teknik anamnesa pada anak

34
Hubungan Interpersonal pada Anak-anak dalam Teknik Anamnesa Disusun Oleh : Wira Wicaksana Setiyadi 10612001 Vita Riza Febrina 10612016 Septiana Wulansari 10612034 Firdaus Putra Pratama 10612046 Sri Hardiyati 10612076 Ida Bagus Putu Eka S. 10612024 Chella Premita A. 10612049 Deno Restuti 10612011 Galuh Putra Permadi 10612012 Stiendri Della H. 10612042 Ade Setyo A. 10612043

Upload: na-ni-nu

Post on 14-Aug-2015

208 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teknik Anamnesa Pada Anak

Hubungan Interpersonal pada Anak-anak dalam Teknik Anamnesa

Disusun Oleh :

Wira Wicaksana Setiyadi 10612001

Vita Riza Febrina 10612016

Septiana Wulansari 10612034

Firdaus Putra Pratama 10612046

Sri Hardiyati 10612076

Ida Bagus Putu Eka S. 10612024

Chella Premita A. 10612049

Deno Restuti 10612011

Galuh Putra Permadi 10612012

Stiendri Della H. 10612042

Ade Setyo A. 10612043

Hasnatul Mawaddah 10612045

Carmelita Moniz P. 10612097

Domingos Savio R.B 10612099

Sebty Chriesnasari 10609040

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2012

Page 2: Teknik Anamnesa Pada Anak

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 1

1.2 Tujuan ...................................................................................... 2

1.3 Manfaat………………………………………………………. 2

BAB II : Tinjaun Pustaka.............................................................................. 3

2.1 Pengertian Anamnesa............................................................... 3

2.2 Tujuan Anamnesa..................................................................... 3

2.3 Jenis Anamnesa ....................................................................... 3

2.4 Tehnik Anamnesa..................................................................... 5

2.5 Sistematika Anamnesa.............................................................. 6

2.6 Cara Melakukan Anamnesa...................................................... 10

2.7 Hambatan Dalam Melakukan Anamnesa................................. 12

2.8 Menjalin Hubungan Interpersonal dengan Anak...................... 12

2.9 Faktor Pendukung dan Penghambat......................................... 13

BAB III : Konseptual Mapping....................................................................... 16

3.1 Konseptual Mapping............................................................... 16

3.2 Hipotesa................................................................................... 16

BAB IV: Pembahasan............................................................................... 17

BAB V: Penutup...................................................................................... 19

3.1 Kesimpulan .............................................................................. 193.2 Saran ........................................................................................ 19

Page 3: Teknik Anamnesa Pada Anak

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 20

Page 4: Teknik Anamnesa Pada Anak

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami berikan kehadirat Allah SWT, karena atas seijinNya kami

berhasil menyelesaikan penyusunan laporan hasil diskusi mengenai Psikologi

Komunikasi yang merupakan bagian dari pembelajaran Tutorial Blok II Kurikulum

Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata

Kediri.

Tidak lupa kami menghanturkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah

membantu terselesaikannya tulisan ini, antara lain :

1. Drg. Erista Dona yang telah dengan sabar memberikan bimbingan selama

penyusunan tulisan ini.

2. Pihak Institusi yang telah menyediakan segala fasilitas study sehingga

penyusunan tulisan ini berjalan lancar.

3. Orang tua kami yang selalu menyertai kami dengan restu dan doanya.

Semoga apa yang kami sajikan dalam tulisan ini dapat menjadi tambahan wacana

dan semakin memperluas cakrawala keilmuan khususnya di dunia komunikasi

kedokteran.

Kami menyadari bahwa dalam tulisan ini masih banyak cacat dan kekurangan di

sana sini yang mana semua itu tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan kami.

Untuk itu kami selalu menerima dengan tangan terbuka segala kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca.

Terima kasih,

Hormat kami,

Penyusun

Page 5: Teknik Anamnesa Pada Anak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagi para mahasiswa kedokteran gigi saat yang paling ditunggu-tunggu

adalah ketika mereka untuk pertama kalinya mulai berhadapan langsung dengan

pasien yang sesungguhnya. Ini adalah saat pertama kalinya mereka merasakan

sebagai seorang ‘dokter’. Tetapi ini juga adalah saat yang mendebarkan dan

membingungkan karena mereka umumnya belum siap dan tidak tahu apa yang

harus dilakukan untuk memulai kontak pertamanya dengan seorang pasien

khususnya pasien anak.

