
e. Riwayat Pembedahan Sebelumnya
Operasi sebelumnya dapat membuat operasi yang berikutnya lebih sulit. Jika
sebelumnya pembedahan di daerah anatomi yang sama, akan lebih bermanfaat untuk
mencoba mendapatkan laporan operasi sebelumnya. Dengan memberikan penjelasan tentang
operasi pasien sebelumnya akan menyederhanakan operasi berikutnya. Secara umum, akan
lebih bermanfaat memperoleh informasi sebanyak mungkin sebelum operasi dilakukan.
f. Riwayat Kebiasaan
Penggunaan rokok dan konsumsi alkohol yang jelas terkait dengan sejumlah kondisi
urologi. Merokok dikaitkan dengan peningkatan resiko karsinoma urothelial, terutama
kandung kemih, dan juga dikaitkan dengan peningkatan penyakit pembuluh darah perifer dan
disfungsi ereksi. Merokok juga merupakan faktor risiko utama untuk
penyakit arteri perifer (PAD). PAD adalah suatu kondisi di mana plak menumpuk di
16
arteri yang membawa darah ke kepala, organ, dan anggota badan. Orang yang
memiliki P.A.D. berada pada peningkatan risiko untuk penyakit jantung, serangan
jantung, dan stroke.Pada seorang yang merokok, asap rokok akan merusak dinding pembuluh
darah. Kemudian nikotin yang terkandung dalam asap rokok akan merangsang hormon
adrenalin yang akibatnya akan mengubah metabolisme lemak dimana kadar HDL akan
menurun. Adrenalin juga akan menyebabkan perangsangan kerja jantung dan menyempitkan
pembuluh darah (spasme). Disamping itu adrenalin akan menyebabkan terjadinya
pengelompokan trombosit. Sehingga semua proses penyempitan akan terjadi. Jadi asap rokok
yang tampaknya sederhana itu dapat menjadi penyebab penyakit jantung koroner.
Demikian pula faktor stres yang akhirnya melalui jalur hormon adrenalin, menyebabkan
proses penyakit jantung koroner terjadi sebagaimana asap rokok tadi. Seseorang yang stres
kemudian mengambil pelarian dengan jalan merokok sebenarnya sama saja dengan melipat
gandakan proses penyakit jantung koroner pada dirinya. Jika hal ini terjadi pada bagian penis,
maka akan menyebabkan disfungsi ereksi pada pria.6
Alkoholisme kronis dapat menyebabkan neuropati otonom dan perifer dengan resultan
kemih terganggu dan fungsi seksual. Alkoholisme kronis juga dapat mengganggu
metabolisme hepatik estrogen, yang mengakibatkan penurunan testosteron serum, atrofi
testis, dan penurunan libido.
Selain efek urologi langsung merokok dan konsumsi alkohol, pasien yang secara aktif
merokok atau minum alkohol akan ada peningkatan resiko komplikasi perioperatif. Perokok
memiliki peningkatan resiko komplikasi paru dan jantung.
g. Riwayat Trauma urogenitalia
Riwayat trauma pada urogenitalia sangatlah penting dalam diagnosis. Hal ini penting
untuk membedakan apakah kasus trauma tersebut merupakan suatu kegawatdaruratan atau
bukan. Cedea yang mengenai organ genitalia biasanya merupakan cedera dari luar berupa
tumpul maupun trauma tajam. Hal yang dapat terjadi pada trauma adalah hematuria, nyeri
pada organ yang terkena, sampai pasien tidak dapat berkemih jika terkena trauma pada vesica
urinaria dan retensi urin jika terkena pada uretra. 5
BAB III
KESIMPULAN
17
Dalam pemeriksaan pasien, anamnesa merupakan hal yang sangat penting. Anamnesa dan
pemeriksaan fisik menjadi kunci diagnostik dan harus dilakukan dengan sistematis. Anamnesis yang cermat
dan penilaian gejala yang dirasakan akan menentukan pemeriksaan lengkap atau terbatas langsung ke
indikasi, sehingga membantu untuk mengarahkan ke diagnosis yang tepat.
Anamnesis urologi dimulai dengan menanyakan manifestasi sistemik, keluhan nyeri lokal atau
menjalar, nyeri pada organ-organ terkait sistem urologi seperti ginjal, ureter, vesika urinaria, prostat, penis,
testis, epididimis. Gejala saluran cerna yang berhubungan dengan miksi, gejala gangguan berkemih, dan
gejala lain, bahkan gejala yang berhubungan dengan seksual.
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: penerbit buku Erlangga;
2007.h.6-7.
2. Tanagho, Emil A, McAninch, Jack W. 2008. Smith’s GENERAL UROLOGY Seventeenth
Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Manufactured in the United States
of America.p.30-38
3. Campbell-Walsh Urology.10th ed 2012, Alan J. Wein ; editors, Louis R. Kavoussi. Printed in the
United States of America.
4. Umbas R, Manuputty D, Sukasah CL, Swantari NM, Raharjo D, Hardjowijoto S, et al. Saluran
kemih dan alat kelamin lelaki dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah De Jong. Jakarta: EGC; 2010.p.848-
933.
5. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston textbook of surgery the
biological basis of modern surgical practice. 19th ed. Canada: Elsevier; 2009.
6. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga ; 2005.p.59-60.
19