universitas indonesia sejarah perpustakaan …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-s1489-sejarah...

58
UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN PENJARA DI INDONESIA PERIODE 1917-1964 SKRIPSI DINI 0705130133 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DEPOK 2011 Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Upload: trandieu

Post on 07-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

i Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

SEJARAH PERPUSTAKAAN PENJARA DI INDONESIA PERIODE 1917-1964

SKRIPSI

DINI

0705130133

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYAPROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

DEPOK2011

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

i Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

SEJARAH PERPUSTAKAAN PENJARA DI INDONESIA PERIODE 1917-1964

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

DINI

0705130133

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYAPROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

DEPOK2011

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

iv Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH

Rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT serta Rasulullah SAW tercinta,

yang telah memberikan penulis kekuatan dan kesabaran dalam menjalani kehidupan ini

terutama kehidupan di kampus. Para dosen terkasih yang dengan ikhlas memberikan ilmunya,

dengan cinta yang memberikan nasehat kehidupan untuk penulis. Ada cerita indah yang

dirajut antara dosen dengan saya yakni toleransi.

Untuk Mami (Alm) dan Abah yang mulia telah mengasuh saya dengan kasih sayang

dan penuh cinta. Mereka berdua selalu mengingatkan saya bahwasanya ‘Hidup adalah tempat

kau berkarya untuk akhirat kelak’. Untuk kedua kakak terbaik di dunia, Ceu Neneng dan Ce

Eli yang selalu menyemangati dan mengingatkan saya tentang impian besar kami, ‘Pergi Haji

Sekeluarga’.

Untuk Silvy ‘Cipy’ Riana Putri, sahabat terkasih yang bersedia begadang bersama

demi mengedit tulisanku. Adik, Rani Yumita yang rela mengorbankan hari-harinya ke

Perpustakaan Nasional, ANRI hingga Departemen Kehakiman. ‘Rahasiamu aman denganku,

dek’, hehe. Febi Sugiarti, sahabat yang penuh pengertian yang rela meninggalkan urusannya

di kantor demi menyemangati di ‘masa’ itu, Ellien Trias Puspita, dan Danies sahabat

perjuangan dalam menunaikan janji ke orang tua, Lulus! Sahabat yang lainnya terima kasih

atas semangatnya berupa pertanyaaan, “kapan lulus, din?semangat..kamu pasti bisa!”,

sungguh itu sangat membantu.

Selanjutnya, sahabat di ANRI (Bu Mira, Bu Hapsari, Mbak Ola, Mba Indri,dll) yakni

orang-orang yang membantu penulis menerjemahkan bahasa Belanda, bongkar arsip-arsip

hingga memberikan masukan yang berharga. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan yang

bersedia penulis ‘kacaukan’ di setiap unit kerja demi menemukan catatan berharga, Ibu

Helmina yang baik yang telah dengan senang hati dibuat repot oleh penulis. Pak Adi Sujatno,

inspirasi saya dalam berkarya sekaligus guru kehidupan yang mengajarkan kebijaksanaan

melalui pengalaman-pengalaman hidup beliau.

Kemudian, keluarga saya yang lain, Babe (Dedi Abdurrahman Saleh), Nyak (Jona

Widagdho Putri), Adik pertama (Ranny Surya Maharnis), Adik kedua (Adinda Bunga) yang

selalu mewarnai hidup saya belakangan ini dengan nyanyian keluarga, ‘Jai Ho’, wisata

kuliner dan kerja! Mengenal mereka sungguh anugerah yang besar. Alhamdulillah.

Akhir kata, terima kasih kepada semesta yang selalu memberikan saya inspirasi dan

harapan. Karya ini saya persembahkan untuk dunia ilmu perpustakaan.

Depok, Mei 2011

Penulis

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

vi Universitas Indonesia

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

vii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : DiniProgram Studi : Ilmu Perpustakaan dan InformasiJudul : Sejarah Perpustakaan Penjara di Indonesia Periode 1917-1964

Skripsi ini membahas mengenai sejarah berdirinya perpustakaan penjara di Indonesia periode1917-1964 dengan dilatarbelakangi keluarnya Staatsblad 1917 pasal 113 yang mengaturkeberadaan perpustakaan di penjara. Tujuan penelitian ini untuk memberikan gambarantentang rangkaian peristiwa dan gagasan tentang pendirian dan perkembangan perpustakaanpenjara di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah (historiografiperpustakaan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perpustakaan penjara pertama diIndonesia diperkirakan adalah Penjara Semarang, Penjara Sukamiskin, Penjara Tangerangyang saat itu memuat narapidana dari kalangan Eropa serta kalangan Intelektual. Tokohyang mengembangkan perpustakaan penjara di Indonesia yakni Mr. H.M Hijmans, Mr.Roesbandi, Soekarno, M. Hatta, Sjahrir, dan Pramoedya Ananta Toer. Perubahan SistemKepenjaraan menjadi Sistem Pemasyarakatan membuat perpustakaan menjadi bagian yangpenting dalam pembinaan para narapidana.

Kata kunci: sejarah perpustakaan, perpustakaan penjara,penjara, staatsblad 1917.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

viii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : DiniStudy Program: Library Science and InformationTitle : The History of Prison Library in Indonesia 1917-1964 Period

This undergraduate thesis discusses the history of the prison library in Indonesia theperiod 1917-1964 concerning the Staatsblad 1917 Article 113 that governs the presence oflibrary in the prison. The purpose of this study to provide an overview of the series ofevents and ideas on the establishment and development of prison libraries in Indonesia.This study uses historical research method (library historiography).The results of this studyindicate that the first prison library in Indonesia is the Library at Prison of Semarang, Prisonof Sukamiskin, Prison of Tangerang which at the time imprison convicted criminalfrom Europe and among the intellectual circles. Figures who developed the prison library inIndonesia are Mr. H.M Hijmans, Mr. Roesbandi, Soekarno, M.Hatta, Sjahrir, and PramoedyaAnanta Toer. The changes of system from "Sistem Kepenjaraan" into "LembagaPemasyarakatan" has a significant role in making Library important for prisoners educationand development.

Keyword : library history, prison library, prison, staatsblad 1917

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

ix Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ............. iSURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...................................... ... ............. iiHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ............. iiiLEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ............. ivKATA PENGANTAR………………………………………………………..................... vLEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……………..................... viABSTRAK .…………………………………………………………………....... ............. viiABSTRACT ........................................................................................................ ............. viiiDAFTAR ISI ……………………………………………………………………............... xDAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ............. xi1. PENDAHULUAN ………………………………………….......................................... 11.1 Latar Belakang …………………………………………….......................................... 11.2 Perumusan Masalah …………………………………………………........................... 41.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………........................... 51.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………........................ 51.5 Metode Penelitian ……………………………………………………......................... 62. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………......................... 72.1 Penjara atau Lembaga Pemasyarakatan ………………………………………............. 82.2 Sejarah Penjara di Indonesia...................……………………………………. ............. 92.3 Perpustakaan Khusus.................................................................…………….. ............. 122.4 Perpustakaan Penjara atau Lembaga Pemasyarakatan ………………………............. 132.5 Sejarah perpustakaan di Berbagai Negara.................... ……………………................ 163. METODE PENELITIAN ………………………………….......................................... 203.1 Prosedur Penelitian.......................................................................................... ............. 213.2 Subjek dan Objek Penelitian............................................................................ ............. 223.3 Ancangan Ilmu Dalam Menganalisis Data...................................................... ............. 224. PEMBAHASAN................................................................................................ ............. 254.1 Konsep Lahirnya Perpustakaan Penjara di Indonesia...................................... ............. 254.1.1 Tahun 1917.................................................................................................. ............. 274.1.2 Tahun 1920.................................................................................................. ............. 294.1.3 Tahun 1930................................................................................................... ............. 314.1.4 Tahun 1945................................................................................................... ............. 334.1.5 Tahun 1950................................................................................................... ............. 344.1.6 Tahun 1960................................................................................................... ............. 365. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... .............40DAFTAR REFERENSI................................................................................ ....... ............. 41

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

x Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Edaran tentang Bacaan untuk Orang-Orang Terpenjara............. .............44

Lampiran 2 Surat Edaran tentang Pemasyarakatan Sebagai Proses ……………….............48

Lampiran 3 Surat Edaran tentang Buku-Buku Perpustakaan Narapidana............... .............52

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perpustakaan penjara di Indonesia dibangun berdasarkan pada kebijakan

pemerintah Hindia Belanda yang tertuang dalam Staatsblad van Nederlandsch-

Indie 1917, No. 708, 113

(1). De Directeur van Justitie bepaalt in welke gevangenissen ten behoeve van de

gevangenen een boekerij zal worden aangeled.

(2). Binnen de grenzen der daarvoor toegestane fondsen verricht hij het noodige

voor de aansschaffing van nieuwe boekwerken en tijdschriften.

(3). In de huishoudelijke reglementen der gevangenissen worden voorschriften

opgenomen voor het beheer der boekerijen en het ter lezing geven van boeken aan

de gevangenen.

Dalam terjemahannya sebagai berikut :

1. Direktur Justisi menentukan di penjara mana harus diadakan perpustakaan

untuk orang-orang terpenjara.

2. Dalam batas anggaran yang sudah diizinkan untuk hal itu, Direktur Justisi

mengatur pembelian buku-buku dan majalah-majalah baru.

3. Dalam anggaran rumah tangga penjara harus dicantumkan aturan tentang

mengurus perpustakaan dan hal meminjamkan buku-buku pada orang-

orang terpenjara

Hukum Belanda sudah mengatur aspek kehidupan termasuk bidang

perpustakaan, khususnya perpustakaan penjara sudah ada sejak zaman

pemerintahan Hindia Belanda (1872-1945).

Peraturan inilah yang kemudian menjadi landasan hukum dalam

mewujudkan perpustakaan di setiap penjara. Buku-buku yang tersimpan dalam

perpustakaan akan dapat mengalihkan suasana yang jenuh dan membosankan

serta dapat memperbaiki sifat dan meningkatkan daya pikir dan moral para

narapidana.(Watson, 1951:9)

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

2 Universitas Indonesia

Keberadaan perpustakaan bisa menjadi upaya pengobatan bagi narapidana dari

rasa frustasi akibat rasa terisolasi dari dunia luar. Akan tetapi, dalam

kenyataannya perpustakaan penjara di Indonesia masih belum memadai dalam

jumlah maupun bahannya (Soemadipraja,1979:13). Sayangnya, tidak hanya

kuantitas perpustakaan yang belum memadai,informasi mengenai kapan

perpustakaan penjara pertama kali didirikan hingga saat ini belum diketahui.

Walaupun reglemen (peraturan) penjara tahun 1917 telah menyebutkan keharusan

hadirnya perpustakaan di sebuah penjara.

Salah satu pernyataan yang paling lengkap mengenai perpustakaan

penjara, yakni oleh Charles Perrine. Dia mempromosikan konsep perpustakaan

penjara sebagai pusat penyebaran pembelajaran di bawah pengawasan dari

pustakawan profesional. Perrine percaya bahwa perpustakaan dalam institusi

penjara seharusnya mengandung pusat pembelajaran bagi para narapidana yang

berada dalam tembok penjara (Perrine,1955:249).

Perpustakaan mempunyai fungsi sebagai sarana yang berdaya guna

memberikan nilai tambah. Artinya perpustakaan penjara bisa menjadi sarana

untuk program pendidikan, rekreasi sekaligus pembinaan. Maka perpustakaan

tidak saja memerlukan bahan-bahan yang harus sesuai dengan apa yang

dibutuhkan, tetapi juga pengelolaan yang profesional. Pengelola harus mampu

menumbuhkan minat baca bagi para narapidana melalui pelayanan yang

dilakukannya atau menumbuhkan daya tarik narapidana untuk mengunjungi

perpustakaan (Ginting, 1991:4-5). Dengan demikian diharapkan perpustakaan

tersebut dapat memberikan pengetahuan terutama tentang hukum bagi para

narapidana yang ada di penjara. Dengan pengetahuan tersebut, bila kelak kembali

ke masyarakat, mereka sedikit banyaknya sudah mempunyai bekal hukum yang

diharapkan dapat mengekang perbuatannya. Mereka sudah mengetahui antara hak

dan kewajiban agar tidak kembali mengulangi tindak kejahatan atau menjadi

residivis.

Pentingnya fungsi perpustakaan penjara cukup menarik untuk kita

mengetahui sejarah berdirinya perpustakaan penjara pertama di Indonesia. Melalui

sejarah kita dapat mengetahui latar belakang serta filosofis didirikannya

perpustakaan penjara, faktor penghambat dan pendukung yang ditemukan

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

3 Universitas Indonesia

sepanjang perjalanan perpustakaan penjara. Data historis tersebut bisa dijadikan

pembelajaran bahkan perencanaan untuk pengembangan perpustakaan penjara di

masa yang akan datang. Penelitian perpustakaan penjara dengan perspektif sejarah

dapat memberikan kontribusi yang spesifik demi kemajuan kepustakawanan. Hal

ini diperkuat oleh Busha dan Harter yang mengatakan bahwa

“ historical research can contribute to the body of knowledge about

librarianship; it can increase our understanding of how, when, and why past

events occured; and it can expand our appreciation of the significance of these

events” (Busha & Harter, 1980:92)

Lebih lanjut lagi, manfaat penelitian sejarah yakni memahami dengan jelas

awal definisi dan fungsi dari pepustakaan serta memberikan kontribusi untuk

peningkatan komunikasi di antara perpustakaan (Harris, 1971:1). Dengan

mengetahui kapan berdirinya perpustakaan penjara dan hal yang

melatarbelakanginya bukan hal yang tidak mungkin jika perpustakaan penjara

akan berkembang dan maju seperti negara-negara lain.

Dengan berada di penjara bukan berarti membuat seseorang menjadi tidak

bermanfaat (baca: tidak produktif). Bahkan banyak tokoh di dunia ini maupun di

Indonesia yang dapat berkarya ketika berada di penjara walau dalam keadaan

yang terisolasi dari masyarakat luar. Perpustakaan penjara adalah awal dari

lahirnya karya besar tokoh-tokoh tersebut.

Nama-nama seperti Walter Raleigh yang dipenjarakan di Tower of

London telah menulis buku History of the World. John Bunyan yang dipenjarakan

di Bedford Gaol menulis buku Pilgrim’s Progress. Demikian juga William Penn

dan George Fox, masing-masing terkenal dengan bukunya No Cross, No Crown

dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia, Buya Hamka

dalam tahanan pada masa revolusi telah menulis Tafsir Al Azhar. Aladin Banuali,

bekas penjahat telah menulis novel berjudul Pasrah selama dalam penjara. Kini

novel itu dimuat dalam bersambung di koran mingguan Singgalang

(Soemadipraja, 1979:13-14).

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

4 Universitas Indonesia

Sejak abad ke-19 perpustakaan penjara baik di Inggris maupun di Amerika

Serikat sudah ada, meskipun jumlahnya masih sedikit. Di Inggris, Elizabeth Fry,

pada tahun 1812 telah mulai merintis mewujudkan perpustakaan penjara. Ia

membentuk organisasi yang bernama “The New Gate Association”. Tujuannya

untuk memberikan kesejahteraan dan pendidikan kepada narapidana. Elizabeth

Fry (21 May 1780 – 12 October 1845) adalah English prison reformer, social

reformer dan sebagai a Quaker, a Christian philanthropist. Dia biasa disebut

"angel of prisons". Fry juga yang mendukung peraturan baru untuk

memperlakukan narapidana lebih manusiawi. Elizabeth Fry menulis buku Prisons

in Scotland and the North of England bahwa dia seringkali tinggal semalaman di

beberapa penjara hanya untuk melihat bagaimana kondisi para narapidana sehari-

hari. Di Tahun 1817, Fry mendirikan The Association for the Reformation of the

Female Prisoners in Newgate. Hal inilah yang kemudian lahirnya komunitas yang

tergabung dalam The British Ladies' Society for Promoting the Reformation of

Female Prisoners. Banyak sejarawan yang menyebut Fry sebagai wanita Inggris

pertama yang bergerak dalam organisasi wanita di Inggris.

Begitu pula dengan perpustakaan penjara di Amerika Serikat, ketika

Charles Dickens mengunjungi penjara Philadelphia pada tahun 1842. Ia melihat

narapidana banyak membaca kitab suci dan bacaan lainnya. Ia juga ikut serta

dalam pengembangan perpustakaan penjara di Amerika.

Winston Churchill, negarawan Inggris, pada tahun 1911 membentuk

sebuah badan yang bernama Departemental Comittee on The Supply of Books to

Prisons yang bertugas untuk memberikan bantuan penyediaan buku bacaan ke

setiap penjara di Inggris. Melihat kisah di atas, penulis berharap dalam penelitian

ini dapat mengetahui apakah di Indonesia khususnya di tahun-tahun setelah

lahirnya peraturan tentang perpustakaan penjara terdapat tokoh-tokoh atau

lembaga yang membantu dalam pengembangan perpustakaan penjara.

Tidak hanya membentuk sebuah komite, Inggris dan di Amerika Serikat

pun mengeluarkan buku yang berjudul Prison Library Handbook pada tahun

1932, yaitu sebagai pedoman standar untuk perpustakaan penjara yang dihasilkan

atas kerjasama antara ALA (American Library Association) dan APA (American

Prison Association). Di tahun sebelumnya, ALA justru telah menerbitkan ALA’s

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

5 Universitas Indonesia

Manual for Institution Libraries. Kemudian di tahun 1943 The Executive Comittee

of the American Prison juga mengeluarkan buku Objectives and Standards for

Libraries on Adult Prisons and Reformatories. Melihat dari tahun 1915 hingga

tahun 1940 dapat dikatakan terjadi perubahan yang mencolok dalam upaya

pengembangan perpustakaan-perpustakaan penjara baik di Inggris dan Amerika.

Berbeda dengan jenis perpustakaan lainnya yang memiliki organisasi

untuk pustakawannya, seminar dan workshop yang rutin diselenggarakan serta

penelitian-penelitian yang membuat berkembangnya perpustakaan tersebut.

Dalam perpustakaan penjara, hal yang penulis kemukakan sebelumnya hingga

saat ini belum pernah ada, baik organisasi yang mewadahi pustakawannya

maupun seminar atau workshop yang membahas mengenai topik tersebut.

Kalaupun ada, itu diselenggarakan di Amerika Serikat dan Inggris.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah penelitian mengenai sejarah perpustakaan penjara di Indonesia

periode 1917—1964. Fokus pada gagasan pendirian perpustakaan penjara di

Indonesia dengan diawali dengan tahun 1917, yakni keluarnya peraturan

mengenai perpustakaan di penjara sehingga menjadi cikal bakal hadirnya

perpustakaan. Tahun 1964 sebagai batasan akhir lingkup tahun penelitian karena

pada tahun tersebut terjadi peristiwa yang besar, yakni berubahnya sistem

kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan yang memberi dampak pada

perpustakaan penjara sebagai bagian dari pembinaan dari sistem pemasyarakatan.

Selain itu, di tahun tersebut pula berubahnya nama ‘Penjara’ menjadi ‘Lembaga

Pemasyarakatan’.

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang

rangkaian peristiwa dan gagasan tentang pendirian dan perkembangan

perpustakaan penjara di Indonesia sejak dikeluarkan Staatsblad van

Nederlandsch-Indie pada tahun 1917 hingga tahun 1964. Penelitian ini

diharapkan dapat diketahui :

1. Perpustakaan penjara pertama di Indonesia.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

6 Universitas Indonesia

2. Tokoh-tokoh yang mengembangkan perpustakaan penjara di

Indonesia.

3. Buku pedoman khusus yang mengatur tentang perpustakaan penjara

seperti halnya di Inggris dan Amerika Serikat.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian sejarah adalah membuat sintesa dan generalisasi dari

rekonstruksi masa lampau yang tidak hanya akan menciptakan ulang masa lampau

tapi juga dapat memberikan bantuan untuk memahami masa sekarang (Busha:

94). Selain itu sejarah perpustakaan mengajari pustakawan untuk memahami

dengan baik masa kini dan lebih efektif untuk memenuhi kewajiban sosial mereka

(Powell, 1997:166).

Penelitian ini mempunyai manfaat :

1. Untuk menggambarkan sejarah berdirinya perpustakaan penjara mulai

dari dikeluarkannya Staatsblad van Nederlandsch-Indie tahun 1917

hingga 1964.

2. Untuk memperkaya kajian sejarah perpustakaan di Indonesia,

khususnya mengenai perpustakaan penjara.

3. Sebagai sumbangan untuk historiografi perpustakaan di Indonesia.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian sejarah. Library Historiography dalam Encyclopedia of Library and

Information Science menyebutkan,

“..A systematic body of principles and rules designed to aid effectively in

gathering the source-materials of history, appraising them critically and

presenting a synthesis (generally in written form) of the results achieved. More

briefly, it may be defined as “a system of right procedure for the attainment of

[historical] truth.( Krzys, 1980:298)

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

7 Universitas Indonesia

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

1. Studi literatur sumber-sumber primer dan sekunder yang dapat diperoleh

sesuai dengan objek penelitian.

2. Wawancara untuk melengkapi data yang diperoleh dari sumber tertulis.

Subjek dari penelitian ini adalah sejarah perpustakaan. Objek materinya

adalah sejarah berdirinya perpustakaan penjara di Indonesia sejak munculnya

Staatsblad Tahun 1917 No. 708 sampai beralihnya sistem kepenjaraan menjadi

sistem pemasyarakatan di tahun 1964.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

8 Universitas Indonesia

BAB 2

Tinjauan Pustaka Sulistyo Basuki dalam Periodisasi Perpustakaan Indonesia (1994)

memaparkan dengan teliti dan lengkap mengenai sejarah perpustakaan umum

maupun perpustakaan khusus. Berkat penelitiannya diketahui latar belakang

berdirinya perpustakaan dan peranannya di masyarakat. Setelah diketahui sejarah

berdirinya perpustakaan para praktisi perpustakaan pun menjadi mudah dalam

menentukan kebijakan dan strategi dalam pengembangannya.

Kini, dapat dirasakan baik perpustakaan umum, perpustakaan sekolah

maupun perpustakaan khusus lainnya berlomba-lomba dalam memberikan

pelayanan yang terbaik. Tidak hanya koleksi yang memadai, gedung yang

menarik serta teknologi yang tinggi juga tersedia dalam perpustakaan-

perpustakaan tersebut. Dengan demikian, mengetahui sejarah berdirinya sebuah

perpustakaan sangatlah penting. Sebab bisa menentukan keberadaan serta

fungsinya di masa yang kini juga yang akan datang.

Dalam penelitian sebelumnya mengenai perpustakaan penjara, belum ada

yang menyebutkan tentang kapan berdirinya perpustakaan penjara di Indonesia.

Selain itu, penulis pun belum menemukan dalam buku ataupun artikel

perpustakaan yang memaparkan sejarah perpustakaan penjara di Indonesia. Dalam

penelitian M. Abdurrahman (1987) tentang Pengelolaan Perpustakaan Lembaga

pemasyarakatan: Dua Kasus Perpustakaan di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang

Jakarta dan Tangerang disebutkan mengenai Staatsblad van Nederlandsch-Indie

tahun 1917 No. 708, pasal 113. Pasal tersebut mengatur tentang pengadaan

perpustakaan penjara, anggaran untuk perpustakaan hingga koleksi buku dan

majalah yang harus ada di perpustakaan penjara. Munculnya peraturan tersebut

menandakan lahirnya perpustakaan penjara pertama di Indonesia.

2.1 Penjara atau Lembaga Pemasyarakatan

Mengingat penelitian penulis adalah sejarah perpustakaan penjara periode

1917-1964, saat itu kata ‘lembaga pemasyarakatan’ ataupun ‘sistem

pemasyarakatan’ belum digunakan sehingga pemilihan kata ‘penjara’ akan dipilih

penulis demi konsistensi penulisan.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

9 Universitas Indonesia

Menurut asal-usul kata (etimologi), kata ‘penjara’ berasal dari penjoro

(bahasa Jawa) yang berarti tobat atau dibuat jera (Koesnoen, 1961:9). Kata

‘penjara’ juga memiliki arti sebagai berikut :

“Sekalian rumah-rumah yang dipakai atau akan dipakai oleh negara untuk

tempat-tempat orang-orang yang terpenjara dan yang dinamakan Centrale

Gevangenis voor Europeanep. Gevangenis voor vrouwen (penjara untuk

perempuan). Dwangarbeiderskwartier (tempat tinggal orang yang dihukum kerja

paksa), Landsgevangenis (penjara negeri), Hulpgevangenis (penjara pertolongan),

Crviel Gevangenhuis (rumah tutupan buat orang-orang bukan militer) dan yang

bernama lain.”(Staatsblads 1917 No. 708 pasal 1).

Yang dinamakan orang-orang terpenjara yaitu :

a. Orang-orang yang menjalankan hukuman penjara (gevangenisstraf)

atau hukuman kurungan (hectenis).

b. Orang-orang yang ditahan untuk sementara (orang tahanan preventif).

c. Orang-orang yang di-gijzel (sandera).

d. Sekalian orang-orang lain yang tidak menjalani hukuman hilang

kemerdekaan (vrijheidsstraf), tetapi dimasukkan penjara juga dengan

sah (Staatsblads 1917 No. 708 pasal 4).

Penjara adalah salah satu ciri pokok berdirinya negara dan dibentuk

sebagai konsekuensi dari adanya order atau hukum yang terbentuk sebagai

konsekuensi dari adanya institusi berupa kepemilikan. Institusi ini memiliki tiga

lapisan pokok, yakni lapisan ekonomi, politik, dan cultural (Engels, 1998:15).

Di masa sekarang, narapidana semakin diperhatikan seperti yang terlihat

dari Penjelasan UU RI No.12 Tahun 1992 tentang Pemasyarakatan sebagai

berikut :

“Sistem Pemasyarakatan di samping bertujuan untuk mengembalikan

warga binaan pemasyarakatan sebagai warga yang baik juga bertujuan untuk

melindungi masyarakat terhadap diulanginya tindak pidana oleh warga binaan

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

10 Universitas Indonesia

pemasyarakatan serta merupakan penerapan dan bagian yang tidak terpisahkan

dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Menyadari hal itu maka telah

sejak lama sistem pemasyarakatan di Indonesia lebih ditekankan pada aspek

pembinaan narapidana, anak didik pemasyarakatan atau klien pemasyarakatan

yang mempunyai ciri-ciri preventif, kuratif dan edukatif.”

Selain itu Subekti pun menegaskan kembali bahwa tujuan dari lembaga

pemasyarakatan agar para narapidana dapat kembali ke jalan yang benar dan dapat

hidup bermasyarakat sebagaimana sebelum melakukan kejahatan (1973:73).

Senada dengan Subekti, Sugianto juga menjelaskan bahwa narapidana

meskipun telah tersesat ditinjau dari segi hukum, tetapi sebagai warga negara

yang tetap mempunyai hak-hak dan kewajiban seperti warga negara yang lain

kecuali ia hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan . Narapidana berada di dalam

lembaga pemasyarakatan hanya sementara dan nanti pada waktunya (setelah habis

masa pidananya) akan kembali ke tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu,

sistem pemasyarakatan mengharapkan mereka tidak akan melanggar hukum lagi

dan menjadi tenaga pembangunan yang aktif dan kreatif serta dapat hidup bahagia

dunia dan akhirat (Sugianto,1981:40). Dengan kata lain, di dalam suatu pemberian

hukuman tersimpul pula suatu pemberian pembinaan dan di dalam suatu

pemberian pembinaan tersimpul pula suatu pemberian hukuman. Dari uraian di

atas dapat diambil kesimpulan bahwa titik berat dari proses pemasyarakatan

bergeser antara pemberian hukuman menjadi pemberian pembinaan.

2.2 Sejarah Penjara di Indonesia

Pada zaman dahulu sebelum masa penjajahan sistem kepenjaraan belum

dikenal di kawasan Nusantara. Sistem kepenjaraan baru dikenal pada zaman

penjajahan, tetapi tidak seperti sistem kepenjaraannya yang sekarang. Ketika itu,

yang ada rumah tahanan di Batavia dan diperuntukkan bagi wanita tuna susila,

pengangguran atau gelandangan yang suka mabuk-mabukan. Mereka dimasukkan

ke dalam rumah tahanan tersebut kemudian diberi pekerjaan dan pendidikan

agama. Rumah tahanan yang terkenal pada masa itu adalah Spinhuis dan Rasphuis

(Cassirer, 1997:315).

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

11 Universitas Indonesia

Pada zaman VOC pada tahun 1602—1800, Zaman peralihan (1800--

1808), zaman Perancis-Belanda, yakni zaman Gubernur Daendels (1808—1811)

dikenal adanya pidana kurungan dan pidana rantai berat, bangunan penjara dalam

arti sesungguhnya juga belum ada. Baru pada zaman pemerintahan Inggris

(1811—1816) oleh Raffles dihapuskan hukuman-hukuman yang membuat cacat

badan juga terdapat pengategorian narapidana berdasarkan kejahatannya

(Gunakaya, 1988:25).

Masa kolonial merupakan masa yang ditandai dengan “Wetbuk van

Strafrecht voor de Inlander in Nederlandsch Indie” yang dapat diterjemahkan

sebagai “Kitab undang-undang hukum pidana untuk orang pribumi di Hindia

Belanda.” Tujuan utama dari hukuman pada periode tahun 1872—1905 adalah

menciptakan rasa takut dan mengasingkan terpidana dari masyarakat.

Dalam masa ini pidana yang ditetapkan yakni sebagai berikut :

a. Pidana mati;

b. Pidana kerja;

c. Pidana denda.

Pidana kerja lamanya seumur hidup atau sementara dan paling sedikit satu

hari. Penduduk pribumi seringkali dijatuhkan pidana ini, sedangkan dalam

pelaksanaannya pidana kerja terdiri dari dua macam, yakni sebagai berikut:

a. Kerja paksa (dwang arbeid)

b. Dipekerjakan (ter arbeid stellen) (Sujatno, 1998:106-107)

Kitab undang-undang hukum pidana untuk Hindia Belanda itu sendiri baru

ditetapkan pada tanggal 15 Oktober 1915 No.33 dan mulai berlaku sejak tanggal 1

Januari 1918. Salah satu isi dari perundang-undangan ini adalah dihapuskannya

istilah ‘pidana kerja’ menjadi ‘pidana hilang kemerdekaan’.

Selang tiga tahun sesudah 1 Januari 1918, terjadi perubahan mencolok

dalam sistem kepenjaraan. Perubahan ini terjadi di bawah kepemimpinan

Hijmans. Hijmans adalah Kepala Urusan Kepenjaraan Hindia Belanda yang gigih

dalam mereformasi sistem kepenjaraan. Direktur Justisi mengungkapkan

pandangannya terhadap anak-anak yang terpidana dengan terpidana dewasa agar

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

12 Universitas Indonesia

tidak disatukan sebab akan memunculkan “school of crime” dan memunculkan

penjahat-penjahat baru. Dia pun tiap tahun memberi sumbangan 500 Rupiah

kepada sekretariat untuk anggaran pengeluaran negara dan urusan kepenjaraan.

Perubahan tersebut berupa penghapusan sistem Gewestelijke Centralen (penjara-

penjara sentral) menjadi sistem Strafgevangenissen (penjara sebagai sarana

pelaksana pidana). Pengiriman wakil pertama kalinya ke kongres internasional

penitentier kesembilan di London pada Agustus 1925 juga dilakukan oleh

Hijmans.( Sujatno, 1998: 110)

Menjelang masuknya pendudukan Jepang ke Indonesia tercatat beberapa peristiwa

penting antara lain :

1. Tahun 1921, penjara Madioen (baca: Madiun) menyediakan tempat untuk

anak-anak di bawah usia 19 tahun.

2. Tahun 1925, didirikan penjara untuk anak-anak di bawah umur 20 tahun di

Tanah Tinggi, Tangerang serta didirikannya penjara untuk terpidana

seumur hidup di Muntok dan Sragen.

3. Tahun 1927, di Pamekasan dan Ambarawa didirikan penjara anak-anak.

Pada masa ini penjara-penjara memiliki kedudukan khusus di antaranya

adalah:

1. Penjara Sukamiskin untuk orang Eropa dan kalangan intelektual.

2. Penjara Tjipinang (baca: Cipinang) untuk terpidana kelas satu.

3. Penjara Glodok untuk pidana psychopalen.

4. Penjara Sragen untuk pidana kelas satu (seumur hidup).

5. Penjara anak-anak di Tangerang.

6. Penjara-penjara di Banyoe Biroe (baca:Banyu Biru) dan Ambarawa.

7. Penjara khusus wanita di Semarang dan Tangerang.( Sujatno, 1998: 112)

Kepenjaraan pada masa Jepang khususnya perlakuan terpidana harus

berdasarkan “reformasi atau rehabilitasi” namun dalam kenyataan lebih

merupakan “eksploitasi atas manusia”.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

13 Universitas Indonesia

Selama periode ini urusan kepenjaraan dikepalai oleh Adzuma Konihiko,

seorang ahli kepenjaraan lulusan Universitas di Jepang yang sempat menulis buku

tentang kepenjaraan, khususnya kepenjaraan Jepang, dalam bahasa Indonesia.

Surat edaran yang pertama kali dikeluarkan dalam sejarah kepenjaraan

Republik Indonesia setelah masa kemerdekaan, ialah surat edaran yang

dikeluarkan di Jakarta tertanggal 10 Oktober 1945 no. G.8/588 oleh Menteri

Kehakiman Republik Indonesia yang pertama, Profesor Mr. Dr. Supomo. Surat

edaran pertama ini memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Semua penjara telah dikuasai oleh Republik Indonesia;

2. perintah-perintah yang diturut hanya perintah-perintah dari Menteri

Kehakiman R.I., atau dari Kepala Bahagian Urusan Penjara Mr. R.P

Notosusanto yang telah ditunjuk sementara untuk itu;

3. pengurusan atas penjara-penjara setelah dikuasai oleh Republik

Indonesia harus baik untuk memperoleh nama baik pula dari dunia

internasional;

4. pertama-tama harus diperhatikan dan diusahakan ialah kesehatan

orang-orang terpenjara; apa yang telah terjadi di masa sebelumnya

(Jepang) jangan sampai terulang; khususnya makanan bagi orang-

orang terpenjara harus dicukupi;

5. pekerjaan bagi orang-orang terpenjara harus diperhatikan antara lain

sebagai sarana memperbaiki tabiatnya; perhatian khusus diminta untuk

usaha-usaha di bidang pertanian guna mencukupi makanan orang-

orang terpenjara;

6. memperlakukan orang-orang terpenjara selalu mengingat

perikemanusiaan dan keadilan, tanpa pandang bulu (apakah Indonesia,

Eropa, Tionghoa, dll) (Dirjen Pemasyarakatan RI, 2004).

Setelah itu dalam tahun 1945 berturut-turut masih dikeluarkan lagi dua

surat edaran yang menyangkut tata perlakuan terhadap orang-orang terpenjara,

yang pada pokoknya menekankan kepada pemeliharaan kesehatan, usaha-usaha

pendidikan antara lain (pemberantasan buta huruf), pemberian pekerjaan yang

bersifat mendidik, dan larangan untuk mengadakan diskriminasi. Semua surat

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

14 Universitas Indonesia

edaran pada tahun 1945 dikeluarkan langsung oleh menteri kehakiman. (Dirjen

Pemasyarakatan RI, 2004).

Paska kemerdekaan banyak hal yang terjadi dalam Kepenjaraan Indonesia.

Perbaikan-perbaikan pun dilakukan baik menyangkut para narapidana hingga

pegawai penjara. Peningkatan pendidikan hingga kesejahteraan keduanya sangat

diperhatikan. Hingga memasuki masa yang merubah Kepenjaraan Indonesia yakni

berubahnya sistem Kepenjaraan menjadi sistem Pemasyarakatan.

Peristiwa pertama, terjadi pada tanggal 5 Juli 1963, yakni pemberian gelar

Doktor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum oleh Universitas Indonesia kepada

Saharjo, SH., Menteri Kehakiman merangkap Menteri Koordinator Hukum dan

Dalam Negeri pada waktu itu; peristiwa kedua terjadi pada tanggal 27 April 1964,

yakni dimulainya Konferensi Nasional Kepenjaraan di Lembang Bandung yang

berlangsung hingga tanggal 7 Mei 1964. Konferensi Dinas di Lembang ini

didahului oleh Amanat Presiden Republik Indonesia (tertulis) tertanggal Jakarta

27 April 1964. (Departemen Kehakiman RI, 2004: 108)

Sistem pemasyarakatan di Indonesia menganggap bahwa narapidana

adalah makhluk tuhan sebagaimana manusia lainnya. Oleh karena itu, narapidana

harus diperlakukan secara manusiawi. Tidak boleh ada penyiksaan, baik berupa

tindakan dan ucapan maupun kurang perawatan dan penempatan yang kurang

layak satu-satunya derita adalah kemerdekaan yang dihilangkan (Soemadipraja,

1979:15).

2.3 Perpustakaan Khusus

Perpustakaan penjara atau lembaga pemasyarakatan dapat dikategorikan

sebagai perpustakaan khusus. Seperti yang termaktub dalam Undang-undang

nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan menyebutkan perpustakaan khusus

adalah perpustakaan yang diperuntukkan secara terbatas bagi pemustaka di

lingkungan lembaga pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan

agama, rumah ibadah atau organisasi lain.

Perpustakaan nasional juga menyebutkan bahwa perpustakaan khusus

adalah salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk oleh lembaga

(pemerintah/swasta) atau perusahaan atau asosiasi yang menangani atau

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

15 Universitas Indonesia

mempunyai misi bidang tertentu dengan tujuan untuk memenuhi bahan bacaan di

lingkungannya dalam rangka mendukung pengembangan dan peningkatan

lembaga maupun sumber daya manusia.

2.4 Perpustakaan Penjara atau Lembaga Pemasyarakatan

Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan itu sendiri adalah sebuah

perpustakaan yang dikelola di dalam lembaga pemasyarakatan untuk digunakan

oleh narapidana (Harrod, 1990:496). Perpustakaan penjara menyediakan sarana

yang penting untuk perbaikan narapidana. Mereka dapat berfungsi sebagai

suplemen untuk program-program pendidikan dan dapat menumbuhkan

kesempatan kerja yang lebih baik dan pada gilirannya akan menciptakan kondisi

yang lebih stabil dan lebih produktif dari warga. Banyak yang percaya bahwa

perpustakaan sangat vital untuk rehabilitasi dari tahanan, membantu mereka untuk

memperkuat karakter dan berkurangnya tingkat “sakit” (kembali ke penjara).

Dalam perdebatan yang sengit mengenai perlakuan terhadap narapidana banyak

yang lupa bahwa 95 persen dari narapidana suatu hari akan keluar lagi dan

kembali ke masyarakat kita (Thorson, 1997:2).

Perpustakaan penjara memiliki beberapa tujuan. Beberapa koleksi

bertujuan sebagai pendukung kurikulum dalam program pendidikan yang telah

ada. Tujuan lain sebagai pusat rekreasi terutama bagi narapidana yang senang

membaca sekaligus memanfaatkan waktu secara positif. Beberapa juga mencoba

untuk membaca cerita nonfiksi dan pendidikan umum sebagai bahan

pembelajaran dan perbaikan karakter. Pusat peran perpustakaan dalam masyarakat

yang demokratis-kontribusi untuk belajar sepanjang hayat dan perbaikan diri

sendiri sehingga mereka (narapidana: baca) dapat aktif dalam pemerintah dan

masyarakat. Sekaligus menjadi pusat rehabilitasi untuk pemulihan diri. (Thorson,

1997: 3)

Berdirinya perpustakaan di lembaga pemasyarakatan bertujuan untuk

menyediakan sumber-sumber informasi yang diperlukan guna memenuhi

kebutuhan informasi, pendidikan dan hiburan bagi narapidana.

Selain itu, tujuan dari perpustakaan lembaga pemasyarakatan yaitu:

1. merehabilitasi : mengubah kebiasaan dan tingkah laku;

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

16 Universitas Indonesia

2. mendorong pencerahan diri : meningkatkan moralitas;

3. menyediakan bahan bacaan yang bersifat hiburan atau rekreasi :

mengatasi kebosanan atas rutinitas yang dilakukan oleh para

narapidana dengan memberi bacaan yang dapat mengusir

kebosanan;

4. menyediakan akses ke pengadilan : memberikan informasi dan

pengetahuan yang cukup mengenai proses peradilan dan

pemasyarakatan (Vogel, 1994:120).

Selain itu Vogel menambahkan bahwa sebuah perpustakaan lembaga

pemasyarakatan dapat menjadi sistem pendukung yang penting bagi para

narapidana dan petugas lembaga pemasyarakatan jika ditempatkan dan dirancang

dengan baik sehingga perpustakaan dapat menjadi sebuah penyedia sumber

informasi yang sangat berharga.

Berjalannya suatu perpustakaan dibutuhkan kerjasama sinergi dari

pemerintah, masyarakat, dan lembaga perpustakaan. Kegiatan perpustakaan

penjara di beberapa negara didorong oleh organisasi dan lembaga internasional.

Publikasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk peradilan pidana yang

informatif. Kedutaan negara diberikan arahan berdasarkan sumber dan fakta.

Suatu ikhtisar layanan perpustakaan penjara di beberapa negara diberikan oleh

Federasi Asosiasi Perpustakaan Internasional, Sub-Seksi Perpustakaan di Rumah

Sakit (Dalton, 1977:1).

Pada tahun 1955 kongres pertama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

tentang The Prevention of Crime and the Treatment of Offenders (pencegahan

kejahatan dan perlakuan menghadapi narapidana) "Standard Minimum Rules for

the Treatment of Prisoners”; aturan ini telah disetujui oleh Dewan Ekonomi dan

Sosial PBB pada tahun 1957. Dewan mengundang pemerintah untuk memberikan

pertimbangan positif dalam aplikasi aturan tersebut di penjara masing-masing.

Meskipun perpustakaan secara khusus termasuk di bawah peraturan 40

(buku) dan menjadi bagian dari aturan 37—39 (kontak dengan dunia luar).

Penerapan penggunaan surat kabar dan majalah untuk narapidana termasuk dalam

peraturan tersebut. Aturan 77—78 (pendidikan dan rekreasi) aspek rekreasi

berdasarkan kebutuhan perpustakaan dan mendukung program pendidikan pada

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

17 Universitas Indonesia

umumnya serta program buta aksara pada khususnya. Layanan Perpustakaan juga

dipengaruhi oleh aturan lain, seperti aturan 79—81 (hubungan sosial dan

perawatan) (Skoler, 1975).

Dalam International Survey on the Standard Minimum Rules: A Pilot

Study, International Review of Criminal Policy tahun 1968 yang diterbitkan oleh

The International Prisoners’ Aid Association didapatkan hasilnya sebagi berikut :

1. empat puluh dua negara anggota menunjukkan bahwa mereka telah

menerapkan Peraturan 40 (Buku), delapan telah menerapkannya

sebagian, dan lima lainnya dalam tahap penyesuaian;

2. empat puluh sembilan negara anggota telah melaksanakan aturan 37—

39 (kontak dengan dunia luar), enam negara telah melaksanakannya

sebagian (di dua negara, surat kabar dan majalah hanya diperbolehkan

dengan izin khusus atau di bawah pengawasan);

3. tiga puluh sembilan negara anggota telah melaksanakan aturan 77—78

(pendidikan dan hiburan), tiga belas negara sudah menetapkannya

sebagai aturan, dua negara dalam tahap pengenalan, dan satu negara

lainnya belum menerapkan aturannya;

4. tiga puluh tujuh negara anggota telah melaksanakan aturan 79—81

(hubungan sosial dan perawatan), sepuluh negara telah menerapkannya

sebagian, tujuh negara menetapkannya dalam aturan, dan satu negara

belum membuat aturan khususnya.

Standar minimum perlakuan terhadap tahanan sangatlah penting. PBB pun

berupaya keras agar aturan tersebut diterapkan dalam administrasi peradilan

pidana. Setelah dua dekade penerapan, dapat dilihat kemajuan pelaksanaannya

dalam survei baru-baru ini. Survei yang dilakukan pada tahun 1967 memfokuskan

pada implementasi “standar minimun aturan perlakuan terhadap narapidana”

Selain itu, peranan lembaga pemasyarakatan sebenarnya bukan sekedar

menghukum para narapidana tetapi juga untuk mendidik para narapidana untuk

mejadi manusia yang berguna di mata masyarakat dan menjadi masyarakat yang

berilmu pengetahuan. Dalam usaha untuk mencapai cita-cita ini, perpustakaan

adalah sarana yang penting bagi setiap lembaga pemasyarakatan. Perpustakaan

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

18 Universitas Indonesia

juga penting sebagai faktor yang mempengaruhi tabiat dan minat baca sebuah

komunitas masyarakat.(Rahmat Abd dan Rubit Putih Kadir, 1987:38). Peranan

perpustakaan lembaga pemasyarakatan, yakni untuk merehabilitasi narapidana.

Perpustakaan merupakan bagian dari tim rehabilitasi dan harus menyediakan

bahan-bahan tambahan untuk membantu konseling dari para narapidana (Lemon,

1997:36).

Tidak hanya PBB yang memperhatikan perpustakaan penjara, lembaga

internasional lainnya seperti Rekomendasi No. R (89) 12 diadopsi oleh Commitee

of Ministers of The Council of Europe pada tanggal 13 Oktober 1989 dengan

memorandum yang disertai penjelasan yaitu tentang pendidikan di lembaga

pemasyarakatan. Berdasarkan hal tersebut ditetapkan perpustakaan di dalam

masyarakat merupakan suatu sumber pendidikan, informasi, dan rekreasi seperti

halnya pusat pengembangan kebudayaan. Layanan perpustakaan untuk narapidana

juga harus memiliki cakupan fungsi luas dan merupakan standar profesionalitas

yang sama seperti perpustakaan umum. Bahkan, jika memungkinkan harus

memiliki akses langsung ke perpustakaan umum di luar lembaga pemasyarakatan

yang dapat mereka kunjungi dari lembaga pemasyarakatan secara teratur. Cara

lainnya, yaitu mengupayakan suatu layanan penuh dari dalam lembaga

pemasyarakatan. Rekomendasi ini juga menekankan pentingnya setiap negara

mengembangkan suatu pedoman sendiri untuk layanan perpustakaan terhadap

narapidana.

Selanjutnya adalah IFLA/UNESCO Public Libraries Manifesto (1995)

yang meminta perpustakaan umum untuk melayani kebutuhan perpustakaan di

penjara. Council of Europe (Strasbourgh, 1990) dalam melaporkan Pendidikan di

Penjara khususnya di bagian perpustakaan penjara merekomendasikan

agar perpustakaan penjara dibuatkan standar operasional yang profesional, seperti

perpustakaan umum. Selain itu, pustakawan profesional harus mengatur

perpustakaan dengan koleksi yang menarik dan bisa memenuhi kebutuhan para

narapidana sehingga menciptakan aktivitas membaca dalam penjara.

Peranan perpustakaan penjara dalam proses reformasi dan rehabilitasi

memberikan pengaruh yang penting. Informasi yang disediakan di perpustakaan

penjara mampu membuat para narapidana mendapatkan pengaruh langsung yang

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

19 Universitas Indonesia

positif serta memperbaiki perilaku mereka di masa yang akan datang. Dalam

disertasi di Polandia juga dipaparkan bahan bacaan yang diminati oleh

narapidana. Pada temuan awalnya, 90 persen narapidana membaca surat kabar, 75

persen membaca buku, dan 25 persen tidak membaca buku sama sekali.

Berdasarkan hipotesis tersebut, penelitian tersebut ditujukan untuk melihat peran

buku dalam masa rehabilitasi para narapidana (Steven & Usherwood, 1995:45).

2.5 Sejarah Perpustakaan di Berbagai Negara

Melihat lembaga Internasional baik PBB maupun UNESCO yang telah

menetapkan pentingnya kehadiran perpustakaan di penjara maka di berbagai

belahan dunia pun berlomba-lomba untuk melaksanakannya. Sesuai dengan

survey yang dilakukan oleh PBB yang telah penulis jelaskan, terdapat negara-

negara yang telah menghadirkan perpustakaan penjara dan juga menerapkan

peraturan mengenai pengadaan buku untuk narapidana. Namun dalam

kenyataannya di beberapa negara telah menghadirkan perpustakaan di penjara

jauh sebelum lahirnya peraturan ataupun keputusan dari lembaga internasional.

Berikut ini adalah perpustakaan penjara di berbagai negara seperti :

1. Belanda

Di Belanda, perpustakaan penjara berada di bawah naungan Departemen

Kehakiman dan beroperasi secara terpisah dari perpustakaan umum. Petugas

penjara menjalankan perpustakaan sebagai tugas tambahan. Setiap penjara

memiliki koleksi buku sendiri dan anggaran yang minim.Pengelolaan

perpustakaan di Belanda pada umunya dijalankan atas prakarsa Direktur Penjara

sebagai pimpinan. Sedangkan rohaniawan, guru dan petugas penjara yang

membidangi pendidikan merupakan petugas pelaksana. Mereka mempunyai tugas

misalnya dalam pengadaan buku-buku bacaan, pengolahan, administrasi, dan

memberikan bimbingan menggunakan perpustakaan. Meskipun perpustakaan

penjara di Belanda tidak melibatkan perpsutakaan umum untuk bekerja sama

dalam meningkatkan pelayanan perpustakaan, tetapi dari Pusat Perkumpulan

Perpustakaan Umum (Centrale Vereniging Openbare Leeszalen) kadang-kadang

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

20 Universitas Indonesia

mengirimkan petugas untuk memberikan sumbangan pikiran dalam

mengembangkan perpustakaan penjara. (Watson, 1951:39)

2. Kanada

Di Ontario (Kanada), perpustakaan penjara telah terbentuk sejak tahun 1958.

Setiap pustakawan daerah bertanggung jawab melayani perpustakaan penjara

berdasarkan wilayahnya. Dalam setiap wilayah terdapat papan kelembagaan

perpustakaan, terdiri dari kepala pembangunan sosial, perpustakaan daerah, kepala

unit, pustakawan kelembagaan, pengawas pendidikan, dan perwakilan dari komite

narapidana. Tanggung jawab pustakawan regional di penjara mencakup

pengembangan metode perpustakaan penjara melalui pelayanannya. Hampir ada

di 70 penjara dan lebih dari 130.000 buku tersedia untuk narapidana. Ketiga

lembaga pemasyarakatan utama di wilayah Atlantik di Kanada memiliki

perpustakaan yang disediakan oleh institusi. (Wagner, 1976:10)

3. Jepang

Pada tahun 1951, Jepang membentuk dewan penasihat pemilihan buku

untuk narapidana Pada tanggal 31 Mei 1976, koleksi perpustakaan penjara di

Jepang menyediakan sebanyak 490.607 buku, dengan jumlah terbesar di bagian

Tokyo. Penjara ini juga memiliki koleksi terbesar di Fuchu (Shikita, 1973:11-12).

Subyek yang dibahas meliputi: karya umum dan filsafat, sejarah, ilmu sosial, ilmu

pengetahuan, teknik, industri, seni, bahasa dan sastra, dengan jumlah terbanyak

koleksi sastra dan filsafat di posisi kedua. Sekitar 3.000 narapidana belajar di

bagian pendidikan dan pelatihan teknis dalam fasilitas penjara tersebut. Sebagian

besar berusia antara 18—25 tahun. Sebuah perpustakaan pusat dengan 9.400

koleksi buku terletak di penjara pusat dan koleksi berskala kecil 300, 500, dan

1.500 buku yang tersedia dalam tiga lembaga (Departemen Kehakiman Jepang,

1976)

Melihat pemaparan di atas dapat diketahui betapa perpustakaan penjara

begitu diperhatikan oleh pemerintah khususnya departemen kehakiman dan

perpustakaan nasional. Informasi mengenai kapan berdirinya perpustakaan

penjara pun diketahui sehingga memudahkan para praktisi perpustakaan maupun

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

21 Universitas Indonesia

intitusi yang terkait untuk melakukan pengembangan perpustakaan. Di Indonesia,

tidak ada informasi yang menerangkan mengenai kapan berdirinya perpustakaan

di penjara. Jika ingin ditelusuri bisa melalui penelitian M. Abdurrahman tentang

Pengelolaan Perpustakaan Lembaga pemasyarakatan: Dua Kasus Perpustakaan

di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang Jakarta dan Tangerang. Dalam penelitian

tersebut Abdurrahman menyebutkan tentang Staatsblad 1917 No. 708,113.

Staatsblad yang kemudian disebut Reglemen Penjara dalam Pasal 113 disebutkan

mengenai pengadaan perpustakaan di penjara, pengadaan buku dan majalah untuk

perpustakaan juga anggaran untuk pengadaan buku tersebut.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

22 Universitas Indonesia

BAB 3

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Kajian historis

mulai bilamana sebuah peristiwa, perkembangan atau pengalaman masa lampau

dipertanyakan. Langkah awal penelitian historis ialah memisahkan butir-butir

penting yang menimbulkan masalah atau ketidakpastian, diikuti dengan

perumusan deskripsi yang sederhana, jelas dan tidak bertaksa. Gottschalk

mengatakan metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa rekaman dan

peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1975:32). Metode sejarah bersifat

universal dengan arti, bahwa metode sejarah dapat diterapkan pada pokok

pembahasan disiplin ilmu manapun sebagai sarana untuk memastikan fakta.

Ada enam tahap yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah :

1. Memilih suatu topik yang sesuai;

2. mengusut semua bukti yang relevan dengan topik;

3. membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan

dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung;

4. mengevaluasi secara kritis semua bukti yang telah dikumpulkan;

5. menyusun hasil-hasil penelitian ke dalam suatu pola yang benar dan

berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya;

6. menyajikannya dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan

mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti

sejelas mungkin (Gray, 1956:9).

Ada enam jenis tipe penelitian sejarah yakni :

1. biografi;

2. sejarah dari organisasi atau institusi;

3. investigasi sumber dan pengaruh;

4. pengeditan dan Penerjemahan dokumen sejarah;

5. mempelajari sebuah gagasan;

6. pengumpulan bibliografi (Hilway, 1997:167).

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

23 Universitas Indonesia

Ada empat tahap pokok dalam metode sejarah yaitu:

1) Pengumpulan bahan-bahan tercetak, tertulis atau lisan yang berhubungan

dengan judul penelitian.

2) Menyingkirkan bahan-bahan (atau bagian dari bahan-bahan) yang tidak

relevan dengan judul penelitian.

3) Menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya mengenai bahan-bahan yang

otentik.

4) Penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi suatu kisah atau

penyajian. (Louis Gottschalk:18)

Sejarah perpustakaan adalah cabang dari ilmu sejarah yang menyelidiki

perbuatan manusia di masa lampau, kegiatan organisasi, atau pengaruh dari

gerakan sosial yang mendorong perkembangan perpustakaan.

The Library History Round Table yang berada di bawah American Library

Association pada tahun 1989 menjelaskan mengenai sejarah perpustakaan sebagai

berikut :

“ a knowledge of history and an understanding of historical methodology

are indispensable elements in the education of library and information

professionals. A knowledge of history provides a necessary perspective for

understanding the principles and practise of library and information sciencies.

Many of the most important issues of our day-including, for example, intellectual

freedom, fees for service, service to minorities, access to government information,

the role of new technologies, and the place of women in the profession-can only

be understood in the light of their historical context. And the research process, an

essential component of contemporary professional education and practise, can be

significantly informed by awareness of both historical precedents and historical

methodology”

Dengan kata lain, penelitian sejarah yang baik dapat membantu pustakawan

membangun masa lalu dengan efektif, efisien dan menghindari penemuan kembali

yang serupa.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

24 Universitas Indonesia

Penelitian sejarah perpustakaan penjara di Indonesia periode 1917—1964

merupakan penelitian sejarah yang membatasi ruang lingkupnya pada usaha-usaha

yang dilakukan dalam pendirian, peraturan serta kebijakan yang mendukung

perpustakaan penjara. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sejarah

lahirnya perpustakaan penjara yang diawali dengan munculnya Staatsblad 1917

no. 708.

3.1 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan terdiri dari tiga tahapan, yaitu

1. Pengumpulan sumber yang paling berhubungan dengan topik yang diteliti

yang dilakukan dengan cara:

pengumpulan berbagai jenis dokumen mengenai berdirinya

perpustakaan penjara sejak periode 1917—1964.

2. Wawancara dengan para pelaku sejarah untuk melengkapi data yang

diperoleh dari sumber tertulis. Wawancara dimaksudkan antara lain untuk

merekonstruksi mengenai kejadian dan kegiatan yang dialami pada masa

lalu dan memperluas informasi yang diperoleh dari sumber lain (Busha &

Harter, 1980:91). Tujuan mengadakan wawancara adalah untuk

memperoleh informasi langsung dari pelaku sejarah suatu peristiwa. Ada

kalanya informasi yang terkandung dalam dokumen ternyata tidak akurat

atau dokumen yang dibutuhkan sebagai sumber informasi ternyata telah

rusak atau hilang mengakibatkan seorang peneliti tidak dapat memperoleh

informasi yang terkandung di dalamnya. Dalam kasus-kasus seperti ini

wawancara dapat membantu untuk memperoleh informasi yang telah

hilang tersebut (Moloeng, 1996:135). Individu yang diwawancarai untuk

memperoleh keterangan atau data untuk keperluan informasi disebut

informan (Stevens, 1971:54). Pemilihan individu sebagai informan

dilakukan dengan cara sample bertujuan (purposive sample). Wawancara

dimulai mewawancarai individu yang dipilih sebagai informan pangkal.

Informan pangkal ini kemudian memberi petunjuk lebih lanjut tentang

adanya individu lain dalam masyarakat yang dapat memberikan berbagai

keterangan lebih lanjut yang diperlukan (Koentjaraningrat, 1993, 130).

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

25 Universitas Indonesia

3. Pengumpulan penataan dan analisis data yang paling berhubungan dengan

judul penelitian. Analisis data dilakukan pada tahap pengumpulan data di

lapangan maupun pada saat merangkumnya dalam bentuk tulisan.

Rangkuman tertulis meliputi :

Munculnya konsep tentang perpustakaan penjara dalam pemikiran

bangsa Indonesia serta usaha untuk mendirikan perpustakaan

penjara pada periode 1917—1964.

Usaha untuk mendirikan perpustakaan penjara pada periode

1917—1964.

Uraian tentang peraturan serta kebijakan yang menunjang

berdirinya perpustakan penjara di Indonesia.

4. Pencatatan kesimpulan yang diperoleh dalam bentuk narasi tertulis

3.2 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah sejarah perpustakaan. Objek penelitiannya

adalah sejarah berdirinya penjara di Indonesia periode 1917—1964. Alasan

pemilihan tahun 1917 karena pada saat itu tahun inilah yang menjadi dasar dalam

berdirinya perpustakaan dalam penjara, sedangkan tahun 1964 karena pada tahun

inilah berubahnya sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan.

3.3 Ancangan ilmu dalam menganalisis data

Historiografi perpustakaan adalah ilmu yang bersifat interdisiplin karena

menggunakan beberapa ilmu lain sebagai pelengkap untuk mendukung seorang

peneliti sejarah perpustakaan dalam melakukan penelitiannya. Selain itu,

historiografi perpustakaan merupakan sebuah ilmu itu diterapkan menjadi sebuah

seni. Dalam penelitian ini analisis data primer dan sekunder akan dituliskan secara

naratif.

Menulis sejarah perpustakaan mirip dengan mengkomposisikan sebuah

simponi (Stevens, 1971:298). Hilaire Belloc menjelaskan tentang pentingnya ilmu

dari disiplin lain sebagai alat bantu untuk mendukung penelitian historiografi

perpustakaan. Adapun ilmu tersebut yakni:

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

26 Universitas Indonesia

1. Arkeologi. Merupakan ilmu yang berkaitan dengan situs-situs purbakala,

contohnya, artefak .

2. Epigrafi. Merupakan ilmu yang digunakan untuk menguraikan relief atau

tulisan di atas permukaan benda keras seperti batu, tebing ataupun besi.

3. Paleografi. Merupakan ilmu yang menguraikan tulisan yang ada di atas

permukaan benda lunak seperti kertas, dan papirus serta perkamen.

4. Spragistis atau Sigilografi yang merupakan tanda yang menunjukkan

pengaruh atas tebing, lilin atau kertas yang menjadi subjek sigilografi.

5. Numismatik. Ilmu yang mencari informasi sejarah lewat apa yang terdapat

pada suatu koin, medali dan penerima medali dari masa lalu.

6. Filateli. Perangko dapat dijadikan sebagai acuan penelusuran sejarah. Oleh

sebab itu kaum filateli (pengumpul perangko) memilki keahlian dalam

mengurai sumber informasi yang terdapat dalam perangko. Untuk itu

pengetahuan tentang perangko seperti halnya yang dimilki parea filateli

patut diperhitungkan.

7. Genealogi. Silsilah keluaga juga dapat dipakai sebagai penyuplai data

untuk menemukan hubungan keluarga.

8. Heraldary yang merupakan properti aksesoris dari suatu keluarga atau

bangsa yang menjadi ciri khasnya. Memakai mahkota yang bertahtakan

permata salah satu contohnya karena ia merupakan simbol keluarga pada

masa sebelum abad pertengahan. Mahkota ini seringkali menandakan

perlengkapan yang sama seperti bangunan, dan mungkin bentuk bangunan

perpustakaan yang dibangun oleh sebuah keluarga.

9. Kronologi. Yakni urutan suatu peristiwa yang menjadi begitu berharga.

Dokumen yang diketahui tahun atau tanggal seperti dalam kalender

menjadi sumber informasi untuk melihat jiwa zaman yang berkembang

saat itu.

10. Diplomatik. Ilmu yang disebut juga ilmu dokumen. Ilmu ini menguraikan

tanggal, tempat, dan autensitas penulisan dokumen. Diplomatik mencakup

dokumen resmi pemerintah, dokumen yang berhubungan dengan lembaga

seperti perpustakaan, bahkan sampai kepada surat pribadi pun termasuk

dalam lingkup ilmu diplomatik.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

27 Universitas Indonesia

11. Disiplin ilmu lain yang berkaitan. Disiplin ilmu seperti antropologi,

filsafat, sosiologi, politik, hukum dan lain sebagainya yang mampu

menunjang penelitian ini (Naimuddin, 1975:299-300).

Menurut A. Nevins (1938) sumber-sumber sejarah dapat diperoleh melalui :

1. Peninggalan fisik : tempat-tempat bersejarah, piramida, pot-pot, senjata-

senjata, gedung-gedung dan sebagainya.

2. Cerita secara oral : materi yang dipindahkan dari mulut ke mulut seperti

balada, cerita rakyat, tradisi-tradisi, legenda dan sebagainya.

3. Materi inskripsi : materi-materi dengan tulisan tangan tidak seperti biasa

seperti pada piring, pada patung dan sebagianya

4. Materi tulisan tangan : papyrus, hieroglif, dokumen-dokumen modern,dan

sebagainya.

5. Buku dan cetakan : bahan-bahan yang tercetak

6. Bahan audiovisual : film-film, televisi, microfilm, kaset-kaset, radio, dan

sebagainya.

7. Observasi langsung : hasil pengamatan penulis atau pengamatan oleh

orang-orang yang diwawancari (Natsir,1999:58).

Dengan demikian, sumber-sumber sejarah yang telah diterangkan di atas akan

penulis gunakan dalam penelitian sejarah perpustakaan ini.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

28 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Dalam studi literatur yang penulis lakukan sulit sekali menemukan

dokumen yang mengandung informasi mengenai perpustakaan di penjara. Akan

tetapi, jika ada dokumen yang menginformasikan mengenai pendidikan atau

pengajaran di penjara akan penulis simpulkan sebagai bagian dari perpustakaan.

Sehingga akan terlihatlah pada tahun berapa dan di penjara manakah perpustakaan

penjara berdiri. Oleh karena itu, penulisan dalam pembahasan di bab ini akan

diuraikan secara kronologis. Adapun kondisi penjara serta hal apa yang saat itu

terjadi di penjara akan penulis paparkan sebagai satu kesatuan dari perkembangan

perpustakaan penjara di Indonesia.

4.1 Konsep Lahirnya Perpustakaan Penjara di Indonesia

Sekitar awal abad 16 bangsa asing mulai memasuki Indonesia. Portugis

adalah bangsa yang pertama kali menjajakan kakinya di Indonesia yang disusul

Inggris, Perancis, Denmark, Spanyol dan kemudian Belanda. Tujuan mereka

datang ke Indonesia hanya satu yakni rempah-rempah. Dalam kedatangannya

mereka pun membawa misi 3 G yakni Gold, Glory dan Gospel yang artinya

emas, tanah jajahan, dan penyebaran agama.

Bangsa Belanda melalui VOC (Vereenidge Oost-Indische Compagnie)

berhasil menduduki Indonesia berabad-abad lamanya. Untuk pengukuhan

kekuasaan di daerah jajahannya maka Belanda melaksanakan kekuasaan yang

langsung serta menggunakan prinsip-prinsip dan cara-cara yang mereka ketahui.

Mereka memasukkan konsep-konsep hukum Barat dan ketatalaksanaan Barat,

seperti halnya Inggris di India (Broom & Selzniek, 1973:589).

Akan tetapi, jika ditelusuri munculnya perpustakaan dalam penjara di

Indonesia merupakan dampak dari masa Aufklarung di berbagai negara Eropa.

Zaman Aufklarung atau zaman pencerahan yang di Inggris dikenal dengan

Enlightenment,yaitu suatu zaman baru dimana seorang ahli pikir yang cerdas

mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme.

Sebagai latar belakangnya,manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

29 Universitas Indonesia

(ilmu pasti,biologi,filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang

menggembirakan. Disisi lain jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu

diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan

alam.

Belanda di negeri asalnya pun ikut terkena dampaknya sehingga dalam

masa pemerintahannya, sistem yang berlaku di negeri asalnya diterapkan pada

negara jajahannya yakni Indonesia. Dalam bidang hukum khususnya kepenjaraan,

narapidana mulai diberi pelajaran atau pendidikan di samping pelajaran tentang

pentingnya peraturan tata tertib yang harus dipatuhi bersama.

Dalam wawancara dengan Kriminolog UI, Iqrak Sulihin mengungkapkan

bahwa penjara awalnya hadir sebagai pembalasan setimpal atas perbuatan jahat

namun seiring dengan studi yang dilakukan baik di dalam dan luar negeri maka

terjadi pergeseran fungsi menjadi perbaikan mental. Selain itu, tokoh-tokoh

seperti Gresham M. Sykes, John Howard, J. Bentham dan Cecare Beccaria sangat

mempengaruhi perbaikan konsep penjara di dunia.

Jeremy Bentham terkenal dengan teorinya ‘Hedonistic Calculus’ yakni

yaitu suatu teori “utility” yang mengusulkan supaya ada pembatasan ukuran

penderitaan dalam menjalani pidana dan disesuaikan dengan yang dapat dicapai

atau diperoleh dari hasil perbuatan jahatnya (pleasure of crime). Sedangkan John

Howard (1777) adalah orang yang memelopori perbaikan kesejahteraan

narapidana juga yang memperjuangkan hak asasi manusia di penjara. Howard

yang kala itu diperintahkan pemerintah atas desakan Jerammy Bentham untuk

merubah hukuman siksaan badan dan beralih pada hukuman yang berazaskan

perikemanusiaan. Howard menjalankan tugas pemerintah dengan pergi ke

berbagai negara seperti Belanda, Spanyol, Italia, Denmark, Swedia dan Rusia

untuk mempelajari sistem kepenjaraan. The State of Prison adalah karya tulis

yang terkenal dari John Howard yang berisi gambaran yang menarik tentang

usaha-usaha dalam memperbaiki sistem Kepenjaraan dan Sistem Penahanan serta

pembinaan Narapidana. Karya tulis ini adalah laporan dari tugas yang diberikan

pemerintah untuk melakukan pengamatan di penjara-penjara Eropa. Kesimpulan

dari laporan yang diberikan kepada House of Commons ini yakni pembinaan

terhadap narapidana hanya berhasil apabila dilaksanakan dengan semboyan

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

30 Universitas Indonesia

“make them diligent, and they will behonest”. Selain itu, pemberian pelajaran

agama, budi pekerti serta pengurangan masa pidana bagi yang rajin dan

berkelakukan yang baik juga menjadi saran dari Howard.

Gresham M. Sykes terkenal dengan “The Pains Of Imprisonment”.

Cecaria Beccarria terkenal dengan tulisannya tentang “Dei,delitti e dele pene”

(1764) yang menghendaki perubahan dalam pelaksanaan pidana dan meminta agar

pemerintah Italia menghapuskan cara-cara yang melanggar perikemanusiaan

dalam memperlakukan narapidana, tidak saja diterima oleh pemerintahannya

sendiri melainkan juga oleh Pemerintahan negara-negara lain di Eropa dan

Amerika.

Konsep penjara yang kemudian lahir adalah konsep yang memperhatikan

kemanusiaannya, yakni dari makanan, pakaian, kondisi penjara (baca:tempat

tidur), aktivitas fisik dan mental seperti olahraga dan siraman rohani. Namun, jika

dikaitkan dengan adanya fasilitas perpustakaan di penjara pada masa kolonial

akan sangat sulit sekali ditemukan di setiap penjara di Indonesia. Pasalnya,

narapidana yang berasal dari kaum inlander (baca: pribumi) berasal dari kalangan

rakyat biasa. Akan tetapi, jika di penjara yang berisi orang-orang Eropa mungkin

perpustakaan akan ditemukan mengingat mereka umumnya adalah orang-orang

yang bisa membaca.(Adi Sujatno, Wawancara Pribadi, 15 Maret 2011)

Akan tetapi, jika diketahui bahwa ada perpustakaan di dalam penjara pada

masa kolonial akan sangat wajar sekali. Sebab perpustakaan pertama di Batavia

adalah atas upaya bangsa Belanda pada masa VOC (Vereenidge Oost-Indische

Compagnie). Perpustakaan gereja yang berdiri tahun 1624 merupakan

perpustakaan pertama yang didirikan pada zaman Hindia Belanda. Perpustakaan

yang kemudian diresmikan pada tanggal 27 April 1943 dengan pustakawan

pertama yakni Pendeta Dominus Abraham Fierenius. Selanjutnya, satu abad

kemudian pada tanggal 24 April 1778 berdiri Bataviaasche Genootschap van

Kunsten en Wetenschappen (BGKW) di Batavia berikut perpustakaannya atas

prakarsa Mr. J.C.M. Radenmaker, Ketua Raad van Indie (Dewan Hindia Belanda)

(Sulistyo-Basuki, 1994:10). Melihat hal tersebut, terlihat bahwa Belanda sangat

memperhatikan keberadaan perpustakaan dalam masa pemerintahannya.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

31 Universitas Indonesia

Berikut ini adalah peristiwa besar yang terjadi dalam tahun 1917-1964.

Adapun pemilihan tahun kronologis berdasarkan pada pengaruh peristiwa berupa

surat keputusan, peraturan dan undang-undang yang dikeluarkan pada tahun-tahun

tersebut yang akan penulis paparkan sebagai berikut :

4.1.1 Tahun 1917

Tahun ini dipilih penulis sebab Staatsblad yang mengatur tentang keberadaan

perpustakaan di penjara sudah ada. Sejak tahun 1905, kebijakan baru di bidang

perlakuan terhadap narapidana ini terlaksana di bawah pimpinan Kepala Urusan

Kepenjaraan (Hoofd van het Gevangeniswezen) dan sejak itu pula urusan

kepenjaraan merupakan suatu urusan yang mempunyai pimpinan pusat yang

dilengkapi dengan pejabat-pejabat yang dibutuhkan seperti Inspektur, Direktur,

Pegawai teknik, Administrasi, sehingga dalam waktu lima belas tahun nampak

adanya perubahan-perubahan yang nyata.

(Adi Sujatno, Wawancara Pribadi, 18 Februari 2011)

Kepala Urusan Kepenjaraan yang pertama adalah Gebels, seorang sarjana

hukum yang dalam sejarah kepenjaraan Hindia Belanda terkenal sebagai seorang

yang telah berjasa dalam mengadakan perubahan-perubahan di bidang

kepenjaraan (Andi&Rahayu, 1983:14). Akan tetapi dalam masa

kepemimpinannya, penulis tidak menemukan adanya kebijakan yang bisa

mengarahkan ke perpustakaan di penjara. Hal ini dibenarkan oleh Adi Sujatno,

dalam tahun 1900-an perbaikan kepenjaraan berupa fisik saja seperti memberikan

tempat yang layak bagi para narapidana dan belum menyentuh rehabilitasi

ataupun pembinaan seperti yang berlaku pada masa sekarang.

Mengenai perpustakaan pada masa ini belum ada, mengingat baru saja

lahir Staatsblad-nya. Akan tetapi dari pasal 113 yang terdiri dari tiga ayat

dijelaskan kembali dalam Staatsblad no.741 tahun 1917, yakni sebagai berikut :

Artikel 13 :Binnen de grenzen der daarvoor bij de begrooting toegestane fondsen

wordt door den directeur van het gesticht, in overleg met de in artikel 74 bedoelde

commisie van bijstand, voor het gestichtspersoneel een op het gebied van

opvoedkunde en vakonderricht betrekking hebbende boekerij aangelegd.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

32 Universitas Indonesia

Artikel 51 : Voor de samenstelling van de boekerij van het gesticht verricht de

directeur binnen de grenzen der daarvor toegestane fondsen het noodige in

overleg met de commissie van bijstand.

Dengan terjemahannya sebagai berikut :

Dalam pasal 13 menyatakan bahwa untuk keperluan para pegawai rumah

penjara, Direktur Justisi dengan pertimbangan komisi pembantu dalam pasal 74,

mengadakan koleksi perpustakaan mengenai pengetahuan pendidikan dan

pertukangan. Biaya pertukangan ini tidak boleh melebihi jumlah dan yang sudah

ditetapkan pada anggaran belanja negara. Selanjutnya Pasal 51 dijelaskan untuk

membentuk perpustakaan penjara, Direktur Justisi melaksanakan seperlunya,

asalkan biaya tidak melebihi jumlah yang sudah ditetapkan dalam anggaran

belanja dan pertimbangan komisi pembantu.

Menurut penulis, keberadaan perpustakaan di penjara dilakukan untuk

mendukung upaya pengajaran dan melakukan agama seperti yang terlihat dalam

Staatsblad tahun 1917 No. 708 Pasal 65 yang berbunyi :

1. De Gouverneur General bepaalt in welke gevangenissen en in welke vakken

aan de daarvoor in aanmerking komenmde gevangenen onderwijs zal

worden gegeven.

2. Het onderwijzende personeel wordt door den Directeur van Justitie, zoo

noodig in overleg met den Directeur van Onderwijs en Eeredienst,

aangewezen.

3. In de huishoudelijke reglementen der in het eerste lit bedoelde

gevangenissen worden omtrent den duur van het onderwijs, de uren waarop

dit zal worden gegaven,zoomede omtrent de ver plichting tot het volgen van

onderwijs door sommige categorien van gevangenen, nader voorschriften

gegeven.

Dengan terjemahannya sebagai berikut :

1. Gubernur Jenderal menentukan penjara-penjara mana dan dalam ilmu-

ilmu apa yang akan diberikan pengajaran kepada orang-orang terpenjara

yang petut mendapatkannya.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

33 Universitas Indonesia

2. Guru-guru ditunjuk oleh Direktur Justisi kalau perlu berunding dengan

Direktur Pengajaran dan Ibadat.

3. Dalam peraturan rumah tangga penjara-penjara tersebut dalam ayat 1

keterangan-keterangan yang lebih jelas akan diberikan tentang lamanya

pendidikan. Waktu dan kewajiban akan diberikan untuk beberapa

golongan hukuman.

Walaupun tidak diterangkan dengan jelas bahwa pengajaran dilakukan di

perpustakaan. Namun bisa terlihat dengan jelas terdapat hubungan antara

pengajaran dengan keberadaan perpustakaan. Sebagaimana fungsinya,

perpustakaan sebagai sarana penunjang pendidikan.

4.1.2 TAHUN 1920

Pada tahun 1920 tercatat rata-rata narapidana masuk penjara sekitar 37109

orang sehari di Jawa dan Madura dan rata-rata 19897 orang sehari di luar Jawa

dan Madura. Terjadinya kepadatan penghuni narapidana dimana-mana.

Pada bulan Maret 1920 saja tercatat yang meninggal dunia sebanyak 105 orang

dari jumlah penghuni sebanyak 3000 orang. Pada tahun 1920 tercatat 2192 kali di

Jawa dan Madura dan 3619 kali di luar Jawa dan Madura untuk kasus pelarian.

Selain itu, kesehatan narapidana sangat menyedihkan (antara lain pada proyek-

proyek pembuatan jalan di Sumatera, Proyek irigasi di Jember). (Hoofdkantoor

van het Gevangeniswezen (Departement van Justitie) : “Verslag over de

Hervorningen v/h Gevangeniswezen in Nederlandsch-Indie 1916 – 1920”)

Dalam tahun 1920-an, Perbedaan yang jelas antara Hukum Pidana untuk

orang-orang golongan Eropa dan Hukum Pidana untuk orang-orang Indonesia

pada waktu itu terletak pada sanksi pidananya. Hal-hal yang bagi golongan Eropa

berwujud sebagai “pencabutan kemerdekaan” (pidana penjara dan pidana

kurungan) bagi orang-orang Indonesia berwujud sebagai “Kerja Paksa” atau

“wajib kerja pada pekerjaan-pekerjaan umum untuk makan tanpa upah” (voor de

kost zonder loon). Dengan demikian maka pelaksanaan pidana bagi orang-

orang Eropa selalu dilakukan di dalam lingkungan tembok sedang bagi orang-

orang Indonesia selalu di luar lingkungan tembok atau dengan lain perkataan bagi

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

34 Universitas Indonesia

orang-orang Eropa selalu tidak kelihatan oleh umum sedang bagi orang-orang

Indonesia selalu di muka umum.

Untuk keperluan pelaksanaan pidana bagi golongan Eropa didirikan

tempat pelaksanaan pidana yang khusus yakni “Centrale gevangenis voor

Europeanen” (Penjara pusat untuk orang-orang Eropa) di Semarang (Jurnatan)

yang berfungsi sebagai “Strafgevangenis” (Penjara untuk pidana). Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa bangunan pertama yang khusus berfungsi

sebagai sarana pelaksanaan pidana (Strafgevangenis) di Indonesia adalah “rumah

penjara Jurnatan” di Semarang.

Selain itu, kebijakan yang paling kentara ketidakadilannya adalah

mengenai pendidikan. Dalam periode ini pendidikan kepada narapidana hanya

diberikan kepada narapidana golongan Eropa (Andi & Rahayu, 1983:24).

Selain Gebels yang telah meletakkan perubahan dalam Sistem

Kepenjaraan di Indonesia. Pada tahun 1921, diangkatnya Direktur Kepenjaraan

yang baru yakni Mr. H.M. Hijmans atas Besluit (Surat keputusan yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda) tanggal 28 Mei 1921.

Hijmans sangat terkenal dengan terobosan-terobosannya dalam

pembaharuan di sistem kepenjaraan. Adapun pembaharuan yang berpengaruh di

dalam keberadaan perpustakaan penjara adalah disediakannya Koran Penjara bagi

narapidana untuk kalangan Eropa di Penjara Semarang. Kebijakan tersebut

dimulai pada tahun 1924.Hal ini terdapat dalam Nota inzake de verbetering van

het gevangeniswezen, 10 September 1921, Birjlage verslag gevangeniswezen

1926. Namun disayangkan, tidak ada keterangan lebih lanjut apakah pengadaan

koran di penjara Semarang atas inisiatif Hijmans atau permintaan dari narapidana.

Akan tetapi, penulis berkesimpulan adanya koran di penjara Semarang bisa

disebabkan karena narapidana kalangan Eropa yang dipastikan bisa membaca

serta terbiasa membaca dibandingkan kalangan pribumi rakyat jelata. Dengan

keberadaan koran pun bisa dilihat sebagai upaya untuk mengusir kejenuhan di

dalam penjara. Kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang sudah merupakan

hak asasi manusia tidak bisa dihilangkan begitu saja walaupun dalam keadaan

terisolasi dari dunia luar.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

35 Universitas Indonesia

4.1.3 Tahun 1930

Memasuki tahun 30-an penjara mengalami banyak kejadian. Kejadian

besar yang timbul dalam periode ini ialah terjadinya pemberontakan besar-besaran

dari bangsa Indonesia terhadap pemerintah penjajahan Belanda, tepatnya pada

bulan Nopember 1926.

Pemberontakan ini oleh pemerintah Hindia Belanda dinamakan

Pemberontakan Komunis. Dengan terjadinya penangkapan besar-besaran terhadap

putra-putri Indonesia yang memberontak melawan penjajahan pada waktu itu

rumah-rumah penjara menjadi penuh sesak dengan tengkapan-tangkapan politik,

sehingga urusan kepenjaraan dihadapkan kepada suatu dilemma kepenuhan

penghuni (Muladi, 1997:34). Cita-cita Hijmans untuk mengembangkan suatu

urusan kepenjaraan yang cukup bermutu menjadi terhambat dan tidak jarang pula

terjadi huru-hara di dalam penjara-penjara pada waktu itu antara lain di Cipinang

pada bulan Juli 1926 di mana para tangkapan politik dengan suara keras

menyanyikan lagu “Internasionale” dan kemudian mogok makan.