Pada umumnya kontak pertama antara seorang dokter dan pasien dimulai dari

anamnesa. Dokter harus membangun hubungan interpersonal dengan pasien anak

maupun dengan pendampingnya dengan dilandasi kepercayaan, kejujuran, dan

pengertian. Jika hubungan interpersonal sudah terbangun, pasien akan

menceritakan semua keluhannya. Dalam menegakkan suatu diagnosis, anamnesa

mempunyai peranan yang sangat penting bahkan terkadang merupakan satu-

satunya petunjuk untuk menegakkan diagnosis. Dan berdasarkan anamnesa juga,

sering dapat ditentukan sifat dan beratnya penyakit dan terdapatnya faktor-faktor

yang mungkin menjadi latar belakang penyakit, yang semuanya berguna dalam

menentukan sikap untuk penatalaksanaan selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana menjalin hubungan interpersonal pada anak?

2.. Bagaimana teknik anamnesa yang baik?

Page 6: Teknik Anamnesa Pada Anak

1.3 Tujuan

Seorang dokter gigi harus mampu menggali, memahami, dan merekam dengan

jelas keluhan-keluhan yang disampaikan oleh keluarga atau pendamping pasien

maupun dari anaknya sendiri, yang mencakup riwayat penyakit anak yang disertai

data yang relevan sehingga dapat memperoleh keterangan yang sebanyak-

banyaknya mengenai penyakit yang di derita oleh anak tersebut.

1.4 Manfaat

Sebagai bekal para mahasiswa fakultas kedokteran gigi agar dapat menjalin

hubungan interpersonal dan melakukan anamnesa kepada pasien khususnya

pasien anak dengan optimal, sehingga mampu menetapkan diagnosis klinik

berdasarkan anamnesa pendamping pasien atau dari pasiennya sendiri dan

pemeriksaan fisik.

Page 7: Teknik Anamnesa Pada Anak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Anamnesa

Anamnesa adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu

percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan

orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data

pasien beserta permasalahan medisnya (Aswar, 2003).

Anamnesa merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari apa

yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan keluhan utama yang menyebabkan

pasien mengadakan kunjungan ke dokter (Williams, 2008).

Prinsip utama dalam anamnesa adalah membiarkan pasien mengutarakan

riwayat penyakitnya dalam kata-katanya sendiri. Cara pasien mengutarakan

riwayat penyakitnya mengungkapkan banyak sifat pasien tersebut (Swartz, 1995).

2.2. Tujuan Anamnesa

Tujuan melakukan anamnesis adalah mengembangkan pemahaman mengenai

masalah medis pasien dan mambuat diagnosis banding. Walaupun telah banyak

kemajuan dalam pemeriksaan diagnostik modern, namun anamnesis masih sangat

diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang akurat. Akan tetapi, proses ini juga

memungkinkan dokter untuk mengenal pasiennya (dan begitu pula sebaliknya)

serta memahami masalah medis dalam konteks kepribadian dan latar belakang

sosial pasien (Jonathan, 2003).

2.3. Jenis Anamnesa

Ada 2 jenis anamnesa yang sering di lakukan:

a. Teknik Autoanamnesis yaitu anamnesa yang dilakukan langsung

terhadap pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan

dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesa

terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan

apa yang sesungguhnya dia rasakan.

Page 8: Teknik Anamnesa Pada Anak

b. Teknik Alloanamnesa atau Heteroanamnesa yaitu anamnesa yang

didapat dari informasi orang lain atau pihak ke-2. Yang di maksud disini

adalah orang yang dapat dipercaya dapat memberikan data yang akurat

mengenai penyakit yang di derita oleh pasien.

Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis

dapat dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat

sakit untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka

perlu orang lain untuk menceritakan permasalahnnya.

2.3.1 Pembagian Anamnesa Secara Skematis

1. Anamnesa Umum, mencakup Anamnesa ADM (nama, usia, sex,

pekerjaan, alamat dan dokter pengirim).

