rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

72
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TAHUN 2010 2030 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MAKASSAR 2010 2030 BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT KOTA TAHUN 2010

Upload: imam-nur-alam

Post on 31-Jul-2015

311 views

Category:

Education


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA

TAHUN 2010 – 2030

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MAKASSAR

2010 – 2030

BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT KOTA TAHUN 2010

Page 2: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar
Page 3: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

1

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TAHUN 2010 SAMPAI TAHUN 2030

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA TAHUN 2010 SAMPAI TAHUN 2030

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KOTA

Menimbang: a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kota dengan memanfaatkan

ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun Rencana Tata Ruang Wilayah;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat, maka Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha;

c. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 26 ayat (4) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kota adalah 20 tahun sehingga Peraturan Daerah Kota Nomor 6 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota 2005-2015 sudah tidak sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini, maka perlu diganti dengan Peraturan Daerah baru;

d. bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kota sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Nomor 2 Tahun 1987 perlu disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, serta sebagai pelakasanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tahun 2010 sampai Tahun 2030.

Page 4: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

2

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3234), sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1988 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3368);

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967, Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2931);

4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3225);

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);

6. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3318);

7. Undang-undang Nomor 50 Tahun 1986 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah serta Ruang Udara di Sekitar Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3343);

8. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

9. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3427);

10. Undang-undang Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445);

11. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469);

12. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469);

13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);

14. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, tentang Kesehatan; 15. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);

16. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247)

Page 5: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

3

17. Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377)

18. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

19. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

20. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

21. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 132);

22. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

23. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725 );

24. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;

25. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

26. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik;

27. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran; 28. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan; 29. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1971 tentang Perubahan Batas-

batas Daerah Kotamadya Makassar dan Kabupaten Gowa, maros, Pangkajene dan Kepulauan dalam Lingkungan daerah Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1971 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2970);

30. Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 1982 tentang Pengaturan Tata Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3225);

31. Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3294);

32. Peraturan Pemerintah RI Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3445);

33. Peraturan Pemerintah RI Nomor 5 Tahun 1992, tentang Cagar Budaya; 34. Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan; 35. Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 1993 tentang Analisa

Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3538);

36. Peraturan Pemerintah RI Nomor 191 Tahun 1995, tentang Pemeliharaan dan pemanfaatan Benda Cagar Budaya;

37. Peraturan Pemerintah RI Nomor 67 Tahun 1996, tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990, tentang Kepariwisataan;

Page 6: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

4

38. Peraturan Pemerintah RI Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660);

39. Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3721);

40. Peraturan Pemerintah RI Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776);

41. Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 Tahun 1999 jo Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;

42. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816);

43. Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

44. Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999, tentang Pengelolaan Kualitas Udara;

45. Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934);

46. Peraturan Pemerintah RI Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027);

47. Peraturan Pemerintah RI Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4146);

48. Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;

49. Peraturan Pemerintah RI Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242);

50. Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);

51. Peraturan Pemerintah RI Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Bebas hambatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4468);

52. Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

53. Peraturan Pemerintah RI Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

54. Peraturan Pemerintah RI Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan; 55. Keputusan Presiden RI Nomor 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri;

Page 7: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

5

56. Keputusan Presiden RI Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;

57. Keputusan Presiden RI Nomor 33 Tahun 1991 tentang Penggunaan Tanah bagi Kawasan Industri;

58. Keputusan Presiden RI Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

59. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum;

60. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial Perumahan kepada Pemerintah Daerah;

61. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1996 tentang Pedoman Perubahan Pemanfaatan Lahan PeKotaan;

62. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah;

63. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang Daerah;

64. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah;

65. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;

66. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2006 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah;

67. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota beserta Rencana Rincinya;

68. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1992 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Peraturan Rencana Daerah Kota;

69. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan;

70. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTS/M/2002 Tahun 2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang;

71. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

72. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 376/M/KPTS/2004 tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan Menurut Statusnya;

73. Keputusan bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2005 dan Nomor 1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Pengembangan Kabupaten/Kota Sehat;

74. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 369/KPTS/M/2005 tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional;

75. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 44 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan;

76. Peraturan daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Mamminasata;

77. Peraturan Daerah Kota Nomor 13 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota.

Page 8: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

6

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA

dan

WALIKOTA

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN TAHUN 2030.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : (1) Daerah adalah Kota. (2) Kota adalah Kota Makassar (3) Pemerintah Daerah adalah kepala daerah dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan daerah. (4) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga

perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan daerah. (5) Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah

daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(6) Walikota adalah Walikota. (7) Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kota. (8) Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

(9) Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. (10) Visi tata ruang adalah suatu pandangan ke depan yang menggambarkan arah dan

pengelolaan wilayah Kota untuk mencapai visi pembangunan yang telah ditetapkan di tingkat Kota.

(11) Misi tata ruang adalah komitmen dan panduan arah bagi pembangunan dan pengelolaan wilayah Kota untuk mencapai visi pembangunan yang telah ditetapkan di tingkat Kota.

(12) Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.

(13) Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

(14) Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

(15) Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.

(16) Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.

Page 9: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

7

(17) Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.

(18) Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

(19) Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(20) Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

(21) Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

(22) Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. (23) Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. (24) Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah rencana

struktur tata ruang wilayah yang mengatur struktur dan pola ruang wilayah Kota. (25) Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur

terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

(26) Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah.

(27) Wilayah Kota adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perKotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa Pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

(28) Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya. (29) Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah dan budaya bangsa guna kepentingan pembangunan yang berkelanjutan.

(30) Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

(31) Kawasan hijau adalah ruang terbuka hijau yang terdiri dari kawasan hijau lindung dan hijau binaan.

(32) Kawasan hijau lindung adalah bagian dari kawasan hijau yang memiliki karakteristik alamiah yang perlu dilestarikan untuk tujuan perlindungan habitat setempat maupun untuk tujuan perlindungan wilayah yang lebih luas.

(33) Kawasan hijau binaan adalah bagian dari kawasan hijau di luar kawasan hijau lindung untuk tujuan penghijauan yang dibina melalui penanaman, pengembangan, pemeliharaan maupun pemulihan vegetasi yang diperlukan dan didukung fasilitasnya yang diperlukan baik untuk sarana ekologis maupun sarana sosial Kota yang dapat didukung fasilitas sesuai keperluan untuk fungsi penghijauan tersebut.

(34) Kawasan tangkapan air adalah kawasan atau areal yang mempunyai pengaruh secara alamiah atau binaan terhadap keberlangsungan badan air seperti waduk, situ, sungai, kanal, pengolahan air limbah dan lain-lain.

(35) Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

(36) Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

(37) Daya tampung lingkungan hidup kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi dan atau komponen lain yang masuk atau dimasukan kedalamnya.

(38) Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh, menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup.

Page 10: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

8

(39) Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya dan kemudian mengalirkannya melalui sungai utama ke laut, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

(40) Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kanan kiri sungai, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

(41) Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

(42) Kawasan Sistem Pusat Kegiatan adalah kawasan yang diarahkan bagi pemusatan berbagai kegiatan campuran maupun yang spesifik, memiliki fungsi strategis dalam menarik berbagai kegiatan Pemerintahan, sosial, ekonomi, dan budaya serta kegiatan pelayanan Kota menurut hirarki terdiri dari sistem pusat kegiatan utama yang berskala Kota, regional, nasional dan internasional dan sistem pusat penunjang yang berskala lokal.

(43) Kawasan Sentra Primer adalah kawasan dalam sistem pusat kegiatan yang menurut hirarkinya termasuk dalam sistem pusat utama.

(44) Kawasan Terpadu selanjutnya dapat disingkat KT adalah kawasan yang memiliki fungsi lebih dari satu, terdiri atas fungsi utama dan penunjang. Masing-masing dari dua fungsi ini saling terkait dan bersinergi serta saling mempengaruhi dan mendukung fungsi utama dalam satu sistem.

(45) Kawasan Pusat Kota adalah KT yang tumbuh sebagai pusat Kota dengan percampuran berbagai kegiatan, memiliki fungsi strategis dalam peruntukannya seperti kegiatan Pemerintahan, sosial, ekonomi, dan budaya serta pelayanan Kota.

(46) Kawasan Pelabuhan Terpadu adalah KT yang diarahkan sebagai kawasan yang memberi dukungan kuat dalam satu sistem ruang yang bersinergi terhadap berbagai kepentingan dan kegiatan yang lengkap berkaitan dengan aktivitas kepelabuhanan dan segala persyaratannya.

(47) Kawasan Bandara Terpadu adalah KT yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan yang memberi dukungan kuat dalam satu sistem ruang yang bersinergi terhadap berbagai kepentingan dan kegiatan yang lengkap berkaitan dengan aktivitas bandara dan segala persyaratannya.

(48) Kawasan Maritim Terpadu adalah KT yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan kemaritiman yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid.

(49) Kawasan Industri Terpadu adalah KT yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan industri yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid.

(50) Kawasan Pergudangan Terpadu adalah KT yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan pergudangan yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid.

(51) Kawasan Permukiman Terpadu adalah KT yang diarahkan dan diperuntukkan bagi pemusatan dan pengembangan permukiman atau tempat tinggal/hunian beserta prasarana dan sarana lingkungannya yang terstruktur secara terpadu dengan Koefisien Dasar Bangunan lebih besar dari 20% (dua puluh persen).

(52) Kawasan Riset dan Pendidikan Terpadu adalah KT yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan riset dan pendidikan yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid.

Page 11: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

9

(53) Kawasan Budaya Terpadu adalah KT yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan budaya yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid.

(54) Kawasan Olahraga Terpadu adalah KT yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan olahraga yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid.

(55) Kawasan Bisnis Dan Pariwisata Terpadu adalah KT yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan bisnis dan pariwisata yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid.

(56) Kawasan Bisnis Global Terpadu adalah KT yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan bisnis global yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid.

(57) Kawasan Strategis Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

(58) Izin pemanfaatan tanah/ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan tanah atau ruang sesuai dengan Ketentuan/Peraturan Perundang-undangan.

(59) Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

(60) Industri selektif adalah kegiatan industri yang kriteria pemilihannya disesuaikan dengan kondisi Makassar sebagai Kota dunia, yakni industri yang hemat lahan, hemat air, tidak berpolusi, dan menggunakan teknologi tinggi.

(61) Indutri non polutif/ramah lingkungan adalah industri yang tidak menghasilkan limbah cair dan atau tidak membutuhkan air dalam jumlah banyak.

(62) Industri polutif adalah industri yang menghasilkan limbah cair dan atau membutuhkan air dalam jumlah banyak.

(63) Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disingkat PKN adalah hirarki fungsional Kota sebagai pusat kegiatan yang berpotensi sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional, dan mempunyai potensi mendorong daerah sekitarnya, serta sebagai pusat pelayanan keuangan /bank/jasa, pusat pengolahan/pengumpul barang, pusat jasa Pemerintahan, simpul transportasi serta pusat jasa-jasa kemasyarakatan yang lain untuk nasional atau meliputi beberapa provinsi.

(64) Kawasan campuran adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan bagi pengembang kegiatan campuran bangunan umum dengan permukiman beserta fasilitasnya dengan Koefisien Dasar Bangunan lebih dari 20% (dua puluh persen).

(65) Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat atau badan hukum.

(66) Peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas kehendak dan prakarsa masyarakat untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang.

(67) Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

(68) Kawasan prioritas adalah kawasan yang diprioritaskan pembangunannya dalam rangka mendorong pertumbuhan Kota ke arah yang direncanakan dan/atau menanggulangi masalah-masalah yang mendesak.

Page 12: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

10

(69) Tipologi kawasan adalah penggolongan kawasan sesuai karakter dan kualitas kawasan, lingkungan, pemanfaatan ruang, penyediaan prasarana dan sarana lingkungan, yang terdiri dari kawasan mantap, dinamis dan peralihan.

(70) Perbaikan lingkungan adalah pola pengembangan kawasan dengan tujuan untuk memperbaiki struktur lingkungan yang telah ada, dan dimungkinkan melakukan pembongkaran terbatas guna penyempurnaan pola fisik prasarana yang telah ada.

(71) Pemeliharaan lingkungan adalah pola pengembangan kawasan dengan tujuan untuk mempertahankan kualitas suatu lingkungan yang sudah baik agar tidak mengalami penurunan kualitas lingkungan.

(72) Pemugaran lingkungan adalah pola pengembangan kawasan yang ditujukan untuk melestarikan, memelihara serta mengamankan lingkungan dan atau bangunan yang memiliki nilai sejarah budaya dan/atau keindahan.

(73) Peremajaan lingkungan adalah pola pengembangan kawasan dengan tujuan mengadakan pembongkaran menyeluruh dalam rangka pembaharuan struktur fisik dan fungsi.

(74) Pembangunan baru adalah pola pengembangan kawasan pada area tanah yang masih kosong dan atau belum pernah dilakukan pembangunan fisik.

(75) Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah selanjutnya disingkat BKPRD merupakan badan yang bertanggung jawab dalam perencanaan, pemenfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatn ruang Kota.

(76) Panduan rancang Kota adalah panduan bagi perencanaan kawasan yang memuat uraian teknis secara terinci tentang kriteria, ketentuan-ketentuan, persyaratan-persyaratan, standar dimensi, standar kualitas yang memberikan arahan bagi pembangunan suatu kawasan yang ditetapkan mengenai fungsi, fisik bangunan prasarana dan fasilitas umum, fasilitas sosial, utilitas maupun sarana lingkungan.

(77) Panduan pembangunan kawasan adalah panduan bagi pembangunan kawasan sebagai implementasi dari hasil panduan rancang Kota dan memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai komposisi peruntukan-peruntukan, intensitas pemanfaatan ruang, tahapan dan tata cara pembangunan, pembiayaan pembangunan, dan pengaturan mengenai keseimbangan antara manfaat ruang yang diperoleh para pihak yang terkait dengan kewajiban penyediaan prasarana, fasilitas umum, fasilitas sosial, utilitas umum, dan sarana lingkungan, serta sistem pengelolaan kawasan yang akan dibangun.

(78) Intensitas ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang ditentukan berdasarkan pengaturan Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Dasar Bangunan dan Ketinggian Bangunan tiap kawasan bagian Kota sesuai dengan kedudukan dan fungsinya dalam pembangunan Kota.

(79) Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya dapat disebut KDB adalah angka persentase berdasarkan perbandingan jumlah luas lantai dasar bangunan terhadap luas tanah perpetakan perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang Kota.

(80) Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya dapat disebut KLB adalah besaran ruang yang dihitung dari angka perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan terhadap luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana teknis ruang Kota.

(81) KLB rata-rata adalah besaran ruang yang dihitung dari nilai KLB rata-rata pada suatu kawasan berdasarkan ketetapan nilai KLB menurut pemanfaatan ruang yang sejenis.

(82) Koefisien Tapak Besmen yang selanjutnya dapat disebut KTB adalah angka persentase luas tapak bangunan yang dihitung dari proyeksi dinding terluar bangunan di bawah permukaan tanah terhadap luas perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang.

(83) Koefisiensi Daerah Hijau yang selanjutnya dapat disebut KDH adalah angka persentase berdasarkan perbandingan jumlah luas lahan terbuka untuk penanaman tanaman dan/atau peresapan air terhadap luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai dengan rencana Kota.

Page 13: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

11

(84) Ketinggian Bangunan yang selanjutnya dapat disebut KB adalah jumlah lantai penuh suatu bangunan dihitung mulai dari lantai dasar sampai lantai tertinggi.

(85) Wilayah pengembangan yang selanjutnya disingkat WP adalah wilayah yang secara geografis berada dalam satu pelayanan pusat sekunder.

BAB II

NORMA PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu

Asas dan Prinsip Dasar

Pasal 2

(1) Prinsip dasar penyusunan RTRW harus mempertimbangkan tiga aspek pokok, yaitu: a. Aspek strategis, yaitu kebijksanaan dasar penentu fungsi kawasan

pengembagan fungsi kegiatan yang merupakan penjabaran atau mengisi rencana-rencana pembangunan nasional dan daerah dalam jangka panjang;

b. Aspek teknis, yaitu kebijaksanaan dasar yang ditujukan untuk membuat keserasian dan mengoptimalkan pola tata ruang Kota dengan menetapkan fungsi kawasan, sehingga dapat memisahkan antar suatu fungsi dengan fungsi lainnya secara jelas;

c. Aspek pengelolaan pembangunan, meliputi kebijaksanaan dasar pembangunan dan mempertimbangkan aspek hukum dan perundangan serta administrasi Kota agar rencana dapat dilaksanakan sesuai dengan prioritas serta pemerataan pembangunan.

(2) RTRW berdasarkan asas : a. Pemanfaatan ruang untuk semua kepentingan secara terpadu,

berdayaguna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan.

b. Persamaan, keadilan dan perlindungan hukum. c. Keterbukaan, akuntabilitas dan partisipasi masyarakat.

Bagian Kedua

Maksud Penyusunan RTRW, Visi, Misi, Tujuan Penataan Ruang dan Sasaran Penyempurnaan RTRW

Pasal 3

(1) Maksud penyusunan RTRW Kota yang terpadu, serasi, selaras dan seimbang, berkelanjutan, berdaya guna, berhasil guna, terbuka, berkepastian hukum dan keadilan dan akuntabilitas adalah agar selanjutnya dapat menjadi pedoman atau acuan untuk:

a. Sinkronisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota; b. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota

dalam kurun waktu Tahun 2010-2030; c. Pemanfaatan dan pengendalian pembangunan sarana dan prasarana

wilayah Kota; d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan

antar wilayah, serta keserasian antar sektor;Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan

e. Penataan ruang kawasan strategis Kota.

Page 14: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

12

(2) Visi penataan ruang diarahkan untuk mewujudkan Makassar untuk Kembali ke Kota Dunia dengan Kearifan Lokal.

(3) Misi penataan ruang adalah: a. Membangun Makassar yang berbasis pada masyarakat; b. Mengembangkan lingkungan kehidupan perKotaan yang berkelanjutan; c. Mengembalikan Makassar ke Kota Dunia dengan kearifan lokal.

(4) Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota 2030 secara khusus adalah mewujudkan ruang wilayah Makassar sebagai Kota tepian air kelas dunia yang didasari keunggulan dan keunikan lokal menuju kemandrian lokal dalam rangka persaingan global demi ketahanan nasional serta wawasan nusantara yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

(5) Tujuan penataan ruang wilayah Kota secara umum adalah menyusun satu dokumen RTRW Kota yang lengkap agar dapat dimanfaatkan:

a. Sebagai bahan acuan/referensi bagi kebijakan perencanaan penataan ruang lainnya;

b. Sebagai matra ruang RPJP/RPJM Kota; c. Sebagai pedoman dasar perencanaan yang diharapkan mampu menjawab

masalah-masalah tuntutan pembangunan dan tuntutan lingkungan global serta rumusan maupun kebijaksanaan yang dibutuhkan di masa mendatang (prospektus ruang);

d. Sebagai pedoman dasar perencanaan yang diharapkan bisa menjadi pegangan untuk bagaimana membangun dan menjadikan Makassar berdiri dan berkembang sesuai dengan ciri keunikan dan keunggulan lokalnya, dengan tetap berbasis pada peruntukan dan kepentingan hak-hak dasar masyarakat;

e. Sebagai pedoman dasar perencanaan pembangunan Kota yang secara konsep desain rencana disusun berdasarkan filosofi rencana tata ruang yang sehat, untuk rakyat, dan terkendali;

f. Sebagai kebijakan pokok pemanfaatan dan pengendalian ruang dalam wilayah Makassar dan sekitarnya sesuai dengan dasar kondisi wilayahnya yang berazaskan pada pembangunan berkelanjutan;

g. Sebagai wadah keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah/kawasan di dalam dan di luar wilayah Makassar serta keserasian antarsektor pembangunan;

h. Sebagai wadah perencanaan yang bertujuan meningkatkan peran dan fungsi Makassar tidak hanya sebagai satu Kota, tetapi lebih jauh dari itu perannya ingin ditingkatkan secara lebih besar menjadi satu Kota dengan representasi sebagai ruang keluarga Indonesia Timur;

i. Sebagai refleksi dalam perencanaan mamminasata khususnya untuk Kota dan tingkat keterhubungannya baik secara spasial maupun aspasial dengan wilayah-wilayah mamminasata lainnya;

j. Sebagai bahan informasi dalam penetapan investasi yang dilakukan oleh Pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha/swasta; dan

k. Sebagai acuan dalam perumusan program pembangunan baik yang menyangkut sumber pembiayaan, pentahapan atau pelaksanaan kegiatan pembangunan dalam ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;

(6) Sasaran penyempurnaan RTRW adalah: a. Memantapkan sistem perencanaan tata ruang yang bersifat umum ke

khusus yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), RTRW Pulau, RTRW Provinsi, dan RTRW Kota, yang berarti bahwa RTRW Nasional menjadi acuan dalam penyusunan RTRW Pulau, RTRW Pulau menjadi acuan dala peyusunan RTRW Provinsi, dan seterusnya;

Page 15: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

13

b. Mengelola sistem pengaturan zonasi yang berperan sebagai instrumen pelaksanaan rencana tata ruang yang memuat aturan-aturan spesifik keruangan yang mengikat untuk setiap kawasan dengan fungsi tertentu dalam suatu wilayah perencanaan;

c. Menerapkan peraturan zonasi, pemberian insentif dan diinsentif serta pengenaan sanksi terhadap pelanggaran tata ruang yang dikenakan tidak hanya kepada pemberi izin pemanfaatan ruang tetapi juga kepada penerima izin;

d. Mempertegas dan memperjelas kewenangan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kota agar dalam pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang dapat terwujud harmonisasi dan saling melengkapi antara Pemerintah pusat, propinsi dan Kota;

e. Menegaskan muatan rencana tata ruang yang meliputi perkembangan lingkungan strategis, pemerataan dan keselarasan pembangunan antara permerintah pusat (nasional) dengan daerah-daerah dengan memperhatikan dan mempertimbangkan daya dukung serta daya tampung lingkungan masing-masing daerah;

f. Memantapkan pengelolaan kawasan yang tidak hanya terbatas pada kawasan lindung dan budidaya tetapi diperluas pada kawasan metropolitan dan Kawasan Strategis nasional dan Kota;

g. Memantapkan kepastian hukum dan akuntabilitas dalam pelaksanaan penataan ruang setelah perencanaan RTRW Kota ini dibuat;

h. Memberikan arahan penataan ruang yang berdasarkan sistem wilayah dan sistem internal perKotaan termasuk di dalamnya fungsi utama kawasan, wilayah administrasi, kegiatan kawasan dan nilai strategis kawasan;

i. Membatasi penataan ruang wilayah Kota tidak hanya untuk keperluan ekonomi dan estetis tetapi juga aspek kenyamanan dan bioekologis.

BAB III

KEDUDUKAN, LINGKUP WILAYAH, LINGKUP MATERI DAN

JANGKA WAKTU PERENCANAAN

Bagian Kesatu

Kedudukan

Pasal 4

Kedudukan RTRW Kota merupakan : a. Acuan dalam penyusunan rencana rinci tata ruang di bawahnya, yakni Rencana

Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan, dan Rencana Teknik Ruang (RTR) Kawasan.

b. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah Kota. c. Rencana struktur ruang wilayah Kota yang meliputi sistem perKotaan, jaringan

transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air bersih di wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan;

d. Rencana pola ruang wilayah Kota yang meliputi kawasan lindung Kota dan kawasan budi daya Kota.

e. Penetapan Kawasan Strategis Kota. f. Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kota yang berisi indikasi program utama

jangka lima tahunan.

Page 16: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

14

g. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota yang berisi ketentuan umum, peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

h. Rencana penyediaan dan pemanfaatan RTH. i. Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau.

Bagian Kedua

Lingkup Wilayah

Pasal 5

(1) Lingkup wilayah RTRW Kota mencakup strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah Kota sampai batas ruang daratan, ruang perairan, dan ruang udara menurut peraturan perundang-undanganyang berlaku, dengan luas wilayah Kota ± 17.585,00 Ha yang terdiri dari 14 kecamatan yaitu: Mariso (± 182,00 Ha), Mamajang (± 225,00 Ha), Tamalate (± 2.021,00 Ha), Rappocini (± 923,00 Ha), Makassar (± 252,00 Ha), Ujung Pandang (± 263,00 Ha), Wajo (± 199,00 Ha), Bontoala (± 210,00 Ha), Ujung Tanah (± 594,00 Ha), Tallo (± 583,00 Ha), Biringkanaya (± 4822,00 Ha), Tamalanrea (± 3184,00 Ha), Manggala (± 2422,00 Ha), dan Panakkukang (± 1705,00 Ha).

(2) Batas-batas daerah adalah sebelah utara: Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep; sebelah timur: Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros; sebelah Selatan: Kabupaten Gowa, serta sebelah Barat: Selat Makassar .

(3) Lingkup wilayah seperti yang dimaksud ayat (1) pasal ini mencakup ruang darat, ruang udara serta ruang di dalam bumi.

Bagian Ketiga

Lingkup Materi

Pasal 6

Lingkup materi adalah penyusunan RTRW Kota Tahun 2010 – 2030.

Bagian Keempat

Jangka Waktu Perencanaan

Pasal 7

(1) Jangka waktu RTRW Kota adalah 20 (duapuluh) tahun. (2) RTRW yang telah ditetapkan ditinjau kembali tiap 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

BAB IV

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu

Kebijakan Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Page 17: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

15

Paragraf 1

Kebijakan Perencanaan Tata Ruang

Pasal 8

Kebijakan perencanaan tata ruang meliputi : a. Penyusunan kerangka regulasi sebagai penjabaran dari RTRW. b. Peninjauan kembali dan penyempurnaan RTRW.

Pasal 9

Kebijakan pengembangan penataan ruang Kota adalah: a. Memantapkan fungsi Kota sebagai Kota Dunia dengan Kearifan Lokal; b. Memprioritaskan arah pengembangan Kota ke arah koridor timur, selatan, utara,

dan membatasi pengembangan ke arah barat agar tercapai keseimbangan ekosistem;

c. Melestarikan fungsi dan keserasian lingkungan hidup dalam penataan ruang dengan mengoptimalkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;

d. Mengembangkan sistem prasarana dan sarana Kota yang berintegrasi dengan sistem regional, nasional dan internasional;

Paragraf 2

Kebijakan Pemanfaatan Ruang

Pasal 10

Kebijakan pemanfaatan ruang meliputi : a. Kebijakan pengembangan struktur ruang. b. Kebijakan pengembangan pola ruang.

Pasal 11

Kebijakan pengembangan struktur ruang yang dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, meliputi: a. Kebijakan pengembangan sistem Kota. b. Kebijakan pengembangan Kawasan Terpadu. c. Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis.

Pasal 12

Kebijakan pengembangan pola ruang yang dimaksud dalam Pasal 10 huruf b, meliputi: a. Kebijakan pengelolaan dan pemantapan Kawasan Terpadu. b. Kebijakan pengendalian Kawasan Terpadu. c. Kebijakan pengembangan Kawasan Terpadu sesuai dengan daya dukung dan

daya tampung lingkungan. d. Kebijakan pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas umum. e. Kebijakan pengembangan potensi perekonomian daerah. f. Kebijakan pengendalian terhadap kawasan rawan bencana alam.

Pasal 13

Kebijakan pengembangan sistem Kota yang dimaksud dalam Pasal 11 huruf a, meliputi: a. Kebijakan pembangunan/pengembangan infrastruktur sistem Kota. b. Kebijakan pengembangan sistem Kota sesuai fungsi utamanya.

Page 18: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

16

Paragraf 3

Kebijakan Pengendalian Tata Ruang

Pasal 14

Kebijakan pengendalian tata ruang meliputi: a. Pengaturan zonasi rencana pola ruang. b. Penerapan mekanisme dan prosedur perizinan. c. Penerapan sistem insentif dan disinsentif. d. Penerapan sanksi.

Pasal 15

Kawasan pengembangan terpadu Kota yang dimaksud dalam Pasal 11 huruf b, terdiri atas: a. Kawasan pusat Kota, yang berada pada bagian tengah barat dan selatan Kota

mencakup wilayah Kecamatan Wajo, Bontoala, Ujung Pandang, Mariso, Makassar, Ujung Tanah dan Tamalate;

b. Kawasan permukiman terpadu, yang berada pada bagian tengah pusat dan timur Kota, mencakup wilayah Kecamatan Manggala, Panakukang, Rappocini dan Tamalate;

c. Kawasan pelabuhan terpadu, yang berada pada bagian tengah barat dan utara Kota, mencakup wilayah Kecamatan Ujung Tanah dan Wajo;

d. Kawasan bandara terpadu, yang berada pada bagian tengah timur Kota, mencakup wilayah Kecamatan Biringkanaya dan Tamalanrea;

e. Kawasan maritim terpadu, yang berada pada bagian utara Kota, mencakup wilayah Kecamatan Tamalanrea;

f. Kawasan industri terpadu, yang berada pada bagian tengah timur Kota, mencakup wilayah Kecamatan Tamalanrea dan Biringkanaya;

g. Kawasan pergudangan terpadu, yang berada pada bagian utara Kota, mencakup wilayah Kecamatan Tamalanrea, Biringkanaya dan Tallo;

h. Kawasan riset dan pendidikan terpadu, yang berada pada bagian tengah timur Kota, mencakup wilayah Kecamatan Panakukang, Tamalanrea dan Tallo;

i. Kawasan budaya terpadu, yang berada pada bagian selatan Kota, mencakup wilayah Kecamatan Tamalate;

j. Kawasan olahraga terpadu, yang berada pada bagian selatan Kota, mencakup wilayah Kecamatan Tamalate;

k. Kawasan bisnis dan pariwisata terpadu, yang berada pada bagian tengah barat Kota, mencakup wilayah Kecamatan Tamalate;

l. Kawasan bisnis global terpadu, yang berada pada bagian tengah barat Kota, mencakup wilayah Kecamatan Mariso.

Pasal 16

Kawasan pengembangan strategis Kota yang dimaksud dalam Pasal 11 huruf c, terdiri atas: a. Kawasan Strategis Wisata Pulau Terpadu berada di pesisir sebelah barat Kota,

yang termasuk dalam Kepulauan Spermonde, mencakup wilayah Kecamatan Ujung Pandang dan Ujung Tanah;

b. Kawasan Strategis koridor pesisir berada di Kecamatan Tamalanrea; c. Kawasan Stategis pelabuhan terpadu berada pada bagian tengah barat dan utara

Kota, mencakup wilayah Kecamatan Ujung Tanah dan Wajo; d. Kawasan Strategis Sungai Jene’berang Terpadu yang bermuara di sebelah

selatan Kota, yang melintasi Kota dan Kab.Gowa; e. Kawasan Strategis Sungai Tallo yang berada di sebelah utara Kota, mencakup

wilayah Kecamatan Tallo; f. Kawasan Strategis lindung Lakkang berada di Kecamatan Tallo, yang diapit oleh

Sungai Tallo dan Sungai Pampang;

Page 19: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

17

g. Kawasan Strategis pusat energi berada di sebelah utara Kota yang mencakup wilayah Kecamatan Tamalanrea, tepatnya di muara Sungai Tallo yang berdekatan dengan Kawasan Strategis maritim terpadu;

h. Kawasan Bandara Terpadu berada pada bagian tengah timur Kota, mencakup wilayah Kecamatan Biringkanaya dan Tamalanrea, serta berbatasan langsung dengan Kabupaten Maros;

i. Kawasan Strategis maritim terpadu berada di pesisir utara Kota tepatnya berada di Kelurahan Untia;

j. Kawasan Strategis bisnis karebosi berada di lapangan Karebosi yang merupakan jantung Kota, alun-alun Kota kebanggaan masyarakat yang telah ada sejak zaman dahulu dan merupakan titik nol Kota;

k. Kawasan Strategis bisnis losari yang terletak di kawasan pusat Kota lama; l. Kawasan Strategis bisnis global terpadu berada di kawasan pusat Kota lama

yakni di sekitar Tanjung Beringin.

Bagian Kedua

Strategi Pengembangan Tata Ruang

Misi dan Strategi Pengembangan Tata Ruang Kota

Pasal 17 Misi Pengembangan Tata Ruang Kota

Untuk mewujudkan misi tata ruang yang dimaksud Pasal 3 ayat (3), ditetapkanlah misi pengembangan kawasan tata ruang sebagai berikut:

a. Kawasan Terpadu mempunyai misi: 1) Misi kawasan pusat Kota adalah menjadikan kawasan tersebut

sebagai kawasan dengan kualitas standar pelayanan yang lebih baik terhadap lingkungan dan masyarakatnya dengan mendorong aktivitas pembangunan fisik yang berkembang dan mengelola lingkungan dengan lebih terkendali;

2) Misi kawasan permukiman terpadu adalah mewujudkan dan mengembangkan kawasan pemukiman yang berkepadatan sedang hingga tinggi ke arah timur Kota serta mengendalikan kegiatan jasa dan niaga yang melebihi kebutuhan kawasan;

3) Misi kawasan pelabuhan terpadu adalah mendukung pengembangan pelabuhan beserta lingkungannya menjadi kawasan dengan tingkat pelayanan terbaik yang berstandar internasional dan meningkatkan kualitas ruang dari kondisi eksisting kawasan yang ada dengan meremajakan, menata kembali, serta merevitalisasi untuk mendukung fungsi utama sebagai pusat jasa kepelabuhanan;

4) Misi kawasan bandara terpadu adalah mewujudkan kawasan bandara sebagai gerbang dan ruang tamu Kota dengan penataan kembali dan mengarahkan pengembangan kawasan berikat dalam mendukung peran Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin sebagai pusat koordinasi di Kawasan Timur Indonesia;

5) Misi kawasan maritim terpadu adalah mewujudkan kawasan Untia menjadi kawasan maritim terpadu berskala regional dan nasional, mewujudkan pengembangan kawasan menjadi Kota nelayan terpadu sekaligus menjadi percontohan yang dapat dibanggakan, serta mengembangkan pariwisata berwawasan lingkungan dengan melestarikan dan mengelola kawasan mangrove di pesisir pantai utara Makassar;

Page 20: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

18

6) Misi kawasan industri terpadu adalah meningkatkan pengembangan kawasan sebagai pusat industri (selektif) terpadu dalam skala global, membatasi pertumbuhan dan pemanfaatan ruang sebagai kawasan pergudangan, serta mendorong tumbuhnya ruang-ruang pendukung kawasan yang bisa mendukung kawasan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal;

7) Misi kawasan pergudangan terpadu adalah mengarahkan pengembangan kawasan sebagai pusat pergudangan yang lengkap dan terpadu, menghentikan pertumbuhan pemanfaatan ruang pergudangan yang tidak tertata baik, menata dan mewujudkan kawasan bebas banjir dengan merencanakan sistem drainase terpadu serta mendorong tumbuhnya ruang-ruang pendukung kawasan secara optimal;

8) Misi kawasan riset dan pendidikan terpadu adalah meningkatkan fungsi kawasan sebagai pusat riset dan pendidikan dengan standar global, citra yang baik dan atmosfir akademik yang tinggi, membatasi kegiatan pemanfaatan ruang yang bertentangan dengan fungsi utama kawasan, menata kawasan kosong sekitar Sungai Tallo dengan model pemanfaatan ruang berbasis lingkungan yang berstandar global, serta mendorong tumbuhnya ruang-ruang pendukung kawasan, sekaligus mewujudkan fungsi kawasan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbasis agropolitan dan maritim, yang menjadi penentu percepatan pembangunan Kota, menetapkan sebagai pusat kawasan hijau binaan dalam bentuk Kota taman, mewujudkan Kota tepi sungai sebagai usaha untuk memberi batas jelas antara kawasan konservasi dengan kawasan budidaya perKotaan dan mendorong tumbuhnya ruang-ruang pendukung kawasan;

9) Misi kawasan budaya terpadu adalah melakukan perencanaan dan penataan kembalikawasan Benteng Somba Opu sebagai pusat budaya dan sejarah Sulawesi, mengembangkan ruang-ruang pendukung kawasan untuk memperkuat daya tarik fungsi utama kawasan, menetapkan/mewajibkan seluruh bangunan yang ada pada kawasan ini agar menerapkan gaya tradisional serta memberi batas jelas dengan kawasan Kota Baru Tanjung Bunga;

10) Misi kawasan olahraga terpadu adalah mewujudkan fungsi kawasan sebagai pusat olahraga, baik olahraga air maupun olahraga lainnya, memanfaatkan kebutuhan mitigasi pantai sebagai ruang untuk fungsi olahraga dan rekreasi, serta mendorong tumbuhnya ruang-ruang pendukung kawasan;

11) Misi kawasan bisnis dan pariwisata terpadu adalah melakukan peninjauan kembali terhadap masterplan Tanjung Bunga, mengendalikan kegiatan pemanfaatan ruang sesuai penetapan fungsi kawasan sebelum dan sesudahnya;

12) Misi kawasan bisnis global terpadu adalah mewujudkan kawasan Tanjung Beringin sebagai kawasan bisnis dengan standar internasional melalui pembangunan dan pengembangan kawasan Centerpoint of Indonesia sebagai penengara baru Kota dengan Wisma Negaranya, mewujudkan kegiatan mitigasi pantai sebagai kebutuhan lingkungan yang mendesak, mengembangkan fungsi kawasan hanya pada fungsi bisnis yang berskala global, serta memperjelas status tanah untuk mempersiapkan atmosfir investasi berdaya tarik tinggi.

Page 21: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

19

b. Kawasan Strategis mempunyai misi: 1) Misi Kawasan Strategis wisata pulau terpadu adalah

mengoptimalkan pemanfaatan ruang pesisir dan laut dalam upaya mitigasi bencana terhadap kenaikan muka air laut yang dapat berakibat pada hilang/tenggelamnya suatu pulau dan pemanfaatan potensi sumber daya alam pulau sebagai salah satu objek wisata bahari sehingga mampu meningkatkan sumber pendapatan bagi Pemerintah Kota;

2) Misi Kawasan Strategis koridor pesisir adalah memberi kontrol kuat terhadap kestabilan dan keseimbangan lingkungan ekosistem-ekosistem pesisir;

3) Misi Kawasan Strategis pelabuhan terpadu adalah memberi dukungan kuat dan sinergitas yang solid terhadap kepentingan dan aktivitas kepelabuhanan dengan Kawasan Strategis yang lain;

4) Misi Kawasan Strategis Sungai Jene’berang Terpadu untuk kepentingan lingkungan diarahkan dalam hal pengendalian dan pengembangan kawasan secara komprehensif untuk pemanfaatan fungsi hulu-hilir sungai menjadi kawasan konservasi dan pembatasan kegiatan pembangunan diatasnya, sedangkan untuk kepentingan ekonomi, pengembangan Sungai Jene’berang diarahkan pada pengembangan kegiatan pariwisata, budidaya perikanan dan mengembangkan pinggir sungai menjadi kawasan yang mampu berproduksi secara ekonomi;

5) Misi Kawasan Strategis Sungai Tallo diarahkan pada pemanfaatan fungsi sungai sebagai kawasan pariwisata dan sarana transportasi alternatif guna menunjang pertumbuhan dan aktivitas perKotaan;

6) Misi Kawasan Strategis lindung Lakkang untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan diarahkan pada keberlanjutan sumber daya hayati yang ada melalui pelestarian dan perlindungan ekosistem, sehingga dapat menjadi daerah penyangga lingkungan perairan, mampu mengatasi tingkat pencemaran udara dengan penetepan kawasan sebagai ruang terbuka hijau, pemanfaatan sumber daya hayati sebagai objek wisata yang berbasis lingkungan serta pusat pengembangan ilmu pengetahuan dengan Lakkang sebagai kawasan konservasi berbasis agropolitan dan maritim;

7) Misi Kawasan Strategis pusat energi untuk kepentingan ekonomi adalah sebagai tempat penyimpanan gas, cikal bakal sentral penyimpanan konversi gas di wilayah Indonesia dan menjadi pusat pembangunan kilang minyak, tangki gas, penyulingan minyak, bio fuel, sampai pembangkit listrik, sedangkan untuk kepentingan pengamanan, Kawasan Strategis pusat energi menerapkan standardisasi pengamanan keselamatn hidup tingkat 2 serta jauh dari kawasan pemukiman penduduk guna mencegah terjadi kebakaran akibat ledakan tangki;

8) Misi Kawasan Strategis bandara terpadu untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi dan berdasarkan potensi yang dimilikinya diarahkan pada pengembangannya sebagai zona berikat dalam mendukung peran bandara Internasional Sultan Hasanuddin sebagai hub di Indonesia Timur dalam memobilitasi arus barang dan jasa antar wilayah bahkan keluar negeri sehingga mampu meningkatkan sumber pendapatan daerah di sektor jasa khususnya bagi Kota dan mampu mewujudkan kawasan bandara sebagai ruang tamu Kota;

Page 22: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

20

9) Misi Kawasan Strategis maritim terpadu untuk kepentingan ekonomi dan keberlanjutan ekosistem diarahkan pada pemanfaatan sumber daya alam laut bagi masyarakat nelayan yang berwawasan lingkungan melalui penggunaan alat tangkap ramah lingkungan serta memfasilitasi pembangunan Pelabuhan Perikanan Nusantara, pengembangan ekoturisme yang memanfaatkan fungsi kawasan hutan mangrove, serta pengembangan kawasan sebagai daerah mitigasi bencana alam sekaligus sebagai kawasan pendidikan maritim terbesar di Asia;

10) Misi Kawasan Strategis bisnis Karebosi diperuntukan sebagai objek wisata belanja, ruang terbuka hijau, dan ruang terbuka publik yang mampu mengakomodir segala kebutuhan masyarakat;

11) Misi Kawasan Strategis bisnis Losari diarahkan dan diperuntukkan pada kegiatan bisnis dan sosial masyarakat, yang ditunjang dengan pengadaan hotel dan restoran.

12) Misi Kawasan Strategis bisnis global terpadu diarahkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan bisnis global yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid, sedangkan di aspek lingkungan ditetapkan bahwa pengembangan kawasan ini diarahkan pada upaya mitigasi bencana terhadap kenaikan muka air laut, abrasi, dan sedimentasi.

Paragraf 4

Strategi Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pengendalian Ruang

Pasal 18

Untuk mewujudkan misi pengembangan tata ruang Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, maka strategi pengembangan tata ruang wilayah Kota 2030 adalah sebagai berikut:

a. Memantapkan fungsi Kota sebagai Kota dunia dengan kearifan lokal; 1) Mengembangkan kawasan-kawasan terpadu yang mengakomodasi

dan memperkuat posisi utama Kota sebagai Kota dunia sesuai daya dukung, daya tampung dan daya tumbuh serta daya saing;

2) Mengembangkan kawasan-kawasan terpadu yang mendukung dan melengkapi anatomi posisi utama untuk menciptakan ruang yang organis dan mencapai ruang yang profesional, yaitu kawasan pusat Kota, kawasan permukiman terpadu, kawasan pelabuhan terpadu, kawasan bandara terpadu, kawasan maritim terpadu, kawasan industri terpadu, kawasan pergudangan terpadu, kawasan riset dan pendidikan terpadu, kawasan budaya terpadu, kawasan olahraga terpadu, kawasan bisnis dan pariwisata terpadu, serta kawasan bisnis global terpadu;

b. Memperkokoh atmosfir tata ruang yang berciri Makassar yang kuat; 1) Mendorong percepatan pembukaan, pengembangan dan

pengendalian ruang-ruang tepian air dan pulau-pulau dalam suatu sistem Integrated Coastal Zone Management (ICZM) yang berbasis mitigasi dan adaptasi yang diatur dalam sistem kode pesisir Kota;

2) Merevitalisasi dan mengintegrasikan semua situs peninggalan sejarah lokal, nasional, nusantara dan global dalam suatu sistem yang terakumulasi, terangkai, dan turistik sebagai warna dari atmosfir tata ruang wilayah Kota 2030 (sejarah & budaya);

Page 23: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

21

3) Mengembangkan dan menyebarkan sentra-sentra kuliner Makassar secara terpadu yang melibatkan orang Makassar sebagai pelaku-pelaku ekonomi utama sebagai aroma dari atmosfir tata ruang wilayah Kota 2030;

4) Menetapkan Kawasan Strategis yang harus mengakomodasi arsitektur lokal dalam tingkatan gradasi penerapan sebagai irama dari atmosfir tata ruang wilayah Kota 2030.

c. Memprioritaskan mitigasi dan adaptasi lingkungan pesisir dan sungai: 1) Membentuk kembali pantai Kota menjadi garis pantai melalui

kegiatan reklamasi pantai yang terencana, terkendali dan terbatasi sesuai dengan prosedur peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai usaha mitigasi dan adaptasi pesisir;

2) Menetapkan standar level pesisir dengan membangun patok penanda mitigasi pada semua kawasan koridor pantai dan sungai;

3) Mengembangkan sistim jaringan prasarana drainase tangkap di sepanjang pesisir pantai dan sungai;

4) Mengembangkan ruang-ruang di tepi perairan dalam bentuk Kota tepi sungai maupun Kota tepi laut yang terpadu dengan RTH, konservasi DAS dan konservasi mangrove pantai yang produktif dan turistik;

d. Mengembangkan fungsi tematik ruang yang berdaya saing tinggi dan berstandar global:

1) Mengembangkan kawasan-kawasan progresif dan prospektif baru yang memilki keunggulan strategis untuk membangun dan memperkuat posisi Kota, baik dalam perannya di Pulau Sulawesi, Indonesia Timur, nusantara dan global yaitu: kawasan bisnis global terpadu, kawasan riset dan pendidikan terpadu, kawasan energi terpadu. Kawasan bandara terpadu, kawasan pelabuhan terpadu, dan kawasan maritim terpadu.

2) Mengembangkan seluruh kawasan ruang wilayah dengan konsep rasio tutupan hijau yang tinggi walaupun KDH yang tersedia cukup rendah untuk mewujudkan Makassar Green (program lingkungan berwawasan hijau Kota) dan Makassar Low Carbon Waterfront City (program pembatasan penggunaan karbon Kota);

3) Mengembangkan kawasan-kawasan ekowisata laut tropis dan kawasan-kawasan ekowisata sungai tropis yang merupakan ikon-ikon wisata yang paling diminati dunia sebagai kawasan penggerak ekonomi berbasis ekoturisme saat ini.

e. Menyebar pusat-pusat kegiatan perKotaan yang tematik dan terpadu: 1) Mengembangkan kawasan-kawasan tematik berdasarkan

karakteristik daya dukung, daya tampung, daya tumbuh dan daya saing terpadu yang terakumulasi, baik antar kawasan dalam ruang wilayah Kota maupun terpadu dalam kawasan dengan fungsi permukiman yang sesuai serta fungsi-fungsi pendukung lainnya dalam membentuk kawasan-kawasan yang anatomis, otonomis dan profesional serta prospektif yang tersebar merata dalam bentuk Kota terpadu yang berkarakter Makassar;

2) Mengembangkan dan meningkatkan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana yang terpadu antar kawasan dan sistem jaringan prasarana yang terpadu dalam kawasan dengan standar global.

3) Mengembangkan atmosfir karakter arsitektur masing-masing kawasan dengan ciri masing-masing sebagai sub-karakter untuk membangun ruang wilayah Kota yang berciri Makassar yang kuat.

f. Memaksimalkan ruang terbuka menjadi RTH.

Page 24: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

22

g. Meningkatkan kualitas hijau ruang wilayah dengan rasio tutupan hijau:

1) Mengembangkan gerakan satu orang menanam satu pohon, satu rumah memiliki koefisien tutupan hijau di atas 50%, dan satu kawasan memiliki satu jenis pohon;

2) Menetapkan RTH kawasan baru hasil reklamasi di atas minimum 30% dengan tingkat tutupan hijau di atas minimum 50%;

3) Mengembangkan kawasan taman mangrove baru pada setiap muara sungai dan muara kanal buatan serta kawasan-kawasan pemecah gelombang.

h. Merevitalisasi kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana di wilayah Kota:

1) Mengembangkan dan meningkatkan interkoneksi antarpusat-pusat kegiatan;

2) Merevisi dan mengembangkan sistem jaringan drainase Kota; 3) Mengembangkan sistem energi alternatif untuk mencukupi

kebutuhan maksimal Kota; 4) Mengembangkan sistem IPAL Kota dan IPAL kawasan; 5) Menetapkan sistem antenna utama untuk menara telekomunikasi; 6) Mengembangkan sistem jaringan air bersih mandiri untuk setiap

kawasan; 7) Mengembangkan Kota cyber yang semua ruang wilayah Kotanya

terlayani hot spot;

8) Mengembangkan sistem jaringan CCTV Kota. i. Melengkapi jaringan prasarana Kota standar global:

1) Mengembangan sistem jalan layang pada simpul-simpul penting Kota;

2) Mendorong pembangunan kelanjutan jalan bebas hambatan; 3) Mengembangkan sistem jaringan prasarana jalan baru dengan 4

(empat) jalur 2 (dua) arah; 4) Mengembangkan sistem STP Kota; 5) Mengembangkan sistem jaringan air konsumsi bersih; 6) Mengembangkan sistem transportasi massal monorel terpadu; 7) Mengembangkan sistem penanda publik berstandar global; 8) Mengembangkan sistem jaringan jalan terpadu untuk pejalan kaki

dan sepeda. j. Mengembangkan sistim transportasi air dan sistem transportasi darat yang

terpadu melalui sistem ODOT: 1) Mengembangan sistem transportasi air Kota mulai dari Sungai

Jeneberang – Pantai Makassar – Sungai Tallo; 2) Mengembangkan sistem transportasi massal bis transKota dan

monorel; 3) Mengembangkan sistem terminal serta dermaga laut yang

berwawasan hijau dan terpadu; 4) Mengembangkan sistem terminal serta halte yang berwawasan hijau

dan terpadu; 5) Mengembangkan pusat-pusat kegiatan pesisir yang turistik,

berwawasan lingkungan, dan produktif; 6) Mengembangkan sistem moda transportasi laut yang sesuai dengan

karakteristik laut dan sungai. k. Mengembangkan sistim intermoda transportasi yang terpadu dan hirarkis:

1) Bis transKota untuk moda transportasi massal utama antar kawasan; 2) Pete-pete menjadi media transportasi pembantu dalam kawasan; 3) Taksi becak menjadi moda transportasi dalam lingkungan; 4) Sepeda menjadi moda transportasi individu utama;

Page 25: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

23

5) Pembatasan dan pengendalian motor; 6) Pembatasan dan pengendalian mobil pribadi; 7) Taksi motor menjadi moda transportasi antar lingkungan dalam

Kota; 8) Mengarahkan secara bertahap seluruh moda transportasi Kota

berbahan bakar gas dan campuran; 9) Strategi pengembangan kawasan terpadu Kota.

Pasal 19

Sesuai dengan karakteristik fisik dan perkembangannya, Makassar dibagi atas 12 (dua belas) Kawasan Terpadu dan 12 (dua belas) Kawasan Strategis, dengan strategi pembangunan untuk masing-masing wilayah pengembangan dimanfaatkan sebagai berikut:

a. Wilayah Pengembangan (WP) I di bagian atas Sungai Tallo, tepatnya di bagian utara dan timur Kota. Dasar kebijakan utamanya diarahkan pada peningkatan peran dan fungsi-fungsi kawasan yang berbasiskan pengembangan infrastruktur dasar ekonomi perKotaan melalui pengembangan kegiatan secara terpadu seperti pengembangan fungsi dari sektor industri dan pergudangan, pusat kegiatan perguruan tinggi, pusat riset, bandar udara yang berskala internasional, kawasan maritim dan pusat kegiatan riset sebagai sentra primer baru di bagian utara Kota.

b. Wilayah Pengembangan (WP) II di bagian bawah Sungai Tallo, tepatnya di bagian timur Jalan Andi Pangeran Pettarani sampai batas bagian bawah Sungai Tallo. Dasar kebijakan utamanya mengarah pada pengembangan kawasan pemukiman perKotaan secara terpadu dalam bingkai pengembangan sentra primer baru di bagian timur Kota;

c. Wilayah Pengembangan (WP) III di pusat Kota, tepatnya di sebelah barat Jalan Andi Pangeran Pettarani sampai dengan Pantai Losari dan batas bagian atas dari Sungai Balang Beru (Danau Tanjung Bunga). Dasar kebijakan utamanya mengarah pada kegiatan revitalisasi Kota, pengembangan pusat jasa dan perdagangan, pusat bisnis dan Pemerintahan serta pengembangan kawasan pemukiman secara terbatas dan terkontrol guna mengantisipasi semakin terbatasnya lahan Kota yang tersedia tanpa mengubah dan mengganggu kawasan dan/atau bangunan cagar budaya;

d. Wilayah Pengembangan (WP) IV di bagian bawah Sungai Balang Beru, tepatnya sampai batas administrasi Kabupaten Gowa. Dasar kebijakan utamanya mengarah pada pengembangan kawasan secara terpadu untuk pusat kegiatan kebudayaan, pusat bisnis global terpadu yang berstandar internasional, pusat bisnis dan pariwisata terpadu dan pusat olahraga terpadu yang sekaligus menjadi sentra primer baru di bagian selatan Kota;

e. Wilayah Pengembangan (WP) V di Kepulauan Spermonde Makassar dengan dasar kebijakan utama yang diarahkan pada peningkatan kegiatan pariwisata, kualitas kehidupan masyarakat nelayan melalui peningkatan budidaya laut dan pemanfaatan sumber daya perikanan dan konservasi ekosistem terumbu karang.

Pasal 20

Strategi untuk melaksanakan kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang seperti yang dimaksud dalam Pasal 19, meliputi:

a. Pengaturan zonasi rencana pola ruang dilaksanakan melalui harmonisasi antara rencana pemanfaatan ruang yang satu dengan rencana pemanfaatan ruang di sekitarnya.

b. Pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang secara konsisten. c. Penerapan mekanisme dan prosedur perizinan yang efisien dan efektif.

Page 26: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

24

d. Penerapan sistem insentif dan disinsentif untuk mendukung perwujudan tata ruang sesuai rencana.

e. Penerapan sanksi yang jelas sesuai ketentuan Perundang-undangan.

Pasal 21 Strategi peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi:

a. Meningkatkan interkoneksi antara kawasan perkotaan baik Makassar sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu Palopo, Watampone, Parepare, Barru, Pangkajene, Jeneponto dan Bulukumba, maupun Pusat-Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berupa ibukota-ibukota Kabupaten yang tidak termasuk dalam PKN maupun PKW, antara kawasan perkotaan dengan pusat-pusat kegiatan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dengan wilayah sekitarnya, termasuk dengan pulau-pulau kecil;

b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang potensial dan belum terlayani oleh pusat pertumbuhan yang ada;

c. Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan, khususnya daerah pantai dan daerah irigasi teknis; dan

d. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan agar lebih produktif, kompetitif dan lebih kondusif untuk hidup dan berkehidupan secara berkelanjutan, serta lebih efektif dalam mendorong pengembangan wilayah sekitarnya, terutama PKN, PKW dan PKL.

BAB V

ARAH PERENCANAAN WILAYAH KOTA

Bagian Kesatu

Rencana Struktur Tata Ruang

Paragraf 1

Umum

Pasal 22

Struktur pemanfaatan ruang wilayah Kota dijabarkan ke dalam rencana pengembangan yang meliputi:

a. Rencana persebaran penduduk; b. Rencana pengembangan kawasan hijau; c. Rencana pengembangan kawasan permukiman; d. Rencana pengembangan kawasan bangunan umum; e. Rencana pengembangan kawasan industri; f. Rencana pengembangan kawasan pergudangan; g. Rencana pengembangan sistem pusat kegiatan; h. Rencana pengembangan sistem transportasi; i. Rencana pengembangan sistem prasarana dan sarana wilayah; j. Rencana intensitas ruang.

Paragraf 2

Rencana Persebaran Penduduk

Pasal 23

(1) Untuk mewujudkan tata ruang wilayah yang ideal, maka ditetapkan kebijakan persebaran penduduk di masing-masing Kota sebagai berikut:

Page 27: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

25

a. Jumlah penduduk kawasan pusat Kota pada tahun 2030 dibatasi atau

dikendalikan sampai sekitar 360.127 jiwa;

b. Jumlah penduduk kawasan permukiman terpadu dibatasi atau

dikendalikan sampai sekitar 441.892 jiwa;

c. Jumlah penduduk kawasan pelabuhan terpadu dibatasi atau dikendalikan

sampai sekitar 35.787 jiwa;

d. Jumlah penduduk kawasan bandara terpadu dibatasi atau dikendalikan

sampai sekitar 137.188 jiwa;

e. Jumlah penduduk kawasan maritim terpadu dibatasi atau dikendalikan

sampai sekitar 28.917 jiwa;

f. Jumlah penduduk kawasan industri terpadu dibatasi atau dikendalikan

sampai sekitar 169.393 jiwa;

g. Jumlah penduduk kawasan pergudangan terpadu dibatasi atau

dikendalikan sampai sekitar 79.886 jiwa;

h. Jumlah penduduk kawasan riset dan pendidikan terpadu dibatasi atau

dikendalikan sampai sekitar 86.367 jiwa;

i. Jumlah penduduk kawasan budaya terpadu dibatasi atau dikendalikan

sampai sekitar 1.500 jiwa;

j. Jumlah penduduk kawasan olahraga terpadu dibatasi atau dikendalikan

sampai sekitar 98.855 jiwa;

k. Jumlah penduduk kawasan bisnis dan pariwisata terpadu dibatasi atau

dikendalikan sampai sekitar 14.812 jiwa;

l. Jumlah penduduk kawasan bisnis global terpadu dibatasi atau

dikendalikan sampai sekitar 85.797 jiwa.

(2) Ketentuan sebagaimana tercantum pada ayat (1) pasal ini dapat disesuaikan dengan perkembangan dan dinamika hidup masyarakat Kota serta Keputusan Walikota.

Paragraf 3

Rencana Pengembangan Kawasan Hijau

Pasal 24

(1) Pengembangan kawasan hijau lindung dilakukan melalui pembinaan kawasan sesuai dengan fungsinya, meliputi kawasan pesisir pantai utara Kota sebagai kawasan hutan bakau dan kawasan hilir Sungai Tallo sebagai kawasan hutan bakau sekaligus area pembibitan mangrove;

(2) Kawasan hijau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi: a. RTH berbentuk area dengan fungsi sebagai fasilitas umum; b. RTH berbentuk jalur untuk fungsi pengaman, peneduh, penyangga

dan/atau keindahan lingkungan. (3) Pengembangan kawasan hijau yang dijabarkan dalam 12 Kawasan Terpadu, dengan

persentase luas RTH sebagai berikut: a. Persentase luas RTH di kawasan pusat Kota ditargetkan sebesar 5% (lima

persen) dari luas kawasan dengan arahan pengembangan sebagai berikut: 1) Mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan dalam

pusat Kota serta hijau produktif di pekarangan; 2) Mengembangkan jalur hijau terbuka di sepanjang bagian barat

pantai Makassar; 3) Mempertahankan lahan pemakaman (Perkuburan Arab,

Baroanging, Dadi, dan Maccini) dan lapangan olah raga yang ada (Lapangan Hasanuddin, dan Karebosi);

4) Meningkatkan RTH di daerah permukiman padat (Spasial Lette, Baraya dan Abu Bakar Lambogo);

Page 28: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

26

5) Melestarikan taman-taman lingkungan di kawasan permukiman (Taman Gatot Subroto, Safari, Segitiga BalaiKota, Segitiga Hassanuddin, Segitiga Jalan Masjid Raya, Segitiga Pasar Baru, Segitiga Pualam, Segitiga Ratulangi, Segitiga Tugu Harimau, dan Tempat Hiburan Rakyat Kerung-Kerung) serta pengadaan RTH umum melalui program perbaikan lingkungan dan peremajaan di beberapa kawasan dalam pusat Kota;

6) Mengembangkan area budidaya tanaman hias sebagai RTH sementara pada lahan tidur;

7) Menanam pohon-pohon besar/pelindung pada halaman rumah, ruas jalan, dan di pinggir Sungai Jeneberang, terutama pada lingkungan padat.

b. Persentase luas RTH di kawasan permukiman terpadu ditargetkan sebesar 7% (tujuh persen) dari luas kawasan, dengan arahan pengembangan sebagai berikut:

1) Menata kawasan resapan air Balang Tonjong sebagai kawasan hijau lindung;

2) Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan dalam kawasan permukiman terpadu serta hijau produktif di pekarangan;

3) Mempertahankan lahan pemakaman (Perkuburan Islam Panaikang dan Taman Makam Pahlawan) dan lapangan olah raga yang ada di Hertasning;

4) Meningkatkan RTH di daerah permukiman padat pada Kawasan Sukaria dan sekitarnya juga di Perumnas – Toddopuli dan sekitarnya;

5) Melestarikan taman-taman lingkungan di kawasan permukiman serta pengadaan RTH umum melalui program perbaikan lingkungan dan peremajaan di beberapa kawasan;

6) Mengembangkan area budidaya tanaman hijau produktif sebagai RTH sementara di lahan tidur;

7) Menanam pohon-pohon besar/pelindung pada halaman rumah, ruas jalan, dan di pinggir Sungai Jeneberang, terutama pada lingkungan padat.

c. Persentase luas RTH di kawasan pelabuhan terpadu ditargetkan sebesar 7% (tujuh persen) dari luas kawasan, dengan arahan pengembangan sebagai berikut:

1) Meningkatkan RTH di area pengembangan Pelabuhan Soekarno-Hatta yang sekaligus berfungsi sebagai sarana sosialisasi;

2) Menata bagian hilir muara Sungai Tallo; 3) Mempertahankan lahan pemakaman Perkuburan Raja-Raja

Tallo dan lapangan olah raga yang ada di Sabutung-Koptu Harun;

4) Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan dalam kawasan pelabuhan terpadu serta hijau produktif di pekarangan;

5) Meningkatkan RTH di daerah permukiman padat Sabutung-Barukang dan sekitarnya;

6) Melestarikan lingkungan permukiman dengan pengadaan RTH umum pada kawasan Sabutung-Barukang dan sekitarnya melalui program perbaikan dan peremajaan lingkungan;

Page 29: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

27

7) Mengembangkan area budidaya tanaman hijau produktif sebagai RTH sementara di lahan tidur;

8) Menanam pohon-pohon besar/pelindung pada halaman rumah, ruas jalan, dan di pinggir Sungai Tallo, terutama pada lingkungan padat.

d. Persentase luas RTH pada kawasan bandara terpadu ditargetkan sebesar 15% (lima belas persen) dari luas kawasan, dengan arahan pengembangan sebagai berikut:

1) Mengamankan RTH di sekitar Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin dengan budi daya pertanian;

2) Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan serta hijau produktif di pekarangan;

3) Mempertahankan lahan pemakaman Sudiang dan lapangan olah raga yang ada di kawasan bandara terpadu;

4) Mengembangkan penghijauan di pusat-pusat permukiman dalam kawasan bandara terpadu seperti Kawasan Perumnas Sudiang, Perumahan Pemerintah Provinsi dan kompleks perumahan lainnya dalam kawasan ini;

5) Mendorong peningkatan RTH di daerah permukiman berkelompok yang terdapat dalam Kawasan Terpadu ini;

6) Melestarikan taman-taman lingkungan di kawasan permukiman serta mengadakan RTH Umum melalui program perbaikan lingkungan dan peremajaan di beberapa kawasan;

7) Mendorong pengembangan area budidaya tanaman hias sebagai RTH sementara pada lahan tidur;

8) Mendorong penanaman pohon-pohon besar/pelindung pada halaman rumah, ruas jalan, terutama pada lingkungan permukiman.

e. Persentase luas RTH pada kawasan maritim terpadu ditargetkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari luas kawasan, dengan arahan pengembangan sebagai berikut:

1) Mengembangkan jalur hijau terbuka di sepanjang garis pantai utara Makassar;

2) Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan serta hijau produktif di pekarangan;

3) Melestarikan taman-taman lingkungan di kawasan permukiman serta mengadakan RTH umum melalui program perbaikan lingkungan dan peremajaan di beberapa wilayah;

4) Mengembangkan area budidaya tanaman hijau produktif sebagai RTH sementara di lahan tidur;

5) Menanam pohon-pohon besar/pelindung di halaman rumah dan ruas jalan, terutama pada lingkungan permukiman.

f. Persentase luas RTH pada kawasan industri terpadu ditargetkan sebesar 7 % (tujuh persen) dari luas kawasan, dengan arahan pengembangan sebagai berikut:

1) Menata jalur hijau binaan di sepanjang jalan bebas hambatan Kota;

2) Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan dalam kawasan;

3) Menyediakan RTH yang seimbang pada areal kawasan industri;

Page 30: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

28

4) Melestarikan taman-taman lingkungan dalam kawasan industri dan kawasan permukiman sekitarnya serta pengadaan RTH umum melalui program perbaikan lingkungan dan peremajaan di beberapa kawasan;

5) Menanam pohon di halaman rumah, ruas jalan, dan pinggir Sungai Tallo terutama di lingkungan permukiman.

g. Persentase luas RTH pada kawasan pergudangan terpadu ditargetkan sebesar 5% (lima persen) dari luas kawasan, dengan arahan pengembangan sebagai berikut:

1) Menata jalur hijau di sepanjang jalan bebas hambatan Kota; 2) Menata bagian hilir muara Sungai Tallo; 3) Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang

jalan dalam kawasan; 4) Menyediakan RTH yang seimbang di kawasan industri; 5) Mengadakan taman-taman lingkungan dalam kawasan

pergudangan melalui program perbaikan dan peremajaan lingkungan;

6) Mendorong penanaman pohon-pohon pelindung di sepanjang ruas jalan dan pinggir Sungai Tallo.

h. Persentase luas RTH pada kawasan Riset dan Pendidikan terpadu ditargetkan sebesar 7 % (tujuh persen) dari luas kawasan, dengan arahan pengembangan sebagai berikut:

1) Menghijaukan pusat-pusat kegiatan dalam kawasan riset dan pendidikan terpadu (Universitas Hasanuddin, Universitas Cokroaminoto, STIMIK Dipanegara, Universitas Islam Makassar, Universitas Muslim Indonesia, Universitas 45, dan lain-lain);

2) Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan serta hijau produktif di pekarangan;

3) Mempertahankan lahan pemakaman (Perkuburan Kristen Pannara) dan lapangan olah raga milik kampus;

4) Meningkatkan RTH di daerah-daerah permukiman yang terdapat dalam kawasan ini;

5) Melestarikan taman-taman lingkungan yang terdapat dalam kawasan kampus dan permukiman penduduk serta pengadaan RTH umum melalui program perbaikan lingkungan dan peremajaan di beberapa kawasan;

6) Mengembangkan area budidaya tanaman hijau produktif sebagai RTH sementara di lahan tidur;

7) Menanam pohon-pohon besar/pelindung di halaman kampus, rumah, dan ruas jalan.

i. Persentase luas RTH pada kawasan budaya terpadu ditargetkan sebesar 18 % (delapan belas persen) dari luas kawasan, dengan arahan pengembangan sebagai berikut:

1) Mengamankan RTH dalam areal kawasan Taman Miniatur Sulawesi;

2) Menata bagian hilir daerah aliran Sungai Jeneberang dan Balang Beru;

3) Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan serta hijau produktif dalam kawasan pengembangan Taman Miniatur Sulawesi;

Page 31: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

29

4) Melestarikan taman-taman lingkungan yang terdalam dalam kawasan Taman Miniatur Sulawesi serta pengadaan RTH baru melalui program perbaikan lingkungan, peremajaan di beberapa bagian dalam kawasan ini;

5) Mengembangkan area budidaya tanaman hias maupun tanaman hijau produktif sebagai RTH sementara pada lahan tidur.

j. Persentase luas RTH pada kawasan olahraga terpadu ditargetkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari luas kawasan, dengan arahan pengembangan sebagai berikut:

1) Mengembangkan jalur hijau terbuka di sepanjang garis pantai bagian barat Makassar;

2) Menata bagian hilir muara Sungai Jeneberang; 3) Meningkatkan penghijauan di area pengembangan kawasan; 4) Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang

jalan serta hijau produktif pada pusat-pusat kegiatan yang akan dikembangkan pada kawasan ini;

5) Membentuk taman-taman Kota dan RTH sebagai wadah sosialisasi dan aktivitas warga.

k. Persentase luas RTH pada kawasan bisnis dan pariwisata terpadu ditargetkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari luas kawasan, dengan arahan pengembangan sebagai berikut: 1) Mengembangkan jalur hijau terbuka di sepanjang garis pantai

bagian barat Makassar; 2) Menata bagian hilir muara Sungai Jeneberang; 3) Meningkatkan penghijauan di daerah sekitar danau Tanjung

Bunga (Sungai Baling Beru) guna menjadi wadah rekreasi dan sosialisasi warga;

4) Menata dan mengembangkan jalur hijau berbunga di sepanjang jalan serta hijau produktif di dalam kawasan permukiman Tanjung Bunga;

5) Meningkatkan RTH dan taman-taman Kota di kawasan Kota Terpadu Tanjung Bunga;

6) Mengembangkan area budidaya tanaman hijau produktif sebagai RTH sementara di lahan tidur.

l. Persentase luas RTH pada kawasan bisnis global terpadu ditargetkan sebesar 12% (dua belas persen) dari luas kawasan, dengan arahan pengembangan sebagai berikut:

1) Mengembangkan jalur hijau terbuka di sepanjang garis pantai bagian barat Makassar;

2) Melanjutkan penataan dan pengembangan kawasan hijau baru dari proses revitalisasi Pantai Losari;

3) Menata bagian hilir muara kanal Kota; 4) Menata bagian hilir muara Sungai Balang Beru; 5) Meningkatkan RTH melalui pembuatan hutan dan taman-taman

Kota secara seimbang dalam kawasaan global terpadu.

Paragraf 4

Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman

Pasal 25

(1) Kawasan permukiman terdiri atas kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi, sedang, dan kawasan permukiman berkepadatan rendah.

Page 32: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

30

(2) Pengembangan permukiman secara bertahap diarahkan untuk mencapai norma satu unit rumah yang layak huni untuk setiap keluarga.

(3) Setiap kawasan permukiman secara bertahap dilengkapi dengan sarana lingkungan yang jenis dan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat berdasar standar fasilitas umum/fasilitas sosial.

(4) Fasilitas umum/fasilitas sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi: a. Fasilitas Pendidikan; b. Fasilitas Kesehatan; c. Fasilitas Peribadatan; d. Fasilitas Olah Raga/Kesenian/Rekreasi; e. Fasilitas Pelayanan Pemerintah; f. Fasilitas Bina Sosial; g. Fasilitas Perbelanjaan/Niaga; h. Fasilitas Transportasi.

(5) Bangunan campuran pada kawasan permukiman terdiri dari campuran antara perumahan dengan jasa, perdagangan, industri kecil dan atau industri rumah tangga secara terbatas beserta fasilitasnya;

(6) Rencana pengembangan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3), (4), (5) di masing-masing Kawasan Terpadu diuraikan sebagai berikut:

a. Rencana pengembangan kawasan permukiman pada kawasan pusat Kota ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 733,50 Ha, dengan uraian arahan pengembangan berikut:

1) Mengembangkan pola perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman kumuh berat dan sedang (Lette, Baraya dan Abu Bakar Lambogo) termasuk yang berada di sepanjang bantaran kanal Kota;

2) Mendorong pengembangan peremajaan lingkungan terbatas pada kawasan permukiman kumuh berat;

3) Mengembangkan kawasan permukiman secara vertikal dan memperkecil perpetakan untuk penyediaan perumahan golongan menengah-bawah yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai serta manusiawi;

4) Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur, yang tersebar dalam kelompok-kelompok perumahan berkompleks di dalam Kota;

5) Membatasi pemanfaatan dan pelestarian lingkungan khususnya pada kawasan pemugaran dan bangunan bersejarah dalam Kota;

6) Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap; 7) Melengkapi fasilitas umum yang manusiawi di kawasan

permukiman; 8) Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah

ada dan sekaligus melestarikan lingkungannya. b. Rencana pengembangan kawasan permukiman pada kawasan

permukiman terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 2.160,10 Ha, dengan uraian arahan pengembangan berikut: 1) Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur, yang

tersebar dalam kelompok-kelompok perumahan berkompleks dalam kawasan ini;

2) Mengembangkan kawasan permukiman baru terutama di wilayah timur Kota (antara jalan lingkar tengah dan luar);

3) Mendorong pengembangan kawasan permukiman KDB rendah beserta fasilitasnya di daerah pengembangan permukiman Panakkukang Mas;

Page 33: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

31

4) Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur, yang tersebar dalam kelompok-kelompok perumahan berkompleks di dalam kawasan;

5) Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap; 6) Melengkapi fasilitas umum yang manusiawi di kawasan

permukiman; 7) Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah

ada dan sekaligus melestarikan lingkungannya. c. Rencana pengembangan kawasan permukiman pada kawasan

pelabuhan terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 29,16 Ha, dengan uraian arahan pengembangan berikut: 1) Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang

terdapat dalam kawasan pelabuhan terpadu; 2) Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan

permukiman kumuh sedang dan ringan (kawasan pesisir pantai utara, Galangan Kapal Paotere) secara terbatas melalui pengembangan secara vertikal, yang dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai;

3) Mengembangkan permukiman masyarakat menengah ke atas pada areal reklamasi pantai utara;

4) Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman di kawasan Kota tua/bersejarah dan Pelabuhan Soekarno-Hatta sekaligus melestarikan lingkungannya;

5) Membatasi pemanfaatan kawasan dengan fungsi tertentu khususnya pada kawasan pemugaran dan atau bangunan bersejarah dalam Kota seperti lingkungan dan bangunan makam Raja-raja Tallo;

6) Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap; 7) Melengkapi fasilitas umum yang manusiawi di kawasan

permukiman; 8) Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah

ada dan sekaligus melestarikan lingkungannya. d. Rencana pengembangan kawasan permukiman pada kawasan

bandara terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 201,18 Ha, dengan uraian arahan pengembangan berikut: 1) Mengembangkan kawasan permukiman ber-KDB rendah di

sekitar KKOP Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin dengan upaya mengembangkan budidaya tanaman hijau produktif dan pertanian;

2) Mendorong pengembangan peremajaan lingkungan pada kawasan permukiman kumuh;

3) Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur, yang tersebar dalam kelompok-kelompok perumahan berkelompok dalam kawasan;

4) Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap; 5) Melengkapi fasilitas umum yang manusiawi di kawasan

permukiman; 6) Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah

ada dan sekaligus melestarikan lingkungannya. e. Rencana pengembangan kawasan permukiman pada kawasan

maritim terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 53,01 Ha, dengan uraian arahan pengembangan berikut: 1) Mengembangkan pola perbaikan lingkungan pada kawasan

permukiman kumuh dalam kawasan maritim terpadu berikut dengan penyediaan saranan dan prasarana yang memadai;

Page 34: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

32

2) Mengembangkan permukiman nelayan yang bernuansa wisata dan berwawasan lingkungan hidup di kawasan pantai utara dan pulau-pulau yang dihuni di Kepulauan Spermonde;

3) Mengembangkan kawasan permukiman baru yang sesuai dengan atmosfir kawasan maritim;

4) Mempertahankan, mengembangkan dan merevitalisasi lingkungan permukiman nelayan Untia yang sudah ada;

5) Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap; 6) Melengkapi fasilitas umum yang manusiawi di kawasan

permukiman; 7) Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah

ada dan sekaligus melestarikan lingkungannya. f. Rencana pengembangan kawasan permukiman pada kawasan

industri terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 151,81 Ha, dengan uraian arahan pengembangan berikut: 1) Mengembangkan perbaikan lingkungan pada kawasan

permukiman kumuh dalam kawasan industri terpadu secara terukur dan terkontrol;

2) Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur yang terdapat dalam kawasan;

3) Pengembangan dan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman kumuh dilakukan melalui pengembangan secara vertikal, dan memperkecil perpetakan untuk penyediaan perumahan golongan menengah-bawah yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai bagi masyarakat;

4) Mempertahankan lingkungan permukiman yang teratur; 5) Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap; 6) Melengkapi fasilitas umum yang manusiawi di kawasan

permukiman dalam kawasan industri terpadu; 7) Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah

ada dan sekaligus melestarikan lingkungannya. g. Rencana pengembangan kawasan permukiman pada kawasan

pergudangan terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 156,20 Ha, dengan uraian arahan pengembangan berikut: 1) Mengembangkan lingkungan permukiman secara lebih teratur

berdasarkan uraian dan arahan perencanaan yang sesuai dengan atmosfir kawasan pergudangan;

2) Menyediakan fasilitas umum yang manusiawi di kawasan permukiman yang dikembangkan;

3) Membatasi pengembangan lingkungan permukiman yang tidak sesuai dengan atmosfir kawasan pergudangan.

h. Rencana pengembangan kawasan permukiman pada kawasan riset dan pendidikan terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 358,86 Ha, dengan uraian arahan pengembangan berikut: 1) Mengembangkan pola perbaikan lingkungan pada kawasan

permukiman kumuh ringan (Pampang – pesisir Sungai Pampang) berikut dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai bagi masyarakat;

2) Mengembangkan kawasan permukiman ber-KDB rendah dalam kawasan;

3) Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap; 4) Melengkapi fasilitas umum yang manusiawi di kawasan

permukiman; 5) Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah

ada sekaligus melestarikan lingkungannya;

Page 35: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

33

i. Rencana pengembangan kawasan permukiman pada kawasan budaya terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 3,30 Ha, dengan uraian arahan pengembangan berikut: 1) Mengembangkan lingkungan permukiman yang sesuai dengan

konsep dan atmosfir wilayah sebagai kawasan budaya terpadu; 2) Mengarahkan perbaikan lingkungan pada kawasan permukiman

warga dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai bagi masyarakat;

3) Membatasi pemanfaatan dan pelestarian lingkungan khususnya pada kawasan pemugaran dan bangunan bersejarah dalam kawasan.

j. Rencana pengembangan kawasan permukiman pada kawasan olahraga terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 161,08 Ha, dengan uraian arahan pengembangan berikut: 1) Mengembangkan kawasan permukiman baru berikut dengan

penataan lingkungannya yang disesuaikan dengan irama, aroma dan warna kawasan sebagai kawasan olahraga terpadu;

2) Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman dan lingkungannya yang tidak sesuai dengan konsep dan atmosfir kawasan sebagai kawasan olahraga terpadu;

3) Menyediakan sarana dan prasarana dalam kawasan permukiman yang dikembangkan di kawasan olahraga terpadu.

k. Rencana pengembangan kawasan permukiman pada kawasan bisnis dan pariwisata terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 72,40 Ha, dengan uraian arahan pengembangan berikut: 1) Mengarahkan pengembangan lingkungan permukiman yang

sesuai dengan konsep dan atmosfir wilayah sebagai kawasan bisnis dan pariwisata terpadu;

2) Mempertahankan kawasan permukiman ber-KDB rendah pada daerah permukiman Tanjung Bunga;

3) Mempertahankan fungsi perumahan pada kawasan mantap; 4) Melengkapi fasilitas umum yang manusiawi di kawasan

permukiman; 5) Membatasi perubahan fungsi kawasan permukiman yang sudah

ada dan sekaligus melestarikan lingkungannya. l. Rencana pengembangan kawasan permukiman pada kawasan

bisnis global terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 62,91 Ha, dengan uraian arahan pengembangan berikut: 1) Mendorong perbaikan dan penataan lingkungan permukiman

pada kawasan perencanaan melalui pengembangan sarana dan prasarana yang memadai;

2) Mengembangkan kawasan permukiman ber-KDB rendah melalui pengembangan permukiman masyarakat menengah-atas di area reklamasi pantai;

3) Melengkapi fasilitas umum yang manusiawi di kawasan permukiman.

Page 36: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

34

Paragraf 5

Rencana Pengembangan Kawasan Bangunan Umum

Pasal 26

(1) Rencana pengembangan kawasan bangunan umum pada kawasan pusat Kota ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 440,10 Ha, dengan arahan rencana berikut:

a. Mengembangkan fasilitas perdagangan, terutama pasar tradisional yang terdapat di kawasan pusat Kota sesuai kebutuhan dan jangkauan pelayanannya;

b. Mengembangkan bangunan umum yang lebih nyaman dan berwawasan lingkungan dengan menyediakan fasilitas umum yang memadai bagi masyarakat;

c. Membatasi pengembangan perdagangan, jasa dan perkantoran sepanjang jalan arteri dan kolektor dengan memperhatikan lalu lintas dan penyediaan lahan parkir;

d. Mengembangkan kawasan campuran untuk meningkatkan daya tampung penduduk yang dikembangkan terutama di koridor jalan arteri dan kolektor;

e. Mengendalikan perkembangan kawasan campuran secara terbatas; f. Menata fungsi kawasan Kota tua/bersejarah untuk mendukung kegiatan

perkantoran, perdagangan, jasa, dan pariwisata; g. Mendorong pengembangan bangunan umum yang integrasi dengan

penataan kawasan sekitar pantai. (2) Rencana pengembangan kawasan bangunan umum pada kawasan permukiman

terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 540,02 Ha, dengan arahan rencana berikut:

a. Mengembangkan fasilitas perdagangan terutama pasar tradisional yang terdapat di kawasan permukiman terpadu sesuai kebutuhan dan jangkauan pelayanannya;

b. Mengembangkan kawasan multifungsi bertaraf global secara terpadu di kawasan ekonomi prospektif, terutama di Kawasan Niaga Panakkukang Square;

c. Mengembangkan bangunan umum yang lebih nyaman dan berwawasan lingkungan melalui penyediaan fasilitas umum yang memadai bagi masyarakat;

d. Mengembangkan kawasan campuran untuk membantu peningkatan daya tampung penduduk yang dikembangkan, terutama di koridor jalan arteri sekunder dan kolektor.

e. Mengembangkan bangunan umum yang terintegrasi dengan penataan kawasan sekitar Sungai Tallo;

f. Mengembangkan program perbaikan lingkungan pada kawasan yang terbangun dengan penyediaan dan/atau penambahan fasilitas penunjangnya beserta penghijauan yang lebih nyaman;

g. Mengembangkan sentra primer timur Kota yang bertaraf internasional; h. Mendorong pengembangan kawasan Pasar Induk Kota pada Kecamatan

Manggala. (3) Rencana pengembangan kawasan bangunan umum pada kawasan pelabuhan

terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 26,24 Ha, dengan arahan rencana berikut:

a. Mengembangkan bangunan umum yang terintegrasi baik dengan konsep rencana pengembangan pelabuhan secara terpadu;

b. Mengembangkan fasilitas perdagangan terutama untuk mendukung pengembangan kawasan yang sesuai dengan kebutuhan dan jangkauan pelayanannya;

Page 37: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

35

c. Mengembangkan wilayah pantai utara di sub-kawasan pengembangan pelabuhan melalui pola pengembangan multifungsi/super blok dengan fasilitasnya yang bertaraf internasional;

d. Mengembangkan bangunan umum yang lebih nyaman dan berwawasan lingkungan dengan menyediakan fasilitas umum yang memadai;

e. Mengendalikan pengembangan perdagangan, jasa, dan perkantoran di sepanjang jalan arteri primer dengan memperhatikan lalu lintas dan penyediaan lahan parkir;

f. Mengembangkan dan mengendalikan kawasan campuran secara terbatas untuk meningkatkan daya tampung penduduk yang dikembangkan secara vertikal terutama di koridor jalan arteri sekunder;

g. Mengembangkan sentra primer baru utara Kota yang bertaraf internasional.

(4) Rencana pengembangan kawasan bangunan umum pada kawasan bandara terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 167,65 Ha, dengan arahan rencana berikut:

a. Mengembangkan kawasan multifungsi bertaraf global secara terpadu di kawasan ekonomi prospektif terutama yang berada dekat dengan kawasan bandara;

b. Mengembangkan bangunan umum yang terintegrasi baik melalui konsep rencana pengembangan bandara secara terpadu;

c. Mengembangkan bangunan umum yang lebih nyaman dan berwawasan lingkungan dengan menyediakan fasilitas umum yang memadai;

d. Mengembangkan program perbaikan lingkungan pada kawasan yang terbangun dengan penyediaan dan/atau penambahan fasilitas penunjangnya beserta penghijauan yang lebih nyaman;

e. Mengendalikan perkembangan kawasan campuran terutama yang berada pada jalan arteri primer;

f. Mengembangkan sentra primer baru utara Kota yang berskala internasional.

(5) Rencana pengembangan kawasan bangunan umum pada kawasan maritim terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 17,67 Ha, dengan arahan rencana berikut:

a. Mengembangkan bangunan umum yang sesuai dengan atmosfir kawasan sebagai kawasan maritim terpadu;

b. Mengembangkan wilayah pantai utara di sub-kawasan pengembangan maritim dengan pola pengembangan yang lebih terencana, terkontrol, dan terintegrasi dengan atmosfir ruang rencana kawasan maritim;

c. Mengembangkan fasilitas perdagangan terutama untuk pasar tradisional sesuai kebutuhan dan jangkauan pelayanannya;

d. Mengembangkan bangunan umum yang lebih nyaman dan berwawasan lingkungan dengan menyediakan fasilitas umum yang memadai;

e. Mengembangkan program perbaikan lingkungan pada kawasan yang terbangun dengan penyediaan dan/atau penambahan fasilitas penunjangnya beserta penghijauan yang lebih nyaman;

f. Mengembangkan sentra primer baru utara Kota bertaraf nasional. (6) Rencana pengembangan kawasan bangunan umum pada kawasan industri terpadu

ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 41,40 Ha, dengan arahan rencana berikut:

a. Mengembangkan kawasan multifungsi secara terpadu di kawasan ekonomi prospektif terutama pada Kawasan Niaga Daya;

b. Mengembangkan bangunan umum yang lebih nyaman dan berwawasan lingkungan sesuai atmosfir kawasan sebagai kawasan industri terpadu dengan menyediakan fasilitas umum yang lebih baik dan memadai;

Page 38: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

36

c. Mengembangkan kawasan campuran untuk membantu peningkatan daya tampung penduduk yang dikembangkan secara vertikal terutama di koridor jalan arteri sekunder dan kolektor;

d. Mengembangkan program perbaikan lingkungan pada kawasan yang terbangun dengan penyediaan dan/atau penambahan fasilitas penunjangnya beserta penghijauan yang lebih nyaman.

(7) Rencana pengembangan kawasan bangunan umum pada kawasan pergudangan terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 195,25 Ha, dengan arahan rencana berikut:

a. Mengembangkan bangunan umum yang lebih nyaman dan berwawasan lingkungan sesuai dengan atmosfir kawasan sebagai kawasan pergudangan terpadu melalui penyediaan fasilitas umum yang memadai;

b. Mengembangkan program perbaikan lingkungan pada kawasan yang terbangun dengan penyediaan dan/atau penambahan fasilitas penunjangnya beserta penghijauan yang lebih nyaman.

(8) Rencana pengembangan kawasan bangunan umum pada kawasan riset dan pendidikan terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 52,77 Ha, dengan arahan rencana berikut:

a. Mengembangkan bangunan umum yang terintegrasi baik dengan konsep pengembangan kawasan riset dan pendidikan secara terpadu;

b. Mengembangkan bangunan umum yang lebih nyaman dan berwawasan lingkungan dengan menyediakan fasilitas umum yang memadai;

c. Membatasi pengembangan perdagangan, jasa dan perkantoran di sepanjang jalan arteri primer dengan memperhatikan arus lalu lintas dan penyediaan lahan parkir;

d. Mengembangkan kawasan campuran untuk membantu peningkatan pelayanan pada masyarakat;

e. Mengendalikan perkembangan kawasan campuran terutama yang berada pada jalan arteri primer;

f. Mengendalikan pengembangan bangunan umum secara terbatas yang terintegrasi dengan penataan kawasan sekitar Sungai Tallo.

(10) Rencana pengembangan kawasan bangunan umum pada kawasan budaya terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 1,83 Ha, dengan arahan rencana berikut:

a. Mengembangkan wilayah bagian selatan Kota di sub-kawasan pengembangan kawasan Taman Miniatur Sulawesi melalui pola pengembangan multifungsi yang tetap terintegrasi baik secara bentuk dan ruang sesuai atmosfir ruang budaya yang ingin dicapai;

b. Mengembangkan bangunan umum yang tetap terintegrasi dengan rencana pengendalian serta revitalisasi Sungai Balang Beru dan Jeneberang secara terpadu;

c. Melestarikan dan menata fungsi-fungsi kawasan/bangunan bersejarah untuk mendukung kegiatan perdagangan, jasa, dan pariwisata dengan pengaturan dan penataan arus lalu lintas beserta jalur pejalan kaki yang lebih nyaman;

d. Mengembangkan sentra primer baru selatan Kota, dengan penempatan sektor budaya sebagai warna dari atmosfir pengembangan kawasan.

(11) Rencana pengembangan kawasan bangunan umum pada kawasan olahraga terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 80,54 Ha, dengan arahan rencana berikut:

a. Mengembangkan wilayah bagian selatan Kota di sub-kawasan pesisir pantai barat Makassar yang bertaraf global, dengan pola pengembangan multifungsi yang tetap terintegrasi baik secara bentuk dan ruang serta berwawasan lingkungan sesuai dengan atmosfir ruang olahraga terpadu yang ingin dicapai;

Page 39: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

37

b. Mengembangkan program perbaikan lingkungan pada kawasan yang terbangun dengan penyediaan dan/atau penambahan fasilitas penunjangnya beserta penghijauan yang lebih nyaman;

c. Mengembangkan sentra primer baru bertaraf internasional di selatan Kota. (12) Rencana pengembangan kawasan bangunan umum pada kawasan bisnis dan

pariwisata terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 36,20 Ha, dengan arahan rencana berikut:

a. Mengembangkan kawasan multifungsi bertaraf global secara terpadu di kawasan ekonomi prospektif terutama yang berada pada kawasan permukiman Tanjung Bunga;

b. Mengembangkan bangunan umum yang lebih nyaman dan berwawasan lingkungan dengan menyediakan fasilitas umum yang memadai bagi masyarakat;

c. Mengendalikan pengembangan perdagangan, jasa dan perkantoran secara terbatas sepanjang jalan arteri primer dengan memperhatikan arus lalu lintas dan penyediaan lahan parkir;

d. Mendorong pengembangan bangunan umum yang integrasi dengan penataan kawasan sekitar pantai Makassar bagian barat.

(13) Rencana pengembangan kawasan bangunan umum pada kawasan bisnis global terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 33,55 Ha, dengan arahan rencana berikut:

a. Mengembangkan wilayah bagian barat Kota di sub-kawasan tanah tumbuh dengan pola pengembangan multifungsi yang tetap terintegrasi baik secara bentuk dan ruang serta berwawasan lingkungan sesuai dengan atmosfir ruang bisnis global;

b. Mengembangkan kegiatan perdagangan, jasa, dan perkantoran secara terbatas dan terkendali di sepanjang jalan arteri primer dengan memperhatikan arus lalu lintas dan penyediaan lahan parkir.

(14) Pengembangan kawasan bangunan umum ber-KDB rendah: a. Mengembangkan kawasan bangunan umum ber-KDB rendah secara

terbatas terutama pada daerah sebelah utara dan timur yaitu pada kawasan industri terpadu, kawasan pergudangan terpadu, kawasan maritim terpadu dan kawasan riset dan pendidikan terpadu;

b. Persentase luas kawasan bangunan umum ber-KDB rendah ditargetkan sebesar 6,17 % dari luas seluruh Kawasan Terpadu Kota.

(15) Pengembangan kawasan campuran dalam 12 Kawasan Terpadu Kota diuraikan sebagai berikut:

a. Pengembangan kawasan campuran pada kawasan pusat Kota ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 586,80 Ha;

b. Pengembangan kawasan campuran pada kawasan permukiman terpadu ditargetkan untuk menempati wilayah perencanaan seluas 1.080 Ha;

c. Pengembangan kawasan campuran pada kawasan pelabuhan terpadu ditargetkan untuk menempati wilayah perencanaan seluas 58,31 Ha;

d. Pengembangan kawasan campuran pada kawasan bandara terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 335,31 Ha;

e. Pengembangan kawasan campuran pada kawasan maritim terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 70,68 Ha;

f. Pengembangan kawasan campuran pada kawasan industri terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 276,01 Ha;

g. Pengembangan kawasan campuran pada kawasan pergudangan terpadu ditargetkan untuk menempati wilayah perencanaan seluas 390,51 Ha;

h. Pengembangan kawasan campuran pada kawasan riset dan pendidikan terpadu ditargetkan untuk menempati wilayah perencanaan seluas 211,09 Ha;

Page 40: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

38

i. Pengembangan kawasan campuran pada kawasan budaya terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 1,33 Ha;

j. Pengembangan kawasan campuran pada kawasan olahraga terpadu 161,08 Ha;

k. Pengembangan kawasan campuran pada kawasan bisnis dan pariwisata terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 90,51 Ha;

l. Pengembangan kawasan campuran pada kawasan bisnis global terpadu ditargetkan untuk menempati wilayah perencanaan seluas 62,91 Ha.

Paragraf 6

Rencana Pengembangan Kawasan Industri

Pasal 27

Rencana pengembangan kawasan industri di Makassar hanya diperbolehkan pada empat Kawasan Terpadu berikut: (1) Kawasan pelabuhan terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas

14,58 Ha, dengan arahan rencana berikut: a. Mengembangkan industri selektif yang mendukung fungsi pelabuhan

secara terpadu; b. Mengembangkan kegiatan industri pada kawasan yang terbangun dengan

penyediaan dan/atau penambahan fasilitas penunjang beserta penghijauan yang lebih nyaman.

(2) Kawasan bandara terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 167,65 Ha dengan arahan rencana berikut:

a. Mengembangkan industri berteknologi tinggi yang tidak mengganggu lingkungan hidup sebagai satu kesatuan kawasan berikat;

b. Mengembangkan industri kecil yang tidak berpolusi dan berwawasan lingkungan hidup.

(3) Kawasan maritim terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 17,67 Ha dengan arahan rencana berikut:

a. Mengarahkan kegiatan industri yang berlokasi di dekat permukiman agar hanya digunakan untuk jenis-jenis industri kecil dan tidak polutif, selain harus berwawasan lingkungan;

b. Mengembangkan kegiatan industri yang berhubungan dengan kegiatan industri perikanan.

(4) Kawasan industri terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 759,04 Ha dengan arahan rencana sebagai berikut:

a. Menjadi pusat dari semua kegiatan pengembangan industri; b. Merelokasi industri menengah dan besar dari pusat Kota ke dalam

kawasan; c. Mengatur dan mengendalikan kegiatan industri secara terbatas terhadap

kegiatan industri yang berisiko tinggi menimbulkan efek negatif terhadap perkembangan manusia dan lingkungan.

Paragraf 7

Rencana Pengembangan Kawasan Pergudangan

Pasal 28

Rencana pengembangan kawasan pergudangan di Makassar hanya diperbolehkan pada empat Kawasan Terpadu sebagai berikut:

Page 41: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

39

(1) Kawasan pergudangan pada kawasan pelabuhan terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 58,31 Ha, dengan arahan rencana berikut:

a. Mengembangkan kawasan pergudangan untuk mengantisipasi perkembangan pelabuhan Soekarno-Hatta dan menunjang kegiatan perdagangan dan jasa;

b. Mengembangkan kawasan pergudangan yang nyaman, asri, dan tertata serta tetap terintegrasi baik dengan atmosfir kawasan pelabuhan.

(2) Kawasan bandara terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 335,31 Ha, dengan arahan rencana sebagai berikut:

a. Mengarahkan pengembangan kawasan pergudangan yang dapat menunjang kegiatan industri, perdagangan, dan jasa yang ada di bandara;

b. Mengarahkan pengembangan kawasan pergudangan yang lebih tertata secara bentuk dan berwawasan lingkungan.

(3) Kawasan maritim terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 35,34 Ha, dengan arahan rencana sebagai berikut:

a. Mengarahkan pengembangan kawasan pergudangan yang dapat menunjang kegiatan industri, perdagangan, dan jasa kemaritiman;

b. Mengarahkan pengembangan kawasan pergudangan yang lebih tertata secara bentuk dan berwawasan lingkungan.

(4) Kawasan pergudangan terpadu ditargetkan menempati wilayah perencanaan seluas 898,16 Ha, dengan arahan rencana sebagai berikut:

a. Merelokasi kawasan pergudangan dari dalam Kota; b. Menjadi pusat konsentrasi serta relokasi gudang di dalam Kota; c. Mengarahkan pengembangan kawasan pergudangan yang sejalan dengan

nilai ruang rencana yang ingin dicapai.

Paragraf 8

Rencana Pengembangan Sistem Pusat Kegiatan

Pasal 29

(1) Sistem pusat kegiatan ditetapkan untuk menunjang Makassar sebagai Kota maritim, niaga, budaya, jasa, dan pendidikan serta memeratakan pusat kegiatan Pemerintahan, kegiatan sosial, ekonomi, budaya, serta kegiatan pelayanan;

(2) Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dibedakan berdasarkan kegiatan kawasan sebagai pembentuk struktur ruang dan kawasan fungsi khusus sebagai pusat Pemerintahan, pusat kegiatan sosial, ekonomi dan budaya;

(3) Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, terdiri dari pusat kegiatan utama dan pusat kegiatan penunjang;

(4) Sistem pusat kegiatan utama menurut fungsi kawasan sebagai pembentuk struktur ruang sebagaimana dimaksud ayat (2) dan (3) pasal ini ditetapkan sebagai berikut:

a. Sentra primer baru timur sebagai pusat perkantoran, perdagangan dan jasa;

b. Sentra primer baru barat sebagai pusat Pemerintahan Kota, perkantoran, perdagangan dan jasa yang bertaraf global;

c. Sentra primer baru selatan sebagai pusat bisnis, pariwisata, perdagangan, budaya, dan olahraga;

d. Sentra primer baru utara sebagai pusat bisnis, pariwisata, perdagangan, dan jasa kemaritiman;

(5) Sistem pusat kegiatan utama menurut fungsi khusus ditetapkan sebagai berikut : a. Pusat Pemerintahan provinsi di WP II: kawasan Jalan Urip Sumoharjo; b. Pusat Pemerintahan Kota di WP III: Pusat Kota; c. Pusat bisnis dan pariwisata di WP II, III, IV dan V: Kota Baru Tanjung

Bunga, Panakukang Square, dan Kepulauan Spermonde;

Page 42: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

40

d. Pusat bisnis global di WP IV: Tanjung Beringin; e. Pusat olahraga di WP IV: Barombong; f. Pusat energi dan gas di WP III: Kawasan Strategis pusat energi dan bahan

bakar terpadu; g. Pusat kesehatan di Rumah Sakit Dr.Wahidin Sudirohusodo dan Rumah

Sakit Labuang Baji. (6) Sistem pusat kegiatan penunjang menurut fungsi kawasan sebagai pembentuk

struktur ruang dan menurut fungsi khusus ditetapkan pada rencana pengembangan sistem pusat kegiatan Kota;

(7) Rencana pengembangan sistem pusat kegiatan penunjang menurut kegiatan sebagai pembentuk struktur ruang dan menurut kegiatan pelayanan yang berfungsi khusus di Kota ditetapkan dengan besaran kegiatan dan jangkauan pelayanan di bawah pusat kegiatan utama.

Paragraf 9

Sistem Transportasi

Pasal 30 (1) Peningkatan kualitas pergerakan dilakukan antara lain dengan meningkatkan

kapasitas, daya dukung struktur, perbaikan geometrik, serta peningkatan fungsi jalan dan pembangunan jalan bebas hambatan.

(2) Jalan dilengkapi dengan lampu jalan. (3) Pengelolaan jalan arteri primer dilakukan melalui :

a. Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter;

b. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata;

c. Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang-alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal;

d. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi sedemikian rupa sehingga ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c harus tetap terpenuhi;

e. Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c.

(4) Pembangunan jalan dan jembatan serta pengembangan dan pembangunan terminal. (5) Pengembangan sistem angkutan umum lokal yang terintegrasi dengan sistem

angkutan umum regional. (6) Pengembangan sistem angkutan umum massal yang berbasis jalan dan moda

transportasi lainnya. (7) Pelebaran jalan dan perkerasan dilakukan di sepanjang bibir Danau Balang Tonjong.

Paragraf 10

Sistem Prasarana dan Sarana Wilayah

Pasal 31

(1) Pengembangan prasarana dan sarana wilayah bertujuan untuk mendukung pencapaian fungsi pelayanan lokal dan regional secara seimbang dan menyeluruh ke seluruh kawasan.

Page 43: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

41

(2) Pengembangan prasarana dan sarana meliputi penyediaan sistem jaringan air bersih, air baku, jaringan drainase, persampahan, jaringan listrik, jaringan telepon, serta fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya melalui :

a. Pengembangan sistem jaringan air bersih bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat akan air bersih guna menunjang peningkatan kesehatan;

b. Pengelolaan air baku, baik untuk keperluan irigasi maupun industri; c. Pengembangan sistem jaringan drainase tetap memanfaatkan sistem

jaringan drainase yang sudah ada, membangun sistem jaringan drainase baru serta memanfaatkan sungai-sungai yang ada sebagai jaringan pembuangan akhir;

d. Pengembangan sistem pengelolaan sampah dilakukan melalui : 1) Proses pengumpulan dan pengangkutan sampah dilaksanakan

melalui sistem terpilah; 2) Peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengelola

persampahan harus dilakukan secara reguler. e. Pengembangan jaringan listrik dilakukan melalui penambahan daya listrik

secara bertahap dan terpadu dengan pengembangan infrastruktur lainnya; f. Pengembangan sistem pelayanan telekomunikasi melalui peningkatan

kualitas dan jangkauan pelayanan; g. Penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum di pusat-pusat pelayanan

WP dan lingkungan sesuai dengan skala pelayanannya.

Paragraf 11

Rencana Intensitas Ruang

Pasal 32

(1) Rencana intensitas ruang tingkat Kota yang dijabarkan dalam rencana intensitas ruang di masing-masing kawasan dengan tingkat KLB dari 1 sampai 5;

(2) Rencana intensitas ruang Kota yang dimaksud ayat (1) pasal ini dijabarkan lebih lanjut ke dalam RTRW Kawasan.

Bagian Kedua

Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota

Paragraf 1

Umum

Pasal 33

Untuk mewujudkan struktur pemanfaatan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, pola pemanfaatan ruang wilayah dilaksanakan berdasar arahan berikut :

a. Arahan pengelolaan kawasan hijau lindung; b. Arahan pemanfaatan ruang kawasan hijau binaan; c. Arahan pemanfaatan ruang kawasan permukiman; d. Arahan pemanfaatan ruang kawasan ekonomi prospektif; e. Arahan pemanfaatan ruang kawasan pusat kegiatan; f. Arahan pengembangan sistem prasarana wilayah; g. Arahan pengembangan kawasan prioritas; h. Arahan kebijakan tata guna air, tata guna udara, dan tata guna ruang bawah

tanah.

Page 44: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

42

Paragraf 2

Arahan Pengelolaan Kawasan Hijau Lindung

Pasal 34

(1) Pemanfaatan ruang dalam pengelolaan kawasan hijau lindung di sepanjang koridor sungai diarahkan pada kegiatan pemeliharaan habitat, tumbuhan, satwa dan plasma nutfah, kegiatan riset dan pendidikan;

(2) Pemanfaatan ruang dalam pengelolaan kawasan hijau lindung di sepanjang pesisir pantai utara Makassar diarahkan pada kegiatan riset dan penilitian, dan pembinaan kelestarian lingkungan dan fungsi alami hutan bakau mangrove, serta kegiatan kepelabuhanan dan terminal gas dan bahan bakar secara terbatas.

Paragraf 3

Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Hijau Binaan

Pasal 35

(1) Rencana pengembangan kawasan hijau binaan di masing-masing Kawasan Terpadu sebagai berikut:

a. Rencana pengembangan kawasan hijau binaan di kawasan pusat Kota menempati wilayah perencanaan seluas 146,70 Ha;

b. Rencana pengembangan kawasan hijau binaan di kawasan permukiman terpadu menempati wilayah perencanaan seluas 378,02 Ha;

c. Rencana pengembangan kawasan hijau binaan di kawasan pelabuhan terpadu akan menempati wilayah perencanaan seluas 20,41 Ha;

d. Rencana pengembangan kawasan hijau binaan di kawasan bandara terpadu menempati wilayah perencanaan seluas 251,48 Ha;

e. Rencana pengembangan kawasan hijau binaan di kawasan maritim terpadu menempati wilayah perencanaan seluas 35,34 Ha;

f. Rencana pengembangan kawasan hijau binaan di kawasan industri terpadu menempati wilayah perencanaan seluas 96,60 Ha;

g. Rencana pengembangan kawasan hijau binaan di kawasan pergudangan terpadu menempati wilayah perencanaan seluas 97,63 Ha;

h. Rencana pengembangan kawasan hijau binaan di kawasan riset dan pendidikan terpadu akan menempati wilayah perencanaan seluas 73,88 Ha;

i. Rencana pengembangan kawasan hijau binaan di kawasan budaya terpadu menempati wilayah perencanaan seluas 6,60 Ha;

j. Rencana pengembangan kawasan hijau binaan di kawasan olahraga terpadu menempati wilayah perencanaan seluas 80,54 Ha;

k. Rencana pengembangan kawasan hijau binaan di kawasan bisnis dan pariwisata terpadu menempati wilayah perencanaan seluas 36,20 Ha;

l. Rencana pengembangan kawasan hijau binaan di kawasan bisnis global terpadu menempati wilayah perencanaan seluas 50,33 Ha.

(2) Peningkatan kualitas dan kuantitas kawasan hijau binaan dilakukan melalui: a. Pemeliharaan dan pengadaan baru RTH melalui pengembangan

penggunaan tanaman keras berkanopi besar; b. Pemeliharaan dan pengadaan hutan Kota baru di tiap wilayah Kota; c. Pengembalian fungsi RTH yang telah terkonvensi; d. Pengembangan jalur hijau pada sempadan sungai dan di bawah jaringan

listrik tegangan tinggi; e. Pengembangan RTH di lingkungan yang penggunaannya dapat sekaligus

sebagai sarana olahraga, rekreasi, dan taman lingkungan perumahan;

Page 45: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

43

f. Pengadaan RTH baru pada peremajaan di kawasan-kawasan terbangun; g. Meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam pemeliharaan dan

pengembangan RTH.

Paragraf 4

Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Permukiman

Pasal 36

(1) Pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman dilakukan dengan pembangunan perumahan melalui berbagai program yang disesuaikan dengan kondisi kawasan:

a. Pembangunan baru pada lingkungan siap bangun, baik yang merupakan bagian dari kawasan maupun yang berdiri sendiri;

b. Pemugaran terhadap bangunan dan lingkungan perumahan bersejarah atau berciri khas budaya tertentu;

c. Pemeliharaan lingkungan perumahan terhadap kawasan yang sudah mantap;

d. Perbaikan lingkungan terhadap kawasan perumahan kumuh kategori ringan;

e. Peremajaan terhadap kawasan perumahan kumuh kategori sedang dan berat dengan membangun rumah susun murah/sederhana.

(2) Pembangunan rumah susun murah/sederhana yang dimaksud ayat (1) huruf e pasal ini dikaitkan dengan peremajaan pada kawasan perumahan kumuh kategori sedang dan berat, diprioritaskan pada kawasan yang terletak di sekitar jalan lingkar dalam serta yang berada di bagian lingkar luar yang memiliki akses tinggi terhadap jaringan jalan arteri tersebut, serta pada kawasan perumahan yang terletak berdekatan atau berada di dalam kawasan ekonomi prospektif;

(3) Lokasi pengembangan kawasan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan sebagaimana tercantum pada lampiran Peraturan Daerah ini;

(4) Urutan prioritas pembangunan rumah susun sederhana diarahkan sebagaimana tercantum pada lampiran Peraturan Daerah ini;

(5) Pembangunan perumahan pada kawasan konservasi atau kawasan resapan air dibatasi dengan kepadatan rendah disertai upaya mempertahankan fungsi resapan air, khususnya kawasan di sebelah Selatan jalan lingkar luar;

(6) Perubahan fungsi pemanfaatan ruang pada kawasan-kawasan yang telah mantap dan memiliki nilai sejarah, budaya serta arsitektur khas dikendalikan secara khusus.

Paragraf 5

Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Ekonomi Prospektif

Pasal 37

(1) Pengembangan kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa wajib memperhitungkan dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang timbul dari aktifitas yang berlangsung pada kawasan tersebut;

(2) Pembangunan fasilitas perdagangan/jasa dilaksanakan dengan memenuhi kebutuhan sarana tempat usaha yang ditata secara adil bagi semua golongan usaha termasuk pengembangan golongan usaha kecil dalam bentuk pasar induk maupun pasar-pasar tradisional;

(3) Pembentukan area penghubung antar bangunan dan/atau kompleks bangunan dalam rangka meningkatkan integrasi pembangunan kawasan ekonomi prospektif dibarengi dengan penyediaan ruang-ruang untuk golongan usaha skala kecil termasuk sektor informal dan ruang-ruang terbuka bersifat umum;

Page 46: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

44

(4) Pemanfaatan ruang pada kawasan campuran perumahan dan bangunan umum dapat berbentuk pita atau superblok dengan proporsi ruang untuk perumahan berkisar 35% hingga 65% dari total besaran ruang yang dibangun sesuai dengan kategori pola sifat lingkungan setempat;

(5) Penataan kawasan pelabuhan dilakukan sebagai bagian integral dari penataan ruang Kota.

Paragraf 6

Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Pusat Kegiatan

Pasal 38

Pemanfaatan ruang pada sistem pusat kegiatan perkantoran, perdagangan dan jasa khususnya pada pusat bisnis dan pusat perbelanjaan diarahkan sebagai berikut :

a. Dilaksanakan berdasarkan panduan rancang Kota dan panduan pembangunan kawasan;

b. Dapat diisi dengan kegiatan campuran antara kegiatan perdagangan dan jasa dengan perumahan;

c. Pembangunan per persil dilakukan berdasarkan panduan rancang Kota dan panduan pembangunan kawasan dengan memperhitungkan keseimbangan manfaat ruang serta kewajiban penyediaan prasarana dan fasilitas umum yang layak bagi masyarakat;

d. Dikembangkan prasarana yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki; e. Dilaksanakan pengembangan sistem pengelolaan kawasan yang terpadu; f. Dilaksanakan pengembangan kemitraan antara Pemerintah, swasta dan

masyarakat dalam perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan pembangunan.

Paragraf 7

Arahan Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah

Pasal 39 Pengembangan prasarana transportasi diarahkan melalui:

a. Peningkatan integrasi antara moda angkutan laut dan udara dengan moda angkutan darat dilakukan dengan menyediakan fasilitas penghubung sehingga diperoleh jasa layanan angkutan yang terpadu;

b. Peningkatan pelayanan angkutan umum dilakukan dengan optimalisasi perbaikan fisik dan pembangunan prasarana baru;

c. Peningkatan kelancaran arus lalu lintas kendaraan dilakukan melalui upaya optimalisasi pemanfaatan ruang jalan, perbaikan fisik dan pembangunan prasarana baru serta kualitas lingkungan hidup;

d. Pembangunan fasilitas jalan kaki yang memadai untuk menumbuhkan budaya berjalan kaki terutama untuk jarak perjalanan yang relatif pendek;

e. Peningkatan ketertiban dan keselamatan berlalu lintas dilakukan melalui peningkatan disiplin lalu lintas bagi seluruh pengguna jalan, peningkatan pengawasan kelayakan kendaraan, serta pembangunan fasilitas-fasilitas yang mendukung keselamatan berlalu lintas.

Pasal 40

Pengembangan prasarana sumber air dan air bersih bagi masyarakat diarahkan melalui: a. Peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan air bersih jaringan pipa melalui:

1) Pembangunan instalasi, produksi dan jaringan pipa distribusi yang baru untuk memperluas pelayanan;

2) Peningkatan kemampuan jangkauan instalasi penjernihan air guna menjamin kualitas air bersih;

Page 47: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

45

3) Rehabilitasi seluruh jaringan pipa distribusi untuk mengurangi kebocoran;

4) Pencegahan dan penanggulangan pencemaran sumber air baku; 5) Meningkatkan efisiensi manajemen pengelolaan air bersih.

b. Pengadaan hidran umum serta terminal air pada kawasan yang memiliki kepadatan penduduk tinggi dan rawan air bersih namun belum terlayani jaringan pipa air bersih;

c. Perluasan pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih alternatif melalui reservoir air alam dan buatan;

d. Perlindungan dan rehabilitasi terhadap reservoir air berupa waduk dan situ-situ dengan memperhatikan kuantitas dan kualitas sumber-sumber air di hulu serta kapasitas tampung dan bangunan reservoirnya;

e. Penyeimbangan kebutuhan dan penyediaan air tanah dengan membangun pengisian air tanah pada kawasan pengguna air tanah yang banyak, baik secara alamiah maupun melalui penggunaan teknologi;

f. Perluasan pembangunan sumur resapan dan merintis pengisian reservoir air di bawah tanah;

g. Pengurangan penggunaan air tanah pada kawasan yang sudah terlayani jaringan pipa distribusi air bersih;

h. Pengendalian penggunaan air tanah terutama di kawasan resapan air dan rawan air tanah;

i. Perlindungan terhadap kawasan resapan air dari kemungkinan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

Pasal 41

Pengembangan prasarana pengendalian banjir dan drainase diarahkan melalui: a. Peningkatan kapasitas dan daya tampung prasarana pengendalian banjir 100

tahunan serta pengembangan sistem polder pada kawasan rendah; b. Penataan kembali kawasan sempadan sungai bebas dari bangunan dan

menjadikan sungai sebagai bagian dari halaman depan; c. Peningkatan kapasitas saluran makro, sub makro, saluran mikro dan lokasi

penampungan air yang ada melalui pengerukan secara berkala; d. Pembangunan dan pengembalian fungsi situ-situ dan waduk sebagai lokasi

tempat penampungan air; e. Kerjasama antar Pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan dan

pengelolaan prasarana/sarana pengendalian banjir dan penataan sungai terutama dalam hal pembiayaan pembangunan dan pemanfaatan hasilnya.

Pasal 42

Pengembangan prasarana air limbah diarahkan melalui: a. Perluasan pelayanan sistem perpipaan tertutup melalui pengembangan sistem

terpusat dan sistem modular dengan menggunakan teknologi terbaik yang dapat diterapkan;

b. Pengembangan fungsi waduk sebagai lokasi instalasi pengolahan air limbah; c. Pengelolaan air limbah dengan sistem daur ulang secara menyeluruh; d. Pemanfaatan RTH sebagai instalasi pengolahan air limbah bawah tanah; e. Pengembalian fungsi drainase sebagai saluran air hujan secara bertahap yang

disertai pengelolaan air limbah.

Pasal 43

Pengembangan prasarana persampahan diarahkan melalui: a. Pengembangan lokasi baru bagi kegiatan TPA saniter yang melayani Kota; b. Pengembangan teknologi transfer station untuk meningkatkan kapasitas daya

angkut sampah ke lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA);

Page 48: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

46

c. Pengembangan penggunaan tempat pembakaran sampah untuk mengurangi volume sampah yang diangkut ke TPA;

d. Perluasan penggunaan teknik komposting dan alternatif teknologi lainnya dalam pengolahan sampah khususnya pada sebagian WP selatan-utara dan WP selatan-selatan;

e. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penanggulangan persampahan melalui pelaksanaan konsep Recycling (daur ulang), Reused (penggunaan kembali), dan Reduced (pengurangan sampah);

f. Perluasan penggunaan metode pemilahan sampah, baik di sumber sampah, dalam proses pengangkutan maupun di TPA;

g. Pengembangan lokasi pengumpulan sampah B3 sebagai bagian dari sarana pengelolaan sampah B3 serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pemahaman sampah B3;

h. Pencegahan lokasi-lokasi Tempat Penampungan Sementara (TPS) di pinggir sungai untuk menghindari pencemaran sungai.

Pasal 44

Pengembangan prasarana telekomunikasi diarahkan melalui: a. Peningkatan penggunaan sistem digital, baik dengan sistem kabel maupun

dengan gelombang mikro; b. Pengembangan sistem jaringan sentral telepon fiber optik, jaringan kabel bawah

tanah, sistem telepon bergerak dan koridor frekuensi bagi pelanggan tetap dan fasilitas umum;

c. Perluasan distribusi warung telekomunikasi dan telepon umum ke Kota.

Paragraf 8

Arahan Pengembangan Kawasan Prioritas

Pasal 45

(1) Kawasan prioritas di tingkat Kota ditetapkan berdasarkan besar dan strategisnya kontribusi yang diberikan dalam pembangunan Kota untuk mewujudkan Kota sebagai Kota maritim, niaga, pendidikan, budaya dan jasa.

(2) Kawasan prioritas di tingkat Kota ditetapkan berdasarkan kontribusi terhadap upaya pencapaian misi pembangunan wilayah Kota yang bersangkutan.

Paragraf 9

Arahan Kebijakan Tata Guna Air, Tata Guna Laut, Tata Guna Udara, dan Tata Guna Ruang Bawah Tanah

Pasal 46

(1) Arahan kebijakan tata guna air meliputi kebijakan terhadap tata guna air permukaan dan tata guna air tanah.

(2) Pengembangan penatagunaan air permukaan dimaksud ayat (1) pasal ini dilakukan melalui penetapan peruntukan air sungai, situ, waduk.

(3) Arahan pengembangan penatagunaan air permukaan dimaksud ayat (1) pasal ini adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan kualitas dan debit air sungai dilakukan secara terpadu mencakup DAS dengan berpedoman pada peruntukan air sungai;

Page 49: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

47

b. Stasiun pemantauan kualitas dan debit air sungai ditempatkan di lokasi-lokasi yang sesuai dengan peruntukannya;

c. Peningkatan kualitas volume air situ dan waduk dilakukan secara terpadu mencakup daerah tangkapan airnya dengan berpedoman kepada peruntukan air situ dan atau waduk.

(4) Untuk sumber air kebutuhan Kota yang berada di luar wilayah administrasi Kota, kebijakan yang ditempuh adalah melakukan koordinasi dengan instansi dan pihak-pihak yang terkait serta ikut berupaya memelihara kelestarian sumber-sumber air.

(5) Arahan pengembangan dan pemeliharaan yang ditempuh untuk memelihara dan memperbaiki kondisi permukaan air tanah dangkal maupun air tanah dalam adalah:

a. Pengawasan secara ketat pada pengambilan langsung air tanah dan terutama air tanah dalam;

b. Mengendalikan secara ketat dewatering dalam pembangunan ruang bawah tanah;

c. Melakukan injeksi air tanah dalam zona rawan di bagian tengah Kota; d. Mengawasi realisasi kewajiban pembuatan sumur resapan terutama di

bagian utara, selatan dan timur Kota; e. Mencegah merembesnya limbah cair ke dalam tanah.

Pasal 47

(1) Arahan kebijakan tata guna laut meliputi konservasi kawasan-kawasan hijau lindung, rehabilitasi, mempertahankan kualitas air laut, dan mendayagunakan pemanfaatan penggunaan ruang lautan.

(2) Arahan pengembangan tata guna laut adalah sebagai berikut : a. Konservasi bagi kawasan hijau lindung sesuai ekosistemnya khususnya di

wilayah pesisir pantai Makassar dan Kepulauan Spermonde; b. Rehabilitasi untuk memulihkan tatanan ekosistem yang telah mengalami

kerusakan dan atau pencemaran khususnya wilayah pesisir pantai Makassar dan Kepulauan Spermonde;

c. Mempertahankan kualitas air laut yang memenuhi baku mutu untuk pelestarian sumberdaya terumbu karang beserta ekosistemnya;

d. Mendayagunakan pemanfaatan penggunaan ruang lautan secara terpadu untuk berbagai kepentingan dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungannya seperti perhubungan, rekreasi dan olahraga, serta kabel telekomunikasi bawah laut.

Pasal 48

(1) Arahan kebijakan tata guna udara meliputi pemanfaatan ruang udara untuk atmosfir kehidupan, transportasi, telekomunikasi, transmisi listrik, bangunan tinggi, bangunan atas tanah, bangunan atas air dan ruang pandang.

(2) Arahan pengembangan tata guna udara adalah sebagai berikut: a. Arahan pemanfaatan ruang udara untuk atmosfir kehidupan dilakukan

dengan menyeimbangkan pengembangan hutan Kota dan program penghijauan Kota dengan besarnya beban emisi gas hasil bakar dan atau perubahan iklim mikro;

b. Pemanfaatan ruang udara untuk transportasi dilakukan melalui pengamanan jalur keselamatan operasi penerbangan di sekitar bandar udara;

c. Pemanfaatan ruang udara untuk telekomunikasi antara lain untuk frekuensi radio, gelombang mikro dan selular;

d. Pemanfaatan ruang udara untuk transmisi listrik antara lain untuk jaringan listrik tegangan tinggi dan jaringan distribusi listrik;

e. Pemanfaatan ruang udara untuk bangunan tinggi pelaksanaannya diatur sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

Page 50: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

48

f. Pemanfaatan ruang udara untuk bangunan atas tanah antara lain untuk jalan layang, simpan susun, kereta layang dan jembatan penyeberangan orang;

g. Pemanfaatan ruang udara untuk bangunan atas air antara lain untuk jembatan atas sungai, anjungan dan pondok inap;

h. Pemanfaatan ruang udara untuk ruang pandang terhadap bentang alam atau unsur buatan yang dijadikan orientasi kawasan.

Pasal 49

(1) Arahan kebijakan tata guna ruang bawah tanah meliputi pemanfaatan ruang untuk prasarana jaringan dan fungsi perKotaan beserta fasilitasnya secara terpadu.

(2) Pengembangan tata ruang bawah tanah meliputi pengembangan lahan di bawah areal kepemilikan pribadi dan areal kepemilikan umum.

(3) Arahan pengembangan tata guna ruang bawah tanah di bawah lahan areal kepemilikan pribadi dilakukan berdasarkan ketentuan bangunan dan batasan intensitas bangunan yang pemanfaatannya terutama untuk parkir, gudang ruang komersil dan ruang untuk kepentingan militer beserta ruang fasilitas penunjangnya.

(4) Arahan pengembangan tata ruang bawah tanah di bawah lahan kepemilikan umum adalah sebagai berikut:

a. Pemanfaatan untuk pengembangan sistem prasarana transportasi yang diarahkan untuk pengembangan sistem angkutan umum massal beserta fasilitas penunjangnya;

b. Pemanfaatan untuk jalur penghubung dalam sistem transportasi kendaraan umum dan pejalan kaki beserta fasilitas penunjangnya;

c. Pemanfaatan untuk pengembangan jaringan utilitas dan sanitasi. (5) Pembangunan ruang bawah tanah harus memperhatikan struktur geologi, geohidrologi

dan keterpaduan antarbangunan bawah tanah maupun dengan bangunan di atasnya. (6) Pengaturan yang lebih rinci tentang bangunan bawah tanah akan diatur tersendiri.

Bagian Empat

Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota

Paragraf 1

Umum

Pasal 50

Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah Kota diwujudkan dengan pemanfaatan ruang di masing-masing kawasan yang terdiri atas :

a. Kawasan hijau lindung. b. Kawasan hijau binaan. c. Kawasan permukiman. d. Kawasan permukiman KDB rendah. e. Kawasan bangunan umum. f. Kawasan bangunan umum KDB rendah. g. Kawasan campuran. h. Kawasan industri dan pergudangan. i. Sistem pusat kegiatan; j. Sistem prasarana wilayah; k. Kawasan prioritas.

Page 51: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

49

Paragraf 2

Pengelolaan Kawasan Hijau Lindung

Pasal 51

(1) Kawasan hijau lindung terdapat di sepanjang koridor wilayah Sungai Tallo dan pantai utara Makassar;

(2) Pengelolaan kawasan hijau lindung dimaksud ayat (1) pasal ini dilakukan dengan: a. Melestarikan ekosistem alami dan hutan bakau/mangrove sebagai bagian

dari kegiatan pariwisata; b. Penyelamatan keutuhan potensi keanekaragaman hayati, baik potensi fisik

wilayahnya (habitat), potensi sumber daya kehidupan maupun keanekaragaman sumber genetiknya;

c. Pembatasan kegiatan fisik dan kegiatan pelayaran sekitar daerah yang dilindungi.

(3) Pengelolaan kawasan hijau lindung hutan bakau/mangrove di bagian darat pantai utara Makassar dilakukan dengan:

a. Pencegahan pencemaran air laut sekitar hutan bakau; b. Pembatasan pembangunan fisik terutama yang langsung dapat

menimbulkan pencemaran air laut sekitar hutan bakau; c. Pengendalian kegiatan reklamasi pantura terutama pada kawasan sekitar

hutan bakau; d. Pelestarian vegetasi mangrove dengan kegiatan rehabilitasi tanaman

sekitar hutan bakau; e. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan Bakau dan

pembangunan daerah penyangganya.

Paragraf 3

Pemanfaatan Ruang Kawasan Hijau Binaan

Pasal 52

Pemanfaatan ruang kawasan hijau binaan di tiap kawasan dilakukan sebagai berikut: a. Kawasan pusat Kota meliputi:

1) Penghijauan jalur jalan dengan jenis tanaman berbunga dan penanaman pohon pelindung sesuai dengan wilayahnya;

2) Penataan dan pemeliharaan areal pemakaman yang berada dalam kawasan, seperti perkuburan Arab, Baroanging, Dadi, dan Maccini;

3) Penataan dan pemeliharaan taman-taman Kota seperti taman Gatot Subroto, Safari, Segitiga BalaiKota, Segitiga Hasanuddin, Segitiga Masjid Raya-Bawakaraeng, Segitiga Pasar Baru, Segitiga Pualam, Segitiga Ratulangi-Kakatua, dan taman Segitiga Tugu Harimau;

4) Pengadaan lahan untuk RTH di kawasan permukiman yang padat penduduk sebagai wadah bagi warga untuk bersosialisasi, terutama di sekitar bantaran kanal Kota, kawasan pemukiman Lette, Bara-Baraya, dan Abu Bakar Lambogo.

b. Kawasan permukiman terpadu meliputi: 1) Penanaman pohon pelindung yang berfungsi sebagai peneduh di

sepanjang sempadan Sungai Tallo; 2) Penataan dan pemeliharaan taman-taman Kota dengan penanaman

pohon/tanaman produktif; 3) Penataan dan pemeliharaan area pemakaman yang berada dalam

suatu kawasan, seperti Pemakaman Islam Panaikang dan Taman Makam Pahlawan-Panaikang;

Page 52: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

50

4) Penghijauan jalur jalan dengan jenis tanaman berbunga dan penanaman pohon pelindung sesuai dengan wilayahnya;

5) Penanaman pohon pelindung di areal pemakaman yang berfungsi sebagai peneduh terutama pada kawasan pekuburan Cina dan Kristen di daerah Antang;

6) Pengadaan lahan untuk RTH di kawasan permukiman yang padat penduduk sebagai wadah bagi warga untuk bersosialisasi.

c. Kawasan pelabuhan terpadu meliputi: 1) Penanaman pohon pelindung yang berfungsi sebagai peneduh

terutama di sepanjang sempadan dan muara Sungai Tallo; 2) Penghijauan jalur jalan dengan jenis tanaman berbunga sesuai

dengan wilayahnya terutama di sekitar kawasan pelabuhan; 3) Pengadaan lahan untuk RTH di kawasan permukiman yang padat

penduduk, terutama di sekitar Paotere; 4) Penataan dan pemeliharaan taman-taman Kota dengan penanaman

berbagai pohon/tanaman produktif. d. Kawasan bandara terpadu meliputi:

1) Penataan RTH di sekitar kawasan operasi keselamatan penerbangan dengan kegiatan penghijauan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan kawasan;

2) Penghijauan jalur jalan dengan jenis tanaman berbunga sesuai dengan wilayahnya;

3) Penataan dan pemeliharaan taman Kota dengan penanaman pohon/tanaman produktif;

4) Penanaman pohon pelindung di areal pemakaman yang berfungsi sebagai peneduh terutama pada kawasan Pekuburan Sudiang;

5) Penataan area Pemakaman Sudiang dan penanaman pohon pelindung yang berfungsi sebagai peneduh;

6) Pengadaan RTH sebagai wadah bagi warga untuk bersosialisasi. e. Kawasan maritim terpadu meliputi:

1) Penanaman hutan bakau di kawasan pantai dan pelestarian hutan bakau di pesisir pantai utara Makassar;

2) Penghijauan jalur jalan dengan jenis tanaman berbunga dan penanaman pohon pelindung sesuai dengan wilayahnya;

3) Pembangunan taman Kota dengan penanaman pohon/tanaman produktif terutama di kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara;

4) Pengadaan lahan untuk RTH pada kawasan permukiman baru. f. Kawasan industri terpadu meliputi:

1) Penghijauan jalur jalan dengan jenis tanaman berbunga dan penanaman pohon pelindung sesuai dengan wilayahnya, terutama di sepanjang Jalan Bebas hambatan Ir. Sutami;

2) Penataan dan pemeliharaan RTH pada kawasan industri Makassar; 3) Penataan dan pemeliharaan taman Kota dengan penanaman

pohon/tanaman produktif dan tanaman berbunga, terutama di Taman ”Patung Ayam” Daya;

4) Pengadaan lahan untuk RTH sebagai wadah bagi warga bersosialisasi, terutama pada kawasan-kawasan permukiman penduduk padat yang terdapat dalam kawasan ini.

g. Kawasan pergudangan terpadu meliputi: 1) Penghijauan jalur jalan dengan jenis tanaman berbunga dan

penanaman pohon pelindung sesuai dengan wilayahnya, terutama di daerah sepanjang Jalan Bebas hambatan Sutami;

2) Penataan dan pemeliharaan ruang terbuka hijau pada kawasan pergudangan Makassar;

Page 53: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

51

3) Penanaman pohon pelindung yang berfungsi sebagai peneduh terutama disepanjang sempadan Sungai Tallo;

4) Pengadaan lahan untuk ruang terbuka hijau sebagai wadah bagi warga bersosialisasi terutama pada wilayah-wilayah pembangunan permukiman baru.

h. Kawasan riset dan pendidikan terpadu meliputi: 1) Penghijauan jalur jalan dengan jenis tanaman berbunga dan

penanaman pohon pelindung sesuai dengan wilayahnya, terutama di sepanjang Jalan Urip Sumaharjo dan Perintis Kemerdekaan;

2) Penanaman pohon pelindung yang berfungsi sebagai peneduh terutama disepanjang sempadan Sungai Tallo;

3) Penanaman pohon pelindung di areal pemakaman yang berfungsi sebagai peneduh terutama pada kawasan pekuburan Panaikang;

4) Penataan dan pemeliharaan taman-taman Kota sebagai wadah bagi warga bersosialisasi;

5) Pengadaan lahan untuk ruang terbuka hijau khususnnya di kawasan permukiman yang padat penduduk.

i. Kawasan budaya terpadu meliputi: 1) Penghijauan jalur jalan dengan jenis tanaman berbunga dan

penanaman pohon pelindung sesuai dengan wilayahnya, terutama di kawasan Taman Miniatur Sulawesi;

2) Pembangunan taman Kota dengan penanaman tanaman produktif; 3) Penanaman pohon pelindung mengikuti sempadan sungai; 4) Penataan areal pemakaman dan penanaman pohon pelindung yang

berfungsi sebagai peneduh; 5) Pengadaan lahan untuk RTH di kawasan permukiman padat

penduduk; 6) Pengadaan RTH sebagai wadah bagi warga untuk bersosialisasi.

j. Kawasan olahraga terpadu meliputi: 1) Penghijauan jalur jalan dengan jenis tanaman berbunga dan

penanaman pohon pelindung sesuai dengan wilayahnya, terutama di kawasan pembangunan pusat olahraga Kota;

2) Pembangunan taman Kota dengan penanaman tanaman produktif; 3) Penataan kawasan hijau dan penanaman pohon pelindung yang

berfungsi sebagai peneduh terutama pada daerah sempadan Sungai Jeneberang;

4) Pengadaan lahan untuk RTH bagi setiap kegiatan pembangunan permukiman baru;

5) Pengadaan RTH sebagai wadah bagi warga untuk bersosialisasi. k. Kawasan bisnis dan pariwisata terpadu meliputi:

1) Penghijauan jalur jalan dengan jenis tanaman berbunga sesuai dengan wilayahnya;

2) Pembangunan taman Kota dengan penanaman tanaman produktif; 3) Penataan kawasan hijau dan penanaman pohon pelindung yang

berfungsi sebagai peneduh; 4) Melaksanakan refungsionalisasi taman; 5) Pengadaan lahan untuk RTH di kawasan permukiman penduduk; 6) Pengadaan RTH sebagai wadah bagi warga untuk bersosialisasi.

l. Kawasan bisnis global terpadu meliputi: 1) Penghijauan jalur jalan dengan jenis tanaman berbunga sesuai

dengan wilayahnya; 2) Pembangunan taman Kota dengan penanaman tanaman produktif; 3) Pengadaan RTH sebagai wadah bagi warga untuk bersosialisasi.

Page 54: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

52

Paragraf 4

Pemanfaatan Ruang Kawasan Permukiman

Pasal 53

Pemanfaatan ruang kawasan permukiman di masing-masing kawasan sebagai berikut: a. Kawasan pusat Kota meliputi:

1) Pembangunan rumah susun di kawasan permukiman kumuh berat terutama di daerah Permukiman Lette, Baraya, dan Abubakar Lambogo;

2) Perbaikan bangunan rumah dan lingkungan kawasan permukiman kumuh ringan melalui Program Tribina (bina fisik, bina ekonomi, dan bina sosial);

3) Pelestarian bentuk dan fungsi bangunan dalam rangka pemugaran; 4) Perbaikan lingkungan permukiman.

b. Kawasan permukiman terpadu meliputi: 1) Perbaikan bangunan rumah dan lingkungan di kawasan permukiman

kumuh ringan melalui Program Tribina (bina fisik, bina ekonomi, dan bina sosial);

2) Pelestarian bentuk dan fungsi bangunan dalam rangka pemugaran; 3) Perbaikan lingkungan permukiman.

c. Kawasan pelabuhan terpadu meliputi: 1) Pembangunan rumah susun di kawasan permukiman kumuh

terutama disekitar kawasan pemukiman Paotere; 2) Perbaikan bangunan rumah dan lingkungan di kawasan permukiman

kumuh ringan melalui Program Tribina (bina fisik, bina ekonomi, dan bina sosial);

3) Pelestarian bentuk dan fungsi bangunan dalam rangka pemugaran; 4) Perbaikan lingkungan pada permukiman padat.

d. Kawasan bandara terpadu meliputi: 1) Penataan kembali terhadap bentuk dan fungsi rumah dan lingkungan

terutama yang berada dalam KKOP Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin;

2) Perbaikan lingkungan permukiman warga; 3) Pelestarian bentuk dan fungsi bangunan dalam rangka pemugaran.

e. Kawasan maritim terpadu meliputi: 1) Pembangunan rumah sehat sederhana di kawasan permukiman

penduduk terutama kawasan permukiman nelayan di Untia; 2) Perbaikan bangunan rumah dan lingkungan di kawasan permukiman

kumuh ringan melalui Program Tribina (bina fisik, bina ekonomi, dan bina sosial);

3) Perbaikan lingkungan permukiman warga. f. Kawasan industri terpadu meliputi:

1) Pembangunan permukiman mengikuti konsep dan fungsi dari pengembangan kawasan sebagai kawasan industri;

2) Perbaikan bangunan rumah dan lingkungan di kawasan permukiman kumuh ringan melalui Program Tribina (bina fisik, bina ekonomi, dan bina sosial);

3) Pelestarian bentuk dan fungsi bangunan dalam rangka pemugaran. g. Kawasan pergudangan terpadu meliputi:

1) Pembangunan permukiman mengikuti konsep dan fungsi dari pengembangan kawasan sebagai kawasan pergudangan;

2) Pembangunan perumahan mengikuti konsep rumah town house di kawasan pergudangan;

3) Pelestarian bentuk dan fungsi bangunan dalam rangka pemugaran; 4) Perbaikan dan peremajaan lingkungan.

Page 55: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

53

h. Kawasan riset dan pendidikan terpadu meliputi: 1) Pembangunan permukiman mengikuti konsep dan fungsi dari

pengembangan kawasan sebagai kawasan riset dan pendidikan; 2) Perbaikan bangunan rumah dan lingkungan di kawasan permukiman

kumuh ringan melalui Program Tribina (bina fisik, bina ekonomi, dan bina sosial);

3) Pelestarian bentuk dan fungsi bangunan dalam rangka pemugaran; 4) Pelestarian dan perbaikan lingkungan permukiman padat.

i. Kawasan budaya terpadu meliputi: 1) Pembangunan permukiman mengikuti konsep dan fungsi dari

pengembangan kawasan sebagai kawasan budaya; 2) Perbaikan bangunan rumah dan lingkungan di kawasan permukiman

kumuh ringan melalui Program Tribina (bina fisik, bina ekonomi, dan bina sosial);

3) Pelestarian bentuk dan fungsi bangunan dalam rangka pemugaran; 4) Pelestarian dan perbaikan lingkungan permukiman padat.

j. Kawasan olahraga terpadu meliputi pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman baru disesuaikan dengan nilai atmosfir kawasan yang ingin dicapai yaitu sebagai pusat kawasan olahraga Kota;

k. Kawasan bisnis dan pariwisata terpadu meliputi: 1) Pembangunan permukiman mengikuti konsep dan fungsi dari

pengembangan kawasan sebagai kawasan bisnis dan pariwisata; 2) Perbaikan lingkungan permukiman warga, yang disesuaikan dengan

nilai strategis pengembangan kawasan. l. Kawasan bisnis global terpadu meliputi pembangunan dan pengembangan

kawasan permukiman baru disesuaikan dengan nilai atmosfir kawasan yang ingin dicapai yaitu sebagai kawasan bisnis global yang berskala internasional.

Paragraf 5

Pemanfaatan Ruang Kawasan Permukiman KDB Rendah

Pasal 54

Pemanfaatan ruang kawasan permukiman ber-KDB rendah di masing-masing kawasan terpadu secara umum dalam bentuk pengendalian pembangunan perumahan khususnya untuk pembangunan perumahan baru di daerah keselamatan operasi penerbangan.

Paragraf 6

Pemanfaatan Ruang Kawasan Bangunan Umum

Pasal 55

Pemanfaatan ruang kawasan bangunan umum di masing-masing kawasan sebagai berikut: a. Kawasan pusat Kota meliputi:

1) Penataan kawasan pusat Kota; 2) Penataan kawasan perdagangan dan jasa.

b. Kawasan permukiman terpadu meliputi: 1) Penataan kawasan perdagangan dan jasa; 2) Pembangunan sentra primer baru timur sebagai pusat perdagangan,

jasa, dan perkantoran. c. Kawasan pelabuhan terpadu meliputi pembangunan sentra primer baru utara

sebagai pusat jasa kepelabuhanan, dan bisnis perdagangan melalui kegiatan reklamasi pantai utara Makassar.

Page 56: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

54

d. Kawasan bandara terpadu meliputi: 1) Penataan bangunan umum di kawasan bandara; 2) Pembangunan sentra primer baru timur sebagai kawasan berikat

yang mendukung peran bandara sebagai hub international. e. Kawasan maritim terpadu meliputi pembangunan pelabuhan perikanan

nusantara dan bangunan lainnya yang sejalan dengan nilai ruang kawasan yang ingin dicapai.

f. Kawasan industri terpadu meliputi: 1) Penataan bangunan umum di kawasan industri; 2) Pembangunan bangunan umum yang lebih memadai sesuai

kebutuhan dan jangkauan pelayanan. g. Kawasan pergudangan terpadu meliputi:

1) Penataan bangunan umum di kawasan pergudangan; 2) Pembangunan bangunan umum yang lebih memadai sesuai

kebutuhan dan jangkauan pelayanan. h. Kawasan riset dan pendidikan terpadu meliputi:

1) Penataan bangunan umum pada kawasan riset dan pendidikan; 2) Penataan kawasan perdagangan dan jasa.

i. Kawasan budaya terpadu meliputi pembangunan bangunan umum yang sesuai dengan nilai ruang rencana dan kebutuhan kawasan.

j. Kawasan olahraga terpadu meliputi pembangunan bangunan umum yang sesuai dengan nilai ruang rencana dan kebutuhan kawasan.

k. Kawasan bisnis dan pariwisata terpadu meliputi pembangunan bangunan umum yang sesuai dengan nilai ruang rencana dan kebutuhan kawasan.

l. Kawasan bisnis global terpadu meliputi pembangunan bangunan umum yang sesuai dengan nilai ruang rencana dan kebutuhan kawasan.

Paragraf 7

Pemanfaatan Ruang Kawasan Bangunan Umum KDB Rendah

Pasal 56

Kawasan bangunan umum ber-KDB rendah di masing-masing Kawasan Terpadu diarahkan pada pembatasan fungsi hanya untuk mendukung pusat Pemerintahan, olahraga dan rekreasi di samping usaha-usaha pengendalian pelaksanaan bangunan umum.

Paragraf 8

Pemanfaatan Ruang Kawasan Campuran

Pasal 57

Kawasan campuran di masing-masing 12 Kawasan Terpadu diarahkan pada peningkatan intensitas bangunan dan perbaikan lingkungan disertai dengan penyediaan infrastruktur yang memadai, penataan kawasan bangunan umum campuran, serta pengembangan kawasan campuran bangunan umum dengan perumahan secara vertikal terutama kawasan pusat Kota.

Paragraf 9

Pemanfaatan Ruang Kawasan Industri dan Pergudangan

Pasal 58

Kawasan industri dan pergudangan memiliki persyaratan-persyaratan tertentu dalam pembangunan dan pengembangannya, dengan arahan pemanfaatannya sebagai berikut: (1) Pembangunan kawasan industri beserta fasilitasnya;

Page 57: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

55

(2) Relokasi kegiatan industri menengah dan besar secara bertahap dari dalam Kota ke wilayah kawasan industri;

(3) Penyediaan fasilitas pergudangan untuk menunjang kegiatan industri, perdagangan dan jasa;

(4) Penataan industri yang berlokasi di dekat permukiman dengan penyediaan fasilitas pengolahan limbah.

Paragraf 10

Pemanfaatan Ruang Sistem Pusat Kegiatan

Pasal 59

Pemanfaatan ruang untuk sistem pusat kegiatan di tiap Kawasan Terpadu adalah: (1) Kawasan pusat Kota meliputi:

a. Pembangunan kembali fasilitas perdagangan dan perbaikan lingkungan fasilitas perdagangan dengan menyediakan ruang bagi pengusaha ekonomi lemah serta penataan terminal penumpang secara terpadu;

b. Pembangunan sarana dan prasarana pendukung pusat kegiatan Pemerintahan tingkat Kota;

c. Peremajaan pasar lama (Pasar Maricayya, Pasar Abubakar Lambogo, Pasar Hartako, Pasar Mamajang, Pasar Merpati, Pasar Pa’baeng-baeng, Pasar Panampu, Pasar Kalimbu, Pasar Kalukuang) dan pengaturan moda angkutan umum yang aman dan nyaman bagi masyarakat;

d. Perbaikan lingkungan pasar lama (Pasar Sentral, Pasar Terong dan Pasar Ikan Rajawali) dengan peningkatan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki;

e. Peremajaan lingkungan Pasar Induk sebagai pusat distribusi bahan pangan bagi masyarakat.

(2) Kawasan permukiman terpadu meliputi: a. Pembangunan kembali fasilitas perdagangan dan perbaikan lingkungan

fasilitas perdagangan dengan menyediakan ruang bagi pengusaha ekonomi lemah serta penataan terminal penumpang secara terpadu;

b. Pembangunan kembali fasilitas perdagangan dengan meningkatkan sarana perparkiran serta penyediaan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki;

c. Peremajaan pasar lama (Pasar Tamalate) dan pengaturan moda angkutan umum yang aman dan nyaman bagi masyarakat;

d. Perbaikan lingkungan pasar lama (Pasar Manggaraya dan Pasar Nipa-nipa) dengan peningkatan sarana dan prasarana pejalan kaki;

e. Peremajaan lingkungan Pasar Induk sebagai pusat distribusi bahan pangan bagi masyarakat.

(3) Kawasan pelabuhan terpadu meliputi: a. Pembangunan fasilitas perdagangan dan lingkungannya dengan

menyediakan ruang bagi pengusaha ekonomi lemah serta penataan terminal penumpang secara terpadu;

b. Pembangunan fasilitas perdagangan dengan sarana perparkiran serta penyediaan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki;

c. Peremajaan dan perbaikan lingkungan sistem pusat kegiatan dengan peningkatan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki.

Page 58: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

56

(4) Kawasan bandara terpadu meliputi: a. Pembangunan fasilitas perdagangan dan lingkungannya dengan

menyediakan ruang bagi pengusaha ekonomi lemah serta penataan terminal penumpang secara terpadu;

b. Pembangunan fasilitas perdagangan dengan sarana perparkiran serta penyediaan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki;

c. Peremajaan dan perbaikan lingkungan Pasar Mandai dengan peningkatan sarana dan prasarana pendukung yang aman dan nyaman bagi masyarakat.

d. Pembangunan Pasar Induk sebagai pusat distribusi bahan pangan bagi masyarakat.

(5) Kawasan maritim terpadu meliputi: a. Pembangunan fasilitas perdagangan dan lingkungannya dengan

menyediakan ruang bagi pengusaha ekonomi lemah secara terpadu; b. Pembangunan fasilitas perdagangan dengan sarana perparkiran serta

penyediaan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki.

(6) Kawasan industri terpadu meliputi: a. Pembangunan fasilitas perdagangan dan lingkungannya dengan

menyediakan ruang bagi pengusaha ekonomi lemah secara terpadu; b. Pembangunan fasilitas perdagangan dengan sarana perparkiran serta

penyediaan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki.

(7) Kawasan pergudangan terpadu meliputi: a. Pembangunan fasilitas perdagangan dan lingkungannya dengan

menyediakan ruang bagi pengusaha ekonomi lemah secara terpadu; b. Pembangunan fasilitas perdagangan dengan sarana perparkiran serta

penyediaan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki.

(8) Kawasan riset dan pendidikan terpadu meliputi: a. Pembangunan fasilitas perdagangan dan lingkungannya dengan

menyediakan ruang bagi pengusaha ekonomi lemah secara terpadu; b. Pembangunan fasilitas perdagangan dengan sarana perparkiran serta

penyediaan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki;

c. Peremajaan dan perbaikan lingkungan Pasar Daya dan Pasar Daya Metro dengan peningkatan sarana dan prasarana pendukung serta pengaturan moda angkutan umum yang aman dan nyaman bagi masyarakat.

(9) Kawasan budaya terpadu meliputi: a. Pembangunan fasilitas perdagangan dan lingkungannya dengan

menyediakan ruang bagi pengusaha ekonomi lemah secara terpadu; b. Pembangunan fasilitas perdagangan dengan sarana perparkiran serta

penyediaan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki.

(10) Kawasan olahraga terpadu meliputi: a. Pembangunan fasilitas perdagangan dan lingkungannya dengan

menyediakan ruang bagi pengusaha ekonomi lemah secara terpadu; b. Pembangunan fasilitas perdagangan dengan peningkatan sarana

perparkiran serta penyediaan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki.

Page 59: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

57

(11) Kawasan bisnis dan pariwisata terpadu meliputi: a. Pembangunan fasilitas perdagangan dan lingkungannya dengan

menyediakan ruang bagi pengusaha ekonomi lemah secara terpadu; b. Pembangunan fasilitas perdagangan dengan peningkatan sarana

perparkiran serta penyediaan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki.

(12) Kawasan bisnis global terpadu meliputi: a. Pembangunan fasilitas perdagangan dan lingkungannya dengan

menyediakan ruang bagi pengusaha ekonomi lemah secara terpadu; b. Pembangunan fasilitas perdagangan dengan peningkatan sarana

perparkiran serta penyediaan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki.

Paragraf 11

Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah

Pasal 60

Pengembangan prasarana transportasi di tiap Kawasan Terpadu sebagai berikut: a. Kawasan pusat Kota meliputi:

1) Pembatasan lalu lintas melalui penerapan kebijakan kawasan terbatas lalu lintas serta pengaturan perparkiran;

2) Pembangunan jaringan jalan lokal yang berfungsi sebagai jalan tembus;

3) Pembangunan fasilitas pejalan kaki termasuk penyeberangan; 4) Pembangunan fasilitas sarana dan prasarana transportasi yang

terpadu dengan sistem angkutan umum massal; 5) Penataan moda angkutan umum yang sesuai dengan hirarki jalan; 6) Penataan manajemen lalu lintas dan penyediaan kelengkapan

sarana lalu lintas pada kawasan yang padat lalu lintas terutama di sekitar pusat-pusat keramaian.

b. Kawasan permukiman terpadu meliputi: 1) Pengembangan ruas timur-selatan, termasuk penyelesaian

persimpangan jalan arteri dan pengelolaan kawasan koridor Sungai Tallo yang diprioritaskan;

2) Pembangunan dan peningkatan jaringan dan jalan arteri yang mendukung sistem transportasi antar wilayah;

3) Pembatasan lalu lintas melalui penerapan kebijakan kawasan terbatas lalu lintas serta pengaturan perparkiran;

4) Pembangunan jaringan jalan lokal yang berfungsi sebagai jalan tembus;

5) Pembangunan fasilitas pejalan kaki; 6) Pembangunan fasilitas sarana dan prasarana transportasi yang

terpadu dengan sistem angkutan umum massal; 7) Penataan moda angkutan umum yang sesuai dengan hirarki jalan; 8) Penataan manajemen lalu lintas dan penyediaan kelengkapan

sarana lalu lintas pada kawasan yang padat lalu lintas terutama di sekitar pusat-pusat keramaian.

c. Kawasan pelabuhan terpadu meliputi: 1) Pembangunan dan peningkatan jaringan dan jalan arteri yang

mendukung sistem transportasi antar wilayah; 2) Pembatasan lalu lintas melalui penerapan kebijakan kawasan

terbatas lalu lintas serta pengaturan perparkiran;

Page 60: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

58

3) Pembangunan jaringan jalan lokal yang berfungsi sebagai jalan tembus;

4) Pembangunan fasilitas pejalan kaki termasuk penyeberangan; 5) Pembangunan fasilitas sarana dan prasarana transportasi yang

terpadu dengan sistem angkutan umum massal; 6) Penataan moda angkutan umum yang sesuai dengan hirarki jalan; 7) Penataan manajemen lalu lintas dan penyediaan kelengkapan

sarana lalu lintas pada kawasan yang padat lalu lintas terutama di sekitar pusat-pusat keramaian.

d. Kawasan bandara terpadu meliputi: 1) Pengembangan ruas timur Kota; 2) Pembangunan dan peningkatan jaringan dan jalan arteri yang

mendukung sistem transportasi antar wilayah; 3) Pembatasan lalu lintas melalui penerapan kebijakan kawasan

terbatas lalu lintas serta pengaturan perparkiran; 4) Pembangunan jaringan jalan lokal yang berfungsi sebagai jalan

tembus; 5) Pembangunan fasilitas sarana dan prasarana transportasi yang

terpadu dengan sistem angkutan umum massal; 6) Penataan moda angkutan umum yang sesuai dengan hirarki jalan; 7) Penataan manajemen lalu lintas dan penyediaan kelengkapan

sarana lalu lintas pada kawasan yang padat lalu lintas terutama di sekitar pusat-pusat keramaian.

e. Kawasan maritim terpadu meliputi: 1) Pengembangan ruas utara Kota; 2) Pembangunan dan peningkatan jaringan dan jalan arteri yang

mendukung sistem transportasi antar wilayah; 3) Pembatasan lalu lintas melalui penerapan kebijakan kawasan

terbatas lalu lintas serta pengaturan perparkiran; 4) Pembangunan jaringan jalan lokal yang berfungsi sebagai jalan

tembus; 5) Pembangunan fasilitas pejalan kaki termasuk penyeberangan; 6) Pembangunan fasilitas sarana dan prasarana transportasi yang

terpadu dengan sistem angkutan umum massal; 7) Penataan moda angkutan umum yang sesuai dengan hirarki jalan; 8) Penataan manajemen lalu lintas dan penyediaan kelengkapan

sarana lalu lintas pada kawasan yang padat lalu lintas terutama di sekitar pusat-pusat keramaian.

f. Kawasan industri terpadu meliputi: 1) Pengembangan ruas timur-utara Kota; 2) Pembangunan dan peningkatan jaringan dan jalan arteri yang

mendukung sistem transportasi antar wilayah; 3) Pembatasan lalu lintas melalui penerapan kebijakan kawasan

terbatas lalu lintas serta pengaturan perparkiran; 4) Pembangunan jaringan jalan lokal yang berfungsi sebagai jalan

tembus; 5) Pembangunan fasilitas sarana dan prasarana transportasi yang

terpadu dengan sistem angkutan umum massal; 6) Penataan moda angkutan umum yang sesuai dengan hirarki jalan; 7) Penataan manajemen lalu lintas dan penyediaan kelengkapan

sarana lalu lintas pada kawasan yang padat lalu lintas terutama di sekitar pusat-pusat keramaian.

Page 61: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

59

g. Kawasan pergudangan terpadu meliputi: 1) Pengembangan ruas timur-utara Kota; 2) Pembangunan dan peningkatan jaringan dan jalan arteri yang

mendukung sistem transportasi antar wilayah; 3) Pembatasan lalu lintas melalui penerapan kebijakan kawasan

terbatas lalu lintas serta pengaturan perparkiran; 4) Pembangunan jaringan jalan lokal yang berfungsi sebagai jalan

tembus; 5) Pembangunan fasilitas sarana dan prasarana transportasi yang

terpadu dengan sistem angkutan umum massal; 6) Penataan moda angkutan umum yang sesuai dengan hirarki jalan; 7) Penataan manajemen lalu lintas dan penyediaan kelengkapan

sarana lalu lintas pada kawasan yang padat lalu lintas terutama di sekitar pusat-pusat keramaian.

h. Kawasan riset dan pendidikan terpadu meliputi: 1) Pengembangan ruas timur, termasuk penyelesaian persimpangan

jalan arteri dan pengelolaan kawasan koridor Sungai Tallo yang diprioritaskan;

2) Pembangunan dan peningkatan jaringan dan jalan arteri yang mendukung sistem transportasi antar wilayah;

3) Pembatasan lalu lintas melalui penerapan kebijakan kawasan terbatas lalu lintas serta pengaturan perparkiran;

4) Pembangunan jaringan jalan lokal yang berfungsi sebagai jalan tembus;

5) Pembangunan fasilitas sarana dan prasarana transportasi yang terpadu dengan sistem angkutan umum massal;

6) Penataan moda angkutan umum yang sesuai dengan hirarki jalan; 7) Penataan manajemen lalu lintas dan penyediaan kelengkapan

sarana lalu lintas pada kawasan yang padat lalu lintas terutama di sekitar pusat-pusat keramaian.

i. Kawasan budaya terpadu meliputi: 1) Pengembangan ruas selatan, termasuk penyelesaian persimpangan

jalan arteri dan pengelolaan kawasan koridor Sungai Jeneberang yang diprioritaskan;

2) Pembangunan dan peningkatan jaringan dan jalan arteri yang mendukung sistem transportasi antar wilayah;

3) Pembatasan lalu lintas melalui penerapan kebijakan kawasan terbatas lalu lintas serta pengaturan perparkiran;

4) Pembangunan jaringan jalan lokal yang berfungsi sebagai jalan tembus;

5) Pembangunan fasilitas pejalan kaki; 6) Pembangunan fasilitas sarana dan prasarana transportasi yang

terpadu dengan sistem angkutan umum massal; 7) Penataan moda angkutan umum yang sesuai dengan hirarki jalan; 8) Penataan manajemen lalu lintas dan penyediaan kelengkapan

sarana lalu lintas pada kawasan yang padat lalu lintas terutama di sekitar pusat-pusat keramaian.

j. Kawasan olahraga terpadu meliputi: 1) Pengembangan ruas selatan, termasuk pengelolaan kawasan

koridor Sungai Jeneberang yang diprioritaskan; 2) Pembangunan dan peningkatan jaringan dan jalan arteri yang

mendukung sistem transportasi antar wilayah; 3) Pembatasan lalu lintas melalui penerapan kebijakan kawasan

terbatas lalu lintas serta pengaturan perparkiran;

Page 62: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

60

4) Pembangunan jaringan jalan lokal yang berfungsi sebagai jalan tembus;

5) Pembangunan fasilitas pejalan kaki; 6) Pembangunan fasilitas sarana dan prasarana transportasi yang

terpadu dengan sistem angkutan umum massal; 7) Penataan moda angkutan umum yang sesuai dengan hirarki jalan; 8) Penataan manajemen lalu lintas dan penyediaan kelengkapan

sarana lalu lintas pada kawasan yang padat lalu lintas terutama di sekitar pusat-pusat keramaian.

k. Kawasan bisnis dan pariwisata terpadu meliputi: 1) Pengembangan ruas selatan Kota; 2) Pembangunan dan peningkatan jaringan dan jalan arteri yang

mendukung sistem transportasi antar wilayah; 3) Pembatasan lalu lintas melalui penerapan kebijakan kawasan

terbatas lalu lintas serta pengaturan perparkiran; 4) Pembangunan jaringan jalan lokal yang berfungsi sebagai jalan

tembus; 5) Pembangunan fasilitas pejalan kaki; 6) Pembangunan fasilitas sarana dan prasarana transportasi yang

terpadu dengan sistem angkutan umum massal; 7) Penataan moda angkutan umum yang sesuai dengan hirarki jalan; 8) Penataan manajemen lalu lintas dan penyediaan kelengkapan

sarana lalu lintas pada kawasan yang padat lalu lintas terutama di sekitar pusat-pusat keramaian.

l. Kawasan bisnis global terpadu meliputi: 1) Pengembangan ruas barat Kota; 2) Pembangunan dan peningkatan jaringan dan jalan arteri yang

mendukung sistem transportasi antar wilayah; 3) Pembatasan lalu lintas melalui penerapan kebijakan kawasan

terbatas lalu lintas serta pengaturan perparkiran; 4) Pembangunan jaringan jalan lokal yang berfungsi sebagai jalan

tembus; 5) Pembangunan fasilitas sarana dan prasarana transportasi yang

terpadu dengan sistem angkutan umum massal; 6) Penataan moda angkutan umum yang sesuai dengan hirarki jalan; 7) Penataan manajemen lalu lintas dan penyediaan kelengkapan

sarana lalu lintas pada kawasan yang padat lalu lintas terutama di sekitar pusat-pusat keramaian.

Pasal 61

Pemanfaatan prasarana sumber air dan air bersih di masing-masing kawasan terpadu dalam Kota diarahkan pada:

a. Perluasan jaringan pelayanan air bersih melalui peningkatan kegiatan pendisitribusian dan penyediaan hidran umum di lokasi yang belum terlayani air bersih, terutama pada kawasan yang padat penduduknya;

b. Pemanfaatan waduk sebagai reservoir air; c. Pembatasan pengambilan air tanah dangkal secara bertahap; d. Pelarangan pengambilan air tanah dalam terutama di zona kritis air tanah; e. Perluasan daerah resapan air melalui penambahan RTH; f. Pencegahan terhadap peresapan air limbah ke dalam tanah dan pencemaran

sumber-sumber air.

Page 63: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

61

Pasal 62

Pemanfaatan pengembangan prasarana dan sarana tata air dan pengendalian banjir di masing-masing Kawasan Terpadu dalam Kota diarahkan pada:

a. Peningkatan kapasitas kali; b. Pembangunan dan peningkatan kapasitas saluran untuk menyelesaikan

masalah genangan air; c. Penataan bantaran sungai melalui penertiban bangunan ilegal; d. Peningkatan kapasitas air sungai saluran penghubung dan saluran lingkungan

serta pengembangan sistem polder pada areal dataran rendah; e. Pembangunan tangkapan air.

Pasal 63

Pengembangan prasarana dan sarana sanitasi dan persampahan di masing-masing Kawasan Terpadu dalam Kota diarahkan dengan:

a. Pembangunan jaringan prasarana air limbah; b. Pembangunan jaringan prasarana air limbah dan instalasi pengolahan air

limbah; c. Pengembangan penggunaan teknologi pengolahan sampah diantaranya

penggunaan tempat pembakaran sampah yang ditempatkan pada kawasan permukiman padat di sisi bantaran sungai yang belum sepenuhnya terlayani;

d. Pengadaan lokasi penampungan sementara pada setiap kelurahan; e. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah, dengan

penerapan konsep 3R (Reused, Reduced, dan Recycling).

Pasal 64

Pengembangan sektor listrik dan gas di masing-masing Kawasan Terpadu dalam Kota diarahkan pada:

a. Pengembangan jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat;

b. Pemerataan pelayanan penerangan jalan umum pada seluruh lingkungan permukiman dan peningkatan kualitas penerangan jalan umum pada jalan protokol, jalan penghubung, taman serta pusat-pusat aktifitas masyarakat;

c. Pengembangan pelayanan dan penambahan jaringan distribusi gas terutama di kawasan industri, perdagangan dan jasa, serta rumah susun.

Pasal 65

Pengembangan prasarana dan sarana telekomunikasi di masing-masing kawasan terpadu dalam Kota diarahkan pada:

a. Pengembangan sistem pelayanan telekomunikasi melalui penerapan teknologi telekomunikasi yang memadai;

b. Penambahan dan pembangunan sentral-sentral telepon baru; c. Perluasan pengadaan telepon umum dan peningkatan pelayanan warung

telekomunikasi di kawasan permukiman padat penduduk.

BAB VI

PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Pertama

Pedoman Pengendalian

Page 64: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

62

Pasal 66

(1) Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf g didasarkan atas arahan-arahan sebagaimana dimaksud pada rencana struktur tata ruang dan pemanfaatan ruang di tingkat Kota;

(2) Pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 di kawasan hijau, kawasan permukiman, kawasan ekonomi prospektif, sistem pusat kegiatan, sistem prasarana wilayah, kawasan prioritas dan intensitas ruang dilaksanakan melalui kegiatan pengawasan, penertiban, dan perizinan terhadap pemanfaatan ruang, termasuk terhadap pemanfaatan air permukaan, air bawah tanah, air laut, udara serta pemanfaatan ruang bawah tanah.

Bagian Kedua

Pengawasan Pemanfaatan Ruang

Pasal 67

Kegiatan pengawasan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada Pasal 66 ayat (2) terdiri atas:

a. Pemantauan, adalah usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;

b. Pelaporan adalah kegiatan memberi informasi secara objektif mengenai pemanfaatan ruang baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;

c. Evaluasi adalah usaha untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang dalam mencapai tujuan rencana tata ruang.

Bagian Ketiga

Penertiban Pemanfaatan Ruang

Pasal 68

Kegiatan penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dilakukan dengan cara pengenaan sanksi sesuai dengan peraturan perUndang-undangan yang berlaku.

Bagian Keempat

Pendayagunaan Mekanisme Perizinan

Pasal 69

Setiap pemanfaatan ruang harus mendapat izin sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB VII

KELEMBAGAAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KOTA

Bagian Pertama

Penyusunan Rencana Tata Ruang

Page 65: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

63

Pasal 70 (1) Penyusunan RTRWK yang menjadi kewenangan Kota dikoordinasikan oleh Bappeda

Kota; (2) Hasil penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini

dituangkan dalam bentuk rancangan Peraturan Daerah yang terkoordinasi antara Bagian Hukum dengan Bappeda Kota.

Pasal 71

(1) Penyusunan RDTR Kawasan dikoordinasikan oleh Bappeda Kota. (2) Hasil penyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini

dituangkan dalam bentuk rancangan Peraturan Daerah yang terkoordinasi antara Bagian Hukum dengan Bappeda Kota.

Pasal 72

(1) Penyusunan rencana teknik ruang di wilayah Kota dilakukan oleh unit kerja Pemerintah Kota yang secara fungsional berwenang dan/atau dapat dilakukan bekerjasama dengan badan usaha yang berkedudukan dan/atau mempunysi hak atas ruang di wilayah atau kawasan yang direncanakan.

(2) Hasil penyusunan rencana teknik ruang sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dibahas dalam forum rapat BKPRD Kota sebelum ditetapkan dalam bentuk peraturan Walikota.

(3) Penyusunan rancangan peraturan Walikota yang dimaksud ayat (2) pasal ini disusun secara terkoordinasi antara bagian hukum dengan unit kerja fungsional yang bersangkutan.

Bagian Kedua

Pemanfaatan Ruang

Pasal 73

Penyusunan pengaturan persyaratan teknis dan kebijakan insentif dan disinsentif bagi pemanfaatan ruang dilakukan oleh unit kerja teknis yang berwenang dan dikoordinasikan dengan unit kerja terkait.

Pasal 74

(1) Penjabaran RTRW Kota ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah beserta pembiayaannya, dilakukan oleh Bappeda Kota.

(2) Penjabaran RDTR Kawasan di wilayah Kota ke dalam RPJM daerah dan rencana kerja tahunan pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya, dilakukan oleh instansi yang berwenang.

(3) Penjabaran rencana teknik ruang kedalam rencana kerja tahunan pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya, dilakukan oleh instansi yang berwenang atau badan usaha yang melaksanakan penyusunan rencana teknik ruang.

Pasal 75

Sinkronisasi rencana kegiatan pemanfaatan ruang serta pembiayaannya dengan kegiatan sektoral dan daerah dilakukan dalam musyawarah rencana pembangunan daerah provinsi dan Kota.

Pasal 76

Pelaksanaan pemanfaatan ruang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat dan/atau dunia usaha.

Page 66: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

64

Bagian Ketiga

Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Pasal 77

(1) Penyelenggaraan perizinan pemanfaatan ruang dilaksanakan oleh Instansi, Badan/Dinas sesuai dengan kewenangannya dibidang perizinan.

(2) Pemberian izin pemanfaatan ruang diterbitkan oleh Walikota dengan mengacu pada rencana tata ruang yarig telah ditetapkan.

Pasal 78

(1) Pelaporan dalam rangka pengawasan RTRW Kota, RDTR Kawasan dan Rencana Teknik Ruang di wilayah Kota, dilakukan oleh Bappeda Kota dan dibahas dalam forum BKPRD Kota.

(2) Pemantauan pengawasan pemanfaatan ruang dalam wilayah Kota, dilakukan oleh dinas teknis fungsional terkait.

(3) Evaluasi RTRW Kota dilakukan oleh Bappeda Kota.

Pasal 79

(1) Penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan dilakukan melalui pemeriksaan, penyidikan dan penindakan.

(2) Penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dilakukan oleh Polisi Pamong Praja dan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil secara terpadu sesuai tugas dan kewenangannya berdasar peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 80

(1) Pemberi izin pemanfaatan ruang wajib melaporkan izin yang telah dikeluarkannya kepada Ketua BKPRD Kota setiap triwulan, termasuk masalah yang timbul terkait dengan pemanfaatan ruang.

(2) Laporan masalah pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dilengkapi dengan data secukupnya.

(3) BKPRD Kota menyelesaikan memfasilitasi penyelesaian permasalahan pengendalian pemanfaatan ruang.

BAB VIII

HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Bagian Pertama

Hak Pertama

Pasal 81 Dalam kegiatan penataan ruang wilayah, masyarakat berhak berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang, melalui wawancara langsung, tanggapan di media massa, interaktif di radio, seminar dan diskusi publik.

Pasal 82

(1) Masyarakat berhak mengetahui secara terbuka RTRW Kota, Rencana Detail Tata Ruang Kota, Rencana Teknik Ruang Kota, melalui pengumuman atau penyebarluasan oleh Pemerintah Daerah pada tempat-tempat yang memungkinkan masyarakat mengetahui dengan mudah;

Page 67: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

65

(2) Pengumuman atau penyebarluasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini diketahui masyarakat dari penempelan/pemasangan peta RTRW Kota yang bersangkutan pada tempat-tempat umum, kantor kelurahan dan kantor-kantor yang secara fungsional menangani rencana tata ruang tersebut.

Pasal 83

(1) Dalam kegiatan penataan ruang wilayah, masyarakat berhak menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan ruang yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan atau kaidah yang berlaku;

(2) Manfaat ruang yang dapat dinikmati masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapat berupa manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan, dilaksanakan atas dasar pemilikan, penguasaan, atau pemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 84 (1) Masyarakat berhak memperoleh ganti rugi yang layak atas kondisi yang dialaminya

sebagai akibat dari pelaksanaan kegiatan pembangunan sesuai dengan RTRW. (2) Hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap perubahan status

tanah dan ruang udara semula yang dimiliki oleh masyarakat sebagai akibat pelaksanaan RTRW Kota sebagaimana dimaksudkan ayat (1) pasal ini dilakukan dengan cara musyawarah antara pihak yang berkepentingan dan masyarakat;

(3) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini maka penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Bagian Kedua

Kewajiban Masyarakat

Pasal 85

(1) Dalam kegiatan penataan ruang wilayah, masyarakat wajib : a. Berperan serta dalam memelihara kualitas ruang; b. Berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata

ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang sesuai peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

c. Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan. (2) Dalam pelaksanaan ayat (1) pasal ini tata caranya adalah :

a. Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan dengan peraturan Perundang-undangan;

b. Peraturan dan kaidah pemanfaatan ruang yang dipraktekkan masyarakat secara turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung lingkungan hidup, estetika lingkungan, lokasi dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras dan seimbang.

Page 68: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

66

Bagian Ketiga

Peran Serta Masyarakat

Pasal 86

Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah meliputi: a. Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan wilayah; b. Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan, termasuk

bantuan untuk memperjelas hak atas ruang di wilayah dan termasuk pula pelaksanaan tata ruang kawasan;

c. Bantuan untuk merumuskan perencanaan tata ruang Kota; d. Pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyusunan

strategi dan struktur pemanfaatan ruang Kota; e. Pengajuan keberatan terhadap rancangan RTRW Kota; f. Kerjasama dalam riset dan pengembangan dengan/tanpa bantuan tenaga ahli.

Pasal 87

Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang meliputi: a. Pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara berdasarkan

peraturan Perundang-undangan, agama, adat, atau kebiasaan yang berlaku; b. Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan

pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan yang mencakup lebih dari satu Kawasan Terpadu;

c. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan RTRW Kota dan rencana tata ruang kawasan yang meliputi lebih dari satu Kawasan Terpadu;

d. Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW Kota yang telah ditetapkan;

e. Bantuan teknik dan pengelolaan dalam pemanfaatan ruang; dan/atau f. Kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan

hidup.

Pasal 88

Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang meliputi: a. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang skala Kota, kecamatan, dan

kawasan, termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan dimaksud dan/atau sumberdaya tanah, air, udara dan sumberdaya lainnya;

b. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban pemanfaatan ruang.

Bagian Keempat

Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang.

Pasal 89

Tata cara peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang dilaksanakan dengan pemberian saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan, masukan terhadap informasi tentang arah pengembangan, potensi dan masalah yang dilakukan secara lisan atau tertulis pada Walikota.

Pasal 90

Tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang dilakukan sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Walikota.

Page 69: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

67

Pasal 91

Tata cara peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang disampaikan secara lisan atau tertulis kepada Walikota dan pejabat yang berwenang.

Bagian Kelima

Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat

Pasal 92

(1) Pemerintah menyediakan informasi penataan ruang dan rencana tata ruang secara mudah dan cepat melalui media cetak, media elektronik, atau forum pertemuan;

(2) Masyarakat dapat memprakarsai upaya peningkatan tata laksana hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang melalui kegiatan diskusi, bimbingan, pendidikan atau pelatihan untuk tercapainya tujuan penataan ruang;

(3) Untuk terlaksananya upaya peningkatan tata laksana hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal ini, Pemerintah menyelenggarakan pemberdayaan untuk menumbuhkan serta mengembangkan kesadaran, memberdayakan dan meningkatkan tanggung jawab masyarakat dalam penataan ruang;

(4) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini dilakukan oleh instansi yang berwenang dengan cara:

a. Memberikan dan menyelenggarakan diskusi dan tukar pendapat, dorongan, pengayoman, pelayanan, bantuan teknik, bantuan hukum, pendidikan dan atau pelatihan;

b. Menyebarluaskan semua informasi mengenai proses penataan ruang kepada masyarakat secara terbuka;

c. Mengumumkan dan menyebarluaskan rencana tata ruang kepada masyarakat;

d. Menghormati hak yang dimiliki masyarakat; e. Memberikan penggantian yang layak kepada masyarakat atas kondisi

yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;

f. Melindungi hak masyarakat untuk berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, menikmati manfaat ruang yang berkualitas dan pertambahan nilai ruang akibat rencana tata ruang yang ditetapkan serta dalam menaati rencana tata ruang;

g. Memperhatikan dan menindaklanjuti saran, usul, atau keberatan dari masyarakat dalam rangka peningkatan mutu pelayanan ruang.

BAB IX

S A N K S I

Pasal 93

Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksi berupa sanksi administrasi, sanksi perdata, maupun sanksi pidana.

BAB X

KETENTUAN PIDANA

Pasal 94

Page 70: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

68

(1) Barangsiapa melakukan tindak pidana pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. (3) Selain tindak pidana pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tindak pidana

atas pelanggaran pemanfaatan ruang yang mengakibatkan perusakan dan pencemaran lingkungan serta kepentingan umum lainnya dikenakan ancaman pidana sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 95

Apabila pemanfaatan ruang yang sudah ada sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan tidak sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang, maka :

a. Bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang sudah memiliki izin dan dalam pelaksanaan tidak mengubah perwujudan struktur/pola pemanfaatan ruang, maka kegiatan tersebut dapat diteruskan;

b. Bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang sudah memiliki izin dan dalam pelaksanaan mengubah perwujudan struktur/pola pemanfaatan ruang, maka kegiatan tersebut diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

c. Bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak memiliki izin, namun dalam pelaksanaannya tidak mengubah perwujudan struktur/pola pemanfaatan ruang, maka kegiatan tersebut dapat diizinkan melalui pembayaran retribusi dan denda sesuai dengan peraturan Perundang-undangan.

d. Bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak memiliki izin, namun dalam pelaksanaannya mengubah perwujudan struktur/pola pemanfaatan ruang, maka kegiatan tersebut harus dibongkar atau dihentikan.

BAB XII

PENYIDIKAN

Pasal 96

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini;

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan

berkenaan dengan pelanggaran pidana dalam Peraturan Daerah ini, agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan adanya pelanggaran;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan pelanggaran;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan adanya tindakan pelanggaran;

Page 71: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

69

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan terhadap pelanggaran.

BAB XIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 97

RTRW Kota berfungsi sebagai matra ruang dari pola pembangunan daerah untuk penyusunan rencana pembangunan daerah.

Pasal 98

RTRW Kota digunakan sebagai pedoman bagi: a. Penyusunan RDTR Wilayah Kota pada skala 1:5.000 dan RTR Kota pada skala

1:1.000, dengan ketentuan; 1) RDTR Wilayah Kota ditetapkan dengan Peraturan Walikota dengan

persetujuan DPRD; 2) RTR Kota ditetapkan oleh Walikota.

b. Penyusunan ketentuan pemanfaatan: 1) Ketentuan pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada huruf a pasal

ini memuat kriteria teknis yang digunakan sebagai pedoman dalam penjabaran RTRW baik tingkat Kota maupun kecamatan ke dalam rencana yang lebih rinci;

2) Ketentuan pemanfaatan akan diatur dalam suatu peraturan daerah tersendiri.

c. Perumusan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang di wilayah Kota dengan ketentuan bahwa penataan ruang lautan, ruang udara, dan ruang bawah tanah akan diatur lebih lanjut sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

d. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah Kota serta keserasian antar sektor;

e. Pengarahan lokasi investasi yang dilaksanakan Pemerintah dan/atau masyarakat.

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 99

Dengan diberlakukannya peraturan daerah ini, maka : a. Peraturan Daerah Kota Nomor 6 Tahun 2006 tentang RTRW Kota Tahun

2005 sampai 2015 dan peraturan pelaksanaan lainnya yang merupakan penjabaran dari peraturan daerah sebagaimana tersebut pada huruf a pada pasal ini, masih tetap berlaku untuk Kota sampai terbentuknya Peraturan Daerah Kota tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota.

b. Hal-hal yang merupakan pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Walikota.

Page 72: rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar

70

Pasal 100

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam peraturan daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Walikota.

Pasal 101

(1) Peraturan daerah ini dapat disebut Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW Kota 2030.

(2) Peraturan daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran daerah Kota.

Ditetapkan di Makassar pada tanggal 23 Maret 2010

WALIKOTA

Diundangkan di Makassar pada tanggal 23 Maret 2010 Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA