rang kuman cda fairclough
DESCRIPTION
analisis wacana kritis faircloughTRANSCRIPT
KERANGKA ANALISIS WACANA KRITIS NORMAN FAIRCLOUGH
dirangkum dari Eriyanto (Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. 2001)
ANALISIS WACANA KRITIS FAIRCLOUGH
TEKS
(Representasi, Relasi, Identitas) >>>>>>>>
DISCOURSE PRACTICE
(Individu Wartawan, Relasi antara wartawan dengan struktur
media, Praktik Kerja/Rutinitas Kerja)
SOCIOCULTURAL PRACTICE
>>>>>>>> (Situasional, Institusional, Sosial)
PENJELASAN:
1. TEKS Critical Linguistics Representasi
Bagaimana orang, kelompok,
keadaan atau apa pun
ditampilkan & digambarkan
dalam teks.
Dalam anak kalimat
Pertama, pada pemilihan
kosakata (vocab).
Kedua, pada tata bahasa
(grammar)
Misal:
- - Vocab:
- miskin, tidak mampu, atau marjinal
- Grammar:
sebagai tindakan, peristiwa, keadaan
atau proses mental
Dalam kombinasi anak
kalimat
Terjadi koherensi lokal. Yaitu
pengertian yang didapat dari
gabungan anak kalimat satu
dengan yang lain, sehingga
kalimat tersebut memiliki arti.
1. Tak ada.
Seorang wanita diperkosa oleh
oknum polisi.
2. Penjelas.
Seorang wanita, yang dikenal
sebagai janda, diperkosa oleh
oknum polisi.
3. Perpanjangan kontras.
Meskipun janda, seorang wanita
diperkosa oleh oknum polisi.
4. Penyebab.
Karena janda, seorang wanita
diperkosa oleh oknum polisi.
Dalam rangkaian antar
anak kalimat
Bagaimana dua kalimat
dirangkai?
Misal:
1. SBY mendukung pemilihan
Gubernur DIY.
2. GBPH Prabukusumo
menentang pemilihan.
Bentuk rangkaian:
1. Model Pertama: 1 ke 2 >>
terkesan penentangan GBPH
Prabukusumo tidak signifikan.
2. Model Kedua: 2 ke 1 >> terkesan
banyak sekali yang menentang SBY.
Misal:
1. SBY mendukung pemilihan
Gubernur DIY.
2. GBPH Prabukusumo
menentang pemilihan.
Bentuk Rangkaian:
1. Saling mendukung.
GBPH Prabukusumo menentang
pemilihan. Di Yogya ada demo SBY.
Beberapa pakar Hukum juga
menolak pendapat SBY.
2. Saling bertentangan.
GBPH Prabukusumo menentang
pemilihan. Ada beberapa pengamat
politik yang mendukung pemilihan.
Relasi
Bagaimana hubungan antara
wartawan, khalayak dan
partisipan berita ditampilkan
dan digambarkan dalam teks.
Misal:
Berita tentang Yogyakarta
yang digoyang oleh isu
pemilihan atau
penetapan gubernur.
Cara melihat relasi:
1. Sudut Yogya
Yogya adalah Daerah
Istimewa karena sejarahnya.
Perannya yang besar dalam
kemerdekaan, dst...
2. Sudut Pemerintah
Kontroversi Yogya ini tidak lain tidak
bukan bentuk ketidakseriusan
pemerintah. Demokrasi yang
digunakan adalah demokrasi barat,
dst..
Identitas
Bagaimana identitas
wartawan, khalayak dan
partisipan berita ditampilkan
dan digambarkan dalam teks.
Misal:
Masalah wacana
referendum di DIY.
Cara identifikasi:
1. Identifikasi dg DIY.
DIY adalah daerah yang
istimewa. Sebagai warga DIY,
seyogyanya kita tidak lupa
akan sejarah, dst...
2. Identifikasi dg Indonesia.
Kesatuan Indonesia adalah harga
mati. Termasuk juga dengan DIY. DIY
adalah bagian dari Indonesia yang
harus dipertahankan, dst.
2. INTERTEKSTUALITAS
Teks dan ungkapan dibentuk
oleh teks yang dibentuk
datang sebelumnya, saling
menanggapi dan salah satu
bagian dari teks tersebut
mengantisipasi yang lainnya.
Intertekstualitas
(lebih lengkap lihat
Eriyanto, 2001:305-315)
Kutipan langsung/tidak langsung.
Bahasa publik/personal
Publik:
Presiden SBY menyatakan bahwa
Pemilihan Gubernur adalah amanat
konstitusi.
Personal:
SBY, kenapa kau mempermainkan
Yogya?
Intertekstualitas yang
manifest
1. Representasi wacana.
2. Pengandaian
3. Negasi
4. Ironi
5. Metadiscourse
Interdiscursivity
1. Genre
2. Tipe aktivitas
3. Gaya
4. Wacana
3. DISCOURSE
PRACTICE
Observasi, Indepth
Interview
Memusatkan perhatian pada
bagaimana praktek produksi
dan konsumsi teks.
Individu Wartawan Latar belakang pendidikan, orientasi ekonomi-politik pengelola,
perkembangan professional dan ketrampilan menulis berita.
Relasi antara wartawan
dengan struktur media
Bentuk & struktur organisasi, promosi jenjang karir dan bagaimana
proses pengambilan kebijakan.
Praktik Kerja/Rutinitas
Kerja
Pola dan rutinitas media dalam rangka membentuk berita: siapa saja
yang terlibat, apa saja tahapannya dan pertimbangan apa yang
menentukan terbit/tidaknya sebuah berita.
4. SOCIOCULTURAL
PRACTICE
Studi Pustaka,
Penelusuran Situasional
Konteks sosial, saat teks tersebut diproduksi. Teks diproduksi dalam suatu kondisi yang khas dan
unik, sehingga satu teks, tentu berbeda dengan teks yang lainnya – dengan tema berita yang sama.
Misal: berita Timnas Indonesia saat bermain buruk, tentu berbeda dengan di AFF Cup kemarin.
Institusional Level institusional melihat bagaimana pengaruh institusi terhadap praktik produksi wacana berita.
Bisa berasal dari internal media, atau eksternal. Faktor Eskternal tsb, antara lain:
- Faktor EKONOMI: seperti pengiklan, rating minat dari khalayak, persaingan antar media
dan kepemilikan modal.
- Faktor POLITIK: Pemerintah dalam bentuk regulasi dan kekuatan politik yang mengatur
media (mis, media partisan).
Sosial Produksi teks media juga terpengaruh oleh sistem makro dalam masyarakat, seperti sistem politik,
ekonomi dan budaya. Misal, media di Timur Tengah yang sangat kental aroma Patriarkal-nya.
© zulfiifani.wordpress.com