2. Anamnesa Khusus, merupakan bagian yang paling utama dari anamnesis.

Pertanyaan yang diajukan mengacu pada keluhan lokal yang menyangkut

tentang : nyeri, gangguan gerak, gangguan sensorik dan gangguan

vegetatif. Contoh Anamnesa khusus untuk keluhan nyeri.

Hal-hal yang dipertanyakan adalah:

a. Letak atau lokalisasi nyeri

b. Bagaimana terjadinya nyeri,secara spontan atau trauma. Pada kasus

trauma arah pertanyaan lebih di tekankan pada fungsi mekanis

mana yang mengalami kerusakan dan yang perlu dipertanyakan:

posisi dari daerah yang mengalami kerusakan saat trauma

berlangsung, dari sudut mana datangnya arah trauma,seberapa

besar kekuatan dari trauma dan apakah terjadi gangguan fungsi

secara langsung atau menyusul kemudian.

c. Kapan terjadi nyeri

d. Bagaimana perjalanan nyeri

e. Faktor yang memperberat dan yang mengurangi nyeri (provokasi)

f. Sifat dari nyeri

Page 9: Teknik Anamnesa Pada Anak

3. Anamnesa tambahan, dimaksudkan untuk mendapatkan kesan atau

gambaran tentang asal/ penyebab keluhan yang berada di luar dari

susunan alat gerak atau terlokalisasi. Anamnesa tambahan seperti :

a. Traktus lokomotorius

b. Sistem saraf pusat

c. Panca indra

d. Traktus respiratorius

e. Traktus sirkulatorius

f. Traktus digestivus

g. Traktus urogenitalis

4. Anamnesa familial, dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang

kelainan atau penyakit yang ada hubungannya dengan faktor herediter

seperti : DM, muscle distropi,dll (Aswar, 2003).

2.4. Teknik Anamnesa

1. Memberi salam dan konfirmasi administratif

2. Konfirmasi antara yang tertulis pada rekam medis dengan pasien.

Biasanya dokter menyebut nama pasien. Proses ini sangat penting untuk

menghindari kekeliruan yang dapat menyulitkan pasien maupun dokter.

3. Mendapatkan keluhan utama beserta waktunya.

Yang dimaksud keluhan utama adalah keadaan yang mendorong pasien

untuk meminta pertolongan medis. Biasanya pasien terdorong meminta

pertolongan bila sakitnya tidak baik setelah upaya sendiri (self medication)

atau sakitnya tidak tertahankan lagi, atau bila sudah ada kekhawatiran.

Keluhan utama tersebut dapat dipandang sebagai masalah ( problem) medis

yang utama dipandang dari sisi pasien, meskipun dari sisi dokter tidak selalu

demikian. Keluhan utama selalu kita cari kapan hal tersebut timbul.

Page 10: Teknik Anamnesa Pada Anak

4. Riwayat penyakit sekarang.

5. Deskripsi keluhan termasuk keluhan utama.

Yang dimaksud dengan deskripsi keluhan utama adalah upaya dokter

untuk memberi makna keluhan (gejala) yang diceritakan oleh pasien, yang

kiranya merupakan bagian dari kelainan organ apa atau keadaan tersebut

merupakan bagian dari penyakit apa (Daldyono, 2006).

2.5. Sistematika Anamnesa

Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode atau

sistematika yang baku sehingga mudah diikuti. Tujuannya adalah agar selama

melakukan anamnesis seorang dokter tidak kehilangan arah, agar tidak ada

pertanyaan atau informasi yang terlewat. Sistematika ini juga berguna dalam

pembuatan status pasien agar memudahkan siapa saja yang membacanya (Gleale,

2007).

Penggalian riwayat pasien (anamnesa) dapat dilakukan melalui pertanyaan-

pertanyaan terbuka dahulu, yang kemudian diikuti pertanyaan tertutup yang

membutuhkan jawaban “ya” atau “tidak” (Ali, 2006).

Sistematika tersebut terdiri dari:

A. Data Umum Pasien

1. Nama pasien

Sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau alias.

2. Jenis kelamin

Sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya.

3. Umur

Terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-kadang

digunakan untuk menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan

untuk memperkirakan kemungkinan penyakit yang diderita,

beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.

