rancangan pedoman kerjasama

75
RANCANGAN PEDOMAN POKOK KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah sebagai Negara Kesatuan, dalam penyelanggaraan pemerintahannya menganut azas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Wujud dari penyelenggaraan azas dekonsentrasi yaitu sebagian kewenangan pemerintah diserahkan kepada daerah untuk menjadi urusan rumah tangganya sendiri. Pemberian kewenangan yang luas kepada daerah diarahkan untuk dapat memberikan pelayanan publik secara optimal, maka pelayanan publik perlu memperoleh perhatian dan penanganan secara sungguh-sungguh baik dalam pelayanan administrasi, barang dan jasa serta pelayanan pengembangan sektor unggulan. Tingkat kualitas kinerja pelayanan publik mempunyai implikasi yang luas dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu upaya penyempurnaan 1

Upload: jaxassss

Post on 27-Jun-2015

2.210 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

RANCANGAN

PEDOMAN POKOK KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH

DENGAN PIHAK KETIGA

DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia adalah sebagai Negara Kesatuan,

dalam penyelanggaraan pemerintahannya menganut azas desentralisasi,

dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Wujud dari penyelenggaraan azas

dekonsentrasi yaitu sebagian kewenangan pemerintah diserahkan kepada

daerah untuk menjadi urusan rumah tangganya sendiri.

Pemberian kewenangan yang luas kepada daerah diarahkan

untuk dapat memberikan pelayanan publik secara optimal, maka

pelayanan publik perlu memperoleh perhatian dan penanganan secara

sungguh-sungguh baik dalam pelayanan administrasi, barang dan jasa

serta pelayanan pengembangan sektor unggulan.

Tingkat kualitas kinerja pelayanan publik mempunyai implikasi

yang luas dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu upaya

penyempurnaan pelayanan publik harus dilakukan secara terus menerus,

berkelanjutan dan dilaksanakan oleh jajaran aparatur Pemerintah Daerah.

Dengan demikian, Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban untuk

mengadakan dan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan publik bagi

masyarakat secara mudah, cepat dengan biaya terjangkau. Untuk itu perlu

ada terobosan yang inovatif dan kreatif dalam memfasilitasi pengadaan

pelayanan umum dengan melibatkan berbagai pihak yang mempunyai

kompetensi dan kredibilitas yang memadai.

1

Page 2: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

Melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan kebijakan

pemerintah untuk mengelola pelayanan publik, telah dibuka kesempatan

bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan kerjasama dengan Pihak Ketiga

yaitu lembaga yang berbadan hukum, baik yang berada di dalam negeri

maupun di luar negeri. Lembaga di luar negeri adalah Pemerintah Negara

Bagian, badan khusus PBB, lembaga internasional, perguruan tinggi,

organisasi swasta di luar negeri.

B. Manfaat Kerjasama

Bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat,

khususnya penyediaan pelayanan publik, Daerah dapat bekerjasama

dengan Pihak Ketiga. Manfaat yang diperoleh dari kerjasama yang

dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga ataupun antar

entitas lain adalah :

1. Membantu Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, dalam arti tersedianya pelayanan kepada masyarakat

yang lebih baik.

2. Meningkatkan kemampuan pihak yang bekerjasama untuk

menyelesaikan masalah tertentu.

3. Meningkatkan persahabatan antar pihak.

4. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya dan

potensi yang ada di daerah masing-masing dalam upaya melanjutkan

serta mengembangkan usaha.

5. Meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat di daerah.

6. Meningkatkan kemampuan masing-masing daerah dalam menstimulasi

mobilitas sumber daya, dan memperoleh manfaat dari sumber daya

yang tersedia.

Untuk melakukan kerjasama dengan pihak ketiga, agar

mempertimbangkan karakteristik pelayanan publik yang diemban

Pemerintah Daerah yang memiliki fungsi-fungsi sosial dan

eksternalitasnya, yang secara spesifik dapat dikelompokkan dalam :

2

Page 3: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

1. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya daerah dan perlu peluang

dalam menggunakan berbagai potensi daerah, baik sumber daya

manusia, sumber daya alam maupun sumber daya buatan yang dimiliki

daerah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial

masyarakat.

2. Memajukan peluang daerah yang dapat menciptakan dan

meningkatkan strategi dan manajemen keuangan daerah.

3. Pembangunan infrastruktur bagi kepentingan bersama.

4. Pembangunan budaya dengan pemanfaatan ketersediaan tanga kerja.

5. Meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat serta

memajukan Sumber Daya Aparatur Daerah.

3

Page 4: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

BAB II

PRINSIP KERJASAMA

Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalin setiap

pelaksanaan kegiatan kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pihak

Ketiga dalam bidang pelayanan publik agar berpedoman pada prinsip umum

sebagai berikut :

A. Transparansi

Dalam proses perumusan kebijakan umum dan pelaksanaanya

(implementasi) di daerah, untuk dapat mengembangkan kerjasama

dengan hasil yang maksimal efektif dan efisien perlu menerapkan :

1. Keterbukaan kepada masyarakat dalam proses dan pelaksanaan

kerjasama sehingga masyarakat bisa berfungsi sebagai kontrol bagi

tindakan yang dilakukan Pemerintah Daerah maupun Pihak Ketiga

dalam pelayanan publik.

2. Kompetisi, dimana semua pihak mendapatkan informasi dan

kesempatan yang sama dengan adanya suatu tender oleh Pemerintah

Daerah, kompetisi bidang akan menciptakan keterbukaan dalam

proses kerjasama itu sendiri.

B. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban Pemerintah Daerah untuk

memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan

mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang terkait dengan

penerimaan dan penggunaan uang masyarakat kepada pihak yang

memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban.

Akuntabilitas yang dituntut dalam kerjasama dengan pihak ketiga adalah

akuntabilitas dari Pemerintah Daerah kepada masyarakat luas (DPRD)

dan juga akuntabilitas pihak ketiga kepada Pemerintah Daerah pemilik

kewenangan dan masyarakat (DPRD) meliputi :

4

Page 5: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

1. Akuntabilitas keuangan, aparatur pemerintah atau organisasi

pemerintah yang dimaksud disini adalah bahwa aparatur pemerintah

(Pemerintah Daerah) wajib mempertanggungjawabkan setiap

keuangan dalam anggaran belanjanya yang bersumber dari APBD.

Jadi setiap bentuk kerjasama yang dikembangkan dengan pihak ketiga

harus merupakan suatu tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan

kemanfaatan dan efektifitasnya kepada masyarakat.

2. Akuntabilitas dari pihak ketiga yang dituntut dalam kerjasama adalah

kesesuaian dana yang diserahkan Pemerintah Daerah dengan kinerja

yang diharapkan dari pihak ketiga. Dan pihak ketiga harus

mempertanggungjawabkan penggunaan dana (dari masyarakat)

tersebut secara langsung kepada pihak Pemerintah Daerah pemilik

wewenang dan secara tidak langsung kepada masyarakat.

3. Akuntabilitas hukum mengandung arti bahwa rakyat harus memiliki

keyakinan bahwa unit-unit pemerintahan dapat bertanggung jawab

secara hukum atas segala tindakannya. Jika dalam praktek organisasi

pemerintahan (Pemerintah Daerah pemilik kewenangan) dan atau

pihak ketiga melakukan praktek kerjasama yang merugikan

kepentingan rakyat, pihak-pihak tersebut harus mampu

mempertanggungjawabkannya dan menerima tuntutan hukum atas

tindakan tersebut.

C. Partisipatif

Partisipatif adalah suatu kegiatan yang selalu mengikutsertakan

baik secara langsung maupun tidak langsung pihak-pihak yang

berkehendak untuk melakukan kerjasama. (terkena dampak oleh berbagai

kebijakan, kegiatan maupun program terkait. Dalam prinsip partisipatif

proses konsultasi, dialog, dan negosiasi pihak-pihak yang terkait dalam

suatu kerjasama dalam menentukan tujuan harus dicapai dalam

kesepakatan bersama).

D. Efisiensi

Dalam melaksanakan kerjasama antara Pemerintah Dearah

dengan Pihak Ketiga harus mempertimbangkan nilai efisiensi yaitu

5

Page 6: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

bagaimana menekan biaya untuk memperoleh suatu hasil tertentu, atau

bagaimana menggunakan biaya yang sama tetapi dapat mencapai hasil

yang masksimal.

E. Efektif

Dalam melaksanakan kerjasama antara Pemerintah Daerah

dengan Pihak Ketiga harus mempertimbangkan nilai efektivitas yaitu

selalu mengukur keberhasilan dengan membandingkan target dan tujuan

yang telah ditetapkan dalam kerjasama dengan hasil yang diperoleh

dalam kerjasama.

F. Konsensus

Dalam melaksanakan kerjasama Pemerintah Daerah dengan

Pihak Ketiga harus dicari titik temu, agar masing–masing pihak dapat

menyetujui suatu keputusan yang disepakati, atau dengan kata lain

keputusan sepihak tidak dapat diterima dalam kerjasama tersebut.

G. Saling Menguntungkan dan Memajukan

Dalam pelaksanaan kerjasama antara Pemerintah Daerah

dengan pihak ketiga harus didasarkan pada pemahaman bahwa kedua

belah pihak (atau lebih) akan mendapatkan keuntungan dalam versinya

masing-masing. Dan tindakan tersebut akan memberikan kemajuan baik

pada organisasi pemerintah, pihak ketiga serta memberikan kemanfaatan

kepada masyarakat luas.

Selain enam prinsip utama di atas, beberapa prinsip lain yang perlu

dipergunakan sebagai acuan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan

kerjasama dengan pihak ketiga adalah :

1. Kerjasama dibangun untuk kepentingan umum.

2. Keterkaitan yang dijalin atas dasar saling membutuhkan.

3. Keberadaan kerjasama saling memperkuat pihak-pihak yang terlibat.

4. Adanya kepastian hukum.

5. Tertib penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

6

Page 7: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

6. Kerjasama dilakukan bukan karena suatu upaya politik akan tetapi suatu

pertimbangan untuk mencapai suatu tujuan yang saling mendorong, saling

mengormati dan menguntungkan kedua belah pihak.

7

Page 8: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

BAB III

RUANG LINGKUP KERJASAMA

Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang diberikan

oleh penyelenggara pelayanan publik baik Instansi Pemerintah maupun

Pemerintah Daerah serta lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk

(penyediaan/pemberian) barang dan atau jasa, dalam rangka pelaksanaan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan jenis, fungsi dan kebutuhan, ruang lingkup bidang

pelayanan publik yang dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga, dapat

dikelompokkan ke dalam :

A. Pelayanan Publik di Bidang Admistrasi :

Yaitu Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi

yang dibutuhkan oleh masyarakat, seperti status kewarganegaraan,

sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu

barang, antara lain :

1. Kependudukan : dalam hal pencetakan blangko dan kepengurusan

Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte Pernikanan, Akte Kelahiran, Akte

Kematian dan sejenisnya.

2. Kepengurusan Perizinan atara lain adalah ; Izin Lokasi, IPPT, IMB, HO,

Izin Trayek, Izin Reklame, Izin Usaha Kepariwisataan, Izin sewa tanah,

Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Izin Mengemudi

(SIM), Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Tanda Nomor

Kendaraan Bermotor (STNK), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), paspor,

Sertifikat kepemilikan/penguasaan Tanah dan sejenisnya.

B. Pelayanan Publik di Bidang Barang :

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang

digunakan dan dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya :

1. Air Bersih

2. Perumahan

8

Page 9: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

3. Irigasi,

4. Jaringan telepon

5. Tenaga listrik, dan sejenisnya

C. Pelayanan Publik dibidang Jasa :

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang

dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya : Rumah Sakit, Pemakaman,

Drainase, Jalan, Air Limbah, Pasar, Terminal Bis, Pemadam Kebakaran,

Persampahan, Penyelenggaraan Transportasi, Pendidikan, Tempat

Pemotongan Hewan dan sejenisnya.

D. Pelayanan Publik Pengembangan Sektor Unggulan :

Yaitu pelayanan dalam pengembangan kebutuhan daerah untuk

melakukan kewenangan yang berdasarkan pertimbangan urusan-urusan

unggulan daerah dan dapat memajukan daerah, yang penentuannya

berdasarkan atas perhitungan daerah sendiri didalam pengembangannya

akan membawa dampak yang besar terhadap pembangunan sosial dan

ekonomi daerah yang bersangkutan, seperti Pertanian, Pertambangan,

Kehutanan, Perkebunan, Perikanan, Industri, Perdagangan, Pariwisata

dan lain sejenisnya.

9

Page 10: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

BAB IV

BENTUK KERJASAMA

Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga mempunyai

bentuk, masing-masing bentuk didasarkan pada jenis kegiatan/bidang yang

akan dikerjasamakan, baik berupa kontrak manajemen, penyertaan aset

daerah sebagai modal, pemberdayaan sumber daya alam yang dimiliki

daerah maupun pembangunan infrastruktur perkotaan/pedesaan.

Secara spesifik bentuk–bentuk kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak

Ketiga dapat dibedakan sebagai berikut :

A. Kontrak Operasional ( Operating Contract (OC) )

Kerjasama Operasional adalah kerjasama dimana pemerintah

memberikan hak pengelolaan atas aset yang dimilikinya untuk dikelola

dan dioperasikan dalam jangka waktu tertentu kepada pihak ketiga.

Kerjasama Operasional ini dilakukan untuk suatu kegiatan yang dalam

pengoperasian/pengelolaan memerlukan teknologi dan keahlian tertentu

seperti dalam kegiatan pertambangan, kehutanan, pengelolaan sarana

dan prasarana dan sejenisnya. Dalam kerjasama ini pihak ketiga

bertanggung jawab menyediakan modal kerja, keahlian dan teknologi

tertentu, melakukan pengoperasian dan pemeliharaan, menjual produk

atau jasa pelayanan serta memenuhi kewajiban memberi kompensasi

kepada pemerintah dalam bentuk imbal jasa yang diperoleh dari kegiatan

yang dikerjasamakan.

1. Keuntungan Kontrak Operasi

Keuntungan langsung adalah :

a. Sebagian resiko ditanggung oleh pihak ketiga sebagai pihak yang

membangun proyek.

b. Menerima kompensasi dari pihak ketiga dalam bentuk imbal jasa

yang diperoleh dari kegiatan yang dikerjasamakan.

Keuntungan tidak langsung adalah :

10

Page 11: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

a. Kegiatan-kegiatan seperti dibidang pertambangan, kehutanan,

pengelolaan sarana dan prasarana yang telah direncanakan dapat

direalisasikan dengan lebih cepat yaitu dengan memberikan

kesempatan kepada pihak ketiga.

b. Terpenuhinya target untuk melaksanakan pemerataan

pembangunan dan upaya mengembangkan kegiatan di bidang

pertambangan, kehutanan, pengelolaan sarana dan prasarana

dengan teknologi baru di daerah-daerah yang membutuhkan.

c. Mengurangi penggunaan dana dari anggaran daerah.

d. Mengikutsertakan masyarakat dalam mengembangkan kegiatan-

kegiatan di bidang pertambangan, kehutanan, pengelolaan sarana

dan prasarana.

e. Peningkatan efisiensi di bidang konstruksi, operasi dan

pemeliharaan dari sektor publik untuk mencapai keuntungan yang

optimal dalam suasana kompetisi yang ketat.

f. Meningkatnya efisiensi ekonomi melalui penetapan harga yang

transparan dan subsidi silang yang terukur dengan baik.

g. Merangsang investasi atau mengundang investor lainnya untuk

menanamkan modalnya di bidang pertambangan, kehutanan dan

sejenisnya.

2. Kerugian Kontrak Operasi :

a. Melepaskan sumber pendapatan potensial yang berasal dari aset-

aset yang dimiliki Pemerintah Daerah.

b. Adanya kemungkinan ditetapkan keuntungan yang ditargetkan oleh

pihak ketiga untuk mengantisipasi potensi kegagalan proyek,

berada jauh di atas standar, sehingga mengakibatkan harga produk

dan jasa menjadi tinggi.

c. Dalam beberapa hal Pemerintah Daerah ditugasi untuk

melaksanakan dan menyelesaikan tugas–tugas yang sulit, seperti

masalah pembebasan tanah untuk mendirikan fasilitas yang

diperlukan dalam kerjasama.

11

Page 12: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

3. Kelemahan Kontrak Operasional :

a. Bila resiko yang dihadapi pihak ketiga terlalu besar, maka pihak

ketiga cenderung untuk menaikkan harga.

b. Terdapat kemungkinan setelah masa penyerahan hak milik

kegiatan pertambangan atau kehutanan ataupun sarana dan

prasana yang sebelumnya dioperasionalkan dan dikelola oleh pihak

ketiga sudah tidak menguntungkan pihak Pemerintah Daerah.

B. Kontrak Patungan ( Joint Venture Contract (JVC) )

Kontrak Patungan adalah kerjasama dimana Pemerintah Daerah

bersama-sama pihak ketiga membentuk suatu badan usaha patungan

dalam bentuk perseroan.

Perusahaan patungan ini diberi tanggung jawab atas

pembangunan atau pengelolaan suatu aset yang dimiliki oleh perusahaan

patungan tersebut, termasuk segala kegiatan yang menjadi lingkup usaha

perusahaan patungan.

Pembagian resiko dan keuntungan sebagai hasil dari usaha

patungan diperhitungkan berdasarkan proporsi besarnya nilai penyertaan

aset dan modal dari masing-masing pihak, setelah dikurangi dengan

penyusutan, biaya modal kerja, biaya operasi dan pemeliharaan,

pembayaran hutang, dan lain-lain.

Setelah masa berakhirnya kontrak, aset atau modal yang

dikuasakan kepada perusahaan patungan akan dikembalikan kepada

masing-masing pihak sesuai kondisi sebagaimana yang ditetapkan dalam

kontrak.

1. Keuntungan Kontrak Patungan

Keuntungan yang diperoleh Pemerintah Daerah dengan menggunakan

sistem Kerjasama Patungan ini antara lain sebagai berikut :

a. Pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang telah direncanakan

dapat direalisasikan dengan lebih cepat, sehingga tidak lagi harus

bergantung kepada anggaran dana dari Pemerintah Daerah.

12

Page 13: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

b. Terpenuhinya target untuk melaksanakan pemerataan

pembangunan dan pembangunan infrastruktur dengan teknologi

baru di daerah-daerah yang membutuhkan.

c. Mengurangi penggunaan dana dari anggaran daerah.

d. Dapat mengurangi beban Pemerintah Daerah dan

mendistribusikan resiko pembangunan kepada pihak ketiga.

e. Mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur.

f. Peningkatan efisiensi dibidang konstruksi, operasi dan

pemeliharaan dari sektor publik untuk mencapai keuntungan yang

optimal dalam suasana kompetisi yang ketat.

g. Meningkatnya efisiensi ekonomi melalui penetapan harga yang

transparan dan subsidi silang yang terukur dengan baik.

h) Dengan adanya fasilitas-fasilitas infrastruktur yang lebih baik,

maka hal ini akan menjadi salah satu daya tarik untuk mengundang

investor lainnya untuk menanamkan modalnya.

2. Kerugian Kontrak Patungan

a. Melepaskan sumber pendapatan potensial yang berasal dari aset-

aset yang dimiliki Pemerintah Daerah.

b. Dalam beberapa hal dan biasanya, Pemerintah Daerah diminta

untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang sulit,

seperti masalah pembebasan lahan untuk mendirikan fasilitas

bersangkutan.

c. Bila resiko yang dihadapi pihak ketiga terlalu besar, maka pihak

ketiga cenderung untuk menaikkan harga mereka .

d. Terdapat kemungkinan setelah masa penyerahan hak milik,

pengelolaan sarana dan prasarana yang sebelumnya dioperasikan

dan dikelola oleh pihak ketiga sudah tidak menguntungkan.

3. Kelemahan Kontrak Patungan.

a. Bila resiko yang dihadapi pihak ketiga terlalu besar, maka pihak

ketiga cenderung untuk menaikkan harga.

13

Page 14: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

b. Terdapat kemungkinan setelah masa penyerahan hak milik

pengelola kegiatan ataupun sarana dan prasana yang sebelumnya

dioperasionalkan dan dikelola oleh pihak ketiga sudah tidak

menguntungkan pihak Pemerintah Daerah.

C. Kontrak Pelayanan ( Service Contract (SC) )

Kontrak Pelayanan adalah bentuk kerjasama dimana pihak ketiga

diberi tanggung jawab untuk melaksanakan pelayanan jasa untuk suatu

jenis pelayanan tertentu dalam jangka waktu tertentu pula, misalnya

perawatan jaringan, penagihan rekening dan lain-lain.

a. Keuntungan Kontrak Pelayanan.

Keuntungan yang diperoleh pemerintah dengan menggunakan sistem

Kontrak Pelayanan ini antara lain adalah sebagai berikut :

a. Tersedianya fasilitas jasa pelayanan publik secara cepat. Dengan

memberikan kesempatan kepada pihak ketiga untuk ikut

berpartisipasi dalam penyediaaan fasilitas jasa pelayanan publik,

akan lebih mempercepat ketersediaan pelayanan publik yang

dibutuhkan masyarakat.

b. Memperoleh efisiensi biaya.

c. Sebagian resiko ditanggung oleh Pihak Ketiga.

d. Peningkatan kualitas jasa pelayanan publik melalui penggunaan

peralatan dan teknologi yang canggih yang mendukung efisiensi.

e. Menciptakan lapangan kerja baru.

b. Kerugian Kontrak Pelayanan.

a. Melepaskan hak monopoli untuk memberikan jasa pelayanan publik

dengan menyerahkan kepada pihak ketiga.

b. Melepaskan sumber pendapatan potensial yang berasal dari aset

aset yang dimiliki Pemerintah Daerah.

14

Page 15: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

c. Kelemahan Kontrak Pelayanan

a. Pihak ketiga cenderung hanya mau bekerja sama untuk bidang-

bidang kegiatan yang menguntungkan.

b. Bila resiko yang dihadapi pihak ketiga terlalu besar, maka pihak

ketiga cenderung untuk menaikkan harga mereka.

c. Terdapat kemungkinan setelah masa kontrak berakhir, pemerintah

tidak dapat mengendalikan kegiatan yang sebelumnya dipegang

oleh pihak ketiga.

D. Kontrak Kelola ( Management Contract ( MC ) )

Kontrak Kelola adalah bentuk kerjasama di mana pihak ketiga

diberi tanggung jawab untuk mengelola sarana / prasarana yang diimiliki

Pemerintah Daerah, sementara yang dikontrakkan adalah jabatan dalam

suatu organisasi atau manajemen saja.

Dalam pelaksanaannya, bentuk kerjasama ini pihak ketiga diberi

tanggung jawab untuk mengelolaan suatu proyek atau aset yang dimiliki

oleh Pemerintah Daerah yang berkaitan dengan penyediaan jasa untuk

mengelola baik sebagian atau seluruh aset tersebut, termasuk penyediaan

modal kerja, pengoperasian, pemeliharaan serta pemberian layanan

kepada masyarakat pengguna jasa layanan tersebut.

1. Keuntungan Kontrak Kelola

a. Pembangunan suatu proyek yang telah direncanakan dapat

direalisasikan yaitu tersedianya fasilitas infrastruktural vital secara

cepat.

b. Dapat mengurangi beban Pemerintah Daerah, mendistribusikan

resiko pembangunan kepada pihak ketiga.

c. Memperoleh efisiensi biaya dalam pembangunan dan operasi jasa

infrastrukturnya.

d. Mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangan kerjasama

e. Sebagian resiko ditanggung oleh pihak ketiga

15

Page 16: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

f. Menciptakan lapangan kerja baru.

2. Kerugian Kontrak Kelola

a. Melepaskan hak monopoli untuk menguasai dan mengelola aset-

aset strategis di bidang-bidang usaha tertentu dan menyerahkan

kepada pihak ketiga

b. Melepaskan sumber pendapatan potensial yang berasal dari aset-

aset milik Pemerintah Dearah tersebut.

3. Kelemahan Kontrak Kelola.

a. Pihak ketiga cenderung hanya mau bekerja sama untuk

membangun proyek di lokasi-lokasi dan proyek-proyek yang sangat

menguntungkan.

b. Bila resiko yang dihadapi pihak ketiga terlalu besar, maka pihak

ketiga cenderung untuk menaikkan harga mereka.

c. Terdapat kemungkinan setelah masa penyerahan hak milik, proyek

yang dikelola sudah tidak menguntungkan.

E. Kontrak Sewa (Lease Contract (LC))

Kontrak Sewa adalah bentuk kerjasama di mana pihak ketiga

menyewakan suatu fasilitas infrastruktur tertentu kepada Pemerintah

Daerah dalam suatu jangka waktu tertentu untuk kemudian dioperasikan

dan dipelihara. Pihak ketiga di sini yang menyediakan modal kerja untuk

pengoperasian dan pemeliharaan termasuk penggantian bagian - bagian

tertentu.

1. Keuntungan Kontrak Sewa

a. Pembangunan suatu proyek yang telah direncanakan dapat

direalisasikan yaitu tersedianya fasilitas infrastruktural vital secara

cepat. Dengan diberikannya kesempatan kepada pihak ketiga

untuk ikut berpartisipasi dalam penyediaan fasilitas infrastruktur

berarti fasilitas infrastruktur lebih cepat pula tersedia bagi pemakai

karena tidak lagi harus bergantung kepada Pemerintah Daerah.

16

Page 17: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

b. Terpenuhinya target untuk melaksanakan pemerataan

pembangunan dan upaya mengembangkan serta memenuhi

kebutuhan infrastruktur dengan teknologi baru di daerah-daerah

yang membutuhkan.

c. Mengurangi penggunaan dana dari anggaran Pemerintah Daerah

d. Dapat mengurangi beban Pemerintah Daerah dan mendistribusikan

resiko pembangunan kepada pihak ketiga.

e. Pemerintah Daerah tidak perlu menyediakan modal kerja untuk

pengoperasian dan pemeliharaan yang dimaksud, termasuk

penggantian bagian-bagian tertentu.

f. Peningkatan efisiensi di bidang konstruksi, operasi dan

pemeliharaan sebagian resiko ditanggung oleh swasta sebagai

pihak yang membangun proyek.

g. Peningkatan kualitas infrastruktur melalui penggunaan peralatan

dan teknologi yang canggih.

h. Merangsang investasi di bidang industri dan permodalan. Dengan

adanya fasilitas-fasilitas infrastruktur yang lebih baik, maka hal ini

akan menjadi salah satu daya tarik untuk mengundang investor

untuk menanamkan modalnya.

i. Menciptakan lapangan kerja baru.

2. Kerugian Kontrak Sewa

a. Melepaskan hak monopoli untuk menguasai dan mengelola aset-

aset strategis di bidang-bidang usaha tertentu dan menyerahkan

kepada pihak ketiga.

b. Adanya kemungkinan ditetapkan keuntungan yang ditargetkan oleh

pihak ketiga untuk mengantisipasi potensi kegagalan proyek,

berada jauh di atas standar, sehingga mengakibatkan harga produk

dan jasa menjadi tinggi.

17

Page 18: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

3. Kelemahan Kontrak Sewa

a. Pihak ketiga cenderung hanya mau bekerja sama untuk

membangun proyek di lokasi-lokasi dan proyek-proyek yang sangat

menguntungkan.

b. Bila resiko yang dihadapi swasta terlalu besar, maka swasta

cenderung untuk menaikkan harga mereka.

F. Kontrak Konsesi ( Concession Contract (CC) )

Kontrak Konsesi adalah bentuk kerjasama di mana Pihak Ketiga

diberi tanggung jawab untuk menyediakan jasa pengelolaan atas sebagian

atau seluruh sistem infrastruktur tertentu, termasuk pengoperasian dan

pemeliharaan fasilitas serta pemberian layanan kepada masyarakat dan

penyediaan modal kerjanya.

1. Keuntungan Kontrak Kontrak Konsesi

a. Pengembangan sistem infrastruktur yang telah direncanakan dapat

direalisasikan lebih cepat. Dengan diberikannya kesempatan

kepada Pihak Ketiga untuk ikut berpartisipasi dalam

pengembangan fasilitas infrastruktur berarti fasilitas infrastruktur

lebih cepat pula tersedia bagi pemakai karena tidak lagi harus

bergantung kepada Pemerintah Daerah.

b. Terpenuhinya target untuk melaksanakan pemerataan

pembangunan dan upaya mengembangkan serta memenuhi

kebutuhan infrastruktur dengan teknologi baru di daerah-daerah

yang membutuhkan.

c. Mengurangi penggunaan dana dari anggaran Pemerintah Daerah.

d. Mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan proyek

sehingga menciptakan lapangan kerja baru.

18

Page 19: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

2. Kerugian Kontrak Konsesi :

a. Melepaskan hak monopoli untuk menguasai dan mengelola aset-

aset strategis di bidang-bidang usaha tertentu dan menyerahkan

kepada Pihak Ketiga.

b. Adanya kemungkinan ditetapkan keuntungan yang ditargetkan oleh

developer (pengembang) untuk mengantisipasi potensi kegagalan

proyek, berada jauh di atas standar, sehingga mengakibatkan

harga produk dan jasa menjadi tinggi. Sementara itu pemerintah

dengan kewajibannya untuk melindungi kepentingan umum dalam

mendapatkan produk dan jasa infrastruktur bersangkutan,

mengalami kesulitan untuk menilai kewajaran dari perhitungan-

perhitungan yang mendasari harga yang diajukan dalam usulan

proyek tersebut.

3. Kelemahan Kontrak Konsesi :

a. Swasta cenderung hanya mau bekerja sama untuk

mengembangkan fasilitas prasarana atau sarana dan di lokasi-

lokasi yang sangat menguntungkan.

b. Terdapat kemungkinan setelah masa penyerahan hak milik, proyek

yang semula dikelola oleh Pihak Ketiga sudah tidak

menguntungkan.

G. Kontrak Bangun / Rehabilitasi

1. Kontrak Bangun Kelola Alih Milik (Build Operate&Transfer (BOT))

Kontrak Bangun Kelola Alih Milik adalah kerjasama dimana

pihak ketiga bertanggung jawab membangun proyek infrastruktur,

termasuk pembiayaannya yang kemudian dilanjutkan dengan

pengoperasian dan pemeliharaannya sampai pada waktu tertentu

sesuai dengan kesepakatan kemudian proyek tersebut diserahkan

kepada Pemerintah Daerah. Dalam pelaksaan kerjasama ini, pihak

ketiga diberi tanggung jawab dan hak untuk membangun

19

Page 20: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

proyek/kegiatan usaha, termasuk membiayai, mengelola/memelihara

untuk jangka waktu tertentu .

a. Keuntungan Kontrak Bangun Kelola Alih Milik

Keuntungan yang diperoleh pemerintah dengan menggunakan

bentuk Kontrak Bangun Kelola Alih Milik ini dapat berupa

keuntungan yang dapat dimanfaatkan baik secara langsung

maupun tidak langsung.

1) Keuntungan langsung :

a) Pembangunan suatu proyek yang telah direncanakan dapat

direalisasikan yaitu tersedianya fasilitas infrastruktural vital

secara cepat.

b) Terpenuhinya target untuk melaksanakan pemerataan

pembangunan dan upaya mengembangkan serta memenuhi

kebutuhan infrastruktur dengan teknologi baru di daerah-

daerah yang membutuhkan.

c) Mengurangi penggunaan dana dari anggaran Pemerintah

Daerah

d) Dapat mengurangi beban Pemerintah Daerah

mendistribusikan resiko pembangunan kepada Pihak Ketiga.

e) Sebagian resiko ditanggung oleh Pihak Ketiga sebagai

pihak yang membangun proyek.

f) Peningkatan kualitas infrastruktur melalui penggunaan

peralatan dan teknologi yang canggih dalam rangka efisiensi

maupun efektivitas.

2) Keuntungan tidak langsung :

a) Merangsang investasi di bidang industri dan permodalan,

dengan adanya fasilitas-fasilitas infrastruktur yang lebih baik

akan menjadi salah satu daya tarik untuk mengundang

investor.

20

Page 21: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

b) Mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal dengan makin

banyaknya pihak swasta membiayai pembangunan dan

fasilitas infrstruktur.

b. Kerugian Kontrak Bangun Kelola alih Milik

1) Melepaskan hak monopoli untuk menguasai dan mengelola

aset-aset strategis di bidang-bidang usaha tertentu dan

menyerahkan kepada Pihak Ketiga.

2) Melepaskan sumber pendapatan potensial yang berasal dari

aset-aset tersebut

3) Adanya kemungkinan ditetapkan keuntungan yang ditargetkan

oleh developer untuk mengantisipasi potensi kegagalan proyek,

berada jauh di atas standar, sehingga mengakibatkan harga

produk dan jasa menjadi tinggi.

4) Dalam beberapa hal dan biasanya, pemerintah diminta untuk

melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang sulit,

seperti masalah pembebasan lahan untuk mendirikan fasilitas

bersangkutan.

c. Kelemahan Kontrak Bangun Alih Kelola

1) Pihak Ketiga cenderung hanya mau bekerjasama untuk

membangun proyekdi lokasi-lokasi dan kegiatan yang

menguntungkan.

2) Bila resiko yang dihadapi pihak ketiga terlalu besar, maka pihak

ketiga cenderung untuk menaikan harga.

3) Terdapat kemungkinan setelah masa penyerahan hal milik

kepada Pemerintah Daerah, proyek/kegiatan yang dibangun

sudah tidak mengutungkan.

2. Kontrak Bangun Alih Milik (Build & Transfer ( BT ))

Kontrak Bangun Alih Milik merupakan bentuk kerjasama di

mana Pihak Ketiga bertanggung jawab untuk membangun proyek

21

Page 22: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

infrastruktur termasuk membiayai dan setelah selesai

pembangunannya, kepemilikan fasilitas akan diserahkan kepada

Pemerintah Daerah. Dalam pelaksanaannya, bentuk kerjasama ini

Pihak Ketiga bertanggung jawab membangun suatu proyek/kegiatan

usaha termasuk membiayai pembangunannya kemudian menyerahkan

kepemilikannya kepada Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

a. Keuntungan Kontrak Bangun Alih Milik

1) Bagi Pemerintah Pembangunan suatu proyek yang telah

direncanakan dapat direalisasikan yaitu tersedianya fasilitas

infrastruktural vital secara cepat.

2) Terpenuhinya target untuk melaksanakan pemerataan

pembangunan dan upaya mengembangkan serta memenuhi

kebutuhan infrastruktur dengan teknologi baru di daerah-daerah

yang membutuhkan.

3) Mengurangi penggunaan dana dari anggaran Pemerintah

Daerah.

4) Menghindari pinjaman yang berbunga tinggi sebab pembiayaan

metoda Kontrak Bangun Alih Milik ini tidak dianggap sebagai

suatu hutang.

5) Dapat mengurangi beban Pemerintah Daerah , mendistribusikan

resiko pembangunan kepada pihak ketiga, meningkatkan

kompetisi dan meningkatkan kegiatan operasi sektor

infrastruktur yang bersangkutan.

6) Memperoleh efisiensi biaya dalam pembangunan dan operasi

jasa infrastrukturnya.

7) Mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan proyek

sehingga menciptakan lapangan kerja baru.

8) Sebagian resiko ditanggung oleh pihak Ketiga sebagai pihak

yang membangun proyek.

22

Page 23: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

9) Peningkatan kualitas infrastruktur melalui penggunaan peralatan

dan teknologi yang canggih dalam rangka efisiensi dan

efektifitas.

b. Kerugian Kontrak Bangun Alih Milik :

1) Adanya kemungkinan ditetapkan keuntungan yang ditargetkan

oleh developer untuk mengantisipasi potensi kegagalan proyek,

berada jauh di atas standar, sehingga mengakibatkan harga

produk dan jasa menjadi tinggi.

2) Dalam beberapa hal Pemerintah Daerah diminta untuk

melakukan dan menyelesaiakan tugas – tugas sulit, seperti

pembebasan lahan untuk keperluan kerjasama dan sebagainya.

c. Kelemahan Kontrak Bangun Alih Milik :

1) Pihak ketiga cenderung hanya mau berkerjasama untuk

membangun proyek/kegiatan di lokasi yang sangat

menguntungkan.

2) Bila resiko yang dihadapi Pihhak Ketiga terlalu besar, maka

Pihak Ketiga cenderung menaikan harga mereka.

3. Kontrak Bangun Alih Milik dan Kelola (Build Transfer & Operate

(BTO))

Kontrak Bangun Alih Milik dan Kelola adalah bentuk kerjasama

di mana Pihak Ketiga bertanggung jawab untuk membangun

infrastruktur, termasuk membiayainya dan setelah selesai

pembangunannya proyek tersebut akan diserahkan penguasaan dan

kepemilikannya kepada Pemerintah Daerah.

Dalam pelaksanaannya, bentuk kerjasama ini pihak ketiga

bertanggungjawab membangun, termasuk membiayai proyek

kemudian menyerahkan kepemilikannya kepada Pemerintah Daerah .

Selanjutnya, pihak Ketiga diberi hak untuk mengoperasikan dan

23

Page 24: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

memelihara proyek dalam jangka waktu tertentu untuk pengembalian

modal investasinya serta memperoleh keuntungan yang wajar.

a. Keuntungan Kontrak Bangun Alilh Milik dan Kelola

1) Pembangunan suatu proyek yang telah direncanakan dapat

direalisasikan yaitu tersedianya fasilitas infrastruktural vital

secara cepat.

2) Terpenuhinya target untuk melaksanakan pemerataan

pembangunan dan upaya mengembangkan serta memenuhi

kebutuhan infrastruktur dengan teknologi baru di daerah-daerah

yang membutuhkan.

3) Mengurangi penggunaan dana dari anggaran Pemerintah

Daerah

4) Menghindari pinjaman yang berbunga tinggi sebab pembiayaan

metoda Kontrak Bangun Alih Milik dan Kelola ini tidak dianggap

sebagai suatu hutang.

5) Mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan proyek

sehingga menciptakan lapangan kerja baru.

6) Sebagian resiko ditanggung oleh Pihak Ketiga sebagai pihak

yang membangun proyek.

7) Peningkatan kualitas infrastruktur melalui penggunaan peralatan

dan teknologi yang canggih dalam rangka efisiensi dan

efektifitas.

b. Kerugian Kontrak Bangun Alih Milik Kelola

1) Adanya kemungkinan ditetapkan keuntungan yang ditargetkan

oleh Pihak Ketiga untuk mengantisipasi potensi kegagalan

proyek, berada jauh diatas standar, sehingga mengakibatkan

harga produk dan jasa menjadi tinggi.

2) Dalam beberapa hal dan biasanya, Pemerintah Daerah diminta

untuk melaksanakan dan menyelesaiakan tugas-tugas sulit,

24

Page 25: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

seperti masalah pembebasan tanah untuk mendirikan fasilitas

bersangkutan .

3) Dengan diserahkannya hak kepemilikan dari pihak ketiga

kepada pemerintah setelah pembangunan proyek selesai, maka

resiko pengembalian investasi atau proyek menjadi tanggung

jawab pemerintah sehingga kewajibannya untuk memberi atau

membayar idle capasity.

c. Kelemahan Kontrak Bangun Alih Milik dan Kelola

1) Jika pendapatan yang diperkirakan tidak tercapai, maka

kerugian akan diperoleh secara terus menerus, kesalahan

perhitungan mengenai tingkat pengembalian modal dari suatu

investasi akan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi

investor.

2) Harus melakukan studi kelayakan yang mendalam yang

memakan biaya yang sangat besar sebab metode Kontrak

Bangun Alih Milik dan Kelola ini banyak mengandung resiko dan

bersifat spekulatif.

3) Pihak investor hanya berhak untuk mengoperasikan dan

memelihara obyek Kontrak Bangun Alih Milik dan Kelola

tersebut sepanjang jangka waktu yang telah ditetapkan.

Otomatis hak untuk memperoleh keuntungan dari obyek kontrak

tersebut hanya terbatas sampai akhir masa kontrak saja.

4. Kontrak Bangun Kelola Milik (Build Operate & Owned (BOO))

Kontrak Bangun Kelola Miliki adalah merupakan bentuk

kerjasama di mana Pihak Ketiga bertanggung jawab dalam

membangun infrastruktur termasuk membiayainya dan selanjutnya

mengoperasikan dan memeliharanya. Pihak ketiga mendapat

pengembalian biaya investasi, operasi dan pemeliharaan serta

keuntungan yang wajar dengan cara memungut pembayaran dari

pemerintah atas pemakaian infrastruktur tersebut.

25

Page 26: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

Dalam pelaksanaannya, bentuk kerjasama ini Pihak Ketiga

diberi tanggungjawab dan hak untuk membangun, membiayai dan

selanjutnya mengoperasikan dan memelihara, memperoleh

keuntungan serta menanggung resiko proyek/kegiatan usaha yang

dilakukan.

Setelah kerjasama dan pengoprasian berakhir, seluruh aset

yang dimiliki oleh pihak swasta tetap menjadi milik yang bersangkutan

dan apabila diperlukan pengoperasiannya dapat diperpanjang sesuai

kesepakatan kontrak.

a. Keuntungan Kontrak Bangun Kelola Milik

1) Pembangunan suatu proyek yang telah direncanakan dapat

direalisasikan yaitu tersedianya fasilitas infrastruktural vital

secara cepat.

2) Terpenuhinya target untuk melaksanakan pemerataan

pembangunan dan upaya mengembangkan serta memenuhi

kebutuhan infrastruktur dengan teknologi baru di daerah-daerah

yang membutuhkan.

3) Mengurangi penggunaan dana dari anggaran Pemerintah

Daerah

4) Menghindari pinjaman yang berbunga tinggi sebab pembiayaan

metoda Kontrak Bangun Kelola Milik ini tidak dianggap sebagai

suatu hutang.

5) Mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan proyek

sehingga menciptakan lapangan kerja baru.

6) Sebagian resiko ditanggung oleh Pihak Ketiga sebagai pihak

yang membangun proyek.

7) Peningkatan kualitas infrastruktur melalui penggunaan peralatan

dan teknologi yang canggih dalam rangka efisiensi dan

efektifitas.

26

Page 27: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

b. Kerugian Kontrak Bangun Kelola Milik

1) Adanya kemungkinan ditetapkan keuntungan yang ditargetkan

oleh Pihak Ketiga untuk mengantisipasi potensi kegagalan

proyek, berada jauh diatas standar, sehingga mengakibatkan

harga produk dan jasa menjadi tinggi.

2) Dalam beberapa hal dan biasanya, Pemerintah Daerah diminta

untuk melaksanakan dan menyelesaiakan tugas-tugas sulit,

seperti masalah pembebasan tanah untuk mendirikan fasilitas

bersangkutan.

3) Dengan diserahkannya hak kepemilikan dari pihak ketiga

kepada pemerintah setelah pembangunan proyek selesai, maka

resiko pengembalian investasi atau proyek menjadi tanggung

jawab pemerintah sehingga kewajibannya untuk memberi atau

membayar idle capasity.

c. Kelemahan Kontrak Bangun Kelola Milik

1) Jika pendapatan yang diperkirakan tidak tercapai, maka

kerugian akan diperoleh secara terus menerus, kesalahan

perhitungan mengenai tingkat pengembalian modal dari suatu

investasi akan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi

investor.

2) Harus melakukan studi kelayakan yang mendalam yang

memakan biaya yang sangat besar sebab metode Kontrak

Bangun Kelola Milik ini banyak mengandung resiko dan bersifat

spekulatif.

3) Pihak investor hanya berhak untuk mengoperasikan dan

memelihara obyek Kontrak Bangun Kelola Milik tersebut

sepanjang jangka waktu yang telah ditetapkan. Otomatis hak

untuk memperoleh keuntungan dari obyek kontrak tersebut

hanya terbatas sampai akhir masa kontrak saja

27

Page 28: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

5. Kontrak Bangun Sewa Alih Milik (Build Lease & Transfer (BLT))

Kontrak Bangun Sewa Alih Miliki adalah merupakan bentuk

kerjasama di mana Pihak Ketiga bertanggung jawab untuk

membangun infrastuktur termasuk membiayainya. Pemerintah

menyewa infrastruktur tersebut melalui perjanjian sewa beli kepada

Pihak Ketiga selama jangka waktu tertentu dan setelah jangka waktu

kontrak berakhir, maka pemerintah menerima penguasaan dan

kepemilikan infrastruktur tersebut.

Secara operasional bentuk BLT adalah merupakan bentuk lain

dari BTO, namun dalam hal ini pihak swasta bertanggungjawab untuk

membangun proyek termasuk pembiayaannya dan setelah selesai

pembangunannya disewakan untuk dikelola dan dioperasikan

pemerintah dengan jangka waktu tertentu. Setelah perjanjian kontrak

berakhir, aset proyek yang bersangkutan menjadi milik pemerintah.

a. Keuntungan Kontrak Bangun Sewa Alih Milik

1) Pembangunan suatu proyek yang telah direncanakan dapat

direalisasikan yaitu tersedianya fasilitas infrastruktural vital

secara cepat. Dengan diberikannya kesempatan kepada Pihak

Ketiga untuk ikut berpartisipasi dalam penyediaan fasilitas

infrastruktur berarti fasilitas infrastruktur lebih cepat pula

tersedia bagi pemakai karena tidak lagi harus bergantung

kepada pemerintah.

2) Terpenuhinya target untuk melaksanakan pemerataan

pembangunan dan upaya mengembangkan serta memenuhi

kebutuhan infrastruktur dengan teknologi baru di daerah-daerah

yang membutuhkan.

3) Mengurangi penggunaan dana dari anggaran negara. Hal ini

merupakan kesempatan bagi pemerintah untuk merealokasikan

dana yang tersedia. Dengan telah dibiayainya pembangunan

fasilitas infrastruktur oleh Pihak Ketiga, maka pemerintah dapat

mengalihkan dana untuk pembayaran hutang atau membiayai

program-program pembangunan kesejahteraan sosial lainnya.

28

Page 29: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

4) Dapat mengurangi beban pemerintah, mendistribusikan resiko

pembangunan kepada Pihak Ketiga, meningkatkan kompetisi

dan meningkatkan kegiatan operasi sektor infrastruktur yang

bersangkutan.

5) Memperoleh efisiensi biaya dalam pembangunan dan operasi

jasa infrastrukturnya.

6) Mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan proyek

sehingga menciptakan lapangan kerja baru.

b. Kerugian Bangun Sewa Alih Milik

1) Melepaskan hak monopoli untuk menguasai dan mengelola

aset-aset strategis di bidang-bidang usaha tertentu dan

menyerahkan kepada Pihak Ketiga.

2) Melepaskan sumber pendapatan potensial yang berasal dari

aset-aset yang dimiliki Pemerintah Daerah.

3) Adanya kemungkinan ditetapkan keuntungan yang ditargetkan

oleh developer untuk mengantisipasi potensi kegagalan proyek,

berada jauh di atas standar, sehingga mengakibatkan harga

produk dan jasa menjadi tinggi.

c. Kelemahan Kontrak Bangun Sewa Alih Milik

1) Swasta cenderung hanya mau bekerja sama untuk membangun

proyek di lokasi-lokasi dan proyek-proyek yang sangat

menguntungkan.

2) Bila resiko yang dihadapi swasta terlalu besar, maka swasta

cenderung untuk menaikkan harga mereka.

3) Terdapat kemungkinan setelah masa penyerahan hak

penguasaan dan kepemilikan, proyek yang dibangun sudah

tidak menguntungkan.

29

Page 30: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

6. Kontrak Rehabilitasi Alih Milik dan Kelola (Rehabilitation Own &

Operate (ROO))

Kontrak Rehabilitasi Alih Milik dan Kelola adalah merupakan

bentuk kerja sama di mana suatu fasilitas infrastruktur milik pemerint

ah diserahkan kepada Pihak Ketiga untuk diperbaiki dan dioperasikan.

Pihak Ketiga mendapat pengembalian biaya rehabilitasi, operasi dan

pemeliharaan serta keuntungan yang wajar dengan cara memungut

pembayaran dari pemerintah atas pemakaian infrastruktur tersebut.

a. Keuntungan Kontrak Rehabilitasi Alih Milik Kelola

1) Pembangunan suatu proyek yang telah direncanakan dapat

direalisasikan yaitu tersedianya fasilitas infrastruktural vital

secara cepat. Dengan diberikannya kesempatan kepada Pihak

Ketiga untuk ikut berpartisipasi dalam penyediaan fasilitas

infrastruktur berarti fasilitas infrastruktur lebih cepat pula

tersedia bagi pemakai karena tidak lagi harus bergantung

kepada pemerintah.

2) Terpenuhinya target untuk melaksanakan pemerataan

pembangunan dan upaya mengembangkan serta memenuhi

kebutuhan infrastruktur dengan teknologi baru di daerah-daerah

yang membutuhkan.

3) Mengurangi penggunaan dana dari anggaran Pemerintah

Daerah.

4) Dapat mengurangi beban Pemerintah Daerah , mendistribusikan

resiko pembangunan kepada Pihak Ketiga, meningkatkan

kompetisi dan meningkatkan kegiatan operasi sektor

infrastruktur yang bersangkutan.

5) Memperoleh efisiensi biaya dalam pembangunan dan operasi

jasa infrastrukturnya.

6) Mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan proyek

sehingga menciptakan lapangan kerja baru.

30

Page 31: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

7) Sebagian resiko ditanggung oleh Pihak Ketiga sebagai pihak

yang memperbaiki proyek.

8) Merangsang investasi di bidang industri dan permodalan.

Dengan adanya fasilitas-fasilitas infrastruktur yang lebih baik,

maka hal ini akan menjadi salah satu daya tarik untuk

mengundang investor untuk menanamkan modalnya.

b. Kerugian Kontrak Rehabilitasi Alih Milik Kelola

1) Adanya kemungkinan ditetapkan keuntungan yang ditargetkan

oleh developer untuk mengantisipasi potensi kegagalan proyek,

berada jauh di atas standar, sehingga mengakibatkan harga

produk dan jasa menjadi tinggi.

2) Sementara itu pemerintah dengan kewajibannya untuk

melindungi kepentingan umum dalam mendapatkan produk dan

jasa infrastruktur bersangkutan, mengalami kesulitan untuk

menilai kewajaran dari perhitungan-perhitungan yang mendasari

harga yang diajukan dalam usulan proyek tersebut.

c. Kelemahan Kontrak Rehabilitasi Alih Milik Kelola

1) Jika arus pendapatan yang diperkirakan tidak tercapai, maka

kerugian akan diperoleh secra terus menerus. Kesalahan

perhitungan mengenai tingkat pengembaian modal dari suatu

investasi akan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi

investor.

2) banyak resiko yang dihadapi dan dibebankan kepada Pihak

ketiga.

3) Pihak Ketiga hanya bertindak untuk mengoperasikan dan

memelihara dari obyek kontrak tersebut untuk jangka waktu

tertentu sehingga ia tidak berhak untuk memiliki dan

mengoperasian obyek BOT tersebut melebihi jangka waktu yang

ditetapkan.

31

Page 32: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

7. Kontrak Rehabilitasi Kelola dan Alih Milik (Rehabilitation Operate

& Transfer (ROT))

Kontrak Rehabilitasi Kelola dan Alih Milik adalah bentuk

kerjasama di mana aset atau infrastruktur milik pemerintah diserahkan

kepada Pihak ketiga untuk diperbaiki, dioperasikan dan dipelihara

dalam jangka waktu tertentu. Pada waktu berakhirnya kerjasama

fasilitas tersebut diserahkan kembali kepada pemerintah.

a. Keuntungan Kontrak Bangun Rehabilitasi Kelola Alih Milik

1) Mengurangi penggunaan dana dari anggaran Pemerintah

Daerah

2) Memperoleh efisiensi biaya dalam pembangunan dan operasi

jasa infrastrukturnya.

3) Mengikutsertakan masyarakat dalam perbaikan fasilitas

infrastruktur sehingga menciptakan lapangan kerja baru.

4) Sebagian resiko ditanggung oleh swasta sebagai pihak yang

membangun proyek.

b. Kerugian Kontrak Bangun Rehabilitasi Kelola Alih Milik

Adanya kemungkinan ditetapkan keuntungan yang ditargetkan oleh

developer untuk mengantisipasi potensi kegagalan proyek, berada

jauh di atas standar, sehingga mengakibatkan harga produk dan

jasa menjadi tinggi.

c. Kelemahan Kontrak Bangun Rehabilitasi Kelola Alih Milik

1) Pihak ketiga cenderung hanya mau bekerja sama untuk

memperbaiki fasilitas-fasilitas infrastruktur dan di lokasi-lokasi

yang sangat menguntungkan.

2) Bila resiko yang dihadapi Pihak Ketiga terlalu besar, maka

Pihak ketiga cenderung untuk menaikkan harga mereka.

32

Page 33: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

8. Kontrak Bangun Kembang Kelola dan Alih Milik (Develop Operate

& Transfer (DOT))

Merupakan bentuk kerjasama di mana Pihak Ketiga diberi hak

untuk mengembangkan prasarana yang sudah ada. Pihak Ketiga

diberikan peluang untuk mengembangkan potensi dan pengelolaannya

yang diintegrasikan dalam kerjasama induk.

a. Keuntungan Kontrak Bangun Kembang Kelola Alih Milik

1) Pengembangan prasarana yang telah direncanakan dapat

direalisasikan dengan cepat. Terpenuhinya target untuk

melaksanakan pemerataan pembangunan dan upaya

mengembangkan serta memenuhi kebutuhan infrastruktur

dengan teknologi baru di daerah-daerah yang membutuhkan.

2) Mengurangi penggunaan dana dari anggaran Pemerintah

Daerah

3) Dapat mengurangi beban pemerintah, mendistribusikan resiko

pembangunan kepada pihak Ketiga

4) Memperoleh efisiensi biaya dalam pembangunan dan operasi

jasa infrastrukturnya.

5) Mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan proyek

sehingga menciptakan lapangan kerja baru.

6) Peningkatan efisiensi di bidang konstruksi, operasi dan

pemeliharaan dari prasarana publik. lah hasil seleksi.

7) Sebagian resiko ditanggung oleh Pihak Ketiga sebagai pihak

yang membangun proyek. pasar modal dalam negeri.

b. Kerugian Kontrak Bangun Kembang Kelola Alih Milik

1) Melepaskan hak monopoli untuk menguasai dan mengelola

aset-aset strategis di bidang-bidang usaha tertentu dan

menyerahkan kepada pihak Ketiga.

2) Adanya kemungkinan ditetapkan keuntungan yang ditargetkan

oleh developer untuk mengantisipasi potensi kegagalan proyek,

33

Page 34: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

berada jauh di atas standar, sehingga mengakibatkan harga

produk dan jasa menjadi tinggi.

3) Sementara itu pemerintah dengan kewajibannya untuk

melindungi kepentingan umum dalam mendapatkan produk dan

jasa infrastruktur bersangkutan, mengalami kesulitan untuk

menilai kewajaran dari perhitungan-perhitungan yang mendasari

harga yang diajukan dalam usulan proyek tersebut.

c. Kelemahan Kontrak Bangun Kembang Kelola Alih Milik

1) Swasta cenderung hanya mau bekerja sama untuk

mengembangkan prasarana dan di lokasi-lokasi yang sangat

menguntungkan.

2) Bila resiko yang dihadapi swasta terlalu besar, maka swasta

cenderung untuk menaikkan harga mereka.

9. Kontrak Bangun Tambah Kelola dan Alih Milik (Add Operate &

Transfer (AOT))

Kontrak bangun Tambah kelola dan Alih Milik adalah

merupakan bentuk kerjasama di mana Pihak Ketiga melakukan

perluasan atau penambahan tertentu atas fasilitas infrastruktur yang

sudah ada, termasuk melakukan rehabilitasi yang diperlukan.Dalam

pelaksanaanya, bentuk kerjasama ini pihak swasta memperoleh hak

untuk melakukan perluasan atau penambahan suatu fasilitas

prasarana atau sarana yang sudah ada yang dimiliki oleh pemerintah,

termasuk melakukan rehabilitasi yang dilakukan.

Pemberian hak pengelolaan kepada Pihak ketiga dapat

dilakukan sebatas prasarana dan sarana yang diperluas atau ditambah

atau keseluruhan sistem prasarana dan sarana, baik yang sudah ada

maupun yang belum.

a. Keuntungan Kontrak Bangun Tambah Kelola Alih Milik

1) Pengembangan fasilitas prasarana atau sarana yang telah

direncanakan dapat direalisasikan dengan cepat.

34

Page 35: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

2) Terpenuhinya target untuk melaksanakan pemerataan

pembangunan dan upaya mengembangkan serta memenuhi

kebutuhan infrastruktur dengan teknologi baru di daerah-daerah

yang membutuhkan.

3) Mengurangi penggunaan dana dari anggaran Pemerintah

Daerah

4) Dapat mengurangi beban pemerintah, mendistribusikan resiko

pembangunan kepada Pihak Ketiga, meningkatkan kompetisi

dan meningkatkan kegiatan operasi sektor infrastruktur yang

bersangkutan.

5) Memperoleh efisiensi biaya dalam pembangunan dan operasi

jasa infrastrukturnya.

6) Mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangan fasilitas

prasarana atau sarana sehingga menciptakan lapangan kerja

baru.

7) Sebagian resiko ditanggung oleh Pihak Ketiga sebagai pihak

yang melakukan perluasan atau penambahan serta rehabilitasi

fasilitas prasarana atau sarana yang diperlukan.

b. Kerugian Kontrak Bangun Tambah Kelola Alih Milik

1) Adanya kemungkinan ditetapkan keuntungan yang ditargetkan

oleh developer untuk mengantisipasi potensi kegagalan proyek,

berada jauh di atas standar, sehingga mengakibatkan harga

produk dan jasa menjadi tinggi.

2) Sementara itu pemerintah dengan kewajibannya untuk

melindungi kepentingan umum dalam mendapatkan produk dan

jasa infrastruktur bersangkutan, mengalami kesulitan untuk

menilai kewajaran dari perhitungan-perhitungan yang mendasari

harga yang diajukan dalam usulan proyek tersebut.

3) Dalam beberapa hal dan biasanya, pemerintah diminta untuk

melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang sulit,

seperti masalah pembebasan lahan untuk melakukan perluasan

35

Page 36: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

atau penambahan fasilitas prasarana atau sarana

bersangkutan.

c. Kelemahan Kontrak Bangun Tambah Kelola Alih Milik

1) Swasta cenderung hanya mau bekerja sama untuk mengelola

fasilitas-fasilitas prasarana atau sarana dan di lokasi-lokasi yang

sangat menguntungkan.

2) Bila resiko yang dihadapi Pihak ketiga terlalu besar, maka Pihak

ketiga cenderung untuk menaikkan harga mereka.

10.Kontrak Bangun Konsesi (Consession Contract)

Kontrak Konsesi adalah bentuk kerjasama di mana Pihak

Ketiga diberi tanggungjawab untuk menyediakan jasa pengelolaan atas

sebagian atau seluruh sistem infrastruktur tertentu, termasuk

pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas serta pemberian layanan

kepada masyarakat dan penyediaan modal kerja.

a. Keuntungan Kontrak Konsesi

1) Pengembangan sistem infrastruktur yang telah direncanakan

dapat direalisasikan lebih cepat. Dengan diberikannya

kesempatan kepada Pihak Ketiga untuk ikut berpartisipasi

dalam pengembangan fasilitas infrastruktur berarti fasilitas

infrastruktur lebih cepat pula tersedia bagi pemakai karena tidak

lagi harus bergantung kepada Pemerintah Daerah.

2) Terpenuhinya target untuk melaksanakan pemerataan

pembangunan dan upaya mengembangkan serta memenuhi

kebutuhan infrastruktur dengan teknologi baru di daerah-daerah

yang membutuhkan.

3) Mengurangi penggunaan dana dari anggaran Pemerintah

Daerah.

4) Mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan proyek

sehingga menciptakan lapangan kerja baru.

36

Page 37: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

b. Kerugian Kontrak Bangun Tambah Kelola Alih Milik

1) Melepaskan hak monopoli untuk menguasai dan mengelola

aset-aset strategis di bidang-bidang usaha tertentu dan

menyerahkan kepada pihak Ketiga

2) Adanya kemungkinan ditetapkan keuntungan yang ditargetkan

oleh developer (pengembang) untuk mengantisipasi potensi

kegagalan proyek, berada jauh di atas standar, sehingga

mengakibatkan harga produk dan jasa menjadi tinggi.

Sementara itu pemerintah dengan kewajibannya untuk

melindungi kepentingan umum dalam mendapatkan produk dan

jasa infrastruktur bersangkutan, mengalami kesulitan untuk

menilai kewajaran dari perhitungan-perhitungan yang mendasari

harga yang diajukan dalam usulan proyek tersebut.

c. Kelemahan Kontrak Bangun Tambah Kelola Alih Milik

1) Swasta cenderung hanya mau bekerja sama untuk mengelola

fasilitas-fasilitas prasarana atau sarana dan di lokasi-lokasi yang

sangat menguntungkan.

2) Terdapat kemungkinan setelah masa penyerahan hak milik,

proyek yang semual dikelola oleh Pihak Ketiga sudah tidak

menguntungkan.

BAB V

37

Page 38: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

PERSYARATAN DAN TAHAPAN

PELAKSANAAN KERJASAMA

A. Persyaratan Kerjasama

Pelaksanaan Kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pihak

Ketiga dapat diprioritaskan untuk dilaksanakan apabila memenuhi

beberapa persyaratan kelayakan suatu kerjasama, baik secara hukum,

ekonomi dan sosial .

Untuk kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga

Dalam Negeri antara lain mencakup persyaratan :

1. Kegiatan yang akan dikerjasamakan harus mendukung

penyelenggaraan pemerintah nasional dan daerah serta mendukung

pemberdayaan masyarakat.

2. Memperhatikan prinsip persamaan kedudukan, memberikan manfaat

bagi pihak-pihak yang melakukan kerjasama.

3. Apabila dalam pelaksanaan kerjasama membebani APBD perlu

mendapat persetujuan DPRD dan apabila dalam waktu 90 hari kerja

sejak tanggal diterbitkan surat tidak mendapat jawaban, dinyatakan

telah memberikan persetujuan .

4. Pihak yang akan melakukan kerjasama dinilai sehat oleh Tim

Kerjasama.

5. Pihak yang akan kerjasama mempunyai kepastian hukum.

6. Dalam menyusun perjanjian yang mengikat Pemerintah Daerah agar

berpedoman kepada peraturan perundangan yang berlaku.

7. Kerjasama yang akan dilaksanakan tidak bersifat politis dan tidak

bernuansa KKN

8. Apabila kerjasama yang akan dilakukan berupa pembangunan fisik

maka perlu memperhatikan persyaratan lain seperti :

a. Memenuhi Rencana Tata Ruang Daerah .

38

Page 39: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

b. Gambar/Bestek dan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) disahkan

oleh Kepala Daerah atas usul Tim Kerjasama .

c. Rencana Kegiatan Kerja dan jadwal disahkan oleh Kepala Daerah

atau pejabat yang ditunjuk atas usul Tim Kerjasama.

d. Menyusun study Analisa Lingkungan .

e. Perizinan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Untuk Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga Luar

Negeri harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut :

1. Kerjasama tersebut harus merupakan pelengkap dalam pelaksanaan

pembangunan nasional dan daerah.

2. Kerjasama tersebut harus sesuai dengan kewenangan Pemerintah

Daerah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

3. Kerjasama tersebut harus sesuai dengan kebijakan dan rencana

pembangunan daerah, dan sejalan dengan program pembangunan

nasional.

4. Tidak mengganggu stabilitas politik dan keamanan dalam negeri.

5. Tidak mengganggu stabilitas perekonomian nasional dan daerah.

6. Tidak mengarah kepada campur tangan asing atas urusan dalam

negeri masing-masing negara.

7. Aman ditinjau dari berbagai segi, terutama secara politis, keamanan,

juridis dan tekhnis.

8. Memperhatikan prinsip persamaan kedudukan dan tidak saling

memaksakan kehendak, memberikan manfaat dan saling

menguntungkan bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat.

9. Dirancang dalam bentuk program, proyek atau kegiatan berdasarkan

kebutuhan nyata daerah yang memiliki skala prioritas tinggi.

10.Mempunyai rencana yang jelas bagi pemeliharaan dan kelanjutan

sesudah program, proyek atau kegiatan selesai dilaksanakan.

39

Page 40: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

11.Pembentukan kerjasama tidak memberatkan daerah, tidak saling

memaksakan kehendak masing-masing dan tidak mengarah kepada

campur tangan urusan dalam negeri masing-masing negara.

B. Tahapan Pelaksanaan Kerjasama

Proses tahapan pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah

dengan Pihak Ketiga dapat dilakukan dengan dua cara yaitu atas

inisiatif/prakarsa Pemerintah Daerah dan atas Inisiatif/prakarsa Pihak

Ketiga , masing – masing sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga

atas inisiatif/prakarsa Pemerintah Daerah , dengan tahapan

sebagai berikut :

a. Pembentukan Tim

Pemerintah Daerah membentuk Tim Kerjasama dengan Keputusan

Kepala Daerah dengan susunan keanggotaan :

- Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi/Kabupaten/

Kota

- Wakil Ketua : Bappeda Prov/Kabupaten/Kota/Kota

- Sekretaris : Biro yang membidangi Kerjasama/

Bagian yang Membidangi kerjasama

- AnggotaTetap : Biro Hukum/Bagian Hukum/Perangkat

Daerah yang membidangi urusan yang

dikerjasamakan

- Anggota Tidak Tetap : Perangkat Daerah terkait

b. Indentifikasi

Pada tahap ini perlu dilakukan indentifikasi dan inventarisasi jenis

potensi pelayanan publik yang akan dikerjasamakan baik dalam

pelayanan publik bidang administrasi, barang, jasa maupun bidang

pengembangan sektor unggulan.

Dari hasil indentifikasi tersebut ditentukan skala prioritas bidang

yang akan dikerjasamakan dan disusun suatu analisa yang secara

40

Page 41: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

umum dapat menggambarkan antara lain : aspek kelayakan teknis,

kondisi fisik sosial ekonomi, sistem dan fasilitas pelayanan publik

yang sudah ada, penelitian dampak lingkungan, evaluasi

perancangan dan konstruksi, rencana operasi dan pemeliharaan,

prakiraan biaya operasional dan pendapatan yang dihasilkan serta

analisa keuangan dan ekonomi.

c. Pemilihan Bentuk Kerjasama

Melakukan kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga

merupakan salah satu dari pilihan yang dihadapi Pemerintah

Daerah. Untuk itu dalam menentukan pilihan bidang pelayanan

Publik yang akan dikerjasamakan dibutuhkan pertimbangan-

pertimbangan yang matang.

Cara yang efektif untuk menentukan pilihan tersebut adalah

dengan mempelajari hakekat bidang yang akan dikerjasamakan

atau kebutuhan yang diperlukan akan dapat memberikan dampak

positif dan nilai tambah terhadap pelayanan, meningkatkan

kesejahteraan masyarakat maupun meningkatkan perkonomian

Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

Bentuk kerjasama yang dipilih Pemerintah Daerah harus

menguntungkan dan dapat diukur dan ditetapkan berdasarkan

kesepakatan.

d. Penyusunan Kerangka Acuan

Untuk melaksanakan kegiatan kerjasama Pemerintah Daerah

dengan Pihak Ketiga, agar dapat menentukan apakah pekerjan

yang dilakukan itu feaseble dan dapat mencapai hasil yang

maksimal maka Pemerintah Daerah (Tim Kerjasama) perlu terlebih

dahulu menyusun proposal kerja sebagai kerangka acuan (TOR)

yang isinya antara lain mencakup :

1) Latar Belakang

2) Maksud dan tujuan kerjasama

3) Ruang Lingkap Kerjasama

4) Sasaran Jangka Pendek dan Jangka Panjang

41

Page 42: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

5) Potensi/Spesifikasi bidang yang akan menjadi obyek

kerjasama

6) Sumber pembiayaan kerjasama

7) Tatacara pengelolaan kerjasama

8) Jangka waktu pelaksanaan kerjasama

9) Kelanjutan dan pemeliharaan hasil pasca kerjasama.

10) Konsultasi dengan DPRD untuk memperoleh masukan dan

persetujuan.

11) Apabila diperlukan sebelum menyusun proposal kerjasama

dapat melakukan studi banding.

e. Penawaran Kerjasama

Untuk mendapatkan partner kerjasama (Pihak Ketiga) yang

bonafide dan untuk menjaga transparansi dalam pelaksanaan

kerjasama maka Pemerintah Daerah perlu melakukan penawaran

secara terbuka untuk memilih calon Investor sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku, antara lain Pemerintah

Daerah menawarkan secara umum melalui papan pengumuman,

media masa maupun media elektronika atas rencana kerjasama

tersebut. Dari para calon investor yang berminat dan mengajukan

penawaran dapat dipilih calon yang memenuhi persyaratan dan

mampu secara finansial maupun teknis dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan yang ditawarkan.

f. Penilaian Proposal

Setiap calon investor ( Pihak Ketiga ) yang mengajukan penawaran

untuk melakukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah agar

dilampiri usulan rencana kerjasama/proposal yang isinya antara lain

mencakup :

1) Latar belakang.

2) Maksud dan tujuan.

3) Objek (jenis usaha) kerjasama yang diusulkan.

4) Bentuk dan mekanisme kerjasama yang diusulkan.

5) Rencana Biaya dan pola bagi hasil yang diusulkan.

42

Page 43: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

Proposal yang diajukan harus dilampiri :

1) Akte Pendirian

2) Kedudukan / alamat perusahaan / LSM / Yayasan

3) Copy anggaran dasar (AD) perusahaan / LSM / Yayasan

4) Referensi Bank

5) Laporan rugi-laba 3 (tiga) tahun terakhir (bila perusahaan)

6) Susunan pimpinan (Direksi, Komisaris, dsb)

7) Pengalaman kerja/rekomendasi

8) Copy NPWP

9) Informasi lain yang menunjang

Dari seluruh penawaran yang masuk, Tim kerjasama melakukan

prakualifikasi dan penilaian terhadap proposal yang diusulkan.

Setelah melalui proses penilaian dokumen baik harga maupun

tehnis dan persyaratan lainnya, ditentukan urutan hasil penilaian

yang dituangkan dalam Berita Acara Penilaian dan selanjutnya

dilaporkan kepada Kepala Daerah untuk mendapatkan persetujuan

prinsip calon pemenang yang akan dipilih melaksanakan

kerjasama.

g. Penyusunan Kesepakatan Bersama (MoU)

Kepada calon pemenang utama dapat diberikan suatu

Kesepakatan Bersama (MoU) dalam rangka memudahkan calon

Investor untuk menindaklanjuti komitmennya dengan pihak ketiga

lainnya.

Dalam penyusunan MoU agar memuat aspek-aspek sebagai

berikut :

1) Identitas masing-masing pihak

2) Maksud dan tujuan kerjasama

3) Subyek dan obyek kerjasama

4) Ruang lingkup kerjasama

5) Cara pelaksanaan kerjasama

6) Jangka waktu

7) Penyelesaian perselisihan

43

Page 44: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

8) Rencana Pembiayaan dan sumberdananya

Kesepakatan Bersama yang telah ditanda tangani oleh Kepala

Daerah diberitahukan kepada DPRD.

h. Perjanjian Kerjasama

Untuk menjamin kepastian dan kekuatan hukum, pengaturan

Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga

harus dituangkan dalam perjanjian kerjasama yang ditanda tangani

oleh Kepala Daerah dan Pihak Ketiga, yang isinya antara lain :

1) Identitas para pihak

2) Rumusan pekerjaan meliputi, obyek/subyek pekerjaan, lingkup

pekerjaan, nilai pekerjaan dan batas waktu pelaksanaan.

3) Masa pertanggungjawaban atau pemeliharaan, jangka waktu

pertanggungan/pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab

masing-masing pihak.

4) Tenaga ahli yang memuat jumlah, klasifikasi dan kualifikasi

untuk melaksanakan pekerjaan kerjasama.

5) Hak dan kewajiban masing-masing pihak yang melaksanakan

kerjasama

6) Cara pembayaran

7) Cidera janji yang memuat ketentuan tentang tanggungjawab

dimana salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban dalam

perjanjian.

8) Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang

tatacara penyelesaian perselisihan akibat ketidak pastian.

9) Pemutusan perjanjian kerjasama / kontrak yang memuat

tentang pemutusan perjanjian kerjasama / kontrak yang timbul

akibat tidak dapat dipenuhi kewajiban salah satu pihak.

10) Keadaan memaksa, yang memuat ketentuan tentang

kewajiban masing-masing penyedia jasa dan atau pengguna

jasa atas kegagalan penyelesaian pekerjaan.

11) Kegagalan penyelesaian pekerjaan, yang memuat ketentuan

tentang kewajiban penyedia jasa dan atau pengguna jasa atas

kegagalan penyelesaian pekerjaan.

44

Page 45: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

12) Perlindungan pekerjaan, yang memuat ketentuan tentang

kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan

kesehatan kerja serta jaminan sosial.

13) Aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam

pemenuhan ketentuan tentang lingkungan.

14) Ketentuan-ketentuan lain yang disepakati.

2. Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga

atas inisiatif/prakarsa Pihak Ketiga

Rencana Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga

dimungkinkan adanya inisiatif/prakarsa dari calon Investor (Pihak

Ketiga). Untuk hal tersebut setelah calon Investor (Pihak Ketiga)

menyampaikan surat permohonan, tahapan pelaksanaan kerjasama

adalah sebagai berikut :

a. Pernyataan Kesediaan Pemerintah Daerah.

Setelah mempelajari usulan penawaran Calon Investor (Pihak

Ketiga) dan usulan tersebut sesuai dengan program dan rencana

pengembangan pelayanan publik yang akan dilaksanakan oleh

Pemerintah Daerah maka, Pemerintah Daerah menyampaikan

pernyataan kesediaan melakukan kerjasama dengan Pihak Ketiga.

b. Pembentukan Tim .

Untuk pelaksanaan kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak

Ketiga maka perlu dibentuk Tim Kerjasama dengan susunan

keanggotaan sebagai berikut :

- Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi/Kabupaten/

Kota

- Wakil Katua : Bappeda Prov/Kabupaten/Kota/Kota

- Sekretaris : Biro yang membidangi Kerjasama/

Bagian yang Membidangi kerjasama

- AnggotaTetap : Biro Hukum/Bagian Hukum/Perangkat

Daerah yang Membidangi urusan yang

dikerjasamakan

- Anggota Tidak Tetap : Perangkat Daerah terkait

45

Page 46: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

c. Penyusun Kerangka Acuan

Untuk melaksanakan kegiatan kerjasama atas usulan Pihak Ketiga,

dan mengantisipasi pengembangan Kerjasama dengan Pihak

Ketiga dalam bidang yang lain maka Pemerintah Daerah ( Tim

Kerjasama ) perlu segera menyusun proposal kerja sebagai

kerangka acuan (TOR) yang isinya antara lain mencakup :

1) Latar Belakang

2) Maksud dan tujuan kerjasama

3) Ruang Lingkap Kerjasama

4) Sasaran Jangka Pendek dan Jangka Panjang

5) Potensi/Spesifikasi bidang yang akan menjadi obyek

kerjasama

6) Sumber pembiayaan kerjasama

7) Tatacara pengelolaan kerjasama

8) Jangka waktu pelaksanaan kerjasama

9) Kelanjutan dan pemeliharaan hasil pasca kerjasama.

10) Konsultasi dengan DPRD untuk memperoleh masukan dan

persetujuan.

d. Pernyataan Minat Pihak Ketiga untuk Bekerjasama (LoI)

Pernyataan kesediaan Pemerintah Daerah bekerjasama dengan

Pihak Ketiga yang disampaikan kepada calon Investor (Pihak

Ketiga) agar ditindaklanjuti Pihak Ketiga menyampaikan Pernyataan

Minat /Leter of Intent (LoI) yang isinya antara lain :

1) Menyatakan kehendak untuk berpartisipasi dalam

pelaksanaan pengembangan pelayanan publik yang akan

dikerjasamakan.

2) Kesanggupan tunduk pada ketentuan–ketentuan yang berlaku

dalam proses pelaksanaan kerjasama.

3) Kesanggupan untuk memenuhi ketentuan tehnis dan

keuangan yang diperlukan dalam pelaksanaan kerjasama.

46

Page 47: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

Dan dilampiri Proposal yang isinya antara lain mencakup :

1) Latar belakang

2) Maksud dan tujuan.

3) Objek (jenis usaha) kerjasamakan yang diusulkan

4) Bentuk dan mekanisme kerjasama yang diusulkan

5) Rencana Biaya dan pola bagi hasil yang diusulkan.

Proposal yang diajukan harus dilampiri :

1) Tanda Daftar Rekanan (TDP) / LSM / Yayasan

2) Akte Pendirian

3) Kedudukan / alamat perusahaan / LSM / Yayasan

4) Copy anggaran dasar (AD) perusahaan / LSM / Yayasan

5) Referensi Bank

6) Laporan rugi-laba 3 (tiga) tahun terakhir

7) Susunan pimpinan (Direksi, Komisaris, dsb)

8) Pengalaman kerja / rekomendasi

9) Copy NPWP

10) Informasi lain yang menunjang.

e. Penilaian Proposal

Tim kerjasama melakukan penilaian terhadap Proposal yang

disampaikan calon Investor (Pihak Ketiga). Penilaian yang

dilakukan mencakup dokumen baik harga maupun teknis dan

persyaratan lainnya dilanjutnya dengan negosiasi untuk mendapat

harga yang kompetitif. Hasilnya dituangkan dalam Berita Acara

Penilaian dan negosiasi yang selanjutnya dilaporkan kepada

Kepala Daerah untuk mendapatkan persetujuan prinsip calon yang

akan melaksanakan kerjasama.

f. Penyusunan Kesepakatan Bersama (MoU)

Kepada calon pemenang utama dapat diberikan suatu

Kesepakatan Bersama (MoU) dalam rangka memudahkan calon

Investor untuk menindaklanjuti komitmennya dengan pihak ketiga

lainnya.

47

Page 48: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

Dalam penyusunan MoU agar memuat aspek-aspek sebagai

berikut :

1) Identitas masing-masing pihak

2) Maksud dan tujuan kerjasama

3) Subyek dan obyek kerjasama

4) Ruang lingkup kerjasama

5) Cara pelaksanaan kerjasama

6) Jangka waktu

7) Penyelesaian perselisihan

8) Rencana Pembiayaan dan sumberdananya

Kesepakatan Bersama yang telah ditanda tangani oleh Kepala

Daerah diberitahukan kepada DPRD.

g. Perjanjian Kerjasama

Untuk menjamin kepastian dan kekuatan hukum, pengaturan

kerjasama tersebut dituangkan dalam suatu perjanjian kerjasama

yang dilakukan Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga, dalam

perjanjian tersebut antara lain memuat :

1) Identitas para pihak.

2) Rumusan pekerjaan meliputi, obyek/subyek pekerjaan, lingkup

pekerjaan, nilai pekerjaan dan batas waktu pelaksanaan.

3) Masa pertanggungjawaban atau pemeliharaan, jangka waktu

pertanggungan/pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab

masing-masing pihak.

4) Tenaga ahli yang memuat jumlah, klasifikasi dan kualifikasi

untuk melaksanakan pekerjaan kerjasama.

5) Hak dan kewajiban masing-masing pihak yang melaksanakan

kerjasama

6) Cara pembayaran

7) Cidera janji yang memuat ketentuan tentang tanggungjawab

dimana salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban daam

perjanjian

8) Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang

tatacara penyelesaian perselisihan akibat ketidak pastian

48

Page 49: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

9) Pemutusan perjanjian kerjasama / kontrak yang memuat

tentang pemutusan perjanjian kerjasama / kontrak yang timbul

akibat tidak dapat dipenuhi kewajiban salah satu pihak

10) Keadaan memaksa, yang memuat ketentuan tentang

kewajiban penyedia jasa dan atau pengguna jasa atas

kegagalan penyelesaian pekerjaan

11) Kegagalan penyelesaian pekerjaan, yang memuat ketentuan

tentang kewajiban penyedia jasa dan atau pengguna jasa atas

kegagalan penyelesaian pekerjaan

12) Perlindungan pekerjaan, yang memuat ketentuan tentang

kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan

kesehatan kerja serta jaminan sosial

13) Aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam

pemenuhan ketentuan tentang lingkungan

14) Ketentuan – ketentuan lain yang disepakati.

49

Page 50: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

BAB VI

PENYELESAIAN PERSELISIHAN KERJASAMA

Dalam tahap pelaksanaan kerjasama, tidak tertutup kemungkinan

terjadi perselisihan antara pihak-pihak yang bekerjasama.

Jika hal ini terjadi maka penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan ketentuan

yang tertuang dalam MoU dan dapat dilakukan dengan :

1. Musyawarah antar pihak yang bekerjasama

Dalam hal ini kedua belah pihak saling bermusyawarah untuk mencapai

kata mufakat terhadap persolan yang dipersengketakan, sehingga

keduanya merasa puas atas hasil musyawarah tersebut

2. Mediasi ADR (Alternatif Disputes Resolution)

Menangani perselisihan dilakukan melalui penyelesaian damai dipimpin

oleh seorang Mediator, cara ini akan efektif kalau para pihak mempunyai

keinginan untuk menyelesaikan perselisihan dengan damai tanpa

melibatkan Peradilan Umum. Jika ada pihak yang tidak mempunyai itikad

baik dan tidak mau melaksanakan putusan perdamaian yang dilakukan

mediator, maka hal ini tidak akan efektif sehingga perselisihan pokok tetap

berjalan.

3. Arbitrase

Para pelaku ekonomi dalam kontrak bisnis yang bersifat nasional maupun

internasional lebih menyukai lembaga arbitrase dalam penyelesaian

sengketa, karena dilihat dari sifat kerahasiaan, prosedur sederhana dan

putusan arbitrer yang mengikat para pihak yang menyebabkan putusan

tersebut bersifat final. Di Indonesia, sebagai upaya hukum dalam

perkembangan dunia usaha baik nasional maupun internasional,

Sengketa yang dapat diselesaikan melalui Arbitrase hanya sengketa di

bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan

peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang

bersengketa. Ada dua jenis Arbitrase yaitu :

50

Page 51: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

a. Arbitrase Ad hoc atau Arbitrase Volunter

Merupakan Arbitrase yang dibentuk secara khusus untuk dapat

menyelesaikan atau memutuskan perselisihan tertentu.Dimana

kedudukan dan keberadaannya hanya untuk melayani dan

memutuskan kasus perselisihan tertentu, dan apabila telah

diputuskannya kasus sengketa tersebut maka keberadaan dan fungsi

arbitrase ad hoc lenyap dengan sendirinya.

b. Arbitrase Institusional

Merupakan suatu lembaga atau badan arbitrase yang bersifat

“permanen”,sehingga tetap berdiri untuk selamanya dan tidak bubar

meskipun perselisihan telah diputuskan.

4. Peradilan Umum

Penyelesaian perselisihan melalui Badan Peradilan Umum adalah sarana

dan alternatif terakhir dalam upaya penyelesian sengketa. Kelebihan

lembaga Peradilan Umum adalah tata caranya simple dan sudah umum

diketahui oleh banyak pihak.

51

Page 52: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Untuk mengawasi jalannya kerjasama agar sesuai dengan maksud

dan tujuan pembentukannya perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan.

sehingga dapat menilai akuntabilitas dan kinerja kerjasama, beberapa pihak

yang melakukan fungsi ini adalah :

1. Menteri Dalam Negeri melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

kerjasama antara Pemerintah Provinsi dengan Pihak Ketiga sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

2. Menteri Dalam Negeri Melakukan pembinaan dan memfasilitasi

Pemerintah Provinsi dalam ranghka mendukung akuntabilitas publik dan

keberhasilan kerjasama antara Pemerintah Provinsi dengan Pihak Ketiga

dalam dan luar negeri.

3. Gubernur selaku wakil pemerintah melakukan pembinaan dan

pengawasan serta memfasilitasi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam

rangka mendukung akuntabilitas publik dan keberhasilan kerjasama antar

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan Pihak Ketiga dalam dan luar

negeri.

4. Gubernur melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kerjasama

antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan .

5. DPRD sesuai dengan tugas dan fungsinya melakukan pengawasan

kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Ketiga dan unsur sebagai

wakil masyarakat untuk menilai akuntabilitas dan kinerja kerjasama.

52

Page 53: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

BAB VIII

EVALUASI KERJASAMA

Evaluasi ini dilakukan oleh kedua belah pihak untuk menilai kinerja

dari kemitraan, hak, dan kewajiban masing-masing pihak. Evaluasi yang

dilakukan oleh Pemerintah Daerah berguna untuk melihat kecocokan

(manfaat) hasil kerjasama (kinerja) dengan perjanjian yang telah disepakati /

kewajiban yang bekerjasama.

Mengacu pada Perjanjian Kerjasama yang telah disepakati dan

apabila ada ketidak sesuaian dalam pelaksanaannya maka para pihak dapat

menghentikan/membatalkan/mengalihkan perjanjian kerjasama.

53

Page 54: RANCANGAN PEDOMAN KERJASAMA

BAB IX

P E N U T U P

Pada saat berlakunya Pedoman Pokok Kerjasama Pemerintah

Daerah dengan Pihak Ketiga ini, pelaksanaan kerjasama Pemerintah Daerah

dengan Pihak Ketiga yang sedang berjalan tetap berlaku sampai dengan

berakhirnya kerjasama.

54