rc01 integrasi+nilai+moral+agama+dalam+pendidikan+budi+pekerti

Upload: wulandary-mohamad

Post on 16-Jul-2015

517 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

INTEGRASI NILAI MORAL AGAMA DALAM PENDIDIKAN BUDI PEKERTI(Studi Korelasi Antara Persepsi dan Sikap Siswa di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro)

Di Susun Oleh: ERNAWATI 102011023593

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

INTEGRASI NILAI MORAL AGAMA DALAM PENDIDIKAN BUDI PEKERTI (Studi Korelasi Antara Persepsi dan Sikap Siswa di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam.

Oleh: ERNAWATI

Di bawah Bimbingan Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs., Zaimuddin, M. Ag. Nip: 150247331

Yudhi Munadi, M.Ag Nip : 150289434

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/2007 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul INTEGRASI NILAI MORAL AGAMA DALAM PENDIDIKAN BUDI PEKERTI (Studi Korelasi Antara Persepsi dan Sikap Siswa di SMPI A-Azhar 3 Bintaro) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam. Jakarta, 6 Februari 2007 Sidang Munaqasyah Dekan/ Ketua Merangkap Anggota, Pudek 1/ Sekretaris Merangkap Anggota

Prof. Dr. Rosyada, MA NIP. 150 231 356

Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA NIP. 150 202 343

Anggota: Penguji I, Penguji II

Dra. Zikri Neni Iska, M. Psi. NIP. 150 275 290

Drs. H. Abd. Fattah Wibisono, MA NIP. 150 236 009

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah Swt yang sedalam-dalamnya atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada sang pelita kehidupan, penyibak kabut kegulitaan hati, penerang jalan menuju Ilahi, Nabi Muhammad Saw. juga kepada keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya. Kehidupan ini bagaikan perahu yang sedang berlayar di samudra, kadang kala perahu itu harus menghadapi ombak dan badai. Demikian pula dengan keadaan yang dialami oleh penulis di dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan rintangan yang dihadapi. Namun Al-hamdulillah, dengan izin Allah dan kerja keras, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan meskipun jauh dari kesempurnaan. Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada : 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dosen pembimbing I dan II, Drs. Zaimuddin M.A dan Yudhi Munadi M.A., yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan tulus dalam membimbing penyusunan skripsi ini. 4. Dosen penguji I dan II, Dra. Zikri Neni Iska. M. Psi dan Drs. Abd. Fatah Wibisono, M.A., yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyempurnaan skripsi ini. 5. Kepala Sekolah SMPI Al-Azhar 3 Bintaro (Drs. Hidayat Saputra), yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian di Sekolah yang dipimpinnya. 6. Wakil Kepala Sekolah SMPI Al-Azhar 3 Bintaro (H. Muhammad Nur), yang telah memberikan pelayanan yang baik serta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan. 7. Bapak/Ibu Guru SMPI Al-Azhar 3 Bintaro, Khususnya H. Junaidi, Ahmad Kusnadi, Daday Hidayat, Nasikhun, Anwar Sadat, Utami diana, serta semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 8. Pimpinan dan Petugas Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Umum Iman Jama yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan untuk mendapatkan buku-buku yang diperlukan sampai skripsi ini terselesaikan. 9. Bapak/Ibu Dosen yang telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama dalam perkuliahan. 10. Ayahanda dan Ibunda yang tercinta (Syamsuri dan Ida Faridah), yang telah mengasuh, mendidik, membimbing dan memberikan dorongan, doa dan pengorbanan yang tak terhingga baik secara moril maupun materil.

11. Kakak-kakakku (Chairul Anis, Winda Sri Wahyuni), dan adikku tersayang (Muhammad Rizal Pahlevi), yang selalu membantu dan memberikan semangat serta motivasi sehingga skripsi ini terselesaikan. 12. Keluarga besar H. Muhammad Sadeli dan H. Soleh yang telah memberikan motivasi dan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 13. Erfan Dody yours faithfull inspired me to work hard. 14. Sahabat-sahabatku tercinta, (Linda, Epi, Firda, Fitri, Nuni, Amas, Nuri, Aas, Sherly, Yuyun, Lulu) serta teman-temanku Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2002/2003 yang telah memberikan saran, motivasi serta doa dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Mudah-mudahan segala bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak yang disebutkan di atas, senantiasa mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt. Dengan berpegangan bahwa Tiada gading yang tak retak, maka dengan kerendahan hati segala pandangan dan saran sangat penulis harapkan demi untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga apa yang disajikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Wassalamu alaikum Wr. Wb Jakarta, Januari 2007

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI .............................................................................................. DAFTAR TABEL........................................................................................

i ii vi ix

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................ B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ..... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... D. Sistematika Penulisan ................................................... 1 5 6 7

BAB II

KERANGKA TEORI A. Pengertian Pendidikan Akhlak dalam Pendidikan Agama dan Pendidikan Budi Pekerti................................................ 1. Pengertian Pendidikan Akhlak dalam Pendidikan Agama.................................................................... 2. Pengertian Pendidikan Budi Pekerti ..................... 9 13 18 9

B. Tujuan Pendidikan Budi Pekerti ...................................

C. Integrasi Nilai Moral Agama dalam Pendidikan Budi Pekerti Sebagai Pendidikan Budi Pekerti Islami ....................... D. Pengertian Persepsi, Faktor-faktor Perbedaan, Ciri-ciri dan Hal-hal yang Berpengaruh Terhadap Persepsi ....... E. Pengertian Sikap, Ciri-ciri dan Komponen Komponennya ............................................................... F. Pengertian dan Ruang Lingkup Akhlak Islami ............. G. Korelasi antara Persepsi (Pengetahuan) dan Sikap Siswa .................................................................. H. Hipotesis .... 33 36 27 31 23 19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................... B. Variabel Penelitian ........................................................ C. Desain Penelitian........................................................... D. Populasi dan Sampel ..................................................... E. Metode Penelitian.......................................................... F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian... G. Teknik Pengolahan Data ............................................... H. Teknik Analisa Data...................................................... 37 37 38 38 39 39 43 43

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMPI Al-Azhar 3 Bintaro ............... 1. Latar Belakang, Visi dan Misi SMPI Al-Azhar 3.. 2. Keadaan Siswa, Guru dan Karyawan SMPI Al-Azhar 3 ............................................................. 3. Sarana dan Prasarana SMPI Al-Azhar 3................ 4. Struktur Organisasi SMPI Al-Azhar 3................... B. Deskripsi Data............................................................... C. Analisa Data... D. Interpretasi Data ............................................................ 46 51 53 55 56 80 45 45

BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................... B. Saran-saran.................................................................... 84 85

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. LAMPIRAN-LAMPIRAN

87

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20

: : : : : : : : : : : : : : : : : : : :

Kisi-kisi Item Pernyataan Angket Penelitian ................................ Keadaan Guru SMPI Al-Azhar 3 Bintaro ..................................... Keadaan Siswa SMPI Al-Azhar 3 Bintaro.................................... Keadaan Karyawan SMPI Al-Azhar 3 Bintaro............................. Keadaan Sarana dan Prasarana SMPI Al-Azhar 3 Bintaro ........... Struktur Organisasi SMPI Al-Azhar 3 Bintaro.. ........................... S iswa bersabar dalam menghadapi musibah................................ Siswa bersyukur atas prestasi yang dicapai .................................. Siswa bertobat setelah melakukan kesalahan................................ Siswa melaksanakan Puasa ........................................................... Siswa melaksanakan shalat lima waktu ........................................ Siswa merasa menyesal menyakiti orang lain............................... Siswa suka bersedekah.................................................................. Siswa tidak (malas) mengerjakan PR............................................ Siswa tidak menyontek dalam ulangan ......................................... Siswa optimis dalam meraih cita-cita ........................................... Siswa bersikap sopan santun terhadap bapak/ibu guru ................. Siswa mengucapkan salam bila bertemu guru .............................. Siswa memperhatikan saat guru menjelaskan............................... Siswa membantah nasehat bapak/ibu guru ...................................

41 48 50 50 52 54 57 57 58 58 59 60 60 61 61 62 62 63 64 64

Tabel 21 Tabel 22 Tabel 23 Tabel 24 Tabel 25 Tabel 26 Tabel 27 Tabel 28 Tabel 29 Tabel 30 Tabel 31 Tabel 32 Tabel 33 Tabel 34

: : : : : : : : : : : : : :

Siswa keluar kelas tanpa izin dari Bapak/Ibu ............................... Siswa berbohong kepada teman .................................................... Siswa tidak senang jika teman mendapat nilai lebih tinggi (iri) ... Siswa berani mengemukakan pendapat ........................................ Siswa bersikap acuh pada teman yang mengalami musibah......... Siswa mengingkari janji dengan teman......................................... Siswa membalas teman yang menyakiti ....................................... Siswa mencegah teman yang berbuat jahat................................... Siswa membicarakan keburukan teman ........................................ Siswa menjaga kebersihan ............................................................ Siswa membuang sampah pada tempatnya ................................... Scor jumlah angket variabel x....................................................... Scor jumlah angket variabel y....................................................... Perhitungan Untuk Memperoleh Angka Indeks Korelasi Antara Variabel X dan Variabel Y................................................