4. Alamat

Apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka tanyakan

bukan hanya alamat sekarang saja tetapi juga alamat pada waktu

Page 11: Teknik Anamnesa Pada Anak

pasien merasa sakit untuk pertama kalinya. Data ini kadang

diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah, penyakit

endemis atau untuk data epidemiologi penyakit.

5. Pekerjaan

Bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara

penyakit pasien dengan pekerjaannya, maka tanyakan bukan

hanya pekerjaan sekarang tetapi juga pekerjaan-pekerjaan

sebelumnya.

6. Perkawinan

Kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi

pasien.

7. Agama

Keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh dan

tidak boleh (pantangan) seorang pasien menurut agamanya.

8. Suku bangsa

Berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit

yang berhubungan dengan ras/suku bangsa tertetu.

B. Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang

paling berat sehingga mendorong pasien datang berobat atau mencari

pertolongan medis. Tidak jarang pasien datang dengan beberapa

keluhan sekaligus, sehingga seorang dokter harus jeli dan cermat

untuk menentukan keluhan mana yang merupakan keluhan utamanya.

Pada tahap ini sebaiknya seorang dokter sudah mulai memikirkan

beberapa kemungkinan diagnosis banding yang berhubungan dengan

keluhan utama tersebut. Pemikiran ini akan membantu dalam

mengarahkan pertanyaan-pertanyaan dalam anamnesis selanjutnya.

Pertanyaan diarahkan untuk makin menguatkan diagnosis yang

dipikirkan atau menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan diagnosis

banding.

Page 12: Teknik Anamnesa Pada Anak

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Dari seluruh tahapan anamnesis bagian inilah yang paling penting

untuk menegakkan diagnosis. Tahapan ini merupaka inti dari

anamnesis. Terdapat 4 unsur utama dalam anamnesis riwayat penyakit

sekarang, yakni ;

(a) kronologi atau perjalanan penyakit,

(b) gambaran atau deskripsi keluhan utama,

(c) keluhan atau gejala penyerta, dan

(d) usaha berobat. Selama melakukan anamnesis

keempat unsur ini harus ditanyakan secara detail

dan lengkap.

Kronologis atau perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali

pasien merasakan munculnya keluhan atau gejala penyakitnya. Setelah

itu ditanyakan bagaimana perkembangan penyakitnya apakah

cenderung menetap, berfluktuasi atau bertambah lama bertambah

berat sampai akhirnya datang mencari pertologan medis. Apakah

munculnya keluhan atau gejala tersebut bersifat akut atau kronik,

apakah dalam perjalanan penyakitnya ada faktor-faktor yang

mencetuskan atau memperberat penyakit atau faktor-faktor yang

memperingan. Bila keluhan atau gejala tersebut bersifat serangan

maka tanyakan seberapa sering atau frekuensi munculnya serangan

dan durasi atau lamanya serangan tersebut. Keluhan atau gejala

penyerta adalah semua keluhan-keluhan atau gejala yang menyertai

keluhan atau gejala utama. Dalam bagian ini juga ditanyakan usaha

berobat yang sudah dilakukan untuk penyakitnya yang sekarang.

Pemeriksaan atau tindakan apa saja yang sudah dilakukan dan obat-

obat apa saja yag sudah diminum.

Page 13: Teknik Anamnesa Pada Anak

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Seorang dokter harus mampu mendapatkan informasi tentang

riwayat penyakit dahulu secara lengkap, karena seringkali keluhan

atau penyakit yang sedang diderita pasien saat ini merupakan

kelanjutan atau akibat dari penyakit-penyakit sebelumnya.

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Untuk mendapatkan riwayat penyakit keluarga ini seorang dokter

terkadang tidak cukup hanya menanyakan riwayat penyakit orang

tuanya saja, tetapi juga riwayat kakek/nenek, paman/bibi, saudara

sepupu dan lain-lain. Untuk beberapa penyakit yang langka bahkan

dianjurkan untuk membuat susunan pohon keluarga, sehingga dapat

terdeteksi siapa saja yang mempunyai potensi untuk menderita

penyakit yang sama.

F. Riwayat Kebiasaan/Sosial

Beberapa kebiasaan berakibat buruk bagi kesehatan dan bahkan

dapat menjadi penyebab penyakit yang kini diderita pasien tersebut.

