bab ii. lingkup pekerjaan pengerukan alur pelayaran...

17
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN II-1 BAB II LiNGKUP PEKERJAAN PeNGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN Pekerjaan pengerukan dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu: Pengerukan Awal (Capital Dredging), Pengerukan Perawatan (Maintenance Dredging), Pengerukan Batu (Rock Dredging), dan Reklamasi (Reclamation). Pekerjaan capital dredging diperlukan dalam pembuatan pelabuhan baru. Pekerjaan ini bermodal besar dan dilakukan untuk sedimentasi yang telah lama terbentuk. Pekerjaan maintenance dredging dilakukan di Pelabuhan yang sudah ada, dengan tujuan menjaga agar terpenuhi persyaratan navigasi di alur pelayaran pelabuhan. Adanya sedimentasi di alur pelayaran mengakibatkan pendangkalan, sehingga kedalamannya tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi alur pelayaran di Pelabuhan. Oleh karena itu diperlukan pengerukan secara berkala di alur pelayaran pelabuhan (maintenance dredging). Pekerjaan rock dredging dilakukan khusus pada sedimentasi berupa batuan, sehingga metode yang digunakan berbeda. Pekerjaan reclamation bertujuan memindahkan soil di dasar laut dari daerah keruk ke daerah timbunan dengan maksud menambah luas daerah timbunan / keperluan rekayasa lainnya Sebelum dilaksanakan pengerukan, idealnya perlu dilakukan survey investigasi dan pengumpulan data. Pada tabel 2.1 dijelaskan survey yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan pengerukan. Karena dalam hal ini tujuan pelaksanaan survey hidrografi yaitu mengetahui apakah kedalaman dasar alur pelayaran sudah mencapai batas desain kedalaman yang sesuai dengan ketentuan bagi alur pelayaran di Pelabuhan Tanjung Priok serta menghitung volume material yang harus dikeruk, maka pembahasan ini dibatasi oleh pelaksanaan survey hidrografi (penentuan posisi, pengukuran kedalaman dan water level) untuk pekerjaan

Upload: vanhanh

Post on 30-Jan-2018

254 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II. Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhandigilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-satyanugra-29819-3... · BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

II-1

BAB II

LiNGKUP PEKERJAAN PeNGERUKAN

ALUR PELAYARAN PELABUHAN

Pekerjaan pengerukan dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:

Pengerukan Awal (Capital Dredging), Pengerukan Perawatan (Maintenance

Dredging), Pengerukan Batu (Rock Dredging), dan Reklamasi (Reclamation).

Pekerjaan capital dredging diperlukan dalam pembuatan pelabuhan baru.

Pekerjaan ini bermodal besar dan dilakukan untuk sedimentasi yang telah lama

terbentuk. Pekerjaan maintenance dredging dilakukan di Pelabuhan yang sudah

ada, dengan tujuan menjaga agar terpenuhi persyaratan navigasi di alur pelayaran

pelabuhan. Adanya sedimentasi di alur pelayaran mengakibatkan pendangkalan,

sehingga kedalamannya tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi alur

pelayaran di Pelabuhan. Oleh karena itu diperlukan pengerukan secara berkala di

alur pelayaran pelabuhan (maintenance dredging). Pekerjaan rock dredging

dilakukan khusus pada sedimentasi berupa batuan, sehingga metode yang

digunakan berbeda. Pekerjaan reclamation bertujuan memindahkan soil di dasar

laut dari daerah keruk ke daerah timbunan dengan maksud menambah luas daerah

timbunan / keperluan rekayasa lainnya

Sebelum dilaksanakan pengerukan, idealnya perlu dilakukan survey investigasi

dan pengumpulan data. Pada tabel 2.1 dijelaskan survey yang diperlukan dalam

pelaksanaan pekerjaan pengerukan. Karena dalam hal ini tujuan pelaksanaan

survey hidrografi yaitu mengetahui apakah kedalaman dasar alur pelayaran sudah

mencapai batas desain kedalaman yang sesuai dengan ketentuan bagi alur

pelayaran di Pelabuhan Tanjung Priok serta menghitung volume material yang

harus dikeruk, maka pembahasan ini dibatasi oleh pelaksanaan survey hidrografi

(penentuan posisi, pengukuran kedalaman dan water level) untuk pekerjaan

Page 2: BAB II. Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhandigilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-satyanugra-29819-3... · BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

II-2

pengerukan perawatan (maintenance dredging). Pelaksanaan survey hidrografi

dilakukan sebelum, selama, dan setelah pekerjaan pengerukan.

Hidrografi Geoteknik Hidraulik Meteorologi Sistem penentuan

posisi Bottom

sampling Pengamatan

gerakan air Angin Temperatur

Pengukuran kedalaman

Water level

Uji lapangan Uji

laboratorium

Arus Gelombang Pasut

Curah hujan Kelembaban Kabut

Side scan sonar Magnetometer Pengukuran densitas

Penelitian kandungan air

Salinitas Temperatur Komposisi

Penelitian sedimentasi

Bed load Suspended load Turbidity

Sumber: Economic And Social Commission for Asia and The PacificUnited Nations Development Programme 

Tabel 2.1 Jenis survey dalam pelaksanaan ideal pekerjaan pengerukan

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa adanya sedimentasi di alur pelayaran

pelabuhan mengakibatkan pendangkalan, sehingga persyaratan navigasi di alur

pelayaran tersebut tidak terpenuhi. Maka dalam bab ini akan dijelaskan hubungan

antara navigasi dan pengerukan, yaitu terkait pada kedalaman dan lebar alur

pelayaran. Agar lebih jelas disajikan gambar 2.1 skema lingkup pekerjaan

pengerukan alur pelayaran pelabuhan.

Page 3: BAB II. Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhandigilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-satyanugra-29819-3... · BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

II-3

Gambar 2.1 Skema lingkup pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan

Gambar diatas menjelaskan bahwa lingkup pekerjaan pengerukan alur pelayaran

terdiri dari capital dredging, maintenance dredging, rock dredging, dan

reclamation. Berdasarkan persyaratan navigasi untuk alur pelayaran yang harus

dipenuhi, maka perlu dilakukan pelaksanaan dan proses pengerukan. Pada

pelaksanaan dan proses pengerukan (maintenance dredging) terdapat peran

hidrografi dalam survey untuk pekerjaan pengerukan, yaitu : penentuan posisi,

pengukuran kedalaman dan water level.

Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhan

Tipe Pekerjaan Pengerukan :  

Capital Dredging  Maintenance Dredging Rock Dredging  Reclamation

Persyaratan NavigasiDi Alur Pelayaran  

Kedalaman alur Pelayaran Lebar alur pelayaran 

Pelaksanaan Survei Hidrografi :  

Penentuan posisi  Pengukuran kedalaman 

Water level 

Pelaksanaan dan ProsesPengerukan 

(maintenance dredging)

Page 4: BAB II. Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhandigilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-satyanugra-29819-3... · BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

II-4

2.1 Pekerjaan Pengerukan

Pengerukan merupakan proses pemindahan tanah dengan menggunakan suatu

peralatan atau suatu alat berat, dengan cara mekanis dan/atau hidraulis dari suatu

tempat ke tempat lain (misalnya dari suatu dasar sungai atau laut ke tempat lain).

Peralatan yang digunakan untuk pengerukan alur pelayaran pelabuhan biasanya

berbentuk kapal.

Tujuan pekerjaan pengerukan adalah untuk berbagai macam keperluan,

diantaranya (Rochmandi, 1992):

1. Memperdalam dasar sungai / laut,

2. Memperbesar penampang sungai,

3. Mengambil material pasir laut untuk keperluan urugan / fill untuk

keperluan bangunan ataupun reklamasi tanah,

4. Mengambil material / tanah / lumpur di dasar sungai untuk keperluan

penambangan,

5. Keperluan Navigasi,

6. Pengendalian banjir / pengambilan material di muara sungai (delta),

7. Rekayasa konstruksi dan reklamasi,

8. Pemeliharaan pesisir / pantai,

9. Instalasi dan perawatan pipa bawah laut (pipeline),

10. Pembuangan limbah / polutan,

Berdasarkan keperluannya, pekerjaan pengerukan dapat dikelompokkan menjadi 4

jenis pekerjaan, yaitu (Dredging For Navigation - a handbook for port and

waterways authorities):

A. Pengerukan Awal (Capital Dredging)

Pekerjaan pengerukan awal sangat diperlukan dalam membangun kolam/alur

pelayaran baru guna mempermudah manouver bagi kapal-kapal yang berada di

wilayah perairan, membuat pelabuhan baru (termasuk alur pelayarannya).

Page 5: BAB II. Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhandigilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-satyanugra-29819-3... · BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

II-5

Contohnya antara lain : beach nourishment yaitu menambang pasir di lepas-pantai

dan kemudian menempatkannya di pantai untuk mengganti pasir akibat peristiwa

erosi oleh badai atau ombak (perlindungan fungsi dari pantai, rekreasi),

pembuatan parit untuk pipa bawah laut, menyiapkan lokasi pengeboran lepas

pantai, menstabilkan platform lepas pantai dan melindungi pipa bawah laut.

Secara umum, pekerjaan ini disebut Capital Dredging. Jenis pekerjaan

pengerukan ini dilakukan pada tipe-tipe soil yang telah lama terendap di dasar

perairan. Sebagai pekerjaan yang bersifat capital, kedalaman alur pelayaran di

suatu pelabuhan yang telah lama digunakan tentu saja patut diperhatikan dan

diperbaiki.

Dalam manajemen di negara-negara berkembang, kata “pengerukan” biasa

dikaitkan dengan capital dredging (United Nations, 1991). Pekerjaan ini

merupakan suatu proyek / kegiatan konstruksi yang besar dan dilaksanakan oleh

kontraktor yang sangat berpengalaman. Pihak-pihak yang umumnya terlibat

dalam proyek capital dredging antara lain: pihak dari pemerintah, bank / badan

keuangan negara dan konsultan. Dalam beberapa kasus, pekerjaan ini memerlukan

waktu yang relatif lama dan hasil yang diciptakan sangat spektakuler. Antara lain:

menciptakan sebuah daratan, perbaikan lingkungan wilayah perairan, serta

membuat alur laut/sungai.

Beberapa faktor yang sangat signifikan mempengaruhi kesuksesan pekerjaan

capital dredging, yaitu :

1) Faktor Teknik

a) Keberadaan rongsokan (wrecks) dan Ranjau Laut.

Wrecks yang berukuran besar biasanya terapung dan dapat terpetakan.

Investigasi dengan magnetometer atau deteksi dengan side scan sonar

dapat mengetahui pula ranjau laut yang tidak terpetakan. Dalam proses

pengangkatan wrecks, terkait dengan alasan navigasi, biasanya tertulis

pada kontrak perjanjian yang terpisah dengan biaya yang berbeda.

Metode yang digunakan dalam proses pembuangannya harus pula

tercantum pada kontrak kerja.

Page 6: BAB II. Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhandigilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-satyanugra-29819-3... · BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

II-6

b) Reruntuhan / puing (debris).

Debris dapat mengakibatkan banyak kerugian dalam penggunaan alat

keruk hidraulik. Alat keruk tipe grabs cocok untuk mengatasinya.

Sehingga, debris dapat dibuang jauh dari area pengerukan.

c) Kandungan dasar.

Masalah ini terjadi pada alat keruk buckets, grabs, hoppers, roda

cutters dan pipeline. Tingginya kepekatan tanah dapat menyebabkan

tingginya intensitas adhesi (kelengketan), akibatnya efektivitas kerja

alat terganggu. Dampaknya berujung pada waktu produktivitas kerja

berkurang dan tentu saja akan bermasalah pada perjanjian kontrak

kerja.

d) Pelapisan dasar.

Kurangnya kepadatan tanah, adanya kandungan gas di dalamnya dan

kecenderungan terjadinya gelombang besar dan cepat dapat

menyebabkan kesulitan dalam pekerjaan pengerukan.

2) Faktor Manajemen

a) Kondisi perjanjian kontrak

Perjanjian kontrak terkait dengan pengetahuan dan kemampuan

pelaksana pekerjaan dalam penggunaan alat teknologi terbaru.

