bahasa indo rang

Upload: elissa-sarwohono

Post on 18-Oct-2015

86 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bahasa Indo Rang

TRANSCRIPT

  • JENIS PARAGRAF BERDASARKAN LETAK KALIMAT UTAMANYA

    Letak kalimat utama pada paragraf mempengaruhi nama dan jenis paragraf. Berdasarkan letak kalimat

    utamanya, paragraf dapat dibedakan menjadi tiga jenis.

    A. Paragraf deduktif

    Paragraf deduktif adalah paragraf yang dikembangkan dari umum ke khusus. Bagian umum pada paragraf ini

    adalah ide pokok, sedang bagian khusu adalah ide penjelasnya. Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan

    ide pokok dalam kalimat topik kemudian diikuti dengan ide atau pikiran penjelas yang berfungsi untuk

    menerangkan, menjabarkan, merinci, menjelaskan ide pokok dalam satu atau beberapa buah kalimat penjelas.

    Karena bagian umum paragraf diletakkan di bagian awal dan dijelaskan oleh bagian khusus yang diletakkan

    sesudahnya, maka paragraf ini dikembangkan dari umum ke khusus atau dan disebut paragraf deduktif.

    Contoh:

    Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan

    dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya untuk

    membuka usaha baru.

    Bagian awal paragraf di atas adalah bagian umum karena berisi ide pokok, yaitukemauan yang sulit diikuti. Ide

    pokok, yaitu kemauan yang sulit diikuti itu selanjutnya dijelaskan lagi dengan beberapa ide atau pikiran

    penjelas berupa (1) keputusan rapat untuk menyimpan dana, (2) kesepakatan terhadap hasil rapat, (3) hari ini

    ia memaksa untuk menggunakan dana. Ketiga ide penjelas tersebut merupakan penjelasan terhadap ide

    pokokkemauan yang sulit diikuti.

    B. Paragraf induktif

    Paragraf induktif berupakan kebalikan dari paragraf deduktif, yaitu paragraf yang dikembangkan dari khusus

    ke umum. Pengbangan paragraf ini dimulai dengan mengemukakan satu atau beberapa ide penjelas dalam

    kalimat penjelas yang selanjutnya diikuti dengan ide pokok dalam kalimat topik sebagai simpulan umum dari

    beberapa buah idea tau pikiran penjelas sebelumnya.

    Contoh :

    Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi

    kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancar. Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa alat komunikasi

    yang penting, efektif, dan efisien.

    Pada paragraf di atas tampak bahwa bagian awal paragraf yang terdiri atas empat kalimat merupakan bagian

    khusus. Dikatakan sebagai bagian khusus karena ide penjelas berupa (1) sarana pengembangan budaya,

    (2) sendi-sendi kehidupan, (3) sarana komunikasi, dan (4) sarana informasi merupakan rincian dari ide

    pokok bahasa alat komunikasi yang penting, efektif, dan efisien.

    C. Paragraf campuran

    Sesuai namanya, paragraf campuran merupakan gabungan dari paragraf deduktif dan induktif. Paragraf ini

    dimulai dengan mengemukakan ide pokok dalam kalimat topik kemudian diikuti dengan satu atau beberapa

    ide penjelas dalam kalimat-kalimat penjelas. Di akhir paragraf dikemukakan lagi ide pokok paragraf baik

    dengan kalimat yang sama maupun kalimat yang berbeda namun memiliki persamaan makna. Kalimat topik

    yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf.

    Contoh :

    Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang

    dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun

    yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya

    sarana komunikasi.

  • Pada paragraf di atas tampak ide pokok paragraf tersebut ada pada kalimat pertama dan terakhir, meskipun

    berbeda bahasanya namun memiliki makna yang sama. Ide pokok pada paragraf pertama dan terakhir ini

    dijelaskan oleh ide penjelas yang terdapat pada kalimat kedua.

    Paragraf deduktif

    Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan

    kalimat-kalimat penjelas.

    Contoh 1:

    Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan

    dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya membuka

    usaha baru.

    Contoh 2:

    Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Oleh sebab itu, Indonesia kaya akan hasil laut, antara lain ikan dan

    mutiara. Selain itu, Indonesia juga kaya akan objek wisata maritim.

    Paragraf Induktif

    Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik.

    Contoh 1

    Sepanjang hari hujan turun dengan lebatnya. Air sungai mulai meluap. Di mana-mana terjadi banjir bahkan

    banyak pohon yang roboh dan tumbang. Rupanya musim hujan sudah mulai tiba.

    Contoh 2

    Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi

    kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancar. Informasi tersendat-sendat.Memang bahasa alat komunikasi

    yang penting, efektif, dan efisien.

    Paragraf Campuran

    Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-

    kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan

    penegasan dari awal paragraf.

    Contoh 1

    Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang

    dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun

    yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya

    sarana komunikasi.

    Contoh 2

    Buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu. Dengan buku orang bisa mengetahui ilmu dari berbagai

    belahan dunia. Dari buku pula kita bisa mendapat hiburan dan menambah pengalaman.Jelaslah bahwa buku

    sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.

    Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar

    Paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat

    pada kalimat-kalimat penjelas.

    Contoh 1

    Di pinggir jalan banyak orang berjualan kue dan minuman. Harganya murah-murah, Sayang banyak lalat

    karena tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan sampah busuk. Dari sampah, lalat terbang dan hinggap di kue

    dan minuman. Orang yang makan tidak merasa terganggu oleh lalat itu. Enak saja makan dan minum sambil

    beristirahat dan berkelakar.

    Contoh 2

    Matahari belum tinggi benar. Embun masih tampak berkilauan. Warna bunga menjadi sangat indah diterpa

    sinar matahari. Tampak kupu-kupu dengan berbagai warna terbang dari bunga yang satu ke bunga yang lain.

    Angin pun semilir terasa menyejukkan hati.

    MENENTUKAN IDE POKOK PARAGRAF

    Menemukan ide pokok paragraf merupakan sutau kewajiban bagi pembaca ketika mencoba menambah

    wawasan pengetahuannya melalui bacaan. Keterampilan menemukan ide pokok bisa dilatih dan

    dikembangkan secara teratur dan berkesinambungan sehingga menangkap inti bacaan atau informasi yang

    diterimanya menjadi tepat, akurat, dan cermat.

  • Inti atau ide pokok paragraf merupakan gagasan yang secara struktural maknawi membawahkan gagasan yang

    lain. Oleh sebab itu, ide pokok paragraf merupakan suatu konsep yang mencakup suatu konsep gagasan

    lainya, yang terwujud dalam kalimat-kalimat penjelas atau pendukung gagasan pokok itu berantai-

    berkesinambungan guna membentuk kesatuan paragraf.

    Menemukan inti atau ide pokok bisa disiasati dengan mengenal tipe paragraf, bisa dilihat dari segi pola

    penalarannya, paragraf bisa berbentuk tipe deduktif dan induktif. deduktif merupakan cara berpikir yang

    dimulai dengan rumusan pernyataan umum. Biasanya ditempatkan di awal paragraf, sedangkan kalimat-

    kalimat berikutnya merupakan kalimat-kalimat penjelas.

    induktif merupakan pola berpikir dengan menggunakan peristiwa atau hal-hal khusus untuk menarik

    kesimpulan umum. Hal-hal atau peristiwa khusus yang dimaksud adalah peristiwa-peristiwa yang sejenis,

    seklasifikasi, paralel, dan digunakan sebagai data yang memperkuat gagasan untuk menarik kesimpulan.

    Yang membuat pembaca bingung menentukan ide pokok adalah bila paragraf yang dibacanya bertipe naratif

    atau deskriptif. Ide pokok paragraf biasanya terjabarkan secara merata. Oleh sebab itu, pembaca harus

    pandai menemukan kata-kata kunci paragraf itu. Berdasarkan kata-kata kunci itulah kita dapat menentukan

    kalimat ide pokok.

    Contoh Soal

    (1) Isu ini seakan makin mencuat setelah pekan lalu Kanada, Haiti, Republik

    Dominika, Selandia Baru, dan Australia menyatakan kewaspadaan terhadap

    produk buatan China. (2) Hal ini makin terasa mencuat lagi setelah mantan

    Dirjen Pengawas Makanan dan Obatan-obatan China Zheng Xaoyu dihukum

    mati Zheng yang menjabat pada instansi itu, periode 1998-2005 dianggap

    berperan besar. (3) Di masa jabatannya, ia telah meloloskan banyak

    makanan dan obat-obatan palsu, serta berbahaya. (4) Ia mendapatkan suap

    sekitar Rp 7,6 miliar atas perbuatannya yang membahayakan nyawa orang.

    (5) "Hukuman bagi Zheng merupakan langkah penting untuk mengatasi

    persoalan besar industri farmasi," kata Chen Zhonglin, profesor hukum di

    sebuah universitas di Chengu. (6) Berpikir dua kali kini warga China berpikir

    dua kali sebelum membeli produk. (7) "Lihat warna benda ini," kata Ning

    Qiyun, saat membeli saus dengan warna merah yang terlalu mencolok di

    supermarket dan Saya kini ekstrawaspada.

    no.soal

    1-3

    1) Ide pokok paragraf tersebut adalah ....

    A. mencuatnya makanan dan obatan-obatan China

    B. warga China berpikir dua kali mambeli produknya

    c. kewaspadaan terhadap produk buatan China

    D. cara meneliti makanan dan obatan-obatan China

    E. pengawasan makanan dan obatan-obatan China

    kunci,

    Ide pokok merupakan hal pokok yang diungkapkan dalam paragraf.

    Ide pokok juga merupakan inti keseluruhan isi paragraf. Ide pokok terdapat

    pada kalimat utama yang didukung oleh kalimat-kalimat penjelas.

    Jadi, pernyataan c, benar karena ide pokok paragraf tersebut

    terdapat di awal paragraf atau pada kalimat (1), yakni kewaspadaan

    terhadap produk buatan China. Kewaspadaan tersebut didukung lagi oleh

  • kalimat 6 dan 7), yaitu kalimat (6) Berpikir dua kali kini warga China

    berpikir dua kali sebelum membeli produk. Kalimat (7) "Lihat warna benda

    ini," kata Ning Qiyun, saat membeli saus dengan warna merah yang terlalu

    mencolok di supermarket dan, Saya kini ekstra waspada. Sedangkan

    pernyataan A, B, D, dan E salah karena bukan merupakan hal pokok yang

    diungkapkan dalam paragraf, tetapi hanya pernyataan berupa kalimatkalimat penjelas yang mendukung ide

    pokok.

    contoh menemukan ide pokok peragraf dalam suatu cerita

    Menanam Padi

    Keluarga Pak Wiryo adalah keluarga yang rukun. Mereka saling

    membantu dalam bekerja. Hari ini keluarga Pak Wiryo pergi ke sawah.

    Mereka akan menanam padi. Pak Wiryo dibantu Bu Wiryo dan kedua

    anaknya, yaitu Lina dan Teguh.

    Pak Wiryo dan Bu Wiryo menyiapkan benih yang akan ditanam.

    Mereka mencabuti benih yang telah disemaikan. Agar akarnya tidak putus

    mereka mencabuti dengan hati-hati. Benih yang sudah dicabuti dibawa

    Teguh ke petak sawah yang akan ditanami. Setiap petak mendapat

    sejumlah tumpukan benih.

    Setelah selesai mencabuti benih, Pak Wiryo dan Bu Wiryo menanam

    benih tersebut. Teguh juga tidak mau ketinggalan. Mereka menanam benih

    dengan cekatan. Sambil berjalan mundur benih itu ditanamkan. Walaupun

    cuaca agak panas, mereka tetap bersemangat menanam benih.

    Sementara itu, Lina menyiapkan minuman dan makanan kecil di gubuk.

    Pukul 11.00 semua beristirahat di gubuk. Lina segera melayani bapak,

    ibu, dan kakaknya. Mereka makan dengan lahap karena mereka terlihat

    sangat letih. Lina juga ikut makan. Dalam sekejap, hidangan yang

    disediakan Lina habis. Setelah selesai makan mereka beristirahat

    sebentar, kemudian kembali melanjutkan pekerjaan masing-masing. Pak

    Wiryo, Bu Wiryo, dan Teguh kembali menanam benih padi sedangkan

    Lina membersihkan peralatan makan.

    Pukul 13.30 mereka selesai menanam benih. Setelah berkemas dan

    membersihkan diri, mereka segera pulang. Teguh dan Lina sangat senang

    bisa membantu pekerjaan orang tuanya. Pak Wiryo dan Bu Wiryo pun

    bangga terhadap anak-anaknya.

    Ide pokok paragraf

    adalah pikiran utama atau inti dari suatu paragraf. Pikiran utama bisa

    berupa kalimat dalam suatu paragraf.

    Contoh:

    Ide pokok paragraf pertama dalam bacaan yang berjudul Menanam

    Padi adalah keluarga Pak Wiryo ingin menanam padi.

    Kesimpulan:

    Saat kita akan menentukan ide pokok suatu paragraf dalam cerita atau artikel hal yang pertama kita lakukan

    ialah menentukan gagasan pokok atau kalimat utama pada tiap-tiap paragraf. Dari gagasn pokok tersebut kita

    dapat menentukan ide pokok paragraf atau pikiran utama dari tiap-tiap paragraf, dan dapat pula kita

    membuat ringkasan cerita dari gagasan pokok tersebut.

  • Bentuk Paragraf :

    1. Deduktif : inti paragraf berada di awal paragraf

    2. Induktif : inti kalimat berada di kalimat terakhir

    3. Campuran : inti paragraf di kalimat pertama dan terakhir

    4. Ineratif : inti paragraf di tengah-tengah paragraf

    Jenis Paragraf :

    1. Paragraf Narasi : penceritaan suatu kejadian secara runtut sesuai urutan waktu

    2. Paragraf Deskripsi : paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci

    3. Paragraf Persuasi : jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan bukti

    dan fakta (benar-benar terjadi)

    4. Paragraf Eksposisi : karangan yang bertujuan untuk menginformasikan tentang sesuatu sehingga

    memperluas pengetahuan pembaca

    5. Paragraf Argumentasi : sebuah paragraf yang menjelaskan pendapat dengan berbagai keterangan dan

    alasan

    Pola Pengembangan :

    1. Definisi : menjelaskan sesuatu dengan jelas dengan konjungsi (adalah, ialah, yaitu) yang tepat agar gampang

    di mengerti

    2. Contoh : memberikan contoh agar mudah dipahami

    3. Fungsional : mempunyai kegunaan tertentu untuk sang penulis

    4. Kausal : menunjukkan hubungan sebab-akibat dalam suatu kejadian

    5. Spasial : menulis yang berhubungan dengan tempat tertentu dan menggambarkannya

    6. Perbandingan : membandingkan sesuatu untuk menemukan perbedaan atau persamaan

    7. Kronologi : mempunyai catatan waktu yang jelas

    Macam - macam paragraf antara lain:

    Berdasarkan Letak Kalimat Utama

    Jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utama antara lain:

    Paragraf deduktif adalah paragraf yang letak kalimat utamanya terletak di awal paragraf

    Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir paragraf

    Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal dan akhir paragraf

    Naratif/deskriptif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak menyebar di seluruh paragraf

    Berdasarkan Tujuannya

    Jenis paragraf berdasarkan tujuannya antara lain:

    Paragraf narasi adalah paragraf yang bertujuan untuk menceritakan suaut peristiwa atau kejadian sehingga

    pembaca seolah - olah mengalami sendiri kejadian itu

    Paragraf deskripsi adalah paragraf yang bertujuan menggambarkan sebuah objek nyata agar pembaca merasa

    seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu

    Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan memaparkan sejumlah informasi atau pengetahuan dengan

    tujuan pembaca dapat mendapat tambahan informasi atau pengetahuan sejelas - jelasnya

  • Paragraf argumentasi adalah paragraf yang bertujuan untuk mengemukakan alasan, contoh, dan bukti - bukti

    yang kuat dan meyakinkan dengan tujun meyakinkan pembaca sehingga pembaca membenarkan pendapat,

    sikap, dan keyakinan kita

    Paragraf persuasi adalah paragraf yang bertujuan untuk membujuk atau merayu pembaca sehingga pembaca

    tergiur atau terpengaruh untuk mengikuti keinginan penulis

    Berdasarkan Pola Pengembangannya

    Pola umum-khusus

    Pola ini diawali dengan pernyataan yang sifatnya umum dengan ditandai kata banyak, umumnya kemudian

    dijelaskan dengan rincian - rincian

    Pola khusus-umum

    Pola ini merupakan kebalikan dari pola umum-khusus yaitu diawali dengan rincian - rincian dan diakhiri

    pernyataan yang bersifat umum

    Pola definisi luas

    Pola ini digunakan sebagai usaha penulis untuk memberkan keterangan atau arti terhadap sebuah kata atau

    suatu hal

    Pola proses

    Pola ini merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau

    menghasilkan sesuatu atau perurutan dari suatu kejadian atau peristiwa

    Pola sebab-akibat

    Pola ini dilakukan dengan mencantumkan sebab-sebab suatu hal terjadi dan diikuti dengan akibat yang

    ditimbulkan oleh sebab-sebab tersebut.

    Pola ilustrasi

    Pola ini dilakukan ketka ditemukan sebuah gagasan yang masih terlalu umum sehingga dibutuhkan ilustrasi-

    ilustrasi yang bersifat konkret

    Pola pertentangan dan perbandingan

    Pola pertentangan digunakan ketka kita membahas suatu persoalan dengan cara mengontraskan dengan

    masalah lain, sedangkan pola perbandingan digunakan ketika membahas dua hal atau objek berdasarkan

    persamaan dan perbedaan-perbedaannya

    Pola analisis

    Pola ini digunakan ketika menjelaskan suatu hal atau gagasan yang sifatnya umum ke dalam perincian-

    perincian yang logis dan analitis

    Pola klasifikasi

    Pola ini digunakan untuk mengelompokkan hal, peristiwa, atau benda yang dianggap memiliki kesamaan-

    kesamaan tertentu

    Pola seleksi

    Pola ini dilakukan dengan cara memilih perbagian dengan didasarkan atas fungsi, kondisi, atau bentuknya

    Pola titik pandang

    Pola ini dilakukan dengan cara melihat kedudukan pengarang dalam menceritakan atau melihat sesuatu

    Pola dramatis

    Pola ini dilakukan dengan cara penceritaan tidak langsung atau melalui dialog-dialog

    Analogi

    Pola ini dilakukan dengan membandingkan dua benda yang banyak kesamaan sifatnya

    Generalisasi

    Pola ini dilakukan dengan cara menarik sebuah kesimpulan umum dari beberapa data yang dimiliki

    1. Kalimat Majemuk Setara

    Kalimat Majemuk Setara adalah kalimat majemuk yang terdidri atas beberapa kalimat yang setara atau

    sederajat kedudukannya, yang masing-masing dapat berdiri sendri. Kalimat Majemuk Setara dibagi menjadi

    beberapa jenis, yaitu :

    1. Kalimat majemuk setara sejalan

    Kalimat majemuk setara sejalan ialah kaliamat majemuk setara yang terdiri atas beberapa kalimat tunggal

  • yang bersamaan situasinya

    Contoh : Juminten pergi ke pasar, Parno berangkat ke bengkel, sedang Ganes pergi ke kebun binatang.

    Penjelasan Contoh Kalimat majemuk setara sejalan diatas :

    Kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara sejalan.

    Kalimat 1 : Juminten pergi ke pasar.

    Juminten = subjek

    Pergi = predikat

    Ke pasar = keterangan tempat

    Kalimat 2 : Norif berangkat ke bengkel

    Norif = subjek

    Berangkat = predikat

    ke bengkel = keterangan tempat

    Kalimat 3 : Ganes pergi ke kebun binatang.

    a. Ganes = subjek

    b. pergi = predikat

    c. ke kebun binatang = keterangan tempat

    Catatan:

    a. Kata-kata yang penghubung yang dapat dipakai dalam kalimat majemuk setara sejalan ialah: dan, dan lagi,

    lagi pula, sedang, sedangkan, lalu, kemudian.

    b. Dalam meguraikan menurut jabatannya, hendaknya selalu dibiasakan menempuh cara-car sebagai berikut:

    1. Kalimat yang hendak diuraikan dikutip lebih dahulu.

    2. Memberi nama kalimat yang akan diuraikan.

    3. Kemudian baru bagian-bagian kalimat diuraikan menurut jabatannya sebagai berikut:

    a. Kata-kata yang hendak diuraikan ditempatkan di sebelah kiri.

    b. Jabatan-jabatan kalimat ditempatkan di sebelah kanan.

    2. Kalimat Majemuk Setara Berlawanan

    Kalimat majemuk setara berlawanan ialah kalimat majemuk setara yang terdiri atas beberapa kalimat tunggal

    yang isinya menyatakan situasi berlawanan.

    Contoh : Adiknya pandai, sedang kakaknya bodoh.

    Rahmad berani, tetapi ia tidak mau bertengkar.

    Penjelasan Contoh Kalimat majemuk setara berlawanan diatas :

    Kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara berlawanan

    Kalimat 1 : Rahmad berani

    Rahmad = subjek

    Berani = predikat

    Kalimat 2 : ia tidak mau bertengkar.

    Ia = subjek

    tidak mau bertengkar = predikat

    Catatan:

    Kata-kata penhubung yang dapat dipakai dalam kalimat majemuk setara berlawanan antara lain ialah:

    sedangkan, tetapi, melainkan, padahal, hanyalah, walaupun, meskipun, biarpun, kendatipun, jangankan,

    namun.

    3. Kalimat Majemuk Setara yang menyatakan sebab akibat

    Kalimat Majemuk Setara yang menyatakan sebab akibat ialah kalimat majemuk setara yang terdiri atas

    beberapa kalimat tunggal yang isi bagian yang satu menyatakan sebab akibat dari bagian yang lain.

  • Contoh :

    Roy Marten ditahan, karena ia telah membawa sabu-sabu.

    Anak itum luka parah, sehingga ia harus dibawa ke rumah sakit.

    Penjelasan Contoh Kalimat Majemuk Setara yang menyatakan sebab akibat diatas :

    Roy Martien ditahan, karena ia telah membawa sabu-sabu.

    Kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara yang menyatakan sebab akibat.

    Kalimat 1 : Roy Martien ditahan

    Roy Martien = subjek

    ditahan = predikat

    Kalimat 2 : ia telah membawa sabu-sabu.

    Ia = subjek

    telah membawa = predikat

    sabu-sabu = objek

    Catatan :

    Kata-kata penghubung yang dapat dipakai dalam kalimat majemuk setara yang menyatakan sebab akibat

    antara lain ialah: sebab, karena, oleh karena itu, sehingga, maka.

    2. Kalimat Majemuk Bertingkat

    Kalimat Majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat tunggal yang kedudukanya tidak

    setara/ sederajat, yakni yang satu menjadi bagian yang lain.

    Kalimat majemuk bertingkat sesungguhnya berasal dari sebuah kalimat tunggal. Bagian dari kalimat tunggal

    tersebut kemudian diganti atau diubah sehingga menjadi sebuah kalimat baru yang dapat berdiri sendiri.

    Bagian kalimat majemuk bertingkat yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang tidak mengalami

    pergantian/ perubahan dinamakan induk kalimat, sedang bagian kalimat majemuk yang berasal dari bagian

    kalimat tunggal yang sudah mengalami penggantian/ peubahan dinamakan anak kalimat.

    Contoh :

    Ia datang kemarin. Kalimat tunggal tersebut ialah kalimat tunggal yang mempunyai keterangan waktu: kemarin.

    Jika kata kemarin diganti/ diubah menjadi kalimat yang dapat berdiri sendiri, yakni diubah/ diganti dengan

    kalimat: ketika orang sedang makan, maka berubahlah kalimat tunggal tersebut menjadi kalimat majemuk

    bertingkat sebagai berikut: Ia datang, ketika orang sedang datang.

    Perkataan: ia datang (yang tidak pernah mengalami perubahan/ pergantian) dinamai induk kalimat, sedang

    perkataan: ketika orang sedang makan (yang mengubah/ mengganti kata kemarin) dinamai anak kalimat.

    Macam Anak Kalimat dalam Kalimat Majemuk Bertingkat

    Ada bermacam-macam anak kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat. Hal itu bergantung kepada bagian

    kalimat tunggal mana yang diubh/ digantinya. Karena itu macam anak kalimat dalam kalimat majemuk

    bertingkat dapat diperinci sebagai berikut:

    1. Anak kalimat pengganti subyek

    Contoh:

    Siapa bersalah, akan dihukum.

    Yang mencuri sepeda saya, telah ditangkap polisi.

    Contoh uraian kalimat:

    Yang mencuri sepeda saya, telah ditangkap polisi.

    G Kalimat tersebut ialah kalimat majemuk bertingkat

    G A. Telah ditangkap polisi = induk kalimat

    Ditangkap = predikat

    Polisi = obyek/ pelengkap pelaku

  • Telah = keterangan waktu/ keterangan modalitas.

    B. Yang mencuri sepeda saya = anak kalimat pengganti subyek

    Yang = subyek

    Mencuri = predikat

    Sepeda saya = obyek/ pelengkap penderita

    Catatan:

    Tiap kali hendak menguraikan kalimat majemuk bertingkat, hendaknya lebih dulu diusahakan mencari/

    menyelidiki kalimat tunggal mana yang menjadi asal kalimat majemuk bertingkat itu. Dengan cara itu kita akan

    mudah mencari induk kalimat dan anak kalimat dari kalimat majemuk bertingkat yang hendak kita uraikan.

    2. Anak kalimat pengganti predikat

    Anak kalimat pengganti predikat hanya terdapat pada kalimat nominal.

    Contoh:

    Rumah itu batu. (kalimat tunggal)

    Rumah itu bahannya terbuat dari benda keras. (kalimat majemuk bertingkat)

    3. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap penderita

    Contoh:

    Basir mencintai Nova. (kalimat tunggal)

    Basir mencintai yang sangat dikasihinya. (kalimat majemuk bertingkat)

    4. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap pelaku

    Contoh:

    Ali ditikam oleh penjahat. (kalimat tunggal)

    Ali ditikam oleh orang yang menggedor pintu rumahnya semalam. (kalimat majemuk bertingkat)

    5. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap penyerta

    Contoh:

    Norief memberikan uang kepada anaknya. (kalimat tunggal)

    Norief memberikan uang kepada yang menumpang di Surabaya. (kalimat majemuk bertingkat)

    6. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap berkata depan

    Contoh:

    Ia rindu kepada ibunya. (kalimat tunggal)

    Ia rindu kepada yang memeliharanya sejak kecil. (kalimat majemuk bertingkat)

    7. Anak kalimat pengganti obyek pasangan

    Contoh:

    Kami telah berunding dengan Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono. (kalimat tunggal)

    Kami telah berunding dengan yang memimpin negara Indonesia. (kalimat majemuk bertingkat)

    8. Anak kalimat pengganti obyek alat

    Contoh:

    Norief bersenjatakan pena. (kalimat tunggal)

    Norif bersenjatakan yang dibuat untuk menulis. (kalimat majemuk bertingkat)

    9. Anak kalimat pengganti keterangan tempat

    Contoh:

    Henny pergi ke pasar. (kalimat tunggal)

    Henny pergi ke yang dikunjungi orang tiap hari. (kalimat majemuk bertingkat)

    10. Anak kalimat pengganti keterangan waktu

    Contoh:

  • Anis datang kemarin. (kalimat tunggal)

    Anis datang ketika orang sedang sholat. (kalimat majemuk bertingkat)

    11. Anak kalimat pengganti keterangan sebab

    Contoh:

    Basir tidak berkuliah karena sakit. (kalimat tunggal)

    Basir tidak berkuliah karena jiwanya terganggu. (kalimat majemuk bertingkat)

    12. Anak kalimat pengganti keterangan alasan

    Contoh:

    Saya tidak pergi karena hujan. (kalimat tunggal)

    Saya tidak pergi karena suasana yang tidak mengizinkan. (kalimat majemuk bertingkat)

    13. Anak kalimat pengganti keterangan akibat

    Contoh:

    Basir dianiaya sehingga sakit. (kalimat tunggal)

    Basir dianaya sehingga badannya terbaring. (kalimat majemuk bertingkat)

    14. Anak kalimat pengganti keterangan alat

    Contoh:

    Ia menikam dengan pisau. (kalimat tunggal)

    Ia menikam dengan yang dibelinya kemarin. (kalimat majemuk bertingkat)

    15. Anak kalimat pengganti keterangan asal

    Contoh:

    Sepatunya Norief terbuat dari emas. (kalimat tunggal)

    Sepatunya Norief terbuat dari bahan yang diinginkannya. (kalimat majemuk bertingkat)

    16. Anak kalimat pengganti keterangan syarat

    Contoh:

    Kalau begitu, saya tidak mau mengajak . (kalimat tunggal)

    Kalau kamu nakal, saya tidak mau mengajak. (kalimat majemuk bertingkat)

    17. Anak kalimat pengganti keterangan tujuan

    Contoh:

    Tora Sudiro belajar keras agar lulus. (kalimat tunggal)

    Tora Sudiro belajar keras agar cita-citanya tercapai. (kalimat majemuk bertingkat)

    18. Anak kalimat pengganti keterangan kualitas

    Contoh:

    Boneng tersenyum manis. (kalimat tunggal)

    Boneng tersenyum seperti yang kita lihat. (kalimat majemuk bertingkat)

    19. Anak kalimat pengganti keterangan perihal

    Contoh:

    Dengan tertawa ia menjawab pertanyaan itu. (kalimat tunggal)

    Dengan mulut tertawa lebar ia menjawab pertanyaan itu. (kalimat majemuk bertingkat)

    20. Anak kalimat pengganti keterangan perlawanan

    Contoh:

    Meskipun mendung, ia berangkat juga. (kalimat tunggal)

    Meskipun cuaca buruk, ia berangkat juga. (kalimat majemuk bertingkat)

  • 21. Anak kalimat pengganti keterangan kuantitas

    Contoh:

    Mereka berjalan seratus kilometer. (kalimat tunggal)

    Mereka berjalan jauh sekali jaraknya. (kalimat majemuk bertingkat)

    22. Anak kalimat pengganti keterangan derajat

    Contoh:

    Udara itu dingin sekali. (kalimat tunggal)

    Uadara itu tak terperikan rasanya. (kalimat majemuk bertingkat)

    23. Anak kalimat pengganti keterangan modalitas

    Contoh:

    Mungkin ia meninggal di sana. (kalimat tunggal)

    Desas-desus tersiar ia meninggal di sana. (kalimat majemuk bertingkat)

    24. Anak kalimat pengganti keterangan perbandingan

    Contoh:

    Paimo lebih rajin daripada Mopai. (kalimat tunggal)

    Paimo lebih rajin daripada orang yang mirip dengannya itu. (kalimat majemuk bertingkat)

    25. Anak kalimat pengganti keterangan perwatasan

    Contoh:

    Semua tahanan dibebaskan, kecuali Basir. (kalimat tunggal)

    Semua tahanan dibebaskan, kecuali yang berseragam merah jambu itu. (kalimat majemuk bertingkat)

    Cucu Kalimat dalam Kalimat Majemuk Bertingkat

    Dalam kalimat majemuk bertingkat kadang-kadang terdapat cucu kalimat, yaitu anak dari anak kalimat. Cucu

    kalimat tersebut terjadi jika bagian kalimat dari anakkalimat diubah/ diganti menjadi sebuah kalimat yang

    dapat berdiri sendiri.

    Contoh:

    Norief menyepak bola. (kalimat tunggal)

    Ia menyepak yang disenangi oleh adiknya. (kalimat majemuk bertingkat yang mempunyai anak kalimat

    pengganti obyek/ pelengkap penderita)

    Ia menyepak yang disenangi oleh yang memakai baju baru itu. (kalimat majemuk bertingkat yang mempunyai

    cucu kalimat pengganti obyek/ pelengkap pelaku pada anak kalimat)

    3. Kalimat majemuk rapatan

    Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat atau

    objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.

    Contoh:

    * Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)

    * Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)

    * Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3)Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat

    majemuk rapatan)

    4. Kalimat majemuk campuran

    Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.

    Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.

    Contoh:

    * Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)

    * Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)

    * Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)Toni bermain dengan

    Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya. (kalimat majemuk campuran)

  • KALIMAT AKTIF

    Kalimat aktif merupakan kalimat yang subjeknya aktif melakukan kegiatan atau aktifitas.

    Kalimat aktif dibagi menjadi dua jenis, yakni kalimat aktif transitif dan kalimat aktif intransitif.

    Kalimat Aktif Transitif

    Kalimat aktif transitif adalah kalimat aktif yang memerlukan objek

    Ciri kalimat aktif transitif ialah:

    Predikat berupa verba yang berprefiks meng-

    Memiliki objek

    Contoh kalimat aktif transitif:

    Adik mencuri rokok ayah.

    Pemerintah akan memasok semua kebutuhan lebaran.

    Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaan.

    Gajah Mada sedang mengendarai motor Jupiter Z bersama Komeng.

    Kalimat Aktif Taktransitif

    Kalimat aktif taktransitif adalah alimat aktif yang tidak memerlukan objek.

    Ciri kalimat aktif tak transitif adalah:

    Predikat berupa verba yang menggunakan prefiks selain meng-

    Tidak memiliki objek.

    Contoh Kalimat tak Transitif

    Ibu Camat sedang berbelanja.

    Kami duduk-duduk di teras perpustakaan.

    Sultan Hasanuddi sedang bermain di Mall Panakukang.

    KALIMAT PASIF

    Pempasifan dalam Bahasa Indonesia dilakukan dalam dua cara:

    Menggunakan verba prefiks di-

    Menggunakan verba tanpa prefiks di-

    Cara Pertama

    Pertukarkan S (Subjek) dengan O (Objek)

    Ganti prefiks meng- dengan di- pada P (Predikat)

    Tambahkan kata oleh dimuka unsur yang tadinya S.

    Contohnya:

    Kalimat asalnya sebagai berikut : Pak Toha mengangkat seorang asisten baru.

    Tukarkan S dengan O: Seorang asisten baru mengangkat Pak Toha.

    Ganti prefiks dengan di-: Seorang asistem baru diangkat Pak Toha

    Tambahkan kata oleh: Seorang Asisten baru diangkat oleh Pak Toha.

    Cara Kedua

    Pindahkan O ke awal kalimat.

    Tanggalkan prefiks meng-

    Pindahkan S ke tempat yang tepat sebelum verba.

    Contohnya:

    Kalimat asalnya sebagai berikut: Saya sudah mencuci mobil itu.

    Pindahkan O : Mobil itu saya sudah mencuci.

    Tanggalkan prefiks: Mobil itu saya sudah cuci.

    Pindahkan S: Mobil itu sudah saya cuci.

    KALIMAT KORELATIF

    Kalimat yang menggunakan kata hubung Korelatif yaitu:

    baik ................... maupun ...................

    tidak hanya .........tetapi juga ...............

    bukan .................melainkan ................

