rancangan penelitian cross sectional

4
Rancangan Penelitian Cross Sectional Rancangan cross sectional merupakan rancangan penelitian yang pengukuran dan pengamatannya dilakukan secara simultan pada satu saat (sekali waktu). Rancangan penelitian ini juga biasa disebut rancangan potong silang atau lintas bagian. Cross sectional adalah studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dengan paparan (factor penelitian) dengan cara mengamati status paparan, penyakit, atau karakteristik terkait kesehatan lainnya, secara serentak pada individu-individu dri suatu populasi pada satu saat. Desain cross sectional merupakan suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Studi cross sectional disebut sebagai studi prevalensi atau survey, merupakan studi yang sederhana yang sering dilakukan. Dalam sebuah desain cross-sectional, adalah sulit untuk menemukan apakah variabel paparan potensial mendahului keluaran (contohnya, perbedaan postur kerja berkonstribusi pada pengembangan sakit tulang belakang) atau apakah variabel paparan potensial eksis sebagai sebuah hasil dari keluaran (contohnya, pekerja yang berbeda dalam postur sebagai adaptasi dari sakit tulang belakang yang diderita). Oleh karena itu, studi cross-sectional sangat berguna untuk mengidentifikasi hubungan paparan-penyakit yang potensial namun tidak untuk menentukan kausalitas. Penelitian lintas-bagian (cross sectional) relatif lebih mudah dan murah untuk dikerjakan oleh peneliti dan amat

Upload: toroz

Post on 02-Jul-2015

7.788 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Rancangan Penelitian Cross Sectional

            Rancangan cross sectional merupakan rancangan penelitian yang pengukuran dan

pengamatannya dilakukan secara simultan pada satu saat (sekali waktu). Rancangan

penelitian ini juga biasa disebut rancangan potong silang atau lintas bagian. Cross sectional

adalah studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan

penyakit dengan paparan (factor penelitian) dengan cara mengamati status paparan, penyakit,

atau karakteristik terkait kesehatan lainnya, secara serentak pada individu-individu dri suatu

populasi pada satu saat. Desain cross sectional merupakan suatu penelitian dimana variabel-

variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi

sekaligus pada waktu yang sama. Studi cross sectional disebut sebagai studi prevalensi atau

survey, merupakan studi yang sederhana yang sering dilakukan.

            Dalam sebuah desain cross-sectional, adalah sulit untuk menemukan apakah variabel

paparan potensial mendahului keluaran (contohnya, perbedaan postur kerja berkonstribusi

pada pengembangan sakit tulang belakang) atau apakah variabel paparan potensial eksis

sebagai sebuah hasil dari keluaran (contohnya, pekerja yang berbeda dalam postur sebagai

adaptasi dari sakit tulang belakang yang diderita). Oleh karena itu, studi cross-sectional

sangat berguna untuk mengidentifikasi hubungan paparan-penyakit yang potensial namun

tidak untuk menentukan kausalitas.

Penelitian lintas-bagian (cross sectional) relatif lebih mudah dan murah untuk

dikerjakan oleh peneliti dan amat berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat pada

karakteristik masing-masing individu. Data yang berasal dari penelitian ini bermanfaat untuk:

menaksir besarnya kebutuhan di bidang pelayanan kesehatan dan populasi tersebut.

instrumen yang sering digunakan untuk memperoleh data dilakukan melalui: survei,

wawancara, dan isian kuesioner.

Contoh judul penelitian cross sectional adalah  “Kualitas menyusui terhadap

kelancaran pengeluaran air susu ibu”. Peneliti melakukan pengukuran atau pengamatan

terhadap kualitas menyusui, ketiganya diukur secara bersamaan dengan kelancaran

pengeluaran ASI setelah melihat variabel yang termasuk dalam kualitas menyusui tersebut.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam rancangan penelitian cross

sectional:

Contoh judul penelitian: “Hubungan Kualitas Menyusui dengan Kelancaran

Pengeluaran ASI”

1.      Mengidentifikasi variabel penelitian

Berdasarkan judul tersebut, maka variabel yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

Variabel Independen  : kualitas menyusui

Variabel dependen      : kelancaran pengeluaran ASI

Variabel kendali          : usia, paritas

Kemudian ditentukan batasan parameter yang jelas tentang kualitas menyusui dan kelancaran

pengeluaran ASI.

2.      Mengidentifikasi subjek penelitian

Contoh: Subjek penelitian adalah populasi ibu menyusui dengan jumlah sampel yang telah ditentukan

sesuai dengan teknik sampling.

3.      Mengobservasi variabel

Contoh: Mengukur kualitas menyusui dengan parameter yang digunakan adalah cara dan frekuensinya

termasuk dalam kualitas baik atau kurang. Pengukuran kelancaran pengeluaran ASI

dilakukan dengan mengamati tingkat kelancaran pengeluaran ASI-nya termasuk baik atau

tidak, lalu keduanya diamati dan diukur.

4.      Melakukan analisis data

Contoh: Melakukan pengujian apakah kualitas menyusui termasuk kategori baik atau kurang. Hal ini

dapat memengaruhi kelancaran pengeluaran ASI termasuk kategori lancar atau tidak.

Contoh lain penelitian cross sectional:

“Hubungan Jajan Sembarangan dan Tidak Mencuci Tangan Sebelum makan dengan

Kejadian Thypoid.”

Pada kasus thypoid, dalam studi ini populasi dikelompokan lagi dengan cara random,

kemudian dibagi lagi menjadi empat kelompok yaitu jajan sembarangan & tidak cuci tangan

(E+D+), jajan sembarangan & cuci tangan sebelum makan (E+D-), tidak jajan sembarangan

& tidak cuci tangan (E-D+), dan tidak jajan sembarangan & cuci tangan sebelum makan (E-

D-). Maka dapat diketahui bahwa sakit thypoid ditunjukan dengan E+D+ dan E-D+. Untuk

yang tidak sakit thypoid ditunjukan dengan E+D- dan E-D-.

         prevalence kelompok terpapar (Po) dapat dicari dari = (E+D+) / (E+D+) + (E+D-)

         Prevalence kelompok tidak terpapar (P1) dapat dicari dari = (E-D+) / (E-D+) + (E-D-)

         Rasio Prevalence = Po / P1

Desain studi cross sectional pada kasus di atas :

Kelebihan rancangan desain penelitian cross sectional (lintas-bagian atau potong

lintang) adalah:

1.      Mudah untuk dilakukan

2.      Murah

3.      Tidak memaksa subyek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat merugikan

kesehatan (faktor resiko) dan tidak ada subyek yang kehilangan kesempatan untuk

memperoleh terapi yang diperkirakan bermanfaat.

Kelemahan rancangan desain penelitian cross sectional (lintas-bagian atau potong

lintang) adalah:

1.      Memiliki validitas inferensi yang lemah dan kurang mewakili sejumlah populasi yang akurat,

oleh karena itu penelitian ini tidak tepat bila digunakan untuk menganalisis hubungan kausal

paparan dan penyakit.

2.      Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan

pada saat yang bersamaan

3.      Dibutuhkan jumlah subyek yang cukup banyak, terutama bila variable yang dipelajari banyak

4.      Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misalnya kanker lambung, karena

pada populasi usia 45-49 tahun diperlukan paling tidak 10.000 subyek untuk mendapatkan

suatu kasus