rantau buletin edisi 72 juli 2011email

Upload: kontjoe

Post on 07-Jul-2015

101 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BuletinB A D A N P E L AK S A N A K E G IA T A N U S A H A H U L U M I N YA K D AN G A S B U M I

NO. 72, JULI 2011

EDITORIAL

hal. 2

TOKOH

hal. 10

COMDEV

hal. 14

SAMBIL MENYELAM MINUM AIRJudul ungkapan di atas tepat menggambarkan apa yang sedang dilakukan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS).Johannes Widjonarko, Deputi Umum BPMIGAS

SDM BPMIGAS JANGAN TERKOTAK-KOTAK

PHE ONWJ TINGKATKAN EKONOMI NELAYAN

Gedung Wisma Mulia, Jl. Gatot Subroto No. 42, Jakarta 12710 http://www.bpmigas.go.id

EDIT OR IA L

SAMBIL MENYELAM MINUM AIRJudul ungkapan di atas tepat menggambarkan apa yang sedang dilakukan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS). Tugas utama sebagai pengawas dan pengendali kegiatan operasional hulu migas adalah menambah cadangan dengan eksplorasi, dan meningkatkan produksi. Salah satu, upaya peningkatan produksi dilakukan BPMIGAS dengan mendorong kontraktor kontrak kerja sama (KKS) untuk menerapkan teknologi lanjutan untuk mengangkat minyak (enhanced oil recovery/EOR). Dorongan, bahkan paksaan BPMIGAS untuk penerapan EOR bukan tanpa dasar. Kontribusi fase produksi tertier (EOR) masih 22 persen atau lebih rendah ketimbang fase sebesar 47 persen dan sekunder 31 persen. Beberapa negara telah berhasil menerapkan EOR. Contohnya di lapangan Daqing, di Cina, dengan operator Petrochina. Dengan injeksi polymer, produksi dapat dipertahankan relatif konstan sebesar satu juta barel per hari selama kurang lebih 30 tahun. Sebelum polymer, Petrochina melakukan injeksi air dan optimisasi. Teknologi EOR terus berkembang. Semakin terkini, semakin tinggi faktor recoverynya. Penerapan EOR adalah proyek jangka panjang, tidak instan meningkatkan produksi. Dibutuhkan teknologi dan pendanaan yang tidak sedikit. Efisiensi dan efektivitas program juga harus diperhitungkan agar penerapan teknologi ini tidak membengkakkan biaya secara signifikan. Jangan sampai produksi yang dihasilkan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. BPMIGAS tidak berhenti dengan upaya menambah cadangan dan peningkatan produksi. Tugas sampingan mewujudkan industri hulu migas sebagai salah satu lokomotif perekonomian nasional terus dijalankan. Badan pelaksana mendukung penuh penerapan asas cabotage di sektor hulu migas. Selama ada kemampuan industri pelayaran nasional, kapal penunjang hulu migas diusahakan berbendera nasional. Apalagi, potensi kegiatan di lepas pantai di masa mendatang sangat besar. Namun, BPMIGAS sadar betul, kapasitas pelayaran nasional belum menjangkau kapal-kapal jenis tertentu seperti kapal survei, pemboran, kontruksi lepas pantai, dan penunjang operasi lepas pantai. Pasalnya, kapalkapal tersebut mengerjakan jasaNo . 7 2 - Ju li 2 0 11

menggunakan peralatan khusus, membutuhkan teknologi tinggi, modal sangat besar, pasaran yang bersifat global, dan jangka waktu kontrak yang singkat. Untuk menyelesaikan masalah ini dibutuhkan koordinasi dan komunikasi intensif dari pihak-pihak terkait. Pemerintah seharusnya memberikan fasilitas pembiayaan, insentif pajak, serta kemudahan persyaratan lelang. Fasilitasi kemitraan kontrak jangka panjang antara konsumen barang dan pemilik kapal juga harus dilakukan. Di sisi lain, pengusaha pelayaran nasional harus memperbaiki kualitas, penyelesaian pekerjaan tepat waktu, serta harga yang bersaing. Tanpa itu semua, harapan pelayaran nasional menjadi tuan rumah di negeri sendiri hanya angan-angan.

Buletin edisi 72 : Juli 2011Redaksi menerima masukan artikel yang dikirim melalui: Email : [email protected] [email protected] Redaksi : DINAS HUMAS & HUBUNGAN KELEMBAGAAN BPMIGAS

Gedung Wisma Mulia Jl. Gatot Subroto No. 42, Jakarta 12710 http://www.bpmigas.go.id

2

L AP O RAN UT AM A

WUJUDKAN KEMANDIRIAN MELALUI ASAS CABOTAGEIndustri hulu minyak dan gas bumi (migas) sejak awal mendukung kebijakan asas cabotage. Kebijakan yang mewajibkan penggunaan bendera Indonesia bagi kapal-kapal yang berlayar di perairan Indonesia (saham mayoritas, minimal 51 persen, harus dimiliki perusahaan Indonesia). Buktinya, sejak didengungkan pada tahun 2005 melalui Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional, kapal berbendera Indonesia yang dioperasikan dalam kegiatan hulu migas terus bertambah. Hingga Juni 2011, tercatat 96 persen atau 582 kapal dari total 606 kapal pendukung sektor hulu migas telah berbendera Indonesia. Hanya empat persen atau 24 kapal asing yang beroperasi di Indonesia. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2010 yang mencatat 90 persen dari 556 kapal berbendera Indonesia, sisanya asing. Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS), R. Priyono mengakui, mesti mayoritas, peran kapalkapal berbendera Indonesia belum signifikan di kegiatan hulu migas. Pasalnya, kegiatan utama seperti survei seismik dan pemboran masih didominasi kapal asing. Jumlah kapal berbendara asing memang kecil, tapi peranan untuk menunjang eksplorasi dan produksi migas sangat vital, katanya saat sosialisasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2011 dan Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 48 Tahun 2011 di Jakarta pada Rabu, 15 Juni 2011 lalu. PP Nomor 22 Tahun 2011 tentang Angkutan Perairan dan Permenhub Nomor 48/ 2011 tentang tata cara dan persyaratan pemberian izin penggunaan kapal asing untuk kegiatan lain yang tidak termasuk mengangkut penumpang dan/atau angkutan barang dalam kegiatan angkutan laut dalam negeri. Priyono mencontohkan, kapal survei lepas pantai untuk kegiatan survei seismik, geofisika, dan geoteknik, serta kapal pemboran, seperti jack-up rig, swamp barge rig, tender assist rig, semi submersible rig, dan deep water drill ship. Begitu pula dengan kapal-kapal konstruksi lepas pantai yang memiliki fasilitas derrick, crane, pipe and cable laying, dan subsea umbilical riser flexible (SURF) laying, serta kapal penunjang semisal anchor handling tug supply vessel dengan kemampuan lebih dari 5000 BHP yang dilengkapi fasilitas Dynamic Position (DP2/DP3), platform supply vessel, serta Diving Support Vessel (DSV). Jenis kapalkapal tertentu pendukung industri hulu migas tersebut sangat sulit disediakan pengusaha pelayaran Indonesia, katanya. Dia mengatakan, terbatasnya kapal-kapal khusus berbendera Indonesia tersebut dikarenakan dibutuhkan investasi dan teknologi tinggi. Ketersediaan di dunia yang terbatas dan penggunaan secara worldwide membuat pemilik kapal enggan mengubah ke bendera Indonesia. Kontrak yang tersedia juga umumnya jangka pendek. Selain itu, kapasitas galangan nasional yang belum mencukupi dan perbankan nasional yang kurang mendukung. Dengan kondisi ini, pembatasan atau penghentian pengoperasian kapal-kapal penunjang migas yang masih berbendera asing tersebut sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran akan berdampak luas bagi ketahanan energi nasional. Oleh karena itu, BPMIGAS bersyukur karena berkat dukungan dan kerja sama yang baik antara DPR, Pemerintah, dan pelaku usaha, Pemerintah menerbitkan PP Nomor 22/2011 dan Permenhub Nomor 48/2011 sebagai bentuk komitmen Pemerintah menjamin keberlangsungan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas dengan memberi dispensasi bagi kapal-kapal tertentu tersebut. Dispensasi tersebut menjadi angin segar bagi Asosiasi Perminyakan Indonesia (Indonesian Petroleum Association/IPA). Dengan penerapan yang lebih fleksibel, kontraktor kontrak kerja sama (KKS) terhindar dari penghentian kegiatan, semisal produksi lapangan migas yang masih menggunakan kapal-kapal floating, storage and offloading (FSO) dan floating, production, storage, and offloading (FPSO) berbendera asing, serta pengeboran eksplorasi dan pengembangan di beberapa wilayah kerja lepas pantai. Kegiatan surveI dan proyek instalasi fasilitas produksi seperti pipa, peralatan dasar laut, anjungan produksi di lepas pantai juga tetap bisa berjalan. Tanpa dispensasi itu, IPA menghitung, dari empat perusahaan besar saja, yakni Chevron, Total EP Indonesie, ConocoPhillips, Exxon, potensi kehilangan produksi migas mencapai 196 juta barel ekuivalen minyak dalam periode 2011-2013. Perkiraan kehilangan investasi mencapai US$ 12, 57 miliar. Syukurlah, kerugian yang sebelumnya membayangi dapat dihindari, kata Iwan D. Satiagunawan, IPA Supply Chain Improvement Committee. Dispensasi tidak membuat industri hulu migas berdiam diri. BPMIGAS tetap memberikan prioritas utama kepada industri pelayaran nasional untuk berperan serta dalam kegiatan migas. Terlebih mengingat, masa depan kegiatan migas berada di lepas pantai. Priyono mengungkapkan, kebutuhan kapal penunjang kegiatan hulu migas hingga lima tahun ke depan mencapai 235 kapal. BPMIGAS berharap, asosiasi perusahaan pelayaran Indonesia (Indonesian National Shipowners Association/INSA) dan segenap potensi perkapalan

3

N o . 7 2 - J ul i 2 0 1 1

LA P OR A N U T A M Anasional dapat bekerja keras mengisi peluang yang ada. Kesempatan terbuka lebar. Sekarang tinggal kemauan dan kemampuan pengusaha dan galangan kapal dalam negeri untuk memanfaatkan peluang yang ada, kata dia. Hal senada diungkapkan Menteri Perhubungan Freddy Numberi. Dia meminta, dalam tiga tahun ke depan, asosiasi perusahaan pelayaran nasional dapat menyediakan kapal khusus penunjang hulu migas. Menurutnya, setidaknya pada 2015 Indonesia sudah memiliki empat atau lima unit kapal berskala besar untuk penunjang kegiatan migas di lepas pantai. Selama ini kapal-kapal itu dikuasai perusahaan asing. Asosiasi pelayaran nasional seharusnya tertantang, kata dia. Apalagi, Indonesia memiliki potensi dan sumber daya migas di lepas pantai cukup besar untuk dikembangkan. "Untuk menggarap potensi migas yang besar itu, mengapa harus menggunakan kapal asing?" katanya. yang khusus tidak bisa hanya bermain di dalam negeri. Untuk itu, dia meminta kepada asosiasi pelayaran nasional untuk mengembangkan bisnis pelayaran di mancanegara agar kapal-kapal berbendera Merah Putih dapat dioptimalkan. Berdasarkan data Gabungan Perusahaan Nasional Rancang Bangun Indonesia (GAPENRI), operasi kegiatan proyek di Indonesia rata-rata hanya satu hingga empat bulan untuk setiap project cycle (2-3 tahun). Artinya hanya sebagian kecil dari keseluruhan program operasinya. Tidak akan ekonomis jika marketnya hanya Indonesia, kata Ketua Umum Gapenri, Pandri Prabono. Oleh karena itu, market regional dan global penting untuk menjamin pemanfaatan optimal dan memenuhi aspek keekonomian dari nilai investasi kapal khusus tersebut.

Ketua Umum INSA, Johnson W. Sutjipto mengatakan, pengusaha tidak akan berhasil tanpa dukungan Pemerintah. Menurutnya, untuk mewujudkan penerapan asas cabotage yang komprehensif, Pemerintah harus memberi fasilitas pembiayaan, insentif perpajakan, serta Dia menyadari, kapal-kapal yang memiliki spesifikasi dan kegunaan kemudahan persyaratan lelang (local content seoptimal mungkin dan kewajiban kapal bangunan baru untuk dibangun di Indonesia). Fasilitasi kemitraan kontrak Accomoda1onWorkBarge jangka panjang antara konsumen barang dan KebutuhanKapalProyekTahun20112015 AnchorHandlingTug&Supply(AHTS) pemilik kapal juga harus dilakukan. Sebagai CableBoat/CableLayingBarge contoh, integrasi jadwal eksekusi proyek dan Sebanyak235Kapal program pemboran sehingga didapat kontrak CrewBoat jangka panjang. DinamicPosi1oningVessel

16 10 9 11 17

6

2

13

5

6 58

DivingSupportVessel DrillingShip FSO/FPSO HighSpeedCraR JackupRig Uul1PurposeVessel PipeLayBarge PlaVormSupplyVessel SemiSubmersibleRig Survey(Seismic)Vessel TenderAssistRig Transporta1onBarge W1lityVessel WarehouseBarge

Di sisi lain, pengusaha pelayaran nasional mesti memperbaiki kualitas, selesai pekerjaan tepat waktu, dan harga yang bersaing, kata Johnson. Dia berharap, komitmen semua pihak ini menjadi momentum bagi industri pelayaran nasional untuk membangun kompetensinya. Pihaknya meminta adanya koordinasi dan komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat untuk membangun kemitraan yang sinergi. Butuh dukungan konstruktif dan kontribusi positif agar pelayaran nasional mampu mendukung secara penuh kegiatan hulu migas di Indonesia, katanya.

