reaksi kmno4 dengan gas etilen.pdf

8
Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan dan Teknologi Pasca Panen PENGARUH KMnO 4 TERHADAP KEMATANGAN BUAH-BUAHAN Oleh : Nama : Faizal Harits Mulya Nim : 0805105010035 Kelompok : I (Satu) Tgl. Percobaan : 17 April 2010 Mengetahui Darusssalam, 25 April 2010 Asisten Praktikan ( ) (Faizal Harits Mulya) I. PENDAHULUAN

Upload: mboh-junior

Post on 25-Nov-2015

83 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

  • Laporan Praktikum Pengetahuan Bahan dan Teknologi Pasca Panen

    PENGARUH KMnO4 TERHADAP KEMATANGAN BUAH-BUAHAN

    Oleh :

    Nama : Faizal Harits Mulya

    Nim : 0805105010035

    Kelompok : I (Satu)

    Tgl. Percobaan : 17 April 2010

    Mengetahui Darusssalam, 25 April 2010

    Asisten Praktikan

    ( ) (Faizal Harits Mulya)

    I. PENDAHULUAN

  • A. Latar Belakang

    Hormon gliberelin berkerja secara sfesifik pada tanaman. Hormon ini dapat

    menghambat terjadinya pematangan dan menangguhkan terjadinya senescene tetapi

    tidak semua tanaman dapat memberikan respon yang baik terhadap hormon ini

    misalnya pisang dan tomat dapat dipengaruhi oleh gliberelin sedangkan apel dan

    arbei tidak dapat dipengaruhi proses pematangan melalui beberapa reaksi, baik

    bertahap maupun berangkai. Gen yang banyak berperan dalam reaksi pematangan

    adalah etilen.

    Telah diketahui bahwa selama proses pematangan buah-buahan, terutama dalam

    kelompok buah-buahan klimaterik yang menghasilkan gas etilen. Etilen ini dapat

    memacu proses pematangan buah-buahan, dan dapat mengurangi pengaruh etilen

    dengan menggunakan oksidator yang dapat merombak etilen tersebut hingga tidak

    dapat berfungsi lagi seperti biasanya. Salah satu oksidator yang biasanya digunakan

    adalah KMnO4 sehingga umur simpan buah-buahan menjadi lebih panjang lagi.

    KMnO4 dapat digunakan untuk menghambat pematangan buah pisang Ambon.

    Dipasaran terdapat bahan pengawet komersial yang dapat diguanakan untuk

    menghambat proses respirasi dengan cara menutup pori-pori kulit buah. Untuk

    mencegah terjadinya pembusukkan buah dan sayur perlu dilakukan pengawetan,

    salah satu cara pengawetan adalah dengan penambahan bahan kimia tertentu

    misalnya KMnO4. KMnO4 ini bersifat oksidator kuat yang dapat memperpanjang

    umur simpan buah atau sayur tersebut.

    B. Tujuan Praktikum

    Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh KMnO4 dalam

    menghambat atau mencegah pematangan pematangan buah-buahan.

    II. TINJAUAN PUSTAKA

  • Pematangan dapat diartikan sebagai perwujudan dari mulainya proses kelayuan

    dimana organisasi antara sel menjadi terganggu. Gangguan ini merupakan pelopor

    dari kegiatan hidrolisa substrat oleh campuran enzim-enzim yang ada didalamnya.

    Selama proses hidrolisa terjadi pemecahan klorofil, pati, pektin dan tannin. Dari hasil

    pemecahan senyawa-senyawa tersebut akan terbentuk bahan-bahan seperti etilen,

    pigmen flavour energi dan mungkin polipeptida ( Syarief, 1988).

    Etilen merupakan suatu senyawa hidrokarbon jenuh yang dapat dihasilkan oleh

    buah-buah seperti pisang, alvukat, buah nona, apel, pear dan sebagainya sebagai

    produk metabolisme buah menjelang proses pemasakannya. Pisang ambon menjelang

    masak (pleclimakterik) pada suhu 12 oC menghasilkan 0,1 mg etilen untuk setiap

    Kg buah setiap harinya. Pada saat pemasakan buah jumlah etilen yang dihasilkan oleh

    buah-buah pisang masak merupakan katalisator proses pemasakan buah lain diisir-isir

    berikutnya. Etilen yang dihasilkan oleh buah tentunya bukan merupakan polutan.

    Polusi etilen khususnya terjadi didaerah-daerah pinggir jalan dan daerah industri,

    kendaraan bermotor, pabrik plastik, pabrik pembakaran batu bata dan sebagainya

    merupakan sumber polusi utama gas etilen di udara (Kalie, 1992).

    Proses menjadi masak atau menjadi tuanya hasil tanaman banyak dihubungkan

    dengan timbulnya etilen (ethylene), Perubahan zat-zat tertentu dan perubahan fisik

    hasil tanaman. Pematangan buah dianggap penting sekali didalam menentukan

    hipotesa pematangan itu sendiri, dari semua hipotesa-hipotesa yang diajukan ada dua

    buah yang dianggap baik: yang pertama pematangan diartikan sebagai manifestasi

    dari sinescene dimana organisasi antara sel menjadi rusak (Winarno, 2002).

    Buah dan sayur sebagaimana hasil pertanian lainnya, bersifat mudah rusak

    (perishabel). Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah karena buah dan

    sayur tersebut masih bisa melangsungkan aktifitas metabolisme setelah panen.

    Aktifitas metabolisme yang dimaksud adalah respirasi. Untuk mencegah terjadinya

    pembusukkan buah dan sayur perlu dilakukan pengawetan, salah satu cara

    pengawetan adalah dengan penambahan bahan kimia tertentu misalnya KMnO4.

  • KMnO4 ini bersifat oksidator kuat yang dapat memperpanjang umur simpan buah atau

    sayur tersebut (Fardiaz, 1989).

    Beberapa jenis produk memerlukan waktu penyimpanan atau pengangkutan

    agar matang sempurna dan ditandai dengan aroma yang kuat. Misalnya buah pisang,

    alvukat, mangga dan sebagainya. Proses pematangan melalui beberapa reaksi, baik

    bertahap maupun berangkai. Gas yang banyak berperan dalam reaksi pematangan

    adalah etilen (Ashari, 1995).

    B. Pembahasan

  • Bahan lain yang dapat digunakan untuk menghambat pematangan buah adalah

    Kalium permanganat atau disebut juga KMnO4. Mekanisme bekerjanya bahan kimia

    ini berbeda dengan proses pematangan yang lain karena kalium permanganat atau

    KMnO4 bersifat oksidator kuat sehingga KMnO4 dapat mengoksidasi etilen. Etilen

    yang telah teroksidasi kehilangan kemampuannya untuk mempercepat pematangan

    buah. Dipasaran terdapat bahan pengawet komersial yang dapat digunakan untuk

    menghambat proses respirasi dengan cara menutup pori-pori kulit buah.

    Tetapi pada praktikum ini buah yang ditempatkan pada suhu kulkas yang telah

    dibungkus rapat dengan kantong plastik dan telah ditambah dengan kalium

    permanganate malah menjadi masak. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kalium

    permanganate yang dibungkus kertas, basah oleh uap air yang ada dalam kulkas,

    sehingga kalium permanganate tidak dapat berfungsi dengan baik. Sedangkan pada

    suhu kamar, kalium permanganatnya masih dalam keadaan utuh, sehingga peran

    kalium permanganate yang diharapkan pada penghambatan pematangan buah dapat

    berfungsi dengan baik. Pisang mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain

    menyediakan energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang

    kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga

    mengandung vitamin, yaitu vitamin C, vitamin B kompleks, B6, dan serotonin yang

    aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak.

    Nilai energi pisang sekitar 136 kalori untuk setiap 100 gram, yang secara

    keseluruhan berasal dari karbohidrat. Nilai energi pisang dua kali lipat lebih tinggi

    daripada apel. Apel dengan berat sama (100 gram) hanya mengandung 54 kalori.

    Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu

    singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat.

    Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia

    secara bertahap, sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat.

    Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik digunakan dan

    dapat secara cepat tersedia bagi tubuh. Gula pisang merupakan gula buah, yaitu

    terdiri dari fruktosa yang mempunyai indek glikemik lebih rendah dibandingkan

  • dengan glukosa, sehingga cukup baik sebagai penyimpan energi karena sedikit lebih

    lambat di metabolisme. Glukosa darah terutama didapat dari asupan makanan sumber

    karbohidrat. Pisang adalah alternatif terbaik untuk menyediakan energi di saat-saat

    istirahat atau jeda, pada waktu otak sangat membutuhkan energi yang cepat tersedia

    untuk aktivitas biologis. Namun kandungan protein dan lemak pisang ternyata kurang

    bagus dan sangat rendah, yaitu hanya 2,3% dan 0,13%. Meski demikian, kandungan

    lemak dan protein pisang masih lebih tinggi dari apel, yang hanya 0,3%. Karena itu,

    tidak perlu takut kegemukan walau mengonsumsi pisang dalam jumlah banyak.

    Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, kalsium, dan besi. Bila

    dibandingkan dengan jenis makanan nabati lain, mineral pisang, khususnya besi,

    hampir seluruhnya (100%) dapat diserap tubuh. Berdasarkan berat kering, kadar besi

    pisang mencapai 2 mg per 100 gram dan seng 0,8 mg. Bandingkan dengan apel yang

    hanya mengandung 0,2 mg besi dan 0,1 mg seng untuk berat 100 gram. Kandungan

    vitaminnya sangat tinggi, terutama provitamin A, yaitu betakaroten, sebesar 45 mg

    per 100 gram berat kering, sedangkan apel hanya 15 mg. Pisang juga mengandung

    vitamin B, yaitu tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin B6 (piridoksin). Kandungan

    vitamin B6 pisang cukup tinggi, yaitu sebesar 0,5 mg per 100 gram. Selain berfungsi

    sebagai koenzim untuk beberapa reaksi dalam metabolisme, vitamin B6 berperan

    dalam sintesis dan metabolisme protein, khususnya serotonin. Vitamin B6 juga

    berperan dalam metabolisme energi yang berasal dari kerbohidrat. Peran vitamin B6

    ini jelas mendukung ketersediaan energi bagi otak untuk aktivitas sehari-hari.

    V. KESIMPULAN

  • Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :

    1. Untuk mencegah proses pemasakan dengan menggunakan etilen, maka

    digunakan KMnO4 sebagai indikator.2. Proses pematangan diatur oleh hormon antara lain AUXIN, sithokinine,

    gibberellin, asam-asam absisat dan ethylene.

    3. Meskipun sudah dikemas dalam karton atau disimpan dalam ruang

    berpendingin, buah tetap bisa membusuk.

    4. Peranan KMnO4 pada proses penghambat pematangan adalah untuk

    menghambat atau mencegah terjadinya pematangan buah.

    5. Kalium permanganat bersifat sangat oksidator kuat salah satu oksidator yang

    digunakan adalah KMnO4 sehingga umur simpan buah-buahan bisa menjadi

    lebih panjang lagi.

    6. Gejala kelayuan pada tanaman ditandai dengan mulai menguningnya daun,

    perontokan daun dan buah pada bagian bunga, pematangan buah, serta

    pengurangan daya tahan terhadap penyakit.

    DAFTAR PUSTAKA

  • Ashari. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta.

    Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

    Pusat Antat Universitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

    Kalie, M. B. 1992. Mengatasi Buah Rontok dan Berulat. Penebar Swdaya ,

    Jakarta.

    Syarief, R dan Irawati, A. 1988. Pengetahuan Bahan Untuk Indutri Pertanian.

    PT. Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta.

    Winarno, F.G. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. M-Brio

    Press, Bogor.