reaksi uji karbohidrat

14
REAKSI-REAKSI UJI KARBOHIDRAT TUJUAN Tujuan dari Percobaan ini adalah: 1. Membedakan senyawa yang mudah di dehidrasi asam sulfat pekat menjadi senyawa furfural dengan Uji Molisch. 2. Membedakan pati dari Sakarida lainnya dengan uji Iodin II. DASAR TEORI 1. KARBOHIDRAT Karbohidrat merupakan jenis molekul yang paling banyak ditemukan di alam dengan rumus molekul C n (H 2 O )m . Karbohidrat terbentuk pada proses fotosintesis dengan reaksi sebagai berikut: nCO 2(g) + mH 2 O (l) C n (H 2 O )m + nO 2 Karbohidrat merupakan sumber karbon untuk organisme hidup. Karbohidrat juga merupakan sumber karbon untuk sintesis biomolekul dan sebagai bentuk energi polimerik. Karbohidrat didefinisikan sebagai senyawa polihidroksi-aldehid atau polihidroksi-keton dan turunannya. Karbohidrat dapat digolongkan ke dalam monosakarida, disakarida dan polisakarida. 1. Monosakarida Monosakarida merupakan sakarida sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi satuan terkecil walaupun Cahaya Matahari

Upload: agam-budi-satria

Post on 09-Aug-2015

147 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

berisi tentang reaksi uji identifikasi pada karbohidrat

TRANSCRIPT

Page 1: Reaksi Uji Karbohidrat

REAKSI-REAKSI UJI KARBOHIDRAT

TUJUAN

Tujuan dari Percobaan ini adalah:

1. Membedakan senyawa yang mudah di dehidrasi asam sulfat pekat

menjadi senyawa furfural dengan Uji Molisch.

2. Membedakan pati dari Sakarida lainnya dengan uji Iodin

II. DASAR TEORI

1. KARBOHIDRAT

Karbohidrat merupakan jenis molekul yang paling banyak

ditemukan di alam dengan rumus molekul Cn(H2O)m . Karbohidrat

terbentuk pada proses fotosintesis dengan reaksi sebagai berikut:

nCO2(g) + mH2O(l) → Cn(H2O)m + nO2

Karbohidrat merupakan sumber karbon untuk organisme hidup.

Karbohidrat juga merupakan sumber karbon untuk sintesis biomolekul

dan sebagai bentuk energi polimerik. Karbohidrat didefinisikan sebagai

senyawa polihidroksi-aldehid atau polihidroksi-keton dan turunannya.

Karbohidrat dapat digolongkan ke dalam monosakarida, disakarida dan

polisakarida.

1. Monosakarida

Monosakarida merupakan sakarida sederhana yang tidak dapat

dihidrolisis menjadi satuan terkecil walaupun dalam suasana yang

lunak sekalipun. Monosakarida dapat melangsungkan reaksi antar

molekul reversible membentuk senyawa lingkar. Suatu aldoa seperti

glukosa membentuk cincin piranosa lingkar enam sedangkan ketosa

seperti fruktosa membentuk cincin furanosa lingkar lima.

Struktur khas monosakarida dapat diidentifikasi menggunakan reaksi

kimia berikut:

Cahaya Matahari

Page 2: Reaksi Uji Karbohidrat

a. Senyawa Iodo

Jika suatu aldosa direaksikan dengan Asam Iodida (HI), maka

aldosa akan kehilangan seluruh oksigennya dan digantikan

dengan senyawa Iodat (C6H13I). Turunan yang dihasilkan

merupakan suatu senyawa dengan rantai lurus seperti

heksana. Ini membuktikan bahwa aldosa tidak mempunyai

rantai samping. Dengan reaksi:

C6H12O6 + HI → CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2I + 3O2

b. Oksidasi

Oksidasi monosakarida akan menghasilkan asam. Gugus

aldehid yang terdapat pada aldosa teroksidasi menjadi gugus

aldonat. Apabila gugus CH2OH teroksidasi maka akan

membentuk asam uronat. Larutan HNO3 pekat dapat

mengoksidasi kedua gugus aldehida membentuk asam sakarat.

2. Disakarida

Disakarida terdiri dari dua lingkar monosakarida. Ikatan yang

menghubungkan kedua monosakarida tersebut disbut ikatan

glikosidik, yang terbentuk dengan cara kondensasi gugus hidroksil

pada atom karbon nomor satu dari satu monosakarida dengan gugus

hidroksil dari salah satu atom karbon nomor 2,4 atau 6 pada

monosakarida yang kedua. Contoh disakarida adalah:

a. Maltosa tersusun atas 2 glukosa

b. Laktosa tersusun atas beta-D-Galaktosa dengan Beta-D-glukosa.

c. Sukrosa tersusun atas fruktosa dan glukosa

3. Polisakarida

Poliskaarida terdiri dari rantai monosakarida, yang dapat digolongkan

secara fungsional ke dalam dua kelompok besar yaitu struktur

polisakarida dan nutrien polisakarida. Struktural poliskarida berlaku

sebagai pembngun komponen dari organel sel dan sebagai unsur

pendukung intrasel. Polisakarida yang termasuk golongan ini adalah

selulosa, kitin, kondroitin, dan asam hialuronat. Polisakarida nutrien

Page 3: Reaksi Uji Karbohidrat

berperan sebagai sumber cadangan monosakarida yang termasuk

dalam kelompok ini adalah paraamilum, pati dan glikogen.

2. REAKSI-REAKSI KARBOHIDRAT

Sifat-sifat kimia karbohidrat berkaitan dengan gugus fungsional yang

terdapat dalam molekul yaitu gugus hidroksi, gugus aldehid dan gugus

keton. Beberapa sifat kimia karbohidrat dapat digunakan untuk

mengidentifikasi dan membedakan senyawa karbohidrat yang satu

dengan yang lainnya. Monosakarida dan beberapa disakarida

mempunyai sifat dapat mereduksi terutama dalam suasana basa. Sifat

reduktor ini karena adanya gugus aldehid atau keton bebas pada

karbohidrat. Pereaksi-pereaksi karbohidrat seperti:

a. Pereaksi Barford

Terdiri atas tembaga (II) asetat dan asam asetat dalam pelarut air

yang digunakan untuk membedakan antara monosakarida dan

disakarida. Monoskaarida cepat sekali mereduksi ion Cu(II)

menjadi Cu(I) sedangkan disakarida agak lambat, walaupun

dengan konsentrasi yang sama. Reaksinya :

Monosakarida + Cu2+ → Cu2O (cepat)

Disakarida + Cu2+ → Cu2O (lambat)

b. Pereaksi Molisch

Terdiri dari α-naftol dalam pelarut alkohol. Jika glukosa

ditambahkan pereaksi ini kemudian dialirkan asam sulfat pekat

secara hati-hati maka akan terbentuk 2 lapisan zat cair. Pada

batas antara kedua lapisan itu terbentuk cincin warna ungu akibat

terjadinya reaksi kondensasi antara α-naftol dan furfural (furfural

terbentuk akibat dehidrasi glukosa dalam asetat yang panas).

Page 4: Reaksi Uji Karbohidrat

III. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

No Alat Ukuran/Jumlah

1 Tabung reaksi 10 Buah

2 Pengaduk 4 buah

3 Sikat tabung reaksi 1 Buah

4 Penjepit tabung reaksi 1 buah

5 Gelas kimia 1 Buah

6 Botol semprot berisi aquadest

1 Buah

7 Keping tetes 1 Buah

8 Penangas 1 Buah

9 Gelas ukur 10 mL / 1 buah

10 Pipet tetes 1 buah

b. Bahan

No Bahan Konsentrasi / Jumlah

1 Amilum 1 %

2 Glukosa 1%

3 Fruktosa

4 H2SO4 pekat -

5 Larutan Gula -

6 Larutan madu -

7 HCl 6 N

8 NaOH 6 N

9 Larutan iodine 0,01 M

Page 5: Reaksi Uji Karbohidrat

IV. PROSEDUR KERJA

1. Uji Molisch

1. Memasukkan 2 mL karbohidrat ke dalam tabung reaksi dan

menambahkan 3 tetes larutan molish dalam tabung reaksi

tersebut, kemudian di aduk pelan-pelan.

2. Menambahkan 5 tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung

reaksi (iringkan tabung)

3. Memperhatikan warna yang terbentuk pada bidang batas kedua

lapisan, adanya warna merah atau ungu menunjukkan reaksi

positif.

4. Mengulanginya pada larutan Glukosa 1%.

5. Mengulanginya pada larutan Fruktosa 1%

6. Mengulanginya pada larutan gula

7. Mengulanginya pada larutan madu

8. Mencatat hasil uji molisch pada kedua larutan.

2. Uji Iodin

1. Menyiapkan 3 tabung reaksi dan memberi label pada ketiga

tabung tersebut

2. Menambahkan ke dalam tiap tabung 3 mL amilum dan 2 tetes

iodine

3. Menambahkan 2 tetes air kedalam tabung A

4. Menambahkan 2 tetes HCl 6 N kedalam tabung B

5. Menambahkan 2 tetes NaOH 6 N Kedalam tabung C

6. Mengocok semua tabung, mengamati warna yang terbentuk

7. Memanaskan tabung yang berwarna, dan mendinginkan.

8. Mencatat perubahan- perubahan yang terjadi

Page 6: Reaksi Uji Karbohidrat

V. HASIL PENGAMATAN

1. Uji Molisch

No.

Perlakuan Hasil Pengamatan

1 - Amilum 1% 2 mL + 3 tetes larutan molisch,

- + 5 mL H2SO4 pekat

- Terbentuk cincin berwarna pink

- Terbentuk cincin berwarna merah (+)

2 - Glukosa 1% 2 mL + 3 tetes larutan molisch,

- + 5 mL H2SO4 pekat

- Terbentuk cincin berwarna pink

- Terbentuk cincin berwarna merah (+)

3 - Larutan Gula 2 mL + 3 tetes larutan molisch,

- + 5 mL H2SO4 pekat

- Terbentuk cincin berwarna pink

- Terbentuk cincin berwarna merah (+)

4 - Larutan Madu 2 mL + 3 tetes larutan molisch,

- + 5 mL H2SO4 pekat

- Terbentuk cincin berwarna pink

- Terbentuk cincin berwarna merah (+)

5 - Fruktosa 1%2 mL + 3 tetes larutan molisch,

- + 5 mL H2SO4 pekat

- Terbentuk cincin berwarna pink

- Terbentuk cincin berwarna merah (+)

2. Uji Iodine

Perlakuan Tabung I Tabung II Tabung IIIUntuk tabung I-IIIAmilum 3 mL + Iodine 2 tetes

Warna Biru + 2 tetes air Warna biru dipanaskanWarna bening

Warna Biru + 2 tetes HClWarna biru dipanaskanWarna bening

Warna Biru + 2 tetes NaOHBeningTidak dipanaskan-

Page 7: Reaksi Uji Karbohidrat

VI. PEMBAHASAN

Uji Molisch

Uji Molisch merupakan campuran antara α-naftol dalam pelarut

alkohol. Uji ini untuk mendeteksi senyawa-senyawa karbohidrat yang

mudah didehidrasi oleh asam sulfat pekat menjadi senyawa furfural atau

senyawa furfural tersubstitusi. Warna ungu yang terjadi antara dua

lapisan disebabkan oleh kondensasi furfural atau derivatnya dengan α-

naftol.

Larutan yang diuji dalam uji ini adalah larutan amilum, larutan glukosa,

larutan gula, larutan madu, larutan fruktosa. Pada percobaan dengan

larutan amilum dan larutan fruktosa didapat data hasil pengamatan

bahwa terbentuk dua lapisan yang diantara dua lapisannya berwarna

merah, ini berarti bahwa larutan amilum menunjukkan reaksi yang positif

terhadap uji molisch. Pada larutan glukosa,larutan gula, dan larutan

madu, diantara dua lapisan tersebut terbentuk warna merah yang berarti

glukosa menunjukan uji yang positif terhadap pereaksi molisch

Warna yang sebenarnya dalam uji molis terhadap glukosa, larutan

gula, larutan madu, yang sebenarnya adalah warna ungu,namun pada

percobaan kali ini menghasilkan warna merah. Ini dikarenakan asam

pekat yang digunakan dalam percobaaan kali ini kemungkinan memiliki

kadar kepekatan yang rendah sehingga tidak terjadi reaksi kondensasi

antara α-naftol dan furfural (furfural terbentuk akibat dehidrasi glukosa

dalam asetat yang panas). berdasarkan teori yang kami dapatkan uji

molis dengan menggunakan amilum harus terbentuk warna merah,

sedangkan uji molis dengan menggunakan glukosa harus terbentuk

warna ungu. Ini menunjukkan dengan polisakarida seperti amilum,

seharusnya uji molisch membentuk warna merah, sedangkan dengan

monosakarida seperti glukosa, larutan madu, larutan gula, seharusnya

membentuk warna ungu.

Page 8: Reaksi Uji Karbohidrat

Uji Iodin

Uji Iodin dalam percobaan dilakukan dengan 3 kondisi yaitu asam, Netral

dan Basa. Setelah dilakukan percobaan dengan keadaan yang sama

(volume sama dan konsentrasi sama) maka diperoleh dengan basa (+ 2

tetes NaOH) tidak mengalami perubahan warna atau dengan kata lain

tidak terbentuk ikatan koordinasi antara ion iodida pada heliks. Dengan

kondisi netral (+2 tetes air) timbul warna biru, sedangkan dengan kondisi

asam (+ 2 tetes HCl) menimbulkan warna biru yang cerah. Jadi pada

kondisi asam-lah memberikan hasil uji terbaik. Hal ini disebabkan karena

dengan basa I2 akan mengalami reaksi sebagai berikut:

3 I2 + 6 NaOH → 5 NaI + NaIO3 + 3 H2O

Sehingga pada larutan tidak terdapat I2 yang menyebabkan tidak

terjadinya ikatan koordinasi sehingga warna biru tidak terjadi. Sedangkan

pada kondisi asam ternyata NaI dan NaIO3 adakan diubah menjadi I2

kembali oleh asam klorida. Dengan reaksi:

5 NaI + NaIO3 + 6 HCl → 3 I2 + 6 NaCl + 3 H2O

Jawaban Pertanyaan

1. Zat lain yang memberi warna dengan iodine yaitu senyawa yang

mengandung membentuk heliks yaitu glikogen

2. Kondisi yang dapat memberikan hasil uji terbaik adalah pada kondisi

pH asam berdasarkan penjelasan dan hasil percobaan yang telah

dijelaskan pada pembahasan tentang Uji Iodine

Page 9: Reaksi Uji Karbohidrat

VII. KESIMPULAN

1. Uji Molisch adalah Uji untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat

pada suatu sampel

2. Warna yang dihasilkan pada pereaksi molisch dengan polisakarida

adalah warna merah, sedangkan pada monosakarida berwarna

biru.

3. Uji Barford digunakan untuk membedakan senyawa aldosa dengan

ketosa juga untuk mengenal monosakarida aldosa ddengan

polisakarida atau disakarida.

4. Polisakarida tidak mengalami reaksi oksidasi, sedangkan

monosakarida yang mengandung gugus aldehid (senyawa aldosa)

mengalami reaksi oksidasi

5. Uji Iodine digunakan untuk uji karbohidrat yang membentuk siklik

6. Uji iodine baik dilakukan pada kondisi asam karena menghasilkan

hasil yang optimal.

Page 10: Reaksi Uji Karbohidrat

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Ciptadi. 2003. Penuntun Praktikum Biokimia. Palangkaraya: UNPAR

Sunarya, Yayan. 2003. Kimia Dasar II. Bandung: Alkemi Grafisindo Press

Setiadi, Rahmat, dkk. 2001. Biokimia. Jakarta : Universitas Terbuka Indonesia

Poedjiadi, Anna. 1994. “Dasar-Dasar Biokimia”. Jakarta : UI-Press.

Dorothy E Schumm. 1992. Alih Bahasa: Sadikin Mochtar. Intisari

Biiokimia. Jakarta: Binarupa Aksara.

IX. LAMPIRAN

Fotocopy Laporan Sementara