Pada tahun ini bisa dikatakan sebagai tahun yang bersejarah juga bagi

perpustakaan penjara. Pasalnya, penjara-penjara banyak dimasuki dari kalangan

politik juga kalangan cendekiawan muda pada saat itu. Berkat keberadaan mereka

perpustakaan penjara akan mulai diperhatikan. Hal ini dibenarkan oleh Adi

Sujatno, Mantan Kepala Penjara Sukamiskin (1992-1995). Menurutnya, berkat

Soekarno yang pernah di penjara di Sukamiskin serta memiliki aktivitas membaca

yang tinggi, perpustakaan bisa jadi menjadi lebih diperhatikan oleh kepala penjara

masa itu. Namun, dalam pengakuannya, perpustakaan penjara Sukamiskin baru

aktif dan digunakan dengan baik adalah ketika masa kepemimpinannya. Perbaikan

ruangan perpustakaan, penambahan koleksi buku dan pengorganisasian arsip

yang baik juga dilakukan di kepemimpinanya.

Tahun 1929, Soekarno ditangkap di Yogyakarta oleh Pemerintah Hindia

Belanda yang kemudian dimasukkan ke dalam penjara Sukamiskin. Bung Karno

saat di penjara merancang pidato pembelaan dengan judul Indonesia Menggugat.

Pidato tersebut Bung Karno sampaikan di gedung Landraad (pengadilan rendah)

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

36 Universitas Indonesia

pemerintah kolonial Hindia Belanda di Bandung dan Bung Karno melukiskan

pengalamannya membaca buku-buku di penjara.

“Masa-masa dalam penjara dan pengasingan adalah tahun-tahun

pendidikan. Aku membaca dan membaca semuanya. Tetapi yang paling aku

inginkan buku-buku tentang sosialisme dan revolusi; buku-buku yang akan

mengajari bagaimana mengorganisasi (rakyat) melawan Belanda, buku-buku yang

akan memberi pandangan tentang revolusi.” (Jones, 1971:41).

“Aku bertemu di alam pikiran dengan Tom Paine. Aku bertemu dan

berbicara dalam alam pikiran dengan para pemimpin Revolusi Prancis, aku

bertemu dengan Mirabeau; aku bertemu dengan Moreau; aku bertemu Danton;

aku bertemu para pemimpin revolusi wanita di Paris. Dan dalam alam pikiran, aku

bertemu para pemimpin Jerman. Aku bertemu Herr Alterfritz, Frederic Agung.

Aku bertemu Wilhelm Lieplat dan, ya, kemudian aku bertemu juga dengan Marx,

Karl Marx. Aku bertemu dengan Adolf Berstein. Aku bertemu dengan Friedrich

Engels.''(Howard Palfrey Jones:52).

Selanjutnya, Soekarno mengungkapkan sebagai berikut :

''Aku bertemu dengan Mazzini, dengan Garibaldi, dengan Plekanov,

dengan Trotsky, dengan Lenin, dengan Gandhi, dengan Mustafa Kemal Ataturk,

dengan Ho Chi Minh, dengan Sun Yat Sen, dengan Saygo Takamori. Aku

bertemu Nehru, dengan Mohammad Ali Jinnah, dengan Jose Rizal Mercado, yang

ditembak mati oleh Spanyol pada tahun 1903. Aku bertemu Thomas Jefferson dan

Abraham Lincoln. ''Begitulah setelah bertemu setelah berbicara dengan semua

pemimpin besar itu- aku menjadi yakin bahwa manusia itu satu (sama),'' kata

Bung Karno.( Howard Palfrey Jones:54)

Tidak hanya Soekarno, Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir juga

merancang pemikirannya di ruang tahanan dan menghasilkan karya saat di

penjara. Bahkan Bung Hatta menulis, “Dengan buku, kau boleh memenjarakanku

di mana saja. Karena dengan buku, aku bebas!.” Prinsip tersebut Hatta buktikan

secara konkret. Saat pengasingan dirinya oleh pemerintah Hindia Belanda ke

Boven Digul, Papua Selatan, Bung Hatta ditemani buku sebanyak 16 peti. Di

Digul pulalah Hatta tekun menurunkan tulisan-tulisannya di surat kabar Adil,

Pandji Islam, dan Pedoman Masjarakat.( Muladi, 1997:39)

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

37 Universitas Indonesia

Di Boven Digul, Hatta tak sendirian. Ia ditemani pemikir kritis Sutan

Sjahrir. Mereka berdua dikirim ke pembuangan di Digul pada Februari 1934.

Tidak jauh berbeda dengan Hatta, Sjahrir pun banyak membaca dan menulis.

Tulisan terpenting Sjahrir saat di pengasingan adalah Perjuangan Kita. Tulisan ini

yang dikirim langsung oleh Sjahrir dari Digul ke surat kabar Daulat Rakjat.

(Muladi, 1997:42). Sebelum di Digul, Hatta pada 23 September 1927 juga pernah

mencicipi penjara di Belanda sebab aktivitas politik di PI (Perhimpunan

Indonesia). Selama di ruang tahanan, Hatta merancang pidato pembelaan yang

siap disampaikan saat persidangan. Hatta memberi judul pidatonya dengan

Indonesie Vrij (Indonesia Merdeka).( Muladi:45)

Pada masa ini penulis belum menemukan dokumen yang menyatakan

bahwa para tahanan politik (Soekarno, M. Hatta, Sjahrir) tersebut membaca buku

di perpustakaan penjara. Namun, aktivitas yang dilakukan para tahanan tersebut

menunjukkan bahwa buku bisa menjadi penghilang kebosanan dan rasa frustasi

yang dialami oleh para penghuninya.

4.1.4 Tahun 1945

Surat edaran yang pertama kali dikeluarkan dalam setelah Indonesia

merdeka ialah surat edaran yang dikeluarkan di Jakarta tertanggal 10 Oktober

1945 no. G.8/588 oleh Menteri Kehakiman R.I yang pertama, (Hazairin, 1981:15)

Professor Mr. Dr. Supomo. Surat edaran pertama ini memuat hal-hal sebagai

berikut:

1. bahwa semua penjara telah dikuasai oleh Republik Indonesia;

2. bahwa perintah-perintah yang diturut hanya perintah-perintah dari Menteri

Kehakiman R.I., atau dari Kepala Bahagian Urusan Penjara Mr. R.P

Notosusanto yang telah ditunjuk sementara untuk itu;

3. bahwa pengurusan atas penjara-penjara setelah dikuasai oleh Republik

Indonesia harus baik untuk memperoleh nama baik pula dari dunia

internasional;

4. bahwa yang pertama-tama harus diperhatikan dan diusahakan ialah

kesehatan orang-orang terpenjara; apa yang telah terjadi dimasa

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

38 Universitas Indonesia

sebelumnya (Jepang) jangan sampai terulang; khususnya makanan bagi

orang-orang terpenjara harus dicukupi;

5. pekerjaan bagi orang-orang terpenjara harus diperhatikan antara lain

sebagai sarana memperbaiki tabiatnya; perhatian khusus diminta untuk

usaha-usaha dibidang pertanian guna mencukupi makanan orang-orang

terpenjara;

6. akhirnya dipesankan supaya dalam hal memperlakukan orang-orang

terpenjara selalu mengingat perikemanusiaan dan keadilan, tanpa pandang

bulu (apakah Indonesia, Eropa, Tionghoa, dll).

Setelah itu dalam tahun 1945 berturut-turut masih dikeluarkan lagi dua

surat edaran yang menyangkut tata perlakuan terhadap orang-orang terpenjara,

yang pada pokoknya menekankan kepada pemeliharaan kesehatan, usaha-usaha

pendidikan antara lain (pemberantasan buta huruf), pemberian pekerjaan yang

bersifat mendidik, dan larangan untuk mengadakan diskriminasi. Semua surat

edaran pada tahun 1945 dikeluarkan langsung oleh Menteri Kehakiman.

Surat edaran tanggal 12 Februari 1947 no.G.8/437 “Kepala Jawatan

Kepenjaraan” menginstruksikan kepada semua Pemimpin Kepenjaraan Daerah “

dan semua “Pemimpin Rumah Pendidikan Negara” untuk mengadakan bagian

yang baru dalam tata laksana Kepenjaraan dan Pendidikan Paksa, yakni “bagian

pendidikan”, disampingnya bagian-bagian yang telah ada (tata usaha, keuangan,

penjagaan, perusahaan). Bagian Pendidikan ini tidak hanya menyelenggarakan

pendidikan bagi orang-orang terpenjara, melainkan juga untuk pegawai-pegawai

yang masih banyak yang buta huruf.

Selanjutnya dalam surat edaran tanggal 23 November 1948 no.G.8/1510

“Kepala Djawatan Kepenjaraan” menginstruksikan “Direktur-Direktur”

Kepenjaraan untuk mengadakan pemisahan yang keras antara pelanggar hukum

anak-anak dan dewasa, dan menginstruksikan pula supaya ditunjuk pegawai yang

khusus untuk pendidikan dan perawatan anak-anak terpenjara.

Pada masa ini terlihat walaupun sudah terdapat surat edaran mengenai

pendidikan dan pengajaran bagi narapidana namun belum ada surat edaran yang

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

39 Universitas Indonesia

memuat mengenai perpustakaan atau bahan bacaan di penjara. Namun, di masa

inilah Pramoedya Ananta Toer dipenjara.

“Ketika tentara Indonesia berperang melawan koloni Belanda, tahun 1945

saya bergabung dengan para nasionalis,bekerja di sebuah radio dan membuat

sebuah majalah berbahasa Indonesia sebelum saya akhirnya ditangkap dan ditahan

oleh Belanda tahun 1947. Perburuan (1950) adalah novel pertama saya, selama

dua tahun di penjara Belanda (1947-1949).” (Rifai, 2010)

Aktifitas menulis dan membaca yang dilakukan oleh para tokoh Indonesia

di penjara membuktikan bahwa penjara tidak dapat mengekang kebebasan

berpikir walaupun secara fisik mereka terisolasi dengan dunia luar. Aktifitas

membaca dan menulis ini bisa saja dilakukan di perpustakaan walaupun penulis

belum mendapatkan sumber primer yang merujuk pada penggunaaan

perpustakaan pada masa tersebut.

Selain itu, berdasarkan surat keputusan yang telah dikeluarkan oleh

Menteri Kehakiman pada periode ini yang berhubungan dengan Pendidikan serta

Pengajaran baik kepada para pegawai seklaigus kepada para narapidananya maka

penulis menyimpulkan semua surat keputusan tersebut mendukung keberadaan

perpustakaan di penjara pada masa tersebut.

4.1.6 Tahun 1950

Kepala Djawatan Kepenjaraan yang baru adalah Mr. Roesbandi dari

Departemen Kehakiman R.I Jogyakarta yang menggantikan Kepala Djawatan

Kepenjaraan R.I. yang lama yakni Mr. R.P. Notosusanto. Dalam Surat Putusan

Kepala Djawatan Kepenjaraan, Pendidikan Paksa dan Reklassering” tertanggal

Jakarta 14 Nopember 1950 no. J.H. 6/19/16, yang antara lain memuat :

(Atmasasmita, 1975:123)

1. bahwa untuk seluruh Negara Republik Indonesia diadakan satu Djawatan

Kepenjaraan, Pendidikan Paksa dan Reklassering (disingkat : Djawatan

Kepenjaraan) yang mempunyai kantor besar di Ibukota Jakarta;

2. bahwa Kantor Besar Djawatan Kepenjaraan (pada waktu itu singkatannya

“KBDK”) terdiri dari bagian-bagian : Penempatan orang-orang terpenjara

dan Statistik, Perbendaan, Urusan Pegawai, Perbendaharaan, Pembukuan

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

40 Universitas Indonesia

Perusahaan, Urusan Umum, Arsip dan Expedisi, Pendidikan Paksa dan

Reklassering, Pendidikan.

Dalam periode ini diadakan dua kali konferensi Dinas yang sifatnya

nasional dan yang memberi arah kepada tata cara urusan kepenjaraan R.I. pada

waktu itu : Pertama, Konferensi Dinas di Nusakambangan dari tanggal 12 s/d 15

Nopember 1951 dan Kedua, Konferensi Dinas di Sarangan (Madiun, Jawa Timur)

dari tanggal 20 s/d 24 Juli 1956. (Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, 2011)

Dalam Konferensi Nusakambangan telah ditegaskan oleh Kepala

Djawatan Kepenjaraan tentang arah perlakuan terhadap narapidana, yakni salah

satunya mengenai kewajiban dari Kepenjaraan ialah memberi hukuman kepada

orang hukuman serta memberi pendidikan terhadap mereka; berusaha untuk

mengembalikan mereka sebagai anggota biasa dari masyarakat berusaha mendidik

mereka (Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, 2011). Dalam konferensi dinas di

Nusakambangan itu dibicarakan mengenai masalah perawatan sosial dalam arti

sempit seperti olahraga, bacaan dan lain-lain. Selain itu, masalah pendidikan

pegawai kepenjaraan, terutama pendidikan informal di samping pendidikan

keahlian yang formal.

Sebagai langkah-langkah yang nyata dalama rangka pemenuhan garis-

garis kebijaksanaan yang telah dimufakati dalam Konferensi Nusakambangan itu

yang berkaitan dengan bahan bacaan yakni munculnya media Kepenjaraan pada

bulan September 1954 diterbitkan “Majallah Kepenjaraan”. Dalam majalah ini,

sejak tahun 1956, dimuat pula karangan-karangan yang berasal dari orang-orang

terpenjara.

Di tahun 1954, Mr. Roesbandi kembali mengeluarkan surat edaran 23

April 1954 No. J. H. 8.5/1/27 tentang Bacaan untuk orang-orang terpenjara.

Adapun isinya yakni mengenai pengadaan bahan bacaan berupa buku, majalah

serta kitab suci yang diperlukan oleh para narapidana. selain itu, dalam surat

edaran ini pun sudah terlihat pengharusan keberadaan perpustakaan di ruangan

sendiri seperti yang terlihat dalam kalimat sebagai berikut :

“Pemberian kesempatan membaca buku dan sebagainya adalah suatu

kelonggaran (gunts) bagi orang-orang terpenjara yang dalam penjara

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

41 Universitas Indonesia

berkelakuan baik, sedang jenis bacaan itu (dengan berpedoman pada maksud

hukuman hilang kemerdekaan) harus disesuaikan dengan keadaan masing-

masing orang-orang terpenjara setempat, untuk penyelidikan mana dapat

dipergunakan pegawai-pegawai yang ditugaskan pendidikan dengan seberapa

perlu dapat Saudara usahakan untuk melengkapinya dengan tenaga-tenaga

yang lebih capable, maka untuk menyimpan perpustakaan orang-orang

terpenjara ini dan untuk mengerjakan administrasinya dengan tertib harus

segera Saudara sediakan satu ruangan dibagian blok-blok (jangan dikantor

muka)”.

Dengan beredarnya surat edaran tahun 1954 ini adalah tanda yang baik

bahwa perpustakaan sudah mulai diperhatikan dan menjadi bagian dalam

pendidikan para narapidana.

4.1.7 Tahun 1960

Dalam periode ini fungsi Kepala Djawatan dipegang oleh Mr. Sudarman

Gandasubrata, sedang Menteri Kehakiman pada waktu itu adalah Saharjo, SH.,

yang sebelumnya memegang fungsi Sekretaris Jenderal Departemen Kehakiman.

Pada bulan Agustus 1960 Mr. Sudarman Gandasubrata bersama-sama dengan

Bahrudin Suryobroto menghadiri Second United Natioons Congress on

Prevention of Crime and treatment of Offenders yang diadakan di London. Kedua

pejabat ini, Mr. Sudarman Gandasubrata dalam kedudukannya sebagai Kepala

Djawatan Kepenjaraan, dan Bahrudin Suryobroto dalam kedudukannya sebagai

Inspektur Kepenjaraan, menghadiri Kongres PBB itu sebagai utusan resmi (yang

pertama kali) dari pemerintah Republik Indonesia dengan diketuai oleh Duta

Besar R.I di London Prof. Mr. Sunaryo. Selain itu, diterbitkannya surat edaran

tanggal 23 April 1962 no. J.H. 8.1./40 tentang “Pedoman Pemasyarakatan

Narapidana” yang antara lain memberi petunjuk-petunjuk mengenai pendidikan,

yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan yang khas dari masyarakat

sekelilingnya.

Dalam sejarah pemasyarakatan, peristiwa besar yang merubah keseluruhan

sistem kepenjaraan di Indonesia adalah pemberian gelar Doktor Honoris Causa

dalam Ilmu Hukum oleh Universitas Indonesia kepada Saharjo, SH., Menteri

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

42 Universitas Indonesia

Kehakiman merangkap Menko Hukum dan Dalam Negeri pada waktu itu.

Peristiwa lainnya yakni dimulainya Konferensi Nasional Kepenjaraan di Lembang

Bandung pada tanggal 27 April 1964 hingga tanggal 7 Mei 1964. Konferensi

Dinas di Lembang ini didahului oleh Amanat Presiden Republik Indonesia

(tertulis) tertanggal Jakarta 27 April 1964.

Dengan hadirnya konferensi di Lembang maka ditetapkanlah Sistem

Pemasyarakatan menggantikan Sistem Kepenjaraan dengan demikian nama

Penjara berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan. Berubahnya sistem tersebut

juga menandakan perubahan dalam cara pandang melihat narapidana. Dengan

hadirnya sistem Pemasyarakatan maka pembinaaan serta pendidikan untuk

narapidana mulai dikedepankan. Dengan demikian, perpustakaan yang merupakan

bagian dari pendidikan pun mulai diperhatikan.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

43 Universitas Indonesia

BAB 5

PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian tentang sejarah perpustakaan penjara di

Indonesia adalah gagasan perpustakaan penjara di Indonesia sebagai

sumberdaya pembinaan terpidana sudah ada sejak tahun 1917. Sejak itu,

perpustakaan penjara di Indonesia mengalami perubahan yang ditandai

peristiwa-peristiwa tertentu berdasarkan periode terkait. Hal ini ditandai

dengan munculnya Staatsblad van Nederlandsch-Indie Tahun 1917, No.

708. Sayangnya, tidak ditemukan catatan khusus tentang perpustakaan di

penjara. Baik dalam laporan Direktur Kepenjaraan maupun Direktur

Justisi sejak tahun 1917-1950. Namun, dalam surat edaran pada tahun

1917-1950 ditemukan bahwa dalam penjara harus diisi dengan kegiatan

pendidikan maupun pengajaran baik untuk para narapidana maupun

pegawai penjara.

Akan tetapi, jika melihat fungsi dan pembagian penjara pada masa

pemerintahan Hindia Belanda dapat disimpulkan bahwa Penjara yang

memuat narapidana dari kalangan Eropa serta tahanan politik memiliki

aktivitas membaca yang tinggi dibandingkan dengan penjara yang

berisikan kaum pribumi. Dengan demikian Penjara Semarang, Penjara

Sukamiskin serta Penjara Tangerang yang kala itu fungsinya untuk

memuat narapidana kalangan Eropa dan kalangan Intelektual tersebut

dapat dipastikan perpustakaaan telah hadir di sana. Hanya saja penulis

belum mendapatkan sumber primer yang menyebutkan aktivitas

perpustakaan di penjara-penjara tersebut. Selain itu, surat keputusan yang

dikeluarkan Menteri Kehakiman mengenai Pendidikan di Penjara bagi

para Pegawai dan Narapidana dalam periode 1945-1964, penulis

simpulkan sebagai bagian dari perpustakaan. Merujuk pada Staatsblad

1917 pasal 65 mengenai Pendidikan dan Pengajaran berdampingan

dengan Staatsblad 1917 pasal 113 mengenai pengaturan perpustakaan di

penjara.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

44 Universitas Indonesia

Sedangkan tokoh-tokoh yang mengembangkan perpustakaan di

penjara yakni Mr. H.M Hijmans, Mr. Roesbandi, para tahanan politik

seperti Soekarno, M. Hatta, Sjahrir dan Pramoedya Ananta Toer. Mereka

memang secara tidak langsung membuat perpustakaan menjadi hal yang

penting di dalam penjara tetapi aktivitas membaca serta menulis yang

mereka lakukan membuat para pegawai penjara sadar akan pentingnya

kehadiran perpustakaan. Perubahan sistem Kepenjaraan menjadi Sistem

Pemasyarakatan pada tahun 1964 membuat perpustakaan menjadi bagian

yang penting dalam tahap rehabilitasi untuk para narapidana.

5.2 Saran

Perpustakaan penjara Indonesia dapat dengan sesungguhnya

melaksanakan sumber daya pembinaan terpidana jika sudah ada peraturan

tentang hal tersebut berdasarkan Undang-Undang Neegara Kesatuan

Republik Indonesia. Selain itu, perpustakaan penjara harus bekerja sama

dengan perpustakaan daerah setempat. Hal ini bisa membantu

perpustakaan penjara memaksimalkan fungsinya untuk sarana pendidikan,

rekreasi juga pembinaan yang diwakilkan melalui koleksi perpustakaan.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) harus mulai

memperhatikan perpustakaan penjara dengan membuat pedoman bagi

perpustakaan penjara sekaligus layanan langsung ke perpustakaan penjara.

Organisasi pustakawan seperti Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) maupun

Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi (ISIPII) harus merangkul

pustakawan yang bekerja di perpustakaan penjara berupa pelatihan

maupun seminar yang bisa meningkatkan kemampuannya dalam

perpustakaan penjara. Akhir kata, tidak ada kata terlambat untuk

melakukan sebuah perubahan serta perbaikan.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

45 Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Abd, Rahmat dan Rubit Putih Kadir. 1987. “Minat Baca di Kalangan Banduan.” Tinta vol 1 no.4.

Atmasasmita, Romli. 1975. Dari Pemenjaraan Kepada Pembinaan Narapidana. Bandung: Alumni, 1975

Busha, Charles H. 1980. Research Methods in Librarianship: Techniques and Interpretation Methods in Library Research. Illnois : University of Illnois.

Cassirer, Ernst. 1997. Manusia dan Kebudayaan : Sebuah Esei tentang Manusia (alih bahasa Alois A. Nugroho). Jakarta: Gramedia.

Departemen Kehakiman, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, 2011

Dickens, Charles. The World Book Encyclopedia. London :World Book Aircraft

Inc. 1982.Vol.12.hlm. 153

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Republik Indonesia. 2004. Sejarah Pemasyarakatan: dari Kepenjaraan ke Pemasyarakatan. Jakarta: Departemen Kehakiman.

Enge, Lennart. 1975. Two Prison Libraries in Sweden. Linnet Books.

Gunakaya, A. Widiada. 1988. Sejarah Konsepsi Pemasyarakatan. Bandung: Armico.

H.J, Heaney. 1973. “Ireland’s First Prison Library.” Library History 3, 59- 61.

Hamzah Andi, Siti Rahayu. 1983. Suatu Tinjauan Ringkas Sistem Pembinaaan di Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo

Harrod, Leonard Montague. 1990. Harrod’s Librarian Glossary of Terms used in Librarianship,Documentation and the Book Crafts and Reference Books. London: Gowen.

Hazairin. 1981. Tujuh Serangkai Tentang Hukum. Jakarta: Bina Aksara

Hoofdkantoor van het Gevangeniswezen (Departement van Justitie) : “Verslag over de Hervorningen v/h Gevangeniswezen in Nederlandsch-Indie 1916 – 1920”

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

46 Universitas Indonesia

The International Prisoners’ Aid Association. 1970. “International Survey on the Standard Minimum Rules: A Pilot Study,” International Review of Criminal Policy, 1968 (No. 26). New York: United Nations.

Jean de Vleeschauwer, Herman. 1959. Library History in Library Science. Pretoria.

Jones, Howard Palfrey. 1971. Indonesia: The Possible Dream. New York: Harcourt Brace Jovanovich.

Koentjaraningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.

Koesnoen, R.A. 1961. Politik Pendjara Nasional. Bandung : Sumur.

Krzys, Richard. 1980. Library Historiography, Encyclopedia of Library and Information Science, vol 15. New York : Academic Press.

Leonard Broom & Philip Selzniek. 1973. Sociology. London: Macscott

Moleong, Lexy J. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Muladi. 1997. Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana. Semarang :BP Ekspres

Nevins, A. 1938. “Gateway to History”. New York : D. Appleton Century Co, seperti dikutip oleh M. Natsir. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

News and Notes. 1973. “Libraries in Danish Prisons.” Scandinavian Public Library Quarterly 6,31.

Nota inzake de verbetering van het gevangeniswezen, 10 September 1921, Birjlage verslag gevangeniswezen 1926

Phyliss Dalton I., Library Services to Correctional Facilities in Other Countries, 1977

Reitz, P.A.G. Dec 1970. “The Place of the Public in the Programme for the Treatment of Prisoners.” South African Libraries 38, 176.

Santosa, Salamun Budi. 1978. “Kebijaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Pembangunan Nasional Berdasarkan Sistem Pemasyarakatan.” Majalah Pemasyarakatan, No. 7, hlm.20-26

Soemadipraja, Achmad S. 1979. Sistem Pemasyarakatan di Indonesia. Jakarta: Binacipta.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA SEJARAH PERPUSTAKAAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20293163-S1489-Sejarah perpustakaan.pdf · dan Short Journal (Abdurrahman, 1978). Sedangkan di Indonesia,

47 Universitas Indonesia

Staatsblad van Nederlandsch Indie 1917 no.708 Artikel 113.

Stadius, Donald E. 1971. “A Roundelay for Attica and other Prison Libvraries based on an Old Song. “William Library Bulletin. 46 (3), November, hlm. 246-47.

Stevens, Rolland E. 1971. Research Methods in librarianship: Historical and Bibliographical Methods in Library Reseach.

Stevens, T. dan B. Usherwood. 1995. “The development of the prison library and its role within the models of rehabilitation.” The Howard Journal of Criminal Justice 34 (1) Februari

Subekti. 1973. Kamus Hukum. Jakarta : Pradnya Paramita.

Sugianto, G. 1981. Seluk Beluk Pemasyarakatan. Jakarta : Departemen Kehakiman.

Sujatno, Adi. 1998. Pencerahan di Balik Penjara. Bandung: Atmico.

Sulistyo Basuki. 1994. Periodisasi Perpustakaan Indonesia. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sunaryo, Thomas. 1983. “Narapidana, Pembinaan, dan Buku.” Majalah Optimis.

No. 41. Juni, hlm. 76-77.

The International Prisoners’ Aid Association. 1970. International Survey on the Standard Minimum Rules: A Pilot Study, International Review of Criminal Policy, 1968 (No. 26). New York, United Nations

Vogel, Brenda. 1994. “Making Prison Libraries Visible and Accessible”. Correction Today. Vol. 56 (2).

Wagner, Thomas J. 1976. Report from the Regional Headquarters Librarian, Canadian Penitentiary Service.

Waston, Richard F. 1951. Prison Libraries. London :The Library Association

Chancer House.

Sejarah perpustakaan..., Dini, FIB UI, 2011