rb13d469p-peran perpustakaan.pdf

91
UNIVERSITAS INDONESIA PERAN PERPUSTAKAAN KOMUNITAS DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT: STUDI KASUS RUMAH PINTAR BHARA CENDEKIA 1 SKRIPSI DWI DIONA SEPTIA 0606090386 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DEPOK JULI 2010 Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Upload: vuongkhuong

Post on 02-Jan-2017

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

UNIVERSITAS INDONESIA

PERAN PERPUSTAKAAN KOMUNITAS DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT:

STUDI KASUS RUMAH PINTAR BHARA CENDEKIA 1

SKRIPSI

DWI DIONA SEPTIA 0606090386

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

DEPOK JULI 2010

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 2: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

UNIVERSITAS INDONESIA

PERAN PERPUSTAKAAN KOMUNITAS DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT:

STUDI KASUS RUMAH PINTAR BHARA CENDEKIA 1

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora

DWI DIONA SEPTIA 0606090386

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

DEPOK JULI 2010

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 3: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

ii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang

berlaku di Universitas Indonesia.

Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

Universitas Indonesia kepada saya.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 4: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Dwi Diona Septia

NPM : 0606090386

Tanda Tangan :

Tanggal : 10 Juli 2010

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 5: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

iv

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 6: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peran

Perpustakaan Komunitas dalam Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Rumah

Pintar Bhara Cendekia 1 ini dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora Universitas Indonesia.

Dalam perjalanan dari awal perkuliahan, hingga selesainya penulisan

skripsi ini, telah banyak pihak-pihak yang membantu dan mendukung saya. Tanpa

dan bantuan dan dukungan selama ini, mungkin akan sulit untuk meneylesaikan

skripsi ini. Untuk itu saya ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-

dalamnya atas segala dukungan, semangat, bantuan, dan doa yang telah diberikan

selama ini.

Terimakasih saya ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu

penulis dalam penulisan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Kedua orang tua dan keluarga atas semua do’a, kepercayaan, dan

semangat yang tak henti-hentinya. Terimakasih atas segalanya, untuk

Ibunda tercinta Tisnawati dan Ayahanda Sugesta skripsi ini

dipersembahkan.

2. Ibu Laksmi, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah banyak

memberikan pengarahan, petunjuk, dan bimbingannya sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

3. Bapak Fuad Gani dan M. Prabu, selaku pembaca skripsi, yang telah

memberikan saran dan masukan untuk menghasilkan karya yang lebih

baik lagi.

4. Seluruh Ibu dan Bapak dosen Ilmu Perpustakaan. Terimakasih atas ilmu

yang telah diberikan selama ini.

5. Pihak pengelola Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 Korps Brimob Polri.

Para tutor dan asisten tutor. Terimakasih atas bantuan dan kemudahan

yang diberikan dalam memperoleh data penelitian.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 7: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

vi

6. Uni Sutia Handayani dan adik Diane Fitria, kalian sumber semangat yang

paling berharga.

7. Seluruh sahabat terbaik yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan

bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman dan rekan-rekan JIP UI 2006, yang telah sama-sama

berjuang di Universitas Indonesia. Bangga menjadi bagian dari kalian.

9. Terakhir untuk semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah

membantu kelancaran proses penulisan skripsi ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

skripsi ini. Untuk itu, penulis meminta saran dan kritiknya untuk kebaikan di masa

yang akan datang. Akhir kata selamat membaca skripsi ini, semoga sama-sama

mendatangkan manfaat bagi kita semua.

Depok, 10 Juli 2010

Dwi Diona Septia

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 8: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Dwi Diona Septia

NPM : 0606090386

Program Studi : Ilmu Perpustakaan

Departemen : Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya

Jenis karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Peran Perpustakaan Komunitas

dalam Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Rumah Pintar Bhara Cendekia 1

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 10 Juli 2010

Yang menyatakan

(Dwi Diona Septia)

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 9: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................ ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv KATA PENGANTAR ......................................................................................... v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ vii ABSTRAK ....................................................................................................... viii ABSTRACT ....................................................................................................... ix DAFTAR ISI ....................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Permasalahan ........................................................................................ 4 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 4 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 5 1.5 Metode Penelitian ................................................................................. 6

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR ..................................................................... 7

2.1 Pemberdayaan Masyarakat.................................................................... 7 2.1.1 Pemberdayaan ............................................................................. 7 2.1.2 Tahapan Pemberdayaan Masyarakat .......................................... 11 2.1.3 Pemberdayaan Masyarakat sebagai Suatu Program dan Proses ... 16 2.1.4 Pemberdayaan Masyarakat melalui Perpustakaan ....................... 18

2.2 Perpustakaan Berbasis Komunitas....................................................... 23 BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 29

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................... 29 3.2 Lokasi Penelitian ................................................................................ 30 3.3 Pemilihan Informan ............................................................................ 30 3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 31

3.4.1 Wawancara ................................................................................ 31 3.4.2 Observasi ................................................................................... 32 3.4.3 Analisis Dokumen ..................................................................... 33

3.5 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................. 34 3.5.1 Triangulasi................................................................................. 34 3.5.2 Catatan Lapangan ...................................................................... 34 3.5.3 Koding, Kategorisasi, dan Interpretasi Data ............................... 35 3.5.4 Penyimpulan .............................................................................. 35

BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................... 36

4.1 Profil Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 ................................................ 36 4.2 Latar Belakang Berdirinya Rumah Pintar ............................................ 38

4.2.1 Ide Awal .................................................................................... 38

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 10: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

xi

4.2.2 Tujuan Rumah Pintar ................................................................. 40 4.2.3 Sasaran Rumah Pintar ................................................................ 41

4.3 Pemberdayaan Masyarakat di Rumah Pintar ....................................... 43 4.3.1 Bentuk Pemberdayaan Masyarakat ............................................ 43 4.3.2 Proses Pemberdayaan ................................................................ 49

4.3.2.1 Tahap Persiapan................................................................... 50 4.3.2.2 Tahap Pengkajian ................................................................ 52 4.3.2.3 Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan .......... 53 4.3.2.4 Tahap Pemformulasian Rencana aksi ................................... 53 4.3.2.5 Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan .......................... 54 4.3.2.6 Tahap Evaluasi .................................................................... 56 4.3.2.7 Tahap Terminasi .................................................................. 58

4.3.3 Dampak Program Pemberdayaan ............................................... 58 4.3.3.1 Hasil .................................................................................... 58 4.3.3.2 Kendala ............................................................................... 60

4.4 Peran Rumah Pintar dalam Pemberdayaan Masyarakat ....................... 62 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 65

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 65 5.2 Saran .................................................................................................. 66

DAFTAR REFERENSI ................................................................................... 67 LAMPIRAN ..................................................................................................... 70

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 11: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

xii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Surat Keterangan Pengumpulan Data ........................................ 70

LAMPIRAN 2. Struktur Organisasi Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 ................ 71

LAMPIRAN 3. Daftar Pertanyaan Wawancara .................................................. 72

LAMPIRAN 4. Foto-Foto Kegiatan Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 ................ 73

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 12: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

viii

ABSTRAK Nama : Dwi Diona Septia NPM : 0606090386 Program Studi : Ilmu Perpustakaan Judul : Peran Perpustakaan Komunitas dalam Pemberdayaan

Masyarakat: Studi Kasus Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 Skripsi ini membahas program pemberdayaan masyarakat di Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 melalui fasilitas dan layanan yang disediakan. Pemberdayaan masyarakat merupakan usaha meningkatkan potensi dan kemampuan diri masyarakat. Rumah pintar Bhara Cendekia 1 merupakan salah satu bentuk perpustakaan komunitas yang menghadirkan program pemberdayaan masyarakat di setiap kegiatannya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat di Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 mengacu pada tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Kegiatan pemberdayaan di rumah pintar ini berbasiskan pada metode pembelajaran, terlihat dari fasilitas dan layanan yang ada pada setiap sentra, yaitu: sentra baca, sentra kriya, sentra komputer, sentra bermain, sentra audio visual, sentra psikologi dan konsultasi kesehatan, dan sentra outbond. Kata Kunci : Pemberdayaan melalui perpustakaan, perpustakaan komunitas, pendidikan

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 13: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

ix

ABSTRACT Name : Dwi Diona Septia NPM : 0606090386 Study Program: Ilmu Perpustakaan Title : The Role of Community Library in Community Empowerment:

Case Sudy Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 This thesis discusses the community empowerment program in the Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 through facilities and services provided. Community empowerment is an effort to increase community self-potential and capabilities. Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 is one of the community library that present the community empowerment program in each their activity. This is a qualitative research that using case study method. Results showed that community empowerment in Rumah pintar Bhara Cendekia 1 based on the national education goals, improving intellectuality of the nation. Empowerment activities in this rumah pintar based on the method of learning, visible from the existing facilities and services at each center, ie: reading center, craft center, computer center, play center, audio-visual center, health and consulting psychology center, and outbound center. Keywords : Empowerment through library, community library, education

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 14: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberdayaan merupakan suatu kegiatan yang mengacu pada

keberpihakan dan kepedulian dalam memerangi kekurangan dan keterbelakangan

masyarakat dengan cara membuat mereka berdaya, dan punya semangat bekerja

untuk membangun diri mereka sendiri. Secara konseptual pemberdayaan

(empowerment) berasal dari kata power yang berarti kekuasaan atau kekuatan.

Seperti yang dikatakan oleh Ife (1995, p. 56) bahwa pemberdayaan atau

empowerment secara sederhana dapat dinyatakan sebagai “to increase the power

of the disadvantaged” (untuk meningkatkan kekuatan/ kemampuan dari yang

tidak beruntung). Oleh karena itu konsep pemberdayaan dapat diartikan sebagai

upaya untuk memberikan kekuatan, meningkatkan kemampuan dan potensi yang

dimiliki orang atau kelompok yang lemah atau miskin sehingga pada akhirnya

orang atau kelompok tersebut menyadari potensi yang dimilikinya dan akhirnya

mampu melakukan tindakan untuk keluar dari kelemahannya.

Pemberdayaan masyarakat dapat diterapkan dalam berbagai bidang seperti

ekonomi, sosial, budaya, atau hukum. Namun, yang terutama pemberdayaan dapat

dilakukan melalui sektor pendidikan, karena pendidikan memiliki arti penting

dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan masyarakat dapat lebih memahami

dan meningkatkan potensi diri yang mereka miliki. Semakin baik pendidikannya,

maka akan semakin baik pula ilmu-ilmu yang diperoleh masyarakat sehingga

nantinya dapat mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Hal ini dikarenakan

pendidikan memiliki keterkaitan yang erat dengan status sosial dan ekonomi yang

akan dicapai.

Pada praktik pemberdayaan masyarakat seperti yang dikemukakan oleh

Adi (2003, p. 68), pendidikan masyarakat merupakan proses pembelajaran

berkelanjutan (on going) yang menjadi fokus dari pemberdayaan. Pendekatan

pendidikan banyak memainkan peran untuk pemberdayaan masyarakat. Pada

hakikatnya pendidikan masyarakat memiliki prioritas pada individu yang kurang

beruntung dari segi ekonomi, geografis, dan sosial budaya. Artinya sasaran

pendidikan masyarakat adalah mereka yang kurang beruntung karena belum

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 15: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

2

memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan, sikap

dasar, dan potensi diri yang dimiliki. Pemberdayaan masyarakat melalui

pendidikan sendiri bertujuan agar kelompok sasaran dapat menggali berbagai

potensi yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi (Adi, 2002, p.

163).

Pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan dapat dilakukan

melalui perpustakaan. Hal ini tertuang dalam tujuan perpustakaan yang salah

satunya adalah berupaya mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki

masyarakat. Tujuan ini pun berhubungan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan merupakan sebuah institusi

bebas yang dapat dimanfaatkan masyarakat dalam memberdayakan dirinya.

Keberadaan perpustakaan di dalam masyarakat atas kehendak, keinginan, dan

sepenuhnya dipergunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan dan kehidupan

mereka sehari-hari dalam bidang informasi (Sutarno, 2006, p. 20). Melalui

perpustakaan, masyarakat dapat mencari informasi yang mereka butuhkan sesuai

dengan minatnya masing-masing. Perpustakaan menyediakan informasi yang

dibutuhkan masyarakat, dan masyarakat dapat memanfaatkannya secara bebas.

Dalam hal pemberdayaan masyarakat pun perpustakaan tidak memaksa

masyarakat dalam memanfaatkan informasi yang ada di perpustakaan.

Dapat terlihat bahwa melalui perpustakaan, pemberdayaan masyarakat pun

dapat dilakukan. Namun, di Indonesia sendiri pemberdayaan masyarakat melalui

program-program perpustakaan belum terlihat begitu nyata, karena pada

kenyatannya secara umum keberadaan perpustakaan, contohnya perpustakaan

umum, belum ditempatkan sebagai kebutuhan utama hanya sebagai pelengkap.

Padahal melalui perpustakaan masyarakat dapat memberdayakan (to empower)

diri mereka sendiri dengan mendapatkan berbagai informasi yang sesuai dengan

kebutuhan profesi dan bidang tugas masing-masing, yang pada akhirnya bermuara

pada tumbuhnya warga masyarakat yang terinformasi dengan baik (well-

informed), berkualitas dan demokratis (Siregar, 1998).

Hal ini mendorong munculnya berbagai pihak mengembangkan suatu

program yang dapat membantu masyarakat terutama anak-anak meningkatkan

potensi diri yang mereka miliki. Bentuk program ini seperti dengan mendirikan

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 16: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

3

berbagai perpustakaan berbasis komunitas yang bertujuan membantu

memberdayakan dan mengembangkan bakat dan minat masyarakat. Perpustakaan

komunitas merupakan suatu perpustakaan yang didirikan berdasarkan kebutuhan

kelompok (komunitas) tertentu dan dibentuk oleh komunitas tertentu atau

diperuntukkan untuk komunitas tertentu. Pendirian perpustakaan komunitas juga

didasari keinginan untuk membantu masyarakat yang belum merasakan manfaat

perpustakaan umum, dapat merasakan pula manfaat perpustakaan melalui

perpustakaan komunitas yang mereka dirikan.

Pemberdayaan yang dilakukan oleh perpustakaan berbasis komunitas

biasanya tidak hanya dengan menyediakan bahan-bahan bacaan sebagai sumber

ilmu. Umumnya pendirian perpustakaan ini juga diiringi dengan pendirian pusat

pembinaan masyarakat terutama anak-anak. Di perpustakaan komunitas ini

dilakukan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan,

dan minat baca masyarakat. Perpustakaan komunitas juga sering digunakan

sebagai tempat berkumpul bagi masyarakat baik tua ataupun muda.

Dewasa ini muncul suatu istilah baru yang memberikan pandangan baru

akan keberadaan perpustakaan berbasis komunitas. Istilah tersebut yaitu Rumah

Pintar. Rumah Pintar merupakan sebuah program yang diprakarsai oleh

Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) yang turut berperan serta

dalam pemberdayaan masyarakat. Hadirnya program Rumah Pintar merupakan

salah satu upaya yang dilakukan untuk membantu masyarakat yang sulit

dijangkau karena letak geografis dalam memperoleh pendidikan dan informasi

terutama di daerah Indonesia.

Program Rumah Pintar ini menghadirkan sebuah konsep pembinaan

masyarakat terutama anak-anak dalam bentuk taman bacaan dan disertai dengan

program layanan pendidikan non formal yang dilakukan melalui penyediaan

sarana pembelajaran. Program Rumah Pintar ini memiliki tujuan yang sama

dengan perpustakaan umum yaitu pengembangan kualitas masyarakat terutama

anak-anak dalam rangka pemberdayaan sumber daya manusia.

Untuk itu peneliti ingin meneneliti lebih dalam lagi tentang program

pemberdayaan masyarakat di Rumah Pintar Bhara Cendekia. Pemilihan lokasi

penelitian di Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 karena perpustakaan ini tidak hanya

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 17: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

4

menyediakan bahan bacaan, tetapi juga menghadirkan program pemberdayaan

masyarakat melalui berbagai layanan perpustakaan berbasis pendidikan. Peneliti

berusaha memperoleh informasi tentang hal yang mendasari hadirnya program

pemberdayaan masyarakat di Rumah Pintar dan bagaimana serta sejauh apa

program Rumah Pintar dalam hal pemberdayaan masyarakat. Penelitian akan

dilakukan di Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 yang beralamat di Kompleks

Markas Komando Brimob Polri Kelapa II Depok.

1.2 Permasalahan

Pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan menjadi satu hal yang

patut untuk diperhatikan. Melalui pendidikan masyarakat dapat mengembangkan

potensi diri sehingga masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidup mereka

dengan memanfaatkan ilmu yang mereka dapatkan. Program rumah pintar

merupakan program yang mendukung proses pemberdayaan masyarakat dalam

sektor pendidikan ini. Program Rumah Pintar berusaha meningkatkan minat baca

masyarakat dan mengembangkan kualitas pendidikan masyarakat.

Latar belakang hadirnya rumah pintar, yang tidak lain merupakan suatu

bentuk dari kehadiran perpustakaan komunitas, adalah suatu usaha untuk

memberdayakan potensi yang dimiliki masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk

meneliti lebih dalam lagi bagaimana bentuk dari program rumah pintar ini dalam

mengembangkan dan memberdayakan masyarakat. Penelitian akan dilakukan

dengan mendapatkan informasi dari pihak yang terkait. Masalah yang diteliti

berhubungan dengan gagasan pendirian yang menggunakan istilah rumah pintar

dan program yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat. Pertanyaan pada

penelitian ini adalah: Bagaimana proses pemberdayaan potensi masyarakat dalam

program Rumah Pintar Bhara Cendekia 1?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi landasan awal kemunculan program rumah pintar

dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Hal ini bertujuan untuk

melihat apakah dari awal pendirian rumah pintar ini memang

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 18: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

5

ditujukan untuk memberdayakan potensi masyarakat dengan melihat

visi dan misi rumah pintar Bhara Cendekia 1 dan juga melihat peran

rumah pintar Bhara Cendekia 1 melakukan perannya dalam

memberdayakan potensi masyarakat. Dengan mengidentifikasi

landasan awal pendirian rumah pintar, dapat diformulasikan

bagaimana rumah pintar ini menerapkan program pemberdayaan

masyarakat sejak dari awal pendirian.

2. Mengidentifikasi bentuk dan proses dari program rumah pintar

sebagai bentuk kegiatan yang memberdayakan potensi masyarakat.

Hal ini untuk melihat perkembangan program pemberdayaan

masyarakat di rumah pintar dalam mengembangkan potensi

masyarakat dan membantu masyarakat meningkatkan kualitas hidup.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

Memperoleh wawasan tentang pemberdayaan masyarakat yang dilakukan

melalui program perpustakaan berbasis komunitas seperti dengan munculnya

program Rumah Pintar yang memiliki tujuan memberdayakan dan

mengembangkan potensi masyarakat. Selain itu juga dapat memberikan

perkembangan baru bagi ilmu perpustakaan khususnya yang berkaitan dengan

perpustakaan berbasis komunitas, perpustakaan umum, dan pemberdayaan

masyarakat melalui perpustakaan

2. Manfaat Praktis

Dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang memiliki keinginan unutk

mengembangkan potensi masyarakat dengan menghadirkan program-program

pembelajaran informal dalam rangka mendukung keberadaan perpustakaan umum.

Bagi Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 sendiri penelitian ini dapat bermanfaat

sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk mengembangkan program

pemberdayaan yang lebih baik lagi.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 19: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

6

1.5 Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif dengan metode studi

kasus, yaitu ingin memperoleh gambaran mengenai pemberdayaan program

rumah pintar sebagai bentuk dari perpustakaan komunitas dalam rangka

pemberdayaan masyarakat. Secara umum penelitian ini berusaha menggambarkan

keadaan sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Informan dari penelitian ini

adalah unit analisis dari program rumah pintar yaitu pendiri, pengelola dan pihak-

pihak yang berhubungan dengan pembinaan program Rumah Pintar. Penelitian ini

berlokasi di perpustakaan berbasis komunitas yang menjadi tempat penelitian

yaitu Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 yang beralamat di Kompleks Markas

Komando Brimob Polri Kelapa II Depok.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari wawancara,

observasi, dan analisis dokumen. Teknik pengumpulan data yang utama dalam

penelitian ini adalah wawancara. Wawancara adalah percakapan tanya jawab yang

diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara adalah usaha

mengumpulkan informasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada

informan secara lisan meliputi istilah, latar belakang, program dan kegiatan yang

berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat terutama anak-anak. Selain

wawancara, pengumpulan data juga dilakukan melalui observasi. Observasi yang

dimaksud adalah peneliti mengumpulkan data dengan mengamati perilaku

individu-individu yang terlibat serta mengikuti kegiatan yang mereka lakukan di

perpustakaan berbasis komunitas. Adapun dalam analisis dokumen berkaitan

dengan pengumpulan data dokumen yang berkaitan dengan penelitian seperti

dokumen tentang latar belakang, sejarah, orang-orang atau peristiwa-peristiwa

yang berhubungan dengan organisasi. Setelah mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan maka tahap terakhir adalah menganalisis data. Penjelasan lebih lanjut

tentang metode penelitian di bab 3.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 20: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

7 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

Pada bab ini akan dijabarkan dan dijelaskan teori-teori yang didapati di

dalam literatur yang berhubungan dan berguna dalam menjelaskan permasalahan

yang dibahas dalam penelitian ini. Tinjauan literatur ini dibutuhkan sebagai

landasan teori yang akan digunakan dalam proses analisis data.

2.1 Pemberdayaan Masyarakat

2.1.1 Pemberdayaan

Kata pemberdayaan dalam bahasa Indonesia diadaptasi dari bahasa Inggris

yaitu empowerment. Empowerment sendiri dalam bahasa Inggris berasal dari kata

power yang berarti daya atau kekuatan. Menurut Kartasasmita (1996, p. 3) power

dapat diartikan sebagai kekuasaan (seperti dalam executive power), atau kekuatan

(seperti pushing power), atau daya (seperti horse power). Power dalam kata

empowerment diartikan sebagai daya maka empowerment dapat diartikan sebagai

pemberdayaan.

Konsep empowerment merupakan sebuah konsep yang lahir sebagai

bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan Barat dan

mulai nampak di sekitar dekade 70-an dan terus berkembang sekitar dekade 80-an

hingga akhir abad ke-20 (Pranaka dan Vihyandika dalam Prijono, 1996, p. 44).

Menurut Webster seperti yang dikutip oleh Prijono (1996, p. 3) kata empower

mengandung dua arti. Pertama adalah to give power or authorithy to dan kedua

berarti to give to or enable. Yang pertama mengandung arti memberi kekuasaan,

mangalihkan kekuatan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain dan yang

kedua berarti memberikan kecakapan atau kemampuan atau keberdayaan.

Ife (1995. p. 182) menjelaskan bahwa empowerment means providing

people with the resources, opportunities, knowledge and skills to increase their

capacity to determine their own future, and to participate in and affect the life of

their community (pemberdayaan berarti menyiapkan kepada masyarakat sumber

daya, kesempatan, pengetahuan, dan keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri

di dalam menentukan masa depan mereka, serta berpartisipasi dan mempengaruhi

kehidupan komunitas mereka sendiri. Ife juga menambahkan bahwa

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 21: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

8

pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dari mereka yang tidak

beruntung.

Adapun menurut Rappaport dalam Perkins (1995, p. 569), empowerment

adalah suatu gagasan yang menghubungkan kekuatan dan kecakapan individu,

sistem bantuan alami, dan tindak-tanduk aktif pada perubahan dan kebijakan

sosial. Perkins (1995, p. 569) juga mengatakan bahwa pemberdayaan merupakan

suatu keikutsertaan dengan yang lainnya untuk mencapai kesuksesan tujuan,

usaha untuk mendapatkan akses ke sumber, dan beberapa pandangan kritis akan

lingkungan sosial yang menjadi komponen dasar dari gagasan ini. Pada level

masyarakat, pemberdayaan menunjuk kepada aksi bersama untuk memperbaiki

kualitas hidup di masyarakat dan hubungan di antara organisasi masyarakat.

Pada dasarnya pemberdayaan merupakan upaya untuk memberdayakan

(mengembangkan masyarakat dari tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai

daya) (Adi, 2003, p. 54). Hal ini sejalan dan berkaitan dengan yang diungkapkan

oleh Payne dalam Adi (2003, p. 54) bahwa pada intinya proses pemberdayaan

ditujukan untuk:

“to help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of social or personal blocks to exercising existing power, by increasing capacity and self confidence to use power and by transferring power from the environment to clients”. (membantu klien memperoleh kemampuan untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan kekuatan yang ia miliki, antara lain melalui transfer kekuatan dari lingkungannya)

Pemberdayaan dalam konteks pemikiran merupakan suatu pembangunan

yang berpusat pada rakyat. Dalam konteks masyarakat, Kartasasmita (1997, p. 1)

menyatakan bahwa keberdayaan adalah kemampuan individu yang bersenyawa

dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan.

Keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan suatu

masyarakat bertahan (survive), dan dalam pengertian yang dinamis

mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Dalam hal ini memberdayakan

adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 22: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

9

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi

yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru

pembangunan, yakni yang bersifat "people ecentered, participatory, empowering,

and sustainable" (Chambers, 1995 dalam Kartasasmita, 1996, p. 5). Senada

dengan pendapat yang dinyatakan oleh Friedman (dalam Kartasasmita, 1997, p.

10):

“The empowerment approach, which is fundamental to an alternative development, places the emphasis on autonomy in the decision-marking of territorially organized communities, local self-reliance (but not autarchy), direct (participatory) democracy, and experiential social learning”. (Pendekatan pemberdayaan adalah hal mendasar dalam pembangunan alternative, menekankan pada otonomi dalam pengambilan keputusan dari masyarakat yang secara territorial terorganisasi, memperkuat kemandirian lokal (tetapi tidak autarki), demokrasi langsung (partisipatoris), dan pengalaman bersosial).

Berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya

membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha

mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa

depan sesuai dengan keinginan mereka (Shardlow dalam Adi, 2003, p. 54).

Selanjutnya Shardlow juga menggambarkan bahwa pemberdayaan sebagai suatu

gagasan yang dikenal dengan nama Sefl-Determination. Prinsip ini bertujuan

untuk mendorong individu atau masyarakat menentukan sendiri apa yang harus ia

lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

Dalam kerangka pikir pemberdayaan, memberdayakan masyarakat dapat

dilihat dari tiga sisi, yaitu: (Kartasasmita, 1996, p. 5)

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang (enabling). Intinya di sini adalah pengenalan bahwa setiap

masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Tidak ada

masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya

untuk membangun daya itu, dengan mendorong memotivasikan dan

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya

untuk mengembangkannya.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 23: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

10

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat

(empowering). Upaya pokok yang dilakukan adalah peningkatan taraf

pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber

kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja,

dan pasar.

3. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses

pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh

karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat.

Beberapa pandangan tentang pemberdayaan masyarakat, antara lain

sebagai berikut : (Ife, 1996, p. 59)

1. Struktural, pemberdayaan merupakan upaya pembebasan, transformasi

struktural secara fundamental, dan eliminasi struktural atau sistem yang

operesif.

2. Pluralis, pemberdayaan sebagai upaya meningkatkan daya seseorang atau

sekelompok orang untuk dapat bersaing dengan kelompok lain dalam

suatu ’rule of the game’ tertentu.

3. Elitis, pemberdayaan sebagai upaya mempengaruhi elit, membentuk

aliniasi dengan elit-elit tersebut, serta berusaha melakukan pengubahan

terhadap praktek-praktek dan struktur yang elitis.

4. Post-Strukturalis, pemberdayaan merupakan upaya mengubah diskursus

serta menghargai subyektivitas dalam pemahaman realitas sosial.

Dari beberapa konsep tentang pemberdayaan di atas, semuanya mengarah

pada satu tujuan utama yaitu keberpihakan dan kepedulian dalam memerangi

pengangguran, kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan masyarakat, dengan

cara membuat mereka untuk berdaya, punya semangat bekerja untuk membangun

diri mereka sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan

masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut: (Kartasasmita, 1997, p.

11)

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 24: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

11

1. Upaya pemberdayaan harus terarah (targetted). Ditujukan langsung

kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk

mengatasi masalah dan sesuai kebutuhan.

2. Program harus langsung mengikutsertakan dan dilaksanakan oleh

masyarakat yang menjadi sasaran. Hal ini bertujuan agar bantuan tersebut

efektif karena sesuai dengan kehendak dan kemampuan serta kebutuhan

mereka. Selain itu juga meningkatkan keberdayaan (empowering)

masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan,

mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan

ekonominya.

3. Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri

masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang

dihadapinya dan juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas kalau

penanganannya dilakukan secara individu. Karena itu seperti telah

disinggung di muka, pendekatan kelompok adalah yang paling efektif, dan

dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien.

Pada akhirnya, pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan

potensi masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik

bagi seluruh warga masyarakat melalui kegiatan-kegiatan swadaya.

Memberdayakan masyarakat bertujuan mendidik masyarakat agar mampu

mendidik diri mereka sendiri atau membantu masyarakat agar mampu membantu

diri mereka sendiri. Tujuan yang akan dicapai melalui usaha pemberdayaan

masyarakat adalah masyarakat yang mandiri, berswadaya, mampu mengadopsi

inovasi, dan memiliki pola pikir yang kosmopolitan (Tampubolon, 2001, p. 677).

Hal senada seperti yang diungkapkan oleh Hasan (2002, p. 865) bahwa tujuan

akhir dari pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan dan

kemandirian masyarakat.

2.1.2 Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Tahapan dari program pemberdayaan masyarakat merupakan suatu siklus

pengubahan yang berusaha mencapai ke taraf yang lebih baik (Adi, 2002, p. 179).

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 25: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

12

Dalam bukunya yang berjudul Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas: Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis,

Isbandi Rukminto Adi (2002, p. 181) juga menjabarkan tahapan pemberdayaan

masyarakat yang dapat dilihat melalui skema berikut ini:

Gambar 1: Tahapan Pemberdayaan Masyarakat Sumber: (Adi, 2002: 181)

Skema tahapan pemberdayaan di atas, walaupun disebut tahapan, tetapi

bukan merupakan tahapan yang menyerupai anak tangga yang mana seseorang

harus berjalan melalui tahap demi tahap secara berurutan melainkan merupakan

tahapan yang berbentuk siklus (cyclical) dan spiral yang mana agen pengubah

Persiapan

Pengkajian (Assessment)

Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Pemformulasian Rencana aksi

Pelaksanaan Program atau Kegiatan

Evaluasi

Terminasi

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 26: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

13

dimungkinkan untuk kembali ke tahap sebelumnya apabila mendapatkan masukan

baru yang dapat digunakan untuk menyempurnakan program pemberdayaan

tersebut. Hal ini dapat terlihat dari adanya tanda panah dua arah pada tahap 2, 3,

dan 5 yang menunjukkan bahwa adanya kemungkinan untuk meninjau ulang

tahapan tersebut dan kembali ke tahap sebelumnya. Sehingga program

pemberdayaan masyarakat bukan sekedar menjadi program pembedayaan

masyarakat yang bersifat kaku, tetapi lebih merupakan program pemberdayaan

yang bersifat fleksibel dan berusaha untuk tanggap atas pengubahan dan

kebutuhan yang berkembang pada komunitas sasaran.

Selanjutnya akan dijelaskan secara singkat tahap-tahap pemberdayaan

masyarakat seperti yang tergambar pada skema di atas, seperti berikut ini (Adi,

2002, p. 182-196):

1. Tahap Persiapan (Engagement)

Pada tahap ini dilakukan melalui tahap penyiapan petugas dan

penyiapan lapangan.

a. Penyiapan petugas, merupakan penyiapan tenaga pemberdaya masyarakat

yang dapat dilakukan oleh community worker. Pada tahap ini yang

diperlukan adalah dalam hal penyamaan persepsi antar anggota tim agen

pengubah (change agent) mengenai pendekatan apa yang akan dipilih

dalam melakukan pemberdayaan masyarakat. Penyamaan persepsi ini

akan semakin penting apabila dalam pemberdayaan masyarakat yang akan

dilakukan ternyata setiap tenaga petugasnya memiliki latar belakang

pendidikan yang berbeda.

b. Penyiapan lapangan, dalam hal ini community worker pada awalnya

melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran,

yang dilakukan secara formal maupun informal. Dalam jalur formal yaitu

dengan mendapatkan ijin dari pihak terkait, sedangkan dalam jalur

informal para community worker harus menjalin hubungan baik dengan

tokoh informal (informal leader) agar hubungan dengan masyarakat

terjalin dengan baik. Komunikasi yang baik pada tahap awal akan

berpengaruh pada tahap berikutnya.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 27: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

14

2. Tahap Pengkajian (Assessment)

Pada tahap ini yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi

masalah (kebutuhan yang dirasakan = felt needs) dan juga sumber daya yang

dimiliki klien. Dapat dilakukan secara individual (individual assesment)

melalui tokoh-tokoh masyarakat (key-person) maupun melalui kelompok-

kelompok dalam masyarakat, misalnya dengan diskusi kelompok terfokus,

curah pendapat ataupun nominal group process. Dalam tahap assessment ini

dapat dipergunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan (strength),

kelemahan (weaknesses), kesempatan (opportunities), dan ancaman (threat).

Pada tahap ini ada baiknya masyarakat sudah dilibatkan secara aktif agar

mereka dapat merasakan bahwa permasalahan yang sedang dibicarakan benar-

benar permasalahan yang keluar dari pandangan mereka sendiri. Di samping

itu, pada tahap ini pelaku pengubahan juga memfasilitasi warga untuk

menyusun prioritas dari permasalahan yang akan ditindaklanjuti pada tahap

berikutnya. Ada kalanya juga dibutuhkan peran edukasional dari petugas,

misalnya dengan melakukan penyadaran maupun memberikan informasi

kepada masyarakat agar mereka dapat berdiskusi dan mempertimbangkan

keadaan lingkungan mereka secara lebih rasional sehingga dapat menentukan

felt needs secara lebih bijak. Hal ini diperlukan dalam rangka menjembatani

perbedaan cara pandang yang mungkin terjadi antara komunitas sasaran

dengan agen pengubah dalam menentukan kebutuhan.

3. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan (Designing)

Pada tahap ini yang perlu dilakukan petugas sebagai agen pengubah

adalah dengan mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah

yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Masyarakat

diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang

dapat mereka lakukan dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada. Dalam

proses ini petugas bertindak sebagai fasilitator yang membantu masyarakat

berdiskusi dan memikirkan program dan kegiatan apa saja yang tepat

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 28: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

15

dilaksanakan pada saat itu. Hal ini dilakukan agar program dan kegiatan yang

akan mereka kembangkan sesuai dengan tujuan pemberian bantuan sehingga

tidak muncul program-program yang bersifat charity (amal) yang kurang

dapat dilihat manfaatnya dalam jangka panjang.

4. Tahap Pemformulasian Rencana aksi

Pada tahap ini agen pengubah membantu masyarakat untuk

merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka

lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada serta membantu dalam

memformulasikan gagasan mereka dalam bentuk tertulis terutama bila ada

kaitannya dengan pembuatan proposal. Melalui tahap pemformulasian rencana

aksi ini diharapkan petugas dan masyarakat sudah dapat membayangkan dan

menuliskan tujuan jangka pendek apa yang akan mereka capai dan bagaimana

cara mencapai tujuan tersebut.

5. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan (Implementasi)

Tahap ini merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam

proses pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu yang telah direncanakan

dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak

ada kerja sama antara petugas dan warga masyarakat, maupun kerja sama

antar warga sendiri. Peran masyarakat sebagai kader dalam pelaksanaan

progran pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menjaga

keberlangsungan program yang telah dikembangkan.

6. Tahap Evaluasi

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap

program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan

dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada tahap ini

diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan

pengawasan secara internal, sehingga dalam jangka panjang diharapkan akan

dapat membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang lebih ”mandiri”

dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Akan tetapi kadangkala dari

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 29: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

16

hasil pemantuan dan evaluasi ternyata hasil yang dicapai tidak sesuai dengan

yang diharapkan. Bila hal ini terjadi maka evaluasi proses diharapkan akan

dapat memberikan umpan balik yang berguna bagi perbaikan suatu program

ataupun kegiatan, sehingga bila diperlukan maka dapat dilakukan kembali

assessment terhadap permasalahan yang dirasakan masyarakat ataupun

terhadap sumber daya yang tersedia. Selain itu agen pengubah juga menyadari

bahwa tolok ukur (benchmark) suatu masyarakat juga dapat berkembang

sesuai dengan pemenuhan kebutuhan yang sudah terjadi. Evalusi itu sendiri

dapat dilakukan pada input, proses (yang juga dikenal sebagai pemantauan

atau monitoring) dan juga pada hasil.

7. Tahap Terminasi (Disengagement)

Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal

dengan komunitas sasaran. Terminasi dalam suatu program pemberdayaan

masyarakat tidak jarang dilakukan bukan karena masyarakat sudah dapat

dianggap “mandiri”, tetapi lebih karena proyek sudah harus dihentikan karena

sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena

anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau

meneruskan. Meskipun demikian, petugas tetap harus keluar dari komunitas

sasaran secara perlahan-lahan dan bukan secara mendadak. Hal ini perlu

dilakukan agar masyarakat tidak merasa diitinggalkan secara sepihak dan

tanpa disiapkan oleh petugas. Oleh karena itu, bila petugas merasa bahwa

tugasnya belum diselesaikan dengan baik tidak jarang petugas tetap

melakukan kontak meskipun tidak secara rutin, dan kemudian secara

perlahan-lahan mengurangi kontak dengan komunitas sasaran.

2.1.3 Pemberdayaan Masyarakat sebagai Suatu Program dan Proses

Pemberdayaan masyarakat dapat dilihat sisi keberadaannya sebagai suatu

program atau sebagai suatu proses (Adi, 2002, p. 171). Pemberdayaan sebagai

suatu program, di mana pemberdayaan dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna

mencapai suatu tujuan yang biasanya sudah ditentukan jangka waktunya.

Konsekuensinya adalah bila program itu selesai maka dianggap pemberdayaan

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 30: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

17

sudah selesai dilakukan. Hal seperti ini banyak terjadi pada sistem pembangunan

berdasarkan proyek yang banyak dikembangkan oleh lembaga-lembaga

pemerintah, di mana proyek yang satu dan yang lainnya kadangkala tidak

berhubungan, bahkan tidak saling mengetahui apa yang sedang dikerjakan oleh

bagian yang lain, meskipun berada dalam satu lembaga yang sama. Adapun pada

beberapa organisasi non pemerintah kegiatannya tidak jarang juga terputus karena

telah berakhirnya dukungan dana dari pihak donor.

Adapun pemberdayaan masyarakat sebagai suatu proses adalah suatu

proses yang berkesinambungan (on-going) sepanjang komunitas itu masih ingin

melakukan pengubahan dan perbaikan, dan tidak hanya terpaku pada suatu

program saja. Seperti yang dikemukakan Hogan (dalam Adi, 2002, p. 172), yang

melihat proses pemberdayaan sebagai suatu proses yang relatif terus berjalan

sepanjang usia manusia yang diperoleh dari pengalaman individu tersebut dan

bukannya suatu proses yang berhenti pada suatu masa (empowerment is not an

end-state, but a process that all human beings experience). Dapat dikatakan

bahwa pada suatu masyarakat, proses pemberdayaan tidak akan berakhir dengan

selesainya suatu program. Program pemberdayaan akan berlangsung selama

komunitas itu masih tetap ada dan mau berusaha memberdayakan diri mereka

sendiri.

Hogan juga menggambarkan proses pemberdayaan yang

berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama,

yaitu:

1. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak

memberdayakan (recall depowering/empowering experiences)

2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan

pentidakberdayaan (discuss reasons for depowerment/empowerment)

3. Mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek (identify one problem

or project)

4. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna (identify useful power

bases)

5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikanya

(develop and implement action plans)

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 31: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

18

Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu program dan proses yang berkelanjutan

sebenarnya merupakan pemikiran yang juga terkait dengan posisi agen

pemberdaya masyarakat (petugas). Bila agen pemberdaya masyarakat merupakan

pihak luar (dari luar komunitas) maka program pemberdayaan masyarakat akan

diikuti dengan adanya terminasi atau disengagement. Adapun bila agen

pemberdaya masyarakat berasal dari internal komunitas, maka pemberdayaan

masyarakat akan dapat diarahkan ke proses pemberdayaan masyarakat yang

berkesinambungan (Cahyono, 2007, p. 333).

2.1.4 Pemberdayaan Masyarakat melalui Perpustakaan

Pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk menjadikan masyarakat

berdaya, memiliki kekuatan, dan tidak tertinggal. Ketertinggalan suatu masyarakat

terutama disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu ketidaktahuan, kemiskinan, dan

penyakit (ignorance, poverty, and disease) (Al Hakam, 2010). Untuk mengatasi

ketertinggalan ini, maka yang menjadi tujuan utama adalah dengan meningkatkan

kecerdasan masyarakat agar tercipta manusia yang bersumber daya unggul.

Upaya-upaya pemberdayaan masyarakat ini bertujuan untuk mendidik masyarakat

agar mampu mendidik diri mereka sendiri atau membantu masyarakat agar

mampu membantu diri mereka sendiri.

Usaha meningkatkan kecerdasan masyarakat merupakan tujuan dari

pendidikan nasional yaitu meningkatkan kecerdasan bangsa. Tak bisa dipungkiri

bahwa meningkatkan kecerdasan masyarakat berarti dapat dengan meningkatkan

kualitas pendidikan. Usaha ini dapat dilakukan melalui perpustakaan, karena

perpustakaan merupakan sebuah institusi yang memiliki peran dalam

menyediakan informasi bagi masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat melalui perpustakaan ini akan berhubungan

dengan dunia atau bidang pendidikan. Dalam dunia pendidikan, banyak kalangan

pakar dan praktisi pendidikan menekankan bahwa dunia pendidikan di era

informasi membutuhkan model pembelajaran baru yang didasarkan pada

pemanfataan sumberdaya informasi dunia nyata, serta pembelajaran yang aktif

dan terintegrasi (Saputra, 2007, p. 39). Hal ini sesuai dengan salah satu fungsi

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 32: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

19

yang dimiliki oleh perpustakaan yaitu membantu warga untuk mengembangkan

kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi

masyarakat sekitarnya (Sulistyo-Basuki, 2005). Fungsi yang dikenal sebagai

fungsi pendidikan ini menjadikan perpustakaan sebagai tempat pendidikan yang

mengandung arti bahwa perpustakaan merupakan tempat belajar seumur hidup

(Wardhani, 2007, p. 19).

Sebagai salah satu institusi yang memegang peran dalam dunia pendidikan,

maka usaha pemberdayaan masyarakat pun dapat dilakukan melalui perpustakaan.

Melalui perpustakaan, masyarakat dapat mengembangkan bakat dan potensi yang

meraka miliki dengan memanfaatkan fasilitas dan layanan yang ada di

perpustakaan. Seperti misalnya dengan memperoleh pengetahuan baru lewat

koleksi buku yang ada di perpustakaan. Inilah saatnya perpustakaan seharusnya

dapat mengambil peranan yang lebih besar untuk lebih memberdayakan warga

masyarakat dengan menyediakan berbagai informasi yang mereka perlukan untuk

meningkatkan kualitas dan produktivitas mereka baik secara individu maupun

kelompok (Siregar, 2008, p. 2)

Salah satu usaha pemberdayaan masyarakat melalui perpustakaan yaitu

adalah membangun konsep melek huruf (literacy). Menurut Kassam seperti yang

dikutip oleh Pranarka dan Vidhyandika (1996, p. 63), melek huruf memberikan

akses terhadap pengetahuan tertulis yang dapat dianggap sebagai suatu kekuatan.

Salah satu kemampuan literasi informasi dimulai dengan apa yang disebut dengan

membaca. Untuk bisa membaca maka masyarakat harus menjadi masyarakat yang

kenal/melek huruf. Dari melek huruf inilah dimulai usaha untuk meningkatkan

kecerdasan masyarakat dalam rangka mengatasi ketertinggalan yang dialami

masyarakat. Dengan meningkatnya taraf kecerdasan masyarakat maka perbaikan

mutu kehidupan masyarakat pun dapat dijamin. Dengan demikian pemberdayaan

masyarakat pun dapat terlaksana.

Dalam hal inilah pemberdayaan masyarakat melalui perpustakaan dapat

dilakukan, yaitu dengan meningkatan minat masyarakat terhadap buku atau

bacaan, karena membaca merupakan gerbang menuju kesuksesan. Minat baca

yang tinggi menjadikan seseorang dapat memperoleh informasi dari bacaan yang

dibacanya dalam rangka meningkatkan pengetahuan. Untuk itu minat baca

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 33: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

20

menjadi suatu hal yang penting dalam pemberdayaan masyarakat. Namun

sayangnya sebagian besar masyarakat Indonesia masih memiliki minat baca yang

rendah. Jika sedang punya waktu senggang, orang Indonesia konon lebih suka

bercakap-cakap. Jika ada televisi dan radio, orang Indonesia lebih suka memirsa

dan mendengar bersama sanak saudara atau rekan sepermainan. (Pendit, 2007, p.

29). Begitulah kenyataan yang terjadi di Indonesia.

Minat baca sendiri dapat diartikan sebagai kecenderungan seseorang yang

begitu besar terhadap bacaan tertentu. Kata minat dapat diartikan sebagai

kecenderungan hati yang tinggi, gairah atau keinginan seseorang terhadap sesuatu.

Menurut Sutarno (2006, p. 27), faktor yang menjadi pendorong atas bangkitnya

minat baca adalah ketertarikan, kegemaran dan hobi membaca, dan pendorong

tumbuhnya kebiasaan membaca adalah kemauan dan kemampuan membaca.

Minat baca dapat ditumbuhkan sejak dini atau dari masa anak-anak. Minat

baca yang dikembangkan sejak dini akan menjadikan anak-anak terbiasa untuk

membaca ketika dewasa nanti. Kebiasaan membaca terus-menerus juga akan

menjadikan hal tersebut sebagai budaya baca. Perkembangan kebiasaan dan

budaya baca juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: ketersediaan

bahan bacaan yang bervariasi dan memadai serta memenuhi keinginan masyarakat.

Dalam bukunya Perpustakaan dan Masyarakat (2006, p. 29), Sutarno

menyebutkan beberapa faktor yang mendorong bangkitnya minat baca masyarakat,

yaitu:

1. Rasa ingin tahu yang tinggi atas fakta, teori, prinsip, pengetahuan, dan

informasi

2. Keadaan lingkungan fisik yang memadai, dalam arti tersedianya bahan

bacaan yang menarik, berkualitas, dan beragam

3. Keadaan lingkungan sosial yang lebih kondisif, maksudnya adanya iklim

yang selalu dimanfaatkan dalam waktu tertentu untuk membaca

4. Rasa haus informasi, rasa ingin tahu, terutama yang aktual

5. Berprinsip hidup bahwa membaca merupakan kebutuhan rohani

Faktor-faktor ini akan terpelihara melalui sikap-sikap bahwa dalam diri tertanam

komitmen membaca memperoleh keuntungan ilmu pengetahuan,

wawasan/pengalaman dan kearifan.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 34: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

21

Oleh karena masih rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, perlu

usaha-usaha lebih agar minat baca bangsa ini semakin meningkat. Meningkatkan

minat baca, sebagai upaya pemberdayaan masyarakat, dapat dilakukan melalui

perpustakaan. Diantaranya adalah dengan:

1. Program berbasis buku

Program ini dilakukan perpustakaan dengan menyebarkan informasi

tentang buku yang dimiliki perpustakaan. Pustakawan lalu berupaya

mencari tahu apa yang diinginkan publik. Tetap memperbaiki

perpustakaan untuk membuat pengunjung kerasan di perpustakaan untuk

membaca buku

2. Program peningkatan kemampuan membaca dengan cara

menyelenggarakan kursus baca cepat, teknik membaca yang baik.

3. Lomba baca

Lomba ini bertujuan mempercepat kebiasaan membaca di kalangan

generasi muda dengan menggunakan perpustakaan.

4. Bedah buku

Bedah buku dapat dilakukan di perpustakaan maupun di tempat lain.

Menyusul bedah buku seringkali perpustakaan menyelenggarakan lomba

meringkas isi buku

5. Membaca keras-keras pada anak-anak

Bila anak-anak sudah cukup usia untuk bicara maka dia sudah cukup usia

pula untuk membaca. Bayi berusia 9 bulan sudah dapat bereaksi terhadap

buku khususnya gambar yang cerah. Bila hal ini diteruskan ke orang

tuanya maka orang tua yang mampu dapat membinanya dengan

meyediakan bacaan yang sesuai usianya. Bila orang tua tidak mampu,

maka perpustakaanlah yang menyediakan buku sesuai dengan minat,

kebutuhan dan usia anak-anak.

6. Bercerita (story telling)

Ini merupakan lanjutan membaca keras-keras. Pada program bercerita,

seorang pendongeng bercerita kepada anak-anak.

7. Buku gambar

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 35: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

22

Perpustakaan memulai dengan buku gambar artinya buku anak-anak yang

penuh dengan gambar kemudian ditingkatkan ke buku cerita dan

selanjutnya ke novel. Buku gambar dapat dibacakan keras-keras kepada

anak-anak yang usianya dapat berbeda-beda. Pustakawan mengusahakan

agar anak-anak dapat melihat gambar dengan jelas.

Bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat lainnya yang mungkin

dilakukan melalui perpustakaan, diantaranya adalah:

1. Pertunjukan drama

Pertunjukan drama memerlukan pengorganisasian yang baik serta runagan

yang cukup. Pendekatan yang diguankan adalah membuat garis besar

sebuah tema berdasarkan sebuah buku atau bagian buku kemudian

kerjasama dengan anak-anak serta penanggungjawab, kemudian

dipanggungkan. Masing-masing anak memegang peran serta diharapkan

mampu mengembangkannya

2. Pertunjukan boneka

Aktivitas drama dan kerajinan tangan dapat diwujudkan dalam

pertunjukan boneka, di dalmnya anak-anak menjadi boneka dengan kisah

berdasarkan sebuah buku atau bagian buku. Bagi pemain maupun

penonton, pertunjukan boneka hidup ini dapat menggugah kesadaran akan

cerita serta buku yang dijadikan basis lakon pertunjukan

3. Kerajinan tangan

Pelatihan membuat karya-karya kerajinan tangan dapat membantu dalam

mengembangkan diri. Dengan adanya pelatihan, ketrampilan masyarakat

meningkat dan dikemudian hari dapat dikembangkan untuk menghasilkan

sesuatu serta peningkatan kualiatas hidup

Pemberdayaan masyarakat melalui perpustakaan, dapat menerapkan

prinsip-prinsip baru yang dikemukakan oleh Craeford dan Gorman berikut ini

(Siregar, 2008, p. 3-5):

1. Melayani seluruh umat manusia

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 36: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

23

Perpustakaan harus terbuka bagi semua kalangan masyarakat tanpa

membeda-bedakan latar belakangnya.

2. Hargai semua bentuk pengetahuan dikomunikasikan

Perpustakaan harus memelihara dan menjaga dengan baik berbagai jenis

koleksinya, baik yang berbentuk kertas, maupun elektronik atau digital, n

yang lainnya untuk keperluan yang akan datang.

3. Gunakan teknologi secara tepat untuk meningkatkan pelayanan

Penggunaan teknologi terutama teknologi informasi yaitu teknologi

komputer dan komunikasi di perpustakaan bukan sesuatu yang baru lagi.

Pemanfaatan teknologi ini diakui mampu meningkatkan efisiensi

pengelolaan perpustakaan dan selanjutnya memberikan kemudahan dan

efisiensi bagi pengguna perpustakaan.

4. Lindungi akses bebas terhadap pengetahuan

Marilyn Mason dalam artikelnya yang diterbitkan dalam Library Journal

mengingatkan bahwa sebaiknya perpustakaan umum dan pemerintah yang

demokratis harus selalu bergandengan-tangan untuk memberikan

pelayanan dengan prinsip persamaan kepada semua anggota masyarakat.

5. Hormati masa lalu dan ciptakan masa depan

Perpustakaan memiliki tugas publik untuk melindungi atau memelihara

bukti-bukti dokumenter dari peradaban, karena tanpa sumber rekaman

masa lalu, ilmu pengetahuan dan pembelajaran modern tidak akan pernah

ada dan riset dalam beberapa disiplin tidak mungkin dilakukan.

2.2 Perpustakaan Berbasis Komunitas

Dalam konteks pemberdayaan, peran perpustakaan komunitas dalam

meningkatkan kecerdasan masyarakat terlihat lebih nyata. Hal ini dikarenakan

karena dari awal pendirian perpustakaan ini rata-rata bertujuan untuk

meningkatkan minat baca masyarakat. Dapat dilihat dari tujuan perpustakaan

komunitas itu sendiri, yaitu:

1. Memelihara kemampuan warga belajar yang telah bebas buta huruf

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 37: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

24

2. Memberikan pelayanan belajar pada warga belajar pendidikan luar

sekolah dan masyarakat dengan menyediakan bahan-bahan bacaan sesuai

3. Membangkitkan dan meningkatkan budaya baca masyarakat sebagai

bagian dari aktivitas belajar mandiri sehingga tercipta masyarakat gemar

belajar yang berdampak pada peningkatan mutu sumber daya masyarakat

(Sulistyo-Basuki, 2005).

Tidak sedikit juga pendirian perpustakaan komunitas yang dilatar

belakangi atas ketidakpuasan pada layanan perpustakaan umum selama ini, yang

dinilai belum mampu untuk menarik warga agar mau mengunjungi perpustakaan.

Perpustakaan dianggap sebagai tempat yang serius, berdebu, dan tidak menarik

dikunjungi. Hal ini membuat perpustakaan tidak dapat menjalankan fungsinya

dengan baik dalam hal menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi unggul,

karena warganya sendiri belum tertarik mengunjungi perpustakaan.

Perpustakaan komunitas biasanya didirikan di tengah-tengah masyarakat

sehingga mudah untuk diakses oleh masyarakat sekitar. Perpustakaan ini tidak

hanya menyediakan bahan bacaan, tetapi juga menghadirkan pusat-pusat

kreatifitas untuk meningkatkan dan mengembangkan bakat masyarakat. Dengan

adanya pusat kreatifitas ini membuat pemberdayaan masyarakat melalui

perpustakaan komunitas berjalan lebih baik dibanding pada perpustakaan umum

lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Raseroka dalam Dent (2005) bahwa

perpustakaan komunitas seringkali juga menyediakan layanan pendidikan

informal seperti kecakapan literasi.

Perpustakaan komunitas merupakan perpustakaan yang berbasiskan pada

komunitas atau kelompok tertentu. Pendirian perpustakaan komunitas biasanya

terbentuk karena adanya kesamaan diantara komunitas tersebut. Sebelumnya kita

kenal dulu arti dari kata komunitas itu sendiri. Kata komunitas sendiri berasal dari

bahasa Latin communis yang berarti umum untuk bersama, publik yang saling

berbagi. Istilah community dalam bahasa inggris berasal dari istilah Latin yaitu

communitatus, awalan “Com-“ mengandung arti dengan atau bersama, “-Munis-

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 38: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

25

“ mempunyai arti pengubahan atau pertukaran, dan akhiran “-tatus” berarti kecil,

intim, atau lokal (Wikipedia). Komunitas biasanya terbentuk karena suatu

kelompok memiliki satu atau lebih kesamaan diantara mereka seperti kesamaan

tempat atau lokasi, minat atau tujuan. Untuk perpustakaan komunitas pada

dasarnya pendiriannya dilatar belakangi oleh kesamaan dari komunitas-komunitas

tersebut.

Perry dalam Iriantara (2004, p. 24) memandang ada dua makna komunitas.

Pertama komunitas sebagai kategori yang mengacu pada orang yang saling

berhubungan berdasarkan nilai-nilai dan kepentingan bersama yang khusus,

seperti para penyandang cacat, jamaah masjid atau kelompok imigran. Kedua

secara khusus menunjuk pada satu kategori manusia yang berhubungan satu sama

lain karena didasarkan pada lokalitas tertentu yang sama yang karena kesamaan

lokalitas itu secara tak langsung membuat mereka mengacu pada kepentingan dan

nilai-nilai yang sama. Adapun Satpathy (n.d.) menyatakan bahwa komunitas

adalah sekelompok orang yang berada dalam lingkup daerah yang sama atau

sekelompok orang yang memimpin kehidupan yang sama atau sekelompok orang

yang memiliki hak yang sama atau sekelompok orang yang memiliki tujuan atau

minat yang sama.

Kata komunitas merupakan kata yang lazim digunakan sehari-hari,

sehingga membuat kata komunitas mengandung makna yang beragam tergantung

konteksnya. Namun, pada dasarnya komunitas berbeda dari kumpulan manusia

lain seperti kerumunan atau kelompok manusia. Setidaknya ada lima faktor yang

bisa membedakan komunitas dari kelompok-kelompok individu lain, yaitu (Ogdin

dalam Iriantara (2004, p. 24):

1. Pembatasan dan ekslusivitas yang berdasarkan hal ini bisa dirumuskan

siapa yang menjadi anggota dan bukan anggota komunitas tersebut.

2. Tujuan yang merupakan landasan keberadaan komunitas

3. Aturan yang memberi pembatasan terhadap perilaku anggota komunitas,

termasuk ancaman disingkirkan untuk yang berperilaku melanggar aturan

itu

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 39: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

26

4. Komitmen terhadap kesejahteraan orang lain, sehingga ada kepedulian

terhadap orang lain yang berada dalam komunitas yang sama, atau

setidaknya ada tanggung jawab bagi individu terhadap komunitas secara

keseluruhan

5. Kemandirian yakni memiliki kebebasan sendiri untuk menentukan apa

yang dilakukan dan cara memasuki komunitas

Terdapat tiga tipe komunitas, yang ditekankan pada (Fellin, 2001):

1. Batas geografi yang dibedakan berdasarkan lokasi atau tempat, seperti

komunitas metropolitan, komunitas perkotaan, dan komunitas lingkungan

tempat tinggal.

2. Tercipta dan dikelola berdasarkan kesamaan dan minat, seperti komunitas

berdasarkan suku bangsa, kebudayaan, ras, agama, gaya hidup, gender,

kelas sosial, pekerjaan, kemampuan/ketidakmampuan, umur.

3. Dibedakan dengan meliputi lokasi geografi dan kesamaan dan/atau minat

komunitas.

Berdasarkan pengertian kata komunitas di atas, secara umum mengacu

pada adanya satu kesamaan, baik itu lokasi ataupun minat. Mengacu pada

pengertian komunitas di atas, maka dapat dikatakan bahwa perpustakaan

komunitas merupakan perpustakaan yang terbentuk berdasarkan satu kesamaan

baik dari kesamaan pendiri maupun kesamaan pemustakanya. Pada dasarnya

pendirian perpustakaan komunitas dilatar belakangi oleh kesamaan dari

komunitas-komunitas tersebut.

Sering kali didapati bahwa perpustakaan komunitas biasanya didirikan di

daerah-daerah yang kekurangan fasilitas perpustakaan atau di lingkungan

masyarakat ekonomi kelas bawah. Hal ini bertujuan untuk membantu mereka

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 40: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

27

memperoleh informasi dan bahan bacaan dengan lebih mudah dan terjangkau.

Pendiriannya pun didasarkan pada kebutuhan masyarakat. Hal ini mengacu pada

istilah perpustakaan masyarakat yaitu perpustakaan yang dimiliki masyarakat.

Keberadaan perpustakaan di dalam masayarakat atas kehendak, keinginan, dan

sepenuhnya dipergunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan dan kehidupan

mereka sehari-hari dalam bidang informasi (Sutarno, 2006, p. 20).