65 66 66 67 67 68 68 69 69 70 71 72 74

76

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Mulai tahun pelajaran 2001/2002 Pendidikan Budi Pekerti secara simultan dilaksanakan di seluruh jalur dan jenjang pendidikan. Di samping Pendidikan Agama, keinginan untuk menerapkan Pendidikan Budi Pekerti ini tentu didasari atas kenyataan sosial yang berkembang di tengah-tengah masyarakat tentang timbulnya dan semakin merebaknya dekadensi moral di kalangan masyarakat, termasuk generasi muda. Timbulnya tawuran antar pelajar di kota-kota besar, serta semakin banyaknya generasi muda yang terlibat dalam pemakaian obatobatan terlarang adalah merupakan indikasi dari kemerosotan akhlak tersebut.1 Membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur, adalah salah satu dari aspek tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, pada Bab II, Pasal 3 yang menjelaskan bahwa: "Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab."2

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet. ke-1, h. 215 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: CV. Ekojaya 2003), h. 72

1

1

2

Sesungguhnya Pendidikan Budi Pekerti selama ini telah diterapkan lewat pendidikan agama. Pendidikan agama khususnya Islam, di sekolah-sekolah telah diberikan dalam berbagai aspek, yakni Keimanan, Ibadah, Syari'ah, Akhlak, AlQur'an, Muamalah, dan Tarikh. Di dalam materi yang terkait langsung dengan Pendidikan Budi Pekerti adalah akhlak. Dengan demikian Pendidikan akhlak secara langsung berhubungan dengan Pendidikan Budi Pekerti. Disebabkan karena berbagai faktor, maka aktualisasi Pendidikan Agama di sekolah belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini disebabkan antara lain karena: Pertama, terlalu kognitif, pendekatan yang dilakukan terlalu berorientasi pengisian otak, memberi tahu mana yang baik dan mana yang buruk, yang sepatutnya dilakukan dan yang tidak sepatutnya, dan seterusnya. Aspek afektif dan psikhomotornya tidak tersinggung, kalaupun tersinggung sangat kecil sekali. Kedua, problema yang bersumber dari anak didik sendiri, yang berdatangan dari latar belakang keluarga yang beraneka ragam yang sebagiannya ada yang sudah tertata dengan baik akhlaknya di rumah dan ada yang belum. Ketiga, terkesan bahwa tanggung jawab Pendidikan Agama tersebut berada di pundak Guru Agama saja. Keempat, keterbatasan waktu yang tersedia dengan bobot materi Pendidikan Agama yang dicanangkan. Pendidikan Budi Pekerti sebagai bagian yang memperkaya Pendidikan Agama bertujuan untuk mengembangkan nilai, sikap dan prilaku siswa yang memancarkan akhlak mulia/budi pekerti luhur. 3

3

Haidar Putra Daulay, Op.Cit., h. 220

3

Hal ini selaras dengan tujuan penting dari pendidikan Islam yaitu mencetak/mencapai suatu akhlak atau budi pekerti yang mulia dan sempurna, karena ruh dari dari pendidikan Islam adalah pendidikan Akhlak.4 Dengan demikian pendidikan Agama dan pendidikan Budi pekerti menemukan titik temunya yaitu sama-sama bertujuan menjadikan peserta didik berakhlakul karimah. SMPI Al-Azhar adalah salah satu sekolah yang telah menerapkan Pendidikan Budi Pekerti. Lewat Pendidikan Budi Pekerti inilah anak didik diterapkan nilai, sikap dan prilaku yang positif seperti jujur, amanah, optimis dan lain-lain. Serta menjauhi prilaku yang negatif seperti, bohong, boros, dengki dan sebagainya. Nilai-nilai yang diterapkan dalam Pendidikan Budi Pekerti tersebut merupakan bagian dari akhlak, artinya nilai-nilai tersebut juga diajarkan dalam pokok bahasan akhlak yang terdapat dalam Pendidikan Agama. Dengan demikian maka nilai-nilai moral Agama terintegrasi dalam Pendidikan Budi Pekerti. Pengintegrasian tersebut tentunya akan semakin mempengaruhi akhlak atau sikap siswa, mereka akan lebih banyak memperoleh pengetahuan dan pengajaran tentang akhlak, yakni bagaimana seharusnya seseorang bersikap dan berbuat yang mulia, baik terhadap Allah, sesama manusia maupun alam lingkungan.

4

M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,

1993), h.1

4

Namun yang terpenting, dalam menerapkan Pendidikan tersebut anak didik bukan hanya dituntut untuk memahami pengetahuan tentang akhlak semata, melainkan diharapkan mereka dapat menerapkan dan mengaplikasikan

pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan sikap seseorang tidak hanya cukup diukur dari seberapa jauh anak menguasai hal-hal yang bersifat kognitif semata. Justru yang lebih penting ialah seberapa jauh pengetahuan tersebut tertanam dalam jiwa dan seberapa besar nilai-nilai itu terwujud dalam tingkah laku sehari-hari. Karena perwujudan nyata nilai-nilai tersebut dalam tingkah laku sehari-hari akan melahirkan budi pekerti yang luhur (Akhlakul Karimah) 5. Dengan adanya pendidikan budi pekerti sebagai suatu mata pelajaran tersendiri diharapkan siswa dapat mempunyai pengetahuan tentang akhlak dan dengan pengetahuan tersebut mereka dapat berpersepsi yang baik dan benar tentang akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah. Sehingga dengan persepsi (pengetahuan) yang dimilikinya mereka dapat bersikap dan berbudi pekerti yang luhur dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya dengan adanya materi akhlak dalam pendidikan Agama dan Budi Pekerti di SMPI Al-Azhar, maka kemungkinan pendidikan tersebut dapat mempengaruhi persepsi (pengetahuan siswa) dan sikapnya, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya mereka dapat bersikap (berakhlakul karimah)

5

A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), h. 13

5

dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia maupun alam lingkungan. Melihat permasalahan di atas, akhirnya penulis tertarik untuk

membahasnya dalam skripsi dengan judul Integrasi Nilai Moral Agama Dalam Pendidikan Budi Pekerti" (Studi Korelasi Antara Persepsi dan Sikap Siswa di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro). .

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah1. Identifikasi Masalah Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah dalam skripsi ini yaitu: a. Maksud dan tujuan pendidikan agama dan pendidikan budi pekerti. b. Komponen-komponen dalam pendidikan budi pekerti. c. Aspek-aspek kompetensi yang perlu dicapai dalam pendidikan budi pekerti. d. Komponen-komponen dalam sikap. e. Sikap siswa terhadap Allah, sesama manusia dan alam lingkungan. 2. Pembatasan Masalah Agar permasalahan yang akan di bahas lebih jelas dan fokus, maka penulis membatasi permasalahannya sebagai berikut: a. Pengintegrasian nilai moral agama dalam pendidikan budi pekerti yang di maksud adalah tentang akhlak.

6

b. Persepsi yang di maksud adalah pengetahuan atau pemahaman siswa kelas II SMPI Al-Azhar 3 Bintaro tentang akhlak. c. Sikap siswa yang di maksud adalah sikap/akhlak terhadap Allah, sesama manusia dan alam lingkungan yang sesuai dengan akhlak Islami. 3. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas, maka permasalahan yang dirumuskan adalah sebagai berikut: a. Bagaimana pengintegrasian nilai moral agama dalam pendidikan budi pekerti di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro ? b. Apakah terdapat korelasi antara persepsi (pengetahuan) siswa tentang akhlak dan sikap siswa di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro ?

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana pengintegrasian nilai moral agama dalam pendidikan budi pekerti di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro. 2. Untuk mengukur korelasi antara persepsi (pengetahuan) siswa tentang akhlak dan sikap siswa di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro. Sedangkan manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

7

1. Bagi Sekolah, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk meningkatkan pelaksanaan pendidikan agama dan budi pekerti sebagai proses pembinaan akhlak siswa menuju yang lebih baik. 2. Bagi Guru, sebagai motivasi untuk melaksanakan tugasnya sebagai pendidik sehingga dapat terus membimbing anak didiknya agar memiliki sikap atau budi pekerti yang luhur dalam kehidupan sehari-hari. 3. Bagi Penulis, untuk mengetahui cara-cara yang di tempuh dalam penelitian lapangan sekaligus untuk mencapai gelar sarjana Program Strata 1 (SI) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.

D. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari 5 bab dan setiap bab terdiri dari sub-sub bab dengan sisteatika sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan, pada bab ini terdiri dari Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab II : Kajian Teori, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis. Pada bab ini terdiri dari Pengertian Pendidikan Akhlak dalam Pendidikan Agama dan Pendidikan budi Pekerti, Tujuan Pendidikan Budi Pekerti, Integrasi Nilai Moral Agama dalam Pendidikan Budi Pekerti Sebagai Pendidikan Budi Pekerti yang Islami, Pengertian Persepsi, Faktorfaktor Perbedaan Persepsi, Ciri-ciri Persepsi, Hal-hal yang

8

Berpengaruh Terhadap Persepsi, Pengertian Sikap, Ciri-ciri dan Komponen-komponen Sikap, Pengertian Akhlak Islami dan ruang Lingkup Akhlak Islami, Korelasi antara Persepsi dan Sikap Siswa, Hipotesis. Bab III : Metodologi Penelitian, pada bab ini terdiri dari Tempat dan Waktu Penelitian, Variabel Penelitian, Desain Penelitian, Populasi dan Sampel, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian, Teknik Pengolahan Data, dan Teknik Analisa Data. Bab IV : Hasil Penelitian, pada bab ini terdiri dari Gambaran Umum SMPI AlAzhar 3 Bintaro, Deskripsi Data, Analisa Data dan Interpretasi Data. Bab V : Penutup, pada bab ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran-saran.

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Pengertian Pendidikan Akhlak dalam Pendidikan Agama dan Pendidikan Budi Pekerti 1. Pengertian Pendidikan Akhlak dalam Pendidikan Agama Secara etimologi, pendidikan berarti pemeliharaan, latihan, ajaran, bimbingan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, "Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam suatu usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran itu sendiri".2 Sedangkan dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal I menyatakan bahwa "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara".31

Muhammad Ali, Kamus Lengkap bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka Amani), h.

82 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), edisi kedua, h. 232 Undang-undang Tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaannya, (Yogyakarta: CV. Tamita Utama, 2004), h. 43 2

9

10

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang berupa bimbingan untuk mengubah sikap dan prilaku seseorang melalui pengajaran itu sendiri. Mengenai akhlak ada dua pendekatan yang selama ini digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan lingustik (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan). Dari sudut kebahasaan, perkataan akhlak adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam Kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.4 Kata Khulk tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan Khalkun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti: pencipta, dan makhluk yang berarti: yang diciptakan.5

Pola bentukan definisi "Akhlak" di atas muncul sebagai mediator yang menjembatani komunikasi antara khaliq (pencipta) dengan makhluk (yang diciptakan) secara timbal balik. Kemudian di sebut dengan Habluminallah. Dari produk Habluminaullah yang verbal, maka biasanya lahirlah pola hubungan antar sesama manusia yang di sebut dengan Hablumminannas (pola hubungan antar sesama makhluk). Karena itulah akhlak selalu berhubungan dengan Allah (khalik) dan sesama manusia (makhluk).

4 5

Luis Ma'luf, Kamus Al-Munjid, al-Maktaabah al-Katulikiyah, Beirut, t.t., h. 194 Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT.Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2003), Cet. 2. h.

326

11

Di dalam Da'iratul Ma'arif dikatakan:

Artinya: "Akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik".6 Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. Adapun pengertian akhlak secara istilah sebagaimana yang tertulis dalam Ensiklopedia Pendidikan bahwa "akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran, etika dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.7 Sedangkan akhlak menurut Imam Al-Ghazali adalah:

Artinya:

6 7

Abdul Hamid Yunus, Da'irah al-Ma'arif, II AsySya'b, Cairo, t.t., h. 436 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta:gunung Agung, 1976), h. 9

12

"Akhlak adalah suatu sikap (hay'ah) yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jika dari sikap itu lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia disebut akhlak yang baik. Jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk".8 Bertolak dari pengertian itu, maka ajaran akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaan yang termanifestasi dalam tingkah laku. Pandangan Al-Ghazali tentang pendidikan akhlak yang pada prinsipnya bahwa pendidikan akhlak adalah untuk merubah akhlak menjadi mulia. Hal ini selaras dengan perintah Rasulullah untuk menghiasi akhlak menusia dengan akhlak yang mulia. Dan perubahan akhlak manusia merupakan hal yang dapat terjadi serta mungkin adanya. Selaras dengan statemen demikian, pendidikan akhlak pada anak merupakan suatu tuntutan yang esensial, untuk membina dan membimbing anak mempunyai akhlak yang mulia.9 Adapun menurut Ahmad. D. Marimba, menyatakan bahwa pendidikan Akhlak adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidisk menuju terbentuknya kepribadian yang utama.10 Sedangkan menurut M. Athiyah al-Abrasyi, mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti/akhlak adalah jiwa dari pendidikan Islam. dan Islam telah8

Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Ihya 'Ulum Al-Diin, (Beirut, Daar al-Fikr, 1989), Jilid

3, h. 48 Abdul Kholiq, Dkk, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik & Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), Cet. Ke-1, h. 9710 9

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Al-Maarif, 1989), h.19

13

menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa Pendidikan Islam. mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya pendidikan Islam. tetapi tidak berarti kita tidak mementingkan pendidikan jasmani/akal atau segi-segi pendidikan praktis lainnya, melainkan artinya bahwa kita

memperhatikan segi-segi pendidikan akhlak dan segi-segi pendidikan lainnya.11 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan yang berorientasi membimbing dan menuntun kondisi jiwa manusia khususnya agar dapat menumbuhkan akhlak dan kebiasaan yang baik sesuai dengan aturan akal manusia dan syari'at agama dalam hubungannya dengan dengan sang Khaliq (Allah) dan makhluk (sesama manusia serta alam sekitar).

2. Pengertian Pendidikan Budi Pekerti Pengertian pendidikan budi pekerti yang dirumuskan oleh Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional diartikan sebagai sikap dan prilaku sehari-hari baik individu, keluarga, maupun masyarakat, bangsa yang mengandung nilai-nilai yang berlaku dan dianut dalam bentuk jati diri, nilai persatuan dan kesatuan, integritas, dan kesinambungan masa depan dalam suatu system moral, dan yang menjadi pedoman prilaku manusia Indonesia untuk bermasyarakat, berbangsa dan

11

Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993),

h.1

14

bernegara dengan bersumber pada falsafah Pancasila dan diilhami oleh ajaran agama serta budaya Indonesia.12 Dalam konteks Agama Islam, budi pekerti digunakan untuk menyatakan akhlak, tabiat, perangai, tingkah laku seseorang.13 Secara umum gabungan dari kedua pengertian di atas, seperti yang dirumuskan dalam Ensiklopedia Pendidikan: budi pekerti diartikan sebagai kesusilaan yang mencakup segi-segi kejiwaan dan perbuatan manusia; sedangkan manusia susila adalah manusia yang sikap lahiriyah dan batiniyahnya sesuai dengan norma etik dan moral.14 Pengertian yang telah dikemukakan di atas, mengindikasikan bahwa budi pekerti mengacu pada sikap dan prilaku seseorang maupun masyarakat yang mengedepankan norma dan etika. Pendidikan budi pekerti adalah usaha sadar penanaman/internalisasi nilainilai akhlak/moral dalam sikap dan prilaku manusia peserta didik agar memiliki sikap dan prilaku yang luhur (akhlakul karimah) dalam keseharian baik dalam berinteraksi dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam lingkungan.15

Tim Dosen Fakultas Tarbiyah, Laporan Penelitian Pendidikan Budi Pekerti Pada Sekolah Model ,(Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2000), h. 4113 14 15

12

H.A. Mustafa, Akhlak tasawuf,(Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h. 11 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta:gunung Agung, 1976), h. 9

Dosen Fakultas Tarbiyah, Laporan Penelitian Pendidikan Budi Pekerti Pada Sekolah Model,Loc Cit, h. 41

15

Secara konsepsional Pendidikan Budi Pekerti merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya di masa yang akan datang atau pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan dan perbaikan prilaku peserta didik agar mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras, serasi, seimbang lahir batin, jasmani-rohani, material-spiritual, individu-sosial dan dunia-akhirat.16 Dalam tataran operasional menurut Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan (Pusbangkurandik), pendidikan budi pekerti adalah upaya untuk membentuk peserta didik yang tercermin dalam kata, perbuatan, sikap, pikiran, perasaan, dan hasil karya berdasarkan nilai, norma dan moral luhur bangsa Indonesia melalui kegiatan bimbingan, pelatihan dan pengajaran.17 Menurut Pusbangkurandik, Balitbang dikbud pendidikan budi pekerti dikategorikan menjadi tiga komponen yaitu: 1. Keberagamaan, terdiri dari nilai-nilai; (a) kekhusukan hubungan dengan Tuhan, (b) kepatuhan kepada Agama, (c) niat baik dan keikhlasan, (d) perbuatan baik, (e) pembalasan atas perbuatan baik dan buruk. 2. Kemandirian, terdiri dari nilai-nilai; (a) harga diri, (b) disiplin, (c) etos kerja (kemauan untuk berubah, hasrat mengejar kemajuan, cinta ilmu, teknologi

16 17

Ibid, h. 17

Pusat pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan, Pedoman Pengajaran Budi Pekerti, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaa, Departemen Pendidikan dan kebudayaan, 1997)

16

dan seni), (d) rasa tanggung jawab, (e) keberanian dan semangat, (f) keterbukaan, (g) pengendalian diri. 3. Kesusilaan, terdiri dari nilai-nilai; (a) cinta dan kasih sayang, (b) kebersamaan, (c) kesetiakawanan, (d) tolong-menolong, (e) tenggang rasa, (f) hormat menghormati, (g) kelayakan (kapatuhan), (h) rasa malu, (i) kejujuran dan (j) pernyataan terima kasih, permintaan maaf (rasa tahu diri).18 Adapun aspek-aspek yang ingin dicapai dalam pendidikan budi pekerti adalah: Pada dasarnya ada tiga ranah yang populer dikalangan dunia pendidikan yang menjadi lapangan garapan pembentukkan kepribadian peserta didik. Pertama kognitif, mengisi otak, mengajarinya dari tidak tahu menjadi tahu, dan pada tahap-tahap berikutnya dapat membudayakan akal pikiran, sehingga dia dapat memfungsi akalnya menjadi kecerdasan intelegensia. Kedua, afektif, yang berkenaan dengan perasaan, emosional, pembentukan sikap di dalam diri pribadi seseorang dengan terbentuknya sikap, simpati, antipati, mencintai, membenci, dan lain sebagainya. Sikap ini semua dapat digolongkan sebagai kecerdasan emosional. Ketiga, psikomotorik, adalah berkenaan dengan aktion, perbuatan, prilaku, dan seterusnya.19

18 19

Ibid.

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet. ke-1, h. 222

17

Apabila disinkronkan ketiga ranah tersebut dapat disimpulkan bahwa dari memiliki pengetahuan tentang sesuatu, kemudian memiliki sikap tentang hal tersebut dan selanjutnya berprilaku sesuai dengan apa yang diketahuinya dan apa yang disikapinya. Pendidikan budi pekerti, adalah meliputi ketiga aspek tersebut. seseorang mesti mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk. Selanjutnya bagaimana seseorang memiliki sikap terhadap baik dan buruk, dimana seseorang sampai ketingkat mencintai kebaikan dan membenci keburukan. pada tingkat berikutnya bertindak, berprilaku sesuai dengan nilai-nilai kebaikan, sehingga muncullah akhlak dan budi pekerti mulia. Dengan melihat pendidikan akhlak dalam pendidikan Agama dan pendidikan Budi pekerti di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak dan pendidikan budi pekerti adalah pendidikan yang menitik beratkan pada ranah afeksi dan psikomotor siswa, yang dalam proses pembelajaran sering terabaikan. Kedua jenis pendidikan ini merupakan jenis pendidikan yang harapan akhirnya adalah terwujudnya peserta didik yang memiliki integritas moral yang mampu direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam berinteraksi dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam lingkungan.

18

B. Tujuan Pendidikan Akhlak dan Budi Pekerti Tujuan adalah sesuatu yang dituju atau sesuatu yang akan dicapai, ia merupakan dunia cita, yakni suasana ideal yang ingin diwujudkan.20 Suatu kegiatan harus memiliki tujuan agar yang akan dicapai dari kegiatan itu dapat diketahui. Karena, kegiatan tanpa tujuan akan berjalan tanpa arah. Dalam Sistem Pendidikan Nasional, rumusan tujuan pendidikan baik tujuan Kurikuler maupun tujuan Instruksional menggunakan klasifikasi belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar dibagi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap dan ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan untuk bertindak.21 Menurut Haidar Putra Daulay, mengatakan bahwa tujuan pendidikan Budi Pekerti adalah untuk mengembangkan nilai, sikap dan prilaku siswa yang memancarkan akhlak mulia/budi pekerti luhur. 22 Dengan kata lain dalam pendidikan Budi Pekerti, nilai-nilai yang ingin dibentuk adalah nilai-nilai akhlak yang mulia. yaitu tertanamnya nilai-nilai akhlak yang mulia kedalam diri peserta didik yang kemudian terwujud dalam tingkah lakunya.

20 21 22

Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet.Ke-2, h.159 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: Rosda Karya, 1993), h. 22 Haidar Putra Daulay, Op.Cit., h. 220

19

Adapun tujuan Pendidikan Budi Pekerti sebagaimana yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro adalah ngerti-ngerasa-ngelakoni (menyadari, menginsyafi dan melakukan).23 Hal tersebut mengandung pengertian bahwa Pendidikan Budi pekerti adalah bentuk pendidikan dan pengajaran yang menitikberatkan pada prilaku dan tindakan siswa dalam mengapresiasikan dan mengimplementasikan nilai-nilai budi pekerti ke dalam tingkah laku sehari-hari. Pendidikan ini sejalan dengan tujuan umum Pendidikan Agama yakni mencetak manusia berakhlakul karimah, sebagaimana Nabi Muhammad di utus oleh Allah. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pendidikan agama dan pendidikan budi pekerti menemukan titik temunya yakni sama-sama hendak menjadikan peserta didik menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur atau berakhlak karimah, baik dalam berinteraksi dengan Tuhan (Allah), Sesama manusia dan alam lingkungan.

C. Integrasi Nilai Moral Agama dalam Pendidikan Budi Pekerti Sebagai Pendidikan Budi Pekeri yang Islami. SMPI Al-Azhar adalah salah satu sekolah yang telah menerapkan Pendidikan Budi Pekerti, Pendidikan Budi Pekerti yang di maksud sebagai pengembangan dari Pendidikan Agama, yang bertujuan menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik agar mereka memiliki budi pekerti atau akhlak yang

23

Ki Hajar Dewantara, Pengajaran Budi Pekerti, (Yogyakarta: Taman Siswa, 1977), Bag. I.

20

mulia yang akhirnya terwujud peserta didik yang memiliki integritas moral yang mampu direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun pengintegrasian nilai-nilai moral Agama dalam Pendidikan Budi Pekerti ini ditujukan dengan adanya nilai-nilai akhlak dalam Pendidikan Agama sesuai dengan nilai-nilai moral dalam Pendidikan Budi Pekerti. Hal ini dibuktikan dengan adanya materi akhlak yang diajarkan dalam Pendidikan Agama juga diajarkan dalam Pendidikan Budi Pekerti, antara lain tentang akhlak mahmudah, akhlak mazmumah, akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap sesama manusia (orang tua, guru, teman dan lain-lain), serta akhlak terhadap lingkungan. Namun perbedaannya, pembahasan di dalam pendidikan budi Pekerti lebih diperluas dan disertai dengan dalil-dalil Aqli dan Naqli. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat dan meyakinkan anak didik bahwa semua sikap/akhlak manusia dapat di contoh di dalam Al-Quran dan Hadits. Sehingga diharapkan siswa lebih meyakini dan menghayati tentang bagaimana seharusnya mereka berakhlak dan bersikap yang mulia dalam kehidupan sehari-hari seperti yang telah digariskan dalam Al-Quran dan Al-hadits. Karenanya Pendidikan Budi Pekerti di SMPI Al-Azhar dinamakan dengan Pendidikan Budi Pekerti Islami. Adapun nilai-nilai Budi Pekerti yang merupakan nilai akhlak yang diajarkan untuk SMP kelas II antara lain:

21

Sopan santun Saling menghormati Rendah hati Patuh dan taat Saling menghargai Jujur Sederhana Tidak sombong Memaafkan Mencintai lingkungan24 Sedangkan nilai-nilai Akhlak dalam Pendidikan Agama antara lain: 25 a. Akhlak Mahmudah Optimisme Sopan santun Suka menolong Hemat Sabar dan Tawakal Cinta Kebersihan

D. Bambang Rusmakno, Pendidikan Budi Pekerti Untuk SMP K elas 2., (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004) KBK 2004,SMP Islam Al-Azhar, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Bidang pendidikan SMP dan SMA dan kursus yayasan pesantren Islam Al-Azhar Kebayoran Baru, 2004), jilid 2, h. 1825

24

22

a. Akhlak Mazmumah Dengki Buruk Sangka Khianat dan sebagainya. Nilai-nilai itulah yang akan diterapkan kepada pesarta didik, dengan harapan mereka dapat mengaplikasikan dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. yakni mereka dapat bersikap/berakhlak yang mulia baik terhadap Allah, sesama manusia maupun alam lingkungan. karena hal itu merupakan kewajiban diantara sesama manusia, sedangkan berbuat baik terhadap Alah, sesama manusia dan alam lingkungan merupakan salah satu ruang lingkup dari pendidikan akhlak dan budi pekerti. Sedangkan Ruang Lingkup Pendidikan Budi Pekerti, sama dengan Ruang Lingkup pendidikan Agama, yaitu: a. Hubungan Manusia dengan Allah b. Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia dan c. Hubungan Manusia dengan Alam Lingkungan.26

26

Ibid

23

D. Pengertian Persepsi, Faktor-faktor Perbedaan, Ciri-ciri dan Hal-hal yang Berpengaruh Terhadap Persepsi 1. Pengertian Persepsi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya.27 Sedangkan Ahli Psikologi sebagaimana yang dikutip Zikri Neni mengatakan persepsi adalah proses diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. dan ada juga yang mendefinisikan persepsi sebagai The interpretation of experience (penafsiran pengalaman).28 Adapun menurut Bimo Walgito, persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra. Stimulus yang diindra itu kemudian oleh individu diorganisasikan, dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindra itu.29 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah penafsiran seseorang terhadap sesuatu berdasarkan pengindraan atau pengetahuan yang dimilikinyaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 675 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brothers, 2006), Cet. ke-1, h. 10929 28 27

Prof. Dr. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: ANDI, 2002), Cet. Ke-i

h. 69

24

2. Faktor-faktor Perbedaan Persepsi a. Perhatian. Memfokuskan perhatian pada satu atau dua obyek

mengakibatkan terjadinya perbedaan persepsi antara satu orang dengan orang lain. b. Set. yaitu harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul. Misalnya Ibu Yuzi membeli 1 Kg kerupuk emping seharga Rp 25.000,- sedangkan Ibu Farah membeli 1 Kg kerupuk emping seharga Rp 20.000,- , jika dengan bersamaan Ibu Yuzi dan Ibu Farah membeli pada satu tempat yang sama seharga Rp 22.500,- . maka bagi Ibu Farah harga demikian terlalu mahal sedangkan bagi Ibu Yuzi harga demikian murah. c. Kebutuhan. Kebutuhan sesaat dan menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. dan kebutuhan-kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi. d. Sistem Nilai. Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pada persepsi. e. Ciri Kepribadian. f. Gangguan Jiwa. Gangguan jiwa dapat menimbulkan kesalahan persepsi, yang disebut halusinasi. Halusinasi bersifat individual yang hanya dialami oleh penderita skizofrenia, yaitu penderita mendengar suara-suara atau melihat benda-benda yang tidak terdengar atau terlihat oleh orang lain.30

30

Ibid., h. 54-56

25

3. Ciri-ciri Umum Dunia Persepsi a. Rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indera. b. Dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang), kita dapat menyatakan atas-bawah, tinggi rendah, luas sempit, latar depan-latar belakang, dll. c. Dunia Persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tuamuda, dll. d. Objek-objek atau gejala-gajala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu. Kita melihat meja tidak berdiri sendiri tetapi dalam ruang tertentu, letak/posisi tertentu. e. Dunia persepsi adalah dunia dunia penuh arti. Kita cenderung melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya dengan tujuan dalam diri kita.31 4. Hal-hal yang Berpengaruh Terhadap Persepsi Persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan proses

penginderaan saja, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi. yaitu: a. Perhatian yang Selektif Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus

31

Ibid., 57-58

26

menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu, individunya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentunya saja. Dengan demikian, objek-objek atau gejala-gejala lain, tidak akan tampil kemuka sebagai objek pengamat. b. Ciri-ciri Rangsang Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian pula rangsang yang paling besar diantara yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan yang intensitas rangsangnya yang paling kuat. c. Nilai-nilai dan Kebutuhan Individu Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibanding seorang yang bukan seniman. Penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat koin (mata uang logam) lebih besar dibanding anak-anak orang kaya. d. Pengalaman Terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.32

32

Drs. Irwanto, Psikolosi Umum, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002), h. 71

27

E. Pengertian Sikap, Ciri-ciri dan Komponen-komponennya. 1. Pengertian Sikap Sikap dalam arti sempit adalah pandangan atau kecendrungan mental. Menurut Bruno, sebagaimana yang dikutip oleh Muhibbin Syah mengatakan bahwa sikap (Attitude) adalah kecendrungan yang relatif menetap dengan cara yang baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu, yang pada prinsipnya dapat dianggap suatu kecerdrungan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.33 Sedangkan menurut Zikri Neni mengatakan, sikap adalah

kesiapan/kecendrungan seseorang untuk bertindak (bereaksi) secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.34 Adapun menurut Ilmu Jiwa Sosial, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.35 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan prilaku atau kecendrungan seseorang yang dilakukan terhadap suatu objek yang objeknya itu bisa orang atau benda dengan cara tertentu.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1997), Cet. ke-3, h. 12034 35

33

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Op. Cit., h. 109 David O Sears, et. Al., Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1994), Jilid I, h. 137

28

2. Ciri-ciri Sikap Sikap itu dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif, dalam sikap positif kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharap objek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai objek tertentu. Adapun ciri-ciri sikap yang dikemukakan oleh Sarlito Wirawan adalah sebagai berikut: a. Dalam sikap terdapat hubungan subyek-obyek. Tidak ada sikap yang tanpa obyek. Objek ini bisa berupa benda, orang, kelompok orang, nilai-nilai sosial, pandangan hidup, hukum lembaga masyarakat dan sebagainya. b. Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajaridan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman. c. Karena sikap dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan disekitar individu yang bersangkutan pada saat-saat yang berbeda. Adapun perubahan-perubahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1). Faktor Internal, yaitu selektifitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri atau minat perhatiannya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya dan faktor intern itu turut ditentukan pula oleh motif-motif dan sikap lainnya yang sudah terdapat dalam diri pribadi.

29

2). Faktor Eksternal, misalnya interaksi dengan lingkungannya, interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompok dapat menambah sikap yang baru, yang dimaksud interaksi di luar kelompok seperti kebudayaan, media masa, radio, televisi dan buku-buku. d. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan. e. Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah terpenuhi. f. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat bermacam-macam sesuai dengan banyaknya obyek yang menjadi perhatian orang yang bersangkutan.36 Adapun proses pembentukan dan perubahan sikap itu sendiri melalui empat macam cara, antara lain: 1. Adopsi, yaitu kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap. 2. Diferensiasi, yaitu dengan berkembangnya inteligensia, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.

Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. ke-9, h. 100

36

30

3. Integrasi, yaitu pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut. 4. Trauma, yaitu pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, meninggalkan kesan yang mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.37 3. Komponen-komponen sikap Pada umumnya para psikologi membagi komponen sikap menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan konatif. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Menurut Mann, (salah seorang tokoh dalam bidang pengukuran sikap), sebagaimana yang yang dikutip oleh Saifuddin Azwar menjelaskan, bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen konasi/prilaku berisi tendensi atau kecendrungan untuk bertindak dan bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.38

37 38

Ibid., h. 102

Drs. Saifuddin Azwar, M.A., Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Edisi ke-2, h. 23-24

31

Ketiga komponen ini bekerja secara kompleks dan merupakan bagian yang menentukan sikap seseorang terhadap suatu objek. Komponen kognitif akan menjawab apa yang dipikirkan tentang objek, komponen afektif berkaitan dengan apa yang dirasakan terhadap objek (senang atau tidak senang), sedangkan komponen konatif berhubungan dengan kesediaan dan kesiapan untuk bertindak terhadap objek. Dengan demikian sikap yang ditampilkan seseorang merupakan hasil dari komponen berfikir (berpersepsi), merasa (afektif), dan kecendrungan untuk bertingkah laku (konatif) sebagai reaksi terhadap suatu objek.

F. Pengertian dan Ruang Lingkup Akhlak Islami 1. Pengertian Akhlak Islami Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada dibelakang menempati posisi sebagai sifat.39 Abuddin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf, menjelaskan pengertian akhlak Islami yakni perbuatan yang dilakukan dengan mudah, tanpa disengaja, mendarah daging dan sebenarnya didasarkan pada ajaran Islam.40

39

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-4, h. Ibid..

14540

32

Sedangkan menurut Quraish Shihab, akhlak Islami diartikan sebagai akhlak akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan Allah.41 Adapun menurut H.A. Musthafa mengaatakan akhlak Islami adalah sistem moral atau akhlak yang berdasarkan Islam.42 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akhlak Islami adalah perbuatan seorang Muslim yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran yang berdasarkan ajaran Islam. 2. Ruang Lingkup Akhlak Islami Pada dasarnya ruang lingkup akhlak Islami adalah sama dengan ruang ajaran islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak Islami mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan bendabenda yang tak bernyawa)43 Baerbagai bentuk dan ruang lingkup akhlak Islami yang demikian itu dapat dipaparkan sebagai berikut: a. Akhlak terhadap Allah, seperti: bertaqwa kepada-Nya, Sabar dalam menghadapi musibah, bersyukur terhadap segala nimat-Nya. Dan sebagainya.

41 42 43

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1996), Cet. Ke-3, h. 205 H.A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h. 149 M. Quraish Shihab, Op. Cit., h. 261

33

b. Akhlak terhadap sesama manusia, yaitu: 1. Akhlak terhadap diri sendiri, seperti: jujur, optimis, hemat dan sebagainya. 2. Akhlak terhadap Bapak/Ibu (Guru), seperti: berbakti kepada bapak/Ibu (Guru), Menghormati Bapak/ibu (Guru), dan sebagainya. 3. Akhlak terhadap orang lain (teman, masyarakat)44, seperti: berkata jujur, memaafkan kesalahan orang lain dan sebagainya. c. Akhlak terhadap lingkungan, seperti: menjaga kebersihan kelas, memelihara lingkungan dan sebagainya.

G. Hubungan Antara Persepsi (pengetahuan siswa tentang akhlak) dan Sikap siswa. Pendidikan Budi Pekerti adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, yang membahas tentang bagaimana seharusnya kita sebagai manusia bersikap, berprilaku dan berakhlak serta berbudi pekerti yang luhur dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tujuan dari pendidikan budi pekerti pada dasarnya adalah untuk membentuk siswa agar mempunyai akhlak yang mulia. Baik dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia maupun alam lingkungan.

44

H. Ali Anwar yusuf, iStudi Agama Islam, (Jakarta: CV. Pustaka Setia, 2003), Cet. Ke-1, h.

180

34

SMPI Al-Azhar merupakan salah satu sekolah yang telah menerapkan pendidikan budi pekerti. Pendidikan budi pekerti yang diterapkan merupakan pengembangan dari pendidikan agama. Dengan kata lain, nilai-nilai moral yang diajarkan dalam pendidikan budi pekerti juga diajarkan dalam pendidikan agama. Adapun pengintegrasian tersebut adalah tentang akhlak mahmudah dan mazmumah. Dengan adanya pendidikan budi pekerti diharapkan siswa dapat mempunyai pengetahuan tentang akhlak yang baik dan buruk dan dengan pengetahuan tersebut mereka dapat berpersepsi dan bersikap yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya dalam menanamkan pendidikan Akhlak, bukan hanya aspek kognitif (pengetahuan tentang akhlak) semata yang harus diberikan, tetapi yang terpenting adalah aspek afektif, artinya bagaimana pengetahuan tersebut dapat diaplikasikan dengan penuh kesadaran dalam diri peserta didik, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya mereka dapat bersikap dan bertindak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia maupun alam lingkungan. Akhlak/sikap seseorang biasanya terbentuk karena adanya persepsi (pengetahuan), karena dengan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan maka seseorang dapat berpersepsi yang benar tentang sesuatu serta dapat membedakan perbuatan yang baik yang harus dilakukan dan perbuatan buruk yang harus

35

ditinggalkan. Dengan demikian seseorang dapat bersikap sesuai dengan pengetahuan dan persepsi yang dimilikinya. Persepsi adalah penafsiran seseorang terhadap sesuatu. Persepsi seseorang terjadi karena adanya pengetahuan pada diri seseorang, dengan pengetahuan seseorang dapat menginterpretasikan tentang suatu hal atau makna. Sedangkan sikap adalah kecendrungan seseorang untuk bertindak (bereaksi) secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Dalam sikap terdapat tiga komponen sikap yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik. Adanya komponen kognitif pada sikap memberi arti bahwa sikap seseorang terbentuk karena adanya pengetahuan (persepsi). Oleh karena itu, Bila kita menghubungkan antara persepsi siswa tentang pendidikan akhlak dan budi pekerti dengan akhlak/sikap siswa ini sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat orang yang mempunyai persepsi, mengetahui dan sadar serta memahami pengetahuan (tentang akhlak yang baik dan yang buruk), maka ia akan berupaya berakhlakul karimah dan menjauhi akhlak yang buruk serta akan bersikap yang mulia, baik terhadap Allah, sesama manusia maupun alam lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara persepsi (pengetahuan) siswa tentang akhlak dan sikap siswa.

36

F. Hipotesis Hipotesa adalah pendapat atau dugaan yang masih perlu di uji kebenarannya dalam pengalaman. Hipotesa dibagi dua yaitu Hipotesa Alternatif (Ha) dan Hipotesa Nol (Ho). Adapun Hipotesa Alternatif dan hipotesa Nol dalam penelitian ini adalah: Hipotesa Alternatif (Ha) : Ada korelasi yang signifikan antara persepsi (pengetahuan) siswa tenatang akhlak dan sikap siswa Hipotesa Nol (Ho) : Tidak ada korelasi yang signifikan antara persepsi (pengetahuan) siswa tentang akhlak dan sikap siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Sesuai dengan judul skripsi ini, maka penelitian dilakukan di SMPI AlAzhar 3 Bintaro. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006.

B. Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.1 Adapun variabel dalam penelitian ini adalah: a. Independent Variabel, yaitu persepsi (pengetahuan) siswa tentang akhlak, yang di simbolkan dengan huruf X. b. Dependent Variabel, yaitu variabel sikap siswa, yang disimbolkan dengan huruf Y.

C. Desain Penelitian Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian.1 Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, desain ini digunakan untuk

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), Cet. Ke-10, h.991

1

Mohammad Nasiri, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 99

37

38

mendapatkan deskriptif tentang suatu kenyataan yaitu tentang persepsi siswa tentang akhlak dan sikapnya.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah Semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.2 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SMPI Al-Azhar 3 Bintaro yang berjumlah 150 siswa/i.

2. Sampel Sedangkan teknik pengambilan sample yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Dengan tahapan kelas II terdiri dari 4 kelas, dipilih acak dengan masing-masing kelas sebanyak 25% dari populasi yang ada, sehingga diperoleh jumlah sample 40 siswa/i.

E. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena, untuk memperoleh data yang obyektif maka digunakan beberapa penelitian:Dr. Husaini Usman, dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), Cet. Ke-2, h. 532

39

1. Penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca dan menganalisa buku yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas di dalam skripsi ini. 2. Penelitian lapangan (Field Research) yaitu penelitian untuk memperoleh datadata lapangan.

F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat, yaitu: 1. Observasi Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara langsung ke objek penelitian dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki. Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati langsung objek penelitian di lapangan dan pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti dan Agama di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro. 2. Wawancara Wawancara adalah tanya jawab antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai.4 Wawancara ini dilakukan dalam bentuk dialog langsung dengan Wakil Kepala Sekolah dan beberapa guru SMPI Al-Azhar 3 Bintaro untuk melengkapi data-data yang diperlukan dan sebagai bahan analisa.4

Zikri Neni Iska, Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brothers, 2006), h. 34

40

3. Dokumentasi Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi objektif siswa (sebagai objek) meliputi jenis kelamin dan jumlah siswa, guru (sebagai pendidik) meliputi nama, jenjang pendidikan dan jabatan (guru bidang studi), sarana dan prasarana serta struktur organisasi. 4. Angket Angket yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden, dalam hal ini adalah siswa-siswi kelas II yang berjumlah 40 responden mengenai masalah yang diteliti. Adapun angket yang akan disebarkan untuk variabel persepsi dan sikap siswa terdiri dari 50 item, yang tertera pada tabel berikut ini:

41

Tabel 1 Kisi-kisi Item Pernyataan Angket Penelitian No 1. Variabel Dimensi Variabel Indikator Sabar Syukur Taqwa Tobat Hemat Dermawan Sopan Santun Optimis Pemaaf Jujur Amar maruf nahi munkar Cinta kebersihan Berani Dengki Bohong Boros Sombong Ghibah Khianat/Ingkar janji Durhaka Malas Marah Dendam menghadapi kesulitan Bersyukur atas prestasi yang dicapai Bertobat setelah melakukan kesalahan Melaksanakan puasa Melaksanakan sholat lima waktu Merasa menyesal 5 Jumlah Item 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 5 No. Item 1,4 2 3 5 22 7 8 9 10 11 12 13 16 19 6 14 17 18 20,23 21 15 24 25 26

Persepsi 1.a. Akhlak (Apa yang diterima/ Mahmudah pengetahuan siswa tentang akhlak) (Variabel X)

1. b. Akhlak Mazmumah

2.

Afeksi/sikap siswa (Variabel Y)

2.a. Akhlak/sikap terhadap Allah

- Bersabar dalam-

27 28

2.b. Akhlak/sikap

29 30

31

42

terhadap Diri sendiri

2. c. Akhlak/sikap terhadap guru

2. d. Ahlak/sikap terhadap teman

2.e. Akhlak/sikap terhadap lingkungan

menyakiti orang lain - Suka bersedekah - Malas mengerjakan PR - Tidak menyontek dalam ulangan - Optimis dalam meraih cita-cita - Sopan santun terhadap guru - Mengucapkan salam bila bertemu guru - Memperhatikan saat guru menjelaskan - Membantah nasehat ibu bapak guru - Keluar kelas tanpa izin dari guru - Membohongi teman - Tidak senang jika teman mendapat nilai lebih tinggi - Berani mengemukakan pendapat - Bersikap acuh pada teman yang mengalami musibah - Mengingkari janji dengan teman - Membalas teman yang menyakiti (nakal) - Mencegah teman yang berbuat jahat - Membicarakan keburukan teman - Menjaga kebersihan kelas - Membuang sampah pada tempatnya.

32 33 34 35 5 36 37 38 39 40 8 41 42

43

44

45 46

47 48 2 49 50

43

G. Teknik Pengolahan Data Dalam pengolahan data penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut: 1. Editing, yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. 2. Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori-kategori. yaitu sebagai berikut: Scor Positif SS S TS STS 4 3 2 1 Negatif 1 2 3 4

Alternatif Jawaban

3. Tabulating, yaitu pekerjaan membuat tabel jawaban yang sudah diberi kategori jawaban kemudian dimasukkan dalam tabel.2

H. Teknik Analisa Data 1. Untuk menganalisa data-data yang berhasil dikumpulkan, penulis

menggunakan rumus persentase sebagai berikut:P F x 100 % N

Keterangan:Drs. Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. Ke-2, h.153-1562

44

P F N

= Presentase = Frekuensi Jawaban Responden = Jumlah Responden

2. Untuk mencari korelasi (hubungan) tersebut, penulis menggunakan teknik analisa korelasional yaitu suatu teknik analisa statistik mengenai hubungan antara dua variable.5 Adapun rumus yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah rumus Product Moment. yakni sebagai berikut: Rxy

N . XN

2

- X . N . Y 2 - Y 2

N . XY - X . Y

2

5

Keterangan: rxy

: Angka Indeks Korelasi r product moment : Number of Cases : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y : Jumlah keseluruhan skor x : Jumlah keseluruhan skor y

xy x y

Selanjutnya interpretasi terhadap angka indeks korelasi "r" product moment : 0, 00-0, 20 0, 20-0, 40 0, 40-0, 70 0, 70-0, 90 0, 90-1, 00 Variabel X dan Y terdapat korelasi sangat lemah Variabel X dan Y terdapat korelasi yang rendah Variabel X dan Y terdapat korelasi yang sedang/ cukup Variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat/tinggi Variabel X dan Y terdapat korelasi sangat kuat/sangat tinggi

5

Anas Sudijono, Pengantar Statistik pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 1995) h. 179

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. GAMBARAN UMUM SMPI AL-AZHAR 3 BINTARO 1. Latar Belakang , Visi dan Misi SMPI Al-Azhar 3 Bintaro SMPI Al-Azhar 3 Bintaro merupakan salah satu sekolah swasta yang didirikan dalam rangka membantu Pemerintah dalam melaksanakan program Pendidikan Nasional yang tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah ini didirikan sebagai wadah untuk memenuhi aspirasi masyarakat, khususnya para orang tua murid SD Al-Azhar Kebayoran Lama (Jakarta Selatan) dan sekitarnya. Dengan didirikannya sekolah ini diharapkan dapat menjadikan peserta didik unggul dalam IMTAQ dan IPTEK. Hal ini dapat di lihat dari Visi dan Misi SMPI Al-Azhar antara lain: Visi al-Azhar yaitu: 1. Bertaqwa dan berakhlak mulia 2. Cerdas dan terampil 3. Sehat Jasmani dan Rohani 4. Percaya diri 5. Kepribadian kuat 6. Watak pejuang 7. Mampu mengembangkan diri dan keluarga 8. Tanggung jawab pembangunan Umat dan Bangsa. 45

46

Adapun Misi Al-Azhar yaitu: 1. Mewujudkan sistem IMTAQ dan IPTEK 2. Melahirkan guru berkualits tinggi ilmu Agama dan Umum 3. Menjadikan Al-Azhar sekolah unggulan 4. Sumber penyebarluasan pendidikan berkualitas dijiwai Islam 5. Pendidikan anak diluar jam sekolah tradisional. Dengan melihat Visi dan Misi Tersebut, Sekolah Al-Azhaar merupakan salah satu sekolah yang cukup bagus dalam mengembangkan kualitas dan kuantitas SDM, dalam hal ini peserta didik. Adapun alasan penulis menjadikan SMPI Al-Azhar sebagai tempat penelitian dikarenakan sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah cukup popular, sedangkan visi dan misi sekolah tersebut erat hubungannya dengan pembentukkan Akhlakul karimah.

1. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan Guru-guru SMPI Al-Azhar terdiri dari sarjana S-1 lulusan IKIP dan IAIN yang berkualitas dalam bidang studi masing-masing. Dengan penyeleksian yang sangat ketat dan harus kompeten dalam bidangnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat menjadikan peserta didik cakap dalam Ilmu Pengetahuan dan anggun dalam moral. Adapun para siswa yang ada di sekolah ini terdiri dari orang-orang golongan menengah keatas. Ada yang sudah terdidik akhlaknya dirumah dan ada yang belum. Oleh karena itu, selalu ada kerjasama yang baik antara para Stakeholders yakni antara

47

pihak sekolah, orang tua dan masyarakat. Dengan adanya kerjasama tersebut diharapkan Visi dan Misi yang telah dicanangkan akan tercapai, yaitu agar peserta didik menguasai Ilmu Pengetahuan dan dapat berakhlak yang mulia dalam hubungannya dengan sesama manusia baik di rumah, di sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, pihak sekolah senantiasa memberikan contoh untuk berakhlak yang mulia. Seperti membiasakan mencium tangan guru ketika bertemu, mengucapkan salam, menghormati yang lebih tua dan sebagainya. Demikian juga pihak orang tua di rumah harus memberikan contoh yang baik terhadap anaknya. Karena itu para stakeholders harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang Islami baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Sedangkan mengenai para karyawan, mereka harus pandai membaca dan menulis huruf latin dan huruf Arab. Serta harus selalu menjadi contoh dan menunjukan akhlak yang mulia, baik dilingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

1. Keadaan Guru SMPI Al-Azhar 3 Bintaro Dewan guru/pengajar di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro sebagian besar adalah guru Negeri (Swasta). Tenaga pengajar yang mengajar di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro berjumlah 28 orang, yang terdiri dari 7 wanita, dan 21 laki-laki. dan untuk mengetahui lebih jelasnya tentang Daftar Nama Tenaga Edukatif (Guru) SMPI AlAzhar 3 Bintaro, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini :

48

Tabel 2 Daftar Nama Tenaga Edukatif (Guru) SMPI Al-Azhar 3 Bintaro No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama Hidayat Saputra H. Muhammad Nur Arifin M. Rais Sunardi Muhammad Ikhsan Amini Fauzi Abdullah Nasikhun Daday Hidayat Jabatan Kepala Sekolah Wakil Kepsek Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Geografi Matematika Bahasa Inggris PPKN Bahasa Arab Pendidikan Mengajar Pendidikan SM-Tarbiyah S1- FKIP S1- IKIP.M D3-FPIPS S1-Tarbiyah S1-Tarbiyah S1-FIP S1-Tarbiyah Agama S1-PAI

dan Al-Quran 10 Anwar Sadat Guru Budi Pekerti dan S1-PAI

Pendidikan Agama 11 12 13 14 15 16 Mombo Kurniati Irmayeti Dadiyo Basuki Unaeni Jahroh Utami Diana Dedi Susanto Guru Guru Guru Guru Guru Guru Biologi Matematika Fisika Ekonomi BK Sejarah S1-FPMIPA S1-FPMIPA S1-FPMIPA S1-FPIPS S1-FIP/BK S1FPIPS

49

17 18 19 20 21

Siti Kholisoh Achmad Aprivan Dedy Hamonangan Supatri Ahmad Kusnadi

Guru Guru Guru Guru Guru

Bahasa Indonesia Matematika Fisika Penjaskes Pendidikan

S1-FPBS S1-FMIPA S1-UNJ D3-UNJ

Agama S1-UMJ

dan Bahasa Arab 22 23 24 25 26 27 28 Iwan Setiawan Toni Mardayus Maman Lukmana Iden Sujana H. Junaidi Diding Tajudin Atik Sulistyaningsih Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru KTK Matematika BK Bahasa Inggris Al-Quran Bahasa Indonesia Biologi S1-FPBS S1-FMIPA S1-FIP S1-FIS S2-FPAI S1-FPBS S1-FKIP

2. Keadaan Siswa Siswa SMPI Al-Azhar 3 Bintaro, tahun pelajaran 2005-2006 tercatat berjumlah 464 siswa/i. Dengan perincian untuk kelas 1 sebanyak 4 kelas, dengan jumlah siswa 145 orang. Untuk kelas II sebanyak 4 Kelas, dengan jumlah siswa sebanyak 144 orang. Untuk kelas III sebanyak 5 kelas, dengan jumlah siswa sebanyak 175 orang. Jadi jumlah keseluruhannya ada 13 kelas, dengan jumlah siswa sebanyak 464 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

50

Tabel 3 Keadaan Siswa SMPI Al-Azhar 3 Bintaro Siswa No. 1 2 3 Jumlah Kelas I II III 3 Jumlah Kelas 4 4 5 13 Putra 73 78 95 246 Putri 72 66 80 218 Jumlah Total 145 144 175 464

3. Keadaan Karyawan Karyawan sebagai tenaga kependidikan ikut menentukan juga di dalam kelancaran kegiatan belajar mengajar, maka keberadaanya mempunyai keterkaitan erat dengan tenaga kependidikan lainnya, dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Untuk melihat lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4 Keadaan Karyawan SMPI Al-Azhar 3 Bintaro No 1 2 3 Samsudin Amelia Dini Ariningsih Hilda Yanti Nama Jabatan Tata Usaha PSB Tata Usaha Pendidikan SMA D3 D3

51

4 5 6 7 8 9 10 11

Nurjanah Cholid Hidup Maulana Andi Ade Adi Retno Acan

Tata Usaha Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan

SMA SD D2 STM SMA SMA MA

3.Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana di sekolah ini sudah sangat bagus dan memadai serta mendukung dalam pembentukkan akhlakul karimah. Yakni dapat di lihat dari seragam siswa putri, mereka harus mengenakan jilbab, baju lengan panjang dan rok panjang. Sedangkan bagi putra, baju lengan pendek dan celana panjang. Itu merupakan salah satu contoh bahwa pada dasarnya sekolah ini ingin membiasakan peserta didik untuk berpakaian yang Islami (menutup aurat). Kemudian sarana yang menunjang dalam pembentukkan akhlakul karimah adalah adanya masjid sebagai tempat atau wadah agar para siswa dapat membiasakan dan melaksanakan sholat tepat pada wakktunya, sekaligus sebagai sarana untuk sholat berjamaah dan sebagainya. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di SMPI Al-Azhar 3 Bintaro yaitu:

52

Tabel 5 Sarana dan Prasarana SMPI Al- Azhar 3 Bintaro No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Jenis Barang Ruang Teori/Kelas Laboratorium Biologi Laboratorium Fisika Laboratorium Komputer Ruang Perpustakaan Ruang Keterampilan Ruang Serbaguna Ruang UKS Ruang BP/BK Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang Tata usaha Ruang OSIS Kamar Mandi/Wc Guru Kamar Mandi/Wc Murid Gudang Ruang Ibadah Jumlah 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 8 8 1

53

Sedangkan prasarana yang dimiliki oleh SMPI Al-Azhar 3 Bintaro di dalam menunjang kegiatan proses belajar adalah sebagai berikut : a. Laboratorium Fisika b. Laboratorium Biologi c. Ruang Komputer d. Ruang Pusat sumber Belajar (PSB) e. Ruang BP / BK f. Ruang Perpustakaan g. Ruang Ekstrakurikuler h. Ruang Osis i. j. Ruang Ganti Olah Raga Aula Serba Guna, Masjid, dan lain-lain.

2. Struktur Organisasi SMPI Al-Azhar 3 Bintaro Struktur organisasi, kalimat ini terdiri dari dua kata yaitu : Struktur dan Organisasi. Kata struktur berasal dari bahasa Inggris, Structure yang artinya cara bagaimana sesuatu disusun, susunan, bangunan. Sedangkan kata organisasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sekelompok kerjasama antara orangorang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Dan organisasi juga berarti kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan. Syarat terbentuknya organisasi juga harus ada hubungan, kemauan dan kesediaan para anggota untuk bekerjasama.

54

Dengan demikian maka yang dimaksud dengan struktur organisasi adalah kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Secara organisator SMPI Al-Azhar 3 Bintaro mempunyai sruktur organisasi sebagaimana dapat dilihat pada bagan berikut ini. Tabel 6 Struktur Organisasi SMPI Al-Azhar 3 BintaroKep sek W. Kep Sek

Jamiyah

Tata Usaha

Staf Urusan klm

Staf Urusan Kemuridan

Staf Tense Humas

Staf Keagamaan

Guru Mata Pelajaran Wali Kelas

Guru BK/BP

Murid

Ket:

Garis Komando Garis Konsultan/Koordinasi

55

B. Deskripsi Data Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Persepsi (pengetahuan) siswa tentang Akhlak 2. Sikap siswa Untuk memperoleh data tentang persepsi siswa tentang akhlak, penulis membuat angket yang terdiri dari 25 pernyataan yang harus dijawab oleh siswa, yang berisi tentang persepsi atau pengetahuan siswa tentang akhlak setelah mereka mempelajari Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Adapun indikator angket persepsi ini, penulis mengambil dari materi-materi akhlak yang sudah diajarkan pada siswa kelas II dalam bidang studi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Sedangkan untuk mengetahui afeksi/sikap siswa, penulis juga membuat angket yang terdiri dari 25 pernyataan yang disesuaikan dengan angket persepsi, atau dibuat berdasarkan indikator-indikator persepsi. Dengan demikian, karena jumlah angket persepsi sebanyak 25 item dan afeksi sebanyak 25 item, maka jumlah angket yang disebarkan berjumlah 50 item pernyataan. Selanjutnya angket tersebut disebarkan pada sampel sebanyak 40 siswa yang terdiri dari siswa kelas II A , B, C dan D SMPI Al-Azhar 3 Bintaro sebagai responden. Dalam waktu 45 menit responden dapat mengisi angket tersebut dengan baik. Mengingat tugas responden hanya memberikan tanda cheklist ( ) pada tanda SS

56

untuk pernyataan sangat setuju, S untuk pernyataan setuju, TS untuk pernyataan tidak setuju dan STS untuk pernyataan sangat tidak setuju.

C. Analisa Data Dalam menganalisa data, penulis menggunakan teknik-teknik sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab III di atas yaitu: 1. Editing, yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. 2. Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori-kategori. 3. Tabulating, yaitu pekerjaan membuat tabel jawaban yang sudah diberi kategori jawaban kemudian dimasukkan dalam tabel.1 Kemudian data-data yang telah terkumpul dari para responden di analisa dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut:

P

F x 100 % N

Adapun analisis data tersebut dapat di lihat pada tabel-tabel berikut ini:

Cholid Narkoba dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), CetKe-2, h.153-156

1

57

A. Afeksi (Sikap) siswa 1. Akhlak Siswa Terhadap Allah Tabel 7 Siswa bersabar dalam menghadapi musibah NO ALTERNATIF JAWABAN 1. a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS) JUMLAH 2 29 9 0 PORSENTASE 5% 72,5 % 22,5 % 0%

Dari tabel

tersebut dapat dipahami bahwa sebagian besar siswa senantiasa

bersabar dalam menghadapi musibah dengan persentase sebanyak (77,5 %), sedangkan yang tidak bersabar dalam menghadapi musibah sebanyak (22,5 %). Tabel 8 Siswa bersyukur atas prestasi yang dicapai NO ALTERNATIF JAWABAN 2. a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS) JUMLAH 17 23 0 0 PORSENTASE 42,5 % 57,5 % 0% 0%

58

Sikap siswa yang menyatakan selalu bersyukur atas prestasi yang dicapai lebih banyak dari siswa yang menyatakan tidak bersyukur, dengan persentase sebanyak (100 %), sedangkan yang tidak sebanyak (0 %). Tabel 9 Siswa bertobat setelah melakukan kesalahan No 3. ALTERNATIF JAWABAN a. b. c. d. Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) JUMLAH 4 27 9 0 PORSENTASE 10 % 67,5 % 22,5 % 0%

Demikian halnya dengan sikap siswa yang bertobat setelah melakukan kesalahan lebih banyak daripada yang tidak bertobat, dengan persentase sebanyak (77,5 %), sedangkan yang tidak bertobat sebanyak (22,5 %). Tabel 10 Siswa melaksanakan Puasa No 4. ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat (STS) Tidak Setuju JUMLAH 7 19 13 1 PORSENTASE 17,5 % 47,5 % 32,5 % 2,5 %

59

Kemudian dalam melaksanakan puasa, sebagian besar siswa senantiasa melaksanakan puasa dengan persentase sebanyak (65 %), sedangkan yang tidak melaksanakan puasa sebanyak (35 %).

Tabel 11 Siswa melaksanakan shalat lima waktu NO ALTERNATIF JAWABAN 5. a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS) JUMLAH 7 22 11 0 PORSENTASE 17,5 % 55 % 27,5% 0%

Begitu pula sikap siswa dalam melaksanakan shalat lima waktu, lebih banyak dari pada siswa yang tidak melaksanakan shalat dengan persentase sebanyak (82,5 %), sedangkan yang tidak melaksanakan shalat sebanyak (27,5 %). Dengan melihat tabel-tabel tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa sikap (akhlak) siswa terhadap Allah adalah sangat baik, artinya sebagian besar siswa selalu melaksanakan perintah Allah Swt.

60

2. Akhlak Siswa Terhadap Diri Sendiri

Tabel 12 Siswa merasa menyesal menyakiti orang lain NO ALTERNATIF JAWABAN 1. a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS) JUMLAH 21 18 1 0 PORSENTASE 52,5 % 45 % 2,5 % 0%

Dari tabel di atas, dapat di lihat bahwa jumlah persentase siswa yang menyatakan merasa menyesal jika menyakiti orang lain lebih banyak dari pada siswa yang mengatakan tidak menyesal, dengan persentase sebanyak (97,5 %), sedangkan yang tidak menyesal sebanyak (2,5 %). Tabel 13 Siswa suka bersedekah NO ALTERNATIF JAWABAN 2. a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS) JUMLAH 5 33 2 0 PORSENTASE 12, 5 % 82,5 % 5% 0%

61

Demikian halnya dengan sikap siswa yang suka bersedekah lebih banyak dari pada siswa yang tidak bersedekah, dengan persentase sebanyak (95 %), sedangkan yang tidak sebanyak (5 %). Tabel 14 Siswa tidak (malas) mengerjakan PR NO 3. ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS) JUMLAH 0 13 26 1 PORSENTASE 0% 32,5 % 65 % 2,5 %

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa mengerjakan PR dengan persentasi sebanyak (67,5%), sedangkan yang tidak mengerjakan sebanyak (32,5 %). Tabel 15 Siswa tidak menyontek dalam ulangan NO 4. ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS) JUMLAH 3 22 12 3 PORSENTASE 7,5 % 55 % 30 % 7,5 %

62

Sikap siswa yang tidak menyontek dalam ulangan lebih besar daripada siswa yang menyontek, dengan persentasi sebanyak (62,5%), sedangkan yang melakukan /menyontek sebanyak (37,5%). Tabel 16 Siswa optimis dalam meraih cita-cita NO 5. ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS) JUMLAH 9 27 4 0 PORSENTASE 22,5 % 67,5 % 10 % 0%

Begitu pula sikap siswa yang optimis dalam meraih cita-cita, sebagian besar siswa optimis dengan persentase sebanyak (90 %), sedangkan yang tidak optimis sebanyak (10 %). 3. Akhlak Terhadap Guru Tabel 17 Siswa bersikap sopan santun terhadap bapak/ibu guru NO ALTERNATIF JAWABAN 1. a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS) JUMLAH 14 22 4 0 PORSENTASE 35 % 55 % 10 % 0%

63

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah persentase siswa yang bersikap sopan terhadap bapak/ibu guru lebih banyak daripada siswa yang bersikap tidak sopan, dengan persentase sebanyak (90 %), sedangkan yang bersikap tidak sopan sebanyak (10 %).

Tabel 18 Siswa mengucapkan salam bila bertemu guru NO 2. a. ALTERNATIF JAWABAN Sangat Setuju (SS) JUMLAH 2 24 13 1 PORSENTASE 5% 60 % 32,5 % 2,5 %

b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS)

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

Begitu pula sikap siswa yang mengucapkan salam jika bertemu dengan guru lebih besar daripada siswa yang tidak mengucapkan salam dengan persentase sebanyak (65 %), sedangkan yang tidak mengucapkan sebanyak (35 %).

64

Tabel 19 Siswa memperhatikan saat guru menjelaskan NO 3. a. ALTERNATIF JAWABAN Sangat Setuju (SS) JUMLAH 10 21 9 0 PORSENTASE 25 % 52,5 % 22,5 % 0%

b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS)

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

Demikian halnya sikap siswa yang memperhatikan saat guru menjelaskan lebih besar daripada siswa yang tidak memperhatikan, dengan persentasi sebanyak (77,5 %), sedangkan yang tidak memperhatikan sebanyak (22,5 %). Tabel 20 Siswa membantah nasehat bapak/ibu guru NO 4. ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS) JUMLAH 2 13 17 8 PORSENTASE 5% 32,5 % 42,5 % 20 %

65

Adapun sikap siswa yang membantah nasehat bapak/ibu guru lebih kecil daripada sikap siswa yang tidak membantah, dengan persentase sebanyak (37 %), sedangkan yang tidak membantah sebanyak (64, 5 %).

Tabel 21 Siswa keluar kelas tanpa izin dari Bapak/Ibu NO 5. ALTERNATIF JAWABAN a. b. c. d. Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat (STS) Tidak Setuju JUMLAH 4 16 16 4 PORSENTASE 10 % 40 % 40 % 10 %

Dari tabel tersebut, dapat di lihat bahwa sikap siswa yang keluar kelas tanpa izin dari Bapak/Ibu guru sama dengan sikap siswa yang tidak keluar, dengan

persentase masing-masing sebanyak (50 %). Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa sikap siswa terhadap guru adalah cukup baik.

66

4. Akhlak terhadap Teman Tabel 22 Siswa berbohong kepada teman NO 1. ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS) JUMLAH 1 10 25 4 PORSENTASE 2,5 % 25 % 62,5 % 10 %

Dari tabel tersebut, dapat di lihat bahwa jumlah persentase siswa yang menyatakan berbohong pada teman lebih kecil daripada yang tidak berbohong, dengan persentasi sebanyak(27,5%), sedangkan yang tidak berbohong sebanyak (72,5 %). Tabel 23 Siswa tidak senang jika teman mendapat nilai lebih tinggi (iri) NO 2. ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS) JUMLAH 3 24 8 5 PORSENTASE 7,5 % 60 % 20 % 12,5 %

67

Sedangkan sikap siswa yang iri jika teman mendapat nilai lebih tinggi lebih banyak daripada yang senang, dengan persentase sebanyak (67,5 %), sedangkan yang senang sebanyak (32,5 %). Tabel 24 Siswa berani mengemukakan pendapat NO 3. ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS) JUMLAH 3 23 13 1 PORSENTASE 7,5 % 57,5 % 32,5 % 2,5 %

Adapun siswayang berani mengemukakan pendapat lebih besar daripada siswa yang tidak, dengan persentasi sebanyak (65%), sedangkan yang tidak berani mengemukakan pendapat sebanyak (35 %). Tabel 25 Siswa bersikap acuh pada teman yang mengalami musibah NO 4. ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS) JUMLAH 3 25 10 2 PORSENTASE 7,5 % 52,5 % 25 % 5%

68

Dari tabel tersebut, ternyata sikap siswa yang acuh pada teman yang mengalami musibah lebih sedikit daripada siswa yang tidak scuh,dengan persentase sebanyak (30 %), sedangkan yang tidak acuh sebanyak (70 %). Tabel 26 Siswa mengingkari janji dengan teman NO 5. ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS) JUMLAH 13 21 5 1 PORSENTASE 32,5 % 52.5 % 12,5 % 2,5 %

Sikap siswa yang mengingkari janji lebih sedikit dari yang tidak mengingkari, dengan persentase sebanyak (15 %), sedangkan yang tidak mengingkari janji sebanyak (85 %). Tabel 27 Siswa membalas teman yang menyakiti NO 6. a. ALTERNATIF JAWABAN Sangat Setuju (SS) JUMLAH 2 19 16 3 PORSENTASE 5% 47,5 % 40 % 7,5 %

b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS)

69

Dari tabel tersebut, dapat di lihat bahwa sikap siswa yang membalas teman yang menyakiti lebih sedikit daripada yang tidak membalas, dengan persentase (47,5%), sedangkan yang tidak membalas sebanyak (52,5%). Tabel 28 Siswa mencegah teman yang berbuat jahat NO 7. ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS) JUMLAH 3 25 10 2 PORSENTASE 7,5 % 62,5 % 25 % 5%

Sedangkan sikap siswa yang mencegah teman yang berbuat jahat lebih banyak dari yang tidak, dengan persentase sebanyak (70%), sedangkan yang tidak mencegah sebanyak (30%). Tabel 29 Siswa membicarakan keburukan teman NO 8. ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju (SS) JUMLAH 3 25 10 2 PORSENTASE 7,5 % 62,5 % 25 % 5%

b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS)

70

Adapun sikap siswa yang membicarakan keburukan teman lebih sedikit daripada yang melakukan, dengan spersentase sebanyak (25%), sedangkan yang tidak membicarakan sebanyak (75%). Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa sikap siswa terhadap teman juga baik.

5. Akhlak Terhadap Lingkungan

Tabel 30 Siswa menjaga kebersihan NO 1. ALTERNATIF JAWABAN a. Sangat Setuju (SS) JUMLAH 1 9 22 8 PORSENTASE 2,5 % 22,5 % 55 % 20 %

b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS)

Dari tabel di atas, dapat di lihat bahwa siswa yang menjaga kebersihan lebih sedikit daripada yang menjaga kebersihan, dengan persentase sebanyak (25 %), sedangkan yang tidak menjaga kebersihan sebanyak (75 %).

71

Tabel 31 Siswa membuang sampah pada tempatnya NO ALTERNATIF JAWABAN 2. a. Sangat Setuju (SS) JUMLAH 0 18 15 7 PORSENTASE 0% 45 % 37,5 % 17,5 %

b. Setuju (S) c. Tidak Setuju (TS) d. Sangat Tidak Setuju (STS)

Demikian pula siswa yang membuang sampah pada tempatnya lebih sedikit daripada siswa yang tidak, dengan persentase sebanyak (45 %), sedangkan yang tidak membuang sampah pada tempatnya sebanyak (55%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akhlak/sikap siswa terhadap lingkungan kurang baik, hal ini dapat dipahami bahwa mereka adalah anak-anak yang berasal dari keluarga menengah keatas, sehingga mereka mempunyai pembantu yang dapat membantu mereka. Karenanya untuk membina agar anak mempunyai akhlak/sikap yang baik terhadap lingkungan maka harus ada kerja sama antara berbagai pihak (stakeholders) yakni sekolah, orang tua dan masyarakat. Selanjutnya tabel mengenai perhitungan analisis butir soal yang diperoleh melalui hasil perhitungan angket, masing-masing jawaban di beri skor, kemudian skor-skor tersebut dijumlahkan. Adapun analisa item untuk skor angket persepsi (X) dan afeksi (Y) dapat di lihat pada tabel berikut ini:

72

Tabel 32 Scor jumlah angket variabel X (Persepsi)Perhitungan Untuk Mencari Data Variabel X Dari Hasil Penyebaran Angket Butir soal 1 A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 1 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 1 3 5 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 6 3 2 1 2 2 2 2 1 2 1 4 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 7 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 8 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 9 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 4 3 10 11 12 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 3 4 1 3 2 1 1 2 1 2 3 2 3 3 4 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 2 3 2 3 13 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 2 3 3 3 2 2 3 14 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 2 3 2 3 2 2 3 15 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 16 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 3 4 4 17 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 1 2 4 4 4 3 2 4 4 3 3 18 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 4 3 2 3 2 3 3 19 3 3 3 4 4 4 4 4 3 2 4 2 4 3 3 3 1 3 3 3 3 20 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 4 4 21 22 23 4 3 3 2 1 1 2 1 2 3 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 4 4 2 2 25 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2

Subjek

Lanjutan Dari Tabel 32V W X Y Z AA BB CC DD EE FF 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 1 2 2 1 1 1 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 4 3 2 3 2 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 1 3 1 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 4 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 4 4 4

73

GG HH II JJ KK LL MM NN Jumlah

3 4 3 3 3 3 3 4

3 4