redesain sistem drainase dan desain sumur …digilib.unila.ac.id/31507/12/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
REDESAIN SISTEM DRAINASE DAN DESAIN SUMUR RESAPANDI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMPUNG
( Studi Kasus : Wilayah Masjid Al-Wasi’i – Tugu UNILA)
( Skripsi )
Oleh
MOHAMMAD LUTFI YUNIANTO
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRAK
Redesain Sistem Drainase dan Desain Sumur Resapandi Universitas Lampung
(Studi kasus : Masjid Al-Wasi’i-Tugu UNILA)
Oleh
Mohammad Lutfi Yunianto
Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang melimpas pada suatudaerah, serta penganggulangan akibat yang ditimbulkan kelebihan air tersebut.Namun kenyataannya banyak jaringan drainase yang kinerjanya bisa dinilai burukdan keluar dari fungsi sebenarnya. Salah satunya jaringan drainase di wilayahUniversitas Lampung wilayah Masjid Al-Wasi’i-Tugu UNILA. Salah satusolusinya adalah penataan lingkungan salah satu nya redesain sistem drainase.Hal ini dimaksudkan untuk menyelesaikan beberapa titik genangan banjir yangterjadi pada saat musim penghujan tiba karena belum optimalnya kondisi drainaseeksisting di kawasan Universitas Lampung wilayah Masjid Al-Wasi’i-TuguUNILA. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis hidrologidan analisis hidrolika menggunakan aplikasi HEC-RAS 4.1.0. Analisis hidrologibertujuan untuk menghitung debit rencana dengan menggunakan metode rasional,haspers dan weduwen dan permodelan dengan aplikasi HEC-RAS 4.1.0 bertujuanuntuk mengetahui kapasitas tinggi muka air pada saluran eksisting. Sehinggadapat diketahui dimana posisi titik banjir dan perencanaan dimensi saluran yangbaru. Berdasarkan hasil analisis, perlu adanya pengerukan sedimentasi pada titikD8-D10 yang menunjukkan terjadinya limpasan dan genangan banjir di daerahseberang Masjid Al-Wasi’i. Perencanaan sumur resapan juga sangat di perlukanuntuk pengurangan debit limpasan di saluran di wilayah Masjid Al-Wasi’iUniversitas Lampung. Perlu dilakukan juga pemeliharaan saluran berupa me-lining beton dasar dan sisi dinding saluran setelah pengerukan dilakukan..
Kata kunci : hidrologi, hidrolika, HEC-RAS 4.1.0, drainase, sumur resapan, liningbeton.
ABSTRACT
By
Mohammad Lutfi Yunianto
Drainage is a way for removal of excess water with a solution about it. Nevertheless, a lot ofdrainage systems have a bad performance and out of its function. One of drainage’sproblems is drainage system in Lampung University around Al-Wasi’i Mosque-LampungUniversity statue. One of the solution is environmental arrangement and one of that way isredesign of drainage system. It aim for resolve some flood inundation that happened in therain because failed optimilize in drainage system around Al-Wasi’i Mosque-LampungUniversity statue. The analysis conducted in this research includes hydrology analysis andhydraulics analysis using HEC-RAS 4.1.0 application. Hydrology analysis aims to calculatethe design discharge using rational, haspers and weduwen methods and modeling with HEC-RAS 4.1.0 application aims to determine the capacity of the water level existing channel. Soit can be known where the position of the flood point and planning the new channeldimensions. Based on the analysis, the necessary is dredging at D8-D10 which have aindicating the occurrence of run off and inundation at across of Al-Wasi’i Mosque.Planning of infiltration wells is also very needed to overcome the problem of frequentflooding in Faculty of Engineering. It is also necessary to decrease run-off discharge inchannel around Al-Wasi’i mosque’s areas.The necessary is did concrete lining in base andtwo-side of channel.
Keywords: hydrology, hydraulics, HEC-RAS 4.1.0, drainage , infiltration wells, concretelining.
DRAINAGE SYSTEM REDESIGN AND INFILTRATION WELLS DESIGN IN LAMPUNG UNIVERSITY(CASE STUDY: AL-WASI’I MOSQUE-LAMPUNG UNIVERSITY STATUE)
Redesain Sistem Drainase dan Desain Sumur Resapan di
Universitas Lampung (Studi kasus : Tugu UNILA–Al-Wasi’i)
Oleh
MOHAMMAD LUTFI YUNIANTO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di DKI Jakarta pada tanggal 5 Juni 1994,
sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Almarhum Ir. Sriyono dan Ibu Dra. Binti Muthaminah.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 03 Pagi Cilandak
Timur Jakarta Selatan pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP)
diselesaikan pada tahun 2009 di SMP Negeri 96 Jakarta dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 49 Jakarta pada tahun 2012. Penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Lampung pada tahun 2012 melalui jalur Ujian Tulis Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Penulis turut dalam organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa
Teknik Sipil (HIMATEKS) periode 2014/2015 sebagai anggota Departemen
Kesekretariatan dan organisasi SAINTEK periode 2016/2017 sebagai Dewan
Penasihat. Penulis telah melakukan Kerja Praktek (KP) pada Proyek Showroom
AUTO 2000 Way Halim selama 3 bulan pada periode September-Desember
2016. Penulis juga telah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 60 hari
pada periode Januari-Maret 2016 di Pekon Menyancang, Kabupaten Pesisir
Barat.
Penulis pernah menjadi Finalis 10 besar terbaik Lomba Rancang Bendungan
Nasional 2015 di Universitas Mataram (UNRAM), 20 besar Delegasi Terbaik
IDEAS SUMMIT Batch 2 Tahun 2016 di Universitas Gadjah Mada (UGM), 50
besar best design lomba “Alat Keselamatan Transportasi“ MECHANICAL
DAYS 2016 di Institut Teknologi Bandung (ITB). Juara Harapan 2 Lomba
Karya Tulis Ilmiah “Renewable Energy Resources“ NEON 2016 di Universitas
Islam Indonesia (UII), serta menjadi finalis 8 besar Lomba Indocement Awards
2016 “Rumah Fabrikasi Tahan Gempa“ di PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk. Dimana Penulis secara keseluruhan bertanggung jawab sebagai ketua tim
ataupun deputi kepala dan dibawah lambang almamater Universitas Lampung
tercinta. Penulis juga pernah mendapat piagam penghargaan Mahasiswa
“Berprestasi Nasional Universitas Lampung” dalam bidang kompetisi tingkat
nasional yang diberikan Wakil Rektor III Prof. Dr. Karomani, M.Si Tahun 2017.
.
MOTTO HIDUP
“ Ketika saya mencetak gol-gol, pada akhir laga saya akan menghampiri Ibu saya dan
berkata bahwa gol-gol itu persembahan untuknya.
(Mario Ballotelli)
“ Only God can judge me .”
(Zlatan Ibrahimovic)
Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi
dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja hanya dengan cangkul dan
caping serta hanya memiliki cita-cita sederhana. Maka, lebih baik pendidikan itu tidak
diberikan sama sekali.
(Tan Malaka)
Lebih baik diasingkan daripada menyerah dengan kemunafikan.
(Soe Hok Gie)
Andai seluruh hela nafas adalah kebaikan, maka tak terukur kebaikan mu Ibu dan bila
rasa syukur lebih mulia daripada cinta, aku bersyukur menjadi anakmu, Ibu.
(MOHAMMAD LUTFI YUNIANTO)
Persembahan
Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah SWT atas karuniaNya sehinggaskripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Ku persembahkan skripsi ini
untuk:
Kedua orangtuaku, Almarhum Ayah yang telah tiada dan Ibuku tersayangdan tercinta yang selalu memberi dukungan moril maupun materi.sertasenantiasa mendoakanku untuk meraih kesuksesan. Semoga keluarga kita
selalu dalam lindungan Allah SWT.
Adikku terbijak yang selalu mendoakan dan memberikan semangat untukmenyelesaikan skripsi ini.
Semua guru-guru dan dosen-dosen yang telah mengajarkan banyak hal. Terimakasih untuk ilmu, pengetahuan dan pelajaran hidup yang sudah diberikan.
Teman spesialku, Sahabat-sahabatku, Rekan seperjuangan serta Teknik sipilangkatan 2012 yang selalu menemani dalam suka maupun duka serta selalu
memberikan dukungan agar skripsi ini berjalan dengan baik.
SANWACANA
Segala puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul “Redesain Sistem Drainase dan Desain Sumur Resapan di
Universitas Lampung (Studi kasus : Tugu UNILA–Masjid Al-Wasi’i)” merupakan
salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di
Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Lampung;
2. Gatot Eko S., S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Lampung;
3. Ofik Taufik Purwadi, S.T., M.T. selaku Pembimbing Utama atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, ide-ide dan saran serta kritik
dalam proses penyelesaian skripsi ini;
4. Yuda Romdania, S.T., M.T. selaku Pembimbing Kedua atas kesediaan
memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi
ini.
5. Subuh Tugiono, S.T., M.T. selaku Penguji Utama yang telah memberikan
kritik dan saran pemikiran dalam penyempurnaan skripsi;
iii
6. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung;
7. Seluruh teknisi dan karyawan di Laboratorium Air dan Laboratorium Ilmu
Ukur Tanah Fakultas Teknik, Universitas Lampung yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian;
8. Orang tua tercinta, Almarhum Ir. Sriyono yang telah tiada lalu Ibuku
tersayang Dra. Binti Muthaminah yang sangat sabar menunggu saya wisuda
dalam doanya dan pengertian dalam memberikan dukungan, nasehat dan
motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan di Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Lampung;
9. Adikku tercinta Achmad Fauzi Rachmani yang turut memberikan semangat
dan nasihat dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman seperjuangan skripsi Rahmad Effendi, Widi Tejakusuma,
Jamaluddin, Arief Rachmat, Herdi Handika, Ancha, Rudi Kurniawan,
Ismawan, Fikri Aulia yang telah berbagi cerita suka dan duka selama
menjalani penelitian bersama.
11. Teman KP Phillippus, Oktario Eko Hidayat, Datra Peta Saputra yang telah
berbagi cerita suka dan duka selama menjalani perkuliahan dan membuat
laporan KP hingga selesai.
12. Kru-kru spesial satu tim kompetisi di berbagai Lomba Nasional: Rahmat
Effendi, Oktario Eko Hidayat, Sholahuddin Triwidinata, Lidya Susanti,
Novitiyono Wisnu Hadita, Ahmad Gustyawan Sutrisno dan Tri Hadi
Widodo. Kru-kru yang mempunyai dedikasi luar biasa demi sebuah
iv
kebanggaan bendera almamater Universitas Lampung berkibar sama rata
dan sama rasa dengan kampus dan institut terbaik di Indonesia.
13. Teman-teman dan sahabat saya Rio Dwi Septian, Shartyka Novitasari,
Edwin Faisol Zoem, Rahmat Effendi, Selvia Rahma Rizkia, Oktario Eko
Hidayat, George Tampubolon, Lexono Nadeak, Sholahuddin Triwidinata,
Phillippus, Datra Peta Saputra, Andriyana, Robby “Prince“ Chandra,
Muhammad Rizki Rinaldi, Mutya dan lainnya, selalu memberikan tawa dan
canda untuk saya pribadi yang membuat hati penulis selalu nyaman di
kampus ini.
14. Saudara-saudari Teknik Sipil Universitas Lampung angkatan 2012 yang
berjuang bersama serta berbagi kenangan, pengalaman dan membuat kesan
yang tak terlupakan, terimakasih atas kebersamaan kalian
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, Mei 2018
Penulis
Mohammad Lutfi Yunianto
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1. Syarat Metode Hujan Rata-Rata Wilayah Berdasarkan Pos Hujannya.. 16
2 Syarat Metode Hujan Rata-Rata Wilayah berdasarkan Luas DPS...... 16
3. Syarat Metode Hujan Rata—Rata Wilayah Berdasarkan Topografi... 16
4. Fungsi Penampang saluran Drainase........................................................ 30
5. Batas Kecepatan Aliran Berdasarkan Material ........................................ 32
6. Data Hujan Harian maksimum Sta Polinela............................................. 41
7. Data Hujan Tahunan maksimum Sta Polinela ......................................... 41
8. Data Hujan Hujan Hilang Sta Polinela ................................................... 43
9. Perhitungan Metode RAPS Stasiun Polinela ........................................... 44
10. Curah Hujan Maksimum Metode Hujan Titik Stasiun Polinela .............. 45
11. Analisis Frekuensi Hujan ......................................................................... 46
12. Persyaratan Jenis Distribusi Sesuai Perhitungan Cs dan Ck .................... 48
13. Perhitungan Chi Square ........................................................................... 50
14. Nilai Delta-Kritis Uji Smirnov-Kolmogorof ............................................ 51
15. Perhitungan Uji Smirnov-Kolmogorof .................................................... 52
16. Perhitungan Curah Hujan Rencana .......................................................... 53
17. Perhitungan Intensitas Hujan D2-D11A .................................................. 54
18. Perhitungan Intensitas Hujan D3-D11 ..................................................... 55
19. Perhitungan Intensitas Hujan D11-D16 ................................................... 55
20. Perhitungan Intensitas Hujan D16-D15 ................................................... 56
21. Perhitungan Intensitas Hujan D22-D16 ................................................... 56
22. Perhitungan Intensitas Hujan D6-D7 ....................................................... 57
23. Perhitungan Intensitas Hujan D27-D24 ................................................... 57
24. Perhitungan Intensitas Hujan D22-D13 ................................................... 58
25. Perhitungan Intensitas Hujan D21A-D21B .............................................. 59
26. Perhitungan Intensitas Hujan D25-D24 ................................................... 59
27. Perhitungan Intensitas Hujan D26 ........................................................... 60
28. Perhitungan Intensitas Hujan D20-D19 ................................................... 60
29. Perhitungan Intensitas Hujan D28-D23 ................................................... 61
30. Perhitungan Intensitas Hujan Metode Durasi Hujan Bandar Lampung ... 61
31. Perhitungan Debit Rencana Rasional Waktu Konsentrasi ....................... 62
32. Perhitungan Debit Rencana Rasional Durasi Hujan ................................ 63
33. Perhitungan Debit Rencana Haspers Waktu Konsentrasi ........................ 62
34. Perhitungan Debit Rencana Weduwen..................................................... 65
35. Perbandingan Kapasitas Eksisting dan Tinggi Muka Air ........................ 93
36. Saluran Jalur Masjid Al-Wasi’i Penambahan debit 0,01 m3/dtk ............. 102
37. Saluran Jalur Masjid Al-Wasi’i Penambahan debit 0,02 m3/dtk ............. 102
38. Saluran Jalur Masjid Al-Wasi’i Penambahan debit 0,03 m3/dtk ............. 103
39. Saluran Jalur Masjid Al-Wasi’i Penambahan debit 0,03 m3/dtk ............. 103
40. Saluran Jalur Masjid Al-Wasi’i Penambahan debit 0,13 m3/dtk ............. 103
41. Saluran Jalur Masjid Al-Wasi’i Penambahan debit 0,23 m3/dtk ............. 103
36. Perhitungan Tinggi Total Sumur Resapan yang Dibutuhkan .................. 105
37. Perhitungan Kecepatan Aliran D2-D11A ................................................ 109
38. Rancangan Anggaran Biaya ..................................................................... 110
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1. Lengkung Massa Ganda ................................................................... 15
2. Peta Wilayah Zona Penelitian ........................................................... 34
3. Bagan Alir Penelitian ....................................................................... 38
4. Peta Bandar Lampung....................................................................... 67
5. Peta Jaringan Drainase Universitas Lampung.......................................... 67
6. Peta Jaringan Drainase Jalur Al-Wasi’i ................................................... 68
7. Profil Muka Air Drainase D3 ................................................................... 68
8. Profil Muka Air Drainase D5 ................................................................... 69
9. Profil Muka Air Drainase D11 ................................................................. 70
10. Profil Muka Air Drainase D16 ................................................................. 71
11. Profil Muka Air Drainase D21A .............................................................. 71
12. Profil Muka Air Drainase D15 ................................................................. 72
13. Profil Muka Air Drainase D22 ................................................................. 72
14. Profil Muka Air Drainase D27 ................................................................. 73
16. Profil Muka Air Drainase D24 ................................................................. 74
17. Profil Muka Air Drainase D25 ................................................................. 74
18. Profil Muka Air Drainase D28 ................................................................. 75
19. Profil Muka Air Drainase D23 ................................................................. 76
20. Profil Muka Air Drainase D7 ................................................................... 77
21. Profil Muka Air Drainase D6 ................................................................... 77
22. Profil Muka Air Drainase D20 ................................................................. 78
23. Profil Muka Air Drainase D19 ................................................................. 79
24. Profil Muka Air Drainase D17 ................................................................. 79
25. Profil Muka Air Drainase D13 ................................................................. 80
26. Profil Muka Air Drainase D26 ................................................................. 80
27. Profil Muka Air Drainase D21B .............................................................. 81
28. Profil Muka Air Drainase D30 ................................................................. 82
29. Profil Muka Air Drainase D29 ................................................................. 82
30. Peta Jaringan Drainase Seberang Masjid Al-Wasi’i ................................ 83
31. Profil Muka Air Drainase D2 ................................................................... 84
32. Profil Muka Air Drainase D4 ................................................................... 84
33. Profil Muka Air Drainase D8 ................................................................... 85
34. Profil Muka Air Drainase D10 ................................................................. 86
35. Profil Muka Air Drainase 90 meter dari Hilir .......................................... 86
36. Profil Muka Air Drainase D11A .............................................................. 87
37. Profil Muka Air Drainase Pot A-A .......................................................... 88
38. Profil Muka Air Drainase B-B ................................................................. 88
39. Profil Muka Air Drainase C-C ................................................................. 89
40. Profil Muka Air Drainase E-E.................................................................. 90
41. Profil Muka Air Drainase F-F .................................................................. 90
42. Profil Muka Air Drainase G-G ................................................................. 91
43. Profil Muka Air Drainase H-H ................................................................. 92
44. Peta Jaringan Drainase Seberang Masjid Al-Wasi’i ................................ 93
45. Profil Muka Air Drainase D2 .................................................................. 94
46. Profil Muka Air Drainase Pot A-A ......................................................... 94
47. Profil Muka Air Drainase Pot B-B ......................................................... 95
48. Profil Muka Air Drainase Pot C-C .......................................................... 96
49. Profil Muka Air Drainase D4 .................................................................. 96
50. Profil Muka Air Drainase Pot E-E .......................................................... 97
51. Profil Muka Air Drainase Pot F-F ........................................................... 98
52. Profil Muka Air Drainase Pot G-G ......................................................... 98
53. Profil Muka Air Drainase D8 .................................................................. 99
54. Profil Muka Air Drainase D10 ................................................................ 101
DAFTAR ISI
Daftar Gambar .................................................................................................. iv
Daftar Tabel ..................................................................................................... v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................ 3
1.3 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.4 Tujuan Masalah ................................................................................... 4
1.5 Batasan Masalah ................................................................................. 4
1.6 Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum ................................................................................................ 6
2.2 Dasar-Dasar Kriteria Perencanaan Drainase ...................................... 7
2.3 Analisis Hidrologi .............................................................................. 7
2.4 Data Curah Hujan .............................................................................. 8
2.5 Data Hujan Yang Hilang .................................................................... 8
2.6 Metode Estimasi Data Hujan Yang Hilang ........................................ 9
2.7 Uji Konsistensi Data Hujan ............................................................... 12
2.8 Analisis Hujan .................................................................................... 15
2.9 Curah Hujan Maksimum Rata-Rata ................................................... 17
2.10 Analisis Frekuensi .............................................................................. 17
2.11 Waktu Konsentrasi ............................................................................. 25
2.12 Intensitas Hujan ................................................................................. 25
2.13 Analisis Debit Banjir Rencana ........................................................... 27
2.14 Penampang Saluran Terbuka ............................................................. 29
2.15 Penampang Saluran Drainase ............................................................ 29
2.16 Kecepatan Aliran Drainase ................................................................ 30
2.17 Sumur Resapan……………………………………………………… 32
III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian ................................................................................ 34
3.2 Data yang Digunakan ......................................................................... 34
3.3 Langkah Pengerjaan ........................................................................... 35
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Hidrologi .............................................................................. 39
4.2 Analisa Kapasitas Saluran Dengan HEC-RAS .................................. 66
4.3 Redesain Saluran Drainase yang Bermasalah .................................... 93
4.4 Kapasitas Drainase Setelah Redesain ........................................... ..... 101
4.5 Sumur Resapan .................................................................................. 103
4.6 Biopori ................................................................................................ 106
4.7 Kecepatan Aliran Pada Saluran yang Banjir ...................................... 108
4.8 Rancangan Anggaran Biaya ............................................................... 109
V. Penutup
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 111
5.2 Saran .................................................................................................. 113
Daftar Pustaka .................................................................................................. 115
LAMPIRAN .....................................................................................................
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Banjir adalah permukaan air yang kedalaman melebihi muka air normal,
sehingga melimpah dari sungai atau saluran menyebabkan adanya kubangan
pada lahan di pinggir sungai atau saluran. Aliran air limpahan tersebut
semakin melimpas, mengairi atas tanah yang rata-rata tidak pernah dilewati
air (Bakornas PB, 2007). Ada 2 jenis kejadian banjir, pertama peristiwa
banjir/kubangan di area yang rata-rata tidak pernah terjadi banjir dan banjir
yang terjadi akibat saluran atau sungai tidak pernah bisa mengairi debit yang
ada. Manusia membuat sebuah sistem jaringan yang disebut Jaringan
drainase untuk mengatasi problema tersebut. Pada buku Suripin (2004)
drainase mempunyai arti mengairi, membersihkan atau meloloskan air.
Secara umum, drainase diartikan sebagai sistem bangunan air dari suatu
area atau lahan. Drainase yaitu suatu cara pelimpahan pada kelebihan air
yang melimpas pada suatu area, serta perbaikan akibat yang diberikan
luapan air tersebut (Suhardjo 1948:1).
Namun pada nilai riilnya banyak jaringan drainase yang kinerjanya bisa
dinilai buruk dan keluar dari fungsi sebenarnya. Tingginya tingkat
pembangunan di kota membuat pembuatan dan perawatan drainase dilihat
2
sebelah mata. Drainase seakan dibangun dan dirawat seadanya menjadikan
kontruksi jaringan drainase seakan-akan menjadi konstruksi yang tak perlu
perhatian khusus. Kenyataannya drainase adalah aspek penting dalam
pembangunan yang berkelanjutan dan kelihatannya sederhana namun bila
drainase tidak pernah didesain dan direncanakan dengan baik maka banyak
hal berdampak ketika kinerja drainase tidak pernah maksimal seperti halnya
banjir yang akan merambat ke berbagai aspek-aspek seperti ekonomi,
kesehatan, transportasi, pendidikan dan lainnya. Sehingga drainase
seharusnya tidak pernah lagi menjadi bangunan sekunder dalam
perkembangan sebuah tata wilayah namun lebih dari itu harus didesain dan
direncanakan dengan baik dan matang agar apapun yang dihasilkan
maksimal.
Sistem penanggulangan banjir tidak pernah serta-merta hanya drainase
namun dilengkapi bangunan-bangunan pelengkap yang dapat membantu
kinerja drainase untuk mengatasi limpasan air yang mengalir di permukaan
akibat rusaknya peresapan di tanah. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.12 Tahun 2014 pasal 1 menyebutkan berbagai sarana
dan prasarana dalam sebuah sistem penanggulangan banjir selain drainase
tentunya adalah sumur resapan. Hal ini menegaskan bahwa dalam
penanggulangan banjir dan perencanaan sebuah tata wilayah dibutuhkan
sebuah sistem penanggulangan banjir yang terintegrasi dengan baik.
3
1.2 Identifikasi Masalah
Universitas Lampung merupakan sebuah perguruan tinggi negeri di Provinsi
Lampung. Dengan diraihnya akreditasi A dan masuknya Universitas
Lampung dalam 18 Universitas terbaik versi Kemenristekdikti menjadikan
perguruan tinggi kebanggaan masyarakat Lampung ini terus berbenah dalam
bentuk fasilitas-fasilitas penunjang mutu pendidikan. Perkembangan
kawasan Universitas Lampung khususnya di daerah sepanjang tugu
Universitas Lampung hingga Masjid Al-Wasi’i tidak pernah dibarengi
dengan sistem drainase yang memadai, sehingga pada saat musim
penghujan mengakibatkan genangan-genangan di beberapa titik dan
terparah adalah genangan di seberang Bank BNI hingga seberang Wisma
Unila yang cukup tinggi.
Permasalahan banjir di depan AL-Wasi’i perlu ditangani untuk mengatasi
buruknya kinerja drainase di daerah tersebut. Salah satunya adalah redesain
sistem drainase dan sumur resapan sebagai bangunan pelengkap sistem
penganggulangan banjir yang teintegrasi baik.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kondisi sistem drainase eksisting di daerah sepanjang tugu
Unila hingga Masjid Al-Wasi’i ?
2. Bagaimana desain sistem drainase yang baik di daerah sepanjang tugu
Unila hingga Masjid Al-Wasi’i ?
4
3. Bagaimana desain sumur resapan di wilayah sekitaran tugu Unila hingga
Masjid Al-Wasi’i sehingga dapat membantu kinerja drainase untuk
mengatasi limpasan air yang ada?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Menganalisis debit rencana kala ulang 5 tahun pada zona penelitian.
b. Mengetahui besar luapan air dan titik banjir yang terjadi pada saat banjir
c. Mengetahui kapasitas drainase hasil perbaikan di lingkungan Universitas
Lampung
d. Desain sumur resapan yang sesuai dengan debit limpasan dari atap
bangunan di zona penelitian.
e. Mengetahui penyebab banjir pada wilayah zona penelitian.
f. Mengetahui besar biaya yang dibutuhkan untuk mendesain penampang
drainase baru, kondisi existing dan sumur resapan.
1.5 Batasan Masalah
a. Saluran yang dianalisis adalah saluran di dari Tugu Unila hingga Masjid
Al-Wasi’i.
b. Sumur resapan yang dibuat hanya pada daerah Tugu Unila hingga Masjid
Al-Wasi’i.
c. Desain penampang drainase dan sumur resapan yang dianalisis sesuai
tata kaidah perhitungan hidrologi dan hidrolika yang berlaku.
d. Debit banjir rencana kala ulang 5 tahun diuji dengan 3 metode yaitu
rasional, haspers dan weduwen.
5
e. Analisa Hidrolika saluran dengan program HEC-RAS 4.1.0
f. Rancangan anggaran biaya yang dianalisis untuk saluran drainase baru
dan sumur resapan.
1.6 Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan pengetahuan evaluasi jaringan drainase di lingkup wilayah
Universitas Lampung.
b. Mengetahui sebab-musabab banjir di drainase di lingkungan Universitas
Lampung.
c. Memberikan desain jaringan drainase yang baru kepada pihak
Universitas Lampung agar dijadikan pertimbangan yang bisa langsung
dikaryakan yang berkelanjutan sesuai yang diamanatkan Masterplan
Universitas Lampung .
d. Memberikan nasihat masukan dalam penggunaan limpasan air
berdasarkan best management practice (BMP) yaitu sumur resapan dan
biopori kalau diperlukan.
e. Menjadi bahan pelatihan dan referensi untuk riset-riset selanjutnya
terutama dalam bidang perencanaan dan perlakuan drainase perkotaan
dan sumur resapan.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Infrastruktur air bersih perkotaan meliputi 3 sistem yaitu suplai air perkotaan
(urban water supply), jaringan sanitasi (sanitation water treatment) dan
sistem drainase air hujan (storm water system). Ketiga sistem tersebut saling
berkaitan, sehingga seba sebaiknya dikelola secara terintegrasi dan terukur.
Sistem pengairan meliputi pengadaan air (acquisition), pengolahan air bersih
(treatment), dan pengiriman/pendistribusian air suci (delivery) ke pelanggan
baik domestik, komersil, industri, maupun sosial. Sanitasi dimulai dari titik
keluarnya sistem air bersih hingga masuknya. Sistem pengumpul mencatut
air buangan lokal, komersial, industrialisasi dan kebutuhan rakyat. Ada dua
istilah yang banyak dipakai untuk mendiskripsikan sistem air limbah (waste
water system) yaitu, “waste water” dan “sewage”. Secara umum jaringan
drainase dapat diartikan sebagai serangkaian saluran air yang berfungsi untuk
mengurangi dan/atau membuang luapan air dari suatu kawasan atau area,
sehingga area dapat difungsikan secara maksimum (Suripin, 2004).
7
2.2 Dasar-Dasar Kriteria Perencanaan Drainase
Tujuan perancangan ini adalah untuk mengairikan luapan air sebentar yang
terjadi pada musim penghujan serta dapat meng air kotor hasil buangan dari
rumah tangga. Luapan air atau kubangan air sesaat terjadi karena neraca
seimbang air pada daerah terentu terganggu, disebabkan oleh air yang
mengairi ke dalam area tertentu lebih besar dari air yang keluar.
Kriteria dalam perencanaan dan perancangan drainase perkotaan yang umum
(Suripin, 2004), yaitu :
1. Perencanaan jaringan drainase haruslah sedemikian rupa sehingga
fungsional kristalisasi drainase sebagai pengumpulan, pengalir dan
pembuangan air dapat sepenuhnya berfungsi normal tanpa terhampa.
2. Pemilihan dimensi ukuran drainase harus diperhitungkan keamanan dan
kefaedahannya.
3. Perencanaan jaringan drainase haruslah memilah pula faktor
keindahan dan economic value dari perawatan sistem drainase.
2.3 Analisis Hidrologi
Analisis hidrologi adalah himpunan keterangan atau aktual mengenai
fenomena tentang hidrologi (Suripin, 2004). Fenomena hidrologi
sebagaimana telah dijelaskan pada hantaran sebelumnya adalah himpunan
keterangan atau aktual mengenai fenomena hidrologi. Kejadian hidrologi
seperti tingginya curah hujan, suhu, evaporasi, time of sun-shining , wind
velocity, water discharge, tinggi muka air, akan selalu berubah menurut
8
waktu/time. Untuk suatu pemakzulan tertentu data-data hidrologi dapat
dihimpunkan, dihitung, diberikan, dan diartikan dalam beberapa prosedur
tertentu.
2.4 Data Curah Hujan
Data rentetan hujan adalah seri data berupa jumlah besarnya hujan dalam
satuan. Data hujan yang terhimpun di lapangan atau stasiun hujan adalah seri
data hujan, bulanan bahkan tahunan yang harus divalidasi menjadi data hujan
jam-jaman.
2.5 Data Hujan yang Hilang
Data yang pas adalah data untuk dan sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Tetapi dalam riilnya sangat sering dijumpai data yang tidak lengkap/perawan
(virgin record). Keadaan tersebut menyebabkan pada sisi-sisi tertentu dari
seri data runtut waktu terdapat data kosong (missing record).
Keadaan data hujan hilang ini untuk kebutuhan tertentu dapat membuat kesal.
Misalnya pada suatu saat terjadi flood, sedangkan rentet data hujan pada satu
atau beberapa stasiun pada saat yang berbarengan tidak ada (karena berbagai
sebab). Keadaan demikian tidak terasa berat bila data tersebut tidak tercatat
pada saat yang dilihat tidak dipakai.
Menurut Soewarno (2000) dalam kitabnya “Hidrologi Operasional Jilid
Kesatu”, analisis hidrologi memang tidak selalu diinginkan penginfiltrasian
data hilang. Misalnya terdapat data lenyap pada musim kemarau sedang
9
analisis data hujan tersebut mengakuisisi debit banjir musim penghujan maka
dilihat tidak perlu memenuhi data pada waktu kosong musim kemarau
tersebut, tetapi bila untuk analisis kering maka data hilang pada musim kering
tersebut harus disyaratkan untuk dipenuhi.
Data hujan yang hilang dapat diramalkan apabila di sekelilingnya ada stasiun
hujan (minimal 2 stasiun) yang lengkap datanya atau stasiun yang penuh yang
datanya hilang diketahui hujan rata-rata tahunannya. (Lily, 2010)
Menghadapi problem ini, terdapat dua langkah yang dapat diberikan yaitu :
1. Mengosongkan saja data yang hilang tersebut karena dengan step by step
apapun seri data tersebut tidak akan diketahui dengan benar.
2. Bila dipikirkan bahwa seri data tersebut wajib dipenuhi maka manipulasi
data tersebut dapat dilakukan dengan langkah yang dikehendaki.
2.6 Metode Estimasi Data Hujan yang Hilang
Beberapa rumus yang dapat dimakzulkan menurut buku “Mengenal Dasar–
dasar Hidrologi” oleh Ir. Joyce Martha dan Ir. Wanny Adidarma, Dipl.HE
yaitu Normal Ratio Method, cara Inversed Square Distance dan cara rata–rata
aljabar. Sedangkan menurut Soewarno dalam kitabnya “Hidrologi
Operasional Jilid Kesatu”, ada 3 rumus yang digunakan untuk
memperkirakan data hujan yang hilang diantaranya rata–rata aritmatik
(arithmatical average), perbandingan normal (normal ratio), dan kantor
Cuaca Nasional Amerika Serikat (US.National Weather service).
Ada kemiripan metode perhitungan dari buku “Hidrologi Operasional Jilid
Kesatu” dengan buku “Mengenal Dasar–dasar Hidrologi”, yaitu Rumus rata–
10
rata aritmatik dengan rata–rata aljabar, dan Normal Ratio Method dengan
perbandingan normal (normal ratio) yang terdapat di buku Soewarno. Yang
berbeda hanyalah adalah American Climate Office’s Method.
2.6.1 Normal Ratio Method
Linsley, Kohler dan Paulhus (1958) menginventor sebuah metode yang
disebut Normal Ratio Method, prasyaratnya adalah perbandingan curah
hujan normal tahunan dari pos Y yang hilang datanya dengan pos
sekitarnya > 10% sebagai berikut :
n
i i
xi An
And
nDx
1
1
………………………........................................... (1)
Dengan :
Dx = Data besar hujan harian maksimum di stasiun y
n = Banyaknya stasiun di sekitar x untuk mencari data di y
di = Data tinggi hujan harian maksimum di stasiun i
Anx = Tinggi hujan rata-rata tahunan di stasiun y
Ani = Tinggi hujan rata-rata tahunan di stasiun sekitar y
2.6.2 Cara (Inversed Square Distance).
Dalam Triadmodjo (2008) formula yang digunakan dalam cara Inversed
Square Distance adalah :
Px = ( ) ( ) ( )( ) ( ) ( ) ......................................................... (2)
11
Dengan :
Px = Besar hujan yang dipertanyakan
PA, PB, Pc = Besar hujan pada stasiun disekitarnya
dXA, dXB, dXC = Jauhnya stasiun Y terhadap masing – masing
stasiun A, B, C
2.6.3 Rata–rata Aljabar
Kata Triadmodjo (2008) prasyaratnya adalah perbedaan curah huan
normal tahunan dari pos Y yang hilang datanya dengan pos sekitarnya <
10% sebagai berikut :
= ( + + +⋯+ )............................................... (3)
Dimana :
Hx : Curah Hujan yang kosong
Ha, Hb, Hc : Data hujan bulanan di pos A, B dan C
Hn : Data hujan bulanan di pos ke–n
2.6.4 Metode Kantor Cuaca Amerika Serikat
US.National Weather service formula ini mengisyaratkan data dari 4
(empat) stasiun hujan sebagai pos indeks (index post) yaitu misalnya
pos hujan A, B, C dan D yang bertempat sekitar stasiun hujan X yang
direkayasa data hujan mengangkangnya. Bila stasiun indeks itu
lokasinya disetiap kuarsa dari garis yang menghubungkan 00-1800 dan
2700-3600 melewati titik pusat di pos hujan X. Formulanya adalah:
12
HX = [ ∑ i(Hi/ Li2)] / [ ∑ i(1/ Li
2)]…………….................................... (4)
Dimana :
Hx : Curah hujan yang hilang.
Hi : Curah hujan di pos yang lain .
Li : Jarak pos hujan yang lain terhadap pos hujan yang mempunyai
data hilang.
2.7 Uji Konsistensi Data Hujan
Soewarno dalam kitabnya “Hidrologi Operasional Jilid Kesatu”, data hujan
yang dibutuhkan untuk analisa disarankan minimal 10 tahun seri data runtut
waktu. Data itu harus tidak mengandung error dan harus dicek-ricek sebelum
dipakai untuk analisis hidrologi lebih lanjut. Agar nihilnya kesalahan (error)
dan harus nihilnya data hilang (missing record). Oleh sebab itu harus
dilakukan tes layak kualitas data (data quality control). Beberapa kesalahan
yang bisa terjadi bisa disebabkan oleh error manusia, alat dan faktor lokasi.
Bila terjadi error maka data itu dapat disebut data berubah (inconsistency).
Uji konsistensi data (consistency test) berarti menguji kebaikan data. Data
hujan disebut tetap (consistent) berarti data yang berwujud dan diakuntan
adalah mantap dan luar biasa serata sesuai kejadian saat hujan itu turun.
Tersebar dua cara untuk uji konsistensi data hujan yaitu adalah analisis kurva
masa ganda (double mass curve analysis) dan RAPS (Rescaled Adjusted
Partical Sums).
Keketatan hasil perhitungan dalam hydrology forecasting sangat dikehendaki,
yang tergantung konsistensi data hujan itu. Terdapat suatu seri data penelitian
13
hujan, dapat timbul non-homonisasi dan ketidaksetaraan, yang dapat
menyebabkan penyimpangan dalam rekayasa.
Non-homonitas ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,antara lain:
a. Berubahnya letak stasiun.
b. Berubahnya system pendataan.
c. Berubahnya iklim.
d. Berubahnya dalam lingkungan sekitar.
2.7.1 Metode RAPS (Rescaled Adjusted Partical Sums)
Pengetesan menggunakan data hujan tahunan average dari stasiun hujan
itu sendiri yaitu dengan uji jumlah penmbelokan kuadratnya dengan
reratanya. Syaratnya adalah stasiun hujan yang berada disekitanya harus
berjumlah ≤ 2 (Standalone Station).
2.7.2 Metode Kurva Massa Ganda (Double Curve Analysis)
Uji konsistensi ini dapat diriset dengan cara meramalkan curah hujan
tahunan penjumlahan dari pos yang diriset dengan harga komulatif
curah hujan rata-rata dari suatu sistem stasiun dasar yang
berdampingan. Selayaknya, metode ini diruntut dengan urutan runtut
mundur dan dimulai pada tahun yang paling bawah atau data yang
terbaru hingga data paling terakhir.
Kalau tidak ada change terhadap environment maka akan didapatkan
garis ABC berupa garis linear dan tidak terjadi lekukan arah garis, maka
data hujan tersebut adalah konsisten. Pembelokan tiba-tiba dari garis
14
sebelumnya membuat terbuktinya pergantian tersebut, yang bukan
dikarenakan oleh climate change atau hidrology condition yang dapat
membuat adanya perubahan trend. Sehingga rain data tersebut dapat
dikatakan tidak konsisten dan harus dilakukan perbaikan. Menurut Vita
Evantika Jaya (apabila data hujan tersebut tidak konsisten, maka dapat
dilakukan koreksi dengan menggunakan rumus :
= ........................................................................................ (5)=.................................................................................................. (6)
Keterangan:
Yz : Data hujan yang diperbaiki, mm
Y : Data hujan hasil pengamatan, mm
Tgα : Kemiringan sebelum ada perubahan
Tg αc : Kemiringan setelah ada perubahan
Pada double mass curve analysis diperlukan minimal 3 stasiun untuk
menguji konsistensi data, sehingga ketetapan data dapat dites dan data
yang digunakan dalam analisa hidrologi pun telah layak. Double mass
curve analysis pun adalah uji kepanggahan data yang bisa dikatakan
perbedaan dari garis belok atau belok dari perhitungan jumlah stasiun
pembanding dengan stasiun yang dites.
15
Gambar 1. Lengkung Massa GandaSumber: Materi Kuliah Hidrologi Teknik Dasar
Keterangan:
- Strukturisasi yang terjadi berupa garis linear dan tidak terjadi
tekukan arah garis itu, maka data hujan pos X adalah tetap.
- Strukturisasi yang terjadi berupa garis linear dan terjadi tekukan arah
line itu, maka data hujan pos X adalah tidak konsisten dan harus
dilakukan pemugaran.
2.8 Analisis Hujan
Hujan merupakan bagian penting dalam analisa hidrologi pada perancangan
debit untuk menentukan ukuran saluran drainase. Diketahui hujan sangat
bermacam-macam terhadap spasi (space), maka untuk kawasan sangat luas
16
tidak bisa diwakilkan satu stasiun pengukuran. Dalam hal ini diperlukan
area rainfall yang diperoleh dari harga rainfall average data beberapa pos
pengukuran hujan yang ada disekitar kawasan tersebut. Ada 3 macam
cara yang umum dipakai dalam meramalkan hujan rata-rata kawasan: (1)
rata-rata aljabar, (2) poligon thiessen dan (3) isohyet.
Tabel 1. Syarat metode hujan rata-rata wilayah berdasarkan pos hujannya
Jumlah Pos Hujan Metode Hujan Rata-Rata
Jumlah pos cukup Isohyet,Thiessen, Aritmatik
Jumlah pos hujan terbatas Thiessen, Aritmatik
Pos hujan tunggal Metode Hujan Titik
Sumber : Suripin, 2004
Tabel 2. Syarat metode hujan rata-rata wilayah berdasarkan luas DPS
Luas DPS Metode Hujan Rata-Rata
DPS besar > 5000 Km2 Isohyet
DPS sedang (500 – 5000 Km2) Thiessen
DPS kecil < 500 Km2 Aritmatik, Thiessen
Sumber : Suripin, 2004
Tabel 3. Syarat metode hujan rata-rata wilayah berdasarkan topografinya.
Topografi Metode Hujan Rata-Rata
Berbukit, pegunungan dan tidak
beraturan
Isohyet
Dataran Thiessen, Aritmatik
Sumber : Suripin, 2004
17
2.9 Curah Hujan Maksimum Harian Rata-rata
Curah hujan diperlukan untuk menentukan besarnya keseringan yang
digunakan sebagai ramalan timbulnya aliran permukaan wilayah. Curah
hujan yang dipakai dalam analisis adalah curah hujan harian maksimum
rata-rata dalam satu tahun yang telah dianalisa. Pemilihan data hujan
maksimum harian rata-rata harus dilakukan secara benar untuk perhitunagn
frekuensi data hujan.
2.10 Analisis Frekuensi
Analisis frekuensi dipakai untuk tahu besaran hujan atau debit dengan kala
rencana waktu tertentu. Analisa frekuensi dapat dilakukan untuk rentetan
data yang diperoleh dari recorder/rekaman data baik data hujan/debit dan
dibasiskan pada sifat stokastik data yang tersedia untuk memperoleh
kemungkinan besaran hujan/debit di masa yang akan datang (dimisalkan
bahwa sifat statistika data tidak berubah/sama).
Abdullah (2010) mengatakan bahwa tahapan analisis frekuensi hujan dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Memperjelas data hujan yang sudah diinginkan berdasarkan formula
pemilihan data terbaik menurut ketersediaan data.
2. Data diurutkan dari minim ke maxim (atau sebaliknya).
3. Hitung data yang berhubungan dengan analisa (X , s, Cv, Cs, Ck)
Pada analisis frekuensi distribusi kemungkinan teoritis yang pas tepat
untuk data yang ada disyaratkan berdasarkan ukuran-ukuran statistika
18
seperti nilai rerata, standar deviasi, asymetric coeficient, koefisien variasi
dan curtosis coefficient.
Menurut Eric Strauvlehauntz (1995) adapun rumus-rumus parameter
statistika tersebut antara lain sebagai berikut ini:
a. Nilai rerata X
Nilai rerata merupakan nilai yang dipilih mewakili nilai sebaranyang
ada. Nilai rata-rata tersebut dianggap sebagai nilai pusat dan dapat
dipakai dalam penilaian distribusi sebaran stokastik.
n
XX
n
ii
1 ……….....……….…………………………………... (7)
b. Simpangan baku (standard deviation) (S)
Biasanya dimensi deviasi yang paling banyak digunakan adalah
deviasi standar (standard deviation). Apabila deviasi data sangat
besar terhadap nilai bagi maka nilai deviasi standar (S) akan besar
pula, akan tetapi apabila deviasi data sangat minim terhadap nilai
rata-rata maka (S) akan minim.
1
1
2
n
XXS
n
ii
…………………………………..………...... (8)
19
c. Koefisien asimetri (skewness) (Cs)
Kemencengan (skewness coefficient) adalah suatu value yang
menunjukan derajat ketidaksimetrisan (asymmetry coefficient) dari
suatu bentuk sebaran. Apabila suatu grafik frekuensi dari suatu
sebaran mempunyai buntut memanjang ke kanan atau ke kiri
terhadap titik pusat maksimal maka kurva tersebut tidak akan
berbentuk simetris, kondisi itu disebut tikung ke kanan atau ke kiri.
Pengukuran kemencengan adalah mengetahui sebesar apa suatu
kurva frekuensi dari suatu distribusi tidak simetri.
Grafik sebaran yang bentuknya sama maka nilai CS = 0.00, grafik
distribusi yang bentuknya bengkok ke kanan maka CS lebih besar
nol, sedangkan yang bentuknya bengkok ke kiri maka CS kurang
dari nol.
3
1321
n
iis XX
Snn
nC ……..............…..........………. (9)
d. Koefisien variasi (Cv)
Grafik variasi (variation coefficient) adalah nilai perbedaan antara
deviasi standar terhadap rata-rata hitung dari suatu sebaran.
X
SCv …………….....………..............………....……………. (10)
20
e. Koefisien kurtosis (Ck)
Perhitungan kurtosis dimakzulkan untuk mengoptimasi puncak dari
bentuk kurva sebaran, yang biasanya dibandingkan dengan sebaran
frekuensi.
4
14
2
321
n
iik XX
Snnn
nC ……………………....... (11)
dengan :
= macam yang berupa hujan atau data debit
= rerata seri hujan atau debit
=banyak data yang dianalisis
= simpangan/deviasi baku
= koefisien asimetri
= koefisien variasi
= koefisien kurtosis
4. Pemilihan jenis sebaran (distribusi).
Sehabis faktor uji statistik diketahui, maka distribusi yang pas tepat untuk
dipakai dalam analisis frekuensi dapat ditentukan. Sebaran kemungkinan
yang sering dipakai dalam analisa hidrologi yaitu distribusi Normal, Log
Normal, Gumbel dan Log Pearson III. Sifat-sifat spesial dari setiap
macam distribusi frekuensi sebagai berikut (Simao, 2000) :
21
a. Distribusi Normal
Kata Suripin (2004) sebaran normal banyak pakai dalam analisis
frekuensi curah hujan, analisis stokastik dari sebaran rata-rata curah
hujan tahunan, debit rata-rata tahunan dan sebagainya.
Sifat spesial distribusi Normal adalah :
1. Skewness (Cs) ≈ 0,00
2. Kurtosis (Ck) = 3,00
3. Probabilitas ≤ ( − ) = 15,87%
4. Probabilitas ≤ = 50,00%
5. Probabilitas ≤ ( + ) = 84,4%
b. Distribusi Log Normal
Kata Suripin (2004) sebaran log normal merupakan hasil
pengubahan dari sebaran normal, yaitu dengan mengubah nilai
varian X menjadi nilai logaritmik variasi X. Secara teroganisir
sebaran log normal ditulis sebagai berikut:
21 1 log
( ) .exp2log ( )( 2 )
X XP X
SX S
……………. (12)
dimana,( ) = peluang log normal
= nilai varian pengamat
= rata-rata dari logaritmik varian X
= deviasi standar dari logaritmik nilai varian x
22
Jikalau nilai P(X) divisualkan pada kertas probabilitas logaritmik
akan merupakan persamaan garis lurus linear.
Sifat spesial statistik distribusi Log Normal adalah :
1. vs CC .3
2. 0sC
Persamaan garis teoritis retorika probabilitas :
.T TX X K S …………......………………………….............. (13)
dengan :
= debit banjir tertinggi dengan kala ulang T tahun
= factor-faktor frekuensi
= simpangan/deviasi baku
c. Distribusi Gumbel
Bahwasanya Suripin (2004) sebaran Gumbel umumnya dipakai
untuk mengabarkan sebaran tetap, contohnya pada perhitungan
analisis frekuensi banjir.
Sifat khas statistik sebaran Gumbel adalah :
1. 396,1sC
2. 4002,5kC
Persamaan garis teoritik probabilitasnya adalah :
/T n nX X S Y Y ............................................................. (14)
dengan :
23
= reduced variate
= mean dari reduced variate
= simpangan baku reduced variate
= banyaknya data
d. Distribusi Log Pearson III
Pada Suripin (2004) sebaran Log Pearson tipe III ramai digunakan
ddidalam analisis hidrologi, utamanya dalam analisis banjir rencana
dan debit terkecil dengan nilai tinggi. Morfologi distribusi Log
Pearson tipe III menyerupai hasil perubahan dari distribusi Pearson
tipe III dengan mengubah variansi menjadi nilai logaritmik.
Sifat spesial statistik sebaran ini adalah :
1. Jika tidak memperlihatkan sifat-sifat seperti pada ketiga sebaran
di atas.
2. Garis teoritikal kemungkinannya berupa garis busur.
Ukuran-ukuran stokastik yang dikehendaki oleh sebaran Log
Pearson type III adalah (Soemarto, 1987) :
1. harga rata-rata X ,
2. standar deviasi/ simpangan (S),
3. koefisien kepencengan sC .
4. Data divisualkan pada kertas probabilitas.
5 Peniruan persamaan garis teoritis berdasarkan formula (6) untuk
sebaran Log normal, dan Persamaan (7) untuk sebaran frekuensi
Gumbel.
24
6. Setelahnya dikehendaki pengetesan dengan Chi-kuadrat dan
Smirnov-Kolmogorov.
Terdapat beberapa cara untuk mengetes macam kemungkinan
dengan kesesuaian data yang ada antara lain :
a. Uji Chi-Kuadrat
Pada kondisi riilnya uji ini adalah pengujian terhadap
penyimpangan rerata dari data yang dianalisis berdasarkan
distribusi terpilih. Deviasi tersebut dihitung dari perbedaan antara
nilai kemungkinan setiap varian menurut hitungan dengan
rumus teruji. Formula yang digunakan sebagai berikut (Jayadi,
2000) :
22
1
k
ii
Ef Of
Ef
........................................................... (15)
dengan :
= harga Chi-Kuadrat
= estimasi frekuensi untuk kelas i
= observed frekuensi pada kelas i
= banyaknya kelas
Syarat dari tes Chi-Kuadrat ádalah value 2 harus lebih minim
dari pada 2 cr (Chi-Kuadrat kritik) yang nilainya tergantung pada
25
derajat kebebasan (DK) dan derajat nyata (α). Pada analisa
frekuensi sering pakai derajat riil 5%.
b. Uji Smirnov Kolmogorov.
Pengetesan dilakukan dengan mencari nilai pengurangan
probability tiap varian menurut sebaran teoritik yaitu Δi.
Harga Δi maksimum harus lebih kecil dari delta kritik yang
besarnya disyaratkan berbasis banyaknya data dan derajat riil (α)
(Jayadi, 2000).
2.11 Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah menit, jam dibutuhkan air untuk mengairi dari titik
yang paling jauh/tinggi pada aliran ke acuan kendali yang ditentukan pada
sebuah aliran. Pada Prinsipnya waktu konsentrasi dibagi menjadi :
a. Inlet time (to), yaitu menit, jam yang berfungsi oleh air untuk mengairi di
permukaan tanah menuju sistem drainase.
b. Conduit time (td), yaitu menit, jam yang berfungsi air untuk mengairi di
seluruh saluran sampai titik yang ditinjau.
Waktu konsentrasi (tc) ditentukan dengan rumus (Dwityanti, 2006) :
Tc = to + td................................................................................................. (16)
2.12 Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah besar atau ketinggian air hujan turun per nilai waktu.
Sifat spesial umum hujan adalah makin sebentar waktu hujan berlangsung
26
intensitasnya menonjolmakin besar dan makin besar periode ulangnya makin
tinggi pula intensitasnya. Diperlukan data hujan waktu singkat, misalnya
5 menit, 10 menit, 30 menit, 60 menit dan jam-jaman untuk memvisualkan
kurva IDF. Data hujan macam ini dapat dicapai dari pos pengukur hujan
otomatis. Selanjutnya, berbasis data hujan jangka singkat tersebut grafik
IDF dapat dibuat dengan salah satu dari persamaan berikut:
1. Rumus Talbot
Pada Prof. Talbot (1881) rumus ini banyak dipakai karena mudah
digunakan dan variabel khas a dan b ditentukan dengan harga-harga yang
terukur sebagai berikut:
= .................................................................................................... (17)
Dimana :
t : lamanya hujan (jam)
I : Intensitas hujan (mm/jam)
a & b : konstanta yang tergantung lamanya hujan terjadi
2. Rumus Sherman
Pada Sherman (1905) rumus ini sesuai untuk selang waktu curah hujan
yang lamanya lebih dari 2 jam.= ..................................................................................................... (18)
Dimana:
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
27
T : Lamanya curah hujan (jam)
a dan n : konstanta
3. Persamaan Ishiguro
Rumus ini dikemukakan oleh Dr. Ishiguro (1953), adapun formulanya
sebagai berikut :
= √ ................................................................................................ (19)
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
t = lamanya curah hujan (jam)
a dan b : konstanta
4. Persamaan Mononobe
Menurut Dr. Mononobe jikalau data hujan selang pendek tidak ada, yang
ada hanya data hujan harian dipakai perhitungan mononobe :
= ( )2/3……………………………………................................. (20)
Dimana :
I : intensitas hujan (mm/jam)
T : lamanya hujan (jam)
R24: Curah hujan maksimum (mm)
2.13 Analisis Debit Banjir Rencana
Debit rencana adalah debit kala ulang yang digunakan untuk memakai debit
banjir pada waktu tertentu , ada beberapa rumus pada perencanaan drainase
28
untuk mendapatkan debit kala ulang yaitu Weduwen, Haspers dan Rasional.
Untuk rasional sendiri syarat batas adalah DAS < 60 km2 , untuk metode
weduwen syarat batas DAS < 100 km2 dan Haspers memiliki syarat batas
DAS < 300 Km2. Dikarenakan DAS Universitas Lampung adalah sekitar 60
Ha-70 Ha maka 3 metode tersebut masuk dalam syarat batas untuk
digunakan.
Menurut USSCS (1973) pada metode Rasional, persamaan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Qr = 0,278 x C x I x A................................................................................ (21)
Dimana :
Q r = Debit rencana kala ulang (m3/ detik)
C = Koefisien Pengaliran
I = Intensitas Hujan Kala Ulang Tertentu (mm/jam)
A = Luas Daerah Pengaliran (Km2)
Menurut M.H Susanto (2006) rumus metode Haspers, persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Qr = α x β x q x A………………………................................................. (22)
Dimana :
Qr : Debit rencana kala ulang (m3/ detik)
α : Koefisien limpasan air hujan
β : Koefisien pengurangan luas daerah hujan
q : Intensitas maksimum jatuhnya hujan rata-rata (m3/det/km)
A : Luas daerah pengaliran (Km2)
29
Menurut A. Prahananto (2008) metode Weduwen mempunyai persamaan
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Qr = α x β x qn x f………………………................................................ (23)
Dimana :
Qr : Debit rencana kala ulang (m3/ detik)
α : Koefisien limpasan air hujan
β : Koefisien pengurangan luas daerah hujan
qn : Curah hujan (mm/jam)
f : Luas daerah pengaliran (Km2)
2.14 Penampang Saluran Terbuka
Saluran tipe terbuka adalah jenis saluran yang dimana permukaan aliran air
berhubungan langsung dengan udara sehingga tekanan air dianggap sama
dengan tekanan atmosfer. Saluran ini berguna mengairikan air luapan
permukaan atau air hujan yang terletak di area yang mempunyai luasan
cukup, ataupun saluran drainase air bukan hujan yang tidak membahayakan
kesehatan atau mengganggu lingkungan. Contoh saluran terbuka antara lain:
sungai, irigasi, selokan, talud dan estuari.
2.15 Penampang Saluran Drainase
Saluran untuk drainase tidak terlalu jauh berbeda dengan saluran air lainnya
pada umumnya. Dalam desain dimensi saluran harus direncanakan dapat
memperoleh dimensi tampang yang ekonomis. Efektifitas pemakaian dari
30
berbagai dimensi tampang saluran drainase yang dikaitkan dengan fungsi
saluran adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Fungsi penampang saluran drainase
Trapesium Untuk debit besar yang
sifat aliran menerus
dengan fluktuasi kecil
Pada daerah dengan
lahan yang cukup
Persegi panjang Untuk debit besar yang
sifat aliran menerus
dengan fluktuasi kecil
Pada daerah dengan
lahan yang tidak
tersedia dengan cukup
½ lingkaran Untuk menyalurkan air
limbah dengan debit
kecil
Pada area yang sempit
dan memiliki talud
sedikit melingkar dan
labil
Segitiga Untuk debit kecil
sampai nol dari limbah
Pada daerah yang
lebar dan talud labil
Sumber : Masduki 1990
2.16 Kecepatan Aliran Drainase
Velocity dalam saluran biasanya sangat bermacam-macam dari satu titik ke
titik lainnya. Hal ini dikarenakan adanya shear stress di dasar saluran,
dinding saluran dan keberadaan permukaan bebas. Velocity aliran
mempunyai tiga bagian arah menurut koordinat kartesius. Sehingga, hanya
kecepatan aliran yang searah dengan arah aliran yang diperhitungkan.
Bagian kecepatan ini bervariasi terhadap kedalaman dari permukaan air.
31
Velocity terkecil yang dimaukan adalah velocity terkecil yang tidak
menimbulkan sedimentasi dan tidak menggairahi munculnya tanaman
aquatic dan lumut. Pada umumnya, kecepatan sebesar 0,60 – 0,90 m/detik
dapat dipakai dengan aman apabila persentase lumpur yang ada di air cukup
kecil. Kecepatan 0,75 m/detik bisa mencegah tumbuhnya tumbuhan pionir.
Pemindaian kecepatan aliran air pada saluran yang didesain didasarkan pada
kecepatan terkecil yang diperbolehkan agar kontruksi saluran tetap aman.
Menurut Robert Manning (1890) persamaan Manning sebagai berikut:
V = 1/n x R2/3 x S1/2....................................................................................(24)
Dimana :
V = Kecepatan aliran (m/detik)
n = Koefisien kekasaran manning
R = Jari-jari hidrolik
S = Kemiringan memanjang saluran
Harga n Manning tergantung pada kekasaran sisi dan dasar saluran.
Harga n koefisien manning akan berhandaikan dan memiliki andil besar
terhadap kecepatan pada saluran terbuka. Velocity dalam saluran terbuka
perlu dihargai sesuai bahan-bahan yang melapisi dinding saluran terbuka
tersebut dan dasar saluran tersebut dikarenakan bila melebihi ijin yang
disyaratkan akan menimbulkan scouring dan Kikidsn dinding saluran yang
akan berakibat tergeseknya aliran air selanjutnya. Ijin kecepatan aliran air
32
berdasarakan bahan penyusun dinding dan dasar saluran dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 5. Batas Kecepatan Aliran berdasarkan bahan material
Jenis Bahan Kecepatan Aliran Air Diizinkan
(m/detik)Pasir Halus
Lempung kepasiran
Lanau Aluvial
Kerikil Halus
Lempung Kokoh
Lempung Padat
Kerikil Kasar
Batu-batu besar
Pasangan Batu
Beton
Beton Bertulang
0,45
0,50
0,60
0,75
0,75
1,10
1,20
1,50
1,50
1,50
1,50
Sumber : Drainase Perkotaan, 1997
2.17 Sumur Resapan
Dasarnya sumur resapan berupa sumur-sumur galian yang dibuat di
pekarangan, perkebunan dan persawahan air hujan. Untuk menentukan
ukuran sumur resapan berdasarkan faktor yang telah dijelaskan, maka
digunakan metode rekayasa yang telah dimunculkan, yaitu metode Sunjoto
(1988). Pada metode Sunjoto (1988), rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
H = . (1 − exp(− . . )………………………………....................... (25)
Dimana :
33
H : Kedalaman sumur (m)
Q : Debit inlet (m3/detik)
F : Faktor bentuk/geometrik sumur (m)
K : Permeabilitas/serapan tanah (m/s)
R : Radius/jari-jari sumur (m)
T : Durasi/waktu aliran (s)
34
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di jaringan drainase yang terletak dari Tugu
UNILA Masjid Al-Wasi’i hingga dan memutari kawasan belakang Masjid
Al-Wasii hingga Komplek Perumahan Bank BNI bertemu di jaringan
drainase di depan Bank BNI sebagai titik pertemuan.
Gambar 2. Peta Zona Penelitian
3.2. Data yang digunakan
Pada penilitian ini dibutuhkan data :
Data Primer
Data primer yang digunakan berupa :
35
a. Ukuran selokan eksisting berupa dimensi penampang selokan dari
tinggi lebar dalam satuan meter (m) dan arah aliran.
b. Data material yang base saluran sebagai pembuat penampang
jaringan selokan mengangkang untuk mengetahui koefisien manning
yang akan digunakan.
c. Pengukuran kontur (elevasi).
d. Zona banjir pada wilayah studi kasus.
Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini berupa :
a. Data curah hujan merata dari pos hujan yang berpengaruh pada
aliran di jaringan drainase yang diteliti dengan rentang data 10
tahun di masing-masing stasiun.
b. Peta rencana tuan Universitas Lampung.
3.3. Langkah Pengerjaan
1. Pengumpulan data dan survey
Tahapan yang pertama adalah meng-collect data-data yang diinginkan
dalam research baik data primer maupun data sekunder.
2. Analisa bentuk direct aliran selokan eksisting.
Menganalisa bentuk direct aliran yaitu menganalisis direct air dari
sistem selokan eksisting berbasis elevasi kontur dan program HEC-RAS
3. Perhitungan Debit Kala Ulang
Analisa Debit kala ulang didapatkan dari hydrology analysis yang
berupa perubahan data curah hujan menjadi debit rencana diawali
36
dengan rainfall data yang didapat dari data sekunder lalu bila ada data
hilang karena alat penakar hujan out of order digantikan lewat stasiun
pembanding dengan metode data hujan yang hilang, lalu setelah itu diuji
konsistensi data dengan RAPS dikarenakan stasiun hujan yang
digunakan < 3 buah. Setelah itu peneliti mencari luas pengaruh stasiun
hujan untuk hujan rerata terhadap daerah aliran sistem drainase dengan
salah satu metode antara thiessen , isohyet ataupun aritmatik aljabar
dengan pertimbangan syarat yang dijabarkan pada bab II, lalu peneliti
akan mencari hujan maksimum rata-rata, peneliti lalu menghitung
analisis frekuensi untuk mencari tahu nilai simpangan, kurtosis dan nilai
kemencengan untuk pemilihan metode apa yang tepat dalam pemilihan
jenis sebaran (distribusi), lalu perhitungan waktu konsentrasi aliran air
dengan metode Kirpich selanjutnya peneliti akan menghitung hujan
rencana berdasarkan beberapa metode intensitas hujan yang sesuai
dengan beberapa syarat dan kondisi setelah itu perhitungan dan
digunakan metode mononobe dilanjutkan debit rencana dengan metode
rasional, Weduwen dan Haspers. Debit kala ulang yang digunakan
adalah kala ulang 5 tahun untuk perencanaan drainase perkotaan yang
sesuai digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu dari jurnal-jurnal
terkait dan aturan kaedah yang berlaku.
4. Perhitungan Debit Penampang Saluran Eksisting
Debit dicari dengan persamaan Q = V x A yang dimana A adalah luas
penampang yang didapatkan dari hasil data primer dari elevasi total
37
station dan V didapatkan berdasarkan rumus manning pada saluran
terbuka yaitu V = 1/n x R2/3 x S1/2 dan Q dari debit rencana.
5. Pemeriksaan Debit Saluran Eksisting (Qs) dengan Debit Rencana (Qr)
Selanjutnya yaitu pemeriksaan debit saluran eksisting dengan debit kala
ulang. Bila Qs > Qr maka tidak perlu adanya redesain namun bila Qs <
Qr maka perubahan dimensi saluran dan kemiringan harus dilakukan.
6. Perhitungan kedalaman sumur resapan sebagai langkah dalam
penanggulangan limpasan air dari atap untuk mengurangi debit limpasan
ke saluran.
7. Detail engineering design penampang baru drainase maupun sumur
resapan dan Rancangan Anggaran Biaya.
38
tidak
ya
Gambar 3. Bagan Alir Penelitian
Mulai
Pengumpulan Data :
Primer Sekunder
Dimensi drainase eksisting Data curah hujan
Data material dasar saluran Peta Masterplan UNILA
Data kontur (elevasi saluran)
Titik banjir studi kasus
Analisis Data
Qs > Qr
Desain sumur
resapan
Desain /perbaikan
penampang baru
Selesai
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai redesain sistem drainase dan desain sumur
resapan di lingkungan universitas lampung dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a. Berdasarkan hasil analisis, maka diperoleh kesimpulan:
1. Dari analisa debit rencana kala ulang 5 tahun dengan metode rasional
didapatkan hasil sebagai berikut :
- D2-D11 A sebesar 0,0748 m3/s.
- D3-D11 sebesar 0,0752 m3/s.
- D11-D16 sebesar 0,066 m3/s.
- D16-D15 sebesar 0,0414 m3/s.
- D22-D16 sebesar 0,0069 m3/s.
- D29-D30 sebesar 0,0365 m3/s.
- D6-D7 sebesar 0,0265 m3/s.
- D27-D24 sebesar 0,0063 m3/s.
- D23-D13 sebesar 0,056 m3/s.
- D24-D25 sebesar 0,0028 m3/s.
- D21A-D21B sebesar 0,0258 m3/s.
112
- D26-D22 sebesar 0,0022 m3/s.
- D20-D19 sebesar 0,0027 m3/s.
- D23-D28 sebesar 0,0034 m3/s.
2. Pada analisa dengan program HEC-RAS 4.1.0 didapatkan bahwa titik
banjir sepanjang 60 meter dengan ketinggian banjir rata-rata 8-10 cm di
saluran drainase D2-D11A yang berseberangan dengan Masjid Al-
Wasi’i dari Sta. D2+270 hingga Sta. D2+330.
3. Dari hasil analisis pada saluran banjir di jalur seberang Masjid Al-
Wasi’i didapatkan fakta bahwa diperlukan pengangkatan/pengerukan
sedimen tanpa perubahan penampang eksisting saluran drainase.
4. Dari uji tanah sedimen pada sampel di saluran drainase di wilayah
penelitian, diperoleh klasifikasi tanah menurut analisa AASHTO yaitu
jenis kerikil halus dan didapatkan nilai kecepatan D2-D8 senilai
0,02724 m/s, D8-D10 0,0000238 m/s dan D10-D11A senilai 0,03342
m/s. Bisa disimpulkan area saluran D8-D10 terjadi endapan sedimen
akibat kecepatan aliran yang sangat rendah mendekati 0 m/s dan
kemiringan saluran yang rendah (datar).
5. Dari Hasil analisa Hec-Ras kapasitas drainase jalur Masjid Al-Wasi’i
dan seberang Masjid Al-Wasi’i memiliki kapasitas hingga terjadinya
banjir di salah satu ruas adalah 0,3063 m3/detik dan 0,3048 m
3/detik.
6. Pembuatan sumur resapan dapat membantu kinerja drainase wilayah
Tugu UNILA hingga Masjid Al-Wasi’i terutama untuk mengatasi saat
terjadi hujan dengan volume tinggi, durasi pendek dan kala ulang yang
113
besar. Limpasan banjir yang mampu diresap sumur resapan berjumlah
18,52 % dari keseluruhan jumlah limpasan.
7. Jumlah biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan drainase sejumlah Rp
294.241.568,00 pembuatan sumur resapan, pembuatan biopori sejumlah
Rp 95.074.315,00, biaya tak terduga sebesar Rp 58.397.382,00 dan
total keseluruhan anggaran biaya yang dibutuhkan berjumlah Rp
447.713.266,00 (Empat Ratus Empat Puluh Tujuh Juta Tujuh Ratus
Tiga Belas Dua Ratus Enam Puluh Enam Rupiah).
5.2 Saran
Beberapa saran dari hasil penelitian ini antara lain:
1. Untuk merekondisikan saluran eksisting maka, diperlukan pengerukan
sedimen pada saluran drainase yang meluap.
2. Pada pemodelan HEC-RAS dimodelkan aliran air dari badan jalan
masuk ke dalam saluran melalui street inlet, namun untuk menghindari
terjadinya genangan air kembali di badan jalan setelah pengerukan
sedimen, maka disarankan adanya penambahan jumlah street inlet.
3. Disarankan pembuatan sumur resapan seperti yang tertera pada bab
hasil dan pembahasan untuk mengatasi penurunan muka air tanah yang
menyebabkan settlement, menekan mencegah laju erosi tanah akibat
limpasan permukaan serta konservasi air tanah.
4. Diperlukan perbaikan saluran untuk mengatasi pengikisan dinding
saluran dan dasar saluran serta kemiringan dasar (slope). Hal ini
dibuktikan dari hasil analisis kecepatan aliran pada saluran D2-D8,
nilainya cukup besar sehingga mengakibatkan pengikisan dasar saluran
114
dan dinding saluran oleh air. Pada saluran D8-D10 didapatkan nilai
kecepatan aliran di bawah batas ijin kecepatan saluran sehingga terjadi
endapan sedimen dan banjir. Kemiringan saluran cenderung datar yang
mengakibatkan kecepatan aliran air melambat dan mendekati 0 m/s,
sehingga terjadi endapan di saluran tersebut maka, untuk itu diperlukan
perbaikan dengan langkah me-lining beton dasar dan dinding saluran
dan perbaikan kemiringan dasar saluran (slope).
5. Diharapkan dalam pengambilan kesimpulan penyebab banjir di
penelitian berikutnya tidak hanya karena daya tampung penampang
eksisting drainase tapi juga memperhatikan faktor-faktor lainnya seperti
segi kontur, sosial masyarakat, tata guna lahan, planologi wilayah dll.
6. Diharapkan akan ada penelitian lebih lanjut tentang efektifitas kinerja
biopori pada tanah jenuh dikarenakan pada tahap analisis yang
dilakukan, peneliti hanya berasumsi bahwa keadaan tanah pada zona
penelitian dalam kondisi kering dan mampu menyerap debit limpasan
secara terus-menerus tanpa memasukkan faktor-faktor sifat fisik tanah
seperti derajat kejenuhan tanah dan nilai kadar air tanah.
7. Dalam perencanaan drainase ataupun jaringan sistem drainase
diharapkan dapat menggunakan literatur-literatur ataupun standar
peraturan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, N. & Muchtar, A. 2007. Analisis Fakto-Faktor yang Mempengaruhi
Debit Sungai Mamas. Makassar : Jurnal Nasional Universitas
Hasanuddin.
Akbar, M.Ali., et al. 2014. Analisa Kekritisan DAS dan Upaya Konservasi
Danau. Malang : Katalog Jurnal Universitas Brawijaya.
Beven, K. 2012. Rainfall-Runoff Modelling. Chirchester : The Primer John Wiley
& Sons, Ltd.
Damayanti, W.D. 2011. Sumur Resapan Air Hujan Sebagai Salah Satu Usaha
Pencegahan Terjadinya Limpasan Pada Perumahan Graha Sejahtera 7
Boyolali. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Haryono & Erdianto, F. 2008. Perencanaan Jaringan Drainase Sub Sistem
Bandarharjo Barat. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hasmar, H. 2003. Drainase Terapan. Yogyakarta : UII Press.
Kai, W. et al. 2016. Flood control and management for the transitional Huaihe
River in China. China : Huaihe River Commission of Ministry of Water
Resources International Journal.
Lamb, R et al. 1998. Use of Spatially Distributed Water Table Observations to
Constrain Uncertainty in a Rainfall-Runoff Model. French : Adv. Water
Resources International Journal .
Luscombe, D.J. 2016. How Does Drainage Alter The Hydrology of Shallow
Degraded Peatlands Accros Multiples Spatial Scales. United Kingdom :
Sciendirect International Jurnal.
Mawening, I.T & Setyaningsih, T.P. 2009. Perencanaan Polder Sawah Besar pada
Sistem Drainase Kali Tenggang. Semarang : Universitas Diponegoro.
Nugroho, S.P et al. 2002. Evaluasi Dan Analisis Curah Hujan Sebagai Faktor
Penyebab Bencana Banjir Jakarta . Jakarta : Jurnal Sains Teknologi &
Teknologi Cuaca.
116
Prahananto, A. & Sugiyanto. 2008. Perencanaan Drainase Kawasan Puri
Anjasmoro Kota Semarang. Semarang : Universitas DIponegoro.
Pramudiharto, A. & Hidayat. N 2008. Evaluasi Penanggulangan Banjir Bandara
Internasional Ahmad Yani Semarang. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Revilla-Romero, B et al. 2016. Integrating Remotely Sensed Surface Water
Extend into Continental Scale Hydrology. United Kingdom : Elsevier
B.V Journal Edition.
Sarisa, L.D. 2017. Analisis Spasio-Temporal Hujan Rancangan dan Hujan Rerata
di Provinsi Lampung. Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Saud, I. 2007. Kajian Penanggulangan Banjir di Wilayah Pematusan Surabaya
Barat. Surabaya : Jurnal Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Setiono & Hadiani. R. 2015. Analysis of Rainfall-Runoff Neuron Input Model with
Artificial Neural Network for Simulation for Availability of Discharge at
Bah Bolon Watershed. Surakarta : Sebelas Maret University E-Journal.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta : Andi.
Suryanti, I et al. 2013. Kinerja Sistem Jaringan Drainase Kota Semarapura di
Kabupaten Klungkung. Denpasar : Universitas Udayana E-Journal.
Triatmodjo, B. 2008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Beta Offset.
Wardhani, P.P. 2012. Analisis Banjir Tahunan Daerah Aliran Sungai Keduang.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Wilson, E.M. 1969. Teknik Hidrologi. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Yusuf, S.M et al. 2016. The Utilization of Satellite Imagery Data to Predict
Hydrology Characteristics in Dodokan Watershed. Bogor : Bogor
Agricultural Institute International Journal.
Zhang, Q.H et al. 2014. Impact of Water Surface Area of Watershed on Design
Flood. China : Water Science and Engineering Hohai University Daily
Journal.