    Contoh - Contoh Cara Penulisan Daftar Pustaka yang Baik dan Benar

    Contoh Satu pengarangWijaya, Raden. 1993. Panduan Blogger. Lampung: Gramedia

    Contoh Dua atau tiga pengarangWijaya, Raden dan Hengki. 2001. Panduan Blogger V. Lampung:

    Gramedia

  • Contoh jika Banyak pengarang

    Jay, Ade, dkk. 1983. Sukses Dengan Kerja. NTT: NTT Publishing

    Contoh Buku terjemahan

    West, Fert. 2009. Love is Story, terj. Tri Damayanti. Palembang: Baturaja Online

    Contoh Pada Artikel dalam Majalah

    Wati Ida dan Anwar, Dul. 2005. Cinta dan Mencinta, Majalah Lama. Bandung: PP

    Contoh Artikel dari Internet

    C. Wijay, 2011, Penantianku: Semua Untukmu, [online], (http://www.dulida.com-sup, diakses tanggal 11

    November 2012)

    Daftar pustaka adalah sebuah acuan penting dari sebuah sumber untuk penulisan ilmiah yang digunakan

    sebagai sumber penulisan yang berisi kutipan dari sumber tersebut yang dijadikan teori di penulisan ilmiah itu

    sendiri. Dalam tata cara penulisan daftar pustakan memiliki peraturam yamg harus dipakai dalam setiap

    penulisan ilmiah

    Contoh kecil Daftar Pustaka :

    Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds.). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-4, cetakan ke-1). Malang:

    UM Press.

    Kutipan

    beberapa kalimat dari sebuah referensi yang ditulis kembali atau disisipkan dalam teori atau yang lainnya

    pada penulisan yang kita buat, sebaiknya dalam penulisan kutipan kita harus menyimpulkan maksud dari

    kutipan atau merangkumnya, karena dari setiap kalimat yang dibuat setiap orang berbeda terkadang akan

    terasa ada beberapa kata yang kurang tepat pada saat kita menyatukan kalimat dari kutipan dengan bahasa

    yang kita buat. Jangan lupa pula kita perlu mencantumkan sumber kutipan tersebut dalam daftar pustaka kita.

    Catatan kaki digunakan dalam penulisan ilmiah digunakan pula sebagai tambahan materi untuk menjelasakan

    isi dari penulisan ilmiah tersebut namun dalam catatan kaki ada peraturan tersendiri seperti memberi sebuah

    tanda atau simbol yang menjelaskan bahwa itu adalah catatan kaki

    Contoh dan Cara Menulis Daftar Pustaka Dari Berbagai Sumber

    Penulisan daftar pustaka yang lebih dari satu/dua orang penulis dalam buku yang sama. Pertama tulis nama

    belakang dari penulis yang pertama setelah nama belakang beri (tanda koma) lalu tulis nama depan jika nama

    depan berupa singkatan tulis saja singkatan itu setelah nama pertama selesai beri (tanda titik) lalu beri (tanda

    koma) untuk nama kedua / ketiga ditulis sama seperti nama sali alis tidak ada perubahan, yang berubah

    penulisannya hanya orang pertama sedangkan orang kedua dan ketiga tetap.

    Setelah penulisan nama kedua selesai, nah jika tiga penulis gunakan tanda dan (&) pada nama terakhir

    begitupula jika penulisnya hanya dua orang saja, setelah penulisan nama selesai, Kedua; tahun pembuatan

    atau cetakan buku tersebut dengan diawali [tanda kurung buka dan kurung tutup/ ( )] setelah itu beri (tanda

    titik). Ketiga; judul buku atau karangan setelah itu beri (tanda koma) dan ditulis dengan huruf miring ok.

    keempat; yaitu penulisan tempat penerbitan/cetakan setelah itu beri (tanda titik dua : ) dan terakhir kelima;

    nama perusahaan penerbit buku atau tulisan tersebut dan diakhiri (tanda titik) ok. Untuk gelar akademik tidak

    ditulis dalam penulisan daftar pustaka. Nah ini contohnya Seperti dibawah ini:

    Suteja, B.R., Sarapung, J.A, & Handaya, W.B.T. (2008). Memasuki Dunia E-Learning, Bandung: Penerbit

    Informatika.

    Whitten, J.L.,Bentley, L.D., Dittman, K.C. (2004). Systems Analysis and Design Methods. Indianapolis: McGraw-

    Hill Education.

  • Penulisan daftar pustaka dalam pengambilan data dari buku, pertama; penulisan nama untuk awal

    menggunakan huruf besar terlebih dahulu setelah nama belakang ditulis beri (tanda koma), dimulai dari nama

    belakang lalu beri (tanda koma) dan dilanjutkan dengan nama depan, kedua; tahun pembuatan atau

    penerbitan buku, ketiga; judul bukunya ingat ditulis dengan mengunakan huruf miring setelah judul gunakan

    (tanda titik), keempat; tempat diterbitkannya setelah tempat penerbitan gunakan (tanda titik dua), dan kelima;

    penerbit buku tersebut diakhiri dengan (tanda titik). Seperti contoh dibawah ini:

    Peranginangin, Kasiman (2006). Aplikasi Web dengan PHP dan MySql. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

    Soekirno, Harimurti ( 2005). Cara Mudah Menginstall Web Server Berbasis Windows Server 2003. Jakarta: Elex

    Media Komputindo.

    Penulisan daftar pustaka dalam pengambilan data dari internet, pertama; tulis nama, kedua; tulis (tahun

    buku atau tulisan dibuat dalam tanda kurung) setelah itu beri (tanda titik), ketiga; tulis judul buku/tulisannya

    lalu beri (tanda titik) lagi, keempat; tulis alamat websitenya gunakan kata (from) untuk awal judul web dll

    setelah itu beri tanda koma, kelima; tulis tanggal pengambilan data tersebut ok. Seperti contoh dibawah ini:

    Albarda (2004). Strategi Implementasi TI untuk Tata Kelola Organisasi (IT Governance). From

    http://rachdian.com/index2.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=27&Itemid=30, 3 August 2008

    Perlu diingat juga untuk penulisan daftar pustaka yang banyak harus berurutan penulisannya. Nama dari

    sumber yang diambil sebagai daftar putaka ditulis berdasarkan urutan Abjad dari nama masing-masing

    tersebut, dimulai dengan Abjad A-Z itulah urutan penulisan daftar pustaka yang baik yaitu sesuai dengan

    urutan nama-namanya.

    Pidato dan Ceramah

    PIDATO

    Pengertian Pidato

    Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak. Pidato juga

    berarti kegiatan seseorang yang dilakukan di hadapan orang banyak dengan mengandalkan kemampuan

    bahasa sebagai alatnya.

    Berpidato pada dasarnya merupakan kegiatan mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata (lisan) yang

    ditujukan kepada orang banyak dalam sebuah forum. Seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari

    besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.

    Menurut Emha Abdurrahman dalam bukunya tehnik dan pedoman berpidato, pidato adalah penyampaian

    uraian secara lisan tentang sesuatu hal (masalah) dengan mengutarakan keterangan sejelas-jelasnya di

    hadapanmassa atau orang yang banyak pada suatu waktu tertentu.

    Namun, dalam abad modern ini saluran-saluran berpidato tidak terbatas kepada pidato secara langsung di

    depan massa melainkan bisa menggunakan saluran-saluran lain, misalnya pidato di saluran radio, saluran

    televisi, atau rekaman pada kaset.

    Fungsi Pidato

  • Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :

    1. Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan yang disarankan dengan suka rela,

    2. Menyampaikan informasi dan atau suatu pemahaman kepada pendengarnya,

    3. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan

    ucapan yang disampaikan,

    4. Mendidik,

    5. Propaganda,

    6. Penyambung lidah seseorang.

    Dengan melihat beberapa fungsi pidato diatas maka seseorang dapat dengan lebih jelas menentukan

    sikap pada saat akan atau ketika sedang berpidato, bahkan dengan mengetahui manfaat tersebut seseorang

    yang berpidato dapat mengukur sendiri, apakah pidato yang dibawakannya itu berhasil ataukah gagal.

    Jenis-Jenis Pidato

    Berdasarkan sifat dan Isi Pidato, jenis-jenis Pidato dibedakan atas:

    a. Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc (master of

    ceremony).

    b. Pidato Pengarahan adalah pidato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.

    c. Pidato Sambutan adalah pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang

    dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.

    d. Pidato Peresmian adalah pidato yang dilakukan oleh seseorang yang berpengaruh ketika akan meresmikan

    sesuatu.

    e. Pidato Laporan adalah pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.

    f. Pidato Pertanggungjawaban adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban terhadapa suat

    kegitan tertentu.

    Berdasarkan ada tidaknya persiapan yang dilakukan sebelum melakukan pidato, jenis-jenis pidato dibedakan

    atas:

    1. Pidato Impromptu (serta merta) yaitu pidato yang dilakukan secara tiba-tiba, spontan, tanpa persiapan

    sebelumnya. Misalkan apabila seseorang menghadiri pesta dan tiba-tiba dipanggil untuk menyampaikan

    pidato maka pidato yang disampaikan itu adalah pidato jenis impromptu.

    Keuntungan :

    Lebih mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, karena pembicara tidak sempat lebih dalam

    memikirkan apa yang akan ia sampaikan.

    Gagasan datang secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup.

    Memungkinkan Pembicara terus berpikir.

    Kerugian :

    Dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah, karena dasar pengetahuan yang tidak memadai.

    Mengakibatkan penyampaian yang tidak lancar dan tersendat-sendat.

    Biasanya gagasan yang disampaikan bisa acak-acakan dan ngawur.

    Pembicara kemungkinan besar biasanya demam panggung.

    2. Pidato Manuskrip yaitu pidato dengan naskah. Di sini tidak berlaku istilah menyampaikan pidato tapi

    membacakan pidato. Karena pembicara akan membacakan pidato dari awal sampai akhir. Jenis pidato ini

    sangat perlu dilakukan, jika isi pidato yang akan disampaikan tidak boleh terdapat kesalahan. Misalnya, ketika

    seseorang diminta untuk melaporkan keadaan keuangan, berapa pemasukan, dari mana saja sumbernya, dan

    berapa pengeluaran serta untuk apa uang dikeluarkan, orang tersebut perlu menuliskannya dalam bentuk

    naskah dan baru kemudian membacakannya. Manuskrip juga sangat dibutuhkan oleh tokoh nasional, sebab

    kesalahan sedikit saja dapat menimbulkan kekacauan nasional.

    Keuntungan :

    Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang

    gamblang,

    Pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun kembali,

    Kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata sudah disiapkan,

    Hal-hal yang ngawur atau menyimpang dapat dihindari,

    Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.

  • Kerugian :

    Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara langsung kepada mereka,

    Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik karena ia lebih berkonsentrasi pada teks pidato,

    sehingga akan kehilangan gerak dan bersifat kaku,

    Umpan balik dari pendengar tidak dapat mengubah, memperpendek atau memperpanjang pesan,

    Pembuatannya lebih lama.

    3. Pidato Memoriter yaitu pesan pidato yang ditulis dalam bentuk naskah kemudian dihapalkan kata demi

    kata.

    Keuntungan :

    Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya karena memiliki persiapan yang baik,

    Jika mampu menghapalnya pidato akan lancar,

    Gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian.

    Kerugian :

    Pidato tampak datar dan monoton, sehingga pembicara tidak akan mampu menarik perhatian hadirin,

    Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara beralih pada usaha untuk mengingat kata-kata,

    Memerlukan banyak waktu persiapan.

    4. Pidato Ekstemporan yaitu pidato yang telah dipersiapkan sebelumnya berupa garis-garis besar (outline)

    dan pokok penunjang pembahasan (supporting points), tetapi pembicara tidak berusaha mengingatnya kata

    demi kata. Pidato jenis ini adalah pidato yang paling baik dan paling sering digunakan oleh pembicara yang

    telah mahir dan berpengalaman. Out-line hanya merupakan pedoman untuk mengatur gagasan yang ada

    dalam pikiran pembicara.

    Keuntungan :

    Komunikasi pendengar dan pembicara lebih baik karena pembicara berbicara langsung kepada pendengar

    atau khalayaknya,

    Pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan penyajiannya lebih spontan.

    Kerugian :

    Memerlukan latihan yang intensif bagi pembicaranya

    Kemungkinan menyimpang dari garis besar besar sangat besar,

    Kefasihan bias terhambat karena kesukaran memilih kata-kata

    Berdasarkan tujuan pokok pidato yang disampaikan, jenis-jenis pidato dibedakan atas:

    1. Pidato Informatif (memberitahu/mengabarkan)adalah pidato yang tujuan utamanya untuk

    menyampaikan informasi agar orang menjadi tahu tentang sesuatu. Reaksi yang diinginkan adalah adanya

    pengertian dan pemahaman pendengar atas informasi yang disampaikan.

    2. Pidato Persuasif (mendorong/mengajak) adalah pidato yang tujuan utamanya membujuk atau

    mempengaruhi orang lain agar mau menerima ajakan yang disarankan secara sukarela bukan dengan sukar

    rela. Reaksi yang diinginkan adalah membangkitkan emosi agar pendengar dapat menyutujui atau meyakini

    dan mungkin membangkitkan timbulnya tindakan tertentu pada pendengar.

    3. Pidato Rekreatif (menghibur) adalah pidato yang tujuan utamanya adalah menyenangkan atau

    menghibur orang lain. Reaksi yang diinginkan adalah terhiburnya pendengar sehingga muncul suatu

    kegembiraan.

    Namun demikian, perlu disadari bahwa dalam kenyataannya ketiga jenis pidato ini tidak dapat berdiri sendiri,

    melainkan saling melengkapi satu sama lain. Perbedaan di antara ketiganya semata-mata hanya terletak pada

    titik berat (emphasis) tujuan pokok pidato.

    Kerangka Susunan Pidato

    Skema susunan suatu pidato yang baik :

    a. Pembukaan dengan salam pembuka,

    b. Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi

    c. Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.

    d. Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)

    Langkah-Langkah Penyusunan Pidato

  • Sebelum berpidato, berdakwah, atau berceramah, seseorang harus mengetahui lebih dulu apa yang akan

    disampaikan dan tingkah laku apa yang diharapkan dari khalayak; bagaimana akan mengembangkan topik

    bahasan. Dengan demikian, dalam tahap persiapan pidato, ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu: (1)

    Memilih Topik dan Tujuan Pidato dan (2) Mengembangkan Topik Bahasan.

    A. Memilih Topik dan Tujuan Pidato

    Seringkali seseorang menjadi bingung ketika harus mencari topik yang baik, seakan-akan dunia ini kekeringan

    bahan pembicaraan, seakan-akan dirinya tidak memiliki keahlian apa-apa. Jangan bingung, karena sebenarnya

    setiap orang memiliki keahlian masing-masing, hanya diri seringkali tidak menyadarinya. Mang Endang

    mungkin tidak dapat berbicara tentang hukum waris dengan baik, tetapi Mang Endang dapat dengan lancar

    berbicara tentang cara memperbaiki mobil yang rusak. Pak Haji Holis mungkin akan sangat lancar berbicara

    tentang hukum waris, tetapi hampir pasti beliau akan gagap jika diminta menjelaskan bagaimana caranya

    memperbaiki mobil yang mogok. Inilah yang disebut keahlian spesifik. Setiap orang punya potensi untuk ahli di

    bidangnya masing-masing. Hal yang akan menjadi masalah bagi seseorang ketika harus berpidato adalah jika

    orang itu memaksakan diri berbicara tentang persoalan yang tidak dikuasainya, hal yang tidak dipahaminya

    (Numawi kitu, ulah maksakeun anjeun nyarios anu urang nyalira henteu ngartos kana naon anu dicarioskeun!).

    Kriteria Topik yang Baik

    Untuk menentukan topik yang baik, seseorang dapat menggunakan ukuran-ukuran sebagai berikut:

    Topik Harus Sesuai dengan Latar Belakang Pengetahuan Pembicara.

    Topik yang paling baik adalah topik yang memberikan kemungkinan Anda lebih tahu daripada khalayak, Anda

    lebih ahli dibandingkan dengan kebanyakan pendengar. Jika Anda merupakan orang yang paling tahu tentang

    tata cara sholat yang baik dibandingkan dengan orang lain, maka berpidatolah dengan tema atau topik itu;

    sebaliknya jika Anda tidak begitu paham tentang tata cara sholat yang baik, jangan pernah Anda memaksakan

    diri untuk berbicara tentang masalah itu.

    Topik Harus Menarik Minat Pembicara

    Topik yang enak dibicarakan tentu saja adalah topik yang paling Anda senangi atau topik yang paling

    menyentuh emosi Anda. Anda akan dapat berbicara lancar tentang kaitan berpuasa dengan ketentraman hati,

    sebab Anda pernah merasa tidak tenang ketika pernah tidak berpuasa secara sengaja di bulan ramadhan.

    Topik Harus Menarik Minat Pendengar

    Dalam berdakwah atau berpidato, seseorang berbicara untuk orang lain, bukan untuk dirinya sendiri. Jika tidak

    ingin ditinggalkan pendengar atau diacuhkan oleh hadirin, Anda harus berbicara tentang sesuatu yang diminati

    mereka. Walaupun hal-hal yang menarik perhatian itu sangat tergantung pada situasi dan latar belakang

    khalayak/hadirin, namun hal-hal yang bersifat baru dan indah, hal-hal yang menyentuh rasa kemanusiaan,

    petualangan, konflik, ketegangan, ketidakpastian, hal yang berkaitan dengan keluarga, humor, rahasia, atau

    hal-hal yang memiliki manfaat nyata bagi hadirin adalah topik-topik yang akan menarik perhatian.

    Topik Harus Sesuai dengan Pengetahuan Pendengar

    Betapapun baiknya topik, jika tidak dapat dicerna oleh khalayak, topik itu bukan saja tidak menarik tetapi

    bahkan akan membingungkan mereka. Oleh karena itu, sebelum Anda menentukan topik dakwah, ketahuilah

    terlebih dahulu bagaimana rata-rata tingkat pengetahuan pendengar yang menjadi khalayak sasaran pidato

    Anda. Gunakanlah bahasa, gaya bahasa, dan istilah-istilah yang dimengerti oleh hadirin, bukan istilah-istilah

    yang hanya dipahami oleh Anda (meskipun istilah itu keren sekali).

    Topik Harus Jelas Ruang Lingkup dan Pembatasannya

    Topik yang baik tidak boleh terlalu luas, sehingga setiap bagian hanya memperoleh ulasan sekilas saja, atau

    ngawur. Misalnya, Anda memilih topik Agama, tetapi orang tahu agama itu luas sekali. Agama bisa

    menyangkut moralitas, sistem kepercayaan, cara beribadat, dan lain-lain. Agar topik yang diambil jelas, maka

    ambilah misalnya tentang cara beribadat, lebih jelas lagi ambilah topik tentang sholat yang khusu, dan

    seterusnya.

  • Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi

    Maksudnya, seseorang harus memilih topik pidato atau topik dakwah yang sesuai dengan waktu yang tersedia

    dan situasi yang terjadi. Jika Anda diberikan waktu untuk berbicara selama 10 menit, janganlah Anda memilih

    topik yang terlalu luas yang tidak mungkin dijelaskan dalam waktu 10 menit. Jika Anda harus berbicara di

    hadapan para santri yang rata-rata usianya belum akil baligh, janganlah Anda memilih topik dakwah tentang

    tata cara hubungan suami-istri, bicaralah tentang kebersihan sekolah, misalnya.

    Topik harus dapat ditunjang dengan bahan yang lain

    Jika Anda memilih topik tentang Hadits Shahih dan Dhoif, lengkapi bahan pembicaraan Anda dengan sumber-

    sumber rujukan (bisa berupa: kitab, buku, atau perkataan ulama) yang sesuai.

    B. Merumuskan Judul Pidato

    Hal yang erat kaitannya dengan topik adalah judul. Bila topik adalah pokok bahasan yang akan diulas, maka

    judul adalah nama yang diberikan untuk pokok bahasan itu. Seringkali judul telah dikemukakan lebih dahulu

    kepada khalayak, karena itu judul perlu dirumuskan terlebih dahulu. Judul yang baik harus memenuhi tiga

    syarat, yaitu: relevan, propokatif, dan singkat. Relevan artinya ada hubungannya dengan pokok-pokok

    bahasan; Propokatif artinya dapat menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme pendengar; Singkatberarti

    mudah ditangkap maksudnya, pendek kalimatnya, dan mudah diingat.

    C. Menentukan Tujuan Pidato

    Ada dua macam tujuan pidato, yakni: tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pidato biasanya

    dirumuskan dalam tiga hal:memberitahukan (informatif), mempengaruhi (persuasif),

    danmenghibur (rekreatif). Tujuan khusus ialah tujuan yang dapat dijabarkan dari tujuan umum. Tujuan khusus

    bersifat kongkret dan sebaiknya dapat diukur tingkat pencapaiannya atau dapat dibuktikan segera.

    Hubungan antara topik judul, tujuan umum, dan tujuan khusus dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini:

    Topik : Faedah memiliki sifat pemaaf

    Judul : Pemaaf Sumber Kebahagiaan

    Tujuan Umum : Informatif (memberi tahu)

    Tujuan Khusus : Pendengar mengetahui bahwa:

    Sifat dendam menimbulkan gangguan jasmani dan rohani

    Sifat pemaaf menimbulkan ketentraman jiwa dan kesehatan

    D. Teknik Mengembangkan Pokok Bahasan

    Bila topik yang baik sudah ditemukan, maka yang diperlukan adalah keterangan untuk menunjang topik

    tersebut. Keterangan penunjang (supporting points) dipergunakan untuk memperjelas uraian, memperkuat

    kesan, menambah daya tarik, dan mempermudah pengertian. Ada enam macam teknik pengembangan

    bahasan dalam berpidato antara lain:

    Penjelasan. Penjelasan adalah memberikan keterangan terhadap istilah atau kata-kata yang disampaikan.

    Memberikan penjelasan dapat dilakukan dengan cara memberikan pengertian atau definisi. Misalnya,

    istilah Iman kepada Allah Anda jelaskan dengan kalimat: Iman adalah rasa percaya dan yakin akan kebenaran

    adanya Allah di dalam hati dan dibuktikan dengan perbuatan melaksanakan segala perintah-Nya dan

    menjauhi segala larangan-Nya.

    Contoh. Contoh adalah upaya untuk mengkongkretkan gagasan, sehingga lebih mudah untuk dipahami.

    Contoh dalam pidato dapat berupa cerita yang rinci yang disebut ilustrasi. Untuk memberikan contoh

    tetantang kesabaran, misalnya Anda menggunakan cerita tentang kesabaran Nabi Ayub dalam menghadapi

    cobaan Allah melalui penyakit kulit yang dideritanya.

    Analogi. Analogi adalah perbandingan antara dua hal atau lebih untuk menunjukkan persamaan atau

    perbedaannya. Ada dua macam analogi: analogi harfiyah dan analogi kiasan. Analogi harfiyah (literal analogy)

    adalah perbandingan di antara objek-objek dari kelompok yang sama, karena adanya persamaan dalam

    beberapa aspek tertentu. Misalnya, membandingkan manusia dengan monyet secara biologis. Analogi kiasan

    adalah perbandingan di antara objek-objek di antara kelompok yang tidak sama.

  • Testimoni. Testimoni ialah pernyataan ahli yang dikutip untuk menunjang pembicaraan pembicara. Pendapat

    ahli itu dapat diambil dari pidato seorang ahli, tulisan di surat kabar, acara televisi, dan lain-lain, termasuk

    kutipan dari kitab suci, hadits, dan sejenisnya.

    Statistik. Statistik adalah angka-angka yang dipergunakan untuk menunjukkan perbandingan kasus dalam jenis

    tertentu. Statistik diambil untuk menimbulkan kesan yang kuat, memperjelas, dan meyakinkan. Misalnya,

    untuk melukiskan betapa bobroknya akhlak generasi muda di Indonesia, seseorang menggunakan kalimat,

    Wahai saudara-saudara, menurut hasil penelitian, saat ini lebih dari 65 persen remaja di Indonesia telah

    melakukan hubungan seks sebelum nikah

    Perulangan. Perulangan adalah menyebutkan kembali gagasan yang sama dengan kata-kata yang berbeda.

    Perulangan berfungsi untuk menegaskan dan mengingatkan kembali.

    E. Teknik Menyusun Pesan Pidato

    H.A. Overstreet, seorang ahli ilmu jiwa untuk mempengaruhi manusia, berkata, let your speech march. Suruh

    pidato Anda berbaris tertib seperti barisan tentara dalam suatu pawai. Pidato yang tersusun tertib (well-

    organized) akan menciptakan suasana yang favorable, membangkitkan minat, memperlihatkan pembagian

    pesan yang jelas, sehingga memudahkan pengertian, mempertegas gagasan pokok, dan menunjukkan

    perkembangan pokok-pokok pikiran secara logis. Pengorganisasian pesan dapat dilihat menurut isi pesan itu

    sendiri atau dengan mengikuti proses berpikir manusia. Yang pertama disebut organisasi pesan (messages

    organization) dan yang kedua disebut pengaturan pesan (message arrangement).

    Organisasi Pesan

    Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam urutan (sequence),

    yaitu: deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dantopikal.

    Urutan deduktif dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan

    keterangan penunjang, penyimpulan, dan bukti. Urutan induktif dikemukakan perincian-perincian dan

    kemudian menarik kesimpulan. Jika seseorang menyatakan dulu mengapa perlu menghentikan kebiasaan

    merokok, lalu menguraikan alasan-alasannya, berati orang tersebut menggunakan urutan deduktif. Tetapi bila

    seseorang menceritakan sekian banyak contoh dan pernyataan dokter tentang akibat buruk merokok dan

    kemudian menyimpulkan bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan, maka orang tersebt menggunakan urutan

    induktif.

    Urutan kronologis, pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa.

    Urutan logis, pesan disusun berdasarkan sebab ke akibat atau dari akibat ke sebab. Bila Anda menjelaskan

    proses kekufuran dari sebab-sebabnya lalu ke gejala-gekalnya, maka Anda mengikuti urutan logis dari sebab ke

    akibat..

    Urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat. Cara ini dipergunakan jika pesan berhubungan dengan

    subjek geografis atau keadaan fisik lokasi..

    Urutan topikal, pesan disusun berdasarkan topik pembicaraan: klasifikasinya, dari yang penting ke yang

    kurang penting, dari yang mudah ke yang sukar, dari yang dikenal ke yang asing.

    Pengaturan Pesan

    Bila pesan sudah terorganisasi dengan baik, kemudian perlu menyesuaikan organisasi pesan ini dengan cara

    berpikir khalayak pendengar. Urutan pesan yang sejalan dengan proses berpikir manusia disebut oleh Alan H.

    Monroe sebagai motivated sequence(urutan bermotif). Menurut Monroe, ada lima tahap urutan

    bermotif:perhatian (attention), kebutuhan (needs), pemuasan (satisfaction), visualisasi (visualization), dan

    tindakan (action).

    Dengan demikian, pidato yang baik dan efektif adalah pidato yang sejak awal mampu membangkitkan

    perhatian khalayak pendengar, mampu membuat pendengar merasakan adanya kebutuhan tertentu,

    memberikan petunjuk bagaimana cara memuaskan kebutuhan tersebut, dapat menggambarkan dalam

    pikirannya penerapan usul yang dianjurkan kepadanya, dan akhirnya mampu menggerakkan khalayak untuk

    bertindak sesuai anjuran yang disarankan.

    Misalnya, seseorang akan mengajak yang lainnya untuk memotong rambutnya yang gondrong. Pembicara

    memulai pembicaraan dengan melontarkan perkataan: Lihat rambutmu!!! Kutu-kutu bergelantungan dengan

    bebasnya Anda sedang memasuki tahap perhatian. Lalu Anda berkata lagi, Kutu-kutu itu tentu membuat

  • kepalamu gatal dan kamu pasti tidak bisa tidur nyenyak Anda tengah berada pada tahap membangkitkan

    kebutuhan. Memotong rambut itu mudah dan murah, cukup dengan uang Rp 3.000 atau bahkan gratis

    Anda masuk pada tahap pemuasan. Jika kamu tetap membiarkan rambutmu jabrig begitu dan membebaskan

    kutu-kutu menyedot darahmu, kamu tampak seperti orang kurang waras dan mustahil gadis-gadis di desa ini

    akan tertarik kepadamu, tapi jika kamu cepat memotong dan merapihkan rambutmu, kutu-kutu itu akan

    segera mengucapkan selamat tinggal pada kepalamu dan gadis-gadis cantik akan mengucapkan selamat

    datang arjunaku Anda sudah masuk pada tahap visualisai. Ayo, cukurlah rambutmu sekarang!!! Anda

    melakukan tahap tindakan.

    F. Membuat Garis-garis Besar Pidato

    Garis-garia besar (out-line) pidato merupakan pelengkap yang amat berharga bagi pembicara yang

    berpengalaman dan merupakan keharusan bagi pembicara yang belum berpengalaman. Garis besar pidato

    ibarat peta bumi bagi komunikator yang akan memasuki daerah kegiatan retorika. Peta ini memberikan

    petunjuk dan arah yang akan dituju. Garis besar yang salah akan mengacaukan perjalanan pembicaraan, dan

    garis besar yang teratur akan menertibkan jalannya pidato.

    Garis-garis besar pidato yang baik terdiri dari tiga bagian:pengantar, isi, dan penutup. Dengan menggunakan

    urutan bermotif dari Alan H. Monroe, dapat dibagi menjadi lima bagian: perhatian, kebutuhan, pemuasan,

    visualisasi, dan tindakan. Perhatian ditempatkan pada pengantar; kebutuhan, pemuasan, dan visualisasi

    ditempatkan pada isi; dan tindakan ditempatkan pada penutup pidato.

    Persiapan Pidato

    Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan persiapan berikut ini :

    Mengetahui wawasan pendengar pidato secara umum

    Mengetahui lama waktu atau durasi pidato yang akan dibawakan

    Menyusun kata-kata yang mudah dipahami dan dimengerti.

    Mengetahui jenis pidato dan tema acara.

    Menyiapkan bahan-bahan dan perlengkapan pidato, dsb.

    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Berpidato

    Berpidato yang baik harus memperhatikan beberapa syarat, diantaranya :

    Berbusana yang sopan dengan melihat situasi, macam latar belakang pendengarnya, acara yang akan

    disuguhkan panitia.

    Pergunakan bahasa yang sopan dan komunikatif sesuai dengan tingkat bahasa pendengarnya.

    Pergunakan bahasa baku jika berpidato dalam forum resmi, misalnya : seminar, rapat, sidang dsb.

    Materi pidato harus sesuai dengan yang diinginkan pendengar. Jangan menggunakan materi yang

    justru bertentangan dengan kemauan, adat, norma, agama atau tatanan yang dianut oleh masyarakat

    pendengar.

    Penampilan harus dengan rasa percaya diri, tidak minder rendah diri, takut, bingung atau grogi.

    Jangan memfonis pendengar dengan memaksakan pendapat atau kehendak.

    CERAMAH

    Pengertian Ceramah

    Ceramah adalah sebuah metode belajar yang paling disukai, tetapi apakah ini memiliki tempat pada

    lingkungan belajar yang aktif? Ceramah yang terlalu sering tidak akan efektif. Karenanya bangunlah daya tarik

    terlebih dahulu, memaksimalkan pengertian dan ingatan, libatkan siswa selama ceramah, dan beri penguatan

    pada apa yang telah disajikan

    Penggunaan Metode Ceramah

    1. Kalau pengajar akan menyampaikan fakta (kenyataan) atau pendapat dan tidak, terdapat bahan bacaan

    yang merangkum fakta atau pendapat yang dimaksud.

    2. Kalau pengajar harus menyampaikan fakta kepada pembelajar yang besar jumlahnya atau karena

    besarnya kelompok pendengar sehingga metode-metode yang lain tidak mungkin dapat dipergunakan.

  • 3. Kalau pengajar adalah pembicara yang bersemangat dan akan rnerangsang pembelajar untuk

    melaksanakan sesuatu pekerjaan.

    Dengan ceramah, persiapan satu-satunya bagi pengajar adalah buku catatanya. Pada seluruh jam pelajaran ia

    berbicara sambil berdiri atau kadang-kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas, jika

    dibandingkan dengan metode demonstrasi di mana pengajar harus membagi kelas ke dalam beberapa

    kelompok, ia harus merubah posisi kelas dan sebagainya.

    Keuntungan Menggunakan Metode Ceramah :

    1. Bahan dapat disampaikan sebanyak mungkin dalam jangka waktu yang singkat

    2. Guru dapat menguasai situasi kelas

    3. Organisasi kelas lebih sederhana dan mudah dilaksanakan

    4. Tidak terlalu banyak memakan biaya dan tenaga.

    Kekurangan Menggunakan Metode Ceramah

    1. Ceramah hanya cenderung mempertimbangkan segi banyaknya bahan pelajaran yang akan dijadikan, dan

    kurang memperhatikan/mementingkan segi kualitas (mutu) penguasaan bahan pelajaran

    2. Bila situasi kelas tidak dapat dikuasai oleh guru secara baik, maka proses pengajaran akan dapat menjadi

    tidak efektif. Bahkan dapat berkaitan lebih jauh (misalnya kacaunya situasi proses pengajaran)

    3. Pada metode ceramah proses komunikasi banyak terpusat kepada guru. Dan siswa banyak berperan

    sebagai pendengar setia. Sehingga proses pengajaran sering dikritik sebagai sekolah dengar, murid terlalu

    pasirf.

    4. Sulit mengukur sejauh mana penguasaan bahan pelajaran yang telah diberikan itu oleh anak didik

    5. Apabila ceramah tidak mempertimbangkan segi psikologis dan diktatis, maka ceramah dapat bersifat

    melantur tanpa arah dan tujuan yang jelas.

    Langkah-langkah persiapan ceramah

    Dibawah ini ada beberapa langkah-langkah persiapan metode ceramah, yang dapat mempertinggi bobot dan

    efektivitas ceramah yakni sebagai berikut :

    1. Merumuskan tujuan khusus yang hendak dicapai

    2. Materi ceramah hendaklah disusun secara sistematis

    3. Sikap/penampilan dan gaya bahasa ceramah umumnya dapat meningkatkan dan mendorong serta

    merangsang perhatian anak didik

    4. Tujuan ceramah untuk memperjelas pengertian siswa mengenai materi pelajaran yang telah

    disampaikan, maka alat bantu/alat peraga mesti ditetapkan sebelumnya

    5. Usahakan menanamkan pengertian yang jelas. Hal ini misalnya dapat dilakukan dengan cara

    memberikan ikhtisar atau kesimpulan, dan mengenai catatan kecil mengenai bahan yang telah diberikan

    tersebut

    6. Dalam perjalanan agama hendaklah pemakaian metode ceramah ini diselingi dengan metode-metode

    lain misalnya metodologi audio visual, demonstrasi, tanya jawab dan lain-lainnya

    7. Metode ceramah semestinya hanya sebagai pendukung ataupendamping metode-metode lain.

    Jenis dan contoh Silogisme

    1. Silogisme Penggolongan

    PU : AB

    PK : CA

    K : CB

    Entimem: K karena PK

    Contoh: PU : Setiap murid NF pintar.

    PK : Irfan murid NF.

    K : Irfan pintar.

    Entimem : Irfan pintar karena irfan murid NF.

    2. Silogisme pemilihan

  • PU : ABC

    PK : A tidak ingin B

    K : A ingin C

    Entimem : K karena PK

    Contoh: PU : Kartika mau minum teh atau susu

    PK : Kartika tidak ingin teh

    K : Kartika ingin susu

    Entimem : Kartika ingin susu karena tidak ingin teh.

    3. Silogisme pengandaian

    PU : Jika A tidak B, A C

    PK : A B

    K : A tidak C

    Entimem: K karena PK

    Contoh: PU : Jika Irfan tidak menikah cepat, Irfan akan dimarahi Kartika

    PK : Irfan mau menikah cepat.

    K : Irfan tidak dimarahi Kartika.

    Entimem : Irfan tidak dimarahi Kartika karena Irfan mau menikah cepat.