Biasakan untuk selalu menanyakan apakah pasien mempunyai

kebiasaan merokok atau minum alkohol. Tanyakan sudah berapa lama

dan berapa banyak pasien melakukan kebiasaan tersebut. Pada masa

kini bila berhadapan dengan pasien usia remaja atau dewasa muda

harus juga ditanyakan ada atau tidaknya riwayat penggunaan obat-

obatan terlarang seperti narkoba, ekstasi dan lai-lain.

2.5.1 Anamnesa Sistem

Anamnesa sistem adalah semacam review dimana seorang dokter

secara singkat dan sistematis menanyakan keluhan-keluhan lain yang

mungkin ada dan belum disebutkan oleh pasien. Keluhan ini mungkin saja

Page 14: Teknik Anamnesa Pada Anak

tidak berhubugan dengan penyakit yang sekarang diderita tapi mungkin

juga merupakan informasi berharga yang terlewatkan (Gleale, 2007).

2.6. Cara Melakukan Anamnesa

Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam melakukan anamnesa adalah:

1. Tempat dan suasana

Tempat dan suasana dimana anamnesa ini dilakukan harus diusahakan

cukup nyaman bagi pasien. Anamnesa akan berjalan lancar kalau tempat

dan suasana mendukung. Suasana diciptakan agar pasien merasa santai,

tidak tegang dan tidak merasa di interogasi.

2. Penampilan dokter

Penampilan seorang dokter juga perlu diperhatikan karena ini akan

meningkatkan kepercayaan pasiennya. Seorang dokter yang tampak rapi

dan bersih akan lebih baik dari pada yang tampak lusuh dan kotor.

Demikian juga seorang dokter yang tampak ramah, santai akan lebih

mudah melakukan anamnesa daripada yang tampak galak, ketus dan

tegang.

3. Periksa kartu dan data pasien

Sebelum anamnesa dilakukan sebaiknya periksa terlebih dahulu kartu

atau data pasien dan cocokkan dengan keberadaan pasiennya. Tidak

tertutup kemungkinan kadang-kadang terjadi kesalahan data pasien atau

mungkin juga kesalahan kartu data, misalkan pasien A tetapi kartu

datanya milik pasien B, atau mungkin saja ada 2 pasien dengan nama

yang sama persis. Untuk pasien lama lihat juga data-data pemeriksaan,

diagnosis dan terapi sebelumnya. Informasi data kesehatan sebelumnya

seringkali berguna untuk anamnesis dan pemeriksaan saat ini.

4. Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya

Page 15: Teknik Anamnesa Pada Anak

Pada saat anamnesa dilakukan berikan perhatian dan dorongan agar

pasien dapat dengan leluasa menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan

pasien bercerita dengan bahasanya sendiri. Ikuti cerita pasien, jangan

terus menerus memotong, tetapi arahkan bila melantur. Pada saat pasien

bercerita, apabila diperlukan ajukan pertanyaan-pertanyaan singkat untuk

minta klarifikasi atau informasi lebih detail dari keluhannya. Jaga agar

jangan sampai terbawa cerita pasien sehingga melantur kemana mana.

5. Gunakan bahasa/istilah yang dapat dimengerti

Selama tanya jawab berlangsung gunakan bahasa atau istilah umum

yang dapat dimengerti pasien. Apabila ada istilah yang tidak ada

padanannya dalam bahasa Indonesia atau sulit dimengerti, berika

penjelasan atau deskripsi dari istilah tersebut.

6. Buat catatan

Adalah kebiasaan yang baik untuk membuat catatan-catatan kecil saat

seorang dokter melakukan anamnesa, terutama bila pasien yang

mempunyai riwayat penyakit yang panjang.

7. Perhatikan pasiennya

Selama anamnesa berlangsung perhatikan posisi, sikap, cara bicara

dan gerak gerik pasien. Apakah pasien dalam keadaaan sadar sepenuhnya

atau apatis, apakah dalam posisi bebas atau posisi letak paksa, apakah

tampak santai atau menahan sakit, apakah tampak sesak, apakah dapat

bercerita dengan kalimat-kalimat panjang atau terputus-putus, apakah

tampak segar atau lesu, pucat dan lain-lain.

8. Gunakan metode yang sistematis

Anamnesa yang baik haruslah dilakukan dengan sistematis menurut

kerangka anamnesa yang baku. Dengan cara demikian maka diharapkan

tidak ada informasi yang terlewat (Daldyono, 2006).

