rangcngan proposal arbusa.docx
TRANSCRIPT
JUMLAH PLAK PEYERI PADA TIKUS YANG DIPUASAKAN DAN
YANG TIDAK DIPUASAKAN
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran
Program Studi Pendidikan Dokter
Oleh
Arif Budi Santoso
12711048
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2015
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGAJUAN SEMINAR PROPOSAL
Judul proposal
JUMLAH PLAK PEYERI PADA TIKUS WISTAR YANG DIPUASAKAN DAN
YANG TIDAK DIPUASAKAN
Diajukan oleh:
Arif Budi Santoso
12711048
Dipersetujui oleh pembimbing
dr. Ika Fidianingsih, M.Sc.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2015
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan baik didalam
negeri maupun diluar negeri. Kecenderungan terjadinya obesitas pada umumnya
berhubungan dengan pola makan, status sosial, ketidakseimbangan antara
aktivitas tubuh, dan konsumsi makanan. (Misnadiarly.2007. Obesitas sebagai
FaktorResikobeberapa Penyakit. Jakarta: Pustaka Obor Populer)
Obesitas tidak hanya berdampak pada kondisi medis, psikis maaupun
sosial, tetapi juga berhubungan erat dengan dengan kelangsungan hidup
penderitanya. Menurut WHO, seseorang dikatakan obesitas apabila memiliki BMI
(Body Mass Index) lebih dari normal atau disebut obesitas apabila BMI > 25,0.
BMI adalah suatu angka yang didapat dari hasil berat badan dalam kilogram
dibagi tinggi badan dalam meter kuadarat. (Misnadiarly.2007. Obesitas sebagai
FaktorResikobeberapa Penyakit. Jakarta: Pustaka Obor Populer)
Dalam beberapa jurnal penelitian, bahkan para ilmuwan telah menemukan
bahwa obesitas dapat melemahkan sistem imun seseorang. Seseorang yang
terkena obesitas yang makan sehat dan latihan masih memiliki risiko penurunan
fungsi imun.
Pada beberapa studi, obesitas sendiri telah terbukti merusak imun.
Beberapa temuan khusus meliputi:
o Penurunan produksi sitokin
o Perubahan fungsi monosit dan limfosit
o Disfungsi sel NK (Natural Killer)
o Mengurangi fungsi makrofag dan sel dendritik
o Penurunan respon terhadap stimulasi antigen / mitogen
Penelitian diatas telah menunjukkan bahwa gangguan respon imun pada
hewan dan orang yang terkena obesitas, dapat menyebabkan peningkatan risiko
infeksi. Studi populasi telah menunjukkan hal yang sama. Misalnya, pasien
obesitas yang dirawat di rumah sakit lebih mungkin untuk terkena infeksi
sekunder dan komplikasinya, seperti sepsis, pneumonia, atau bakteremia. Secara
keseluruhan, tampak bahwa obesitas dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri
dan virus. (Obesitas dan sistem imun by Stephanie F. Deivert, RD, LDN, and
Mildred K. Fleetwood, PhD)
Bertolak belakang dengan obesitas, ternyata puasa dapat meningkatkan
sistem imun. Fakta penelitian baru menunjukkan bahwa kelaparan tubuh akan
memaksa sel induk memproduksi leukosit baru, yang mampu melawan infeksi di
dalam tubuh. Puasa juga akan membantu perbaikan sistem imun pada orang-orang
yang menderita gangguan sistem imun (misal efek kemoterapi atau penuaan).
Dengan berpuasa, leukosit lebih banyak diproduksi. (Adam et all, 2014)
Profesor Valter Longo, peneliti Gerontology dan Biological Sciences di
University of California mengatakan bahwa puasa akan memberikan perintah
pada sel-sel induk (hematopoietic stem cell) untuk terus memproduksi sel-leukosit
dan membangun regerasi sistem imun secara menyeluruh. Selain itu, tubuh juga
akan mampu menyingkirkan bagian-bagian dari sistem yang mungkin rusak atau
tua, atau yang tidak efisien. Ketika kelaparan, sistem tubuh akan mencoba untuk
menghemat energi. Dan salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan
mendaur ulang banyak sel-sel imun yang tidak diperlukan. (Adam et all, 2014)
Puasa dalam jangka waktu panjang juga dapat memaksa tubuh untuk
menggunakan glukosa dan lemak, serta menguraikan sebagian besar sel-leukosit.
Selama puasa, penurunan leukosit bisa menyebabkan perubahan yang memicu
regenerasi berbasis sel sistem imun baru. Para ilmuwan menemukan bahwa puasa
berkepanjangan bisa mengurangi enzim PKA (protein kinase A), yaitu enzim yang
terkait dengan penuaan dan hormon yang meningkatkan risiko kanker dan
pertumbuhan tumor. (adam et all, 2014 Prolonged Fasting Reduces IGF-1/PKA to
Promote Hematopoietic Stem Cell Based Regenerationand Revers
Immunosuppression)
Terdapat banyak jaringan atau organ yang menjadi sumber pertahanan
tubuh atau sistem imun, salah satunya adalah plak peyeri (PP) yaitu jaringan
limfoid yang terdapat dalam saluran intestinal atau sering dikenal dengan GALT
(Gut associated-lymphoid tissue). Plak peyeri juga disebut sebagai sensor imun
yang berada didalam saluran usus karena memiliki kemampuan mengangkut
antigen dan bakteri lumen. Fungsi PP seperti induksi toleransi imun atau
pertahanan terhadap patogen merupakan hasil dari interaksi kompleks antara sel-
sel imun yang terletak di folikel limfoid dan epitel folikel terkait. Hal ini diatur
oleh reseptor yang mengenali patogen, terutama NOD2 (Nucleotide
oligomerisation domain 2) yang juga berfungsi mengatur jumlah, ukuran, dan
komposisi sel T plak peyeri, sebagai respon terhadap flora usus. (Peyer’s Patches:
The Immune Sensors of the Intestine, Camille Jung et all, 2010)
Penelitian mengenai obesitas dan penurunan sel imun serta puasa dan
peningkatan sel imun pernah dilakukan sebelumnya (Stephanie et all, Adam et all,
2014), begitu juga dengan plak peyeri sebagai sensor imun intestinal (Camille
Jung et all, 2010). Akan teteapi, penelitian mengenai jumlah plak peyeri (terkait
imunitas) yang dihubungankan dengan obesitas dan puasa belum pernah
dilakukan. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui gambaran histologis plak
peyeri (sebagai sensor imun) pada tikus obesitas yang dipuasakan dan yang tidak
dipuasakan sebagai pembanding.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan
permasalahan: Adakah perbedaan antara jumlah plak peyeri pada tikus obesitas
yang dipuasakan dan tikus obesitas yang tidak dipuasakan?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dapatkah puasa menjadi salah satu terapi dalam
memperbaiki sistem kekebalan tubuh yang menurun pada kasus obesitas.
b. Tujuan Khusus
Mengetahui apakah terjadi penambahan jumlah plak peyeri sebagai tanda
peningkatan sistem imun secara histologis pada tikus obesitas yang
dipuasakan dan yang tidak dipuasakan.
1.4 Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai jumlah plak peyeri pada tikus obesitas yang
dipuasakan dan yang tidak dipuasakan ini belum pernah dilakukan sebelumnya.
Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain :
(Intermittent Fasting -A Dietary Intervention for Prevention of Diabetes and
Cardiovascular Disease?-James E Brown, Michael Mosley, Sarah Aldred-
British Journal of Diabetes and Vascular Disease. 2013;13(2):68-72) yaitu
mengenai obesitas dan puasa berselang dimana puasa berselang yang patuh
dilakukan dapat secara signifikan menurunkan berat badan individu yang
obesitas dan menunjukkan bahwa ini adalah pendekatan terapi klinis yang
relevan. Namun penelitian ini tidak membahas mengenai hal yang berkaitan
dengan sistem imun secara spesifik terutama jumlah plak peyeri.
Begitu juga yang dilakukan oleh (Postgrad Med J. 1968 Jan; 44(507): 58–61-Total
fasting in the treatment of obesity-I. C. Gilliland) yang mendapati bahwa terjadi
penurunan berat badan rata-rata 7,82 kilogram selama puasa 14 hari.
Kekurangan nutrisi secara akut sering terjadi dalam praktek klinis, namun sedikit
data yang memaparkan efeknya pada sistem imun hospes. Maka dari itu dilakukan
penelitian mengenai hal tersebut, pada 15 pasien obesitas dan puasa selama 14
hari. Kemudian didapatkan bahwa dengan puasa terjadi peningkatan sel monosit
yaitu 12 dari 14 subjek dan peningkatan sel NK (natural killer) rata-rata 24%
pada 13 subjek yag diteliti. Selain itu, kelaparan juga meningkatkan imunits
humoral yang dibuktikan dengan peningkatan konsentrasi serum IgA, IgG, dan
IgM. Sebaliknya, terjadi penurunan respon limfosit. Jumlah leukosit darah,
termasuk neutrofil, sel T, dan sel B, tidak menurun secara signifikan. Hasil ini
menunjukkan bahwa puasa memiliki pengaruh pada fungsi kekebalan tubuh. (Am
J Med. 1983 Jul;75(1):91-6.-Fasting-enhanced immune effector mechanisms in
obese subjects.-Wing EJ, Stanko RT, Winkelstein A, Adibi SA.)
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi beberapa kalangan, antara lain:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan jumlah plak
peyeri sebagai sensor imun intestinal tikus obesitas yang dipuasakan dan
tidak dipuasakan, dan dapat dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti dapat mengetahui jumlah jumlah plak peyeri pada tikus
obesitas yang dipuasakan dan tidak dipuasakan, dengan demikian dapat
menjadi pemicu pertanyaan atau ide baru serta pengetahuan yang lebih
luas.
2. Bagi Institusi Pendidikan untuk mengembangkan ilmu kedokteran
dibidang imunitas dan terapi, serta dapat dijadikan sumber referensi bagi
peneliti selanjutnya yang akan meneliti mengenai hal serupa serta
memeperbaiki kekurangan dan tekhnik yang digunakan dalam penelitian
ini sesuai keinginan peneliti selanjutnya tanpa mengesampingkan prinsip
kejujuran dan plagiatisme.
3. Bagi Masyarakat terutama yang menderita obesitas dapat menggunakan
hasil penelitian ini sebagai sumber informasi mengenai obesitas dan
puasa terhadap sistem kekebalan tubuh dan dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam memilih terapi obesitas serta dapat
menambah pengetahuan baru bagi mereka.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Pustaka
2.1.1 Plak Peyeri
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit, terutama infeksi. Gabungan
sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut
sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul dan bahan
lainnya terhadap mikroba disebut respon imun. Sistem imun diperlukan tubuh
untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan
berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Sistem imun dibagi menjadi dua yaitu
sistem imun alamiah atau nonspesifik/ natural innate/ native/ nonadaptif dan
sistem imun didapat spesifik/ adaptif/ acquired yang masing-masing memiliki
klasifikasi (Bagan 1). (Imunologi dasar edisi 10 Karnen garna dan iris rengganis
2012)
(Bagan 1 Gambaran Sistem Imun)
Sel-sel sistem imun yang ditemukan dalam jaringan dan organ disebut
dengan Sistem limfoid. Organ limfoid tersebut dapat dibagi menjadi organ limfoid
SISTEM IMUN
SPESIFIK
HUMORAL
*Sel B (Imunoglobulin) *Sitokin
SELULER
*Sel TTh1, Th2, NKT,
Treg dll
NONSPESFIFIK
FISIK
KulitSelaput lendir
SiliaBatukBersin
LARUT
*BiokimLisozim
laktoferin dll
*HumoralKomplemen
APP dll
SELULER
FagositSel NK
Sel MastBasofil dll
primer atau sentral dan sekunder. Organ limfoid primer diperlukan untuk
pematangan, diferensiasi dan proliferasi sel T dan sel B sehingga menjadi limfosit
yang mengenal antigen. Organ limfoid primer terdiri atas kelenjar timus
dan Bursa Fabricius (sumsum tulang). Limpa dan kelenjar getah bening (KGB)
dan MALT (Mucosal Associated Lymphoid Tissue) merupakan organ limfoid
sekunder yang menangkap dan mempresentasikan antigen dengan efektif,
proliferasi dan diferensiasi limfosit yang disensitasi oleh antigen spesifik, dan
produksi utama antibodi. Organ utama adalah MALT yang meliputi jaringan
limfoid ekstranodul yang berhubungan dengan mukosa diberbagai lokasi didalam
tubuh seperti SALT (Skin Associated Lymphoid Tissue ) pada kulit, BALT
(Bronchial Associated Lymphoid Tissue) pada mukosa saluran nafas, GALT (Gut
Associated Lymphoid Tissue) pada saluran cerna yang merupakan imunitas lokal.
Plak peyeri adalah agregat folikel limfoid dimukosa gastrointestinal yang
ditemukan diseluruh jejenum dan ileum ( terbanyak diileum terminal). Plak peyeri
merupakan tempat sel B prekursor yang dapat mengalikan produksi IgA. Pada
lapisan sel plak peyeri terdapat sel M (Microfold cell) yaitu sel epitel saluran
cerna yang pinositik aktif, berperan dalam menghantarkan kuman dan bahan
makromolekum dari lumen intestinal ke plak peyeri.
2.2 Kerangka Teori
Infeksi HIV
Faktor resikoEtiologi
Gejala Klinis
Patogenesis
Pemeriksaan pra konseling tes dan
ELISA
HIV positif
2.3 Kerangka Konsep Penelitian
Tikus Putih
(Rattus Novergicus galur wistar)
Obesitas
: Variabel yang diteliti
Keterangan :
HIV negatif
Dipuasakan Tanpa dipuasakan
Ny
Gambaran histologis jumlak plak peyeri
Gambaran histologis jumlak plak peyeri
Variabel bebas : Jumlah plak peyeri
Variabel tergantung : Tikus Obesitas
2.4 Hipotesis
Jumlah plak peyeri pada tikus obesitas yang dipuasakan lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah plak peyeri pada tikus obesitas yang tidak
dipuasakan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pengajuan Ethical Clearance
Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan pengajuan ethical clearance
ke komisi etik Fakultas Kedokteran UGM.
3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental kuasi, post test only group
design.Tiga puluh lima ekor tikus Wistar jantan, usia 3 bulan, dengan berat badan
250-300 gr dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu kelompok kontrol (tanpa
dipuasakan), dan kelompok yang perlakuan (dipuasakan).
Kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan apapun
yaitu tikus obesitas tanpa dipuasakan selama 60 hari sebanyak x ekor.
Kelompok perlakuan adalah kelompok tikus obesitas yang dipuasakan
selama 12 jam sehari selama 60 hari sebanyak x ekor.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitain ini akan dilakukan pada bulan April 2015 - Juni 2015 di
Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.
Bahan dan Alat Penelitian
No Bahan penelitian
1. Prosedur operasi minor Anestesi (ketamin-HCL, xylazin), larutan
salin steril, etanol 70%, kapas dan kasa
(gauze), antiseptik (betadine), larutan
penisilin-streptomisin, benang jahit kulit
ukuran 3/0.
2. Perfusi Aquades, larutan Pento Barbital Sodium
(PBS) pH 7,4, PBS formol, eter, kapas.
3. Dekalsifikasi dengan formic acid 5% Formic acid 98-100% GR, aquadest pH 7-
7,5, kain kasa.
4. Blok paraffin Jaringan yang telah difiksasi dengan
formalin 10% dalam PBS, kertas saring,
alkohol 30 %, 50%, 70%, 80%, 90%,
95%, alkohol absolut (merck,
100983.2500), alkohol-toluen
(perbandingan 1:1), toluen murni (merck,
100983.2500), toluen paraffin jenuh,
paraffin titik lebur 57-600C (merck,
1.07158.1000).
5. Deparafinisasi dan rehidrasi Slide jaringan, xylol, alcohol 70%, 80%,
90%, 95%, alkohol absolut.
6. Mounting xylol, alkohol 50%, 70%, 80%, 90%,
95%, alkohol absolut, gelas penutup.
7. Pengamatan glass obyek yang berisi sediaan, tissue
pembersih lensa,.
No. Alat Penelitian
1. Prosedur operasi minor Gunting bedah, pinset, forsep,
klem 4 mm yang tidak bergerigi
dengan pengunci, needle holder,
plastis instrument.
2. Perfusi Perista pump SJ-1211H.
3. Dekalsifikasi dengan formic acid 5% Timbangan analitik (mettle
Toledo AL54), gelas ukur 1000
ml, botol reagen 1000ml
(Durant) atau tabung erlenmeyer
1000ml, corong kaca, silet.
4. Blok paraffin Pot plastik, botol kaca bening
dengan mulut lebar, timer, gelas
beaker, botol penambung untuk
masing-masing bahan, pinset/
sendok berlubang, lampu
spirtus, kaset/ cetakan, kaki tiga,
inkubator (Memmert TV 30 U).
5. Deparafinisasi dan rehidrasi Botol tempat reagen, timer,
staining jar, corong kaca.
6. Imunohistokimia Timbangan analitik (mettle
Toledo AL54), gelas ukur 100
ml, erlenmayer 1000 ml, corong
kaca diameter 7,5 cm, kertas
timbang, kertas saring teknis,
sendok sungu, staining jar,
timer, mikropipet, tabung 1,5
ml, tip mikropipet, magnetic
stirrer, mikroskop,
microwave (sharp), humid
chamber (kotak dengan rak
yang didalamnya diberi tissue
basah).
7. Mounting Timer, staining jar, kertas
saring.
8. Pengamatan Optilab camera tipe advance,
software optilab, mikroskop,
komputer.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
a. Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien dengan infeksi
HIV yang berusia 20 sampai 49 tahun.
b. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pasien
dengan infeksi HIV berusia 20 sampai 49 tahun yang terdaftar dalam
rekam medis di RSUD Sleman periode tahun 2012 sampai 2014.
3.3.2 Sampel
a. Kriteria Inklusi
Pasien laki laki dan perempuan berusia 20 sampai 49 tahun
Pasien yang pernah melakukan tes HIV pada tahun 2012 sampai
2014 dengan hasil HIV positif dan HIV negatif yang ditetapkan
oleh laboratorium RSUD Sleman.
b. Kriteria Ekslusi
Pasien tidak melakukan tes HIV baik konseling pra tes (VCT)
maupun ELISA.
c. Cara Sampling
Sampel diambil dengan cara consecutive sampling yaitu pasien
yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dari populasi
terjangkau akan digunakan sebagai sampel penelitian.
d. Besar Sample
Menurut Sastroasmoro (2011), besar sampel untuk penelitian
metode cross sectional ditentukan menggunakan rumus :
n 1=n2=(Zα √2 PQ+Z β √P1 Q1+ P2Q2 )2
( P1−P2)2
Keterangan:
N : Besar sampel
Zα : Derivat baku alfa (1,96)
Zβ : Derivat baku beta (0,842)
P : Proporsi total
Q : 1P
P1 : Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan
judgment peneliti
P2 : Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya
P1 P2 : Selisih proporsional minimal bermakna
Q1 : 1 P1
Q2 : 1 P2
(Dahlan, 2013)
Dengan desain cross sectional ini peneliti ingin mengetahui apakah
terdapat hubungan antara jenis kelamin terhadap kejadian HIV dianggap
bermakna jika selisihnya 20%. Proporsi hubungan antara jenis kelamin
dengan kejadian HIV adalah 50% (Nariswari, 2012). Kesalahan tipe I
ditetapkan sebesar 5% (Zα=1,96) dan kesalahan tipe II ditetapkan sebesar
20% (Zβ= 0,842) (Sastroasmoro,2011).
n=(1,96√2× 0,6× 0,4+0,842√(0,7 × 0,3 )+(0,5 ×0,5))2
0,22
`¿(1,96√0,48+0,842√0,46 )2
0,22
¿( (1,96 ×0,69 )(0,842× 0,68))2
0,22
¿(1,35+0,57)2
0,22
¿ 3,680,04
¿92
Keterangan
Zα : 1,96
Zβ : 0,842
P2 : 0,5 (dari penelitian sebelumnya)
Q2 : 1 P2
: 1 0,5 = 0,5
P1 P2 : 0,2
P1 : P2 + 0,2
: 0,5 + 0,2 = 0,7
Q1 : 1 P1
: 10,7 = 0,3
P : (P1+P2) ÷ 2
: 1,2 ÷ 2
: 0,6
Q : 1 – P
: 1 – 0,6 = 0,4
(Nariswari, 2012)
Jadi, perkiraan jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini
sebanyak 92 orang .
3.4 Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebas adalah jenis kelamin
b. Variabel tergantung adalah HIV
3.5 Definisi Operasional
Tabel 4. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Skala
Jenis Kelamin Perbedaan antara laki-
laki dan perempuan
secara biologis, yang
berusia 20 sampai 49
tahun tercantum di
dalam rekam medis
identitas pasien RSUD
Sleman pada saat
pemeriksaan.
Nominal
HIV Infeksi yang disebabkan
oleh golongan rotravirus
yang menyerang sistem
imun manusia sehingga
menunjukkan beberapa
gejala klinis infeksi HIV
pada penderita yang
ditegakkan secara pasti
melalui pemeriksaan pra
konseling tes (VCT) dan
ELISA untuk
memperoleh hasil HIV
positif dan HIV negatif.
Nominal
3.6 Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan pada penelitian ini berupa rekam medis pasien
yang berisi identitas dan pernah menjalani tes HIV di RSUD Sleman dengan hasil
HIV positif dan HIV negatif pada periode tahun 2012 sampai 2014.
3.7 Alur Penelitian
Permohonan izin penelitian ke RSUD
Sleman
Observasi data rekam medis
Mengambil sampel dari rekam medis pasien yang memenuhi kriteria inklusi
Analisis data
Penyusunan hasil penelitian
3.7 Analisis Data
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji t tidak
berpasangan, sebab penelitian ini memiliki hipotesis komparatif kategorik tidak
berpasangan yang terdiri dari 2 kelompok. Data dianalisis dengan program SPSS
dengan uji Chi Square.
3.8 Etika Penelitian
Dalam penelitian ini, ethical clearance telah diperoleh dari Komisi Etik
Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.
Permohonan izin dari RSUD Sleman telah disampaikan kepada direktur rumah
sakit yang bersangkutan.
3.9 Jadwal Penelitian
Jadwal Kegiatan Penelitian
November 2014-Januari 2015 Penyusunan Proposal
Februari 2015 Seminar Proposal
Maret-April 2015 Perizinan Penelitian dan Pengambilan
Data
Mei 2015 Pengolahan Data
Juni 2015 Seminar Hasil