makalah pekerti

23
PELATIHAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DASAR TEKNIK INSTRUKSIONAL (PEKERTI) Oleh: Trisna Andarwulan, S.S., M.Pd. (UPT MKU)

Upload: ary-budhi

Post on 23-Jan-2016

230 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sample

TRANSCRIPT

Page 1: makalah pekerti

PELATIHAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DASAR TEKNIK INSTRUKSIONAL (PEKERTI)

Oleh: Trisna Andarwulan, S.S., M.Pd. (UPT MKU)

LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN (LP3)UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG, 2015

KATA PENGANTAR

Page 2: makalah pekerti

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas segala karunia-Nya

penulis mampu menyelesaikan makalah tentang Pelatihan Keterampilan Dasar Teknik

Instruksional (PEKERTI) bagi dosen Universitas Brawijaya, pada 10—14 Agustus 2015.

Pelatihan ini memberikan manfaat bagi penulis karena memberikan pengetahuan dan

keterampilan dasar mengajar yang dibutuhkan sebagai tenaga pengajar.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak berikut.

1) Prof. Dr. Munawar, S.E., DEA., selaku ketua LP3 Universitas Brawijaya, karena telah

memfasilitasi penulis dalam kegiatan pelatihan yang mampu mengembangkan

wawasan sebagai tenaga pengajar;

2) Para Bapak/Ibu Dosen Pemateri, karena telah mentransfer ilmu yang bermanfaat bagi

penulis dalam merancang, menyajikan, serta mengevaluasi kegiatan pembelajaran;

3) Panitia kegiatan PEKERTI Universitas Brawijaya karena telah membantu,

memfasilitasi, memudahkan penulis dalam mengikuti kegiatan pelatihan ini.

Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian, baik pembaca

akademik maupun nonakademik.

Malang, 16 Agustus 2015

Penulis

Page 3: makalah pekerti

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................................................................Daftar Isi .................................................................................................................BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................A. Latar Belakang .....................................................................................................B. Tujuan Program .....................................................................................................C. Materi Program .....................................................................................................BAB II ISI .................................................................................................................A. Kebijakan Pendidikan di Perguruan Tinggi .....................................................B. Paradigma Pembelajaran .........................................................................................C. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Interaktif .................................................D. strategi Pembelajaran .........................................................................................E. Dasar-dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Pembelajaran .............................F. Motivasi dan Prinsip Pembelajaran .................................................................G. Penilaian Proses dan Hasil Belajar .................................................................BAB III PENUTUP .........................................................................................DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

Page 4: makalah pekerti

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam konsep pembelajaran bagi orang yang sudah dewasa lebih diutamakan ke arah

kemandirian dari peserta didik, walaupun tetap ditunjang dengan berbagai sarana dan

prasarana. Salah satu komponen utama yang mempengaruhi kualitas proses dan keluaran

pendidikan tinggi adalah dosen yang harus berperan aktif sebagai pemateri. Untuk menjadi

pemateri yang baik memerlukan berbagai kepiawaian dalam merancang, menyajikan, serta

mengevaluasi materi perkuliahan dengan segala aspek dukungannya. Salah satu kelemahan

dari sistem pembelajaran di Perguruan Tinggi non Kependidikan disebabkan sebagian besar

staf pengajarnya bukan berasal dari tenaga kependidikan, sehingga memerlukan pelatihan

khusus yang disesuaikan dengan paradigma pembelajaran di Perguruan Tinggi yang dianut

sekarang.

Peranan tenaga pengajar/dosen, salah satunya ditentukan oleh kemampuan mereka

dalam mengajar, dan ini menjadi faktor yang sangat menentukan dalam kualitas

pembelajaran. Pada kenyataannya, bagi mereka yang baru memangku jabatan tenaga

pengajar/dosen merupakan suatu pekerjaan profesional yang membutuhkan pendidikan dan

pelatihan. Dengan demikian, sebagai tenaga pengajar/dosen perlu menguasai berbagai

kemampuan, misalnya kemampuan pemahaman teori belajar mengajar, model belajar

mengajar, perancangan instruksional, dan evaluasi hasil belajar. Secara garis besar dapat

dikatakan bahwa kemampuan yang dituntut sebagai seorang dosen selain kepakaran di bidang

ilmu yang ditekuni, juga diperlukan keahlian dalam merancang, menyajikan dan

mengevaluasi dengan kaidah yang benar dalam proses belajar mengajar. Semua kemampuan

tersebut perlu diintegrasikan dalam wawasan yang utuh ketika dosen mengajar di kelas, serta

memberikan motivasi sebagai pembelajaran yang lebih mandiri.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran oleh tenaga pengajar/dosen perlu

dilakukan pelatihan pengembangan keterampilan dasar teknik instruksional (PEKERTI)

untuk dosen baru juga Applied Approach (AA) yang ditujukan bagi dosen senior akan

dipromosikan menjadi atau sedang mendapat tugas tambahan sebagai manajer pendidikan.

Demikian pula pelatihan-pelatihan lain yang lebih khusus sebagai pelengkap dalam

pembelajaran, seperti pelatihan penyusunan kurikulum berbasis kompetensi, pelatihan

pembelajaran berbasis masalah, pelatihan multimedia pembelajaran dan sebagainya telah

diselenggarakan LP3 sesuai dengan peran dan fungsinya.

Page 5: makalah pekerti

Pada awalnya Akta V, Akta V baru, Applied Approach, Lokakarya dan rekonstruksi

perkuliahan telah dilaksanakan secara terus-menerus dalam rangka saling melengkapi dalam

pengayaan proses belajar mengajar (PBM). Sejak tahun 1990 Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi memulai PEKERTI bagi dosen. Hal itu didasari bahwa para dosen di perguruan tinggi

pada umumnya belum pernah mendapat pendidikan, pelatihan atau pengayaan khusus dalam

bidang keterampilan teknik instruksional. Sehingga suatu program yang menangani masalah

pengembangan dan pengayaan bidang keterampilan teknik instruksional bagi dosen perlu

diadakan. Program tersebut dinamakan “Program Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik

Instruksional (PEKERTI)” yang secara struktural menjadi wewenang Dikti dalam hal ini

Universitas Terbuka. Namun dengan makin banyaknya pelatihan untuk Tim Inti Fasilitator

Pekerti dan AA, LP3 Universitas Brawijaya telah mendapatkan wewenang untuk menjadi

salah satu Lembaga Penyelenggara yang diakui dengan sertifikasi tingkat nasional. Demikian

pula, modifikasi bahkan inovasi materi telah dilakukan sejalan dengan perkembangan

pembelajaran.

B. Tujuan Program

Kegiatan PEKERTI diharapkan agar peserta dapat lebih memahami dasar-dasar

proses belajar mengajar dan pengelolaannya secara dinamis; mengajar dengan

mengembangkan dan mengapresiasikan berbagai teori dan prinsip dasar teknik instruksional,

dengan begitu diharapkan peserta mempunyai kemampuan untuk menggunakan keterampilan

dasar instruksional yang diperlukan guna mengajar di perguruan tinggi untuk lebih efektif-

efisien terstruktur berdasarkan sistem dan kaidah yang benar.

C. Materi Program

Materi-materi yang disajikan dalam pelatihan ini diawali dengan mengenal jati diri

seorang dosen sebagai tenaga pengajar, pendidik serta teman berdiskusi berdasarkan hakikat

paradigma baru sebagai dosen. Kemudian dilanjutkan dengan berbagai materi program

perencanaan perkuliahan yang tersusun, metode penyajian serta melakukan evaluasi dengan

benar. Demikian pula, disajikan cara melakukan manajemen pendidikan dan pembelajaran

yang benar. Teknik penyampaian materi selama pelatihan diselenggarakan dengan cara

ceramah, diskusi, penyelesaian tugas-tugas latihan dan praktek menyajikan perkuliahan.

Page 6: makalah pekerti

BAB II

ISI

A. Kebijakan Pengembangan Pendidikan di Perguruan Tinggi

Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang

mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan

program profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi

berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia (UU No. 12 Tahun 2012, pasal 1, butir 2). Fungsi

pendidikan tinggi adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa;

mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing,

dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma; mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora (UU No. 12 Tahun 2012,

pasal 4).

Fokus pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 diarahkan untuk menghasilkan

insan Indonesia cerdas dan kompetitif melalui peningkatan ketersediaan, keterjangkauan,

kualitas dan relevansi, kesetaraan dan kepastian memperoleh layanan pendikan. Cerdas

diartikan sempurna pertumbuhan akal budinya (menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Jadi, cerdas adalah cerdas secara komprehensif (insan kamil/paripurna) yang dimensinya

meliputi: (a) cerdas secara spiritual, (b) cerdas secara emosional & sosial, (c) cerdas secara

intelektual dan (d) cerdas secara kinestetis.

Lima prioritas program pembangunan pendidikan yaitu percepatan peningkatan

jumlah dosen S3 dan daya saing PT; peningkatan akses dan mutu pendidikan vokasi;

percepatan peningkatan kualifikasi akademik guru ke S1/D4, sertifikasi, dan rintisan

pendidikan profesi guru; penuntasan pendidikan dasar 9 tahun; peningkatan akses dan mutu

PAUD. Dosen sebagai pendidik profesional diharapkan mampu menguasai materi pelajaran

secara luas dan mendalam; merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian;

menyebarluaskan inovasi; merancang, dan menilai pengabdian pada masyarakat (Munawar,

2015).

B. Hak dan Kewajiban Dosen

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama

mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,

Page 7: makalah pekerti

dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dosen wajib

memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan

memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas,

serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berhak: (1) memperoleh

penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial; (2)

mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; (3)

memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual; (4)

memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, akses sumber belajar, informasi,

sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; (5)

memiliki kebebasan akademik, mimbar akademik, dan otonomi keilmuan; (6) memiliki

kebebasan dalam memberikan penilaian dan menentukan kelulusan peserta didik; dan (7)

memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi/organisasi profesi keilmuan.

Sementara itu, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berkewajiban: (1)

melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat; (2) merencanakan,

melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; (3)

meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara

berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (4)

bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama,

suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosioekonomi peserta didik dalam

pembelajaran; (5) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik,

serta nilai-nilai agama dan etika; (6) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan

bangsa.

C. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi

Tanggal 20 Mei 1908 adalah hari berdirinya Budi Oetomo sebagai awal organisasi “modern”

yang kemudian mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berkaitan dengan Hari

Kebangkitan Nasional tahun ini ada hal penting yang perlu kita tekankan yaitu tema Hari

Pendidikan Nasional yang juga kita peringati dalam bulan ini,tepatnya tanggal 2 Mei lalu.

Tema peringatan Hari Pendidikan Nasional 2011 ialah “Pendidikan karakter sebagai pilar

kebangkitan bangsa” dengan subtema “raih prestasi junjung budi pekerti”. Kedua peringatan

hari nasional ini berkaitan erat satu sama lain, karena pendidikan adalah proses pembudayaan

dan kebangkitan merupakan awal proses,sehingga keduanya memandu proses pembentukan

karakter atau jati diri bangsa Indonesia.

Page 8: makalah pekerti

Pendidikan karakter kita pahami berjalan mulai anak usia dini (bahkan mungkin sejak

bayi di dalam kandungan) hingga ke perguruan tinggi. Karenaitu,pendidikankarakter tidak

hanya menjadi tanggung jawabpendidikanpersekolahan dari jenjang PAUD hingga perguruan

tinggi, tapi juga tanggung jawab orangtua,keluarga, dan masyarakat. Di dalam ruang lingkup

lokal, orangtua dan keluarga memiliki peran kuat pada usia awal dan semakin berkurang

seiring dengan bertambahnya usia anak.

Sebaliknya, pengaruh pendidikan sekolah dan masyarakat semakin menguat

bersamaan dengan bertambahnya usia anak. Khusus untuk pendidikan tinggi, desain

pendidikan tinggi yang terkait dengan pendidikan karakter sangat penting. Pendidikan

karakter wajib ada di dalam kerangka dasar semua unsur pendidikan di perguruan tinggi.

Mengapa demikian? Pendidikan karakter adalah landasan bagi budaya akademik, karena ilmu

pada prinsipnya dapat kita pandang dalam perspektif moral dan sosial, sehingga akan terkait

langsung dengan perspektif kehidupan berbangsa dan bernegara.

Penjabaran lebih luas,pemahaman dan implementasi dari empat pilar yang mencakup nilai-

nilai luhur Pancasila, UUD 45, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal

Ika. Kesemuanya itu, jika diamalkan, wujudnya adalah perilaku yang baik dengan karakter

moral bangsa Indonesia. Secara umum nilai-nilai luhur keempat pilar wajib melandasi proses

pendidikan menuju perilaku berkarakter. Implementasinya dengan cara olah pikir, olah hati,

olah rasa/karsa, dan olahraga.

D. Keterampilan Mengajar

Mengajar pada dasarnya berfungsi uuntuk mentransfer ilmu dari Dosen kepada

mahasiswa. Agar proses ini dapat terlaksana dengan baik, salah satu hal yang harus kita

lakukan adalah dengan cara menambahkan passion pada saat kita mengajar. Prof Ken Kawan

Soetanto, P.hdDoktor di bidang-bidang Applied Electronic Engineering di Tokyo Institute of

Technology (1985), Medical Science dari Tohoku University (1988), Pharmacy Science di

Science University of Tokyo (2000), Education Science di Waseda University

(2003)menyatakan bahwa mengajar dengan passion sangatlah penting di pendidikan tinggi,

caranya dengan mengatur suasana hati yang tepat, seperti profesionalisme dan berwibawa,

tingkat formalitas yang tepat, antusiasme yang terkendali, memanfaatkan humor dengan baik,

percaya diri tapi tidak angkuh.

Page 9: makalah pekerti

E. Dasar-dasar Komunikasi dalam Pembelajaran

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, ide & emosi melalui simbol, kata,

gambar, angka, dan media lain yang diaktualisasikan dalam bentuk interaksi antara

komunikator dengan komunikan. Communication as Science(lebih berorientasi pada kajian

ilmu sehingga melahirkan berbagai teori, paradigma, model komunikasi). Communication as

Profession(lebih berorientasi pada aplikasi/profesi tertentu/wartawan/dosen/humas,MC,

konsultan, dll).

Komunikasi merupakan proses interaksi lambing. Lambang bersifat sembarangan,

manusialah yg memberi makna.Lambang yang disepakati dan digunakan itu disusun dalam

kesatuan sistem yg bermakna dan disepakati oleh komunitas penggunanya, maka ia menjadi

bahasa.

Tujuan komunikasi menurut Thomas M. Scheidel bahwa kita berkomunikasi terutama

untuk menyatakan sesuatu dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial,

mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir dan bertindak seperti yang kita

inginkan.Sementara menurus Gordon I Zinmmerman, komunikasi mempunyai fungsi dua

fungsi: isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan utk menyelesaikan tugas

kita, dan fungsi hubungan, yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana

hubungan kita dengan orang lain

Fungsi Komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk

membangun konsep diri kita, aktualisasi-diri, utk kelangsungan hidup, utk memperoleh

kebahagiaan, terhindar dari tekanan, memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui rapat

RT, Rapat kantor, Arisan, Tahlilan, kelompok study, Pengajian, Fun bike, MoGe, dll. Fungsi

komunikasi yang kedua adalah komunikasi ekspresif, seperti perasaan sedih, takut, gembira,

marah dan kesal dapat diekspresikan lewat kata-kata, namun terutama lewat perilaku

nonverbal. Seorang ibu menunjukkan sayang pada anak nya dengan membelai kepala

anaknya. Fungsi komunikasi yang ketiga adalah komunikasi ritual. Komunikasi ritual

biasanya dilakukan secara berkelompok, misalnya acara ulang tahunan, sunatan, pernikahan,

natalan, ngaben, dll.Komunikasi ritual sering juga bersifat ekspresif, misal siswa paskibraka

bisa menangis saat mencium bendera merah putih, sebagai tanda haru dan bangga. Fungsi

komunikasi yang terakhir adalah komunikasi instrumental yang memiliki beberapa tujuan

umum : menginformasikan, mengajar, memotifasi, mengubah prilaku sikap dan keyakinan,

menggerakkan tindakan dan juga menghibur.Sebagai instrumen, komunikasi bisa ditujukan

untuk penguasaan tertentu, misalnya untuk keahlian pidato, berunding, berceramah atau

menulis

Page 10: makalah pekerti

F. Soft Skill dalam Pembelajaran

Menurut Elfindri dkk (2011: 67), soft skills didefinisikan sebagai berikut: Soft skills

merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau

bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta. Dengan mempunyai soft skills membuat

keberadaan seseorang akan semakin terasa di tengah masyarakat. Keterampilan akan

berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok,

memiliki etika dan moral, santun dan keterampilan spiritual. Lebih lanjut lagi Elfindri dkk

(2011: 175) berpendapat soft skills sebagai berikut: Semua sifat yang menyebabkan

berfungsinya hard skills yang dimiliki. Soft skills dapat menentukan arah pemanfaatan

hardskills. Jika seseorang memilikinya dengan baik, maka ilmu danketerampilan yang

dikuasainya dapat mendatangkankesejahteraan dan kenyamanan bagi pemiliknya dan

lingkungannya. Sebaliknya, jika seseorang tidak memiliki soft skills yang baik, maka hard

skills dapat membahayakan dirisendiri dan orang lain.Sedangkan menurut Iyo Mulyono

(2011: 99), “soft skills merupakan komplemen dari hard skills. Jenis keterampilan

inimerupakan bagian dari kecerdasan intelektual seseorang, dan seringdijadikan syarat unutk

memperoleh jabatan atau pekerjaan tertentu”.

Dalam mengintegrasikan soft skills dalam kurikulum tentunya bukanlah hal yang

mudah dilakukan. Namun dengan usaha sedikit demi sedikit untuk menyusunnya dan

tentunya dengan lebih mempraktikan atau menjadi contoh bagi siswa daripada hanya

memberikan teori saja, soft skills lambat laun akan menjadi sesuatu yang wajib diberikan dan

dikembangkan dalam setiap proses pembelajaran.

G. Tujuan Instruksional Umum

Definisi tujuan instruksional umum adalah rumusan kalimat yang berisi tujuan dan target

(kompetensi) yang harus dicapai oleh mahasiswa setelah menempuh suatu matakuliah. Fungsi

dari tujuan instruksional umum adalah Tujuan / target yang akan dicapai yang berupa

kompetensi yang akan dicapai oleh mahasiswa.Sebagai pedoman / arah dari

perkulihaan.Sebagai pedoman / standarisasi untuk evaluasi suatu matakuliah (UTS/UAS).

Dalam membentuk suatu tujuan instruksional umum dari mata kuliah, terdapat

beberapa pertimbangan yaitu

Analisis kebutuhan:

- Seberapa penting mata kuliah tersebut.

- Seberapa jauh kompetensi yang hendak dicapai oleh mhs.

Page 11: makalah pekerti

Untuk analisis kebutuhan diperlukan informasi dari:Masyarakat / pengguna lulusan /

industry, Alumni2 yang sudah terjun dilapangan., Staf akademik / praktisi.

J. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Interaktif

Perubahan pendekatan dalam pembelajaran dari TCL menjadi SCL adalah perubahan

paradigma, yaitu perubahan dalam cara memandang beberapa hal dalam pembelajaran, yakni;

a) pengetahuan, dari pengetahuan yang dipandang sebagai sesuatu yang sudah jadiyang

tinggal ditransfer dari dosen ke mahasiswa, menjadi pengetahuan dipandang sebagaihasil

konstruksi atau hasil transformasi oleh pembelajar, b) belajar, belajar adalahmenerima

pengetahuan (pasif-reseptif) menjadi belajar adalah mencari dan

mengkonstruksipengetahuan, aktif dan spesifik caranya, c) pembelajaran, dosen

menyampaikanpengetahuan atau mengajar (ceramah dan kuliah) menjadi dosen berpartisipasi

bersamamahasiswa membentuk pengetahuan. Dengan paradigma ini maka tiga prinsip yang

harusada dalam pembelajaran SCL adalah (a) memandang pengetahuan sebagai satu hal

yangbelum lengkap, (b) memandang proses belajar sebagai proses untuk merekonstruksi

danmencari pengetahuan yang akan dipelajari; serta (c) memandang proses pembelajaran

bukansebagai proses pengajaran (teaching) yang dapat dilakukan secara klasikal, dan

bukanmerupakan suatu proses untuk menj lankan sebuah instruksi baku yang telah dirancang.

Proses pembelajaran adalah proses dosen menyediakan berbagai macam strategidan

metode pembelajaran dan paham akan pendekatan pembelajaran mahasiswanya untukdapat

mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dengan Pendekatan yang berubah ini,

modelpelaksanaan pembelajaran juga berubah. Beberapa contoh model pembelajaran

yangdikembangkan di perguruan tinggi antara lain berikut ini.

1. Small Group Discussion

Diskusi adalah salah satu elemen belajar secara aktif dan merupakan bagian dari

banyak model pembelajaran SCL yang lain, seperti CL, CbL, PBL, dan lain-lain. Mahasiswa

peserta kuliah diminta membuat kelompok kecil (5 sampai 10 orang) untuk mendiskusikan

bahan yang diberikan oleh dosen atau bahan yang diperoleh sendiri oleh anggota kelompok

tersebut. Dengan aktivitas kelompok kecil, mahasiswa akan belajar: (a) Menjadi pendengar

yang baik; (b) Bekerjasama untuk tugas bersama; (c) Memberikan dan menerima umpan

balik yang konstruktif; (d) Menghormati perbedaan pendapat; (e) Mendukung pendapat

dengan bukti; dan (f) Menghargai sudut pandang yang bervariasi (gender, budaya, dan lain-

lain).

2. Discovery Learning (DL)

Page 12: makalah pekerti

DL adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang

tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk

membangun pengetahuan dengan cara belajar mandiri.

3. Cooperative Learning (CL)

CL adalah metode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen untuk

memecahkan suatumasalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini terdiri atas

beberapa orang mahasiswa, yang memiliki kemampuan akademik yang beragam. Metode ini

sangat terstruktur, karena pembentukan kelompok, materi yang dibahas, langkah- langkah

diskusi serta produk akhir yang harus dihasilkan, semuanya ditentukan dan dikontrol oleh

dosen. Mahasiswa dalam hal ini hanya mengikuti prosedur diskusi yang dirancang oleh

dosen. Pada dasarnya CL seperti ini merupakan perpaduan antara teacher-centered dan

student-centered learning. Metode ini bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan

mengasah: (a) kebiasaan belajar aktif pada diri mahasiswa; (b) rasa tanggung jawab individu

dan kelompok mahasiswa; (c) kemampuan dan keterampilan bekerjasama antar mahasiswa;

dan (d) keterampilan sosial mahasiswa.

4. Collaborative Learning (CbL)

CbL adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerjasama antar mahasiswa

yangdidasarkan pada konsensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok. Masalah/

tugas/kasus memang berasal dari dosen dan bersifat open ended, tetapi pembentukan

kelompok yang didasarkan pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan

tempat diskusi/kerja kelom pok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok

ingin dinilai oleh dosen, semuanya ditentukan melalui konsensus bersama antar anggota

kelompok.

5. Contextual Instruction (CI)

CI adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi matakuliah dengan

situasinyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi mahasiswa untuk membuat

keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai

anggota masyarakat, pelaku kerja profesional atau manajerial, entrepreneur, maupun investor.

Sebagai contoh, apabila kompetensi yang dituntut matakuliah adalah mahasiswa dapat

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses transaksi jual beli, maka dalam

pembelajarannya, selain konsep transaksi ini dibahas dalam kelas, juga diberikan contoh, dan

mendiskusikannya. Mahasiswa juga diberi tugas dan kesempatan untuk terjun langsung di

pusat-pusat perdagangan untuk mengamati secara langsung proses transaksi jual beli tersebut,

atau bahkan terlibat langsung sebagai salah satu pelakunya, sebagai pembeli, misalnya. Pada

Page 13: makalah pekerti

saat itu, mahasiswa dapat melakukan pengamatan langsung, mengkajinya dengan berbagai

teori yang ada, sampai ia dapat menganalis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

terjadinya proses transaksi jual beli. Hasil keterlibatan, pengamatan dan kajiannya ini

selanjutnya dipresentasikan di dalam kelas, untuk dibahas dan menampung saran dan

masukan lain dari seluruh anggota kelas.

Pada intinya dengan CI, dosen dan mahasiswa memanfaatkan pengetahuan secara

bersama-sama, untuk mencapai kompetensi yang dituntut oleh matakuliah, serta memberikan

kesempatan pada semua orang yang terlibat dalam pembelajaran untuk belajar satu sama lain.

6. Project-Based Learning (PjBL)

PJBL adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam

belajarpengetahuan dan keterampilan melalui proses pencarian/penggalian (inquiry) yang

panjangdan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan kompleks serta tugas dan

produk yang dirancang dengan sangat hatihati.

7. Problem-Based Learning/Inquiry (PBL/I)

PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan

pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Pada

umumnya, terdapat empat langkah yang perlu dilakukan mahasiswa dalam PBL/I, yaitu: (a)

Menerima masalah yang relevan dengan salah satu/ beberapa kompetensi yang dituntut

matakuliah, dari dosennya; (b) Melakukan pencarian data dan informasi yang relevan untuk

memecahkan masalah; (c) Menata data dan mengaitkan data dengan masalah; dan (d)

Menganalisis strategi pemecahan masalah PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan

masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk

dapat memecahkan masalah tersebut.

Page 14: makalah pekerti

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanKesimpulan yang penulis dapatkan pada pelatihan pekerti tanggal 10-14 Agustus

2015 adalah:1. Metode pengajaran harus berfokus pada mahasiswa (student centered) bukan lagi

pada dosen (teacher centered)2. Gunakanlah media yang beragam dalam pembelajaran agar materi dapat terserap

dengan baik3. Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang baik, kontrollah emosi mahasiswa

pada saat pembelajaran4. Penilaian harus didasarkan dengan jelas dan dapat dihitung5. Penting bagi dosen untuk menyusun RPKPS sebelum mengajar agar pembelajaran

bisa berlangsung dengan lancar6. Terdapat bermacam-macam cara mengajar yang menarik, bukan hanya ceramah atau

diskusi

Page 15: makalah pekerti

DAFTAR PUSTAKA

Munawar. 2015. Kebijakan Pengembangan Pendidikan Tinggi. Power Point Materi disajikan dalam PEKERTI LP3 Universitas Brawijaya pada 10—14 Agustus 2015.

Soetanto, Hendrawan. 2015. Pendidikan Karakter. Makalah disajikan dalam PEKERTI LP3 Universitas Brawijaya pada 10—14 Agustus 2015.

Thomas, M. Sheidel. 1976. Communication and Human Interaction. Edisi ke-2. Glenville, III. Scott, Foresman & Co.

UU No. 12 Tahun 2012, Pasal 4 tentang Kebijakan Pendidikan Tinggi.