Page 16: Teknik Anamnesa Pada Anak

2.7. Hambatan dalam Melakukan Anamnesa

Anamnesa merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan

dalam pemeriksaan klinis. Dengan anmnesa akan didapatkan data subyektif; pihak

pasien (orangtua, pengantar, atau pasiennya sendiri) diberikan kesempatan untuk

mengingat kembali dan menceritakan secara rinci masalah kesehatan yang sedang

dihadapi oleh anak, termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan, tanda-tanda

yang timbul, riwayat terjadinya keluhan dan tanda, sampai saat anak tersebut

dibawa berobat.

Hambatan langsung yang dijumpai pada pembuatan anamnesa pasien anak

ialah pada umumnya anamnesa terhadap anak berupa aloanamnesis, dan bukan

autoanamnesis. Dalam hubungan ini pemeriksa harus waspada akn kemungkinan

terjadinya bias, oleh karena data tentang keadaan pasien yang didapat mungkin

berdasarkan asumsi atau persepsi orangtua atau pengantar. Keadaan ini sering

berkaitan dengan pengetahuan, adat, tradisi, kepercayaan, kebiasaan, dan faktor

budaya laiinnya yang dimiliki orangtua atau pendamping pasien (Matondang,

2003)

2.8. Menjalin Hubungan Interpersonal dengan Pasien Anak-anak

Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.

Ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi

kita juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita

berkomunikasi kita tidak hanya menentukan konten melainkan juga menentukan

relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin

baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya;

makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin

efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan. (Jalaludin, 2007)

Menjalin hubungan interpersonal dengan anak-anak tidak semudah menjalin

hubungan interpersonal dengan orang dewasa. Komunikasi dengan anak

merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak. Salah

satu penelitian dalam bidang komunikasi dengan anak dilakukan oleh Wurster

dkk. (1979). Mereka memeriksa pola komunikasi antara mahasiswa Fakultas

Kedokteran Gigi dengan pasien anak-anak (A.S.Blinkhorn, 2005).

Page 17: Teknik Anamnesa Pada Anak

Bila dokter gigi meremehkan atau mengacuhkan anak, probalitas rasa takut

berkelanjutan juga tinggi. Sebaliknya, bila dokter gigi menayakan pada anak

bagaimana perasaaannya atau mengajukan pertanyaan berulang, tingkah laku

takut berkurang. Penjelasan dan pengarahan adalah respon yang berguna. Bila

dokter gigi memberi pujian, komentar tertentu seperti ‘saya suka Anda tetap

membuka mulut’ adalah lebih efektif daripada ungkapan umum, seperti ‘anak

yang baik’.(A.S.Blinkhorm, 2005).

Sejalan dengan hal tersebut, maka anamnesa yang lengkap harus dilakukan

pada semua pasien, termasuk terhadap riwayat kehamilan ibu, riwayat kelahiran

pasien, makanan, imunisasi, pertumbuhan dan perkembangannya, serta riwayat

keluarga dan corak reproduksinya dan sebagainya. Dengan demikian, seorang

dokter perlu menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan pasien maupun

keluarga atau pendamping pasien tersebut untuk mendapatkan informasi yang

dapat membantu dalam menentukan diagnosa, pengobatan dan perawatan yang

sesuai (Matondang, 2003).

2.9. Faktor Pendukung dan Penghambat Terciptanya Hubungan

Interpersonal dengan Pasien Anak-anak

2.9.1 Faktor pendukung menurut Poernomo (2003) adalah :

a. Penampilan dokter

Dokter yang berpenampilan menarik, bersih dan tampak ramh akan

membuat anak-anak kagum dan semakin mempercayai bahwa dokter

tersebut mampu mengatasi masalah atau penyakit yang sedang

dialaaminya.

b. Tempat dan suasana

Tempat dan suasana disebut sedemikian rupa agar anak merasa

nyaman, serta tidak merasa diinterogasi saat proses anamnesa

berlangsung.

c. Perhatian dokter kepada anak

Page 18: Teknik Anamnesa Pada Anak

Perhatian yang diberikan dokter pada pasien akan membuat pasien

senang. Pada dasarnya setiap anak membutuhkan perhatian, apalagi

pada saat berhadapan dengan dokter, anak harus mendapatkan banyak

perhatian agar ia tidak merasakan takut dan tegang. Jika anak senang

proses anamnesa dapat berjalan dengan baik.

d. Keterbukaan seorang anak

Anak yang mempunyai sikap terbuka, dengan menceritakan keluhan

yang dialaminya dan menjawab pertanyaan dari dokter, dapat

membantu dokter untuk bisa mendiagnosis penyakit yang dialami anak

tersebut. Dengan demikian hubungan interpersonal anak tersebut dan

dokter telah berjalan dengan baik.

e. Motivasi dokter terhadap anak

Dengan memberi motivasi pada anak, pemikiran dan pemahaman

anak mengenai dokter dan alat-alat yang digunakan dalam bidang

kedokteran yang menakutkan dan mengerikan itu akan hilang. Yang ada

dalam pemikiran mereka yaitu dokter dan alat yang digunakan sangat

membantu dan berguna untuk proses pemeriksaan dan penyembuhan

mereka.

f. Penggunaan bahasa dokter yang mudah dimengerti anak

Dokter menggunakan bahasa dan istilah yang mudah dimengerti oleh

anak. Sehingga tidak ada kesenjangan dalam komunikasi, dan

komunikasi akan berjalan dengan lancar.

2.9.2 Faktor-faktor penghambat menurut Andi (2009)adalah :

a. Anak yang tertutup

Anak yang tertutup cenderung membisu dan tidak mau menjawab

pertanyaan-pertanyaan dari dokter. Ini merupakan hambatan bagi dokter

untuk melakukan proses anamnesa.

Page 19: Teknik Anamnesa Pada Anak

b. Anak yang terlalu banyak keluhan

Dalam menghadapi pasien, dokter sering berhadapan dengan pasien

anak-anak yang cerewet. Anak yang cerewet cenderung memiliki

keluhan, sehingga membuat dokter menjadi sedikit pusing. Untuk itu

dokte rharus jeli memilih keluhan mana yang merupakan keluhan

utamanya dan mana yang hanya keluh kesah. Sehingga diperlukan

kepekaan dan latihan untuk membedakan mana yang merupakan

keluhan yang sesungguhnya dan mana yang merupakan keluhan yang

mengada-ngada.

c. Hambatan bahasa dan intelektual

Pada daerah tertentu orang cenderung menggunakan bahasa daerah

setempat. Jika dokter ditugaskan pada daerah tersebut, ia akan

mengalami hambatan dalam proses kerjanya. Apabila jika ia

berhadapan dengan anak tidak bisa berbahasa indonesia. Dokter

tersebut mengalami masalah dan membutuhkan penerjemah. Selain itu

jika ia berhadapan dengan anak yang intelektualnya rendak, maka

dokter tersebut harus menggunakan bahasa yang sesederhana mungkin

agar anak tersebut dapat mengerti dan menanggapi apa yang dokter

katakan.

d. Anak dengan gangguan atau penyakit jiwa

Merupakan sebuah hambatan jika dokter berhadapan dengan

anakyang mempunyai atau mengalami penyakit jiwa. Jika demikian

dokter harus menggunakan teknik anamnesa khusus.

e. Anak yang cenderung dan menyalahkan

Saat berhadapan dengan anak seperti ini, sebaiknya dokter menahan

diri agar tidak terpancing dengan apa yang dilakukan anak tersebut.

Karena akan menjadi sebuah masalah jika dokter terpancing dan

menjadi emosi. Sebaiknya dokter tetap tenang melakukan anamnesa.

Page 20: Teknik Anamnesa Pada Anak

ANAMNESA

JENIS

ALLOANAMNESAAUTOANAMNESA

TEKNIK

INGATKANAJAK BICARASAPASALAM

HUBUNGAN INTERPERSONAL YANG BAIK DENGAN ANAK

BAB III

PETA KONSEP

3.1Konsep Mapping

3.2 Hipotesa

Saat menjalin hubungan interpersonal pada anak, dokter harus mampu

memahami perasaan anak dan menciptakan komunikasi yang menarik, sehingga

dokter dapat menerapkan tehnik anamnesa yang tepat untuk anak.

Page 21: Teknik Anamnesa Pada Anak

BAB IV

PEMABAHASAN

Anamnesa adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu

percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan

orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data

pasien beserta permasalahan medisnya (Aswar, 2003).

Didalam anamnesa di dunia kedokteran menggunakan 2 jenis yaitu:

1.Teknik Autoanamnesis yaitu anamnesa yang dilakukan langsung

terhadap pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab semua

pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah

cara anamnesa terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat

untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia rasakan.

2.Teknik Alloanamnesa atau Heteroanamnesa yaitu anamnesa yang

didapat dari informasi orang lain atau pihak ke-2. Yang di maksud disini

adalah orang yang dapat dipercaya dapat memberikan data yang

akurat mengenai penyakit yang di derita oleh pasien.

Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat

dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk

menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk

menceritakan permasalahnnya.

Untuk melakukan sebuah anamnesa yang sudah di jelaskan di atas dalam

prakteknya di perlukan teknik untuk mendukung kelancaran anamnesa tersebut

yaitu:

1. Memberi salam dan konfirmasi administratif

2. Konfirmasi antara yang tertulis pada rekam medis dengan pasien.

Page 22: Teknik Anamnesa Pada Anak

Biasanya dokter menyebut nama pasien. Proses ini sangat penting untuk

menghindari kekeliruan yang dapat menyulitkan pasien maupun dokter.

3. Mendapatkan keluhan utama beserta waktunya.

Yang dimaksud keluhan utama adalah keadaan yang mendorong pasien untuk

meminta pertolongan medis. Biasanya pasien terdorong meminta pertolongan bila

sakitnya tidak baik setelah upaya sendiri (self medication) atau sakitnya tidak

tertahankan lagi, atau bila sudah ada kekhawatiran. Keluhan utama tersebut dapat

dipandang sebagai masalah ( problem) medis yang utama dipandang dari sisi

pasien, meskipun dari sisi dokter tidak selalu demikian. Keluhan utama selalu kita

cari kapan hal tersebut timbul.

4. Riwayat penyakit sekarang.

5. Deskripsi keluhan termasuk keluhan utama.

Yang dimaksud dengan deskripsi keluhan utama adalah upaya dokter untuk

memberi makna keluhan (gejala) yang diceritakan oleh pasien, yang kiranya

merupakan bagian dari kelainan organ apa atau keadaan tersebut merupakan

bagian dari penyakit apa (Daldyono, 2006).

Dari teknik anamnesa diatas digunakn menjalin hubungan interpersonal yang baik

antara dokter dengan pasien yang bersangkutan.

Page 23: Teknik Anamnesa Pada Anak

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil diskusi tutorial blok II yang ke VI mengenai teknik

anamnesa pada anak, kelompok kami dapat menyimpulkan bahwa dokter

harus mampu menggali, memahami, dan merekam, riwayat penyakit pasien

dan keluhan yang di rasakan oleh pasien, agar dapat melakukan mendiagnosa

penyakit dan pasien perawatan, oleh karena itu hubungan interpersonal antara

dokter dengan pasien anak harus terjalin dengan baik sehingga proses

anamnesa berjalan dengan optimal.

5.2 Saran

Bagi seorang dokter gigi harus menjalin hubungan interpersonal yang

baik dengan anak maupun keluarga atau orang pendampingnya agar dapat

menggali aspek riwayat keluarga, riwayat medis, riwayat sekarang, dan

riwayat kebiasaan agar dapat memutuskan perencanaan perawatan dan

pengobatan secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Page 24: Teknik Anamnesa Pada Anak

1. Ali, Muhammad, dkk. 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta:

Konsil Kedokteran Indonesia.

2. Aswar, Agoes. 2003. Anamnesa Terapeutik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

3. Gleade, Jhonatan. 2007. History and Examination at a Giance. Jakarta:

Airlangga.

4. Hardjodisastro, Daldyono. 2006. Menuju Seni Ilmu Kedokteran Bagaimana

Dokter Berpikir dan Bekerja. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

5. Matondang, Corry, dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak. Jakarta: CV

Sagung Seto.

6. Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

7. Suwelo, Ismu Suharsono. 1995. Petunjuk Praktis Sistem Merawat Gigi Anak

di Klinik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

8. Swartz, Mark. 1995. Buku Ajar Diagnosis Fisik. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC.