ustek pemetaan rawan bencana kubu-abang

300

Click here to load reader

Upload: reni-carica

Post on 01-Dec-2015

678 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

ustek tentang pemetaan kawasan rawan bencana

TRANSCRIPT

Page 1: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Data Penawaran Teknis ini merupakan bagian dari Dokumen Penawaran secarakeseluruhan dari PT. WARTHA BAKTI MANDALA untuk pekerjaanPENYUSUNAN PETA RISIKO BENCANA DI KECAMATAN ABANG DAN KUBUDalam Dokumen Usulan Teknis ini terdapat beberapa bagian yaitu :

1. DATA ORGANISASI PERUSAHAAN2. DAFTAR PENGALAMAN KERJA3. URAIAN PENGALAMAN KERJA4. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK5. PENDEKATAN, METODELOGI, DAN PROGRAM KERJA6. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN7. FASILITAS PENDUKUNG8. KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN9. JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI10. PENUTUP

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian dokumen ini,kami menyampaikan ucapan terima kasih.

Denpasar, Juli 2013

PT. WARTHA BAKTI MANDALA

Page 2: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

1

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

1.1. UMUMPT. WARTHA BAKTI MANDALA didirikan pada tanggal 10 Mei 1996 dengan

tujuan menyediakan layanan jasa konsultan bagi pihak pemerintah maupun

swasta khususnya keahlian jasa konsultan di bidang Perencanaan Kota dan

Wilayah sesuai dengan tuntutan pembangunan di masa mendatang.

Untuk menunjang tujuan tersebut PT. WARTHA BAKTI MANDALA telah

membina sumber daya manusia sesuai dengan bidang keahlian tersebut di

atas, baik tetap maupun paruh waktu.

VISI PT. WARTHA BAKTI MANDALA adalah menjadi konsultan profesional

untuk menjadi bagian dalam kegiatan perencanaan pembangunan di Provinsi

Bali maupun nasional

MISI PT. WARTHA BAKTI MANDALA :

1. Meningkatkan daya saing kualitas dan kuantitas SDM

2. Membangun kemitraan yang sehat dengan pemberi kerja dan antar

penyedia jasa konsultan

3. Memperluas bidang jasa layanan dan wilayah pelayanan

4. Menyediakan layanan konsultasi yang berkualitas dalam melaksanakan

pekerjaan

5. Menjunjung tinggi etika profesi dalam melaksanakan pekerjaan

konsultansi

Page 3: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

2

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

Dalam melaksanakan proyek-proyek tersebut PT. WARTHA BAKTI MANDALA

senantiasa berusaha memberikan yang terbaik, karena pekerjaan ditangani

oleh tenaga ahli - tenaga ahli yang profesional dan berpengalaman, serta

disesuaikan dengan yang diisyaratkan dalam lingkup pekerjaan proyek.

1.2. DATA ADMINISTRASI1. Pendirian PerusahaanPT. WARTHA BAKTI MANDALA didirikan di Denpasar pada tanggal 10 Mei

1996 dengan Akte Notaris I Gusti Ngurah Putra Wijaya, SH Nomor 28,

adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa konsultan dan

berkedudukan di Kota Denpasar. Perubahan Akte Pendirian Perusahaan

tertanggal 31 Desember 2002 Nomor 49 dengan Notaris I Gusti Ngurah

Putra Wijaya, SH.

2. Data Administrasi1. Nama Badan Usaha : PT. Wartha Bakti Mandala

2. Status Badan Usaha : Kantor Pusat

3. Alamat Badan Usaha : Jalan Trengguli Gg. XII/5 Denpasar

No. Telepon : 0361 – 463 564

No. Fax : 0361 – 463 564

E-mail : [email protected]

3. Izin Usaha, Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK)No. IUJK : No. 1-002216-5171-1-

00027

Tanggal 5 Mei

2010

Masa berlaku izin usaha : 5 Mei 2013

Instansi Pemberi izin

Usaha

: Pemerintah Kota Denpasar

Page 4: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

3

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

4. Izin Lainnya, Sertifikat Badan Usaha (SBU)No. Surat Uzin SBU : 1-5171-5-08-1-22-002216

Masa berlaku izin usaha : 28 April 2011 tanggal 28 April 2014

Instansi Pemberi izin

Usaha

: LPJK

5. Landasan Hukum Pendirian Badan Usaha1. Akta Pendirian PT

a. Nomor Akta

b. Tanggal

c. Nama Notaris

: 28

: 10 Mei 1996

: I Gusti Ngurah Putra Wijaya, SH

2. Akta Perubahan Terakhir

a. Nomor Akta

b. Tanggal

c. Nama Notaris

: 49

: 31 Desember 2002

: I Gusti Ngurah Putra Wijaya, SH

6. PengurusA. Komisaris

No. Nama No. KTPJabatan Dalam

Perusahaan

I.

II.

III.

Ir. Wayan Hartana

Dra. Ni Wayan Sulasih

Ir. PMG. Jiwa Duarsa,

MM

5103051110540001

5171027112660014

5171040604680002

Komisaris

Komisaris

Direktur

B. Direksi/Pengurus Badan Usaha/Kemitraan

No. Nama No. KTPJabatan Dalam

Perusahaan

I. Ir. Wayan Hartana 5103051110540001 Komisaris

Page 5: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

4

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

II.

III.

Dra. Ni Wayan Sulasih

Ir. PMG. Jiwa Duarsa, MM

5171027112660014

5171040604680002

Komisaris

Direktur

C. Data Keuangan

1. Susunan Kepemilikan Saham

No Nama No. KTP Alamat

Perse

ntase

(%)

1 Dra. Ni Wayan

Sulasih

5171027112660014 Jl. Trengguli XVII/3

Denpasar

25

2 Ir. PMG Jiwa Duarsa,

MM

5171040604680002 Jl.Tk.Yeh Aya

Gg.VII-1/BX

Denpasar

15

3 Ir. Wayan Hartana 5103051110540001 Br.Jaba

Tengah,Kel.Pemoga

n

15

4 Ir. Tumpal Herry.H. 196603120260/090

3005

Jl.Sapujagat D3/47

Bandung

15

5 Ir. Arif Yoga Samekto 196703260082/020

3046

Perumnas Sarijadi

94/1 Bandung

15

6 Ir. I Made Arca

Eriawan, MM

5171032309670004 Jl. P. Serangan

KNH 41 Denpasar

15

2. Pajak

Page 6: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

5

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

a.

b.

c.

Nomor Pokok Wajib

Pajak

Bukti Laporan Pajak

Tahun Terakhir

Laporan Laporan

Bulanan (tiga bulan

terakhir) :

1) PPh Pasal 21

2) PPh Pasal 25/Pasal

29

3) PPN

:

:

:

:

:

01.777.450.6-904-000

No. 90403000004874

Tanggal 29 April 2011 (Terlampir)

Oktober : No. S-

01033784/PPH2109/WPJ.17/KP.0403/2011

Tanggal 21 Nopember 2011 (terlampir)

Nopember : No. S-

01037090/PPH2109/WPJ.17/KP.0403/2011

Tanggal 21 Desember 2011

Desember : No. S-

01002333/PPH2109/WPJ.17/KP.0403/2012

Tanggal 20anuati 2012

Oktober : No. S-

01033782/PPH25/WPJ.17/KP.0403/2011

Tanggal 21 Nopember 2011

Nopember : No. S-

01037093/PPH25/WPJ.17/KP.0403/2011

Tanggal 21 Desember 2011

Desember : No. S-

01002319/PPH25/WPJ.17/KP.0403/2012

Tanggal 20 Januari 2012

Oktober : No. S-

01033783/PPN1111/WPJ.17/KP.0403/2011

Tanggal 21 Nopember 2011

Nopember : No. S-

01037092/PPN1111/WPJ.17/KP.0403/2011

Tanggal 21 Desember 2011

Desember : No. S-

Page 7: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

6

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

1.3. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAANStruktur Organisasi Perusahaan PT. WARTHA BAKTI MANDALA seperti

tergambar pada diagram berikut.

Gambar 1.1DIAGRAM ORGANISASI PERUSAHAAN

PT. WARTHA BAKTI MANDALA

Page 8: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

7

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

2.1. UMUMUnggulan layanan PT. Wartha Bakti Mandala adalah pada Bidang Tata

Lingkungan pada Sub Bidang Jasa Perencanaan Urban. Namun demikian

sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar dan sesuai ragam keahlian tenaga

ahli yang dimiliki, maka bidang layanan diperluas ke sub Bidang lainnya dan

Jasa Non Konstruksi.

Berdasarkan perkembangan waktu, jenis pekerjaan yang tertuang dalam

Sertifikat Badan Usaha Jasa Konsultan terdiri dari Jasa Konsultansi Konstruksi

dan Non Konstruksi. Lingkup pekerjan tersebut adalah :

Jasa Konsultansi Konstruksi :No Bidang Sub Bidang1 Tata Lingkungan Jasa Konsultansi Lingkungan

Jasa Perencanaan Urban

Jasa Nasehat /Pradesain tata

lingkungan lainnya

2 Sipil Jasa Nasehat /Pra desaig dan DED

Bagunan

Jasa Konsultansi Non Konstruksi :No Bidang Sub Bidang

1 Pengembangan Pertanian

dan Perdesaan Prasaran Sosial dan Pengembangan

/Partisipasi Masyarakat

Perkebunan dan mekanisasi

Page 9: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

8

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

Pertanian

Kehutanan

Perikanan

2 Keuangan Manajemen Keuangan Perusahaan

3 Kependudukan Sub Bidang Kependudukan lainnya

4 Jasa Survey Survey teristris

Pengindraan Jauh

Sistem Informasi Geografis

5 Jasa Konsultansi

Manajemen Pelatihan dan Pengembangan SDM

Dalam kegiatan usahanya, PT. Wartha Bakti

Mandala selain telah mengerjakan proyek-proyek sesuai keahliannya di

Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, juga

telah bekerjasama dengan Konsultan dari daerah lain untuk menggarap

pekerjaan-pekerjaan dengan skala nasional.

Page 10: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

9

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. Wartha Bakti Mandala selain telah mengerjakan proyek-proyek sesuai

keahliannya di Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota di

Provinsi Bali, juga telah mulai mengerjakan pekerjaan konsultansi skala

nasional di Kementerian dan Lembaga dan bekerjasama dengan Konsultan dari

daerah lain maupun lembaga perguruan tinggi,

Besar harapan kami, sesuai sumber daya manusia yang kami miliki saat ini

kami tetap dapat secara profesional mengerjakan semua lingkup pekerjaan di

atas jika diberi kepercayaan dan kesempatan. Dalam perjalanannya, PT Wartha

Bakti Mandala sudah banyak memperoleh kesempatan untuk mengerjakan

pekerjaan yang menjadi core bisnisnya yaitu di bidang Perencanaan Wilayah

dan Kota, Tata Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Beberapa layanan kerjasama yang telah dilakukan meliputi kerjasama dengan :

1. Kementerian Pekerjaan Umum

2. Kementerian Kelautan dan Perikanan

3. Kementerian Negara Lingkungan Hidup

4. Bank Dunia (World Bank)

5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali

6. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali

7. Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah (BPMD) Provinsi Bali

8. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali

9. Dinas Perkebunan Provinsi Bali

10. Setwilda Kabupaten Tabanan

11. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buleleng

12. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tabanan

13. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Denpasar

14. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Badung

15. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar

16. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Klungkung

17. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bangli

Page 11: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

10

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

18. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Jembrana

19. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Karangasem

20. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Buleleng

21. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karangasem

22. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tabanan

23. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Badung

24. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Denpasar

25. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gianyar

26. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng

27. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Buleleng

28. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar

29. Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar

30. Kerjasama dengan LSM

31. Kerjasama dengan Universitas Udayana

32. Kerjasama dengan Universitas Warmadewa

Page 12: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

11

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

DAFTAR PENGALAMAN KERJA SEJENIS10 (SEPULUH) TAHUN TERAKHIR

PT. Wartha Bakti Mandala

No.

PenggunaJasa/Sumber

DanaNama Paket Pekerjaan

LingkupLayanan

PriodeOrangBulan

Nilai Kontrak Mitra Kerja

1 2 3 4 5 6 7 81 Bappeda Kab.

Badung/APBD

Kab. Badung

Penyusunan Rencana

Induk Objek Wisata

Sangeh di Kecamatan

Abiansemal

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

7 Feb. 2000 –

27 Maret

2000

11/2 Rp.

102.092.000,-

-

2 Bappeda Prov.

Bali/APBD Prov.

Bali

Penyusunan

Pengembangan

Kawasan Tertinggal

Proyek

Pengembangan

Kawasan Tertinggal

Tersebar di 9

(Sembilan) Kab./Kota

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

26 sept. 2000

– 24 Des.

2000

7/3 Rp.

194.546.500,-

-

Page 13: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

12

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

3 Bappeda Kab.

Jembrana/APBD

Kab. Jembrana

Penyususunan Revisi

Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW)

Kabupaten Jembrana

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

24 Juli 2000

– 6 Dsember

2000

6/4 Rp.

143.995.500,-

-

4 Bappeda Provinsi

Bali/APBD Prov.

Bali

Penyusunan Profil dan

Pengelolaan Sumber

Daya Alam Wilayah

Pesisir dan Laut

Kabupaten Buleleng

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

16 Agst 2002

– 14 Des

2002

9/4 Rp.

293.925.000,-

-

5 Dinas PU Prov.

Bali/APBD Prov.

Bali

Penyusunan RDTR

Kawasan Sepanjang

Jalur rencana Jalan

Arteri Beringkit-Batuan

Purnama

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

21 Juni 2002

– 18 Des

2002

7/6 Rp.

284.493.000,-

-

6 Dinas PU Prov. Bali Penyusunan RUTR

Kawasan Perkotaan

(Sarbagita)

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

13 Juni 2003

– 9

Desember

2003

9/6 Rp.

379.973.000,-

-

Page 14: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

13

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

7 Disbudpar Kab.

Buleleng/APBD

Kab. Buleleng

Program Inovatif

Implementasi

Samudera Kertih

Berbasis Partisipasi

Masyarakat di

Kawasan Pariwisata

Lovina

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

22 April 2004

– 21 Agst

2004

5/4 Rp.

393.008.000,-

-

8 BPMD Prov.

Bali/APBD Prov.

Bali

Penyusunan Peta

Pembangunan Desa

Melalui Kegfiatan

Menggagas Masa

Depan Desa (MMDD)

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

8 Mei 2006 –

4 Nov. 2006

3/6 Rp.

305.013.500,-

-

9 Dinas PU Prov.

Bali/APBD Prov.

Bali

Sosialisasi dan

Pembahasan Draf

Peraturan Gubernur

tentang RDTR

Kawasan Teluk Benoa

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

6 Juni 2006 –

2 Des 2006

10/6 Rp.

575.070.000,-

-

Page 15: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

14

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

10 Bappeda Kab.

Karangasem/APB

D Kab.

Karangasem

Inventarisasi dan

Evaluasi Keluarga

Miskin

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

19 Juni 2006

– 19 Nop.

2006

6/5 Rp.

571.000.000,-

-

11 Bappeda Kota

Denpasar/APBD

Kota Denpasar

Penyusunan Pedoman

Teknis Pembangunan

Kota Denpasar

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

1 Agst. 2006

– 28 Nop.

2006

10/4 Rp.

487.795.000,-

-

12 Satker Dinas

Perikanan dan

Kelautan Prov.

Bali/APBD Prov.

Bali

Penyusunan Rencana

Pengembangan

Kawasan Konservasi

Laut Daerah Di

Provinsi Bali

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

6 Sept. 2006

– 4 Des.

2006

3/3 Rp.

83.980.000,-

-

Page 16: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

15

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

13 BPMD Prov.

Bali/APBD Prov.

Bali

Penyusunan

Pengembangan

Kawasan Perdesaan

Terpadu Berbasis

Komunitas pada

Wilayah Kabupaten

Buleleng dan

Kabupaten

Karangasem

(Kawasan Desa

Tembok dan Tianyar)

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

5 Juni 2007 –

4 Des. 2007

9/6 Rp.

477.845.500,-

-

14 Bappeda Prov.

Bali/APBD Prov.

Bali

Pekerjaan Kajian

Penyusunan

Pengendalian

Pemanfaatan Ruang

pada Kawasan

Strategis

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

2 Juli 2007 –

28 Des 2007

8/6 Rp.

285.010.000,-

-

Page 17: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

16

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

15 Bappeda Kab.

Gianyar/APBD Kab.

Gianyar

Penyusunan Rencana

Detail Tata Ruang

(RDTR) Kecamatan

Gianyar

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

15 Agst. 2007

– 28 Des.

2007

10/4,5 Rp.

273.000.000,-

-

16 Dirjen Kelautan,

Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil

Direktorat Pesisir

dan Laut

Mitigasi Kerusakan

Terumbu Karang

Untuk Kegiatan

Perikanan dan Wisata

Bahari Kabupaten

Buleleng Propinsi Bali

Tata

Lingkungan

13 Agust.

2007 – 13

Des. 2007

12/4 Rp.

197.510.000,-

-

17 Bappeda Kab.

Badung/APBD Kab.

Badung

Penyusunan Zoning

Regulation

Pembangunan di

Kawasan Seminyak,

Legian dan Kuta

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

20 Juni 2007

– 16

Nopember

2007

7/5 Rp.

207.171.000,-

-

18 Bappeda Kab.

Klungkung

Survey dan Pemetaan

Revisi Jalur Hijau

Kabupaten Klungkung

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

9 Juli 2007 –

5 Nopember

2007

9/4 Rp.

365.783.000,-

-

Page 18: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

17

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

19 BPMPD Prov.

Bali/APBD Prov.

Bali

Penyusunan

Pengembangan

Kawasan Perdesaan

Berbasis Masyarakat

pada Lintas Kabupaten

Tabanan dan

Kabupaten Buleleng

(Kawasan Desa

Pupuan dan Desa

Subuk)

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

15 Mei 2008

– 17 Nop.

2008

7/6 Rp.

426.783.000,-

-

20

.

Dirjen Penataan

Ruang/APBN

Peningkatan

Pelaksanaan Penataan

Ruang Kawasan

Metropolitan Sarbagita

(Denpasar-Badung-

Gianyar-Tabanan)

Propinsi Bali

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

5 Juni 2008 –

5 Des. 2009

28/18 Rp.

4.704.000.675,-

PT.

Lenggogeni

dan PT.

Arcende

Page 19: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

18

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

21

.

Satker PKP

Bali/APBN

Pekerjaan Penyusunan

Strategi

Pengembangan

Permukiman dan

Infrastruktur Perkotaan

(SPPIP) Kota

Denpasar

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

20 April 2010

– 15

Desember

2010

7/8 Rp.

950.576.000,-

-

22

.

Bappeda Kab.

Jembrana/APBD

Kab. Jembrana

Pekerjaan Evaluasi

RPJMD Kabupaten

Jembrana

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

13 Okt. 2010

– 13 Des.

2010

2/2 Rp.

43.300.000,-

-

23

.

Satker PKP

Bali/APBN

Penyusunan Strategi

Pembangunan

Permukiman dan

Infrastruktur Perkotaan

(SPPIP) Kabupaten

Tabanan

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

18 Mei 2011

– 13

Desember

2011

9/7 Rp.

801.141.000,-

-

Page 20: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

19

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

24

.

Bappeda Propinsi

Bali/APBD

Propinsi Bali

Penyusunan Rencana

Rinci Tata Ruang

Kawasan Strategis

Pariwisata Air Sanih di

Kabupaten Buleleng

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

30 Mei 2011

– 30

Nopember

2011

8/6 Rp.

427.185.000,-

-

25

.

Bappeda kab.

Bangli/APBD

Kab.Bangli

Penyusunan rencana

Detail Tata Ruang

Kecamatan Kintamani

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

1 Agustus

2011 – 13

Desember

2011

7/4,5 Rp.

337.672.000,-

-

26

.

Dinas PU Propinsi

Bali/APBD

Propinsi Bali

Penyusunan Prosedur

Insentif dan

Disinsentif

Pemanfaatan Ruang

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

2 Agustus

2011 – 29

Desember

2011

8/5 Rp.

234.603.000,-

-

27

.

Bappeda Litbang

Kabupaten

Badung/APBD

Kab. Badung

Penyusunan

Rancangan Peraturan

Daerah RDTR

Kecamatan

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

14 Juni 2011

– 12

September

2011

2/3 Rp. 97.691.000 -

Page 21: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

20

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

28

.

Bappeda Kota

Denpasar/APBD

Kota Denpasar

Penyusunan Rencana

Rinci Kawasan

Strategis Kota

Denpasar

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

23 Mei 2011

– 19 Oktober

2011

8/5 Rp.

187.275.000,-

-

29

.

Bappeda dan PM

Kab.

Jembrana/APBD

Kab. Jembrana

Penyesuaian dan

Sosialisasi

Rancangan Peraturan

Daerah RTRW

Kabupaten Jembrana

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

22 Agustus

2011 – 20

Nopember

2011

6/3 Rp.

119.680.000,-

-

30

.

Bappeda

Kab.Tabanan/APB

D Kab. Tabanan

Penyusunan Kajian

Lingkungan Hidup

Strategis (KLHS) Kab.

Tabanan

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

18 Oktober

2011 – 3

Desember

2011

5/2 Rp.

91.400.000,-

-

31

.

Bappeda kab.

Klungkung/APBD

Kab. Klungkung

Penyusunan Kajian

Lingkungan Hidup

Strategis (KLHS)

Kabupaten Klungkung

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

11 Nopember

2011 – 11

Desember

2011

5/1 Rp.

49.390.000,-

-

Page 22: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

21

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

32

.

Dinas Peternakan,

Kelautan dan

Perikanan Kab.

Karangasem

Belanja Jasa

Konsultansi Pemetaan

Wilayah Tambak,

Tata

Lingkungan/

Perencanaa

n Urban

19 April 2011

– 17 Juni

2011

6/2 Rp. 78.639.00,- -

Page 23: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

22

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

Dalam perjalanan selama usahanya, PT Wartha Bakti Mandala sudah banyak

memperoleh kesempatan untuk mengerjakan pekerjaan yang menjadi core

bisnisnya yaitu di bidang Perencanaan Wilayah dan Kota, Tata Lingkungan dan

Pemberdayaan Masyarakat. Namun demikian sesuai dengan tuntutan

kebutuhan pasar dan sesuai ragam keahlian tenaga ahli yang dimiliki, maka

bidang layanan diperluas ke sub Bidang lainnya dan Jasa Non Konstruksi.

Dalam usianya yang remaja ini, PT. Wartha Bakti Mandala selain telah

mengerjakan proyek-proyek sesuai keahliannya di Pemerintah Provinsi Bali dan

Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Bali,

juga telah bekerjasama dengan Konsultan dari

daerah lain untuk menggarap pekerjaan-

pekerjaan dengan skala nasional di

Kementerian dan Lembaga dan

bekerjasama dengan Konsultan dari daerah lain maupun lembaga perguruan

tinggi. Beberapa pengalaman utama PT. Wartha Bakti Mandala yang diakui

Page 24: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

23

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

kualitasnya secara Nasional dan sejenis dengan pekerjaan yang akan

dilaksanakan antara lain :

1. Penyusunan Zoning Regulation Pembangunan di Kawasan Seminyak,

Legian dan Kuta Kabupaten Badung.

2. Mitigasi Kerusakan Terumbu Karang Untuk Kegiatan Perikanan dan Wisata

Bahari Kabupaten Buleleng Propinsi Bali

3. Penyusunan Rencana Rinci Kawasan Strategis Kota Denpasar

4. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Konservasi Laut Daerah

Di Provinsi Bali

5. Sosialisasi dan Pembahasan Draf Peraturan Gubernur tentang RDTR

Kawasan Teluk Benoa

6. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kintamani Kabupaten

Bangli

7. Perencanaan Pembangunan Wilayah Kegiatan Pemberdayaan Ekonomi,

Sosial Budaya, Pelaku Usaha Perikanan dan Masyarakat Pesisir

Kabupaten Gianyar

8. Peningkatan Pelaksanaan Penataan Ruang Kawasan Metropolitan

Sarbagita (Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan) Propinsi Bali

9. Program Inovatif Implementasi Samudera Kertih Berbasis Partisipasi

Masyarakat di Kawasan Pariwisata Lovina Kabupaten Buleleng

10. Penyusunan RDTR Kawasan Sepanjang Jalur rencana Jalan Arteri

Beringkit-Batuan Purnama.

11. Penyusunan Pedoman Teknis Pembangunan Kota Denpasar

12. Penyusunan Profil dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Wilayah Pesisir

dan Laut Kabupaten Buleleng

13. Pekerjaan Kajian Penyusunan Pengendalian Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Strategis Provinsi Bali

14. Penyusunan Pengembangan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat

pada Lintas Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng (Kawasan Desa

Pupuan dan Desa Subuk)

Page 25: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

24

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

15. Penyusunan Pengembangan Kawasan Perdesaan Terpadu Berbasis

Komunitas pada Wilayah Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Karangasem

(Kawasan Desa Tembok dan Tianyar)

16. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Pariwisata

Lebih

17. Penyusunan Rencana Sempadan Pantai Kabupaten Badung

18. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Sepanjang

Jalan Arteri Tohpati – Kusamba

19. Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Pariwisata Air

Sanih Kabupaten Buleleng

20. Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur

Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Tabanan

21. Penyesuaian dan Sosialisasi Materi Teknis dan Rancangan Peraturan

Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jembrana

22. Penyesuaian Rencana Teknik Ruang Kawasan (RTRK) Ibukota Kabupaten

Badung

23. Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur

Perkotaan (SPPIP) Kota Denpasar

24. Sosialisasi dan Pembahasan Raperda RTRW Kabupaten Tabanan

25. Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitan Sarbagita, (telah

menjadi peraturan presiden, Perpres No. 45 Tahun 2011.

26. Penyusunan Masterplan KDTWK Tanah Lot

27. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kediri

28. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Bali, (telah

diperdakan, Perda 16 Tahun 2009)

29. Penyusunan RTRW Kota Denpasar dan sebagainya.

Page 26: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

25

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

Masterplan KDTWK Tanah Lot

RTR Kaw. Metropolitan Sarbagita

Page 27: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

26

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

Page 28: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

27

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

Page 29: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

28Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

4.1. UMUMDari pemahaman yang didapat konsultan setelah mempelajari dan menelaah

KAK kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang danKubu. secara secara umum konsultan sudah dapat memahani tujuan dan

maksud atas diselenggarakannya kegiatan pendampingan ini. Dalam konteks ini

adalah pemahaman konsultan diperoleh dari uraian efektif dan efisien yang

terjabar dalam KAK. Konsultan memahami konsep dasar atas kegiatan yang

ada, konsep dasar yang dituangkan dalam bentuk-bentuk substansi dari KAK

dengan proporsi yang seimbang tanpa melebih-lebihkan atau mengurangi yang

telah tersajikan dalam KAK. Diharapkan dengan kondisi yang kondusif dengan

pemahaman yang ideal, tujuan dan manfaat dari hasil akhir kegiatan ini dapat

tersalurkan dan bermanfaat.

Terlepas dari pemahaman konsultan terhadap KAK, keinginan mendasar

konsultan terhadap keberhasilan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan di Kecamatan Abang dan Kubu adalah terlaksananya pekerjaan

ini dengan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan pihak-pihak terkait

lainnya. Konsultan menyadari pentingnya keberadaan peta risiko bencana

khususnya untuk di wilayah Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu sesuai

dengan standar penyusunan peta risiko bencana yang telah ditetapkan melalui

ketentuan/aturan khususnya Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan

Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko

Bencana.

Secara rincinya tanggapan dan saran konsultan terhadap poin-poin pokok yang

tertera dalam KAK akan dijabarkan sebagai berikut :

Page 30: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

29Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

4.2. TANGGAPAN TERHADAP KAK4.2.1. Tanggapan Umum

Secara umum KAK telah memberikan gambaran yang cukup jelas dengan

proporsi efektif dan efisien. Semua hal-hal pokok yang diperlukan sebagai

gambaran dasar pekerjaan telah tertuang dengan proporsional. Batasan,

ruang lingkup, jenis pekerjaan, tahapan, beserta hasil yang diharapkan telah

tersaji secara runut dan ringkas, sehingga tidak sulit untuk diinterpretasikan.

Beberapa hal yang masih belum jelas ke depannya akan diajukan dalam

bentuk tanya jawab melalui panitia acara. Yang kemudian akan

didokumentasikan dalam bentuk berita acara yang menjadi daftar tambahan

bagi konsultan. Jadi pada umumnya atau garis besarnya konsultan telah

paham terhadap maksud tujuan KAK dari kegiatan Penyusunan Peta RisikoBencana di Kecamatan Abang dan Kubu.

Demi menyingsong hasil yang maksimal ke depannya diharapkan terdapat

komunikasi dalam bentuk koordinasi untuk menyatukan pemahaman dan

tujuan dari kedua belah pihak, yaitu baik dari pihak konsultan maupun pihak

pengguna jasa.

4.2.2. Tanggapan Khususa) Tanggapan Terhadap Latar Belakang

Latar belakang dari KAK kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu telah dengan apik landasan pemikiran dan

pertimbangan yang melatar belakangi diadakannya kegiatan ini. Latar

belakang memberikan gambaran tentang 21 (dua puluh satu) potensi

ancaman bencana yang terjadi di Kabupaten Karangasem yakni Gempa

Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor, Kekeringan, Badai/Angin Kencang,

Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung, Kebakaran, Campak, Penyakit

Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama Penggerek Batang, Padi,

Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan Liquifikasi. Kondisi dan alasan

perlu adanya kegiatan ini guna mewujudkan peta risiko bencana yang

Page 31: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

30Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

diharapkan dapat memberi maanfaat kepada masyarakat khususnya

mengenai pencegahan dan penanggulangan potensi bencana di Kabupaten

Karangasem khususnya wilayah Kecamatan Abang dan Kubu.

b) Tanggapan Terhadap Kegiatan Yang Dilakukan dan Cara Pelaksanaan

Kegiatan

Sesuai dengan KAK, kegiatan ini adalah Penyusunan Peta Risiko Bencanadi Kecamatan Abang dan Kubu dimana di dalam KAK juga disebutkan

tahapan pekerjaan meliputi tapan persiapan, survei, pengumpulan data,

penyusunan analisa, dan penyusunan peta. Dimana yang telah tersebutkan

itu adalah poin-poin inti dari kegiatan ini secara keseluruhan. Dalam poin-poin

tersebut juga selanjutnya dijelaskan tindakan/bentuk action yang dilakukan di

lapangan. Konsultan melihat apa yang tertera pada KAK keseluruhan lingkup

pekerjaan yang masuk didalamnya bisa terlaksana sepenuhnya dengan baik,

dan sasaran dari pekerjaan yang diharapkan bisa tercapai dengan tepat

waktu. Dan konsultan cukup memahami apa yang disajikan dalam KAK,

maupun penjelasan-penjelasan yang disampaikan dalam rapat penjelasan

yang telah dilakukan. konsultan berpendapat bahwa lingkup pekerjaan sudah

sangat jelas dan mudah dipahami oleh Konsultan. Hal yang perlu

dipertanyakan hanya bersifat teknis pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

c) Tanggapan Terhadap Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan

Konsultan berpendapat bahwa maksud, tujuan dan sasaran dari pekerjaan

sudah cukup jelas dan konsultan berkeyakinan dapat menyelesaikannya

dengan sebaik - baiknya. Apa yang tertuang dalam maksud dan tujuan KAK

mengenai Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang danKubu dalam mewujudkan solusi dalam penanggulangan potensi bencana

dalam bentuk peta risko sudah cukup memberikan pemahaman mengenai inti

pokok utama pekerjaan secara umum.

d) Tanggapan Terhadap Tempat Pelaksanaan Kegiatan

Sesuai dengan judul kegiatan ini, Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu, tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah

Page 32: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

31Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Kecamatan Abang dan Kubu di Kabupaten Karangasem. Konsultan menilai

lokasi pengadaan kegiatan ini sudahlah tepat, mengingat latar belakang yang

bertutur tentang kondisi wilayah yang dimaksud KAK ini memang perlu

adanya dan juga dengan dukungan semua sumber daya yang ada, konsultan

optimis kegiatan ini akan berlangsung dengan baik dan bermanfaat bagi

wilayah kajian yang dimaksud ini.

e) Tanggapan Terhadap Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang tertera dalam KAK sudah tersirat dalam tahapan

pekerjaan dengan garis besar menjelaskan cakupan materi yang menjadi

bahan kegiatan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di diKecamatan Abang dan Kubu dimana memuat poin-poin utama dalam

harapan pencapaian dalam tiap cakupannnya. Dimana nanti dalam proses

pengerjaan pekerjaan ini perlu lagi dilakukan pengembangan dari tiap poin

yang ada guna mencapai poin-poin yang diharapkan serta telah mendekati

pola umum proses perencanaan tata ruang yaitu terdiri dari lingkup wilayah

perencanaan, lingkup materi serta ruang lingkup kegiatan dan metode

pelaksanaan pekerjaan.

f) Tanggapan Terhadap Jangka Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Sesuai dengan yang tercantum dalam KAK, kegiatan Penyusunan PetaRisiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini berlangsung selama

150 (seratus lima puluh hari) hari kalender sejak dikeluarkannya SPMK.

Konsultan melihat jangka waktu yang tertera dalam KAK tersebut sudah

cukup dalam masanya memenuhi tahapan-tahapan kegiatan yang harus

dilalui demi berlangsung dengan lancar dan baiknya kegiatan ini. Untuk itu

dalam pemanfaatan waktu tersebut, konsultan melakukan manajemen waktu

melalui pembuatan jadwal kegiatan. Dimana jadwal kegiatan tersebut

berfungsi sebagai acuan konsultan dalam melaksanakan kegiatan demi

tercapainya hasil pekerjaan yang baik, maksimal, efisien, dan bermanfaat

dengan tepat waktu.

g) Tanggapan Terhadap Output/Keluaran

Page 33: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

32Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Output atau keluaran yang diharapkan yang terjelaskan dalam KAK sudah

jelas memperlihatkan hal yang ingin dicapai sebagai keluaran, yaitu peta

risiko bencana khususnya untuk di wilayah Kecamatan Abang dan

Kecamatan Kubu sesuai dengan standar penyusunan peta risiko bencana

yang telah ditetapkan melalui ketentuan/aturan khususnya Peraturan Kepala

Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.

h) Tanggapan Terhadap Personil

Dalam pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abangdan Kubu ini, di dalam KAK sudah tercantum syarat dan kualifikasi pada

tenaga manusia yang dibutuhkan. Bahkan juga disbebutkan tentang

kepemilikan sertifikat keahlian minimal SKA Ahli Madya bagi bagi ahli ahli

geodesi dan ahli remote sensing. Syarat dan kualifikasi yang tercantum di

KAK tersbut sudah dapat dipenuhi konsultan sebagai pihak penyelengara,

sebagai bukti atas keseriusan konsultan terhadap kegiatan ini.

Kebutuhan Personil

Dilihat dari uraian KAK, dalam pekerjaan Penyusunan Peta RisikoBencana di Kecamatan Abang dan Kubu yang memperlihatkan

bahwa kebutuhan personil meliputi 7 (tujuh) orang tenaga ahli beserta

4 (empat) orang asisten tenaga ahli dan seornag chief surveyor, serta

tenaga penunjang di bagian surveyor sebanyak sepulu orang, dua

orang operator CD/GIS, administrasi dankeuangan, operator

komputer/typist, dan supir. Dengan kualifikasi tersebut konsultan akan

menyediakan jumlah personil dan kualifikasi yang disyaratkan sesuai

dengan KAK. Dengan pengadaan tenaga yang sesuai dan lengkap

berdasarkan list pada KAK, konsultan yakin dapat menyelesaikan

pekerjaan dengan tepat waktu dan menghasilkan suatu

output/keluaran yang sesuai dengan yang diharapkan.

Uraian Tugas Personil

Page 34: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

33Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Tiap personil memiliki tugas dan tanggung jawab spesifik dalam

andilnya di kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu ini. Maka dari itu adanya uraian tugas

memudahkan team leader dalam memplotkan jadwal kegiatan dengan

kebutuhan personil sesuai dengan kebutuhan target yang hendak

dicapai. Sehingga tiap step kegiatan dapat berjalan lamcar dan tepat

waktu.

i) Tanggapan Terhadap Metode dan Pendekatan Pekerjaan

Metode dan Pendekatan Pekerjaan memperlihtakan bagaimana dan apa saja

aspek penysuun berkangsungnya kegiatan ini. Secara keseluruhan apa yang

tercantum di dalam (KAK) sudah dapat mewakili secara umum kegiatan

Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan di Kecamatan Abangdan Kubu sudah memenuhi kualifikasi metode dan pendekatan yang lazim

digunakan dalam kegiatan pemetaan. Jadi konsultan merasa yakin dan

optmis dengan memperhatikan dan menggunakan metode kerja dan

pendekatan dengan baik maka hasil pekerjaan yang didapatkan sesuai

dengan yang direncanakna dan diharaokan. Ke depannya perlu diadakan

komunikasi antara pihak-pihak yang berkepinntingan guna evaluasi dan

monitoring metode dan pendekatan pekerjaan untuk keperluan Kecamatan

Abang dan Kubu dalam aplikasinya.

Page 35: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

5. PENDEKATAN, METODELOGI, DAN PROGRAM KERJA

5.1. LATAR BELAKANGMeningkatnya frekuensi kejaidan bencana di Indoenisa pada umumnya dan di

Provinsi Bali pada khususnya telah membuka mata semua pihak akan

pentingnya pertimbangan aspek kebencanaan dalam pembangunan. Kejadian

bencana termasuk di Kabupaten Karangasem telah menyadarkan semua pelaku

dan pelaksana pembangunan akan perlunya perhatian khusus pada lokasi-

lokasi yang rawan bencana, baik bencana alam maupun non alam.

Selain itu, UU No. 24 Tahun 2007 khususnya pasal 21 menyebutkan bahwa

salah satu tugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah

menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana. Dengan

kata lain, UU tersebut mengharuskan setiap pemerintah daerah mempunyai

dokumen mengenai kajian risiko bencana sebagai dasar dalam penyusunan

rencana aksi guna meminimalisir risiko dan dampak negatif jika terjadi bencana.

Salah satu aspek penting dalam kajian tersebut adalah informasi lokasi-lokasi

yang memiliki kerawanan dan risiko bencana tinggi dengan melakukan kegiatan

pemetaan risiko bencana.

Dari telaah tim ahli yang tergabung dalam penyusunan Rencana

Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD) Kabupaten Karangasem dengan

melihat kondisi alam, sosail, ekonomi, dan budaya di Kabuoaten Karangasem

tercatat ada 21 (dua puluh satu) potensi ancaman bencana yang terjadi di

Kabupaten Karangasem yakni Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor,

Kekeringan, Badai/Angin Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung,

Kebakaran, Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama

Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan Liquifikasi.

Atas pertimbangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Karangasem pada tahun

anggaran 2013 ini mengakibatkan anggaran untuk melaksanakan kegiatan

penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu.

Melalui kegiatan ini maka akan dihasilkan peta risiko bencana yang didasarkan

atas analisa detail ancaman, kerentanan dan kapasitas untuk seluruh jenis

bencana di setiap desa di Kecamatan Abang dan Kubu.

Page 36: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

5.2. NAMA PEKERJAANSesuai dengan yang tercantum dalam KAK, pekerjaan ini bernama PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.

5.3. LOKASI PEKERJAANBerdasarkan KAK lokasi dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu ini adalah seluruh cakupan wilayah administratif

Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu di Kabupaten Karangasem.

5.4. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAANKegiatan penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu akan

dilaksanakan selama 150 (seratus lima puluh) hari kalender sejak

dikeluarkannya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja).

5.5. BIAYABiaya pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan

Abang dan Kubu adalah sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) yang

dibebankan pada biaya APBD Kabupaten Karangasem Tahun Anggaran 2013.

SKPD Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kabupaten

Karangasem.

5.6. MAKSUD DAN TUJUANa. Maksud Pekerjaan

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan peta risiko bencana

khususnya untuk di wilayah Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu

sesuai dengan standar penyusunan peta risiko bencana yang telah

ditetapkan melalui ketentuan/aturan khususnya Peraturan Kepala Badan

Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.

b. Tujuan Pekerjaan

Tujuan dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan

Abang dan Kecamatan Kubu adalah di antaranya untuk :

Page 37: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Tersedianya data spasial berupa peta resiko bencana masing-

masing desa untuk masing-masing jenis bencana yang telah

tertuang dalam Rencana Penanggulangan Bencana Daerah.

Tersedianya data atribut berupa analisis tingkat ancaman, analisis

tingkat kerawanan dan analisis kapasitas pada masing-masing desa

untuk masing-masing jenis bencana yang tertuang dalam RPBD.

Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan

dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko

bencana.

Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan

dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko

bencana.

5.7. SASARANSasaran dari pekerjaan ini diantara lain adalah :

a. Semakin meningkatnya kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat

luas mengenai pentingnya informasi bencana dalam pelaksanaan

pembangunan daerah.

b. Tersedianya informasi karakteristik ancaman, kerentaan, dan kapasitas

pada setiap lokasi, juga dapat memberikan informasi penyebab tinggi

rendahnya risiko bencana pada suatu lokasi.

c. Semakin tepatnya pemilihan tindakan yang harus dilakukan untuk

mengurangi resiko dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

5.8. RUANG LINGKUPAdapun lingkup materi dalam penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan

Abang dan Kubu adalah :

Analisis Ancaman

Meliputi segala potensi ancaman bencanan yang berpotensi terjadi di

masing-masing desa di Kecamatan Abang dan Kubu dengan

memperhatikan klimatologi struktur geologi, topografi wilayah, sejarah

kejadian bencana, aktifitas masyarakat, dan penerapan teknologi yang

Page 38: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

berpotensi menimbulkan bencana serta hal-hal lainnya yang layak

dijadikan pertimbangan.

Analisis Kerentaan

Merupakan analisis terhadap kerentaan masyarakat yang meliputi

kemampuan perekonomian masyarakat, tingkat pendidikan dan

pemahaman masyarakat terhadap ancaman, kepdatan penduduk, potensi

penduduk terpapar bencana, serta kondisi lainnya yang berpotensi

mempersulit kemampuan masyarakat untuk mengatasi ancaman bencana

secara mandiri.

Analisis Kapasitas

Meliputi segala sumber daya yang ada dapat dimanfaatkanuntuk

mengurangi risiko yang dihadapai masyarakat.

Analisis Risiko

Merupakan perpaduan antara ancaman, kerentaan dan kapasitas yang

disusun berdasarkan pedoman yang berlaku.

Penyusunan Peta Risiko Bencana

Pemetaan didasarkan prasyarat umum penyusunan peta dengan skala

minimum 1 : 25.000 dengan komponen data hitungan jumlah jiwa terpapar

bencana (dalam jiwa), nilai kerugian harta benda dan kerusakan

lingkungan (dalam rupiah)

Legalisasi

Produk Peta Risiko Bencana Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu

yang bersangkutan diformulasikan ke dalam produk legal formal yang

disiapkan berupa Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang dalam

proses selanjutnya akan didorong untuk ditetapkan dengan persetujuan

DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda)

5.9. APRESIASI DAN INOVASISehubungan dengan kegiatan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangsem di

tahun 2013. CV. TRI MATRA DISAIN selaku pihak konsultan ingin memberikan

apresiasi dan inovasi terkait pekerjaan ini yang diharapkan dapat menjadi

Page 39: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

tambahan informasi dan usulan strategis yang bisa mendukung terlaksananya

pekerjaan ini.

A. APRESIASI1) Umum

Dalam pengelolaan manajeman mitigasi bencana, salah satu kegiatan

yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemetaan risiko

bencana. Bencana adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari sistem

yang ada di muka bumi, baik secara alamiah ataupun akibat ulah

manusia. Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak sekali

potensi bencana karna berdasarkan letaknya Indonesia terletak diantara

pertemuan 3 lempeng besar yaitu Lempeng Hindia-Australia, Lempeng

Eurasia dan Lempeng Pasifik. Pertemuan 3 lempeng besar ini

menjadikan Negara Indonesia memiliki fenomena alam yang komplek

mulai dari pegunungan, perbukitan dan dataran. Proses geologi

merupakan siklus di bumi dalam mencapai titik keseimbangan yang

sering menjadi fenomena ancaman seperti gempa bumi, tsunami,

longsor, banjir, angin putting beliung, dan sebagainya. Di Kabupaten

Karangasem sendiri dari telaah tim ahli yang tergabung dalam

penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD)

Kabupaten Karangasem dengan melihat kondisi alam, sosail, ekonomi,

dan budaya di Kabuoaten Karangasem tercatat ada 21 (dua puluh satu)

potensi ancaman bencana yang terjadi di Kabupaten Karangasem yakni

Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor, Kekeringan, Badai/Angin

Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung, Kebakaran,

Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama

Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan

Liquifikasi.

Pemetaan risiko bencana merupakan kegiatan yang sangat penting

sebagai benchmark dalam menyusun program dan kegiatan pengurangan

risiko bencana. Selanjutnya peta risiko bencana tersebut dapat digunakan

sebagai dasar pertimbangan perencanaan tata ruang berbasis mitigasi

bencana dan penyusunan masterplan pengurangan risiko bencana.

Page 40: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Dalam proses pemetaan risiko memerlukan penilaian dan klasifikasi

sesuai dengan karakteristik daerah kajian. Perlunya kajian pemodelan

yang tepat dalam pemetaan risiko sehingga dapat dihasilkan peta risiko

yang benar-benar sesuai dengan kondisi sebenarnya.

2) Pengertian Dasar Pemetaan RisikoSehubungan dengan penyusunan pengerjaan kegiatan PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini, terapat istilah

dan definisi terkait yang ditelaah dari peraturan-peraturan yang juga

masih berhubungan dengan kegiatan pengerjaan pendapingan ini,

diantaranya (Sumber : Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Umum Pengkajian Risiko Bencana) :

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non

alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya

korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,

dan dampak psikologis.

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian

upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang

berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,

tanggap darurat, dan rehabilitasi.

Rencana Penanggulangan Bencana adalah rencana

penyelenggaraan penanggulangan bencana suatu daerah dalam

kurun waktu tertentu yang menjadi salah satu dasar pembangunan

daerah.

Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis,

biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,

ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu

tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam,

mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk

menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

Page 41: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat

bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat

berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,

mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan

kegiatan masyarakat.

Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang

menderita atau meninggal dunia akibat bencana.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya

disingkat dengan BNPB, adalah lembaga pemerintah non

departemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya

disingkat dengan BPBD, adalah badan pemerintah daerah yang

melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah.

Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang

memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau

masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan

dalam menghadapi ancaman bencana.

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi

ancaman bencana.

Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area

yang didefinisikan oleh lokaisnya dengan sistem koordinat tertentu

dan oleh atribut non-spasialnya.

Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak

sesungguhnya dengan satuan atau teknik tertentu.

Cek Lapangan (ground check) adalah mekanisme revisi garis

maya yang dibuat pada peta berdasarkan perhitungan dan asumsi

dengan kondisi sesungguhnya.

Geographic Information System, selanjutnya disebut GIS, adalah

sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau

Page 42: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

manipulasi, analisis, dan penayangan data yang mana data

tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi.

Peta Landaan adalah peta yang menggambarkan garis batas

maksimum keterpaparan ancaman pada suatu daerah berdasarkan

perhitungan tertentu.

Tingkat Ancaman Tsunami adalah potensi timbulnya korban jiwa

pada zona ketinggian tertentu pada suatu daerah akibat terjadinya

tsunami.

Tingkat Kerugian adalah potensi kerugian yang mungkin timbul

akibat kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah

penduduk pada zona ketinggian tertentu akibat bencana.

Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk

melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat

Kerugian akibat bencana.

Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian

dengan Kapasitas Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian

dan Tingkat Ancaman akibat bencana.

Kajian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk

memberikan gambaran menyeluruh terhadap risiko bencana suatu

daerah dengan menganalisis Tingkat Ancaman, Tingkat Kerugian

dan Kapasitas Daerah.

Peta Risiko Bencana adalah gambaran Tingkat Risiko bencana

suatu daerah secara spasial dan non spasial berdasarkan Kajian

Risiko Bencana suatu daerah

3) Dasar HukumDasar hukum yang dapat digunakan dalam kegiatan Penyusunan PetaRisiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu, antara lain :

UU RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

UU RI No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

UU RI No. 17 Tahun 2006 Tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

Page 43: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

UU RI No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Wilayah

PP No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaaraan

Penanggulangan Bencana

PP No. 64 Tahun 2010 Tentang Mitigasi Bencana

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.

2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko

Bencana.

Dan peraturan-peraturan lainnya yang terkait.

4) Prinsip Pengkajian Risiko BencanaPengkajian risiko bencana memiliki ciri khas yang menjadi prinsip

pengkajian. Oleh karenanya pengkajian dilaksanakan berdasarkan :

Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada.

Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari para ahli

dengan kearifan lokal masyarakat.

Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa terpapar,

kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan.

Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan pengurangan

risiko bencana.

5) Fungsi Pengkajian Risiko BencanaPada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan

sebagai dasar untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana.

Kebijakan ini nantinya merupakan dasar bagi penyusunan Rencana

Penanggulangan Bencana yang merupakan mekanisme untuk

mengarusutamakan penanggulangan bencana dalam rencana

pembangunan.

Pada tatanan mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana

digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan maupun

intervensi teknis langsung ke komunitas terpapar untuk mengurangi risiko

bencana. Pendampingan dan intervensi para mitra harus dilaksanakan

dengan berkoordinasi dan tersinkronasi terlebih dahulu dengan program

pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Page 44: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Pada tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana

digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam

rangka kesiapsiagaan seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi,

pengambilan keputusan daerah tempat tinggal, dan sebagainya.

B. INOVASIRisiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat

ancaman dan kerentanan pada suatu wilayah. Analisis risiko bencana dapat

dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah metode pemetaan

berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Dewasa ini berbagai pihak telah

mencoba untuk menyusun peta risiko bencana, belum adanya standarisasi

dalam metode penyusunan peta risiko menyebabkan setiap lembaga atau

institusi memiliki metode yang berbeda dalam penyusunan peta risiko.

Secara mendasar pemahaman tentang konsep bencana menjadi dasar yang

kuat dalam melakukan pemetaan risiko bencana yang dapat diaplikasikan

kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat ditampilkan secara

spasial dan menghasilkan peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas

dan peta risiko bencana.

Peta AncamanAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang

menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu ancaman atau bahaya

tertentu. Misalnya : Peta KRB Gunungapi Kelud, Peta KRB Gunungapi

Merapi, Peta bahaya longsor, Peta kawasan Rawan Banjir

Peta KerentaanAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang

menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada

aset-aset penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat

mengakibatkan risiko bencana. Contoh : Peta kerentanan penduduk, peta

kerentanan aset, peta kerentanan pendidikan, peta kerentanan lokasi

Peta Kapasitas

Page 45: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang

menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kapasitas tertentu yang

dapat mengurangi risiko bencana. Contoh : peta sarana kesehatan, peta alat

peringatan dini, peta evakuasi, peta pengungsian, peta jumlah tenaga medis,

peta tingkat ekonomi masyarakat.

Peta Risiko BencanaAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang

menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan

adanya parameter-parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada

di suatu wilayah. Contoh : peta risiko bencana banjir, peta risiko bencana

longsor, peta risiko bencana gempa.

Dalam metode análisis risiko dengan menggunakan GIS untuk menghasilkan

peta risiko, yang paling utama adalah pemilihan parameter dan indikator

masing-masing análisis risiko

1. Analisis ancaman gempa misalnya : sejarah kejadian gempa, zonasi

patahan, struktur geologi, janis batuan, geomorfologi wilayah, dll

2. Analisis ancaman banjir misalnya : peta rawan banjir, jumlah rata-rata

curah hujan, sejarah kejadian banjir, luasan wilayah yang terkena

dampak,jumlah curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, morfologi,

kemiringan lereng, densitas sungai dalam suatu DAS, dll

3. parameter ancaman longsor misalnya sejarah kejadian longsor, jenis

batuan, kemiringan lereng, morfologi, jenis tanah, curah hujan, dll

4. parameter kerentanan misalnya : jumlah penduduk, kepadatan

penduduk, kepadatan pemukiman, jumlah KK miskin, jumlah kelompok

rentan, jumlah rumah di kawasan rawan bencana, jumlah KK di

kawasan rawan bencana, jauh dekatnya pemukiman dari daerah

rawan, jumlah penduduk tidak bisa baca tulis, penggunaan lahan di

kawasan rawan, tingkat mata pencaharian,dll

5. parameter kapasitas misalnya : jumlah tenaga kesehatan, jumlah

sarana kesehatan, jumlah penduduk yang sekolah, jumlah sekolah,

desa yang punya kebijakan penanggulangan bencana, desa yang

pernah mendapat pelatihan penanggulangan bencana, keberadaan

Page 46: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

organisasi penanggulangan bencana di masyarakat, keberadaan alat

peringatan dini.

5.8. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODELOGIDalam rangka memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan dengan

bobot dan kualitas yang direncanakan sejak awal dari pekerjaan PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini. Uraian mengani

pendekatan dan metodelogi pekerjaan yang diterapkan akan dijelaskan pada

bagian ini. Pihak konsultan memiliki pandangan dan visi ke depan bahwa

dengan pemaparan pendekatan teknis dan metodelogi pekerjaan ini akan

meningkatkan range kualitas kerja yang ada, yang di mana pihak konsultan

dalam penguraian yang berhubungan realisaisnya di lapangan berpedoman

pada KAK yang ada.

A. PENDEKATAN TEKNIS1. Pendekatan Studi

Dalam melakukan pendekatan teknis melalui pendekatan studi, metode

yang digunakan dalam pekerjaan ini antara lain :

a. Pendekatan Keterpaduan Perencanaan dari Atas dan Bawah (Bottom-

Up Approach)

Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua pihak sejak awal,

sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah

keputusan mereka bersama, dan mendorong keterlibatan dan

komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya. Perencanaan dari

atas ke bawah sebagai penurunan kebijakan pembangunan pada

tingkat Nasional, maupun kebijakan pada tingkat regional. Di dalam

pendekatan ini maka Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu akan dilaksanakan sesuai dengan

permasalahan yang melatarbelakangi dilaksanakannya kegiatan ini.

b. Pendekatan Strategis

Dalam aplikaisnya pendekatan memperhatikan secara aspek secara

keseluruhan sebelum menetukan poin-poin utama yang menjadi

pokok permasalahan. Dari kegiatan tersebut dapat ditentukan skala

Page 47: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

prioritas sebuah permasalahan. Strategic Approach ini akan

membantu terutama dalam penyusunan kriteria maupun tolok ukur

guna kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu.

c. Pendekatan Komprehensif

Adalah pendekatan yang diawali dengan identifikasi potensi dan

permsalahan yang menjadi popok dalam wilayah kajian. Selain itu

juga memperhatikan ketersediaan sumber daya manusia yang ada,

sarana-prasarana, dan melihat kemapuan pemerintah. Pendekatan ini

bertumpu pada perencanaan yang menyeluruh dan selalu terkait

dengan sektor-sektor lain serta wilayah dengan skala lebih luas

secara regional atau nasional. Sehingga pada tahap selajutnya

didapatkan koordinasi, sikronisasi dan integrasi dengan sektor terkait.

d. Pendekatan Perencanaan yang Berkelanjutan

Pendekatan ini memperhatikan kesinambungan antara aspek

kelestarian dengan pokok kegiatan yang dilaksanakan. Pembangunan

berkelanjutan (sustainable development) ini adalah model

pembangunan yang sangat memperhatikan daya dukung alamiah

(natural support system) suatu lingkungan, aspek sosial budaya dan

ekonomi setempat. Pendekatan ini juga menekankan pada nilai

manfaat dengan memperhatikan isu-isu strategis yang mempunyai

dampak vital bagi masyarakat. Sehingga nanti pada akhirnya produk

keluaran kegiatan.

e. Pendekatan Masyarakat

Pada pendekatan ini, konsep dasarnya adalah dengan

memperhatikan upaya terencana dan sistematis yang dilakukan oleh,

untuk, dalam masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup penduduk

dalam semua aspek dalam suatu wilayah kajian. Nilai-nilai tradisional

yang positif perlu diakomodir untuk merangsang peran serta

masyarakat yang lebih besar dalam pembangunan kawasannya.

Sedangkan nilai-nilai pembangunan perlu diupayakan agar tidak

Page 48: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

berbenturan dengan nilai-nilai tradisional. Dengan begitu dalam

aplikasinya masyarakat ikut terlibat berperan serta sehingga terjadi

komunikasi yang atraktif yang tujuannya dapat menampung pendapat

dan aspirasi mayarakat dalam kegiatan Penyusunan Peta RisikoBencana di Kecamatan Abang dan Kubu.

2. Pendekatan Teoritis

Peta adalah bayangan permukaan bumi yang diperkecil yang

digambarkan dalam sebuah berdasarkan skala tertentu. Beberapa hal

yang harus dipenuhi dalam sebuah penggambaran peta adalah skala;

legenda; titik koordinat wilayah; dan arah mata angin.

a. Pengukuran Kerangka1) Pengukuran Kerangka Horisontal

Kerangka yang digunakan dalam pengukuran kerangka horisontal

adalah poligon tertutup yang diawali pada titik pasti. Data yang

dibutuhkan adalah sudut, jarak dan azimuth awal, sehingga sudut-

sudut poligon dapat dicari dari titik hasil pengukuran (setelah

dikoreksi terhadap jumlah segi-n) untuk kemudian diketahui

azimuth untuk tiap sisi poligon.

Gambar 5.1. Poligon Tertutup Dengan Pengukuran Sudut Dalam

Keterangan gambar :

1,2,3,… : nomor titik

1, 2, 3,… : sudut dalam

Page 49: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

1, 2, 3, … : azimuth

Rumus dan syarat yang harus dipenuhi :

a) Syarat sudut

Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180)

Dimana ; n = jumlah titik sudut poligon

= jumlah sudut pada poligon

b) Syarat sisi

d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y

d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x

c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap.

Jika tidak ada digunakan azimuth mendatar.

d) Mengitung masing – masing garis

Rumus : x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n

Dimana : ‘n : nomor titik poligon

: sudut luar

: azimuth

Gambar 5.2. Poligon Tertutup Dengan Pegukuran Sudut Luar

Keterangan gambar :

1,2,3,… : nomor titik

1, 2, 3,… : sudut dalam

1, 2, 3, … : azimuth

Page 50: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Rumus dan syarat yang harus dipenuhi :

a) Syarat sudut

Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180)

Dimana ;

n = jumlah titik sudut poligon

= jumlah sudut luar poligon

b) Syarat sisi

d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y

d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x

c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap.

Jika tudak ada digunakan azimuth mendatar.

d) Mengitung masing – masing garis

Rumus :x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n

Dimana :

n : nomor titik poligon

: sudut luar

z : azimuth

2) Pengukuran Kerangka Vertikal

Pengukuran kerangka vertikal lebih tepat jika menggunakan

waterpass untuk menentukan selisih ketinggian di atas permukaan

bumi, dimana titik–titik tersebut dinyatakan dalam suatu bidang

referensi, pekerjaan dibagi atas :

a) Penyipatan datar untuk menunjukkan ketinggian antara 2 titik.

b) Penampang tanah pada arah memanjang dan melintang

Beda tinggi antara dua titik adalah selisih tinggi dalam ukuran

vertikal atau jarak terpendek antara dua nivo yang melalui titik

tersebut. Tampang melintang adalah tampang yang arahnya

melintang. Hal ini diperlukan untuk menghitung galian dan timbunan

tanah. Volume galian atau timbunan tanah dapat dihitung bila

diketahui luas penampang melintang serta jarak antara tampang

melintang. Tampang memanjang adalah tampang yang arahnya

memanjang, digunakan untuk menentukan ketinggian titik detail.

Page 51: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Dari hasil pengukuran didapat beda tinggi suatu titik ikat (poligon)

terhadap titik ikat lainnya. Beda tinggi yang didapat dipakai sebagai

data pada peta topografi.

3) Pengukuran Detail

Titik detail adalah semua penampakkan yang ada di permukaan

bumi baik alamiah maupun buatan manusia. Pada pengukuran ini

tidak mungkin dilakukan pengukuran detail secara lengkap. Oleh

karena itu titik detail harus diambil seselektif mungkin. Pada

pengukuran titik detail ini menggunakan theodolit yang dilengkapi

dengan kompas dan bacaan BA, BB dan BT, untuk pengukuran

pada beda tinggi dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.3. Pengukuran Titik

Keterangan Gambar :

A : tempat berdiri alat

B : tempat berdiri rambu

M : sudut miring

hi : tinggi alat

h : beda tinggi

BA : bacaan benang atas

BT : bacaan benang tengah

BB : bacaan benang bawah

L : BA – BB

D : jarak datar

Page 52: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

D’ : jarak miring

Dari pengukuran di lapangan diperoleh BA, BT, BB, z maka ;

L’ = L x cos m = L sin z

D = L’ x F = 100 sin2z

D = D’ sin z

Beda tinggi ( h )

h = D’ cos z = 100 L sin z cos z

= 100.0,5. L (2 sin z cos z)

= 50 sin 2z L

Sehingga beda tinggi ; A-B (h)

HAB = h1 + h – BT

HB = HA +h – BT

Dengan

HB = ketinggian titik B

Pengukuran titik detail dalam praktikum ini dilakukan dengan cara memancar

seperti di bawah :

Gambar 5.4. Pengukuran Detail Cara Mendatar

Pengukuran detail cara mendatar dilakukan melalui pengukuran pada tiap-tiap

titik poligon diambil tiap 45 lalu diukur azimuth, BA, BB, BT dan zenith.

Page 53: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

4) Metode Pengukuran Beda Tinggi

Gambar 5.5. Metode Barometris

Pengukuran Beda Tinggi Barometris

Barometer adalah alat untuk mengukur tekanan udara. Tekanan

udara di A adalah berat udara di A setinggi a dan tekanan udara di

B setinggi b , maka beda tinggi (h) mempunyai hubungan erat

dengan tekanan udara di A dan di B. Cara ini juga dipengaruhi

suhu, kelembaban dan gaya tarik bumi.

Gambar 5.6. Metode Trigonometri

Keterangan gambar :

z = sudut zenith

m = sudut miring

s = jarak A-B

Page 54: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Pengukuran beda tinggi trigonometri

Untuk metode trigonometri diperlukan alat ukur (theodolit). Apabila pesawat

di A dan diarahkan ke B, maka dapat diukur sudut miring dan sudut tegak

(Zenith). Jika jarak mendatar antara A dan B adalah s maka beda tinggi

antara A dan B = s tan m. Cara ini juga dipengaruhi suhu, kelembaban

sehingga menyebabkan cahaya A ke B mungkin tidak lurus melengkung atau

mengalami defleksi. Namun cara ini masih lebih baik dibandingkan metode

barometris.

Gambar 5.7. Metode Sipat Datar

Pengukuran beda tinggi sifat datar

Pada beda tinggi h antara A dan B dapat ditentukan dengan menggunakan

garis mendatar dan 2 mistar dipasang di atas titik A dan B. Angka a dan b

adalah hasil pembacaan mistar atau rambu. Garis mendatar ini dapat

dihasilkan dengan menarik seutas benang atau kawat dibantu dengan

waterpass. Untuk menghindari kelengkungan teropong dengan dilengkapi

nivo di tengah-tengah dan diusahakan garis bidik di dalam teropong dibuat

sejajar dengan garis arah nivo

b. Notasi dan Simbol Unsur-Unsur Peta1) Kebijakan Pemerintah Tentang Tingkat Ketelitian Peta

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000

tanggal 21 Februari 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk

Penataan Ruang Wilayah, adalah salah satu peraturan

Page 55: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang.

Peraturan Pemerintah ini selain memuat ketentuan dan

pengertian mengenai peta dasar, peta wilayah, peta tematik dan

peta tata ruang, juga berisi tentang simbol dan/atau notasi unsur-

unsur peta wilayah dan simbol dan/atau notasi peta rencana tata

ruang wilayah dalam berbagai skala.

2) Penotasian dan Pemberian Simbol Pada Peta Skala 1: 10.000

Pada survey dan pemetaan untuk pembuatan peta dasar dan

peta citra satelit Kec. Kuta Kab. Badung melalui pemanfaatan

citra satelit, peta yang digunakan berskala 1 : 10.000. Notasi dan

simbol yang digunakan dibedakan berdasarkan kelompok dan

karakteristik variabel yang ditampilkan dalam suatu peta (Tabel

E.1 dan Tabel E.2).

c. Perhitungan dan Penggambaran peta1) Perhitungan

Alat perhitungan dalam pengukuran peta terdiri dari berbagai

macam alat, yaitu:

a) Theodolit Manual

Digunakan untuk menembak titik-titik pada azimuth, sudut–sudut

istimewa dan titik–titik kritis. Tujuannya untuk menggambar

kondisi kontur pada lokasi tersebut. Pada waktu menembak suatu

titik, kita membaca bacaan benang atas (BA), bacaan benang

tengah (BT) dan bacaan benang bawah (BB), dimana 2 BT = BA

+BB.

b) Digital Theodolit (DT)

Digunakan untuk menghitung sudut dalam () suatu poligon dan

jarak dari satu patok ke patok lain.

c) Waterpass

Digunakan untuk mengukur jarak dan beda tinggi antar patok

dengan cara menempatkan waterpass di tengah-tengah antara 2

patok kemudian menembak dua patok itu di muka dan di

Page 56: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

belakang alat. Pembacaan alat yaitu berupa bacaan benang atas

(BA), bacaan benang tengah (BT), bacaan benang bawah (BB).

Untuk pengukuran melintang pada waterpass terbatas pada

azimuth /2 dan azimuth (/2 +180) yang diukur adalah jarak

terhadap alat ketinggian di atas titik O. tujuanya untuk

penggambaran posisi melintang sehingga terlihat dengan jelas

ketinggian tanahnya.

2) Metode Penggambaran

Dalam penggambaran sebuah peta dapat dilakukan dengan

menggunakan metode manual atau dengan metode digital

(komputer). Penggambaran dengan metode manual dapat dilakukan

dengan :

a) Membuat grade pada kertas .

b) Menentukan letak patok atau koordinat poligon pada grade.

c) Membuat poligon tertutup.

d) Menentukan titik detail (pojok bangunan)

e) Membuat garis kontur dengan interpolasi data dari hasil

perhitungan pengukuran memancar.

f) Mencocokan hasil gambar dengan data-data hasil perhitungan

pengukuran

Sedangkan penggambaran dengan metode digital sepenuhnya

dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer dan software

yang aplikatif.

Saat ini komputer bukan hanya sekadar alat bantu, tapi alat utama

untuk melakukan aktivitas pengolahan dan visualisasi data geologi,

baik dari penyimpanan, pengolahan dan penggunaan ulang suatu

data. Dalam dunia kartografi (khususnya peta geologi) peta digital

menjadi peta standard untuk penyimpanan data, karena tidak

membutuhkan biaya yang besar untuk menyimpan dan

mengelolanya. Di samping diperlukan waktu ekstra jika disimpan

dalam format hardcopy.

Page 57: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Pada proses pengolahan data, komputer memberikan jaminan

akurasi dan kecepatan. Tidak dibutuhkan waktu berhari-hari untuk

menggambar suatu peta atau mengolah suatu data. Kesalahan

rambatan dan kesalahan akibat manusia dapat dikurangi atau

dihindari.

Dalam ilmu kebumian, komputer sudah bukan merupakan barang

yang asing. Pemrosesan data geologi (perhitungan, modeling, dan

visualisasi) akan menjadi cepat jika dilakukan dengan komputer.

Saat ini komputer untuk pengolahan data geologi dapat dijumpai

mulai dari komputer pribadi sampai komputer setingkat mainframe

bahkan jika tidak punya uang yang cukup bisa dengan komputer

cluster. Komputer cluster banyak dipakai untuk menggantikan

superkomputer, karena dari segi harga superkomputer sangat

mahal. Dalam dunia ilmu kebumian, komputer cluster dapat

digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang besar dan

cepat misalnya untuk aplikasi GIS atau pengolahan citra.

Beberapa masalah geologi yang dapat dilakukan dengan kemputer

adalah sebagai berikut :

Pengambilan data (pemetaan secara langsung di lapangan).

Penyimpanan dan manajemen data

Pengolahan dan manipulasi data

Menampilkan/memvisualisasikan data

Dengan adanya notebook atau laptop pengambilan data dan

pemetaan langsung di lapangan dapat dilakukan, baik dari

pemetaan peta dasar sampai pemetaan geologi detail. Keunggulan

pemetaan yang dibantu dengan komputer antara lain, akurasi

pengeplotan menjadi lebih tepat apalagi jika dibantu dengan GPS.

Pengeplotan data koordinat dapat dilakukan secara otomatis

sehingga tidak diperlukan waktu tambahan untuk memindahkan data

lapangan ke atas kertas atau komputer pribadi. Data tambahan di

Page 58: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

luar peta geologi dapat di simpan sesuai dengan program yang

digunakan (lebih baik dalam format DWG atau ASCII).

Proses penyimpanan dan manajemen data menjadi hal yang penting

ketika kita akan memakai kembali atau membuat database dari data

yang telah diambil. Data yang disimpan dalam format hardcopy akan

membutuhkan waktu yang cukup banyak jika akan digunakan

kembali untuk membuat suatu analisis, misalnya dibutuhkan waktu

untuk mendigitize dan memasukkan data ulang. Ini suatu pekerjaan

yang tidak efisien. Data yang disimpan dalam format digital dapat

dikelola sesuai keinginan kita, apakah dengan klasifikasi data,

penambahan data atau menghapus data yang sudah tidak valid.

Data digital dapat diolah dan dimanipulasi sesuai dengan

pendekatan metode yang digunakan. Penerapan metode terntentu

untuk suatu data harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu prinsip dari

metode yang digunakan dan proses pengambilan data. Kadang kala

suatu metode menjadi tidak tepat kalau digunakan untuk

menganalisis data tertentu yang pengambilannya tidak

mendasarkan prinsip pada metode yang digunakan. Sebagai

contoh, pada pembuatan peta kontur yang dikenal ada 2 macam tipe

penggridan (tiangulasi dan grid). Pada data yang tersebar sangat

acak atau terkonsentrasi akan menghasilkan peta kontur yang tidak

representatif jika dilakukan dengan grid, tapi akan lebih baik jika

dilakukan dengan metode triangulasi. Begitu juga dalam metode grid

yang paling tidak ada 5 macam metode grid. Kesalahan pemilihan

metode akan menghasilkan visualisasi yang tidak representatif.

Terdapat banyak sekali metode analisis data yang dapat dipakai

untuk geologi, tergantung bidang. Sebagai contoh untuk bidang

petrologi dikenal ada beberapa macam program normatif, misalnya

CIPW untuk analisis normatif batuan beku, lpnorm yang

menggunakan prinsip Linear Programming dapat dipakai untuk

semua jenis batuan, sednorm untuk batuan sedimen yang

menggunakan prinsip kedewasaan mineral (urutan perhitungan

berdasarkan kekuatan mineral), moduscalc yang menggunakan

Page 59: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

prinsip Niggli molekular, dan mesonorm untuk menghitung normatif

batuan metamorf (metamorf tingkat tinggi).

B. METODELOGIKomponen pengkajian risiko bencana terdiri dari ancaman, kerentanan dan

kapasitas. Komponen ini digunakan untuk memperoleh tingkat risiko bencana

suatu kawasan dengan menghitung potensi jiwa terpapar, kerugian harta

benda dan kerusakan lingkungan. Selain tingkat risiko, kajian diharapkan

mampu menghasilkan peta risiko untuk setiap bencana yang ada pada suatu

kawasan. Kajian dan peta risiko bencana ini harus mampu menjadi dasar

yang memadai bagi daerah untuk menyusun kebijakan penanggulangan

bencana. Ditingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan

dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko bencana.

1) Metode Penyusunan Peta Risiko BencanaGambar di bawah ini memperlihatkan Peta Risiko Bencana merupakan

overlay (penggabungan) dari Peta Ancaman, Peta Kerentanan dan Peta

Kapasitas. Peta-peta tersebut diperoleh dari berbagai indeks yang

dihitung dari datadata dan metode perhitungan tersendiri. Penting untuk

dicatat bahwa peta risiko bencana dibuat untuk setiap jenis ancaman

bencana yang ada pada suatu kawasan.

Page 60: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Gambar 5.8. Metode Penyusunan Peta Risiko BencanaSumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012

2) Metode Penyusunan Dokumen Kajian Risiko BencanaGambar 5.9. memperlihatkan bahwa Kajian Risiko Bencana diperoleh

dari indeks dan data yang sama dengan penyusunan Peta Risiko

Bencana. Perbedaan yang terjadi hanya pada urutan penggunaan

masing-masing indeks. Urutan ini berubah disebabkan jiwa manusia

tidak dapat dinilai dengan rupiah. Oleh karena itu, Tingkat Ancaman

yang telah memperhitungkan Indeks Ancaman di dalamnya, menjadi

dasar bagi perhitungan Tingkat Kerugian dan Tingkat Kapasitas.

Gabungan Tingkat Kerugian dan Tingkat Kapasitas merupakan Tingkat

Risiko Bencana.

Page 61: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Gambar 5.9. Metode Penyusunan Dokumen Kajian Risiko BencanaSumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012

3) Korelasi Penyusunan Peta dan Dokumen KajianGambar 5.8 dan gambar 5.9 menunjukkan, korelasi antara metode

penyusunan Peta Risiko Bencana dan Dokumen Kajian Risiko Bencana

terletak pada seluruh indeks penyusunnya. Indeks-indeks tersebut bila

diperhatikan kembali disusun berdasarkan komponen-komponen yang

telah dipaparkan pada gambar 5.8. Korelasi penyusunan Peta dan

Dokumen Kajian Risiko Bencana merupakan Metode Umum Pengkajian

Risiko Bencana Indonesia, dapat dilihat pada gambar 5.10.

Page 62: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Gambar 5.10. Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana IndonesiaSumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012

4) Analisis RisikoPeta Risiko Bencana dan Kajian Risiko Bencana harus disusun untuk

setiap jenis ancaman bencana yang ada pada daerah kajian. Rumus

dasar umum untuk analisis risiko yang diusulkan dalam 'Pedoman

Perencanaan Mitigasi Risiko Bencana' yang telah disusun oleh Badan

Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia (Peraturan Daerah

Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008) adalah sebagai berikut:

≈ ∗dimana:

R : Disaster Risk: Risiko Bencana

H : Hazard Threat: Frekuensi (kemungkinan) bencana tertentu

cenderung terjadi dengan intensitas tertentu pada lokasi tertentu

V: Vulnerability: Kerugian yang diharapkan (dampak) di daerah tertentu

dalam sebuah kasus bencana tertentu terjadi dengan intensitas tertentu.

Perhitungan variabel ini biasanya didefinisikan sebagai pajanan

Page 63: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

(penduduk, aset, dll) dikalikan sensitivitas untuk intensitas spesifik

bencana

C : Adaptive Capacity: Kapasitas yang tersedia di daerah itu untuk

pulih dari bencana tertentu.

Untuk analisis risiko kuantitatif untuk semua jenis dampak, set

parameter empiris yang luas dan indikator akan diperlukan, didukung

oleh penelitian yang luas. Penelitian tersebut secara global hanya dalam

tahap awal dan data yang dapat dipercaya lokal pada khususnya

sensitivitas masih jauh dari tersedia. Analisis pemetaan risiko ini

menggunakan semikuantitatif, yang menggunakan faktor pembobotan

dan nilai-nilai indeks. Pendekatan ini adalah pendekatan yang umum

digunakan di beberapa analisis risiko bencana dan pemetaan di luar

Indonesia.

Indikator yang digunakan untuk analisis resiko semi-kuantitatif akan

dipilih didasarkan pada kesesuaian dan ketersediaan. Rumus 'R = H * V

/ C' yang dijelaskan di atas masih berlaku, namun akan berisi nilai

indeks bukan nilai riil. Dalam analogi Human

Development Index (HDI) dari UNDP, untuk membuat indeks sebanding

setidaknya dalam dimensi, indeks yang digunakan dalam analisis yang

dikonversi menjadi nilai antara 0 dan 1, dimana 0 merupakan nilai

minimum indikator asli, dan 1 merupakan nilai maksimum. Dalam kasus

dengan angka rendah yang banyak dan beragam dalam jumlah yang

kadang-kadang tinggi, akan dilakukan konversi logaritmik (Log10)

daripada konversi 'linier'.

Inti dari metodologi pemetaan risiko adanya suatu struktur pohon

indikator, dimana indeks risiko membentuk akar akhir dari analisis.

Dalam kebanyakan kasus indeks menengah dihitung berdasarkan

penjumlahan indeks dikalikan dengan faktor pembobotan, dan dalam

beberapa kasus pada perkalian dari indeks (seperti indeks risiko itu

sendiri) . Penilaian faktor pembobotan akan dilakukan berdasarkan

Page 64: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

dokumen rujukan nasional dan internasional. Untuk analisis pemetaan

kombinasi lapisan GIS berbasis vektor dan grid akan digunakan,

dimana data terutama disimpan dengan menggunakan strukturvektor,

dimana indeks dapat dihasilkan dalam format grid. Jika sudah ada peta

bahaya (SNI) maka indeks peta bahaya dapat diturunkan langsung dari

sumber-sumber ini.

Untuk penyusunan peta kerentanan dan kapasitas penggunaan peta

secara luas akan dibuat berdasarkan informasi yang tersedia dalam

sosial, ekonomi, fisik, lingkungan dan kapasitas. Akhirnya peta risiko

bencana akan dihitung dari bahaya, kerentanan dan peta kapasitas.

5) Analytic Hierarchy ProcessDalam analisis semi-kuantitatif, kurangnya informasi tentang khususnya

tentang faktor sensitivitas dikompensasi oleh faktor bobot. Faktor faktor

pembobotan terbaik diperoleh melalui konsensus pendapat para ahli.

Suatu metodologi muncul ke sebuah konsensus tersebut adalah Analytic

Hierarchy Process (AHP). Metodologi ini telah dikembangkan oleh

Thomas L. Saaty dimulai pada tahun 1970, dan awalnya dimaksudkan

sebagai alat untuk pengambilan keputusan. AHP adalah suatu

metodologi pengukuran melalui perbandingan pasangan-bijaksana dan

bergantung pada penilaian para pakar untuk mendapatkan skala

prioritas. Inilah skala yang mengukur wujud secara relatif. Perbandingan

yang dibuat dengan menggunakan skala penilaian mutlak, yang

merepresentasikan berapa banyak satu indikator mendominasi yang lain

sehubungan dengan suatu bencana tertentu. Penjelasan skala

dijelaskan pad Gambar 5.11.

Page 65: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Gambar 5.11. Fundamental Skala AHP untuk PerbandinganPasangan-Bijaksana dari Indikator

Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012

Skala pasangan-bijaksana ini diletakkan bersama dalam suatu matriks,

dengan semua indikator sepanjang kolom dan baris. Faktor pembobotan

diperoleh dengan menghitung eigenvektor dari matriks, dan kemudian

menormalkan hasil untuk total 1. Dikatakan bahwa metodologi AHP

memberikan hasil lebih baik jika eigen vektor tidak diambil langsung dari

matriks tetapi diambil dari iterasi dari perkalian matriks pada dirinya

sendiri. Contohnya dapat dilihat pada Gambar 5.12.

Page 66: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Gambar 5.12. Contoh Pembobotan Faktor Persiapan untuk LongsorMenggunakan AHP

Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012

6) Teknik GIS untuk Analisis Pemetaan ResikoMetodelogi Pemetaan Risiko bergantung pada luas pada penggunaan

teknik-teknik GIS. Dalam Proses Peta Indeks Ancaman, Kerentaan,

Kapasitas, Kapasitas dan Risiko, antara lain teknik analisis grid yang

digunakan :

Pembuatan grid (dari sumber-sumber vektor)

Penggabungan dan pemotongan layer grid

Definisi rentang warna digunakan untuk warna grid dan legenda

Analisis grid spesifik (grid, kemiringan, grid ‘jarak objek;, dll)

Grid ‘perhitungan’

Klasifikasi dan penurunan grid pada kontur dan layer grid

Persiapan rangkuman statistik dan histografis

Rincian mengenai teknik GIS yang disebutkan di atas dsebutkan pada

Tabel 5.1 berikut :

Page 67: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Tabel 5.1. Teknik GIS yang Fundamental

Page 68: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang
Page 69: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

7) Indeks Ancaman BencanaIndeks Ancaman Bencana disusun berdasarkan dua komponen utama,

yaitu kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang

pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut. Dapat dikatakan

bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian

yang pernah terjadi pada suatu daerah. Dalam penyusunan peta risiko

bencana, komponen komponen utama ini dipetakan dengan

menggunakan Perangkat GIS. Pemetaan baru dapat dilaksanakan

setelah seluruh data indikator pada setiap komponen diperoleh dari

sumber data yang telah ditentukan. Data yang diperoleh kemudian

dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi.

Komponen dan indikator untuk menghitung Indeks Ancaman Bencana

dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut :

Tabel 5.2. Komponen Indeks Ancaman Bencana

Page 70: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang
Page 71: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

8) Identifikasi Jenis Ancaman (Hazard)Untuk menentukan jumlah ancaman yang ada pad suatu daerah. Peta

bahaya memerlukan wilayah dimana peristiwa alam tertentu terjadi

dengan frekuensi dan intensitas tertentu, tergantung pada kerentaan

dan kapasitas di suatu daerah yang dapat menyebabkan bencana.

Untuk sebagian besar bencana, intensitas tinggi hanya terjadi dengan

frekuensi sangat rendah. Beberapa jenis hazard (peta ancaman) telah

dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga terkait, maka disarankan

menggunakan peta ancaman tersebut untuk jenis bencana :

a. Gempabumi (tim 9 revisi gempa)

Gunakan field Value untuk melakukan pengkelasan hazard,

gunakan nilai berikut :

Catatan : Nilai di atas digunakan ketika menyusun peta risiko.

Untuk lay out peta ancaman (hazard) gunakan sesuai dengan

nilai asli dari tm 9, seperti di bawah ini :

b. Longsor (ESDM)

Gunakan field kerentaan. Jadikanlah nilai dari 4 kelas menjadi 3

kelas sesuai dengan kriteria, seperti di bawah ini :

Page 72: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

c. Gunungapi (PVMBG)

Gunakan KRB dari PVMBG untuk mendapatkan hazard gunung

api. Kelas KRB sesuaikan dengan peta yang ada dari PVMBG

Catatan : Cross check kelengkapan peta KRB ke PVMBG,

gunakan titik gunungapi untuk mengetahui gungu api yang

terdapat di masing-masing pulau. Lakukan digitasi KRB untuk

gunung api yang belum tersedia featurenya.

d. Banjir (PU dan Bakosurtanal)

Hanya terdapat satu jenis kelas yaitu rawan banjir. Lakukan

overlay kelas rawan banjir tersebut dengan SRTM untuk

mendapatkan ketinggian genanangan. Dengan skoring berikut :

e. Kekeringan (BMKG)

Gunakan data yang ada, kemudian ubah kelas yang ada dari 5

kelas menjadi 3 kelas.

Page 73: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Lakukan skoring sesuai dengan kelas yang ada (tinggi, sedang,

rendah)

Hazard non SNI merupakan peta ancaman yang belum diperoleh dari

K/L terkait. Zonasi hazard ini harus ditentukan menggunakan metodelogi

yang telah ditentukan. Jenis ancaman non SNI meliputi :

a. Tsunami

BNPB telah mengeluarkan Pedoman Kajian Risiko atau Tsunami

Risk Assessment Guideline (TRA) untuk penentuan zonasi

tsunami dapat dilihat pada dokumen yang ada. Langkah-

langkahnya sebagai berikut :

Tampilkan data SRTM 30 m di ArcMap

Untuk mendapatkan nilai ketinggian dari SRTM lakukan

konversi raster ke point dengan menggunakan ArcToolbox

di ArcMap.

Setelah itu pilih nilai SRTM yang bernilai positif, lakukan

pemilihan dengan menggunakan query builder,

“grid_code”>=0

Export kembali data titik SRTM anda yang bernilai positif.

Klik kanan pada layer > data expot.

Untuk mendapatkan wilayah keabupaten kedalam atribut

titik SRTM lakukan overlay, dengan wilayah administrasi

tingkat kabupaten (polygon), gunakan identity untuk proses

overlay.

Lakukan pemilihan titik SRTM berdsarkan ketinggian

maksimum dan wilayah kabupatennya. (Gunakan dokumen

TRA). Perhatikan contoh syntax yang digunakan di bawah

ini.

Export qery menjadi sebuah feature baru.

Page 74: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Lakukan pengkelasan berdasarkantinggi genangan

maksimum (gunakan dokumen TRA). Buat sebuah field

baru.

Pengkelasan dilakukan dengan melihat tinggi genangan

maksimum. Kelas rendah : (tinggi genangan maksimum –

1). Kelas tinggi (tinggi genangan maksimum -3)

Lakukan normalisasi nilai kelas diatas dengan membagi

nilai kelas dengan nilai maksimum. Sehingga nilai kelas

berubah menjadi 0-1. Buat sebuah field baru.

Konversikan nilai skor tsunami yang telah dibuat menjadi

data raster. Gunakan fungsi point to raster, gunakan

satuan meter untuk konversi ke raster 100 x 100.

Hasil yang diperoleh berupa peta ancaman tsunami

dengan 3 kelas ancaman, yaitu rencah, sedang, tinggi,

gunakan pewranaan stretch raster.

b. Konflik Sosial

Indikator yang digunakan untuk peta bahaya konfliksosial adalah

jumlah kejadian dan dampak terhadap manusia akibat kejadian

berdasarkan data historical. Zona bahaya yang didentifikasikan

pada peta bahaya konflik sosial berdsarkan kelas dan bobot untuk

masing-masing parameter. Dinyatakan sebagai persamaan

berikut :

c. Kegagalan Teknologi

Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kegagalan teknologi

adalah jenis industri dan kapasitas industri berdsarkan data

perindustrian. Zona bahaya yang didefinisakan pada peta bahaya

kegagalan teknologi berdasarkan kawasan industri dari peta

Page 75: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

RTRW tingkat provinsi dan dengan data tingkat kabupaten/kota

dan kemudian dihitung kelas dan bobot masing-masing

parameter. Dinyatakan sebagai persamaan ini terlihat sebagai

berikut :

d. Epidemi dan Wabah Penyakit

Indikator yang digunakan untuk peta bahaya epidemic dan wabah

penyakit adalah terjadinya kepadatan bahaya epidemi (malaria,

demam berdarah, HIV/AIDS dan campak), dikombinasikan

dengan kepadatan penduduk. Untuk mendapatkan skala bahaya,

rata-rata terjadinya indeks kepadatan dikalikan dengan logaritma

kepadatan penduduk. Parameter konversi indeks dan persamaan

ditunjukkan sebagai berikut :

Keterangan :

A : Kepadatan penderita malaria

B : Kepadatan penderita demam berdarah

A : Kepadatan penderita HIV/AIDS

Page 76: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

A : Kepadatan penderita campak

e. Kebakaran Gunung dan Permukiman

Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kebakaran gedung

dan permukiman adalah frekuensi jumlah kejadian kebaran, nilai

kerugian ekonomi, jumlah korban meninggal, dan jumlah korban

luka berat. Zona bahaya yang didefinisikan pada peta bahaya

kebakaran gedung dan pemukiman berdasarkan kelas dan bobot

untuk masing-masing parameter. Dinyatakan sebagai persamaan

ini terlihat sebagai berikut :

Data yang digunakan berdsarkan data dari Dinas Kebakaran

Setempat.

f. Kebakaran Hutan dan Lahan

Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kebakaran hutan

dan lahan adalahkoefisien jenis hutan dan lahan (hutan,

perkebunan, padang rumput, semak belukar, dan lahan

pertanian), curah hujan tahunan dan koefisien jenis tanah. Untuk

mendapatkan skala bahaya, koefisien jenis hutan dikalikan bobot

40%, curah hujan tahunan dikalikan bobot (/500x30%) dan

koefisien jenis tanah dikalikan bobot 30%. Parameter konversi

indeks dan persamaannya ditunjukkan di bawah ini :

Page 77: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

g. Cuaca Ekstrim

Indikator yang digunakan untuk peta bahaya cuaca ekstrim

adalah koefisien keterbukaan (terkait dengan peta penggunaan

lahan), dikombinasikan dengan ‘perbukitan’ (kelas lereng) dan

peta curah hujan tahunan. Parameter konversi indeks dan

persamaan ditunjukkan pada di bawah ini :

h. Gelombang Ekstrim dan Abrasi

Indikator yang digunakan untuk peta bahaya gelombang ekstrim

dan abrasi adalah tinggi gelombang, arus wilayah perairan

(current), tutupan vegetasi di wilayah pesisir, bentuk garis pantai

dan tipologi pantai. Parameter koversi indeks dan persamaan

ditunjukkan pada di bawah ini :

Page 78: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Catatan :

1. Lakukan konversi setiap parameter peta ke dalam raster grid

unit 100 x 100

2. Pastikan anda mengerjakan wilayah provinsi berdasarkan

zona UTM untuk menghindari kesalahan koversi grid.

3. Overlay masing-masing parameter dilakukan dalam format

raster grid unit 100 x 100 untuk menghasilkan peta ancaman

(non SNI)

4. Masing-masing hazard (ancaman) akan menghasilkan satu

peta akhir dalam tiga kelas ancaman rendah, sedang, tinggi.

9) Indeks KerentaanPeta kerentanan dapat dibagi-bagi ke dalam kerentanan sosial,

ekonomi, fisik dan ekologi/lingkungan. Kerentanan dapat didefinisikan

sebagai Exposure kali Sensitivity. Aset-aset yang terekspos termasuk

kehidupan manusia (kerentanan sosial), wilayah ekonomi, struktur fisik

dan wilayah ekologi/lingkungan. Tiap aset memiliki sensitivitas sendiri,

yang bervariasi per bencana (dan intensitas bencana). Indikator yang

digunakan dalam analisis kerentanan terutama adalah informasi

keterpaparan. Dalam dua kasus informasi disertakan pada komposisi

paparan (seperti kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio

kemiskinan, rasio orang cacat dan rasio kelompok umur). Sensitivitas

hanya ditutupi secara tidak langsung melalui pembagian faktor

pembobotan.

Page 79: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Sumber informasi yang digunakan untuk analisis kerentanan terutama

berasal dari laporan BPS (Provinsi/kabupaten Dalam Angka, PODES,

Susenan, PPLS dan PDRB) dan informasi peta dasar dari Bakosurtanal

(penggunaan lahan, jaringan jalan dan lokasi fasilitas umum) . Informasi

tabular dari BPS idealnya sampai tingkat desa/kelurahan. Sayangnya

tidak ada sumber yang baik tersedia untuk sampai level desa, sehingga

akhirnya informasi desa dirangkum pada level kecamatan sebelum

dapat disajikan dalam peta tematik. Untuk peta batas administrasi

sebaiknya menggunakan peta terbaru yang dikeluarkan oleh BPS.

Gambar dengan komposisi indikator kerentanan ditunjukkan di bawah

ini:

Gambar 5.13. Komposisi untuk Analisis KerentaanSumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012

10) Indeks Penduduk TerpaparPenentuan Indeks Penduduk Terpapar dihitung dari komponen sosial

budaya di kawasan yang diperkirakan terlanda bencana. Komponen ini

diperoleh dari indikator kepadatan penduduk dan indikator kelompok

rentan pada suatu daerah bila terkena bencana. Indeks ini baru bisa

diperoleh setelah Peta Ancaman untuk setiap bencana selesai

disusun.Data yang diperoleh untuk komponen sosial budaya kemudian

Page 80: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain

dari nilai indeks dalam bentuk kelas (rendah, sedang atau tinggi) ,

komponen ini juga menghasilkan jumlah jiwa penduduk yang terpapar

ancaman bencana pada suatu daerah. Komponen dan indikator untuk

menghitung Indeks Penduduk Terpapar dapat dilihat tabel 5.3.

Tabel 5.3. Komponen Indeks Penduduk Terpapar

Page 81: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Indikator yang digunakan untuk kerentaan sosial adalah kepadatan

pendduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio orang cacat dan

rasio kelompok umur. Indeks kerentaan sosial diperoleh dari rata-rata

bobot kepadatan penduduk (60%), kelompok rentan (40%) yang terdiri

dari rasio jenis kelamin (10%), rasio kemiskinan (10%), rasio orang cacat

(10%) dan kelompok umur (10%). Parameter konversi indeks dan

persamaannya ditunjukkan pada di bawah ini :

Page 82: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

11) Indeks KerugianIndeks kerugian diperoleh dari komponen ekonomi, fisik, dan

lingkungan. Komponen-komponen ini dihitung berdasarkan indikator-

indikator berbeda. Tergantung pada jenis ancaman bencana. Sama

halnya dengan indeks penduduk terpapar, indeks kerugian baru dapat

diperoleh setelah Peta Ancaman untuk setiap bencana telah selesai

dususun.

Data yang diperoleh untuk seluruh komponen kemudian dibagi dalam 3

kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain itu dari

ditentukannya kelas indeks, penghitungan komponen-komponen ini juga

akan menghasilkan potensi kerugian daerah dalam satuan rupiah.

Komponen dan indikator untuk menghitung Indeks Kerugian dlihat pada

Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Komponen Indeks Kerugian

Page 83: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang
Page 84: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang
Page 85: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang
Page 86: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

KERENTANAN EKONOMIIndikator yang digunakan untuk kerentanan ekonomi adalah luas lahan

produktifdalam rupiah (sawah, perkebunan, lahan pertanian dan tambak)

dan PDRB. Luas lahan produktifdapat diperoleh dari peta guna lahan

dan buku kabupaten atau kecamatan dalam angka dan dikonversi

kedalam rupiah, sedangkan PDRB dapat diperoleh dari laporan sektor

atau kabupaten dalam angka.Bobot indeks kerentanan ekonomihampir

sama untuk semua jenis ancaman, kecuali untuk ancaman kebakaran

gedung dan pemukiman. Parameter konversi indeks kerentanan

ekonomi untuk ancaman Gempabumi, Tanah Longsor, Gunungapi,

Banjir, Kekeringan, Tsunami, Konflik Sosial, Kegagalan Teknologi,

Epidemi dan Wabah Penyakit, Kebakaran Hutan dan Lahan, Cuaca

Ekstrim dan Gelombang Ekstrim dan Abrasiditunjukkan pada persamaan

dalam di bawah ini:

Page 87: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Parameter konversi indeks kerentanan ekonomi untuk ancaman

Kebakaran Gedung dan Permukiman ditunjukkan pada persamaan di

bawah ini :

KERENTANAN FISIKIndikator yang digunakan untuk kerentanan fisik adalah kepadatan

rumah (permanen, semipermanen dan non-permanen) ,ketersediaan

bangunan/fasilitas umum dan ketersediaan fasilitas kritis. Kepadatan

rumah diperoleh dengan membagi mereka atas area terbangun atau

luas desa dandibagi berdasarkan wilayah (dalam ha) dan dikalikan

dengan harga satuan dari masingmasing parameter. Indeks kerentanan

fisik hampir sama untuk semua jenis ancaman, kecuali ancaman

kekeringan yang tidak menggunakan kerentanan fisik. Indeks

kerentanan fisik diperoleh dari rata-rata bobot kepadatan rumah

(permanen, semi-permanen dan non-permanen), ketersediaan

bangunan/fasilitas umum dan ketersediaan fasilitas kritis. Parameter

konversi indeks kerentanan fisik untuk ancaman Gempabumi, Tanah

Longsor, Gunungapi, Banjir, Tsunami, Konflik Sosial, Kegagalan

Teknologi, Epidemi dan Wabah Penyakit, Kebakaran Gedung dan

Pemukiman, Kebakaran Hutan dan Lahan, Cuaca Ekstrim dan

Gelombang Ekstrim dan Abrasi ditunjukkan pada persamaan dalam di

bawah ini.

Page 88: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

KERENTANAN LINGKUNGANIndikator yang digunakan untuk kerentanan lingkungan adalah

penutupan lahan (hutan lindung, hutan alam, hutan bakau/mangrove,

rawa dan semak belukar). Indeks kerentanan fisik berbedabeda untuk

masing-masing jenis ancaman dan diperoleh dari rata-rata bobot jenis

tutupan lahan. Parameter konversi indeks kerentanan

lingkungandigabung melalui factor-faktor pembobotan yang ditunjukkan

pada persamaan untuk masing-masing jenis ancaman di bawah ini :

Tanah Longsor

Gunung Api

Page 89: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Banjir

Kekeringan

Tsunami

Page 90: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Konflik Sosial

Kegagalan Teknologi

Epidemi dan Wabah Penyakit

Page 91: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Kebakaran Hutan dan Lahan

Gelombang Ekstrim dan Abrasi

Catatan : setiap parameter kerentanan lingkungan perlu ditambahkan

nilai nol di luar area setiap parameter pada saat analisa overlay GIS

dengan menggunakan raster kalkulator.

Akhirnya semua kerentanan adalah hasil dari produk kerentanan sosial,

ekonomi, fisik dan lingkugan, dengan faktor-faktor pembobotan yang

berbeda untuk masing-masing jenis ancaman yang berbeda. Semua

faktor bobot yang digunakan untuk analisis kerentanan adalahhasil dari

proses AHP. Parameter konversi indeks kerentanan yang ditunjukkan

pada persamaan untuk masing-masing jenis ancaman di bawah ini.

Page 92: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Gempa Bumi

Tanah Longsor

Gunung Api

Banjir

Kekeringan

Tsunami

Page 93: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Konflik Sosial

Kegagalan Teknologi

Epidemi dan Wabah Penyakit

Kebakaran Gedung dan Pemukiman

Kebakaran Hutan dan Lahan

Page 94: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Cuaca Ekstrim

Gelombang Ekstrim dan Abrasi

12) Indeks KapasitasIndeks kapasitas dihitung berdasarkan indikator dalam Hyogo

Framework for Actions (Kerangka Asi Hyogo-HIFA). HIFA yang

disepakati oleh lebih dari 160 negara di dunia terdiri dari 5 prioritas

program pengurangan risiko bencana. Pencapaian prioritas-prioritas

pengurangan risiko bencana ini diukur dengan 22 indikator pencapaian.

Prioritas program pengurangan risiko bencana HFA dan indikator

pencapaiannya adalah :

1. Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana menjadi sebuah

prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat

untuk pelaksanaannya, dengan indikator pencapaian :

Kerangka hukum dan kebijakan nasional/lokal untuk

pengurangan risiko bencana telah ada dengan tanggungjawab

eksplisit ditetapkan untuk semua jenjang pemerintahan.

Tersedianya sumberdaya yang dialokasikan khusus untuk

kegiatan pengurangan risiko bencana di semua tingkat

pemerintahan.

Terjalinnya partisipasi dan desentralisasi komunitas melalui

pembagian kewenangan dan sumber daya pada tingkat lokal

Page 95: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Berfungsinya forum/jaringan daerah khusus untuk

pengurangan risiko bencana

2. Tersedianya Kajian Risiko Bencana Daerah berdasarkan data

bahaya dan kerentanan untuk meliputi risiko untuk sektor-sektor

utama daerah; dengan indikator :

Tersedianya Kajian Risiko Bencana Daerah berdasarkan data

bahaya dan kerentanan untuk meliputi risiko untuk sektor-

sektor utama daerah.

Tersedianya sistem-sistem yang siap untuk memantau,

mengarsip dan menyebarluaskan data potensi bencana dan

kerentanan kerentanan utama.

Tersedianya sistem peringatan dini yang siap beroperasi

untuk skala besar dengan jangkauan yang luas ke seluruh

lapisan masyarakat

Kajian Risiko Daerah Mempertimbangkan Risiko-Risiko Lintas

Batas Guna Menggalang Kerjasama Antar Daerah Untuk

Pengurangan Risiko

3. Terwujudnya penggunaan pengetahuan, inovasi dan pendidikan

untuk membangun ketahanan dan budaya aman dari bencana di

semua tingkat; dengan indikator :

Tersedianya informasi yang relevan mengenai bencana dan

dapat diakses di semua tingkat oleh seluruh pemangku

kepentingan (melalui jejaring, pengembangan sistem untuk

berbagi informasi, dst)

Kurikulum sekolah, materi pendidikan dan pelatihan yang

relevan mencakup konsepkonsep dan praktik-praktik

mengenai pengurangan risiko bencana dan pemulihan.

Tersedianya metode riset untuk kajian risiko multi bencana

serta analisis manfaatbiaya (cost benefit analysist) yang selalu

dikembangkan berdasarkan kualitas hasil riset

Page 96: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Diterapkannya strategi untuk membangun kesadaran seluruh

komunitas dalam melaksanakan praktik budaya tahan

bencana yang mampu menjangkau masyarakat secara luas

baik di perkotaan maupun pedesaan.

4. Mengurangi faktor-faktor risiko dasar; dengan indikator :

Pengurangan risiko bencana merupakan salah satu tujuan

dari kebijakan kebijakan dan rencana-rencana yang

berhubungan dengan lingkungan hidup, termasuk untuk

pengelolaan sumber daya alam, tata guna lahan dan adaptasi

terhadap perubahan iklim

Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pembangunan

sosial dilaksanakan untuk mengurangi kerentanan penduduk

yang paling berisiko terkena dampak bahaya.

Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan sektoral di bidang

ekonomi dan produksi telah dilaksanakan untuk mengurangi

kerentanan kegiatan-kegiatan ekonomi.

Perencanaan dan pengelolaan pemukiman manusia memuat

unsur-unsur pengurangan risiko bencana termasuk

pemberlakuan syarat dan izin mendirikan bangunan untuk

keselamatan dan kesehatan umum (enforcement of building

codes).

Langkah-langkah pengurangan risiko bencana dipadukan ke

dalam proses-proses rehabilitasi dan pemulihan

pascabencana

Siap sedianya prosedur-prosedur untuk menilai dampak-

dampak resiko bencana atau proyek-proyek pembangunan

besar, terutama infrastruktur.

5. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang

efektif di semua tingkat, dengan indikator :

Tersedianya kebijakan, kapasitas teknis kelembagaan serta

mekanisme penanganan darurat bencana yang kuat dengan

Page 97: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

perspektif pengurangan risiko bencana dalam

pelaksanaannya

Tersedianya rencana kontinjensi bencana yang berpotensi

terjadi yang siap di semua jenjang pemerintahan, latihan

reguler diadakan untuk menguji dan mengembangkan

program-program tanggap darurat bencana.

Tersedianya cadangan finansial dan logistik serta mekanisme

antisipasi yang siap untuk mendukung upaya penanganan

darurat yang efektif dan pemulihan pasca bencana.

Tersedianya prosedur yang relevan untuk melakukan tinjauan

pasca bencana terhadap pertukaran informasi yang relevan

selama masa tanggap darurat.

Berdasarkan pengukuran indikator pencapaian ketahanan daerah maka

kita dapat membagi

tingkat ketahanan tersebut kedalam 5 tingkatan, yaitu :

Level 1 Daerah telah memiliki pencapaian-pencapaian kecil

dalam upaya pengurangan risiko bencana dengan melaksanakan

beberapa tindakan maju dalam rencana-rencana atau kebijakan.

Level 2 Daerah telah melaksanakan beberapa tindakan

pengurangan risiko bencana dengan pencapaian-pencapaian

yang masih bersifat sporadis yang disesbabkan belum adanya

komitmen kelembagaan dan/atau kebijakan sistematis.

Level 3 Komitmen pemerintah dan beberapa komunitas tekait

pengurangan risiko bencana di suatu daerah telah tercapai dan

didukung dengan kebijakan sistematis, namun capaian yang

diperoleh dengan komitmen dan kebijakan tersebut dinilai belum

menyeluruh hingga masih belum cukup berarti untuk mengurangi

dampak negatif dari bencana.

Level 4 Dengan dukungan komitmen serta kebijakan yang

menyeluruh dalam pengurangan risiko bencana disuatu daerah

telah memperoleh capaian-capaian yang berhasil, namun diakui

ada masih keterbatasan dalam komitmen, sumberdaya finansial

Page 98: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

ataupun kapasitas operasional dalam pelaksanaan upaya

pengurangan risiko bencana di daerah tersebut.

Level 5 Capaian komprehensif telah dicapai dengan komitmen

dan kapasitas yang memadai disemua tingkat komunitas dan

jenjang pemerintahan.

Metode Penghitungan Indeks Kapasitas

Indeks Kapasitas diperoleh dengan melaksanakan diskusi terfokus

kepada beberapa pelaku penanggulangan bencana pada suatu daerah.

Panduan diskusi dan alat bantu untuk memperoleh Tingkat Ketahanan

Daerah terlampir. Berdasarkan Tingkat Ketahanan Daerah yang

diperoleh dari diskusi terfokus, diperoleh Indeks Kapasitas.

Indikator yang digunakan untuk peta kapasitas adalah indicator HFA

yang terdiri dari:

Aturan dan kelembagaan penanggulangan bencana.

Peringatan dini dan kajian risiko bencana; c) pendidikan

kebencanaan.

Pengurangan factor risiko dasar.

Pembangunan kesiapsiagaan pada seluruh lini.

13) Penyusunan Peta Risiko dan Risiko Multi Ancaman BencanaPeta Risiko Bencana disusun dengan melakukan overlay Peta

Ancaman, Peta Kerentanan dan Peta Kapasitas. Peta Risiko Bencana

disusun untuk tiap-tiap bencana yang mengancam suatu daerah. Peta

kerentanan baru dapat disusun setelah Peta Ancaman selesai.

Pemetaan risiko bencana minimal memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

1. Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis (kedalaman analisis di

tingkat nasional minimal hingga kabupaten/kota, kedalaman

analisis di tingkat provinsi minimal hingga kecamatan, kedalaman

analisis di tingkat kabupaten/kota minimal hingga tingkat

kelurahan/desa/kam-pung/nagari).

Page 99: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

2. Skala peta minimal adalah 1:250.000 untuk provinsi; peta dengan

skala 1:50.000 untuk kabupaten/kota di Pulau Sumatera,

Kalimantan dan Sulawesi; peta dengan skala 1:25.000 untuk

kabupaten/kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

3. Dapat digunakan untuk menghitung jumlah jiwa terpapar bencana

(dalam jiwa

4. Dapat digunakan untuk menghitung kerugian harta benda, (dalam

rupiah) dan kerusakan lingkungan. Menggunakan 3 kelas interval

tingkat risiko, yaitu tingkat risiko tinggi, sedang dan rendah.

5. Menggunakan GIS dalam pemetaan risiko bencana.

Peta RisikoSebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Peta Risiko telah

dipersiapkanberdasarkan grid indeks atas peta Ancaman, peta

Kerentanan dan peta Kapasitas,berdasarkan rumus:

≈ ∗ /Modifikasi berikut harus dibuat untuk rumus diatasagar bisa

dipergunakan:

Perkalian dengan kapasitas terbalik (1-C) dilakukan, daripada

pembagiandengan C untuk menghindari nilai yang tinggi dalam

kasus ekstrim nilai-nilai Crendah atau kesalahan dalam hal nilai-

nilai kosong C.

Hasil dari indeks perkalian harus dikoreksi dengan menunjukkan

pangkat 1/n,untuk mendapatkan kembali dimensi asalnya (0.25 *

0.25 * 0.25 = 0.015625,dikoreksi: 0.015625 ^ (1/3) = 0.25).

Berdasarkan koreksi diatas, persamaan yang digunakan adalah:

= ∗ ∗ (1 − )Peta Risiko Multi AncamanPeta risiko multi ancaman dihasilkan berdasarkan penjumlahan dari

indeks-indeksrisiko masing-masing ancaman berdasarkan faktor-

Page 100: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

faktorpembobotan dari masing-masing ancaman. Sebagai sumber dari

hasil pembobotan adalah frekuensi dan dampak dari masingmasing

jenis ancaman, seperti ditunjukkan dibawah ini :

Persamaan untuk memperoleh peta risiko multi ancaman adalah

sebagai berikut :

Risiko Multi Ancaman :

= (indeks risiko banjir * 0,1064) + (indeks risiko gempa bumi * 0,1064)

+ (indeks risiko tsunami * 0,0638)

+ (indeks risiko kebakaran_gedung_dan_pemukiman * 0,0638)

+ (indeks risiko kekeringan * 0,0638) + (indeks risiko cuaca_ekstrim *

0,0638) + (indeks risiko tanah_longsor * 0,01064)

+ (indeks risiko letusan_gunung_api * 0,1064)

+ (indeks risiko gelombang_ekstrim_dan_abrasi * 0,0638)

+ (indeks risiko kebakaran_hutan_lahan * 0,0638)

+ (indeks risiko kegagalan_teknologi * 0,0638)

+ (indeks risiko konflik_sosial * 0,0638) + (indeks risiko epidemi *

0,0638

14) Penguasaan GISSebagai alat kompilasi dan analisis data spasial, Geographic

Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) sudah

Page 101: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

dikenal dan diaplikasikan diberbagai bidang termasuk dalam

perencanaan tata ruang. Dalam Kerangka Acuan Kerja untuk

pekerjaan Pengadaan dan Pembuatan Peta Citra Satelit Kecamatan

Kuta Kabupaten Badung, berikut disampaikan apresiasi dan

pemahaman konsultan dalam pemanfaatan Sistem Informasi Geografis

(SIG).

a. PendahuluanDalam perkembangan teknologi informasi orang hanya mengenal dua

macam bentuk penyimpanan data, yaitu database teks dan angka

(alphanumeric) dan penyimpanan data pictorial secara elektronik

(disebut computer graphics), yang mana diantara keduanya saling

terpisah. Sampai kemudian orang melihat potensi untuk

menggabungkan keduanya, yang luar biasa bila keduanya

digabungkan secara paralel sehingga memiliki nilai tambah. Akhirnya

muncul konsep program komputer yang canggih yang menggabungkan

data peta dengan kemampuan database manajemen, yaitu peta

dengan built-in database. Sebagai ilustrasi kita dapat menunjuk suatu

daerah maka semua informasi yang ada dan terkait dengan daerah itu

akan muncul.

Pemakaian aplikasi geografis ini didasari oleh kebutuhan akan

pentingnya pengetahuan tentang lokasi. Tergantung kebutuhan, Sistem

Informasi Geografis dengan demikian bisa mempunyai kemampuan

yang konsentrasinya pada pemakaian aplikasi tertentu. Pada

permulaan abad informasi, teknologi manajemen sistem informasi

geografi muncul sebagi alat untuk mengatur (manage) data geografi

yang besar, menanggulangi ledakan informasi, dan menyelesaikan

permasalahan yang berhubungan dengan planet bumi dan inhabitatnya

(lingkungan tak hidup). Sistem informasi geografis haruslah dibedakan

dengan komputer grafis, karena komputer grafis lebih ditekankan pada

penampilan dan pengolahan bahan-bahan layak (visible material).

Sedangkan sistem informasi geografis merupakan perpaduan dari

Page 102: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

berbagai macam aspek yaitu, pemetaan, teknik sipil, geografi, fotografi,

katografi dan analisa image seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 5.14. Aspek - Aspek yang Tergabung Dalam SIG

Aspek - Aspek yang Tergabung Dalam SIG

Masing-masing aspek di atas mempunyai peranan yang sama besar

dan keterikatan yang cukup erat dalam membentuk sistem informasi

geografis. Karena pada dasarnya sistem informasi geografis tidak

terbatas pada pengkodean, penyimpanan, pencarian dan perbaikan

data permukaan bumi. Bahkan dalam kenyataannya, data yang

tersimpan harus dapat digambarkan sebagai model dari planet bumi

atau sebagian planet bumi. Secara umum sistem informasi geografis

ditujukan untuk memilah beberapa pekerjaan dalam bagian-bagian

yang terkecil dengan lebih efisien dan efektif. Hal ini dapat

menghasilkan keputusan yang lebih baik dengan tersedianya informasi

yang lebih baik pula.

b. Pemahaman GIS1) Teori-Teori Pemetaan dan Pengolahan Data dengan Sistem

Informasi Geografis (SIG)Pengertian Dasar Peta

a) Prinsip Utama Peta

SistemInformasiGeografis

Kartografi

Photogrametri

Komputer Grafik

Spasial Analisis

Interpolasi

Interpolasi

Page 103: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Peta mempunyai peranan penting

dalam kegiatan perencanaan

pembangunan, baik dalam skala

regional maupun nasional.

Perencanaan pembangunan fisik,

sarana dan prasarana selalu

memerlukan visualisasi permukaaan bumi atau peta. Secara

umum pengertian peta adalah penyajian grafis dari seluruh atau

sebagian permukaan bumi dalam suatu bidang datar dengan

menggunakan skala dan suatu sistem proyeksi tertentu. Peta juga

merupakan data antarmuka untuk SIG

yang berupa masukan data dan hasil

akhir dari analisa spasial.

Untuk dapat digunakan, peta

mempunyai tiga prinsip utama yaitu :

Menyatakan posisi/lokasi suatu

tempat pada permukaan bumi;

Memperlihatkan pola distribusi dan pola spasial dari fenomena

alam dan buatan manusia;

Merekam dan menyimpan informasi permukaan bumi.

b) Jenis PetaBerdasarkan jenisnya peta dapat dibedakan menjadi peta

topografi dan peta tematik.

Peta Topografi

Peta Topografi disebut juga peta

dasar karena digunakan sebagai dasar

untuk pembuatan peta-peta lainnya,

baik untuk pembuatan peta tematik

maupun untuk turunan peta topografi

dengan skala yang lebih kecil.

Peta Tematik

Page 104: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Peta Tematik adalah peta

yang memperlihatkan

informasi kualitatif atau

kuantitatif dari suatu tema

tertentu, dalam

hubungannya dengan

unsur-unsur topografi yang

spesifik.

Komponen Peta Tematik :

Bentukan Geografik (Peta Dasar) Data TematikLebih jauh peta tematik dibagi dalam dua jenis, yaitu :

Kualitatif Memperlihatkan

aspek spasial data

dari data numerik

(distribusi);

Biasanya

memperlihatkan

variabel tunggal;

Kemungkinan data

ordinal(<>)atau

interval/rasio (seberapa berbeda).

Kuantitatif Memvisualkan distribusi data nominal;

Kuantitas atau nilai dari data tidak dapat ditentukan,

hanya dapat diestimasi.

c) Karakteristik PetaPada dasarnya peta mempunyai karakteristik yang dapat diuraikan

sebagai :

a. Gambar disajikan pada bidang datar dalam bentuk dua dimensi

(hasil transformasi matematik);

b. Merupakan bentuk reduksi dari keadaan sebenarnya;

Page 105: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

c. Dalam penyajiannya mengalami suatu proses generalisasi,

sehingga tidak semua informasi perlu disajikan;

d. Merupakan suatu bentuk penegasan (enhancement) dari unsur

yang terdapat dipermukaan bumi.

d) Fungsi PetaFungsi peta dapat dijelaskan sebagai berikut :

Memperlihatkan posisi relatif,ukuran dalam pengertian jarak danarah

1

2 Memperlihatkan bentuk atau unsuryang terdapat di permukaan bumi

Menghimpun serta menselektirdata dan informasi permukaanbumi

3

Page 106: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Tahapan/Proses Pembuatan dan Penggunaan PetaSecara umum tahapan/proses pembuatan peta sampai dengan

penggunaannya dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Proses Pembuatan PetaPada tahapan pembuatan peta ini, langkah-langkah yang

dilakukan meliputi :

Proses Seleksi

Proses seleksi yang dimaksud adalah menyeleksi data yang

akan digunakan dalam pembuatan suatu peta tematik apakah

berupa data nominal, ordinal, interval atau data rasio.

Proses Klasifikasi

Peta tematik yang dibuat dari data yang sama akan memberikan

informasi yang berbeda apabila menggunakan metode

klasifikasi yang berbeda. Klasifikasi data pada peta tematik akan

tergantung pada distribusi data.

Proses Eksagerasi

Proses Simplifikasi

Proses Simbolisasi

Proses simbolisasi yang meliputi simbolisasi data dan pola

dapat diuraikan sebagai berikut :

Representasi Simbol :

Titik

Garis

Area

Peringkat atau Ukuran

Nominal

Ordinal

Interval

Ratio

b) Proses Penggunaan Peta

Ukuran

Bentuk

Orientasi

Skala

Jarak antar objek

Ukuran

Bentuk

Orientasi

Skala

Jarak antar objek

Page 107: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Pada proses penggunaan peta ini, langkah-langkah yang

dilakukan meliputi :

Membaca peta

Analisis

Interpretasi

Tahapan/proses pembuatan peta sampai dengan penggunaannya divisualisasikan

dalam bentuk bagan di bawah ini :

Gambar 5.15. Tahapan/Proses Pembuatan Peta Sampai DenganPenggunaannya

Penyajian Data Dalam Bentuk GrafisDalam proses penyajian data menjadi bentuk grafis, langkah-

langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Visualisasi , data diubah menjadi bentuk gambar;

b) Universal, informasi yang disajikan dalam bentuk grafis harus

difahami dan dimengerti oleh setiap pemakai informasi;

c) Graphic, data yang disajikan dalam bentuk grafis dapat diperkecil

skalanya dan direproduksi tanpa merubah pengertian yang mendasar

tentang suatu informasi.

Page 108: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Peta dan KomunikasiPeta dan gambar lainnya adalah

alat komunikasi, seperti halnya

bahasa dan angka.

Peta adalah alat komunikasi yang

menggunakan data keruangan

untuk menggambarkan suatu

benda atau fenomena. Mendesain

peta sangat diperlukan agar

terjadi komunikasi yang efektif. Berikut adalah uraian mengenai

hubungan peta dan komunikasi :

a) Peta adalah media untuk menyatakan pendapat;

b) Pendapat tersebut ingin disampaikan melalui mata kepada

yang menerimanya;

c) Pendapat yang disampaikan adalah mengenai segala yang

menyangkut ruang;

d) Dengan menggunakan peta, diharapkan pendapat tersebut

bisa diterima lebih mudah.

Permasalahan Komunikasi VisualDalam metode komunikasi visual sebagaimana halnya dengan

metode komunikasi konvensional, tentunya memiliki kelemahan-

kelemahan yang dapat menghalangi penerimaan pesan yang ingin

Page 109: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

disampaikan. Hal ini dapat terjadi antara lain karena faktor-faktor

berikut ini :

a) Imajinasi (daya cipta)Pembuat peta harus mampu menyajikan informasi yang

disajikan, sehingga informasi dapat dimanfaatkan oleh

pengguna peta; untuk itu diperlukan imajinasi/daya cipta oleh

pembuat peta agar informasi yang disajikan bisa ‘dibaca’ oleh

pengguna peta.

b)PersepsiInformasi yang disampaikan mungkin akan terjadi ‘perbedaan

pengertian’ antara pembuat dan pengguna peta, hal tersebut

terjadi karena :

Sampai sejauh mana pengguna peta dapat mengerti ‘pesan’

yang disampaikan pada sebuah peta;

Tingkat pengetahuan yang berbeda;

Konsep-konsep data geometrik (skala, proyeksi peta, jarak)

yang belum tentu dimengerti.

Desain PetaSalah satu tujuan pembuatan peta adalah mengkomunikasikan

informasi muka bumi secara efektif, informatif dan komunikatif

kepada pemakai peta. Untuk dapat mencapai sasaran yang

diinginkan tersebut, diperlukan suatu disain peta yang

berhubungan dengan penampilan grafis (graphic) suatu informasi

muka bumi pada selembar peta. Desain peta menyangkut

pemilihan simbol untuk suatu unsur permukaan bumi sesuai

dengan informasi yang akan disajikan, tata letak peta (meliputi

muka peta, informasi tepi, informasi batas), pemilihan warna,

pemilihan jenis dan ukuran huruf.

Page 110: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

a) Prinsip-Prinsip Disain PetaSuatu peta yang mudah dibaca,

dengan kata lain dapat

mengkomunikasikan kepada para

pemakai peta, merupakan peta

yang telah didisain dengan baik,

sehingga informasi yang disajikan

dapat dimengerti oleh pemakai

peta.

Pembuatan disain peta adalah suatu tahapan penting dan

merupakan awal dari suatu kegiatan kartografi dalam kaitannya

dengan proses pembuatan suatu peta. Suatu disain peta

berhubungan dengan penampilan grafis informasi muka bumi yang

disajikan pada lembar peta.

Pembuat peta harus mampu menciptakan peta untuk para

pemakai peta yang tidak tahu mengenai kartografi; dalam hal ini,

fungsi pembuat peta adalah merancang bangun semua

kemungkinan dari persyaratan yang dikehendaki oleh pemakai

peta.

JAKARTA

Samudera Hindia

Page 111: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Pada pembuatan desain suatu peta, sebelum mengambil

keputusan mengenai detail yang akan disajikan, ada beberapa

prinsip yang harus diperhatikan, yaitu :

Perencanaan Produksi PetaSetiap produk peta selain mempunyai maksud dan tujuan, juga

mempunyai sasaran yang jelas siapa calon pemakai atau

penggunanya.

Berkaitan dengan proses pembuatan peta, perlu juga ditentukan

metode serta teknologi yang akan digunakan; sedang jika

ditinjau dari segi ekonomi, perlu dipertimbangkan masalah biaya

produksi yang didasarkan pada perkiraan pemasaran peta yang

akan dihasilkan.

Isi PetaMaksud dan tujuan suatu pemetaan mempunyai hubungan

langsung dengan isi yang akan disajikan pada peta tersebut.

Isi peta dapat dibedakan atas :

Unsur alam dan unsur buatan manusia;

Subyek pokok dan klasifikasinya.

Langkah awal yang harus diputuskan didalam pembuatan suatu

disain peta adalah penentuan skala peta, serta penentuan

’karakteristik’ yang bersifat geografis dari suatu daerah.

Maksud dan tujuan dari pembuatan peta merupakan faktor

penting, sehingga faktor-faktor utama tersebut harus tampak

dan menonjol secara grafis, sedangkan unsur-unsur pendukung

akan tampak sebagai latar belakang.

Skala PetaTuntutan yang harus dilakukan pada pembuatan peta adalah

memperlihatkan semua unsur permukaan bumi pada posisi

yang benar, serta keseluruhan daerah yang dipetakan dapat

tercakup pada beberapa lembar peta.

Luas daerah dan kerapatan detail yang disajikan sangat

tergantung pada pemilihan skala petanya, sehingga dapat

Page 112: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

dikatakan bahwa tujuan penggunaan peta dan pemilihan skala

peta merupakan suatu hal yang saling berkaitan.

Ukuran dan Tata Letak PetaUkuran suatu peta tergantung skala peta yang dibuat; selain

standar ukuran yang berlaku, pada pembuatan ukuran lembar

peta perlu diketahui juga ukuran peralatan reproduksi serta

bahan yang akan digunakan.

Suatu lembar peta dibedakan atas muka peta, bagian yang

menggambarkan permukaan bumi; dan informasi tepi peta, yaitu

bagian dari lembar peta yang memberikan keterangan dalam

kaitannya dengan isi suatu peta, serta data pendukung untuk

proses pembuatan peta tersebut.

Simbol PetaSeorang pembuat peta dalam mendisain suatu simbol peta akan

memulai dengan menciptakan bentuk secara keseluruhan,

kemudian menyaring atau memilih detail yang diperlukan.

Pemakai peta mungkin tidak mudah untuk membayangkan

suatu ukuran terhadap suatu skala peta, dan juga mungkin

kurang mengerti arti dari bermacam-macam ’kunci’ penyajian.

Aspek dari orientasi terhadap suatu bentuk di peta tergantung

pada besarnya bentuk yang dapat dikenal pada unsur topografi

yang utama. Cara terbaik untuk dapat mengetahui dengan

mudah jenis unsur yang disajikan adalah membuat gambaran

yang jelas perbedaan bentuk antara unsur-unsur yang disajikan

(misalnya antara unsur daratan dan laut).

Kontras dan KeseimbanganKekontrasan berhubungan dengan penggunaan warna pada

penyajian unsur-unsur yang menjadi tujuan dari suatu peta.

Umumnya, penggunaan warna dibedakan antara warna untuk

unsur alam dan warna untuk unsur buatan manusia.

Selain kekontrasan pada warna, disain suatu peta juga harus

memperhatikan keseimbangan, dalam pengertian bagaimana

menempatkan macam-macam komponen visual pada keadaan

Page 113: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

yang seimbang, yang berarti hubungan dan penonjolan dari

masing-masing komponen tersebut adalah wajar.

b) SimbolSalah satu pendekatan penting

di dalam mempelajari kartografi

adalah memandang peta

sebagai suatu bentuk

komunikasi visual untuk

menjelaskan hubungan spasial

di muka bumi.

Walaupun Kartografi mempunyai

hubungan dengan masalah komunikasi, tetapi mempunyai

perbedaan dengan bentuk komunikasi visual lainnya.

Seorang kartografer harus memperhatikan secara khusus sistem

koordinat, proyeksi peta, dan hal-hal yang berhubungan dengan

skala dan arah. Kartografi merupakan salah satu tipe komunikasi

grafis, sehingga sejumlah aturan yang diberlakukan pada

pembuatan peta perlu dipelajari dari komunikasi grafis dan

penyajian grafis data statistik.

Peta yang merupakan salah satu bentuk informasi muka bumi,

disajikan secara visual dengan menggunakan aturan grafis

(graphic), menyajikan hubungan suatu keadaan dan lokasi di muka

bumi pada suatu bidang datar.

Data dan Informasi KebumianSebelum pembuatan suatu simbol peta, adalah suatu hal penting

untuk mengerti data yang akan disajikan pada suatu peta. Pada

proses pembuatan suatu peta, seorang pembuat peta haruslah

terlebih dahulu mempelajari data yang akan digunakan, baik untuk

peta topografi maupun peta tematik, sehingga akan diketahui :

Cara memproses data yang berkaitan dengan posisi suatu

tempat;

Karakteristik dari unsur yang disajikan;

Page 114: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya.

Selain itu, pembuat peta juga menyajikan informasi pada suatu

peta dengan cara memanfaatkan dan memindahkan data

sekunder (misalnya data kepadatan penduduk, peta jalan).

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka seorang pembuat

peta harus mencari, menganalisis dan memproses data untuk

dapat disajikan dalam bentuk grafis.

Klasifikasi Data SpasialKenampakan muka bumi dalam bentuk spasial dapat

diklasifikasikan atas :

a) Data PosisiTitik koordinat adalah salah satu bentuk yang menyatakan suatu

data posisi di muka bumi. Secara konsepsi, pengertian posisi

ataupun lokasi adalah sesuatu yang nyata tampak pada suatu

tempat dimuka bumi. Data posisi di lapangan akan banyak

dijumpai jenisnya, mulai dari titik kedalaman pemeruman

(sounding), titik tinggi, titik planimetris, sampai ke perpotongan

jalan.

b) Data LinierSejumlah besar unsur geografi di muka bumi adalah dalam bentuk

data linier yang mempunyai suatu ukuran tertentu. Jalan atau

sungai yang mempunyai panjang relatif adalah bentuk dominan

data linier yang mudah dikenal di lapangan. Bentuk-bentuk lainnya

adalah mulai dari bentuk yang tidak nyata dilapangan seperti batas

administrasi antara dua tempat atau garis pantai yang

membedakan antara daratan dan air, sampai kebentuk data yang

nyata seperti jalan dan sungai.

c) Data LuasSecara konsepsi data luas berbentuk dua dimensi, dan pengertian

pokoknya adalah suatu area yang dibatasi oleh suatu bentuk linier

yang tertutup. Data luas dapat dalam bentuk suatu negara,

karakteristik tanah, perkebunan ataupun daerah hutan.

Page 115: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Simbol kartografi yang digunakan untuk mewakili data spasial

muka bumi pada suatu peta dapat diklasifikasikan dalam bentuk:

Simbol Titik (Point)Digunakan untuk mempresentasikan unsur muka bumi atau

karakteristik suatu lokasi dan atribut. Aspek dari skala peta

sangatlah penting dalam penyajian simbol titik, bentuk area

suatu kota pada peta skala kecil dapat disajikan sebagai simbol

titik, tetapi tidak demikian halnya jika disajikan pada skala

besar.

Simbol Garis (Line)Digunakan untuk mempresentasikan unsur-unsur muka bumi

yang mempunyai bentuk linier atau garis yang memanjang

tetapi bukan suatu area. Penyajian simbol garis ini dapat

mewakili bentuk yang sesuai dengan unsur sebenarnya

dilapangan ataupun hasil dari suatu generalisasi.

Simbol Luas (Area)Digunakan untuk mewakili unsur-unsur di muka bumi yang

berbentuk suatu area dengan batas yang pasti ataupun

perkiraan. Di dalam penyajiannya, bentuk serta ukuran area

tersebut dengan sendirinya tergantung pada skala peta yang

dibuat.

Skematik Pembuatan Disain SimbolDisain simbol adalah suatu kegiatan kreativitas grafis dalam

menyajikan unsur muka bumi yang sesuai dengan tujuan

pembuatan peta. Dimana mendisain suatu simbol adalah

merupakan hasil persepsi yang benar dari karakteristik suatu

unsur dan konsep dari pemakai peta.

Pada sistem keseluruhan dari pembuatan disain peta, maka disain

simbol menempati pusat atau inti permasalahan dengan beberapa

cabang komponen dari suatu sistem fungsional. Pada pembuatan

disain simbol, terdapat delapan faktor utama yang langsung

terlibat didalammya (Edzard S Bos, Systematic symbol design in

Page 116: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

ISI PETA

KARAKTERISTIKGEO-DATA

PRODUKSIDAN

ASPEK BIAYA

PERSEPSIPANDANG

VARIABELPANDANG

ASPEKPERSEPSIFISIK DAN

PSIKOLOGI

SATANDARDAN

KONVENSI

PERSYARATANPETA

DISAINSIMBOL

cartographic eduction, 1984). Kedelapan faktor utama tersebut

adalah :

a) Isi Peta

b) Karakteristik Geo-Data

c) Persepsi Pandang

d) Variabel Pandang

e) Aspek Persepsi Fisik dan Psikologi

f) Standar dan Konvensi

g) Persyaratan Peta, serta

h) Produksi dan Aspek Biaya

Gambar 5.17.. Delapan Faktor Utama Dalam Skematik Pembuatan Disain Simbol

Pengertian yang mendalam dari masing-masing faktor tersebut

adalah persyaratan yang mutlak untuk keberhasilan suatu disain

simbol.

a) Isi Peta

Page 117: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Dalam pembuatan disain simbol, unsur-unsur yang akan disajikan

pada peta adalah faktor utama yang betul-betul harus

dipertimbangkan. Pembuatan disain simbol ini dapat dilakukan jika

“isi” suatu peta sudah terdefinisikan sesuai maksud dan tujuan

pembuatan peta bersangkutan.

Penentuan isi peta selain erat hubungannya dengan keperluan

pemetaan dan persyaratan pemakai peta, juga perlu

dipertimbangkan beberapa faktor penting lainnya yaitu :

Tersedianya data dan kebenarannya data untuk pemetaan;

Hubungan antara ukuran, skala, dan proyeksi peta yang

digunakan;

Fasilitas teknik reproduksi yang tersedia; serta

Kondisi ekonomi yang berhubungan dengan pembiayaan dan

pasar.

b) Karakteristik Geo-DataSesudah isi peta disepakati dan memenuhi pertimbangan untuk

maksud disain simbol, maka diperlukan analisis geo-data (data

sapsial) yang akan disajikan. Data spasial permukaan bumi dapat

dibedakan menjadi empat dasar/kategori.

c) Karakteristik PlanimetrikInformasi muka bumi didefiniskan dalam bentuk titik, garis, atau

luas yang keadaannya relatif sesuai dengan skala peta.

Karakteristik planimetrik pada pembuatan disain simbol disajikan

dalam bentuk simbol titik, garis atau luas.

Simbol Titik (Point)Digunakan untuk mempresentasikan unsur muka bumi atau

karakteristik suatu lokasi dan atribut. Aspek dari skala peta

sangatlah penting dalam penyajian simbol titik, bentuk area

suatu kota pada peta skala kescil dapat disajikan sebagai

simbol titik, tetapi tidak demikian halnya jika disajikan pada

skala besar.

Simbol Garis (Line)Digunakan untuk mempresentasikan unsur-unsur muka bumi

yang mempunyai bentuk linier atau garis yang memanjang

Page 118: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

tetapi bukan suatu area. Penyajian simbol garis ini dapat

mewakili bentuk yang sesuai dengan unsur sebenarnya

dilapangan ataupun hasil dari suatu generalisasi.

Simbol Luas (Area)Digunakan untuk mewakili unsur-unsur di muka bumi yang

berbentuk suatu area dengan batas yang pasti ataupun

perkiraan. Di dalam penyajiannya, bentuk serta ukuran area

tersebut dengan sendirinya tergantung pada skala peta yang

dibuat.

Simbol kartografi di dalam penyajiannya dapat dibedakan atas:

Piktorial atau Simbol DeskriptifSimbol dalam bentuk piktorial merupakan bentuk yang

mendekati keadaan sebenarnya dari data spasial yang akan

disajikan, seperti simbol pohon, simbol terminal. Simbol piktorial

mudah untuk dimengerti oleh pemakai peta tanpa harus melihat

legenda peta, tapi untuk membuat disain simbolnya tidaklah

mudah, serta kadang-kadang cukup sulit untuk menempatkan

pada posisi yang tepat pada suatu lokasi di peta.

Geometrik atau simbol abstrakAdalah suatu simbol yang menggambarkan bentuk reguler

seperti lingkaran, segitiga, segiempat dan lain sebagainya. Jika

melihat simbol geometrik, maka bentuk yang disajikan tidak

spesifik atau sesuai dengan data spasial yang terdapat di muka

bumi. Suatu bentuk lingkaran pada suatu peta menyajikan

sebuah kota, tapi pada peta lain dapat mewakili sebuah menara.

Simbol geometrik, relatif lebih mudah menempatkan posisi

suatu lokasi dengan tepat pada suatu peta.

HurufSimbol huruf adalah suatu bentuk simbol yang terdiri dari huruf-

huruf atau gabungan dari huruf-huruf dan angka. Simbol huruf

dapat dijumpai pada peta topografi (huruf B untuk menyatakan

lokasi dari Kantor Kabupaten) maupun pada peta tematik

(mewakili unsur-unsur geologi dalam bentuk nama suatu unsur).

Page 119: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Huruf yang tertera pada suatu simbol harus dituliskan pada

legenda peta untuk dapat dimengerti oleh pemakai.

Tingkat UkuranData dapat diukur menurut skala nominal, skala ordinal, skala

interval, dan ratio. Definisi data tingkat ukuran ini tidak sama

dengan pembentukan data ukuran yang berdasarkan pada

hirarki yaitu, kualitatif – kelas – kuantitatif.

Data nominalSuatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang tidak

mempunyai tingkatan (rangking); jadi unsur-unsur yang

disajikan hanya dikenal dengan suatu nama saja, misalnya

sekolah, Bandara, pelabuhan dan lain sebagainya.

Data OrdinalSuatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang

mempunyai tingkatan. Unsur/obyek yang disajikan pada peta

secara garis besar dibagi lagi dalam ragamnya menurut

ukuran, kepentingan, umur, dan lainnya; dalam arti seperti

besar dan kecil, padat dan jarang, basah dan kering, tua dan

muda.

Contoh, suatu kota yang akan disajikan di peta dibagi sebagai

kota besar dan kota kecil, desa luas dan desa kecil.

Page 120: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Data Interval dan RasioSuatu ukuran yang tidak hanya dengan aturan dan urutan

tertentu saja, melainkan juga dibagi atas kelas-kelas tertentu

dengan harga yang sebenarnya.

Pada ukuran interval, titik nol atau titik permulaan diambil

sembarang, artinya perbandingan suatu harga tidak

mempunyai arti yang sebenarnya; sedang pada ukuran ratio,

titik permulaannya adalah mutlak (harga sebenarnya).

Struktur dari Organisasi Data

Page 121: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Struktur organisasi adalah aspek lain dari karakteristik geo-data.

Apapun tipe peta yang akan dihasilkan, ada beberapa aturan

yang perlu diperhatikan.

Subyek dari peta yang akan dihasilkan harus dibedakan

kedalam beberapa grup atau katagori yang unsur-unsurnya

mempunyai persamaan (sebagai contoh, semua unsur air

dicatat dan dimasukkan dalam satu katagori sebagai bagian dari

satu elemen pada peta); selain hal tersebut, diperhatikan juga

apakah dalam satu katagori masih diperlukan pembagian

beberapa sub katagori lagi.

Hal ini sangat penting untuk membuat sistematika, sehingga

dapat menghindari unsur yang tidak ada kaitannya secara visual

dengan suatu kategori tertentu.

Karakteristik Data LainnyaUntuk lebih melengkapi data, mungkin masih perlu melanjutkan

pencarian karakteristik data lainnya, misalnya terdapat satu set

data (garis kontur) yang merupakan hasil pengukuran langsung

dan hasil perkiraan (interpolasi).

d) Persyaratan Pembuatan PetaPembuatan disain simbol dapat berbeda tergantung untuk

keperluan apa peta tersebut dibuat, apakah untuk pendidikan,

ilmiah, teknis atau serbaguna. Untuk pembuatan peta sekolah,

umur dari grup pemakai peta adalah sangat penting untuk

diketahui, sebab ini akan membedakan tingkat pengetahuan yang

dimiliki, pengalaman dalam menggunakan peta, dan kemampuan

dalam persepsi.

Pemilihan antara pemakaian simbol piktorial atau simbol

geometrik oleh kartografer, mungkin lebih ditekankan berdasarkan

kelompok pemakai. Keadaan khusus dari pemakaian suatu peta

akan mempengaruhi disain simbol yang akan dibuat, sebagai

contoh :

Apakah peta dilihat pada jarak normal pembacaan atau pada

jarak tertentu (digantung pada dinding) ;

Page 122: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Apakah dibutuhkan waktu yang lama atau pengamatan yang

cepat dalam mempelajari suatu peta ;

Apakah peta dilihat pada kondisi penyinaran yang normal atau

pada penyinaran dengan iluminasi khusus.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut berhubungan dengan aspek

penting dari ketajaman visual dan pembacaan serta disain dari

suatu simbol yang akan dibuat.

e) Variabel PandangVariabel pandang merupakan basis dasar didalam pembuatan

simbol yang berperan penting pada proses sistematika dan logika

disain simbol. Sebelum memutuskan pemakaian suatu simbol

yang akan mewakili suatu unsur di muka bumi, perlu dipelajari

terlebih dahulu masalah variabel pandang yang menyangkut

berbagai bentuk penyajian dengan menggunakan dampak

pandang (visual impact), sebab hal tersebut merupakan sesuatu

yang ikut menentukan bentuk simbol atau penyajian pada suatu

peta.

Bentuk penyajian yang menggunakan dampak pandang,

umumnya dinyatakan dalam :

Bentuk (shape/Form)

Ukuran (size)

Orientasi (orientation)

Harga (value)

Tekstur (texture)

Warna (colour)

Harga (Value)Harga adalah variabel pandang yang mengacu kepada harga

grey scale, suatu derajat kehitaman dari warna putih/muda

sampai ke warna hitam/tua; dengan memanfaatkan screen

tersebut, maka dapat dinyatakan kuantitas (jumlah/banyak) yang

berbeda dari satu unsur terhadap unsur lain.

Page 123: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Pada prakteknya, screen untuk warna muda selalu mempunyai

harga yang prosentase (%) nya selalu lebih kecil dibandingkan

dengan warna tua. Pemakaian

prosentase screen tidaklah selalu

proporsional dengan screen yang dipakai,

artinya, untuk menyatakan suatu daerah A yang

jumlah penduduknya 2 kali dibandingkan dengan

daerah B, tidak selalu prosentase screen yang dipakai didaerah A

adalah 2 kali dari daerah B. Penggunaan harga sebagai variabel

pandang dapat digunakan untuk penyajian simbol titik, garis dan

luas.

Tekstur (Texture)Tekstur sebagai variabel pandang dapat

untuk memahami bermacam-macam ukuran

dari suatu harga yang tetap. Macam- macam

bentuk tekstur dapat diatur melalui teknik

reproduksi fotografis, harga dari tekstur akan sama tetapi

ukurannya dapat berbeda.

Warna (Colour)Variabel pandang untuk warna dapat

dibedakan atas tiga hal yaitu :

• Corak (hue)

Berkaitan dengan jumlah warna yang

tersedia, akan dijumpai adanya perbedaan antara satu warna

dengan warna lainnya.

• Harga (value)

Berhubungan dengan ukuran dari pemantulan sinar yang

terjadi, makin banyak sinar yang dipantulkan berarti harga yang

terjadi semakin tinggi. Sebagai contoh, warna coklat

mempunyai harga yang lebih rendah dibandingkan dengan

warna kuning.

Page 124: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

• Kejenuhan (Saturation)

Berhubungan dengan reaksi manusia dalam

melihat suatu warna. Ada suatu warna tertentu

yang dapat menimbulkan reaksi

terhadap mata manusia, padahal warna

bersangkutan mempunyai 'harga' yang tinggi. Warna

bersangkutan disebut sebagai warna yang berkurang

kejenuhannya (misalnya warna kuning).

Kejenuhan ini akan berlaku pada lembar peta dengan suatu

area/daerah (luas atau kecil) yang akan disajikan dalam bentuk

warna; suatu area yang luas akan dapat menimbulkan

bertambahnya kejenuhan, sedang daerah yang kecil akan

berkurang kejenuhannya.

f) Tingkat Persepsi PandangAturan untuk disain simbol kartografi tidaklah berdasar pada suatu

kesepakatan, melainkan haruslah belajar dari pembuat peta dan

pengguna peta.

Pada umumnya pengguna peta tidaklah belajar bahasa simbol

kartografi, aturan dari disain simbol berdasarkan kesan yang

secara spontanitas terhadap fakta variabel pandang, seperti

halnya menggunakan satu kelompok simbol kartografi yang dibuat

bersama pengguna peta.

Berkaitan dengan masalah visual pandang, terdapat empat

tingkatan hirarki pada persepsi pandang dari suatu simbol :

Persepsi asosiatif, simbol-simbol akan terlihat secara individu

dan setiap simbol mempunyai arti yang sama pentingnya ;

Persepsi selektif, simbol-simbol dapat divisualkan dalam

tingkatan grup ;

Persepsi kelas, simbol-simbol dapat tersusun dengan baik

berdasarkan spesifik dari tingkatan kelas ;

Persepsi kuantitatif, kelas dikenal melalui simbol-simbol dengan

cara meng-kuantitatifkan (dua kali atau tiga kali lebih).

Page 125: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

g) Aspek Persepsi Fisik dan PsikologiPada penyajian simbol, unsur permukaan bumi yang ditonjolkan

dan kontras dapat disajikan dalam beberapa aspek yang sesuai

dengan aturan kartografi. Seperti diketahui, persepsi dari ukuran

simbol dan warna dapat disajikan dalam beberapa ukuran dan

warna yang berbeda dengan simbol lainnya; suatu simbol akan

terlihat sama jika dikelilingi oleh simbol lain yang sama ukurannya.

Konsep dari suatu penyajian unsur permukaan bumi adalah juga

salah satu aspek fisik-psikologi yang sangat mempengaruhi dalam

pembuatan disain simbol.

h) Standar dan KonvensiWarna biru selalu dikaitkan dengan unsur air dan menjadi

konvensi dan standar pada penyajian sungai, danau, laut serta

unsur-unsur lain yang ada hubungannya dengan air; demikian pula

halnya dengan warna hijau adalah warna konvensional untuk

tumbuh-tumbuhan.

Warna dan simbol-simbol pada peta skala kecil merupakan salah

satu standarisasi pada tingkat internasional. Banyak produk dari

organisasi pemetaan yang mempunyai standarisasi untuk simbol

peta yang dihasilkan, khususnya untuk suatu seri peta.

Banyaknya simbol yang konvensional dan standar, menjadikan

suatu hal yang jelas bahwa kartografer tidak pada setiap waktu

dapat secara bebas mendesain suatu simbol; atau dengan

perkataan lain, setiap simbol yang akan dibuat haruslah mengacu

pada simbol yang telah menjadi standar dan konvensi bersama.

Kategori PetaJenis peta jumlahnya tidak terbatas

“Maps Have Many Functions And Many Faces, And Each Of Us

Sees Them With Different Eyes” (Skelton 1972)

Masalah Bagaimana mengkategorikan peta?

Kategori dapat dipandang dari 3 sudut pandang

Diklasifikasi berdasarkan skala

Page 126: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Diklasifikasi berdasarkan fungsi

Diklasifikasi berdasarkan subjeknya (isinya)

a) Klasifikasi Berdasarkan SkalaPeta yang diklasifikasikan berdasarkan skala adalah peta yang

menggunakan Rasio Dimensi Peta dengan Dunia Nyata. Dalam

klasifikasi ini peta dibedakan menjadi :

Peta Skala Kecil = luasan besar, dengan isi yang general

Sekitar 1 : 500,000 or less

Peta Skala Besar = area cakupan kecil, dengan detail yang baik.

1 : 50,000 or more

Peta Skala Sedang = berada diantaranya

Tidak ada pengkelasan yang spesifik

Gambar 5.18. Peta Skala Kecil (1 : 1.000.000.000)

Page 127: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Gambar 5.19. Peta Skala Kecil (1 : 2.500.000.000)

Gambar 5.20. Peta Skala Kecil (1 : 10.000.000.000)

b) Klasifikasi Berdasarkan FungsiDalam mengklasifikasikan Peta berdasarkan Fungsi tidak ada

pengaturan yang jelas mengenai hal ini. Secara umum kategori

peta terdiri atas 3 (tiga), yaitu :

Peta Referensi /Peta Dasar

Peta Tematik

Charts (Peta Navigasi)

Peta Referensi

Page 128: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Peta Referensi bertujuan untuk memperlihatkan kondisi fisik,

lokasi dan objek dipermukaan bumi, seperti air, jalan, garis

pantai, rel kereta dan sebagainya.

Peta Referensi dibagi atas :

Peta Dasar skala besar :

Peta Topografi

Photogrammetric methods

Peta dengan Skala yang lebih

besar : site location/engineering

Fokus pada akurasi posisi

Peta Dasar skala kecil :

Atlas

Memperlihatkan hampir sama dengan peta skala kecil,

tetapi detailnya lebih sedikit.

Engineering map exampleEngineering maps (a.k.a plans) are used for

guiding projects such as bridges & dams or

for estimating costs for these projects

Peta TematikPeta Tematik dikenal dengan special purpose maps

Distribusi sebuah nilai atribut atau beberapa atribut yang

saling berhubungan

Satellite cloud cover images

Election results

Precipitation, temperature

Population

Average annual income

Jika tujuannya untuk memperlihatkan lokasi dikenal dengan

nama general purpose map

Peta Tematik cenderung memiliki skala yang lebih kecil

Memperlihatkan distribusi untuk area yang luas (vs.

abs. location)

Ketersediaan Data

Page 129: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Perbandingan Regional vs. site-level decisions

Peta Tematik, terdiri atas :a. Dot-distribution maps

b. Choropleth maps

c. Isoline maps

d. Flow maps

e. Chart maps

f. Cartograms

g. Simbol (e.g. proportional circles, bar graphs, etc.)

Dot-distribution mapMemperlihatkan densitas dan distribusi sebuah atribut

Choropleth Maps

Thematic maps

…show spatialdistribution of attributes…show locations of objects

General reference maps

Page 130: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Choropleth maps:

enumeration units coloured or shaded to represent different magnitudes of an

attribute

classified : colours correspond

to value intervals

colour scales :

sequential (gradient)

diverging (double-ended)

Bar charts : one bar per

attribute, heightproportional to value

Chart maps:

sizes of chart segments areproportional to values of

several attributes

Page 131: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Isoline Maps

Show numerical values for continuous distributions by means of

lines joining points of equal value

(e.g. maps of temperature, pressure, etc.)

Flow Map

Proportional Circle Map

Page 132: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Elemen Peta

ChartsPeta yang didesian khusus untuk navigasi laut dan udara

Peta berguna untuk looked at, sementara charts berguna untuk

worked on (plot courses, determine positions)

Navigasi juga biasanya menggunakan peta general

(maritime equivalent of topographic map bathymetric map)

2 tipe aeronautical charts, yaitu :

1. visual

2. instrument navigation

Peta jalan merupakan chart atau navigasi di darat. Hanya

sedikit peta yang memang “murni” merupakan peta referensi

atau peta tematik dan chart yang memiliki satu fungsi khusus.

Page 133: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Bathymetric Example

c) Klasifikasi Berdasarkan SubjeknyaBerdasarkan subjeknya, peta dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Peta Kadastral

Peta Perencanaan

d) Analisis Spasial

RemoteSensing

QuantitativeMethods

Cartography

GIS

Geomorphology

Climatology

Biogeography

Soils

HumanGeography

GeographicalTechnical

Physical

Geographical

Historical

Political Economic

Behavioral Population

SPATIAL

ANALYSIS

Page 134: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

e) Generalisasi Statistik

Jumlah Kelas

– Sedikit atau banyak ?

– ROT : Kebanyakan 3-7 Kelas, dgn 8 shade

Metode Klasifikasi– Peta tematik yang dibuat dari data yang sama akan memberikan

informasi yang berbeda apabila menggunakan metode

klasifikasi yang berbeda.

– Klasifikasi data pada peta tematik akan tergantung pada

distribusi data.

Page 135: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Distribusi DataHistogram

Langkah pertama dalam memproduksi peta tematik

Lihat bagaimana data terdistribusi

Gunakan statistik sederhana, seperti rata-rata atau standar

deviasi

Plot data sebagai histogram

Page 136: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Contoh Distribusi Data

15) Perangkat PendukungPersoalan yang sulit dan penting dalam pengembangan aplikasi adalah

bagiamana memilih sistem yang sesuai dengan kebutuhan dan bisa

bertahan terhadap waktu. Tulang punggung informasi modern adalah

perangkat keras dan perangkat lunak komputer. Seperti kita sadari

bahwa perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak kriteria

saat ini begitu pesatnya, sehingga nilai kadaluwarsa perangkat tersebut

berjalan sejajar.

Keadaan ini sering menjadi kendala untuk memulai mengembangkan

sistem atau aplikasi karena selalu muncul perangkat generasi terbaru

dengan tawaran keandalan yang serba lebih. Di lain pihak, saat ini ada

banyak sekali perangkat lunak yang beredar, sehjngga untuk memilih,

dan memutuskan perangkat lunak mana yang akan digunakan

memerlukan disiplin ilmu tersendiri. Paradoks tersebut selalu membuat

orang berfikir dua kali untuk memulai mengembangkan sistem karena

terlalu hati - hati menyebabkan tidak pernah optimum dan operasional.

Page 137: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana mengantisipasi

perkembangan untuk jangka waktu tertentu, sehingga

perkembangan tersebut tidak melebihi batas (limit) dari nilai yang

kita tetapkan dalam penentuan parameter perangkat keras, maupun

perangkat lunak.

Pengadaan Hardware :Pemilihan perangkat keras (hardware) dapat mengikuti petunjuk

berikut :

Gunakanlah perangkat keras yang banyak digunakan (lazimnya

PC) akan tetapi juga harus memungkinkan untuk bekerja di multi

platform.

Gunakanlah processor tercepat yang ada saat ini, mengingat

database pictorial membutuhkan memori yang cukup besar serta

kecepatan yang tinggi. Apabiia biaya menjadi kendala maka bisa

digunakan perangkat keras satu level dibawahnya.

Gunakanlah resolusi monitor yang tinggi, sehingga diperoleh

tampilan yang sesuai dengan kehendak kita.

Menggunakan media penyimpanan (hard disk) yang memadai.

Pengadaan SoftwareSedangkan pemilihan perangkat lunak (sofware) harus

memperhatikan batasan-batasan berikut :

Perangkat lunak harus fungsional, dengan installed base yang

tinggi, diikuti dengan pelayanan pengembangan dan kemudian

masalah harga

Pilih perangkat lunak yang menyediakan customization, user

interface yang bersahabat (familiar)

Memiliki editor yang mudah untuk menggambarkan objek-objek 2

dimensi

Bisa membaca format dan aplikasi lain yang umum

Memiliki kemampuan untuk melakukan akses terhadap database

relational

Mendukung konsep Structural Query Language (SQL)

Bisa berjalan dengan system operasi windows (under windows)

Page 138: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

C. METODE PENGUMPULAN DATAMetode atau cara mendapatkan data sangat menentukan keakuratan data

yang dihasilkan. Hal ini berguna untuk mencegah ketimpangan antara

kondisi yang terjadi di lapangan dengan produk rencana yang dihasilkan.

Dalam menentukan cara pengumpulan data sangat bergantung pada data

yang dibutuhkan.

1. Kegiatan Pengumpulan DataBerdasarkan jenis datanya maka kegiatan pengumpulan data melalui

survey dilakukan melalui 2 (dua) metode pengumpulan data, yaitu :

a. Survey Sekunder, yaitu kegiatan survey yang ditujukan untuk

mendapatkan data sekunder. Merupakan pengumpulan data atau

perekaman data instansi, baik itu berupa uraian data angka maupun

peta yang berhubungan dengan wilayah kajian dan terkait dengan data

yang dibutuhkan bagi penyusunan laporan.

b. Survey Primer, yaitu kegiatan survey yang ditujukan untuk

mendapatkan data primer yang dilakukan melalui pengamatan,

pengukuran kondisi lapangan.

Kedua kegiatan survey tersebut diatas dilakukan secara bersama-sama oleh

konsultan pelaksana, untuk mendapatkan data yang valid dan dapat

dipercaya serta dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan sesuai

dengan kondisi lapangan.

2. Kebutuhan DataKegiatan pengumpulan data dan informasi dibagi ke dalam dua bagian

yaitu pengumpulan data sekunder dan data primer. Data sekunder yang

dikumpulkan adalah data dalam bentuk dokumen kebijaksanaan serta

data-data tertulis lainnya sedangkan data primer adalah data-data yang

dikumpulkan di lapangan yang dilakukan melalui pengamatan langsung ke

wilayah perencanaan (on site-visit).

Page 139: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

5.10. GAMBARAN UMUM LOKASI KEGIATAN

5.11. PROGRAM KERJA

Page 140: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

34Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

5.1. LATAR BELAKANGMeningkatnya frekuensi kejaidan bencana di Indoenisa pada umumnya dan di

Provinsi Bali pada khususnya telah membuka mata semua pihak akan

pentingnya pertimbangan aspek kebencanaan dalam pembangunan. Kejadian

bencana termasuk di Kabupaten Karangasem telah menyadarkan semua pelaku

dan pelaksana pembangunan akan perlunya perhatian khusus pada lokasi-

lokasi yang rawan bencana, baik bencana alam maupun non alam.

Selain itu, UU No. 24 Tahun 2007 khususnya pasal 21 menyebutkan bahwa

salah satu tugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah

menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana. Dengan

kata lain, UU tersebut mengharuskan setiap pemerintah daerah mempunyai

dokumen mengenai kajian risiko bencana sebagai dasar dalam penyusunan

rencana aksi guna meminimalisir risiko dan dampak negatif jika terjadi bencana.

Salah satu aspek penting dalam kajian tersebut adalah informasi lokasi-lokasi

yang memiliki kerawanan dan risiko bencana tinggi dengan melakukan kegiatan

pemetaan risiko bencana.

Dari telaah tim ahli yang tergabung dalam penyusunan Rencana

Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD) Kabupaten Karangasem dengan

melihat kondisi alam, sosail, ekonomi, dan budaya di Kabuoaten Karangasem

tercatat ada 21 (dua puluh satu) potensi ancaman bencana yang terjadi di

Kabupaten Karangasem yakni Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor,

Kekeringan, Badai/Angin Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung,

Kebakaran, Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama

Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan Liquifikasi.

Atas pertimbangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Karangasem pada tahun

anggaran 2013 ini mengakibatkan anggaran untuk melaksanakan kegiatan

Page 141: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

35Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu.

Melalui kegiatan ini maka akan dihasilkan peta risiko bencana yang didasarkan

atas analisa detail ancaman, kerentanan dan kapasitas untuk seluruh jenis

bencana di setiap desa di Kecamatan Abang dan Kubu.

5.2. NAMA PEKERJAANSesuai dengan yang tercantum dalam KAK, pekerjaan ini bernama PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.

5.3. LOKASI PEKERJAANBerdasarkan KAK lokasi dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu ini adalah seluruh cakupan wilayah administratif

Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu di Kabupaten Karangasem.

5.4. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAANKegiatan penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu akan

dilaksanakan selama 150 (seratus lima puluh) hari kalender sejak

dikeluarkannya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja).

5.5. BIAYABiaya pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan

Abang dan Kubu adalah sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) yang

dibebankan pada biaya APBD Kabupaten Karangasem Tahun Anggaran 2013.

SKPD Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kabupaten

Karangasem.

5.6. MAKSUD DAN TUJUANa. Maksud Pekerjaan

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan peta risiko bencana

khususnya untuk di wilayah Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu

sesuai dengan standar penyusunan peta risiko bencana yang telah

ditetapkan melalui ketentuan/aturan khususnya Peraturan Kepala Badan

Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.

Page 142: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

36Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

b. Tujuan Pekerjaan

Tujuan dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan

Abang dan Kecamatan Kubu adalah di antaranya untuk :

Tersedianya data spasial berupa peta resiko bencana masing-

masing desa untuk masing-masing jenis bencana yang telah

tertuang dalam Rencana Penanggulangan Bencana Daerah.

Tersedianya data atribut berupa analisis tingkat ancaman, analisis

tingkat kerawanan dan analisis kapasitas pada masing-masing desa

untuk masing-masing jenis bencana yang tertuang dalam RPBD.

Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan

dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko

bencana.

Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan

dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko

bencana.

5.7. SASARANSasaran dari pekerjaan ini diantara lain adalah :

a. Semakin meningkatnya kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat

luas mengenai pentingnya informasi bencana dalam pelaksanaan

pembangunan daerah.

b. Tersedianya informasi karakteristik ancaman, kerentaan, dan kapasitas

pada setiap lokasi, juga dapat memberikan informasi penyebab tinggi

rendahnya risiko bencana pada suatu lokasi.

c. Semakin tepatnya pemilihan tindakan yang harus dilakukan untuk

mengurangi resiko dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

5.8. RUANG LINGKUPAdapun lingkup materi dalam penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan

Abang dan Kubu adalah :

Analisis Ancaman

Meliputi segala potensi ancaman bencanan yang berpotensi terjadi di

masing-masing desa di Kecamatan Abang dan Kubu dengan

Page 143: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

37Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

memperhatikan klimatologi struktur geologi, topografi wilayah, sejarah

kejadian bencana, aktifitas masyarakat, dan penerapan teknologi yang

berpotensi menimbulkan bencana serta hal-hal lainnya yang layak

dijadikan pertimbangan.

Analisis Kerentaan

Merupakan analisis terhadap kerentaan masyarakat yang meliputi

kemampuan perekonomian masyarakat, tingkat pendidikan dan

pemahaman masyarakat terhadap ancaman, kepdatan penduduk, potensi

penduduk terpapar bencana, serta kondisi lainnya yang berpotensi

mempersulit kemampuan masyarakat untuk mengatasi ancaman bencana

secara mandiri.

Analisis Kapasitas

Meliputi segala sumber daya yang ada dapat dimanfaatkanuntuk

mengurangi risiko yang dihadapai masyarakat.

Analisis Risiko

Merupakan perpaduan antara ancaman, kerentaan dan kapasitas yang

disusun berdasarkan pedoman yang berlaku.

Penyusunan Peta Risiko Bencana

Pemetaan didasarkan prasyarat umum penyusunan peta dengan skala

minimum 1 : 25.000 dengan komponen data hitungan jumlah jiwa terpapar

bencana (dalam jiwa), nilai kerugian harta benda dan kerusakan

lingkungan (dalam rupiah)

Legalisasi

Produk Peta Risiko Bencana Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu

yang bersangkutan diformulasikan ke dalam produk legal formal yang

disiapkan berupa Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang dalam

proses selanjutnya akan didorong untuk ditetapkan dengan persetujuan

DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda)

5.9. APRESIASI DAN INOVASISehubungan dengan kegiatan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangsem di

Page 144: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

38Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

tahun 2013. CV. TRI MATRA DISAIN selaku pihak konsultan ingin memberikan

apresiasi dan inovasi terkait pekerjaan ini yang diharapkan dapat menjadi

tambahan informasi dan usulan strategis yang bisa mendukung terlaksananya

pekerjaan ini.

A. APRESIASI1) Umum

Dalam pengelolaan manajeman mitigasi bencana, salah satu kegiatan

yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemetaan risiko

bencana. Bencana adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari sistem

yang ada di muka bumi, baik secara alamiah ataupun akibat ulah

manusia. Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak sekali

potensi bencana karna berdasarkan letaknya Indonesia terletak diantara

pertemuan 3 lempeng besar yaitu Lempeng Hindia-Australia, Lempeng

Eurasia dan Lempeng Pasifik. Pertemuan 3 lempeng besar ini

menjadikan Negara Indonesia memiliki fenomena alam yang komplek

mulai dari pegunungan, perbukitan dan dataran. Proses geologi

merupakan siklus di bumi dalam mencapai titik keseimbangan yang

sering menjadi fenomena ancaman seperti gempa bumi, tsunami,

longsor, banjir, angin putting beliung, dan sebagainya. Di Kabupaten

Karangasem sendiri dari telaah tim ahli yang tergabung dalam

penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD)

Kabupaten Karangasem dengan melihat kondisi alam, sosail, ekonomi,

dan budaya di Kabuoaten Karangasem tercatat ada 21 (dua puluh satu)

potensi ancaman bencana yang terjadi di Kabupaten Karangasem yakni

Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor, Kekeringan, Badai/Angin

Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung, Kebakaran,

Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama

Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan

Liquifikasi.

Pemetaan risiko bencana merupakan kegiatan yang sangat penting

sebagai benchmark dalam menyusun program dan kegiatan pengurangan

risiko bencana. Selanjutnya peta risiko bencana tersebut dapat digunakan

Page 145: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

39Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

sebagai dasar pertimbangan perencanaan tata ruang berbasis mitigasi

bencana dan penyusunan masterplan pengurangan risiko bencana.

Dalam proses pemetaan risiko memerlukan penilaian dan klasifikasi

sesuai dengan karakteristik daerah kajian. Perlunya kajian pemodelan

yang tepat dalam pemetaan risiko sehingga dapat dihasilkan peta risiko

yang benar-benar sesuai dengan kondisi sebenarnya.

2) Pengertian Dasar Pemetaan RisikoSehubungan dengan penyusunan pengerjaan kegiatan PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini, terapat istilah

dan definisi terkait yang ditelaah dari peraturan-peraturan yang juga

masih berhubungan dengan kegiatan pengerjaan pendapingan ini,

diantaranya (Sumber : Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Umum Pengkajian Risiko Bencana) :

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non

alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya

korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,

dan dampak psikologis.

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian

upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang

berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,

tanggap darurat, dan rehabilitasi.

Rencana Penanggulangan Bencana adalah rencana

penyelenggaraan penanggulangan bencana suatu daerah dalam

kurun waktu tertentu yang menjadi salah satu dasar pembangunan

daerah.

Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis,

biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,

ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu

tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam,

Page 146: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

40Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk

menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat

bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat

berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,

mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan

kegiatan masyarakat.

Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang

menderita atau meninggal dunia akibat bencana.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya

disingkat dengan BNPB, adalah lembaga pemerintah non

departemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya

disingkat dengan BPBD, adalah badan pemerintah daerah yang

melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah.

Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang

memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau

masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan

dalam menghadapi ancaman bencana.

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi

ancaman bencana.

Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area

yang didefinisikan oleh lokaisnya dengan sistem koordinat tertentu

dan oleh atribut non-spasialnya.

Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak

sesungguhnya dengan satuan atau teknik tertentu.

Cek Lapangan (ground check) adalah mekanisme revisi garis

maya yang dibuat pada peta berdasarkan perhitungan dan asumsi

dengan kondisi sesungguhnya.

Page 147: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

41Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Geographic Information System, selanjutnya disebut GIS, adalah

sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau

manipulasi, analisis, dan penayangan data yang mana data

tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi.

Peta Landaan adalah peta yang menggambarkan garis batas

maksimum keterpaparan ancaman pada suatu daerah berdasarkan

perhitungan tertentu.

Tingkat Ancaman Tsunami adalah potensi timbulnya korban jiwa

pada zona ketinggian tertentu pada suatu daerah akibat terjadinya

tsunami.

Tingkat Kerugian adalah potensi kerugian yang mungkin timbul

akibat kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah

penduduk pada zona ketinggian tertentu akibat bencana.

Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk

melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat

Kerugian akibat bencana.

Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian

dengan Kapasitas Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian

dan Tingkat Ancaman akibat bencana.

Kajian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk

memberikan gambaran menyeluruh terhadap risiko bencana suatu

daerah dengan menganalisis Tingkat Ancaman, Tingkat Kerugian

dan Kapasitas Daerah.

Peta Risiko Bencana adalah gambaran Tingkat Risiko bencana

suatu daerah secara spasial dan non spasial berdasarkan Kajian

Risiko Bencana suatu daerah

3) Dasar HukumDasar hukum yang dapat digunakan dalam kegiatan Penyusunan PetaRisiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu, antara lain :

UU RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

UU RI No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

Page 148: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

42Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

UU RI No. 17 Tahun 2006 Tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

UU RI No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Wilayah

PP No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaaraan

Penanggulangan Bencana

PP No. 64 Tahun 2010 Tentang Mitigasi Bencana

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.

2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko

Bencana.

Dan peraturan-peraturan lainnya yang terkait.

4) Prinsip Pengkajian Risiko BencanaPengkajian risiko bencana memiliki ciri khas yang menjadi prinsip

pengkajian. Oleh karenanya pengkajian dilaksanakan berdasarkan :

Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada.

Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari para ahli

dengan kearifan lokal masyarakat.

Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa terpapar,

kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan.

Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan pengurangan

risiko bencana.

5) Fungsi Pengkajian Risiko BencanaPada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan

sebagai dasar untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana.

Kebijakan ini nantinya merupakan dasar bagi penyusunan Rencana

Penanggulangan Bencana yang merupakan mekanisme untuk

mengarusutamakan penanggulangan bencana dalam rencana

pembangunan.

Pada tatanan mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana

digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan maupun

intervensi teknis langsung ke komunitas terpapar untuk mengurangi risiko

Page 149: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

43Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

bencana. Pendampingan dan intervensi para mitra harus dilaksanakan

dengan berkoordinasi dan tersinkronasi terlebih dahulu dengan program

pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Pada tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana

digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam

rangka kesiapsiagaan seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi,

pengambilan keputusan daerah tempat tinggal, dan sebagainya.

B. INOVASIRisiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat

ancaman dan kerentanan pada suatu wilayah. Analisis risiko bencana dapat

dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah metode pemetaan

berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Dewasa ini berbagai pihak telah

mencoba untuk menyusun peta risiko bencana, belum adanya standarisasi

dalam metode penyusunan peta risiko menyebabkan setiap lembaga atau

institusi memiliki metode yang berbeda dalam penyusunan peta risiko.

Secara mendasar pemahaman tentang konsep bencana menjadi dasar yang

kuat dalam melakukan pemetaan risiko bencana yang dapat diaplikasikan

kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat ditampilkan secara

spasial dan menghasilkan peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas

dan peta risiko bencana.

Peta AncamanAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang

menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu ancaman atau bahaya

tertentu. Misalnya : Peta KRB Gunungapi Kelud, Peta KRB Gunungapi

Merapi, Peta bahaya longsor, Peta kawasan Rawan Banjir

Peta KerentaanAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang

menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada

aset-aset penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat

Page 150: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

44Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

mengakibatkan risiko bencana. Contoh : Peta kerentanan penduduk, peta

kerentanan aset, peta kerentanan pendidikan, peta kerentanan lokasi

Peta KapasitasAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang

menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kapasitas tertentu yang

dapat mengurangi risiko bencana. Contoh : peta sarana kesehatan, peta alat

peringatan dini, peta evakuasi, peta pengungsian, peta jumlah tenaga medis,

peta tingkat ekonomi masyarakat.

Peta Risiko BencanaAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang

menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan

adanya parameter-parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada

di suatu wilayah. Contoh : peta risiko bencana banjir, peta risiko bencana

longsor, peta risiko bencana gempa.

Dalam metode análisis risiko dengan menggunakan GIS untuk menghasilkan

peta risiko, yang paling utama adalah pemilihan parameter dan indikator

masing-masing análisis risiko

1. Analisis ancaman gempa misalnya : sejarah kejadian gempa, zonasi

patahan, struktur geologi, janis batuan, geomorfologi wilayah, dll

2. Analisis ancaman banjir misalnya : peta rawan banjir, jumlah rata-rata

curah hujan, sejarah kejadian banjir, luasan wilayah yang terkena

dampak,jumlah curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, morfologi,

kemiringan lereng, densitas sungai dalam suatu DAS, dll

3. parameter ancaman longsor misalnya sejarah kejadian longsor, jenis

batuan, kemiringan lereng, morfologi, jenis tanah, curah hujan, dll

4. parameter kerentanan misalnya : jumlah penduduk, kepadatan

penduduk, kepadatan pemukiman, jumlah KK miskin, jumlah kelompok

rentan, jumlah rumah di kawasan rawan bencana, jumlah KK di

kawasan rawan bencana, jauh dekatnya pemukiman dari daerah

rawan, jumlah penduduk tidak bisa baca tulis, penggunaan lahan di

kawasan rawan, tingkat mata pencaharian,dll

Page 151: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

45Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

5. parameter kapasitas misalnya : jumlah tenaga kesehatan, jumlah

sarana kesehatan, jumlah penduduk yang sekolah, jumlah sekolah,

desa yang punya kebijakan penanggulangan bencana, desa yang

pernah mendapat pelatihan penanggulangan bencana, keberadaan

organisasi penanggulangan bencana di masyarakat, keberadaan alat

peringatan dini.

5.8. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODELOGIDalam rangka memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan dengan

bobot dan kualitas yang direncanakan sejak awal dari pekerjaan PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini. Uraian mengani

pendekatan dan metodelogi pekerjaan yang diterapkan akan dijelaskan pada

bagian ini. Pihak konsultan memiliki pandangan dan visi ke depan bahwa

dengan pemaparan pendekatan teknis dan metodelogi pekerjaan ini akan

meningkatkan range kualitas kerja yang ada, yang di mana pihak konsultan

dalam penguraian yang berhubungan realisaisnya di lapangan berpedoman

pada KAK yang ada.

A. PENDEKATAN TEKNIS1. Pendekatan Studi

Dalam melakukan pendekatan teknis melalui pendekatan studi, metode

yang digunakan dalam pekerjaan ini antara lain :

a. Pendekatan Keterpaduan Perencanaan dari Atas dan Bawah (Bottom-

Up Approach)

Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua pihak sejak awal,

sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah

keputusan mereka bersama, dan mendorong keterlibatan dan

komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya. Perencanaan dari

atas ke bawah sebagai penurunan kebijakan pembangunan pada

tingkat Nasional, maupun kebijakan pada tingkat regional. Di dalam

pendekatan ini maka Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu akan dilaksanakan sesuai dengan

permasalahan yang melatarbelakangi dilaksanakannya kegiatan ini.

Page 152: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

46Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

b. Pendekatan Strategis

Dalam aplikaisnya pendekatan memperhatikan secara aspek secara

keseluruhan sebelum menetukan poin-poin utama yang menjadi

pokok permasalahan. Dari kegiatan tersebut dapat ditentukan skala

prioritas sebuah permasalahan. Strategic Approach ini akan

membantu terutama dalam penyusunan kriteria maupun tolok ukur

guna kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu.

c. Pendekatan Komprehensif

Adalah pendekatan yang diawali dengan identifikasi potensi dan

permsalahan yang menjadi popok dalam wilayah kajian. Selain itu

juga memperhatikan ketersediaan sumber daya manusia yang ada,

sarana-prasarana, dan melihat kemapuan pemerintah. Pendekatan ini

bertumpu pada perencanaan yang menyeluruh dan selalu terkait

dengan sektor-sektor lain serta wilayah dengan skala lebih luas

secara regional atau nasional. Sehingga pada tahap selajutnya

didapatkan koordinasi, sikronisasi dan integrasi dengan sektor terkait.

d. Pendekatan Perencanaan yang Berkelanjutan

Pendekatan ini memperhatikan kesinambungan antara aspek

kelestarian dengan pokok kegiatan yang dilaksanakan. Pembangunan

berkelanjutan (sustainable development) ini adalah model

pembangunan yang sangat memperhatikan daya dukung alamiah

(natural support system) suatu lingkungan, aspek sosial budaya dan

ekonomi setempat. Pendekatan ini juga menekankan pada nilai

manfaat dengan memperhatikan isu-isu strategis yang mempunyai

dampak vital bagi masyarakat. Sehingga nanti pada akhirnya produk

keluaran kegiatan.

e. Pendekatan Masyarakat

Pada pendekatan ini, konsep dasarnya adalah dengan

memperhatikan upaya terencana dan sistematis yang dilakukan oleh,

untuk, dalam masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup penduduk

Page 153: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

47Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

dalam semua aspek dalam suatu wilayah kajian. Nilai-nilai tradisional

yang positif perlu diakomodir untuk merangsang peran serta

masyarakat yang lebih besar dalam pembangunan kawasannya.

Sedangkan nilai-nilai pembangunan perlu diupayakan agar tidak

berbenturan dengan nilai-nilai tradisional. Dengan begitu dalam

aplikasinya masyarakat ikut terlibat berperan serta sehingga terjadi

komunikasi yang atraktif yang tujuannya dapat menampung pendapat

dan aspirasi mayarakat dalam kegiatan Penyusunan Peta RisikoBencana di Kecamatan Abang dan Kubu.

2. Pendekatan Teoritis

Peta adalah bayangan permukaan bumi yang diperkecil yang

digambarkan dalam sebuah berdasarkan skala tertentu. Beberapa hal

yang harus dipenuhi dalam sebuah penggambaran peta adalah skala;

legenda; titik koordinat wilayah; dan arah mata angin.

a. Pengukuran Kerangka1) Pengukuran Kerangka Horisontal

Kerangka yang digunakan dalam pengukuran kerangka horisontal

adalah poligon tertutup yang diawali pada titik pasti. Data yang

dibutuhkan adalah sudut, jarak dan azimuth awal, sehingga sudut-

sudut poligon dapat dicari dari titik hasil pengukuran (setelah

dikoreksi terhadap jumlah segi-n) untuk kemudian diketahui

azimuth untuk tiap sisi poligon.

Gambar 5.1. Poligon Tertutup Dengan Pengukuran Sudut Dalam

Page 154: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

48Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Keterangan gambar :

1,2,3,… : nomor titik

1, 2, 3,… : sudut dalam

1, 2, 3, … : azimuth

Rumus dan syarat yang harus dipenuhi :

a) Syarat sudut

Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180)

Dimana ; n = jumlah titik sudut poligon

= jumlah sudut pada poligon

b) Syarat sisi

d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y

d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x

c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap.

Jika tidak ada digunakan azimuth mendatar.

d) Mengitung masing – masing garis

Rumus : x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n

Dimana : ‘n : nomor titik poligon

: sudut luar

: azimuth

Gambar 5.2. Poligon Tertutup Dengan Pegukuran Sudut Luar

Keterangan gambar :

1,2,3,… : nomor titik

1, 2, 3,… : sudut dalam

Page 155: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

49Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

1, 2, 3, … : azimuth

Rumus dan syarat yang harus dipenuhi :

a) Syarat sudut

Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180)

Dimana ;

n = jumlah titik sudut poligon

= jumlah sudut luar poligon

b) Syarat sisi

d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y

d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x

c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap.

Jika tudak ada digunakan azimuth mendatar.

d) Mengitung masing – masing garis

Rumus :x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n

Dimana :

n : nomor titik poligon

: sudut luar

z : azimuth

2) Pengukuran Kerangka Vertikal

Pengukuran kerangka vertikal lebih tepat jika menggunakan

waterpass untuk menentukan selisih ketinggian di atas permukaan

bumi, dimana titik–titik tersebut dinyatakan dalam suatu bidang

referensi, pekerjaan dibagi atas :

a) Penyipatan datar untuk menunjukkan ketinggian antara 2 titik.

b) Penampang tanah pada arah memanjang dan melintang

Beda tinggi antara dua titik adalah selisih tinggi dalam ukuran

vertikal atau jarak terpendek antara dua nivo yang melalui titik

tersebut. Tampang melintang adalah tampang yang arahnya

melintang. Hal ini diperlukan untuk menghitung galian dan timbunan

tanah. Volume galian atau timbunan tanah dapat dihitung bila

Page 156: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

50Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

diketahui luas penampang melintang serta jarak antara tampang

melintang. Tampang memanjang adalah tampang yang arahnya

memanjang, digunakan untuk menentukan ketinggian titik detail.

Dari hasil pengukuran didapat beda tinggi suatu titik ikat (poligon)

terhadap titik ikat lainnya. Beda tinggi yang didapat dipakai sebagai

data pada peta topografi.

3) Pengukuran Detail

Titik detail adalah semua penampakkan yang ada di permukaan

bumi baik alamiah maupun buatan manusia. Pada pengukuran ini

tidak mungkin dilakukan pengukuran detail secara lengkap. Oleh

karena itu titik detail harus diambil seselektif mungkin. Pada

pengukuran titik detail ini menggunakan theodolit yang dilengkapi

dengan kompas dan bacaan BA, BB dan BT, untuk pengukuran

pada beda tinggi dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.3. Pengukuran Titik

Keterangan Gambar :

A : tempat berdiri alat

B : tempat berdiri rambu

M : sudut miring

hi : tinggi alat

h : beda tinggi

BA : bacaan benang atas

BT : bacaan benang tengah

Page 157: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

51Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

BB : bacaan benang bawah

L : BA – BB

D : jarak datar

D’ : jarak miring

Dari pengukuran di lapangan diperoleh BA, BT, BB, z maka ;

L’ = L x cos m = L sin z

D = L’ x F = 100 sin2z

D = D’ sin z

Beda tinggi ( h )

h = D’ cos z = 100 L sin z cos z

= 100.0,5. L (2 sin z cos z)

= 50 sin 2z L

Sehingga beda tinggi ; A-B (h)

HAB = h1 + h – BT

HB = HA +h – BT

Dengan

HB = ketinggian titik B

Pengukuran titik detail dalam praktikum ini dilakukan dengan cara memancar

seperti di bawah :

Gambar 5.4. Pengukuran Detail Cara Mendatar

Pengukuran detail cara mendatar dilakukan melalui pengukuran pada tiap-tiap

titik poligon diambil tiap 45 lalu diukur azimuth, BA, BB, BT dan zenith.

Page 158: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

52Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

4) Metode Pengukuran Beda Tinggi

Gambar 5.5. Metode Barometris

Pengukuran Beda Tinggi Barometris

Barometer adalah alat untuk mengukur tekanan udara. Tekanan

udara di A adalah berat udara di A setinggi a dan tekanan udara di

B setinggi b , maka beda tinggi (h) mempunyai hubungan erat

dengan tekanan udara di A dan di B. Cara ini juga dipengaruhi

suhu, kelembaban dan gaya tarik bumi.

Gambar 5.6. Metode Trigonometri

Keterangan gambar :

z = sudut zenith

m = sudut miring

Page 159: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

53Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

s = jarak A-B

Pengukuran beda tinggi trigonometri

Untuk metode trigonometri diperlukan alat ukur (theodolit). Apabila pesawat

di A dan diarahkan ke B, maka dapat diukur sudut miring dan sudut tegak

(Zenith). Jika jarak mendatar antara A dan B adalah s maka beda tinggi

antara A dan B = s tan m. Cara ini juga dipengaruhi suhu, kelembaban

sehingga menyebabkan cahaya A ke B mungkin tidak lurus melengkung atau

mengalami defleksi. Namun cara ini masih lebih baik dibandingkan metode

barometris.

Gambar 5.7. Metode Sipat Datar

Pengukuran beda tinggi sifat datar

Pada beda tinggi h antara A dan B dapat ditentukan dengan menggunakan

garis mendatar dan 2 mistar dipasang di atas titik A dan B. Angka a dan b

adalah hasil pembacaan mistar atau rambu. Garis mendatar ini dapat

dihasilkan dengan menarik seutas benang atau kawat dibantu dengan

waterpass. Untuk menghindari kelengkungan teropong dengan dilengkapi

nivo di tengah-tengah dan diusahakan garis bidik di dalam teropong dibuat

sejajar dengan garis arah nivo

Page 160: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

54Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

b. Notasi dan Simbol Unsur-Unsur Peta1) Kebijakan Pemerintah Tentang Tingkat Ketelitian Peta

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000

tanggal 21 Februari 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk

Penataan Ruang Wilayah, adalah salah satu peraturan

pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang.

Peraturan Pemerintah ini selain memuat ketentuan dan

pengertian mengenai peta dasar, peta wilayah, peta tematik dan

peta tata ruang, juga berisi tentang simbol dan/atau notasi unsur-

unsur peta wilayah dan simbol dan/atau notasi peta rencana tata

ruang wilayah dalam berbagai skala.

2) Penotasian dan Pemberian Simbol Pada Peta Skala 1: 10.000

Pada survey dan pemetaan untuk pembuatan peta dasar dan

peta citra satelit Kec. Kuta Kab. Badung melalui pemanfaatan

citra satelit, peta yang digunakan berskala 1 : 10.000. Notasi dan

simbol yang digunakan dibedakan berdasarkan kelompok dan

karakteristik variabel yang ditampilkan dalam suatu peta (Tabel

E.1 dan Tabel E.2).

c. Perhitungan dan Penggambaran peta1) Perhitungan

Alat perhitungan dalam pengukuran peta terdiri dari berbagai

macam alat, yaitu:

a) Theodolit Manual

Digunakan untuk menembak titik-titik pada azimuth, sudut–sudut

istimewa dan titik–titik kritis. Tujuannya untuk menggambar

kondisi kontur pada lokasi tersebut. Pada waktu menembak suatu

titik, kita membaca bacaan benang atas (BA), bacaan benang

tengah (BT) dan bacaan benang bawah (BB), dimana 2 BT = BA

+BB.

b) Digital Theodolit (DT)

Page 161: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

55Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Digunakan untuk menghitung sudut dalam () suatu poligon dan

jarak dari satu patok ke patok lain.

c) Waterpass

Digunakan untuk mengukur jarak dan beda tinggi antar patok

dengan cara menempatkan waterpass di tengah-tengah antara 2

patok kemudian menembak dua patok itu di muka dan di

belakang alat. Pembacaan alat yaitu berupa bacaan benang atas

(BA), bacaan benang tengah (BT), bacaan benang bawah (BB).

Untuk pengukuran melintang pada waterpass terbatas pada

azimuth /2 dan azimuth (/2 +180) yang diukur adalah jarak

terhadap alat ketinggian di atas titik O. tujuanya untuk

penggambaran posisi melintang sehingga terlihat dengan jelas

ketinggian tanahnya.

2) Metode Penggambaran

Dalam penggambaran sebuah peta dapat dilakukan dengan

menggunakan metode manual atau dengan metode digital

(komputer). Penggambaran dengan metode manual dapat dilakukan

dengan :

a) Membuat grade pada kertas .

b) Menentukan letak patok atau koordinat poligon pada grade.

c) Membuat poligon tertutup.

d) Menentukan titik detail (pojok bangunan)

e) Membuat garis kontur dengan interpolasi data dari hasil

perhitungan pengukuran memancar.

f) Mencocokan hasil gambar dengan data-data hasil perhitungan

pengukuran

Sedangkan penggambaran dengan metode digital sepenuhnya

dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer dan software

yang aplikatif.

Saat ini komputer bukan hanya sekadar alat bantu, tapi alat utama

untuk melakukan aktivitas pengolahan dan visualisasi data geologi,

Page 162: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

56Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

baik dari penyimpanan, pengolahan dan penggunaan ulang suatu

data. Dalam dunia kartografi (khususnya peta geologi) peta digital

menjadi peta standard untuk penyimpanan data, karena tidak

membutuhkan biaya yang besar untuk menyimpan dan

mengelolanya. Di samping diperlukan waktu ekstra jika disimpan

dalam format hardcopy.

Pada proses pengolahan data, komputer memberikan jaminan

akurasi dan kecepatan. Tidak dibutuhkan waktu berhari-hari untuk

menggambar suatu peta atau mengolah suatu data. Kesalahan

rambatan dan kesalahan akibat manusia dapat dikurangi atau

dihindari.

Dalam ilmu kebumian, komputer sudah bukan merupakan barang

yang asing. Pemrosesan data geologi (perhitungan, modeling, dan

visualisasi) akan menjadi cepat jika dilakukan dengan komputer.

Saat ini komputer untuk pengolahan data geologi dapat dijumpai

mulai dari komputer pribadi sampai komputer setingkat mainframe

bahkan jika tidak punya uang yang cukup bisa dengan komputer

cluster. Komputer cluster banyak dipakai untuk menggantikan

superkomputer, karena dari segi harga superkomputer sangat

mahal. Dalam dunia ilmu kebumian, komputer cluster dapat

digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang besar dan

cepat misalnya untuk aplikasi GIS atau pengolahan citra.

Beberapa masalah geologi yang dapat dilakukan dengan kemputer

adalah sebagai berikut :

Pengambilan data (pemetaan secara langsung di lapangan).

Penyimpanan dan manajemen data

Pengolahan dan manipulasi data

Menampilkan/memvisualisasikan data

Dengan adanya notebook atau laptop pengambilan data dan

pemetaan langsung di lapangan dapat dilakukan, baik dari

pemetaan peta dasar sampai pemetaan geologi detail. Keunggulan

Page 163: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

57Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

pemetaan yang dibantu dengan komputer antara lain, akurasi

pengeplotan menjadi lebih tepat apalagi jika dibantu dengan GPS.

Pengeplotan data koordinat dapat dilakukan secara otomatis

sehingga tidak diperlukan waktu tambahan untuk memindahkan data

lapangan ke atas kertas atau komputer pribadi. Data tambahan di

luar peta geologi dapat di simpan sesuai dengan program yang

digunakan (lebih baik dalam format DWG atau ASCII).

Proses penyimpanan dan manajemen data menjadi hal yang penting

ketika kita akan memakai kembali atau membuat database dari data

yang telah diambil. Data yang disimpan dalam format hardcopy akan

membutuhkan waktu yang cukup banyak jika akan digunakan

kembali untuk membuat suatu analisis, misalnya dibutuhkan waktu

untuk mendigitize dan memasukkan data ulang. Ini suatu pekerjaan

yang tidak efisien. Data yang disimpan dalam format digital dapat

dikelola sesuai keinginan kita, apakah dengan klasifikasi data,

penambahan data atau menghapus data yang sudah tidak valid.

Data digital dapat diolah dan dimanipulasi sesuai dengan

pendekatan metode yang digunakan. Penerapan metode terntentu

untuk suatu data harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu prinsip dari

metode yang digunakan dan proses pengambilan data. Kadang kala

suatu metode menjadi tidak tepat kalau digunakan untuk

menganalisis data tertentu yang pengambilannya tidak

mendasarkan prinsip pada metode yang digunakan. Sebagai

contoh, pada pembuatan peta kontur yang dikenal ada 2 macam tipe

penggridan (tiangulasi dan grid). Pada data yang tersebar sangat

acak atau terkonsentrasi akan menghasilkan peta kontur yang tidak

representatif jika dilakukan dengan grid, tapi akan lebih baik jika

dilakukan dengan metode triangulasi. Begitu juga dalam metode grid

yang paling tidak ada 5 macam metode grid. Kesalahan pemilihan

metode akan menghasilkan visualisasi yang tidak representatif.

Terdapat banyak sekali metode analisis data yang dapat dipakai

untuk geologi, tergantung bidang. Sebagai contoh untuk bidang

petrologi dikenal ada beberapa macam program normatif, misalnya

Page 164: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

58Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

CIPW untuk analisis normatif batuan beku, lpnorm yang

menggunakan prinsip Linear Programming dapat dipakai untuk

semua jenis batuan, sednorm untuk batuan sedimen yang

menggunakan prinsip kedewasaan mineral (urutan perhitungan

berdasarkan kekuatan mineral), moduscalc yang menggunakan

prinsip Niggli molekular, dan mesonorm untuk menghitung normatif

batuan metamorf (metamorf tingkat tinggi).

B. METODELOGIKomponen pengkajian risiko bencana terdiri dari ancaman, kerentanan dan

kapasitas. Komponen ini digunakan untuk memperoleh tingkat risiko bencana

suatu kawasan dengan menghitung potensi jiwa terpapar, kerugian harta

benda dan kerusakan lingkungan. Selain tingkat risiko, kajian diharapkan

mampu menghasilkan peta risiko untuk setiap bencana yang ada pada suatu

kawasan. Kajian dan peta risiko bencana ini harus mampu menjadi dasar

yang memadai bagi daerah untuk menyusun kebijakan penanggulangan

bencana. Ditingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan

dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko bencana.

1) Metode Penyusunan Peta Risiko BencanaGambar di bawah ini memperlihatkan Peta Risiko Bencana merupakan

overlay (penggabungan) dari Peta Ancaman, Peta Kerentanan dan Peta

Kapasitas. Peta-peta tersebut diperoleh dari berbagai indeks yang

dihitung dari datadata dan metode perhitungan tersendiri. Penting untuk

dicatat bahwa peta risiko bencana dibuat untuk setiap jenis ancaman

bencana yang ada pada suatu kawasan.

Page 165: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

59Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Gambar 5.8. Metode Penyusunan Peta Risiko BencanaSumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012

2) Metode Penyusunan Dokumen Kajian Risiko BencanaGambar 5.9. memperlihatkan bahwa Kajian Risiko Bencana diperoleh

dari indeks dan data yang sama dengan penyusunan Peta Risiko

Bencana. Perbedaan yang terjadi hanya pada urutan penggunaan

masing-masing indeks. Urutan ini berubah disebabkan jiwa manusia

tidak dapat dinilai dengan rupiah. Oleh karena itu, Tingkat Ancaman

yang telah memperhitungkan Indeks Ancaman di dalamnya, menjadi

dasar bagi perhitungan Tingkat Kerugian dan Tingkat Kapasitas.

Gabungan Tingkat Kerugian dan Tingkat Kapasitas merupakan Tingkat

Risiko Bencana.

Page 166: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

60Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Gambar 5.9. Metode Penyusunan Dokumen Kajian Risiko BencanaSumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012

3) Korelasi Penyusunan Peta dan Dokumen KajianGambar 5.8 dan gambar 5.9 menunjukkan, korelasi antara metode

penyusunan Peta Risiko Bencana dan Dokumen Kajian Risiko Bencana

terletak pada seluruh indeks penyusunnya. Indeks-indeks tersebut bila

diperhatikan kembali disusun berdasarkan komponen-komponen yang

telah dipaparkan pada gambar 5.8. Korelasi penyusunan Peta dan

Dokumen Kajian Risiko Bencana merupakan Metode Umum Pengkajian

Risiko Bencana Indonesia, dapat dilihat pada gambar 5.10.

Page 167: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

61Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Gambar 5.10. Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana IndonesiaSumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012

4) Analisis RisikoPeta Risiko Bencana dan Kajian Risiko Bencana harus disusun untuk

setiap jenis ancaman bencana yang ada pada daerah kajian. Rumus

dasar umum untuk analisis risiko yang diusulkan dalam 'Pedoman

Perencanaan Mitigasi Risiko Bencana' yang telah disusun oleh Badan

Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia (Peraturan Daerah

Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2008) adalah sebagai berikut:

≈ ∗dimana:

R : Disaster Risk: Risiko Bencana

H : Hazard Threat: Frekuensi (kemungkinan) bencana tertentu

cenderung terjadi dengan intensitas tertentu pada lokasi tertentu

V: Vulnerability: Kerugian yang diharapkan (dampak) di daerah tertentu

dalam sebuah kasus bencana tertentu terjadi dengan intensitas tertentu.

Perhitungan variabel ini biasanya didefinisikan sebagai pajanan

Page 168: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

62Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

(penduduk, aset, dll) dikalikan sensitivitas untuk intensitas spesifik

bencana

C : Adaptive Capacity: Kapasitas yang tersedia di daerah itu untuk

pulih dari bencana tertentu.

Untuk analisis risiko kuantitatif untuk semua jenis dampak, set

parameter empiris yang luas dan indikator akan diperlukan, didukung

oleh penelitian yang luas. Penelitian tersebut secara global hanya dalam

tahap awal dan data yang dapat dipercaya lokal pada khususnya

sensitivitas masih jauh dari tersedia. Analisis pemetaan risiko ini

menggunakan semikuantitatif, yang menggunakan faktor pembobotan

dan nilai-nilai indeks. Pendekatan ini adalah pendekatan yang umum

digunakan di beberapa analisis risiko bencana dan pemetaan di luar

Indonesia.

Indikator yang digunakan untuk analisis resiko semi-kuantitatif akan

dipilih didasarkan pada kesesuaian dan ketersediaan. Rumus 'R = H * V

/ C' yang dijelaskan di atas masih berlaku, namun akan berisi nilai

indeks bukan nilai riil. Dalam analogi Human

Development Index (HDI) dari UNDP, untuk membuat indeks sebanding

setidaknya dalam dimensi, indeks yang digunakan dalam analisis yang

dikonversi menjadi nilai antara 0 dan 1, dimana 0 merupakan nilai

minimum indikator asli, dan 1 merupakan nilai maksimum. Dalam kasus

dengan angka rendah yang banyak dan beragam dalam jumlah yang

kadang-kadang tinggi, akan dilakukan konversi logaritmik (Log10)

daripada konversi 'linier'.

Inti dari metodologi pemetaan risiko adanya suatu struktur pohon

indikator, dimana indeks risiko membentuk akar akhir dari analisis.

Dalam kebanyakan kasus indeks menengah dihitung berdasarkan

penjumlahan indeks dikalikan dengan faktor pembobotan, dan dalam

beberapa kasus pada perkalian dari indeks (seperti indeks risiko itu

sendiri) . Penilaian faktor pembobotan akan dilakukan berdasarkan

Page 169: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

63Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

dokumen rujukan nasional dan internasional. Untuk analisis pemetaan

kombinasi lapisan GIS berbasis vektor dan grid akan digunakan,

dimana data terutama disimpan dengan menggunakan strukturvektor,

dimana indeks dapat dihasilkan dalam format grid. Jika sudah ada peta

bahaya (SNI) maka indeks peta bahaya dapat diturunkan langsung dari

sumber-sumber ini.

Untuk penyusunan peta kerentanan dan kapasitas penggunaan peta

secara luas akan dibuat berdasarkan informasi yang tersedia dalam

sosial, ekonomi, fisik, lingkungan dan kapasitas. Akhirnya peta risiko

bencana akan dihitung dari bahaya, kerentanan dan peta kapasitas.

5) Analytic Hierarchy ProcessDalam analisis semi-kuantitatif, kurangnya informasi tentang khususnya

tentang faktor sensitivitas dikompensasi oleh faktor bobot. Faktor faktor

pembobotan terbaik diperoleh melalui konsensus pendapat para ahli.

Suatu metodologi muncul ke sebuah konsensus tersebut adalah Analytic

Hierarchy Process (AHP). Metodologi ini telah dikembangkan oleh

Thomas L. Saaty dimulai pada tahun 1970, dan awalnya dimaksudkan

sebagai alat untuk pengambilan keputusan. AHP adalah suatu

metodologi pengukuran melalui perbandingan pasangan-bijaksana dan

bergantung pada penilaian para pakar untuk mendapatkan skala

prioritas. Inilah skala yang mengukur wujud secara relatif. Perbandingan

yang dibuat dengan menggunakan skala penilaian mutlak, yang

merepresentasikan berapa banyak satu indikator mendominasi yang lain

sehubungan dengan suatu bencana tertentu. Penjelasan skala

dijelaskan pad Gambar 5.11.

Page 170: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

64Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Gambar 5.11. Fundamental Skala AHP untuk PerbandinganPasangan-Bijaksana dari Indikator

Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012

Skala pasangan-bijaksana ini diletakkan bersama dalam suatu matriks,

dengan semua indikator sepanjang kolom dan baris. Faktor pembobotan

diperoleh dengan menghitung eigenvektor dari matriks, dan kemudian

menormalkan hasil untuk total 1. Dikatakan bahwa metodologi AHP

memberikan hasil lebih baik jika eigen vektor tidak diambil langsung dari

matriks tetapi diambil dari iterasi dari perkalian matriks pada dirinya

sendiri. Contohnya dapat dilihat pada Gambar 5.12.

Page 171: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

65Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Gambar 5.12. Contoh Pembobotan Faktor Persiapan untuk LongsorMenggunakan AHP

Sumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012

6) Teknik GIS untuk Analisis Pemetaan ResikoMetodelogi Pemetaan Risiko bergantung pada luas pada penggunaan

teknik-teknik GIS. Dalam Proses Peta Indeks Ancaman, Kerentaan,

Kapasitas, Kapasitas dan Risiko, antara lain teknik analisis grid yang

digunakan :

Pembuatan grid (dari sumber-sumber vektor)

Penggabungan dan pemotongan layer grid

Definisi rentang warna digunakan untuk warna grid dan legenda

Analisis grid spesifik (grid, kemiringan, grid ‘jarak objek;, dll)

Grid ‘perhitungan’

Klasifikasi dan penurunan grid pada kontur dan layer grid

Persiapan rangkuman statistik dan histografis

Rincian mengenai teknik GIS yang disebutkan di atas dsebutkan pada

Tabel 5.1 berikut :

Page 172: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

66Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Tabel 5.1. Teknik GIS yang Fundamental

Page 173: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

67Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Page 174: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

68Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

7) Indeks Ancaman BencanaIndeks Ancaman Bencana disusun berdasarkan dua komponen utama,

yaitu kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang

pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut. Dapat dikatakan

bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian

yang pernah terjadi pada suatu daerah. Dalam penyusunan peta risiko

bencana, komponen komponen utama ini dipetakan dengan

menggunakan Perangkat GIS. Pemetaan baru dapat dilaksanakan

setelah seluruh data indikator pada setiap komponen diperoleh dari

sumber data yang telah ditentukan. Data yang diperoleh kemudian

dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi.

Komponen dan indikator untuk menghitung Indeks Ancaman Bencana

dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut :

Tabel 5.2. Komponen Indeks Ancaman Bencana

Page 175: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

69Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Page 176: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

70Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

8) Identifikasi Jenis Ancaman (Hazard)Untuk menentukan jumlah ancaman yang ada pad suatu daerah. Peta

bahaya memerlukan wilayah dimana peristiwa alam tertentu terjadi

dengan frekuensi dan intensitas tertentu, tergantung pada kerentaan

dan kapasitas di suatu daerah yang dapat menyebabkan bencana.

Untuk sebagian besar bencana, intensitas tinggi hanya terjadi dengan

frekuensi sangat rendah. Beberapa jenis hazard (peta ancaman) telah

dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga terkait, maka disarankan

menggunakan peta ancaman tersebut untuk jenis bencana :

a. Gempabumi (tim 9 revisi gempa)

Gunakan field Value untuk melakukan pengkelasan hazard,

gunakan nilai berikut :

Catatan : Nilai di atas digunakan ketika menyusun peta risiko.

Untuk lay out peta ancaman (hazard) gunakan sesuai dengan

nilai asli dari tm 9, seperti di bawah ini :

b. Longsor (ESDM)

Gunakan field kerentaan. Jadikanlah nilai dari 4 kelas menjadi 3

kelas sesuai dengan kriteria, seperti di bawah ini :

Page 177: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

71Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

c. Gunungapi (PVMBG)

Gunakan KRB dari PVMBG untuk mendapatkan hazard gunung

api. Kelas KRB sesuaikan dengan peta yang ada dari PVMBG

Catatan : Cross check kelengkapan peta KRB ke PVMBG,

gunakan titik gunungapi untuk mengetahui gungu api yang

terdapat di masing-masing pulau. Lakukan digitasi KRB untuk

gunung api yang belum tersedia featurenya.

d. Banjir (PU dan Bakosurtanal)

Hanya terdapat satu jenis kelas yaitu rawan banjir. Lakukan

overlay kelas rawan banjir tersebut dengan SRTM untuk

mendapatkan ketinggian genanangan. Dengan skoring berikut :

e. Kekeringan (BMKG)

Gunakan data yang ada, kemudian ubah kelas yang ada dari 5

kelas menjadi 3 kelas.

Page 178: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

72Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Lakukan skoring sesuai dengan kelas yang ada (tinggi, sedang,

rendah)

Hazard non SNI merupakan peta ancaman yang belum diperoleh dari

K/L terkait. Zonasi hazard ini harus ditentukan menggunakan metodelogi

yang telah ditentukan. Jenis ancaman non SNI meliputi :

a. Tsunami

BNPB telah mengeluarkan Pedoman Kajian Risiko atau Tsunami

Risk Assessment Guideline (TRA) untuk penentuan zonasi

tsunami dapat dilihat pada dokumen yang ada. Langkah-

langkahnya sebagai berikut :

Tampilkan data SRTM 30 m di ArcMap

Untuk mendapatkan nilai ketinggian dari SRTM lakukan

konversi raster ke point dengan menggunakan ArcToolbox

di ArcMap.

Setelah itu pilih nilai SRTM yang bernilai positif, lakukan

pemilihan dengan menggunakan query builder,

“grid_code”>=0

Export kembali data titik SRTM anda yang bernilai positif.

Klik kanan pada layer > data expot.

Untuk mendapatkan wilayah keabupaten kedalam atribut

titik SRTM lakukan overlay, dengan wilayah administrasi

tingkat kabupaten (polygon), gunakan identity untuk proses

overlay.

Lakukan pemilihan titik SRTM berdsarkan ketinggian

maksimum dan wilayah kabupatennya. (Gunakan dokumen

TRA). Perhatikan contoh syntax yang digunakan di bawah

ini.

Export qery menjadi sebuah feature baru.

Page 179: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

73Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Lakukan pengkelasan berdasarkantinggi genangan

maksimum (gunakan dokumen TRA). Buat sebuah field

baru.

Pengkelasan dilakukan dengan melihat tinggi genangan

maksimum. Kelas rendah : (tinggi genangan maksimum –

1). Kelas tinggi (tinggi genangan maksimum -3)

Lakukan normalisasi nilai kelas diatas dengan membagi

nilai kelas dengan nilai maksimum. Sehingga nilai kelas

berubah menjadi 0-1. Buat sebuah field baru.

Konversikan nilai skor tsunami yang telah dibuat menjadi

data raster. Gunakan fungsi point to raster, gunakan

satuan meter untuk konversi ke raster 100 x 100.

Hasil yang diperoleh berupa peta ancaman tsunami

dengan 3 kelas ancaman, yaitu rencah, sedang, tinggi,

gunakan pewranaan stretch raster.

b. Konflik Sosial

Indikator yang digunakan untuk peta bahaya konfliksosial adalah

jumlah kejadian dan dampak terhadap manusia akibat kejadian

berdasarkan data historical. Zona bahaya yang didentifikasikan

pada peta bahaya konflik sosial berdsarkan kelas dan bobot untuk

masing-masing parameter. Dinyatakan sebagai persamaan

berikut :

c. Kegagalan Teknologi

Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kegagalan teknologi

adalah jenis industri dan kapasitas industri berdsarkan data

perindustrian. Zona bahaya yang didefinisakan pada peta bahaya

kegagalan teknologi berdasarkan kawasan industri dari peta

Page 180: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

74Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

RTRW tingkat provinsi dan dengan data tingkat kabupaten/kota

dan kemudian dihitung kelas dan bobot masing-masing

parameter. Dinyatakan sebagai persamaan ini terlihat sebagai

berikut :

d. Epidemi dan Wabah Penyakit

Indikator yang digunakan untuk peta bahaya epidemic dan wabah

penyakit adalah terjadinya kepadatan bahaya epidemi (malaria,

demam berdarah, HIV/AIDS dan campak), dikombinasikan

dengan kepadatan penduduk. Untuk mendapatkan skala bahaya,

rata-rata terjadinya indeks kepadatan dikalikan dengan logaritma

kepadatan penduduk. Parameter konversi indeks dan persamaan

ditunjukkan sebagai berikut :

Keterangan :

A : Kepadatan penderita malaria

B : Kepadatan penderita demam berdarah

A : Kepadatan penderita HIV/AIDS

Page 181: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

75Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

A : Kepadatan penderita campak

e. Kebakaran Gunung dan Permukiman

Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kebakaran gedung

dan permukiman adalah frekuensi jumlah kejadian kebaran, nilai

kerugian ekonomi, jumlah korban meninggal, dan jumlah korban

luka berat. Zona bahaya yang didefinisikan pada peta bahaya

kebakaran gedung dan pemukiman berdasarkan kelas dan bobot

untuk masing-masing parameter. Dinyatakan sebagai persamaan

ini terlihat sebagai berikut :

Data yang digunakan berdsarkan data dari Dinas Kebakaran

Setempat.

f. Kebakaran Hutan dan Lahan

Indikator yang digunakan untuk peta bahaya kebakaran hutan

dan lahan adalahkoefisien jenis hutan dan lahan (hutan,

perkebunan, padang rumput, semak belukar, dan lahan

pertanian), curah hujan tahunan dan koefisien jenis tanah. Untuk

mendapatkan skala bahaya, koefisien jenis hutan dikalikan bobot

40%, curah hujan tahunan dikalikan bobot (/500x30%) dan

koefisien jenis tanah dikalikan bobot 30%. Parameter konversi

indeks dan persamaannya ditunjukkan di bawah ini :

Page 182: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

76Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

g. Cuaca Ekstrim

Indikator yang digunakan untuk peta bahaya cuaca ekstrim

adalah koefisien keterbukaan (terkait dengan peta penggunaan

lahan), dikombinasikan dengan ‘perbukitan’ (kelas lereng) dan

peta curah hujan tahunan. Parameter konversi indeks dan

persamaan ditunjukkan pada di bawah ini :

h. Gelombang Ekstrim dan Abrasi

Indikator yang digunakan untuk peta bahaya gelombang ekstrim

dan abrasi adalah tinggi gelombang, arus wilayah perairan

(current), tutupan vegetasi di wilayah pesisir, bentuk garis pantai

dan tipologi pantai. Parameter koversi indeks dan persamaan

ditunjukkan pada di bawah ini :

Page 183: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

77Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Catatan :

1. Lakukan konversi setiap parameter peta ke dalam raster grid

unit 100 x 100

2. Pastikan anda mengerjakan wilayah provinsi berdasarkan

zona UTM untuk menghindari kesalahan koversi grid.

3. Overlay masing-masing parameter dilakukan dalam format

raster grid unit 100 x 100 untuk menghasilkan peta ancaman

(non SNI)

4. Masing-masing hazard (ancaman) akan menghasilkan satu

peta akhir dalam tiga kelas ancaman rendah, sedang, tinggi.

9) Indeks KerentaanPeta kerentanan dapat dibagi-bagi ke dalam kerentanan sosial,

ekonomi, fisik dan ekologi/lingkungan. Kerentanan dapat didefinisikan

sebagai Exposure kali Sensitivity. Aset-aset yang terekspos termasuk

kehidupan manusia (kerentanan sosial), wilayah ekonomi, struktur fisik

dan wilayah ekologi/lingkungan. Tiap aset memiliki sensitivitas sendiri,

yang bervariasi per bencana (dan intensitas bencana). Indikator yang

digunakan dalam analisis kerentanan terutama adalah informasi

keterpaparan. Dalam dua kasus informasi disertakan pada komposisi

paparan (seperti kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio

kemiskinan, rasio orang cacat dan rasio kelompok umur). Sensitivitas

hanya ditutupi secara tidak langsung melalui pembagian faktor

pembobotan.

Page 184: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

78Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Sumber informasi yang digunakan untuk analisis kerentanan terutama

berasal dari laporan BPS (Provinsi/kabupaten Dalam Angka, PODES,

Susenan, PPLS dan PDRB) dan informasi peta dasar dari Bakosurtanal

(penggunaan lahan, jaringan jalan dan lokasi fasilitas umum) . Informasi

tabular dari BPS idealnya sampai tingkat desa/kelurahan. Sayangnya

tidak ada sumber yang baik tersedia untuk sampai level desa, sehingga

akhirnya informasi desa dirangkum pada level kecamatan sebelum

dapat disajikan dalam peta tematik. Untuk peta batas administrasi

sebaiknya menggunakan peta terbaru yang dikeluarkan oleh BPS.

Gambar dengan komposisi indikator kerentanan ditunjukkan di bawah

ini:

Gambar 5.13. Komposisi untuk Analisis KerentaanSumber : Peraturan Kepala BNPN No. 2 Thn. 2012

10) Indeks Penduduk TerpaparPenentuan Indeks Penduduk Terpapar dihitung dari komponen sosial

budaya di kawasan yang diperkirakan terlanda bencana. Komponen ini

diperoleh dari indikator kepadatan penduduk dan indikator kelompok

rentan pada suatu daerah bila terkena bencana. Indeks ini baru bisa

diperoleh setelah Peta Ancaman untuk setiap bencana selesai

disusun.Data yang diperoleh untuk komponen sosial budaya kemudian

Page 185: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

79Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain

dari nilai indeks dalam bentuk kelas (rendah, sedang atau tinggi) ,

komponen ini juga menghasilkan jumlah jiwa penduduk yang terpapar

ancaman bencana pada suatu daerah. Komponen dan indikator untuk

menghitung Indeks Penduduk Terpapar dapat dilihat tabel 5.3.

Tabel 5.3. Komponen Indeks Penduduk Terpapar

Page 186: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

80Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Indikator yang digunakan untuk kerentaan sosial adalah kepadatan

pendduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio orang cacat dan

rasio kelompok umur. Indeks kerentaan sosial diperoleh dari rata-rata

bobot kepadatan penduduk (60%), kelompok rentan (40%) yang terdiri

dari rasio jenis kelamin (10%), rasio kemiskinan (10%), rasio orang cacat

(10%) dan kelompok umur (10%). Parameter konversi indeks dan

persamaannya ditunjukkan pada di bawah ini :

11) Indeks Kerugian

Page 187: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

81Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Indeks kerugian diperoleh dari komponen ekonomi, fisik, dan

lingkungan. Komponen-komponen ini dihitung berdasarkan indikator-

indikator berbeda. Tergantung pada jenis ancaman bencana. Sama

halnya dengan indeks penduduk terpapar, indeks kerugian baru dapat

diperoleh setelah Peta Ancaman untuk setiap bencana telah selesai

dususun.

Data yang diperoleh untuk seluruh komponen kemudian dibagi dalam 3

kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Selain itu dari

ditentukannya kelas indeks, penghitungan komponen-komponen ini juga

akan menghasilkan potensi kerugian daerah dalam satuan rupiah.

Komponen dan indikator untuk menghitung Indeks Kerugian dlihat pada

Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Komponen Indeks Kerugian

Page 188: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

82Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Page 189: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

83Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Page 190: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

84Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Page 191: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

85Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

KERENTANAN EKONOMIIndikator yang digunakan untuk kerentanan ekonomi adalah luas lahan

produktifdalam rupiah (sawah, perkebunan, lahan pertanian dan tambak)

dan PDRB. Luas lahan produktifdapat diperoleh dari peta guna lahan

dan buku kabupaten atau kecamatan dalam angka dan dikonversi

kedalam rupiah, sedangkan PDRB dapat diperoleh dari laporan sektor

atau kabupaten dalam angka.Bobot indeks kerentanan ekonomihampir

sama untuk semua jenis ancaman, kecuali untuk ancaman kebakaran

gedung dan pemukiman. Parameter konversi indeks kerentanan

ekonomi untuk ancaman Gempabumi, Tanah Longsor, Gunungapi,

Banjir, Kekeringan, Tsunami, Konflik Sosial, Kegagalan Teknologi,

Epidemi dan Wabah Penyakit, Kebakaran Hutan dan Lahan, Cuaca

Ekstrim dan Gelombang Ekstrim dan Abrasiditunjukkan pada persamaan

dalam di bawah ini:

Page 192: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

86Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Parameter konversi indeks kerentanan ekonomi untuk ancaman

Kebakaran Gedung dan Permukiman ditunjukkan pada persamaan di

bawah ini :

KERENTANAN FISIKIndikator yang digunakan untuk kerentanan fisik adalah kepadatan

rumah (permanen, semipermanen dan non-permanen) ,ketersediaan

bangunan/fasilitas umum dan ketersediaan fasilitas kritis. Kepadatan

rumah diperoleh dengan membagi mereka atas area terbangun atau

luas desa dandibagi berdasarkan wilayah (dalam ha) dan dikalikan

dengan harga satuan dari masingmasing parameter. Indeks kerentanan

fisik hampir sama untuk semua jenis ancaman, kecuali ancaman

kekeringan yang tidak menggunakan kerentanan fisik. Indeks

kerentanan fisik diperoleh dari rata-rata bobot kepadatan rumah

(permanen, semi-permanen dan non-permanen), ketersediaan

bangunan/fasilitas umum dan ketersediaan fasilitas kritis. Parameter

konversi indeks kerentanan fisik untuk ancaman Gempabumi, Tanah

Longsor, Gunungapi, Banjir, Tsunami, Konflik Sosial, Kegagalan

Teknologi, Epidemi dan Wabah Penyakit, Kebakaran Gedung dan

Pemukiman, Kebakaran Hutan dan Lahan, Cuaca Ekstrim dan

Gelombang Ekstrim dan Abrasi ditunjukkan pada persamaan dalam di

bawah ini.

Page 193: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

87Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

KERENTANAN LINGKUNGANIndikator yang digunakan untuk kerentanan lingkungan adalah

penutupan lahan (hutan lindung, hutan alam, hutan bakau/mangrove,

rawa dan semak belukar). Indeks kerentanan fisik berbedabeda untuk

masing-masing jenis ancaman dan diperoleh dari rata-rata bobot jenis

tutupan lahan. Parameter konversi indeks kerentanan

lingkungandigabung melalui factor-faktor pembobotan yang ditunjukkan

pada persamaan untuk masing-masing jenis ancaman di bawah ini :

Tanah Longsor

Gunung Api

Page 194: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

88Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Banjir

Kekeringan

Tsunami

Page 195: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

89Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Konflik Sosial

Kegagalan Teknologi

Epidemi dan Wabah Penyakit

Page 196: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

90Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Kebakaran Hutan dan Lahan

Gelombang Ekstrim dan Abrasi

Catatan : setiap parameter kerentanan lingkungan perlu ditambahkan

nilai nol di luar area setiap parameter pada saat analisa overlay GIS

dengan menggunakan raster kalkulator.

Akhirnya semua kerentanan adalah hasil dari produk kerentanan sosial,

ekonomi, fisik dan lingkugan, dengan faktor-faktor pembobotan yang

berbeda untuk masing-masing jenis ancaman yang berbeda. Semua

faktor bobot yang digunakan untuk analisis kerentanan adalahhasil dari

proses AHP. Parameter konversi indeks kerentanan yang ditunjukkan

pada persamaan untuk masing-masing jenis ancaman di bawah ini.

Page 197: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

91Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Gempa Bumi

Tanah Longsor

Gunung Api

Banjir

Kekeringan

Tsunami

Page 198: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

92Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Konflik Sosial

Kegagalan Teknologi

Epidemi dan Wabah Penyakit

Kebakaran Gedung dan Pemukiman

Kebakaran Hutan dan Lahan

Page 199: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

93Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Cuaca Ekstrim

Gelombang Ekstrim dan Abrasi

12) Indeks KapasitasIndeks kapasitas dihitung berdasarkan indikator dalam Hyogo

Framework for Actions (Kerangka Asi Hyogo-HIFA). HIFA yang

disepakati oleh lebih dari 160 negara di dunia terdiri dari 5 prioritas

program pengurangan risiko bencana. Pencapaian prioritas-prioritas

pengurangan risiko bencana ini diukur dengan 22 indikator pencapaian.

Prioritas program pengurangan risiko bencana HFA dan indikator

pencapaiannya adalah :

1. Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana menjadi sebuah

prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat

untuk pelaksanaannya, dengan indikator pencapaian :

Kerangka hukum dan kebijakan nasional/lokal untuk

pengurangan risiko bencana telah ada dengan tanggungjawab

eksplisit ditetapkan untuk semua jenjang pemerintahan.

Tersedianya sumberdaya yang dialokasikan khusus untuk

kegiatan pengurangan risiko bencana di semua tingkat

pemerintahan.

Terjalinnya partisipasi dan desentralisasi komunitas melalui

pembagian kewenangan dan sumber daya pada tingkat lokal

Page 200: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

94Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Berfungsinya forum/jaringan daerah khusus untuk

pengurangan risiko bencana

2. Tersedianya Kajian Risiko Bencana Daerah berdasarkan data

bahaya dan kerentanan untuk meliputi risiko untuk sektor-sektor

utama daerah; dengan indikator :

Tersedianya Kajian Risiko Bencana Daerah berdasarkan data

bahaya dan kerentanan untuk meliputi risiko untuk sektor-

sektor utama daerah.

Tersedianya sistem-sistem yang siap untuk memantau,

mengarsip dan menyebarluaskan data potensi bencana dan

kerentanan kerentanan utama.

Tersedianya sistem peringatan dini yang siap beroperasi

untuk skala besar dengan jangkauan yang luas ke seluruh

lapisan masyarakat

Kajian Risiko Daerah Mempertimbangkan Risiko-Risiko Lintas

Batas Guna Menggalang Kerjasama Antar Daerah Untuk

Pengurangan Risiko

3. Terwujudnya penggunaan pengetahuan, inovasi dan pendidikan

untuk membangun ketahanan dan budaya aman dari bencana di

semua tingkat; dengan indikator :

Tersedianya informasi yang relevan mengenai bencana dan

dapat diakses di semua tingkat oleh seluruh pemangku

kepentingan (melalui jejaring, pengembangan sistem untuk

berbagi informasi, dst)

Kurikulum sekolah, materi pendidikan dan pelatihan yang

relevan mencakup konsepkonsep dan praktik-praktik

mengenai pengurangan risiko bencana dan pemulihan.

Tersedianya metode riset untuk kajian risiko multi bencana

serta analisis manfaatbiaya (cost benefit analysist) yang selalu

dikembangkan berdasarkan kualitas hasil riset

Page 201: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

95Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Diterapkannya strategi untuk membangun kesadaran seluruh

komunitas dalam melaksanakan praktik budaya tahan

bencana yang mampu menjangkau masyarakat secara luas

baik di perkotaan maupun pedesaan.

4. Mengurangi faktor-faktor risiko dasar; dengan indikator :

Pengurangan risiko bencana merupakan salah satu tujuan

dari kebijakan kebijakan dan rencana-rencana yang

berhubungan dengan lingkungan hidup, termasuk untuk

pengelolaan sumber daya alam, tata guna lahan dan adaptasi

terhadap perubahan iklim

Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pembangunan

sosial dilaksanakan untuk mengurangi kerentanan penduduk

yang paling berisiko terkena dampak bahaya.

Rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan sektoral di bidang

ekonomi dan produksi telah dilaksanakan untuk mengurangi

kerentanan kegiatan-kegiatan ekonomi.

Perencanaan dan pengelolaan pemukiman manusia memuat

unsur-unsur pengurangan risiko bencana termasuk

pemberlakuan syarat dan izin mendirikan bangunan untuk

keselamatan dan kesehatan umum (enforcement of building

codes).

Langkah-langkah pengurangan risiko bencana dipadukan ke

dalam proses-proses rehabilitasi dan pemulihan

pascabencana

Siap sedianya prosedur-prosedur untuk menilai dampak-

dampak resiko bencana atau proyek-proyek pembangunan

besar, terutama infrastruktur.

5. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang

efektif di semua tingkat, dengan indikator :

Tersedianya kebijakan, kapasitas teknis kelembagaan serta

mekanisme penanganan darurat bencana yang kuat dengan

Page 202: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

96Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

perspektif pengurangan risiko bencana dalam

pelaksanaannya

Tersedianya rencana kontinjensi bencana yang berpotensi

terjadi yang siap di semua jenjang pemerintahan, latihan

reguler diadakan untuk menguji dan mengembangkan

program-program tanggap darurat bencana.

Tersedianya cadangan finansial dan logistik serta mekanisme

antisipasi yang siap untuk mendukung upaya penanganan

darurat yang efektif dan pemulihan pasca bencana.

Tersedianya prosedur yang relevan untuk melakukan tinjauan

pasca bencana terhadap pertukaran informasi yang relevan

selama masa tanggap darurat.

Berdasarkan pengukuran indikator pencapaian ketahanan daerah maka

kita dapat membagi

tingkat ketahanan tersebut kedalam 5 tingkatan, yaitu :

Level 1 Daerah telah memiliki pencapaian-pencapaian kecil

dalam upaya pengurangan risiko bencana dengan melaksanakan

beberapa tindakan maju dalam rencana-rencana atau kebijakan.

Level 2 Daerah telah melaksanakan beberapa tindakan

pengurangan risiko bencana dengan pencapaian-pencapaian

yang masih bersifat sporadis yang disesbabkan belum adanya

komitmen kelembagaan dan/atau kebijakan sistematis.

Level 3 Komitmen pemerintah dan beberapa komunitas tekait

pengurangan risiko bencana di suatu daerah telah tercapai dan

didukung dengan kebijakan sistematis, namun capaian yang

diperoleh dengan komitmen dan kebijakan tersebut dinilai belum

menyeluruh hingga masih belum cukup berarti untuk mengurangi

dampak negatif dari bencana.

Level 4 Dengan dukungan komitmen serta kebijakan yang

menyeluruh dalam pengurangan risiko bencana disuatu daerah

telah memperoleh capaian-capaian yang berhasil, namun diakui

ada masih keterbatasan dalam komitmen, sumberdaya finansial

Page 203: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

97Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

ataupun kapasitas operasional dalam pelaksanaan upaya

pengurangan risiko bencana di daerah tersebut.

Level 5 Capaian komprehensif telah dicapai dengan komitmen

dan kapasitas yang memadai disemua tingkat komunitas dan

jenjang pemerintahan.

Metode Penghitungan Indeks Kapasitas

Indeks Kapasitas diperoleh dengan melaksanakan diskusi terfokus

kepada beberapa pelaku penanggulangan bencana pada suatu daerah.

Panduan diskusi dan alat bantu untuk memperoleh Tingkat Ketahanan

Daerah terlampir. Berdasarkan Tingkat Ketahanan Daerah yang

diperoleh dari diskusi terfokus, diperoleh Indeks Kapasitas.

Indikator yang digunakan untuk peta kapasitas adalah indicator HFA

yang terdiri dari:

Aturan dan kelembagaan penanggulangan bencana.

Peringatan dini dan kajian risiko bencana; c) pendidikan

kebencanaan.

Pengurangan factor risiko dasar.

Pembangunan kesiapsiagaan pada seluruh lini.

13) Penyusunan Peta Risiko dan Risiko Multi Ancaman BencanaPeta Risiko Bencana disusun dengan melakukan overlay Peta

Ancaman, Peta Kerentanan dan Peta Kapasitas. Peta Risiko Bencana

disusun untuk tiap-tiap bencana yang mengancam suatu daerah. Peta

kerentanan baru dapat disusun setelah Peta Ancaman selesai.

Pemetaan risiko bencana minimal memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

1. Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis (kedalaman analisis di

tingkat nasional minimal hingga kabupaten/kota, kedalaman

analisis di tingkat provinsi minimal hingga kecamatan, kedalaman

analisis di tingkat kabupaten/kota minimal hingga tingkat

kelurahan/desa/kam-pung/nagari).

Page 204: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

98Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

2. Skala peta minimal adalah 1:250.000 untuk provinsi; peta dengan

skala 1:50.000 untuk kabupaten/kota di Pulau Sumatera,

Kalimantan dan Sulawesi; peta dengan skala 1:25.000 untuk

kabupaten/kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

3. Dapat digunakan untuk menghitung jumlah jiwa terpapar bencana

(dalam jiwa

4. Dapat digunakan untuk menghitung kerugian harta benda, (dalam

rupiah) dan kerusakan lingkungan. Menggunakan 3 kelas interval

tingkat risiko, yaitu tingkat risiko tinggi, sedang dan rendah.

5. Menggunakan GIS dalam pemetaan risiko bencana.

Peta RisikoSebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Peta Risiko telah

dipersiapkanberdasarkan grid indeks atas peta Ancaman, peta

Kerentanan dan peta Kapasitas,berdasarkan rumus:

≈ ∗ /Modifikasi berikut harus dibuat untuk rumus diatasagar bisa

dipergunakan:

Perkalian dengan kapasitas terbalik (1-C) dilakukan, daripada

pembagiandengan C untuk menghindari nilai yang tinggi dalam

kasus ekstrim nilai-nilai Crendah atau kesalahan dalam hal nilai-

nilai kosong C.

Hasil dari indeks perkalian harus dikoreksi dengan menunjukkan

pangkat 1/n,untuk mendapatkan kembali dimensi asalnya (0.25 *

0.25 * 0.25 = 0.015625,dikoreksi: 0.015625 ^ (1/3) = 0.25).

Berdasarkan koreksi diatas, persamaan yang digunakan adalah:

= ∗ ∗ (1 − )Peta Risiko Multi AncamanPeta risiko multi ancaman dihasilkan berdasarkan penjumlahan dari

indeks-indeksrisiko masing-masing ancaman berdasarkan faktor-

Page 205: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

99Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

faktorpembobotan dari masing-masing ancaman. Sebagai sumber dari

hasil pembobotan adalah frekuensi dan dampak dari masingmasing

jenis ancaman, seperti ditunjukkan dibawah ini :

Persamaan untuk memperoleh peta risiko multi ancaman adalah

sebagai berikut :

Risiko Multi Ancaman :

= (indeks risiko banjir * 0,1064) + (indeks risiko gempa bumi * 0,1064)

+ (indeks risiko tsunami * 0,0638)

+ (indeks risiko kebakaran_gedung_dan_pemukiman * 0,0638)

+ (indeks risiko kekeringan * 0,0638) + (indeks risiko cuaca_ekstrim *

0,0638) + (indeks risiko tanah_longsor * 0,01064)

+ (indeks risiko letusan_gunung_api * 0,1064)

+ (indeks risiko gelombang_ekstrim_dan_abrasi * 0,0638)

+ (indeks risiko kebakaran_hutan_lahan * 0,0638)

+ (indeks risiko kegagalan_teknologi * 0,0638)

+ (indeks risiko konflik_sosial * 0,0638) + (indeks risiko epidemi *

0,0638

14) Penguasaan GISSebagai alat kompilasi dan analisis data spasial, Geographic

Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) sudah

Page 206: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

100Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

dikenal dan diaplikasikan diberbagai bidang termasuk dalam

perencanaan tata ruang. Dalam Kerangka Acuan Kerja untuk

pekerjaan Pengadaan dan Pembuatan Peta Citra Satelit Kecamatan

Kuta Kabupaten Badung, berikut disampaikan apresiasi dan

pemahaman konsultan dalam pemanfaatan Sistem Informasi Geografis

(SIG).

a. PendahuluanDalam perkembangan teknologi informasi orang hanya mengenal dua

macam bentuk penyimpanan data, yaitu database teks dan angka

(alphanumeric) dan penyimpanan data pictorial secara elektronik

(disebut computer graphics), yang mana diantara keduanya saling

terpisah. Sampai kemudian orang melihat potensi untuk

menggabungkan keduanya, yang luar biasa bila keduanya

digabungkan secara paralel sehingga memiliki nilai tambah. Akhirnya

muncul konsep program komputer yang canggih yang menggabungkan

data peta dengan kemampuan database manajemen, yaitu peta

dengan built-in database. Sebagai ilustrasi kita dapat menunjuk suatu

daerah maka semua informasi yang ada dan terkait dengan daerah itu

akan muncul.

Pemakaian aplikasi geografis ini didasari oleh kebutuhan akan

pentingnya pengetahuan tentang lokasi. Tergantung kebutuhan, Sistem

Informasi Geografis dengan demikian bisa mempunyai kemampuan

yang konsentrasinya pada pemakaian aplikasi tertentu. Pada

permulaan abad informasi, teknologi manajemen sistem informasi

geografi muncul sebagi alat untuk mengatur (manage) data geografi

yang besar, menanggulangi ledakan informasi, dan menyelesaikan

permasalahan yang berhubungan dengan planet bumi dan inhabitatnya

(lingkungan tak hidup). Sistem informasi geografis haruslah dibedakan

dengan komputer grafis, karena komputer grafis lebih ditekankan pada

penampilan dan pengolahan bahan-bahan layak (visible material).

Sedangkan sistem informasi geografis merupakan perpaduan dari

Page 207: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

101Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

berbagai macam aspek yaitu, pemetaan, teknik sipil, geografi, fotografi,

katografi dan analisa image seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 5.14. Aspek - Aspek yang Tergabung Dalam SIG

Aspek - Aspek yang Tergabung Dalam SIG

Masing-masing aspek di atas mempunyai peranan yang sama besar

dan keterikatan yang cukup erat dalam membentuk sistem informasi

geografis. Karena pada dasarnya sistem informasi geografis tidak

terbatas pada pengkodean, penyimpanan, pencarian dan perbaikan

data permukaan bumi. Bahkan dalam kenyataannya, data yang

tersimpan harus dapat digambarkan sebagai model dari planet bumi

atau sebagian planet bumi. Secara umum sistem informasi geografis

ditujukan untuk memilah beberapa pekerjaan dalam bagian-bagian

yang terkecil dengan lebih efisien dan efektif. Hal ini dapat

menghasilkan keputusan yang lebih baik dengan tersedianya informasi

yang lebih baik pula.

b. Pemahaman GIS1) Teori-Teori Pemetaan dan Pengolahan Data dengan Sistem

Informasi Geografis (SIG)Pengertian Dasar Peta

a) Prinsip Utama Peta

SistemInformasiGeografis

Kartografi

Photogrametri

Komputer Grafik

Spasial Analisis

Interpolasi

Interpolasi

Page 208: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

102Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Peta mempunyai peranan penting

dalam kegiatan perencanaan

pembangunan, baik dalam skala

regional maupun nasional.

Perencanaan pembangunan fisik,

sarana dan prasarana selalu

memerlukan visualisasi permukaaan bumi atau peta. Secara

umum pengertian peta adalah penyajian grafis dari seluruh atau

sebagian permukaan bumi dalam suatu bidang datar dengan

menggunakan skala dan suatu sistem proyeksi tertentu. Peta juga

merupakan data antarmuka untuk SIG

yang berupa masukan data dan hasil

akhir dari analisa spasial.

Untuk dapat digunakan, peta

mempunyai tiga prinsip utama yaitu :

Menyatakan posisi/lokasi suatu

tempat pada permukaan bumi;

Memperlihatkan pola distribusi dan pola spasial dari fenomena

alam dan buatan manusia;

Merekam dan menyimpan informasi permukaan bumi.

b) Jenis PetaBerdasarkan jenisnya peta dapat dibedakan menjadi peta

topografi dan peta tematik.

Peta Topografi

Peta Topografi disebut juga peta

dasar karena digunakan sebagai dasar

untuk pembuatan peta-peta lainnya,

baik untuk pembuatan peta tematik

maupun untuk turunan peta topografi

dengan skala yang lebih kecil.

Peta Tematik

Page 209: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

103Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Peta Tematik adalah peta

yang memperlihatkan

informasi kualitatif atau

kuantitatif dari suatu tema

tertentu, dalam

hubungannya dengan

unsur-unsur topografi yang

spesifik.

Komponen Peta Tematik :

Bentukan Geografik (Peta Dasar) Data TematikLebih jauh peta tematik dibagi dalam dua jenis, yaitu :

Kualitatif Memperlihatkan

aspek spasial data

dari data numerik

(distribusi);

Biasanya

memperlihatkan

variabel tunggal;

Kemungkinan data

ordinal(<>)atau

interval/rasio (seberapa berbeda).

Kuantitatif Memvisualkan distribusi data nominal;

Kuantitas atau nilai dari data tidak dapat ditentukan,

hanya dapat diestimasi.

c) Karakteristik PetaPada dasarnya peta mempunyai karakteristik yang dapat diuraikan

sebagai :

a. Gambar disajikan pada bidang datar dalam bentuk dua dimensi

(hasil transformasi matematik);

b. Merupakan bentuk reduksi dari keadaan sebenarnya;

Page 210: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

104Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

c. Dalam penyajiannya mengalami suatu proses generalisasi,

sehingga tidak semua informasi perlu disajikan;

d. Merupakan suatu bentuk penegasan (enhancement) dari unsur

yang terdapat dipermukaan bumi.

d) Fungsi PetaFungsi peta dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tahapan/Proses Pembuatan dan Penggunaan PetaSecara umum tahapan/proses pembuatan peta sampai dengan

penggunaannya dapat diuraikan sebagai berikut :

Memperlihatkan posisi relatif,ukuran dalam pengertian jarak danarah

1

2 Memperlihatkan bentuk atau unsuryang terdapat di permukaan bumi

Menghimpun serta menselektirdata dan informasi permukaanbumi

3

Page 211: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

105Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

a) Proses Pembuatan PetaPada tahapan pembuatan peta ini, langkah-langkah yang

dilakukan meliputi :

Proses Seleksi

Proses seleksi yang dimaksud adalah menyeleksi data yang

akan digunakan dalam pembuatan suatu peta tematik apakah

berupa data nominal, ordinal, interval atau data rasio.

Proses Klasifikasi

Peta tematik yang dibuat dari data yang sama akan memberikan

informasi yang berbeda apabila menggunakan metode

klasifikasi yang berbeda. Klasifikasi data pada peta tematik akan

tergantung pada distribusi data.

Proses Eksagerasi

Proses Simplifikasi

Proses Simbolisasi

Proses simbolisasi yang meliputi simbolisasi data dan pola

dapat diuraikan sebagai berikut :

Representasi Simbol :

Titik

Garis

Area

Peringkat atau Ukuran

Nominal

Ordinal

Interval

Ratio

b) Proses Penggunaan PetaPada proses penggunaan peta ini, langkah-langkah yang

dilakukan meliputi :

Membaca peta

Analisis

Ukuran

Bentuk

Orientasi

Skala

Jarak antar objek

Ukuran

Bentuk

Orientasi

Skala

Jarak antar objek

Page 212: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

106Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Interpretasi

Tahapan/proses pembuatan peta sampai dengan penggunaannya divisualisasikan

dalam bentuk bagan di bawah ini :

Gambar 5.15. Tahapan/Proses Pembuatan Peta Sampai DenganPenggunaannya

Penyajian Data Dalam Bentuk GrafisDalam proses penyajian data menjadi bentuk grafis, langkah-

langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Visualisasi , data diubah menjadi bentuk gambar;

b) Universal, informasi yang disajikan dalam bentuk grafis harus

difahami dan dimengerti oleh setiap pemakai informasi;

c) Graphic, data yang disajikan dalam bentuk grafis dapat diperkecil

skalanya dan direproduksi tanpa merubah pengertian yang mendasar

tentang suatu informasi.

Page 213: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

107Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Peta dan KomunikasiPeta dan gambar lainnya adalah

alat komunikasi, seperti halnya

bahasa dan angka.

Peta adalah alat komunikasi yang

menggunakan data keruangan

untuk menggambarkan suatu

benda atau fenomena. Mendesain

peta sangat diperlukan agar

terjadi komunikasi yang efektif. Berikut adalah uraian mengenai

hubungan peta dan komunikasi :

a) Peta adalah media untuk menyatakan pendapat;

b) Pendapat tersebut ingin disampaikan melalui mata kepada

yang menerimanya;

c) Pendapat yang disampaikan adalah mengenai segala yang

menyangkut ruang;

d) Dengan menggunakan peta, diharapkan pendapat tersebut

bisa diterima lebih mudah.

Permasalahan Komunikasi VisualDalam metode komunikasi visual sebagaimana halnya dengan

metode komunikasi konvensional, tentunya memiliki kelemahan-

kelemahan yang dapat menghalangi penerimaan pesan yang ingin

disampaikan. Hal ini dapat terjadi antara lain karena faktor-faktor

berikut ini :

a) Imajinasi (daya cipta)Pembuat peta harus mampu menyajikan informasi yang

disajikan, sehingga informasi dapat dimanfaatkan oleh

pengguna peta; untuk itu diperlukan imajinasi/daya cipta oleh

Page 214: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

108Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

pembuat peta agar informasi yang disajikan bisa ‘dibaca’ oleh

pengguna peta.

b)PersepsiInformasi yang disampaikan mungkin akan terjadi ‘perbedaan

pengertian’ antara pembuat dan pengguna peta, hal tersebut

terjadi karena :

Sampai sejauh mana pengguna peta dapat mengerti ‘pesan’

yang disampaikan pada sebuah peta;

Tingkat pengetahuan yang berbeda;

Konsep-konsep data geometrik (skala, proyeksi peta, jarak)

yang belum tentu dimengerti.

Desain PetaSalah satu tujuan pembuatan peta adalah mengkomunikasikan

informasi muka bumi secara efektif, informatif dan komunikatif

kepada pemakai peta. Untuk dapat mencapai sasaran yang

diinginkan tersebut, diperlukan suatu disain peta yang

berhubungan dengan penampilan grafis (graphic) suatu informasi

muka bumi pada selembar peta. Desain peta menyangkut

pemilihan simbol untuk suatu unsur permukaan bumi sesuai

dengan informasi yang akan disajikan, tata letak peta (meliputi

muka peta, informasi tepi, informasi batas), pemilihan warna,

pemilihan jenis dan ukuran huruf.

Page 215: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

109Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

a) Prinsip-Prinsip Disain PetaSuatu peta yang mudah dibaca,

dengan kata lain dapat

mengkomunikasikan kepada para

pemakai peta, merupakan peta

yang telah didisain dengan baik,

sehingga informasi yang disajikan

dapat dimengerti oleh pemakai

peta.

Pembuatan disain peta adalah suatu tahapan penting dan

merupakan awal dari suatu kegiatan kartografi dalam kaitannya

dengan proses pembuatan suatu peta. Suatu disain peta

berhubungan dengan penampilan grafis informasi muka bumi yang

disajikan pada lembar peta.

Pembuat peta harus mampu menciptakan peta untuk para

pemakai peta yang tidak tahu mengenai kartografi; dalam hal ini,

fungsi pembuat peta adalah merancang bangun semua

kemungkinan dari persyaratan yang dikehendaki oleh pemakai

peta.

JAKARTA

Samudera Hindia

Page 216: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

110Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Pada pembuatan desain suatu peta, sebelum mengambil

keputusan mengenai detail yang akan disajikan, ada beberapa

prinsip yang harus diperhatikan, yaitu :

Perencanaan Produksi PetaSetiap produk peta selain mempunyai maksud dan tujuan, juga

mempunyai sasaran yang jelas siapa calon pemakai atau

penggunanya.

Berkaitan dengan proses pembuatan peta, perlu juga ditentukan

metode serta teknologi yang akan digunakan; sedang jika

ditinjau dari segi ekonomi, perlu dipertimbangkan masalah biaya

produksi yang didasarkan pada perkiraan pemasaran peta yang

akan dihasilkan.

Isi PetaMaksud dan tujuan suatu pemetaan mempunyai hubungan

langsung dengan isi yang akan disajikan pada peta tersebut.

Isi peta dapat dibedakan atas :

Unsur alam dan unsur buatan manusia;

Subyek pokok dan klasifikasinya.

Langkah awal yang harus diputuskan didalam pembuatan suatu

disain peta adalah penentuan skala peta, serta penentuan

’karakteristik’ yang bersifat geografis dari suatu daerah.

Maksud dan tujuan dari pembuatan peta merupakan faktor

penting, sehingga faktor-faktor utama tersebut harus tampak

dan menonjol secara grafis, sedangkan unsur-unsur pendukung

akan tampak sebagai latar belakang.

Skala PetaTuntutan yang harus dilakukan pada pembuatan peta adalah

memperlihatkan semua unsur permukaan bumi pada posisi

yang benar, serta keseluruhan daerah yang dipetakan dapat

tercakup pada beberapa lembar peta.

Luas daerah dan kerapatan detail yang disajikan sangat

tergantung pada pemilihan skala petanya, sehingga dapat

Page 217: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

111Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

dikatakan bahwa tujuan penggunaan peta dan pemilihan skala

peta merupakan suatu hal yang saling berkaitan.

Ukuran dan Tata Letak PetaUkuran suatu peta tergantung skala peta yang dibuat; selain

standar ukuran yang berlaku, pada pembuatan ukuran lembar

peta perlu diketahui juga ukuran peralatan reproduksi serta

bahan yang akan digunakan.

Suatu lembar peta dibedakan atas muka peta, bagian yang

menggambarkan permukaan bumi; dan informasi tepi peta, yaitu

bagian dari lembar peta yang memberikan keterangan dalam

kaitannya dengan isi suatu peta, serta data pendukung untuk

proses pembuatan peta tersebut.

Simbol PetaSeorang pembuat peta dalam mendisain suatu simbol peta akan

memulai dengan menciptakan bentuk secara keseluruhan,

kemudian menyaring atau memilih detail yang diperlukan.

Pemakai peta mungkin tidak mudah untuk membayangkan

suatu ukuran terhadap suatu skala peta, dan juga mungkin

kurang mengerti arti dari bermacam-macam ’kunci’ penyajian.

Aspek dari orientasi terhadap suatu bentuk di peta tergantung

pada besarnya bentuk yang dapat dikenal pada unsur topografi

yang utama. Cara terbaik untuk dapat mengetahui dengan

mudah jenis unsur yang disajikan adalah membuat gambaran

yang jelas perbedaan bentuk antara unsur-unsur yang disajikan

(misalnya antara unsur daratan dan laut).

Kontras dan KeseimbanganKekontrasan berhubungan dengan penggunaan warna pada

penyajian unsur-unsur yang menjadi tujuan dari suatu peta.

Umumnya, penggunaan warna dibedakan antara warna untuk

unsur alam dan warna untuk unsur buatan manusia.

Selain kekontrasan pada warna, disain suatu peta juga harus

memperhatikan keseimbangan, dalam pengertian bagaimana

menempatkan macam-macam komponen visual pada keadaan

Page 218: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

112Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

yang seimbang, yang berarti hubungan dan penonjolan dari

masing-masing komponen tersebut adalah wajar.

b) SimbolSalah satu pendekatan penting

di dalam mempelajari kartografi

adalah memandang peta

sebagai suatu bentuk

komunikasi visual untuk

menjelaskan hubungan spasial

di muka bumi.

Walaupun Kartografi mempunyai

hubungan dengan masalah komunikasi, tetapi mempunyai

perbedaan dengan bentuk komunikasi visual lainnya.

Seorang kartografer harus memperhatikan secara khusus sistem

koordinat, proyeksi peta, dan hal-hal yang berhubungan dengan

skala dan arah. Kartografi merupakan salah satu tipe komunikasi

grafis, sehingga sejumlah aturan yang diberlakukan pada

pembuatan peta perlu dipelajari dari komunikasi grafis dan

penyajian grafis data statistik.

Peta yang merupakan salah satu bentuk informasi muka bumi,

disajikan secara visual dengan menggunakan aturan grafis

(graphic), menyajikan hubungan suatu keadaan dan lokasi di muka

bumi pada suatu bidang datar.

Data dan Informasi KebumianSebelum pembuatan suatu simbol peta, adalah suatu hal penting

untuk mengerti data yang akan disajikan pada suatu peta. Pada

proses pembuatan suatu peta, seorang pembuat peta haruslah

terlebih dahulu mempelajari data yang akan digunakan, baik untuk

peta topografi maupun peta tematik, sehingga akan diketahui :

Cara memproses data yang berkaitan dengan posisi suatu

tempat;

Karakteristik dari unsur yang disajikan;

Page 219: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

113Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya.

Selain itu, pembuat peta juga menyajikan informasi pada suatu

peta dengan cara memanfaatkan dan memindahkan data

sekunder (misalnya data kepadatan penduduk, peta jalan).

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka seorang pembuat

peta harus mencari, menganalisis dan memproses data untuk

dapat disajikan dalam bentuk grafis.

Klasifikasi Data SpasialKenampakan muka bumi dalam bentuk spasial dapat

diklasifikasikan atas :

a) Data PosisiTitik koordinat adalah salah satu bentuk yang menyatakan suatu

data posisi di muka bumi. Secara konsepsi, pengertian posisi

ataupun lokasi adalah sesuatu yang nyata tampak pada suatu

tempat dimuka bumi. Data posisi di lapangan akan banyak

dijumpai jenisnya, mulai dari titik kedalaman pemeruman

(sounding), titik tinggi, titik planimetris, sampai ke perpotongan

jalan.

b) Data LinierSejumlah besar unsur geografi di muka bumi adalah dalam bentuk

data linier yang mempunyai suatu ukuran tertentu. Jalan atau

sungai yang mempunyai panjang relatif adalah bentuk dominan

data linier yang mudah dikenal di lapangan. Bentuk-bentuk lainnya

adalah mulai dari bentuk yang tidak nyata dilapangan seperti batas

administrasi antara dua tempat atau garis pantai yang

membedakan antara daratan dan air, sampai kebentuk data yang

nyata seperti jalan dan sungai.

c) Data LuasSecara konsepsi data luas berbentuk dua dimensi, dan pengertian

pokoknya adalah suatu area yang dibatasi oleh suatu bentuk linier

yang tertutup. Data luas dapat dalam bentuk suatu negara,

karakteristik tanah, perkebunan ataupun daerah hutan.

Page 220: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

114Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Simbol kartografi yang digunakan untuk mewakili data spasial

muka bumi pada suatu peta dapat diklasifikasikan dalam bentuk:

Simbol Titik (Point)Digunakan untuk mempresentasikan unsur muka bumi atau

karakteristik suatu lokasi dan atribut. Aspek dari skala peta

sangatlah penting dalam penyajian simbol titik, bentuk area

suatu kota pada peta skala kecil dapat disajikan sebagai simbol

titik, tetapi tidak demikian halnya jika disajikan pada skala

besar.

Simbol Garis (Line)Digunakan untuk mempresentasikan unsur-unsur muka bumi

yang mempunyai bentuk linier atau garis yang memanjang

tetapi bukan suatu area. Penyajian simbol garis ini dapat

mewakili bentuk yang sesuai dengan unsur sebenarnya

dilapangan ataupun hasil dari suatu generalisasi.

Simbol Luas (Area)Digunakan untuk mewakili unsur-unsur di muka bumi yang

berbentuk suatu area dengan batas yang pasti ataupun

perkiraan. Di dalam penyajiannya, bentuk serta ukuran area

tersebut dengan sendirinya tergantung pada skala peta yang

dibuat.

Skematik Pembuatan Disain SimbolDisain simbol adalah suatu kegiatan kreativitas grafis dalam

menyajikan unsur muka bumi yang sesuai dengan tujuan

pembuatan peta. Dimana mendisain suatu simbol adalah

merupakan hasil persepsi yang benar dari karakteristik suatu

unsur dan konsep dari pemakai peta.

Pada sistem keseluruhan dari pembuatan disain peta, maka disain

simbol menempati pusat atau inti permasalahan dengan beberapa

cabang komponen dari suatu sistem fungsional. Pada pembuatan

disain simbol, terdapat delapan faktor utama yang langsung

terlibat didalammya (Edzard S Bos, Systematic symbol design in

Page 221: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

115Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

ISI PETA

KARAKTERISTIKGEO-DATA

PRODUKSIDAN

ASPEK BIAYA

PERSEPSIPANDANG

VARIABELPANDANG

ASPEKPERSEPSIFISIK DAN

PSIKOLOGI

SATANDARDAN

KONVENSI

PERSYARATANPETA

DISAINSIMBOL

cartographic eduction, 1984). Kedelapan faktor utama tersebut

adalah :

a) Isi Peta

b) Karakteristik Geo-Data

c) Persepsi Pandang

d) Variabel Pandang

e) Aspek Persepsi Fisik dan Psikologi

f) Standar dan Konvensi

g) Persyaratan Peta, serta

h) Produksi dan Aspek Biaya

Gambar 5.17. Delapan Faktor Utama Dalam Skematik Pembuatan DisainSimbol

Pengertian yang mendalam dari masing-masing faktor tersebut

adalah persyaratan yang mutlak untuk keberhasilan suatu disain

simbol.

a) Isi Peta

Page 222: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

116Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Dalam pembuatan disain simbol, unsur-unsur yang akan disajikan

pada peta adalah faktor utama yang betul-betul harus

dipertimbangkan. Pembuatan disain simbol ini dapat dilakukan jika

“isi” suatu peta sudah terdefinisikan sesuai maksud dan tujuan

pembuatan peta bersangkutan.

Penentuan isi peta selain erat hubungannya dengan keperluan

pemetaan dan persyaratan pemakai peta, juga perlu

dipertimbangkan beberapa faktor penting lainnya yaitu :

Tersedianya data dan kebenarannya data untuk pemetaan;

Hubungan antara ukuran, skala, dan proyeksi peta yang

digunakan;

Fasilitas teknik reproduksi yang tersedia; serta

Kondisi ekonomi yang berhubungan dengan pembiayaan dan

pasar.

b) Karakteristik Geo-DataSesudah isi peta disepakati dan memenuhi pertimbangan untuk

maksud disain simbol, maka diperlukan analisis geo-data (data

sapsial) yang akan disajikan. Data spasial permukaan bumi dapat

dibedakan menjadi empat dasar/kategori.

c) Karakteristik PlanimetrikInformasi muka bumi didefiniskan dalam bentuk titik, garis, atau

luas yang keadaannya relatif sesuai dengan skala peta.

Karakteristik planimetrik pada pembuatan disain simbol disajikan

dalam bentuk simbol titik, garis atau luas.

Simbol Titik (Point)Digunakan untuk mempresentasikan unsur muka bumi atau

karakteristik suatu lokasi dan atribut. Aspek dari skala peta

sangatlah penting dalam penyajian simbol titik, bentuk area

suatu kota pada peta skala kescil dapat disajikan sebagai

simbol titik, tetapi tidak demikian halnya jika disajikan pada

skala besar.

Simbol Garis (Line)Digunakan untuk mempresentasikan unsur-unsur muka bumi

yang mempunyai bentuk linier atau garis yang memanjang

Page 223: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

117Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

tetapi bukan suatu area. Penyajian simbol garis ini dapat

mewakili bentuk yang sesuai dengan unsur sebenarnya

dilapangan ataupun hasil dari suatu generalisasi.

Simbol Luas (Area)Digunakan untuk mewakili unsur-unsur di muka bumi yang

berbentuk suatu area dengan batas yang pasti ataupun

perkiraan. Di dalam penyajiannya, bentuk serta ukuran area

tersebut dengan sendirinya tergantung pada skala peta yang

dibuat.

Simbol kartografi di dalam penyajiannya dapat dibedakan atas:

Piktorial atau Simbol DeskriptifSimbol dalam bentuk piktorial merupakan bentuk yang

mendekati keadaan sebenarnya dari data spasial yang akan

disajikan, seperti simbol pohon, simbol terminal. Simbol piktorial

mudah untuk dimengerti oleh pemakai peta tanpa harus melihat

legenda peta, tapi untuk membuat disain simbolnya tidaklah

mudah, serta kadang-kadang cukup sulit untuk menempatkan

pada posisi yang tepat pada suatu lokasi di peta.

Geometrik atau simbol abstrakAdalah suatu simbol yang menggambarkan bentuk reguler

seperti lingkaran, segitiga, segiempat dan lain sebagainya. Jika

melihat simbol geometrik, maka bentuk yang disajikan tidak

spesifik atau sesuai dengan data spasial yang terdapat di muka

bumi. Suatu bentuk lingkaran pada suatu peta menyajikan

sebuah kota, tapi pada peta lain dapat mewakili sebuah menara.

Simbol geometrik, relatif lebih mudah menempatkan posisi

suatu lokasi dengan tepat pada suatu peta.

HurufSimbol huruf adalah suatu bentuk simbol yang terdiri dari huruf-

huruf atau gabungan dari huruf-huruf dan angka. Simbol huruf

dapat dijumpai pada peta topografi (huruf B untuk menyatakan

lokasi dari Kantor Kabupaten) maupun pada peta tematik

(mewakili unsur-unsur geologi dalam bentuk nama suatu unsur).

Page 224: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

118Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Huruf yang tertera pada suatu simbol harus dituliskan pada

legenda peta untuk dapat dimengerti oleh pemakai.

Tingkat UkuranData dapat diukur menurut skala nominal, skala ordinal, skala

interval, dan ratio. Definisi data tingkat ukuran ini tidak sama

dengan pembentukan data ukuran yang berdasarkan pada

hirarki yaitu, kualitatif – kelas – kuantitatif.

Data nominalSuatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang tidak

mempunyai tingkatan (rangking); jadi unsur-unsur yang

disajikan hanya dikenal dengan suatu nama saja, misalnya

sekolah, Bandara, pelabuhan dan lain sebagainya.

Data OrdinalSuatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang

mempunyai tingkatan. Unsur/obyek yang disajikan pada peta

secara garis besar dibagi lagi dalam ragamnya menurut

ukuran, kepentingan, umur, dan lainnya; dalam arti seperti

besar dan kecil, padat dan jarang, basah dan kering, tua dan

muda.

Contoh, suatu kota yang akan disajikan di peta dibagi sebagai

kota besar dan kota kecil, desa luas dan desa kecil.

Page 225: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

119Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Data Interval dan RasioSuatu ukuran yang tidak hanya dengan aturan dan urutan

tertentu saja, melainkan juga dibagi atas kelas-kelas tertentu

dengan harga yang sebenarnya.

Pada ukuran interval, titik nol atau titik permulaan diambil

sembarang, artinya perbandingan suatu harga tidak

mempunyai arti yang sebenarnya; sedang pada ukuran ratio,

titik permulaannya adalah mutlak (harga sebenarnya).

Struktur dari Organisasi DataStruktur organisasi adalah aspek lain dari karakteristik geo-data.

Apapun tipe peta yang akan dihasilkan, ada beberapa aturan

yang perlu diperhatikan.

Page 226: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

120Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Subyek dari peta yang akan dihasilkan harus dibedakan

kedalam beberapa grup atau katagori yang unsur-unsurnya

mempunyai persamaan (sebagai contoh, semua unsur air

dicatat dan dimasukkan dalam satu katagori sebagai bagian dari

satu elemen pada peta); selain hal tersebut, diperhatikan juga

apakah dalam satu katagori masih diperlukan pembagian

beberapa sub katagori lagi.

Hal ini sangat penting untuk membuat sistematika, sehingga

dapat menghindari unsur yang tidak ada kaitannya secara visual

dengan suatu kategori tertentu.

Karakteristik Data LainnyaUntuk lebih melengkapi data, mungkin masih perlu melanjutkan

pencarian karakteristik data lainnya, misalnya terdapat satu set

data (garis kontur) yang merupakan hasil pengukuran langsung

dan hasil perkiraan (interpolasi).

d) Persyaratan Pembuatan PetaPembuatan disain simbol dapat berbeda tergantung untuk

keperluan apa peta tersebut dibuat, apakah untuk pendidikan,

ilmiah, teknis atau serbaguna. Untuk pembuatan peta sekolah,

umur dari grup pemakai peta adalah sangat penting untuk

diketahui, sebab ini akan membedakan tingkat pengetahuan yang

dimiliki, pengalaman dalam menggunakan peta, dan kemampuan

dalam persepsi.

Pemilihan antara pemakaian simbol piktorial atau simbol

geometrik oleh kartografer, mungkin lebih ditekankan berdasarkan

kelompok pemakai. Keadaan khusus dari pemakaian suatu peta

akan mempengaruhi disain simbol yang akan dibuat, sebagai

contoh :

Apakah peta dilihat pada jarak normal pembacaan atau pada

jarak tertentu (digantung pada dinding) ;

Apakah dibutuhkan waktu yang lama atau pengamatan yang

cepat dalam mempelajari suatu peta ;

Apakah peta dilihat pada kondisi penyinaran yang normal atau

pada penyinaran dengan iluminasi khusus.

Page 227: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

121Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Pertanyaan-pertanyaan tersebut berhubungan dengan aspek

penting dari ketajaman visual dan pembacaan serta disain dari

suatu simbol yang akan dibuat.

e) Variabel PandangVariabel pandang merupakan basis dasar didalam pembuatan

simbol yang berperan penting pada proses sistematika dan logika

disain simbol. Sebelum memutuskan pemakaian suatu simbol

yang akan mewakili suatu unsur di muka bumi, perlu dipelajari

terlebih dahulu masalah variabel pandang yang menyangkut

berbagai bentuk penyajian dengan menggunakan dampak

pandang (visual impact), sebab hal tersebut merupakan sesuatu

yang ikut menentukan bentuk simbol atau penyajian pada suatu

peta.

Bentuk penyajian yang menggunakan dampak pandang,

umumnya dinyatakan dalam :

Bentuk (shape/Form)

Ukuran (size)

Orientasi (orientation)

Harga (value)

Tekstur (texture)

Warna (colour)

Harga (Value)Harga adalah variabel pandang yang mengacu kepada harga

grey scale, suatu derajat kehitaman dari warna putih/muda

sampai ke warna hitam/tua; dengan memanfaatkan screen

tersebut, maka dapat dinyatakan kuantitas (jumlah/banyak) yang

berbeda dari satu unsur terhadap unsur lain.

Pada prakteknya, screen untuk warna muda selalu mempunyai

harga yang prosentase (%) nya selalu lebih kecil dibandingkan

dengan warna tua. Pemakaian

prosentase screen tidaklah selalu

proporsional dengan screen yang dipakai,

Page 228: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

122Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

artinya, untuk menyatakan suatu daerah A yang jumlah

penduduknya 2 kali dibandingkan dengan daerah B, tidak selalu

prosentase screen yang dipakai didaerah A adalah 2 kali dari

daerah B. Penggunaan harga sebagai variabel pandang dapat

digunakan untuk penyajian simbol titik, garis dan luas.

Tekstur (Texture)Tekstur sebagai variabel pandang dapat

untuk memahami bermacam-macam ukuran

dari suatu harga yang tetap. Macam- macam

bentuk tekstur dapat diatur melalui teknik

reproduksi fotografis, harga dari tekstur akan sama tetapi

ukurannya dapat berbeda.

Warna (Colour)Variabel pandang untuk warna dapat

dibedakan atas tiga hal yaitu :

• Corak (hue)

Berkaitan dengan jumlah warna yang

tersedia, akan dijumpai adanya perbedaan antara satu warna

dengan warna lainnya.

• Harga (value)

Berhubungan dengan ukuran dari pemantulan sinar yang

terjadi, makin banyak sinar yang dipantulkan berarti harga yang

terjadi semakin tinggi. Sebagai contoh, warna coklat

mempunyai harga yang lebih rendah dibandingkan dengan

warna kuning.

• Kejenuhan (Saturation)

Berhubungan dengan reaksi manusia dalam

melihat suatu warna. Ada suatu warna tertentu

yang dapat menimbulkan reaksi terhadap mata

manusia, padahal warna bersangkutan

mempunyai 'harga' yang tinggi. Warna bersangkutan disebut

Page 229: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

123Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

sebagai warna yang berkurang kejenuhannya (misalnya warna

kuning).

Kejenuhan ini akan berlaku pada lembar peta dengan suatu

area/daerah (luas atau kecil) yang akan disajikan dalam bentuk

warna; suatu area yang luas akan dapat menimbulkan

bertambahnya kejenuhan, sedang daerah yang kecil akan

berkurang kejenuhannya.

f) Tingkat Persepsi PandangAturan untuk disain simbol kartografi tidaklah berdasar pada suatu

kesepakatan, melainkan haruslah belajar dari pembuat peta dan

pengguna peta.

Pada umumnya pengguna peta tidaklah belajar bahasa simbol

kartografi, aturan dari disain simbol berdasarkan kesan yang

secara spontanitas terhadap fakta variabel pandang, seperti

halnya menggunakan satu kelompok simbol kartografi yang dibuat

bersama pengguna peta.

Berkaitan dengan masalah visual pandang, terdapat empat

tingkatan hirarki pada persepsi pandang dari suatu simbol :

Persepsi asosiatif, simbol-simbol akan terlihat secara individu

dan setiap simbol mempunyai arti yang sama pentingnya ;

Persepsi selektif, simbol-simbol dapat divisualkan dalam

tingkatan grup ;

Persepsi kelas, simbol-simbol dapat tersusun dengan baik

berdasarkan spesifik dari tingkatan kelas ;

Persepsi kuantitatif, kelas dikenal melalui simbol-simbol dengan

cara meng-kuantitatifkan (dua kali atau tiga kali lebih).

g) Aspek Persepsi Fisik dan PsikologiPada penyajian simbol, unsur permukaan bumi yang ditonjolkan

dan kontras dapat disajikan dalam beberapa aspek yang sesuai

dengan aturan kartografi. Seperti diketahui, persepsi dari ukuran

simbol dan warna dapat disajikan dalam beberapa ukuran dan

warna yang berbeda dengan simbol lainnya; suatu simbol akan

Page 230: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

124Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

terlihat sama jika dikelilingi oleh simbol lain yang sama ukurannya.

Konsep dari suatu penyajian unsur permukaan bumi adalah juga

salah satu aspek fisik-psikologi yang sangat mempengaruhi dalam

pembuatan disain simbol.

h) Standar dan KonvensiWarna biru selalu dikaitkan dengan unsur air dan menjadi

konvensi dan standar pada penyajian sungai, danau, laut serta

unsur-unsur lain yang ada hubungannya dengan air; demikian pula

halnya dengan warna hijau adalah warna konvensional untuk

tumbuh-tumbuhan.

Warna dan simbol-simbol pada peta skala kecil merupakan salah

satu standarisasi pada tingkat internasional. Banyak produk dari

organisasi pemetaan yang mempunyai standarisasi untuk simbol

peta yang dihasilkan, khususnya untuk suatu seri peta.

Banyaknya simbol yang konvensional dan standar, menjadikan

suatu hal yang jelas bahwa kartografer tidak pada setiap waktu

dapat secara bebas mendesain suatu simbol; atau dengan

perkataan lain, setiap simbol yang akan dibuat haruslah mengacu

pada simbol yang telah menjadi standar dan konvensi bersama.

Kategori PetaJenis peta jumlahnya tidak terbatas

“Maps Have Many Functions And Many Faces, And Each Of Us

Sees Them With Different Eyes” (Skelton 1972)

Masalah Bagaimana mengkategorikan peta?

Kategori dapat dipandang dari 3 sudut pandang

Diklasifikasi berdasarkan skala

Diklasifikasi berdasarkan fungsi

Diklasifikasi berdasarkan subjeknya (isinya)

a) Klasifikasi Berdasarkan Skala

Page 231: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

125Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Peta yang diklasifikasikan berdasarkan skala adalah peta yang

menggunakan Rasio Dimensi Peta dengan Dunia Nyata. Dalam

klasifikasi ini peta dibedakan menjadi :

Peta Skala Kecil = luasan besar, dengan isi yang general

Sekitar 1 : 500,000 or less

Peta Skala Besar = area cakupan kecil, dengan detail yang baik.

1 : 50,000 or more

Peta Skala Sedang = berada diantaranya

Tidak ada pengkelasan yang spesifik

Gambar 5.18. Peta Skala Kecil (1 : 1.000.000.000)

Gambar 5.19. Peta Skala Kecil (1 : 2.500.000.000)

Page 232: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

126Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Gambar 5.20. Peta Skala Kecil (1 : 10.000.000.000)

b) Klasifikasi Berdasarkan FungsiDalam mengklasifikasikan Peta berdasarkan Fungsi tidak ada

pengaturan yang jelas mengenai hal ini. Secara umum kategori

peta terdiri atas 3 (tiga), yaitu :

Peta Referensi /Peta Dasar

Peta Tematik

Charts (Peta Navigasi)

Peta ReferensiPeta Referensi bertujuan untuk memperlihatkan kondisi fisik,

lokasi dan objek dipermukaan bumi, seperti air, jalan, garis

pantai, rel kereta dan sebagainya.

Peta Referensi dibagi atas :

Peta Dasar skala besar :

Peta Topografi

Photogrammetric methods

Peta dengan Skala yang lebih

besar : site location/engineering

Fokus pada akurasi posisi

Peta Dasar skala kecil :

Atlas

Memperlihatkan hampir sama dengan peta skala kecil,

tetapi detailnya lebih sedikit.

Page 233: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

127Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Engineering map exampleEngineering maps (a.k.a plans) are used for guiding projects

such as bridges & dams or for estimating costs for these

projects

Peta TematikPeta Tematik dikenal dengan special purpose maps

Distribusi sebuah nilai atribut atau beberapa atribut yang

saling berhubungan

Satellite cloud cover images

Election results

Precipitation, temperature

Population

Average annual income

Jika tujuannya untuk memperlihatkan lokasi dikenal dengan

nama general purpose map

Peta Tematik cenderung memiliki skala yang lebih kecil

Memperlihatkan distribusi untuk area yang luas (vs.

abs. location)

Ketersediaan Data

Perbandingan Regional vs. site-level decisions

Page 234: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

128Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Peta Tematik, terdiri atas :a. Dot-distribution maps

b. Choropleth maps

c. Isoline maps

d. Flow maps

e. Chart maps

f. Cartograms

g. Simbol (e.g. proportional circles, bar graphs, etc.)

Dot-distribution mapMemperlihatkan densitas dan distribusi sebuah atribut

Choropleth Maps

Choropleth maps:

enumeration units coloured or shaded to represent different magnitudes of an

attribute

classified : colours correspond

to value intervals

Thematic maps

…show spatialdistribution of attributes…show locations of objects

General reference maps

colour scales :

sequential (gradient)

diverging (double-ended)

Page 235: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

129Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Isoline Maps

Bar charts : one bar per

attribute, heightproportional to value

Chart maps:

sizes of chart segments areproportional to values of

several attributes

Page 236: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

130Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Show numerical values for continuous distributions by means of

lines joining points of equal value

(e.g. maps of temperature, pressure, etc.)

Flow Map

Proportional Circle Map

Elemen Peta

Page 237: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

131Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

ChartsPeta yang didesian khusus untuk navigasi laut dan udara

Peta berguna untuk looked at, sementara charts berguna untuk

worked on (plot courses, determine positions)

Navigasi juga biasanya menggunakan peta general

(maritime equivalent of topographic map bathymetric map)

2 tipe aeronautical charts, yaitu :

1. visual

2. instrument navigation

Peta jalan merupakan chart atau navigasi di darat. Hanya

sedikit peta yang memang “murni” merupakan peta referensi

atau peta tematik dan chart yang memiliki satu fungsi khusus.

BathymetricExample

Page 238: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

132Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

c) Klasifikasi Berdasarkan SubjeknyaBerdasarkan subjeknya, peta dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Peta Kadastral

Peta Perencanaan

d) Analisis Spasial

e) Generalisasi Statistik

RemoteSensing

QuantitativeMethods

Cartography

GIS

Geomorphology

Climatology

Biogeography

Soils

HumanGeography

Geographical

Technical

Physical

Geographical

Historical

Political

Economic

Behavioral

Population

SPATIALANALYSIS

Page 239: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

133Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Jumlah Kelas

– Sedikit atau banyak ?

– ROT : Kebanyakan 3-7 Kelas, dgn 8 shade

Metode Klasifikasi– Peta tematik yang dibuat dari data yang sama akan memberikan

informasi yang berbeda apabila menggunakan metode

klasifikasi yang berbeda.

– Klasifikasi data pada peta tematik akan tergantung pada

distribusi data.

Page 240: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

134Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Distribusi DataHistogram

Langkah pertama dalam memproduksi peta tematik

Lihat bagaimana data terdistribusi

Gunakan statistik sederhana, seperti rata-rata atau standar

deviasi

Plot data sebagai histogram

Page 241: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

135Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Contoh Distribusi Data

15) Perangkat PendukungPersoalan yang sulit dan penting dalam pengembangan aplikasi adalah

bagiamana memilih sistem yang sesuai dengan kebutuhan dan bisa

bertahan terhadap waktu. Tulang punggung informasi modern adalah

perangkat keras dan perangkat lunak komputer. Seperti kita sadari

bahwa perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak kriteria

saat ini begitu pesatnya, sehingga nilai kadaluwarsa perangkat tersebut

berjalan sejajar.

Keadaan ini sering menjadi kendala untuk memulai mengembangkan

sistem atau aplikasi karena selalu muncul perangkat generasi terbaru

dengan tawaran keandalan yang serba lebih. Di lain pihak, saat ini ada

banyak sekali perangkat lunak yang beredar, sehjngga untuk memilih,

dan memutuskan perangkat lunak mana yang akan digunakan

memerlukan disiplin ilmu tersendiri. Paradoks tersebut selalu membuat

orang berfikir dua kali untuk memulai mengembangkan sistem karena

terlalu hati - hati menyebabkan tidak pernah optimum dan operasional.

Yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana mengantisipasi

perkembangan untuk jangka waktu tertentu, sehingga

perkembangan tersebut tidak melebihi batas (limit) dari nilai yang

Page 242: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

136Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

kita tetapkan dalam penentuan parameter perangkat keras, maupun

perangkat lunak.

Pengadaan Hardware :Pemilihan perangkat keras (hardware) dapat mengikuti petunjuk

berikut :

Gunakanlah perangkat keras yang banyak digunakan (lazimnya

PC) akan tetapi juga harus memungkinkan untuk bekerja di multi

platform.

Gunakanlah processor tercepat yang ada saat ini, mengingat

database pictorial membutuhkan memori yang cukup besar serta

kecepatan yang tinggi. Apabiia biaya menjadi kendala maka bisa

digunakan perangkat keras satu level dibawahnya.

Gunakanlah resolusi monitor yang tinggi, sehingga diperoleh

tampilan yang sesuai dengan kehendak kita.

Menggunakan media penyimpanan (hard disk) yang memadai.

Pengadaan SoftwareSedangkan pemilihan perangkat lunak (sofware) harus

memperhatikan batasan-batasan berikut :

Perangkat lunak harus fungsional, dengan installed base yang

tinggi, diikuti dengan pelayanan pengembangan dan kemudian

masalah harga

Pilih perangkat lunak yang menyediakan customization, user

interface yang bersahabat (familiar)

Memiliki editor yang mudah untuk menggambarkan objek-objek 2

dimensi

Bisa membaca format dan aplikasi lain yang umum

Memiliki kemampuan untuk melakukan akses terhadap database

relational

Mendukung konsep Structural Query Language (SQL)

Bisa berjalan dengan system operasi windows (under windows)

C. METODE PENGUMPULAN DATAMetode atau cara mendapatkan data sangat menentukan keakuratan data

yang dihasilkan. Hal ini berguna untuk mencegah ketimpangan antara

Page 243: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

137Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

kondisi yang terjadi di lapangan dengan produk rencana yang dihasilkan.

Dalam menentukan cara pengumpulan data sangat bergantung pada data

yang dibutuhkan.

1. Kegiatan Pengumpulan DataBerdasarkan jenis datanya maka kegiatan pengumpulan data melalui

survey dilakukan melalui 2 (dua) metode pengumpulan data, yaitu :

a. Survey Sekunder, yaitu kegiatan survey yang ditujukan untuk

mendapatkan data sekunder. Merupakan pengumpulan data atau

perekaman data instansi, baik itu berupa uraian data angka maupun

peta yang berhubungan dengan wilayah kajian dan terkait dengan data

yang dibutuhkan bagi penyusunan laporan.

b. Survey Primer, yaitu kegiatan survey yang ditujukan untuk

mendapatkan data primer yang dilakukan melalui pengamatan,

pengukuran kondisi lapangan.

Kedua kegiatan survey tersebut diatas dilakukan secara bersama-sama oleh

konsultan pelaksana, untuk mendapatkan data yang valid dan dapat

dipercaya serta dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan sesuai

dengan kondisi lapangan.

2. Kebutuhan DataKegiatan pengumpulan data dan informasi dibagi ke dalam dua bagian

yaitu pengumpulan data sekunder dan data primer. Data sekunder yang

dikumpulkan adalah data dalam bentuk dokumen kebijaksanaan serta

data-data tertulis lainnya sedangkan data primer adalah data-data yang

dikumpulkan di lapangan yang dilakukan melalui pengamatan langsung ke

wilayah perencanaan (on site-visit).

5.10. GAMBARAN UMUM LOKASI KEGIATANKabupaten Karangasem berada di belahan timur Pulau Bali yang secara

administratif merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah Provinsi

Bali, dengan batas batas wilayah - wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Laut Jawa

- Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

- Sebelah Timur : Selat Lombok

Page 244: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

138Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

- Sebelah Barat : Kabupaten Klungkung, Bangli dan Buleleng

Untuk lebih jelasnya wilayah Kabupaten Karangasem dapat dilihat pada

peta di bawah ini :

Gambar 5.22. Kabupaten Karangasem

A. Letak GeografisTerletak di Ujung Timur Pulau Bali, 8o.00’.00” – 80.41’.37,8” LS

dan115.35’.9,8”-115.54’.8,9 BT. Topographi dinamis: Dataran,

Perbukitan, Pegunungan (termasuk Gunung Agung) Pesisir pantai

sepanjang 87 km

B. Luas Kabupaten KarangasemMerupakan 1 dari 9 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Bali. Luas

Kabupaten Karangasem adalah 83.954 Ha /839,54 Km² (14,90% dari

luas Pulau Bali : 5.632,86 km²)

C. Wilayah AdministrasiSecara administratif Kabupaten Karangasem terdiri dari 8 wilayah

kecamatan, 78 desa/keluraha yang terdiri dari 75 desa definitif dan 3

kelurahan, 529 banjar dinas/dusun dan 52 lingkungan. Secara adat

Page 245: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

139Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Kabupaten Karangasem terdiri dari 188 desa adat dan 605 banjar

adat.

D. Keseuaian Lahan Luas wilayah Kabupaten Karangasem : 83.954 ha

Luas lahan bukan sawah : 76.918 ha (91,62%)

Luas lahan persawahan : 7.086 ha (8,38%)

Kawasan hutan lindung : 14.056,32 ha

Kawasan berfungsi lindung di luar kawasan hutan : 34.409,11 ha

Kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah : 7.162 ha

Perkebunan (di luar kawasan berfungsi lindung) : 28.326,57 ha

Luas lahan kritis : 23.453 ha

E. Jumlah PendudukJumlah penduduk Kabupaten Karangasem pada pertengahan tahun

2010 berdasarkan hasil registerasi penduduk adalah 434.563 jiwa,

terdiri dari 217.327 jiwa laki-laki dan 217.209 jiwa perempuan.

Dengan jumlah rumah tangga 114.919. Kecamatan yang paling padat

penduduknya adalah Kecamatan Sidemen yaitu sebesar 972 jiwa per

km2 dan kecamatan yang paling rendah kepadatannya adalah

Kecamatan Kubu yaitu sebesar 308 jiwa per km 2. Kepadatan

penduduk untuk Kabupaten Karangasem adalah sebesar 518 jiwa per

km2

Perkembangan dan pertumbuhan penduduk memberikan pengaruh

terhadap berbagai sektor kehidupan kota. Salah satunya adalah

bertambahnya volume timbunan sampah yang dihasilkan oleh

penduduk. Langkah-langkah konkret dan strategis terkait pemenuhan

kebutuhan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan

diperlukan untuk mempertahankan lingkungan Bali sebagai salah satu

tujuan wisata andalan. Pertambahan penduduk yang semakin

meningkat dan membawa konsekuensi logis terhadap meningkatnya

jumlah sampah serta menurunnya kemampuan pengelolaan sampah

dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan lin

Page 246: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

140Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Kecamatan KubuKecamatan Kubu berada di bagian utara pulau Bali dan bersentuhan

langsung dengan laut bali serta berada di kaki gunung Agung. Kecamatan

ini merupakan salah satu daerah yang menjadi jalur aliran lahar pada saat

gunung Agung meletus pada tahun 1963. Itu pula sebabnya, saat ini,

Kecamatan Kubu menjadi daerah tambang pasir dan menjadi pemasok

utama untuk memenuhi kebutuhan pasir dan material batu untuk wilyah

Bali bagian Barat meliputi Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Negara.

Pengusaha pasir di kecamatan Kubu telah maju selangkah dibanding

daerah lainnya dengan membentuk paguyuban guna mewadahi kegiatan

penambang pasir dengan tujuan menjaga ketertiban dan pola

penambangan yang sesuai dengan aturan yang diterapkan oleh

pemerintah daerah Kabupaten Karangasem.

Industri pariwisata di daerah ini belum semaju daerah bali Selatan yang

terkenal dengan pantainya yang indah serta ombaknya yang menjadi

incaran surfer dari seluruh dunia. Namun demikian bukan berarti daerah ini

tidak memiliki potensi wisata. Disepanjang pantai didaerah Kubu ini

terdapat beberapa lokasi menyelam yang banyak dikunjungi oleh turis

mancanegara. Pantainya yang lumayan curam memiliki lokasi karang dan

biota laut yang indah.

Salah satu wisata budaya dan keagamaan yang penting di Kecamatan

Kubu adalah Pura Bukit Mangun. Berada di desa Tianyar, sekitar 12

kilometer dari ibukota Kecamatan. Di puncak bukit ini terdapat satu

komplek pura yang mana untuk mencapainya harus menaiki ratusan anak

tangga. Dari lokasi ini dapat terlihat Gunung Agung dan laut Bali.

Kecamatan AbangKecamatan Abang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Karangasem,

Bali, Indonesia. Luasnya adalah 134,05 km². Desa Abang terdiri dari 5

Dusun dengan jumlah penduduk 3.500 KK. Kecamatan Abang yang

Page 247: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

141Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

menjadi wakil Kabupaten Karangasem dalam Lomba Pelaksanaan Terbaik

Hari Kesatuan Gerak PKK, Lingkungan Bersih Sehat, PHBS, Posyandu,

Administrasi PKK, HKG-KB Kes, penanggulangan KDRT, Lomba Hatinya

PKK (Halaman, Aman, Teratur, Indah, Nyaman dan Asri), Lomba Toga,

UP2K. Kecamatan Abang terdiri dari 14 desay, yaitu Ababi, Tiyingtali,

Abang, Pidpid, Nawakerti, Kesimpar, Tista, Kerta Mandala, Culik, Datah,

Labasari, Puerwakerti, Bunutan, dan Tri Buana.

5.11. PROGRAM KERJAProgram/rencana kerja merupakan gambaran menyeluruh dan

komprehensif usulan dari konsultan dalam melaksanakan pekerjaan yang

akan ditangani sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah

diberikan. Program kerja dibuat berdasarkan ketentuan teknik operasional

yang telah diuraikan oleh PT. Wartha Bakti Mandala di dalam

Pendekatan Pekerjaan dan Metodologi Pekerjaan pada sub bab

sebelumnya. Secara garis besarnya program kerja dalam pekerjaan

Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubuadalah :

a. Tahap Persiapan Pekerjaan

Studi Literatur

Melakukan studi literatur yang bersangkutan dengan

masalah tata ruang maupun yang berkaitan dengan

strategi-strategi pengembangannya.

Melakukan kajian kebijakan bak dalam lingkup

kabupaten, lingkup kawasan perencanaan maupun

lingkup sekitar kawasan perencanaan.

Persiapan Dasar

Menyiapkan keperluan administrasi penunjang kegiatan

survei

Menyusun materi survei

Menyiapkan peta dasar sebagai pedoman untuk survei

lapangan

Page 248: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

142Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Melakukan identifikasi penggunaan lahan yang berkaitan

dengan penataan ruang.

Identifikasi masalah-masalah yang terjadi

Identifikasi sarana dan prasarana/infrastruktur dan

potensi yang kiranya berpengaruh terhadap upaya

penanggulangan bencana di wilayah kajian.

Persiapan Survei Primer

Menyusun desain survei

Menyusun persiapan dan data yang dibutuhkan untuk

observasi.

Menyusun kuisioner dan check list data.

Persiapan Survei Sekunder

Menyusun data yang dibutuhkan dari setiap instansi yang

terkait dalam penyusunan Peta Risiko Bencana.

b. Tahap Kegiatan Survei

Survei Primer

Survei primer adalah survei yang dilakukan untuk mengetahui

kondisi wilayah yang sebenarnya secara langsung di lapangan.

Hasil survei ini berupa :

Peta dasar yang telah divalidasi

Data kuisioner untuk mengetahui tingkat kapasitas

termasuk kemudahan untuk menjangkaunya

Data fasilitas umum untuk mengetahui tingkat kapasitas

termsuk kemudahan untuk menjangkaunya.

Data geologi, klimatologi, topografi, dan lain-lain yang

dapat dijadikan acuan tentang tingkat ancaman bencana.

Pengamatan dan wawancara untuk melengkapi survei di

atas untuk memperoleh data atau informasi yang telah

rinci.

Survei Sekunder

Merupakan pengumpulan data atau perekaman data instansi,

baik berupa uraian data angka, maupun peta yang berhubungan

Page 249: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

143Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

dengan wilayah kajian dan terkait dengan data yang dibutuhkan

bagi penyusunan laporan.

c. Pengumpulan Data

Pada tahap ini dilakukan proses seleksi data tabulasi data,

pengelompokan/mensistemkan data sesuai dengan kebutuhan. Dari

proses ini akan dihasilkan informasi yang lengkap tentang wilayah

kajian dan dapat digunakan sebagai dasar dalam penganalisaan lebih

lanjut. Data dikelompokkan dan disajikan untuk masing-masing desa di

Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu.

d. Kegiatan Analisa

Kegiatan analisa merupakan penilaian kondisi daerah kajian yang ada

saat ini dengan mengacu pada kajian teori atau standar-standar yang

digunakan. Dalam kegiatan analisa diketahui tingkat ancaman, tingkat

kerentaan, dan tingkat kapasitas daerah kajian untuk selanjutnya

diolah dengan suatu formula sehingga menghasilkan tingkat risiko

bencana pada masing-masing daerah kajian. Hal pokok yang dianalisa

meliputi :

Kesesuaian pemanfaatan ruang dengan Rencana Tata Ruang

yang ada

Analisa tingkat pemahaman masyarakat tentang kebencanaan.

Analisa kondisi fisik meliputi :

Analisa Topografi

Analisa Hidrologi

Analisa Geologi

Analisa Klimatologi

Analisis sejarah kejadian bencana di daerah kajian

e. Kegiatan Penyusunan Laporan

a) Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan memuat seluruh metode pendekatan,

daftar kebutuhan, dan data lainnya, termasuk metodelogi

Page 250: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

144Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan

Kubu. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga

puluh) hari sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku

laporan.

b) Konsep Laporan Akhir

Draft laporan akhir memuat hasil survey dan hasil awal

kompilasi dan analisis kegiatan Penyusuan Peta Risiko

Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu. Laporan harus

diserahkan selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh ) hari

sejak Laporan Pendahuluan, sebanyak 10 (sepuluh) buku

laporan.

c) Laporan Akhir

Laporan akhir memuat hasil kegiatan Penyusuan Peta Risiko

Bencana di kecamatan Abang dan Kubu, sesuai dengan

output/keluaran yang diinginkan Laporan Akhir harus diserahkan

sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan dan dilengkapi dengan CD

report sebanyak 10 (sepuluh) keping.

d) Album Peta

Album peta memuat peta-peta Risiko Bencana, sesuai dengan

output/keluaran yang diinginkan. Album Peta dibuat dengan

ukuran A3 sebanyak 5 ekslempar dan ukuran A1 sebanyak 2

ekslempar harus diserahkan paling lambat akhir kontrak.

f. Pembahasan

Untuk menghasilkan produk peta yang dapat diterima secara luas

maka Konsultan wajib mengadakan konsultasi secara formal maupun

non formal kepada pemberi tugas yang bersangkutan dan instansi

terkait lainnya. Pembahasan formal dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali

dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Pembahasan Pendahuluan: dilakukan setelah diselesaikannya

Laporan Pendahuluan yang pada intinya merupakan kegiatan

penyampaian rencana kerja, metode pelaksanaan pekerjaan

serta penyamaan persepsi tentang substansi pekerjaan.

Page 251: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

145Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

b. Pembahasan Konsep Laporan Akhir : dilakukan setelah selsainya

pembuatan konsep laporan akhir yang bertujuan untuk

menyampaikan progress pada kegiatan setelah laporan

pendahuluan serta garis besar hal yang akan nantinya

disampaikan pada laporan akhir.

c. Pembahasan Akhir: dilakukan setelah diselesaikannya Laporan

Akhir yang pada intinya menyampaikan hasil akhir PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.

5.12. KELUARANProduk atau keluaran utama dari kegiatan Penyusunan Peta RisikoBencana di Kecamatan Abang dan Kubu disajikan dalam bentuk

laporan. Konsultan memahami bahwa produk dari pelaksanaan pekerjaan

ini adalah beberapa jenis laporan yang disusun dan diserahkan selama

masa kontrak. Sesuai dengan KAK maka Konsultan harus menyerahkan

beberapa jenis laporan, sebagai berikut:

1. Sistem Pelaporan

a) Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan memuat seluruh metode pendekatan,

daftar kebutuhan, dan data lainnya, termasuk metodelogi

Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan

Kubu. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga

puluh) hari sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku

laporan.

b) Konsep Laporan Akhir

Draft laporan akhir memuat hasil survey dan hasil awal

kompilasi dan analisis kegiatan Penyusuan Peta Risiko

Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu. Laporan harus

diserahkan selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh ) hari

sejak Laporan Pendahuluan, sebanyak 10 (sepuluh) buku

laporan.

c) Laporan Akhir

Laporan akhir memuat hasil kegiatan Penyusuan Peta Risiko

Bencana di kecamatan Abang dan Kubu, sesuai dengan

Page 252: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

146Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

output/keluaran yang diinginkan Laporan Akhir harus diserahkan

sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan dan dilengkapi dengan CD

report sebanyak 10 (sepuluh) keping.

d) Album Peta

Album peta memuat peta-peta Risiko Bencana, sesuai dengan

output/keluaran yang diinginkan. Album Peta dibuat dengan

ukuran A3 sebanyak 5 ekslempar dan ukuran A1 sebanyak 2

ekslempar harus diserahkan paling lambat akhir kontrak.

2. Teknik Penyajian Laporan

a) Pengetikan dengan menggunakan kertas HVS putih polos

berukuran A4

b) Sampel/cover buku warna terang dengan tulisan huruf hitam.

c) Ukuran kertas dan jumlah laporan

Laporan pendahuluan, judul buku tertulis Laporan

Pendahuluan, berukuran A4, jumlah 10 buku.

Draft Laporan Akhir, judul buku tertulis Draft Laporan Akhir,

berukuran A4, jumlah 10 buku.

Laporan Akhir, judul buku tertulis Laporan Akhir, berukuran

A4, jumlah 10 buku.

5.13. ORGANISASI DAN PERSONILDalam bab ini diuraikan bagan organisasi pengguna jasa, penyedia jasa,

struktur organisasi yang menggambarkan hubungan koordinasi antara

pengguna jasa dan penyedia jasa serta masing-masing Tim Konsultan.

Dalam struktur organisasi pelaksana pekerjaan melibatkan tenaga

profesional dan beberapa tenaga penunjang dengan tugas dan tanggung

jawab masing-masing sesuai dengan bidang keahliannya. Untuk

memperjelas alur koordinasi dalam pelaksanaan pekerjaan ini, maka

dibuat bagan organisasi pelaksana agar pelaksanaan pekerjaan berjalan

sesuai KAK. Disamping itu konsultan juga menyadari adanya mekanisme

kontrol terhadap proses dan hasil dari pekerjaan konsultan.

Page 253: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

147Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Dalam struktur organisasi pelaksana pekerjaan yang melibatkan beberapa

tenaga profesional, tenaga sub profesional dan tenaga penunjang dengan

tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan bidang

keahliannya. Dengan adanya pembagian dan penerangan alur job

description yang jelas maka akan menunjang kelancaran berlangsungnya

kegiatan. Kualifikasi dan kuantitas personil disesuaikan dengan kebutuhan

kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang danKubu yang tercantum dalam KAK. Secara rincinya mengenai kualifikasi

berserta tugas dan tanggungjawab masing-masing personil dijelaskan

sebagai berikut :

A. TENAGA PROFESIONAL1. Team Leader/Ahli Geodesi

Kualifikasi Team Leader adalah sekurang-kurangnya pendidikan

Srtata Satu (S1) Teknik Geodesi dengan pengalaman kerja di

bidang penyusunan data base berbasis System Informasi

Geografis (GIS) dan pemetaan minimal 8 tahun yang dibuktikan

dengan ijazah dan sertifikat keahlian minimal SKA Ahli Madya

Sistem Informasi Geografi.

2. Ahli Remote Sensing

Kualifikasi Ahli Remote Sensing sekurang-kurangnya pendidikan

strara satu (S1) Teknik Geodesi dengan pengalaman kerja di

bidang keilmuan penginderaan jarak jauh dan sains informasi

geografis minimal 6 tahun, dan memiliki SKA Ahli Muda Sistem

Informasi Geografis.

3. Ahli Tanah

Kualifikasi ahli tanah adalah sekurang-kurangnya pendidikan

strata satu (S1) Pertanian program studi Ilmu Tanah dengan

pengalaman di bidnag analisa karakteristik tanah dan pemetaan

kerentaan minimal 6 tahun.

4. Ahli Klimatologi

Kualifikasi ahli klimatologi adalah sekurang-kurangnya pendidikan

starta satu (S1) Teknik Meteorologi dan Geofisika cabang

Page 254: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

148Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

keilmuan Meteorologi dengan pengalaman di bidang analisa

curah hujan, iklim, dan kondisi hidrologi, minimal 6 tahun.

5. Ahli Planologi

Kualifikasi pendidikan Strata Satu (S1) Teknik Planologi cabang

keilmuan Perencaan Wilayah dengan pengalaman kerja sesuai

bidang minimal 6 tahun dan memiliki SKA Ahli Muda Perencana

Kota dan Wilayah.

6. Ahli Sosial Ekonomi

Kualifikasi untuk ahli Sosial Ekonomi sekurang-kurangnya

pendidikan Strata Satu (S1_ Ekonomi dengan pengalaman kerja

minimal 6 tahun dalam bidang analisa dan kajian kondisi sosial,

perhitungan estimasi kerugian akibat bencana.

B. TENAGA SUB PROFESIONAL

1. Assisten Ahli Geodesi

Kualifikasi untuk Assiten Ahli Geodesi sekurang-kurangnya

pendidikan Starata Satu (S1) Teknik Geodesidan/atau surveying

dengan pengalaman kerja sesuai bidang minimal 4 tahun.

2. Assiten Ahli Remote Sensing

Kualifikasi untuk Assiten Ahli Remote Sensing sekurang-

kurangnya pendidikan Strata Satu (S1) Teknik Geodesi/Geografi

cabang keilmuan pengeinderaan jauh dan sains informasi

geografis dan/atau dengan pengalaman kerja sesuai bidang

minimal 4 tahun.

3. Assisten Ahli Tanah

Kualifikasi Asisten Ahli Tanah adalah sekurang-kurangnya

pendidikan Strata Satu (S1) Pertanian program studi Ilmu Tanah

dengan pengalaman di bidang analisa tanah minimal 4 tahun.

4. Chief Surveyor

Kualifikasi untuk chief surveyor dan pemetaan sekurang-

kurangnya pendidikan starta satu (S1) Teknik Geodesi atau

Geografi cabang keilmuan Pengeinderaan jauh dan sains

informasi georafis dan/atau surveying dengan pengalaman kerja

sesuai bidang minimal 4 tahun.

Page 255: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

149Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

C. TENAGA PENDUKUNG

1. Surveyor

Kualifikasi untuk surveyor sekurang-kurangnya pendidikan

SMA/MK dengan pengalaman kerja sesuai bidang 5 tahun.

2. Opeator CAD/GIS

Kulifikasi untuk operator (GIS, Kartografi, CAD, dsb) sekurang-

kurangnya pendidikan SMA/SMK dengan pengalaman kerja

sesuai bidang 5 tahun.

3. Administrator dan Keuangan

Kualfikasi untuk petugas adminitrasi adalah sekurang-kurangnya

pendidikan SMA/SMK dengan pengalaman kerja sesuai bidang 5

tahun dalam bidang adminitrasi proyek.

4. Operator Komputer/Typist

Kualifikasi untuk petugas Administrasi adalah sekurang-

kurangnya pendidikan SMA/SMK dengan pengalaman kerja

sebagai operator komputer.

Gambar 5.23. Struktur Organisasi Perusahaan

Page 256: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

150Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Page 257: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

5. PENDEKATAN, METODELOGI, DAN PROGRAM KERJA

5.1. LATAR BELAKANGMeningkatnya frekuensi kejaidan bencana di Indoenisa pada umumnya dan di

Provinsi Bali pada khususnya telah membuka mata semua pihak akan

pentingnya pertimbangan aspek kebencanaan dalam pembangunan. Kejadian

bencana termasuk di Kabupaten Karangasem telah menyadarkan semua pelaku

dan pelaksana pembangunan akan perlunya perhatian khusus pada lokasi-

lokasi yang rawan bencana, baik bencana alam maupun non alam.

Selain itu, UU No. 24 Tahun 2007 khususnya pasal 21 menyebutkan bahwa

salah satu tugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah

menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana. Dengan

kata lain, UU tersebut mengharuskan setiap pemerintah daerah mempunyai

dokumen mengenai kajian risiko bencana sebagai dasar dalam penyusunan

rencana aksi guna meminimalisir risiko dan dampak negatif jika terjadi bencana.

Salah satu aspek penting dalam kajian tersebut adalah informasi lokasi-lokasi

yang memiliki kerawanan dan risiko bencana tinggi dengan melakukan kegiatan

pemetaan risiko bencana.

Dari telaah tim ahli yang tergabung dalam penyusunan Rencana

Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD) Kabupaten Karangasem dengan

melihat kondisi alam, sosail, ekonomi, dan budaya di Kabuoaten Karangasem

tercatat ada 21 (dua puluh satu) potensi ancaman bencana yang terjadi di

Kabupaten Karangasem yakni Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor,

Kekeringan, Badai/Angin Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung,

Kebakaran, Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama

Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan Liquifikasi.

Atas pertimbangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Karangasem pada tahun

anggaran 2013 ini mengakibatkan anggaran untuk melaksanakan kegiatan

penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu.

Melalui kegiatan ini maka akan dihasilkan peta risiko bencana yang didasarkan

atas analisa detail ancaman, kerentanan dan kapasitas untuk seluruh jenis

bencana di setiap desa di Kecamatan Abang dan Kubu.

Page 258: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

5.2. NAMA PEKERJAANSesuai dengan yang tercantum dalam KAK, pekerjaan ini bernama PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu.

5.3. LOKASI PEKERJAANBerdasarkan KAK lokasi dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu ini adalah seluruh cakupan wilayah administratif

Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu di Kabupaten Karangasem.

5.4. JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAANKegiatan penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu akan

dilaksanakan selama 150 (seratus lima puluh) hari kalender sejak

dikeluarkannya SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja).

5.5. BIAYABiaya pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan

Abang dan Kubu adalah sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) yang

dibebankan pada biaya APBD Kabupaten Karangasem Tahun Anggaran 2013.

SKPD Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kabupaten

Karangasem.

5.6. MAKSUD DAN TUJUANa. Maksud Pekerjaan

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan peta risiko bencana

khususnya untuk di wilayah Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu

sesuai dengan standar penyusunan peta risiko bencana yang telah

ditetapkan melalui ketentuan/aturan khususnya Peraturan Kepala Badan

Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.

b. Tujuan Pekerjaan

Tujuan dari pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan

Abang dan Kecamatan Kubu adalah di antaranya untuk :

Page 259: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Tersedianya data spasial berupa peta resiko bencana masing-

masing desa untuk masing-masing jenis bencana yang telah

tertuang dalam Rencana Penanggulangan Bencana Daerah.

Tersedianya data atribut berupa analisis tingkat ancaman, analisis

tingkat kerawanan dan analisis kapasitas pada masing-masing desa

untuk masing-masing jenis bencana yang tertuang dalam RPBD.

Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan

dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko

bencana.

Di tingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan

dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan risiko

bencana.

5.7. SASARANSasaran dari pekerjaan ini diantara lain adalah :

a. Semakin meningkatnya kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat

luas mengenai pentingnya informasi bencana dalam pelaksanaan

pembangunan daerah.

b. Tersedianya informasi karakteristik ancaman, kerentaan, dan kapasitas

pada setiap lokasi, juga dapat memberikan informasi penyebab tinggi

rendahnya risiko bencana pada suatu lokasi.

c. Semakin tepatnya pemilihan tindakan yang harus dilakukan untuk

mengurangi resiko dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

5.8. RUANG LINGKUPAdapun lingkup materi dalam penyusunan peta risiko bencana di Kecamatan

Abang dan Kubu adalah :

Analisis Ancaman

Meliputi segala potensi ancaman bencanan yang berpotensi terjadi di

masing-masing desa di Kecamatan Abang dan Kubu dengan

memperhatikan klimatologi struktur geologi, topografi wilayah, sejarah

kejadian bencana, aktifitas masyarakat, dan penerapan teknologi yang

Page 260: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

berpotensi menimbulkan bencana serta hal-hal lainnya yang layak

dijadikan pertimbangan.

Analisis Kerentaan

Merupakan analisis terhadap kerentaan masyarakat yang meliputi

kemampuan perekonomian masyarakat, tingkat pendidikan dan

pemahaman masyarakat terhadap ancaman, kepdatan penduduk, potensi

penduduk terpapar bencana, serta kondisi lainnya yang berpotensi

mempersulit kemampuan masyarakat untuk mengatasi ancaman bencana

secara mandiri.

Analisis Kapasitas

Meliputi segala sumber daya yang ada dapat dimanfaatkanuntuk

mengurangi risiko yang dihadapai masyarakat.

Analisis Risiko

Merupakan perpaduan antara ancaman, kerentaan dan kapasitas yang

disusun berdasarkan pedoman yang berlaku.

Penyusunan Peta Risiko Bencana

Pemetaan didasarkan prasyarat umum penyusunan peta dengan skala

minimum 1 : 25.000 dengan komponen data hitungan jumlah jiwa terpapar

bencana (dalam jiwa), nilai kerugian harta benda dan kerusakan

lingkungan (dalam rupiah)

Legalisasi

Produk Peta Risiko Bencana Kecamatan Abang dan Kecamatan Kubu

yang bersangkutan diformulasikan ke dalam produk legal formal yang

disiapkan berupa Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang dalam

proses selanjutnya akan didorong untuk ditetapkan dengan persetujuan

DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda)

5.9. APRESIASI DAN INOVASISehubungan dengan kegiatan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangsem di

tahun 2013. CV. TRI MATRA DISAIN selaku pihak konsultan ingin memberikan

apresiasi dan inovasi terkait pekerjaan ini yang diharapkan dapat menjadi

Page 261: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

tambahan informasi dan usulan strategis yang bisa mendukung terlaksananya

pekerjaan ini.

A. APRESIASI1) Umum

Dalam pengelolaan manajeman mitigasi bencana, salah satu kegiatan

yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemetaan risiko

bencana. Bencana adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari sistem

yang ada di muka bumi, baik secara alamiah ataupun akibat ulah

manusia. Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak sekali

potensi bencana karna berdasarkan letaknya Indonesia terletak diantara

pertemuan 3 lempeng besar yaitu Lempeng Hindia-Australia, Lempeng

Eurasia dan Lempeng Pasifik. Pertemuan 3 lempeng besar ini

menjadikan Negara Indonesia memiliki fenomena alam yang komplek

mulai dari pegunungan, perbukitan dan dataran. Proses geologi

merupakan siklus di bumi dalam mencapai titik keseimbangan yang

sering menjadi fenomena ancaman seperti gempa bumi, tsunami,

longsor, banjir, angin putting beliung, dan sebagainya. Di Kabupaten

Karangasem sendiri dari telaah tim ahli yang tergabung dalam

penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD)

Kabupaten Karangasem dengan melihat kondisi alam, sosail, ekonomi,

dan budaya di Kabuoaten Karangasem tercatat ada 21 (dua puluh satu)

potensi ancaman bencana yang terjadi di Kabupaten Karangasem yakni

Gempa Bumi, Rabies, Banjir, Tanah Longsor, Kekeringan, Badai/Angin

Kencang, Letusan Gunung Api, HIV/AIDS, Flu Burung, Kebakaran,

Campak, Penyakit Tungro, Gelombang Pasang, Hama Tikus, Hama

Penggerek Batang, Padi, Konflik, Diare, Penyakit Blast, Tsunami, dan

Liquifikasi.

Pemetaan risiko bencana merupakan kegiatan yang sangat penting

sebagai benchmark dalam menyusun program dan kegiatan pengurangan

risiko bencana. Selanjutnya peta risiko bencana tersebut dapat digunakan

sebagai dasar pertimbangan perencanaan tata ruang berbasis mitigasi

bencana dan penyusunan masterplan pengurangan risiko bencana.

Page 262: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Dalam proses pemetaan risiko memerlukan penilaian dan klasifikasi

sesuai dengan karakteristik daerah kajian. Perlunya kajian pemodelan

yang tepat dalam pemetaan risiko sehingga dapat dihasilkan peta risiko

yang benar-benar sesuai dengan kondisi sebenarnya.

2) Pengertian Dasar Pemetaan RisikoSehubungan dengan penyusunan pengerjaan kegiatan PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini, terapat istilah

dan definisi terkait yang ditelaah dari peraturan-peraturan yang juga

masih berhubungan dengan kegiatan pengerjaan pendapingan ini,

diantaranya (Sumber : Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Umum Pengkajian Risiko Bencana) :

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non

alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya

korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,

dan dampak psikologis.

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian

upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang

berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,

tanggap darurat, dan rehabilitasi.

Rencana Penanggulangan Bencana adalah rencana

penyelenggaraan penanggulangan bencana suatu daerah dalam

kurun waktu tertentu yang menjadi salah satu dasar pembangunan

daerah.

Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis,

biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,

ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu

tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam,

mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk

menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

Page 263: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat

bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat

berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,

mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan

kegiatan masyarakat.

Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang

menderita atau meninggal dunia akibat bencana.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya

disingkat dengan BNPB, adalah lembaga pemerintah non

departemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya

disingkat dengan BPBD, adalah badan pemerintah daerah yang

melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah.

Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang

memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau

masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan

dalam menghadapi ancaman bencana.

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi

ancaman bencana.

Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area

yang didefinisikan oleh lokaisnya dengan sistem koordinat tertentu

dan oleh atribut non-spasialnya.

Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak

sesungguhnya dengan satuan atau teknik tertentu.

Cek Lapangan (ground check) adalah mekanisme revisi garis

maya yang dibuat pada peta berdasarkan perhitungan dan asumsi

dengan kondisi sesungguhnya.

Geographic Information System, selanjutnya disebut GIS, adalah

sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau

Page 264: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

manipulasi, analisis, dan penayangan data yang mana data

tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi.

Peta Landaan adalah peta yang menggambarkan garis batas

maksimum keterpaparan ancaman pada suatu daerah berdasarkan

perhitungan tertentu.

Tingkat Ancaman Tsunami adalah potensi timbulnya korban jiwa

pada zona ketinggian tertentu pada suatu daerah akibat terjadinya

tsunami.

Tingkat Kerugian adalah potensi kerugian yang mungkin timbul

akibat kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah

penduduk pada zona ketinggian tertentu akibat bencana.

Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk

melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat

Kerugian akibat bencana.

Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian

dengan Kapasitas Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian

dan Tingkat Ancaman akibat bencana.

Kajian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk

memberikan gambaran menyeluruh terhadap risiko bencana suatu

daerah dengan menganalisis Tingkat Ancaman, Tingkat Kerugian

dan Kapasitas Daerah.

Peta Risiko Bencana adalah gambaran Tingkat Risiko bencana

suatu daerah secara spasial dan non spasial berdasarkan Kajian

Risiko Bencana suatu daerah

3) Dasar HukumDasar hukum yang dapat digunakan dalam kegiatan Penyusunan PetaRisiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu, antara lain :

UU RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

UU RI No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

UU RI No. 17 Tahun 2006 Tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

Page 265: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

UU RI No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Wilayah

PP No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaaraan

Penanggulangan Bencana

PP No. 64 Tahun 2010 Tentang Mitigasi Bencana

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.

2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko

Bencana.

Dan peraturan-peraturan lainnya yang terkait.

4) Prinsip Pengkajian Risiko BencanaPengkajian risiko bencana memiliki ciri khas yang menjadi prinsip

pengkajian. Oleh karenanya pengkajian dilaksanakan berdasarkan :

Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada.

Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari para ahli

dengan kearifan lokal masyarakat.

Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa terpapar,

kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan.

Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan pengurangan

risiko bencana.

5) Fungsi Pengkajian Risiko BencanaPada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana digunakan

sebagai dasar untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana.

Kebijakan ini nantinya merupakan dasar bagi penyusunan Rencana

Penanggulangan Bencana yang merupakan mekanisme untuk

mengarusutamakan penanggulangan bencana dalam rencana

pembangunan.

Pada tatanan mitra pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana

digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan maupun

intervensi teknis langsung ke komunitas terpapar untuk mengurangi risiko

bencana. Pendampingan dan intervensi para mitra harus dilaksanakan

dengan berkoordinasi dan tersinkronasi terlebih dahulu dengan program

pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Page 266: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Pada tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana

digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam

rangka kesiapsiagaan seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi,

pengambilan keputusan daerah tempat tinggal, dan sebagainya.

B. INOVASIRisiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat

ancaman dan kerentanan pada suatu wilayah. Analisis risiko bencana dapat

dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah metode pemetaan

berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Dewasa ini berbagai pihak telah

mencoba untuk menyusun peta risiko bencana, belum adanya standarisasi

dalam metode penyusunan peta risiko menyebabkan setiap lembaga atau

institusi memiliki metode yang berbeda dalam penyusunan peta risiko.

Secara mendasar pemahaman tentang konsep bencana menjadi dasar yang

kuat dalam melakukan pemetaan risiko bencana yang dapat diaplikasikan

kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat ditampilkan secara

spasial dan menghasilkan peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas

dan peta risiko bencana.

Peta AncamanAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang

menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu ancaman atau bahaya

tertentu. Misalnya : Peta KRB Gunungapi Kelud, Peta KRB Gunungapi

Merapi, Peta bahaya longsor, Peta kawasan Rawan Banjir

Peta KerentaanAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang

menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada

aset-aset penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat

mengakibatkan risiko bencana. Contoh : Peta kerentanan penduduk, peta

kerentanan aset, peta kerentanan pendidikan, peta kerentanan lokasi

Peta Kapasitas

Page 267: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang

menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kapasitas tertentu yang

dapat mengurangi risiko bencana. Contoh : peta sarana kesehatan, peta alat

peringatan dini, peta evakuasi, peta pengungsian, peta jumlah tenaga medis,

peta tingkat ekonomi masyarakat.

Peta Risiko BencanaAdalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang

menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan

adanya parameter-parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada

di suatu wilayah. Contoh : peta risiko bencana banjir, peta risiko bencana

longsor, peta risiko bencana gempa.

Dalam metode análisis risiko dengan menggunakan GIS untuk menghasilkan

peta risiko, yang paling utama adalah pemilihan parameter dan indikator

masing-masing análisis risiko

1. Analisis ancaman gempa misalnya : sejarah kejadian gempa, zonasi

patahan, struktur geologi, janis batuan, geomorfologi wilayah, dll

2. Analisis ancaman banjir misalnya : peta rawan banjir, jumlah rata-rata

curah hujan, sejarah kejadian banjir, luasan wilayah yang terkena

dampak,jumlah curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, morfologi,

kemiringan lereng, densitas sungai dalam suatu DAS, dll

3. parameter ancaman longsor misalnya sejarah kejadian longsor, jenis

batuan, kemiringan lereng, morfologi, jenis tanah, curah hujan, dll

4. parameter kerentanan misalnya : jumlah penduduk, kepadatan

penduduk, kepadatan pemukiman, jumlah KK miskin, jumlah kelompok

rentan, jumlah rumah di kawasan rawan bencana, jumlah KK di

kawasan rawan bencana, jauh dekatnya pemukiman dari daerah

rawan, jumlah penduduk tidak bisa baca tulis, penggunaan lahan di

kawasan rawan, tingkat mata pencaharian,dll

5. parameter kapasitas misalnya : jumlah tenaga kesehatan, jumlah

sarana kesehatan, jumlah penduduk yang sekolah, jumlah sekolah,

desa yang punya kebijakan penanggulangan bencana, desa yang

pernah mendapat pelatihan penanggulangan bencana, keberadaan

Page 268: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

organisasi penanggulangan bencana di masyarakat, keberadaan alat

peringatan dini.

5.8. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODELOGIDalam rangka memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan dengan

bobot dan kualitas yang direncanakan sejak awal dari pekerjaan PenyusunanPeta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu ini. Uraian mengani

pendekatan dan metodelogi pekerjaan yang diterapkan akan dijelaskan pada

bagian ini. Pihak konsultan memiliki pandangan dan visi ke depan bahwa

dengan pemaparan pendekatan teknis dan metodelogi pekerjaan ini akan

meningkatkan range kualitas kerja yang ada, yang di mana pihak konsultan

dalam penguraian yang berhubungan realisaisnya di lapangan berpedoman

pada KAK yang ada.

A. PENDEKATAN TEKNIS1. Pendekatan Studi

Dalam melakukan pendekatan teknis melalui pendekatan studi, metode

yang digunakan dalam pekerjaan ini antara lain :

a. Pendekatan Keterpaduan Perencanaan dari Atas dan Bawah (Bottom-

Up Approach)

Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua pihak sejak awal,

sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah

keputusan mereka bersama, dan mendorong keterlibatan dan

komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya. Perencanaan dari

atas ke bawah sebagai penurunan kebijakan pembangunan pada

tingkat Nasional, maupun kebijakan pada tingkat regional. Di dalam

pendekatan ini maka Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu akan dilaksanakan sesuai dengan

permasalahan yang melatarbelakangi dilaksanakannya kegiatan ini.

b. Pendekatan Strategis

Dalam aplikaisnya pendekatan memperhatikan secara aspek secara

keseluruhan sebelum menetukan poin-poin utama yang menjadi

pokok permasalahan. Dari kegiatan tersebut dapat ditentukan skala

Page 269: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

prioritas sebuah permasalahan. Strategic Approach ini akan

membantu terutama dalam penyusunan kriteria maupun tolok ukur

guna kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu.

c. Pendekatan Komprehensif

Adalah pendekatan yang diawali dengan identifikasi potensi dan

permsalahan yang menjadi popok dalam wilayah kajian. Selain itu

juga memperhatikan ketersediaan sumber daya manusia yang ada,

sarana-prasarana, dan melihat kemapuan pemerintah. Pendekatan ini

bertumpu pada perencanaan yang menyeluruh dan selalu terkait

dengan sektor-sektor lain serta wilayah dengan skala lebih luas

secara regional atau nasional. Sehingga pada tahap selajutnya

didapatkan koordinasi, sikronisasi dan integrasi dengan sektor terkait.

d. Pendekatan Perencanaan yang Berkelanjutan

Pendekatan ini memperhatikan kesinambungan antara aspek

kelestarian dengan pokok kegiatan yang dilaksanakan. Pembangunan

berkelanjutan (sustainable development) ini adalah model

pembangunan yang sangat memperhatikan daya dukung alamiah

(natural support system) suatu lingkungan, aspek sosial budaya dan

ekonomi setempat. Pendekatan ini juga menekankan pada nilai

manfaat dengan memperhatikan isu-isu strategis yang mempunyai

dampak vital bagi masyarakat. Sehingga nanti pada akhirnya produk

keluaran kegiatan.

e. Pendekatan Masyarakat

Pada pendekatan ini, konsep dasarnya adalah dengan

memperhatikan upaya terencana dan sistematis yang dilakukan oleh,

untuk, dalam masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup penduduk

dalam semua aspek dalam suatu wilayah kajian. Nilai-nilai tradisional

yang positif perlu diakomodir untuk merangsang peran serta

masyarakat yang lebih besar dalam pembangunan kawasannya.

Sedangkan nilai-nilai pembangunan perlu diupayakan agar tidak

Page 270: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

berbenturan dengan nilai-nilai tradisional. Dengan begitu dalam

aplikasinya masyarakat ikut terlibat berperan serta sehingga terjadi

komunikasi yang atraktif yang tujuannya dapat menampung pendapat

dan aspirasi mayarakat dalam kegiatan Penyusunan Peta RisikoBencana di Kecamatan Abang dan Kubu.

2. Pendekatan Teoritis

Peta adalah bayangan permukaan bumi yang diperkecil yang

digambarkan dalam sebuah berdasarkan skala tertentu. Beberapa hal

yang harus dipenuhi dalam sebuah penggambaran peta adalah skala;

legenda; titik koordinat wilayah; dan arah mata angin.

a. Pengukuran Kerangka1) Pengukuran Kerangka Horisontal

Kerangka yang digunakan dalam pengukuran kerangka horisontal

adalah poligon tertutup yang diawali pada titik pasti. Data yang

dibutuhkan adalah sudut, jarak dan azimuth awal, sehingga sudut-

sudut poligon dapat dicari dari titik hasil pengukuran (setelah

dikoreksi terhadap jumlah segi-n) untuk kemudian diketahui

azimuth untuk tiap sisi poligon.

Gambar E.1. Poligon Tertutup Dengan Pengukuran Sudut Dalam

Keterangan gambar :

1,2,3,… : nomor titik

1, 2, 3,… : sudut dalam

Page 271: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

1, 2, 3, … : azimuth

Rumus dan syarat yang harus dipenuhi :

a) Syarat sudut

Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180)

Dimana ; n = jumlah titik sudut poligon

= jumlah sudut pada poligon

b) Syarat sisi

d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y

d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x

c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap.

Jika tidak ada digunakan azimuth mendatar.

d) Mengitung masing – masing garis

Rumus : x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n

Dimana : ‘n : nomor titik poligon

: sudut luar

: azimuth

Gambar E.2. Poligon Tertutup Dengan Pegukuran Sudut Luar

Keterangan gambar :

1,2,3,… : nomor titik

1, 2, 3,… : sudut dalam

1, 2, 3, … : azimuth

Page 272: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Rumus dan syarat yang harus dipenuhi :

a) Syarat sudut

Jumlah sudut poligon = ((n-1)*180)

Dimana ;

n = jumlah titik sudut poligon

= jumlah sudut luar poligon

b) Syarat sisi

d sin = 0 ; d sin = jumlah hasil proyeksi pada sumbu y

d cos = 0 ; d cos = jumlah hasil proyeksi pada sumbu x

c) Azimuth awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap.

Jika tudak ada digunakan azimuth mendatar.

d) Mengitung masing – masing garis

Rumus :x(n-(n-1)) = x((n-1).n) - n

Dimana :

n : nomor titik poligon

: sudut luar

z : azimuth

2) Pengukuran Kerangka Vertikal

Pengukuran kerangka vertikal lebih tepat jika menggunakan

waterpass untuk menentukan selisih ketinggian di atas permukaan

bumi, dimana titik–titik tersebut dinyatakan dalam suatu bidang

referensi, pekerjaan dibagi atas :

a) Penyipatan datar untuk menunjukkan ketinggian antara 2 titik.

b) Penampang tanah pada arah memanjang dan melintang

Beda tinggi antara dua titik adalah selisih tinggi dalam ukuran

vertikal atau jarak terpendek antara dua nivo yang melalui titik

tersebut. Tampang melintang adalah tampang yang arahnya

melintang. Hal ini diperlukan untuk menghitung galian dan timbunan

tanah. Volume galian atau timbunan tanah dapat dihitung bila

diketahui luas penampang melintang serta jarak antara tampang

melintang. Tampang memanjang adalah tampang yang arahnya

memanjang, digunakan untuk menentukan ketinggian titik detail.

Page 273: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Dari hasil pengukuran didapat beda tinggi suatu titik ikat (poligon)

terhadap titik ikat lainnya. Beda tinggi yang didapat dipakai sebagai

data pada peta topografi.

3) Pengukuran Detail

Titik detail adalah semua penampakkan yang ada di permukaan

bumi baik alamiah maupun buatan manusia. Pada pengukuran ini

tidak mungkin dilakukan pengukuran detail secara lengkap. Oleh

karena itu titik detail harus diambil seselektif mungkin. Pada

pengukuran titik detail ini menggunakan theodolit yang dilengkapi

dengan kompas dan bacaan BA, BB dan BT, untuk pengukuran

pada beda tinggi dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar E.3. Pengukuran Titik

Keterangan Gambar :

A : tempat berdiri alat B : tempat berdiri rambu M : sudut miring

hi : tinggi alat h : beda tinggi BA : bacaan

benang atas

BT : bacaan benang tengah BB : bacaan benang bawah

L : BA – BB

D : jarak datar D’ : jarak miring

Dari pengukuran di lapangan diperoleh BA, BT, BB, z maka ;

L’ = L x cos m = L sin z

Page 274: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

D = L’ x F = 100 sin2z

D = D’ sin z

Beda tinggi ( h )

h = D’ cos z = 100 L sin z cos z

= 100.0,5. L (2 sin z cos z)

= 50 sin 2z L

Sehingga beda tinggi ; A-B (h)

HAB = h1 + h – BT

HB = HA +h – BT

Dengan

HB = ketinggian titik B

Pengukuran titik detail dalam praktikum ini dilakukan dengan cara

memancar seperti di bawah :

Gambar E.4. Pengukuran Detail Cara Mendatar

Pengukuran detail cara mendatar dilakukan melalui pengukuran

pada tiap-tiap titik poligon diambil tiap 45 lalu diukur azimuth, BA,

BB, BT dan zenith.

Page 275: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

4) Metode Pengukuran Beda Tinggi

Gambar E.5. Metode Barometris

Pengukuran Beda Tinggi Barometris

Barometer adalah alat untuk mengukur tekanan udara. Tekanan

udara di A adalah berat udara di A setinggi a dan tekanan udara di

B setinggi b , maka beda tinggi (h) mempunyai hubungan erat

dengan tekanan udara di A dan di B. Cara ini juga dipengaruhi

suhu, kelembaban dan gaya tarik bumi.

Gambar E.6. Metode Trigonometri

Keterangan gambar :

z = sudut zenith

m = sudut miring

s = jarak A-B

Page 276: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Pengukuran beda tinggi trigonometri

Untuk metode trigonometri diperlukan alat ukur (theodolit). Apabila

pesawat di A dan diarahkan ke B, maka dapat diukur sudut miring

dan sudut tegak (Zenith). Jika jarak mendatar antara A dan B

adalah s maka beda tinggi antara A dan B = s tan m.

Cara ini juga dipengaruhi suhu, kelembaban sehingga

menyebabkan cahaya A ke B mungkin tidak lurus melengkung

atau mengalami defleksi. Namun cara ini masih lebih baik

dibandingkan metode barometris.

Gambar E.7. Metode Sipat Datar

Pengukuran beda tinggi sifat datar

Pada beda tinggi h antara A dan B dapat ditentukan dengan

menggunakan garis mendatar dan 2 mistar dipasang di atas titik A

dan B. Angka a dan b adalah hasil pembacaan mistar atau rambu.

Garis mendatar ini dapat dihasilkan dengan menarik seutas benang

atau kawat dibantu dengan waterpass. Untuk menghindari

kelengkungan teropong dengan dilengkapi nivo di tengah-tengah

dan diusahakan garis bidik di dalam teropong dibuat sejajar dengan

garis arah nivo.

b. Notasi dan Simbol Unsur-Unsur Peta1) Kebijakan Pemerintah Tentang Tingkat Ketelitian Peta

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000

tanggal 21 Februari 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk

Penataan Ruang Wilayah, adalah salah satu peraturan

Page 277: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang.

Peraturan Pemerintah ini selain memuat ketentuan dan

pengertian mengenai peta dasar, peta wilayah, peta tematik dan

peta tata ruang, juga berisi tentang simbol dan/atau notasi unsur-

unsur peta wilayah dan simbol dan/atau notasi peta rencana tata

ruang wilayah dalam berbagai skala.

2) Penotasian dan Pemberian Simbol Pada Peta Skala 1: 10.000

Pada survey dan pemetaan untuk pembuatan peta dasar dan

peta citra satelit Kec. Kuta Kab. Badung melalui pemanfaatan

citra satelit, peta yang digunakan berskala 1 : 10.000. Notasi dan

simbol yang digunakan dibedakan berdasarkan kelompok dan

karakteristik variabel yang ditampilkan dalam suatu peta (Tabel

E.1 dan Tabel E.2).

c. Perhitungan dan Penggambaran peta1) Perhitungan

Alat perhitungan dalam pengukuran peta terdiri dari berbagai

macam alat, yaitu:

a) Theodolit Manual

Digunakan untuk menembak titik-titik pada azimuth, sudut–sudut

istimewa dan titik–titik kritis. Tujuannya untuk menggambar

kondisi kontur pada lokasi tersebut. Pada waktu menembak suatu

titik, kita membaca bacaan benang atas (BA), bacaan benang

tengah (BT) dan bacaan benang bawah (BB), dimana 2 BT = BA

+BB.

b) Digital Theodolit (DT)

Digunakan untuk menghitung sudut dalam () suatu poligon dan

jarak dari satu patok ke patok lain.

c) Waterpass

Digunakan untuk mengukur jarak dan beda tinggi antar patok

dengan cara menempatkan waterpass di tengah-tengah antara 2

patok kemudian menembak dua patok itu di muka dan di

Page 278: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

belakang alat. Pembacaan alat yaitu berupa bacaan benang atas

(BA), bacaan benang tengah (BT), bacaan benang bawah (BB).

Untuk pengukuran melintang pada waterpass terbatas pada

azimuth /2 dan azimuth (/2 +180) yang diukur adalah jarak

terhadap alat ketinggian di atas titik O. tujuanya untuk

penggambaran posisi melintang sehingga terlihat dengan jelas

ketinggian tanahnya.

2) Metode Penggambaran

Dalam penggambaran sebuah peta dapat dilakukan dengan

menggunakan metode manual atau dengan metode digital

(komputer). Penggambaran dengan metode manual dapat dilakukan

dengan :

a) Membuat grade pada kertas .

b) Menentukan letak patok atau koordinat poligon pada grade.

c) Membuat poligon tertutup.

d) Menentukan titik detail (pojok bangunan)

e) Membuat garis kontur dengan interpolasi data dari hasil

perhitungan pengukuran memancar.

f) Mencocokan hasil gambar dengan data-data hasil perhitungan

pengukuran

Sedangkan penggambaran dengan metode digital sepenuhnya

dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer dan software

yang aplikatif.

Saat ini komputer bukan hanya sekadar alat bantu, tapi alat utama

untuk melakukan aktivitas pengolahan dan visualisasi data geologi,

baik dari penyimpanan, pengolahan dan penggunaan ulang suatu

data. Dalam dunia kartografi (khususnya peta geologi) peta digital

menjadi peta standard untuk penyimpanan data, karena tidak

membutuhkan biaya yang besar untuk menyimpan dan

mengelolanya. Di samping diperlukan waktu ekstra jika disimpan

dalam format hardcopy.

Page 279: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

Pada proses pengolahan data, komputer memberikan jaminan

akurasi dan kecepatan. Tidak dibutuhkan waktu berhari-hari untuk

menggambar suatu peta atau mengolah suatu data. Kesalahan

rambatan dan kesalahan akibat manusia dapat dikurangi atau

dihindari.

Dalam ilmu kebumian, komputer sudah bukan merupakan barang

yang asing. Pemrosesan data geologi (perhitungan, modeling, dan

visualisasi) akan menjadi cepat jika dilakukan dengan komputer.

Saat ini komputer untuk pengolahan data geologi dapat dijumpai

mulai dari komputer pribadi sampai komputer setingkat mainframe

bahkan jika tidak punya uang yang cukup bisa dengan komputer

cluster. Komputer cluster banyak dipakai untuk menggantikan

superkomputer, karena dari segi harga superkomputer sangat

mahal. Dalam dunia ilmu kebumian, komputer cluster dapat

digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang besar dan

cepat misalnya untuk aplikasi GIS atau pengolahan citra.

Beberapa masalah geologi yang dapat dilakukan dengan kemputer

adalah sebagai berikut :

Pengambilan data (pemetaan secara langsung di lapangan).

Penyimpanan dan manajemen data

Pengolahan dan manipulasi data

Menampilkan/memvisualisasikan data

Dengan adanya notebook atau laptop pengambilan data dan

pemetaan langsung di lapangan dapat dilakukan, baik dari

pemetaan peta dasar sampai pemetaan geologi detail. Keunggulan

pemetaan yang dibantu dengan komputer antara lain, akurasi

pengeplotan menjadi lebih tepat apalagi jika dibantu dengan GPS.

Pengeplotan data koordinat dapat dilakukan secara otomatis

sehingga tidak diperlukan waktu tambahan untuk memindahkan data

lapangan ke atas kertas atau komputer pribadi. Data tambahan di

Page 280: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

luar peta geologi dapat di simpan sesuai dengan program yang

digunakan (lebih baik dalam format DWG atau ASCII).

Proses penyimpanan dan manajemen data menjadi hal yang penting

ketika kita akan memakai kembali atau membuat database dari data

yang telah diambil. Data yang disimpan dalam format hardcopy akan

membutuhkan waktu yang cukup banyak jika akan digunakan

kembali untuk membuat suatu analisis, misalnya dibutuhkan waktu

untuk mendigitize dan memasukkan data ulang. Ini suatu pekerjaan

yang tidak efisien. Data yang disimpan dalam format digital dapat

dikelola sesuai keinginan kita, apakah dengan klasifikasi data,

penambahan data atau menghapus data yang sudah tidak valid.

Data digital dapat diolah dan dimanipulasi sesuai dengan

pendekatan metode yang digunakan. Penerapan metode terntentu

untuk suatu data harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu prinsip dari

metode yang digunakan dan proses pengambilan data. Kadang kala

suatu metode menjadi tidak tepat kalau digunakan untuk

menganalisis data tertentu yang pengambilannya tidak

mendasarkan prinsip pada metode yang digunakan. Sebagai

contoh, pada pembuatan peta kontur yang dikenal ada 2 macam tipe

penggridan (tiangulasi dan grid). Pada data yang tersebar sangat

acak atau terkonsentrasi akan menghasilkan peta kontur yang tidak

representatif jika dilakukan dengan grid, tapi akan lebih baik jika

dilakukan dengan metode triangulasi. Begitu juga dalam metode grid

yang paling tidak ada 5 macam metode grid. Kesalahan pemilihan

metode akan menghasilkan visualisasi yang tidak representatif.

Terdapat banyak sekali metode analisis data yang dapat dipakai

untuk geologi, tergantung bidang. Sebagai contoh untuk bidang

petrologi dikenal ada beberapa macam program normatif, misalnya

CIPW untuk analisis normatif batuan beku, lpnorm yang

menggunakan prinsip Linear Programming dapat dipakai untuk

semua jenis batuan, sednorm untuk batuan sedimen yang

menggunakan prinsip kedewasaan mineral (urutan perhitungan

berdasarkan kekuatan mineral), moduscalc yang menggunakan

Page 281: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

prinsip Niggli molekular, dan mesonorm untuk menghitung normatif

batuan metamorf (metamorf tingkat tinggi).

B. METODELOGI

C. sadad

Page 282: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

152Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Dalam pekerjaan kegiatan Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu jangka waktu yang diberikan KAK adalah selama 5 (lima) bulan

atau 150 hari kerja. Dalam rentang waktu yang diberikan KAK tersebut, konsultan

menindak lanjuti dengan kegiatan penyusunan jadwal pelaksanaan pekerjaan, yang

dimana dimaksud sebagai acuan dalam pengerjaan aplikasinya. Yang diharapkan

dapat berjalan secara lancar, tepat waktu, dan sesuai dengan harapan yang

direncanakan.

Penyusunan jadwal kegiatan merupakan suatu seni manajemen waktu, yang dimana

memerlukan keterampilan dalam mengatur kegiatan agar dapat berjalan seiraman

dengan waktu yang disediakan. Dalam jadwal pelaksanaan, koordimasi dan

komunikasi menjadi hal utama dan dasar yang harus diterapkan pihak-pihak terkait

guna tercipta kekonsistenan anatar jadwal pelaksanaan yang disusun dengan

kenyataan aplikasinya.

Ketepatan waktu dengan hasil yang maksimal menjadi tujuan utama dari

penyusunan jadwal kegiatan. Dalam pekerjaan pendampingan ini, jadwal

pelaksanaan tersaji dalam Tabel 6.1 berikut :

Page 283: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

153Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Tabel 6.1 Jadwal Pelaksanaan KegiatanPenyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu

No. Kegiatan

Bulan ke-

KetI II III IV V

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

I Tahapan Kegiatan

1 Tahap Persiapan

Studi Literatur

Persiapan Dasar

Persiapan Survei Primer

Persiapan Survei Sekunder

2 Tahap Kegiatan Survei

Survei Primer

Survei Sekunder

3 Pengumpulan Data

4 Kegaiatan Analisa

II Tahap Pembahasan

1 Laporan Pendahuluan

2 Konsep Laporan Akhir

Page 284: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

154Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

3 Laporan Akhir

III Keluaran

1 Laporan Pendahuluan

2 Konsep Laporan Akhir

3 Laporan Akhir

4 Album Peta

Page 285: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

155Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Jadwal penggunaan sarana dan prasarana pendukung diperlukan juga selain jadwal

pelaksanaan kegiatan, dimana sarana pendukung ini dapat digunakan untuk

mempermudah dan memperlancar pekerjaan.

Dalam melaksanakan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu ini, Konsultan menggunakan fasilitas dan sarana pendukung yang

diperlukan sebagai pendukung dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, yang pada

dasarnya telah disesuaikan dengan persyaratan yang tertuang dalam kerangka

acuan kerja. Uraian mengenai fasilitas dan sarana yang digunakan oleh Konsultan

dalam pelaksanaan pekerjaan ini disajikan sebagai berikut.

Konsultan akan menyediakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk

menunjang pekerjaan ini, yang meliputi antara lain :

1. Sistem komputer (computer dan printer)

Alat ini digunakan untuk membantu dalam proses pengolahan data

penggambaran.

2. Peralatan studio/kantor, terdiri dari:

a) Alat komunikasi

b) ATK (kertas, tinta printer, CD dan alat warna)

3. Transportasi, terdiri dari:

a) Kendaraan roda 4

b) Kendaraan roda 2

Untuk menunjang pekerjaan studi diperlukan peralatan kantor seperti meja tulis,

kursi, meja gambar, komputer dan sebagainya. Daftar dan jadwal penggunaan

peralatan ditunjukkan pada Tabel 7.1 berikut.

Page 286: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

156Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Tabel 7.1. Daftar dan Jadwal Penggunaan PeralatanPenyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu

No. Kegiatan Jumlah Satuan

Bulan ke-

I II III IV V

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

A Peralatan Kantor dan Studio

1. ATK 1 Bulan

2. Telepon dan Fax 1 Bulan

3. Komputer 3 Unit / Bulan

4. OM dan Printer 3 Unit / Bulan

B Tranportasi

1 Kendaraan Roda 4 1 Unit / Bulan

2 Kendaraan Roda 2 1 Unit / Bulan

Page 287: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

157Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Dalam kegiatan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana di KecamatanAbang dan Kubu keberadaan tenaga ahli merupakan hal vital pendukung

terselenggaranya kegiatan ini. Selain tenaga ahli, kegiatan ini juga di dukung oleh

asisten tenaga ahli dan tenaga pendukung. Koordinasi diantara para tim, baik

diantara sesama tenaga ahli, asisten tenaga ahli, dan tenaga pendukung adalah

sesuatu yang menjadi ujung tobak berjalannya kegiatan dengan tepat waktu.

Adapun susunan tim tenaga ahli beserta tenaga pendukung lainnya yang ada di

kegiatan ini antara lain :

Tenaga Ahli

Geodesi (Team Leader)

Ahli Remote Sensing

Ahli Ekonomi Wilayah

Ahli Tanah

Ahli Klimatologi

Ahli Planologi

Ahli Sosial Ekonomi

Asisten Tenaga Ahli

Asisten Ahli Geodesi

Asisten Ahli Remote Sensing

Asisten Ahli Tanah

Chief Surveyor

Tenaga Pendukung

Tenaga Administrasi

Operator Komputer

Surveyor

Operator CAD/GIS

Page 288: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

158Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Supir

Secara rinci mengenai komposisi tugas dan personil diperlihatkan pada Tabel 8.1

berikut :

Page 289: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

159Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Tabel 8.1 Komposisi Tugas dan PersonilPenyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu

Nama Personil Perusahaan Tenaga AhliLokal/Asing

LingkupKeahlian

PosisiDiusulkan

Uraian PekerjaanJumlahOrangBulan(OB)

TENAGA AHLI

Ir. Azam MuhammadyPT. WARTHA

BAKTIMANDALA

TENAGA AHLILOKAL

BidangGeodesi

Ahli Geodesi(Team Leader)

Mengkoordinir seluruh aktifitas Tim dalam

mengelola seluruh kegiatan lapangan dan

kantor.

Bertanggung jawab terhadap Pemberi

Pekerjaan yang berkaitan terhadap kegiatan

tim pelaksana pekerjaan dan pelaksanaan

pekerjaan yang berlangsung saat ini.

Membuat schedule kegiatan pekerjaan.

Memonitor progress pekerjaan yang

dilakukan tenaga ahli.

Mengarahkan seluruh anggota team dalam

menyiapkan laporan yang diperlukan.

Mengkaji ulang serta pengecekan

keseluruhan hasil pekerjaan yang telah

dilaksanakan.

Melaksanakan presentasi dengan direksi

pekerjaan dan instansi terkait.

5

Page 290: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

160Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan.

Ir. Atip Supriyatna, STPT. WARTHA

BAKTIMANDALA

TENAGA AHLILOKAL

BidangRemoteSensing

Ahli RemoteSensing

Menyiapkan peta dasar untuk penyusunan

peta tematik

Menentukan perangkat lunak yang sesuai

untuk diaplikasikan pada kegiatan

Melakukan koordinasi pada Team Leader

dalam pelaksanaan laporan-laporan.

Analisis dan dokumentasi wilayah kajian

melalui penyajian peta kondisi eksisting.

Tranfering data digital untuk menghasilkan

database dengan program khusus GIS.

Menyajikan peta dengan struktur interpretasi

wilayah kajian.

4

Lita Nurcita, S.SiPT. WARTHA

BAKTIMANDALA

TENAGA AHLILOKAL

Bidang Tanah Ahli Tanah Menganalisis kelayakan kondisi dan struktur

tanah di lokasi kajian.

Menganalisis kontur dan profil tanah di

wilayah kajian.

Melakukan koordinasi pada Team Leader

dalam pelaksanaan laporan-laporan.

4

Hafizh Ali, S.SiPT. WARTHA

BAKTIMANDALA

TENAGA AHLILOKAL

BidangKlimatologi

AhliKlimatologi

Menginvetarisasi data-data yang terkait

klimatologi untuk keperluan kegiatan.

4

Page 291: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

161Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Mengalisa data-data terkait klimatologi.

Bertanggung jawab langsung pada

temaleader.

Melakukan koordinasi pada Team Leader

dalam pelaksanaan laporan-laporan.

Anni Marryam S, STPT. WARTHA

BAKTIMANDALA

TENAGA AHLILOKAL

BidangPlanologi

AhliPlanologi

Melakukan inventarisasi kelembagaan serta

kebijakan dan peraturan – peraturan.

Inventarisasi tata guna lahan sesuai dengan

perundang-undangan sesuai dengan

kebutuhan kajian.

Melakukan analisa terkait tata guna lahan dan

kelembagaannya untuk kepentingan kegiatan.

Melakukan koordinasi pada Team Leader

dalam pelaksanaan laporan-laporan.

4

Drs. I Putu Suyasa, SEPT. WARTHA

BAKTIMANDALA

TENAGA AHLILOKAL

Bidang SosialEkonomi

Ahli SosialEkonomi

Menganalisis kelayakan ekonomi dari

kegiatan perekonomian masyarakat pada

wilayah kajian.

Menganalisis peluang dan hambatan ekonomi

makro dan mikro di wilayah kajian.

Menganalisis keunggulan dan kelemahan

budaya masyarakat di wilayah kajian.

Merumuskan model-model rekayasa sosial

4

Page 292: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

162Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

yang dapat diterapkan dalam upaya

penyelesaian kegiatan.

Ni Nyoman Ayu Wartini, SHPT. WARTHA

BAKTIMANDALA

TENAGA AHLILOKAL

BidangHukum

Ahli Hukum Ahli hukum berperan dalam mengkaji

dokumen-dokumen produk hukum terkait

kegiatan pendampingan.

4

ASISTEN TENAGA AHLI

To Be NamedPT. WARTHA

BAKTIMANDALA

TENAGA AHLILOKAL

BidangGeodesi

Asisten AhliGeodesi

membantu peran ahli geodesi dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

4

To Be NamedPT. WARTHA

BAKTIMANDALA

TENAGA AHLILOKAL

BidangRemoteSensing

Asisten AhliRemoteSensing

membantu peran ahli remote sensing dalam

mengelola produk-produk hukum terkait kegiatan

pengelolaan.

4

To Be NamedPT. WARTHA

BAKTIMANDALA

TENAGA AHLILOKAL

Bidang Tanah Asisten AhliTanah

membantu peran ahli tanah dalam mengelola

produk-produk hukum terkait kegiatan

pengelolaan.

4

To Be NamedPT. WARTHA

BAKTIMANDALA

TENAGA AHLILOKAL

Surveyor ChiefSurveyor

Membantu para ahli dalam pengkoordinasian

pengumpulan data dan keperluan lainnya yang

terjadi di lapangan.

3

Page 293: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

163Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

TENAGA PENDUKUNG

To Be Named PT. WARTHABAKTI

MANDALA

TENAGA AHLILOKAL

BidangAdministrasi

Administrasi Bertanggung jawab atas hal-hal bersifat

administratif yang berhubungan dengan kegiatan

pendampingan.

5

To Be Named PT. WARTHABAKTI

MANDALA

TENAGA AHLILOKAL

BidangOperatorKomputer

OperatorKomputer

Membantu operasional keperluan kegiatan

pedampingan dengan perangkat komputerisasi.

5

To Be Named PT. WARTHABAKTI

MANDALA

TENAGA AHLILOKAL

BidangOperatorCAD/GIS

OperatorKomputer

Membantu operasional keperluan dalam hal

penggambaran dan pemetaan penggunaan sistem

GIS/CAD.

5

To Be Named PT. WARTHABAKTI

MANDALA

TENAGA AHLILOKAL

BidangOperatorCAD/GIS

OperatorKomputer

Membantu operasional keperluan dalam hal

penggambaran dan pemetaan penggunaan sistem

GIS/CAD.

5

To Be Named PT. WARTHABAKTI

MANDALA

TENAGA AHLILOKAL

Supir Supir Membantu mobilasasi segala bentuk kegiatan

yang berhubungan dengan transportasi.

5

To Be Named PT. WARTHABAKTI

MANDALA

TENAGA AHLILOKAL

Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan

lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun

ke lapangan demi kelengkapan keperluan data

untuk kegiatan.

5

Page 294: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

164Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

To Be Named PT. WARTHABAKTI

MANDALA

TENAGA AHLILOKAL

Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan

lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun

ke lapangan demi kelengkapan keperluan data

untuk kegiatan.

5

To Be Named PT. WARTHABAKTI

MANDALA

TENAGA AHLILOKAL

Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan

lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun

ke lapangan demi kelengkapan keperluan data

untuk kegiatan.

5

To Be Named PT. WARTHABAKTI

MANDALA

TENAGA AHLILOKAL

Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan

lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun

ke lapangan demi kelengkapan keperluan data

untuk kegiatan.

5

To Be Named PT. WARTHABAKTI

MANDALA

TENAGA AHLILOKAL

Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan

lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun

ke lapangan demi kelengkapan keperluan data

untuk kegiatan.

5

To Be Named PT. WARTHABAKTI

MANDALA

TENAGA AHLILOKAL

Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan

lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun

ke lapangan demi kelengkapan keperluan data

5

Page 295: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

165Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

untuk kegiatan.

To Be Named PT. WARTHABAKTI

MANDALA

TENAGA AHLILOKAL

Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan

lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun

ke lapangan demi kelengkapan keperluan data

untuk kegiatan.

5

To Be Named PT. WARTHABAKTI

MANDALA

TENAGA AHLILOKAL

Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan

lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun

ke lapangan demi kelengkapan keperluan data

untuk kegiatan.

5

To Be Named PT. WARTHABAKTI

MANDALA

TENAGA AHLILOKAL

Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan

lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun

ke lapangan demi kelengkapan keperluan data

untuk kegiatan.

5

To Be Named PT. WARTHABAKTI

MANDALA

TENAGA AHLILOKAL

Surveyor Surveyor Membantu dalam melakukan survey/ kegiatan

lainnya yang berhubungan dengan kegiatan terjun

ke lapangan demi kelengkapan keperluan data

untuk kegiatan.

5

Page 296: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

178Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Dalam menunjang pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu ini mobilisasi tenaga profesional oleh pihak

konsultan selama 5 (lima) bulan atau 150 hari kerja dengan berbagai disiplin ilmu

yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan ini nantinya. Selain itu, tim

konsultan juga akan memobilisasi tenaga pendukung, yang akan mendukung tenaga

profesional dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kebutuhan mobilisasi

tenaga penunjang akan selalu memperimbangkan kebutuhan tenaga profesional.

Komposisi tim berserta jangak waktu pekerjaan antara lain :

Tenaga Ahli

Ahli Geodesi (Team Leader) → 5bulan

Ahli Remote Sensing → 4 bulan

Ahli Tanah → 4 bulan

Ahli Klimatologi → 4 bulan

Ahli Planologi → 4 bulan

Ahli Sosial Ekonomi → 4 bulan

Ahli Hukum → 4 bulan

Asisten Tenaga Ahli

Asisten Ahli Geodesi → 4 bulan

Asisten Ahli Remote Sensing→ 4 bulan

Asisten Ahli Tanah→ 4 bulan

Chief Surveyor → 3 bulan

Tenaga Pendukung

1 orang Tenaga Administrasi → 5 bulan

1 orang Operator Komputer → 5 bulan

1 orang Supir → 5 bulan

1 orang Operator Komputer → 4 bulan

Page 297: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

179Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

2 orang Operator GIS/CAD → 5 bulan

10 orang surveyor → 3 bulan

Pemberi kerja senantiasa akan memberikan instruksi/perintah kerja, serta

menyetujui hasil pekerjaan yang dihasilkan konsultan. Untuk itu, penugasan Personil

Tim Konsultan disusun berdasarkan jenis dan macam pekerjaan yang tersurat

didalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Tim didukung sepenuhnya oleh semua

fungsional dari PT. Warta Bakti Mandala.

Berdasarkan pengalaman konsultan dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan

sejenis, diperlukan pengaturan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Hubungan kerjasama

antar personil, serta koordinasi pelaksanaan pekerjaan berperan penting dalam

menghasilkan kualitas kerja yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu,

diperlukan pula pengaturan jadwal pelaksanaan penugasan personil dan sampai

sejauh mana keterlibatan masing-masing personil terhadap kegiatan pekerjaan ini,

agar dapat dicapai suatu pola tata koordinasi pelaksanaan pekerjaan secara baik.

Untuk lebih jelasnya dipaparkan dalam Tabel Jadwal Penugasan Personil tim

konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan dan nama personil tenaga profesional yang

terlibat secara langsung dalam kegiatan ini.

Page 298: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

180Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Tabel 9.1 Jadwal Penugasan PersonilPenyusunan Peta Risiko Bencana di Kecamatan Abang dan Kubu

No. Kegiatan Jabatan Yang

Diusulkan

Bulan ke-

Oran

g/

Bula

n

I II III IV V

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

I Tenaga Ahli

1 Ir. Azam Muhammady Team Leader 5

2 Ir. Atip Supriyatna, ST Ahli Remote Sensing 4

3 Lita Nurcita, S.Si Ahli Tanah 4

4 Hafizh Ali, S.Si Ahli Klimatologi 4

5 Anni Maryam S, ST Ahli Planologi 4

6 Drs. I Putu Suyasa, SE Ahli Sosial Ekonomi 4

7 Ni Nyoman Ayu Wartini, SH Ahli Hukum 4

II Asisten Tenaga Ahli

1 To Be Named Asisten Ahli Geodesi 4

2

To Be Named

Asisten Ahli Remote

Sensing

4

3 To Be Named Asisten Ahli Tanah 4

Page 299: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

181Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

4 To Be Named Chief Surveyor 3

III Tenaga Penunjang

1 To Be Named Surveyor 3

2 To Be Named Surveyor 3

3 To Be Named Surveyor 3

4 To Be Named Surveyor 3

5 To Be Named Surveyor 3

6 To Be Named Surveyor 3

7 To Be Named Surveyor 3

8 To Be Named Surveyor 3

9 To Be Named Surveyor 3

10 To Be Named Surveyor 3

11 To Be Named Operator GIS/CAD 5

12 To Be Named Operator GIS/CAD 5

13 To Be Named Adminitrasi dan

Keuangan

5

14 To Be Named Operator Komputer 5

15 To Be Named Supir 5

Total 101

Page 300: Ustek Pemetaan Rawan Bencana Kubu-Abang

182Penyusunan Peta Risiko Bencana diKecamatan Abang dan Kubu

PT. WARTHA BAKTI MANDALAKonsultan Perencana Dan Pengawas

Dokumen Usulan Teknis untuk pelaksanaan pekerjaan “Penyusunan Peta RisikoBencana di Kecamatan Abang dan Kubu “, sebagai bentuk penawaran teknis dari

konsultan dalam upaya penanganan pekerjaan tersebut diatas. Dalam hal ini konsultan

PT. Warta Bakti Mandala apabila nantinya dipercaya untuk menangani pekerjaan ini

maka akan bekerja berdasarkan lingkup pekerjaan sesuai dengan Kerangka Acuan

Kerja (KAK) pekerjaan tersebut. Konsultan PT. Warta Bakti Mandala berkeyakinan

“sanggup dan mampu” untuk melaksanakan pekerjaan tersebut apabila diberi

kepercayaan berdasarkan dokumen usulan teknis yang kami tawarkan.

Dengan dukungan Tenaga Ahli yang kami usulkan dengan kualifikasi dan

pengalaman kerja di bidang perencanaan pengembangan dan pengelolaan sumber

daya air khususnya pembangunan sistem penyediaan air baku. Dengan berbekal

keahlian masing-masing tenaga ahli yang kami usulkan dan telah memiliki sertifikat

keahlian, maka dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas dapat diselesaikan

dengan tepat waktu dan mutu pekerjaan sesuai dengan yang diminta dalam KAK.