rawan bencana

11
Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan tofografi terhadap banjir dan longsor. Karena kebutuhan manusia akan pangan, sandang, dan permukiman, semua tanah tidak bisa dibiarkan tertutup hujan dan padang rumput. Tetapi meskipun dalam usaha pertanian, jenis tanaman yang diusahakan memainkan peranan penting dalam pencegahan banjir dan longsor. Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan longsor dapat berupa intersepsi hujan oleh tajuk tanaman, mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air, pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah, dan transpirasi yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang. Gambar 3.14 menunjukkan pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap aliran permukaan (run off). Perubahan penggunaan lahan secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap hidrograf aliran. Pada Gambar 3.15 terlihat bahwa debit puncak sungai pada wilayah yang telah berubah menjadi pemukiman mengalami kenaikan debit puncak. Hal ini karena pada wilayah yang penutup lahannya berupa pemukiman memiliki run off atau aliran permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah dengan penutup lahan yang bervegetasi.. D. Topografi

Upload: illo-ilo

Post on 29-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rawan Bencana

Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat

akan menghilangkan pengaruh hujan dan tofografi terhadap banjir dan longsor. Karena

kebutuhan manusia akan pangan, sandang, dan permukiman, semua tanah tidak bisa

dibiarkan tertutup hujan dan padang rumput. Tetapi meskipun dalam usaha pertanian,

jenis tanaman yang diusahakan memainkan peranan penting dalam pencegahan banjir dan

longsor. Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan longsor dapat berupa

intersepsi hujan oleh tajuk tanaman, mengurangi kecepatan aliran permukaan dan

kekuatan perusak air, pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan

dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas

tanah, dan transpirasi yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang. Gambar 3.14

menunjukkan pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap aliran permukaan (run

off).

Perubahan penggunaan lahan secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap

hidrograf aliran. Pada Gambar 3.15 terlihat bahwa debit puncak sungai pada wilayah

yang telah berubah menjadi pemukiman mengalami kenaikan debit puncak. Hal ini

karena pada wilayah yang penutup lahannya berupa pemukiman memiliki run off atau

aliran permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah dengan penutup lahan

yang bervegetasi..

D. Topografi

Kondisi topografi lahan umumnya memiliki permukaan yang bergunung, yang

sebagiabn besar berada pada ketinggian 0 – 280 m dpl, seperti disajikan dalam Gambar

3.16 dan Tabel 3.6. Kondisi kemiringan lahan lebih didominasi oleh kategori 0 – 15 %

yang tersebar pada wilayah bagian utara dan sepanjang pantai. Kategori ini termasuk

dalam jenis morfologi lahan dataran. Kategori lebih dari 15% tersebar hanya sebagian

kecil di bagian tengah wilayah ini berupa daerah perbukitan dan pegunungan, seperti di

Kabupaten Gowa, sebagian di Kabupaten Maros dan Barru.

E. Geomorfologi

Geomorfologi dedefinisikan sebagai ilmu tentang roman muka bumi beserta

aspek-aspek yang mempengaruhinya. Adapun definisi dari bentang alam (landscape)

adalah panorama alam yang disusun oleh elemen-elemen geomorfologo dalam dimensi

Page 2: Rawan Bencana

yang lebih luas dari terrain, sedangkan bentuk lahan (landforms)adalah kelompok fisik

permukaan ataupun dekat permukaan suatu daratan yang dipengaruhi oleh kegiatan

manusia.

Pada dasarnya geomorfologi mempelajari bentuk-bentuk bentang alam;

bagaimana bentang alam itu terbentuk secara konstruksional (yang diakibatkan oleh gaya

endogen, aktivitas tektonik/struktur geologi), dan bagaimana bentang alam tersebut

dipengaruhi oleh pengaruh luar berupa gaya eksogen seperti pelapukan, erosi,

sedimentasi, dan air, angin, es sebagai agent yang merubah batuan atau tanah yang

membentuk bentang alam yang bersifat desktruksional, dan menghasilkan bentuk-bentuk

alam darat tertentu (landforms). Pengaruh struktur (pelipatann, pensesaran,

pengangkatan, instruksi, ketidakselarasan, termasuk didalamnya jenis-jenis batuan) yang

bersifat konstruksional, dan proses yang bersifat desktruksional (pelapukan, longsoran,

kerja air, angin, gelombang, pelarutan, dan lainnya), sudah diakui oleh ahli geologi dan

geomorfologi sebagai dua buah parameter sangat penting dalam pembentukan bumi.

Selain itu batuan sebagai bagian dari struktur dan tahapan proses geologi merupakan

faktor cukup penting.

Selama pertengahan abad ini, hampir semua kegiatan riset geomorfologi terutama

ditujukan sebagai alat interprestasi geologi saja, dengan menganalisa bentang alam dan

bentuk-bentuk alam yang mengarah pada kecurigaan pada unsur-unsur struktur geologi

tertentu atau jenis-jenis batuan, seperti pembelokan atau kelurusan sungai, bukit-bukit,

dan bentuk-bentuk alam lainnya. Tetapi dalam empat dekade terakhir, riset geomorfologi

sudah mulai diarahkan pada studi tentang proses-proses geomorfologi, walaupun kegiatan

interpretasi masih tetap tidak ditinggalkan dan tetap diperlukan. Selain itu pembangunan

fisik memerlukan informasi mengenai geomorfologi yang menyangkut antara lain

geometri bentuk muka bumi dan proses-proses geomorfologi yang sedang berjalan

beserta besaran-besarannya, dan anntisipasi terhadap bentuk perubahan muka bumi dalam

skala detail dapat mempengaruhi pembangunan.

Peta geomorfologi pada hakekatnya adalah peta yang menggambarkan bentuk

lahan, genesa beserta proses yang mempengaruhinya dalam berbagai skala. Adapun

informasi yang terdapat dalam peta geomorfologi berupa bentuk, geometri, serta proses-

proses yang telah maupun yang sedang terjadi, baik proses endogenik maupun eksogenik.

Page 3: Rawan Bencana

Ada sedikit perbedaan penekanan antara informasi geomorfologi untuk sains dan

informasi geomorfologi untuk terapan.

1. Untu tujuan sains maka peta geomorfologi diharapkan mammpu memberi informasi

mengenai hal—hal berikut :

a. Faktor-faktor geologi apa yang telah berpengaruk kepada pembentukan

bentang alam diisuatu tempat

b. Bentuk-bentuk bentang alam apa yang telah terbentuk karenanya. Pada

umumnya hal-hal tersebut diuraikan secara deskriptif. Peta geomorfologi yang

disajikan harus dapat menunjang hal-hal tersebut diatas, demikian pula

klasipikasi yang digunakan. Gambaran peta yang menunjang genesa dan

bentuk diutamakann.

2. Sedangkan untuk tujuan terapan peta geomorfologi akan lebih banyak memberikan

informasi mengenai :

a. Geometri dan bentuk permukaan bumi seperti tinggi, luas, kemiringan lereng,

kerapatan sungai, dan sebagainya.

b. Proses geomorfologi yang sedang berjalan dan besaran dari proses seperti :

- Jenis proses (pelapukan, erosi, sedimentasi, longsoran, pelarutan, dan

sebagainya)

- Besaran dan proses tersebut (berapa luas, berapa dalam, berapa

intensitasnya, dan sebagainya)..

Pada umumnya hal-hal tersebut dinyatakan secara terukur. Peta geomorfologi

yang disajikan harus menunjang hal-hal tersebut diatas, demikian pula klasipikasi yang

digunakan. Gambaran peta diutamakan yang menunjang kondisi parametris (yang dapat

diukur) serta proses-proses eksogen yang berjalan pada masa kini dan yang akan datang.

Sebaran geomorfologi pada wilayah kerja BPDAS Jeneberang Walanae dapat

dilihat pada Gambar 3.17 dan Tabel 3.7

Page 4: Rawan Bencana

Tabel 3.7 Geomorfologi

Geomorfologi Luas (Ha)Batu dan pulau-pulau karang 97610.454Beting pantai dan cekungan antar beting pantai 9428.991Bukit curam di atas napal dengan singkapan batu gamping 756.525Bukit karstik pada daerah kering 14637.365Bukit yang agak curam di atas kerucut vulkanik basa 123.817Bukit yang sangat teroreh di atas batuan ultra basa 19583.629Bukit karst di atas marmer dan batu gamping 194330.338Dasar lembah kecil di atas bukit-bukit 26743.706Dataran banjir bergambut yang tergenang permanen 6732.887Dataran berbukit kecil di atas batu sedimen campuran 3446.832Dataran bergelombang dengan bukit-bukit kecil di atas napal dan batu gamping 81075.353Dataran bergelombang dengan bukit-bukit kecil karst konikal 2591.782Dataran bergelombang yang berbukit kecil karst pada daerah kering 1651.977Dataran gabungan endapan muara dan endapan sungai 30063.671Dataran karstik berbukit kecil 52583.781Dataran karstik yang datar sampai berombak dengan bukit karst kecil yang tersebar 44242.557Dataran karstik yang datar sampai berombak pada daerah kering 4205.570Dataran lakustrin 1758.672Dataran lava basa berbukit kecil 82350.576Dataran lumpur antara pasang surut dibawah halofit 2843.009Dataran sedimen bertufa yang berbukit kecil 24490.365Dataran sedimen bertufa yang berombak 787.246Dataran sedimen campuran yang berombak sampai yang bergelombang 899.698Dataran tufa vulkanik sedang sampai basa yang berbukit kecil 129.718Dataran vulkanik basa yang berombak sampai bergelombang 21650.049Gunung berapi strato muda berasal dari vulkanik basa/sedang 8.527Idem pada daerah kering 198545.445Kipas aluvial non vulkanik yang melereng landai 38527.724Kipas aluvial non vulkanik yang melereng sedang 1356.055Kipas aluvial vulkanik yang melereng sangat landai 18948.805Kipas aluvial vulkanik yang melereng sedang 266.980Menara karst yang terjal 9509.930Punggung gunung metamorfik terorientasi yang terjal 8232.697Punggung bukit cembung yang terorientasi di atas batuan ultra basa 1665.979Punggung bukit dan gunung-gunung karstik yang tidak rata 51265.135Punggung bukit karst linier 1248.847Punggung bukit metamorfik yang sangat curam pada daerah kering 131.720Punggung bukit sedimen asimetrik pada daerah kering 5876.255Punggung bukit sedimen asimetrik tak terorientasi 91410.931Punggung bukit sedimen asimetrik yang teroreh melebar 11850.715Punggung bukit vulkanik basa yang sangat curam pada daerah kering 98333.850Punggung bukit yang panjang dan sangat curam di atas batuan metamorfik 65566.768Punggung bukit yang sangat curam di atas vulkanik basa 55125.187Punggung gunung yang tak teratur di atas batuan vulkanik basa 144736.288Rawa gambut dalam 340.528

Page 5: Rawan Bencana

Sisi punggung bukit yang sangat curam di atas sedimen bertufa 467065.222Sistem punggung bukit sedimen bertufa yang sangat curam 31375.731Sistem punggung bukit sedimen yang linier dengan arah lereng curam 13865.236Teras-teras laut teroreh dengan singkapan-singkapan batu karang 151.945Teras-teras sungai yang berombak sampai bergelombang 27981.564Teras-teras sungai yang rendah lebar dan datar 21954.309

28706.477

F. Sosek

Total penduduk di wilayah kerja BPDAS Jeneberang-Walanae berjumlah

4.407.739 jiwa. Pada sensus penduduk tahun 2000, sex ratio diwilayah ini adalah 95,1%

dengan pertumbuhan penduduk (dari tahun 1990-2000) sebesar 1,49%. Sementara itu,

kerapatan penduduk adalah 133 jiwa per km2. Kota Makassar merupakan wilayah

terpadat yaitu dengan jumlah penduduk sebesar 1.186.445 jiwa sedangkan kota Pare-pare

merupakan wilayah dengan jumlah penduduk paling sedikit, yaitu 108.522 jiwa. Tabel

3.8 mendeskripsikan jumlah penduduk pada setiap kabupaten/kota di wilayah kerja

BPDAS Jeneberang-Walanae sampai dengan bulan Juni 2006. Penduduk miskin di

wilayah berjumlah 701.500 jiwa dengan persentase sebesar 15,91% (Tabel 3.9).

Tabel 3.8 Jumlah Penduduk pada setiap Kabupaten/Kota (Juni 2006)

Page 6: Rawan Bencana

Tabel 3.9 Jumlah dan Persentase Penduduk miskin pada setiap Kabupaten/Kota

Sebagian besar produksi padi Sulawesi Selatan dihasilkan oleh jenis padi sawah.

Jenis padi ini menyumbang 99,55% dari seluruh produksi padi atau sebesar 2.393.309 ton

sedangkan sisanya dihasilkan oleh padi ladang. Produksin padi tahun 2005 sebesar

2.4104.128 ton yang dipanen dari areal seluas 515.669 ha atau rata-rata 4,65 ton per

hektar (Tabel 3.10). selain padi sebagai komoditas tanaman pangan andalan, tanaman

pangan lainnya yang dihasilkan Sulawesi Selatan adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar dan

kacang-kacangan.

Tabel 3.10 Produksi padi dan luas panen di setiap kabupaten/kota (tahun 2005)

Page 7: Rawan Bencana

Hasil tanaman perkebunan yang cukup dominan di Sulawesi Selatan pada tahun

2005 adalah tanaman kakao dan kelapa dalam yang masing-masing berproduksi sebesar

222.566,82 ton dan 101.375,40 ton (tabel 3.11) sebagian besar hasil perkebunan tersebut

dihasilkan oleh perkebunan rakyat dan dapat dikatakan peran perkebunan besar swasta

relatif sangat kecil.

Tabel 3.11 Produksi dan luas areal hasil tanaman perkebunan di setiap kabupaten/kota

(tahun 2005)

Page 8: Rawan Bencana

Kawasan hutan di Sulawesi Selatan pada tahun 2005 seluas 3.090.005 ha yang

antara lain terdiri dari 1.224.279,65 ha hutan lindung 488.551,,00 ha hutan produksi

terbatas