17 2 5 9 31 1 9 8

BATAS AKHIR PENGGUNAAN KAPAL BENDERA ASING(Sumber : Permenhub Nomor 48 Tahun 2011)1

NO

JENIS KEGIATAN / JENIS KAPAL Survey Minyak dan Gas Bumi a. Survey Seismik b. Survey Geofisika c. Survey Geoteknik Survey Minyak dan Gas Bumi a. Jack up Rig b. Semi Submersible Rig c. Deep Water Drill Ship d. Tender Assist Rig e. Swamp Barge Rig Konstruksi Lepas Pantai a. Derrick/Crane/Pipe/Cable/Subsea Umblical Riser Flexible (SURF) Laying Barge/Vessel b. Diving Support Vessel (DSV) Penunjang Operasi Lepas Pantai a. Anchor Handling Tug Supply Vessel lebih besar dari 5000 BHP dengan Dinamic Position (DP2/DP3) b. Platform Supply Vessels c. Diving Support Vessel (DSV) Pengerukan a. Drag-head Suction Hopper Dredger b. Trailling Suction Hopper Dredger Salvage dan Pekerjaan Bawah Air a. Heavy Floating Crane b. Heavy Crane Barge c. Survey Salvage

JANGJA WAKTU BERLAKU Sampai dengan akhir Desember 2014 Sampai dengan akhir Desember 2014 Sampai dengan akhir Desember 2014 Sampai dengan akhir Desember 2015 Sampai dengan akhir Desember 2015 Sampai dengan akhir Desember 2015 Sampai dengan akhir Desember 2015 Sampai dengan akhir Desember 2015 Sampai dengan akhir Desember 2013 Sampai dengan akhir Desember 2012 Sampai dengan akhir Desember 2012 Sampai dengan akhir Desember 2012 Sampai dengan akhir Desember 2012 Sampai dengan akhir Desember 2013 Sampai dengan akhir Desember 2013 Sampai dengan akhir Desember 2013 Sampai dengan akhir Desember 2013 Sampai dengan akhir Desember 2013No . 7 2 - Ju li 2 0 11

1.

2.

3.

4.

5.

6.

4

LAP O RAN P E N DUKUNG

MENINGKATKAN PRODUKSI LEWAT EORKonsumsi Energi di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2010, kebutuhan energi nasional sekitar tiga juta barel ekuivalen minyak per hari. Dengan prediksi pertumbuhan ekonomi nasional sebesar tujuh persen per tahun, pada tahun 2025 diperkirakan kebutuhan energi Indonesia mencapai delapan juta barel ekuivalen per tahun. Kekurangan energi tahun 2025 tidak bisa dijawab dengan penghematan, karena posisi ekonomi Indonesia yang masih harus tumbuh mengejar ketertinggalan. Usaha pemenuhan energi menjadi satu-satunya jalan. Apabila produksi minyak dan gas bumi konstan yaitu 2,3 juta barel ekuivalen minyak per hari seperti saat ini, maka tahun 2025, sektor migas hanya akan mensuplai kebutuhan energi sebesar 28 persen saja, atau turun dari posisi saat ini sebagai pemasok 77 persen kebutuhan energi nasional. Lalu, apakah dalam waktu 15 tahun sumber energi lain dapat dikembangkan agar mampu memenuhi 72 persen kebutuhan energi tahun 2025? Membebankan kebutuhan energi nasional pada sektor non migas saja, hampir merupakan sebuah kemustahilan. Oleh karena itu peningkatan produksi migas menjadi suatu keharusan yang tidak mungkin ditawar lagi. Resource to reserve to production yang menjadi kesatuan mutlak adanya. Caranya, dengan ekstensifikasi, yaitu meningkatkan cadangan melalui kegiatan eksplorasi, serta langkah intensifikasi, yakni meningkatkan produksi melalui peningkatan recovery factor dengan teknologi lanjutan untuk mengangkat minyak (enhanced oil recovery/EOR). Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) terus mendorong kontraktor kontrak kerja sama (KKS) yang telah berproduksi menerapkan EOR untuk mempercepat peningkatan produksi minyak nasional. Wakil Kepala BPMIGAS, Hardiono mengatakan, keberhasilan penerapan teknologi EOR masih cukup besar mengingat saat ini sisa inplace minyak Indonesia masih sekitar 43 milyar barel. Apabila kegiatan EOR berhasil meningkatkan recovery factor 10 persen, maka akan ada tambahan cadangan sebesar 4,3 milyar. Penambahan ini lebih besar dari cadangan minyak terbukti nasional yang hanya 3,7 milyar barel, katanya saat workshop EOR untuk Peningkatan Produksi Minyak Nasional di Bandung, Kamis, 23 Juni 2011 lalu. Meski demikian, banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya, pemilihan teknologi yang tepat untuk diterapkan. Efisiensi dan efektivitas program juga harus diperhitungkan agar penerapan teknologi ini tidak membengkakkan biaya secara signifikan. Penerimaan pemerintah

5

N o . 7 2 - J ul i 2 0 1 1

LA P OR A N P E N D U K U N Gmaupun kontraktor tetap harus dijaga, kata Hardiono. Deputi Operasi, BPMIGAS, Haposan Napitupulu menambahkan, selama 10 tahun terakhir, cadangan minyak terbukti turun rata-rata 2,4 persen per tahun. Tahun 2010, total produksi 344 juta barel setahun, hanya digantikan oleh cadangan sebesar 140 juta barel. Artinya reserve replacement ratio (RRR) hanya sebesar 41 persen. Seharusnya, setiap barel yang diproduksikan minimal sama dengan penambahan cadangan, kata dia. Indonesia telah dua kali mengalami puncak produksi, yaitu tahun 1977 ketika produksi minyak mencapai 1,65 juta barel per hari. Produksi sebesar itu dihasilkan dari kegiatan produksi yang dilakukan secara primary recovery. Puncak produksi kedua terjadi tahun 1995 saat produksi minyak kembali pada kisaran 1,6 juta barel per hari. Puncak produksi ini dapat dicapai dari hasil kegiatan EOR yang dilakukan oleh Chevron, yaitu injeksi air (waterflood) di salah satu lapangannya berhasil meningkatkan produksi dari 12 ribu barel per hari menjadi 32 ribu barel per hari, serta Injeksi uap (steamflood) di lapangan Duri yang terbukti mampu meningkatkan produksi dari 30 ribu barel per hari menjadi 296 ribu barel per hari. Setelah kedua puncak produksi tersebut, kata Haposan, produksi minyak dan kondensat Indonesia terus mengalami penurunan rata-rata sebesar enam persen per tahun. Kegiatankegiatan eksplorasi hanya menghasilkan penemuan-penemuan kecil. Kegiatan ekstensifikasi produksi juga hanya cukup menahan laju penurunan produksi. Pada empat tahun terakhir, laju penurunan produksi melambat menjadi sekitar 2 persen per tahun, kata dia. Haposan mengungkapkan, kontri busi secondary dan tertiary recovery terhadap produksi minyak nasional telah melampaui primary recovery. Rinciannya, distribusi fase produksi primer sebesar 47 persen, sekunder 31 persen, dan tertier/ EOR 22 persen. "Jadi, EOR berperan penting dalam peningkatan produksi nasional di masa depan," kata dia. Beberapa negara telah berhasil menerapkan EOR. Contohnya di lapangan Daqing, di Cina, dengan operator Petrochina. Dengan injeksi polymer, produksi dapat dipertahankan relatif konstan sebesar satu juta barel per hari selama kurang lebih 30 tahun. Sebelum polymer, Petrochina melakukan injeksi air dan optimisasi. "Teknologinya terus berkembang. Semakin terkini, semakin tinggi faktor recoverynya," kata Haposan. Berdasarkan hasil kajian B P M I G A S , sebanyak 12 kontraktor memiliki potensi untuk penerapan EOR. Kontraktor tersebut adalah, Pertamina EP, Kondur Petroleum, VICO, CNOOC, PHE WMO, Petrochina, Premier Oil, Petro Selat, Total EP Indonesie, Medco EP, JOB Pertamina-Medco Tomori, dan JOB Talisman Jambi Merang. Keseluruhannya terdapat 32 lapangan yang menjadi kandidat penerapan EOR. Rinciannya, sebanyak 19 lapangan berpotensi menggunakan teknologi chemical, enam lapangan menerapkan teknologi injeksi CO2, tiga lapangan menggunakan teknologi polimer, sisanya menerapkan injeksi uap dan thermal. "Perlu diingat, penerapan EOR adalah proyek jangka panjang, bukan instan. Prosesnya memakan waktu setidaknya lima tahun," kata dia. BPMIGAS meminta kontraktor agar dalam usulan persetujuan plan of development (POD) juga mencantumkan rencana tahapan phase produksi dari primary recovery hingga EOR. "Dengan persiapan sejak dini, hasilnya akan lebih optimal," katanya.

PREDIKSI KEBUTUHAN ENERGI NASIONAL SAMPAI TAHUN 2025

Usaha Pertamina EP Kembangkan EOR Salah satu yang giat mengembangkan EOR adalah Pertamina EP. Departemen EOR Pertamina EP didirikan pada September 2006 dengan latar belakang untuk meningkatkan produksi lapangan Pertamina EP melalui tahap secondary recovery (waterflood) dan tertiary recovery. Sampai dengan saat ini, 85 persen kontribusi produksi Pertamina EP berasal dari lapangan lapangan tua (marginal field) yang sudah mengalami penurunan produksi sebesar 10 15 persen per tahun dan dengan faktor primary recovery mencapai 1535 persen. Dengan adanya tuntutan target produksi dan pemenuhan kebutuhan nasional, Pertamina EP melalui Project EOR melakukan screening dari lapangan - lapangan yang ada dalam wilayah kerja untuk dapat diaplikasikan tahapan EOR. Screening telah dilakukan di 150 lapangan dengan dikelompokkan dan diprioritaskan menjadi 36 lapangan berdasarkan besaran remaining reserve dan metode yang akan diimplementasikan melalui tahapan awal studi geofisika, geologi, reservoir, dan fasilitas produksi, sebelum dimulainya tahapan pilot untuk fase secondary dan tertiary. Pertamina EP sampai dengan saat ini sudah mengimplementasikan pilot waterflood pada lapangan Bunyu, Kenali Asam, Nglobo, Talang Jimar, Rantau dan Tapian Timur, dari ke-enam pilot waterflood ini sudah diindikasikan adanya respon tekanan dan kenaikkan gross produksi dari sumur sumur produksi akibat adanya respon dari sumur injeksi. Sedangkan untuk tahapan tertiary recovery (chemical flooding) saat ini Pertamina EP sudah melakukan tahapan analisa laboratorium pembanding di Lemigas pada lapangan Limau (ASP Flooding), Tanjung (Riset Surfactant - IPB) maupun Bajubang sedang progres (Riset Surfaktan ITB). No . 7 2 - Ju li 2 0 11

6

S E RE MONIAL

Wakil Kepala BPMIGAS, Hardiono, berfoto bersama dewan juri dan para juara Petro Idol 2011.

PENUTUPAN PETRO CUP 2011PETROCUP 2011 telah resmi ditutup oleh Kepala BPMIGAS, R. Priyono pada Minggu, 10 Juli 2011 lalu di Hall A, Senayan, Jakarta. Gelaran yang berlangsung selama satu bulan lebih tersebut menampuk Chevron sebagai juara umum dengan perolehan empat emas, dua perak, dan satu perunggu, diikuti dengan Medco E&P dan VICO diurutan kedua dan ketiga. Selain menggelar cabang olah raga, digelar pula ajang seni suara Petro Idol 2011.

Pimpinan BPMIGAS dan KKKS menghadiri acara penutupan.

ada kep Cup umum etro ra ilir P i jua Berg sebaga iala ara, an P b rahk id Batu ye men ul Ham 011 no riyo n, Abd o Cup 2 R. P AS, Chevro Petr IG ur t BPM ala n Direk Kep ide Pres

Seluruh hadirin berjoget poco-poco bersama

7

N o . 7 2 - J ul i 2 0 1 1

SERE M ONIA L

HUT KE 9

BPMIGASAzis Gagap, Andre Taulany, dan Wendy Cagur menghibur para hadirin.

Pimpinan BPMIGAS memotong tumpeng HUT ke 9

Kepala BPMIGAS, R. Priyono menyerahkan piagam penghargaan HSE award kepada pimpinan CNOOC SES.

Lomba tenis lapangan di Kabupaten Musi Banyuasin.

Pertandingan sepak bola Perwakilan Sumatera Bagian Utara. Foto bersama seminar kegiatan hulu migas di Universitas Sriwijaya.

BPMIGAS merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-9 pada Sabtu, 16 Juli 2011 lalu di Eco Park, Ancol, Jakarta Utara. Mengambil tema, Aktualisasi P.R.U.D.E.N.T Untuk Peningkatan Produksi Migas, kegiatan dihadiri pimpinan dan ratusan pekerja BPMIGAS, serta dimeriahkan oleh beberapa artis dan pelawak ibu kota. Dalam kesempatan tersebut, Kepala BPMIGAS, R. Priyono juga memberikan penghargaan bagi kontraktor kontrak kerja sama (KKS) berprestasi dalam kategori, kesehatan, keselamatan kerja, dan lindung lingkungan (HSE), pengelolaan sumber daya manusia (SDM), serta terkait peningkatan dan realisasi produksi migas. Kegiatan tidak hanya digelar di Jakarta. Perwakilan BPMIGAS di daerah juga menggelar berbagai kegiatan menyambut HUT. Misalnya, perwakilan Sumatera Bagian Selatan yang menggelar turnamen futsal dan tenis, seminar hulu Migas di Universitas Sriwijaya, Palembang, serta lomba penulisan berita. Tidak ketinggalan, perwakilan Sumatera Bagian Utara yang menggelar jalan santai dan sepak bola, serta acara syukuran bersama seluruh stakeholders di Riau. No . 7 2 - Ju li 2 0 11

Syukuran bersama seluruh stakeholders Perwakilan Sumatera Utara di Riau.

8

S E RE MO NIAL

Sertijab Deputi Umum - 13 Pejabat BPMIGAS, termasuk Deputi Umum melakukan serah terima jabatan (Sertijab) dihadapan Kepala BPMIGAS, R. Priyono pada Senin, 13 Juni 2011 lalu di Jakarta. Sertijab tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja organisasi agar dapat mencapai target produksi yang ditetapkan pemerintah.

BPMIGAS Idol - Wakil Kepala BPMIGAS, Hardiono menyerahkan hadiah kepada para pemenang BPMIGAS Idol di kantor BPMIGAS pada 17 Juni 2011 lalu. Kegiatan tersebut digelar sebagai ajang seleksi untuk memilih wakil BPMIGAS yang akan mengikuti Petro Idol yang menjadi rangkaian gelaran Petro Cup.

Breakfast Talk - Wakil Kepala BPMIGAS, Hardiono, dan pejabat kepala dinas ke atas, menghadiri breakfast talk dengan narasumber Pemimpin Redaksi Detik.com, Boediono di kantor BPMIGAS, pada Senin, 20 Juni 2011 lalu. Kegiatan rutin bulanan tersebut, membahas peran media digital terhadap opini publik.

Lomba Jurnalistik Kepri - Kepala Perwakilan BPMIGAS Wilayah Sumatera Bagian Utara, Baris Sitorus menyerahkan penghargaan kepada jurnalis yang berhasil memenangkan lomba karya tulis industri hulu migas Kepulauan Riau (Kepri) di Bintan, pada 7 Juni 2011 lalu. Wartawan Tanjung Pinang Pos, Martua Butar-butar ditampuk menjadi juara pertama mengalahkan belasan kontestan lainnya.

Arahan SPIP - Kepala BPMIGAS, R. Priyono, memberi pengarahan dan membuka secara resmi Diklat Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) level Kadiv dan setingkat di Jakarta pada Kamis, 23 Juni 2011 lalu. Kegiatan yang dihadiri pejabat Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) itu digelar untuk mendukung terwujudnya sistem pengendalian yang handal di BPMIGAS.

9

N o . 7 2 - J ul i 2 0 1 1

TO KOH

Johannes Widjonarko, Deputi Umum BPMIGAS

SDM BPMIGAS JANGAN TERKOTAK-KOTAK

Migas, ketika membuat kebijakan harus dilakukan dengan kajian yang mendalam. Suratnya satu, tapi hingga implementasi butuh pemikiran panjang. Konsep, alternatif, diuji, diterapkan, kemudian jadi aturan. Sementara di deputi umum, surat yang masuk setahun rata-rata 11 sampai 12 ribu. Dulu menyiapkan term and condition, beserta ketentuan hak dan kewajiban kontraktor maupun pemerintah. Sekarang saya terlibat mengendalian dan mengawasi. Dulu menyiapkan, sekarang melaksanakan. Banyak hal yang bisa saya peroleh di sini. Tantangan yang dihadapi, bagaimana memberikan pelayanan yang optimalkepada partner. Bagaimana mereka harus difasilitasi agar kegiatan hulu berjalan dengan baik. Membantu menghadapi kondisi di daerah. Bagaimana memfasilitasi agar operasi berjalan lancar terkait pengadaan barang dan jasa. Bagaimana menjembatani institusi BPMIGAS dengan stakeholders melalui kehumasan. Di samping itu, saya juga harus terlibat mengawasi dan mengendalikan tenaga kerja, khususnya tenaga kerja asing dapat memberikan kontribusi yang nyata dengan TOT (transfer teknologi), melalui sparing antara nasional dengan asing. Jangan sampai KKKS (kontraktor kontrak kerja sama) merasa, BPMIGAS menghambat birokrasi. Mereka harus merasakan bantuan BPMIGAS dalam setiap kendala yang dihadapi. Jangan sampai hak dan kewajiban kontraktor dikurangi, begitu pula dengan hak dan kewajiban negara/pemerintah. Bagaimana SDM BPMIGAS yang ideal menurut Anda? Cikal bakal BPMIGAS adalah BKKA (Badan Koordinasi Kontraktor Asing), kemudian menjadi BPPKA (Badan Pembinaan Pengusahaan Kontraktor Asing), berubah lagi menjadi Direktorat MPS (Management Production Sharing), yang didominasi SDM Pertamina. Karena ada perubahan aturan, BPMIGAS terbentuk. Banyak SDM yang berasal dari instansi sebelumnya. Yang penting, kita memadukan budaya yang ada. Budaya Pertamina dihormati. Budaya dari luar disesuaikan dengan budaya yang akan dibangun. Secara bersama-sama harus berusaha mencapai tugas yang diemban. Jangan terkotak-kotak. Kekuatan yang ada harus bersinergi. Seluruh SDM BPMIGAS diharapkan bisa bersama-sama mewujudkan itu. Ada anggapan BPMIGAS akan birokratis jika diisi pejabat Kementerian ESDM yang birokrat. Bagaimana menurut Anda? Sebetulnya birokrasi itu penjenjanganNo . 7 2 - Ju li 2 0 11

Tidak menimbang dan memilih pekerjaan. Begitulah prinsip yang dipegang teguh Johannes Widjonarko selama 20 tahun meniti karir di sektor minyak dan gas. Pria kelahiran Banjarnegara, 28 Septermber 1962 ini, percaya sekecil apapun peran yang diembannya, haruslah mampu memberikan nilai tambah bagi lingkungan kerja. Widjonarko memulai karirnya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) pada Direktorat Jenderal Minyak dan Gas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dari tahun 1991. Selama rentang karirnya, ayah tiga orang anak ini menangani sektor hulu migas selama 17 tahun dan tiga tahun terakhir bertanggung jawab menyiapkan konsep kebijakan migas secara utuh. Pengalaman mengikuti dua periode penyusunan rancangan undang-undang (RUU) Migas, membuatnya paham betul semangat dan substansi regulasi minyak dan gas di Indonesia. Saat diberi mandat sebagai Kepala Seksi Penyiapan Wilayah Kerja di tahun 2003, Widjonarko aktif menyiapkan konsep bisnis industri hulu migas dalam rangka menyukseskan penawaran wilayah kerja yang merupakan tahap awal dalam pengembangan setiap proyek migas di Indonesia. Sebagai Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pengelolaan Wilayah Kerja, Widjonarko menangani tidak hanya konsep kontrak kerja sama, tetapi sampai proses penawaran wilayah kerja, termasuk bagaimana mengevaluasi sehingga pemenang wilayah kerja ditetapkan. Pria yang selalu berusaha memperbanyak berjalan untuk menjaga kebugaran ini kemudian menjabat sebagai Kasubdit Penyiapan Program Migas, sebuah bagian di kementerian yang bertugas menyiapkan program mulai dari sektor hulu sampai ke sektor hilir industri migas. Widjonarko resmi menjabat deputi umum BPMiGAS setelah serah terima jabatan dilakukan tanggal 13 Juni lalu. Amanah ini diembannya ditengah-tengah menguatnya tuntutan publik dan industri akan sistem birokrasi yang lincah. Widjonarko sadar akan hal ini sepenuhnya. Jadi birokrat tidak sepenuhnya birokratis, harus punya insting bisnis. Kalau pemerintah membuat konsep seenaknya, tentu tidak akan ada investor yang tertarik, katanya. Bagaimana pandangannya mengenai pengembangan sumber daya manusia (SDM) di BPMIGAS? Apa saja tantangan yang dihadapi BPMIGAS, terutama didaerah-daerah, dan solusinya? Berikut ini petikan wawancara Buletin BPMIGAS dengan lulusan Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Yogyakarta, itu: Anda merasa jabatan deputi umum ini sebagai sebuah beban yang berat? Sebenarnya beban dan pemikirannya (antara BPMIGAS dan Ditjen Migas) sama. Di Ditjen

10

TOKOHdalam memilah tanggung jawab masingmasing aparat itu sendiri. Jadi diatur. Jangan salah, pemerintah pun melakukan bisnis. Tapi bukan bisnis dalam arti profit-oriented. Tapi bagaimana kita bisa menyelami kemauan pihak terkait. Kalau tidak memahami ini, WK (wilayah kerja) yang ditawarkan tidak akan ada yang mau. Keinginan investor terhadap term and condition berbeda-beda. Ini kan harus dirangkum agar memberikan apa yang mereka mau. Tapi tidak bisa semua, karena ada aturan yang mengatakan negara tidak boleh dirugikan. Bisnis tidak boleh mengambil porsi yang luar biasa sehingga merugikan negara. Jadi birokrat tidak sepenuhnya birokratis. Tetap harus punya insting bisnis. Kalau pemerintah membuat konsep seenaknya, tentu tidak akan ada investor yang tertarik. Basis bisnis migas keekonomian . Birokrat harus memiliki insting entrepreneurship. Di BPMIGAS pun ada birokrasi, bagaimana setiap fungsi mengambil tanggung jawab sesuai fungsinya. Yang terpenting, bagaimana menjalankan peran birokrasi secara optimal tanpa menjadi penghambat. Banyak kendala di daerah. Seperti apa penguatan kapasitas perwakilan di daerah? Memang ada suatu gap yang muncul, saat BPMIGAS dibentuk. Sebelum tahun 2001, saat KKKS berkontrak dengan BKKA, BPKKA, atau MPS, mereka didukung infrastruktur dan sumber daya Pertamina yang luar biasa. Secara korporat, mereka memiliki wakil di daerah, baik dari pemasaran, perkapalan, kebandaran, dan sebagainya. Sumber daya ini dimanfaatkan betul. Tidak terkotakkotak. Saat ada masalah di daerah, wakil pertamina di daerah bisa membantu. Jadi tangannya sangat lengkap. Di mana pun di daerah pasti ada Pertamina. Kondisi ini yang sangat membantu. Mereka mengerti kondisi setempat. Semua jadi tangan kanan pertamina. Sedangkan BPMIGAS hanya memiliki empat Perwakilan (Sumatera Bagian Utara, Sumatera Bagian Selatan, KalimantanSulawesi, serta Jawa Timur, Papua, dan Maluku), dan satu kantor penghubung (Papua dan Maluku). Berarti ada gap. Tapi juga tidak mungkin BPMIGAS membuka perwakilan di seluruh Indonesia. Ke depan, (perwakilan) akan ditingkatkan secara bertahap. Perwakilan akan memiliki kepala humas dan formalitas. Kapasitas maupun kuantitas SDM akan ditingkatkan. Butuh skill karena mereka bersentuhan langsung di daerah. Perwakilan harus bisa memfasilitasi kegiatan KKKS sesuai kondisi administratif, pemerintahan, dan sosial masyarakat setempat. Harus tahu betul karakteristiknya seperti apa. Setiap daerah berbeda. Pendekatan yang baik harus dimiliki. Oleh karena tugas perwakilan yang cukup berat, kepala perwakilan dipersiapkan sebagai batu loncatan promosi yang lebih tinggi. Ibarat tentara, kalau tidak menguasai teritorial, sulit menjadi komandan/ panglima. Bagaimana dengan penguatan peran kehumasan? Fungsi kehumasan adalah penghubung. Apa yang telah dilakukan, sedang dilakukan dan yang akan dilakukan harus diketahui. Dengan kemampuan kehumasan yang optimum dan memahami tugastugasnya, bisa mengurangi dampak yang timbul di masyarakat. Humas adalah ujung tombak, bagaimana informasi itu harus dikelola dengan baik dan tersampaikan secara luas dengan benar kepada masyarakat. Humas jangan hanya bersifat pemadam kebakaran. Setelah muncul baru kebingungan. Seharusnya apapun harus bisa diantisipasi dengan baik. Dengan strategi komunikasi, persoalan akan bisa diselesaikan secara cepat, tepat. Masalah kecil bisa menjadi besar kalau tidak ada komunikasi. Sejak tahun 2009, BPMIGAS melakukan terobosan dengan penggunaan perbankan nasional dalam transaksi pengadaan barang dan jasa. Ada lagi langkah yang dilakukan? Apa yang telah dirintis tersebut sangat baik. Gebrakan. Meski sudah lebih dari 100 tahun ada di Indonesia, industri migas belum bisa mengembangkan kapasitas nasional. Meski tujuan utama BPMIGAS adalah meningkatan cadangan dan produksi migas, dalam penyelenggaraan kegiatannya, sektor hulu migas harus bisa memberikan nilai manfaat yang luas. Kalau transaksinya di luar negeri, kita hanya nonton. Usaha jasa memiliki porsi yang besar. Setiap tahun milyaran dolar diinvestasikan, masa tidak ada uang yang mampir. Langkah ini, merupakan pemupukan kemampuan nasional. Karena dana-dana ini akan dikembalikan pada suatu kegiatan produktif melalui kredit atau pendanaan, khususnya kepada kegiatan penunjang migas. Langkah lain yang dilakukan adalah revisi kedua PTK (pedoman tata kerja) 007 (tentang pengadaan barang dan jasa) yang sangat berpihak kepada pemberdayaan dan peningkatan kapasitas nasional. BPMIGAS telah membuka kesempatan, tinggal pemanfaatannya dimaksimalkan oleh pihak-pihak terkait. Kita berharap Kementerian Perindustrian maupun Kementerian Perdagangan mendukung upaya-upaya yang telah dilakukan BPMIGAS tersebut. Pesan dan Harapan? Sekecil apapun peran, kita harus berguna bagi orang lain. Jangan menimbang atau memilih pekerjaan. Apa yang di depan harus dilakukan, apalagi yang menjadi tanggung jawab. Jika bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik, pasti ada kepuasan. Yang penting, semua dilakukan dengan senang hati. Prinsip ini mudah-mudahan dapat diterapkan dengan baik oleh seluruh pekerja BPMIGAS, sehingga tantangan dan kendala yang makin berat dihadapi sektor migas dapat diselesaikan dan kita dapat mencapai target yang ditetapkan pemerintah.

11

N o . 7 2 - J ul i 2 0 1 1

SEP U TA R KK K S

UPACARA PELAYARAN PLATFORM GAJAH BARUKonsorsium PT. SMOE Indonesia dan PT. Saipem Indonesia telah menyelesaikan pembangunan central processing platform (CPP) dan well head platform (WHP) untuk Premier Oil Natuna Sea B.V. Pembangunan proyek senilai US$ 430 juta ini seluruhnya dilaksanakan oleh konsorsium di Batam, Kepulauan Riau (Kepri). Upacara pelayaran (Sail Away Ceremony) platform Gajah Baru berlangsung pada 16 Juni 2011 lalu di Batam. Kegiatan dihadiri Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad, Pjs. Deputi Operasi, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS), Lambok Hamonangan Hutauruk, Gubernur Kepulauan Riau, HM. Sani, Presiden Direktur Premier Oil Roberto Lorato, dan General Manager PT. SMOE, Norman Chew, serta dihadiri sekitar 750 undangan. Lambok menjelaskan, dengan dilakukannya upacara pelayaran, satu tahapan penting telah dilalui dengan baik, tanpa ada kejadian (accident) yang berarti. Selanjutnya, platform akan diinstalasi di lapangan Gajah Baru di Laut Natuna Blok A. Proyek Gajah Baru diharapkan dapat memproduksi gas pada awal Oktober 2011. Dengan selesainya proyek ini, akan diperoleh tambahan pasokan gas sebesar 143 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Gas yang dihasilkan dari lapangan ini sebesar 50 MMSCFD akan dipasok ke Batam. Dengan tambahan pasokan ini, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasokan kebutuhan listrik di Kota Batam dan dapat meningkatkan kegiatan industri. Saat ini pembahasan pipa distribusiNo . 7 2 - Ju li 2 0 11

12

S EP UTAR KKKSke Batam dan power plan masih berjalan, kata dia. Sedangkan produksi sebesar 93 MMSCFD akan dialirkan ke Singapura. Keperluan ekspor dilakukan untuk menghasilkan devisa bagi penerimaan negara yang cukup besar. Tentunya, pemerintah provinsi Kepri akan mendapat bagian dari devisa tersebut. Dia mengatakan, dengan seluruh fabrikasi platform dilakukan di Batam, selain menghasilkan gas, proyek ini juga telah mendukung pengembangan industri pendukung kegiatan hulu migas yang terdapat di Kepri. Lambok berharap, kontraktor dalam negeri yang terlibat kegiatan hulu migas dapat lebih meningkatkan profesionalismenya dengan menjaga kualitas barang dan jasa yang dihasilkan, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, dan dengan harga yang kompetitif. Di samping itu, tidak lupa selalu menjaga keselamatan selama pelaksanaan pekerjaan. Fadel mengamini harapan BPMIGAS. Menurutnya, alat-alat penunjang industri, termasuk sektor migas, mesti dapat diproduksi di dalam negeri. Dalam pengerjaannya, penggunaan tenaga kerja lokal harus lebih ditingkatkan agar memberikan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Kami ingin industri migas tidak hanya memberikan manfaat kepada kontraktor besar saja, tapi harus bisa dirasakan pula oleh supplier yang lebih kecil, katanya. Manager Proyek Premier Oil, Robert Irvine mengatakan, proyek kontruksi anjungan yang pengerjaannya dimulai sejak Agustus 2009 ini adalah anjungan terbesar yang dioperasikan oleh Premier Oil. Fasilitas produksi yang dibangun untuk proyek Gajah Baru meliputi, WPH untuk enam slot sumur ukuran konduktor 16 inci, serta CPP yang terdiri dari separation system, gas conditioning, gas compression, living quarter, dan utilities. Pipa penghubungnya memiliki diamter 16 inci sepanjang 3,5 kilometer yang ditanam dikedalaman 80 meter, katanya. Dia mengatakan, progres pelaksanaan proyek Gajah Baru hampir mencapai 85 persen. WHP

Platform telah terpasang dilokasi pada akhir September 2010 dan saat ini sedang tahap commissioning. Untuk CPP Jacket sudah tiba dilokasi pada 12 Juni 2011 dan sedang dilakukan pemancangan, sedangkan CPP desk sudah load out dan sail away. Kami optimis proyek berjalan sesuai rencana, kata Irvine. Dia mengungkapkan, hingga saat ini pekerjaan proyek sudah mencapai sekitar enam juta jam tanpa lost time incident (LTI). Oleh karena itu, dalam upacara pelayaran tersebut, Premier Oil memberikan Gajah Baru Safety Awards pada PT. SMOE dan PT. Saipem atas keberhasilan menjalankan proyek tanpa kejadian yang berarti. Penghargaan juga diberikan kepada Nippon Steel Batam.

13

N o . 7 2 - J ul i 2 0 1 1

COM DE V

PHE ONWJ TINGKATKAN EKONOMI NELAYANPT. Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ terus berupaya menggiatkan pembangunan masyarakat di sekitar daerah operasinya. Hal itu diwujudkan dalam kegiatan sosial penunjang operasi yang diterapkan di beberapa lokasi, seperti Desa Blanakan, Subang, Jawa Barat. Tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan warga nelayan setempat. Partisipasi kepedulian sosial ini dibuktikan dengan membangun beberapa infrastruktur sarana penunjang warga blanakan yang mayoritas nelayan. Salah satunya, membina koperasi nelayan Blanakan, yakni Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Intimina Fajar Sidik. Melalui KUD tersebut, PHE ONWJ memberikan beberapa bantuan seperti kredit mesin kapal yang hinggga kini mencapai 50 Unit, sarana air bersih, pembangunan Solar Packed Dealer untuk Nelayan (SPDN), serta pengobatan gratis kepada nelayan. Apa yang diberikan PHE ONWJ tersebut diyakini sangat membantu kehidupan warga nelayan, sehingga bisa meningkatlkan taraf hidup yang lebih baik, kata Ketua KUD Mandiri, Muhammad Ali saat kunjungan 29 wartawan daerah Jawa Barat di Subang, Selasa, 24 Mei 2011 lalu. Kunjungan tersebut adalah rangkaian kegiatan pelatihan mengenai corporate social responsibility (CSR) dan jurnalisme bagi wartawan Karawang, Subang dan Indramayu. Ali menambahkan, dengan bantuan mesin perahu, para nelayan semakin jauh melaut dan bisa meningkatkan hasil tangkapan. Begitu juga dengan adanya SPBN dan air bersih, nelayan tidak perlu jauh-jauh membeli solar dan air bersih untuk kebutuhan melaut, sehingga menekan ongkos produksi. Sebagai imbal baliknya, para nelayan bertekad untuk merawat seluruh fasilitas yang telah diberikan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Selain itu, para nelayan siap membantu menjaga aset PHE ONWJ dari pencurian maupun gangguan keamanan lainnya. Community Development and Relations Coordinator, PHE ONWJ,No . 7 2 - Ju li 2 0 11

Sudaryoko, menjelaskan, bantuan yang diberikan secara bertahap dan berkesinambungan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, kesehatan dan pendidikan anak nelayan. Warga nelayan Blanakan, menurutnya, merupakan bagian dari PHE ONWJ, karena mereka berada di sekitar anjungan lepas pantai di kawasan Pantura Jawa Barat. "Sudah selayaknya kami meningkatkan kesejahteraan karena nelayan tersebut berada di kawasan daerah operasi perusahaan, kata Sudaryoko.

14

P E RI ST IWA

INDUSTRI HULU MIGAS TINGKATKAN KOORDINASI DENGAN DAERAHBadan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) bekerja sama dengan 12 kontraktor kontrak kerja sama (KKS) produksi dan eksplorasi menyelenggarakan rapat berkala dengan pemerintah daerah (Pemda) di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Rapat yang digelar pada 30 Juni 1 Juli 2011 di Bali tersebut dibuka Deputi Umum, BPMIGAS, J. Widjonarko, serta dihadiri perwakilan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Keuangan, dan wakil dari 17 pemerintah daerah. Dalam sambutannya, Widjonarko mengatakan, sejak era otonomi, pemda menjadi instansi yang dominan terkait dengan industri hulu migas. Daerah mengurusi masalah perijinan sampai dengan kendala sosial kemasyarakatan yang ada di sekitar wilayah operasi. Misalnya, ijin pinjam pakai di wilayah kehutanan yang dikeluarkan Kementerian Kehutanan, harus mendapat rekomendasi kepala daerah setempat (bupati/walikota maupun gubernur). Dengan peran sentral itu, kata dia, BPMIGAS dan kontraktor menganggap penting koordinasi dan komunikasi dengan pemda guna meningkatkan pemahaman tentang industri hulu migas di daerah. Tidak hanya pemda, dengan instansi lain, seperti DPRD mesti dilaksanakan kegiatan serupa. Masih banyak pihak yang belum memahami pengelolaan industri hulu migas, katanya. Widjonarko yakin, dengan komunikasi yang baik semua permasalahan akan dapat diselesaikan. Apalagi, sesungguhnya, tujuan kegiatan hulu migas dan pemda relatif sama, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hanya, pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dari sektor migas, daerah memperoleh dana bagi hasil. Daerah juga mendapatkan bagian dari penerimaan negara pajak bumi dan bangunan (PBB) PBB Migas, pajak penghasilan (PPh) Migas, dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Tidak hanya itu, industri hulu migas terus berupaya meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar, antara lain, dengan mendorong kontraktor untuk memanfaatkan sumberdaya lokal se-optimal mungkin. Manfaatkan kerja sama dengan BUMD setempat untuk melakukan kegiatan operasionalnya, kata Widjonarko. Diupayakan pula pemanfaatan tenaga kerja lokal sesuai dengan persyaratan. Bupati Bojonegoro, Soeyoto, mendukung upaya-upaya yang dilakukan BPMIGAS. Menurutnya, peningkatan konten lokal dalam kegiatan operasional mutlak adanya. Di sisi lain, Pemda harus berperan aktif untuk mengindentifikasi potensi yang dimiliki daerahnya. Dalam pelaksanaannya (peningkatan konten lokal), perlu dipastikan berjalan sesuai rencana, kata dia. Selain itu, industri hulu migas perlu menyiapkan skenario dalam menjalin hubungan dengan para pemangku kepentingan. Alasannya, pihak-pihak yang dihadapi daerah sangat beragam. Tidak heran, permasalahan yang dihadapi cukup kompleks, kata Soeyoto. Untuk menyelesaikan kendalakendala di daerah, BPMIGAS Wilayah Jawa Timur, Papua, dan Maluku (Japalu) telah membentuk kluster komunikasi yang akan menjembatani dan mensinergikan kegiatan kontraktor di wilayah masingmasing kluster dengan pemda dan pemangku kepentingan yang berada di daerah tersebut. Karena untuk mencapai keberhasilan di kegiatan hulu migas diperlukan sinergi antara pemerintah pusat dan pemda, serta para pemangku kepentingan di pusat maupun daerah, kata kepala Perwakilan BPMIGAS wilayah Japalu, Budi Arman.

15

N o . 7 2 - J ul i 2 0 1 1

EKS P A NS I

BPMIGAS GANDENG JEPANG KEMBANGKAN BISNIS GASBadan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BPMIGAS) menandatangani nota kesepahaman (mutual of undestanding/MoU) dengan Japan Bank International Corporation (JBIC). Penandangan dilakukan Kepala BPMIGAS, R. Priyono dan Kepala Departemen Keuangan Asia Pasifik JIBC, Nobuyuki Higashi, di kantor BPMIGAS, Jakarta, Selasa, 28 Juni 2011 lalu. MoU tersebut menjadi payung kerja sama untuk pertukaran pikiran dan pengalaman terutama dalam mengembangkan bisnis gas di Indonesia. Sebagai kelanjutan MoU itu, ditandatangani deklarasi kerja sama (declaration of cooperation/ DoC) dengan dua perusahaan asal Jepang, yakni Sumitomo dan Mitsui. Kerja sama dengan Mistui ditargetkan sebagai dasar mengembangkan proyek marine compressed natural gas (CNG) dari sumber-sumber gas kecil hingga menengah yang jumlahnya cukup banyak di Indonesia. Sedangkan DoC dengan Sumitomo lebih memfokuskan pada pengembangan proyek gas untuk kelistrikan. Sebagai langkah pertama, BPMIGAS dan dua perusahaan itu akan melakukan studi kelayakan bersama, kata Priyono dalam sambutannya. Dia menjelaskan, potensi lapangan gas kecil sampai menengah di Indonesia sangat besar. Diperkirakan cadangannya mencapai 40 triliun kaki kubik. Sekitar 43 kontraktor kontrak kerja sama (KKS) yang memiliki lapangan marjinal akan diajak berunding. Studi diperkirakan selama 3-6 bulan, katanya. Priyono menegaskan, bisnis baru dengan Jepang ini akan mewajibkan kontraktor dan investor menerapkan teknologi state of the art dalam pengembangan sumber gas di Indonesia. Seluruh gas akan digunakan sebagai feedstock untuk industri domestik dan pembangkit listrik. Tidak untuk dibawa ke luar negeri. Dia yakin, kerja sama ini akan menciptakan hubungan saling menguntungkan antara perbankan nasional, khususnya bank umum nasional, dan Jepang. Kedua belah pihak mulai saat ini dapat bekerja sama untuk mengindentifikasi dan mengeksekusi potensi pengembangan sumber energi, khususnya gas di Indonesia. Selain itu, peran Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dan universitas diharapkan terlibat dalam berbagai kegiatan tahapan proyek ini. Jadi ada multiplier effect untuk ekonomi nasional dan pengembangan kapasitas nasional, katanya. Nobuyuki Higashi menjelaskan, kerja sama akan memperkuat hubungan antara Pemerintah Indonesia dan Jepang dalam hal peningkatan kapasitas total pasokan gas alam Indonesia. Harapannya, pasokan gas yang stabil dapat tercapai untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik. Kerjasama ini juga menguntungkan perusahaan-perusahaan Jepang yang akan berpartisipasi dalam usaha gas di Indonesia, katanya.

No . 7 2 - Ju li 2 0 11

16