rangkuman gizi

7
GAKY - GAKY adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kurang unsur yodium secara terus menerus dalam jangka waktu lama. - Dalam tubuh manusia yodium diperlukan untuk membentuk Hormon Tiroksin yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan termasuk kecerdasan mulai dari janin sampai dewasa. - Indikator yang paling sering digunakan untuk mengukur besarnya masalah GAKY di masyarakat adalah dengan mengukur prevalensi pembesaran kelenjar gondok pada anak sekolah. - Defisiensi yodium bukan satu satunya penyebab terjadinya GAKY. Selain berasal dari yodium, GAKI juga dapat disebabkan karena faktor genetik atau bisa juga karena gangguan metabolisme fungsi tiroid. - Jika karena sesuatu sebab yodium tidak diperoleh dari konsumsi, maka tubuh akan mengaktifkan mekanisme stimulasi melalui rangsangan hormon lain yang diproduksi oleh kelenjar di daerah otak dikenal sebagai Thyroid Stimulating Hormon (TSH) Akibat Kekurangan Yodium dengan kelainan yang timbul dapat berupa : 1. Pembesaran kelenjar gondok pada leher 2. Gangguan perkembangan fisik 3. Gangguan fungsi mental, yang dapat berpengaruh terhadap kehilangan Intelligence Quotient (IQ) point yang identik dengan kecerdasan dan produktivitas Penentuan dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan penentuan Total Goitre Rodate (TGR), yodium urin, Ultrasonografi (USG), dan kadar Tiroid Stimulating Hormone (TSH) a. Total Goitre Rate Ukuran kelenjar tiroid berubah berlawanan dengan perubahan intake yodium, dengan interval waktu yang sangat bervariasi dari beberapa bulan sampai beberapa tahun. Prevalensi TGR merupakan petunjuk derajad lamanya defisiensi yodium, namun kurang sensitif jika dibandingkan dengan pemeriksaan kadar yodium dalam urin. Secara tradisional, penentuan derajad besarnya kelenjar tiroid dengan cara inspeksi dan palpasi. Klasifikasi pembesaran kelenjar gondok b. Kadar yodium urin Kadar yodium urin merupakan indicator yang baik untuk menentukan intake yodium saat ini. Penilaian yang baik dilakukan pada pagi hari. Kriteria median urin c. Ult ras ono gra fi merupakan cara yang lebih sensitive dari palpasi. Ultrasonografi melihat volume kelenjar tiroid untuk menentukan adanya defisiensi yodium. Batas atas ukuran volume yang direkomendasikan oleh WHO dan ICCIDD untuk anak laki-laki dan perempuan usia 6 tahun adalah 5 ml, sedangkan untuk usia 15 tahun adalah 16 ml.

Upload: rini-septiani

Post on 23-Oct-2015

34 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

gizi

TRANSCRIPT

Page 1: Rangkuman Gizi

GAKY- GAKY adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh

seseorang kurang unsur yodium secara terus menerus dalam jangka waktu lama.

- Dalam tubuh manusia yodium diperlukan untuk membentuk Hormon Tiroksin yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan termasuk kecerdasan mulai dari janin sampai dewasa.

- Indikator yang paling sering digunakan untuk mengukur besarnya masalah GAKY di masyarakat adalah dengan mengukur prevalensi pembesaran kelenjar gondok pada anak sekolah.

- Defisiensi yodium bukan satu satunya penyebab terjadinya GAKY. Selain berasal dari yodium, GAKI juga dapat disebabkan karena faktor genetik atau bisa juga karena gangguan metabolisme fungsi tiroid.

- Jika karena sesuatu sebab yodium tidak diperoleh dari konsumsi, maka tubuh akan mengaktifkan mekanisme stimulasi melalui rangsangan hormon lain yang diproduksi oleh kelenjar di daerah otak dikenal sebagai Thyroid Stimulating Hormon (TSH)

Akibat Kekurangan Yodium dengan kelainan yang timbul dapat berupa :

1. Pembesaran kelenjar gondok pada leher2. Gangguan perkembangan fisik3. Gangguan fungsi mental, yang dapat berpengaruh

terhadap kehilangan Intelligence Quotient (IQ) point yang identik dengan kecerdasan dan produktivitas

Penentuan dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan penentuan Total Goitre Rodate (TGR), yodium urin, Ultrasonografi (USG), dan kadar Tiroid Stimulating Hormone (TSH)

a.Total Goitre Rate Ukuran kelenjar tiroid berubah berlawanan dengan perubahan intake yodium, dengan interval waktu yang sangat bervariasi dari beberapa bulan sampai beberapa tahun. Prevalensi TGR merupakan petunjuk derajad lamanya defisiensi yodium, namun kurang sensitif jika dibandingkan dengan pemeriksaan kadar yodium dalam urin. Secara tradisional, penentuan derajad besarnya kelenjar tiroid dengan cara inspeksi dan palpasi.

Klasifikasi pembesaran kelenjar gondok

b.

Kadar yodium urinKadar yodium urin merupakan indicator yang baik untuk menentukan intake yodium saat ini. Penilaian yang baik dilakukan pada pagi hari.

Kriteria median urin

c. Ultrasonografi

merupakan cara yang lebih sensitive dari palpasi. Ultrasonografi melihat volume kelenjar tiroid untuk menentukan adanya defisiensi yodium. Batas atas ukuran volume yang direkomendasikan oleh WHO dan ICCIDD untuk anak laki-laki dan perempuan usia 6 tahun adalah 5 ml, sedangkan untuk usia 15 tahun adalah 16 ml.

d. Kadar tiroid stimulating hormone (TSH) dan tiroglobulin

Kadar TSH dalam darah berhubungan dengan kadar T4 dalam plasma. Jika kadar T4 rendah karena defisiensi yodium, maka kadar TSH akan tinggi.Peningkatan TSH dapat digunakan untuk mengetahui kerusakan otak akibat kekurangan yodium pada neonatal.

e. Kadar hormone tiroid serumCara ini jarang digunakan karena teknik pengambilannya yang invasif, yaitu dengan mengambil sampel darah dari vena

KankerKanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara.Gejala kanker payudara adalah sebagai berikut:

1. Penambahan ukuran/besar yang tidak biasa pada payudara

2. Salah satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya

3. Lekukan seperti lesung pipit pada kulit payudara4. Cekungan atau lipatan pada putting5. Perubahan penampilan putting payudara6. Keluar cairan seperti susu atau darah dari salah satu

putting7. Adanya benjolan pada payudara

Page 2: Rangkuman Gizi

8. Pembesaran kelenjar getah bening pada lipat ketiak atau leher

9. Pembengkakan pada lengan bagian atas

Setiap 2 dari 10.000 perempuan di dunia diperkirakan akan mengalami kanker payudara setiap tahunnya (Dirjen P2PL, 2009)

Pemeriksaan ca mamae:1. SADARI

SADARI merupakan pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri dengan belajar melihat dan memeriksa perubahan payudaranya sendiri setiap bulan. Dilakukan pada hari ke 7-10 yang dihitung sejak hari pertama mulai haid

2. Clinical Breast Examination (CBE)Wanita berusia ≥ 40 tahun perlu melakukan pemeriksaan CBE setiap tahun.D ilakukan oleh profesional kesehatan yang terlatih. Wanita usia 20-30 tahun memerlukan pemeriksaan ini sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan setiap 3 tahun.

3. MammografiMammografi adalah pemeriksaan untuk mendapatkan gambaran payudara menggunakan radiasi sinar X dosis rendah.

4. MRIMRI bergna untuk memeriksa hasil mencurigakan pada payudara yang ditemukan pada hasil mammografi (mammogram), serta untuk menetapkan ukuran/penyebaran kanker pada wanita yang telah terdiagnosis kanker payudara

5. USG MammaeUSG Mammae merupakan salah satu pemeriksaan ultrasonografi yang menghasilkan gambaran struktr internal dan payudara.

6. SPECTSPECT merupakan pemeriksaan yang dapat mendeteksi perubahan-perubahan dalam tubuh yang lebih kecil yang tidak terdeteksi oleh pemeriksaan mammografi dan USG.

KEPKurang Energi Protein (KEP) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan patologi yang diakibatkan oleh karena defisiensi protein saja atau defesiensi energi saja atau protein dan energi baik secara kuantitatif atau kualitatif yang biasanya sebagai akibat/berhubungan dengan penyakit infeksi.Penyakit akibat KEP adalah Kwashiorkor, Marasmus, dan Marasmic Kwashiorkor (Evawany, 2004)1. Kwashiorkor disebabkan karena kurang protein2. Marasmus disebabkan karena kurang energy3. Marasmic Kwashiorkor disebabkan karena kurang energi

dan protein.Metode pengukuran yang digunakan dengan klasifikasi status gizi anak balita yang diukur dengan pengukuran1. Antropomentri,

a. Berat Badan menurut Umur (BB/U), meliputi gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk

b. Tinggi Badan menurut Umur (TT/U), meliputi normal dan pendek (stunted)

c. Berat Badan menurut Tinggi Badan(BB/TB), meliputi gemuk, normal, kurus (wasted) dan kurus sekali.

2. Konsumsi makanan, terdiri dari:a. Metode kualitatif, meliputi frekuensi makan, dietary

history, metode telepon dan pendaftaran makanan (food list)

b. Metode kuantitatif, meliputi metode recall 24 jam, perkiraan makanan, penimbangan makanan metode food account, metode inventaris (inventory method) dan pencatatan (household food records)

c. Bagi individu, yaitu metode recall 24 jam, estimated food records, metode penimbangan makanan (food weighting), metode dietary history dan metode frekuensi makanan (food frequency) (Gibson, 2005 dalam Nur’aeni, 2008)

Dari hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi menurut hasil Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1593/MENKES/SK/XI/2005.

DMDiabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Klasifikasi Diabetes Mellitus:1. Tipe 1 ditandai dengan kekurangan produksi insulin dan

memerlukan tambahan insulin harian (suntikan insulin). Penyebab diabetes tipe 1 tidak diketahui dan sampai saat ini tidak dapat dicegah. Gejala termasuk berlebihan ekskresi urin (poliuria), Haus (polydipsia), kelaparan konstan, berat badan, perubahan fisik dan kelelahan. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi tiba-tiba.

2. Tipe 2 karena tubuh tidak efektif menggunkaan insulin. Diabetes tipe 2 terdiri dari 90% dari penderita diabetes di seluruh dunia dan sebagian besar karena berat badan berlebih dan kurangnya aktivitas fisik. Gejala mungkin mirip dengan tipe 1, tetapi sering tidak terlihat/muncul. Akibatnya, penyakit dapat didiagnosis beberapa tahun setelah onset, setelah komplikasi muncul. Sampai saat ini, diabetes jenis ini terlihat hanya pada orang dewasa, tetapi sekarang juga terjadi pada anak-anak.

3. Gestational diabetes adalah hiperglikemia dengan onset saat pertama selama kehamilan. Gejala gestational diabetes mirip dengan diabetes tipe 2. Gestational diabetes paling sering didiagnosis melalui prenatal skrining, daripada dilaporkan gejala

Metode pengukuran Diabetes Mellitus1. Tes darah

Page 3: Rangkuman Gizi

Pengambilan darah vena untuk pemeriksaan glukosa darah. Responden dipersiapkan puasa 10 - 14 jam sebelum diamni darah, kemudian diberi pembebanan glukosa oral 75 gram (300 kalori), Pengambilan darah vena sebanyak 15 cc dilakukan setelah dua jam pembebanan.Serum (300 μl) segera diperiksa (< 4 jam) untuk mengetahui kadar glukosa darah menggunakan alat klinis otomatis atau fotometri. Untuk menegakkan diagnosis DM dipergunakan rujukan menurut WHO 1999 dan American Diabetic Association 2003, yaitu kadar glukosa darah dua jam pembebanan: < 140 mg/dl : Tidak DM140 - < 200 mg/dl : Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)> 200 mg/dl : Diabetes Mellitus (DM)

2. Tes urinTes urin untuk melihat glukosa dalam urin karena dapat mengindikasikan tingginya kadar gula (yang berarti adanya gangguan/hiperglikemia)

3. Tes toleransi gula darah /Glucose tolerance tests. Tes ini sama dengan tes darah

KVAVitamin A adalah salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar.Pada tahap awal ditandai dengan gejala rabun senja atau kurang dapat melihat pada malam hari. Gejala tersebut juga ditandai dengan menurunnya kadar serum retinol dalam darah. Pada tahap selanjutnya terjadi kelainan jaringan epitel dari organ tubuh seperti paru–paru, usus, kulit dan mata. Gambaran kekurangan vitamin A yang khas dapat langsung terlihat pada mata.Masalah KVA yang masih terjadi di Indonesia adalah Xeratomalasia.Criteria X Ib (Bitot spot) pada anak Balita. yang ditetapkan WHO sebagai masalah kesehatan masyarakat yakni Xlb > 0,5%.pemeriksaan KVA di lapangan dilakukan berdasarkan ke-mampuan penglihatan yang terjadi setelah mengalami KVA dalam waktu lama, melalui tanda-tanda klinis dan gejala xeroftalmia.Secara biologis, fungsi dan histologi, status vitamin A dapat diperiksa melalui tanda-tanda xeroftalmia, buta senja, conjunctival impression cytology (CIC) dan penyesuaian di kamar gelap. Secara biokimia dilakukan pemeriksaan pada darah atau serum. Sebagian besar vitamin A di dalam tubuh disimpan dalam bentuk retinyl ester dalam hati. Karena itu pengukuran cadangan vitamin A di dalam hati merupakan indeks terbaik untuk mengetahui status vitamin A.

AnemiaTiga hal penyebab umum anemia, yakni kehilangan banyak sel darah merah karena pendarahan, umum diderita wanita yang kehilangan banyak darah saat menstruasi atau setelah melahirkan, atau pada luka serius, menurunnya produksi sel darah merah karena kekurangan zat besi (Fe), peningkatan

destruksi sel darah merah karena penyakit tertentu atau kelainan gen seperti pada kasus thalassemia

Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin Hb) dalam keadaan kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelaminnya, yaitu (SK Menkes No.736 a/Menkes/XI/1989:Anak balita : <11gr/dlAnak usia sekolah : <12 gr/dlWanita dewasa : <12 gr/dlPria dewasa : <12 gr/dlIbu hamil : <11 gr/dlIbu menyusui >3 bln : <12 gr/dl

Anemia pun dapat diklasifikasikan berdasarkan cara Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan.

a. Anemia hemolitik: karena pecahnya sel darah merah lebih cepat dari umur regenerasi sel darah merah. Pada penderita malaria dan thalesemia pada umumnya terjadi karena hemolitik

b. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah. Contoh: Anemia Gizi Besi. Pemeriksaan dilakukan melalui labortorium : Hb < dari standar konsentrasi serum feritin <12mcq/dl.

c. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).

d. Anemia karena keganasan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada penyakit keganasan. Mekanismenya sangat kompleks, yaitu anemia dapat terjadi sebagai dampak langsung dari penyakit keganasan atau akibat dari pengobatannya (Rouli, 2005).

Beberapa penyebab terjadinya kekurangan zat besi dalam tubuh antara lain :a. Kurangnya konsumsi makanan kaya besi, terutama yang

berasal dari sumber hewani.b. Kehilangan zat besi karena infeksi cacing.c. Karena kebutuhan yang meningkat seperti pada masa

kehamilan.d. Tumbuh kembang dan pada penyakit infeksi, seperti

malaria, TBC.e. Terjadinya ketidak seimbangan antara kebutuhan tubuh

pada zat besi dibandingkan dengan penyerapan dari makanan.

Anemia akibat kehilangan darah yang mendadak dan banyak akan memacu homeostatis kompensasi tubuh. Kehilangan darah akut sebanyak 12 - 15 % akan memberi gejala pucat, takikardia dengan tekanan darah normal atau rendah. Kehilangan 15 - 20 % menyebabkan tekanan darah mulai turun sampai syok, dan kehilangan 20% dapat berakibat kematian.Anemia defisiensi ditandai dengan lemas, sering berdebar, lekas lelah dan sakit kepala. Papil lidah tampak atrofi. Jantung kadang membesar dan terdengar murmur sistolik. Di darah tepi tampak gambaran anemia hipokrom dan mikrositer,

Page 4: Rangkuman Gizi

sementara kandungan besi serum rendah. Defisiensi vitamin B12 maupun asam folat menyebabkan anemia megaloblastik yang mungkin disertai gejala neurologi.standar anemia besi dapat menggunakan kadar Hb dalam darah . Uji kadar Hb dalam darah yang digunakan adalah dengan hemoque.

Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia.

Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia

PJKPenyakit jantung koroner diakibatkan oleh penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner. Penyempitan atau penyumbutan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri.Faktor risiko utama atau fundamental yaitu faktor risiko lipida yang meliputi kadar kolesterol dan trigliserida, karena pentingnya sifat – sifat substansi ini dalam mendorong timbulnya plak di arteri koroner. Mempunyai 2 atau 3 kali faktor risiko, maka berpeluang terkena PJK dibandingkan 70 orang yang tidak.

Pengukuran dilakukan pada faktor risiko penyakit jantung koroner. Misalnya, IMT dan lingkar perut untuk mengukur tingkat obesitas. Mengukur tekanan darah, kolesterol, lemak dan kadar gula dalam darah.

Dikatakan obesitas, jika (Kemenkes RI, 2010) :Laki-laki : LP ≥90 cm, Perempuan : LP ≥80 cm

Pemeriksaan gula darah sewaktu juga dapat menggunakan Cardiochek, dengan cara yang sama.

Hipertensi belum ada.Pertanyaan Penyakit Jantung Koroner

1. Didalam jurnal dijelaskan bahwa diet makrobiotik adalah diet rendah protein dan rendah kalori. Kalo dengan diet itu bisa menurunkan kadar kolestrol dalam darah, apakah dengan diet yang rendah protein dan kalori ini dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakit lain (karena diet ini dapat menurunkan berat badan)? Apakah diet ini memang cocok untuk PJK ?

2. Jenis diet itu apa saja sebenarnya khususnya untuk PJK? Dan apakah dengan mengatur pola makan, fungsinya hanya untuk menurunkan kadar kolestrol dalam darah saja?

3. Mengapa IMT berhubungan dengan PJK?

Pertanyaan Kekurangan Vitamin A

1. Apakah penyimpanan vitamin A pada balita berbeda dengan dewasa? Dan mengapa balita harus diberikan vitamin A?

2. Asupan gizi seperti apa yang dapat menyebabkan KVA?3. Didalam jurnal, apabila seseorang defisiensi seng maka dia

defisiensi vitamin A lalu akan berpengaruh terhadap penyakit Diare dan ISPA. Tetapi apabila hanya defisiensi vitamin A saja tidak terlalu berpengaruh terhadap Diare dan ISPA, mengapa begitu dan apa hubungannya?

4. Fe itu dapat menghambat penyerapan vitamin A, tapi kedua zat tersebut sangat dibutuhkan oleh tubuh, bagaimana mengatur agar kebutuhan keduanya tetap terpenuhi?

5. Jika kekurangan vitamin A cenderung berdampak pada penyakit infeksi, bagaimana dengan kelebihan vitamin A, penyakit seperti apa yang mungkin timbul dan berapa asupan vitamin A yang dibutuhkan per harinya?

6. Selain mengukur kandungan vit. A dalam hati dan plasma darah, mungkinkah pengukuran tersebut jika dilakukan dengan sampel seperti urin?

7. Pada jurnal yang berjudul “Efek Pemberian Beta Karotena Takaran Tinggi Terhadap Status Vitamin A Anak Balita” disebutkan bahwa untuk mengukur kadar vitamin A itu dilakukan pemeriksaan. Bagaimana cara untuk mengetahui dan mengukur kadar vitamin A tersebut dan apa nama alatnya?

8. Berapa takaran normal betakaroten yang harus diberikann untuk mengetahui peningkatan jumlah vitamin A kemudian ada efek sampingnya atau tidak bila beta karoten tersebut diberikan berlebih/dengan takaran tinggi?

9. Pada hasil penelitian jurnal “Efek Pemberian Beta Karotena Takaran Tinggi Terhadap Status Vitamin A Anak Balita” disebutkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian betakarotena dengan peningkatan jumlah vitamin A pada balita. Sebenarnya ada zat gizi lain kah yang dapat digunakan (misalnya seng) untuk mengetahui peningkatan jumlah vitamin A selain betakaroten?

Pertanyaan Kanker

1. Apa sebenarnya kandungan dalam anggur untuk menangkal penyakit kanker payudara ?

Page 5: Rangkuman Gizi

2. Kanker payudara terkait dengan estrogen, apakah ada hubungan dengan tingkat konsumsi ayam pedaging (biasanya sering disuntik estrogen di ayam, terutama bagian (sayap ayam)

3. Penyebab kanker lambung? apakah ada hubungan dengan asupan nutrisi?

Pertanyaan GAKY

1. Apa gold standard untuk mengukur GAKY?2. Hubungan Gaky dengan hipertensi?3. Mengenai GAKY, dalam penelitian jurnal internasional ada

yang menggunakan tes kognitf sebagai variabel independen. Bagaimana penjelasan gambaran tes kognitif dengan GAKY?

Pertanyaan anemia&hipertensi

1. Metode penelitian dalam jurnal, bagaiamana penelitian (jurnal) hipertensi dan Anemia cocok dengan metode/desain penelitian tersebut?

2. Apakah garam yang tidak beryodium dapat menyebabkan hipertensi, karena berdasarkan observasi di lapangan yang ditemukan mahasiswa ada 1 keluarga yang garamnya tidak beryodium dan menderita hipertensi?

3. Cara menentukan metode atau desain yang cocok untuk penelitian gizi?

4. Apa fungsi dari metode langsung pengukuran hipertensi? Mengapa metode pengukuran langsung tekanan darah tersebut harus dilakukan, jika dengan spighmamonometer dan stetoskop saja sudah mampu untuk mengetahui tekanan darah?

5. Jika suatu variabel independen, setelah di uji dengan menggunakakn desain cross sectional, case control, maupun cohort memiliki hubungan dengan variabel dependen, apakah dapat disimpulkan bahwa variabel independen tersebut memang benar-benar penyebab ataupun determinan dari variabel dependen tersebut?

6. Bagaimana kadar natrium yang berlebih mampu memengaruhi peningkatan tekanan darah?

7. Apa yang terkandung dalam obat antihipertensi? Bagaimanan bisa obat tersebut mampu untuk menurunkan tekanan darah? Apakah penderita hipertensi yang sudah kronis, harus mengonsumsi obat tersebut seumur hidupnya? Atau hanya jika tekanan darahnya sedang naik?

8. Pada penderita anemia hemolitik/thalesemia, apakah hanya dengan transfusi darah saja, cara yg bisa dilakukan sebagai solusi? Apakah ada hal lain yang bisa dilakukan?

9. Apakah anemia juga dapat menjadi faktor risiko dari terjadinya penyakit lain?

10. Defisiensi vitamin B12 maupun asam folat menyebabkan anemia megaloblastik yang mungkin disertai gejala neurologi, maksud anemia megaloblastik dan mungkin disertai gejala neurologi?

11. Uji kadar Hb dalam darah yang digunakan adalah dengan hemoque. hemoque merupakan pengujian yang seperti apa?

A. Pertanyaan DM

1. Saya masih bingung dengan hasil antar penelitian, jika hasilnya tidak sama. Bagaimana dengan pembuatan perencanaannya jika menggunakan data dari hasil penelitian , hasil mana yang dijadikan acuan?

2. Bagaimana dengan penderita komplikasi akibat DM, apakah masih ada kemungkinan sembuh?

3. Jika seorang tenaga kesehatan masyarakat ingin melakukan penelitian terhadap penderita DM, apakah dengan melakukan dua metode pengukuran (tes darah ataupun urin ) sekaligus di dapatkan hasil yang tepat, apa cukup denan satu metode saja bisa di dapatkan hasil yang tepat?

4. Jika ingin melakukan penelitian terkait asupan gizi tertentu pada penderita DM, penderita DM tipe berapakah yang di fokuskan untuk dijadikan sampel agar didapat hasil yang tepat ? Apakah di kembalikan kembali kepada tujuan dan kebutuhan dari penelitian yang ingin dilakukan?

5. Ibu apabila kita ingin melakukan penelitian hubungan auspan gizi dengan penyakit degeneatif , untuk mendapatkan hasil penelitian yang tepat apakah di haruskan menggunakan desain penelitian dengan jangka waktu lama seperti case-control atau cohort bu? apakah bisa menggunakan desain penelitian cross sectional? Jika bisa contoh penelitiannya seperti apa bu? Jika memang lebih tepat dilakukan dengan jangka waktu yang lama, antara desain ase-control atau cohort,manakah yang lebih efektif untuk kami pilih dalam penelitian hubungan auspan gizi dengan penyakit degeneatif ?

B. KEP

1. Kenapa data terkait dengan prevalensi KEP tidak ada, tetapi yang tersedia hanya prevalensi gizi rendah, gizi kurang, dan gizi buruk?

2. Apa yang membedakan KEK dan KEP?3. Standar KEP yang tersedia hanya BB/U, bagaimana

dengan TB/U atau BB/TB?4. Bagaimana dengan desain case control? Apakah karakter

antara case dan control boleh berbeda?misalnya, case menderita KEP dengan control yang sehari-harinya puasa sehingga asupannya pun berbeda,, bagaimana bu?