Teknologi dapat berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Maka

tidak dapat dipungkiri bahwa pelaksana pekerjaan harus mampu

mengatasi dan mengikuti perkembangan teknologi yang terjadi di

bidang pengerukan.

b) Metode pengukuran dan sertifikasi pekerjaan.

Sebagai pelaksana pekerjaan pengerukan yang profesional dan dapat

dipercaya, maka pelaksana harus bersertifikasi dan menguasai metode-

metode pengukuran yang ada. Hal itu terkait pada perkembangan

teknologi.

Page 7: BAB II. Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhandigilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-satyanugra-29819-3... · BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

II-7

c) Peraturan pembayaran yang disepakati.

Setiap pekerjaan, memiliki sistem pembayaran yang berbeda-beda

sesuai dengan kesepakatan antara pelaksana dan pengguna jasa

pengerukan. Oleh karena itu, peraturan pekerjaan yang telah disepakati

oleh kedua belah pihak harus dipatuhi dan dilaksanakan secara

keseluruhan.

d) Hubungan antara pemberi kerja dan kontraktor.

Adanya good relationship yang harus terjalin antara pemberi kerja dan

kontraktor sebagai pelaksana akan berdampak baik dalam pelaksanaan

pekerjaan.

B. Pengerukan Perawatan (Maintenance dredging)

Maintenance dredging adalah pekerjaan spesial yang termasuk pada

pengangkatan soil, umumnya soil yang dikeruk belum lama mengendap di dasar

perairan. Sehingga pada pekerjaan ini biasanya lapisan dasar perairan yang

dikeruk tidak terlalu tebal dan keras. Maintenance dredging merupakan pekerjaan

yang dilakukan berkesinambungan pada jangka waktu tertentu. Biaya untuk

melakukan pekerjaan ini salah satunya bergantung pada besar siltation yang

terjadi. Siltation terbentuk akibat adanya sedimentasi yang dikeruk, sehingga

sedimentasi di sisi lainnya yang tidak terkeruk cenderung mengikuti gravitasi

bumi. Akibatnya, area tempat sedimentasi yang dikeruk sebelumnya terisi

kembali oleh sedimentasi dari sisi-sisi lainnya. Dalam beberapa kasus, terdapat

alur pelayaran pelabuhan yang memiliki intensitas siltation yang tinggi.

Akibatnya, pekerjaan pengerukan pelabuhan di alur pelayaran tersebut

menghabiskan waktu yang cukup lama dan biaya yang sangat besar.

Page 8: BAB II. Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhandigilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-satyanugra-29819-3... · BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

II-8

Gambar 2.2 Proses terbentuknya Siltation

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan biaya operasi

pekerjaan pengerukan perawatan – maintenance dredging :

1. Menempatkan alur pelayaran di area yang memiliki siltation rendah.

2. Melakukan perencanaan yang baik dalam perawatan alur pelayaran.

3. Mempelajari dan menerapkan metode dan teknologi terbaru sesuai dengan

karakteristik alur pelayaran yang akan dikeruk.

Tipe pekerjaan pengerukan ini dilakukan untuk memelihara dan melindungi

fungsi-fungsi dari suatu subyek yang berkenaan dengan aspek-aspek

pelayaran/nautical aspects, perlindungan tanah/pantai, nilai-nilai lingkungan.

Dalam hal ini aspek-aspek pelayaran menyangkut alur pelayaran, terkait dengan

fungsi ekonomi (misalnya: bila pelabuhan dangkal maka kapal tidak dapat

merapat), serta faktor-faktor alam lainnya seperti sedimentasi, dll.

C. Pengerukan Batu (Rock dredging)

Pekerjaan pengerukan ini sangat mahal, hal itu disebabkan oleh material yang

dikeruk berupa batu keras, sehingga diperlukan perencanaan yang baik dalam

memutuskan apakah pekerjaan pengerukan ini layak untuk dilakukan. Metode

pengerukan pekerjaan rock dredging akan dijelaskan pada bab 4 tentang

pelaksanaan pengerukan.

Page 9: BAB II. Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhandigilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-satyanugra-29819-3... · BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

II-9

D. Reklamasi (Reclamation)

Suatu area dapat direklamasi oleh material dari hasil pekerjaan pengerukan.

Ketika merencanakan pekerjaan reklamasi, karakteristik soil di area yang akan

direklamasi dan karakteristik material yang diperoleh dari pekerjaan pengerukan

harus diperhatikan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan

pengerukan untuk reklamasi antara lain: ukuran butiran material / sedimen,

karakteristik sedimen, efek dari gabungan sedimen yang dibentuk karena terdapat

perbedaan karakteristik soil.

Biasanya ukuran material yang kasar seperti pasir dan kerikil sangat cocok untuk

pekerjaan reklamasi, hal itu dikarenakan massa jenis material cenderung besar.

Namun perlu dipertimbangkan pula ketika daerah reklamasi memiliki

karakteristik perairan yang sangat dinamis, hal itu dapat menyebabkan intensitas

siltation yang tinggi. Dalam pekerjaan reklamasi, penentuan jumlah volume

material yang akan dikeruk harus direncanakan terlebih dahulu. Hal ini berkaitan

pada luas area yang akan dilakukan reklamasi.

2.2 Navigasi dan Pengerukan

Keselamatan pelayaran adalah hal yang paling diutamakan. Alur pelayaran di

pelabuhan tidak dapat terlepas dari pekerjaan pengerukan. Oleh karena itu,

panjang, lebar dan kedalaman alur pelayaran menjadi salah satu persyaratan

navigasi. Hal itu tentu saja dipengaruhi oleh kondisi fisik alam (kondisi laut, iklim

dan karakteristik dasar laut). Agar alur pelayaran dapat berfungsi dengan baik dan

sesuai desain awal kedalaman pelabuhan yang telah dibuat, maka diperlukan

pekerjaan pengerukan untuk dapat memelihara kedalaman alur pelayaran. Sesuai

dengan ketentuan yang berlaku untuk alur pelayaran di pelabuhan, sebelum

dilakukan pekerjaan pengerukan biasanya diperlukan studi kelayakan bagi daerah-

daerah tertentu yang akan dikeruk. Hal ini tergantung pada jenis pengerukan yang

akan dilakukan. Biasanya, studi kelayakan dilakukan oleh pemilik proyek

(owner).

Page 10: BAB II. Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhandigilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-satyanugra-29819-3... · BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

II-10

Berdasarkan hasil konferensi International Association of Ports and Harbours

(IAPH) Juni 1983 di Vancouver, Kanada merekomendasikan bahwa pada

umumnya seluruh pelabuhan utama di seluruh dunia harus melakukan pengerukan

pelabuhan secara kontinu (terus-menerus) di sepanjang alur pelayaran untuk

mengakomodasikan kapal-kapal laut yang masuk, baik kapal domestik maupun

internasional. Dengan kata lain, “pengerukan sangat penting untuk menjamin

pergerakan kapal laut dan bergantung pada kondisi ekonomi yang digunakan di

sebagian besar negara di dunia”.

Pengerukan yang berkesinambungan biasanya digunakan untuk mendukung

navigasi yaitu: merawat/meningkatkan alur pelayaran pelabuhan serta dalam

pembuatan pelabuhan ataupun fasilitas navigasi lainnya. Pengerukan untuk

navigasi adalah suatu bentuk aktivitas sebagai salah satu konsekuensi persyaratan

navigasi.

2.2.1 Persyaratan Navigasi

Persyaratan navigasi adalah jaminan bahwa pelayaran melalui alur pelayaran

pelabuhan aman. Oleh karena itu diperlukan pekerjaan pengerukan alur pelayaran

pelabuhan untuk keselamatan pelayaran (safety navigation). Tabel 2.1

menjelaskan syarat navigasi untuk pelabuhan-pelabuhan di beberapa negara asia

pasifik, misalnya pelabuhan belawan merekomendasikan bahwa kapal-kapal yang

memiliki draft kapal maksimum 11 meter dinyatakan aman melalui alur pelayaran

pelabuhan belawan. Persyaratan navigasi berhubungan dengan permintaan

pekerjaan pengerukan. Adanya siltation yang terbentuk di alur pelayaran

mengakibatkan pendangkalan, akibatnya kedalaman alur pelayaran tidak sesuai

dengan ketentuan yang berlaku bagi alur pelayaran pelabuhan atau dengan kata

lain tidak terpenuhinya persyaratan navigasi. Untuk dapat memenuhi persyaratan

navigasi diperlukan adanya pelaksanaan pengerukan secara berkala, maintenance

dredging. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa maintenace dredging bertujuan

untuk membuang (remove) siltation yang terbentuk di alur pelayaran.

Page 11: BAB II. Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhandigilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-satyanugra-29819-3... · BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

II-11

(Ports Authority database, 1987)

Tabel 2.2 Draft pelabuhan beberapa negara ESCAP

(Economics and Social Commission for Asia and the Pasific)

Meninjau aksesibilitas pelayaran di Pelabuhan, untuk kapal-kapal yang

berdimensi kecil persyaratan navigasi tidak terlalu diperhatikan. Namun untuk

kapal-kapal yang berdimensi besar, persyaratan navigasi harus diperhatikan. Hal

itu disebabkan di laut terdapat pengaruh efek hidrodinamik kecepatan kapal dan

kemudi kapal. Efek hidrodinamik muncul antara lain akibat adanya angin,

gelombang laut dan arus laut.

Persyaratan navigasi pada pembahasan ini terbatas pada ukuran alur, yakni

kedalaman dan lebar alur pelayaran. Terdapat banyak pendekatan untuk

persyaratan navigasi yang digunakan dalam mendesain kedalaman dan lebar alur

pelayaran. Hal itu tergantung pada keperluan alur yang dibuat, survey lapangan

dan kondisi lingkungan. Berikut ini disajikan contoh metode dan faktor-faktor

yang digunakan dalam mendesain kedalaman dan lebar alur pelayaran pada

beberapa negara, contohnya negara Jepang dan India.

Draft(meter)

Shanghai 10.5Dalian 17.5

India Bombay 14.3Indonesia Belawan 11Malaysia Port Kelang 13.5Myanmar Yangon 9Pakistan Port Qasim 10

Phillippines Manila 12Sri Lanka Colombo 12.1Thailand Bangkok 8.5

Negara Pelabuhan terdalam

China

Page 12: BAB II. Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhandigilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-satyanugra-29819-3... · BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

II-12

2.2.2 Kedalaman alur pelayaran

Setiap pelabuhan memiliki standard alur pelayaran yang berbeda-beda, contohnya

di negara Jepang dan India. Lebar dan kedalaman alur pelayaran merupakan

faktor yang sangat penting dalam standardisasi pelabuhan. Nilai kedalaman

tersebut harus tidak boleh kurang dari ukuran draft kapal yang melewati alur

pelayaran tersebut. Sehingga, setiap pelabuhan memiliki klasifikasi tersendiri bagi

kapal-kapal yang akan melewati alur pelayaran pelabuhan.

Standard yang digunakan oleh Jepang menjelaskan bahwa kedalaman yang sesuai

(proper depth) berarti kedalaman yang lebih dari kedalaman yang telah dijelaskan

pada Tabel 2.3. Dengan kata lain, desain kedalaman yang direkomendasikan

Jepang harus memperhatikan kondisi laut setempat, seperti: gelombang, angin,

dan arus pasut, serta pengaruhnya pada gerakan kapal, seperti: rolling, pitching,

dan squat. Contohnya: Untuk pelabuhan yang mengizinkan masuk bagi kapal-

kapal kargo dengan berat maksimum 50.000 DWT, maka desain kedalaman yang

direkomendasikan sebesar 14 meter ditambah faktor kondisi laut setempat.

GT – gross tons

DWT – dead weight tons

Tabel 2.3 Standard kedalaman kolam/alur pelayaran di Jepang (R.N Bray)

Jenis Kedalaman Ukuran Jenis Kedalaman Ukuran Jenis Kedalaman UkuranKapal (m) Kapal Kapal (m) Kapal Kapal (m) Kapal

GT DWT DWTKapal 5.0 1000 Kapal 4.5 700 Kapal 9.0 10000

Penumpang 6.0 3000 Tanker 5.0 1000 Pembawa 10.0 150007.5 5000 Minyak 5.5 2000 Biji (Besi) 11.0 200009.0 10000 6.5 3000 12.0 3000010.0 20000 7.5 5000 13.0 5000011.0 30000 9.0 10000 15.0 70000

10.0 15000 16.0 90000DWT 11.0 20000 18.0 100000

Kapal 4.5 700 12.0 30000 20.0 150000Kargo 5.0 1000 13.0 40000

5.5 2000 14.0 50000 GT6.5 3000 15.0 70000 Kapal 5.0 10007.5 5000 16.0 100000 Ferry 5.5 20009.0 10000 20.0 150000 6.0 300010.0 15000 21.0 200000 6.5 400011.0 20000 22.0 250000 7.5 600012.0 30000 8.0 1300013.0 4000014.0 50000

Page 13: BAB II. Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhandigilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-satyanugra-29819-3... · BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

II-13

Standard India merekomendasikan bahwa faktor-faktor yang harus diperhatikan

dalam memperhitungkan desain kedalaman kolam/alur pelayaran, yaitu : (United

Nations)

a) Ukuran, draft, bentuk dan kecepatan kapal

b) Kecepatan arus laut

c) Jenis alur (alur terbatas, semi-terbatas dan tak terbatas bagi pelayaran)

d) Jumlah lajur yang digunakan

e) Pergerakan angin dan gelombang

f) Variasi pasut

g) Pola pengerukan dan frekuensi pekerjaan

h) Salinitas dan material di dasar laut

i) Tingkat akurasi (spesifikasi teknis) yang digunakan IHO.

2.2.3 Lebar alur pelayaran

Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi lebar alur pelayaran agar dapat

dilalui kapal laut dengan aman diantaranya adalah jenis lalu lintas (alur pelayaran

satu arah dan dua arah), ukuran kapal dan sudut pembelokan alur. Alur pelayaran

satu arah yaitu alur yang dilewati satu kapal atau lebih (hanya pada satu lintasan)

dengan arah yang sama. Sedangkan alur pelayaran dua arah yaitu alur yang dapat

dilewati oleh dua kapal sekaligus, biasanya kapal saling berpapasan (arah yang

saling berlawanan). Geometri lebar alur pelayaran satu arah dan dua arah dapat

dilihat pada gambar 2.3.

Lebar alur pelayaran satu arah

Page 14: BAB II. Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhandigilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-satyanugra-29819-3... · BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

II-14

Keterangan:

b = Lebar kapal yang direncanakan melewati alur pelayaran

d = Lebar untuk pergerakan horizontal kapal yang disebabkan alur pelayaran yang tidak searah dengan arus

air, sebesar 1,6 sampai dengan 2 kali lebar kapal

f = Faktor pengaman antara sisi alur, sebesar 1,5 sampai dengan 2 kali lebar kapal

L = Lebar alur pelayaran = d + 2f

Lebar alur pelayaran dua arah

Keterangan:

b = Lebar kapal yang direncanakan melewati alur pelayaran

d = Lebar untuk pergerakan horizontal kapal yang disebabkan alur pelayaran yang tidak searah dengan arus

air, sebesar 1,6 sampai dengan 2 kali lebar kapal

s = Faktor pengaman antara dua kapal, sebesar 1 kali lebar kapal

f = Faktor pengaman antara sisi alur, sebesar 1,5 sampai dengan 2 kali lebar kapal

L = Lebar alur pelayaran = 2d + 2f + s

Gambar 2.3 Tipe-tipe lebar alur pelayaran

(Soedjono Kramadibrata)

2.3 Pelabuhan

Menurut PP nomor 70 tahun 1996 tentang Kepelabuhanan, definisi pelabuhan

adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-

batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang

dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan

Page 15: BAB II. Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhandigilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-satyanugra-29819-3... · BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

II-15

pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan

intra dan antar moda transportasi.

