new fakultas kesehatan masyarakat universitas …repository.unimus.ac.id/2500/8/manuscript.pdf ·...

12
ARTIKEL ILMIAH PAPARAN TIKUS DI LINGKUNGAN PEMUKIMAN SEKITAR KASUS LEPTOSPIROSIS (Studi di Desa Kembangarum RT.04 RW.07 dan Desa Sumberejo RT.01-02 RW.02 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak) Oleh : OKKY LISTYANA INDRASWARI A2A216028 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2018 http://repository.unimus.ac.id

Upload: others

Post on 24-Oct-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ARTIKEL ILMIAH

    PAPARAN TIKUS DI LINGKUNGAN PEMUKIMAN SEKITAR

    KASUS LEPTOSPIROSIS

    (Studi di Desa Kembangarum RT.04 RW.07 dan Desa Sumberejo

    RT.01-02 RW.02 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak)

    Oleh :

    OKKY LISTYANA INDRASWARI

    A2A216028

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

    2018

    http://repository.unimus.ac.id

    http://repository.unimus.ac.id

  • HALAMAN PENGESAHAN

    Artikel Ilmiah

    Paparan Tikus Di Lingkungan Pemukiman Sekitar Kasus Leptospirosis

    (Studi Di Desa Kembangarum RT.04 RW.07 dan Sumberejo RT.01-02

    RW.02 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak)

    Disusun Oleh :

    Okky Listyana Indraswari A2A216028

    Telah disetujui

    Penguji

    Dr. Sayono, S.K.M., M.Kes (Epid)

    NIK. 28.6.1026.077

    Tanggal......................................

    Pembimbing I Pembimbing II

    Didik Sumanto, S.K.M., M.Kes (Epid) Ulfa Nurullita, S.K.M., M.Kes

    NIK 28.6.1026.053 NIK 28.6.1026.078

    Tanggal .................................. Tanggal ..................................

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Universitas Muhammadiyah Semarang

    Mifbakhuddin, S.K.M., M.Kes

    NIK 28.6.1026.025

    Tanggal..................................

    http://repository.unimus.ac.id

    http://repository.unimus.ac.id

  • ABSTRAK

    PAPARAN TIKUS DI LINGKUNGAN PEMUKIMAN SEKITAR KASUS

    LEPTOSPIROSIS

    (Studi di Desa Kembangarum RT.04 RW.07 dan Desa Sumberejo RT.01-02 RW.02

    Kecamatan Mranggen, Demak)

    Okky Listyana Indraswari, Didik Sumanto, Ulfa Nurullita.

    Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang.

    ABSTRAK

    Latar belakang : Leptospirosis ditularkan oleh tikus Rattus norvegicus dan Rattus

    tanezumi. Keberadaan tikus di lingkungan pemukiman dipengaruhi oleh faktor fisik,

    biologi dan perilaku. Penelitian ini untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi

    kepadatan tikus dan spesies tikus yang ditemukan di sekitar kasus leptospirosis.

    Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Metode :

    penelitian cross sectional ini memiliki sampel sebanyak 75 rumah yang diambil dari 25

    rumah disekitar 3 kasus leptospirosis diperoleh secara cluster sampling. Pengambilan

    data dilakukan dengan wawancara dan observasi lapangan. Hasil : tikus yang tertangkap

    dalam survey sebanyak 15 ekor. Rerata kepadatan tikus yaitu 6,67%. Variasi spesies yang

    ditemukan yaitu Rattus tanezumi (40%), Rattus exulans (26%), Rattus norvegicus (20%),

    Bandicota indica (7%), Bandicota bengalensis (7%). Ketersediaan sumber pakan

    (17,3%), selokan tersumbat (20%), kondisi fisik selokan berbahan semen (8%) dan

    berbahan tanah (12%), keberadaan sampah di dalam rumah keadaan terbuka (18,7%),

    frekuensi trapping 1 minggu (14,7%), predator tikus (4%), feses

    tikus (12%), tumpukan barang bekas (12%). Simpulan : ada potensi penularan

    leptospirosis dari seluruh sampel yang ada karena ditemukan 9 rumah dari 75 rumah yang

    diteliti terdapat tikus Rattus norvegicus dan Rattus tanezumi.

    Kata kunci : tikus, leptospirosis, sumber pakan, selokan, kondisi fisik selokan,

    keberadaan sampah, trapping, predator tikus, feses tikus, tumpukan barang bekas.

    ABSTRACT

    Background : Leptospirosis is transmitted by Rattus norvegicus and Rattus tanezumi

    mice. The presence of mice in a residential environments influenced by physical,

    biological and behavioral factors. This research is to find out the factors that influence the

    density of rats and rat species found around leptospirosis cases. This research is an

    analytical research with cross sectional approach. Method : This cross sectional study

    had a sample of 75 houses taken from 25 houses around 3 cases of leptospirosis obtained

    by cluster sampling. Data retrieval is done by interviews and field observations.

    Results : 15 rats caught in the survey. The mean rat density is (6,67%). Species found

    were Rattus tanezumi (40%), Rattus exulans (26%), Rattus norvegicus (20%), Bandicota

    indica (7%), Bandicota bengalensis (7%). Availability of food sources (17.3%), clogged

    sewers (20%), physical condition of cement-based sewers (8%) and soil-based material

    (12%), the presence of open waste in the house ( 18.7%), frequency of trapping < 1 week

    (5.3%) and > 1 week (14.7%), rat predators (4%), rat feces (12%), piles of used goods

    (12%). Conclusion : there is a potential for leptospirosis transmission from all available

    samples because 9 houses found from 75 houses studied were Rattus norvegicus and

    Rattus tanezumi rats.

    Keywords: rat, leptospirosis, feed source, ditch, ditch physical condition, presence of

    trash, trapping, rat predators, rat feces, piles of used goods.

    http://repository.unimus.ac.id

    http://repository.unimus.ac.id

  • PENDAHULUAN

    Tikus merupakan mamalia dari ordo Rodentia dan suku Muridae.1 Tikus

    mengganggu kehidupan manusia dan sebagai vektor penyakit pada manusia.2,3,4

    Penyakit yang ditularkan oleh tikus yaitu leptospirosis yang disebabkan oleh

    bakteri leptospira sp.5,6,7

    Tikus yang berpotensi menjadi vektor dalam penularan

    bakteri leptospira sp adalah tikus got (Rattus norvegicus) dan tikus rumah (Rattus

    tanezumi).8

    Kasus leptospirosis telah dilaporkan di berbagai wilayah di Indonesia.

    Pada tahun 2014 dengan 519 kasus, 61 meninggal, CFR 11,75%. Pada tahun 2015

    terjadi penurunan kasus menjadi 336 kasus, CFR 17,76%. Provinsi Jawa Tengah

    penyumbang terbanyak kasus leptospirosis yang tersebar di Kota Semarang,

    Kabupaten Semarang, Demak, Purworejo, Pati, Cilacap, Klaten, Wonogiri, Jepara,

    Banyumas, Magelang, Sukoharjo, dan Boyolali. Kabupaten Demak merupakan

    wilayah endemis kejadian leptospirosis dengan 30 kasus pada tahun 2014, 12

    kasus pada tahun 2015, 11 kasus dan 5 kematian pada tahun 2016.9,10

    Keberadaan tikus di lingkungan rumah dipengaruhi oleh keberadaan

    tikus didalam dan sekitar rumah,11,12

    kondisi selokan buruk, keberadaan sampah di

    dalam rumah, jarak pengumpulan sampah dengan rumah

  • METODE PENELITIAN

    Penelitian ini termasuk survei analitik dengan pendekatan cross

    sectional. Populasi pada penelitian ini adalah 25 rumah disekitar kasus

    leptospirosis di Desa Kembangarum RT.04 RW.07 dan Desa Sumberejo

    RT.01-02 RW.02 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Kasus leptospirosis

    yang tercatat di Desa Kembangarum yaitu 1 kasus dan Desa Sumberejo yaitu 2

    kasus. Sampel penelitian diambil secara kuota sampling. Sampel penelitian

    diperoleh sebanyak 75 sampel.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    Penelitian di Desa Kembangarum dan Sumberejo, Kecamatan

    Mranggen berdasarkan tabel 1 rumah yang diperiksa terdapat tikus yaitu sebanyak

    15 ekor (20%).

    Berdasarkan tabel 2 kepadatan tikus di Desa Kembangarum 6,67%,

    Sumberejo RT.01 RW.02 yaitu sebanyak 5,33% dan Sumberejo RT.02 RW.02

    yaitu sebanyak 8,00%, Trap Succes di Desa Kembangarum yaitu sebanyak 2,22%,

    di Desa Sumberejo RT.01 RW.02 sebanyak 1,78% dan Desa Sumberejo RT.02

    RW.02 sebanyak 2,67%.

    Berdasarkan tabel 3 jenis spesies tikus yang tertangkap di Desa

    Kembangarum dan Sumberejo yaitu Rattus tanezumi 40%, Rattus exulans 26%,

    Rattus norvegicus 20%, Bandicota indica 7%, Bandicota bengalensis 7%.

    Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, tidak terdapat hubungan

    antara ketersediaan sumber pakan (p=0,12), kondisi fisik selokan (p=0.56),

    frekuensi trapping (p=1), keberadaan feses (p=0,10), tumpukan barang bekas

    (p=0,54) dengan keberadaan tikus. Terdapat hubungan antara kondisi selokan

    (p=0,031), keberadaan sampah (p=0,003), keberadaan predator (p=0,015) dengan

    keberadaan tikus.

    http://repository.unimus.ac.id

    http://repository.unimus.ac.id

  • Tabel 1. Rumah yang diperiksa

    Keberadaan Tikus f %

    Ada 15 20,0

    Tidak Ada 60 80,0

    Total 75 100,0

    Tabel 2. Kepadatan Tikus, Trap Success, di Desa Kembangarum dan Sumberejo

    Desa Kepadatan Tikus (%) Trap Succes (%)

    Kembangarum RT.04 RW.07 6,67 2,22

    Sumberejo RT.01 RW.02 5,33 1,78

    Sumberejo RT.02 RW.02 8,00 2,67

    Total 6,67 2,22

    Tabel 3. Jenis Spesies

    Jenis Spesies Tikus f %

    Rattus tanezumi 6 40

    Rattus exulans 4 26

    Rattus norvegicus 3 20

    Bandicota indica 1 7

    Bandicota bengalensis 1 7

    Total 15 100

    Tabel 4. Tabel Silang Hubungan Ketersediaan Sumber Pakan, Kondisi Selokan, Kondisi

    Fisik Selokan, Keberadaan Sampah, Frekuensi Trapping, Keberadaan Predator,

    Keberadaan Feses, Tumpukan Barang Bekas dengan Keberadaan Tikus.

    Variabel Penelitian

    Keberadaan Tikus P

    Ada Tidak Ada

    n % n %

    Ketersediaan Sumber Pakan

    0,123 Ada 13 17,3 38 50,7

    Tidak Ada 2 2,7 22 29,3

    Kondisi Selokan

    0,031 Tersumbat 15 20,0 44 58,7

    Tidak Tersumbat 0 0,00 16 21,3

    Kondisi Fisik Selokan

    0,563 Semen 6 8,00 29 38,7

    Tanah 9 12,0 31 41,3

    Keberadaan Sampah

    0,003 Tidak Ada di dalam rumah 1 1,30 19 25,3

    Ada dalam Keadaan Terbuka 0 0,00 14 18,7

    Ada dalam Keadaan Tertutup 14 18,7 27 36,0

    Frekuensi Trapping

    1,00 < 1 minggu 4 5,30 18 24,0

    >1 minggu 11 14,7 42 56,0

    Keberadaan Predator

    0,015 Ada 3 4,00 33 44,0

    Tidak 12 16,0 27 36,0

    Keberadaan Feses

    0,10 Ada 9 12,0 22 29,3

    Tidak Ada 6 8,0 38 50,7

    Tumpukan Barang Bekas

    0,54 Ada 9 12,0 41 54,7

    Tidak Ada 6 8,00 19 25,3

    http://repository.unimus.ac.id

    http://repository.unimus.ac.id

  • B. Pembahasan

    Observasi yang dilakukan pada 75 rumah (25 rumah di Desa

    Kembangarum RT.04 RW.07, 25 rumah di Desa Sumberejo RT.01 RW.02 dan 25

    rumah di Desa Sumberejo RT.02 RW.02) sehingga mendapatkan angka kepadatan

    tikus di Desa Kembangarum dan Sumberejo sebesar 6,67%. Data tersebut

    menunjukan bahwa indeks kepadatan tikus di daerah tersebut masih tinggi (> 5%).

    Jenis spesies tikus yang terperangkap adalah Rattus tanezumi (40%), Rattus

    exulans (26%), Rattus norvegicus (20%), Bandicota indica (7%), Bandicota

    bengalensis (7%). Banyaknya jenis spesies tikus Rattus tanezumi dan Rattus

    norvegicus yang terperangkap di desa Kembangarum dan Sumberejo akan

    berpotensi sebagai reservoir penular penyakit leptospirosis ke manusia karena

    tikus tersebut membawa serovar yang berbahaya bagi manusia.8 Habitat asli

    Rattus tanezumi adalah di rumah karena tikus tersebut merupakan tikus domestik

    yang aktifitas hidupnya seperti mencari makan, berlindung, bersarang dan

    berkembangbiak di dalam rumah, sedangkan habitat tikus Rattus norvegicus

    umumnya dijumpai di saluran air/got pada pemukiman.18

    Rumah yang terdapat sumber pakan ditemukan tikus sebanyak 17,3% dan

    yang tidak tersedianya sumber pakan yaitu sebanyak 2,7%. Keberadaan pakan

    tidak mempengaruhi keberadaan tikus dikarenakan kebiasaan pola makan dan

    limbah rumah tangga pada daerah tersebut. Tikus menyukai berbagai jenis sumber

    pakan antara lain biji-bijian, sayuran, dan buah-buahan.19

    Perbedaan jenis pakan

    di perkotaan (keju, roti), sub-urban (tempe, ikan asin, kelapa bakar), pedesaan

    (jagung), rumah sakit (bakso).20,21

    Sumber makanan yang tersedia di Desa

    Kembangarum dan Desa Sumberejo meliputi adanya tumpukan gabah di gudang.

    Apabila persediaan makanan bagi tikus di perkebunan habis, tikus akan berpindah

    tempat ke permukiman yang ada persediaan makanan dan tumpukan sampah

    dengan didukung sanitasi yang kurang baik.22

    Kondisi selokan yang tersumbat ditemukan tikus sebanyak 20%. Kondisi

    selokan yang tersumbat dimanfaatkan untuk jalan tikus, sehingga jika terjadi

    genangan air dikarenakan selokan tersumbat, air yang mengandung kencing

    ataupun feses tikus sangat potensial untuk terjadinya penularan infeksi yang

    http://repository.unimus.ac.id

    http://repository.unimus.ac.id

  • disebabkan dari bakteri leptospira sp ke manusia. menunjukkan adanya hubungan

    dengan kejadian leptospirosis.23,24

    Kondisi selokan yang ditemukan di Desa

    Kembangarum dan Sumberejo yaitu berbahan semen dan tanah. Selokan berbahan

    semen ditemukan keberadaan tikus sebanyak 8% dan selokan dengan bahan tanah

    ditemukan tikus sebanyak 12%. Selokan merupakan tempat hidup tikus

    dikarenakan kondisinya yang lembab, sehingga tikus dapat berkeliaran.25

    Rumah yang tidak ada sampah di dalam rumah ditemukan tikus sebanyak

    1,3% dan rumah yang ada sampah dalam keadaan terbuka ditemukan tikus

    sebanyak 18,7%. Rumah yang terdapat sampah dalam keadaan terbuka lenbih

    banyak ditemukan tikus. Tumpukan sampah dalam keadaan yang terbuka akan

    mengundang tikus masuk ke dalam rumah untuk mencari pakan, sehingga

    memungkinkan adanya kontak antara manusia dengan urin, dan feses tikus yang

    mengandung bakteri leptospira sp.13,14

    Frekuensi trapping yang dilakukan dalam kurun waktu 1 minggu ditemukan tikus sebanyak 14,7%. Kegiatan trapping yang

    dilakukan > 1 minggu lebih berisiko terdapat tikus. Populasi tikus di masing-

    masing desa masih sangat tinggi. Apalagi mengingat tikus yang terperangkap di

    masing-masing desa terdapat tikus Rattus tanezumi dan Rattus norvegicus sebagai

    reservoir penyakit leptospirosis.8

    Keberadaan predator atau pemangsa dapat menekan keberadaan tikus.

    Pada rumah yang terdapat predator ditemukan tikus sebanyak 4%, sedangkan

    rumah yang tidak terdapat predator ditemukan tikus sebanyak 16%. Predator tikus

    di masing-masing desa yaitu kucing. Predator merupakan upaya pengendalian

    secara biologis terhadap keberadaan tikus.26

    Pada rumah yang terdapat feses tikus ditemukan tikus sebanyak 12% dan

    rumah yang tidak terdapat feses ditemukan tikus sebanyak 8%. Keberadaan feses

    menunjukkan jalur tersebut jalur yang sudah dilalui tikus.

    Rumah yang terdapat tumpukan barang bekas ditemukan tikus sebanyak

    12% dan rumah yang tidak ada tumpukan barang bekas ditemukan tikus sebanyak

    8%. Rumah yang masih terdapat tumpukan barang yang tidak digunakan dan tidak

    http://repository.unimus.ac.id

    http://repository.unimus.ac.id

  • diperhatikan kondisinya dapat menarik tikus untuk bersarang di dalamnya.2

    Tumpukan barang bekas yang ditemukan di sekitar rumah seperti tumpukan

    kardus dan kayu.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Kepadatan tikus di Desa Kembangarum dan Desa Sumberejo masih tinggi

    yaitu sebesar 6,67 melebih dari indeks kepadatan tikus (> 5%), jenis spesies tikus

    yang ditemukan antara lain Rattus tanezumi (40%), Rattus exulans (26%), Rattus

    norvegicus (20%), Bandicota indica (7%), Bandicota bengalensis (7%). Tidak

    terdapat hubungan antara ketersediaan sumber pakan, kondisi fisik selokan,

    frekuensi trapping, keberadaan feses dan tumpukan barang bekas dengan

    keberadaan tikus, terdapat hubungan antara kondisi selokan, keberadaan sampah,

    keberadaan predator dengan keberadaan tikus. Faktor yang mempengaruhi

    keberadaan tikus di wilayah pedesaan endemis leptospirosis antara lain

    keberadaan selokan yang buruk, keberadaan predator, ketersediaan pakan, dan

    pekerjaan berisiko.27

    Faktor yang lebih dominan yaitu keberadaan predator.

    B. Saran

    1. Bagi Masyarakat

    a. Lebih menjaga kebersihan rumah, membersihkan selokan agar tidak

    tersumbat, membuang sampah atau sisa makanan yang ada di dalam

    rumah ketempat sampah dengan keadaan tempat sampah yang tertutup.

    b. Perlu melakukan program rutin pemasangan perangkap tikus terutama

    di lokasi sekitar rumah yang berisiko terdapat tikus untuk mengurangi

    angka kepadatan tikus.

    2. Bagi Instansi Terkait

    Bagi fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan sekitar diharapkan dapat

    memberikan sosialisasi terhadap masyarakat tentang bahaya tikus dan

    penyakit yang dibawa oleh tikus serta melakukan upaya pengendalian

    http://repository.unimus.ac.id

    http://repository.unimus.ac.id

  • kepadatan tikus dengan melakukan kegiatan pemasangan perangkap tikus

    secara rutin.

    3. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian sejenis diharapkan dapat

    meneliti mengenai faktor yang belum diteliti.

    http://repository.unimus.ac.id

    http://repository.unimus.ac.id

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Muliawan JU. Buku Pintar Binatang. Jogjakarta: Harmoni; 2011.

    2. Soejoedi H. Pengendalian Rodent, Suatu Tindakan karantina.

    Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2005;2(1):53-66.

    journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-06.pdf.

    3. Santoso L. Rodentologi Kesehatan Masyarakat.; 2015.

    4. Kusmiyati, Noor SM, Supar. Leptospirosis Pada Hewan Dan Manusia Di

    Indonesia. Balai Penelitian Veteriner Wartazoa. 2005;15(4):218.

    5. CDC. Rodents.; 2017. https://www.cdc.gov/rodents/.

    6. Nurisa I, Ristiyanto. Penyakit Bersumber Rodensia (Tikus Dan Mencit) Di

    Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2004;4(3):308-319.

    7. WHO. Leptospirosis. WHO. 2012.

    http://www.wpro.who.int/mediacentre/factsheets/fs_13082012_leptospirosi

    s/en/.

    8. CDC. Leptospirosis. CDC. 2014. https://www.cdc.gov/leptospirosis/.

    9. Rusmini. Bahaya Leptospirosis (Penyakit Kencing Tikus) & Cara

    Pencegahannya. (Pertama, ed.). Yogyakarta: Gosyen Publishing; 2011.

    10. Galloway RL, Stoddard RA, Schafer IJ. Infectious Diseases Related to

    Travel. CDC. 2015.

    https://wwwnc.cdc.gov/travel/yellowbook/2016/infectious-diseases-related-

    to-travel/leptospirosis.

    11. WHO. Leptospirosis Burden Epidemiology Reference Group (LERG).

    2013. http://www.who.int/zoonoses/ diseases/lerg/en/index2.html .

    12. Costa F, Hagan JE, Calcagno J, Kane M, Torgerson P, Martinez-silveira

    MS. Global Morbidity and Mortality of Leptospirosis: A Systematic

    Review. PLOS Neglected Tropical Diseases. 2015.

    13. WHO. Leptospirosis. 2014.

    14. WHO. Leptospirosis Situation In The WHO South-East Asia Region. 2014.

    http://www.searo.who.int/entity/emerging_diseases/topics/Communicable_

    Diseases_Surveillance_and_response_SEA-CD-216.pdf.

    15. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia

    2014. Jakarta: Kemeskes RI; 2014.

    16. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia

    2015. Jakarta: Kemenkes RI; 2015.

    17. Puskesmas Mrangeen I. Profil Puskesmas Mranggen I Demak Tahun

    2017.; 2017.

    18. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Buku Saku Kesehatan Tahun

    2016.; 2016.

    http://www.dinkesjatengprov.go.id/v2015/dokumen/buku_saku_th_2016/m

    obile/index.html#p=76.

    19. Dinas Kesehatan Kabupaten Demak. Profil Kesehatan Kabupaten

    Demak.(2015).

    http://repository.unimus.ac.id

    http://www.wpro.who.int/mediacentre/factsheets/fs_13082012_leptospirosihttp://www.who.int/zoonoses/http://www.searo.who.int/entity/emerging_diseases/topics/Communicable_http://www.dinkesjatengprov.go.id/v2015/dokumen/buku_saku_th_2016/mhttp://repository.unimus.ac.idhttps://www.cdc.gov/rodents/.https://www.cdc.gov/leptospirosis/.https://wwwnc.cdc.gov/travel/yellowbook/2016/infectious-diseases-related-

  • 20. Yuliadi B, Muhidin, Indriyani S. Tikus Jawa; Teknik Survei Di Bidang

    Kesehatan. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan

    Kementrian Kesehatan RI; 2016.

    21. Dedi, Sarbino, Hendarti I. Uji Preferensi Beberapa Jenis Bahan Untuk

    Dijadikan Umpan Tikus Sawah. 2013.

    22. Dinas Kesehatan Kabupaten Demak. Profil Kesehatan Kabupaten

    Demak.(2016).

    23. Farida DH, Yuliadi B, Muhidin S, et al. Distribusi Dan Faktor Resiko

    Lingkungan Penularan Leptospirosis Di kabupaten Demak, Jawa Tengah.

    2006:4-17.

    24. Setadi B, Setiawan A, Effendi D, Hadinegoro SRS. Leptospirosis. Sari

    Pediatri. 2001;3(3):163-167.

    25. Amin LZ. Leptospirosis. CDK-243. 2016;43(8):576.

    26. M Picardeau. Diagnosis and Epidemiology of Leptospirosis. Med Mal

    Infect. 2013;43(1):1-9.

    27. Raharjo J, Hadisaputro S. Faktor Risiko Host pada Kejadian Leptospirosis

    di Kabupaten Demak Risk Factors Host of Leptospirosis in Demak District.

    2015:105-110.

    http://repository.unimus.ac.id

    http://repository.unimus.ac.id