refarat spondilitis fix

43
REFARAT PEMERIKSAAN RADIOLOGI PADA SPONDILITIS TUBERKULOSIS DISUSUN OLEH : Jen Marisi Marbun 0961050132 DOSEN PEMBIMBING : dr. Tri Harjanto Sp.Rad, MSc KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI PERIODE 14 APRIL – 10 MEI 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

Upload: anggun-v-m-situmorang

Post on 30-Sep-2015

64 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

spondilitis tb

TRANSCRIPT

REFARATPEMERIKSAAN RADIOLOGI PADA SPONDILITIS TUBERKULOSIS

DISUSUN OLEH :Jen Marisi Marbun0961050132DOSEN PEMBIMBING :

dr. Tri Harjanto Sp.Rad, MScKEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI

PERIODE 14 APRIL 10 MEI 2014FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

KATA PENGANTARPuji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan refarat Ilmu Radiologi mengenai gambaran radiologis pada pasien Spondilitis Tuberkulosa. Tak lupa ucapan terima kasih kepada dr. Tri Sp. Rad yang sudah memberikan bimbingan kepada saya untuk menyelesaikan tugas Refarat di Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi. Tujuan penulisan refarat ini kiranya dapat menambah pengetahuan dibidang Ilmu Kedokteran mulai dari definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, pencegahan dan terutama mengenai gambaran radiologis pada pasien Spondilitis TB. Saya menyadari bahwa refarat ini masih jauh dari sempurna, namun diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami gambaran radiologis pada pasien Spondilitis TB. Saya mengharapkan adanya saran-saran atas penulisan refarat ini. Semoga refarat ini dapat bermanfaat bagi kita di kemudian hari. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih.27 April 2014 PenulisiDAFTAR ISI

Kata PengantariDaftar IsiiiBAB I Pendahuluan1BAB II Tinjauan Pustaka

Anatomi2Definisi8Epidemiologi8Etiologi9Faktor Resiko 9Patofisiologi9Klasifikasi12Gambaran Klinis13BAB III Pemeriksaan RadiologiGambaran Radiologis 15Foto Polos16CT SCAN24MRI25Penutup 27Daftar pustaka 28iiBAB IPENDAHULUANTuberculosis tulang belakang atau dikenal juga dengan Spondilitis Tuberkulosa merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif. Peradangan ini disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosa. Spondilitis Tuberkulosa dikenal juga sebagai Potts Disease of the spine. Penyakit ini pertama kali di deskripsikan oleh seorang ahli bedah berkebangsaan Inggris yaitu Pervical Pott pada tahun 1779. Hasil temuan yang khas yaitu terdapat paravertebral abses pada gambaran radiologis spondilitis tuberkulosa, yaitu pada daerah T8 dan L3.Di waktu yang lampau, spondilitis tuberkulosa merupakan istilah yang dipergunakan untuk penyakit pada masa anak-anak, yang terutama berusia 3 5 tahun. Saat ini dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan, maka insidensi usia ini mengalami perubahan sehingga golongan umur dewasa menjadi lebih sering terkena dibandingkan anak-anak.Secara epidemiologi tuberkulosis merupakan penyakit infeksi pembunuh nomor satu di dunia, 95% kasus berada di negara berkembang. Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000 memperkirakan 2 juta penduduk terserang dan 3 juta penduduk di seluruh dunia meninggal oleh karena TB. Insiden spondilitis TB masih sulit ditetapkan, sekitar 10% dari kasus TB ekstrapulmonar merupakan spondilitis TB dan 1,8% dari total kasus TB. Tuberkulosis tulang merupakan infeksi sekunder dari infeksi tempat lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh mikobakterium tuberculosis. Lokalisasi spondilitis tuberkulosa terutama sering pada daerah vertebra torakal bawah dan lumbal atas (T8-L3), sehingga diduga adanya infeksi sekunder dari suatu tuberculosis traktus urinarius, yang penyebarannya melalui pleksus Batson pada vena paravertebralis. Dan paling jarang pada vertebra C1-C2. Spondilitis tuberkulosa biasanya mengenai korpus vertebra, jarang mengenai arcus vertebra. 1BAB II

TINJAUAN PUSTAKAANATOMI KOLUMNA VERTEBRAE

Kolumna vertebrae terdiri dari serangkaian tulang tak beraturan yang disebut tulang belakang, dipisahkan satu sama lain oleh diskus intervetbrae kartilago. Tulang vertebrae berfungsi untuk melindungi sumsum tukang belakang, menunjang tulang tengkorak dan memudahkan pergerakan, berhubungan dengan tulang rusuk dan menjadi tempat perlekatan otot. Diskus intervetbrae kartilago membuat tulang vertebrae lebih fleksibel dalam pergerakannya. Tulang belakang (vertebra) terdari dari 33 tulang: 7 buah tulang cervical, 12 buah tulang thoracal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral dan 4 tulang coccygeus. Tulang cervical, thoracal dan lumbal membentuk columna vertebralis, sedangkan tulang sacral dan coccygeus satu sama lain menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang sacrum dan coccygeus. Discus intervertebralis merupakan penghubung antara dua corpus vertebra. 2

Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan (aligment) tulang belakang dan memungkinkan mobilitas vertebra. Fungsi columna vertebralis adalah menopang tubuh manusia dalam posisi tegak, yang secara mekanik sebenarnya melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh secara seimbang tetap tegak. Vertebra cervical, thoracal, lumbal bila diperhatikan satu dengan yang lainnya ada perbedaan dalam ukuran dan bentuk, tetapi bila ditinjau lebih lanjut tulang tersebut mempunyai bentuk yang sama. Corpus vertebra merupakan struktur yang terbesar karena mengingat fungsinya sebagai penyangga berat badan. Bagian lain dari vertebrae, adalah lamina dan predikel yang membentuk arkus tulang vertebra, yang berfungsi melindungi foramen spinalis. STRUKTUR VERTEBRAE Setiap corpus vertebra berada disisi anterior. Ukurannya bervariasi tergantung pada tempatnya. Corpus vertebra terkecil adalah bagian cervikal dan menjadi lebih besar menuju regio lumbalis.

Arcus vertebra membungkus foramen vertebra yang besar. Area ini berada di belakang vertebra dan membentuk dinding posterior dan lateral foramen vertebra. Dinding lateral dibentuk di lempeng tulang yang disebut pedikel. Dan dinding posterior dibentuk oleh lamina. Area penonjolan dimana pedikel bertemu dengan lamina adalah tonjolan lateral atau processus transversum dan tonjolan tempat bertemunya lamina disebut processus spinosus. Foramina vertebra membentuk saluran yang berisi medula spinalis.1. Servikalis

Tulang vertebra yang pertama adalah atlas dan dibawahnya adalah aksis. Atlas adalah cincin tulang yang tidak memiliki badan atau processus spinosus walaupun memiliki kedua processus transversum yang pendek. Atlas memiliki dua sisi gepeng yang membentuk persendian dengan tulang oksipital yang merupakan sendi kondoloid yang memungkinkan gerakan menganggukkan kepala.Aksis memiliki badan dan tonjolan kecil yang disebut processus odontoid. Struktur ini membentuk persendian dengan tulang atlas yang memungkinkan pergerakan kepala ke samping kiri dan kanan.3

Prominens vertebra adalah vertebra servikalis 7. Vertebra ini memiliki tonjolan spinosa yang panjang dan bermuara di tuberkel yang membengkak dan dengan mudah dapat teraba di pangkal leher. 2. TorakalVertebra ini berukuran lebih besar daripada servikalis karena bagian kolum vertebra ini harus menopang lebih besar berat badan. Badan vertebra dan processus transversum membentuk persendian dengan iga.

43. Lumbalis

Vertebra ini merupakan vertebra terbesar karena harus menopang bagian tubuh bagian atas. Lumbalis memiliki processus spinosus untuk tempat melekatnya otot. 4. Sakrum

Vertebra ini terdiri atas lima vertebra rudimenter yang menyatu untuk membentuk tulang berbentuk segitiga atau baji dengan permukaan anterior yang cekung. Bagian atas sakrum membentuk persendian dengan vertebra lumbalis kelima.5

5. Koksigeus

Vertebra ini terdiri atas 4 vertebra terminalis yang menyatu membentuk tulang segitiga yang sangat kecil. Bagian basal yang luas membentuk persendian dengan ujung sakrum.

6

Gerakan Kolumna Vertebra

Gerakan diantara tulang kolum vertebra sangat terbatas. Gerakan ini meliputi gerakan fleksi, ekstensi, lateral fleksi dan rotasi.

Kolumna vertebra terdiri atas bagian-bagian berikut ini :

1. Diskus Intervertebralis

Bagian ini yang memisahkan badan vertebra yang saling berdekatan. Diskus ini terdiri atas fibrokartilago (anulus fibrosus) dan inti sentral materi gelatin yang lembut nukleus pulposa. Diskus ini paling tipis di bagian servikal dan paling tebal di lumbalis. Ligamen longitudinal posterior di kanal vertebra menjaga diskus ini tetap pada tempatnya. Diskus ini memiliki fungsi shock absorber, bantalan penahan goncangan dan sendi kartilago yang menyebabkan fleksibilitas kolumna vertebra.2. Ligamen Kolumna Vertebra

Fungsinya adalah untuk mempetahankan posisi vertebra dan diskus intervertebra. Ligamen ini terdiri atas bagian-bagian berikut :

Ligamen transversum mempertahankan hubungan yang tepat antara processus odontoid aksis dan atlas.

Ligamentum longitudinal anterior yang memanjang di kolum vertebra dan berada di anterior badan vertebra.

Ligamentum longitudinal posterior berada di kanal vertebra dan di sepanjang kolum. Ligamentum flava menghubungkan lamina vertebra yang berdekatan.

Ligamen interspinosus dan supraspinosus menghubungkan processus spinosus, yang memanjang dari oksiput ke sakrum.7SPONDILITIS TUBERKULOSA

DEFINISISpondilitis Tubekulosis(Potts Disease) adalah suatu infeksi sekunder dari suatu infeksi yang berasal dari ekstraspinal. Lesi dasar dari spondilitis tuberkulosa adalah kombinasi dari osteomielitis dan arthritis yang biasanya melibatkan lebih dari satu segmen vertebra. Bagian anterior dari badan vertebra yang berdampingan dengan piring subchondral adalah lokasi yang umumnya dipengaruhi. Tuberculosis dapat menyebar dari daerah tersebut ke daerah diskus intervertebralis. Pada dewasa, penyakit pada piringan merupakan sekunder terhadap infeksi yang berasal dari badan vertebra. Pada anak-anak, diskus intervertebralis masih mendapatkan vaskularisasi maka masih dapat menjadi tempat primer.

Frekuensi spondilitis tuberkulosis yang paling tinggi adalah pada tulang belakang, biasanya di daerah torakal atau lumbal, jarang pada daerah servikal.

EPIDEMIOLOGI

Secara epidemiologi tuberkulosis merupakan penyakit infeksi pembunuh nomor satu di dunia, 95% kasus berada di negara berkembang. Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000 memperkirakan 2 juta penduduk terserang dan 3 juta penduduk di seluruh dunia meninggal oleh karena tuberkulosi. Insiden spondilitis tuberkulosis masih sulit ditetapkan, sekitar 10% dari kasus tuberkulosis ekstrapulmonar merupakan spondilitis tuberkulosis dan 1,8% dari total kasus tuberkulosis.

Insiden Spondilitis Tuberkulosis bervariasi di seluruh dunia dan biasanya berhubungan dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang tersedia serta kondisi sosial di negara tersebut. Saat ini spondilitis tuberkulosis merupakan sumber morbiditas dan mortalitas utama pada negara yang belum berkembang, terutama di Asia. Di Amerika Utara, Eropa, dan Arab Saudi penyakit ini terutama mengenai dewasa dengan usia rata-rata 40-50 tahun. Sementara di Asia dan Afrika sebagian besar mengenai anak-anak.8ETIOLOGI

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium Bovis(sangat jarang disebabkan oleh Mycobacterium avium). Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Basil tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor penyebab terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.

Basil tuberkulosis tidak membentuk toksin(baik endotoksin maupun eksotoksin). Penularan Mycobacterium tuberculosis biasanya melalui udara sehingga, sebagian besar fokus primer tuberkulosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral misalnya minum susu yang mengandung basil tuberkulosis, biasanya Mycobakterium bovis. Dapat juga terjadi dengan kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet dikulit. Tuberkulosis kongenital jarang dijumpai.

FAKTOR RESIKO

Faktor resiko yang dapat mempengaruhi spondilitis tuberkulosis yaitu :

1. Kontak dengan penderita positif TBC

2. Penderita tuberkulosis dalam jangka wktu yang lama atau resisten terhadap pengobatan

3. Menurunnya sistem kekebalan tubuh

4. Keadaan sosial dan ekonomi yang rendah

PATOFISOLOGIDroplet Mycobacterium tuberculosis masuk melalui saluran napas dan akan menimbulkan fokus infeksi di jaringan paru. Fokus infeksi ini disebut fokus primer (fokus Ghon). Kuman kemudian akan menyebar secara limfogen dan menyebabkan terjadinya limfangitis lokal dan limfadenitis regional. Gabungan dari fokus primer, limfangitis lokal dan limfadenitis regional disebut sebagai kompleks primer. 9

Jika sistem imun penderita tidak cukup kompeten infeksi akan menyebar secara hematogen atau limfogen dan bersarang di seluruh tubuh mulai dari otak, gastrointestinal, ginjal, genital, kulit, getah bening, osteoartikular, hingga endometrial.Spondilitis TB dapat terjadi akibat penyebaran secara hematogen atau limfogen melalui nodus limfatikus para-aorta dari fokus tuberkulosis di luar tulang belakang yang sebelumnya sudah ada. Pada anak, sumber infeksi biasanya berasal dari fokus primer di paru, sedangkan pada orang dewasa berasal dari fokus ekstrapulmoner (usus, ginjal, tonsil). Dari paru-paru, kuman dapat sampai ke tulang belakang melalui pleksus venosus paravertebral Batson. Lesi tuberkulosis pada tulang belakang dimulai dengan inlfamasi paradiskus. Setelah tulang mengalami infeksi, hiperemia, edema sumsum tulang belakang dan osteoporosis terjadi pada tulang. Destruksi tulang terjadi akibat lisis jaringan tulang, sehingga tulang menjadi lunak dan gepeng terjadi akibat gaya gravitasi dan tarikan otot torakolumbal. Selanjutnya, destruksi tulang diperberat oleh iskemi sekunder akibat tromboemboli, periarteritis, endarteritis. Karena transmisi beban gravitasi pada vertebra torakal lebih terletak pada setengah bagian anterior badan vertebra, maka lesi kompresi lebih banyak ditemukan pada bagian anterior badan vertebra sehingga badan vertebra bagian anterior menjadi lebih pipih daripada bagian posterior. Resultan dari hal-hal tersebut mengakibatkan deformitas kifotik. Deformitas kifotik inilah yang sering disebut sebagai gibus. Beratnya kifosis tergantung pada jumlah vertebra yang terlibat, banyaknya ketinggian dari badan vertebra yang hilang, dan segmen tulang belakang yang terlibat. Vertebra torakal lebih sering mengalami deformitas kifotik. Pada vertebra servikal dan lumbal, transmisi beban lebih terletak pada setengah bagian posterior badan vertebra sehingga bila segmen ini terinfeksi, maka bentuk lordosis fisiologis dari vertebra servikal dan lumbal perlahan-lahan akan menghilang dan mulai menjadi kifosis.Stadium perjalanan penyakit :

1. Stadium Implantasi

Setelah bakteri berada di dalam tulang serta daya tahan tubuh menurun, maka bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu, keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus dan pada anak-anak umumnya pada daerah sentral vertebra.102. Stadium Destruksi Awal

Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra serta penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.3. Stadium Destruksi Lanjut

Pada stadium ini terjadi destruksi yang massif, kolaps vertebra dan terbentuk massa kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses(abses dingin). Stadium ini terjadi 2-3 bulan setelah terjadinya destruksi awal. Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat ini terbentuk tulang baji terutama di sebelah depan akibat kerusakan korpus vertebra yang menyebabkan terjadinya kifosis atau gibus.4. Stadium Gangguan Neurologis

Gangguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi. Tetapi terutama ditentukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. Gangguan ini ditemukan 10% dari seluruh komplikasi spondilitis tuberkulosa. Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih kecil sehingga gangguan neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini.Bila terjadi gangguan neurologis maka perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia yaitu :

a. Derajat I

Kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris.

b. Derajat II

Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih dapat melakukan pekerjaannya.

c. Derajat III

Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak/aktivitas penderita.

d. Derajat IV

Terjadi gangguan saraf sensoris dan motorik disertai gangguan defekasi dan miksi.

11

Tuberculosis paraplegia atau pott paraplegia dapat terjadi secara dini atau lambat tergantung dari keadaan penyakitnya. Pada penyakit yang masih aktif paraplegi terjadi oleh karena tekanan ekstradural dari abses paravertebra atau akibat kerusakan langsung sumsum tulang belakang oleh adanya granulasi jaringan.

Paraplegia pada penyakit yang sudah tidak aktif terjadi oleh karena tekanan pada jembatan tulang kanalis spinalis atau oleh pembentukan jaringan fibrosis yang progresif dari jaringan granulasi tuberkulosa. Tuberculosis paraplegia terjadi secara perlahan dan dapat terjadi destruksi tulang disertai angulasi dan gangguan vaskuler vertebra.5. Stadium Deformitas Residual

Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah timbulnya stadium implantasi. Kifosis atau gibus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yang masif.

KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasi infeksi awal pada korpus vertebra dikenal tiga bentuk spondilitis :

1. Peridiskal/paradiskalInfeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus(di area metafise di bawah ligamentum longitudinal anterior/area subkondral). Banyak ditemukan pada orang dewasa. Dapat menimbulkan kompresi, iskemia, dan nekrosis diskus intervertebralis. Daerah yang paling sering terkena adalah pada regio lumbal.

2. Sentral

Infeksi terjadi pada bagian sentral korpus vertebra, terisolasi sehingga disalahartikan sebagai tumor. Sering terjadi pada anak-anak. Keadaan ini sering menimbulkan kolaps vertebra lebih dini dibandingkan dengan tipe lain sehingga menghasilkan deformitas spinal yang lebih hebat.Dapat terjadi kompresi yang bersifat spontan atau akibat trauma. Terbanyak ditemukan pada regio torakal. 12

3. Anterior

Infeksi yang terjadi karena perjalanan perkontinuitatum dari vertebra diatas dan dibawahnya. Gambaran radiologisnya mencakup adanya scalloped karena erosi di bagian anterior dari sejumlah vertebra.4. Atipikal

Disebut atipikal karena terlalu tersebar luas dan fokus primernya tidak dapat di identifikasikan. Tuberkulosa spinal dengan keterlibatan lengkung saraf dan granuloma yang terjadi di canalis spinalis tanpa keterlibatan tulang(tuberkuloma), lesi di pedikel, lamina, processus transversus, processus spinosus, dan lesi artikuler yang berada di sendi intervertebral posterior.

GAMBARAN KLINISPenderita memperlihatkan gejala yang hampir sama dengan gejala tuberculosis pada umumnya yaitu badan lemah, lesu, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, suhu sedikit meningkat terutama pada malam hari, berkeringat pada malam hari, takikardi.

Nyeri dan kaku punggung merupakan keluhan yang pertama kali muncul. Spasme otot punggung terjadi sebagai suatu mekanisme pertahanan menghindari pergerakan pada vertebra. Saat pasien tidur spasme otot menghilang dan memungkinkan terjadinya pergerakan tapi kemudian nyeri timbul lagi. Gejala ini dikenal sebagai night cry umumnya terdapat pada anak-anak. Kemudian dapat terjadi deformitas, lordosis normal akan berkurang.

Gejala neurologi dapat terjadi karena subluksasi antara vertebra, penekanan medula spinalis atau radiks saraf serta diskus intervertebralis, terbentuknya abses, reaksi terhadap infeksi lokal, terjadinya vaskulitis tuberculosa.

Pada vertebra servikalis atas ditemukan gejala kaku leher, nyeri vertebra yang menjalar ke oksipital atau lengan. Dirasakan lebih hebat bila ditekan ke kaudal sedangkan pada vertebra servikalis bawah dan torakal atas ditemukan gejala kekakuan, kifosis angular sampai gibus, nyeri sepanjang fleksus brachialis. Abses retrofaringeal supraklavikular dan mediastinal jarang menyebabkan gangguan saraf spinal.13

Pada daerah torakal dan lumbal dapat ditemukan kifosis angular sampai gibus. Nyeri pada daerah tersebut yang menjalar ke ekstremitas bawah, khususnya daerah lateral paha. Dapat pula ditemukan abses illiaca atau abses psoas.

