rancangan tentang pedoman pelaksanaan pelayanan … · rancangan peraturan badan koordinasi...

61
RANCANGAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2019 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 105 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik dan Pasal 1 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 13 Tahun 2018 tentang Pengalihan Perizinan Berusaha dan Pengelolaan Sistem Online Single Submission kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menetapkan pengalihan pelayanan perizinan berusaha dan pengelolaan sistem Online Single Submission kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 94 ayat (1) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, perlu disusun petunjuk pelaksanaan penerbitan Perizinan Berusaha pada sistem Online Single Submission; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

Upload: lenhi

Post on 23-Aug-2019

230 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

RANCANGAN

PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN 2019

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA

TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 105 ayat

(2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang

Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara

Elektronik dan Pasal 1 Peraturan Menteri Koordinator

Bidang Perekonomian Nomor 13 Tahun 2018 tentang

Pengalihan Perizinan Berusaha dan Pengelolaan Sistem

Online Single Submission kepada Badan Koordinasi

Penanaman Modal, Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian menetapkan pengalihan pelayanan

perizinan berusaha dan pengelolaan sistem Online

Single Submission kepada Badan Koordinasi Penanaman

Modal;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 94 ayat (1)

huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018

tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi

Secara Elektronik, perlu disusun petunjuk pelaksanaan

penerbitan Perizinan Berusaha pada sistem Online

Single Submission;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

Page 2: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-2-

menetapkan Peraturan Badan Koordinasi Penanaman

Modal tentang Pedoman Pelaksanaan Pelayanan

Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang

Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara

Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2018 Nomor 90);

3. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang

Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun

2012 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor

90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman

Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2012 Nomor 210);

4. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 221);

5. Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 tentang

Percepatan Pelaksanaan Berusaha (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 210);

6. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Nomor 13 Tahun 2018 tentang Pengalihan Perizinan

Berusaha dan Pengelolaan Sistem Online Single

Submission kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor

1759);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN

Page 3: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-3-

PERIZINAN BERUSAHA TERINTEGRASI SECARA

ELEKTRONIK.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah otonom.

2. Perizinan Berusaha adalah pendaftaran yang diberikan

kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan

usaha dan/atau kegiatan dan diberikan dalam bentuk

persetujuan yang dituangkan dalam bentuk

surat/keputusan atau pemenuhan persyaratan

dan/atau Komitmen.

3. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau

Online Single Submission yang selanjutnya disingkat OSS

adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh

Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan

lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada Pelaku

Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.

4. Pelaku Usaha adalah perseorangan atau non

perseorangan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan

pada bidang tertentu.

5. Badan Koordinasi Penanaman Modal yang selanjutnya

disingkat BKPM adalah lembaga pemerintah non-

kementerian yang bertanggung jawab di bidang

Penanaman Modal, yang dipimpin oleh seorang Kepala

yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung

kepada Presiden.

6. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan

menanam modal, baik oleh Penanam Modal Dalam

Page 4: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-4-

Negeri maupun Penanam Modal Asing, untuk melakukan

usaha di wilayah negara Republik Indonesia.

7. Penanaman Modal Dalam Negeri yang selanjutnya

disingkat PMDN adalah kegiatan menanam modal untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

yang dilakukan oleh Penanam Modal Dalam Negeri

dengan menggunakan modal dalam negeri.

8. Penanaman Modal Asing yang selanjutnya disingkat PMA

adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan

usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang

dilakukan oleh Penanam Modal Asing, baik yang

menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang

berpatungan dengan Penanam Modal Dalam Negeri.

9. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang

dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan

bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari

Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang tentang usaha mikro, kecil dan menengah, yang

meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha

patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan

ekonomi di Indonesia.

10. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang

perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang

memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang tentang usaha mikro, kecil, dan

menengah.

11. Pendaftaran adalah pendaftaran usaha dan/atau

kegiatan oleh Pelaku Usaha melalui OSS.

12. Izin Usaha adalah izin yang diterbitkan oleh Lembaga

OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga,

gubernur, atau bupati/wali kota setelah Pelaku Usaha

melakukan Pendaftaran dan untuk memulai usaha

dan/atau kegiatan sampai sebelum pelaksanaan

komersial atau operasional dengan memenuhi

Page 5: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-5-

persyaratan dan/atau Komitmen.

13. Izin Komersial atau Operasional adalah izin yang

diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama

menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali

kota setelah Pelaku Usaha mendapatkan Izin Usaha dan

untuk melakukan kegiatan komersial atau operasional

dengan memenuhi persyaratan dan/atau Komitmen.

14. Komitmen adalah pernyataan Pelaku Usaha untuk

memenuhi persyaratan Izin Usaha dan/atau Izin

Komersial atau Operasional.

15. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang

selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga

pemerintah non-kementerian yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman

modal, yaitu BKPM.

16. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB

adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan oleh

Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha melakukan

Pendaftaran.

17. Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya disingkat

NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak

sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang

dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas

Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban

perpajakannya.

18. Tanda Daftar Perusahaan yang selanjutnya disingkat

TDP adalah surat tanda pengesahan yang diberikan oleh

Lembaga OSS kepada Pelaku Usaha yang telah

melakukan Pendaftaran.

19. Angka Pengenal Importir yang selanjutnya disingkat API

adalah tanda pengenal sebagai importir.

20. Nomor Induk Kependudukan yang selanjutnya disingkat

NIK adalah nomor identitas penduduk yang bersifat unik

Page 6: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-6-

atau khas, tunggal, dan melekat pada seseorang yang

terdaftar sebagai penduduk Indonesia.

21. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang

selanjutnya disingkat RPTKA adalah rencana

penggunaan tenaga kerja asing pada jabatan tertentu

yang dibuat oleh pemberi kerja tenaga kerja asing untuk

jangka waktu tertentu yang disahkan oleh menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

ketenagakerjaan atau pejabat yang ditunjuk.

22. Izin Lokasi adalah izin yang diberikan kepada Pelaku

Usaha untuk memperoleh tanah yang diperlukan untuk

usaha dan/atau kegiatannya dan berlaku pula sebagai

izin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah

tersebut untuk usaha dan/atau kegiatannya.

23. Izin Lokasi Perairan adalah izin lokasi sebagaimana

dimaksud dalam peraturan perundang-undangan

dibidang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil.

24. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat

RDTR adalah rencana rinci untuk rencana tata ruang

wilayah kabupaten/kota.

25. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada

Pelaku Usaha yang melakukan usaha dan/atau kegiatan

yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai

prasyarat memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.

26. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya

disebut UKL-UPL adalah pengelolaan dan pemantauan

terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak

berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang

diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang

penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Page 7: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-7-

27. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang

selanjutnya disebut Amdal adalah kajian mengenai

dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan

bagi proses pengambilan keputusan tentang

penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

28. Analisis Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya

disebut Andal adalah telaahan secara cermat dan

mendalam tentang dampak penting suatu rencana usaha

dan/atau kegiatan.

29. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup yang

selanjutnya disebut RKL adalah upaya penanganan

dampak terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan

akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

30. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup yang

selanjutnya disebut RPL adalah upaya pemantauan

komponen lingkungan hidup yang terkena dampak

akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

31. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya

disebut SPPL, adalah pernyataan kesanggupan dari

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk

melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha

dan/atau kegiatannya di luar usaha dan/atau kegiatan

yang wajib Amdal atau UKL-UPL.

32. Izin Mendirikan Bangunan Gedung yang selanjutnya

disebut IMB adalah perizinan yang diberikan oleh

Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada pemilik

bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah,

memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan

gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan

persyaratan teknis yang berlaku.

33. Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung yang

Page 8: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-8-

selanjutnya disingkat SLF adalah sertifikat yang

diterbitkan oleh pemerintah daerah kecuali untuk

bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah untuk

menyatakan kelaikan fungsi suatu bangunan gedung

baik secara administratif maupun teknis, sebelum

pemanfaatannya.

34. Pengembangan Usaha adalah Perizinan Berusaha dalam

rangka perluasan, penambahan bidang usaha, lokasi,

dan/atau kegiatan usaha.

35. Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan

oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan

diri dengan Perseoran lain yang telah ada dan

mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang

menggabungkan diri beralih karena hukum kepada

Perseoran yang menerima penggabungan dan

selanjutnya status badan hukum Perseroan yang

menggabungkan diri berakhir karena hukum.

36. Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya

disingkat PTSP adalah pelayanan secara terintegrasi

dalam satu kesatuan proses dimulai dari tahap

permohonan sampai dengan tahap penyelesaian produk

pelayanan melalui satu pintu.

37. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Provinsi, Kabupaten/Kota yang selanjutnya

disebut DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota

adalah unsur pembantu kepala daerah untuk

penyelenggaraan Pemerintah Daerah provinsi,

kabupaten/kota yang menyelenggarakan fungsi utama

koordinasi dibidang Penanaman Modal di pemerintah

Daerah provinsi, Pemerintah Daerah kabupaten/kota.

38. Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disingkat

KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam

wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi

Page 9: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-9-

perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.

39. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan

kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan

Prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola

oleh perusahaan kawasan industri.

40. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang

selanjutnya disingkat KPBPB adalah suatu kawasan

yang berada dalam wilayah hukum Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean

sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, pajak

pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah,

dan cukai.

41. Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang

terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan,

terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik

lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan

autentikasi.

42. Hari adalah hari kerja sesuai yang ditetapkan oleh

Pemerintah Pusat.

43. Laporan Kegiatan Penanaman Modal yang selanjutnya

disingkat LKPM adalah laporan mengenai perkembangan

realisasi Penanaman Modal dan permasalahan yang

dihadapi Pelaku Usaha yang wajib dibuat dan

disampaikan secara berkala.

44. Sistem Administrasi Badan Hukum yang selanjutnya

disingkat SABH adalah pelayanan jasa teknologi

informasi Perseroan secara elektronik yang

diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Administrasi

Hukum Umum.

45. Sistem Administrasi Badan Usaha yang selanjutnya

disingkat SABU adalah pelayanan jasa teknologi

informasi badan usaha secara elektronik yang

diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Administrasi

Page 10: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-10-

Hukum Umum.

46. Kantor Perwakilan Perusahaan Asing yang selanjutnya

disingkat KPPA adalah kantor yang dipimpin perorangan

warga negara Indonesia atau warga negara asing yang

ditunjuk oleh perusahaan asing atau gabungan

perusahaan asing di luar negeri sebagai perwakilannya

di Indonesia

47. Kantor Cabang adalah perusahaan yang merupakan unit

atau bagian dari perusahaan induknya yang dapat

berkedudukan di tempat yang berlainan dan dapat

bersifat berdiri sendiri atau bertugas untuk

melaksanakan sebagian tugas dari perusahaan

induknya.

48. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan

penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha,

pembangunan, proyek, dan sebagainya).

49. Kantor Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing, yang

selanjutnya disingkat KP3A adalah kantor yang dipimpin

oleh perorangan warga negara Indonesia atau warga

negara asing yang ditunjuk oleh perusahaan

perdagangan asing atau gabungan perusahaan asing di

luar negeri sebagai perwakilannya di Indonesia.

50. Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing yang

selanjutnya disingkat BUJKA adalah badan usaha yang

berdomisili di negara asal yang membuka Kantor

Perwakilan BUJKA dan/atau BUJKA Berbadan Hukum

Indonesia.

51. Surat Tanda Pendaftaran Waralaba yang selanjutnya

disingkat STPW adalah bukti pendaftaran prospectus

penawaran waralaba bagi pemberi waralaba dan/atau

pemberi waralaba lanjutan serta bukti pendaftaran

perjanjian waralaba bagi penerima waralaba dan/atau

penerima waralaba lanjutan, yang diberikan setelah

memenuhi persyaratan pendaftaran yang ditentukan

Page 11: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-11-

dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

52. Proyek Utama adalah bidang usaha beserta rantai

produksinya yang menjadi fokus kegiatan Pelaku Usaha.

53. Proyek Penunjang adalah bidang usaha di luar Proyek

Utama.

54. Hak Akses adalah hak yang diberikan oleh Lembaga OSS

kepada Pelaku Usaha, kementerian/lembaga pemerintah

non-kementerian dan DPMPTSP provinsi/kabupaten/

kota, Badan Pengusahaan KPBPB, Administrator KEK

untuk menggunakan sistem OSS.

Pasal 2

Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha

Terintegrasi Secara Elektronik yang diatur dalam Peraturan

Badan ini dimaksudkan sebagai panduan dalam Pelaksanaan

Pelayanan Perizinan Berusaha bagi:

a. Lembaga OSS, PTSP Pu

b. sat di BKPM, DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP

Kabupaten/Kota, badan pengusahaan KPBPB, dan

administrator KEK sesuai kewenangannya;

c. Kementerian/lembaga pemerintah non-kementerian; dan

d. Para pelaku usaha serta masyarakat umum lainnya.

Pasal 3

Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha

Terintegrasi Secara Elektronik bertujuan:

a. terwujudnya standardisasi prosedur pengajuan,

persyaratan permohonan, proses pelaksanaan dan

pemenuhan komitmen perizinan berusaha terintegrasi

secara elektronik pada PTSP Pusat di BKPM,

kementerian/lembaga pemerintah non-kementerian,

DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, PTSP

KPBPB, dan PTSP KEK, di seluruh Indonesia.

Page 12: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-12-

b. tercapainya pelayanan perizinan berusaha yang cepat,

sederhana, transparan, dan terintegrasi.

BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 4

Ruang lingkup layanan yang diatur dalam Peraturan Badan

ini meliputi layanan penerbitan NIB, perizinan berusaha serta

pemantauan kepatuhan Perizinan Berusaha.

BAB III

KETENTUAN PENDAFTARAN DAN PERIZINAN BERUSAHA

Bagian Kesatu

Ketentuan Berusaha

Paragraf 1

Memulai Usaha

Pasal 5

(1) Setiap Pelaku Usaha harus memiliki NIB.

(2) Dalam hal Pelaku Usaha yang akan memulai usaha

setelah memiliki NIB ditindaklanjuti dengan mengajukan

Perizinan Berusaha sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(3) Dalam hal Pelaku Usaha telah menjalankan usahanya

atas izin yang masih berlaku harus memiliki NIB dan

mendaftarkan perizinannya yang masih berlaku.

Page 13: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-13-

Paragraf 2

Jenis dan Sektor Perizinan Berusaha

Pasal 6

Jenis Perizinan Berusaha terdiri atas:

a. Izin Usaha; dan

b. Izin Komersial atau Operasional.

Pasal 7

Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

terdiri atas Perizinan Berusaha pada:

a. sektor ketenagalistrikan;

b. sektor pertanian;

c. sektor lingkungan hidup dan kehutanan;

d. sektor pekerjaan umum dan perumahan rakyat;

e. sektor kelautan dan perikanan;

f. sektor kesehatan;

g. sektor obat dan makanan;

h. sektor perindustrian;

i. sektor perdagangan;

j. sektor perhubungan;

k. sektor komunikasi dan informatika;

l. sektor keuangan;

m. sektor pariwisata;

n. sektor pendidikan dan kebudayaan;

o. sektor pendidikan tinggi;

p. sektor agama dan keagamaan;

q. sektor ketenagakerjaan;

r. sektor kepolisian;

s. sektor perkoperasian dan usaha mikro, kecil, menengah;

dan

t. sektor ketenaganukliran.

Page 14: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-14-

Paragraf 3

Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha

Pasal 8

Pelaksanaan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara

Elektronik meliputi:

a. Pendaftaran untuk mendapatkan NIB;

b. penerbitan dan pemenuhan Komitmen Izin Usaha;

c. penerbitan dan pemenuhan Komitmen Izin Komersial

atau Operasional;

d. pemantauan kepatuhan Perizinan Berusaha;

e. pembayaran biaya Perizinan Berusaha; dan

f. fasilitasi Perizinan Berusaha.

Paragraf 4

Pemohon Perizinan Berusaha

Pasal 9

(1) Pemohon Perizinan Berusaha terdiri atas:

a. Pelaku Usaha perseorangan;

b. Pelaku Usaha non perseorangan; dan

c. Pelaku Usaha Kantor Perwakilan dan lainnya.

(2) Pelaku Usaha perseorangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a merupakan orang perorangan

penduduk Indonesia yang cakap untuk bertindak dan

melakukan perbuatan hukum.

(3) Pelaku Usaha non perseorangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. perseroan terbatas;

b. perusahaan umum;

c. perusahaan umum daerah;

d. badan hukum lainnya yang dimiliki oleh negara;

e. badan layanan umum;

f. lembaga penyiaran;

g. badan usaha yang didirikan oleh yayasan;

h. koperasi;

Page 15: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-15-

i. persekutuan komanditer (commanditaire

vennootschap);

j. persekutuan firma (venootschap onder firma);

k. persekutuan perdata;

l. yayasan;

m. Badan Usaha Tetap;

n. Badan Operasi Bersama; dan

o. Joint Operation;

yang didirikan, didaftarkan, atau disahkan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Pelaku Usaha Kantor Perwakilan dan lainnya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas

a. KPPA;

b. KP3A;

c. BUJKA; dan

d. pemberi dan penerima waralaba asing.

Bagian Kedua

Ketentuan Nilai Investasi dan Permodalan

Pasal 10

(1) Pelaku usaha non perseorangan PMA dengan kriteria

usaha besar, kecuali ditentukan lain oleh peraturan

perundang-undangan, wajib melaksanakan ketentuan,

persyaratan nilai investasi dan permodalan untuk

memperoleh Perizinan Berusaha.

(2) Pelaku usaha non perseorangan PMA sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan

nilai investasi dan permodalan dengan ketentuan:

a. total nilai investasi lebih besar dari

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar Rupiah),

diluar tanah dan bangunan per bidang usaha KBLI

5 (lima) digit kecuali ditentukan lain oleh peraturan

perundang-undangan;

b. nilai modal ditempatkan sama dengan modal

disetor, paling sedikit Rp2.500.000.000,00 (dua

Page 16: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-16-

miliar lima ratus juta Rupiah); dan

c. persentase kepemilikan saham dihitung

berdasarkan nilai nominal saham.

(3) Nilai investasi dan permodalan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) tidak berlaku bagi pelaku usaha non

perseorangan PMA yang telah memperoleh izin

penanaman modal sebelum Peraturan Badan ini

diundangkan, dan izin penanaman modal sebagaimana

dimaksud masih berlaku.

(4) Penanam modal dilarang membuat perjanjian dan/atau

pernyataan yang menegaskan bahwa kepemilikan

saham dalam perseroan terbatas untuk dan atas nama

orang lain.

Bagian Ketiga

Ketentuan Bidang Usaha

Pasal 11

(1) Untuk memperoleh NIB dan Perizinan Berusaha, pelaku

usaha harus memperhatikan:

a. klasifikasi Baku Lapangan usaha Indonesia (KBLI);

b. ketentuan tentang bidang usaha yang tertutup dan

bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan;

c. peraturan menteri/lembaga pemerintah non-

kementerian; dan

d. peraturan perundang-undangan yang terkait.

(2) Lokasi kegiatan berusaha harus sesuai dengan rencana

tata ruang wilayah setempat.

(3) Dalam hal pelaku usaha yang berlokasi di dalam KEK,

ketentuan untuk bidang usaha yang terbuka dengan

persyaratan tidak berlaku, kecuali bidang usaha yang

dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, menengah, dan

koperasi serta bidang usaha yang tertutup untuk

Penanaman Modal.

Page 17: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-17-

Bagian Keempat

Kantor Perwakilan dan Lainnya

Paragraf 1

KPPA

Pasal 12

(1) Untuk melaksanakan kegiatan KPPA di Indonesia wajib

memiliki NIB dan Izin KPPA.

(2) Izin KPPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diterbitkan oleh Lembaga OSS.

(3) Kegiatan KPPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terbatas:

a. sebagai pengawas, penghubung, koordinator, dan

mengurus kepentingan perusahaan atau

perusahaan-perusahaan afiliasinya;

b. mempersiapkan pendirian dan pengembangan

usaha perusahaan PMA di Indonesia atau di negara

lain dan Indonesia;

c. berlokasi di gedung perkantoran di ibu kota

provinsi;

d. tidak mencari sesuatu penghasilan dari sumber di

Indonesia termasuk tidak dibenarkan

melaksanakan kegiatan atau melakukan sesuatu

perikatan/ transaksi penjualan dan pembelian

barang atau jasa komersial dengan perusahaan

atau perorangan di dalam negeri; dan

e. tidak ikut serta dalam bentuk apapun dalam

pengelolaan sesuatu perusahaan, anak perusahaan

atau cabang perusahaan yang ada di Indonesia.

(4) Kepala KPPA harus bertempat tinggal di Indonesia,

bertanggung jawab penuh atas kelancaran jalannya

Kantor, tidak dibenarkan melakukan kegiatan di luar

kegiatan KPPA dan tidak merangkap jabatan sebagai

Pimpinan Perusahaan dan/atau lebih dari 1 (satu)

KPPA.

(5) Dalam hal Kepala KPPA yang ditunjuk adalah WNA

Page 18: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-18-

dan/atau memperkerjakan tenaga kerja asing, KPPA

harus memperkerjakan tenaga kerja Indonesia sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Izin KPPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku

selama kantor perwakilan melakukan kegiatan.

(7) KPPA dapat melakukan perubahan atas ketentuan yang

tercantum dalam Izin KPPA.

Paragraf 2

KP3A

Pasal 13

(1) KP3A dapat berbentuk Agen Penjualan (Selling Agent)

dan/atau Agen Pabrik (Manufactures Agent) dan/atau

Agen Pembelian (Buying Agent).

(2) KP3A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang

melakukan kegiatan perdagangan dan transaksi

penjualan, baik dari tingkat permulaan sampai dengan

penyelesaiannya seperti mengajukan tender,

menandatangani kontrak, menyelesaikan klaim dan

sejenisnya.

(3) Untuk melaksanakan kegiatan KP3A di Indonesia wajib

memiliki NIB dan Surat Izin Usaha Perwakilan

Perusahaan Perdagangan Asing (SIUP3A).

(4) SIUP3A sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

diterbitkan oleh Lembaga OSS.

(5) Penerbitan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan-undangan.

(6) KP3A dapat dibuka di ibu kota provinsi dan

kabupaten/kota di seluruh wilayah Republik Indonesia.

(7) Dalam hal Kepala KP3A yang ditunjuk adalah WNA

dan/atau memperkerjakan TKA, harus memperkerjakan

TKI sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(8) Kepala KP3A dapat mempekerjakan TKA sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) sebagai Asisten Kepala KP3A

Page 19: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-19-

atau Asisten Kepala Kantor Cabang KP3A yang bertugas

sesuai dengan bidang tugas yaitu meliputi asisten

bidang Promosi, asisten bidang Survey Pasar dan asisten

bidang Pengawasan Penjualan dan Pembelian.

Paragraf 3

BUJKA

Pasal 14

(1) BUJKA yang akan menyelenggarakan kegiatan Jasa

Konstruksi wajib memiliki Izin Usaha Jasa Konstruksi.

(2) Izin Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan

atas nama Menteri.

(3) Penerbitan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan-undangan.

Paragraf 4

Pemberi dan Penerima Waralaba Asing

Pasal 15

(1) Pemberi dan penerima waralaba asing wajib memiliki

STPW.

(2) STPW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan

oleh Lembaga OSS.

(3) Penerbitan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan-undangan.

Bagian Kelima

Kantor Cabang

Pasal 16

(1) Perusahaan dapat membuka Kantor Cabang di seluruh

wilayah Indonesia yang merupakan unit atau bagian dari

perusahaan induknya yang dapat berkedudukan di

Page 20: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-20-

tempat yang berlainan dan dapat bersifat berdiri sendiri

atau bertugas untuk melaksanakan sebagian tugas dari

perusahaan induknya.

(2) Kantor Cabang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib memiliki Izin Kantor Cabang.

(3) Izin Kantor Cabang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diterbitkan oleh Lembaga OSS.

BAB IV

TATA CARA PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA

TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK

Bagian Kesatu

Hak Akses Sistem OSS

Pasal 17

Lembaga OSS memberikan Hak Akses sistem OSS kepada:

a. Pelaku Usaha;

b. kementerian/lembaga pemerintah non-kementerian;

c. DPMPTSP provinsi/kabupaten/kota, Badan

Pengusahaan KPBPB, dan Administrator KEK.

Pasal 18

(1) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17

huruf a harus mengajukan permohonan Hak Akses

melalui laman OSS untuk memulai Pendaftaran

Perizinan Berusaha.

(2) Ketentuan pembuatan Hak Akses sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) untuk:

a. Pelaku Usaha perseorangan, dilakukan dengan

mendaftarkan NIK;

b. Pelaku Usaha non perseorangan, dilakukan dengan

mendaftarkan NIK salah satu penanggung jawab

usaha dan/atau kegiatan yang berkewarganegaraan

Indonesia atau nomor paspor salah satu

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang

berkewarganegaraan asing;

Page 21: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-21-

c. Pelaku usaha Kantor perwakilan dan lainnya,

dilakukan dengan mendaftarkan NIK salah satu

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang

berkewarganegaraan Indonesia atau nomor paspor

salah satu penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan yang berkewarganegaraan asing; dan

(3) Sistem OSS akan melakukan verifikasi dan akan

mengirimkan email kepada Pelaku Usaha untuk

melakukan aktivasi akun.

(4) Setelah Pelaku Usaha berhasil melakukan aktivasi akun,

Sistem OSS akan mengirimkan email kembali yang berisi

user id dan password.

(5) Dalam hal pengurusan pendaftaran dan perizinan

berusaha tidak dilakukan oleh penanggung jawab, Hak

Akses dapat didelegasikan ke penerima kuasa setelah

penerima kuasa membuat hak akses dengan

mendaftarkan NIK di Sistem OSS.

(6) Akun penerima kuasa dapat digunakan setelah

mendapat persetujuan dari akun penanggung jawab dan

dapat dibatalkan oleh akun penanggung jawab.

(7) Pendelegasian pengurusan pendaftaran dan perizinan

berusaha yang dimaksud pada ayat (6) hanya dapat

dilakukan untuk pelaku usaha non perseorangan.

Pasal 19

(1) Lembaga OSS memberikan hak akses kepada

kementerian/ Lembaga pemerintahan non-kementerian,

DPMPTSP provinsi/kabupaten/kota, Badan

Pengusahaan KPBPB, dan Administrator KEK.

(2) Hak akses sebagaimana pada ayat (1) merupakan hak

akses admin yang dapat dibagi menjadi beberapa akun

sesuai dengan kebutuhan dan kewenangannya.

(3) Kementerian/ lembaga pemerintahan non-kementerian,

DPMPTSP provinsi/kabupaten/kota, Badan

Pengusahaan KPBPB, dan Administrator KEK yang telah

menerima Hak Akses dari Lembaga OSS sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dapat melakukan notifikasi:

Page 22: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-22-

a. Validasi;

b. Verifikasi pembayaran;

c. Inspeksi;

d. Usulan peringatan;

e. Usulan penghentian sementara kegiatan berusaha;

f. Pengenaan denda administratif;

g. Persetujuan;

h. Penolakan;

i. Usulan pencabutan.

terhadap pemenuhan Komitmen dan Perizinan Berusaha.

(4) Dalam hal kementerian/ lembaga pemerintahan non-

kementerian, DPMPTSP provinsi/kabupaten/kota, Badan

Pengusahaan KPBPB, dan Administrator KEK belum

dapat melakukan notifikasi secara terintegrasi dengan

sistem OSS maka kementerian/ lembaga pemerintahan

non-kementerian, DPMPTSP provinsi/kabupaten/kota,

Badan Pengusahaan KPBPB, dan Administrator KEK

melaksanakan notifikasi melalui sistem OSS.

Bagian Kedua

Pendaftaran untuk Memperoleh NIB

Pasal 20

(1) Lembaga OSS menerbitkan NIB setelah Pelaku Usaha

melakukan Pendaftaran melalui pengisian data secara

lengkap.

(2) NIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk 13

(tiga belas) digit angka acak yang diberi pengaman.

Pasal 21

(1) NIB merupakan identitas berusaha dan digunakan oleh

Pelaku Usaha untuk mendapatkan Izin Usaha dan Izin

Komersial atau Operasional termasuk untuk pemenuhan

persyaratan Izin Usaha dan Izin Komersial atau

Operasional.

(2) NIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga

sebagai:

Page 23: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-23-

a. TDP sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan mengenai tanda daftar

perusahaan;

b. API sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan mengenai angka pengenal

impor;

c. hak akses kepabeanan sebagaimana dimaksud

dalam peraturan perundang-undangan di bidang

kepabeanan; dan

d. pelaporan awal wajib lapor ketenagakerjaan

perusahaan.

(3) Dalam hal memerlukan API sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf b, Pelaku Usaha dapat memilih API-U atau

API-P.

(4) Dalam hal memerlukan hak akses kepabeanan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, Pelaku

Usaha dapat memilih kegiatan impor atau ekspor atau

impor dan ekspor.

Pasal 22

(1) NIB berlaku selama Pelaku Usaha menjalankan usaha

dan/atau kegiatannya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) NIB dapat dicabut dan dinyatakan tidak berlaku oleh

Lembaga OSS dalam hal:

a. Pelaku Usaha melakukan usaha dan/atau kegiatan

yang tidak sesuai dengan NIB; dan/atau

b. dinyatakan batal atau tidak sah berdasarkan

putusan pengadilan yang berkekuatan hukum

tetap.

(3) Mekanisme pencabutan NIB akan diatur dengan

peraturan tersendiri dalam Peraturan Badan mengenai

pedoman dan tata cara pengendalian pelaksanaan

penanaman modal.

Page 24: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-24-

Pasal 23

(1) Pelaku usaha perseorangan dan non perseorangan dapat

memperoleh NIB dengan menggunakan Hak Akses

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1).

(2) Bagi Pelaku Usaha perseorangan, untuk memperoleh NIB

harus mengisi dan menyelesaikan paling sedikit:

a. data usaha; dan

b. data KBLI.

(3) Dalam hal Pelaku Usaha Perseorangan yang melakukan

Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum

memiliki NPWP, dapat mengajukan permohonan NPWP

melalui sistem OSS.

(4) Bagi Pelaku Usaha non perseorangan, untuk

memperoleh NIB harus menyelesaikan:

a. perekaman legalitas; dan

b. permohonan NIB.

(5) Pelaku Usaha harus melengkapi data dan menyelesaikan

tahapan perekaman legalitas sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) huruf a, yaitu:

a. data perusahaan;

b. data legalitas;

c. data pengurus dan pemegang saham;

d. data maksud dan tujuan; dan

e. validasi data.

(6) Khusus untuk Pelaku Usaha non perseorangan dalam

tahapan perekaman legalitas, sistem OSS secara

otomatis akan menarik data perusahaan yang ada dari

SABH dan SABU.

(7) Dalam hal sistem OSS belum dapat menarik data Pelaku

Usaha dari SABH dan SABU, perekaman data Pelaku

Usaha dilakukan secara manual di sistem OSS.

(8) Setelah melengkapi data dan menyelesaikan tahapan

dimaksud pada ayat (5), sistem OSS melakukan validasi

isian data tersebut.

(9) Pelaku Usaha dapat melanjutkan pendaftaran NIB

setelah sistem OSS menyatakan data valid.

Page 25: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-25-

(10) Pelaku Usaha harus melengkapi data dan menyelesaikan

tahapan permohonan NIB sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) huruf b.

Bagian Ketiga

BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan, RPTKA, dan

Wajib Lapor Ketenagakerjaan Perusahaan

Pasal 24

(1) Pelaku Usaha yang belum terdaftar sebagai peserta

jaminan sosial kesehatan dan jaminan sosial

ketenagakerjaan langsung terdaftar bersama dengan

terbitnya NIB.

(2) Bagi Pelaku Usaha yang telah terdaftar sebagai peserta

jaminan sosial kesehatan dan jaminan sosial

ketenagakerjaan, harus mengisi nomor virtual account

Pelaku Usaha.

(3) Bagi Pelaku Usaha dengan kriteria usaha mikro tidak

wajib terdaftar sebagai peserta jaminan sosial kesehatan

dan jaminan sosial ketenagakerjaan.

Pasal 25

(1) Dalam hal Pelaku Usaha akan mempekerjakan tenaga

kerja asing, Pelaku Usaha mengajukan pengesahan

RPTKA.

(2) Dalam rangka pengajuan pengesahan RPTKA

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pelaku Usaha

mengisi data pada sistem OSS berupa:

a. alasan penggunaan tenaga kerja asing;

b. jabatan dan/atau kedudukan tenaga kerja asing

dalam struktur organisasi perusahaan yang

bersangkutan;

c. jangka waktu penggunaan tenaga kerja asing;

d. penunjukan tenaga kerja Indonesia sebagai

pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan;

dan

e. jumlah tenaga kerja asing.

Page 26: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-26-

(3) Berdasarkan data pengajuan RPTKA sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), sistem OSS memproses

pengesahan RPTKA sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(4) Pengesahan RPTKA sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

merupakan izin mempekerjakan tenaga kerja asing.

Pasal 26

(1) Pelaku Usaha yang belum melakukan wajib lapor

ketenagakerjaan perusahaan, NIB merupakan nomor

pelaporan wajib lapor ketenagakerjaan.

(2) Bagi Pelaku Usaha yang telah melakukan wajib lapor

ketenagakerjaan perusahaan, harus mengisi nomor wajib

lapor ketenagakerjaan perusahaan.

Bagian Keempat

Penerbitan Izin Usaha

Pasal 27

(1) Tahapan penerbitan Izin Usaha wajib dilakukan oleh

Pelaku Usaha baik yang telah memiliki Izin Usaha

maupun yang baru memulai kegiatan usaha.

(2) Dalam hal Pelaku Usaha yang telah memiliki Izin Usaha

yang masih berlaku sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), Sistem OSS tidak akan menerbitkan kembali Izin

Usaha.

(3) Dalam hal Pelaku Usaha yang baru memulai kegiatan

usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sistem OSS

akan menerbitkan Izin Usaha.

(4) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

terdiri atas:

a. Pelaku Usaha yang tidak memerlukan Prasarana

untuk menjalankan usaha dan/atau kegiatan; atau

b. Pelaku Usaha yang memerlukan Prasarana untuk

menjalankan usaha dan/atau kegiatan.

Page 27: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-27-

(5) Pelaku Usaha yang memerlukan Prasarana untuk

menjalankan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) huruf b terdiri atas:

a. Pelaku Usaha yang telah memiliki atau menguasai

Prasarana; atau

b. Pelaku Usaha yang belum memiliki atau menguasai

Prasarana.

(6) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

huruf a dapat menggunakan Izin Lokasi, Izin Lokasi

Perairan, Izin Lingkungan, IMB, dan/atau SLF yang

sudah dimiliki sebelumnya yang masih berlaku.

(7) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

huruf b wajib memilih dan menetapkan komitmen

Prasarana yang diperlukan, yaitu Izin Lokasi, Izin Lokasi

Perairan, Izin Lingkungan, IMB, dan/atau SLF.

(8) Pelaku Usaha dianggap memenuhi komitmen Prasarana

Izin Usaha apabila telah memiliki Izin Lokasi, Izin Lokasi

Perairan, Izin Lingkungan, IMB, dan/atau SLF yang

berlaku.

(9) Dalam hal Pelaku Usaha memerlukan Prasarana di

lokasi yang berbeda dengan lokasi kegiatan utama untuk

menjalankan Usaha dan/ atau Kegiatan, Pelaku Usaha

wajib memilih dan menetapkan komitmen Prasarana

yang diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat (7).

Pasal 28

(1) Sistem OSS memfasilitasi penerbitan perizinan untuk

Usaha Mikro perseorangan.

(2) Pelaku Usaha yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

perseorangan mendaftarkan usahanya melalui sistem

OSS untuk mendapatkan NIB dan Izin Usaha Mikro Kecil

(IUMK).

(3) Batasan kriteria kekayaan bersih atau omset pada Usaha

Mikro perseorangan dihitung secara kumulatif.

(4) Apabila besaran kekayaan bersih atau omset

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) melewati kriteria

Usaha Mikro atau terdapat perubahan dari perseorangan

Page 28: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-28-

menjadi non perseorangan, maka mengikuti mekanisme

perizinan berusaha non perseorangan.

(5) Dalam proses pendaftaran Usaha Mikro perseorangan,

Pelaku Usaha difasilitasi oleh Lembaga OSS,

kementerian, lembaga pemerintah non-kementerian, dan

Pemerintah Daerah.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin usaha mikro diatur

dalam peraturan menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang koperasi dan usaha

mikro, kecil dan menengah.

Bagian Kelima

Proyek Utama dan Proyek Penunjang

Pasal 29

(1) Dalam hal Pelaku Usaha dalam melakukan kegiatan

usaha memiliki lebih dari 1 (satu) lokasi proyek, Pelaku

Usaha wajib melengkapi jenis proyek.

(2) Jenis proyek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas:

a. jenis proyek utama; dan

b. jenis proyek penunjang.

(3) Dalam hal jenis proyek utama sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf a, Pelaku Usaha harus melengkapi

kelengkapan data berupa:

a. rencana investasi;

b. status lokasi proyek;

c. penanggung jawab proyek;

d. detail pengisian lokasi usaha/proyek;

e. alamat lokasi; dan

f. daftar lokasi proyek hamparan.

(4) Dalam hal jenis proyek penunjang sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf b, Pelaku Usaha harus

melengkapi kelengkapan data berupa:

a. rencana investasi;

b. detail pengisian lokasi usaha/proyek;

c. alamat lokasi; dan

Page 29: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-29-

d. daftar lokasi proyek hamparan.

(5) Daftar lokasi proyek hamparan sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) huruf f dan ayat (4) huruf d harus

dilengkapi oleh Pelaku Usaha apabila lokasi proyek

berada ada pada lintas kabupaten/kota dan/atau

provinsi dalam satu hamparan.

Bagian Keenam

Kantor Cabang

Pasal 30

(1) Dalam hal Pelaku Usaha membuka Kantor Cabang,

Pelaku Usaha wajib melengkapi kelengkapan data

berupa:

a. nama Kantor Cabang;

b. NPWP Kantor Cabang; dan

c. penanggung jawab proyek cabang.

(2) Dalam hal Kantor Cabang lebih dari 1 (satu) lokasi,

Pelaku Usaha harus melengkapi kelengkapan data

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap lokasi

Kantor Cabang.

Bagian Ketujuh

Komitmen Prasarana Izin Usaha

Pasal 31

(1) Lembaga OSS menerbitkan Perizinan Berusaha

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 tanpa komitmen

Prasarana kepada:

a. Pelaku Usaha yang tidak memerlukan Prasarana

untuk menjalankan usaha dan/atau kegiatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2)

huruf a; dan

b. Pelaku Usaha yang memerlukan Prasarana untuk

menjalankan usaha dan/atau kegiatan dan telah

memiliki atau menguasai Prasarana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a.

Page 30: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-30-

(2) Lembaga OSS menerbitkan Izin Usaha berdasarkan

Komitmen Prasarana kepada Pelaku Usaha sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf b.

(3) Atas Komitmen Prasarana sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), Lembaga OSS melakukan penerbitan:

a. Izin Lokasi;

b. Izin Lokasi Perairan;

c. Izin Lingkungan;

d. IMB; dan/atau

e. Sertifikat Laik Fungsi.

(4) Penerbitan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

ditindaklanjuti oleh Pelaku Usaha dengan memenuhi

persyaratan masing-masing sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(5) Izin Usaha berlaku efektif setelah Pelaku Usaha

menyelesaikan Komitmen sebagaimana dimaksud pada

ayat (3), memenuhi ketentuan yang diatur oleh

kementerian/lembaga pemerintah non-kementerian dan

Pemerintah Daerah, serta melakukan pembayaran biaya

Perizinan Berusaha sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Paragraf 1

Penerbitan Izin Lokasi

Pasal 32

(1) Izin Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat

(3) huruf a diterbitkan melalui sistem OSS.

(2) Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas:

a. Izin Lokasi tanpa komitmen yang diterbitkan oleh

Lembaga OSS langsung berlaku efektif

b. Izin Lokasi dengan komitmen

(3) Izin Lokasi tanpa komitmen sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf a, dalam hal:

a. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan terletak di

lokasi yang telah sesuai peruntukannya menurut

Page 31: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-31-

RDTR dan/atau rencana umum tata ruang kawasan

perkotaan;

b. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan terletak di

lokasi kawasan ekonomi khusus, kawasan industri,

serta kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan

bebas;

c. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan merupakan

tanah yang sudah dikuasai oleh Pelaku Usaha lain

yang telah mendapatkan Izin Lokasi dan akan

digunakan oleh Pelaku Usaha;

d. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan berasal dari

otorita atau badan penyelenggara pengembangan

suatu kawasan sesuai dengan rencana tata ruang

kawasan pengembangan tersebut;

e. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan diperlukan

untuk perluasan usaha yang sudah berjalan dan

letak tanahnya berbatasan dengan lokasi usaha

dan/atau kegiatan yang bersangkutan;

f. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan yang

diperlukan untuk melaksanakan rencana Perizinan

Berusaha tidak lebih dari:

1) 25 ha (dua puluh lima hektare) untuk usaha

dan/atau kegiatan pertanian;

2) 5 ha (lima hektare) untuk pembangunan rumah

bagi masyarakat berpenghasilan rendah; atau

3) 1 ha (satu hektare) untuk usaha dan/atau

kegiatan bukan pertanian; atau

g. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan yang akan

dipergunakan untuk proyek strategis nasional.

(4) Dalam hal Pelaku Usaha yang telah mendapatkan Izin

Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) akan

menggunakan atau memanfaatkan tanah, Pelaku Usaha

mengajukan pertimbangan teknis pertanahan kepada

kantor pertanahan tempat lokasi usaha dan/atau

kegiatan dengan menyampaikan persyaratan yang

diperlukan.

Page 32: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-32-

(5) Izin lokasi dengan komitmen sebagaimana ayat (2) huruf

b Pelaku Usaha wajib melakukan pemenuhan

persyaratan izin lokasi.

(6) Pemenuhan persyaratan Izin Lokasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (4), diajukan untuk mendapatkan:

a. Pertimbangan Teknis Pertanahan kepada Kantor

Pertanahan tempat lokasi usaha dan/atau

kegiatan;

b. Persetujuan Pemenuhan Komitmen Izin Lokasi dari

DPMPTSP tempat lokasi usaha dan/atau kegiatan.

(7) Kantor Pertanahan menerbitkan Pertimbangan Teknis

paling lama 10 (sepuluh) Hari setelah permohonan dari

Pelaku Usaha diterima.

(8) DPMPTSP menyampaikan notifikasi Persetujuan/

Penolakan Pemenuhan Komitmen Izin Lokasi paling lama

2 (dua) Hari setelah memperoleh Pertimbangan Teknis

Pertanahan kepada Lembaga OSS.

(9) Atas Persetujuan Pemenuhan Komitmen, Sistem OSS

akan mengefektifkan Izin Lokasi yang sudah didapatkan

oleh Pelaku Usaha.

(10) Atas Penolakan Pemenuhan Komitmen, Sistem OSS akan

membatalkan Izin Lokasi yang sudah didapatkan oleh

Pelaku Usaha.

Paragraf 2

Penerbitan Izin Lokasi Perairan

Pasal 33

Izin Lokasi Perairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30

ayat (3) huruf b diberikan kepada Pelaku Usaha yang

melakukan kegiatan di sebagian perairan di wilayah pesisir

dan/atau pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam

undang-undang mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil.

