rancangan nota kesepakatan antara pemerintah …bappeda-jepara.org/dokumen/1536728074.pdf · kua...

47
RANCANGAN NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR : 16 TAHUN 2018 NOMOR : 14 TAHUN 2018 TANGGAL : 2 AGUSTUS 2018 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KUA) TAHUN ANGGARAN 2019 PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA 2018

Upload: dinhthuy

Post on 09-Mar-2019

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RANCANGAN

NOTA KESEPAKATAN

ANTARA

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

DENGAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN JEPARA

NOMOR : 16 TAHUN 2018

NOMOR : 14 TAHUN 2018

TANGGAL : 2 AGUSTUS 2018

TENTANG

KEBIJAKAN UMUM

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KUA)

TAHUN ANGGARAN 2019

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

2018

DAFTAR ISI

Hal

NOTA KESEPAKATAN KUA APBD (KUA) TAHUN ANGGARAN 2019

DAFTAR ISI

LAMPIRAN NOTA KESEPAKATAN

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) 1

1.2. Tujuan Penyusunan KUA 2

1.3. Dasar Hukum Penyusunan KUA 2

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 5

2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah 5

2.2. Rencana Target Ekonomi Makro Daerah 11

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

13

3.1. Asumsi Dasar Yang Digunakan Dalam APBN 13

3.2. Laju Inflasi 15

3.3. Pertumbuhan PDRB 16

3.4. Lain-Lain Asumsi 17

BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

DAERAH

19

4.1. Pendapatan Daerah 19

4.2. Belanja Daerah 23

4.3. Pembiayaan Daerah 40

BAB V PENUTUP 43

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

1

F

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KUA)

TAHUN ANGGARAN 2019

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)

Pembangunan daerah dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber daya yang

dimiliki dan bertujuan untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat baik dalam

aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan

kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia.

Pembangunan daerah yang baik didasarkan pada perencanaan yang bertumpu pada

penetapan prioritas pembangunan berbasiskan pada keinginan/aspirasi rakyat. Sesuai

dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679)

serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,

maka rencana pembangunan yang akan dianggarkan dalam APBD terlebih dahulu

dibuat kesepakatan antara Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) dalam bentuk Nota Kesepakatan tentang Kebijakan Umum Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kebijakan Umum APBD (KUA) adalah dokumen yang

memuat kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang

mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun. Sebagaimana dalam Pasal 83 Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

bahwa Kepala Daerah menyusun Rancangan KUA berdasarkan RKPD dan pedoman

penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahunnya. Sedangkan,

Pasal 85 menyebutkan bahwa Rancangan KUA memuat antara lain Kondisi Ekonomi Makro

Daerah, Asumsi Penyusunan APBD, Kebijakan Pendapatan Daerah, Kebijakan Belanja

Lampiran : Nota Kesepakatan Antara Pemerintah Kabupaten Jepara Dengan DPRD Kabupaten Jepara Nomor : 16 Tahun 2018 Nomor : 14 Tahun 2018 Tanggal : 2 Agustus 2018

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

2

Daerah, Kebijakan Pembiayaan Daerah dan Strategi Pencapaiannya, dengan tetap

memperhatikan capaian kinerja dan hal-hal yang belum tercapai pada tahun sebelumnya.

Selanjutnya, Pasal 87 menyebutkan bahwa Kepala Daerah menyampaikan satu paket

Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran

Sementara (PPAS) kepada DPRD.

Penyusunan KUA Kabupaten Jepara Tahun Anggaran 2019 merupakan tahun kedua

dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten

Jepara Tahun 2017-2022. Dalam penyusunan KUA Tahun Anggaran 2019, tidak terlepas

dari upaya pelaksanaan dan perwujudan Visi, Misi, Kebijakan dan Program serta Capaian

Kinerja dari RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2017-2022.

1.2. Tujuan Penyusunan KUA

KUA Kabupaten Jepara Tahun 2019 disusun dengan tujuan untuk:

1. Memberikan gambaran tentang kondisi ekonomi makro dan fiskal daerah,

2. Memberikan gambaran asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan Rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD),

3. Merumuskan kebijakan perencanaan pendapatan, target dan upaya-upaya dalam

mencapai target pendapatan daerah,

4. Merumuskan kebijakan perencanaan belanja daerah,

5. Merumuskan kebijakan perencanaan pembiayaan daerah,

6. Merumuskan tujuan dan sasaran kebijakan pembangunan daerah tahun 2019.

1.3. Dasar Hukum Penyusunan KUA

Dasar hukum penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) meliputi seluruh ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berkaitan langsung dengan pembangunan nasional

dan Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara, yaitu :

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah

Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4438);

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

3

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5679);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4574);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4575);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan

Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja

Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4817);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

4

16. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114);

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara

Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi

Rancangan Perda Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2017 Nomor 1312);

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2018 tentang Pedoman

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019 (Berita

Negera Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 825);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pokok-Pokok

Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Jepara sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 11 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas

Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pokok-Pokok

Pengelolaan Keuangan Daerah;

21. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2005-2025;

22. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah 2013-2019;

23. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 18 Tahun 2012 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Jepara;

24. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 20 Tahun 2017 Tentang Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Jepara Tahun Anggaran 2018;

25. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2018 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2017-2022

(Lembaran Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran

Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2);

26. Peraturan Bupati Nomor 53 Tahun 2017 Tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah Kabupaten Jepara Tahun Anggaran 2018.

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

5

BAB II

KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

Kerangka Ekonomi Makro Daerah dalam Kebijakan Umum APBD Tahun 2019

memberikan gambaran mengenai perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada

tahun 2018 dan rencana target ekonomi makro pada tahun 2019 meliputi pertumbuhan

ekonomi, PDRB, inflasi, kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka/ketenagakerjaan

dan Indeks Pembangunan Manusia.

2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah

Selama periode 2013-2016, pendapatan per kapita Kabupaten Jepara terus

meningkat. Meskipun belum bisa menggambarkan kondisi sebenarnya, akan tetapi hal ini

setidaknya memberikan gambaran secara makro bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat

di Kabupaten Jepara dalam kondisi baik dan terus meningkat. Hal ini sejalan dengan laju

inflasi, tingkat pengangguran terbuka dan persentase kemiskinan yang cenderung turun

kurun waktu 2013-2015.

PDRB dan PDRB perkapita Kabupaten Jepara dari tahun 2013-2016 terus mengalami

peningkatan. Hal ini seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Jepara. Pertumbuhan ekonomi tahun 2016 mengalami percepatan dari tahun sebelumnya.

Meski laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 (4,81%) turun dibanding tahun 2013

(5,39%), namun tahun 2015 kembali naik sebesar 5,04% dan naik lagi menjadi 5,02% pada

tahun berikutnya. Kondisi ini didukung adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi di

sektor jasa perusahaan sebesar 10,62%, jasa lainnya sebesar 9,86% dan jasa keuangan dan

asuransi sebesar 9,14%,.

Inflasi Kabupaten Jepara dari tahun 2013-2016 menunjukkan perkembangan yang

membaik. Inflasi tahun 2016 berada pada besaran angka 3,45% atau turun 1,12% dari

tahun sebelumnya, setelah sempat pada angka yang tinggi pada tahun 2013 sebesar 7,95%

dan tahun 2014 sebesar 9,87%.

Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka pada tahun 2016 Kabupaten Jepara

tercatat pada besaran 4,84% kembali naik setelah mengalami penurunan dari tahun 2013

sebesar 6,28% menjadi 3,12% pada tahun 2015.

Tingkat kemiskinan Kabupaten Jepara dalam periode 2013-2017 mengalami

penurunan dari angka 9,23% pada tahun 2013 menjadi 4,84% pada tahun 2017 atau turun

sebesar 4,39% selama lima tahun.

Kesejahteraan masyarakat yang diukur dari Indeks Pembangunan Manusia, maka

terlihat bahwa tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Jepara juga meningkat dari

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

6

tahun ke tahun yaitu 69,11 pada tahun 2013, dan meningkat terus sehingga pada tahun

2016 menjadi 70,25. Secara umum, beberapa indikator makro Kabupaten Jepara dapat

dilihat ada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Indikator Ekonomi Makro Kabupaten Jepara Tahun 2013-2017

No Indikator Ekonomi

Makro

Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

1 PDRB ADHB (Juta Rp)

18.022.612 20.067.294 22.071.848 23.903.617 -

2 PDRB ADHK (Juta Rp)

15.623.739 16.374.715 17.200.366 18.063.135 -

3

PDRB perkapita harga berlaku harga berlaku (Ribu Rp)

15.628.173 17.138.332 18.559.449 19.823.865 -

4

PDRB perkapita harga konstan (Ribu Rp)

13.548.008 13.985.909 14.472.733 14.980.208 -

5 Laju pertumbuhan ekonomi (%)

5,39 4,81 5,04 5,02 -

6 Inflasi 7,95 9,87 4,57 3,45 -

7 Tingkat pengangguran terbuka

6,28 5,09 3,12 - 4,84

8 Persentase miskin (%)

9,23 8,55 8,5 8,35 8,12

9

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

69,11 69,61 70,02 70,25 70,79

Sumber : BPS Kabupaten Jepara, 2017

2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi diukur melalui pertumbuhan PDRB (atas dasar harga

konstan/ADHK) yang merupakan indikator untuk mengetahui kondisi

perekonomian secara makro yang mencakup tingkat pertumbuhan sektor-sektor ekonomi

dan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Mulai tahun 2014, BPS melakukan

perubahan terhadap jumlah sektor lapangan usaha dalam PDRB, dari 9 sektor menjadi 17

sektor dan perubahan tahun dasar, dari 2000 menjadi 2010. Perubahan ini secara

signifikan mengubah komposisi (baik nominal dan persentase) dari masing-masing sektor.

Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara cenderung naik selama

periode 2013-2016 meski sempat turun pada tahun 2014 namun naik kembali dari tahun

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

7

2015 dan 2016. Berdasarkan penghitungan dengan menggunakan tahun dasar 2010,

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara tahun 2016 secara agregat melaju sebesar 5,02%.

Laju pertumbuhan ekonomi tersebut naik dibandingkan dengan pertumbuhan tahun

sebelumnya yang sebesar 5,04%. Meskipun laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara

tahun 2016 sama dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional namun masih lebih rendah

jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah sebesar

5,28%.

Pertumbuhan ekonomi Jepara, Jawa Tengah dan Nasional selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel berikut:

Tabel 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jepara,

Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2013-2016 Tahun Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah Nasional

2013 5,39 5,11 5,56

2014 4,81 5,27 5,01

2015 5,04 5,47 4,88

2016 5,02 5,28 5,02 Sumber: BPS RI, BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017 (diolah) Ket: 2015 = angka sementara; 2016 = angka sangat sementara

2.1.2. PDRB

Jika dilihat berdasarkan kontribusi PDRB ADHB per sektor lapangan usaha selama

tiga tahun, terlihat terjadi dominasi tiga sektor lapangan usaha, yaitu sektor Industri

Pengolahan, sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan. Kontribusi sektor Industri Pengolahan menduduki peringkat pertama selama

lima tahun 2013-2016, yaitu masing-masing sebesar 33,21% di tahun 2013, 34,08% di

tahun 2014, 34,32% di tahun 2015, dan 34,45% di tahun 2016. Kemudian disusul

kontribusi sektor Perdagangan Besar dan Eceran pada peringkat kedua selama tahun

2013-2016, yaitu sebesar masing-masing 17,17%, 16,92%, 16,72%dan 16,71%. Peringkat

ketiga selama tahun 2013-2016 diduduki oleh sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

yaitu masing-masing sebesar 16,22, 15,46%, 15,38%dan 14,79%.

Dengan demikian, bisa dilihat bahwa roda perekonomian di Kabupaten Jepara

digerakkan oleh tiga pilar utama, yaitu sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan

Besar dan Eceran, dan sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Dinamika yang terjadi

pada ketiga sektor ini akan sangat berperan dalam perkembangan kegiatan ekonomi

masyarakat Jepara.

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

8

Tabel 2.2. Kontribusi Sektor Lapangan Usaha terhadap PDRB ADHB 2010

Tahun 2013-2016

No Sektor Tahun

2013 2014 2015* 2016**

1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 16,22 15,46 15,38 14,79 2 Pertambangan dan Penggalian 1,72 1,83 1,92 1,92 3 Industri Pengolahan 33,21 34,08 34,32 34,45 4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,1 0,09 0,08 0,09

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang

0,07 0,07 0,06 0,06

6 Konstruksi 6,43 6,61 6,67 6,68

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

17,71 16,92 16,72 16,71

8 Transportasi dan Pergudangan 3,67 3,7 3,71 3,66 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,73 3,82 3,94 4,09 10 Informasi dan Komunikasi 2,19 2,31 2,32 2,32

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 2,18 2,12 2,11 2,19

12 Real Estate 1,54 1,54 1,53 1,53 13 Jasa Perusahaan 0,44 0,44 0,46 0,48

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

2,65 2,52 2,49 2,48

15 Jasa Pendidikan 5,22 5,43 5,26 5,39 16 Jasa Kesehatan dan Kesehatan Sosial 0,87 0,92 0,94 0,96 17 Jasa Lainnya 2,06 2,15 2,08 2,18

Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017 Keterangan : * Angka Sementara; ** Angka Sangat Sementara

Kondisi tidak jauh berbeda terlihat pada kontribusi sektor lapangan usaha terhadap

PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHB) selama lima tahun. Kontribusi tiga sektor

lapangan usaha tersebut juga mendominasi PDRB Kabupaten Jepara seperti yang terlihat

dalam tabel berikut:

Tabel 2.3. Kontribusi Sektor Lapangan Usaha terhadap PDRB ADHK

Tahun 2013-2016

No Sektor Tahun

2013 2014 2015* 2016**

1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 15,63 14,50 14,22 13,73 2 Pertambangan dan Penggalian 1,82 1,81 1,75 1,74 3 Industri Pengolahan 32,95 33,42 33,47 33,33 4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,12 0,12 0,11 0,11

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang

0,08 0,08 0,08 0,07

6 Konstruksi 6,45 6,42 6,41 6,53

7 Perdagangan Besar dan Eceran; reparasi Mobil dan Sepeda Motor

18,02 17,91 17,86 17,86

8 Transportasi dan Pergudangan 4,16 4,24 4,28 4,34

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,93 4,04 4,16 4,21

10 Informasi dan Komunikasi 2,53 2,86 3,04 3,14

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

9

No Sektor Tahun

2013 2014 2015* 2016**

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 2,11 2,07 2,08 2,16 12 Real Estate 1,72 1,75 1,78 1,81 13 Jasa Perusahaan 0,45 0,46 0,48 0,51

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

2,56 2,44 2,42 2,36

15 Jasa Pendidikan 4,41 4,67 4,67 4,79 16 Jasa Kesehatan dan Kesehatan Sosial 0,82 0,89 0,92 0,96 17 Jasa Lainnya 2,24 2,31 2,27 2,35

Sumber: BPS Kabupaten Jepara 2017 Keterangan : * Angka Sementara; ** Angka Sangat Sementara

2.1.3. Inflasi

Inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan/penurunan harga

dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli

masyarakat. Inflasi atau perubahan harga konsumen sering digunakan sebagai satu

indikasi stabilitas ekonomi melalui pantauan gejolak harga-harga barang kebutuhan

masyarakat.

Laju inflasi Jepara tahun 2016mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar

1,12%. Jika dibandingkan dengan inflasi di tingkat Jawa Tengah dan Nasional, maka inflasi

di Kabupaten Jepara pada tahun 2016 termasuk cukup tinggi. Berikut ini adalah

perkembangan laju inflasi Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional tahun

2013-2016:

Tabel 2.4. Laju Inflasi di Kab. Jepara, Jawa Tengah, Nasional

Tahun 2011-2015

Tahun Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah Nasional

2013 7,95 7,99 8,4 2014 9,87 8,22 8,4 2015 4,57 2,73 3,4 2016 3,45 2,36 3,02

Sumber: BPS Kabupaten Jepara, BPS Provinsi Jawa Tengah BPS Pusat berbagai tahun terbitan;

2.1.4. Kemiskinan

Jumlah penduduk dan persentase penduduk miskin di Kabupaten Jepara secara

konsisten menunjukkan trend penurunan, baik secara persentase maupun jumlahnya.

Secara regional Jawa Tengah, Kabupaten Jepara termasuk peringkat ke tujuh terendah

angka kemiskinannya setelah Kota Semarang (4,62%), Kota Salatiga (5,07%), Kota

Pekalongan (7,47%), Kab. Kudus (7,59%), Kab. Semarang (7,78%) dan Kota Tegal (8,11%).

Berikut ini adalah perbandingan angka kemiskinan Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa

Tengah dan Nasional periode tahun 2013-2017.

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

10

Tabel 2.5. Kemiskinan di Kab. Jepara, Jawa Tengah, Nasional Tahun 2013-2017

Uraian Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

Kab. Jepara 9,23 8,55 8,5 8,35 8,12

Provinsi Jawa Tengah 14,44 13,58 13,58 13,27 13,01

Nasional 11,47 10,96 11,13 10,7 10,12 Sumber:BPS Kab. Jepara, BPS Prov. Jateng 2017.

Sementara itu, perbandingan kondisi kemiskinan Kabupaten Jepara dengan

Kabupaten sekitar pada tahun 2017 masih lebih rendah bila dibandingkan dengan

Kabupaten Pati (11,38%), Kabupaten Blora (13,04%), Kabupaten Demak (13,41) dan

Kabupaten Rembang (18,35%) namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan Kabupaten

Kudus (7,59%).

2.1.5. Tenaga Kerja

Angkatan kerja merupakan penduduk berusia 15+ yang berpotensi untuk bekerja, di

luar ibu rumah tangga dan anak sekolah, Secara trend, selama periode 2013-2017, Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Jepara cenderung naik dari 3,12% pada tahun

2015 menjadi 4,84% pada tahun 2017. Peningkatan TPT berbanding lurus dengan

kenaikan jumlah Pengangguran Terbuka (PT) dan Angkatan Kerja (AK) di Kabupaten

Jepara. TPT menunjukkan daya serap angkatan kerja pada pasar kerja Kabupaten Jepara

semakin rendah dengan bertambahnya jumlah pengangguran. Peningkatan TPT ini

dipengaruhi oleh ketidaksesuaian kualifikasi tenaga kerja dengan kesempatan kerja yang

ada di Kabupaten Jepara.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengindikasikan besarnya persentase

Penduduk Usia Kerja (PUK) atau penduduk usia 15 tahun keatas yang aktif secara ekonomi

di suatu wilayah. TPAK di Kabupaten Jepara menunjukkan kecenderungan naik dari

68,13% pada tahun 2015 menjadi 69,85% pada tahun 2017. Hal ini mengindikasikan

ketersediaan tenaga kerja di Kabupaten Jepara semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Perkembangan indikator ketenagakerjaan di Kabupaten Jepara tahun 2013-2017

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.6. Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Jepara

No. Indikator Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

1 TPT (%) 6,34 5,09 3,12 - 4,84

2 TPAK (%) 70,19 68,12 68,13 - 69,85

3 PT (Orang) 37.854 30.058 18.800 - 31.002

4 AK (Orang) 596.921 590.514 602.188 - 640.393

5 PUK (Orang) 850.414 866.831 883.833 - 916.770

Sumber: BPS Sakernas Agustus Tahun 2011-2017, diolah Pusdatinaker

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

11

2.2. Rencana Target Ekonomi Makro Daerah Tahun 2019

Dari kondisi dan struktur basis perekonomian Kabupaten Jepara kurun waktu 5

(lima) tahun terakhir, maka diharapkan tahun 2019 akan lebih baik, yang berarti program-

program pembangunan diarahkan pada Optimalisasi pembangunan infrastruktur

pariwisata didukung oleh pengembangan kualitas SDM yang berdaya saing. Upaya tersebut

dimaksudkan untuk memperkuat ekonomi daerah yang berbasis pengembangan industri

pariwisata.

Tantangan pembangunan ekonomi tahun 2019 yang merupakan tahun politik dapat

menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Meski dimungkinkan akan adanya penurunan

investasi namun konsumsi non rumah tangga yang berhubungan langsung dengan

perangkat kampanye bisa mendongkrak sektor konsumsi.

Tantangan pembangunan ekonomi lain yang harus dihadapi Kabupaten Jepara adalah

melambatnya pertumbuhan ekonomi kabupaten Jepara, terutama sektor industri mikro

dengan merebaknya investasi besar yang masuk dan semakin tersisihnya industri khas

Jepara akibat karakter dan mentalitas sumber daya manusia asli Jepara karena arus

persaingan yang kurang sehat.

Pembangunan ekonomi Kabupaten Jepara diarahkan untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas yang berbasis potensi unggulan daerah

dengan meningkatkan kualitas pelayanan dasar dan pembangunan infrastruktur yang

mendukung pengembangan industri pariwisata guna meningkatkan daya saing daerah

dengan meningkatkan kualitas SDM dan membuka akses pasar baik regional, nasional,

maupun orientasi ekspor, meningkatkan kondusifitas usaha dan iklim investasi, sehingga

diharapkan mampu menarik investor dalam negeri mapun luar negeri untuk menanamkan

modalnya di Kabupaten Jepara, meningkatkan faktor pendukung lainnya seperti

kemudahan perizinan dan peningkatan infrastruktur, yang mampu meningkatkan

pendapatan perkapita dan mengurangi pengangguran, sehingga dapat terwujud

kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, mandiri, berkeadilan, berkemampuan dan

berdaya saing tinggi.

Arah kebijakan di bidang ekonomi pada tahun 2019 sesuai dengan RPJMD Kabupaten

Jepara Tahun 2017-2022 untuk mengimplementasikan program dan mewujudkan visi dan

misi Kepala Daerah, serta permasalahan daerah, sebagai payung untuk perumusan

prioritas program dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun rencana

adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan balai tenaga kerja

2. Perluasan jejaring penempatan tenaga kerja

3. Pengembangan sentra IKM

4. Peningkatan fasilitasi kemudahan penyediaan bahan baku dan teknologi produksi

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

12

5. Peningkatan nilai ekspor

6. Peningkatan sarana prasarana penunjang investasi.

7. Peningkatan mutu dan pemasaran produk/ komoditas pertanian dalam arti luas

8. Pengembangan usaha pertanian yang berkelanjutan

9. Peningkatan SDM penyuluh pertanian dan petani

10. Pemberdayaan dan peningkatan partisipasi petani

11. Peningkatan kapasitas SDM pelaku perikanan

12. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana perikanan

13. Perluasan akses permodalan di bidang perikanan

14. Pengembangan pemanfaatan teknologi perikanan yang ramah lingkungan

Meskipun tahun 2019 kondisi perekonomian nasional masih dibayangi berbagai

tantangan eksternal dan internal yang tentunya akan berimbas pada perekonomian daerah,

meskipun demikian sektor perekonomian basis di Kabupaten Jepara kecenderungan

mengalami stabilitas yang baik, yang didukung dengan bergeraknya sektor riil yang sudah

ada diperkirakan akan mampu menjaga pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jepara

berada pada kisaran 5,2 – 5,6%. Dengan pertumbuhan ekonomi tersebut dan dengan

terjaganya stabilitas harga barang modal produksi, maka diperkirakan akan membuka

lapangan kerja baru dengan memprediksikan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

sebesar 4,33 - 4,43% dan tingkat kemiskinan diperkirakan menjadi 11,01 - 12,01%.

Indikator inflasi juga sangat berpengaruh terhadap kondisi kinerja ekonomi, sedang

inflasi di daerah lebih dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah sehingga

perkembangan inflasi didaerah mengalami fluktuasi yang sangat tajam, dengan

memperhatikan perkembangan inflasi tahun berjalan 2018, maka perkiraan inflasi di tahun

2019 pada kisaran level 4 ± 1%.

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

13

BAB III

ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

3.1. Asumsi Dasar Yang Digunakan Dalam APBN

Berbagai langkah kebijakan yang akan ditempuh serta memperhatikan dinamika

lingkungan eksternal dan internal guna meningkatkan perekonomian secara nasional.

Sesuai dengan Tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2019 sasaran ekonomi makro

tahun 2019, ekonomi makro Indonesia diharapkan dapat tumbuh lebih tinggi

dibandingkan tahun 2017 dengan tetap menjaga stabilitas ekonomi. Sasaran ekonomi

makro tahun 2019 yaitu pertumbuhan PDB diperkirakan tumbuh sebesar 5,6%; laju inflasi

sebesar 4,0%; tingkat pengangguran terbuka sebesar5,4%; tingkat kemiskinan sebesar

9,5%; ratio indeks gini sebesar 0,38; serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar

71,38. Adapun arah kebijakan ekonomi makro Indonesia untuk tahun 2019 ditujukan pada

3 kebijakan yaitu: 1). mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,6%; 2). Menjaga

stabilitas ekonomi; dan 3). mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan

berkelanjutan.

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan melalui dua sisi, yakni

sisi permintaan dan sisi penawaran. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sesuai

target, dari sisi permintaan harus didorong oleh peningkatan permintaan domestik melalui

investasi dan konsumsi rumah tangga. Sedangkan dari sisi penawaran terdapat enam

sektor utama yang memiliki sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan yaitu industri

pengolahan terutama nonmigas, pertanian, perdagangan, informasi dan komunikasi,

konstruksi dan jasa keuangan. Sementara sektor prioritas yang akan ditingkatkan

peranannya terhadap pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja adalah industri

pengolahan, pertanian dan pariwisata.

Pada tahun 2019, pemerintah menargetkan penciptaan lapangan kerja sebanyak

dua juta orang dan penurunan tingkat pengangguran terbuka pada kisaran 5,4 persen.

Untuk mencapai target tersebut, upaya strategis penciptaan lapangan kerja sejalan dengan

strategi pencapaian target pertumbuhan ekonomi, di antaranya: (1) Meningkatkan

investasi, terutama yang banyak menciptakan lapangan kerja formal; (2) Memprioritaskan

pengembangan industri manufaktur padat pekerja; (3) Meningkatkan program Pemerintah

yang banyak menciptakan lapangan kerja, seperti infrastruktur dan perluasan kesempatan

berusaha; (4) Mengurangi hambatan di pasar kerja dengan mendorong hubungan

industrial yang harmonis dan menciptakan iklim ketenagakerjaan yang kondusif; dan (5)

Meningkatkan keahlian dan kompetensi tenaga kerja.

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

14

Tingkat kemiskinan di akhir tahun 2019 ditargetkan turun pada kisaran 9,5

persen. Penurunan tingkat kemiskinan juga diarahkan melalui kebijakan penanggulangan

kemiskinan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan program jaminan dan bantuan sosial secara tepat sasaran antara lain

melalui penyaluran bantuan sosial dan subsidi tepat sasaran melalui satu kartu. Hal ini

diharapkan juga memperluas inklusi keuangan dan kepesertaan jaminan sosial;

2. Pemenuhan kebutuhan dasar melalui: a) perluasan penyediaan sarana dan prasarana

dasar; b) peningkatan inklusivitas pelayanan dasar; dan c) peningkatan pemanfaatan.

Basis Data Terpadu untuk mensasar kebutuhan dasar 40% penduduk berpendapatan

terendah, seperti dokumen kependudukan dan perumahan.

3. Perluasan akses usaha mikro, kecil, dan koperasi antara lain melalui: a) peningkatan

kualitas produk dan akses jangkauan pemasaran bagi usaha mikro dan kecil; b)

peningkatan akses terhadap permodalan usaha; dan c) peningkatan kemudahan,

kepastian dan perlindungan usaha.

Pada tahun 2019, tingkat ketimpangan di masyarakat diharapkan juga dapat

mengalami perbaikan. Gini rasio, sebagai salah satu ukuran tingkat ketimpangan,

ditargetkan turun menjadi 0,38. Target ini dapat dicapai jika pembangunan ekonomi dapat

dinikmati lebih merata oleh seluruh masyarakat dan lapangan kerja tersedia, termasuk

bagi penduduk miskin dan rentan. Beberapa upaya untuk memutus siklus ketimpangan

antar generasi juga dilakukan melalui: (1) Perbaikan akses yang menunjang kegiatan

ekonomi produktif, termasuk akses kepemilikan lahan dan permodalan; (2) Penciptaan

lapangan kerja melalui peningkatan keterampilan terutama bagi pekerja rentan dan

perluasan kesempatan kerja agar kesejahteraannya terus meningkat dan berkelanjutan; (3)

Perlindungan sosial bagi kelompok miskin dan rentan, termasuk bila terjadi guncangan

terkait kesehatan, lapangan pekerjaan, sosial dan ekonomi; (4) Pemberantasan korupsi dan

perbaikan tata kelola program-program pembangunan secara konsisten, agar manfaat

pembangunan dapat lebih dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Pada tahun 2019, IPM ditargetkan meningkat menjadi sebesar 71,38. Untuk

mencapai target tersebut, selain melalui arah kebijakan dan pencapaian sasaran ekonomi,

arah kebijakan lain yang diperlukan adalah (1) meningkatkan akses terhadap pelayanan

kesehatan yang berkualitas yang difokuskan pada upaya untuk peningkatan kesehatan ibu

dan anak, penguatan upaya promotif dan preventif untuk mendorong masyarakat hidup

sehat, dan penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan penyakit

tidak menular; (2) meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan melalui

percepatan pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun untuk menjamin layanan pendidikan

dasar berkualitas dan memperluas akses pendidikan menengah berkualitas, peningkatan

kualitas pembelajaran, serta pemerataan akses, kualitas, dan relevansi pendidikan tinggi;

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

15

serta (3) menjaga daya beli masyarakat terutama golongan menengah kebawah, sehingga

pengeluaran riil masyarakat per kapita dapat lebih baik dari tahun sebelumnya.

Stabilitas ekonomi Indonesia sangat penting untuk tetap dijaga, karena ekonomi

yang stabil akan meningkatkan kepercayaan pasar dan menjaga keyakinan konsumen pada

tingkat yang baik.dalam menjaga stabilitas ekonomi dapat dilakukan dengan: 1). menjaga

stabilitas harga yaitu melalui inflasi yang terjaga sesuai target dan menjaga stabilitas nilai

tukar rupiah, 2). menjaga sistem keuangan yang antara lain melalui kebijakan

makroprudensial dan mikroprudensial agar dapat mencegah dan memitigasi perilaku

sistem keuangan yang pro terhadap siklus ekonomi (prosiklikalitas) dan risiko sistemik,

dan3). Menjaga neraca pembayaran yang tetap solid.

3.2. Laju Inflasi

Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan/penurunan

harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli

masyarakat. Inflasi atau perubahan harga konsumen sering digunakan sebagai satu

indikasi stabilitas ekonomi melalui pantauan gejolak harga-harga barang kebutuhan

masyarakat.

Pada tahun 2019, inflasi diperkirakan masih menghadapi risiko dari dampak

kebijakan lanjutan administered price dan adanya peningkatan harga komoditas minyak

dunia. Akan tetapi dampak peningkatan inflasi tidak sebesar tahun 2017, sehingga dalam

RKP Tahun 2019inflasi ditargetkan berada pada kisaran 4,0 persen. Sementara itu, nilai

tukar diperkirakan akan berada di sekitar Rp. 13.600-13.900 per USD dengan

kecenderungan terdepresiasi (melemah) seiring dengan masih berlangsungnya

ketidakpastian ekonomi global.

Laju inflasi Jepara tahun 2016 sebesar 3,45%, mengalami penurunan yang signifikan

dibandingkan tahun 2015 (4,57%). Namun masih lebih tinggi dibanding laju inflasi

Provinsi Jawa Tengah dan Nasional sebesar 2,36% dan 3,02%. Penurunan laju inflasi

Kabupaten Jepara disebabkan semakin terjaganya stabilitas harga. Pada tahun 2019 laju

inflasi Kabupaten Jepara diharapkan dapat ditekan pada level 4,0% – 5,0%.

Tabel 3.1.

Laju Inflasi Di Kab. Jepara, Jawa Tengah, Nasional Tahun 2010-2016

Tahun Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah Nasional

2011 3,59 2,68 3,8 2012 4,52 4,24 4,3 2013 7,95 7,99 8,4 2014 9,87 8,22 8,4 2015 4,57 2,73 3,3 2016 3,45 2,36 3,02

Sumber: BPS Kab. Jepara, tahun 2017

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

16

3.3. Pertumbuhan PDRB

Gambaran perekonomian Kabupaten Jepara dapat diketahui dari besarnya nilai

Produk Domestik regional Bruto (PBRB). Secara nominal, PDRB Kabupaten Jepara Atas

Dasar Harga Berlaku (ADHB) mengalami kenaikan dari Rp22.071.848.000.000,- pada

tahun 2015 menjadi Rp23.903.617.000.000,- pada tahun 2016. Sementara itu, Atas Dasar

Harga Konstan (ADHK) mengalami kenaikan dari Rp17.200.366.000.000,- pada tahun 2015

menjadi Rp18.063.135.000.000,- pada tahun 2016.

Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara pada tahun 2016 yang

mencapai 5,02%, melambat jika dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 5,04%. Jika

ditarik lebih jauh, selama periode 2012-2016, pertumbuhan ekonomi Jepara juga

menunjukkan trend melambat. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh melambatnya

pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan yang merupakan lapangan usaha

dengan share/kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Jepara.

Tabel 3.2. Pertumbuhan PDRB ADHB Kabupaten Jepara

Menurut Lapangan Usaha, 2014-2016

No Sektor Tahun

2014 2015* 2016**

1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 6,16 9,39 4,16

2 Pertambangan dan Penggalian 18,54 15,45 7,90

3 Industri Pengolahan 14,27 10,74 8,73

4 Pengadaan Listrik dan Gas 1,16 4,14 17,53

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang 3,78 5,45 4,39 6 Konstruksi 14,42 10,92 8,56

7 Perdagangan Besar dan Eceran; reparasi Mobil dan Sepeda Motor

6,34 8,74 8,18

8 Transportasi dan Pergudangan 12,43 10,35 6,64

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 14,16 13,50 12,30 10 Informasi dan Komunikasi 17,21 10,76 8,40

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 8,05 9,74 12,39

12 Real Estate 11,17 9,57 8,49

13 Jasa Perusahaan 11,19 14,91 14,75

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

5,90 8,55 7,98

15 Jasa Pendidikan 15,90 6,59 11,04

16 Jasa Kesehatan dan Kesehatan Sosial 18,49 12,05 10,87 17 Jasa Lainnya 15,96 6,23 13,82

PDRB ADHB 11,35 9,99 8,30

Sumber : BPS, 2017 Keterangan : * Angka Sementara; ** Angka Sangat Sementara

Pertumbuhan ekonomi tertinggi berdasarkan ADHK pada tahun 2016 dicapai oleh

lapangan usaha Jasa Perusahaan (10,62%). Adapun Industri Pengolahan sebagai lapangan

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

17

usaha unggulan justru melambat dan hanya tumbuh 4,58%. Sedangkan, pertumbuhan

lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan lebih rendah lagi, yaitu 1,36%. Hal

ini mengindikasikan bahwa lapangan usaha ini mengalami tekanan, salah satunya bisa

dilihat dari pertumbuhan tenaga kerja yang terserap di lapangan usaha turun dari 87.880

orang pada tahun 2014 menjadi 74.165 orang pada tahun 2015 (BPS Kabupaten Jepara,

2014-2015)

Tabel 3.3. Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Jepara

Menurut Lapangan Usaha, 2014-2016

No Sektor Tahun

2014 2015* 2016**

1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan -2,77 3,00 1,36 2 Pertambangan dan Penggalian 4,04 1,62 4,27

3 Industri Pengolahan 6,29 5,19 4,58

4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,78 0,28 7,76

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang

2,91 1,86 2,17

6 Konstruksi 4,27 5,00 6,88

7 Perdagangan Besar dan Eceran; reparasi Mobil dan Sepeda Motor

4,16 4,74 5,03

8 Transportasi dan Pergudangan 6,85 5,86 6,62

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,93 8,09 6,42 10 Informasi dan Komunikasi 18,67 11,84 8,31

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 2,80 5,48 9,14

12 Real Estate 6,50 6,63 6,80

13 Jasa Perusahaan 8,17 9,38 10,62

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

-0,11 4,42 2,37

15 Jasa Pendidikan 11,00 5,03 7,64

16 Jasa Kesehatan dan Kesehatan Sosial 14,35 7,90 9,86 17 Jasa Lainnya 8,48 2,95 8,62

PDRB ADHK 4,81 5,04 5,02

Sumber : BPS, 2017 Keterangan : * Angka Sementara;

** Angka Sangat Sementara

3.4. Lain-Lain Asumsi

Salah satu asumsi penting diluar asumsi ekonomi makro daerah yang cukup

berpengaruh dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun

2019 adalah diperkirakan akan terjadinya kebijakan-kebijakan pemerintah pusat dalam

tahun rencana yang berdampak pada peningkatan belanja daerah, sebagaimana kebijakan

kenaikan Belanja Pegawai yang tidak diikuti dengan meningkatnya jumlah Dana Alokasi

Umum (DAU) secara proporsional. Hal tersebut akan berdampak pada berkurangnya porsi

belanja langsung/belanja pembangunan. Serta kebijakan pembangunan yang lain

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

18

diberlakukannya pelaksanaan SPM di daerah yang tidak diikuti dengan kebijakan

perimbangan anggaran, dan juga kegiatan-kegiatan yang mengharuskan daerah

melaksanakan pendampingan dan kebijakan pemerintah lainnya yang berdampak pada

pengeluaran belanja daerah.

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

19

BAB IV

KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

4.1. Pendapatan Daerah

4.1.1. Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah Yang Akan Dilakukan Pada

Tahun Anggaran 2019

Dalam rangka memperkuat pelaksanaan otonomi daerah, maka Kabupaten Jepara akan

berupaya untuk menggali potensi pendapatan daerah dengan seminimal mungkin

memberatkan masyarakat. Dengan harapan, secara bertahap Kabupaten Jepara dapat

meningkatkan kemampuan kemandirian keuangan daerah dalam memenuhi pembiayaan

pembangunan daerah. Adapun langkah yang ditempuh yaitu melalui intensifikasi

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan mengoptimalkan potensi sumber daya yang ada

yang akan dikelola secara lebih efisiensi dan efektif. Sedangkan opsi yang kedua adalah

melalui ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan mengoptimalkan potensi

melalui pembukaan peluang-peluang pendapatan baru yang mempunyai potensi besar.

Terutama dengan berlakunya UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah maka ada beberapa pajak yang sebelumnya merupakan kewenangan Pemerintah

Pusat menjadi kewenangan daerah, antara lain: Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Serta Pajak Provinsi yang diserahkan

kepada daerah adalah Pajak Air Tanah.

Adapun Pendapatan Asli Daerah yang diproyeksikan mengalami peningkatan adalah:

Pendapatan Pajak Daerah, yaitu pada pos Pendapatan Pajak Penerangan Jalan dan

Pendapatan Pajak Hotel;

Pendapatan Retribusi Daerah yaitu pada pos Pendapatan Retribusi Jasa Usaha dan

Pendapatan Retribusi Jasa Umum;

Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah, yaitu pada pos Pendapatan BLUD dan

Pendapatan dari Hasil Pemanfaatan atau Pendayagunaan Kekayaan Daerah yang Tidak

Dipisahkan.

Sedangkan Pendapatan Asli Daerah yang diproyeksikan mengalami penurunan adalah

Pendapatan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yaitu pada pos

Pendapatan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahan milik daerah/BUMD, PD

BPR BKK Jepara dan Perusda Air Minum Jepara.

Pendapatan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Pendapatan Dana Perimbangan belum

dapat diproyeksikan karena DAK Tahun Anggaran 2019 belum dianggarkan sesuai

Peraturan Presiden tentang Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri

Keuangan mengenai alokasi DAK Tahun Anggaran 2019. Sementara PendapatanDana Bagi

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

20

Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak dan Pendapatan Dana Alokasi Khusus diproyeksikan

tetap seperti tahun anggaran 2017.

Pendapatan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang diproyeksikan mengalami

peningkatan yaitu Pendapatan Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah

Lainnya dan pendapatan yang diproyeksikan menurun adalah pendapatan hibah dan

PendapatanDana Penyesuaian Otonomi Khusus.

Berikut tabel Pendapatan Daerah Kabupaten Jepara Realisasi Tahun Anggaran 2017,

Penetapan Tahun Anggaran 2018, serta Proyeksi Tahun Anggaran 2019.

Tabel 4.1. Pendapatan Daerah Kabupaten Jepara Realisasi Tahun Anggaran 2017, Penetapan

Tahun Anggaran 2018, serta Proyeksi Tahun Anggaran 2019

No Uraian Tahun

Realisasi 2017 Penetapan 2018 Proyeksi 2019

1 Pendapatan Asli Daerah

331.060.978.443 325.195.315.000 359.456.880.000

Pendapatan Pajak Daerah

87.396.253.190 89.352.500.000 111.220.000.000

Pendapatan Retribusi Daerah

20.543.967.563 18.783.171.000 19.045.491.000

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

12.812.994.563 10.379.784.000 10.379.784.000

Pendapatan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

210.307.763.127 206.679.860.000 218.811.605.000

2 Pendapatan Dana Perimbangan

1.316.698.615.037 1.355.010.937.000 1.026.762.017.000

Pendapatan Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak

42.346.106.126 41.474.464.000 41.824.768.000

Pendapatan Dana Alokasi Umum

982.800.016.000 984.937.249.000 984.937.249.000

Pendapatan Dana Alokasi Khusus

291.552.492.911 328.599.224.000 -

3 Pendapatan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

522.845.602.303 521.919.024.000 464.343.864.000

Pendapatan Hibah 12.266.466.125 107.070.440.000 107.070.440.000

Pendapatan Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

152.217.240.467 133.606.709.000 159.000.000.000

Pendapatan Dana Penyesuaian Otonomi Khusus

302.604.928.711 199.881.485.000 198.273.424.000

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

21

No Uraian Tahun

Realisasi 2017 Penetapan 2018 Proyeksi 2019

Pendapatan Bantuan Keuangan Dari Provinsi Atau Pemerintah Daerah Lainnya

55.756.967.000 81.360.390.000 0

Jumlah Pendapatan Daerah

2.170.605.195.783 2.202.125.276.000 1.850.562.761.000

Sumber : LRA Tahun 2017, APBD Tahun 2018 Kabupaten Jepara

4.1.2. Target Pendapatan Daerah

Dalam perkembangan pelaksanaan otonomi daerah diperlukan upaya kemandirian

daerah. Salah satu tolok ukurnya adalah kemampuan daerah dalam membiayai

pembangunan dengan memperhatikan potensi dan kemampuan pendapatan daerah.

Adapun target pendapatan daerah pada tahun 2019 diproyeksikan sebesar Rp.

1.850.562.761.000,00 atau turun 12,74% atau sebesar Rp.270.202.125.000,00

dibandingkan dengan tahun anggaran penetapan 2018, dengan rincian sebagai berikut:

A. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah untuk tahun 2019 ditargetkan naik dari penetapan tahun

anggaran 2018 sebesar Rp.34.261.565.000,00 atau dari Rp.325.195.315.000,00 pada tahun

2018 menjadi Rp.359.456.880.000,00 pada tahun 2019 dengan rincian sebagai berikut:

a. Pendapatan Pajak Daerah ditargetkan Rp111.220.000.000,00 atau naik sebesar

Rp21.867.500.000,00 atau 24,47%;

b. Pendapatan Retribusi Daerah ditargetkan naik sebesar Rp. 19.045.491.000,00 atau

1,40% dari tahun sebelumnya;

c. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan ditargetkan

tetap sama dengan tahun 2018 yakni sebesar Rp 10.379.784.000,00;

d. Pendapatan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah ditargetkan

Rp.218.811.605.000,00 atau naik sebesar Rp.12.131.745.000,00 atau 5,87 %.

B. Pendapatan Dana Perimbangan

Pada tahun 2019 Pendapatan Dana Perimbangan ditargetkan sebesar

Rp.1.026.762.017.000,00 atau mengalami penurunan sebesar Rp.328.248.920.000,00 atau

24,22% dibandingkan penetapan tahun 2018 sebesar Rp.1.355.010.937.000,00 dengan

rincian sebagai berikut :

a. Pendapatan Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak ditargetkan tetap seperti

tahun anggaran 2018 yaitu sebesar Rp.41.824.768.000,00;

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

22

b. Pendapatan Dana Alokasi Umum ditargetkan tetap seperti tahun anggaran 2017 yaitu

sebesar Rp.984.937.249.000,00;

c. Pendapatan Dana Alokasi Khusus belum ditargetkan karena masih menunggu

ketetapan alokasi anggaran dari Pemerintah Pusat.

C. Pendapatan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Pendapatan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah untuk tahun 2019 ditargetkan

mengalami peningkatan sebesar Rp.23.785.230.000,00 atau naik 5,40% dari

Rp.440.558.634.000,00 pada tahun 2018 menjadi Rp.464.343.864.000,00. dengan rincian

sebagai berikut :

a. Pendapatan Hibah di tahun 2019 ditargetkan tetap atau sama dengan tahun 2018

yakni sebesar Rp.107.070.440.000,00;

b. Dana Darurat tidak ditargetkan atau nol di tahun 2019;

c. Pendapatan Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya ditargetkan

Rp.159.000.000.000,00 atau naik sebesar Rp.25.393.291.000,00 atau 16,76%;

d. Pendapatan Dana Penyesuaian Otonomi Khusus ditargetkan Rp.198.273.424.000,00

atau turun sebesar Rp.1.608.061.000,00 atau -0.80%.;

e. Pendapatan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya tidak

ditargetkan atau nol di tahun 2019.

4.1.3. Upaya-Upaya Pemerintah Daerah Dalam Mencapai Target

Secara umum kebijakan keuangan daerah diarahkan pada peningkatkan kapasitas

dan kemandirian kemampuan keuangan daerah disertai dengan efisiensi anggaran yang

ditujukan bagi pembiayaan pembangunan. Untuk mencapai target Pendapatan Asli Daerah

diperlukan arah kebijakanumum sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan daerah, khususnya sumber-sumber

Pendapatan Asli Daerah melalui optimalisasi pendapatan dari wajib pajak dan retribusi

daerah

2. Meningkatkan kesadaran membayar pajak dan retribusi daerah.

3. Menyediakan sarana dan prasarana mobilitas dalam proses pemungutan dan

pengelolaan Pendapatan Asli Daerah.

4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang-bidang yang berhubungan

dengan pendapatan daerah, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia

petugas pelaksana pengelola pendapatan daerah.

5. Pemberian penghargaan terhadap pengelola pajak daerah dan retribusi daerah yang

berprestasi dalam mencapai target yang telah ditetapkan dan sanksi apabila terjadi

pelanggaran

6. Pemberian penghargaan terhadap wajib pajak daerah dan retribusi daerah yang patuh

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

23

terhadap peraturan dan sanksi terhadap wajib pajak/wajib retribusi yang melanggar

7. Peninjauan kembali, menyempurnakan dan memberlakukan peraturan daerah yang

mengatur tentang pendapatan disesuaikan dengan kondisi dan potensi yang ada.

8. Pemanfaatan aset-aset daerah yang memiliki nilai ekonomi tinggi bekerjasama dengan

masyarakat dan pelaku usaha

9. Mengupayakan secara maksimal pemanfaatan potensi sumber-sumber pendapatan

daerah.

Sedangkan guna mencapai target pendapatan dana perimbangan, kebijakan umum

APBD yang dilakukan antara lain melalui:

1. Melakukan upaya koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah untuk lebih mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari APBN

dan APBD Provinsi Jawa Tengah guna peningkatan pembangunan sarana dan

prasarana perekonomian dan pelayanan publik.

2. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil

Pajak untuk mendukung pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan daerah.

Selain kebijakan umum pendapatan seperti tersebut di atas, maka Pemerintah

Kabupaten Jepara juga mengupayakan sumber pendanaan lainnya untuk melakukan

percepatanpencapaian tujuan pembangunan. Percepatan tersebut dengan melakukan

upaya-upaya pemasaran program kepada pihak-pihak lain seperti Lembaga-lembaga

donor/funding, BUMN lewat Corporate Social Responsibility (CSR).

4.2. Belanja Daerah

4.2.1. Kebijakan Terkait Dengan Perencanaan Belanja Daerah

Agar pembangunan daerah dapat dilaksanakan secara optimal, maka diperlukan

suatu arah kebijakan keuangan yang tepat. Jenis-jenis kebijakan perencanaan belanja

daerah yang akan dilakukan pada tahun 2019 didasarkan pada bagaimana penyelesaian

isu-isu penting yang menjadi pokok masalah dalam pembangunan daerah, yaitu :

1. Belanja pegawai merupakan beban terbesar dan harus menjadi prioritas dalam

perencanaan. Pengaturan belanja kepegawaian baik pengaturan pada tunjangan,

honorarium perlu dilakukan secara cermat, mengingat pos anggaran wajib dan

prioritas terbesar ada pada belanja pegawai;

2. Belanja barang dan jasa dan modal yang perlu dilakukan secara cermat guna

meningkatkan pembangunan infrastruktur dan pengembangan industri

pariwisataserta dalam rangka pencapaian target indikator program dan kegiatan

unggulan penjabaran visi dan misi Kepala Daerah periode tahun 2017-2022.

3. Selain hal tersebut, alokasi anggaran ditetapkan dengan tetap berlandaskan pada azas

umum pengelolaan keuangan daerah yaitu tertib, taat pada peraturan perundang-

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

24

undangan, efektif, efesien, ekonomis, transparan dan bertanggungjawab serta

memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.

Anggaran berbasis kinerja bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas

perencanaan anggaran serta memperjelas efektifitas dan efesiensi penggunaan alokasi

anggaran. Orientasi dari anggaran berbasis kinerja adalah pencapaian hasil (output dan

outcome) dari input yang dimanfaatkan guna pencapaian target kinerja Satuan Kerja

Perangkat Daerah masing-masing sebagaimana tugas pokok, fungsi dan kewenangan yang

dimiliki.

Masalah yang menjadi kendala pelaksanaan rencana alokasi belanja antara lain:

kemungkinan perkembangan harga-harga akan menghambat optimalisasi belanja

langsung. Berbagai kebijakan pemerintah pusat tentang pengangkatan pegawai dan juga

program-program yang belum terlaksana, dapat berakibat makin menumpuknya beban

anggaran pada periode akan datang. Sebagai contoh adalah masalah pengadaan barang

modal berupa renovasi gedung/bangunan milik pemerintah termasuk gedung / bangunan

sekolah dan fasilitasnya.

Peluang yang ada dalam pengaturan belanja yang paling memungkinkan adalah

pengaturan pengeluaran pembiayaan dan belanja modal. Berbagai pengeluaran wajib dan

prioritas sulit untuk dilakukan penghematan terkait dengan jumlah PNS dan juga kebijakan

gaji pegawai.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka diputuskan kebijakan belanja yang akan

diambil sebagai bentuk perencanaan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019 adalah untuk

kelompok Belanja Tidak Langsung ditetapkan sebesar Rp.1.125.720.499.000,00 atau turun

sebesar Rp.177.333.474.000,00 atau -13,61%. yang meliputi :

1. Belanja Pegawai direncanakan sebesar Rp.706.301.489.000,00 atau turun sebesar

Rp.178.686.973.000,00 atau 20,19%;

2. Belanja Subsidi direncanakan tetap sama dengan tahun 2018 yaitu sebesar

Rp.234.085.000,00

3. Belanja Hibah direncanakan sebesar Rp.20.505.000,00 atau turun sebesar

Rp.29.047.100.000,00 atau 58,62%;

4. Belanja Bantuan Sosial direncanakan sebesar Rp.38.392.700.000,00 atau naik sebesar

Rp.12.230.290.000,00 atau 46,75%;

5. Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa

direncanakan sebesar Rp.13.051.549.000,00 atau naik sebesar Rp. 1.718.769.000,00

atau 15,17%;

6. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota, Desa dan Parpol

direncanakan sebesar Rp.345.235.676.000,00 atau naik sebesar Rp.17.451.540.000,00

atau 5,32%;

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

25

7. Belanja Tidak Terduga direncanakan pada tahun 2019 sebesar Rp.2.000.000.000,00

atau turun sebesar Rp1.000.000.000,00 atau -33,33%.

Sedangkan kebijakan belanja yang akan diambil sebagai bentuk perencanaan

Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019 untuk kelompok Belanja Langsung diproyeksikan

sebesar Rp.722.392.262.000,00 atau turun sebesar Rp.332.962.818.000,00 atau 31,55%,

yang terdiri dari:

1. Belanja Pegawai direncanakan sebesar Rp.30.132.533,00 atau mengalami penurunan

sebesar Rp.14.923.398.000,00 atau sebesar 33,12%;

2. Belanja Barang dan Jasa direncanakan sebesar Rp.440.457.545.000,00 atau mengalami

penurunan sebesar Rp.208.449.621.000,00 atau 32,12%;

3. Belanja Modal direncanakan sebesar Rp.251.802.184.000,00 atau mengalami

penurunan sebesar Rp.109.589.799.000,00 atau sebesar 30,32%.

Perencanaan Belanja Daerah Tahun 2019 tidak terlepas dari asumsi-asumsi

Pendapatan Daerah dengan basis data Realisasi Tahun Anggaran 2017 dan Penetapan

Tahun Anggaran 2018, yang meliputi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung.

Adapun secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut ini :

Tabel 4.2. Belanja Daerah Kabupaten Jepara Realisasi Tahun Anggaran 2017, Penetapan Tahun

Anggaran 2018, serta Proyeksi Tahun Anggaran 2019

No Uraian Tahun

Realisasi 2017 Penetapan 2018 Proyeksi 2019 1 Belanja Tidak Langsung 1.202.647.942.912 1.303.053.973.000 1.125.720.499.000 1.1 Belanja Pegawai 825.240.330.206 884.988.462.000 706.301.489.000 1.2 Belanja Bunga - - - 1.3 Belanja Subsidi 234.081.000 234.085.000 234.085.000 1.4 Belanja Hibah 50.205.864.000 49.552.100.000 20.505.000.000 1.5 Belanja Bantuan Sosial 10.539.192.700 26.162.410.000 38.392.700.000

1.6 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota dan Pemerintah Desa

12.006.119.555 11.332.780.000 13.051.549.000

1.7

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota, Desa dan Parpol

303.780.666.120 327.784.136.000 345.235.676.000

1.8 Belanja Tidak Terduga 641.689.331 3.000.000.000 2.000.000.000

2 Belanja Langsung 1.012.842.367.661 1.055.355.080.000 722.392.262.000 2.1 Belanja Pegawai 36.309.438.725 45.055.931.000 30.132.533.000 2.2 Belanja Barang dan Jasa 572.187.201.387 648.907.166.000 440.457.545.000 2.3 Belanja Modal 404.345.727.549 361.391.983.000 251.802.184.000

Jumlah Belanja Daerah 2.215.490.310.573 2.358.409.053.000 1.848.112.761.000

Sumber : LRA Tahun 2017, APBD Tahun 2018 Kabupaten Jepara

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

26

4.2.2. Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja

Bagi Hasil, Bantuan Keuangan Dan Belanja Tidak Terduga

Belanja daerah merupakan pengeluaran untuk kebutuhan dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan dan kepentingan pelaksanaan pembangunan daerah,

sehingga alokasinya diarahkan guna meningkatkan efisiensi, efektifitas dan

proporsionalitas, berdasarkan tujuan dan sasaran pembangunan yang ditetapkan.

Kebijakan yang diambil dalam menentukan belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan

sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga, adalah sebagai

berikut:

1. Penyusunan alokasi belanja menggunakan pendekatan anggaran kinerja

2. Prioritas anggaran belanja untuk menunjang efektifitas pelaksanaan tugas dan fungsi

PD

3. Setiap peningkatan alokasi belanja harus diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan

dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

4. Anggaran lebih ditekankan pada program yang diperlukan (money follows program),

dibandingkan pembagian anggaran menurut urusan dan organisasi

5. Penentuan kebijakan belanja daerah selain didasarkan apada prioritas kegiatan PD,

dapat dilakukan berdasarkan evaluasi penganggaran tahun sebelumnya dengan

berpedoman pada Renstra

6. Dalam kerangka kebijakan kemitraan swasta-Pemerintah Daerah untuk mendukung

belanja daerah, harus dilandasi kajian yang seksama terhadap masa produktif dan

pembagian keuntungan yang didasari atas prinsip keadilan

4.2.3. Kebijakan Pembangunan Daerah, Kendala Yang Dihadapi, Strategi dan

PrioritasPembangunan Daerah yang Disusun secara Terintegrasi dengan

Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasionalyang akan Dilaksanakan di

Daerah

4.2.3.1. Kebijakan Pembangunan Daerah

Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Jepara tahun 2019 yang bertema

Optimalisasi pembangunan infrastruktur pariwisata didukung oleh pengembangan kualitas

SDM yang berdaya saing seperti termuat dalam RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2017-

2022 tersaji pada tabel berikut :

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

27

Tabel. 4.3. Kebijakan Pembangunan Daerah Tahun 2019

STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Meningkatkan

aksessibilitas dan

kualitas pendidikan bagi seluruh

masyarakat

1 Peningkatan kualitas dan kuantitas

sarana dan prasarana pendidikan

secara bertahap untuk memenuhi Standar Nasional Pendidikan

2 Peningkatan kompetensi dan kualifikasi sumberdaya pendidik dan

tenaga kependidikan secara bertahap

3 Perluasan cakupan pemberian

beasiswa

Meningkatkan budaya

baca bagi masyarakat

4 Peningkatan kesadaran masyarakat

dalam Pola Hidup Bersih Sehat

Meningkatkan derajat

kesehatan kesehatan masyarakat

5 Peningkatan cakupan pelayanan

Jaminan Kesehatan

6 Peningkatan kuantitas dan kualitas

tenaga kesehatan

7 Peningkatan kualitas dan kuantitas

sarana dan prasarana kesehatan secara bertahap untuk memenuhi

standard

Meningkatkan kualitas

hidup perempuan dan

anak

8 Peningkatan UPPKS

9 Pembentukan Desa/Kelurahan Layak

Anak dan Kecamatan Layak Anak

Meningkatkan even/gelaran

seni/budaya

10 Peningkatan even/gelaran seni/budaya berskala nasional

maupun regional

11 Peningkatan pembinaan dan

pemberian apresiasi pada kelompok seni/budaya

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang

lestari

12 Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana persampahan

13 Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup

Meningkatkan kualitas SDM Tenaga Kerja

14 Peningkatan produktivitas dan kompetensi tenaga kerja

Meningkatkan kualitas

Koperasi dan UMKM

15 Peningkatan kapasitas SDM dan

kelembagaan koperasi dan UMKM

16 Pengembangan OVOP

Meningkatkan kinerja

perindustrian,

perdagangan, dan investasi

17 Peningkatan kualitas dan kuantitas

sarana dan prasarana perdagangan

18 Peningkatan partisipasi dalam berbagai event promosi investasi.

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

28

STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Meningkatkan kualitas

destinasi dan investasi

pariwisata

19 Pengembangan destinasi wisata

unggulan yang berkelanjutan

20 Peningkatan sarana dan prasarana

kepariwisataan

21 Pengembangan jejaring informasi

kepariwisataan

Mengurangi jumlah

rumah tidak layak

huni

22 Peningkatan jangkauan program

penanganan RTLH

Mengurangi kawasan permukiman kumuh

23 Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana di kawasan

permukiman kumuh.

Meningkatkan cakupan

pelayanan sanitasi

layak bagi masyarakat

24 Peningkatan kuantitas dan kualitas

sarana dan prasarana sanitasi layak

Meningkatkan cakupan

pelayanan air

minum/bersih layak

bagi masyarakat

25 Peningkatan kuantitas dan kualitas

sarana dan prasarana air

minum/bersih layak

Meningkatkan kualitas

dan kuantitas jalan

dan jembatan

26 Pembangunan dan pemeliharaan

jalan dan jembatan

Meningkatkan kualitas

dan kuantitas jaringan

irigasi

27 Pembangunan dan pemeliharaan

jaringan irigasi

Meningkatkan kapasitas dan

kompetensi ASN

28 Peningkatan kapasitas dan kompetensi ASN khususnya dalam

bidang pengelolaan keuangan

daerah, dan kualitas pelayanan publik

Mengembangkan

sistem dan prosedur

pengawasan

29 Pengembangan sistem dan prosedur

pengawasan

Sumber: RPJMD Kabupaten Jepara Tahun 2017-2022

4.2.3.2. Kendala / Permasalahan Yang Dihadapi

Capaian kinerja pembangunan selama kurun waktu lima tahun terakhir terdapat

beberapa kendala/ permasalahan. Permasalahan tersebut dapat menjadi salah satu bahan

evaluasi pembangunan dalam penyusunan strategi, kebijakan, program dan kegiatan

selanjutnya. Dengan memperhatikan evaluasi kinerja dan dinamika lingkungan strategis

dimana kesemuanya diperhitungkan dan diprediksikan ke depan akan berpotensi sebagai

permasalahan strategis yang akan berpengaruh dalam penetapan target tujuan dan sasaran

dalam penyusunan perencanaan pembangunan kedepan. Dengan demikian, identifikasi

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

29

permasalahan strategis menjadi sangat penting. Adapun permasalahan di Kabupaten

Jepara adalah sebagai berikut:

I. Permasalahan Daerah yang berhubungan dengan prioritas dan sasaran

pembangunan daerah

A. Derajat dan Upaya Pelayanan Kesehatan belum optimal.

Derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Jepara masih belum optimal. Kondisi ini

terlihat dari masih tingginya Angka Kematian Ibu pada Tahun 2017 terdapat 12 kasus

kematian Ibu. Proporsi kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) di puskesmas pada tahun

2017 mencapai 37.31%. Cakupan penemuan dan penanganan kasus baru HIV AIDS baru

mencapai 1,39% tahun 2017. Kondisi lainnya ditunjukkan oleh ketersediaan tenaga

kesehatan serta kualitas fasilitas tingkat pertama masih kurang. Persentase puskesmas

dengan kondisi sarana dan prasarana memadai baru mencapai 61.90%. Persentase

puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan baru mencapai 10.21%.

B. Masih belum optimalnya kualitas infrastruktur di Kabupaten Jepara.

Belum optimalnya kualitas infrastruktur dasar di Kabupaten Jepara ditandai oleh masih

rendahnya rasio jalan dalam kondisi baik dan rendahnya jalan yang memiliki sarana

pelengkap. Persentase jalan dalam kondisi baik pada tahun 2017 mencapai 47,9% dan

saluran irigasi dalam kondisi baik baru mencapai 21,89%.

C. Persentase penduduk miskin rendah namun jumlah (absolutnya) tinggi.

Angka kemiskinan (P0) di Kabupaten Jepara kendati mengalami penurunan setiap

tahunnya namun masih perlu mendapatkan perhatian. Jumlah absolut penduduk miskin

di Kabupaten Jepara kendati telah menurun setiap tahunnya tetapi masih cukup besar

(100.300 jiwa). Jumlah penduduk miskin pada Tahun 2017 mencapai 8,12%.

D. Masih terjadinya ketimpangan gender, meskipun IPG tinggi namun IDG rendah.

Capaian Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Jepara tertinggi kedua

dibandingkan beberapa kabupaten lain di sekitarnya. Capaian IPG Kabupaten Jepara di

bawah capaian Jawa Tengah (92,21) dan di atas capaian Nasional (91,03). Indeks

Pembangunan Gender Kabupaten Jepara pada Tahun 2015 mencapai 91,29 yang

menunjukkan bahwa ketimpangan gender di Kabupaten Jepara sudah berada dalam

kondisi yang semakin membaik.

Capaian Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Kabupaten Jepara dibandingkan

dengan capaian IDG kabupaten sekitar menunjukan ketertinggalan. IDG Kabupaten

Jepara masih berada jauh dibawah rata-rata capaian Nasional, Provinsi Jawa Tengah dan

6 kabupaten sekitar. Capaian IDG Kabupaten Jepara pada tahun 2015 mencapai 48,49.

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

30

E. Pertumbuhan ekonomi melambat dan diikuti oleh angka inflasi yang cukup tinggi.

Secara nominal, PDRB Kabupaten Jepara Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

mengalami kenaikan dari Rp22.071.848.000.000,- pada tahun 2015 menjadi

Rp23.903.617.000.000,- pada tahun 2016. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Jepara pada tahun 2016 yang mencapai 5,02%, melambat jika dibandingkan

tahun 2015 yang mencapai 5,04%. Jika ditarik lebih jauh, selama periode 2012-2016,

pertumbuhan ekonomi Jepara juga menunjukkan trend melambat. Kondisi ini sangat

dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan yang

merupakan lapangan usaha dengan share/kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten

Jepara.

Inflasi di Kabupaten Jepara pada tahun 2016 mencapai 3,45 dan merupakan yang

tertinggi dibandingkan dengan capaian kabupaten di sekitarnya. Capaian ini juga lebih

tinggi dibandingkan Jawa Tengah (2,36) dan Nasional (3,02).

F. Masih belum optimalnya usaha pelestarian lingkungan.

Usaha pelestarian lingkungan di Kabupaten Jepara hingga saat ini masih belum

optimal disebabkan oleh masih rendahnya cakupan pelaksanaan penjaringan kualitas

air, udara dan tanah. Indikasinya adalah cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan

UKL dan UPL baru tercapai sebesar 26% pada tahun 2017.

G. Masih belum optimalnya kualitas tata kelola pemerintahan.

Kualitas tata kelola pemerintahan di Kabupaten Jepara masih belum optimal.

Indikasinya adalah Persentase Desa yang menyusun LPPDesa dan LKPJ sesuai dengan

peraturan perundang-undangan baru mencapai 50% pada tahun 2017. Persentase

laporan hasil tindaklanjut temuan hasil pengawaasan yang telah ditindaklanjuti masih

berada pada angka 90% pada tahun 2017.

II. Identifikasi permasalahan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah

A. Pendidikan

1. Capaian APM SMP/SMPLB/MTs/Paket B baru mencapai 80% di tahun 2017.

Hal ini menunjukkan bahwa baru 80% penduduk usia sekolah setara SMP (13-

15) yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai pada jenjang

pendidikannya. Ini berarti masih ada 20% anak yang sekolah SMP/setara, tidak

tepat waktu.

2. Masih adanya Angka Putus Sekolah pada semua jenjang pendidikan di

Kabupaten Jepara utamanya Angka Putus Sekolah SMP/MTs sebesar 0,09%

pada tahun 2017.

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

31

3. Belum optimalnya kualitas pendidik dan tenaga kependidikan di Kabupaten

Jepara, salah satu indikasinya adalah Pendidik PAUD yang memenuhi kualifikasi

S1/D-IV masih berada dalam kisaran 86%.

B. Kesehatan

1. Masih ditemukannya kematian ibu, bayi dan balita. Pada tahun 2017 terjadi 12

kasus kematian ibu, dan AKB sebesar 5,21 per 1.000 KH.

2. Masih ditemukannya Balita gizi buruk pada tahun 2017 sebesar 2,71%, dan

balita pendek (stunting) sebesar 12,8%.

3. Cakupan penemuan dan penanganan kasus baru HIV AIDS dari tahun 2012–

2017 meningkat dari 0,98% menjadi 1,39%.

4. Masih belum optimalnya perilaku hidup sehat pada masyarakat. Ditandai

dengan Proporsi rumah tangga ber-PHBS di Kabupaten Jepara pada tahun 2017

masih sebesar 77%.

5. Belum semua TFU dan TPM memenuhi syarat kesehatan. Ditandai Proporsi

tempat fasilitas umum (TFU) yang memenuhi syarat kesehatan sebesar

72,56% pada tahun 2017 dan Proporsi tempat pengelolaan makanan (TPM)

memenuhi syarat higiene sanitasi sebesar 55,30% pada tahun 2017.

6. Kurangnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana fasilitas kesehatan baik

FKTP maupun rujukan. Hal ini ditandai dengan jumlah Puskesmas di Kabupaten

Jepara sebanyak 21 Puskesmas dengan 14 Puskesmas rawat inap dan 7

Puskesmas non rawat inap pada tahun 2017, terdapat kekurangan sebanyak 19

puskesmas dari jumlah ideal 40 puskesmas.

7. Masih belum optimalnya penyediaan Sumberdaya Kesehatan. Ditandai Rasio

dokter per satuan penduduk sebesar 1:5.649, Rasio tenaga bidan per satuan

penduduk sebesar 1:2.626 dan Rasio tenaga perawat per satuan penduduk

sebesar 1:1.354 pada tahun 2017. Angka ini masih di bawah standar yang

ditetapakan, salah satunya yaitu rasio ideal dokter sebesar 40 per 100.000

penduduk.

C. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

1. Masih banyak ruas jalan dan jembatan di Kabupaten Jepara dalam kondisi

rusak, dimana jalan kabupaten dalam kondisi baik saat ini baru mencapai 47,9

% dan sisanya sebesar 52,1 % masih dalam kondisi rusak (kondisi sedang,

rusak, dan rusak berat) dari total panjang jalan 872,142 km.

2. Kondisi jaringan irigasi masih belum optimal. Ditandai dengan rasio jaringan

irigasi dalam kondisi baik terhadap areal budidaya baru mencapai 9,96 m/ha.

Persentase saluran irigasi dalam kondisi baik baru mencapai 21,89% pada

tahun 2017.

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

32

3. Saluran drainase jalan masih belum memadai, dimana jalan yang memiliki

drainase tahun 2017 baru mencapai 5,9%.

4. Belum optimalnya penanganan sampah di Kabupaten Jepara, dilihat dari

Persentase penanganan sampah sampai dengan tahun 2017 baru mencapai

8,4%.

5. Masih rendahnya pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau di wilayah

perkotaan, RTH Publik tahun 2017 tercatat baru mencapai 7,35%. Masih jauh

dari ketentuan 20% yang disyaratkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang.

D. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

1. Belum optimalnya penyediaan perumahan layak huni yang terjangkau, sampai

dengan tahun 2017 Persentase RTLH yang ditangani baru mencapai 5,68%.

2. Masih adanya kawasan kumuh perkotaan yang menjadi salah satu indikator

belum optimalnya penanganan kawasan kumuh sesuai SK Bupati. Persentase

luas kawasan kumuh sesuai SK Bupati di kawasan perkotaan yang tertangani

pada tahun 2017 sebesar 85,38%.

E. Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat

1. Belum optimalnya pelaksanaan penegakan Perda. Ditandai dengan Cakupan

penegakan Perda dan Perkada baru mencapai 33,2%.

2. Belum optimalnya pelayanan pencegahan dan penanggulangan bencana.

Ditandai dengan Persentase desa siaga bencana baru mencapai 6,15% pada

tahun 2017 dan belum adanya EWS pada desa rawan bencana.

3. Masih kurangnya penanganan daerah pasca bencana. Hal ini ditunjukkan

dengan persentase penanganan daerah pasca bencana baru mencapai 20%

pada tahun 2017.

F. Sosial

1. Masih terbatasnya penanganan yang dilakukan pemerintah Kabupaten Jepara

terhadap PMKS yakni tahun 2017 masih sebesar 76,45%.

2. Masih rendahnya persentase penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut

usia tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial, pada tahun 2017 baru

mencapai 24,5%.

3. Masih rendahnya persentase anak terlantar yang di tangani, pada tahun 2017

baru mencapai 18,25%.

4. Masih rendahnya persentase eks penyandang penyakit sosial (eks. Narapida,

PSK, Narkoba dan penyakit Sosial Lainnya) yang telah terbina, pada tahun 2017

baru mencapai 47,87%.

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

33

G. Tenaga Kerja

1. Masih rendahnya persentase pekerja/buruh yang menjadi peserta program

BPJS Ketenagakerjaan, pada tahun 2017 baru mencapai 45%.

H. Pemberdayaan Perempuan Dan Pelindungan Anak

1. Masih rendahnya persentase Desa/Kelurahan Layak Anak (DEKELA) tahun

2017 masih sebesar 10,26%.

2. Meningkatnya rasio kekerasan terhadap anak, yaitu pada tahun 2012 sebesar

0,10 per 1.000 anak dan pada tahun 2017 menjadi sebesar 0,83 per 1.000 anak.

3. Meningkatnya rasio kekerasan perempuan termasuk Tindak Pidana

Perdagangan Orang juga terus mengalami kenaikan tiap tahun, yaitu tahun

2012 sebesar 0,09 per 1.000 perempuan dan tahun 2017 menjadi sebesar 0,36

per 1.000 perempuan

I. Pangan

1. Masih belum beragamnya tingkat konsumsi pangan masyarakat. Hal ini terlihat

dari Skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang menurun dari 90,80 pada tahun

2016 menjadi 70,0 pada tahun 2017.

J. Pertanahan

1. Masih banyaknya tanah milik Pemerintah Kabupaten Jepara yang belum

memiliki sertifikat hak milik. Tanah milik Pemerintah Kabupaten Jepara yang

telah memiliki sertifikasi hak milik dari BPN hanya sebesar 59,18% pada tahun

2017.

K. Lingkungan Hidup

1. Masih belum optimalnya pemantauan terhadap industri/unit usaha potensi

penghasil limbah B3. Pada tahun 2017 Persentase industri/unit usaha potensi

penghasil limbah B3 yang terpetakan dan berijin baru mencapai 50%.

2. Masih belum optimalnya penanganan sampah. Hal ini ditandai dengan

persentase penanganan sampah pada tahun 2017 baru mencapai 8,4%.

3. Masih belum optimalnya pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL. Hal ini

ditandai dengan cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL pada

tahun 2017 baru mencapai 57%.

L. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

1. Masih rendahnya cakupan kepemilikan akta kelahiran bagi penduduk yaitu

baru mencapai 37,48%.

2. Masih rendahnya Cakupan Kepemilikan Kartu Identitas Anak (KIA) yaitu baru

mencapai 9,97%.

3. Rendahnya cakupan kepemilikan akte kematian yang baru mencapai 6,88%.

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

34

M. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

1. Belum optimalnya upaya pengembangan Posyandu di Kabupaten Jepara hal ini

terlihat dari capaian Posyandu Aktif baru mencapai 80%.

2. Belum optimalnya Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga yang Aktif. Hal ini

terlilhat dari capaian Persentase Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga yang

Aktif pada tahun 2017 baru mencapai 25%.

N. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

1. Meningkatnya Cakupan Pasangan Usia Subur yang ingin ber-KB namun tidak

terpenuhi (unmetneed), yaitu dari 10,89% pada pada tahun 2016 menjadi

sebesar 26,62% pada tahun 2017.

2. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam ber KB, hal ini dapat dilihat dari

Cakupan peserta KB aktif pada tahun 2017 sebesar 63.07%.

O. Perhubungan

1. Belum optimalnya uji kendaraan. Hal ini ditandai dengan rasio kendaraan uji

dengan kendaraan yang seharusnya uji baru mencapai 78% pada tahun 2017.

2. Masih rendahnya persentase ketersediaan angkutan darat yang baru mencapai

4,48% pada tahun 2017.

3. Masih rendahnya Rasio izin perpanjangan trayek (kartu pengaawasan per 6

bulan) yang baru mencapai 0.000054% pada tahun 2017.

4. Fasilitas perlengkapan jalan dalam kondisi baik masih belum memadai. Hal ini

ditandai dengan persentase fasilitas perlengkapan jalan dalam kondisi baik

pada tahun 2017 baru mencapai 75%.

P. Komunikasi dan Informatika

1. Meskipun sudah semua Perangkat Daerah memiliki website, tetapi belum semua

website milik Perangkat Daerah aktif melakukan updating informasi.

2. Belum optimalnya penggunaan legal software. Hal ini fitandai dengan cakupan

unit komputer yang difasilitasi menggunakan legal software baru mencapai

50% pada tahun 2017.

Q. Koperasi, Usaha Kecil, Dan Menengah

1. Menurunnya Koperasi yang memiliki diversifikasi usaha dari 82,9% pada tahun

2016 menjadi 74,05% pada tahun 2017.

2. Rendahnya daya saing UKM, Pada tahun 2017 persentase UKM yang berdaya

saing baru mencapai 1,17%.

3. Masih rendahnya persentase UMKM yang berkembang ke arah mandiri, yaitu

baru mencapai 0,14% pada tahun 2017, menurun dibandingkan tahun 2016

yang mencapai 0,70%.

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

35

4. Masih belum optimalnya perkembangan OVOP. Hal ini ditandai dengan

menurunnya Persentase OVOP yang berkembang dari 1,15% pada tahun 2016

menjadi 0,81% pada tahun 2017.

5. Masih adanya koperasi yang tidak sehat. Tahun 2017 persentase koperasi sehat

sebesar 85,88%, menurun dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 86,63.

R. Penanaman Modal

1. Belum adanya tindak lanjut Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 tentang

Percepatan Pelaksanaan Berusaha pada tahun 2017.

2. Belum adanya aturan tentang penanaman modal yang terbaru yang dapat

mendorong percepatan investasi di Jepara yang lebih relevan dengan keadaan

dan kondisi terkini di Kabupaten Jepara.

S. Kepemudaan dan Olah Raga

1. Masih rendahnya pembangunan kepemudaan di Kabupaten Jepara, hal ini

terlihat dari cakupan pemuda yang memperoleh pelatihan kewirausahaan pada

tahun 2017 baru mencapai 0,13%.

T. Statistik

1. Belum adanya sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus bidang

teknologi informasi untuk melaksanakan tanggungjawab pengolahan dan

penyajian data.

U. Persandian

1. Kurangnya sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus bidang

persandian. Sampai dengan tahun 2016 hanya ada 1 SDM yang memilki

kompetensi persandian.

V. Kebudayaan

1. Belum optimalnya penyelenggaraan festival seni dan budaya di Kabupaten

Jepara karena tergolong masih sangat minim, mengingat masih banyaknya

potensi kebudayaan yang ada.

2. Belum optimalnya cakupan organisasi seni, pada tahun 2017 baru mencapai

51,58% masih jauh dari potensi yang diharapkan yaitu 66,6%

W. Perpustakaan

1. Masih kurangnya pustakawan yang bersertifikasi. Hal ini ditandai dengan

Persentase pustakawan yang bersertifikasi pada tahun 2017 baru mencapai

0,50%.

2. Kurangnya tenaga ahli dan terampil (pustakawan) yaitu hanya 3 orang tenaga

terampil dan 1 orang tenaga ahli pada sampai pada tahun 2017.

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

36

X. Kearsipan

1. Rendahnya arsiparis yang memperoleh sertifikasi kompetensi kearsipan, tahun

2017 masih sebesar 4,1%.

2. Masih rendahnya unit kerja dan perangkat daerah yang telah menerapkan

manajemen arsip secara lebih efektif (e-arsip). Pada tahun 2017 persentase unit

kerja dan perangkat daerah yang telah menerapkan manajemen arsip secara

lebih efektif (e-arsip) baru mencapai 28%.

Y. Kelautan dan Perikanan

1. Masih rendahnya persentase kelompok pembudidaya ikan yang telah

menerapkan cara budidaya ikan yang baik, pada tahun 2017 baru mencapai

8,93%.

2. Masih rendahnya persentase kelompok pembudidaya ikan yang memperoleh

bantuan sarana produksi, pada tahun 2017 baru mencapai 6,84%.

3. Menurunnya produksi perikanan tangkap dari 10.535 ton pada tahun 2016

menjadi 8.187,00 ton pada tahun 2017.

Z. Pariwisata

1. Rata-rata lama tinggal wisatawan masih belum optimal, yaitu antara 2-3 hari.

AA. Pertanian

1. Produksi pertanian pangan utama mengalami penurunan pada 2 (dua) tahun

terakhir menjadi 588.971,60 ton pada tahun 2017.

2. Masih belum optimalnya persentase kelompok tani yang berkualitas, salah

satunya karena terus menurunnya kelompok tani tingkat lanjutan dan madya

pada 2 (dua) tahun terakhir, menjadi 43,65% pada tingkat lanjutan dan tingkat

madya sebesar 15,74% pada tahun 2017

BB. Perdagangan

1. Masih rendahnya Persentase serapan resi gudang, pada tahun 2017 baru

mencapai 4%.

2. Masih rendahnya Persentase pasar daerah yang memenuhi kriteria pasar sehat,

pada tahun 2017 baru mencapai 14%.

CC. Perindustrian

1. Masih rendahnya usaha peningkatan IKM yang menggunakan teknologi dalam

peningkatan kualitas produksi yang baru mencapai 120 unit/tahun.

DD. Transmigrasi.

1. Terbatasnya kuota pemberangkatan transmigran yang disediakan oleh

pemerintah provinsi maupun pusat yang tidak dapat dipastikan setiap

tahunnya.

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

37

EE. Kepegawaian

1. Masih rendahnya Persentase PNS struktural yang mengikuti kegiatan

assesment, pada tahun 2017 mencapai 0%.

FF. Keuangan

1. Belum optimalnya pendapatan asli daerah (PAD) khususnya yang bersumber

dari pajak dan retribusi daerah terlihat dari persentase besaran PAD terhadap

seluruh pendapatan dalam APBD yang menurun dari 15,31% pada tahun 2016

menjadi 15,25% pada tahun 2017.

2. Menurunnya peningkatan PAD dari 19,34% pada tahun 2016 menjadi 2,65%

pada tahun 2017.

GG. Perencanaan dan Litbang

1. Kualitas dokumen perencanaan pembangunan daerah belum optimal. Salah

satunya dapat dilihat dari persentase dokumen perencanaan dan penelitian

bidang penelitian dan pengembangan yang dapat diimplementasikan yang baru

mencapai 33% pada tahun 2017.

2. Banyaknya amanat pemerintah untuk menyusun dokumen perencanaan

multisektor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

terbaru yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

3. Belum optimalnya kerjasama pembangunan dalam mendorong peningkatan

kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.

4. Kurangnya ketersediaan data dan informasi untuk menunjang perencanaan

pembangunan daerah yang berkualitas.

5. Masih belum optimalnya produk penelitian yang menjadi dasar dalam

pengambilan kebijakan di Kabupaten Jepara.

HH. Setda

1. Masih belum optimalnya Persentase Desa yang menyusun LPPDesa dan LKPJ

sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pada tahun 2017 mencapai

60%.

2. Masih rendahnya persentase desa yang mampu meyusun APBDes tepat waktu,

pada tahun 2017 mencapai 50%.

II. Setwan

1. Masih terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM

2. Belum optimalnya kinerja pelaksanaan fungsi-fungsi DPRD.

JJ. Pengawasan

1. Masih belum optimalnya Rasio temuan BPK RI yang ditindaklanjuti, pada tahun

2017 mencapai 90%.

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

38

2. Masih belum optimalnya Persentase laporan hasil tindaklanjut temuan hasil

pengawaasan yang telah ditindaklanjuti pada tahun 2017 mencapai 90%.

4.2.3.3. Strategi dan Prioritas Pembangunan Daerah yang Disusun secara

Terintegrasi dengan Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional yang

akan Dilaksanakan di Daerah

Penyusunan prioritas pembangunan merupakan hal yang penting untuk dilakukan

mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki daerah untuk melakukan

pembangunan. Penyusunan prioritas pembangunan daerah didasarkan kriteria berikut: (1)

Kesesuaian dengan dokumen perencanaan, (2) Urgensi penanganan isu, (3) Kemanfaatan

pada hajat hidup masyarakat, (4) Kelayakan teknis, dan (5) Kesiapan bagi pelaksana

kegiatan/usulan. Selain itu, diperlukan juga strategi dalam pencapaian prioritas

pembangunan daerah yang harus disusun secara terintegrasi dengan kebijakan dan

prioritas pembangunan nasional yang akan dilaksanakan di daerah.

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2019 sebagai rencana pembangunan

nasional untuk tahun 2019 mempunyai tema pembangunan “Memacu Investasi dan

Infrastruktur Untuk Pertumbuhan dan Pemerataan”. Adapun prioritas pembangunan

nasional tahun 2019 dirinci menjadi 10 Prioritas Nasional yang meliputi Pendidikan;

Kesehatan; Perumahan dan Permukiman; Pengembangan Dunia Usaha dan Pariwisata;

Ketahanan Energi; Ketahanan Pangan; Penanggulangan Kemiskinan; Infrastruktur,

Konektivitas, dan Kemaritiman; Pembangunan Wilayah; serta Politik, Hukum, Pertahanan

dan Keamanan

Mendukung tercapainya sasaran utama dan prioritas pembangunan nasional, maka

tema pembangunan Kabupaten Jepara dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Kabupaten Jepara Tahun 2019 adalah “Optimalisasi pembangunan infrastruktur pariwisata

didukung oleh pengembangan kualitas SDM yang berdaya saing”. Prioritas pembangunan

Pemerintah Kabupaten Jepara Tahun 2019 diarahkan untuk mendukung pencapaian Misi

ke-3 Mewujudkan Perekonomian Daerah yang Progresif dan Mandiri, Misi ke-4

Mewujudkan Pemerataan Pembangunan yang Berkeadilan, dan Misi ke-1 Memperkuat

Potensi Sumber Daya Manusia yang Berkualitas, Religius dan Berbudaya. Pencapaian

terhadap Misi ke-5 Meningkatkan Tatakelola Pemerintahan yang baik (good governance)

dan Pelayanan Publik yang Profesional dilakukan secara mainstream dan melekat pada

masing-masing tahun fiskal pembangunan mulai dari tahun 2017-2022. Fokus

pembangunan pada tahun 2019 adalah Optimalisasi pembangunan infrastruktur

pariwisata yang didukung oleh pengembangan kualitas SDM yang berdaya saing. Pada

tahap ini, pembangunan diarahkan pada:

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

39

1) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana penunjang industri pariwisata,

pembangunan akses jalan yang memadai serta penyiapan SDM kepariwisataan yang

berkualitas, melalui:

a. Pengembangan destinasi wisata unggulan yang berkelanjutan;

b. Peningkatan sarana dan prasarana kepariwisataan;

c. Pengembangan jejaring informasi kepariwisataan.

2) Penguatan potensi ekonomi kerakyatan berbasis komoditas lokal, industri kreatif dan

sentra/klaster, melalui:

a. Pengembangan sentra industri kecil dan menengah;

b. Pengembangan one village one produk (OVOP);

c. Peningkatan kapasitas SDM dan kelembagaan Koperasi dan UMKM.

3) Penguatan SDM pelaku usaha industri dan komoditas potensial di Kabupaten Jepara

dalam pemanfaatan teknologi, baik dalam proses produksi maupun pemasaran,

melalui:

a. Peningkatan kualitas SDM dan angkatan kerja yang kreatif, inovatif dan berdaya

saing;

b. Peningkatan fasilitasi kemudahan penyediaan bahan baku dan teknologi produksi;

c. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perdagangan.

4) Penyediaan dan rehabilitasi sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan

kompentensi dan kualifikasi sumberdaya pendidik dan tenaga kependidikan, melalui:

a. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan secara

bertahap untuk memenuhi Standar Nasional Pendidikan;

b. Peningkatan kompetensi dan kualifikasi sumberdaya pendidik dan tenaga

kependidikan secara bertahap.

5) Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pendidikan, melalui:

a. Perluasan cakupan pemberian beasiswa;

b. Peningkatan cakupan pelayanan Perpustakaan;

6) Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, peningkatan aksesibilitas masyarakat

terhadap fasilitas layanan kesehatan tingkat pertama, melalui:

a. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam Pola Hidup Bersih Sehat;

b. Peningkatan cakupan pelayanan Jaminan Kesehatan;

c. Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan;

d. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kesehatan secara

bertahap untuk memenuhi standard.

7) Pengembangan tata pemerintahan yang baik didukung dengan kompetensi dan

profesionalitas aparatur dalam pelaksanaan pembangunan, pemerintahan dan

pelayanan publik, melalui:

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

40

a. Peningkatan kapasitas dan kompetensi ASN khususnya dalam bidang pengelolaan

keuangan daerah, dan kualitas pelayanan publik;

b. Pengembangan sistem dan prosedur pengawasan.

4.2.4. Kebijakan Belanja

Berdasarkan Undang Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

dikeluarkan untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, maka urusan pemerintahan Kabupaten Jepara terdiri dari urusan

wajib dan urusan pilihan. Urusan Wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib

diselenggarakan oleh pemerintahan daerah, berkaitan dengan pelayanan dasar dan non

dasar yang terdiri dari 24 (dua puluh empat) bidang urusan pemerintahan. Sedangkan

urusan pilihan adalah urusan pemerintahan yang wajib dilakukan Pemerintahan Daerah

disesuaikan dengan potensi yang dimiliki daerah yang terdiri dari 8 bidang urusan

pemerintahan.

Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah tahun

2019 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian

hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap

satuan kerja perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Ini

bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin

efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam program/kegiatan.

Berdasarkan urusan pemerintahan tersebut, maka kebijakan belanja daerah

tahun 2010 diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional,

efisien dan efektif, antara lain melalui:

1. Mengalokasikan anggaran untuk pendidikan sebesar 29,58% dari total belanja

daerah tahun 2010 dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan dan sarana

prasarana pendidikan;

2. Mengupayakan alokasi anggaran untuk kesehatan sebesar 18,11% dari total

belanja daerah untuk peningkatan kualitas dan aksesibilitas pelayanan dasar

kesehatan dalam rangka peningkatan indeks kesehatan masyarakat.

3. Untuk mendukung percepatan pembangunan pada 2010, akan diupayakan alokasi

anggaran untuk bidang infrastruktur dan lingkungan hidup sebesar 13,05%, sosial

sebesar 2,52% serta untuk bidang ekonomi sebesar 4,31%.

4.3 Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau

pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun yang bersangkutan maupun pada

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

41

tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah terdiri dari komponen penerimaan

pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2019 dengan basis data Realisasi Tahun

Anggaran 2017 dan Penetapan Tahun Anggaran Berjalan 2018 sebagaimana tabel dibawah

ini :

Tabel 4.4. Pembiayaan Daerah Kabupaten Jepara Realisasi Tahun Anggaran 2017, Penetapan

Tahun Anggaran 2018, serta Proyeksi Tahun Anggaran 2019

No Uraian Tahun

Realisasi 2017 Penetapan 2018 Proyeksi 2019

1 2 3 4 5

1 Penerimaan Pembiayaan

224.242.967.945 252.644.167.000 12.550.000.000

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya

223.941.692.945 252.644.167.000 12.550.000.000

Pencairan Dana Cadangan

- - -

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

- - -

Penerimaan Pinjaman Daerah

- - -

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

301.275.000 - -

Penerimaan Piutang Daerah

- - -

2 Pengeluaran Pembiayaan

17.900.000.000 15.000.000.000 15.000.000.000

Pembentukan Dana Cadangan

-

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah

17.900.000.000 15.000.000.000 15.000.000.000

Pembayaran Pokok Utang

- -

Pemberian Pinjaman Daerah

- -

Jumlah Pembiayaan Daerah 224.242.967.945 237.644.167.000 (2.450.000.000)

Sumber : LRA Tahun 2017, APBD Tahun 2018 Kabupaten Jepara

Rencana Pembiayaan Daerah Kabupaten Jepara Tahun Anggaran 2019 dilaksanakan

untuk menutup defisit anggaran, yaitu adanya selisih kurang antara Belanja Daerah dan

Pendapatan Daerah. Surplus APBD Kabupaten Jepara pada Tahun Anggaran 2019

diproyeksikan sebesar Rp.2.450.000.000,00.

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA

42

4.3.1 Kebijakan Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan Pembiayaan Tahun Anggaran 2019 diprediksi dari komponen Sisa

Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA) sebesar

Rp.12.550.000.000,-. Proyeksi SiLPA sebagaimana diatas merupakan perkiraan yang

terukur dimana dengan asumsi bahwa terdapat efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan

pembangunan dengan tetap memperhatikan target kinerja, kualitas dan efektifitas.

4.3.2 Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan Tahun Anggaran 2019 diproyeksikan sebesar

Rp.15.000.000.000,-. Pengeluaran Pembiayaan diarahkan untuk Penyertaan Modal

(Investasi) kepada Penguatan Modal kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk

mendorong kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat yang bersifat ekonomi produktif dalam

rangka untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dalam bentuk penyertaan modal

(investasi) Pemerintah Daerah, dimana pengeluaran tersebut akan diterima kembali baik

pada tahun yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.