Pelabuhan diciptakan sebagai titik simpul (central) untuk menunjang perdagangan

dan memungkinkan perpindahan muatan dan penumpang, tempat kapal-kapal

dapat berlabuh dan bersandar untuk kemudian melakukan bongkar-muat dan/atau

meneruskan pelayaran ke daerah tujuan. Istilah pelabuhan laut pada umumnya

digunakan untuk pelabuhan yang menangani kapal-kapal laut. Sedangkan

pelabuhan nelayan adalah pelabuhan yang digunakan untuk berlabuhnya kapal-

kapal penangkap ikan serta menjadi tempat distribusi maupun pasar ikan. Di

bawah ini hal-hal yang penting agar pelabuhan dapat berfungsi :

a. Adanya alur-alur / kolam-kolam laut yang cukup dalam (minimum 12

meter kedalaman)

b. Perlindungan dari angin, ombak, dan petir (Breakwater)

c. Akses ke transportasi penghubung seperti kereta api dan truk.

Pelabuhan yang digunakan sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal diharapkan

menjadi suatu tempat yang terlindung dari gangguan laut, sehingga kegiatan

bongkar muat dapat dilaksanakan untuk menjamin keamanan barang. Terkadang

suatu lokasi pantai dapat memenuhi keadaan ini dan kedalaman air/besaran kolam

pelabuhannya memenuhi persyaratan bagi suatu ukuran kapal tertentu, sehingga

hanya dibutuhkan dibangun suatu tambatan (wharf) guna merapatnya kapal agar

bongkar muat dapat dilaksanakan. Pelabuhan semacam ini disebut Pelabuhan

Alam.

Untuk kondisi yang lain, misalnya dalam pengembangan suatu daerah dibutuhkan

suatu pelabuhan dan kolam pelabuhannya dengan cara mengeruk tanah serta

bangunan pelindung (breakwater), yaitu pemecah gelombang agar kapal-kapal

dapat berlabuh dengan aman, pelabuhan semacam ini disebut pula Pelabuhan

Buatan. Tipe lain yang tidak memenuhi kedua persyaratan ekstrim seperti yang

telah disebutkan diatas disebut Pelabuhan Semi Alam.

Page 16: BAB II. Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhandigilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-satyanugra-29819-3... · BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

II-16

Pelabuhan Tanjung Priok, terletak di muara sungai Lagos di Laut Jawa, adalah

pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia sekaligus sebagai pintu gerbang arus

keluar masuk barang ekspor-impor maupun barang antar pulau. Terletak di muara

sungai Lagos, di Laut jawa. Fasilitas yang dimiliki pelabuhan Tanjung Priok

cukup memadai, yakni untuk melayani arus keluar masuk barang. Karena lokasi

di muara sungai lagos tersebut, maka masalah pengerukan merupakan masalah

rutin tahunan yang harus diatasi. Terdapat 5 terminal pelayanan peti kemas

ekspor-impor di pelabuhan ini yaitu:

1) Jakarta International Container Terminal I (JICT I)

2) Jakarta International Container Terminal II (JICT II)

3) Terminal Petikemas Koja (TPJ Koja)

4) Mustika Alam Lestari (MAL)

5) Multi Terminal Indonesia (MTI).

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan wilayah perairan untuk

kepentingan pengelolaan pelabuhan yaitu alur pelayaran dan perlintasan kapal,

olah gerak kapal, keperluan darurat (misalnya kondisi dimana kapal kehabisan

bahan bakar di tengah alur pelayaran), tempat labuh kapal, kelestarian lingkungan,

dan aspek pertahanan keamanan negara.

Pembahasan terkait pada penggunaan wilayah perairan, yaitu alur pelayaran untuk

kepentingan pengelolaan pelabuhan. Pelabuhan Tanjung Priok memiliki alur luar

dan alur dalam yang sama-sama terdapat peranan yang sangat penting. Seluruh

kapal yang ingin memasuki Pelabuhan Tanjung Priok harus melalui alur tersebut

terlebih dahulu. Sehingga, segala ketentuan mengenai keselamatan alur pelayaran

pelabuhan Tanjung Priok sangat perlu diperhatikan.

Page 17: BAB II. Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhandigilib.itb.ac.id/files/disk1/597/jbptitbpp-gdl-satyanugra-29819-3... · BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN

II-17