Pada daerah lumbosakral dapat dijumpai gejala lokal seperti nyeri menyebar ke ekstremitas bawah, abses psoas, gangguan gerak pada sendi panggul dan deformitas.14

BAB III

PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

GAMBARAN RADIOLOGIS

Tuberkulosa tulang paling sering ditemukan di dareah torakal bagian bawah dan lumbal bagian atas sedangkan daerah servikal dan sakral sangat jarang ditemukan. Penemuan klasik spondilitis berupa kerusakan dua atau lebih vertebra yang saling berdekatan. Vertebra yang saling beradu, infeksi diskus intervertebralis, dan yang paling umum adalah adanya masa paraspinal.

Infeksi biasanya bermula pada sudut korpus vertebra superior atau inferior anterior yang berdekatan dengan discovertebral junction, dan menyebar melalui subligamen dan penetrasi dari subchondrial plate. Seiring dengan progresivitas penyakit, korteks lateral dan anterior vertebra dapat hancur yang mengakibatkan kolaps, kifosis dan instabilitas vertebra.

Diskus intervertebralis bersifat avaskular, infeksi diskus muuncul belakangan dan ditandai dengan penyempitan sekunder pada diskus hingga terjadi herniasi diskus ke dalam korpus vertebra yang kolaps. Maka nutrisi untuk diskus juga terpengaruh. Kolapsnya beberapa vertebra akibat terbentuknya kavitas intraosseus mengakibatkan suatu ciri khas deformitas yaitu gibus. Terkadang elemen-elemen posterior tulang belakang juga dapat ikut serta dalam proses tersebut.

Belakangan temuan tersebut dilaporkan sebagai karakteristik khas yang muncul pada tuberkulosis dan tidak ditemukan pada kasus infeksi piogenik tulang belakang. Keterlibatan lengkung saraf dengan atau tanpa lesi pada korpus vertebra. Pola tipikal lainnya dari keterlibatan tuberkulosis tulang belakang terdiri dari infeksi satu vertebra atau beberapa vertebra yang tidak berhubungan atau skip lesions. Infeksi paravertebral dan jaringan lunak epidural yang diikuti dengan pembentukan abses mungkin menandai jarak yang dapat dipertimbangkan dibawah ligamen anterior atau posterior longitudinal dan dapat dikeluarkan dari traktus sinus di lokasi yang tidak umum seperti lipat paha, pantat, atau dada. 15

Infeksi paraspinal mungkin dapat melibatkan otot iliopsoas, yang menjadi abses psoas dan dapat meluas ke dalam lipat paha dan paha itu sendiri. Klasifikasi abses tersebut dapat dilihat sebagai tanda patognomonik tuberkulosis dan paling baik dilihat dengan CT scan.FOTO POLOS

Foto polos vertebra diperlukan untuk mencari bukti adanya tuberkulosis di tulang belakang. Tanda radiologis baru dapat terlihat setelah 3-8 minggu onset penyakit. Foto polos dari spondilitis tuberkulosis dapat menunjukkan penurunan dari tinggi vertebra, penyempitan jarak antar diskus, erosi, sulit membedakan antara korpus vertebra, massa paravertebra, dan kalsifikasi dari jaringan lunak. Meskipun demikian foto polos tidak sensitif sebagai deteksi awal pada spondilitis tuberkulosis. Penyempitan jarak antar diskus mungkin tidak signifikan dan kerusakan vertebra hanya bisa dideteksi bila kerusakan trabekular lebih dari 50%. Abses paravertebral sulit dikenali pada bagian tulang belakang torakal bahkan dengan penetrasi yang cukup atau hanya dapat terlihat samar-samar asimetris atau bayangan psoas yang bulging. Penilaian foto polos hanya terbatas pada lengkung tulang belakang terutama di torakal. Pada akhirnya tidak ditemukan foto polos yang spesifik dari infeksi piogenik tulang belakang dan temuan gejala klinis dengan progresivitas penyakit sangat penting.

17

18

19

20

21

22

23COMPUTED TOMOGRAPHY

CT sangat penting dalam menampilkan tanda awal infeksi tulang yang sangat kecil dan invasi ke jaringan lunak dan tulang. Kerusakan end plate, fragmentasi vertebra, dan kalsifikasi paravertebra mudah terlihat. Setelah pemberian kontras intravena abses paravertebra dan epidural tampak menebal, berbatas tegas noduler, dan traktus sinus dapat terlihat. Penyinaran yang terlalu keras dapat mengurangi gambaran untuk mendeteksi kelainan halus pada epidural.

MAGNETIC RESONANCE IMAGINGKemampuan multiplanar dan kontras jaringan yang baik membuat MRI menjadi pilihan utama dalam evaluasi dan follow up spondilitis. Keuntungan utama MRI dibandingkan dengan CT-scan dan foto polos yaitu lebih sensitif dalam mendeteksi adanya peradangan awal pada sumsum tulang belakang dan infiltrat pada end plate di tulang belakang. MRI sangat berguna dalam menggambarkan abses paravertebral, epidural, dan intraosseus serta dalam mengevaluasi kompresi saraf dan adanya lesi intramedular. 25

BAB IV

PENUTUP

Tuberkulosis tulang belakang atau spondilitis tuberkulosis(pott disease) merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif oleh mycobacterium tuberculosis. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra T8-L3, dan paling jarang terjadi padavertebra C1-C2.

Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis tuberkulosis tulang belakang adalah foto polos, CT-scan, dan MRI. Tetapi pemeriksaan radiologis pilihan pertama untuk spondilitis tuberkulosis adalah foto polos, karena foto polos dapat menggambarkan kelainan tulang yang terjadi berupa:

Erosi dan destruksi tepi korpus vertebra

Massa di soft tissue

Kolaps pada korpus vertebra berbentuk baji

Penebalan bayangan M. Psoas dengan atau tanpa kalsifikasi

Osteoporosis dan osteolitik pada tulang vertebra

Korpus vertebra yang mengalami destruksi dengan berbagai tingkatan

Abses paravertebra di daerah lumbal yang berebentuk fusiform

27DAFTAR PUSTAKA1. Rasad Sjahriar, Kartoleksono Sukanto, Ekayuda Iwan. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1990, 62-732. Waugh, Anne and Allison Grant. 2011. Basics of Anatomy and Physiology. Elsevier 3. Richard S. Snell, D, PhD. Clinical Antomy by Systems. 20064. Diunduh dari:http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/spondilitis_tuberkulosa.pdf 5. Diunduh dari:

08_208Diagnosis dan Penatalaksanaan Spondilitis Tuberkulosis www.kalbemed.com/.../08_208Diagnosis%20dan%20...6. Diunduh dari:SPONDILITIS TUBERKULOSA Oleh : dr. VITRIANA BAGIAN ILMU ... repository.unpad.ac.id/.../spondilitis_tuberkulosa.pdf?...7. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/1948797-overview#a30 8. Diunduh dari : http://radiopaedia.org/articles/pott-disease

9. diunduh dari : http://eradiology.bidmc.harvard.edu/LearningLab/musculo/Safo.pdf

2816

Posisi AP

Lateral Radiograph

Anterior collapse of L1, L2 vertebrae with loss of disk space. (*).

Central lucencies

within the L1 vertebrae (*)

Lucent area in lateral aspect of

adjacent vertebral bodies ( erosions (*)

Loss of intervertebral disk space (*)

Lucent area in lateral aspect of

adjacent vertebral bodies ( erosions (*)

Loss of intervertebral disk space (*)

Central lucency (*) with surrounding sclerosis suggesting chronic infection (*)

Image 1

Lateral radiograph of spinal TB in a 23 yo

man showing endplate erosion, loss of disk

space (*), and anterior compression fracture of the lumbar spine.

Image 2

Lateral radiograph of 56 yo man with Pott disease with additional features of sclerosis at vertebral endplates that have undergone severe compression and erosion (*)

Image 1

Frontal radiograph 45 yo female. Note

compression fracture with loss of intervertbral disk space (*)

Image 2

Lateral radiograph of 56 yo male. Similarly, note compression fracture and secondary osteosclerosis (*)

Noncontrast axial CT :

Extensive vertebral body destruction causing bony fragments (*). Destruction of cancellous bone indicated by hypoattenuation of central vertebral body (*).

24

Noncontrast axial CT :

Large psoas abscess (*) with central calcification (*) ; these features are highly diagnostic of spinal TB.

Sagittal T2W (Images 1-3) and axial T1W (Image 4)

High intensity activity in T12 to L3 vertebrae indicative of infection (*) (*). Complete destruction of vertebral bodies with osseous retropulsion into the spinal canal, causing cauda equina (*). On axial view, note destruction of vertebral body with loss of circular shape (*).

26