rangkuman

27
PEMERIKSAAN Penyakit akibat kerja (Kepmenaker no. 333/1989) ditemukan/didiagnosa saat pemeriksaan kesehatan berkala oleh: 1. Pemeriksaan klinis 2. Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja Tujuan dan manfaat diagnosis PAK Tujuan: 1. Dasar terapi 2. Membatasi kecacatan & mencegah kematian 3. Melindungi pekerja lain 4. Memenuhi hak pekerja Diagnosisi PAK Berkontribusi terhadap: 1. Pengendalian pajanan 2. Identifikasi pajanan baru secara dini 3. Asuhan medis dan upaya rehabilitasi pekerja yang sakit dan/atau cedera 4. Pencegahan terulang/makin berat kejadian penyakit/kecelakaan 5. Perlindungan pekerja lain 6. Pemenuhan hak kompensasi pekerja 7. Identifikasi ada hub baru pajanan vs penyakit Penyebab penyakit akibat kerja 1. Gol. Fisik - suara: tuli - infra merah: katarak - ultraviolet: konjungtivitis fotoelektrik - suhu: - panas: heat stroke, heat cramps - dingin: frostbite - tekanan udara: tinggi (caisson disease) - cahaya: silau, asthenopia, myopia 2.Golongan kimia - debu: silikosis, pneumoconosis, asbestosis - uap: metal fume fever, dermatitis - gas: H2S, CO - larutan: dermatitis - awan/kabut: insektisida, racun jamur 1

Upload: josefa-mia-ckristina

Post on 29-Nov-2015

68 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

rangkuman

TRANSCRIPT

Page 1: Rangkuman

PEMERIKSAAN

Penyakit akibat kerja (Kepmenaker no. 333/1989) ditemukan/didiagnosa saat pemeriksaan kesehatan berkala oleh:

1. Pemeriksaan klinis2. Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja

Tujuan dan manfaat diagnosis PAK

Tujuan:1. Dasar terapi2. Membatasi kecacatan & mencegah kematian3. Melindungi pekerja lain4. Memenuhi hak pekerja

Diagnosisi PAK Berkontribusi terhadap:1. Pengendalian pajanan2. Identifikasi pajanan baru secara dini3. Asuhan medis dan upaya rehabilitasi pekerja yang sakit dan/atau cedera4. Pencegahan terulang/makin berat kejadian penyakit/kecelakaan5. Perlindungan pekerja lain6. Pemenuhan hak kompensasi pekerja7. Identifikasi ada hub baru pajanan vs penyakit

Penyebab penyakit akibat kerja1. Gol. Fisik

- suara: tuli- infra merah: katarak- ultraviolet: konjungtivitis fotoelektrik- suhu:- panas: heat stroke, heat cramps- dingin: frostbite- tekanan udara: tinggi (caisson disease)- cahaya: silau, asthenopia, myopia

2. Golongan kimia- debu: silikosis, pneumoconosis, asbestosis- uap: metal fume fever, dermatitis- gas: H2S, CO- larutan: dermatitis- awan/kabut: insektisida, racun jamur

3. Golongan biologis- anthrax- brucella (kulit), dll

4. Golongan fisiologis (ergonomi)- konstruksi mesin / tata letak / tata ruang- sikap badan, dll

5. Golongan mental psikologis- monotoni- hubungan kerja (stress psikis), organisasi, dll

1

Page 2: Rangkuman

Identifikasi penyakit akibat kerja1. Pendekatan epidemiologis (komunitas)

Untuk identifikasi hubungan kausal antara pajanan dan penyakit: Kekuatan asosiasi, konsistensi, spesifisitas, hubungan waktu, hubungan dosis

2. Pendekatan klinis (individu)Untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja: diagnosis klinis, pajanan yang dialami, hubungan pajanan dengan penyakit, pajanan yang dialami cukup besar, peranan faktor individu, faktor lain di luar pekerjaan, diagnosis PAK atau bukan PAK

Diagnosis (dokter perusahaan) berdasarkan:1. Klinis2. Laboratorium & pemeriksaan penunjang3. Data lingkungan kerja & analisis riwayat pekerjaan

Tujuh langkah diagnosis penyakit akibat kerja1. Tentukan diagnosis klinis2. Tentukan pajanan yang dialami3. Apa pajanan dapat menyebabkan penyakit tersebut?4. Apa jumlah pajanan cukup besar5. Apa ada faktor-faktor individu yang berpengaruh6. Cari kemungkinan lain di luar pekerjaan7. Penyakit akibat kerja, atau penyakit bukan akibat kerja:

a. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau penyakit akibat kerjab. Penyakit yang diperberat oleh pekerjaan

Dasar membuat diagnosis penyakit akibat hubungan kerjaMembedakan:

- Pajanan ditempat kerja menyebabkan penyakit- Pajanan ditempat kerja merupakan salah satu penyebab bermakna bersama dengan

faktor risiko lain

Pajanan ditempat kerja memperberat penyakit yang sudah diderita sebelumnya1. Diagnosis klinis

- lakukanlah sesuai prosedur medis yang berlaku- bila perlu lakukan:*  pemeriksaan penunjang /tambahan*  rujukan informasi ke spesialis lain

2. Pajanan yang dialamiPajanan saat ini dan pajanan sebelumnyaBeberapa pajanan -> 1 penyakit atau sebailknyaLakukan anamnesis (lebih bernilai bila ditunjang data obyektif):* deskripsi pekerjaan secara kronologis* periode waktu kerja masing-masing* apa yang diproduksi* bahan yang digunakan* cara bekerja

3. Apa ada hubungan pajanan dengan penyakit- Lakukan identifikasi pajanan- Evidence based: pajanan-penyakit- Bila tidak ada: pengalaman -> penelitian awal

2

Page 3: Rangkuman

4. Jumlah pajanan cukup?- Perlu mengetahui patifisiologi penyakit & bukti epidemiologis- Dapat dengan pengamatan kualitatif -> cara kerja, proses kerja, bagaimana

lingkungan kerja- Masa kerja- Pemakaian alat pelindung sesuai/tepat?

5. Faktor individu berperan- Berapa besar berperan?- Riwayat atopi/alergi- Riwayat penyakit dalam keluarga- Hiegene perorangan

6. Faktor lain di luar pekerjaanPajanan lain yang dapat menyebabkan penyakit -> Bukan faktor pekerjaan- Rokok, pajanan di rumah, hobi

7. Menentukan diagnosis PAK- Kaji semua langkah-langkah- Bukti + referensi -> PAK?- Ada hubungan sebab akibat pajanan-penyakit & faktor pekerjaan faktor yang dianggap paling bermakna terhadap terjadinya penyakit-> diagnosis PAK

Langkah-langkah medis1. Anamnesis riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan

a. Riwayat penyakit sekarang deskrispsikan keluhan dengan perjalanan penyakitb. Riwayat penyakit dahuluc. Riwayat pekerjaan:

- faktor di tempat kerja- riwayat penyakit dan gejala- riwayat pekerjaan dari dulu sampai saat ini (jenis kerja, waktu, lama, hasil produksi, bahan yang dipakai, dll)# Anamnesis pekerjaan- Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis- Waktu- Lamanya bekerja per hari dan masa kerja- Apa yang diproduksi- Bahan apa yang digunakan- Jumlah pajanan (kuantitatif)- Alat pelindung diri yang digunakan- Hubungan gejala dengan waktu kerja- Pengaruh terhadap pekerjaan lain- Menurut pekerja apa keluhan ada hubungan dengan pekerjaan

2. Pemeriksaan klinis3. Pemeriksaan lab (darah urin, faeses)4. Pemeriksaan rontgen    untuk paru-paru5. Pemeriksaan tempat kerja

- faktor penyebab- hasil pengukuran

6. Diagnosis kerja & diagnosis differensial7. Diagnosis okupasi: Ada hubungan diagnosis kerja dengan pekerjaan/proses

kerja/lingkungan kerja

3

Page 4: Rangkuman

Penatalaksanaan PAK:A. Terapi medikamentosa:- Terhadap kasual (bila mungkin)- Pada umumnya PAK/PAHK irreversibel, sehingga terapi sering kali hanya secara simptomatis sajacontoh: silikosis (irreversibel), terapi hanya mengatasi sesak nafas, nyeri dadaPrinsip: lebih baik mencegah PAK/PAHKB. Terapi okupasi:- Pindah ke bagian yang tidak terpapar- Lakukan cara kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik

Prinsip pencegahanPencegahan awal (primer)- penyuluhan- perilaku K3 yang baik- olahragaPencegahan setempat (sekunder)- pengendalian melalui undang-undang- pengendalian melalui administrasi/organisasi- pengendalian secara teknis (substitusi, ventilasi, isolasi, ventilasi, alat pelindung diri)Pencegahan dini (tertier)- pemeriksaan kesehatan berkala

Penatalaksanaan kasus -> cepat dan tepatUpaya rehabilitasiRujukan1. Rujukan kasus: diagnosis, terapi, perawatan2. Rujukan untuk mendapatkan informasi lebih lengkap3. Rujukan untuk pengendalian di perusahaan- Pengelolaan penyakit akibat kerja: deteksi dini PAK, pemeriksaan kesehatan awal, pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan kesehatan khusus- Pelayanan kesehatan: Promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif- Penilaian potential hazard di tempat kerja- Pengendalian lingkungan kerja- Surveilans PAK

ERGONOMI

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengankondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”.

4

Page 5: Rangkuman

Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :- Tehnik- Fisik- Pengalaman psikis- Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan

persendian- Anthropometri- Sosiologi- Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan

aktivitas otot.- Desain, dll

Pelatihan ErgonomiPelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja.

Metode Ergonomi1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja

penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.

2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membel furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.

3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.

Aplikasi/penerapan Ergonomik:1. Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki

tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

2. Proses Kerja Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

3. Tata letak tempat kerja Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

4. Mengangkat beban Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.a. Menjinjing beban

Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:- Laki-laki dewasa 40 kg

5

Page 6: Rangkuman

- Wanita dewasa 15-20 kg- Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg- Wanita (16-18 th) 12-15 kg

b. Organisasi kerjaPekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :

- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun- Frekuensi pergerakan diminimalisasi- Jarak mengangkat beban dikurangi- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

c. Metode mengangkat bebanSemua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :

- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.

Metoda ini termasuk 5 faktor dasar : Posisi kaki yang benar Punggung kuat dan kekar Posisi lengan dekat dengan tubuh Mengangkat dengan benar Menggunakan berat badan

d. Supervisi medisSemua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya

dan mendeteksi bila ada kelainan- Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada

wanita muda dan yang sudah berumur.

6

Page 7: Rangkuman

Contoh tempat kerja yang ergonomis

Untuk melaksanakan program ergonomi/intervensi ergonomi di perusahaan/organisasi maka diperlukan 3 langkah awal untuk menuju kesuksesan  yang meliputi:

1. Membangun komitmen dari manajemen2. Membentuk Team ergonomi/ EHS (Ergonomic, Health and Safety)3. Mengadakan pelatihan ergonomi untuk mendorong adanya partisispasi dari seluruh

karyawan

7

Page 8: Rangkuman

Penerapan ergonomi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu1. Pendekatif kuratif

Pendekatan ini dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang berlangsung. Kegiatannya berupa intervensi/perbaikan/ modifikasi dari proses yang sedang/sudah berjalan. Sasaran kegiatan ini adalah kondisi kerja dan lingkungan kerja dan dalam pelaksanaannya harus melibatkan pekerja yang terkait dengan proses kerja yang sedang berlangsung.

2. Pendekatan konseptualPendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan hal ini akan sangat efektif dan efisien bila dilakukan pada saat perencanaan. Bila berkaitan dengan teknologi, maka sejak proses pemilihan dan alih teknologi, prinsip-prinsip ergonomi sudah seyogyanya dimanfaatkan bersama-sama dengan kajian lain yang juga diperlukan, seperti kajian teknis, ekonomi, social budaya, hemat akan energi dan melestarikan lingkungan. Pendekatan holistik ini dikenal dengan pendekatan Teknologi Tepat Guna (Manuaba, 1997). Jika dikaitkan dengan penyediaan lapangan kerja, pendekatan ergonomi secara konseptual dilakukan sejak awal perencanaan dengan mengetahui kemampuan adaptasi pekerja sehingga dalam proses kerja selanjutnya, pekerja berada dalam batas kemampuan yang dimiliki.

8

Page 9: Rangkuman

Di bawah ini dikemukakan beberapa prinsip penting ergonomic sebagai pegangan :1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan

penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara harus melayani mesin (macam gerak, arah dan kekuatan)

2. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industry, harus diambil ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara, sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat dinaik-turunkan, tempat duduk yang dapat diatur mundur-maju, dll.

3. Ukuran-ukuran antropometri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran dan penempatan alat-alat industry : Posisi berdiri : Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu,

tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan. Posisi duduk : Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas,

panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki.

4. Ukuran-ukuran kerja Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5-10 cm

dibawah tinggi siku Apabila bekerja berdiri dengan pekerjaan diatas meja dan jika dataran tinggi siku

disebut O, maka hendaknya dataran kerja :a. Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian : O + (5-10) cmb. Untuk pekerjaan ringan : O – (5-10) cmc. Untuk bekerja berat atau angkat berat : O – (10-20) cm

5. Dari sudut otot, sikap duduk yang paliing baik adalah sedikit membungkuk. Sedangkan dari sudut tulang, dianjurkan duduk tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot tak perlu lemas. Maka dianjurkan pemilihan posisi duduk yang tegak yang diselingi istirahat sedikit membungkuk.

6. Tempat duduk yang baik memenuhi syarat-syarat sebagi berikut :a. Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi

lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar.b. Papan tolak punggung yang tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung.c. Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cmd. Tinggi meja merupakan ukuran dasar sesuai ukuran kerja

7. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Bila tidak mungkin, kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.

8. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri ialah 23-370 ke bawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk 32-440 ke bawah, arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang relaksasi.

9. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan di daerah tersebut, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak berubah.

10. Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan gerakan yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat melelahkan. Gerakan ke atas harus dihindarkan. Berilah papan penyokong pada sikap lengan yang mlelahkan. Hindarkan getaran-getaran kuat pada kaki dan lengan.

11. Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum yaitu beban yang dapat dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum telah ditentukan oleh ILO sebesar 50 kg. cara mengangkat dan menolak beban hendaknya memperhatikan hokum-hukum ilmu gaya dan dihindarkan penggunaan tenaga yang tidak perlu. Beban hendaknya menekan langsung pada pinggul yang mendukung.

9

Page 10: Rangkuman

12. Gerakan ritme seperti mendayung, mengayuh pedal, memutar roda dll memerlukan frekuensi yang paling optimum, yang menggunakan tenaga paling sedikit.

13. Apabila seorang pekerja harus berjalan pada jalan menanjak atau naik tangga, maka derajat tanjakan optimum adalah : jalan menanjak 100, tangga rumah 300, tangga 700

( dengan anak tangga bergerak antara 20-30 cm.14. Kemampuan seseorang bekerja sehari adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisiensi dan

kualitas kerja sangat menurun.15. Waktu istirahat didasarkan pada keperluan atas dasar pertimbangan ergonomic. Harus

dihindari istirahat-istirahat sekehendaknya tenaga kerja, istirahat oleh karena turunnya kapasitas tubuh dan istirahat curian.

16. Beban tambahan akibat lingkungan sebaiknya ditekan menjadi sekecil-kecilnya.17. Daya penglihatan dipelihara sebaik-baiknya terutama dengan penerangan yang baik.18. Kondisi mental psikologis dipertahankan dengan adanya premi perangsang, motivasi,

iklim kerja, dll.19. Beban kerja dinilai dengan mengukur O2, frekuensi nadi, suhu badan, dll.20. Batas kesanggupan kerja sudah tercapai, apabila bilanagn nadi kerja tersebut mencapai

angka 30x/menit diatas bilangan nadi istirahat. Sedangkan nadi kerja tersebut tidak terlalu menanjak dan sehabis kerja pulih kembali kepada nadi istirahat sesudah 15 menit.

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJAMaksud diadakannya Diklat K3 adalah untuk menjamin semua pihak yang ada dalam resiko untuk mengetahui secara memadai tentang :

Operation tempat kerja Resiko di tempat kerja Upaya bila terjadi Penyakit Akibat Kerja / kecelakaan kerja Kegiatan berkesinambungan pencegahan kecelakaan kerja 

Tujuan umum : Diklat K3 untuk meningkatkan pengetahuan, pengertian, pengalaman dan  keterampilan baik fisik maupun psikis tentang K3

Tujuan khusus:1. Setiap orang penuh kesadaran akan bahaya yg dapat dijumpai mereka ditempat kerja

/ potensial berbahaya / adanya kemungkinan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja & kecelakaan kerja

2. Membentuk sikap waspada terhadap kejadian / bahaya ditempat kerja3. Berusaha mencegah bahaya yg ada / akan ada ditempat kerja4. Pelatihan menerangkan akan resiko yg harus dicegah, menunjukkan kepadanya agar

mereka dapat secara otomatis melaksanakan pekerjaan secara aman

Sasaran diklat K3Sasaran Diklat K3 ditujukan untuk:

Dokter perusahaan Perawat perusahaan Manager perusahaan P2 K3 & Pekerja Teknisi perusahaan Tenaga profesional lain Pegawai baru / pindahan /induction

10

Page 11: Rangkuman

Untuk pekerjaan/pekerja Untuk supervisor Untuk safety advisors Untuk safety representatif/dewan K3 Dan mereka yang berhubungan dengan tempat dan  peralatan kerja  

Materi diklat K3 Materi umum yang diberikan dalam Diklat K3

1. HS policy2. Organisasi3. Pengaturan HS training4. Hazards5. Kerawanan kecelakaan yg harus dihindari6. APD & safety equipment7. HS rules & procedure8. Prosedur pelaporan kecelakaan9. Prosedur evakuasi pada pembonan teroris & kebakaran10. PPPK Materi khusus disesuaikan/dikaitkan  dengan jenis pekerjaan/industri,

lingkungan kerja dan perallatan kerjanya.

Ruang lingkup dan sifat pelayanan K3 Ruang lingkup  pelayanan K3 meliputi: Pengujian, pemeriksaan, pengukuran terhadap aspek lingkungan kerja, sarana kerja, prosedur kerja, & pelatihan tenaga kerja.Sifat pelayanan:       

1. Atas permintaan perusahaan2. Berdasar fungsi & tugas bagian K3 

Faktor-faktor lingkungan kerja yang berpengaruh pada K3 Faktor-Faktor Lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap K3 meliputi1. Faktor, bising, debu & penerangan2. Faktor kimia, konsentrasi kimia di tempat kerja, emisi cerobong di dalam industri,

kualitas air limbah3. Kesehatan pekerja baik awal periodik, maupun khusus4. Kontrol teknologi yg mencakup design & implementasi ditempat tenaga kerja5. Pemeriksaan kelelahan& pelatihan    

Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja sering ditempatkan pada prioritas rendah dan terakhir dalam operasional perusahaan, hal ini disebabkan oleh beberapa factor:

1. Petugas K3 dan ergonomi belum mampu menunjukkan keuntungan dari program kesehatan dan keselamatan kerja atau belum mampu berbahasa perusahaan.

2. Manajemen masih memberikan prioritas rendah dan terakhir pada program K3 dan ergonomi dalam program kerja perusahaannya.

3. Dalam menerapkan program K3 dan ergonomi petugas lebih banyak melakasanakan program kuratif dibanding program preventif dan promotif, dan sering kurang efisien.

4. Modal dan pengetahuan mengenai K3 dan ergonomi yang masih kurang juga menjadi faktor penghambat.

5. Pengawasan dan sangsi yang lemah dari pemerintah dimanfaatkaan manajemen sehingga kurang memperhatikan penerapan K3 dan ergonomi.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Manajemen Resiko

11

Page 12: Rangkuman

Kecelakaan dan kesakitan di tempat kerja hingga sekarang sudah memakan korban yang banyak. Kecelakaan kerja tidak harus dilihat sebagai takdir karena kecelakaan itu tidaklah terjadi begitu saja. Kecelakaan kerja pasti ada penyebabnya. Kelalaian perusahaan yang semata-mata memusatkan diri pada keuntungan dan kegagalan pemerintah untuk meratifikasi konvensi keselamatan internasional atau melakukan pemeriksaan buruh, merupakan dua penyebab besar kematian terhadap pekerja.

Untuk dapat membangun tenaga kerja yang produktif, sehat, dan berkualitas perlu adanya manajemen yang baik, terutama yang berkaitan dengan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). K3 yang termasuk dalam suatu wadah hygiene perusahaan dan kesehatan kerja hiperkes terkadang terlupakan oleh para pengusaha. Padahal K3 mempunyai tujuan pokok dalam upaya memajukan dan mengembangan proses industrialisasi, terutama mewujudkan kesejahteraan para buruh.

Tujuan dari sistem manajemen K3 adalah :1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kesehatan tenaga kerja yang

setinggi-tingginya.2. Sebagai upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan-kecelakaan

akibat kerja, memelihara, dan meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga kerja, merawat dan meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia, memberantas kelelahan kerja dan melipatgandakan gairah serta kenikmatan bekerja.

3. Memberikan perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya pengotoran bahan-bahan proses industrialisasi yang bersangkutan dan melindungi masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk industri.

Manfaat penerapan system manajemen K3 :1. Perlindungan karyawan.2. Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan undang-undang.3. Mengurangi biaya.4. Membuat sistem manajemen yang efektif.5. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan.

Langkah-langkah penerapan sistem manajemen K3 :1. Menyatakan komitmen.2. Menetapkan cara penerapan.3. Membentuk kelompok kerja.4. Menetapkan sumber daya yang diperlukan.5. Kegiatan penyuluhan.6. Peninjauan sistem.7. Penyusunan jadwal kegiatan.8. Pengembangan system manajemen K3.9. Penerapan sistem.10. Proses sertifikasi.Sumber penyebab dasar penyakit atau kecelakaan akibat kerja dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :1. Faktor perorangan, antara lain : kurang pengetahuan, kurang keterampilan, motivasi

kurang baik, masalah fisik dan mental.

12

Page 13: Rangkuman

2. Faktor pekerjaan antara lain : standar kerja yang kurang baik, standar lingkungan kerja yang kurang baik, standar perencanaan yang kurang tepat, standar perawatan yang kurang tepat, standar pembelian yang kurang tepat.

Dari penyebab dasar inilah timbul keadaan yang disebut substandard (unsafe) di mana keadaan yang tidak memenuhi standar yang berupa gejala-gejala dari kondisi dan perbuatan substandard.

Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut, dipengaruhi beberapa faktor :1. Faktor fisik yang meliputi :

Penerangan Penyegar ruangan : udara kotor Suhu udara : terkena lingkungan atau kontak dengan benda yang panas atau dingin Kelembaban Cepat rambat udara Suara : bising tiba-tiba dan dalam waktu lama. Vibrasi mekanis : getaran selurah atau sebagian tubuh. Radiasi : Radiasi ultraviolet, inframerah, laser, microwave. Tekanan udara Energi elekrik : tersetrum Energi : jatuh, tersandung, tergelincir, tertimpa, menabrak.

2. Faktor kimia yang berupa : Gas : CO, CO2, H2S Debu : dari kayu, asbes, silica. Kabut Asap dan uap Cairan Benda padat Pestisida, karat asam dan alkali.

3. Faktor biologi baik dari golongan : Bakteri Jamur Virus Parasit

4. Faktor fisiologis seperti : Konstruksi mesin, peralatan mesin, kendaraan. Sikap kerja Cara kerja

5. Faktor mental-psikologis Susunan kerja Hubungan antar pekerja Pemeliharaan kerja Tekanan mental : gertakan , gangguan, kekerasan, kerja shift.

Manajemen resiko merupakan inti dan dasar dari system manajemen K3, karena itu secara khusus OHSAS 18001 dan Permenaker 05/Men/1996 mempersyaratkan adanya manajemen resiko. Sehingga setiap organisasi harus memiliki apresiasi yang menyeluruh pada setiap kgiatan yang terkait dengan aspek-aspek K3.

Langkah-langkah manajemen resiko :1. Identifikasi bahaya

Cara identifikasi bahaya :

13

Page 14: Rangkuman

Membagi area kerja berdasarkan kelompok bahaya Berkonsultasi dengan pekerja Berkonsultasi dengan tim K3 Melakukan safety audit Pengujian pada bagian dari perusahaan atau peralatan kerja dan kebisingan Evaluasi teknis dan keilmuan Menganalisa rekaman dan data Informasi dari designer, konsumen, supplier, dan organisasi lainnya. Pemantauan lingkungan dan kesehatan Survey pada karyawan. Observasi kerja Penggukuran pajanan Mengidentifikasi dan membuat daftar toksikan dan mendapatkan MSDS

2. Menilai resiko dan seleksi prioritas : proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan atau penyekit akibat kerja.

3. Menetapkan pengendalianDengan menggunakan metode pengendalian : Pengendalian teknis / rekayasa yang meliputi eliminasi, substitusi, isolasi, ventilasi,

hygiene dan sanitasi. Pendidikan dan pelatihan. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi system bonus insentif,

penghargaan dan motivasi diri. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi Penegakkan hukum Pemakaian alat pelindung diri.

Hirarki pengendalian resiko : Menghilangkan bahaya Substitusi Engineering / rekayasa : isolasi Pengendalian secara administrasi Penggunaan alat pelindung diri (APD)

4. Penerapan langkah pengendalian.5. Monitor dan tinjauan.

PENYAKIT AKIBAT KERJAAdapun sumber yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja karena pemakaian komputer adalah peralatan berikut ini.

Keyboard Layar monitor Meja dan kursi komputer.

Penyakit yang disebabkan karena penggunaan computer juga berasal dari piranti yang ada pada computer. Piranti tersebut antara lain:

14

Page 15: Rangkuman

1. KeyboardKeyboard adalah alat untuk menuliskan perintah melalui aksara dan angka ke dalam layar monitor yang sebelumnya perintah tersebut diolah secara elektronis oleh Central Processing Unit (CPU). Bentuk keyboard secara umum sama dengan tombol pada mesin ketik, perbedaannya adalah jumlah tombol keyboard untuk aksara, angka dan perintah lainnya lebih banyak dari pada yang terdapat pada mesin ketik. Data atau perintah dapat dimasukkan ke dalam komputer melalui keyboard. Jadi keyboard merupakan penghubung antara manusia dan komputer.Keyboard sebagai penghubung antara manusia dengan komputer merupakan salah satu sumber penyebab penyakit akibat kerja selain disebabkan karena layar monitor, meja dan kursi komputer maupun printer, yang pada urnumnya berupa nyeri otot. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap suatu perusahaan yang banyak menggunakan komputer yaitu perusahaan asuransi diperoleh data keluhan nyeri otot akibat pemakaian komputer sebagai berikut:

- 25 % karyawan mengeluh nyeri pada bahu- 19 % karyawan menderita nyeri pergelangan tangan- 15 % karyawan mengalarni nyeri pada leher secara berkala- 14 % karyawan mengeluh nyeri punggung

Hasil lain diperoleh pada biro pariwisata yang banyak menggunakan komputer, memberikan data keluhan nyeri otot sebagai berikut:

- 54 % karyawan mengeluh nyeri pada bahu- 32 % karyawan merasakan nyeri pada pinggang bagian bawah- 24 % karyawan mengalami nyeri tungkai- 18 % karyawan menderita nyeri leher- 6 % karyawan mengatakan nyeri kepala, lengan dan pergelangan tangan.

Sudah barang tentu data-data nyeri otot tersebut di atas adalah merupakan gabungan nyeri yang disebabkan oleh keyboard, layar monitor, meja dan kursi komputer serta printer.

2. Layar MonitorBekerja dengan komputer ternyata dapat mengalami penyakit akibat kerja yang berasal dari layar monitor. Mata adalah organ tubuh yang paling mudah mengalami penyakit akibat kerja, karena terlalu sering memfokuskan bola mata ke layar monitor. Tampilan layar monitor yang terlalu terang dengan warna yang ³panas² seperti warna merah, kuning, ungu, oranye akan lebih mempercepat kelelahan pada mata. Selain dari itu, pantulan cahaya (silau) pada layar monitor yang berasal dari sumber lain seperti jendela, lampu penerangan dan lain sebagainya, akan menambah beban mata. Pencahayaan ruangan kerja juga berpengaruh pada beban mata. (1,3)Pemakaian layar monitor yang tidak ergonomis dapat menyebabkan keluhan pada mata. Berdasarkan hasil penelitian, 77 % para pemakai layar monitor akan mengalami keluhan pada mata, mulai dari rasa pegal dan nyeri pada mata, mata merah, mata berair, sampai pada iritasi mata bahkan kemungkinan katarak mata. Bila operator komputer menggunakan soft lens (lensa mata), kelelahan mata akan lebih cepat terasa, karena mata yang dalam keadaan memfokuskan ke layar monitor akan jarang berkedip sehingga bola mata cepat menjadi kering dan ini menyebabkan timbulnya gesekan antara lensa dan kelopak mata. Ruang berpendingin (AC) akan lebih memperparah gesekan tersebut, karena udara ruangan ber AC akan kering sehingga air mata akan ikut menguap.Akhir-akhir ini banyak dijual kaca filter untuk layar monitor yang dipromosikan sebagai filter radiasi yang keluar dari komputer. Menurut hasil penelitian yang penulis

15

Page 16: Rangkuman

lakukan, untuk operator komputer yang bekerja 8 jam per hari terus menerus, ternyata radiasi yang keluar dari komputer (khususnya sinar-X) sangat rendah yaitu sekitar 0,01739 m Rem per tahun. Harga tersebut jauh lebih rendah dari pada radiasi yang berasal dari sinar kosmis dan dari radiasi bumi (terresterial radiation) yang berkisar 145 m Rem per tahun. Sedangkan laju dosis radiasi yang diizinkan untuk masyarakat umum adalah 500 m Rem per tahun. (20 Oleh karena itu operator komputer yang bekerja 8 jam per hari, tetap aman terhadap kemungkinan terkena bahaya radiasi yang mungkin timbul dari tabung layar monitor. Sehingga kaca filter yang dijual di pasaran lebih sesuai sebagai filter kesilauan (glare) dari cahaya layar komputer, bukan sebagai filter radiasi.Untuk mengurangi keluhan pada mata, saran berikut ini akan sangat berrnanfaat bagi operator komputer dan juga para manajer dalam menata ruang kerja yang nyaman, yaitu:Letakkan layar monitor sedemikian rupa sehingga tidak ada pantulan cahaya dari sumber cahaya lain seperti lampu ruang kerja dan jendela yang dapat menyebabkan kesilauan pada mata.:Letak layar monitor yang menyebabkan silauAgar mata dapat membaca dengan nyaman, letakkan layar komputer lebih rendah dari garis horizontal mata dengan membentuk sudut hurang lebih 30 derjat. Keadaan ini dapat dicapai bila pusat layar monitor terlettak sekitar 25 cm dari garis horizontal mata sehingga mata akan mengarah ke bawah (ke layar monitor). Jarak layar monitor dengan mata sekitar 40 cm. Posisi demikian akan sangat mengurangi kelelahan pada mata.Buatlah cahaya latar layar komputer dengan warna yang dingin, misalnya putih keabu-abuan dengan warna huruf yang kontras. Hindari penggunaan font huruf yang terlalu kecil (kecuali terpaksa). Font huruf yang termasuk norrnal adalah font 12, lebih kecil dari ini mengakibatkan mata akan cepat lelah membacanya. Resolusi layar monitor sudah barang tentu sangat berpengaruh terhadap ketajaman huruf maupun gambar. Layar monitor SVGA akan jauh lebih baik dari pada layar monitor VGA apalagi dengan yang monokrom.Agar mata tidak kering, sering-seringlah berkedip dan sesekali pindahkan arah pandangan mata ke luar ruangan. Bila perlu usaplah kelopak mata secara lembut (memijit ringan bola mata).

3. Meja dan Kursi KomputerMeja dan kursi komputer adalah alat penunjang kerja yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan kerja operator komputer. Kelelahan kerja akan cepat timbul bila meja dan kursi tidak memenuhi persyaratan kerja yang baik (tidak ergonomis). Meja komputer yang baik adalah meja yang dilengkapi dengan alat sandaran kaki (foot rest) dan bawah meja memberikan ruang gerak bebas bagi kaki. Tinggi meja komputer yang baik adalah sekitar 55 - 75 cm (disesuaikan dengan ukuran kursinya dan juga disesuaikan dengan tinggi operatornya).Kursi yang baik adalah kursi yang dapat mengikuti lekuk punggung dan sandarannya (back rest) serta tingginya dapat diatur. Tinggi kursi adalah sedemikian rupa sehingga kaki operator tidak menggantung pada saat duduk. Kaki yang menggantung akan cepat menimbulkan kelelahan. Selain dari pada itu, kursi operator komputer yang baik adalah kursi yang dilengkapi dengan 5 kaki dan diberi roda, sehingga tidak mudah jatuh dan mudah digerakkan ke segala arah. Hal ini penting agar operator dapat leluasa menggeliat / meregangkan tubuh dalam rangka mengurangi kelelahan.Selain dari pada itu, kelelahan akan sangat berkurang bila meja dan kursi dapat diatur sedernikian rupa sehingga pada saat bekerja sudut antara tangan dan lengan

16

Page 17: Rangkuman

membentuk sudut tumpul (lebih dari 90 derajat) sedangkan kaki dapat bersandar pada sandaran kaki serta kaki dapat leluasa bergerak di bawah meja, seperti tampak pada :Sikap duduk yang nyaman untuk bekerja dengan komputer.

PencegahanBeberapa tindakan pencegahan terhadap masalah kesehatan bekerja dengan VDU : Sebaiknya jangan ada tenaga kerja yang seluruh waktunya dihabiskan dengan menghadapi

layar monitor. Penggunaan VDU sebaiknya kurang dari 50% dari waktu bekerja. Hindari pekerjaan yang monoton. Gunakan waktu istirahat secukupnya yaitu 15 menit untuk setiap 1 jam pekerjaan yang

intensif dan 15 menit setiap 2 jam pekerjaan biasa. Waktu istirahat tersebuat digunakan untuk pekerjaan lain tanpa menggunakan VDU.

Rekomendasi tempat kerja VDU : Pencahayaan VDU 200 lux Pencahayaan kantor umum 400 lux Hindari kesilauan Hindari bising ( suara mesin ketik, printer, telepon, kipas pendingin VDU, generator, dll) Pertimbangkan factor lain dari tirai, jendela, permukaan dinding

Penyesuaian dalam mengatur letak computer, meja dan tempat duduk : VDU harus sedemikian rupa agar sudut pandang mata nyaman VDU harus setinggi dan inklinasi yang memungkinkan sudut pandang 900

Jarak pandang harus nyaman Pandangan yang sejajar dengan computer Kepala tidak menunduk Tinggi meja dan keyboard harus cukup untuk mencegah fleksi pergelangan tangan dan

siku yang berlebihan. Pemegang dokumen harus ditempatkan sedemikian rupa agar gerakan leher sesedikit

mungkin. Sandaran punggung kursi harus dapat dinaik-turunkan, dimaju-mundurkan agar dapat

menopang punggung dengan baik. Posisi bahu yang santai Tempat istirahat pergelangan tangan dan telapak tangan harus disediakan bila perlu. Tangan sejajar lengan bawah Atur benda-benda dalam jangkauan Kaki harus menyentuh lantai. Ruang gerak kaki harus cukup baik horizontal dan vertical. Gunakan bantalan yang lunak untuk menopang paha bagian bawah. Hilangkan pantulan cahaya apapun pada monitor Istirahat 5 menit tiap jam Olahraga dikantor berupa stretching/peregangan meliputi titik tegang ringan seperti

tangan, punggung, bahu, leher, kepala.

Waktu Kerja

Waktu kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan produktivitasnya. Hal-hal terpenting dalam masalah waktu meliputi lamanya seseorang mapu bekerja secara baik, hubungan di

17

Page 18: Rangkuman

antara wktu bekeja dan istirahat, waktu bekerja sehari menurut periode yang meliputi siang dan malam.

Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam. Sisanya (16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dll. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat menurun produktivitas serta kecenderungan untuk timbul kelelahan, penyakit dan kecelakaan. Dalam seminggu, seseorang biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Lebih dari itu, terlihat kecenderungan timbulnya hal-hal negative. Makin panjang waktu kerja, makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Jika diteliti suatu pekerjaan yang biasa, tidak terlalu ringan atau berat, produktivitas mulai menurun sesudah 4 jam bekerja. Keadaan ini terutama sejala dengan menurunnya kadar gula dalam darah. Untuk hal ini, perlu istirahat dan kesempatan untuk makan yang meninggikan kembali kadar bahan bakar dalam tubuh. Maka dari itu setelah 4 jam kerja terus menerus dianjurkan untuk istirahat 30 menit.

Pekerjaan berat ditandai dengan pengerahan tenaga yang besar dalam waktu relative lebih pendek. Otot-otot, susunan kerdiovaskular, paru-paru, dll harus bekerja sangat berat. Maka dari itu, beban demikian tidak bias secara terus-menerus dilakukan melainkan perlu istirahat-istirahat pendek setiap selesai suatu tugas. Inilah yang dinamakan organisasi kerja yang baik, yaitu selalu diberikan kesempatan kepada tubuh untuk pulih kembali setelah memikul suatu beban pekerjaan.

Beberapa jenis masa istirahat selama masa bekerja : Spontaneous pauses : istirahat hanya pendek, atas inisiatif pekerja sendiri, sering terjadi

pada pekerja berat. Disguised pauses : istirahat pada pekerja rutin ringan, istirahat sekedar untuk mengurangi

konsentrasi pada pekerjaan utama (merubah posisi duduk, berdiri dari kursi, berjalan sebentar)

Work conditional pauses : istirahat disebabkan pekerjaannya Prescribed pauses : istirahat yang ditentukan perusahaan.

Dalam jenis pekerjaan yang menuntut kontinuitas, memerlukan pekerja yang bekerja 24 jam terus menerus (di luar jam kerja normal) dan dibagi dalam beberapa shift kerja. Shift kerja ini mungkin dapat mempengaruhi terhadap ritme biologic endogen pekerja dan mengacaukan system ritme sirkadian.

Tipe system shift : Permanen : individu bekerja hanya pada shift siang, sore atau malam. Rotasi : setiap individu berkeja dengan berbagai shift berbasiskan rotasi.o Rotasi lambat : lebih dari 1mingguan, biasanya 21 hari atau lebiho Rotasi mingguan : 5-7 hari / shifto Rotasi cepat : 1-4 hari / shift

Bergoyang (osilasi) : pekerja bergantian antara malam dan siang, atau sore dan malam dalam seminggunya.

Shift terpisah : terdapat waktu kosong yang memisahkan waktu kerja dalam sehari. Shift istirahat : pekerja dapat termasuk dalam salah satu pola diatas, tetapi jam kerjanya

bergantung pada jam dimana pekerja lainnya istirahat.

18

Page 19: Rangkuman

Tipe bergantian : 4 hari kerja, dengan periode 10-12 jam kerja. Dapat digunakan dalam 1 shift, 2 shift, 3 shift, kontinu atau non-kontinu.

8 hari seminggu dengan hari kerja 4-10 jam diikuti 4 hari libur, terutama pada operasional tetap 10 jam per hari, 7 hari seminggu atau jam kerja 20 jam per hari dalam 2 shift

Waktu fleksibel : pekerja dapat memilih jam kerja hariannya untuk memenuhi kebutuhan mingguannya.

Jam kerja tidak tentu : pekerja diperbolehkan memilih waktu mulai kerja dan saat berhentinya.

19