rangkuman hukum pidana

6
Dasar penghapus pidana Alasan-alasan/ dasar yang digunakan untuk menghapus pertanggungjawaban pidana atas seseorang yang telah melakukan perbuatan yang secara tegas dilarang oleh UU. Dalam KUHP: 1. Umum pasal 44, 48-51 kuhp 2. Khusus pasal 166, 221 kuhp Luar KHUP: Grasi, amnesty, abolisi, UU perlindungan anak Menurut doktrin: Pembenar: sifat melawan hukum dihapuskan (obyektif) Pemaaf: sifat melawan hukum tetap ada, namun kesalahan daripadanya dimaafkan/dihilangkan secara subyektif Pasal 44: tentang ketidak mampuan seseorang yang cacat jiwanya (orang gila) utk dimintai pertanggung jawaban pidana Pasal 48: tentang daya paksa/ overmacht dasar pemaaf Menurut doktrin ada 2 jenis overmacht: 1. Absolut: dimana seseorang tidak lagi dapat menentukan kehendaknya secara bebas. Contoh: hipnotis 2. Relatif: suatu keadaan yang tidak disebabkan oleh orang lain secara langsung dimana seseorang masih mendapat pilihan untuk melakukan tindak pidana atau tidak. Menurut para ahli, sifat relative ini masih dapat dipidana karena seseorang masih mempunyai pilhan untuk melakukan, tidak melakukan, ataupun diam. Dalam perihal overmacht, asas subsidiaritas (tidak ada alternative lain lagi) dan asas proporsionalitas (aksi yang diterima setimpal dengan reaksi yang dilakukan)

Upload: fatah-adzkia-sastromidjojo

Post on 24-Apr-2015

67 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

catatan kuliah hukum pidana

TRANSCRIPT

Page 1: rangkuman hukum pidana

Dasar penghapus pidana

Alasan-alasan/ dasar yang digunakan untuk menghapus pertanggungjawaban pidana atas seseorang yang telah melakukan perbuatan yang secara tegas dilarang oleh UU.

Dalam KUHP:

1. Umum pasal 44, 48-51 kuhp2. Khusus pasal 166, 221 kuhp

Luar KHUP:

Grasi, amnesty, abolisi, UU perlindungan anak

Menurut doktrin:

Pembenar: sifat melawan hukum dihapuskan (obyektif)

Pemaaf: sifat melawan hukum tetap ada, namun kesalahan daripadanya dimaafkan/dihilangkan secara subyektif

Pasal 44: tentang ketidak mampuan seseorang yang cacat jiwanya (orang gila) utk dimintai pertanggung jawaban pidana

Pasal 48: tentang daya paksa/ overmacht dasar pemaaf

Menurut doktrin ada 2 jenis overmacht:

1. Absolut: dimana seseorang tidak lagi dapat menentukan kehendaknya secara bebas. Contoh: hipnotis

2. Relatif: suatu keadaan yang tidak disebabkan oleh orang lain secara langsung dimana seseorang masih mendapat pilihan untuk melakukan tindak pidana atau tidak.

Menurut para ahli, sifat relative ini masih dapat dipidana karena seseorang masih mempunyai pilhan untuk melakukan, tidak melakukan, ataupun diam.

Dalam perihal overmacht, asas subsidiaritas (tidak ada alternative lain lagi) dan asas proporsionalitas (aksi yang diterima setimpal dengan reaksi yang dilakukan)

Noodtoestand / keadaan darurat (dasar pembenar): dimana seseorang terpaksa melakukan tindak pidana atas dasar suatu keadaan yang sangat memaksa dan tidak punya waktu lagi untuk berpikir panjang. Syarat:

1. Pembenturan antara kepentingan hukum dengan kepentingan hukum2. Pementuran antara kepentingan hukum dengan kewajiban hukum3. Pembenturan antara kewajiban hukum dengan kewajiban hukum

Page 2: rangkuman hukum pidana

*kepentingan hukum: tidak wajib dilakukan di mata hukum namun dirasa penting dan perlu, ada resiko tersendiri apabila ditinggalkan

*kewajiban hukum: apabila ditinggalkan ada resiko pidana

Pasal 49 ayat (1) : noodwer/bela paksa dasar pembenar

Pembelaan diri yang ditujukan langsung kepada orang yang secara langsung menyebabkan perlunya reaksi bela paksa. Syarat:

1. Ada serangan:a. Serangansaat bertindak, kena/tidakb. Ancaman seranganada keselarasan antara ancaman dengan apa yang hendak dilakukan

2. Seketika itu juga: tidak ada waktu untuk berfikir/melakukan pembalasan3. Melawan hukum4. Ditujukan kepada:

a. Harata benda diri sendiri/orang lainb. Nyawa/badan diri sendiri/orang lainc. Kehormatan kesusilaan diri sendiri/orang lain

Harus memenuhi asas subsidiaritas dan proporsionaltias

Ayat(2): noodwer excess/bela paksa melampaui batas dasar pemaaf

Disebabkan oleh goncangan jiwa yang hebat, mengenyampingkan asas subsidiaritas & proporsionalitas

Pasal 50 KUHP: melaksanakan perintah UU dasar pembenar

Pasal 51 ayat (1) melaksanakan perintah pejabat/atasan yang berwenang, dan perintah yang dikeluarkan adalah sah. dasar pembenar

Ayat(2) melaksanakan perintah pejabat/atasan yang tidak berwenang, dan perintah yang dikeluarkan adalah tidak sah, unsure yang harus dibuktikan:

1. Orang yang diperintah tidak tahu sama sekali tentang otoritas atasannya2. Ada hubungan atasan dan bawahan3. Dalam batas-batas lingkungan yang diperintah

Dasar pemberat pidana

1. Residiv: suatu keadaan dimana seseorang yang telah melakukan tindak pidana dan telah melalui proses pengadilan dan mendapat putusan hakim yang in kracht tentang pemidanaannya, yang mana kemudian ia kembali melakukan suatu tindak pidana.a. Menurut doktrin:[1] umum: tindak pidana apapun dan dalam jangka waktu kapanpun; [2]

khusus: tindak pidana yang sama dan dalam jangka waktu tertentu.b. Menurut KUHP:

Page 3: rangkuman hukum pidana

Perihal pelanggaran: ada beberapa pasal yang menentukan residivis secara khusus dalam pasalnya masing-masing.

Perihal kejahatan: Khusus: terdapat dalam masing-masing pasal yang menerangkan secara khusus

mengenai residiv dari kejahatan tertentu. Residiv sistem antara: apabila kejahatan yang dilakukan adalah 1 kelompok

dengan kejahatan yang sebelumnya yang mana kejahatan pertama telah mendapat putusan hakim yang in kracht, dengan jangka waktu 5 tahun setelah ia bebas maupun ia masih dalam masa pemidanaannya, dan belum melewati waktu daluwarsa, dan ataupun sejak saat pidana itu dihapuskan, maka hukumannya ditambah 1/3. Kelompok kejahatan itu terdapat dalam pasal: 486: tentang harta benda dan pemalsuan, pasal 487 tentang kejahatan terhadap nyawa dan badan, pasal 489 tentang kejahatan terhadap nama baik/kehormatan dan percetakan.

2. Penggabungan tindak pidana/samenloop/concursusSeseorang melakukan perbarengan 2/lebih tindak pidana dan belum mendapat putusan hakim yang in kracht dan akan diperiksa dan diputus sekaligus untuk mempermudah proses pengadilan.Menurut doktrin:a. Concursus idealis/ endaadse samenloop: 1 perbuatan, melanggar banyak pasal sekaligus

Homogenius: 1 macam delik Heterogenius: bermacam delik

b. Concursus realis/merdaadse samenloop: banyak perbuatan, banyak pasal yang dilanggar Homogenius: 1 macam delik Heterogenius: bermacam delik

Di dalam KUHP:

a. Pasal 63 KUHP ayat (1): menganut concursus idealis/endaadse samenloop, menganut sistem absorpsi murni: dijatuhkan hukuman yang paling berat dari delik yang dilakukan; ayat (2) berbicara tentang asas lex specialis derogate lex generalis

b. Pasal 65 KUHP ayat(1): menganut concursus realis/merdaadse samenloop, ancaman pidana pokoknya sejenis; ayat (2): menganut sistem stelsel kumulasi terbatas, tidak melebihi pidana terberat ditambah sepertiga.

c. Pasal 66 KUHP ayat (1): menganut concursus realis/merdaadse samenloop, ancaman pidana pokoknya tidak sejenis; menganut sistem absorpsi yang dipertajam; ayat (2) perihal denda jo. Pasal 30 KUHP

d. Pasal 64 KUHP: berbicara mengenai delik berlanjut/ voorgezette handeling, yaitu beberapa kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan untuk mencapai 1 tujuan, dan terdapat hubungan sedemikian rupa antara 1 kejahatan dengan yang lainnya sehingga dapat dipandang sebagai delik berlanjut.

Page 4: rangkuman hukum pidana

*MENURUT BANYAK AHLI, PENGGABUNGAN TINDAK PIDANA BUKAN MERUPAKAN DASAR PEMBERAT, MELAINKAN MERINGANKAN HUKUMAN YANG DITERIMA OLEH PELAKU DELIK.

3. Pemberat Khusus kejahatan dengan jabatan (pasal 52 KUHP), dengan bendera kebangsaan (pasal 52a KUHP), delik yang di kualifisir/diperberat.

Dasar peringan pidana

1. Percobaan/pogging (pasal 53 KUHP), ancaman pidana dikurangi 1/32. Pembantuan, ancaman pidana dikurangi 1/3 dari pelaku utama (pasal 57 KUHP)3. Anak-anak dibawah umur. Batas usia dewasa menurut KUHP adalah 16 tahun. Hukuman dapat

berupa (pasal 47 KUHP)a. Dikembalikan kepada orang tua tanpa pidana apapunb. Diserahkan kepada pemerintah sampai batas anak berusia 18 tahunc. Dipidana dengan maksimum pidana pokok dikurangi 1/3

Namun pasal 45-47 KUHP diganti dengan UU no. 3 tahun 1997 tentang perlindungan anak, dan pembagian pidana untuk anak (8-18 tahun menurut UU ini):

a. Usia 8-12 tahun diadakan pengawasan kepada anak tersebutb. Usia 12-18 tahun dapat dipidana dengan maksimal ½ dari orang dewasa.

Penyertaan/deelneming

Terlibatnya lebih dari satu orang dalam satu atau lebih tindak pidana (sebelum atau saat tindak pidana terjadi). Bentuk-bentuk penyertaan:

DEELNEMING pihak Niat T.P Perbuatanmemenuhi unsur

Tg jwb pidana

Doen plegen/ penyuruhan (pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP)

2 Penyuruh Pesuruh (orang2 seperti dimaksud dalam pasal 44,48, 51(2) KUHP)

penyuruh

Mede plegen/ turut serta

1 Semua peserta (semuanya berkepentingan dalam selesainya delik)

Bersama2/ semua peserta (kerja sama secara sadar dan kerja sama secara fisik)

Semua peserta

Uitlokken/ penggerakkan* (pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP)

2 Pembujukdibujuk(upaya2 penggerakkan diatur secara limitatif di UU)

dibujuk Pembujuk(hanya atas apa yang ia hendaki[ayat (2)]) & dibujuk

Medeplichtigheid/ pembantuan** (pasal 56 & 57 KUHP)

2 Yg dibantu (pembantu tdk berkepentingan dlm selesainy delik)

Yang dibantu Yang dibantu max, membantu -1/3

Page 5: rangkuman hukum pidana

*penjelasan lebih lanjut mengenai uitlokken: jenis2 penggerakkan:a. penggerakkan yang berhasil.b. penggerakkan yang berhasil hanya sampai taraf percobaan yang dapat dipidana

pasal 53 KUHPc. penggerakkan yang gagal:

Seseorang menggerakkan orang lain, namun orang yang digerakkan tidak jadi melakukan tindak pidanatidak dipidana

Tindak pidana yang dikehendaki (oleh penggerak) tidak terjadi, tetapi tindak pidana lain yg terjadihanya yang digerakkan yang dipidana

d. Mencoba menggerakkan pasal 163 bis. KUHP dipidana

**penjelasan lebih lanjut mengenai medeplichtigheid, pembagian:

a. Membantu pada waktu terjadinya tindak pidana daya upaya dapat berbentuk apapun (pasal 56 ke-1 KUHP)

b. Membantu sebelum terjadinya tindap pidana member sarana, kesempatan, keterangan (pasal 56 ke-2 KUHP)