rancang ulang alat pengering kakao pengering kakao …digilib.unila.ac.id/55967/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
RANCANG ULANG ALAT PENGERING KAKAO PENGERING KAKAO
TIPE DRAWER DRYER PADA USAHA MANDIRI KAKAO
DESA WIYONO KABUPATEN PESAWARAN
(Skripsi)
Oleh
Andreas Paska Willyhanggara
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
RANCANG ULANG ALAT PENGERING KAKAO PENGERING KAKAO
TIPE DRAWER DRYER PADA USAHA MANDIRI KAKAO
DESA WIYONO KABUPATEN PESAWARAN
Oleh
ANDREAS PASKA W
Kakao merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Menurut FAO 2013, Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara penghasil
kakao terbesar di dunia dan menyumbang produksi kakao dunia sebesar 17%
dengan luas area perkebunan 1.774.303,97 ha. Di daerah Lampung banyak petani
kakao yang mengolah hasil kebunnya sendiri menjadi kakao kering menggunakan
proses konvensional dan hasilnya diinilai kurang efisien sehingga mutu biji kakao
kering yang dihasilkan kurang baik. Pada pross pengeringan konvensional membutuhkan kayu bakar hingga 1 kubik, waktu pengeringan selama 10 jam, dan kakao harus diaduk setiap 30 menit. Penelitian ini bertujuan untuk
merancang ulang alat pengering kakao konvensional pada salah satu milik usaha
mandiri desa wiyono menjadi lebih baik dalam segi sebaran panas, konsumsi
bahan bakar, dan waktu pengeringan. Dalam penelitian ini digunakan software
simulasi dan komputasi MATLAB untuk mempermudah proses perancangan.
Perancangan yang dilakukan hanya memofidikasi alat pengering yang sudah ada
tanpa merubah total sistem alat pengering tersebut dengan menambahkan pipa
pemanas masuk ke dalam ruang pengring untuk menghasilkan kakao yang
bermutu lebih baik.
Dari hasil simulasi yang telah dilakukan pada desain susunan pipa searah sumbu
memanjang didapatkan hasil sebaran panas yang lebih merata daripada susunan
pipa searah sumbu melebar. Dengan desain susunan pipa searah sumbu
memanjang didapatkan estimasi waktu pengeringan 7,9 jam, konsumsi bahan
bakar antara 0,15-0,28 kubik kayu bakar, dan tidak perlu pengadukan selama
proses pengeringan.
Kata kunci : Kakao, Rancang Ulang, Pengering, MATLAB
ABSTRAK
RANCANG ULANG ALAT PENGERING KAKAO PENGERING KAKAO
TIPE DRAWER DRYER PADA USAHA MANDIRI KAKAO
DESA WIYONO KABUPATEN PESAWARAN
Oleh
ANDREAS PASKA W
Cocoa is a commodity that has a high economic value. According to the FAO
2013, Indonesia has third ranks as the largest cocoa producing country in the
world and contribute 17% of world cocoa production with 1,774,303.97 ha
plantation area. In Lampung Province, many cocoa farmers process their cocoa
become dry cocoa using conventional process and the result is considered not
efficient enough, so the quality of the dried cocoa beans is not good. In
conventional drying process consume up to 1 cubic of firewood and 10 hours, and
it is need to mix the cocoa every 30 minutes. This study aims to redesign
conventional cocoa dryers on one of the independent business in Wiyono Village
to be better in terms of heat distribution, fuel consumption and drying time. In this
study used simulation and MATLAB computation software to simplify the design
process. The design carried out is only to modify the existing dryer without
changing the total drying system, with adding the heating pipe inside the drying
chamber to produce dried cocoa with better quality
The simulation results show that the design of the pipe arrangement in the
direction of the long axis, the heat distributed better than the pipe arrangement in
the direction of the widened axis. With the design of the long axis direction of the
pipe arrangement the estimated drying time about 7.9 hours, and fuel
consumption is between 0.15-0.28 cubic firewood, also no longer need to mix the
cocoa.
Keywords : Redesign, Cocoa, Dryer, MATLAB
RANCANG ULANG ALAT PENGERING KAKAO PENGERING KAKAO
TIPE DRAWER DRYER PADA USAHA MANDIRI KAKAO
DESA WIYONO KABUPATEN PESAWARAN
Oleh
Andreas Paska Willyhanggara
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
MOTTO
Dan sebagaimana kamu kehendaki orang
perbuat kepadamu, perbuatlah juga
demikian kepada mereka.
( Lukas 6 : 31 )
Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap sykurlah
dalam segala hal, sebab itulah yang dikhendaki Allah di dalam Kristus
Yesus bagi kamu.
( 1 Tesalonika 5 : 16-18 )
Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang
bodoh menghina hikmat dan didikan
( King Solomon, Amsal 1 : 7 )
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi Timur pada tanggal 2 April 1994,
sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Kornelius Tri Prabowo dan Ibu Sunarsih. Penulis mengawali
pendidikan pada tahun 1999 di SD Negeri 1 Terbanggi Besar
diselesaikan pada tahun 2005, SMP Negeri 1 Terbanggi Besar
diselesaikan pada tahun 2008, dan SMA Negeri 1 Terbanggi Besar diselesaikan
pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis mendapatkan kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan S1 ke Perguruan Tinggi Universitas Lampung di Fakultas
Teknik, Jurusan Teknik Mesin melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri). Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti
organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin Unila (HIMATEM) sebagai
Divisi Kerohanian pada tahun periode 2013-2014.
Selama masa perkuliahan penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
di awal tahun 2015 selama 40 hari di Desa Makmur Jaya, Kecamatan Banjar
Agung, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Pada tanggal 1 oktober
2014 sampai dengan tanggal 31 Oktober 2014 penulis mengikuti Kerja Praktik
(KP) dan membuat laporan dengan judul “Analisis Kinerja Ketel Uap Takuma N-
3300 di PT Gunung Madu Plantation” di PT. Gunung Madu Plantation Lampung
Tengah. Terakhir pada akhir tahun 2018, penulis melakukan penelitian dengan
judul “Rancang Ulang Alat Pengering Kakao Tipe Drawer Dryer Pada Usaha
Mandiri Kakao Desa Wiyono Kabupaten Pesawaran” yang dilakukan di Desa
Wiyono, Kabupaten Pesawaran, Lampung.
SANWACANA
Puji syukur penulis haturkan kepada TUHAN atas limpahan kasih dan anugrah-
Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik (S.T.) pada
program studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan judul
“Rancang Ulang Alat Pengering Kakao Tipe Drawer Dryer Pada Usaha
Mandiri Kakao Desa Wiyono Kabupaten Pesawaran” sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Mesin Universitas
Lampung. Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lampung.
2. Bapak Ahmad Su’udi, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Lampung
3. Ibu Novri Tanti, S.T., M.T., selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, dukungan, kritik dan saran kepada
penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak A Yudi Eka Risano, S.T., M.Eng. selaku pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan saran dan bimbingan kepada penulis sebelum,
saat, dan setelah penelitian hingga skripsi ini selesai disusun.
5. Bapak M Dyan Susila ES, S.T., M.Eng. selaku dosen pembahas atas segala
kritik, saran dan bimbingan yang diberikan kepada penulis.
6. Bapak Dr. Muhammad Badaruddin, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing
akademik atas kesediaan dan kesabarannya membimbing selama perkuliahan.
7. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan
ilmunya dan semangatnya.
8. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan kasih sayang, memfasilitasi,
membimbing, dan mendidik serta doa yang diberikan. Terima Kasih Ayah dan
Ibu.
9. Kepada seluruh teman-teman angkatan 2011 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, terima kasih atas rasa kekeluargaan dan dukungan yang telah
diberikan selama masa kuliah ini.
10. Teman-teman kost di Puri Agung, Rahmadi, Wisnu, Eko, Cendi, Awan,
Arnadi, Iwan, Dafri, Imam, Nando, Ferli, Iza, Silvi, Wulan, dan kawan-kawan
yang telah menjadi teman berbagi dukungan, saling membantu, menemani,
berbagi pengetahuan, dan semangat dalam segala keadaan semasa hidup
penulis di kost.
11. Seluruh keluarga besar HIMATEM Unila, Terimakasih banyak atas dukungan,
bantuan dan saran-sarannya, salam SOLIDARITY FOREVER
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu secara tulus memberikan
bantuan moril dan materil kepada penulis.
Semoga TUHAN senantiasa memberkati kalian. Akhir kata, penulis memohon
maaf kepada semua pihak apabila skripsi ini masih terdapat kesalahan dan
kekeliruan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua
pihak,
Bandar Lampung, 19 Febuari 2019
Penulis,
Andreas Paska Willyhanggara
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1. Skema Distribusi Temperatur Konduksi Satu Dimensi ……...... 13
Gambar 2.2. Skema Perpindahan Panas Konveksi Pada Permukaan ............... 14
Gambar 2.3 Skema Heat Exchanger Pararel Flow ....…………......……….... 20
Gambar 2.4 Skema Heat Exchanger Counter Flow …………......................... 20
Gambar 2.5 Skema Heat Exchanger Cross Flow …………………….....….... 20
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian………………………………………… 29
Gambar 4.1 Desain Modifikasi Alat Pengering….………………………...… 32
Gambar 4.2 Hasil Simulasi Susunan Pipa Searah Sisi Panjang Tegak Lurus
Sumbu X ………………………………………………………… 33
Gambar 4.3 Hasil Simulasi Susunan Pipa Searah Sisi Lebar Tegak Lurus Sumbu
X ………………………………………………………………… 33
Gambar 4.4 Hasil Simulasi Susunan Pipa Searah Sisi Panjang Tegak Lurus
Sumbu Y ………………………………………………………… 34
Gambar 4.5 Hasil Simulasi Susunan Pipa Searah Sisi Lebar Tegak Lurus Sumbu
Y ………………………………………………………………… 34
Gambar 4.6 Hasil Simulasi Susunan Pipa Searah Sisi Panjang Tegak Lurus
Sumbu Z ………………………………………………………… 35
v
Gambar 4.7 Hasil Simulasi Susunan Pipa Searah Sisi Lebar Tegak Lurus Sumbu
Z …………………………….................................................... 35
Gambar 4.8 Skema Perpindahan Panas …………………………………….. 42
Gambar 4.9 Tampilan Gui Program Matlab Yang Telah Dibuat ……………. 46
Gambar 4.10 Subgroup Input Pada Gui Program Matlab …………………... 47
Gambar 4.11 Subgroup Property Gas Pada Gui Program Matlab ………….. 47
Gambar 4.12 Subgroup Hasil Pada Gui Program Matlab ………………....... 48
Gambar 4.13 Hasil Perhitungan Program Matlab……… ………………....... 49
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. i
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. iii
DAFTAR GAMBAR ..……………………………………………….…........ iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………… ….. 1
1.2 Tujuan…………………….…………………………………………… .. 2
1.3 Batasan Masalah…………….…………………………………………… 3
1.4 Sistematika Penulisan………….………………………………………… 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kakao…………………………………………………………………… 5
2.2 Pengolahan Biji Kakao .....….……………………………………….... 6
2.2.1 Pemeraman Buah ............................................................................ 6
2.2.2 Pemecahan Buah.............................................................................. 7
2.2.3 Fermentasi........................................................................................ 7
2.2.4 Pengeringan ..................................................................................... 8
2.3 Pengeringan Kakao ……….……………………………………………. 8
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ……………………….. 9
2.4.1 Luas Permukaan…………………………………………….……. 10
2.4.2 Temperatur ...................................................................................... 10
2.4.3 Laju Aliran Fluida .......................................................................... 10
2.4.4 Kelembaban Udara ......................................................................... 11
2.4.5 Tekanan Udara ............................................................................... 11
2.5 Heat Transfer …………..………….….……………………………….. 12
2.5.1 Konduksi….……………….……………………………………... 12
2.5.2 Konveksi….…………….……………………………………....... 13
ii
2.6 Perpindahan Massa……………………….……………………………. 17
2.7 Angka Reynolds……………………….……………………………….. 18
2.8 Heat Exchanger………………..…….............................................……. 19
2.9 Perhitungan Kadar Air…………..……………………………………... 21
2.9.1 Berat Air Kakao Awal…………………………………………... 21
2.9.2 Berat Kakao Dengan Kadar Air 0%............................................... 22
2.9.3 Kadar Air Kakao Kering ……………………………………….. 22
2.10 Perhitungan Kebutuhan Energi Selama Proses Pengeringan ................ 22
2.10.1 Kebutuhan Energi Untuk Pengeringan Kakao ............................ 22
2.10.2 Energi untuk pemanasan kakao ………………………………... 23
2.10.3 Energi pemanasan air kakao …………………………………… 23
2.10.4 Energi penguapan air kakao …………………………………… 23
2.11 Efek Belokan 1800 pada pipa ..........……………………….…………. 24
2.12 MATLAB .......................................……………………….…………… 24
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian…….……………………………………. 26
3.2 Pelaksanaan Penelitian…………….…………………………………… 26
3.3 Diagram Alir Penelitian……………..…………………………………. 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan………..…….…………………………………. 30
4.2 Pemilihan Desain…………….………….………………………….… 30
4.3 Perhitungan……………….……………..……………………………. 36
4.4 Program MATLAB……….……………..……………………………. 46
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan …………………………………………………………….. 50
5.2 Saran ……………………………………………………………………. 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Syarat Umum Standar Mutu Biji Kakao .............………………….... 6
Tabel 2.1 Syarat Khusus Standar Mutu Biji Kakao...............………………….. 6
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Lapangan …...................………………………… 30
Tabel 4.2 Perbandingan perhitungan program MATLAB dan manual …….... 49
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao adalah salah satu hasil perkebunan di Indonesia. Indonesia memiliki
iklim tropis yang berpotensi menghasilkan kakao. Karena tanaman ini dapat
berbuah sepanjang tahun. Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara
penghasil kakao dengan luas area perkebunan 1.774.303,97 ha dan
menyumbang produksi kakao dunia sebesar 17% (FAO, 2013). Selain itu
kakao merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Produksi kakao di Indonesia sebagian besar masih ditangani oleh petani.
Khususnya di daerah lampung, banyak petani kakao yang mengolah hasil
kebunnya sendiri menjadi kakao kering. Karena kakao kering memiliki harga
yang relatif lebih tinggi dari pada kakao basah. Kakao kering memiliki kadar
air 7 % dari total beratnya. proses pengeringan ini dapat memakan waktu
cukup lama yaitu hingga 3 hari dengan memanfaatkan sinar matahari dan
kurang lebih 10 jam dengan menggunakan alat pengering kakao. Perbedaan
waktu yang signifikan ini membuat petani lebih memilih mengeringkan
kakaonya dengan menggunakan alat, karena dinilai lebih cepat dan tidak
terpengaruh dari cuaca buruk. Metode pengeringan yang banyak digunakan
para petani adalah dengan pengasapan dan pengeringan diatas api.
2
Proses pengeringan kakao yang ada di Kabupaten Pesawaran, Lampung telah
mengunakan proses pengeringan tersebut, namun prosesnya masih diinilai
kurang efisien. Karena penyebaran panas yang terjadi tidak merata dan gas
asap pembakaran dialirkan langsung melalui kakao sehingga kualitas kakao
menurun. Sementara itu tipe alat pengering kakao yang sudah ada umumnya
sudah tidak melakukan hal tersebut. Seperti pada tipe Rotary dryer dimana
penyebaran panas dalam ruang pengering tersebar merata, tetapi tipe ini masih
membutuhkan energi yang relatif lebih besar untuk penggerak tabungnya.
Tipe pengering lain seperti cabinet dryer biasanya memiliki efisiensi lebih
tinggi namun terbatas pada kapasitas. Maka dari itu dibutuhkan analisis termal
dan perancangan ulang alat pengering kakao yang tepat untuk model yang
sesuai dari alat pengering kakao itu sendiri agar penyebaran panas alat
pengering kakao dapat merata dan memiliki nilai efisiensi yang tinggi serta
menghemat waktu dalam proses pengeringannya tanpa mengurangi kualitas
produk kakao.
Untuk meningkatkan ketelitian serta kemudahan dalam proses perancangan
ulang alat pengering kakao maka penulis akan menganalisis dan merancang
mesin pengering kakao dengan menggunakan software drawing dan MATLAB.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Merancang ulang alat pengering kakao dari desain yang sudah ada menjadi
lebih baik dari segi mutu kakao, penyebaran panas, dan waktu
pengeringan.
3
2. Menganalisis perhitungan termal dan besarnya kalor yang di butuhkan
pada alat pengering kakao.
3. Menghitung estimasi waktu pengeringan dan konsumsi bahan bakar dari
alat pengering kakao yang telah dirancang ulang
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Alat pengering kakao yang akan dianalisis merupakan alat pengering milik
Usaha mandiri kakao Desa Wiyono Kabupaten Pesawaran Provinsi
Lampung.
2. Dalam hal ini hanya dilakukan analisis dan perancangan alat pengering
kakao yang berkadar air 55% sampai 7%.
3. Perhitungan dan analisis termal hanya pada perpindahan panas secara
konduksi dan konveksi. Analisis penyebaran panas menggunakan software
drawing dan perhitungan waktu pengeringan dan konsumsi bahan bakar
mnggunakan software MATLAB
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan adalah sebagai berikut:
I. PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan, batasan masalah
dan sistematika penulisan.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan landasan teori dan beberapa literatur yang mendukung
pembahasan tentang studi kasus yang diambil.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan metode yang digunakan penulis dalam
pelaksanaan proses analisis desain alat pengering kakao.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisikan tentang hasil perhitungan analisis dan desian alat
pengering kakao.
V. SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang dilakukan serta
pembahasan tentang studi kasus yang diambil.
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan literatur-literatur atau referensi-referensi yang diperoleh
penulis untuk menunjang penyusunan laporan tugas akhir ini.
LAMPIRAN
Berisikan beberapa hal yang mendukung proses analisis dan perancangan
mesin pengering.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kakao
Kakao (Theobroma cacao L) merupakan tanaman tropis yang tersebar dari
Mexico Selatan. Tanaman ini pertama ditemukan di Indonesia pada tahun
1560, tepatnya di Sulawesi, Minahasa. Berdasarkan keadaan iklim Indonesia
dengan temperatur rata-rata 250--260C yang merupakan temperatur tahunan
tanpa batas. Oleh karena itu daerah di indonesia sangat cocok untuk ditanami
tumbuhan kakao. Tumbuhan kakao juga masih toleran terhadap temperatur
diatas 500C untuk waktu yang singkat. Selain itu sinar matahari sangat
dibutuhkan oleh tanaman ini untuk berfotosintesis. Karakteristik tumbuhan
kakao dapat dilihat dibawah ini: (Tjitrosoepomo, Gembong, 1988)
Devisio : Spermatophyta
Sub devisio : Angiospermae
Class : Dicotyledon
Ordo : Malvales
Familia : Sterculiaceae
Species : Theobroma cacao L.
Hasil Produksi kakao di Indonesia, khususnya yang dihasilkan oleh petani
konvensional masih dihargai paling rendah karena mutu yang dihasilkan
kurang berkualitas.
6
Standar Mutu kakao dibuat sebagai acuan kualitas produk kakao. Standar
mutu kakao dapat dilihat pada tabel dibawah ini. (SNI Biji Kakao -SNI 2323 :
2008)
Tabel 2.1 Syarat umum standar mutu biji kakao
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Serangga hidup - Tidak ada
2. Kadar air % Fraksi massa 7,5
3. Biji berbau asap
dan atau hammy
dan atau berbau
asing
- Tidak ada
4. Kadar benda asing - Tidak ada
Tabel 2.2 Syarat khusus standar mutu biji kakao
Jenis mutu Persyaratan
Kakao
mulia
Kakao
lindak
Kadar
biji
berjamu
r (%)
Kadar
biji slaty
(%)
Kadar
biji
bersera
ngga
(%)
Kadar
kotoran
(%)
Kadar
biji
berkeca
mbah
(%)
I-F I-B Maks. 2 Maks. 3 Maks. 1 Maks. 1,5 Maks. 2
II-F II-B Maks. 4 Maks. 8 Maks. 2 Maks. 2,0 Maks. 3
III-F III-B Maks. 4 Maks. 20 Maks. 2 Maks. 3,0 Maks. 3
2.2 Pengolahan Biji Kakao
Untuk meningkatkan dan menjamin kualitas biji kakao maka perlu dilakuan
pengolahan baik dari masa penanaman, perlakuan tanah hingga pasca panen.
Setelah kakao dipanen maka akan dilakukan tahap tahap sebagai berikut:
(Departemen Perindustrian, 2007)
2.2.1 Pemeraman buah.
Pemeraman ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
kematangan buah yang merata serta memudahkan pengeluaran biji dari
buah kakao. Buah yang telah dipanen dimasukan kedalam kotak kayu
7
lalu disimpan ditempat yang bersih dan dipermukaannya ditutup dengan
daun-daunan. Pemeraman ini memakan waktu sekitar 5-7 hari.
2.2.2 Pemecahan buah
Pemecahan atau pembelahan buah kakao bertujuan untuk mengeluarkan
biji kakao, pemecahan buah kakao harus dilakukan secara hati-hati agar
tidak merusak biji kakao. Pemecahan buah kakao dapat menggunakan
pemukul kayu atau memukulkan buah satu dengan buah lainnya,
sebaiknya hindari kontak langsung biji kakao dengan benda logam.
Karena dapat mengakibatkan warna biji kakao menjadi keabu-abuan.
Biji kakao yang telah dikeluarkan lalu dimasukan dalam wadah plastik
atau wadah lain yang bersih. Sedangkan bagian empulur yang melekat
pada biji dibuang.
2.2.3 Fermentasi
Fermentasi dimaksudkan untuk memudahkan melepas zat lendir dari
permukaan kulit biji kakao dan untuk menghasilkan biji kakao dengan
mutu dan aroma yang lebih baik. Selain itu dapat meningkatkan
ketahanan biji kakao terhadap hama dan jamur selama penyimpanan
dan menghasilkan biji dengan warna yang cerah dan bersih. Wadah/alat
fermentasi yang dibutuhkan yaitu kotak fermentasi terbuat dari
lembaran papan atau berupa keranjang bambu, atau karung goni.
8
2.2.4 Pengeringan
Pelaksanaan pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur, memakai
mesin pengering atau kombinasi keduanya. Pada proses pengeringan
terjadi sedikit fermentasi lanjutan dan kandungan air menurun dari 55-
60 % menjadi 7-10 %, selain itu terjadi pula perubahan-perubahan
kimia untuk menyempurnakan pembentukan aroma dan warna yang
baik.
Pada Proses Pengeringan sebaiknya temperatur dijaga antara 55-65 ºC
dan waktu yang dibutuhkan bila memakai mesin pengering antara 10-18
jam, bila dijemur pada kondisi cuaca yang baik waktu yang dibutuhkan
± 7 hari, tetapi apabila banyak hujan penjemuran ± 4 minggu. Jika biji
pada kandungan air diatas 8% maka biji mudah ditumbuhi jamur.
2.3 Pengeringan Kakao
Pengeringan (drying) merupakan proses penambahan energi panas untuk
menguapkan air secara secara simultan melalui permukaan bahan yang
dikeringkan oleh fluida pengering. Tujuan utama dari proses pengeringan
adalah untuk mengurangi kadar air dalam biji dari 60% menjadi 7-8%. Hal ini
dilakukan agar kakao aman dari serangan mikroba, sehingga dapat disimpan
dan diangkut. Pengeringan tidak boleh dilakukan secara cepat atau terlalu
lambat. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara penjemuran, menggunakan
mesin pengering, atau kombinasi keduanya.
Proses pengeringan memerlukan energy yang cukup besar yang mana
menggunakan hingga 60 – 70% dari total seluruh kebuuhan energi pasca
9
panen. Alat pengering konvensional yang umum digunakan saat ini memiliki
antara 30 – 60%. Hal ini menunjukan bahwa energi yang dibutuhkan untuk
proses pengeringan membutuhkan sekitar 1,5 – 3 kali lipat dari kebutuhan
teoritis nya (Djaeni, 2018)
Pada daerah yang memiliki curah hujan cukup tinggi dan laju produksi
kakaonya banyak, maka penjemuran saja tidaklah cukup tapi diperlukan
pengering mekanis. Pengolahan konvensional yang masih diterapkan adalah
penjemuran 1 hari dan pengeringan dengan mesin selama 24 jam
menggunakan flat bed dryer yang dioperasikan pada temperatur diatas 600C.
Taib dkk (1988) mengatakan semakin besar tempratur yang dioperasikan
untuk pengeringan maka semakin cepat pula proses pengeringan. Namun
pengeringan yang terlalu cepat akan mngakibatkan permukaan luar bahan
mengeras, dan hal ini dapat menghambat penguapan air dalam bahan.
Menurut Setiavani 2009, temperatur terbaik pada saat pengeringan tidak
melebihi 65OC.
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengeringan
Pada pengeringan selalu diinginkan kecepatan pengeringan yang maksimal.
Oleh karena itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk mempercepat perpindahan
panas dan perpindahan massa (air) keluar dari bahan yang dikeringkan dalam
proses pengeringan tersebut. Berapa faktor yang mempengaruhi kecepatan
pengeringan, antara lain:
10
2.4.1 Luas permukaan
Semakin luas permukaan bahan yang dikeringkan maka akan semakin
cepat pula bahan menjadi kering. Karena bidang kontak antara
permukaan bahan dan fluida pengering akan semakin luas sehingga
proses perpindahan panas menjadi lebih efektif dan air akan lebih cepat
menguap. Air menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang
ada di bagian tengah akan meresap ke bagian permukaan kemudian
menguap.
2.4.2 Temperatur
Semakin besar perbedaan temperatur antara fluida pengering dengan
bahan bahan maka akan semakin cepat pula proses perpindahan panas
berlangsung sehingga mengakibatkan proses penguapan semakin cepat.
Dengan semakin tinggi temperatur udara pengeringan maka akan
semakin besar energi panas yang dibawa ke udara yang akan
menyebabkan proses perpindahan panas semakin cepat sehingga air
akan menguap lebih cepat.
2.4.3 Laju aliran fluida
Umumnya udara yang bergerak akan lebih banyak mengambil uap air
dari permukaan bahan yang dikeringkan. Udara yang bergerak adalah
udara yang mempunyai kecepatan gerak, berguna untuk mengambil uap
air dan menguapkan air dari permukaan bahan yang dikeringkan,
11
sehingga dapat mencegah terjadinya udara jenuh yang dapat
memperlambat penguapan air.
2.4.4 Kelembaban udara (Relative Humidity)
Semakin lembab udara di dalam ruang pengering dan sekitarnya maka
akan semakin lama proses pengeringan itu berlangsung, begitu pula
sebaliknya. Karena udara kering dapat menyerap dan mennyimpan uap
air. Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi (RH
keseimbangan) masing-masing. Kelembaban pada temperatur tertentu
dimana kandungan air dalam bahan tidak dapat lagi menguap ke
atmosfir atau tidak akan menyerap uap air dari atmosfir. Jika RH udara
< RH keseimbangan maka air dalam bahan masih dapat diuapkan. Jika
RH udara > RH keseimbangan maka benda akan menyerap uap air dari
udara.
2.4.5 Tekanan udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara
untuk menyimpan air selama proses pengeringan, karena dengan
semakin kecilnya tekanan berarti kerapatan udara makin berkurang
sehingga uap air dapat lebih banyak tetampung. Sebaliknya jika tekanan
udara semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab,
sehingga kemampuan menampung uap air lebih sedikit dan
menghambat proses pengeringan. Peristiwa yang sering terjadi adalah
pada saat memasak air di dataran rendah dan dataran tinggi. Dimana
12
pada peristiwa pemasakan air di dataran rendah air akan mendidih pada
temperatur 1000C sedangkan pada dataran tinggi air akan mendidih
pada temperatur dibawah 1000C. Hal ini disebabkan oleh tekanan udara
pada daerah dataran tinggi relatif lebih kecil dari dataran rendah.
2.5 Heat Transfer
Perpindahan panas yang terjadi karena adanya perbedaan temperatur pada
sistem disebut sebagai heat transfer. Panas berpindah dari tempat yang
memiliki temperatur tinggi ke tempat yang memiliki temperatur lebih rendah
dengan atau tanpa media. Perpindahan panas dapat di golongkan menjadi 3
yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. (Cengel, 2003)
2.5.1 Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas dari partikel yang memiliki energi
lebih tinggi ke partikel yang memiliki energi lebih rendah dari suatu
material yang mana diakibatkan oleh kontak langsung antara partikel-
partikel tersebut dan partikel-partikel tersebut tidak bergerak. Konduksi
biasanya terjadi pada benda-benda padat, namun dalam kasus tertentu
pada udara juga dapat terjadi konduksi apabila tidak ada pergerakan
makroskopik dari partikelnya. Pada perpindahan panas secara konduksi
sangat dipengaruhi oleh sifat thermal dari material tersebut. Distribusi
temperatur pada perpindahan panas secara konduksi satu dimensi dapat
dilihat pada gambar 2.1 (Incropera, 1986).
13
Gambar 2.1 Skema distribusi temperatur Konduksi satu dimensi
Besarnya laju perpindahan panas dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut
𝑞𝑥 = −𝑘𝐴𝑑𝑇
𝑑𝑥 (2.1)
Untuk beda temperatur persamaannya dapat ditulis
∆𝑇 = −qΔ𝑥
kA (2.2)
Dimana :
ΔT = Selisih temperatur
q = Heat (W)
k = Konduktivitas termal (W/m K)
Δx = Ketebalan (m)
A = Luas penampang (m)
2.5.2 Konveksi
Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan panas antara
permukaan suatu benda yang bersentuhan langsung dengan fluida yang
mengalir. Fluida ini bisa dalam fasa cair atau fasa gas. Syarat utama
mekanisme perpindahan panas konveksi adalah adanya aliran fluida.
14
Gambar 2.2 Skema perpindahan panas konveksi pada permukaan
(Incropera.1986)
Besarnya laju perpindahan panas dapat ditulis sebagai berikut :
(Incropera.1986)
𝑄 = ℎ. 𝐴. ∆𝑇 (2.3)
Dimana:
∆T = Selisih temperatur (K)
Q = Heat (W)
h = Koefisien perpindahan panas (W/𝑚2K)
A = Luas penampang (𝑚2)
Pada alat penukar kalor (Heat Exchanger) yang memiliki N buah tube
maka persamaan diatas menjadi :
𝑄 = 𝑈. 𝑁. 𝜋. 𝐷. 𝐿. ∆𝑇𝑙𝑚𝑡𝑑 (2.4)
Dimana:
N = Jumlah Tube
U =Koefisien perpindahan panas menyeluruh (W/𝑚2K)
D = Diameter Tube (m)
L = Panjang Tube (m)
∆T𝑙𝑚𝑡𝑑 = Beda temperatur rata-rata logaritmik
15
Konveksi alamiah adalah suatu pergerakan fluida disebabkan adanya
gaya apung (bouyancy) fluida. Hal ini mengakibatkan terjadinya gradien
densitas dalam fluida yang berhubungan langsung dengan gaya beban /
berat fluida. Untuk menghitung konveksi alami dapat di hitung dengan
mengunakan persamaan Grashof number : (Incropera, 1986)
𝐺𝑟𝑑 = 𝑔𝛽(𝑇𝑠− 𝑇∞)𝑑3
𝑣2 (2.5)
Dimana :
Ts = Temperatur plat bawah (°C)
T∞ = Temperatur plat atas (°C)
Gr = Angka Grashof
g = Percepatan gravitasi (m/𝑠2)
β = Koevisien muai volume = 1/Tf (K-1)
d = Diameter (m)
v = Viskositas kinematik (𝑚2 /s)
Untuk menghitung koefisien perpindahan panas konveksi alami rata-rata
pada berbagai situasi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
𝑁𝑢𝑑 = ℎ𝑑
𝑘 (2.6)
Dimana :
Nud = Nusselt Number
h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2.K)
k = koefisien perpindahan panas konduksi (W/m.K)
Prinsip dasar proses pengeringan adalah terjadinya pengurangan kadar air
atau penguapan air oleh udara. Penguapan ini terjadi karena kandungan
16
air di udara mempunyai kelembaban yang cukup rendah. Pada saat proses
pengeringan, akan terjadi beberapa proses yaitu:
a. Proses perpindahan panas, dengan penambahan (perpindahan) energi
panas ke dalam bahan maka terjadilah proses penguapan air dari
dalam bahan ke permukaan bahan atau proses perubahan fasa cair
menjadi fasa uap.
b. Proses perpindahan massa, proses perpindahan massa uap air atau
pengurangan kelembaban dari permukaan bahan ke udara sekitar.
Kedua proses tersebut diatas dilakukan dengan cara menurunkan
kelembaban relatif udara dengan cara mengalirkan udara panas ke
sekitar bahan sehingga tekanan uap air bahan lebih besar dari tekanan
uap air di udara sekitar bahan yang akan di keringkan.
Perbedaan tekanan inilah yang menyebabkan terjadinya aliran uap air
dari bahan ke udara sekitar. Untuk meningkatkan perbedaan tekanan
antara permukaan bahan dengan udara sekelilingnya dapat dilakukan
dengan memanaskan udara yang akan melewati permukaan bahan. Makin
panas udara yang dihembuskan mengelilingi bahan, maka banyak pula
uap air yang dapat diserap oleh udara panas pengering.
Setelah itu dilakukan analisis energi terhadap sistem aliran tersebut, dan
kita dapat menentukan pengaruhnya terhadap perbedaan temperatur
dalam fluida, maka distribusi temperatur dan laju perpindahan panas dari
permukaan yang dipanaskan ke fluida yang ada melewatinya dapat
diketahui. Keseimbangan energi panas dapat dilihat dalam rumus berikut:
17
𝑄 𝑜𝑢𝑡 = 𝑄𝑖𝑛
𝑄𝑜𝑢𝑡 = 𝑄 𝑖𝑛 − 𝑄𝑠 (2.7)
Qout = Total energi panas yang keluar
Qin = Total energi panas yang masuk
Qs = Total energi panas yang tersimpan
2.6 Perpindahan Massa
Perpindahan massa adalah proses dimana terjadi transfer massa yaitu
pergerakan partikel dari suatu medium ke medium lain baik secara alami
maupun karena adanya gaya pendorong dari luar. Prinsip dasar perpindahan
masa adalah teori kesetimbangan massa yaitu dimana massa yang masuk ke
dalam sistem akan sama dengan total massa yang keluar dan massa sistem itu
sendiri. Sering kali, proses perpindahan massa dan perpindahan panas
berlangsung secara bersamaan dalam satu sistem yang dikendalikan.
Perpindahan massa biasanya disebabkan oleh tenaga dari luar, yang akan
mengubah densitas partikel sehingga secara alami akan mengalami
perpindahan. Proses perpindahan massa biasanya terjadi pada kasus-kasus
pemisahan zat. Dalam kasus pengeringan ini massa yang berpindah adalah
air. Dengan mengurangi kadar air dalam biji kakao akan sama halnya dengan
mengeluarkan uap air dari dalam sistem itu sendiri. Total massa yang keluar
dari alat pengering akan lebih besar daripada total massa udara pengering
yang dimasukan, karena udara yang keluar dari alat pengering menyerap uap
air dari bahan di dalam ruang pengering.
𝑚𝑖𝑛 − 𝑚out = ∆ 𝑚CV 2.8
18
Dimana: 𝑚in = massa yang masuk
𝑚out = massa yang keluar
∆ 𝑚CV = massa sistem
2.7 Angka Reynolds
Angka reynolds adalah bilangan tak berdimensi yang digunakan untuk
menunjukkan kondisi fluida pada aliran. Secara umum aliran dibagi menjadi
tiga yaitu aliran laminar, transisi dan turbulen. Pada titik awal aliran berupa
laminar, tetapi setelah menempuh suatu jarak tertentu aliran tersebut
mengalami gangguan sehingga aliran tersebut berkembang dan mulai terjadi
proses transisi pada aliran tersebut hingga menjadi aliran turbulen.
Pengaruhnya akan berbanding lurus dengan kecepatan awal aliran pada saat
masuk dan besarnya diameter pipa, namun berbanding terbalik dengan
viskositas kinematic nya. Jika angka Reynolds lebih dari 2300 (Red > 2300)
maka aliran tersebut merupakan aliran tubulen. Persamaan angka reynolds
dalam pipa adalah sebagai berikut (Holman, 1997)
Dimana :
𝑅𝑒𝑑 = 𝑢.𝑑ℎ
𝑣 (2.9)
𝑢 : kecepatan rata-rata (m/s)
d : Diameter tabung/pipa (m)
v : viskositas kinematik (m2/s)
19
2.8 Heat Exchanger
Heat exchanger (Penukar Kalor) adalah suatu alat yang berfungsi untuk
memindahkan panas dari suatu sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa
dan dapat berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Heat
exchanger pastinya memiliki lebih dari satu fluida, biasanya memiliki 2
fluida, yaitu fluida panas dan fluida dingin. Satu fluida memiliki temperatur
berbeda dengan fluida lainnya. Penukar panas dirancang sebisa mungkin
supaya perpindahan panas yang terjadi antar fluida dapat berlangsung secara
efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak antara fluida yang
terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur
langsung (direct contact).
Penukar panas dipakai sangat luas dalam industri seperti kilang minyak,
pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit
listrik, dan lain lain. Salah satu contoh sederhana dari alat penukar panas
adalah radiator mobil di mana cairan pendingin (air) memindahkan panas
mesin ke udara sekitar. Alat penukar panas bertujuan untuk memanfaatkan
panas suatu aliran fluida yang lain sehingga akan terjadi dua fungsi sekaligus,
yaitu memanaskan fluida dan mendinginkan fluida yang panas. Temperatur
yang masuk dan keluar kedua jenis fluida diatur sesuai dengan kebutuhannya.
Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :
a. Parallel Flow/Co Current Flow (aliran searah)
Tipe ini adalah tipe heat exchanger yang mana arah aliran fluidanya saling
searah.
20
Gambar 2.3 Skema heat exchanger pararel flow
b. Counter Flow (Aliran Berlawanan)
Tipe ini adalah tipe heat exchanger yang mana arah aliran fluidanya saling
berlawanan arah.
Gambar 2.4 Skema heat exchanger counter flow
c. Cross Flow (Aliran Silang Berlawanan)
Tipe ini adalah tipe heat exchanger yang mana arah aliran fluidanya saling
bersilangan.
Gambar 2.5 Skema heat exchanger cross flow
21
Alat penukar kalor sangat dibutuhkan pada proses produksi dalam suatu
industri. Maka untuk mengetahui unjuk kerja dari alat penukar kalor perlu
diadakan analisis. Dengan analisis yang dilakukan akan diketahui bahwa alat
tersebut mampu menghasilkan kalor dengan standar kerja sesuai kebutuhan
yang diinginkan atau tidak
Untuk meningkatkan efisiensi, penukar panas dirancang dengan
memaksimalkan luas permukaan dinding antara kedua fluida, dan
meminimalkan resistensi terhadap aliran fluida melalui exchanger. Kinerja
penukar panas juga dapat dipengaruhi oleh penambahan sirip atau
corrugations dalam satu atau dua arah, yang mana akan meningkatkan luas
permukaan dan dapat membuat aliran fluida turbulensi.
2.9 Perhitungan Kadar Air
Kadar air kakao yang telah dikeringkan dapat dihitung melalui beberapa
tahapan berikut ini:
2.9.1 Berat air kakao awal (Wi)
𝑊𝑖 = 𝑊𝑘𝑏 × 𝐾𝑖 (2.10)
Dimana:
Wi = Berat air kakao awal (kg)
Ki = Kadar air kakao awal (%)
Wkb = Berat kakao basah hasil panen (kg)
22
2.9.2. Berat kakao dengan kadar air 0%
𝑊𝑘𝑜 = 𝑊𝑘𝑏– 𝑊𝑖 (2.11)
Dimana:
Wko = Berat kakao dengan kadar air 0% (kg)
2.9.3. Kadar air kakao kering (Kf)
Kf =[𝑊𝑘𝑘−𝑊𝑘𝑜]
𝑊𝑘𝑘x 100 (2.12)
Dimana:
Kf = Kadar air kakao kering (%)
Wkk = Berat kakao kering (kg)
2.10 Perhitungan Kebutuhan Energi Selama Proses Pengeringan
Dalam proses analisa ada beberapa hal yang perlu dihitung terlebih dahulu,
antara lain: (Tua, Putra Mora, 2012)
2.10.1 Kebutuhan Energi Untuk Pengeringan Kakao (Qd)
𝑄𝑑 = 𝑄ℎ + 𝑄𝑤 + 𝑄𝑙 (2.13)
Dimana :
Qd = energi pengeringan kakao (kkal)
Qh = energi pemanasan kakao, (kkal)
Qw = energi pemanasan air kakao (kkal)
Ql = energi penguapan air kakao, (kkal)
23
2.10.2 Energi untuk pemanasan kakao (Qh)
𝑄ℎ = 𝑊𝑘𝑏 × 𝐶𝑝𝑘𝑎𝑘𝑎𝑜 × ∆𝑇 (2.14)
2.10.3 Energi pemanasan air kakao (Qw)
𝑄𝑤 = ṁ × 𝐶𝑝𝑎𝑖𝑟 × ∆𝑇 (2.15)
ṁ = Laju aliran massa
2.10.4 Energi penguapan air kakao (Ql)
𝑄𝑙 = ṁ × ℎ𝑔 (2.16)
Untuk menghitung laju aliran massa dari fluida udara menggunakan
persamaan :
ṁ = 𝐴. 𝑣 . 𝜌 (2.17)
Dimana:
A = Luas penampang saluran masuk udara (𝑚2)
v = Kecepatan udara masuk saluran (m/s)
ρ = Massa jenis fluida udara (kg/𝑚3)
Apabila fluida yang digunakan adalah air maka untuk mengetahi laju
aliran massa dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
ṁ = 𝑄 . 𝜌 (2.18)
Dimana:
Q = Debit air (𝑚3/𝑠)
ρ = Massa jenis air (kg/𝑚3)
24
2.11 Efek belokan 180o pada pipa
Dalam penelitian Batterhan, menyatakan adanya peningkatan perpindahan
panas pada belokan maupun pipa pipa lurusnya bergantung pada Reynolds
number (10000-100000) dan radius ratio. Pengaruh belokan menurun
seiring dengan meningkatnya Reynolds number (Re), dan secara signifikan
meningkat kemudian turun dengan meningkatnya radius ratio (R/r).
pengaruh ini dapat ditunjukan dengan rumus :
R/r < ( 32.6 – 6.12 x 10-2 x Re)
Bend effect = 1.535 x Re-0.038 + 0.558 x 10-2 – Re0.057 x (R/r)
(2.19)
R/r > ( 32.6 – 6.12 x 10-2 x Re)
Bend effect = 2.26 x Re-0.04 - 0.57 x 10-2 x (R/r) (2.20)
2.12 MATLAB
MATLAB adalah singkatan dari MATrix LABoratory, yang merupakan
bahasa pemrograman yang dikembangkan oleh The Mathwork Inc. yang
memiliki fungsi dan karakteristik berbeda dengan bahasa pemrograman lain
yang sudah ada lebih dahulu seperti Delphi dan Basic. Matlab merupakan
suatu software dengan bahasa pemrograman level tinggi yang dibuat untuk
kebutuhan komputasi teknis, visualisasi dan pemrograman seperti analisis
data, komputasi matematik, pengembangan algoritma, pemodelan dan
simulasi serta grafik-grafik perhitungan.
25
Pada awalnya Matlab dibuat untuk memberikan kemudahan mengakses data
matrik pada proyek LINPACK dan EISPACK. Saat ini matlab memiliki
ratusan fungsi yang dapat digunakan sebagai problem solver macam-macam
permasalahan dari berbagai disiplin ilmu. MATLAB dapat digunakan dalam
berbagai bidang, seperti matematika dan komputasi, pembentukan
algoritma, akuisisi data, pemodelan, simulasi dan pembuatan prototype,
analisis data, explorasi, dan visualisasi grafik keilmuan bidang rekayasa.
(Wikipedia.2016)
Beberapa kelebihan yang dimiliki Matlab adalah :
a. Mudah dalam pengoperasian struktur matriks dan perhitungan berbagai
operasi matriks seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, invers, dll.
b. Menyediakan fasilitas untuk memplot struktur gambar (memadai baik
secara dua dimnsi maupun tiga dimensi).
c. Script program yang dapat diubah sesuai dengan keinginan pengguna.
d. Jumlah routine-routine powerful yang mmadai dan masih terus
berkembang.
e. Kemampuan interface (misal dengan bahasa C, word dan mathematica).
f. Dilengkapi dengan toolbox, simulink, stateflow dan sebagainya, serta
mulai melimpahnya source code di internet yang dibuat dalam matlab (
contoh toolbox misalnya : signal processing, control system, neural
networks dan sebagainya).
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Desa Wiyono Kecamatan Gedong
Tataan, Kabupaten Pesawaran.
3.2 Pelaksanaan Penelitian
Adapun tahapan dari proses pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Studi Literatur
Pada penelitian ini dilakukan studi literatur untuk memahami teori dasar
mengenai perhitungan termal, proses pengeringan kakao, dan perancangan
alat pengering kakao dari buku, jurnal penelitian, pustaka elektronik, dan
sumber lainnya.
b. Survei Lokasi
hal ini dilakukan untuk mengetahui langsung dan mengumpulkan
informasi tentang alat pengering kakao yang dipakai masyarakat dan
membandingkannya dengan alat pengering kakao lain yang sudah ada.
c. Pengumpulan Data
Data-data yang didapat dari survei akan digunakan untuk perhitungan dan
analisis termal serta redesain alat pengering kakao. Data data yang
27
dikumpulkan berupa kadar air kakao (baik kering maupun basah),
temperatur pengeringan, dimensi alat pengering kakao, durasi waktu
pengeringan kakao, dan lain-lain
d. Perhitungan Termal
Perhitungan termal dilakukan berdasarkan data-data yang didapat dari
hasil survei untuk mengetahui kebutuhan panas pada alat pengering kakao.
e. Perancangan Redesain Alat Pengering Kakao
Dengan menggunakan rencana rancangan sebelumnya dan
memperhitungkan kebutuhan panas total yang dibutuhkan dalam proses
pengeringan, akan ditentukan dimensi dari desain yang baru. Lalu
dipertimbangkan apakah desain yang baru lebih baik dari segi waktu,
energi, penyebaran panas, dan lainnya atau tidak. Jika rancangan yang
baru tidak memenuhi kriteria tersebut maka dilakukan redesain ulang,
tetapi jika sudah dianggap cukup maka dilanjutkan dengan proses
drawing.
f. Drawing
Pada tahap ini akan dilakuan proses drawing atau penggambaran 3
dimensi untuk mendapatkan hasil visual rancangan yang lebih jelas. Proses
drawing ini menggunakan bantuan software.
g. Penulisan Algoritma Program Menggunakan Aplikasi MATLAB
Untuk mempermudah proses perhitungan termal alat pengering kakao
dibuat suatu program menggunakan MATLAB dengan memasukkan kode
bahasa program yang sesuai. Setelah itu dilakukan pembandingan antara
28
hasil perhitungan manual dan hasil perhitungan menggunakan program
yang telah dibuat.
h. Pembahasan dan Kesimpulan
Tahap ini merupakan tahap akhir dimana hasil hasil yang telah didapat
akan dianalisa berdasarkan teori yang ada lalu disimpulkan berdasarkan
analisa yang dilakukan.
3.3 Diagram Alir Penelitian
Studi Literatur
Survei Lokasi
A
Mulai
Pengumpulan Data
1. Kadar air kakao
2. Suhu pengeringan
3. Dimensi alat pengering kakao
4. Waktu pengeringan kakao
Perhitungan termal alat pengering kakao
Kebutuhan energi untuk pengeringan kakao
29
Tidak
Ya
Gambar 3.1. Diagram alir prnrlitian
Rancang ulang alat pengering kakao
Apakah hasil rancang
ulang lebih baik ?
Drawing dan simulasi menggunakan software
Pembuatan algoritma program dengan
mengunakan aplikasi MATLAB
Pembahasan dan kesimpulan
A
Penentuan bentuk dan dimensi
rancang ulang alat pengering kakao
Membandingkan hasil perhitungan manual dengan
perhitungan menggunakan MATLAB
Selesai
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil simulasi dan perhitungan serta analisa yang telah dilakukan,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Desain alat pengering kakao dengan susunan pipa searah sisi panjang
menunjukan hasil penyebaran panas yang lebih merata, karena jarak antara
pipa lebih kecil.
2. Desain alat pengering kakao membutuhkan waktu 7,9 jam dan
membutuhkan 0,15 – 0,28 kubik kayu bakar serta tidak perlu lagi
dilakukan pengadukan selama proses pengeringan.
3. Program MATLAB yang dibuat memiliki hasil yang baik dengan nilai
penyimpangan yang masih dapat ditoleransi yaitu tidak lebih dari 0.05%.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan realisasi dari desain alat pengring kakao ini sehingga dapat
membantu usaha mandiri kakao untuk mengoptimalkan produksi kakao
kering.
51
2. Sebaiknya diadakan analisa dan pengujian lebih lanjut untuk
memperhitungkan kelembaban udara sekitar sehingga hasil akhir yang
didapat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. 2013. SNI 2323:2008 Kakao Bubuk. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta.
Batterham, John , 1968. The effect of return bends on the heat transfer from an
internall flowing air stream in smooth tubes. Department of Chemical
Engineering University of Melbourne.
Cengel, Yunus A, 2003. Thermodynamics an engineering approach 5th edition.
Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Kakao. Kementerian
Perindustrian. Jakarta.
Djaeni, M 2018. Evaluation of Food Drying With Air Dehumidification.
Department of Chemichal Engineering, Diponegoro University. Semarang.
FAO, 2018. Food and Agricultural Organization Trade & Market Statistic Data.
United States
Holman, J.P.1998. Perpindahan Kalor. Penerbit Erlangga. Edisi Keenam. Jakarta.
ICRAF. 2018. Wood Density Database.
Incropera, et al. 1986. Fundamentals of Heat Transfer Sixth Edition. Willey.
Kays, C. 1993. Convective Heat and Mass Transfer Third edition. McGraw-Hill
Inc. New York.
Setiavani, Gusti. 2009. Proses Pengolahan Kakao.
https://guesty.wordpress.com/2009/01/28/pengolahan-biji-kakao/. Diakes
pada 2 Juli 2018
Sidabariba, Nourman Wilson, 2015. Uji Variasi Suhu Pengeringan Biji Kakao
Dengan Alat Pengering Tipe Kabinet Terhadap Mutu Bubuk Kakao.
Universitas Sumatera Utara: Sumatera Utara.
Taib, G. dkk. 1998. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian.
Mediyatama Sarana Perkaya. Jakarta.
Tjitrosoepomo, Gembong, 1988, Taksonomi Tumbuhan (Sperma thopyta).
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Tua, Putra Mora, 2012. Perancangan Dan Pengujian Alat Pengering Kakao
Dengan Tipe Cabinet Dryer Untuk Kapasitas 7,5 Kg Per-Siklus.
Universitas Sumatera Utara: Sumatera Utara.
Wikipedia, 2016. MATLAB. https://id.wikipedia.org/wiki/MATLAB Diakses pada
Tanggal 20 Maret 2016 pukul 20.00 WIB.
Yunianto, Bambang. 2014. Pengembangan Desain Tungku Bahan Bakar Kayu
Rendah Polusi Dengan Menggunakan Dinding Beton Semen. Universitas
Diponegoro. Semarang.