Perpustakaan komunitas dapat dikelompokkan ke dalam bentuk

perpustakaan umum, artinya perpustakaan yang diperuntukkan untuk umum. Hal

pertama yang dapat kita kaji dari perpustakaan umum adalah pengertian dari

perpustakaan umum itu sendiri. Dalam Keputusan Mendagri no.9/1988/Pasal 2

menyebutkan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang melayani

masyarakat umum di bidang pustaka dan informasi dalam rangka usaha

meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa. Adapun mrnurut Harrod’s

Librarian’s Glossary, perpustakaan umum adalah perpustakaan yang dibiayai dari

dana masyarakat secara keseluruhan atau sebagian, dan pemakaiannya tidak

dibatasi pada golongan tertentu, tetapi untuk seluruh lapisan masyarakat.

Dari pengertian-pengertian di atas, terlihat bahwa perpustakaan umum

mengacu pada perpustakaan yang melayani umum. Hampir sama dengan

perpustakaan komunitas, hanya bedanya perpustakaan komunitas merupakan

perpustakaan yang didirikan oleh komunitas atau lembaga swadaya masyarakat

untuk melayani komunitas tertentu dengan menyediakan materi perpustakaan

umum (Sulistyo-Basuki, 2005). Umumnya keberadaan perpustakaan komunitas

merupakan salah satu wujud dari ketidakpuasan sebagian masyarakat yang

tergabung dalam suatu komunitas, terhadap keberadaan perpustakaan umum yang

kurang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat terutama bagi mereka yang tinggal di

pinggir kota.

Menurut Dent (2005), Perpustakaan komunitas sedikit berbeda dengan

perpustakaan umum, yaitu perpustakaan yang dibangun oleh komunitas setempat

dan juga diperuntukkan untuk komunitas tersebut, dan biasanya tidak didukung

oleh dana dari pemerintah. Perbedaan lainnya juga terlihat dari peran

pustakawannya. Stilwell (1991) dalam Dent (2005) mengatakan bahwa

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 41: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

28

pustakawan perpustakaan komunitas adalah orang yang hidup di dalam komunitas

tersebut dan memiliki hubungan yang dekat dengan penggunanya. Dia tahu apa

yang menjadi kebutuhan penggunanya dan dapat menyediakan kebutuhan ini

secara tepat.

Dalam perkembangannya perpustakaan komunitas mempunyai beberapa

nama atau istilah seperti taman bacaan, rumah baca, sanggar baca, rumah pintar,

dan lain-lain. Penggunaan berbagai macam istilah ini menunjukkan bahwa pendiri

perpustakaan komunitas ingin menghadirkan tempat yang berbeda dari

perpustakaan pada umumnya, yang mana pada masa sekarang perpustakaan lebih

dianggap sebagi tempat yang kusam, kaku dan hanya menjadi gudang buku.

Meskipun pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu menyediakan informasi

dan mengembangkan minat baca masyarakat. Dalam penelitian ini istilah yang

digunakan adalah rumah pintar.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 42: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

29 Universitas Indonesia

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus.

Penelitian mengenai program pemberdayaan masyarakat melalui rumah pintar ini

secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai program rumah

pintar sebagai bentuk dari perpustakaan komunitas dalam rangka pemberdayaan

masyarakat. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain lain secara holistik, dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,

2002, p. 6).

Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, atau

kepercayaan orang yang diteliti; kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka

(Sulistyo-Basuki, 2006, p. 78). Peneliti kualitatif lebih memfokuskan diri kepada

persoalan dan upaya memahami objek penelitiannya lewat keterlibatan langsung.

Pada penelitian kualitatif nilai penelitian tidak terletak pada keberhasilan

menggeneralisir temuan, melainkan pada kemampuan memahami dan

memperlihatkan kerumitan dan keunikan konteks dari hal yang ditelitinya (Pendit,

2003, p. 262)

Oleh karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang program

rumah pintar sebagai bentuk dari perpustakaan komunitas dalam rangka

pemberdayaan masyarakat, maka bentuk penelitian yang paling tepat untuk

digunakan adalah studi kasus. Pada studi kasus peneliti terlibat dalam

penyelidikan yang lebih mendalam dan pemeriksaan yang lebih menyeluruh

terhadap perilaku seorang individu (Sevilla, 1993, p. 75). Menurut Cavaye (1996)

dalam Pendit (2003, p. 255) bahwa studi kasus memiliki beberapa ciri khas, yaitu

tidak secara eksplisit mengendalikan atau memanipulasi variabel yang akan

diteliti, meneliti fenomena dalam konteks yang sesungguhnya (natural), meneliti

fenomena di satu tempat atau di beberapa tempat tertentu saja, dan menggunakan

cara kualitatif maupun kuantitatif.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 43: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

30

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 yang

beralamat di Komplek Markas Komando Brimob Polri Kelapa II Depok. Rumah

Pintar Bhara Cendekia 1 terletak di kawasan komplek Brimob Polri. Lokasi rumah

pintar ini Bhara Cendekia 1 berada di dekat kawasan asrama Brimob Polri.

Adapun lingkungan sekitar rumah pintar merupakan kawasan pemukiman

penduduk yang heterogen. Penduduk sekitar merupakan penduduk yang berasal

dari berbagai status sosial, mulai dari kelas ekonomi bawah hingga kelas atas.

Perumahan penduduk sekitar merupakan perumahan penduduk biasa, bukan

pemukiman padat penduduk dan juga bukan perumahan elit atau mewah. Di

sekitar rumah pintar juga terdapat ruko-ruko di pinggir jalan sebagai salah satu

pusat ekonomi warga. Rumah Pintar ini berada di pinggir jalan raya sehingga

sangat mudah untuk akses ke sana.

3.3 Pemilihan Informan

Informan dari penelitian ini adalah pihak yang terlibat dengan program

rumah pintar yaitu: pendiri, pengelola dan pihak-pihak yang berhubungan dengan

pembinaan program Rumah Pintar. Pemilihan informan pada penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Irawan (2007), Satori (2010),

Sugiyono (2009), purposive sampling merupakan teknik pemilihan informan

dengan pertimbangan tertentu, secara sengaja dipilih oleh peneliti sesuai dengan

kebutuhannya karena dianggap memiliki ciri-ciri tertentu untuk memperkaya data

penelitian. Dalam penelitian ini, informan yang dipilih merupakan informan yang

dipandang paling tahu dengan keadaan rumah pintar dan yang paling sering

terlibat dengan kegiatan rumah pintar.

Pendekatan yang dilakukan terhadap informan relatif cukup mudah karena

informan secara terbuka bersedia untuk membantu. Pendekatan dimulai dengan

perkenalan dan pengakraban diri dengan sering mengunjungi rumah pintar.

Informan sendiri memberikan sikap yang cukup positif dengan menyambut baik

maksud dari penelitian ini. Informan juga dengan senang hati berupaya untuk

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 44: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

31

membantu memberikan data-data penelitian secara baik. Untuk menjaga identitas

informan maka, dalam penelitian ini nama-nama informan disamarkan.

Informan penelitian terdiri dari tiga orang informan yang terdiri dari dua

orang pria dan satu orang wanita, yaitu: Toni, Nani, dan Yandi. Toni merupakan

seorang pria anggota Brimob berpangkat BRIPTU yang bertugas sebagai bagian

administrasi dan juga asisten tutor sentra baca di Rumah Pintar Bhara Cendekia 1.

Nani, seorang wanita anggota Brimob berpangkat IPTU yang merupakan wakil

kepala Rumah Pintar Bhara Cendekia 1, dan juga merupakan staf operasi SAT I

Gegana Brimob Polri. Adapun Yandi merupakan seorang pria anggota Brimob

berpangkat BRIPTU yang bertugas sebagai tutor Sentra Baca Rumah Pintar Bhara

Cendekia 1.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif dipastikan berbentuk kata-

kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Oleh karena itu, maka untuk mendapatkan data penelitian, metode pengumpulan

data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan analisis dokumen.

3.4.1 Wawancara

Teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian ini adalah

wawancara. Wawancara adalah percakapan tanya jawab yang diarahkan untuk

mencapai tujuan tertentu. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara penelitian adalah suatu metode

penelitian yang meliputi pengumpulan data melalui interaksi verbal secara

langsung antara pewawancara dan informan (Sevilla, 1993: 75).

Wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan

beberapa pertanyaan kepada informan secara lisan meliputi istilah, latar belakang,

program dan kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat terutama

anak-anak. Metode wawancara kualitatif merupakan salah satu teknik untuk

mengumpulkan data dan informasi. Penggunaan metode ini didasarkan pada dua

alasan, (1) dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa yang

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 45: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

32

diketahui dan dialami subjek yang diteliti, akan tetapi apa yang tersembunyi jauh

di dalam diri subjek penelitian, (2) apa yang ditanyakan kepada informan bisa

mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lampau,

masa sekarang, dan juga masa mendatang (Koenjtaraningrat, 1993, p. 65).

Metode wawancara menjadikan peneliti lebih yakin dengan kebenaran

data yang diperoleh karena didapatkan langsung dari sumbernya. Metode

wawancara dipilih karena penelitian bertujuan mengetahui informasi yang lebih

mendalam dari informan. Dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal

yang lebih mendalam tentang informan dalam menginterpretasikan situasi dan

fenomena yang terjadi. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap

petugas rumah pintar yang bertugas sebagi pengelola dan menjalankan program

pemebrdayaan di rumah pintar. Informan penelitian terdiri dari tiga orang

informan yang terdiri dari dua orang pria dan satu orang wanita, yaitu: Toni, Nani,

dan Yandi. Wawancara dilakukan pada setiap informan pada waktu yang berbeda.

Masing-masing informan bertindak sebagai petugas rumah pintar.

3.4.2 Observasi

Selain wawancara, pengumpulan data juga dilakukan melalui observasi.

Observasi yang dimaksud adalah peneliti mengumpulkan data dengan mengamati

perilaku individu-individu yang terlibat serta mengikuti kegiatan yang mereka

lakukan di perpustakaan berbasis komunitas. Observasi sebagai metode

pengumpulan data digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui

pengamatan dan pengindraan. Tujuan dari observasi adalah menggambarkan

program secara menyeluruh, termasuk juga menggambarkan kegiatan yang

berlangsung dalam program, orang yang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan

itu dan makna bagi orang-orang mengenai apa yang telah diamati (Patton, 2006, p.

119).

Observasi penting dilakukan karena peneliti dapat melihat langsung

kegiatan yang terjadi sehingga dapat mempercayai kebenanrannya. Observasi

mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian,

perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebagainya serta memungkinkan peneliti untuk

melihat dunia sebagaimana dilihat subjek penelitian. Hal ini dikarenakan

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 46: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

33

observasi merupakan kunjungan ke tempat penelitian secara langsung, sehingga

semua kegiatan yang sedang berlangsung atau objek yang ada tidak luput dari

perhatian dan dapat dilihat secara nyata (Satori, 2010, p. 106).

Observasi pada penelitian ini dilakukan selama empat pekan. Observasi

yang dilakukan mencakup pada proses pemberdayaan yang dilaksanakan oleh

petugas rumah pintar terhadap masyarakat. Bagaimana petugas menjalankan

fungsinya sebagai petugas pemberdaya masyarakat. Pengamatan juga dilakukan

terhadap kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di rumah

pintar. Bagaimana kegiatan dilaksanakan dari awal hingga selesai. Observasi

dilakukan sesering mungkin untuk melihat kegiatan-kegiatan rumah pintar dari

pagi hingga sore hari.

3.4.3 Analisis Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

McMillan dan Schumacher dalam Satori (2010) menjelaskan bahwa dokumen

merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa

cacatan anekdotal, surat, buku harian dan dokumen-dokumen.

Dalam penelitian ini analisis dokumen berkaitan dengan pengumpulan

data dokumen yang berkaitan dengan penelitian seperti dokumen tentang latar

belakang, sejarah, anggaran dasar/anggaran rumah tangga, brosur-brosur, orang-

orang atau peristiwa-peristiwa, dan juga program-program yang dijalankan dan

yang berhubungan dengan organisasi. Dengan metode ini peneliti dapat

memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi memperoleh

informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada

informan.

Metode analisis dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

wawancara dan observasi. Hal ini dikarenakan analisis dokumen merupakan

pengumpulan data dengan mengumpulkan dokumen dan data-data yang

diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga

dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.

Melalui analisis dokumen, didukung dengan adanya dokumen yang terkait dengan

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 47: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

34

penelitian, hasil wawancara dan observasi akan lebih kredibel/dapat dipercaya

(Satori, 2010, p. 149).

Analisis dokumen dalam penelitian ini mencakup dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan kegiatan rumah pintar. Seperti dokumen awal pendirian

rumah pintar yaitu buku pedoman pelaksanaan rumah pintar, pelatihan tutor,

proposal kegiatan rumah pintar, laporan kegiatan-kegiatan yang telah

dilaksanakan, dan laporan triwulan rumah pintar.

3.5 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data penelitian ini terdiri dari pengumpulan data, transkip data,

analisis data (koding dan kategorisasi), triangulasi, dan penyimpulan. Hal ini

seperti yang diungkapkan oleh Irawan dalam Penelitian Kualitatif dan Kuantitaif

untuk Ilmu-Ilmu Sosial (2007, p. 72).

3.5.1 Triangulasi

Triangulasi merupakan proses pengecekan antara satu sumber data dengan

sumber data yang lainnya. Tahap ini merupakan tahap dalam pengumpulan data

mentah. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan analisis dokumen.

Dalam pengumpulan data diperlukan alat-alat bantu seperti tape recorder, kamera,

dan lain sebagainya. Pada tahap ini, data yang dikumpulkan adalah data yang apa

adanya tanpa adanya campuran dari pemikiran, perasaan, komentar, dan

pandangan dari peneliti. Di sini akan dilihat apakah satu sumber memiliki

kecocokan (senada) atau mungkin terdapat perbedaan dengan sumber lainnya.

3.5.2 Catatan Lapangan

Pada tahap ini merupakan tahap merubah catatan dari data mentah yang

terkumpul menjadi bentuk tertulis. Data dari hasil pengamatan dan wawancara di

lapangan dibuatkan suatu cacatan yang disebut dengan cacatan lapangan atau

fieldnotes. Dalam penelitian kualitatif, catatan lapangan adalah merupakan catatan

tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka

pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif (Satori,

2010). Catatan lapangan adalah semua hal yang berlangsung dan terjadi di

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 48: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

35

lapangan selama penelitian yang disusn berdasarkan topik dan tema penelitian

serta yang terkait dengan permasalahan dan teori yang digunakan. Pada tahap ini

data yang ditulis kembali merupakan data yang bersih dari pemikiran dan

komentar peneliti. Setiap data yang didapatkan baik dari wawancara, observasi,

maupun dokumen dibuatkan transkipnya.

3.5.3 Koding, Kategorisasi, dan Interpretasi Data

Pada tahap ini, seluruh data yang terkumpul yang telah dibuatkan

transkipnya akan dibaca kembali dengan teliti. Pertama kali yang dilakukan

adalah pemberian kode pada setiap hal-hal penting yang ditemukan. Masing-

masing hal penting ini ditandai berdasarkan kata kuncinya (konsepnya).

Selanjutnya adalah mengkategorikan masing-masing konsep yang ditemukan

berdasarkan kodenya. Masing-masing konsep dirangkum atau disederhanakan

menjadi beberapa kategori berdasarkan fokus penelitian. Selanjutnya diambil

kesimpulan sementara dari data-data yang telah dikategorikan tadi. Selanjutnya

pada tahap ini upaya yang dilakukan adalah mengidentifikasi hasil review data

baik secara non interview maupun secara interview sebagai hasil temuan lapangan

yang kemudian dianalisis sesuai temuan lapangan yang menarik untuk dibahas

dan dikaitkan dengan kerangka teori

3.5.4 Penyimpulan

Tahap ini merupakan tahap penyimpulan dari semua data yang telah

diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Sebelum melakukan penarikan kesimpulan

terlebih dulu dilakukan verifikasi dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Sesuai

dengan pendapat Miles dan Huberman, proses analisa tidak sekali jadi, melainkan

interaktif, secara bolak-balik. Setelah melakukan verifikasi maka dapat ditarik

kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi.

Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari kegiatan analisis data. enarikan

kesimpulan ini merupakan tahap akhir dari analisis data.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 49: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

36 Universitas Indonesia

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Profil Rumah Pintar Bhara Cendekia 1

Rumah Pintar merupakan program pengembangan dari Mobil

Pintar/Motor Pintar1 sebagai salah satu solusi dalam persoalan pendidikan untuk

mengembangkan kualitas masyarakat Indonesia yang dikembangkan oleh

Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB). Program yang bertajuk

Indonesia Pintar ini diprakarsai oleh Ibu Hj. Ani Bambang Yudhoyono. Program

ini merupakan bentuk dari keprihatinan beliau yang mendalam akan rendahnya

tingkat pendidikan di Indonesia, terutama untuk anak-anak usia dini.

Bersama dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu, Ibu Ani

Yudhoyono berusaha membangun dan mendirikan rumah pintar-rumah pintar di

seluruh Indonesia. Saat ini jumlah Rumah Pintar yang ada di seluruh Indonesia

telah mencapai jumlah lebih dari 200 rumah pintar. Seluruhnya tersebar di

berbagai daerah di Indonesia dan dikelola oleh berbagai lapisan masyarakat.

Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 sendiri diresmikan pada tanggal 21 Juli

2008 oleh Ibu Ani Yudhoyono. Rumah pintar yang dikelola oleh Brimob POLRI

ini didedikasikan bagi masyarakat sekitar wilayah Depok dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Di dalam Rumah Pintar seluas 350 meter

persegi ini terdapat tujuh sentra yang mendukung pertumbuhan anak, yaitu sentra

baca, sentra audio-visual, sentra bermain, sentra komputer, sentra kriya, sentra

psikologi dan konsultasi kesehatan, dan sentra outbond.

1. Sentra Baca

Sentra Baca ini merupakan tempat di mana pengunjung dapat membaca

buku-buku yang telah disediakan. Koleksi yang disediakan seperti: buku

bacaan anak, majalah, referensi. Koleksi ini didapatkan dari sumbangan

SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu) dan pembelian dari

anggaran kepolisian. 1 Mobil pintar merupakan perpustakaan keliling yang lingkupnya dapat menjangkau lebih kecil lagi/lebih pelosok/ lebih ke daerah-daerah yang tidak dapat dilalui kendaraan roda empat atau lebih. Mobil pintar juga merupakan perpustakaan keliling yang dapat dioperasionalkan ke tempat-tempat/lokasi-lokasi sekolah, pemukiman/tempat-tempat berkumpulnya masyarakat sehingga dapat mengenalkan buku maupun menumbuhkembangkan minat baca masyarakat.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 50: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

37

2. Sentra Audio Visual

Sentra ini merupakan tempat apresiasi bakat seni. Di sentra ini

pengunjung dapat berlatih tari, menonton film, dan aktivitas seni lainnya.

Khusus untuk menari, pengunjung akan mendapat bimbingan dari seorang

guru tari yang secara sukarela mau mengajar.

3. Sentra Komputer

Sentra ini memberikan layanan untuk pengunjung agar dapat belajar

mengoperasikan komputer. Selain itu, pengunjung dapat bermain pula

dengan menggunakan software yang telah tersedia, seperti paint, game,

dll.

4. Sentra Kriya

Sentra ini merupakan sentra dimana pengunjung dapat belajar menyulam,

menjahit, mengobras. Terdapat seorang tutor yang akan membimbing

pengunjung dan dapat diikuti secara gratis.

5. Sentra Psikologi dan Konsultasi Kesehatan

Sentra ini memberikan pelayanan konsultasi di bidang kesehatan dan

psikologi. Sentra ini hanya bersifat konsultasi bukan pengobatan.

6. Sentra Bermain

Sentra ini merupakan arena bermain anak-anak. Terdapat fasilitas mainan

anak-anak disini, seperti perosotan, jungkat-jungkit, dll. Biasanya ibu-ibu

membiarkan anak mereka bermain di sentra ini sementara para ibu berada

di sentra baca atau sentra kriya.