Page 33: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-33-

Pasal 34

(1) Izin Lokasi Perairan sebagaimana dimaksud pada pasal

32 terdiri atas:

a. Izin Lokasi Perairan tanpa komitmen yang

diterbitkan oleh Lembaga OSS;

b. Izin Lokasi Perairan dengan komitmen.

(2) Izin Lokasi Perairan tanpa komitmen sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf a, dalam hal:

a. lokasi usaha dan/atau kegiatan terletak di lokasi

kawasan ekonomi khusus, kawasan industri, serta

kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas;

b. lokasi usaha dan/atau kegiatan merupakan lokasi

yang sudah dikuasai oleh Pelaku Usaha lain yang

telah mendapatkan Izin Lokasi Perairan dan akan

digunakan oleh Pelaku Usaha;

c. lokasi usaha dan/atau kegiatan berasal dari otorita

atau badan penyelenggara pengembangan suatu

kawasan sesuai dengan rencana tata ruang

kawasan pengembangan tersebut;

d. lokasi usaha dan/atau kegiatan yang dipergunakan

oleh usaha mikro dan usaha kecil; dan/atau

e. lokasi usaha dan/atau kegiatan yang akan

dipergunakan untuk proyek strategis nasional.

(3) Dalam hal Pelaku Usaha yang telah mendapatkan Izin

Lokasi Perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

akan menggunakan atau memanfaatkan lokasi perairan,

Pelaku Usaha menyampaikan semua persyaratan

diperlukan kepada Menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan

atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangan.

(4) Notifikasi Persetujuan Izin Lokasi Perariran sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) disampaikan oleh Menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

kelautan dan perikanan atau Pemerintah Daerah kepada

Lembaga OSS.

(5) Izin Lokasi Perairan dengan komitmen sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf b, Pelaku Usaha

Page 34: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-34-

menyampaikan permohonan kepada Menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

kelautan dan perikanan atau Pemerintah Daerah sesuai

kewenangan.

(6) Atas permohonan Izin Lokasi Perairan sebagaimana

dimaksud pada ayat (5), Menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan

atau Pemerintah Daerah menerbitkan persetujuan Izin

Lokasi Perairan.

(7) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang kelautan dan perikanan atau Pemerintah Daerah

menerbitkan persetujuan/ penolakan atas permohonan

sebagaimana dimaksud pada ayat (6) paling lama 10

(sepuluh) Hari.

(8) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang kelautan dan perikanan atau Pemerintah Daerah

menyampaikan notifikasi persetujuan Izin Lokasi

Perairan kepada Lembaga OSS.

Paragraf 3

Penerbitan Izin Lingkungan

Pasal 35

(1) Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30

ayat (3) huruf c diterbitkan melalui sistem OSS

berdasarkan komitmen.

(2) Komitmen Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri dari:

a. UKL-UPL; atau

b. Amdal.

Pasal 36

(1) Pelaku Usaha mengajukan permohonan UKL-UPL

kepada Menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup, atau Perangkat Daerah

provinsi/kabupaten/kota yang membidangi lingkungan

Page 35: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-35-

hidup paling lama 10 (sepuluh) Hari kerja sejak

diterbitkannya Izin Lingkungan.

(2) Dalam hal terdapat perbaikan permohonan Pelaku

Usaha paling lama 5 (lima) Hari telah menyampaikan

perbaikan dan disampaikan kepada Menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, atau

Perangkat Daerah provinsi/kabupaten/kota yang

membidangi lingkungan hidup melalui sistem OSS.

(3) Atas pemeriksaan permohonan apabila tidak terdapat

perbaikan dalam jangka waktu 5 (lima) Hari, Menteri

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, atau

Perangkat Daerah provinsi/kabupaten/kota yang

membidangi lingkungan hidup menetapkan persetujuan

rekomendasi UKL-UPL.

(4) Perangkat Daerah provinsi/kabupaten/kota yang

membidangi lingkungan hidup menyampaikan

rekomendasi pemenuhan komitmen UKL-UPL atas Izin

Lingkungan kepada DPMPTSP.

(5) Pejabat yang ditunjuk Menteri atau DPMPTSP

menyampaikan notifikasi pemenuhan komitmen

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada Lembaga

OSS.

(6) Dalam hal Pelaku Usaha tidak dapat memenuhi

komitmen untuk melengkapi UKL-UPL sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Instansi lingkungan hidup

menyampaikan notifikasi kegagalan pemenuhan

komitmen kepada Lembaga OSS.

(7) Dalam hal menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup, gubernur, dan bupati/wali kota tidak

menetapkan persetujuan rekomendasi UKL-UPL dalam

jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

persetujuan rekomendasi UKL-UPL dan Komitmen lzin

Lingkungan dianggap telah dipenuhi.

Page 36: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-36-

Pasal 37

(1) Dalam pemenuhan komitmen Izin Lingkungan, Pelaku

Usaha menyusun kerangka Andal dan RKL-RPL dengan

tahapan:

a. pelaksanaan pengumuman rencana usaha dan/atau

kegiatan serta konsultasi publik;

b. pengisian dan pengajuan Formulir KA;

c. pemeriksaan dan persetujuan Formulir KA;

d. penyusunan dan pengajuan Andal dan RKL-RPL;

dan

e. penilaian Andal dan RKL-RPL dan penetapan

keputusan kelayakan lingkungan hidup atau

ketidaklayakan lingkungan hidup.

(2) Pelaku Usaha mengajukan kerangka Andal dan RKL-RPL

sebagai pemenuhan komitmen sejak diterbitkannya Izin

Lingkungan oleh Lembaga OSS, kepada:

a. Menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup melalui Komisi

Penilai Amdal (KPA) Pusat, untuk kerangka acuan

yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal Pusat;

b. Gubernur melalui KPA provinsi untuk kerangka

acuan yang dinilai oleh KPA Provinsi; atau

c. Bupati/Walikota melalui KPA Kabupaten/Kota

untuk kerangka acuan yang dinilai oleh KPA

Kabupaten/Kota.

(3) Jangka waktu pelaksanaan pengumuman rencana Usaha

dan/atau Kegiatan, konsultasi publik, pengisian

Formulir KA serta pemeriksaan Formulir KA

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b

dan huruf c dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) Hari

setelah Lembaga OSS menerbitkan Izin Lingkungan

berdasarkan komitmen.

(4) Pelaku Usaha menyusun Andal sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b berdasarkan Formulir KA yang

telah disepakati.

Page 37: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-37-

(5) Penyusunan Andal dan RKL-RPL sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf d dapat dilakukan bersamaan

dengan pengumuman rencana Usaha dan/atau Kegiatan,

konsultasi publik dan harus mulai dilakukan paling

lama 30 (tiga puluh) Hari sejak Lembaga OSS

menerbitkan Izin Lingkungan berdasarkan komitmen.

(6) Pelaku Usaha dalam penyusunan dokumen Andal dan

RKL-RPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

mengikutsertakan masyarakat yang terkena dampak.

(7) Pengikutsertaan masyarakat dan/atau pemerhati

lingkungan hidup, dilakukan melalui:

a. pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan; dan

b. konsultasi publik.

(8) Jangka waktu penyusunan Andal dan RKL-RPL

dilakukan paling lama 180 (seratus delapan puluh) Hari.

(9) Jangka waktu penilaian Andal dan RKL-RPL,

penyampaian rekomendasi hasil penilaian dan penilaian

akhir dilakukan paling lama 50 (lima puluh) Hari sejak

dokumen Andal dan RKL-RPL diajukan kepada KPA dan

dinyatakan lengkap secara administrasi.

(10) Berdasarkan rekomendasi hasil penilaian sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) atau rekomendasi hasil penilaian

akhir dari KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota menetapkan:

a. keputusan kelayakan lingkungan hidup, jika

rencana usaha dan/atau kegiatan dinyatakan layak

lingkungan hidup; atau

b. keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup, jika

jika rencana usaha dan/atau kegiatan dinyatakan

tidak layak lingkungan hidup.

(11) Keputusan kelayakan lingkungan hidup yang ditetapkan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a merupakan:

a. pemenuhan komitmen Izin Lingkungan;

b. bagian yang tidak terpisahkan dari Izin Lingkungan

yang telah diterbitkan oleh Lembaga OSS; dan

Page 38: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-38-

c. persyaratan dan kewajiban rinci terkait dengan

aspek perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup dari Izin Lingkungan yang telah diterbitkan

oleh Lembaga OSS.

(12) Jangka waktu penyampaian rekomendasi hasil penilaian

atau hasil penilaian akhir Andal dan RKL-RPL

sebagaimana dimaksud pada ayat (10) paling lama 5

(lima) Hari setelah setelah dilakukannya penilaian Andal

dan RKL-RPL.

(13) Jangka waktu penetapan keputusan kelayakan

lingkungan hidup atau ketidaklayakan lingkungan hidup

sebagaimana dimaksud pada ayat (11) dilakukan paling

lama 5 (lima) Hari terhitung sejak diterimanya

rekomendasi hasil penilaian atau penilaian akhir dari

KPA melalui ketua KPA.

(14) Instansi lingkungan hidup melakukan pengawasan

terhadap pemenuhan komitmen Pelaku Usaha untuk

melengkapi dokumen Amdal sebagaimana dimaksud

pada ayat (1).

(15) Dalam hal Pelaku Usaha tidak dapat memenuhi

komitmen untuk melengkapi dokumen Amdal

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Instansi

lingkungan hidup menyampaikan notifikasi kegagalan

pemenuhan komitmen kepada Lembaga OSS.

(16) Perangkat Daerah provinsi/kabupaten/kota yang

membidangi lingkungan hidup menyampaikan

rekomendasi pemenuhan komitmen Andal dan RKL-RPL

atas Izin Lingkungan kepada DPMPTSP.

(17) Pejabat yang ditunjuk Menteri atau DPMPTSP

menyampaikan notifikasi pemenuhan komitmen

sebagaimana dimaksud pada ayat (16) kepada Lembaga

OSS.

Pasal 38

(1) Apabila Pelaku Usaha melakukan perubahan rencana

Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak terhadap

Page 39: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-39-

lingkungan, Pelaku Usaha wajib mengajukan

permohonan perubahan Izin Lingkungan.

(2) Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) mengacu kepada peraturan

perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.

Paragraf 4

Penerbitan IMB

Pasal 39

(1) IMB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3)

huruf d diterbitkan melalui sistem OSS.

(2) Pelaku Usaha yang telah mendapatkan IMB melalui OSS

wajib melakukan pemenuhan komitmen IMB melalui

SIMBG.

(3) Jangka waktu pemenuhan komitmen IMB sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan paling lama 30

(tiga puluh) Hari setelah diterbitkannya IMB melalui

Lembaga OSS.

(4) Pemenuhan Komitmen IMB sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dilakukan dengan melengkapi:

a. tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau

tanda bukti perjanjian pemanfaatan tanah;

b. data pemilik Bangunan Gedung; dan

c. rencana teknis Bangunan Gedung.

(5) Rencana teknis Bangunan Gedung sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf c paling sedikit memuat:

a. rencana arsitektur;

b. rencana struktur; dan

c. rencana utilitas.

(6) Rencana teknis Bangunan Gedung sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) harus mendapatkan

pertimbangan teknis dari TABG.

(7) Pertimbangan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat

(5) diselesaikan paling lama 25 (dua puluh lima) hari.

Page 40: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-40-

(8) Pelaku usaha menyampaikan kelengkapan pemenuhan

komitmen IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

melalui SIMBG paling lama 5 (lima) hari setelah

diterbitkannya IMB.

(9) Dalam hal IMB memerlukan penyelesaian dokumen

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Jangka

waktu pemenuhan komitmen IMB dilaksanakan paling

lama 30 (tiga puluh) hari setelah pemenuhan komitmen

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

(10) Dalam hal pertimbangan teknis sebagaimana dimaksud

pada ayat (7) menyatakan rencana teknis belum

memenuhi persyaratan, pemerintah daerah melalui

SIMBG memberikan pernyataan kepada OSS bahwa IMB

dibatalkan.

(11) Dalam hal pertimbangan teknis sebagaimana dimaksud

pada ayat (10) menyatakan rencana teknis sudah

memenuhi persyaratan, pemerintah daerah melalui

SIMBG memberikan pernyataan kepada OSS bahwa IMB

berlaku efektif.

(12) Dalam hal IMB dibatalkan sebagaimana dimaksud pada

ayat (10), pelaku usaha dapat mengajukan kembali IMB

melalui OSS dengan syarat kegiatan pembangunan

dihentikan sampai dengan IMB berlaku efektif.

(13) SIMBG sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dioperasikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

atau Pemerintah Daerah Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta.

(14) IMB tidak dipersyaratkan untuk pemenuhan komitmen

dalam penerbitan Izin Usaha dalam hal bangunan

gedung:

a. berada dalam kawasan ekonomi khusus, kawasan

industri, atau kawasan perdagangan bebas dan

pelabuhan bebas, sepanjang pengelola kawasan

telah menetapkan pedoman bangunan (estate

regulation).

Page 41: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-41-

b. merupakan proyek pemerintah atau proyek strategis

nasional sepanjang telah ditetapkan badan usaha

pemenang lelang atau badan usaha yang ditugaskan

untuk melaksanakan proyek pemerintah atau

proyek strategis nasional.

(15) DPMPTSP menyampaikan notifikasi atas pemenuhan

komitmen IMB kepada Lembaga OSS.

Paragraf 5

Penerbitan SLF

Pasal 40

(1) Pelaku Usaha yang telah menyelesaikan pembangunan

bangunan/ gedung sesuai dengan IMB sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 39, Pelaku Usaha diwajibkan

mengajukan permohonan SLF melalui SIMBG.

(2) Dalam hal persyaratan permohonan penerbitan SLF

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan

lengkap, DPMPTSP memberikan notifikasi pemenuhan

SLF kepada Lembaga OSS.

(3) Dalam hal persyaratan permohonan penerbitan SLF

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan tidak

lengkap, pemerintah daerah memberikan pernyataan

kepada OSS bahwa SLF tidak dapat diterbitkan.

(4) OSS menerbitkan SLF setelah notifikasi disampaikan

pemerintah daerah melalui SIMBG menyampaikan

bahwa SLF dapat diterbitkan.

Bagian Kedelapan

Penerbitan Izin Komersial atau Operasional

Pasal 41

(1) Pelaku Usaha yang dalam kegiatan usahanya

memerlukan Izin Komersial atau Operasional harus

mengajukan permohonan kepada Lembaga OSS.

Page 42: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-42-

(2) Atas permohonan Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Lembaga OSS menerbitkan daftar Izin

Komersial atau Operasional untuk diproses lebih lanjut

ke kementerian/ lembaga non-kementerian dan/atau

Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(3) Kementerian/ lembaga non-kementerian dan/atau

Pemerintah Daerah memberikan notifikasi pemenuhan

Komitmen dan disampaikan kepada Lembaga OSS.

(4) Lembaga OSS akan menerbitkan Izin Komersial atau

Operasional setelah menerima notifikasi persetujuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) Dalam hal sistem OSS belum dapat menerbitkan Izin

Komersial atau Operasional sebagaimana dimaksud pada

ayat (4), Lembaga OSS akan menerbitkan covering letter

dengan lampiran berupa Izin Komersial atau Operasional

setelah kementerian/lembaga non-kementerian

dan/atau Pemerintah Daerah menyetujui permohonan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(6) Dalam hal adanya notifikasi penolakan Izin Komersial

atau Operasional dari kementerian/lembaga non-

kementerian dan/atau Pemerintah Daerah, Lembaga

OSS akan meneruskan notifikasi penolakan kepada

Pelaku Usaha dan permohonan Izin Komersial atau

Operasionalnya tidak dapat diproses lebih lanjut/ditolak.

Bagian Kesembilan

Komitmen Penerbitan Izin Komersial atau Operasional

Pasal 42

(1) Pelaku Usaha yang memerlukan Prasarana di lokasi yang

berbeda dengan lokasi kegiatan utama untuk

menjalankan usaha dan/atau kegiatan yang terdiri atas:

a. Pelaku Usaha yang telah memiliki atau menguasai

Prasarana; atau

b. Pelaku Usaha yang belum memiliki atau menguasai

Prasarana.

Page 43: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-43-

(2) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a dapat menggunakan Izin Lokasi, Izin Lokasi

Perairan, Izin Lingkungan, IMB, dan/atau SLF yang

sudah dimiliki sebelumnya dan masih berlaku.

(3) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b wajib memilih dan menetapkan Komitmen

Prasarana yang diperlukan, yaitu Izin Lokasi, Izin Lokasi

Perairan, Izin Lingkungan, IMB, dan/atau SLF.

(4) Pelaku Usaha dianggap memenuhi Komitmen Prasarana

Izin Komersial atau Operasional apabila telah memiliki

Izin Lokasi, Izin Lokasi Perairan, Izin Lingkungan, IMB,

dan/atau SLF yang masih berlaku.

(5) Pelaku Usaha dapat memulai kegiatan

operasional/komersial apabila telah memenuhi

Komitmen Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) dan persyaratan masing-masing sektor sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Dalam hal Pelaku Usaha memerlukan Prasarana di

lokasi yang berbeda dengan lokasi kegiatan utama untuk

menjalankan Usaha dan/ atau Kegiatan, Pelaku Usaha

wajib memilih dan menetapkan komitmen Prasarana

yang diperlukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25

ayat (7).

Bagian Kesepuluh

Penerbitan Izin Kantor Perwakilan dan Lainnya

Pasal 43

(1) Tahapan penerbitan izin kantor perwakilan dan lainnya

harus dilewati oleh Pelaku Usaha baik yang telah

memiliki izin kantor perwakilan dan lainnya maupun

yang baru memulai kegiatan usaha.

(2) Lembaga OSS akan menerbitkan NIB dan izin kantor

perwakilan dan lainnya sebagaimana dimaksud pada

ayat (1).

Page 44: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-44-

BAB V

NOTIFIKASI FASILITAS FISKAL

Bagian Kesatu

Fasilitas Pajak Penghasilan Badan

Pasal 44

(1) Pemberian fasilitas Pajak Penghasilan Badan dilakukan

melalui sistem OSS.

(2) Pada saat Pelaku Usaha melakukan pengisian data NIB,

sistem OSS memberikan:

a. Notifikasi dapat diberikan fasilitas Pajak Penghasilan

Badan; atau

b. Notifikasi tidak dapat diberikan fasilitas Pajak

Penghasilan Badan.

(3) Pelaku Usaha yang mendapatkan notifikasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat

mengajukan permohonan fasilitas Pajak Penghasilan

Badan melalui sistem OSS.

(4) Atas permohonan fasilitas Pajak Penghasilan Badan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3), sistem OSS akan

memberikan notifikasi kepada Pelaku Usaha dan

Direktorat Jenderal Pajak mengenai jangka waktu dan

prosentase fasilitas Pajak Penghasilan Badan.

(5) Direktorat Jenderal Pajak melakukan verifikasi terhadap

permohonan fasilitas Pajak Penghasilan Badan yang

disampaikan oleh Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) setelah menerima notifikasi dari sistem

OSS.

(6) Terhadap permohonan fasilitas Pajak Penghasilan Badan

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang telah

memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen,

Direktorat Jenderal Pajak akan menerbitkan keputusan

atas nama Menteri Keuangan mengenai persetujuan

pengurangan Pajak Penghasilan Badan melalui sistem

OSS.

Page 45: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-45-

Pasal 45

Dalam hal Direktorat Jenderal Pajak melakukan pencabutan

terhadap keputusan atas nama Menteri Keuangan mengenai

persetujuan pengurangan Pajak Penghasilan Badan,

Direktorat Jenderal Pajak akan memberikan notifikasi melalui

sistem OSS.

Bagian Kedua

Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di

Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah

Tertentu

Pasal 46

(1) Pemberian fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman

Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di

Daerah-daerah Tertentu dilakukan melalui sistem OSS.

(2) Pada saat Pelaku Usaha melakukan pengisian data NIB,

sistem OSS memberikan:

c. Notifikasi dapat diberikan fasilitas Pajak Penghasilan;

atau

d. Notifikasi tidak dapat diberikan fasilitas Pajak

Penghasilan.

(3) Pelaku Usaha yang mendapatkan notifikasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat

mengajukan permohonan fasilitas Pajak Penghasilan

melalui sistem OSS.

(4) Atas permohonan fasilitas Pajak Penghasilan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3), sistem OSS akan

memberikan notifikasi kepada Pelaku Usaha dan

Direktorat Jenderal Pajak mengenai fasilitas Pajak

Penghasilan.

(5) Direktorat Jenderal Pajak melakukan verifikasi terhadap

permohonan fasilitas Pajak Penghasilan yang

disampaikan oleh Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) setelah menerima notifikasi dari sistem

OSS.

Page 46: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-46-

(6) Terhadap permohonan fasilitas Pajak Penghasilan

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang telah

memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen,

Direktorat Jenderal Pajak akan menerbitkan keputusan

atas nama Menteri Keuangan mengenai persetujuan

pengurangan Pajak Penghasilan melalui sistem OSS.

Pasal 47

Dalam hal Direktorat Jenderal Pajak melakukan pencabutan

terhadap keputusan atas nama Menteri Keuangan mengenai

persetujuan pengurangan Pajak Penghasilan, Direktorat

Jenderal Pajak akan memberikan notifikasi melalui sistem

OSS.

Pasal 48

Dalam hal layanan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan

untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu

dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu sebagaimana

dimaksud pada pasal 57 belum tersedia dalam sistem OSS,

akan dilakukan secara luar jaringan (luring) yang akan

diatur lebih lanjut dalam Peraturan Badan.

BAB VI

PENGEMBANGAN DAN PERLUASAN USAHA

Pasal 49

(1) Pengembangan usaha meliputi :

a. Pengembangan Usaha sektor Industri; dan

b. Pengembangan Usaha sektor non Industri.

(2) Pelaku Usaha yang melakukan pengembangan usaha

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan

perluasan usaha, dalam hal penambahan kapasitas

produksi untuk klasifikasi baku lapangan usaha

Indonesia 5 (lima) digit yang sama sebagaimana

tercantum dalam Izin Usaha Industri.

(3) Dalam hal pelaku usaha melakukan pengembangan

usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu

Page 47: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-47-

kepada proses penerbitan Izin Usaha sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 28.

BAB VII

PERUBAHAN DATA PELAKU USAHA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 50

(1) Pelaku Usaha dapat melakukan perubahan data dalam

Sistem OSS.

(2) Perubahan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

yaitu:

a. Perubahan Akta; dan

b. Perubahan Non Akta.

(3) Dalam hal Pelaku Usaha melakukan perubahan data

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, Pelaku

Usaha harus memeriksa kembali kebenaran data badan

usaha di dalam Sistem OSS.

(4) Dalam hal Pelaku Usaha berbentuk perseroan terbatas

melakukan perubahan data sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf a, Pelaku Usaha memeriksa kembali

kebenaran data perseroan terbatas di dalam Sistem OSS

yang telah dilakukan pembaruan oleh notaris melalui

SABH, meliputi:

a. profil perusahaan;

b. besaran modal dasar perusahaan;

c. besaran modal disetor dan modal ditempatkan,

termasuk perubahan pemegang saham dan/atau

besaran nominal saham;

d. nama pengurus perusahaan, baik Komisaris

maupun Direksi perusahaan; dan

e. maksud dan tujuan perusahaan.

(5) Dalam hal perubahan data sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) huruf c tidak memenuhi ketentuan terkait daftar

bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang

Page 48: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-48-

terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman

modal, maka Lembaga OSS akan memberikan

peringatan/teguran kepada Pelaku Usaha.

(6) Dalam hal Pelaku Usaha melakukan perubahan data

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, Pelaku

Usaha dapat melakukan perubahan data usaha yang

telah dimasukkan, paling sedikit:

a. profil perusahaan, yaitu alamat perusahaan dalam

satu kabupaten/kota, kontak perusahaan, dan

barang/jasa utama;

b. nilai investasi, yaitu modal tetap yang terdiri dari

pembelian dan pematangan tanah, bangunan/

gedung, mesin peralatan, dan nilai investasi lainnya,

serta nilai modal kerja;

c. produk, yaitu jenis dan/atau kapasitas produksi

serta diversifikasi produk;

d. data usaha, yaitu status bangunan, luas lahan, dan

jumlah tenaga kerja;

e. lokasi usaha/proyek, yaitu penyempurnaan alamat

lokasi usaha, baik perbaikan pengetikan dan/atau

pindah lokasi usaha;

f. Komitmen/izin lain terkait Izin Usaha;

g. Komitmen Izin Komersial atau Operasional;

h. akses kepabeanan; dan

i. status kepesertaan BPJS.

Bagian Kedua

Alih Status

Pasal 51

(1) Pelaku usaha non perseorangan dapat melakukan

perubahan status PMDN berubah menjadi PMA, atau

PMA berubah menjadi PMDN berdasarkan akta

perubahan atas keputusan Rapat Umum Pemegang

Saham Perusahaan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Page 49: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-49-

(2) Pelaku Usaha non perseorangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus melakukan perubahan data

perusahaan pada OSS.

Bagian Ketiga

Penggabungan Usaha

Pasal 52

(1) Penggabungan perusahaan dapat dilakukan oleh badan

hukum berbentuk perseroan terbatas dengan ketentuan

telah memiliki Izin Usaha dan/atau Izin

Operasional/Komersial yang telah berlaku efektif.

(2) Terhadap penggabungan perusahaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), sistem OSS menerima notifikasi

penggabungan perusahaan dari sistem AHU online.

(3) Perusahaan yang menerima penggabungan melakukan

penarikan data akta penggabungan usaha di sistem OSS,

perizinan berusaha yang dimiliki oleh perusahaan yang

statusnya menggabungkan diri akan masuk ke dalam

perusahaan yang menerima penggabungan.

(4) Dalam hal sistem OSS belum menarik data perusahaaan

yang statusnya menggabungkan diri, perusahaan yang

menerima penggabungan harus memeriksa kembali data

kegiatan usaha perusahaan yang menggabungkan diri

untuk melengkapi Izin Usaha dan/atau Izin

Operasional/Komersial melalui sistem OSS.

(5) Dalam hal penerbitan Izin Usaha sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) mengacu pada proses penerbitan Izin

Usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 27…….

(4) Dalam hal penerbitan Izin Operasional/Komersial

sebagaimana dimaksud pada ayat (4), mengacu pada

proses penerbitan Izin Komersial atau Operasional

sebagaimana diatur dalam Pasal 54.

(5) Dalam hal komitmen Perizinan Berusaha memerlukan

pemutakhiran, Pelaku Usaha tetap wajib melakukan

pemenuhan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Page 50: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-50-

Bagian Keempat

Perubahan Penanggung Jawab

Pasal 53

(1) Dalam hal terjadi perubahan/penggantian penanggung

jawab perusahaan, Pelaku Usaha dapat mengubah

penanggung jawab pengurusan Pendaftaran dan

Perizinan Berusaha.

(2) Perubahan/penggantian penanggung jawab perusahaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan

apabila penanggung jawab baru tercantum dalam akta

perubahan terakhir.

(3) Sistem OSS akan memindahkan data akta, NIB, dan

Perizinan Berusaha milik perusahaan dari penanggung

jawab lama ke penanggung jawab baru.

(4) Penanggung jawab baru dapat melanjutkan proses

pengurusan Perizinan Berusaha.

BAB VIII

PEMANTAUAN KEPATUHAN PERIZINAN BERUSAHA

Pasal 54

Lembaga OSS melakukan pemantauan terhadap:

a. NIB;

b. Perizinan Berusaha yang belum memenuhi persyaratan;

c. Pemenuhan Komitmen Perizinan Berusaha.

Bagian Kesatu

Pemantauan NIB

Pasal 55

(1) Pemantauan NIB sebagaimana dimaksud dalam pasal 52

huruf a dilakukan terhadap pengisian data kegiatan

usaha yang telah dilakukan oleh Pelaku usaha, meliputi:

a. kesesuaian nilai investasi;

Page 51: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-51-

b. kesesuaian KBLI;

c. kesesuaian permodalan;

d. kesesuaian dengan ketentuan bidang usaha yang

tertutup dan terbuka dengan persyaratan; dan

e. ketentuan peraturan perundangan lainnya.

(2) Dalam hal Pelaku Usaha melakukan kesalahan pengisian

data NIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Lembaga

OSS akan menyampaikan peringatan pemberitahuan

melalui surat elektronik kepada Pelaku Usaha untuk

memperbaiki pengisian datanya.

(3) Dalam jangka waktu 3 (tiga) Hari setelah tanggal

terkirimnya surat elektronik, Pelaku Usaha harus

memperbaiki pengisian data dalam sistem OSS.

(4) Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) Hari sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) Pelaku Usaha tidak melakukan

perbaikan data dalam sistem OSS, maka Lembaga OSS

akan mengirim peringatan kedua melalui surat

elektronik.

(5) Dalam jangka waktu 3 (tiga) Hari setelah diterimanya

surat elektronik kedua, Pelaku Usaha harus

memperbaiki pengisian data dalam sistem OSS.

(6) Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) Hari sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) Pelaku Usaha tidak melakukan

perbaikan data dalam sistem OSS, maka Lembaga OSS

akan mengirim peringatan ketiga melalui surat

elektronik.

(7) Apabila Pelaku Usaha hingga peringatan surat elektronik

ketiga tidak melakukan perbaikan data sebagaimana

dimaksud pada ayat (6), maka dalam waktu 30 (tiga

puluh) Hari terhitung sejak dikirim surat elektronik

pertama, Pelaku Usaha dapat dikenakan tindakan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(8) Lembaga OSS memfasilitasi Pelaku Usaha yang

menghadapi kendala dalam Sistem OSS terkait dengan

perbaikan data NIB.

(9) Bentuk fasilitasi Lembaga OSS kepada Pelaku Usaha

sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dapat dilakukan

Page 52: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-52-

melalui klinik fasilitasi pemantauan kepatuhan perizinan

berusaha.

Bagian Kedua

Pemantauan Perizinan Berusaha yang

Belum Memenuhi Persyaratan

Pasal 56

(1) Pemantauan Perizinan Berusaha yang Belum Memenuhi

Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 huruf

b dilakukan terhadap pengisian data kegiatan usaha yang

telah dilakukan oleh Pelaku usaha, meliputi:

a. data proyek;

b. data lokasi.

(2) Dalam hal Pelaku Usaha melakukan kesalahan pengisian

data Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Lembaga OSS akan menyampaikan peringatan

melalui surat elektronik kepada Pelaku Usaha untuk

memperbaiki pengisian datanya.

(3) Dalam jangka waktu 3 (tiga) Hari setelah tanggal

terkirimnya surat elektronik, Pelaku Usaha harus

memperbaiki pengisian data dalam sistem OSS.

(4) Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) Hari sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) Pelaku Usaha tidak melakukan

perbaikan data dalam sistem OSS, maka Lembaga OSS

akan mengirim peringatan kedua melalui surat

elektronik.

(5) Dalam jangka waktu 3 (tiga) Hari setelah diterimanya

surat elektronik kedua, Pelaku Usaha harus

memperbaiki pengisian data dalam sistem OSS.

(6) Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) Hari sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) Pelaku Usaha tidak melakukan

perbaikan data dalam sistem OSS, maka Lembaga OSS

akan mengirim peringatan ketiga melalui surat

elektronik.

(7) Apabila Pelaku Usaha hingga peringatan surat elektronik

ketiga tidak melakukan perbaikan data sebagaimana

Page 53: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-53-

dimaksud pada ayat (6), maka dalam waktu 30 (tiga

puluh) Hari terhitung sejak dikirim surat elektronik

pertama, Pelaku Usaha dapat dikenakan tindakan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(8) Lembaga OSS memfasilitasi Pelaku Usaha yang

menghadapi kendala dalam Sistem OSS terkait dengan

perbaikan data NIB.

(9) Bentuk fasilitasi Lembaga OSS kepada Pelaku Usaha

sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dapat dilakukan

melalui klinik fasilitasi pemantauan kepatuhan perizinan

berusaha.

Bagian Ketiga

Pemantauan Pemenuhan Komitmen Perizinan Berusaha

Pasal 57

(1) Pemantauan Pemenuhan Komitmen Perizinan Berusaha

dilakukan terhadap:

a. Pelaku Usaha yang menyatakan Komitmen; dan

b. Pelaku Usaha yang tidak menyatakan Komitmen.

(2) Komitmen Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a berupa dokumen Prasarana yang

meliputi :

a. Izin Lokasi;

b. Izin Lokasi Perairan;

c. Izin Lingkungan;

d. IMB; dan

e. SLF.

(3) Lembaga OSS melakukan pemantauan atas Pelaku

Usaha yang menyatakan Komitmen sebagaimana

tercantum pada ayat (1) huruf a.

(4) Lembaga OSS melakukan pemantauan atas Pelaku

Usaha yang tidak menyatakan Komitmen sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b.

(5) Dalam hal Pelaku Usaha tidak menyatakan

Komitmennya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b karena telah memiliki atau menguasai prasarana,

Page 54: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-54-

Pelaku Usaha wajib mengunggah dokumen penguasaan

Prasarana ke dalam sistem OSS.

(6) Dalam hal Pelaku Usaha tidak mengunggah dokumen

penguasaan Prasarana ke dalam sistem OSS, Lembaga

OSS akan menyampaikan peringatan melalui surat

elektronik kepada Pelaku Usaha untuk mengunggah

dokumen penguasaan Prasarana ke dalam sistem OSS.

(7) Dalam jangka waktu 3 (tiga) Hari setelah tanggal

terkirimnya surat elektronik, Pelaku Usaha harus

memperbaiki pengisian data dalam sistem OSS.

(8) Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) Hari sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) Pelaku Usaha tidak mengunggah

dokumen penguasaan Prasarana ke dalam sistem OSS,

maka Lembaga OSS akan mengirim peringatan kedua

melalui surat elektronik.

(9) Dalam jangka waktu 3 (tiga) Hari setelah tanggal

terkirimnya surat elektronik kedua, Pelaku Usaha harus

mengunggah dokumen penguasaan Prasarana ke dalam

sistem OSS.

(10) Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) Hari sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) Pelaku Usaha tidak mengunggah

dokumen penguasaan Prasarana ke dalam sistem OSS,

maka Lembaga OSS akan mengirim peringatan ketiga

melalui surat elektronik.

(11) Apabila Pelaku Usaha hingga peringatan surat elektronik

ketiga tidak mengunggah dokumen penguasaan

Prasarana ke dalam sistem OSS, maka dalam waktu 30

(tiga puluh) Hari terhitung sejak dikirim surat elektronik

pertama, Pelaku Usaha dapat dikenakan tindakan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(12) Lembaga OSS memfasilitasi Pelaku Usaha yang

menghadapi kendala dalam mengunggah dokumen

penguasaan Prasarana ke dalam sistem OSS.

(13) Bentuk fasilitasi Lembaga OSS kepada Pelaku Usaha

sebagaimana dimaksud pada ayat (12) dapat dilakukan

melalui klinik fasilitasi pemantauan kepatuhan perizinan

berusaha.

Page 55: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-55-

Pasal 58

(1) Dalam hal Lembaga OSS menemukan pelanggaran atas

pengisian data NIB dan/atau pemenuhan komitmen

Perizinan Berusaha, Lembaga OSS akan mengenakan

tindakan sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(2) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

berupa:

a. peringatan;

b. penghentian sementara kegiatan berusaha;

c. pengenaan denda administratif; dan/atau

d. pencabutan Perizinan Berusaha,

(3) Pengenaan tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) diatur dalam Peraturan Badan mengenai pedoman

dan tata cara pengendalian pelaksanaan penanaman

modal.

Pasal 59

Fasilitasi pemantauan kepatuhan perizinan berusaha

dilakukan oleh DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP

Kabupaten/Kota, PTSP KPBPB, dan PTSP KEK untuk proyek

PMDN yang berlokasi di wilayahnya.

BAB IX

PENGEMBANGAN SISTEM PERIZINAN BERUSAHA

Pasal 60

(1) Lembaga OSS memiliki kewajiban dan kewenangan

untuk mengembangkan Sistem OSS baik secara teknis

maupun integrasi sistem.

(2) Dalam melakukan pengembangan sistem, Lembaga OSS

berkoordinasi dengan kementerian/lembaga pemerintah

non-kementerian dan Pemerintah Daerah.

(3) Integrasi Sistem OSS dengan sistem kementerian/

lembaga pemerintah non-kementerian dan Pemerintah

Page 56: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-56-

Daerah dalam rangka pelaksanaan validasi data, sharing

data, dan pemenuhan Komitmen oleh Pelaku Usaha.

(4) Kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi, dan

Pemerintah Daerah kabupaten/kota menggunakan

sistem OSS dalam rangka pemberian Perizinan Berusaha

yang menjadi kewenangannya masing-masing.

(5) Penggunaan sistem OSS sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) mengikuti standar integrasi sistem OSS.

(6) Standar integrasi sistem OSS sebagaimana dimaksud

pada ayat (5) mencakup paling sedikit:

a. standar otentikasi dan pengaturan hak akses dari

dan ke sistem OSS;

b. standar elemen data perizinan antar sistem

Perizinan Berusaha dengan sistem OSS;

c. standar model integrasi antar sistem Perizinan

Berusaha dengan sistem OSS;

d. standar keamanan bersama dan tanda tangan

digital antar sistem Perizinan Berusaha dengan

sistem OSS; dan

e. standar service level agreement antar sistem

Perizinan Berusaha dengan sistem OSS.

(7) Dalam melakukan pengembangan sistem, Lembaga OSS

bekerja sama dengan pihak lain dalam pelaksanaan,

pengelolaan, dan pengembangan sistem OSS.

BAB X

KETENTUAN LAIN-LAIN

Bagian Kesatu

Pembayaran Biaya Perizinan Berusaha

Pasal 61

(1) Segala biaya Perizinan Berusaha yang merupakan:

a. penerimaan negara bukan pajak;

b. bea masuk dan/atau bea keluar;

c. cukai; dan/atau

d. pajak daerah atau retribusi daerah,

Page 57: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-57-

wajib dibayar oleh Pelaku Usaha sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan

oleh Pelaku Usaha sebagai bagian dari pemenuhan

Komitmen.

(3) Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional berlaku

efektif setelah Pelaku Usaha melakukan pembayaran

biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Pelaku Usaha yang tidak melakukan kewajiban

pembayaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional yang

telah diberikan dinyatakan batal.

(5) Mekanisme pembatalan Izin Usaha dan Izin Komersial

atau Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

diatur dalam Peraturan Badan mengenai pedoman dan

tata cara pengendalian pelaksanaan penanaman modal.

Bagian Kedua

Persetujuan Pemenuhan Komitmen Perizinan Berusaha

Pasal 62

Dalam rangka persetujuan Pemenuhan Komitmen Perizinan

Berusaha, DPMPTSP provinsi dan kabupaten/kota dilarang

menambahkan persyaratan tambahan di luar NSPK masing-

masing sektor dan pertimbangan teknis.

Bagian Ketiga

Fasilitasi Perizinan Berusaha

Pasal 63

(1) Lembaga OSS, kementerian, lembaga, dan Pemerintah

Daerah memberikan fasilitasi Perizinan Berusaha kepada

Pelaku Usaha, terutama bagi usaha mikro, kecil, dan

menengah.

(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. pelayanan konsultasi dan informasi yang berkaitan

dengan Perizinan Berusaha; dan

Page 58: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-58-

b. bantuan untuk mengakses laman OSS untuk

mendapatkan Perizinan Berusaha.

(3) Dalam rangka memberikan fasilitasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Lembaga OSS,

kementerian/lembaga pemerintah non-kementerian, dan

Pemerintah Daerah menyediakan tempat pelayanan dan

petugas.

(4) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

dikenakan biaya.

Bagian Keempat

Masa Berlaku Perizinan Berusaha

Pasal 64

(1) Izin Usaha berlaku selama Pelaku Usaha menjalankan

usaha dan/atau kegiatannya, kecuali diatur lain dalam

peraturan perundang-undangan.

(2) Izin Komersial atau Operasional berlaku sesuai dengan

jangka waktu yang ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan yang mengatur masing-masing

izin.

(3) Atas berakhirnya masa berlaku Perizinan Berusaha dan

diperlukan perpanjangan dapat diajukan melalui sistem

OSS dengan didasarkan pada perizinan-perizinan yang

dimiliki sebelumnya oleh Pelaku Usaha.

Bagian Kelima

Pengendalian Pelaksanaan Perizinan Berusaha

Pasal 65

(1) Pelaku Usaha yang telah mendapatkan Perizinan

Berusaha wajib menyampaikan LKPM.

(2) Tata cara penyampaian LKPM sebagaimana pada ayat (1)

diatur dalam Peraturan Badan mengenai pedoman dan

tata cara pengendalian pelaksanaan penanaman modal.

Page 59: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-59-

Bagian Keenam

Layanan Helpdesk/Call Center

Pasal 66

Pelaku Usaha dapat menghubungi layanan helpdesk/call

center melalui saluran telepon dan email yang telah

disediakan oleh Lembaga OSS, kementerian, lembaga, dan

pemerintah daerah.

Bagian Ketujuh

Pengumuman Izin Lingkungan

Pasal 67

Lembaga OSS mengumumkan :

a. pengajuan UKL-UPL sebagaimana tercantum dalam pasal

37 Ayat 1;

b. rencana usaha dan/atau kegiatan sebagaimana

tercantum dalam pasal 38 ayat 1 huruf a;

c. Izin Lingkungan yang telah diterbitkan di sistem OSS

BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 68

(1) Pelaku Usaha yang telah mendapatkan Izin Usaha

dan/atau Izin Komersial atau Operasional sebelum

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang

Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara

Elektronik mulai berlaku tanggal 21 Juni 2018 dan tidak

memerlukan Izin Usaha dan/atau Izin Komersial atau

Operasional baru, wajib mendaftar NIB melalui sistem

OSS.

(2) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

mengunggah Izin Usaha dan/atau Izin Komersial atau

Operasional yang masih berlaku melalui sistem OSS.

(3) Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, ketentuan

dalam Izin Prinsip, Pendaftaran Penanaman Modal,

Page 60: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-60-

Pendaftaran investasi, Izin investasi, atau Izin Usaha

dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan atau tidak diatur secara

khusus dalam Peraturan Badan ini.

Pasal 69

Pelaku Usaha yang telah mendapatkan Izin Usaha dan/atau

Izin Komersial atau Operasional sebelum Peraturan Badan ini

mulai berlaku dan memerlukan Izin Usaha dan/atau Izin

Komersial atau Operasional yang baru untuk pengembangan

usaha, diatur ketentuan sebagai berikut:

a. Pengajuan dan penerbitan Perizinan Berusaha untuk

pengembangan usaha dan/atau kegiatan atau komersial

atau operasional dilakukan melalui sistem OSS dengan

melengkapi data, Komitmen, dan/atau pemenuhan

Komitmen sesuai dengan ketentuan Peraturan Badan ini;

b. Izin Usaha dan/atau Izin Komersial atau Operasional

yang telah diperoleh dan masih berlaku sesuai bidang

usaha dan/atau kegiatan tetap berlaku dan didaftarkan

ke sistem OSS;

c. Pelaku Usaha diberikan NIB sesuai dengan ketentuan

Peraturan Badan ini.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 70

Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Badan ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Page 61: RANCANGAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN … · rancangan peraturan badan koordinasi penanaman modal republik indonesia nomor tahun 2019 tentang pedoman pelaksanaan pelayanan

-61-

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

REPUBLIK INDONESIA,

THOMAS TRIKASIH LEMBONG

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR