rangkuman pendidikan pancasila prof kaelan

35
Judul : Pendidikan Pancasila Oleh : Prof. Dr. Kaelan, M.S. Penerbit : Paradigma Yogyakarta Tahun : 2010 Jumlah halaman : 285 Harga : Rp. 24.000,- Kondisi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dewasa ini, serta penyimpangan implementasi Pancasila pada masa Orde Lama dan Orde Baru menimbulkan gerakan reformasi di Indonesia, sehingga terjadilah suatu perubahan yang cukup besar dalam berbagai bidang terutama bidang kenegaraan, hokum, maupun politik. Konsekuensinya mengharuskan kita untuk merevisi ulang atas materi Pendidikan Pancasila terutama pada tingkat Perguruan Tinggi. Materi Buku ini disusun untuk dijadikan sebagai acuan perkuliahan yang disusun dari upaya mengumpulkan buku-buku refrensi, hasil-hasil seminar dan diskusi ilmiah serta berbagai tulisan di media masa. Buku ini membahas tentang aspek-aspek pancasila serta penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia. Buku ini mengulas seluk-beluk Pancasila dan hal-hal yang berkaitan, misalnya asal-usul, landasan, tujuan, segi-segi tinjauan Pancasila, hakikat nilai-nilai Pancasila, dan Pancasila sebagai pilihan bangsa, serta memuat susunan dalam satu naskah Undang-Undang Dasar 1945 dengan perubahan (hasil amandemen). Sesuai dengan kewenangan yang diberikan di Pasal 37 Undang- Undang Dasar 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mengadakan pengubahan Undang-Undang Dasar 1945. Perubahan pertama 1999, perubahan kedua 2000, perubahan ketiga 2001, dan perubahan keempat 2002. Isi Buku Pendidikan Kewarganegaraan ini disusun untuk program 1 tahun, yang babnya berjumlah 4 bab pokok materi kemudian diikuti oleh beberapa materi sub bab. Dalam setiap bab terdapat pendahuluan yang berfungsi sebagai pengenalan bab yang akan dipelajari, ringkasan materi (kesimpulan), dan uji kompetensi. Bab-bab tersebut diantaranya : BAB I- - { PENDAHULUAN } - - Pancasila = dasar filsafat o Disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945 o Tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 o Diundangkan dalam :

Upload: aris-munandar

Post on 04-Aug-2015

4.216 views

Category:

Documents


65 download

DESCRIPTION

Rangkuman pendidikan pancasila prof kaelan

TRANSCRIPT

Page 1: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

Judul : Pendidikan Pancasila

Oleh : Prof. Dr. Kaelan, M.S.

Penerbit : Paradigma Yogyakarta

Tahun : 2010

Jumlah halaman : 285

Harga : Rp. 24.000,-

Kondisi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dewasa ini, serta penyimpangan implementasi

Pancasila pada masa Orde Lama dan Orde Baru menimbulkan gerakan reformasi di Indonesia,

sehingga terjadilah suatu perubahan yang cukup besar dalam berbagai bidang terutama bidang

kenegaraan, hokum, maupun politik. Konsekuensinya mengharuskan kita untuk merevisi ulang

atas materi Pendidikan Pancasila terutama pada tingkat Perguruan Tinggi.

Materi Buku ini disusun untuk dijadikan sebagai acuan perkuliahan yang disusun dari upaya

mengumpulkan buku-buku refrensi, hasil-hasil seminar dan diskusi ilmiah serta berbagai tulisan

di media masa. Buku ini membahas tentang aspek-aspek pancasila serta penerapannya dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia.

Buku ini mengulas seluk-beluk Pancasila dan hal-hal yang berkaitan, misalnya asal-usul,

landasan, tujuan, segi-segi tinjauan Pancasila, hakikat nilai-nilai Pancasila, dan Pancasila sebagai

pilihan bangsa, serta memuat susunan dalam satu naskah Undang-Undang Dasar 1945 dengan

perubahan (hasil amandemen). Sesuai dengan kewenangan yang diberikan di Pasal 37 Undang-

Undang Dasar 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mengadakan pengubahan

Undang-Undang Dasar 1945. Perubahan pertama 1999, perubahan kedua 2000, perubahan ketiga

2001, dan perubahan keempat 2002.

Isi

Buku Pendidikan Kewarganegaraan ini disusun untuk program 1 tahun, yang babnya

berjumlah 4 bab pokok materi kemudian diikuti oleh beberapa materi sub bab. Dalam setiap bab

terdapat pendahuluan yang berfungsi sebagai pengenalan bab yang akan dipelajari, ringkasan

materi (kesimpulan), dan uji kompetensi. Bab-bab tersebut diantaranya :

BAB I- – - { PENDAHULUAN } – - -

Pancasila = dasar filsafat

o Disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945

o Tercantum dalam Pembukaan UUD 1945

o Diundangkan dalam :

Page 2: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

Berita RI Tahun 2 No.7

Batang Tubuh UUDS 1945

TAP MPR Tahun 1998 No.XVIII/MPR/1998

Mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara RI

- – - { LANDASAN } – - -

Landasan Pendidikan Pancasila :

A. Historis

B. Kultural

C. Yuridis

D. Filosofis

A. LANDASAN HISTORIS

• Terbentuk melalui proses panjang sejak zaman kerajaan

• Suatu prinsip tersimpul dalam pandangan dan filsaat hidup bangsa berupa ciri khas, sifat, dan

karakter.

• Nasionalisme Indonesia bukan dengan kekuasaan atau hegemoni ideologi tapi dengan

kesadaran berbangsa dan bernegara yang berakar pada sejarah.

• Kausa Materialis Pancasila :

B. LANDASAN KULTURAL

• Setiap bangsa memiliki ciri khas dan pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain.

• Sila-sila Pancasila merupakan karya besar bangsa yang dimiliki melalui proses refleksi filosofis

pendiri negara, diantaranya :

o Soekarno

o Moh.Yamin

o Moh.Hatta

o Soepomo

• Sila-sila Pancasila merupakan hasil pemikiran tentang bangsa dan negara yang mendasarkan

pandangan hidup suatu prinsip nilai.

C. LANDASAN YURIDIS

• UU No.2 Tahun 1989 memuat Sistem Pendidikan Nasional di Perguruan Tinggi

• Pasal 39 berisi kurikulum (jenis/jalur/jenjang) dinyatakan wajib memuat pendidikan :

o Pancasila

Page 3: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

o Agama

o Kewarganegaraan

• SK Mendiknas No.232/U/2000

Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belaja

Mahasiswa. Pasal 10 ayat 1 menyatakan setiap pelajaran wajib memuat agama, Pancasila, dan

Kewarganegaraan.

• SK Dirjen PT : SK No.38/DIKTI/KEP/2002 (pasal 3)

Untuk :

o Mampu berpikir

o Nasional

o Dinamis

Terdiri :

o Historis

o Filosofis

o Ketatanegaraan

o Etika politik

D. LANDASAN FILOSOFIS

• Sebelum merdeka

o Bangsa berketuhanan dan berkemanusiaan

o Karena manusia makhluk Tuhan Yang Maha Esa (kenyataan objektif)

• Syarat mutlak suatu negara

o Negara berpersatuan dan berkerakyatan

o Persatuan berwujud rakyat (unsur pokok)

• Konsekuensi rakyat

o Rakyat

o Dasar ontologis demokrasi karena asal mula kekuasaan negara adalah rakyat

- – - { TUJUAN } – - -

UU No.2 Tahun 1989 dan SK No.38/DIKTI/KEP/2003

Mengarahkan perhatian pada moral dalam kehidupan sehari-hari dengan :

o Memanfaatkan iman dan taqwa

o Mendukung kerakyatan

Page 4: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

Arti tujuan pendidikan

Seperangakat tindakan intelektual penuuh tanggung jawab yang berorientasi pada kompetensi

dan bidang profesi masing-masing.

Cermin sikap

o Intelektual, meliputi :

a. Kemafiran

b. Ketepatan

c. Keberhasilan bertindak

o Tanggung jawab, meliputi :

a. Iptek

b. Etika

c. Agama

d. Budaya

Kesimpulan tujuan

o Kemampuan bertanggung jawab sesuai hati nurani

o Mengenali masalah hidup, kesejahteraan dan solusi

o Mengenali perubahan dan perkembangan :

a. Ilmu pengetahuan

b. Teknologi

c. Seni

o Memaknai sejarah dan nilai budaya untuk persatuan

- – - { PEMBAHASAN ILMIAH } – - -

Syarat-syarat ilmiah Pembahasan Pancasila menurut buku “Tahu dan Pengetahuan” karangan

I.R.Poedjawijatno ada 4, yaitu : Berobjek

Bermetode

Bersistem

Universal

BEROBJEK

Menurut filsafat ilmu : Objek Forma

Objek Materia

Page 5: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

• Objek Forma

Sudut pandang tertentu dalam Pembahasan Pancasila.

Pancasila dapat dipandang dari sudut : Moral Moral Pancasila

Ekonomi Ekonomi Pancasila

Pers Pers Pancasila

Hukum Pancasila Yuridis

Filsafat Filsafat Pancasila

• Objek Materia

Sasaran pengkajian pancasila adalah Bangsa Indonesia dengan segala aspek budayanya yang

meliputi :

Non Empiris Budaya Empiris Adat Istiadat

Moral Bukti Sejarah

Religius Naskah Kenegaraan

Lembaran Sejarah

BERMETODE

• Analitico Syntetic

Metode pembahasan Pancasila yang merupakan perpaduan metode analisis dan sintetis

• Hermeneutika

Digunakan untuk menemukan makna dibalik objek

• Koherensi Historis

• Pemahaman, Penafsiran dan Interpretasi

BERSISTEM

Hubungan dalam sistem : Interelasi artinya berhubungan

Interpedensi artinya ketergantungan

Sifat sistem : Koheren (runtut)

Sehingga sila-sila Pancasila menjadi kesatuan yang sistematik

UNIVERSAL

Berarti tidak terbatas untuk waktu, ruang, keadaan, situsi, kondisi, dan jumlah.

Hakikatnya : Ontologis Nilai Pancasila

Intisari / esensi

Makna sila-sila universal

Page 6: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

Tingkatan pengetahuan ilmiah : Deskriptif : Bagaimana

Kausal : Mengapa

Normatif : Kemana

Essensial : Apa

Proses kausalitas Pancasila : Materialis

Formalis

Effisien

Finalis

Pengamalan : Das Sollen : yg seharusnya

Das Sein : kenyataan

- – - { BEBERAPA PENGERTIAN PANCASILA } – - -

Lingkup pengertian : Etimologis

Historis

Terminologis

SECARA ETIMOLOGIS

• Bahasa Sansekerta India

o Panca : lima

o Syila : batu sendi, alas, dasar

o Syiila : peraturan tingkah laku yang baik

Berbatu sendi 5

Dasar yang memiliki 5 unsur

• Kitab Tripitaka

o Suttha Pitaka

o Abhidama Pitaka

o Vinaya Pitaka

• Five Moral Principles, menurut Budha :

o Panatipada veramani sikhapadam samadiyani

Jangan membunuh

o Dinna dana veramani sikhapadam samadiyani

Jangan mencuri

o Kameshu micchacara veramani sikhapadam samadiyani

Page 7: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

Jangan berzina

o Musawada veramani sikhapadam samadiyani

Jangan berbohong

o Surya meraya masjja pamada tikana veramani

Jangan mabuk

• Syair Pujian Empu Prapanca (sarga 53 bait 2)

Yatnaggegwani Pancasyiila Kertasangkarbhisekaka krama berarti 5 pantangan, berupa :

o Mateni : Membunuh

o Maling : Mencuri

o Madon : Berzina

o Mabok : Mabuk

o Main : Berjudi

SECARA HISTORIS

• Menurut Mr.Muhammad Yamin (29 Mei 1945)

o Peri Kebangsaan

o Peri Kemanusiaan

o Peri Ketuhanan

o Peri Kerakyatan

o Kesejahteraan Rakyat

Yang dituangkan menjadi :

o Ketuhanan Yang Maha Esa

o Kebangsaan Persatuan Indonesia

o Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab

o Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

o Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

• Menurut Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

o Nasionalisme / Kebangsaan Indonesia

o Internasionalisme / Perikemanusiaan

o Mufakat / Demokrasi

o Kesejahteraan Sosial

o Ketuhanan yang Berkebudayaan

Page 8: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

Dalam perkembangannya PANCASILA diusulkan menjadi TRISILA yang berisi :

o Sosio Nasional : Nasionalisme dan Internasionalisme

o Sosiso Demokrasi : Demokrasi dan Kesejahteraan Rakyat

o Ketuhanan Yang Maha Esa

Dalam perkembangannya TRISILA diusulkan menjadi EKASILA yang merupakan gotong

royong

• Menurut Piagam Jakarta (22 Juni 1945)

o Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari‟at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

o Kemanusiaan yang adil dan beradab

o Persatuan Indonesia

o Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan perwakilan

o Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

SECARA TERMINOLOGIS

• Bagian UUD 1945

o Pembukaan (4 alinea)

o 37 Pasal

o Peraturan Peralihan (4 pasal)

o Aturan Tambahan (2 ayat)

• Konstitusi RIS (berlaku sejak 29 Desember 1949 s/d 17 Agustus 1950)

o Ketuhanan Yang Maha Esa

o Peri Kemanusiaan

o Kebangsaan

o Kerakyatan

o Keadilan Sosial

• UUDS 1950 (berlaku sejak 17 Agustus 1950 s/d 5 Juli 1959)

o Ketuhanan Yang Maha Esa

o Peri Kemanusiaan

o Kebangsaan

o Kerakyatan

o Keadilan Sosial

Page 9: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

• Kalangan Masyarakat

o Ketuhanan Yang Maha Esa

o Peri Kemanusiaan

o Kebangsaan

o Kedaulatan Rakyat

o Keadilan Sosial

Pembukaan UUD 1945 dan TAP MPR XX/MPRS/1966 dan INPRES No.12,13 April 1968

menegaskan :

Pengucapan, penulisan, dan rumusan Pancasila yang sah dan benar adalah PEMBUKAAN UUD

1945

← RANGKUMAN PENDIDIKAN PANCASILA PROF.KAELAN BAB I

RANGKUMAN PENDIDIKAN PANCASILA PROF. KAELAN BAB 3 →

RANGKUMAN PENDIDIKAN PANCASILA PROF.KAELAN BAB 2

Posted on Januari 10, 2011 by saepudin

BAB II

PANCASILA

DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN PANCASILA

Untuk memahami Pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya dengan jati diri

bangsa Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk

membentuk suatu negara yang berdasarkan suatu asa hidup bersama demi kesejahteraan hidup

bersama, yaitu negara yang berdasarkan Pancasila.

A. ZAMAN KUTAI

Masyarakat Kutai memebuka sejarah Indonesia pertama kalinya menampilkan nilai sosial politik

dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan kenduri serta sedekah pada para Brahmana.

B. ZAMAN SRIWIJAYA

Tiga tahap pembentukan negara Indonesia :

1. Sriwijaya/ syailendra (600-1400) – kedatuan

2. Majapahit (1293-1525) – keprabuan

3. Modern (17 Agustus 1945-sekarang)

Page 10: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

Marvuat vanua criwijaya siddhayatra subhiksa berarti suatu cita-cita negara yang adil dan

makmur, hal ini merupakan cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara yang

sudah tercermin sejak zaman kerajaan Sriwijaya.

C. ZAMAN KERAJAAN SEBELUM MAJAPAHIT

Banyak kerajaan kecil yang mendukung akan lahirnya kerajaan Majapahit seperti Isana, Kalasan,

Darmawangsa,dll.

D. ZAMAN MAJAPAHIT

Empu Prapanca menilis Negarakertagama yang memuat istilah Pancasila. Begitu juga Empu

Tantular yang mengarang kitab Sutasoma yang memuat Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma

Magrua yang berarti walau berbeda namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki

Tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukkan adanya realitas kehidupan agama pada saat itu, yaitu

Hindu dan Budha.

Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan Menteri-

menteri di paseban keprabuan Majapahit tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan

seluruh nusantara raya sebagai berikut : “Saya barua akan berhenti berpuasa makan pelapa,

jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan negara.Impian ini telah mempersatukan

silayah nusantara dalam sebuah kesatuan menjadi kenyataan hingga saat ini.

E. ZAMAN PENJAJAHAN

Belanda terbukti menindas rakyat Indonesia melalui berbagai cara, namun berkat kegigihan para

pejuang untuk bebas dari penjajah, kerajaan dan pemerintahan yang ada saat itu melakukan

perundingan silih berganti.

Namun, semua perlawanan senantiasa kandas karena tidka disertai rasa persatuan dan kesatuan

dalam menaklukkan penjajah.

F. KEBANGKITAN NASIONAL

Terjadinya pergolakkan kebangkitan dunia timur mendorong bangkitnya semangat kesadaran

berbangsa yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo, disusul dengan lahirnya SDI, SI, Indische

Partij, PNI, dll.

Munculnya organisasi kepemudaan menunjukkan bahwa persatuan untuk melawan penjajah

mulai terealisasikan.

G. ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG

Indonesia jatuh ke tangan Jepang karena Belanda takluk pada Jepang. Tak ada bedanya dengan

Page 11: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

Belanda, Jepang pun memeras tenaga rakyat untuk kepentingan Jepang.

Janji merdeka diberikan pada Indonesia berkali-kali melalui BPUPKI dan PPKI. BPUPKI

mengadakan sidang untuk mewujudkan keinginan merdeka, yaitu pada :

1. 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945

Membahas usulan0usulan rumusan dasar negara. Sidang ini dihadiri oleh beberapa tokoh

penting, seperti :

• Mr. Muh. Yamin

• Prof. Dr. Soepomo

• Ir. Soekarno

2. 10 Juli 1945 – 16 Juli 1945

Membentuk “Panitia Sembilan” untuk membuat pembukuan hukum dasar yang lebih kita kenal

dengan istilah Undang-Undang Dasar.

H. SIDANG BPUPKI

1. Sidang Pertama (18 Agustus 1945)

Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan-keputusan sebagai berikut :

• Setelah melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yang kemudian berfungsi sebagai

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

• Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari Badan Penyelidik pada tanggal

17 Juli 1945, setelah mengalami berbagai perubahan karena berkaitan dengan perubahan Piagam

Jakarta, kemudian berfungsi sebagai Undang-Undang Dasar 1945.

• Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama.

• Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai badan musyawarah darurat.

2. Sidang Kedua (19 Agustus 1945)

Pada sidang kali ini, PPKI berhaisl menetapkan daerah Propinsi sebagai berikut :

• Jawa Barat

• Jawa Tengah

• Jawa Timur

• Sumatera

• Borneo

• Sulawesi

Page 12: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

• Maluku

• Sunda Kecil

3. Sidang Ketiga (20 Agustus 1945)

Sidang ketiga ini dilakukan pembahasan terhadap agenda tentang „Badan Penolong Keluarga

Korban Perang‟, adapun keputusan yang dihasilkan adalah terdiri atas delapan pasal. Salah satu

dari pasal tersebut yaitu, pasal 2 dibentuklah suatu badan yang disebut „ Badan Keamanan

Rakrat‟ (BKR)

4. Sidang Keempat (22 Agustus 1945)

Pada sidang keempat PPKI membahas agenda tentang Komite Nasional Partai Nasional

Indonesia, yang pusatnya berkedudukan di Jakarta.

I. PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN SIDANG PPKI

Proklamasi Jepang kalah perang melawan tentara sekutu, Jepang terdesak memberikan

kemerdekaan Indonesia melalui PPKI sebagai tim perncang kemerdekaan Indoensia.

PPKI beranggotakan 21 orang, yang tidak satupun anggotanya dari pihak Jepang sehingga dapat

leluasa merundingkan proklamasi untuk kemerdekaan Indonesia.

J. MASA SETELAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN

Arti proklamasi kemerdekaan bagi Indonesia :

1. Secara yuridis, Proklamasi menjadi awal tidak berlakunya hukum kolonial, dan mulai

berlakunya hukum masional.

2. Secara politis ideologis, Proklamasi berarti bahwa Indonesia terbebas dari penjajahan dan

memiliki kedulatan untuk menentukan nasib sendiri.

Pembentukan Negara RIS

Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memeliki kedaulatan. Oleh karena itu,

persetujuan KMB bukanlah penyerahan kedaulatan, melainkan pengalihan atau pengakuan

kedaulatan.

Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Ketidakstabilan negara disegala bidang membuat Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit

Presiden yang berisi :

• Membubarkan Konstituante

• UUDS 1950 tidak berlaku lagi dengan diberlakukannya UUD 1945

• Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Page 13: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

Landasan hukum Dekrit adalah hukum darurat :

• Hukum tata negara darurat subjektif

• Hukum tata negara darurat objektif

Masa Orde Baru

Muncul Tritura akibat adanya peristiwa pemberontakan PKI yang berisi :

• Pembubaran PKI

• Pembersihan kabinet dari unsur PKI

• Penurunan harga kebutuhan pokok

Pemerintahan orde baru melaksanakan program-programnya dalam upaya merealisasikan

pembangunan nasional sebagai perwujudan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni

dan konsekuen.

RANGKUMAN PENDIDIKAN PANCASILA PROF. KAELAN BAB 3

Posted on Januari 10, 2011 by saepudin

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Jika seseorang berpandangan bahwa kebenaran pengetahuan itu sumbernya rasio maka orang

tersebut berfilsafat rasionalisme.

Jikalau seseorang berpandangan bahwa dalam hidup ini yang terpenting adalah kenikmatan,

kesenangan dan kepuasan lahiriah maka paham ini disebut hedonisme.

Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa Yunani :

1. Philein yang berarti cinta

2. Sophos yang berarti hikmah/ kebijaksanaan/ wisdom

Secara harfiah, filsafat mengandung makna kebijaksanaan

Bidang ilmu yang mencakup filsafat :

1. Manusia

2. Alam

3. Pengetahuan

4. Etika

5. Logika

Filsafat secara menyeluruh berarti :

A. Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian

1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para filsuf pada

Page 14: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran.

2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi manusia sebagai hasil dari aktivitas

berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang bersumber

pada akal manusia.

B. Filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat dinamis.

1. Metafisika

Membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis, yang meliputi bidang-bidang

ontologi, kosmologi, dan antropologi.

2. Epistemologi

Berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.

3. Metodologi

Berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan.

4. Logika

Berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumusan dan dalil berfikir yang benar.

5. Etika

Berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.

6. Estetika

Berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan

RUMUSAN KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM

Sistem adalah suatu keasatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekarja sama

untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan utuh yang

memiliki ciri-ciri :

A. Suatu kesatuan bagian-bagian

B. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri

C. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.

D. Keseluruhan dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan sistem)

E. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila pada hakikatnya

merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri namun secara keseluruhan merupakan suatu

kesatuan yang sistematis.

1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Bersifat Organis

Page 15: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

Monopluralis merupakan kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis, memiliki hakikat

secara filosofis yang bersumber pada hakikat dasara ontologis manusia sebagai pendukung dari

inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia.

2. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramida

Secara ontologis hakikat sila-sila Pancasila mendasarkan pada landasan Pancasila yaitu :

• Tuhan

• Manusia

• Satu

• Rakyat

• Adil

Hakikat dan inti Pancasila :

• Ketuhanan

• Kemanusiaan

• Persatuan

• Kerakyatan

• Keadilan

3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling

mengkualifikasi

Kesatuan sila-sila Pancasila yang meajemuk tunggal, hierarki piramidal juga dimaksudkan

bahwa dalam setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, atau dengan lain perkataan dalam

setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya.

KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI KESATUAN SISTEM FILSAFAT

Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar

epistemologis, dan dasar oskologis sendiri yang berbeda degan sistem filsafat yang lainnya

misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme dan lain paham filsafat

di dunia.

1. Dasar Antropologis Sila-Sila Pancasila

2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila

3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila

Nilai-nilai Pancasila sebagai Suatu Sistem

Nilai-nilai yang terkandung dalam sila satu sampai dnegan sila lima merupakan cita-cita harapan

Page 16: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

dan dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkannya dalam kehidupan. Sejak dahulu cita-

cita tersebut telah didambakan oleh bangsa Indonesia agar terwujud dalam suatu masyarakat

yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja, dengan penuh harapan diupayakan

terealisasi dalam setiap tingkah laku dan perbuatan setiap manusia Indonesia.

PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR FUNDAMENTAL BAGI BANGSA DAN NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

1. Dasar Filofofis

2. Nilai-nilai Pancasila sebagaiNIlai Fundamental Negara

INTI ISI SILA PANCASILA

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

3. Sila Perstuan Indonesia

4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin oLeh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan

Perwakilan

5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

RANGKUMAN PENDIDIKAN PANCASILA PROF. KAELAN BAB 4

Posted on Januari 10, 2011 by saepudin

BAB IV

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Dalam filsafat Pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat

kritis, mendasar, rasional, sitematis dan komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini

merupakan suatu nilai. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat tidak secraa langsung

menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praksis

melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar.

Norma-norma tersebut meliputi :

1. Norma moral

Berkaitan dengan tingkah laku manusia, dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. Dalam

kapasitas inilah nilai-nilai Pancasila telah terjabarkan dalam suatu norma-norma moralitas atau

norma-norma etika sehingga Pancasila merupakan sistem etika dalam maasyarakat, berbangsa

dan bernegara.

2. Norma hukum

Page 17: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Pancasila berkedudukan

sebagai sumber dari segala sumber hukum di negara Indoensia. Nilai-nilai Pancasila sebenarnya

berasal dari Bangsa Indonesia sendiri atau dnegan lain perkataan bangsa Indonesia sebagai asal

mula materi (kausa materialis) nilai-nilai Pancasila.

PENGERTIAN ETIKA

Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu

ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab

berhadapan dengna pelbagai jaaran moral.

Etika terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Etika Umum

2. Etika Khusus:

o Etika Individual, membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri

o Etika Sosial, membahas kewajiban manusia trhadap manusia lain.

PENGERTIAN NILAI, NORMA, DAN MORAL

A. PENGERTIAN NILAI

Nilai merupakan kemampuan yang dipercayai yang ada pad asuatu benda untuk memuaskan

manusia. Jadi hakikatnya, nilai merupakan sifat atau kualitas yang melakat pada suatu objek,

bukan objek itu sendiri.

B. HIERARKI NILAI

Kelompok nilai menurut tinggi dan rendahnya :

• Nilai-nilai kenikmatan

• Nilai-nilai kehidupan

• Nilai-nilai kejiwaan

• Nilai-nilai kerohanian

Golongan manusia menurut Walter G.Everet :

• Nilai-nilai ekonomis

• Nilai-nilai kejasmanian

• Nilai-nilai hiburan

• Nilai-nilai sosial

• Nilai-nilai watak

• Nilai-nilai estetis

Page 18: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

• Nilai-nilai intelektual

• Nilai-nilai keagamaan

Notonagoro membagi nilai menjadi 3 macam :

• Nilai material

• Nilai vital

• Nilai kerohanian :

1. Nilai kebenaran

2. Nilai keindahan

3. Nilai kebaikan

4. Nilai religius

NILAI DASAR,NILAI INSTRUMENTAL dan NILAI PRAKTIS

NILAI DASAR

Nilai dasar tidak dapat diamati melalui indera manusia, namun berkaitan dengan tingkah laku

manusia atau segala aspek kehidupan manusia yang bersifat nyata.

Nilai bersifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan objektif segala sesuatu misalnya

Tuhan, manusia atau segala sesuatu lainnya.

NILAI INSTRUMENTAL

Merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan diarahkan, sehingga dapat dikatakan bahwa

nilai instrumental juga merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.

NILAI PRAKSIS

Merupakan perwujudan dari nilai instrumental sehingga dapat berbeda-beda wujudnya, namun

demikian tidak bisa menyimpang atau bahkan tidak dapat bertentangan karena nilai dasar, nilai

instrumental dan nilai praksis merupakan suatu sistem perwujudan yang tidak boleh

menyimpang dari sistem tersebut.

RANGKUMAN PENDIDIKAN PANCASILA PROF.KAELAN BAB 5

Posted on Januari 10, 2011 by saepudin

BAB V

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

A. PENGERTIAN ASAL MULA PANCASILA

Pancasila terbentuk melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Secara

kausalitas, Pancasila sebelum disyahkan menjadi dasar filsafat negara, nilai-nilainya telah ada

Page 19: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai istiadat, kebudayaan dan nilai-

nilai religius. Agar memiliki pengetahuan yang lengkap tentang proses terjadinya Pancasila,

maka secara ilmiah harus ditinjau berdasarkan proses kausalitas.

1. Asal Mula yang Langsung

Teori kausalitas ini dikembangkan oleh Aristoteles, adapun berkaitan dengan asal mula yang

langsung tentang Pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya Pancasila sebagai dasar

filsafat negara yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang Proklamasi Kemerdekaan yaitu sejak

dirumuskan para pendiri negara sejak sidang BPUPKI pertama. Adapun rincian asal mula

langsung Pancasila adalah sebagai berikut :

a. Asal Mula Bahan (Kausa Materialis)

Asal Bahan Pancasila adalah pada bangsa Indonesia sendiri yang terdapat dalam kepribadian dan

pandangan hidup.

b. Asal Mula Bentuk (Kausa Formalis)

Asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno bersama Drs. Moh.Hatta serta anggota BPUPKI

lainnya yang merumuskan dan membahas Pancasila terutama dalam hal bentuk, rumusan serta

nama Pancasila.

c. Asal Mula Karya (Kausa Effisien)

Asal mula karyanya adalah PPKI sebagai pembentuk negara dan atas kuasa pembentuk negara

yang mengesahkan Pancasila menjadi dasar negara yang sah.

d. Asal Mula Tujuan (Kausa Finalis)

Asal mula tujuan adalah para anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan termasuk Soekarno dan

Hatta yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila sebelum ditetapkan oleh PPKI sebgaai

dasar negara yang sah.

2. Asal Mula yang Tidak Langsung

Asal mula tidak langsung terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan hidup sehari-hari

bangsa Indonesia dengan rincian berikut :

a. Unsur Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar filsafat negara yaitu :

Nilai Ketuhanan

Nilai Kermanusiaan

Nilai Persatuan

Page 20: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

Nilai Kerakyatan

Nilai Keadilan

b. Terkandung dalam pandangan hidup masyarakat sebelum membentuk negara yaitu :

Nilai adat istiadat

Nilai kebudayaan

Nilai religius

c. Asal mula tidak langsung Pancasila merupakan kausa materialis atau asal mula tidak langsung

nilai-nilai Pancasila.

Pancasila bukanlah hasil perenungan seseorang atau kelompok atau bahkan hasil sintesa paham-

paham besar dunia, melainkan pandangan hidup bangsa Indonesia.

3. Bangsa Indoenesia ber-Pancasila dalam “Tri Prakara”

Pancasila terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah kebangsaan

Indonesia yang terangkum dalam tiga asas atau Tri Prakara, yaitu :

a. Pancasila Asas Kebudayaan

b. Pancasila Asas Religius

c. Pancasila Asas Kenegaraan

B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA

Setiap kedudukan dan fungsi Pancasila pada hakikatnya memiliki makna serta dimensi masing-

masing yang konsekuensi aktualisasinya pun memiliki aspek yang berbeda-beda, walaupun

hakikat dan sumbernya sama.

1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur adalah suatu wawasan

yang menyeluruh terhadap kehidupan. Pandangan hiudp berfungsi sebagai kerangka acuan baik

untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat

serta alam sekitarnya. Pandangan hidup bangsa dapat disebut sebagai ideologi bangsa (nasional),

dan pandangan hidup negara dapat disebut sebagai ideologi negara.

2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai berikut :

a. Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib

hukum) Indonesia.

b. Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar 1945.

Page 21: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

c. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.

d. Mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah memegang teguh cita-cita

moral rakyat yang luhur.

e. Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945 bagi penyelenggara negara.

3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan

budaya bangsa. Karena ciri khas Pancasila memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.

a. Pengertian Ideologi

Ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar atau sering kita sebut sebagai cita-cita.

Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan,

kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut :

Bidang Politik

Bidang Sosial

Bidang Kebudayaan

Bidang Keagamaan

Ideologi negara yang merupakan sistem kenegaraan utnuk rakyat dan bangsa pada hakikatnya

merupakan asas kerohanian yang memilki ciri khas diantaranya :

Mempunyai derajat tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.

Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan hidup, pedoman hidup,

pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi

berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

b. Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup

Ideologi tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup yang membenarkan pengorbanan

masyarakat. Bukan hanya berupa nilai dan cita-cita tertentu melainkan sebuah tuntutan bagi

rakyatnya.

Ideologi terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka yang tidak hanya dibenarkan,

dibutuhkan karena bukan merupakan paksaan dari pihak luar melainkan digali dan diambil dari

harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.

c. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif

Ideologi partikular diartikan sebagai suatu keyakinan yang tersusun secara sistematis dan terkait

erat dengan kepentingan suatu kelas sosial tertentu dalam masyarakat.

Page 22: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

Ideologi komprehensif diartikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh mengenai semua

aspek kehidupan sosial yang memiliki cita-cita melakukan transformasi sosial besar-besaran

emnuju bentuk tertentu.

d. Hubungan antara Filsafat dan Ideologi

Dari tradisi sejarah filsafat barat dapat dibuktikan bahwa tumbuhnya ideologi seperti liberalisme,

kapitalisme, marxisme leninisme, maupun nazisme dan facisme bersumber kepda aliran-aliran

filsafat yang berkembang disana.

C. PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN PAHAM IDEOLOGI BESAR

LAINNYA DI DUNIA

1. Ideologi Pancasila

Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan

makhluk sosial. Ideologi Pancasila mengakui kebebasan dan kemerdekaan individu yang berarti

tetap mengakui dan menghargai kebebasan individu lain.

2. Negara Pancasila

Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara. Maka bangsa Indonesia

mendirikan suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu yang karena ditentukan

oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya. Maka bangsa ini mendirikan suatu negara

berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara Persatuan, Negara Kebangsaan serta Negara

yang bersifat Integralistik.

a. Paham Negara Persatuan

Merupakan kesatuan unsur-unsur yang membentuknya berupa rakyat, wilayah, dan kedaulatan

pemerintah.

Bhineka Tunggal Ika

Hakikat makna Bhineka Tunggal Ika yang memberikan suatu pengertian bahwa meskipun

bangsa dan negara Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa yang memiliki adat

istiadat, kebudayaan serta karakter yang berbeda, memiliki agama yang berbeda dan terdiri dari

beribu kepulauan wilayah nusantara Indonesia, namun keseluruhannya merupakan suatu

persatuan yaitu persatuan bangsa dan negara Indonesia.

b. Paham Negara Kebangsaan

Manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut bangsa, dan bangsa yang hidup

Page 23: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan tertentu maka pengertian ini disebut sebagai

negara.

Hakikat Bangsa

Pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia dalam merealisasikan

harkat dan martabat kemanusiaannya.Namun, bangsa bukanlah suatu totalitas kelompok

masyarakat yyang menenggelamkan hak-hak individu sebagaimana terjadi pada bangsa sosialis

komunis.

Teori Kebangsaan

Terdapat berbagai macam teori besar di dalam suatu bangsa, diantaranya :

i. Teori Hans Kohn

“Bangsa terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara dan

kewarganegaraan. Suatu bangsa tumbuh dan berkembang dari anasir serta akar yang terbentuk

melalui suatu proses sejarah.”

ii. Teori Kebangsaan Ernest Renan

Pokok pikiran bangsa adalah sebagai berikut :

• Bangsa adalah suatu jiwa, asas kerohanian.

• Bangsa adalah solidaritas besar, hasil sejarah.

• Bangsa bukan sesuatu yang abadi.

• Wilayah dan ras bukan penyebab timbulnya bangsa.

iii. Teori Geopolitik Frederich Ratzel

“Negara merupakan suatu organisme yang hidup yang memiliki hubungan wilayah geografis

dengan bangsa.”

iv. Negara Kebangsaan Pancasila

Pancasila bersifat mejemuk tunggal. Unsur-unsur yang membentuk nasionalisme Indonesia

adalah sebagai berikut :

• Kesatuan Sejarah

• Kesatuan Nasib

• Kesatuan Kebudayaan

• Kesatuan Wilayah

• Kesatuan Asas Kerohanian

Page 24: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

c. Paham Negara Integralistik

Pancasila sebagai asas kerohanian bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya merupakan

suatu asas kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius. Dalam pengertian ini, Indonesia

dengan keanekaragamannya membentuk suatu kesatuan integral sebagai suatu bangsa yang

merdeka.

Berdasarkan pengertian paham integralistik tersebut maka rincian pandangannya adalah sebagai

berikut :

Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral.

Semua golongan bagian, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan lainnya.

Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang organis.

Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa seluruhnya.

Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan, tidak menganggap kepentingan seseorang

sebagai pusat.

Negara tidak hanya menjamin kepentingan seseorang atau golongannya saja namun menjamin

kepentingan manusia seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral.

Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya.

d. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa

Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk Tuhan. Maka, bangsa

dan negara sebagai totalitas yang integral adalah berketuhanan, demiian pula setiap warganya

juga berKetuhanan Yang Maha Esa.

Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa

Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa secara ilmiah filosofis mengandung makna terdapat

kesesuaian hubungan sebab akibat antara Tuhan, manusia dan negara Yng merupakan dasar

untuk memimpin cita-cita kenegaraan untuk menyelenggarakan yang baikbagi masyarakat dan

penyelenggara negara.

Hubungan Negara dan Agama

Negara pada hakikatnya merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai penjelmaan sifat

kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu sifat dasar kodrat

manusia tersebut merupakan sifat dasar negara, sehingga negara sebagai manifestasi kodrat

manusia secara horizontal dalam hubungan dengan manusia lain untuk mencapai tujua bersama.

Page 25: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

Oleh karena itu, negara memiliki sebab akibat langsung dengan manusia karena manusia adalah

sebgaai pendiri negara. Hubungan ini sangat ditentukan oleh dasar ontologis setiap individu.

i. Hubungan Negara dan Agama Menurut Pancasila

Hubungan menurut Pancasila adalah sebagai berikut :

• Negara berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa

• Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang Berketuhanan yang Maha Esa dengan konsekuensi

setiap warga memiliki hak untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai agama masing-

masing.

• Tidak mengakui atheisme dan sekularisme.

• Tidak mengizinkan pertentangan agama, golongan agama, inter serta antar pemeluk agama

tertentu.

• Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama tertentu.

• Memberikan toleransi terhadap pemeluk agama lain yang menjalankan ibadah.

• Segala peraturan harus sesuai dengan Ketuhanan Yang Maha Esa.

• Negara merupakan berkah rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

ii. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Theokrasi

Negara menyatu dengan agama, pemerintahan dijalankan berdasarkan firman-firman Tuhan,

segala tata kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara didasarkan atas firman Tuhan.

Negara Theokrasi Langsung

Doktrin dan ajaran yang berkembang dalam negara Theokrasi langsung sebagai upaya

memperkuat dan meyakinkan rakyat terhadap kekuasaan Tuhan dalam negara.

Negara Theokrasi Tidak Langsung

Bukan Tuhan sendiri yang memerintah dalam negara, melainkan Kepala Negara atau Raja yang

memerintah negara atas kehendak Tuhan.

iii. Hubungan Negara dan Agama Menurut Sekularisme

Paham sekularisme membedakan dan memisahkan antara agama dan negara. Bentuk, sistem

segala aspek kenegaraan tidak ada hubungannya dengan agama. Sekularisme bepandanagn

bahwa masalah keduniawian berhubungan dengan manusia saja tanpa Tuhan.

e. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Negara Pancasila sebagai negara Kebangsaan yang berkemanusiaan yang Adil dan Beradab,

mendasarkan nasionalisme (kebangsaan) berdasar hakikat kodrat manusia. Kebangsaan

Page 26: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

Indonesia adalah kebangsaan yang berkemanusiaan, bukan suatu kebangsaan yang

Chauvimisme.

f. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan

Pokok-pokok yang terkandung dalam sila keempat dalam penyelenggaraan negara dapat dirinci

sebagai berikut :

Manusia Indonesia sebagai warga negara dan masyarakat mempunyai kedudukan dan hak

yang sama.

Dalam menggunakan hak-haknya, selalu memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan

negara dan masyarakat.

Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama maka pada dasarnya tidak

dibenarkan memaksakan kehendak pada pihak lain.

Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu dimusyawarahkan.

Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah.

Musyawarah untuk mencapai mufakat disertai semangat kebersamaan.

g. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkeadilan sosial

Sebagai suatu negara hukum yang berkeadilan sosial maka negara Indonesia harus mengakui dan

melindungi hak asasi manusia. Dalam hidup bersama baik dalam masyarakat, bangsa dan negara

harus terwujud suatu keadilan (Keadilan Sosial) yang meliputi 3 hal :

Keadilan Distributif

Keadilan Legal

Keadilan Komutatif

3. Ideologi Liberal

Atas dasar ontologis hakikat manusia, dalam kehidupan masyarakat bersama yang disebut

negara, kebebasan individu sebagai basis demokrasi bahkan merupakan unsur fundamental.

Pemahaman atas eksistensi rakyat dalam suatu negar ainilah yang merupakan sumber perbedaan

konsep, antara lain terdapat konsep yang menekankan bahwa rakyat adalah sebagai suatu

kesatuan integral dari elemen-elemen yang menyusun negara, bahkan komunisme menekankan

bahwa rakyat adalah suatu totalitas di atas eksistensi individu.

4. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Liberalisme

Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara, keputusan dan

Page 27: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan sangat ditentukan oleh

kesepakatan individu-individu sebagai warga negaranya.

5. Ideologi Sosialis Komunis

Dalam kaitannya dengan negara, bahwa negara sebagai manifestasi dari manusia sebagai

makhluk komunal. Mengubah masyarakat secara revolusioner harus berakhir dengan

kemenangan pada pihak kelas proletar. Hak asasi manusia hanya berpusat pada hakkolektif,

sehingga hak individual pada hakikatnya tidak ada.

6. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Komunisme

Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat atheis bahkan bersifat antitheis, melarang dan

menekan kehidupan agama. Nilai yang tertinggi dalam negara adalah materi sehingga nilai

manusia ditentukan oleh materi.

RANGKUMAN PENDIDIKAN PENCASILA PROF. KAELAN BAB 6

Posted on Januari 10, 2011 by saepudin

PANCASILA

DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

A. PENGANTAR

Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu kenegaraan

populer disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam kedudukan ini, Pancasila merupakan

sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk sebagai

sumber tertib hukum di negara Republik Indonesia. Konsekuensinya, seluruh peraturan

perundang-undangan serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung

dalam sila-sila Pancasila.

Pancasila merupakan sumber hukum dasar negara baik yang tertulis yaitu Undang-Undang Dasar

negara maupun hukum dasar tidak tertulis ataupun konvensi.

Negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atas Undang-Undang Dasar negara.

Pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban warga negara,

keadilan sosial dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar negara.

Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki kedudukan

yang sangat penting karena merupakan suatu staatsfundamentalnorm dan berada pada hierarki

tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.

Page 28: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

B. PEMBUKAAN UUD 1945

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal UUD 1945, disahkan

oleh Ppki pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diundangkan dalam Berita Republik Indonesia

Tahun II No.7.

Pembukaan UUD 1945 dalam ilmu hukum mempunyai kedudukan di atas pasal-pasal UUD

1945. Konsekuensinya keduanya memiliki kedudukan hukum yang berlainan, namun keduanya

terjalin dalam suatu hubungan kesatuan yang kausal dan organis.

1. Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum Tertinggi

Keududukan Pembukaan Uud 1945 dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia memiliki

dua aspek yang sangat fundamental yaitu :

a) Memberikan faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukum Indonesia

b) Memasukkan diri dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi

Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber dari segala sumber

hukum Indonesia.

2. Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Aadanya Tertib Hukum Indonesia

Syarat-syarat tertib hukum Indonesia dianataranya adalah :

a) Adanya kesatuan subjek

b) Adanya kesatuan asas kerohanian

c) Adanya kesatuan daerah

d) Adanya kesatuan waktu

3. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental

a) Dari segi terjadinya

Ditemukan oleh pembentuk negara dan terjelma dalam suatu pernyataan lahir sebagai

penjelmaan kehendak Pembentuk negara untuk menjadikan hal-hal tertntu sebagai dasar-dasar

negara yang dibentuknya.

b) Dari segi isinya

Memuat dasar-dasar pokok negara sebagai berikut :

1) Dasar tujuan negara

2) Ketentuan diadakannya UUD Negara

3) Bentuk negara

4) Dasar filsafat negara

Page 29: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

4. Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat pada Kelangsungan Hidup Negara Republik Indonesia

Berdasarkan hakikat kedudukan Pembukaan UUD 194 sebagai naskah Proklamasi yang terinci

sebagai penjelmaan Proklamasi Kemerdekaan RI, serta dalam ilmu hukum memenuhi syarat bagi

terjadinya suatu tertib hukum Indonesia dan sebagi Pokok Kaidah Negara yang Fundamental.

5. Tujuan Pembukaan UUD 1945

Alinea I : mempertanggungjawabkan bahwa pernyataan kemerdekaan sudah selayaknya, karena

berdasarkan atas hak kodrat yang bersifat mutlak dari moral bangsa Indonesia untuk merdeka.

Alinea II : menetapkan cita-cita Indonesia yang ingin dicapai dengan kemerdekaan yaitu

terpeliharanya secara ungguh-sungguh kemerdekaan dan kedauatan negara, kesatuan bangsa,

negara dan daerah atas keadlian hukum dan moral bagi diri sendiri dan pihak lain serta

kemakmuran bersama yang berkeadlian.

Alinea III : menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan, menjadi permulaan dan dasar hidup

kebangsaan dan kenegaraan bagi seluruh orang Indonesia yang luhur dan suci dalam lindungan

Tuhan Yang Maha Esa.

Alinea IV : melaksanakan segala sesuatu itu dalam perwujudan dasar-dasar tertentu sebagai

ketentuan pedoman dan pegangan yang tetap dan praktis yaitu dalam realisasi hidup bersama

dalam suatu negara Indonesia.

6. Nilai-nilai Hukum Tuhan, Hukum Kodrat dan Hukum Etis yang Terkandung dalam

Pembukaan UUD 1945

C. HUBUNGAN PEMBUKAAN DAN BATANG TUBUH UUD 1945

Dalam hubungannya dengan Batang Tubuh UUD 1945, menempatkan pembukaan UUD 1945

alinea IV pada kedudukan yang amat penting. Bahkan boleh dikatakan bahwa sebenarnya hanya

alinea IV Pembukaan UUD 1945 inilah yang menjadi inti sari Pembukaan dalam arti sebenarnya.

D. HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN PANCASILA

Pembukaan UUD 1945 secara formal yuridis Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara

Indonesia. Maka, hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbal balik sebagai

hubungan secara formal dan hubungan secara material.

E. HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN PROKLAMASI

Memiliki hubungan yang menunjukkan kesatuanyang utuh dan apa yang terkandung dalam

pembukaan adalah merupakan amanat daris eluruh Rakyat Indonesia tatkala mendirikan negara

dan untuk mewujudkan tujuan bersama.

Page 30: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

RANGKUMAN PENDIDIKAN PANCASILA PROF. KAELAN BAB 7

Posted on Januari 10, 2011 by saepudin

PANCASILA

SEBAGAI PERADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN

BERNEGARA

A. PENGERTIAN PARADIGMA

Paradigma merupakan suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoretis yang umum

sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu

pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.

Dalam masalah ini, istilah paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengandung

konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan

tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu termasuk

dalam bidang pembangunan, reformasi maupun pendidikan.

B. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

Pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa yang mencakup akal, rasa dan kehendak, asepk

raga, aspek individu, aspek makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek kehidupan

ketuhanannya. Kemudian dijabarkan dalam bebagai bidang pembangunan antara lain politik,

ekonomi, sosial, budaya, hukum, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi serta agama.

C. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI

Reformasi dengan melakukan perubahan dalam berbagai bidang yang sering diteriakkan dengan

jargon reformasi total tidak mungkin melakukan perubahan terhadap sumbernya itu sendiri.

Reormais harus memiliki tujuan, dasar, cita-cita serta platform yang jelas dan bagi bangsa

Indonesia Nilai-Nilai Pancasila itulah yang merupakan paradigma Reformasi Total tersebut.

GERAKAN REFORMASI

Awal keberhasilan gerakan Reformasi ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto pada 21

Mei 1998 yang kemudian disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden Prof. Dr. B. J. Habibie

menggantikan kedudukan Presiden. Kemudian diikuti dengan pembentukan Kabinet Reformass

Pembangunan. Pemerintahan Habibie inilah yang merupakan pemerintahan transisi yang akan

mengantarkan rakyat Indonesia untuk melakukan reformasi secara menyeluruh, terutama

pengubahan 5 paket UU. Dengan demikian, reformasi harus diikuti juga dengan reformasi

hukum bersama aparat penegaknya serta reformasi pada berbagai instansi pemerintahan.

Page 31: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI HUKUM

Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, sejalan dengan kemajuan jaman, begitu pula

dengan cara berpikir masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal yang dinamis. Semakin

banyak penemuan-penemuan atau penelitian yang dilakukan oleh manusia, tidak menutup

kemungkinan adanya kelemahan-kelemahan didalamnya, maka dari itu dari apa yang telah

diciptakan atau diperoleh dari penelitian tersebut ada baiknya berdasar pada nilai-nilai yang

menjadi tolak ukur kesetaraan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Yaitu sila

pancasila.

Dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila, apapun yang diperoleh manusia dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan akan sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan dalam

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara indonesia guna melaksanakan pembangunan nasional,

reformasi, dan pendidikan pada khususnya.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI POLITIK

Politik sangat berperan penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia, karena sistem

politik negara harus berdasarkan hak dasar kemanusiaan, atau yang lebih dikenal dengan hak

asasi manusia. Sehingga sistem politik negara pancasila mampu memberikan dasar-dasar moral,

diharapakan supaya para elit politik dan penyelenggaranya memiliki budi pekerti yang luhur, dan

berpegang pada cita-cita moral rakyat yang luhur. Sebagai warga negara indonesia manusia

harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku politik, bukan sekedar objek politik yang

diharapkan kekuasaan tertinggi ada pada rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan

untuk rakyat. Karena Pancasila sebagai paradigma dalam berpolitik, maka sistem politik di

indonesia berasaskan demokrasi, bukan otoriter.

Berdasar pada hal diatas, pengembangan politik di indonesia harus berlandaskan atas moral

ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan, apabila

pelaku politik baik warga negara maupun penyelenggaranya berkembang atas dasar moral

tersebut maka akan menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral yang baik.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI EKONOMI

Sesuai dengan Paradigma Pancasila dalam pembangunan ekonomi, maka sistem dan

pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus, sistem

ekonomi harus mandasarkan pada moralitas ketuhanan, dan kemanusiaan. Hal ini untuk

menghindari adanya pengembangan ekonomi yang cenderung mengarah pada persaingan bebas,

Page 32: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

yaitu yang terkuat dialah yang akan menang, seperti yang pernah terjadi pada abad ke-18, yaitu

tumbuhnya perekonomian kapitalis. Dengan adanya kejadian pada abad ke-18 tersebut, maka

eropa pada awal abad ke-19 bereaksi untuk merubah perkembangan ekonomi tersebut menjadi

sosialisme komunisme, yang berjuang untuk nasib rakyat proletar yang sebelumnya ditindas oleh

kaum kapitalis.

Ekonomi yang humanistik mendasarkan pada tujuan demi mensejahterakan rakyat luas, sistem

ekonomi ini di kembangkan oleh mubyarto, yang tidak hanya mengejar pertumbuhan saja

melainkan demi kemanusiaan dan kesejahteraan seluruh bangsa. Tujuan ekonomi adalah

memenuhi kebutuhan manusia, agar manusia menjadi lebih sejahtera, oleh sebab itu kita harus

menghindarkan diri dari persaingan bebas, monopoli dan yang lainnya yang berakibat pada

penderitaan dan penindasan manusia.

D. AKTUALISASI PANCASILA

Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi objektif dan subjektif.

Aktualisasi objektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan

yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif maupun yudhikatif.

Sedangkan aktualisasi subjektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama dalam

aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat.

E. TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI

Pendidikan tinggi sebgai institusi dalam masyarakat bukanlah merupakan menara gading yang

jauh dari kepentingan masyarakat malainkan, senantiasa mengemban dan mengabdi kepada

masyarakat. Maka menurut PP no.60 Tahun 1999, bahwa perguruan tinggi memiliki tiga tugas

pokok yang disebut Tridharma Perguruan Tinggi, yatu :

1) Pendidikan Tinggi

2) Penelitian

3) Pengabdian Kepada Masyarakat

F. BUDAYA AKADEMIK

Terdapat beberapa ciri masyarakat ilmiah sebgaai budaya akademik, yaitu :

1) Kritis

2) Kreatif

3) Objektif

4) Analitis

Page 33: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

5) Konstruktif

6) Dinamis

7) Dialogis

Menerima Kritik

9) Menghargai Prestasi Ilmiah/Akademik

10) Bebas dari Prasangka

11) Menghargai Waktu

12) Memiliki dan Menjunjung Tinggi Tradisi Ilmiah

13) Berorientasi ke Masa Depan

14) Kesejawatan/Kemitraan

Pendidikan Pancasila ed terbaru 2010 /PAG

Penerbit : Paradigma J

Penulis : Kaelany H.D., M.A. Drs.

Tahun Terbit : ed 2010

Kertas & Halaman : 285 Halaman, isi kertas cd (koran)

Ukuran Buku : 15 x 21 cm, Soft Cover

Kategori : Pendidikan

ISBN : 979-8568-00-0

Harga : Rp 25,000

20%

Rp 20,000

Share

|

Top of Form

ok

4599 Submit

Bottom of Form

Kondisi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dewasa ini, serta penyimpangan

Page 34: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

implementasi Pancasila pada masa Orde Lama dan Orde Baru menimbulkan gerakan

reformasi di Indonesia, sehingga terjadilah perubahan yang cukup besar dalam berbagai

bidang terutama bidang kenegaraan, hukum maupun politik. Konsekuensinya mengharuskan

kita untuk merevisi ulang atas materi Pendidikan Pancasila terutama pada tingkat Perguruan

Tinggi.

buku ini membahas Pancasila secara objetif, ilmiah dan bersifat aktual yaitu senantiasa cepat

menyesuaikan dengan perkembangan yang sedang terjadi dalam bidangkenegaraan. Oleh

karena itu buku ini layak digunakan sebagai referensi Pendidikan Pancasila di tingkat

Perguruan Tinggi.

Prof. Dr. H. Kaelan M.S adalah alumnus Fakultas Filsafat UGM tahun 1978, Magister

Linguistik diraihnya di Fakultas Sastra UGM tahun 1988, dan Doktor bidang Filsafat Bahasa

dipertahankan pada 20 Oktober 2003. Beliau sebagai dosen senior S1 bbidang filsafat bahasa,

filsafat Pancasila, Pancasila dan IBD. Beliau pernah menjabat komisi staf ahli di Lembaga

Penelitian UGM, ketua MKU IBD dan Pancasila UGM, sebagai Pembina Sosial Mata Kuliah

Kepribadian Pancasila Nasional pada Dirjen Dikti sampai sekarang, 19 karya penelitian

bidang filsafat, linguistik, bahasa pers, etika periklanan, 12 karya diterbitkan secara nasional,

dan buku yang baru terbit tahun 2004 adalah “Filsafat Analitis manurut Ludwig Wittgenstein”

dan Pendidikan Pancasila SK Dirjen Dikti No.38/DIKTI/KEP/2002 edisi reformasi 2004.

Adapun karya-karya yang pernah ditulis dalam bidang Pancasila adalah:

1. Ensiklopedi Pancasila (Penyusun Naskah) (1996)

2. Proses Perumusan Pancasila dan UUD 1945

3. Pancasila secara ilmiah (Segi Yuridis Kenegaraan)

4. Pancasila Yuridis Kenegaraan GBPP tahun 1980

5. Filsafat Pancasila

6. Pancasila sebagai ideologi Terbuka

7. Pandangan Bangsa Indonesia tentang Hak-hak Asasi Manusia Berdasarkan Pancasila

(dalam tim dosen) kerja sama dengan Wanhankamnas (1993)

8. Etika Lingkungan Hidup Berdasarkan Pancasila

9. Hakikat Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Page 35: Rangkuman Pendidikan Pancasila Prof Kaelan

10. Hakikat Sila Ketuhanan yang Maha Esa (Tinjauan Analitis)

11. Kajian tentang UUD Negar Amandemen 2002

12. Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa Indonesia 2002

13. Hakikat Keadilan Sosial dan Pelaksanaannya

14. Pendidikan Kewarganegaraan 2007 (dengan Drs.A.Zubaidi, M.Si.), dan masih banyak

karya lainnya baik berupa diktat, buku terbitan, hasil penelitian, makalah maupun tulisan di

Jurnal.

Berat: ... gram.