7. Sentra Outbond

Lokasi Outbond terletak persis di belakang gedung Rumah Pintar ini.

Fasilitas outbond yang tersedia memang tidak terlalu lengkap namun

cukup memuaskan pengunjung yang ingin melakukan kegiatan outbond.

Akan tetapi fasilitas outbond yang ada diperuntukkan untuk anak-anak.

Rumah Pintar Bhara Cendekia 1ni pada awalnya memang didirikan oleh

SIKIB yang diperuntukkan bagi Brimob Polri untuk dikelola. Untuk selanjutnya

pengelolaan, pengembangan diserahkan sepenuhnya kepada Brimob dengan

pengawasan dari SIKIB. Untuk anggaran dan pendanaan Rumah Pintar juga

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 51: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

38

dikelola oleh Brimob, yaitu melalui anggaran Kepolisian. Kepolisian mengarur

sendiri anggaran untuk pengelolaan dan pengembangan rumah pintar.

Rumah Pintar ini memang terletak di lingkungan Polri namun siapa saja

boleh berkunjung kesini, tak hanya dari keluarga Polri. Usia pengunjung pun

beragam mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua, walaupun memang anak-

anak yang lebih dominan berkunjung. Setiap pengunjung yang datang diwajibkan

untuk mengisi buku tamu terlebih dahulu di bagian resepsionis. Terdapat lima

buah buku tamu yang masing-masingnya diperuntukkan sesuai dengan kelompok

umur pengunjung, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, dan dewasa. Kunjungan dapat

dilakukan setiap hari kecuali hari Senin. Bagi yang berkunjung secara rombongan

harus konfirmasi terlebih dahulu minimal sebulan sebelum kunjungan dilakukan.

Waktu kunjungan Rumah Pintar adalah setiap hari Selasa-Minggu pukul 09.00 –

11.30 WIB dan pukul 12.30 – 16.00 WIB.

Melalui rumah pintar yang dapat dijadikan sebagai sarana

kontak/komunikasi warga masyarakat dalam mencari referensi/pengetahuan

maupun untuk membaca. Rumah pintar menjadi salah satu bagian dalam upaya

membuka wacana/cakrawala dunia kepada masyarakat, yang tentu dapat menjadi

perpustakaan/tempat berlindung, bermain sekaligus untuk menambah

pengetahuan.

4.2 Latar Belakang Berdirinya Rumah Pintar

Untuk mengetahui bagaimana program pemberdayaan masyarakat di

Rumah Pintar, maka perlu diketahui latar belakang dibangunnya rumah pintar

yang diuraikan oleh para pengelola rumah pintar. Mengetahui latar belakang

kehadiran rumah pintar adalah untuk melihat bagaimana pemberdayaan

masyarakat dilakukan di rumah pintar sejak dari awal pendiriannya. Langkah

utama adalah mengetahui ide awal latar belakangnya didirikannya rumah pintar,

dan apa tujuannya rumah pintar ini didirikan.

4.2.1 Ide Awal

Penggagas utama hadirnya rumah pintar adalah dari Ibu Ani Yudhoyono.

Hal yang mendasari Ibu Ani dalam usaha mendirikan rumah pintar adalah bentuk

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 52: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

39

keprihatinannya akan masalah pendidikan di Indonesia serta adanya keinginan

untuk memajukan Indonesia dalam usaha mewujudkan tujuan nasional bangsa

Indonesia yaitu meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa. Gagasan awal ini

bermula dari program yang diprakarasai oleh SIKIB yaitu Indonesia Pintar.

Bermula dari hadirnya motor pintar, mobil pintar, kemudian rumah pintar dalam

rangka mewujudkan Indonesia pintar. Kehadiran rumah pintar diharapkan dapat

membantu masyarakat mendapatkan fasilitas untuk belajar secara lebih mudah.

Seperti yang diutarakan oleh Toni:

“Awalnya rumah pintar berdiri, latar belakang kan sesuai dengan, kita mengacu ke pendidikan nasional itu mba, tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Jadi ini tu pemikir utamanya bu presiden, bu Ani Yudhoyono untuk memajukan Indonesia Pintar, Program Indonesia Pintar di sini sebenarnya, sehingga pertama kan ada motor pintar, mobil pintar, sehingga gimana cara menciptakan rumah pintar, atau membangun rumah pintar lah bahasanya, biar tercapai Indonesia Pintar.”

“Trus kita memikirkan hal-hal yang seminimal mungkin, seandainya masyarakat yang tidak mampu gimana caranya? Mungkin kan kalau sekarang zaman sekarang sekolah kan mahal. Tujuannya rumah pintar untuk itu. Untuk membantu.”

Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 dikelola oleh Korps Brimob POLRI.

Awal mulanya Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 dikelola oleh Kepolisian adalah

bermula dari keinginan Ibu Ani untuk mendirikan Rumah Pintar di TNI AU, AL,

AD, dan Kepolisian. Pihak Kepolisian, yaitu Kapolri menunjuk Brimob sebagai

pengelola Rumah Pintar ini. Penunjukan Brimob sebagai pengelola Rumah Pintar

bermula dari laporan statistik pendidikan yang mana sebagian besar warga asrama

Brimob dan warga sekitarnya, animo belajarnya masih rendah. Untuk itulah

dibangun Rumah Pintar bagi warga Brimob dan sekitarnya sebagai wadah untuk

merangsang dan menggiatkan kegiatan belajar masyarakat. Hal ini seperti yang

diutarakan oleh Toni:

“Sejarahnya kok bisa di kepolisian ya, karena rumah pintar Bhara Cendekia 1 ceritanya tu bu Ani ingin kan di tentara ada, tentara empat, tiga tentara tu TNI AD, AL, AU ada. Tapi namanya beda-beda. Trus yg di kepolisian bu Ani mengutus Kapolri. Kapolri plus Ibu Bhayangkari. Bu Bhayangkari trus menunjuk ke Brimob. Mengapa menunjuk ke Brimob? Karena diliat dari statistik pendidikan, laporan yang datang ke sana,

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 53: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

40

kebanyakan warga brimob itu animo belajarnya itu masih rendah. Bukan brimob goblok ya. Animo belajarnya tu masih rendah di sekitar asrama dan di sekitarnya. Warga asrama brimob dan sekitarnya itu dilihat itu animo belajarnya itu masih rendah. Untuk meningkatkan kualitas belajar untuk menuju Indonesia pintar itu kan harus didirikan suatu apa itu tempatnya wadah menampung supaya anaknya itu merangsang untuk membuat giat belajar itu bagaimana. Didirikanlah rumah pintar di brimob.”

Pada awalnya pendirian Rumah Pintar ini merupakan hasil bantuan dari

SIKIB yang menyerahkan tanggungjawab pengurusan Rumah Pintar kepada

Brimob (kepolisian). SIKIB memfasilitasi segala kebutuhan Rumah Pintar seperti

buku bacaan, komputer, aneka permainan anak, dan Brimob yang menyediakan

bangunan. Selanjutnya pengurusan, pemeliharan, dan segala kegiatan yang

berhubungan dengan Rumah Pintar diatur oleh pegawai Kepolisian. Selanjutnya

tetap ada koordinasi dengan SIKIB yaitu dengan adanya alporan triwulan yang

disampaikan apda SIKIB. Seperti yang diungkapkan Toni:

“Kita adanya koordinasi mba, dengan adanya pembuatan laporan triwulan. Laporan ini isinya lengkap dari perkembangan rumah pintar, trus kegiatan rumah pintar, kesimpulan dan saran yang harus, kendalanya juga ada di situ semua. Laporannya ke SIKIB, adanya garis hubungan koordinasi.”

4.2.2 Tujuan Rumah Pintar

Tujuan awal berdirinya rumah pintar adalah mengacu pada tujuan

pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Selengkapnya tujuan

pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan rohani dan jasmani, kepribadian yang

mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Rumah pintar merupakan bentuk dari program Indonesia Pintar, maka tujuan

dibangunnya rumah pintar pun berdasarkan pada tujuan Indonesia Pintar, yaitu:

(1)meningkatkan minat baca pada anak usia 4-5 tahun; (2)memfasilitasi

pengembangan kualitas pendidikan masyarakat, terutama yang lingkungan

belajarnya kekurangan sumber belajar; (3)memfasilitasi belajar di luar sekolah,

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 54: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

41

mengembangkan dan menggali multiple intelligence anak, (4)menanamkan nilai

positif keanekaragaman lingkungan sosial dan budaya setempat; (5)membantu

program pemerintah dalam pengembangan kualitas hidup masyarakat melalui

pemberantasan buta huruf, lifeskills dan penguasaan informasi dan teknologi. Atas

dasar tujuan Indonesia Pintar inilah, maka dibangunlah rumah pintar yang

memiliki tujuan yang sama. Seperti yang diungkapkan oleh Nani:

“Untuk mencerdaskan iya mencerdaskan anak-anak Indonesia yang berkepribadian. Ya sama sesuai dengan misinya itu rumah pintar. Indonesia Pintar. Kan diharapkan seluruh Indonesia pintar, gemar membaca, meraih cita-cita.”

Oleh karena tujuan hadirnya rumah pintar mengacu pada tujuan

pendidikan nasional, maka secara tidak langsung tujuan dari rumah pintar adalah

berusaha membantu dan mewujudkan pendidikan Indonesia menjadi lebih baik.

Rumah pintar bertujuan agar masalah pendidikan Indonesia saat ini, yang masih

tertinggal dari negara lain, padahal dulunya pendidikan Indonesia termasuk tinggi,

dapat kembali baik. Hal ini seperti diungkapkan oleh Toni:

“Mencerdaskan kehidupan bangsa. Yang saya tahu itu supaya Indonesia tidak tertinggal dengan negara-negara lain, masalah dengan pendidikan. Karena dari sejarah, dari sejarah pendidikan, Indonesia itu pada tahun 45 itu pendidikannya tinggi. Ternyata sekarang pendidikan itu seluruh dunia urutan yang ke seratus sekian. Dari urutan 40 sampai seratus sekian. Menurun total.”

Kakorbrimob Polri dalam amanatnya pada upacara penutupan pelatihan

tutor dan asisten tutor rumah pintar mengatakan bahwa rumah pintar merupakan

salah satu solusi dalam persoalan penduduk untuk mengembangkan kualitas

masyarakat Indonesia, diharapkan nantinya rumah pintar akan dapat

memberdayakan potensi ank-anak dan ibu-ibu serta anggota masyarakat lainnya

sehingga akan terciptanya masyarakat Indonesia yang cerdas dan sejahtera.

4.2.3 Sasaran Rumah Pintar

Berdasarkan tujuan utamanya dalam usaha memperbaiki pendidikan

Indonesia, rumah pintar berusaha memberikan layanan seluas-luasnya kepada

seluruh masyarakat. Fokus utama memang ditujukan untuk meningkatkan

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 55: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

42

semangat belajar. Untuk itu siapapun dibebaskan untuk memanfaatkan fasilitas

yang ada di rumah pintar, baik masyarakat yang tinggal di sekitar rumah pintar,

maupun masyarakat umum lain. Seperti yang diutarakan oleh Toni dan Nani:

“Untuk masyarakat. Tujuan utama rumah pintar yang kemarin kita berkumpul di UNJ yang sepengetahuan kita terdiri tak tahunya 220 itu. Itu tujuannya rumah pintar itu untuk belajar. Masyarakat umum plus anak yang berusia 4-15 tahun. Ya untuk masa pertumbuhan untuk menggiatkan belajar dia. Sesuai program PNF itu kan pendidikan non formal.” (Toni)

“Ya sasaran utamanya masyarakat di sekitar sini. Baik masyarakat asrama maupun masayakat umum. Di sini ga di batesin, siapapun yang berkunjung ya silakan.” (Nani)

Pada dasarnya sasaran dari program rumah pintar secara umum adalah

warga masyarakat yang bermukim di wilayah padat penduduk dan prasejahtera,

terutama di lokasi yang pernah mendapat pelayanan mobil pintar, dan motor

pintar yang terdiri terdiri dari: anak usia dini (4-9 tahun), remaja (10-17 tahun),

ibu dari peserta anak usia dini, dan anggota masyarakat secara keseluruhan.

Hal ini sesuai dengan prinsip perpustakaan yaitu melayani seluruh umat

manusia. Perpustakaan harus terbuka bagi semua kalangan tanpa membeda-

bedakan latar belakangnya. Seluruh masyarakat dari semua lapisan dan golongan

dapat memanfaatkan fasilitas perpustakaan yang tersedia. Seperti yang

diungkapkan Wardhani (2007) bahwa perpustakaan tidak memandang status

pengguna. Semuanya mempunyai hak dan fasilitas yang sama dalam

menngunakan jasa perpustakaan.

Berdasarkan pengamatan penulis, pengunjung rumah pintar mencakup

seluruh lapisan masyarakat mulai dari balita, anak-anak, remaja, juga para ibu-ibu.

Pengunjung memang didominasi oleh anak-anak usia sekolah, namun rumah

pintar tidak terbatas pada anak-anak saja. Sering dijumpai para ibu yang datang ke

rumah pintar sekadar untuk menemani anaknya, membaca di sentra baca, ataupun

memang mengkhususkan diri untuk belajar ke rumah pintar seperti belajar

keterampilan di sentra kriya.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 56: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

43

4.3 Pemberdayaan Masyarakat di Rumah Pintar

4.3.1 Bentuk Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat di rumah pintar memfokuskan pada masalah

pendidikan mayarakat. Menurut Babari dan Prijono (1996) pendidikan berfungsi

untuk mengembangkan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan, dan

martabat manusia baik individu maupun sosial. Dengan kata lain pendidikan

berfungsi sebagai sarana pemberdayaan individu dan masyarakat guna

menghadapi masa depan. Di sini rumah pintar menghadirkan program-program

pemberdayaan berbasiskan pendidikan. Seperti yang diutarakan Nani:

“Ya. Edukatif semua. Kalau khusus yang kriya kan ada keterampilannya. Kalau yang sentra-sentra lain kan diperuntukkan untuk anak-anak untuk yang dalam tahap pendidikan. Seperti outbond kan untuk keberanian, untuk sportivitas, kejujuran kan yang didapatkan dari outbond.”

Pemberdayaan masyarakat berbasiskan pendidikan di rumah pintar,

berusaha memberikan kecakapan-kecakapan dasar pada masyarakat agar nantinya

masyarakat dapat mengembangkannya dari ilmu yang telah diperolah dari rumah

pintar. Setiap sentra memberikan bekal kecakapan yang berbeda-beda, namun

pada intinya adalah menularkan ilmu. Seperti yang dikatakan oleh Toni:

“Sedangkan rumah pintar itu ada beberapa sentra. Sentra itu apa? Sentra adalah itu berkaitan dengan sub-sub bidang untuk menunjang bakat siswa, bakat pengunjung kalau di rumah pintar.” Menurut Toni, pemberdayaan masyarakat di sini mengutamakan pada

pembelajarannya bukan hanya sekadar belajar. Hal ini karena antara belajar dan

pembelajaran tersebut terdapat makna yang berbeda. Jika belajar berarti hanya

sekadar belajar, maka pembelajaran memiliki arti yang lebih luas karena

pembelajaran itu terkait dengan sistem. Yaitu sistem menularkan ilmu seperti dari

guru ke murid sehingga menjadikan murid dari tidak bisa menjadi bisa. Di rumah

pintar sendiri, sistem pembelajaran ini terkait dengan petugas rumah pintar yang

disebut tutor dengan pengunjung rumah pintar.

Bentuk pemberdayaan masyarakat di rumah pintar terkait dengan masing-

masing sentra yang ada, yaitu:

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 57: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

44

1. Sentra Kriya

Pemberdayaan yang berhubungan dengan keterampilan terlihat pada sentra

kriya. Di sentra kriya, masyarakat dapat belajar menyulam dan menjahit, yang

nantinya ilmu yang diperoleh dapat diterapkan untuk menghasilkan sesuatu yang

berguna dan menghasilkan. Di sini masyarakat akan dilatih agar mahir sehingga

nanti dapat menghasilkan lapangan pekerjaan baru. Seperti yang diungkapkan

Toni:

”Bentuk rumah pintar dalam pemberdayaan masyarakat berupa adanya sentra kriya. Sentra kriya itu tujuannya untuk apa? Untuk menciptakan lapangan kerja berupa balai pelatihan dulu di sini. Setelah adanya pelatihan, pengunjung itu adanya stratifikasi yaitu dari ga bisa ke bisa ke mahir, ya kan? Adanya suatu sistim pembelajaran. Makanya adanya apa tadi, pemberdayaan masyarakat dengan adanya sentra kriya itu. Itulah bedanya perpustakaan dengan rumah pintar. Jadi sentra kriya ini memang bertujuan untuk menciptakan suatu lapangan kerja.” Berdasarkan pengamatan penulis, sentra ini memang selalu diisi dengan

pelatihan menyulam, menjahit, mengobras. Petugas selalu siap di ruangan untuk

mengajarkan pengunjung yang ingin berlatih. Sebagian besar pengunjung yang

tertarik ikut pelatihan di sini adalah para ibu. Rata-rata para ibu ini ingin belajar

menyulam pita yang sepertinya termasuk keterampilan yang baru mereka kenal.

Setiap harinya selalu ada ibu-ibu yang berlatih di kriya ini. Petugas pun selalu

bersedia membantu ibu-ibu dalam mengarahkan mereka dalam pelatihan.

2. Sentra Audio Visual

Sentra-sentra lainnya memberikan bekal kecakapan sesuai dengan tujuan

sentra tersebut. Seperti pada sentra audio visual. Di sentra ini berusaha

memfasilitasi segala bentuk apresiasi pada seni. Fokus pada pengembangan gerak

badan seperti tari, membaca puisi, menggambar dan mewarnai. Sentra ini juga

menyediakan fasilitas televisi dan audio. Melalui sentra ini anak-anak dilatih dan

dipandu oleh tutor-tutor rumah pintar. Untuk tari sendiri terdapat tutor dari

masyarakat sendiri yang datang secara sukarela untuk melatih.

Sentra ini juga bisa berfungsi sebagai sarana rekreasi bagi anak-anak.

Kadang diadakan nonton bareng film-film yang bertemakan edukatif. Sesekali

juga diselingin dengan film jenis lain agar anak-anak tidak jenuh dan bosan jika

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 58: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

45

selalu dihadapkan pada masalah pendidikan. Hal ini juga dilakukan agar rumah

pintar selalu mengikuti perkembangan pengunjungnya, supaya masyarakat tidak

bosan datang ke rumah pintar. Seperti yang diutarakan Nani:

“Yang jelas filmnya yang edukatif, kemudian apa itu namanya yang humor, baik yang ipin upin yang anak-anak itu. Pokoknya kita ngikutin tren sekarang mba. Biar ga ketinggalan sama pengunjung. Nanti kita kalau cuma edukatif, cuma masalah pendidikan aja anak-anak akan bosan. Di rumah ibaratnya sudah penat gitu, di sekolah sudah kaya gitu, di sini gitu lagi. Iya biar dia bisa rekreasi.”

3. Sentra Baca

Untuk sentra baca memang diutamakan untuk meningkatkan minat baca

masyarakat. Pada sentra ini terdapat berbagai macam bahan bacaan yang dapat

dimanfaatkan oleh pengunjung. Seperti yang dikatakan Nani:

“Umum. Macam-macam mba. Itu bisa dilihat ke sana. Itu bermacam-macam, mulai dari pendidikan ada, dari pria, dari cara bercocok tanam, cara ya macam-macam.” Sentra baca ini bertujuan untuk membantu anak-anak untuk bisa membaca

dan berusaha untuk selalu memperhatikan perkembangan anak dalam membaca.

Rumah pintar berusaha menyediakan berbagai macam bahan bacaan sesuai

keinginan pengunjung. Mereka akan diarahkan untuk menemukan bacaan yang

mereka cari atau kalau memang tidak ada akan dijadikan bahan pertimbangan

untuk penambahan koleksi selanjutnya. Seperti yang dinyatakan oleh Yandi dan

Toni:

“Yang pertama yang jelas ya intinya ngajari yang ga bisa baca, anak-anak dibawah umur kan. Kadang ada yang minta kadang kita ngajarin.Trus mempertanyakan pengunjung datang mungkin dia cari buku ga ada untuk masukan kita untuk penambahan berikutnya. Trus membuat apa namanya perkembangan anak, misalkan anak ini hari ini bacanya ini, besok ada perkembangannya lagi apa.” (Yandi) “Jadi misalkan dia pengen cari buku apa, kita kalau ada kita arahkan, kalau ga ada kita tulis untuk membeli buku itu.” (Toni) Dalam meningkatkan minat baca anak-anak, rumah pintar biasanya

memberikan hadiah. Yandi mengatakan bahwa saat ini anak-anak kebanyakan

tertarik untuk bermain komputer di sentra baca. Jadi agar anak-anak mau

membeca buku, petugas biasanya memberikan hadiah bagi yang telah selesai

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 59: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

46

membaca untuk dapat bermain komputer. Bentuk hadiah lainnya yaitu

mendapatkan satu buah buku tulis. Hal ini bertujuan agar anak-anak tidak

berebutan ke sentra komputer dan juga agar kemampuan baca anak semakin

meningkat dengan bersaing bersama teman-temannya. Anak-anak yang

mendapatkan hadiah adalah mereka yang bisa menceritakan kembali isi buku

yang telah mereka baca. Seperti yang dikatakan Yandi:

”Ada hadiahnya. Sementara hadiahnya kita masukin ke komputer. Pertama hadiahnya ya satu dia membacanya aktif, menceritakan kembali, dia akan masuk ke komputer.” ”Sekarang dia membaca buku ya, memang dia harus menceritakan kembali. Untuk anak-anak, kalau di bawah umur kan paling dia baca. Jadi setelah baca, ya yang sudah baca mana sini. Bukunya kita pegang dia menceritakan ulang kembali. Di sini bukunya tentang nanini bla bla. Lalu dia boleh ke komputer. Hadiahnya kaya gitu. Dia akan bersaing.” “Tadinya itu anak-anak itu antusiasnya ke komputer. Jadi kalau ke komputer harus membaca dulu. Caranya. Supaya mereka. Jadi mereka harus tahu. Mau ga mau kan mereka harus baca kan. Karena nanti menceritakan kembali baru masuk ke komputer.”

4. Sentra Bermain

Untuk sentra bermain, di sini memfokuskan pada kecepatan dan ketepatan

anak terutama anak di bawah lima tahun. Permainan yang ada di sini mendukung

perkembangan sensorik dan motorik anak, seperti permainan mencocokkan huruf,

puzzle, dan juga permainan ketangkasan lain seperti perosotan dan jungkat-jungkit.

Adapun di sentra out bond mendukung pada sikap keberanian, sportivitas, dan

kejujuran anak. Sentra-sentra ini berusaha memberdayakan potensi anak sejak dini

agar dapat berkembang secara baik dan menjadi bekal yang baik pula untuk

kehidupan mereka kelak. Seperti yang dinyatakan Toni dan Nani:

”Iya, anak kecil. Kecepatan, ketepatan. Fokus sensorik dan motorik.” (Toni) ”Seperti outbond kan untuk keberanian, untuk sportivitas, kejujuran kan yang didapatkan dari outbond.” (Nani)

Berdasarkan pengamatan penulis, di sentra bermain anak-anak lebih sering

bermain bersama orang tua mereka, terutama bagi anak-anak yang masih balita.

Sebagian besar dari mereka bermain sambil ditunggui orang tua. Sesekali petugas

menghampiri anak-anak untuk bermain bersma mereka. Kadangkala petugas

bermain bersama anak sambil melatih potensi mereka, seperti dalam bermain

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 60: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

47

mengenal huruf. Usaha petugas juga dilakukan untuk meningkakan kemampuan

bersosialisasi anak tersebut. Namun, sebagian besar anak-anak memang lebih

sering bermain bersama orangtuanya. Hal ini juga dikarenakan peran orang tua

yang sellau mengawasi anak-anaknya yang masih kecil dalam bermain.

5. Sentra Psikologi dan Konsultasi Kesehatan

Lain halnya dengan sentra psikologi dan konsultasi kesehatan. Sentra ini

memberikan layanan konsultasi gratis bagi semua pengunjung. Namun, sentra ini

hanya di buka satu kali seminggu yaitu pada hari rabu. Sentra ini memiliki

psikolog yang akan memberikan konsultasi gratis bagi pengunjung. Sentra ini

menjadi salah satu layanan rumah pintar karena Polri memiliki rumah sakit sendiri

jadi dalam rangka mensosialisasikan masalah psikologi dan kesehatan pada

masyarakat dari rumah sakit maka diberikanlah layanan ini. Seperti yang

dikatakan Toni dan Nani:

”Itu adanya seminggu sekali hari rabu untuk mengetahui pengunjung dan kondisi kesehatannya itu secara gratis juga. Iya psikolognya juga ada. Konsultasi, pengobatan, dan tes juga bisa. Itu adanya hari rabu. Kita melayani pengunjung dan melayani tutor. Seumur mba, dari anak, orang tua sampai itu kita di sini membantu.” (Toni) ”karena kita punya rumah sakit sendiri kan ada sentra konsultasi, psikolog sama kesehatan itu kan perlu juga ke masyarakat sosialisasi. Nah sosialisasi dari rumah sakit itu di sinilah lewat psikologi dan kesehatan.” (Nani)

6. Sentra Komputer

Sentra Komputer memiliki sembilan unit komputer dan seluruhnya dapat

dipergunakan untuk internet. Sentra komputer memberikan pendampingan dan

arahan kepada pengunjung dalam menggunakan perangkat komputer dan

aplikasinya serta memberikan pelajaran kepada pengunjung meliputi: tingkat TK

berupa game edukatif, tingkat SD berupa game edukatif dan MS Word, serta

tingkat SMP/SMA/Umum berupa MS. Word dan internet. Pemberian

pembelajaran komputer kepada pengunjung di sesuaikan dengan program

pengajaran di sekolah yaitu untuk tingkat SD di fokuskan kepada pelajaran

pengetikan surat dan sebagainya (Ms.Word). Adapun untuk tingkat SMP di

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 61: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

48

fokuskan kepada pembuatan slide (Power Point) dan untuk tingkat SMA di

fokuskan pada mengoperasionalkan internet

7. Sentra Out Bond

Sentra out bond merupakan sentra yang menyediakan permainan-

permainan ketangkasan untuk anak. Sentra ini memang hanya diperuntukkan

untuk anak-anak dan bukan untuk orang dewasa. Permaianan yang ada seperti

flyng fox dan titian dan jaring tali. Permainan ini dilakukan bersama dan di bawah

pengawasan tutor. Sentra ini memfokuskan pada pengembangan keberanian dan

sportivitas anak, seperti yang diungkapkan Nani:

”Seperti outbond kan untuk keberanian, untuk sportivitas, kejujuran kan yang didapatkan dari outbond.” (Nani)

Berdasarkan pengematan penulis, anak-anak sangat antusias selamam

bermain di sentra ini. Sentra ini berada di luar ruangan, sehingga ank-anak bebas

untuk berlari-larian dan mencoba permainan baru yang tidak di semua tempat ada.

Walaupun terdapat juga beberapa anak yang awalnya takut, tetapi dengan

bimbingan tutor dan semangat dari teman-temannya akhirnya mulai berani juga.

Terlihat bahwa setiap sentra yang ada di rumah pintar Bhara Cendekia 1

merupakan berbagai bentuk dari pemberdayaan potensi masyarakat melalui

berbagai bentuk. Namun secara garis besar bentuk pemberdayaan di rumah pintar

ini menitik beratkan pada pendekatan pendidikan. Intinya di sini adalah rumah

pintar berusaha memberdayakan potensi sumber daya manusia melalui sistem

pembelajaran nonformal dengan memberikan fasilitas pendukung bagi masyarakat

secara gratis. Pada hakikatnya proses pemberdayaan di bidang pendidikan

merupakan pendekatan holistik yang meliputi pemberdayaan sumber daya

manusia, sistem belajar mengajar, institusi atau lembaga pendidikan dengan

segala sarana dan prasarana pendukungnya. (Babari dan Prijono, 1996)

Rumah pintar Bhara Cendekia juga rutin melaksanakan lomba bagi

pengunjungya. Lomba ini bertujuan untuk meningkatkan semangat belajar dan

menanamkan semangat juang bagi pengunjung rumah pintar. Lomba di rumah

pintar rutin dilaksanakan setiap dua tahun sekali, yaitu pada hari kemerdekaan dan

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 62: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

49

hari ulang tahun rumah pintar. Banyak jenis lomba yang diadakan oleh rumah

pintar, karena setiap sentra memiliki jenis lomba masing-masing. Seperti yang

dikatakan oleh Toni dan Yandi:

”Lomba setahun dua kali, hari kemerdekaan sama hari jadi rumah pintar. Lomba berbagai sentra, setiap sentra ada. Makanya kita kan ada 7 sentra. Per sentra biasanya mengadakan lomba sampai 4-5. Ya udah itung aja sendiri, 4 kali tujuh.” (Toni) ”Bulan Juli. Ulang tahun rumah pintar kan. 21 Juli. Tapi sebelum 21 juli udah mulai-mulai. Mungkin kaya even-even inilah, apa. Jadi setiap-setiap sentra itu ada lombanya masing-masing.” (Yandi)

Berbagai macam lomba yang diadakan oleh setiap sentra diantaranya:

Sentra baca, lomba menceritakan kembali isi buku yang dibaca dan lomba cerdas

cermat; sentra komputer, lomba membuat biodata dan cerita dengan microsoft

word dan microsoft powerpoint; sentra audio visual, lomba tari, baca pusi dan

dance beregu; sentra bermain, lomba memindahkan bola sesuai warna; sentra

kriya, lomba menyulam pita; sentra outbond lomba ketangkasan/kombinasi.

Lomba-lomba yang diadakan ini juga berfungsi untuk melatih kecakapan

pengunjung pada masing-masing pembelajaran yang didapatkan di tiap sentra.

4.3.2 Proses Pemberdayaan

Proses pemberdayaan msayarakat di rumah pintar didasarkan pada metode

pembelajaran. Metode pembelajaran tersebut yaitu:

1. Program Tutorial

a. Memberikan pembelajaran & bimbingan pada asisten tutor &

anak-anak di lokasi.

b. Mengevaluasi perkembangan anak sesuai dengan pendekatan

pembelajaran

2. Sistem Sentra

Rumah Pintar terdiri atas 7 sentra atau area yang dirancang untuk

mengembangkan kemampuan tertentu. Sentra tersebut adalah: baca,

permainan, komputer, audio visual/ panggung, psikologi dan konsultasi

kesehatan, dan kriya (aktivitas lifeskill guna meningkatkan taraf hidup)

serta sentra Out Bound.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 63: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

50

3. Pendekatan Tematik

Pembelajaran menggunakan tema-tema yang sudah dirancang sebelumnya

4. Pendekatan Multiple Intelligences

Pembelajaran yang diberikan berfiungsi untuk mengembangkan

kecerdasan majemuk anak yaitu: linguistic, logika matematika, visual

spasial, kinestetik, intrapersonal, interpersonal, naturalis dan musikal.

5. Pendekatan Joyful dan Meaningful Learning

Pendekatan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.

Berdasarkan tahapan pemberdayaan yang dikemukakan oleh Adi (2002),

proses pemberdayaan masyarakat di rumah pintar Bhara Cendekia 1 tidak secara

mutlak sama dan sesuai. Penjelasan lengkap akan diuraikan pada setiap

tahapannya.

4.3.2.1 Tahap Persiapan (Engagement)

Tahap persiapan berarti tahap awal persiapan lapangan dan tenaga

pemberdaya (petugas). Di rumah pintar Bhara Cendekia, tahap ini telah dimulai

sejak munculnya gagasan dari SIKIB untuk mendirikan rumah pintar di kawasan

TNI dan Polri. Dari Polri yang diberikan satu rumah pintar untuk dikelola

memutuskan untuk mendirikannya di kawasan Brimob Polri. Tahap persiapan

dimulai dari pihak Polri yang memutuskan dengan berbagai pertimbangan untuk

membangun rumah pintar di pemukiman asrama Brimob. Dikarenakan adanya

lahan yang memadai dan kebutuhan masyarakat. Seperti yang dinyatakan oleh

Nani:

”Bukannya bekerjasama, SIKIB kan punya program. Programnya kan dari pemerintah udah dulunya pertama kali di Surabaya di Angkatan Laut, trus POLRI dikasih juga untuk mengelola. Nah POLRI dikasihlah di Brimob ini untuk POLRI-nya. Mungkin dengan pertimbangan lahannya ada, trus masyarakatnya ya masyarakatnya kan heterogen.” Menurut Toni, pembangunan rumah pintar di kawasan Brimob juga

berdasarkan pertimbangan lokasi dan keadaan lingkungan masyarakat yang dinilai

belum begitu baik dalam pendidikan.

”Karena diliat dari statistik pendidikan, laporan yang datang ke sana, kebanyakan warga brimob itu animo belajarnya itu masih rendah. Bukan

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 64: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

51

brimob goblok ya. Animo belajarnya tu masih rendah di sekitar asrama dan di sekitarnya. Warga asrama brimob dan sekitarnya itu dilihat itu animo belajarnya itu masih rendah. Untuk meningkatkan kualitas belajar untuk menuju Indonesia pintar itu kan harus didirikan suatu apa itu tempatnya wadah menampung supaya anaknya itu merangsang untuk membuat giat belajar itu bagaimana. Didirikanlah rumah pintar di brimob.” Persiapan selanjutnya yang dilakukan oleh rumah pintar adalah

menyiapkan tenaga pemberdaya, dalam hal ini tutor, agar program rumah pintar

berjalan efektif. Persiapan ini dimulai dengan penunjukan anggota Brimob

sebagai pengelola rumah pintar. Penunjukan anggota ini didasarkan pada Surat

Perintah Kakorbrimob Polri No. Pol. : Sprin/546/VI/2008 tanggal 9 Juni 2008

tentang Penunjukan Personel sebagai Pengelola dan mengoperasionalkan Rumah

Pintar Korbrimob Polri.

Berdasarkan pada hasil rapat yang dipimpin oleh Waka Korbrimob tanggal

10 Juli 2008 tentang rencana peresmian rumah pintar dan rencana pelatihan bagi

tutor dan asisten tutor pada rumah pintar, maka diadakanlah pelatihan tutor dan

asisten tutor dalam rangka peresmian rumah pintar oleh Puslat Brimob Polri.

Menurut Stueart (2002, p. 246), pelatihan merupakan suatu poses yang tidak

pernah berakhir. Setiap pekerja yang baru membutuhkan suatu pelatihan atau

suatu sistem baru yang meliputi pelatihan. Hal ini terlihat dari pelatihan yang

diadakan untuk para tutor baru rumah pintar.

Pelatihan tutor rumah pintar bertujuan untuk mempersiapkan para tutor

dan asisten tutor dalam mengawaki rumah pintar secara profesional agar dapat

melaksanakan bimbingan, layanan dan pembekalan terhadap anak-anak maupun

pengunjung lainnya. Dengan pelatihan ini diharapkan para tutor dan asisten tutor

dapat mengawaki rumah pintar secara profesionalisme, didiplin, berwibawa, dan

jujur dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Materi pelatihan yang

dilaksanakan pada tanggal 14-16 Juli 2008 di Mako Korbrimob Polri ini

mencakup karakteristik perkembangan anak, memahami bagaimana anak belajar,

memahami dan mengembangkan minat anak, memahami masalah dan gangguan

psikologis pada anak, dan teknik berkomunikasi dengan anak.

Pelatihan terhadap tutor dan asisten tutor yang akan melayani masyarakat

di rumah pintar merupakan bentuk persiapan rumah pintar dalam rangka

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 65: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

52

melaksanakn program pemberdayaan masyarakat. Pelatihan ini menjadikan para

tutor dan asisten tutor dapat belajar memahami karakteristik anak sehingga

nantinya dapat bekerja dengan baik demi mencapai tujuan mencerdaskan bangsa.

Pelatihan ini juga menjadikan para tutor memiliki visi dan pandangan yang sama

tentang program pemberdayaan yang akan mereka emban.

4.3.2.2 Tahap Pengkajian (Assessment)

Tahap ini merupakan tahap mengkaji kebutuhan masyarakat. Pada tahap

ini rumah pintar mengkaji pemberdayaan seperti apa yang sesuai untuk daerah

yang bersangkutan. Pengkajian juga dilihat dari karakteristik wilayah. Setiap

rumah pintar akan menghasilkan produk pemberdayaan yang berbeda pula. Untuk

rumah pintar Bhara Cendekia 1 ini, program pemberdayaannya lebih mengacu ke

pendidikan sekolah. Seperti yang dikatakan oleh Toni:

”Tapi kalau di rumah pintar yang lain seperti di cakra di cilodong itu, itu adanya pemberdayaan jamur, susu manohara. Antara produk rumah pintar satu dengan yang lain beda. Kebenaran di sini kita mengacu ke pendidikan sekolah sama ke keterampilan kriya yang ada di rumah pintar. Karena kita kalau ke pertanian lahannya tidak ada. Lahan di sini.” ”Bahkan kayanya di sini udah ga ada tanah kosong. Rumah semua. Ya itu rumah semua.” Terlihat bahwa dari hasil pengkajian karakteristik wilayah, kawasan

sekitar rumah pintar Bhara Cendekia tidak mendukung dengan lahan yang luas.

Dari hasil pengkajian terhadap lingkungan skitar pun menunjukkan bahwa rumah

pintar ini lebih cocok pada pengembangan pendidikan dan keterampilan. Hal

senada juga diungkapkan ole Nani:

”Di sesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing. Kalau yang lahannya luas bisa mungkin dengan adanya pertanian atau apa itu namanya bercocok tanamlah.” Dalam melaksanakan tahap pengkajian ini, rumah pintar melakukan

pendataan umum maslaah kebutuhan dan sumber daya masyarakat setempat,

yaitu: melakukan data masyarakat (jumlah, usia, dan karamkteristik calon

pengunjung rumah pintar); pendataan masalah/kebutuhan masyarakat setempat;

pendataan sumberdaya alam, budaya, dan tradisis setempat, pendataan lembaga

atau warga yang dapat diajak bekerjasama.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 66: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

53

4.3.2.3 Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Pada tahap ini, yaitu tahap penentuan program dan kegiatan yang

dilaksanakan, rumah pintar telah mendapat panduan dari SIKIB. Setiap rumah

pintar dipastikan akan memiliki lima sentra utama yaitu sentra baca, komputer,

bermain, audio visual, dan kriya. Untuk program lainnya dikembangkan sendiri

oleh rumah pintar yang bersangkutan secara bebas. Pada rumah pintar Bhara

Cendekia 1, mereka menambahkan sentra psikologi dan konsultasi kesehatan serta

sentra out bond. Penambahan dua sentra ini didasarkan pada kebutuhan

masyarakat sekitar. Sentra psikologi dan konsultasi kesehatan untuk membantu

mensosialisasikan kepada masyarakat tentang dunia kesehatan di rumah sakit, dan

sentra out bond dikarenakan mereka mempunyai lahan untuk itu. Hal ini seperti

yang dikatakan oleh Nani:

”Kalau dari sana kan emang udah ada panduan mba, sentra baca, audio visual, bermain, itu panduan dari SIKIB. Kemudian kriya, sentra komputer nah kita nambah lagi karena kita punya rumah sakit sendiri kan ada sentra konsultasi, psikolog sama kesehatan itu kan perlu juga ke masyarakat sosialisasi. Nah sosialisasi dari rumah sakit itu di sinilah lewat psikologi dan kesehatan. Outbond karena kita punya lahan. Tapi kalau dari sana sendiri tidak ada ini sentra psikologi kesehatan, outbond ga ada. Itu tambahan dari tiap masing-masing rumah pintar aja.” ”Sentra baca terutama itu pasti ada. Sentra baca, komputer, bermain, visual, kriya. Lima kalau yang dari SIKIB itu. Di sesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing.”

4.3.2.4 Tahap Pemformulasian Rencana aksi

Pada tahap ini merupakan tahap perumusan rencana program. Untuk

rumah pintar sendiri mereka tiap tahun selalu membuatkan rencana kerja selama

satu tahun ke depan. Dalam menyusun program/kegiatan pembelajaran, hal-hal

yang dipertimbangkan, yaitu: merujuk pada kebutuhan masyarakat setempat;

memberikan pedoman pada pelaksanaan dan penilaian; mempertimbangkan

kesinambungan pelaksanaan program periode berikutnya; dan mempertimbangkan

keterpaduan antar program/kegiatan, terutama dalam hal pendayagunaan sumber

daya dan tenaga pendidik. Rencana kerja yang disusun untuk satu tahun ke depan

akan mencakup pada: arah dan rincian kegiatan yang akan dilaksanakan, tugas

dan tanggung jawab, anggaran dan logistik, serta target yang ingin dicapai.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 67: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

54

4.3.2.5 Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan (Implementation)

Tahap pelaksanaan program rumah pintar merujuk pada waktu layanan

yang diberikan. Pengunjung dapat berkunjung setiap saat sesuai jam layanan.

Sebelumnya diperlukan sosialisasi kepada masyarakat akan keberadaan rumah

pintar. Bentuk sosialisasinya bisa seperti ikut pameran, seperti yang dikatakan

oleh Nani:

”Ya lewat itu sosialisasinya. Kaya ada pameran apa dalam rangka HUT Depok yang waktu itu, itu kan sosialisasi. Kalau ada kegiatan di kecamatan, walikota atau kecamatan kita ikut turun di situ, itu sebagai salah satu sosialisasinya. Sosialisasi ke masyarakat.” ”Ya kita ikut pameran. Pameran di itu ada stand itu. Kaya yang waktu HUT Depok itu, kita keliling. Kita sambil pake nons itu ke masyarakat. Itu mulai sepanjang Margonda itu kan udah mulai lumayan”

Selanjutnya pelaksanaan program dapat dilakukan berdasarkan jadwal kunjungan.

Hal ini dikhususkan pada pengunjung yang akan datang berombongan.

Sebelumnya pengunjung yang akan berkunjung secara rombongan harus

mendaftarkan diri kepada rumah pintar agar kemudian rumah pintar dapat

membuatkan jadwal kunjungan. Seperti yang dikatakan Nani:

”Kita sudah membuat jadwal kunjungan. Tiap apa itu namanya bulan kan ada jadwalnya, yang mau berkunjung siapa.” ”Ya orang yang ke sini kita bikin jadwal. Orangnya daftar mau berkunjung, kita yang bikin jadwalnya. Request dulu.”

Untuk yang datang perorangan bisa datang langsung ke rumah pintar tanpa

perlu mendaftar. Selanjutnya pengunjung dapat mengisi buku pengunjung dan

kemudian dapat mengeksplorasi dirinya di tiap sentra yang menjadi minatnya

dengan arahan dari tutor. Toni mengutarakan mekanismenya seperti beikut ini:

”Kalau misalkan perorangan, mengisi daftar hadir dulu. Kalau rombongan dengan adanya kunjungan TK kita sambut dulu, sambut di ruang pelayanan umum. Kita isi dengan lagu-lagu, kita isi dengan apa sih rumah pintar profil company dengan rumah pintar. Ruang pelayanan umum kalau di hotel di lobbynya. Kita diarahkan di lobbynya dulu. Kasih tahu apa sih rumah pintar, apa yang ada di rumah pintar, trus tutornya ada siapa-siapa yang di rumah pintar. Kebeneran rumah pintar Bhara Cendekia 1 itu adanya di sini jadi di sini kebanyakan di kepolisian semua.” ”Kita arahkan, kita bagi. Misalkan rombongan itu jumlahnya 40. Setiap ruangan ideal, ruangan ideal dalam suatu pembelajaran itu kan 15. Kita

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 68: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

55

semaksimal mungkin untuk 40 dibagi berapa sentra. Nanti bergiliran. Jarak berapa 1 jam atau satu setengah jam atau berapa kita rolling. Supaya apa, pengunjung itu menikmati semua apa itu rumah pintar, fasilitas yang ada di rumah pintar.”

Secara umum mekanisme pembelajaran yang diterapkan pada program

pemberdayaan rumah pintar adalah sebagai berikut:

1. Peserta datang, didaftar oleh tutor

2. Memberikan peserta kesempatan untuk bereksplorasi sejenak, sambil

menunggu teman – temannya.

3. Tutor memberikan arahan

4. Peserta memilih sentra sesuai dengan minatnya

5. Tutor melakukan pengamatan untuk memetakan kebutuhan peserta

6. Bila peserta sudah fokus, tutor membimbing belajar dengan pendekatan

Multiple Intelligence

7. Selesai program, anak – anak dievaluasi eksplorasi terhadap pembelajaran

yang mereka peroleh hari itu, kemudian diberi reward (penghargaan).

Tahap pelaksanaan program di rumah pintar merujuk pada rencana kerja

yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaannya juga harus mempertimbangkan

jumlah tutor dan warga yang berkunjung.

Dari awal berdirinya pada tahun 2008, rumah pintar Bhara Cendekia 1

telah memperlihatkan beberapa perkembangan. Perkembangan tersebut terlihat

berbeda pada amsing-masing sentra tergantung pada pembelajaran di masing

masing sentra. Seperti yang dikatakan oleh Toni:

“Perkembangannya relatif mba di sini. Dari kita mengukur kalau namanya mengetahui perkembangan kan harus ada pengukuran dan evaluasi ada angka, nilai ya analisa. Jadi ya di sini relatif.”

Jika dilihat pada masing-masing sentra seperti pada sentra kriya, ada masyarakat

yang telah mampu mandiri dengan keterampilan yang diperoleh dari sentra kriya.

Hal ini tentu dapat membantu mereka dalam meningkatkan kualitas hidup. Seperti

yang dikatakan Toni:

”Kalau dari sentra kriya perkembangannya dari sini kita temukan sudah tiga orang yang maju di ITC(pusat pertokoan-pen) ada yang jualan produk dari sini. Pelatihan dari sini dari sulam pitanya. Belajar di sini

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 69: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

56

langsung dia pertemuan 4 kali langsung bisa berani membuka sekarang udah jualan di ITC.”

Di sentra lain seperti sentra komputer, masyarakat jadi bisa belajar dasar-dasar

komputer, misalkan untuk keperluan seperti mengetik atau pun internet. Seperti

yang dikatakan Toni:

”Trus untuk program komputernya, dengan program komputer gratis anak-anak menjadi bisa program komputer, internet menjadi bisa. Ada pembelajarannya. Setiap keinginan pengunjung misalnya ingin belajar internet kita pandu dari awal. Dari menghidupkan sampai ya minimal dia bisa untuk mencari program ya misalkan word, excel kita mengetik di sini – di sini pos-posnya dia tahu, trus cara mematikan.”

4.3.2.6 Tahap Evaluasi

Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 rutin melakukan evaluasi terhadap

programnya dengan membuat laporan kegiatan setiap 3 bulan sekali. Laporan ini

disampaikan kepada Polri dan SIKIB. Laporan ini sebagai bentuk

pertanggungjawaban dan koordinasi dengan pimpinan serta sebagi bahan evaluasi

untuk peningkatan layanan berikutnya. Untuk SIKIB sendiri sebagai penggagas

awal, maka diperlukannya laporan kegiatan sebagai bentuk koordinasi yang mana

SIKIB telah memberikan rumah pintar kepada Polri untuk dikelola. Hal ini

diutarakan oleh Yandi:

”SIKIB itu hanya gimana ya, yang organisasinya berdiri kan SIKIB gitu ya, trus masing-masing instansi mungkin dikasih, misalkan kaya POLRI, TNI, itu dikasih untuk dikelola. Ini masuk DIPA nya ke POLRI Peran di awal tapi dia laporannya itu selalu, perkembangannya rumah pintar itu apa selalu.”

Hal senada juga dikatakan oleh Toni, bahwa Rumah Pintar dan SIKIB

selalu melakukan koordinasi melalui pembuatan laporan triwulan: Sperti yang

dikatakan Toni:

”Kita adanya koordinasi mba, dengan adanya pembuatan laporan triwulan. Laporan ini isinya lengkap dari perkembangan rumah pintar, trus kegiatan rumah pintar, kesimpulan dan saran yang harus, kendalanya juga ada di situ semua. Laporannya ke SIKIB, adanya garis hubungan koordinasi.”

Laporan kegiatan triwulan rumah pintar juga disampaikan kepada

Walikota Depok sebagi bentuk pertanggungjawaban kepada pemerintah, karena

rumag pintar ini berada di kawasan Depok. Hal ini juga bertujuan agar pemerintah

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 70: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

57

Depok mengetahui adanya program pemberdayaan masyarakat di rumah pintar

yang diperuntukkna bagi warganya. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Nani:

”POLRI SIKIB sama Depok, walikota Depok. Ya kita kan keberadaan kita di Depok, biar terpantau di sana walikota bahwa oh ya warganya itu ternyata ada yang ini di masyarakat ada rumah pintar. Kalau ga gitu nanti ga tahu. Makanya kita diundang untuk acara ulang tahun Depok segala kan? Karena tahu ada rumah pintar di sini. Biar tahu sejauh mana sih ini kiprahbya dari rumah pintar ini.” (Nani)

Laporan triwulan kegiatan rumah pintar Bhara Cendekia 1 mencakup

berbagai hal pokok, yaitu: kegiatan yang dilaksanakan, hasil yang dicapai,

anggaran, kendala, evaluasi, kesimpulan dan saran. Laporan ini rutin dibuat

berdasarkan laporan tiap minggu dari masing-masing sentra. Seperti yang

dikatakan oleh Yandi:

“Didata setiap hari, setiap hari didata. Oh anak ini dia aktif, dia selalu menanyakan misalkan kaya majalah bobo dia selalu mengikuti, pak majalah bobo yang kemaren ini, itu judulnya ini pak. Perkembangan anak-anak seperti itu. Kenapa kita, karena membuat laporannya kan.” “Seminggu eh sebulan berarti setiap minggu, seminggu sekali. Kan hanya laporan ke dalam. Misalkan perkembangan anak kan tiap minggu. Jadi kaya minggu pertama, pengunjung dari ini ini ini, minggu kedua, ketiga keempat.”

Salah satu hal yang menjadi bagian dari evaluasi adalah statistik

pengunjung. Rumah pintar mengharuskan pengunjungnya mengisi buku daftar

pengunjung sebgai bentuk pantauan dan evaluasi mereka terhadap antusiasme

pengunjung. Buku pengunjung ini nantinya juga kan berguan sebagi bahan

evalusasi mereka. Seperti yang dikatakan oleh Nani:

“Untuk data kita. Bukan absensi namanya, data pengunjung. Dari situ kita bisa tahu grafiknya naik apa turun. Itu kan bisa evaluasi kita.”

Dengan laporan kegiatan ini, dapat menjadi bahan acuan evaluasi bagi

perkembangan kegiatan rumah pintar di masa akan datang. Pada setiap laporan

akan dilaporkan hasil yang telah dicapai serta kendala-kendala yang ada.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 71: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

58

4.3.2.7 Tahap Terminasi (Disengagement)

Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan. Namun, di rumah pintar

sendiri tahap ini tidak terlihat karena rumah pintar merupakan sebuah organisasi

yang selalu berdiri, dan bukan merupakan sebuah proyek yang sewaktu-waktu

berakhir masa kerjanya. Terlihat dari para tutor yang selalu ada untuk memandu

masyarakat. Walaupun pada akhirnya ada yang telah mandiri, namun kadangkala

mereka masih menghubungi tutor untuk mengabarkan perkembangan mereka

sendiri. Tutor juga kadang berinisiatif sendiri untuk menghubungi masyarakat

yang misalnya mungkin tidak pernah datang lagi. Tutor selalu berusaha untuk

memantau perkembangan masyarakat dan menjalin komunikasi yang terus

berlanjut dengan masyarakat. Seperti yang dikatakan Nani:

”Ya kan suka ada nomor telpon. Contact person-nya ada. Jadi dipantau nanti sama tutor-tutor ini. Bu gimana ininya, kadang-kadang nanya gimana kok lama ga ke sini, kenapa? Dijalin komunikasi biar tidak putus.” “Iya kadang-kadang dia sendiri yang sadar.”(menghubungi tutor-pen)

Terlihat di sini bahwa rumah pintar merupakan wadah bagi masyarakat

untuk mengembangkan potensi agar mereka bisa mandiri. Rumah pintar tidak

berusaha memutuskan kontak dengan masyarakat, tapi berusaha memantau

perkembangan masyarakat agar tidak berhenti di tengah jalan namun terus

berlanjut hingga mereka benar-benar bisa mandiri.

4.3.3 Dampak Program Pemberdayaan

4.3.3.1 Hasil

Hasil nyata yang dapat dilihat dari perkembangan rumah pintar adalah dari

hasil program sentra kriya. Dari sentra kriya ini, masyarakat telah bisa membuat

berbagai keperluan rumah tangga seperti menyulam, ataupun menjahit seperti

membuat mukena, bed cover dan juga bordir. Dengan keterampilan ini,

masyarakat dapat menjual hasilnya ataupun dipakai sendiri. Hal ini tentu akan

memberikan peluang kepada masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih

baik lewat hasil kriya yang dihasilkan. Adapun untuk masalah kepandaian anak-

anak, rumah pintar belum bisa melihatkan hasil nyata karena rumah pintar

membantu meningkatkan kepandaian tapi tidak dapat melihat hasilnya di rumah

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 72: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

59

pintar. Hal tersebut lebih terlihat di sekolah mereka masing-masing. Seperti yang

diutarakan oleh Toni dan Nani:

“Hasil yang sudah ada sementara kalau di rumah pintar sini itu sulam pita, ada yg djual ada yang dipakai sendiri. Menjahit. Menjahit itu dari sini ada yang bisa membuat mukena, bed cover, trus tutup aqua itu, bordir. Itu sementara ini dijual ada yang mau ada yang beli kemaren dari ibu kasad II yang tutup itu. Sama bikin mukena dipakai sama orang-orang tutor sendiri, karena untuk menikmati dulu. Rata-rata ibu-ibu sekitar asrama.” (Toni) ”Yang jelas kelihatan ya di sentra kriya, yang paling pokok. Iya yang bisa kelihatan nyata-nyata itu sentra kriya. Kalau masalah kepandaian anak-anak kita kan ga bisa mantau dari sini, harus sekolah. Kalau sentra kriya wujudnya nyata, kelihatan. Seperti Pak Putu (petugas rumah pintar-pen) ini udah berapa mukena ini yang dibordir, kemudian yang pengunjung itu sudah berapa orang yang sudah bisa mandiri.” (Nani)

Rumah pintar Bhara Cendekia 1 telah berhasil membuat beberapa

pengunjung menjadi mandiri lewat pelatihan di sentra kriya. Walaupun belum

mencapai hasil yang besar, tetapi setidaknya masyarakat sudah bisa menikmati

hasil dari ekrja mereka sendiri. Untuk hasil dalam pendidikan, rumah pintar belum

bisa menentukan hasil secara nyata karena mereka tidak memantau perkembangan

pendidikan anak di sekolah.

Berdasarkan pada laporan kegiatan rumah pintar, dari beberapa sentra

terlihat juga bebrapa hasil yabg dicapai, seperti pada sentra baca, pengunjung

mendapat pengetahuan dari buku yang dibacanya di sentra baca sehingga dapat

menambah wawasan dan dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari; para

pengunjung menjadi lebih semangat karena telah ada penambahan buku-buku

baru di setra baca; anak–anak bisa belajar dan mengerjakan tugas sekolah dirumah

pintar karena sudah ada buku penunjang pelajaran sekolah di sentra baca.

Untuk sentra bermain terlihat bahwa anak mulai tumbuh keberanian

bersosialisasi dengan temanya, menambah pengetahuan dan pengalaman anak

dalam bidang motorik yang tidak di dapatkan di rumah dan juga anak-anak

semakin antusias dengan adanya penambahan permainan baru. Di sentra audio

visual sendiri telah tumbuh bakat menggambar, menyanyi, dan menari baik tari

modern maupun tari daerah dari anak–anak yang berkunjung, serta anak-anak

mulai berani tampil di panggung dengan percaya diri.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 73: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

60

4.3.3.2 Kendala

Selama pelaksanaan program pemberdayaan, kendala-kendala tentu masih

ditemui. Walaupun menghadapi berbagai kendala, namun setidaknya hingga

sekarang kendala-kendala tersebut masih bisa diatasi. Seperti yang dikatakan

Nani:

“Kendala saya rasa kendala masih bisa diatasi. Kalau kendala pasti ada tapi masih bisa diatasi.”

Setiap sentra biasanya memiliki kendalanya masing-masing. Menurut Toni,

dengan layanan yang gratis membuat kendala itu pasti ada. Masalah dana karena

rumah pintar Bhara Cendekia 1 dibiayai sendiri dengan anggaran kepolisian

tanapa adanya bantuan. Anggaran dari kepolisian ini berusaha memenuhi segala

kebutuhan yang diperlukan untuk pengoperasionalan rumah pintar. Dana yang

didapat murni dari anggaran kepolisian tanpa bantuan dari pemerintah termasuk

SIKIB. Seperti yang dikatakan oleh Nani:

“Anggarannya masuk dari kepolisian. Ada walaupun tidak tercukupi semuanya kan ya harus kita bisa beri skala prioritas.” “Ga ada. Ya dari POLRI, anggaran POLRI. Dari SIKIB pun tidak ada”

Oleh karena itu untuk masalah dana, setiap rumah pintar tentu mengalaminya.

Seperti yang dikatakan olah Toni:

“Banyak. Kendala itu pasti dari kita. Apalagi ibaratnya kita gratis kan. Kendalanya itu pasti. Masing-masing sentra ada kendalanya masing-masing. Ya contohnya komputer, masyarakat pada ga tahu jadi kita memandu untuk bisa mengetahui apa sie itu komputer dari awal. Dari kriya misalkan masyarakat tu ga tahu sulam pita, kita arahkan. Bu ini lho bu sulam pita tu semacam ini. Ada bukunya bu begini-begini. Dari membaca. Cara mendapat buku, cara membaca buku gimana dan menceritakan kembali hasil yang dibaca bagaimana. Itu kan kendala. Kalau dana kebanyakan semua rumah pintar itu dana.”

Berbagai kendala yang dihadapi rumah pintar sebagian besar masih dapat

mereka atasi. Umumnya kendala berhubungan dengan perawatan barang dan

fasilitas yang ada di rumah pintar. Ada kalanya kendala yang dihadapi

berhubungan dengan kedisiplinan pengunjung. Seperti di sentra baca kurangnya

kesadaran pengunjung dalam menjaga kerapihan koleksi. Terutama bagi

pengunjung anak-anak. Seperti yang dikatakan oleh Yandi:

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 74: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

61

“Kendala hanya mungkin kewalahannya ya itu tadi. Namanya anak-anak kan buku, kadang ga bisa baca buku di. Nanti dirapihin bentar brek rrrrrrr.” (berantakan lagi-pen)

Kendala lain yang dirasakan oleh rumah pintar adalah kurangnya perhatian

pemerintah. Petugas rumah pintar mengeluhkan perhatian pemerintah kota akan

keberadaan rumah pintar amsih sangat minim. Padahal mereka sudah berniat baik

untuk memberikan fasilitas dan kemudahan bagi masyarakat yang masih kesulitan

dalam mendapatkan akses bacaan bagus, komputer, dan meningkatkan potensi diri.

Kendala yang ditemukan dalam pengoperasian Rumah Pintar Bhara

Cendekia 1 ini berdasarkan laporan triwulan kegiatan adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan umum

Dengan banyaknya antusias pengunjung ke Rumah Pintar mengakibatkan

beberapa pengunjung tidak terdaftar di pelayanan umum mereka langsung

menuju ke sentra-sentra.

2. Sentra Baca

a. Kurang adanya kesadaran pengunjung untuk memahami peraturan

yang ada di sentra baca.

b. Ada beberapa pengunjung yang hanya ingin sekedar membaca judul

bukunya saja sehingga mereka tidak fokus dan tidak dapat

menceritakan kembali isi buku tersebut.

3. Sentra Komputer

a. Jalur internet sudah di perbaiki sehingga sudah dapat di pergunakan

oleh para pengunjung

b. Software CD game yang ada sebagian besar sudah mengalami

kerusakan sehingga dalam pemberian pelajaran kepada anak-anak

usia balita/tingkat TK belum bisa secara maksimal.

4. Sentra Kriya.

a. Kurangnya tenaga ahli yang profesional dalam bidang keterampilan.

b. Kurangnya respon dari ibu-ibu untuk menekuni keterampilan di sentra

ini walaupun telah dibuatkan jadwal kegiatan pada setiap minggunya.

5. Sentra Bermain.

a. Anak – anak belum bisa merapikan kembali permainannya setelah

bermain.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 75: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

62

b. Masih ada beberapa pengunjung anak-anak yang tidak berani ditinggal

ibunya.

6. Sentra Audio Visual

Sebagian perlengkapan mengalami kerusakan seperti mix dan CD yang

di gunakan untuk membaca puisi maupun bernyanyi oleh pengunjung

7. Konsultasi Psikologi dan Kesehatan.

Pengunjung masih belum begitu antusias berkonsultasi tentang kesehatan

anak, adanya kemungkinan bahwa pengunjung merasa segan / malu bila

berkonsultasi tentang gizi anaknya jika berkonsultasi dapat dianggap

bahwa anaknya kurang gizi padahal bukan demikian maksudnya bisa saja

anak yang terlalu gemuk juga mengalami gangguan dalam hal gizinya.

4.4 Peran Rumah Pintar dalam Pemberdayaan Masyarakat

Dari awal tujuan utama pendirian utama rumah pintar adalah

pemberdayaan masyarakat, yaitu membantu pemerintah mewujudkan masyarakat

Indonesia yang lebih cerdas dan sejahtera. Berdasarkan tujuannya ini, maka sudah

tentu rumah pintar memiliki peran dalam pemberdayaan masyarakat. Peran rumah

pintar sendiri hanya sebatas sebagai yang mendukung dan membantu. Seperti

yang diungkapkan oleh Toni:

”Lebih condongnya mendukung dan membantu. Kalau menolong kan cuma ibaratnya kalau kita mengasih umpan ya, ini kita mengasih kail. Membantu supaya dia itu berkembang otaknya untuk mengembangkan dirinya sendiri. Mengembangkan potensi pengunjung.” Rumah pintar berperan dalam memandu dan mengarahkan minat

masyarakat. Untuk itu maka rumah pintar hanya berusaha mengarahkan

masyarakat berdasarkan kemauannya tidak dengan membuatkan program khusus

berdasarkan jadwal. Jadi, rumah pintar hanya membantu mereka inginnya ke arah

mana. Hal ini dungkapkan oleh Toni:

”Itu kan kita tujuannya di sini untuk memandu, meningkatkan bakat masyarakat. Pemberdayaan masyarakat. Kalau kita menjadwal mba, kita segi positifnya bagus masyarakat. Segi negatifnya dari kita sendiri yang kewalahan. Iya kalau masyarakat pas ke sini mau berkunjung, iya kan? Kalau ga? Makanya kalau namanya memandu itu masyarakat kemauannya apa. Kita pandu kita arahkan.”

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 76: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

63

Peran rumah pintar sebagai yang membantu dan dan mendukung

pemberdayaan masyarakat tidak menjadikan rumah pintar bertanggung jawab

penuh atas pengembangan bakat masyarakat. Hal ini dikarenakan rumah pintar

bukanlah pemerintah yang memang bertanggungjawab dalam meningkatkan

kecerdasan masyarakatnya. Peran rumah pintar hanya sebagai pendukung dari

pendidikan formal yang dijalani masyarakat. Rumah pintar hanya berusaha

menyediakan fasilitas yang mendukung kegiatan pemberdayaan, dalam rangka

mendukung kegiatan pendidikan formal. Seperti yang dikatakan oleh Nani:

”Yang jelas kalau sebagai tanggung jawab besar mungkin ya dari pendidikan yang formal ya, kalau kita Cuma pendudukung aja. Ya pendukung daripada pendidikan formalnya dia aja. Kalau mungkin ada sebagai bahan referensilah untuk buku-buku segala macam itu kalau sekolahnya dia tidak ada kadang-kadang di sini ada, ya begitu aja. Tapi kalau tanggung jawab penuh ya tidaklah. Wong kita bukan diknas kok.”

Peran rumah pintar dalam pemberdayaan masyarakat tidak lepas dari

peran yang diemban petugas rumah pintar yaitu tutor sebagai agen pemberdaya

masyarakat. Tutor rumah pintar menempatkan dirinya tidak hanya sebagai

pemandu, tetapi juga mengacu pada tugas guru yaitu sebagai penular ilmu kepada

anak didiknya. Seperti yang dikatakan oleh Toni:

”Mengemban banyak fungsi mba. Kita kan satu mengacu ke tugas pokok guru ya. Tutor yaitu sebagai pemandu apa itu, penular ilmu. Pokoknya di situ pembelajaran kita gunakan. Sistem pengajar pembelajar itu kan termasuk pelajar. semuanya kita gunakan. Jadi kita tidak cuma memandu aja. Kalu misalnya ada apa kita kerjakan bareng-bareng.”

Peran tutor rumah pintar sebagai penular ilmu juga tidak lepas dari

pasrtisipasi masyarakat sendiri. Tutor dan masyarakat pengunjung rumah pintar

memiliki hubungan saling mendukung dalam rangka mewujudkan proses

pemberdayaan. Tanpa tutor masyarakat tidak ada yang membantu, dan tanpa

masyarakat pun tutor tidak akan menjadi agen pengubah atau pemberdaya

masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Toni:

”Semua mendukung. Kita tutor kalau ga da masyarakat ga bisa bekerja. Masyarakat ga da tutor ga bisa bekerja juga kan. Saling mendukung kita. Jadi adanya suatu hubungan, simbiosis, saling menguntungkan.”

Dari hasil pengamatan, peran tutor di rumah pintar juga menjaga agar

suasana rumah pintar tetap kondusif dalam melaksanakan program pemberdayaan.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 77: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

64

Tutor juga berfungsi untuk mengarahkan pengunjung pada sentra-sentra yang

sesuai dengan minat dan bakat pengunjung. Dalam menjaga suasana rumah pintar

tetap tenang, tutor berusaha mengarahkan dan memandu pengunjung agar bisa

secara bersama-sama berkesempatan untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di

rumah pintar. Menjaga suasana seperti dengan mengatur pengunjung agar tidak

berebutan dan menganggu ketenangan pengunjung lain.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 78: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

65 Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di Rumah Pintar Bhara

Cendekia 1 merupakan kegiatan yang berbasiskan pendidikan, mencakup pada

kegiatan pembelajaran non formal yang diwujudkan dengan memberikan layanan

berupa tujuh sentra yaitu: sentra baca, sentra audio visual, sentra bermain, sentra

komputer, sentra kriya, sentra psikologi dan konsultasi kesehatan, serta sentra

outbond. Pemberdayaan masyarakat di rumah pintar ini mengutamakan

proses/mekanisme pembelajaran dengan berusaha mengembangkan kecakapan-

kecakapan dasar yang dimiliki masyarakat. Mekanisme pembelajaran ini

mencakup pada program tutorial dan adanya sistem sentra.

Proses pemberdayaan masyarakat di Rumah Pintar Bhara Cendekia 1,

yaitu: tahap persiapan yaitu tahap mempersiapkan pendirian rumah pintar dan

mempersiapkan tenaga atau tutor sebagai petugas rumah pintar; tahap pengkajian

yaitu mengkaji karakteristik wilayah dan kebutuhan masyarakat setempat agar

rumah pintar dapat menghadirkan layanan yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat; tahap perencanaan alternatif program yaitu tahap penentuan layanan

dan kegiatan yang akan dilaksanakan di rumah pintar; tahap pemformulasian

rencana aksi yaitu tahap membentuk rencana kerja setiap tahunnya; tahap

pelaksanaan program atau kegiatan yaitu tahap setiap pengunjung dapat memilih

sendiri mereka lebih minat pada kegiatan yang mana atau lebih tertarik pada

kegiatan di sentra yang mana; tahap evaluasi dengan rutin membuat laporan

kegiatan dan meninjau ulang hasilnya agar di kemudian hari dapat ditingkatkan

lebih baik lagi; tahap terminasi yaitu tahap pemutusan hubungan, tidak terlihat

adanya pelaksanaan tahap ini. Hal ini dikarenakan tutor rumah pintar selalu ada

untuk membandu masyarakat dan juga rumah pintar bukan merupakan proyek

yang memiliki jangka waktu tetapi merupakan sebuah organisasi yang selalu ada.

Peran rumah pintar Bhara Cendekia 1 dalam pemberdayaan masyarakat

adalah sebagai yang mendukung dan membantu masyarakat dalam meningkatkan

potensi. Hal ini terlihat dari metode pembelajarannya, yaitu dengan menyediakan

fasilitas dalam kegiatan pemberdayaan dalam rangka mendukung pendidikan

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 79: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Universitas Indonesia

66

formal masyarakat. Rumah pintar bukan bertanggungjawab melainkan hanya

menyediakan sarana pendukung dan penunjang pendidikan. Tutor di rumah pintar

pun bertindak sebagai pemandu yang akan mengarahkan potensi masyarakat.

Antara tutor dan masyarakat terdapat hubungan yang saling mendukung.

5.2 Saran

1. Rumah pintar Bhara Cendekia 1 hendaknya:

• Lebih giat lagi mensosialisasikan keberadaan rumah pintar kepada

masyarakat dengan lebih memperkenalkan fasilitas dan layanan apa saja

yang diberikan oleh rumah pintar, agar masyarakat menyadari bahwa

rumah pintar ada untuk membantu mereka.

• Lebih aktif lagi dalam meningkatkan perannya dalam memberdayakan

potensi masyarakat. Inisiatif dan tanggung jawabnya lebih ditingkatkan

dalam rangka membantu masyarakat mengembangkan potensi diri agar

hasilnya benar-benar terlihat nyata.

• Meningkatkan layanan dan progam yang diberikan pada masyarakat,

dengan menghadirkan kegiatan-kegiatan baru yang lebih menarik agar

pengunjung merasakan dengan baik manfaat rumah pintar bagi

peningkatan kualitas hidup mereka.

2. Pelatihan di rumah pintar Bhara Cendekia 1 lebih diarahkan lagi, agar hasil

yang dicapai dapat dikelola dengan baik. Misalnya pada pelatihan di sentra

kriya, hasil yang kreasi yang dihasilkan masyarakat dapat dikelola secara lebih

teratur sehingga manfaatnya dapat dirasakan masyarakat itu sendiri.

3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan dan mendukung lagi keberadaan

perpustakaan komunitas seperti Rumah Pintar Bhara Cendekia 1, yang secara

tidak langsung telah ikut membantu menyukseskan tujuan pendidikan nasional

yatiu mencerdaskan bangsa.

4. Masyarakat hendaknya mau ikut bekerjasama dan berpartisipasi aktif dalam

menyukseskan kegiatan pemberdayaan masyarakat di rumah pintar Bhara

Cendekia 1, karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang sebenarnya

diperuntukkan bagi masyarakat serta dibutuhkan dan sangat berguna bagi

masyarakat itu sendiri.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 80: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

67 Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas: Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis.

Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2003.

---------------. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial.

Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002.

Al Hakam. Tanggung Jawab Masyarakat terhadap Perpustakaan: Membangun

Perpustakaan Berbasis Komunitas. Februari 2010.

http://alhakamidium.wordpress.com/2010/02/02/tanggung-jawab-masyarakat-

terhadap-perpustakaan-membangun-perpustakaan-berbasis-komunitas/

(diakses tanggal 25 Februari 2010).

Bondar, Adin. “Perpustakaan dalam Upaya Mengentaskan Kesenjangan Informasi

Masyarakat.” Visi Pustaka 5:2 (Desember 2003): 11-14.

Cahyono, Sunit Agus Tri. “Manajemen Pemberdayaan sebagai Program dan

Proses Problem Solving Kesejahteraan Sosial.” Media Informasi Penelitian

Kesejahteraan Sosial 31:192 (2007): 322-341.

Dent, Valeda dan Lauren Yannotta. ”A Rural Community Library in Africa:A

Study of its Use and Users.” Libri 55 (2005): 39-55

Fellin, Philip. The Community and the Social Worker. USA: Thomson Learning,

2001.

Hasan, Engking Soewarman. “Strategi Menciptakan Manusia yang Bersumber

Data Unggul.” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 8:39 (November 2002):

862-874.

Ife, Jim. Community Development: Creating Community Alternatives – Vision,

Analysis and Practice. Australia: Longman Australia, 1995.

Irawan, Prasetya. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.

Depok: Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI, 2007.

Iriantara, Yosal. Community Relations: Konsep dan Aplikasinya. Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2004.

Kartasasmita, Ginandjar. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan

yang Berakar pada Masyarakat. Surabaya: Bappenas, 1997.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 81: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

---------------. Power dan Empowerment: Sebuah Telaah Mengenai Konsep

Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Bappenas, 1996.

Kontjaraningrat. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. 1993.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda

Karya, 2002.

Patton, Michael Quinn. Metode Evaluasi Kualitatif. Penej. Budi Puspo Priyadi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006

Pendit, Putu Laxman. Mata Membaca Kata Bersama. Jakarta: Cita Karyakarsa

Mandiri, 2007.

---------------. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informai: Sebuah Pengantar

Diskusi Epistemologi dan Metodologi. Jakarta: JIP-FS UI, 2003.

Perkins, Douglas D. Dan Marc A. Zimmerman. “Empowerment Theory, Research,

and Application.” American Journal of Community Psychology 23:5 (Oct

1995): 569-579

http://www.people.vanderbilt.edu/~douglas.d.perkins/empintro.proquest.pdf

(diakses tanggal 26 Maret 2010)

Pranarka, A.M.W. dan Vidhyandika Moeljarto. “Pemberdayaan (Empowerment).”

Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan, dan Implementasi. Ed. Prijono, Onny S.

dan A.M.W. Pranarka. Jakarta: CSIS, 1996. 44-70.

Prijono, Onny S. dan A.M.W. Pranarka, ed. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan,

dan Implementasi. Jakarta: CSIS, 1996.

Saputra, Gani Gaos. “Peran Perpustakaan Nasional RI dalam Memasyarakatkan

Perpustakaan sebagai Sarana Mewujudkan Masyarakat Sadar Informasi.” Visi

Pustaka 9:3 (Desember 2007): 38-47.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Penerbit Alfabeta, 2010.

Satpathy, Kumar. Community Information Service (CIS) Through Public

Libraries: A Realistic Approach.

http://eprints.rclis.org/7721/1/community_information_service_%28cis%29_t

hrough_public_libraries_a_realistic_approach.pdf (diakses tanggal 29 Maret

2010).

68

Universitas Indonesia

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 82: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

Sevilla, Consuelo, et al. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit UI-Press.

1993.

Siregar, A Ridwan. Memberdayakan Masyarakat melalui Perpustakaan: Suatu

Tinjauan tentang Perpustakaan Umum. Medan: USU, 1998.

Siregar, A Ridwan. Peran Perpustakaan Umum dalam Pemberdayaan

MAsyarakat. Medan: USU, 2008.

Sulistyo-Basuki. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra bekerja

sama dengan FIB UI. 2006.

---------------. Pengantar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Jakarta: 2005.

Sutarno Ns. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: CV. Sagung Seto. 2006.

Stueart, Robert D. dan Barbara B. Moran. Library and Information Center

Management. 6th ed. Colorado: Libraries Unlimited. 2002

Tampubolon, Mangatas. “Pendidikan, Pola Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemberdayaan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Sesuai Tuntutan

Otonomi Daerah.” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 7:32 (November

2001): 665-687.

Wardhani, Eka. “Perpustakaan sebagai Tempat Pembelajaran Seumur Hidup (Life

Long Learning).” Visi Pustaka 9:1 (April 2007): 18-24.

69

Universitas Indonesia

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 83: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

LAMPIRAN

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 84: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

71

LAMPIRAN 1

70 Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 85: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

71

LAMPIRAN 2

STRUKTUR ORGANISASI RUMAH PINTAR BHARA CENDEKIA 1

KA RUMPINT

1 ORANG

WAKA RUMPINT

1 ORANG

YANUM ADMINISTRASI

SENTRA AUDIO VISUAL

SENTRA BACA

SENTRA BERMAIN

SENTRA KOMPUTER

SENTRA KRIYA

OUT BOUND

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 86: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

72

LAMPIRAN 3

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

1. Dasar pendirian rumah pintar

1. Latar belakang pendirian

2. Penggagas awal kemunculan rumah pintar

3. Mengapa memakai nama rumah pintar

4. Tujuan didirikannya rumah pintar

5. Apa tujuan utama dari awal berdirinya rumah pintar (Visi dan misi

yang ingin dicapai)

2. Program Rumah Pintar

1. Program rumah pintar dan pemberdayaan masyarakat

2. Apa saja bentuk program pemberdayaan masyarakat di rumah

pintar

3. Sasaran utama program pemberdayaan di rumah pintar

4. Pemberdayaan masyarakat seperti apa yang diterapkan di rumah

pintar

5. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan di rumah pintar

6. Bagaimana perkembangan program dari mulai berdiri hingga

sekarang

7. Tanggung jawab utama dalam keberlangsungan program

pemberdayaan masyarakat di rumah pintar

8. Siapa saja yang berperan aktif dalam program pemberdayaan

masyarakat di rumah pintar

9. Peran rumah pintar dalam pemberdayaan masyarakat

10. Apa kendala yang dihadapi selama ini

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 87: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

73

LAMPIRAN 4

FOTO-FOTO KEGIATAN RUMAH PINTAR BHARA CENDEKIA 1

Gambar 1. Kegiatan di Sentra Baca

Gb 1.1: Anak-anak membaca bahan bacaan yang disediakan oleh Rumah Pintar di sentra baca Gb 1.2: Tutor menjalankan perannya dengan memandu dan membantu anak-anak membaca

Gambar 2. Kegiatan di Sentra Bermain

Gb 2.1: Tutor ikut bermain bermain bersama anak-anak dengan mengarahkan dan mengembangkan kemampuan mereka di sentra bermain. Orang tua pun tetap mendampingi anak.

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 88: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

74

Universitas Indonesia

Gb 2.2: Anak-anak memainkan permainan edukatif di sentra bermain

Gambar 3. Kegiatan di Sentra Out Bond

Gb 3.1 Anak-anak melatih ketangkasan di sentra outbond dengan dipandu dan diawasi tutor Gb 3.2: Anak-anak belajar sportivitas di sentra outbond

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 89: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

75

Universitas Indonesia

Gambar 4. Kegiatan di Sentra Kriya Gb 4.1 Ibu-ibu belajar menyulam di sentra kriya dipandu oleh tutor Gb 4.2 Tutor membantu dan mengajarkan keterampilan kriya Gb 4.3 Ibu-ibu belajar menyulam dan menjahit

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 90: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

76

Universitas Indonesia

Gambar 5. Kegiatan di Sentra Audio Visual Gb 5.1: Anak-anak menggambar dan mewarnai di sentra audio visual Gb 5.2 Belajar menari di sentra audio visual

Gb 5.3 Menonton film bersama di sentra audio visual

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010

Page 91: RB13D469p-Peran perpustakaan.pdf

77

Universitas Indonesia

Gambar 6. Kegiatan di Sentra Komputer Gb 6.1 Anak-anak dapat mengembangkan kemampuan teknologi di sentra komputer Gb 6.2: Tutor mengarahkan dan memandu dalam mengembangkan kemampuan teknologi

Peran perpustakaan..., Dwi Diona Septia, FIB ui, 2010