rancang bangun atap sirip otomatis menggunakan ldr dan sensor tetes air hujan berbasisis...
TRANSCRIPT
1
RANCANG BANGUN ATAP SIRIP OTOMATIS MENGGUNAKAN LDR
DAN SENSOR TETES AIR HUJAN BERBASISIS MIKROKONTROLER
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Monilia Sitophila.1, Heriyanto
2, Samsul Hidayat
3
1Mahasiswa Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang 2Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang 3Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
Alamat e-mail : [email protected]
Abstrak
Perubahan intensitas cahaya pada lingkungan merupakan fase pergantian siang dan malam akibat rotasi
bumi. Indonesia memiliki dua musim, yaitu musim hujan dengan cuaca mendung dan rain probability tinggi.
Sedangkan musim kemarau cenderung memiliki cuaca yang cerah dengan rain probability yang rendah. Masyarakat
Indonesia banyak memerlukan proses pengeringan dalam berbagai sektor, misalnya pada pengeringan ikan asin,
pengeringan cat furniture, dan dalam skala lebih kecil adalah penjemuran pakaian. Tentu hal ini sangat terpengaruh
pada perubahan cuaca yang tidak dapat diprediksi. Turunnya hujan secara tiba-tiba tentu sangat merugikan bagi
sektor-sektor industri yang bertumpu pada sinar matahari dalam proses pengeringan. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan otomatisasi atap yang dapat membantu kemudahan dalam proses pengeringan.
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah membuat rancangan berupa software maupun
hardware, kemudian melakukan pengujian setiap tahap dari alat yang dirancang. Selanjutnya menguji sistem secara
keseluruhan apakah sudah sesuai rencana. Data yang diperoleh akan dianalisis pada sensor LDR dan tetes air hujan.
Hasil tersebut kemudian dimasukkan sebagai pengontrol gerak motor yang mengendalikan atap.
Dari hasil pengujian sistem diketahui bahwa sistem dapat membaca perubahan intensitas cahaya dan
mendeteksi ada tidaknya tetes air hujan yang jatuh ke bumi. Dalam kondisi panas tanpa adanya hujan, atap akan
terbuka. Sedangkan dalam kondisi hujan dan gelap, atap akan tertutup. Untuk kondisi tertentu yang mengharuskan
kondisi atap tertutup tanpa dipengaruhi sensor, ada tombol untuk mempasifkan otomatisasi atap.
Kata kunci: Intensitas Cahaya, Tetes Air Hujan, LDR, Detektor Tetes Air, ATMega8, Limit Switch.
I. Pendahuluan
Keberadaan energi di sekitar manusia dapat
bermacam-macam bentuknya, seperti energi cahaya,
energi panas, energi listrik dan sebagainya. Pada
umumnya, energi yang didapat dengan cuma-cuma
dan dengan jumlah yang melimpah adalah energi
cahaya dari sinar matahari. Tidak dapat dipungkiri
lagi bahwa kebanyakan aktivitas manusia bergantung
pada energi dari cahaya matahari. Pada industri
pengeringan bahan makanan secara konvensional
sangat bergantung pada cahaya matahari. Begitu juga
dengan industri pengeringan cat furniture. Dalam
skala yang lebih kecil, manusia membutuhkan energi
matahari untuk proses penjemuran pakaian tiap
harinya.
Atap merupakan salah satu konstruksi utama
dalam sebuah bangunan. Atap juga memiliki fungsi
penting dalam perencanaan sebuah bangunan. Pada
masa sekarang ini selain fungsi utama atap sebagai
pelindung dari cahaya sinar matahari dan hujan, pada
perkembangannya atap juga memiliki nilai estetika
yang sangat tinggi. Seperti yang kita ketahui bahwa
Indonesia memiliki dua musim, yaitu musim hujan
dan musim kemarau. Saat musim hujan, intensitas
cahaya yang diterima bumi kurang terang dengan
rain probability (kemungkinan turun hujan) tinggi.
Sedangkan pada musim kemarau, sinar matahari lebih
terang dengan kemungkinan turun hujan sangat
rendah, bahkan hampir tidak pernah turun hujan.
Oleh karena itu perancangan atap harus mendapatkan
penanganan yang serius. Beberapa dari kita mungkin
pernah merasakan betapa repotnya jika sewaktu-
waktu hujan datang begitu cepat, sedangkan kita
masih memiliki beberapa pakaian yang masih
dijemur. Masyarakat tidak perlu merasakan hal yang
demikian seandainya atap anda dilengkapi dengan
sistem buka-tutup otomatis, yang tentunya akan
sangat membantu dalam melakukan aktivitas sehari-
hari. Masalah ini sudah terjawab dengan adanya
sistem buka-tutup atap otomatis ini.
Sistem buka tutup atap otomatis ini nantinya
difungsikan sebagai alat pengendali atap terhadap
panas dan hujan. Hal penting dalam sistem buka tutup
2
atap otomatis ini adalah menggunakan sensor cahaya
serta sensor tetes air hujan sebagai pengatur buka-
tutupnya. Selain dapat digunakan pada rumah tangga,
alat ini juga dapat digunakan pada berbagai aplikasi
bidang lainnya. Misalnya pada industri pembuatan
kerupuk dan ikan asin yang memerlukan proses
penjemuran yang lama.
II. Teori
A. Definisi Atap
Atap adalah konstruksi utama dari sebuah
bangunan. Atap adalah bagian dari bangunan yang
berfungsi melindungi penghuni bangunan dari panas
matahari, angin yang terlalu kencang, hawa dingin
malam dan air hujan. Seiring dengan perkembangan
zaman, atap mulai mendapat sentuhan nilai estetika,
baik dalam perancangannya maupun dalam bentuk
dan fungsinya. Atap pada umumnya terbuat dari
bahan tanah liat.. Tentu saja atap dari bahan tersebut
memiliki massa yang cukup besar dan berbahaya jika
nantinya pecah dan mengenai orang di bawahnya.
Atap generasi selanjutnya terbuat dari bahan yang
ringan, yaitu bahan campuran dari plastik yang nama
jualnya adalah fiber. Bahan ringan ini lebih indah
dipandang dan tentunya tidak berbahaya saat jatuh
dan mengenai orang di bawahnya.
Dengan semakin berkembangnya pemikiran
manusia, atap dapat dimanfaatkan dalam berbagai
fungsi. Contohnya dalam bidang industri pengeringan
bahan makanan, industri pengeringan cat furniture,
dan juga dalam usaha pemberdayaan tanaman (green
house). Atap yang digunakan dalam bidang industri
biasanya harus dapat menjaga barang yang dijemur
dari air hujan dan dapat menerima paparan sinar
matahari dengan baik dalam proses penjemuran.
Dengan adanya atap otomatis, maka akan sangat
membantu kegiatan manusia dalam berbagai sektor.
Sistem atap otomatis yang akan dibuat menggunakan
sensor sebagai pengendali buka-tutup atap.
B. Motor DC
Gambar 1 Motor DC (Power Window)
(Sumber: http://exeagull.en.made-in-
china.com/product/BosJfbRThMhz/China-Power-
Window-Motor-ZD12404-.html)
Motor DC adalah motor yang mengubah
energi listrik searah menjadi energi penggerak. Motor
DC yang digunakan pada penelitian ini adalah motor
DC dari power window. Motor ini biasanya
digunakan untuk menggerakkan naik-turun kaca
jendela pada mobil. Pada penelitian ini motor
digunakan sebagai penggerak sirip atap. Motor DC
power window dipilih karena memiliki torsi yang
tinggi dan tegangan input yang rendah. Selain itu,
bentuk fisiknya ramping dan sudah dilengkapi
internal gear box sehingga memudahkan
pemasangannya.
Motor DC yang digunakan dalam penelitian
ini memiliki spesifikasi sebagai berikut.
1. Menggunakan tegangan 12 Volt sebagai sumber
tegangannya
2. Menggunakan arus ≤ 2,8 A saat tidak ada
beban, dan ≤ 9,0 A saat ada beban
3. Kecepatan putaran motor 90 rpm (80-100) saat
tidak ada beban
4. Torka = 3 N.M dan Stall Torque ≥ 9,0 N.M
5. Noise ≤ 55dB
C. LDR
LDR adalah suatu komponen elektronika
yang memiliki hambatan yang dapat berubah sesuai
perubahan intensitas cahaya. LDR adalah singkatan
dari Light Dependent Resistor atau Resistor yang
terpengaruh cahaya. Hambatan dari LDR akan
berkurang seiring semakin besarnya intensitas cahaya
yang mengenai permukaannya.
Gambar 2 Struktur LDR
D. Sensor Tetes Air Hujan
Rangkaian berikut ini adalah rangkaian
sensor hujan menggunakan PCB polos.
Gambar 3 Detektor Hujan Menggunakan PCB Sensor air yang digunakan pada rangkaian
ini dapat dibuat menggunakan PCB yang dibuat jalur
seperti yang ditunjukkan pada gambar dengan
menyablon jalur berdekatan antara masukan dan
keluaran. Masukan dihubungkan dengan pin
ATMega8, sedangkan keluaran dihubungkan dengan
ground. Prinsip penting dari sensor ini adalah ketika
sensor terkena air hujan maka jalur antara masukan
dan keluaran akan terhubung, sehingga nilai tegangan
di pin ATMega8 akan bernilai nol karena langsung
ter-ground-kan.
3
E. Relay Relay adalah sebuah saklar elektronis yang
dapat dikendalikan dari rangkaian elektronik lainnya.
Relay terdiri dari 3 bagian utama, yaitu :
1. Koil : lilitan dari relay
2. Common : bagian yang
tersambung dengan
NC (dalam keadaan
normal)
3. Kontak : terdiri dari NC dan
NO
Berikut ini jenis-jenis relay :
SPST
Single Pole Single Throw.
SPDT
Single Pole Double Throw. Terdiri dari 5 buah
pin, yaitu: (2) koil, (1) common, (1) NC, dan (1)
NO.
DPDT
Double Pole Double Throw. Setara dengan dua
buah saklar atau relay SPDT.
QPDT
Quadruple Pole Double Throw. Sering disebut
sebagai Quad Pole Double Throw, atau 4PDT.
Setara dengan 4 buah saklar atau relay SPDT
atau dua buah relay DPDT. Terdiri dari 14 pin
(termasuk 2 buah untuk koil).
F. Transistor NPN BD139
Transistor adalah suatu komponen yang
terbuat dari bahan semikonduktor yang merupakan
hasil perkembangan dari diode semikonduktor.
Transistor BD139 merupakan transistor berjenis NPN
yang karakteristiknya sebagai berikut .
1. VCB maksimum Collector-Base Voltage (IE= 0)
: 80 V
2. VCE maksimum Collector-Emitter Voltage (IB=
0): 80 V
3. VEB maksimum Emittor-Base Voltage (IC= 0): 5
V
4. IC maksimum Collector Current: 1.5 A
5. ICM Collector Peak Current: 3 A
6. IB Base Current: 0.5 A
Gambar transistor BD139 dapat ditunjukkan pada
gambar 2.4.
Gambar 4 Transistor BD139
(Sumber : BD135, BD137, BD139 Datasheet)
G. ATMega8
Secara garis besar, arsitektur mikrokontroler
ATMega8 terdiri dari :
23 saluran I/O (Port B, Port C, dan Port D)
6 Channel ADC (Analog to Digital Converter)
- 4 channel ketelitian 10 bit
- 2 channel ketelitian 8 bit
3 channel PWM
5 Sleep Modes : Idle, ADC Noise Reduction,
Power-save, Power-down, and Standby
3 buah timer/counter
Analog komparator
Real Time Counter dengan osilator eksternal
1K byte SRAM
512 byte EEPROM
8K byte Flash memory dengan kemampuan Read
While Write
Unit interupsi (internal & eksternal)
Port USART untuk komunikasi serial dengan
kecepatan maksimal 2,5Mbps
Konfigurasi pin-pin pada ATmega8 seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.5
Gambar 5 ATmega8
(Sumber: www.atmel.com)
VCC
Sebagai tegangan penyuplai.
Ground
Sebagai ground.
Port C (PC5..PC0)
Port C adalah port I/O 8-bit bi-
directional dengan resistor-resistor internal
pull-up. Buffer output port C mempunyai
karaketristik drive yang simetris dengan
kemampuan keduanya sink dan source yang
tinggi. Sebagai input, port C yang
mempunyai pull eksternal yang rendah akan
menjadi sumber arus jika resistor-resistor
pull-up diaktifkan. Pin-pin port C adalah tri-
state ketika kondisi reset menjadi aktif
sekalipun clock tidak aktif. Jika antarmuka
JTAG enable, resistor-resistor pull up pada
pin-pin PC5(TDI), PC3(TMS), PC2(TCK)
akan diaktifkan sekalipun terjadi reset.
Port D (PD7..PD0)
4
Port D adalah port I/O 8-bit bi-
directional dengan resistor-resistor internal
pull-up. Buffer output port D mempunyai
karakteristik drive yang simetris dengan
kemampuan keduanya sink dan source yang
tinggi. Sebagai input, port D yang
mempunyai pull eksternal yang rendah akan
menjadi sumber arus jika resistor pull-up
diaktifkan.
H. Power Supply
Rangkaian power supply adalah suatu
rangkaian yang digunakan untuk menyediakan
sumber daya dalam bentuk keluaran tegangan.
Tegangan yang dihasilkan disalurkan ke berbagai
rangkaian lain untuk mengaktifkan rangkaian-
rangkaian tersebut. Di sini diperlukan rangkaian
power supply DC +5 V dan DC +12 V yang
digunakan untuk menyediakan supply sebesar DC +5
V dan DC +12 V. Untuk rangkaian relay dibutuhkan
tegangan sebesar DC +12 V dari power supply dan
DC +12 V dari aki untuk menggerakkan motor DC,
sedangkan untuk rangkaian sistem minimum
mikrokontroler, dan rangkaian sensor hanya
membutuhkan tegangan sebesar DC +5 V.
I. Limit Switch
Limit Switch (saklar pembatas) adalah saklar
atau perangkat elektromekanis yang mempunyai tuas
aktuator sebagai pengubah posisi kontak terminal
(dari Normally Open/ NO ke Close atau sebaliknya
dari Normally Close/ NC ke Open). Posisi kontak
akan berubah ketika tuas aktuator tersebut terdorong
atau tertekan oleh suatu objek. Sama halnya dengan
saklar pada umumnya, limit switch juga hanya
mempunyai dua kondisi, yaitu menghubungkan atau
memutuskan aliran arus listrik. Dengan kata lain
hanya mempunyai kondisi ON atau OFF.
Namun sistem kerja limit switch berbeda
dengan saklar pada umumnya, jika pada saklar
umumnya sistem kerjanya akan diatur/ dikontrol
secara manual oleh manusia (baik diputar atau
ditekan). Sedangkan limit switch dibuat dengan
sistem kerja yang dikontrol oleh dorongan atau
tekanan (kontak fisik) dari gerakan suatu objek pada
aktuator, sistem kerja ini bertujuan untuk membatasi
gerakan ataupun mengendalikan suatu objek/ mesin
tersebut, dengan cara memutuskan atau
menghubungkan aliran listrik yang melalui terminal
kontaknya.
Gambar 6 Limit Switch
J. Mikrokontroler
Mikrokontroler dewasa ini menjadi booming
di bidang pendidikan terutama perguruan tinggi.
Mikrokontroler keluaran ATMEL memiliki beberapa
keperluan dengan tipenya meliputi ATtiny, AT90,
dan ATmega. Masing-masing tipe memiliki fitur
yang berbeda-beda. Mirokontroler sebagai sebuah
“one chip solution” pada dasarnya adalah rangkaian
terintregrasi (Integrated Circuit-IC) secara lengkap
berbagai komponen pembentuk sebuah komputer.
Berbeda dengan penggunaan mikroprosessor yang
masih memerlukan komponen luar tambahan seperti
RAM, ROM, Timer, dan sebagainya. Tambahan
komponen tersebut secara praktis hampir tidak
dibutuhkan lagi pada sistem mikrokontroler. Hal ini
disebabkan semua komponen penting tersebut telah
ditanam bersama dengan sistem prosessor ke dalam
IC tunggal mikrokontroler bersangkutan. Dengan
alasan itu sistem mikrokontroler dikenal juga dengan
istilah populer the real Computer On a Chip
(komputer utuh dalam keping tunggal). Sedangkan
sistem mikroprosesor dikenal dengan istilah yang
lebih terbatas yaitu Computer On a Chip (komputer
dalam keping tunggal). Berdasarkan fungsinya,
mikrokontroler secara umum digunakan untuk
menjalankan program yang bersifat permanen pada
sebuah aplikasi yang spesifik (misal aplikasi yang
berkaitan dengan pengontrolan dan monitoring).
Sedangkan program aplikasi yang dijalankan pada
sistem mikroprosesor biasanya bersifat sementara dan
berorientasi pada pengolahan data. Perbedaan fungsi
kedua sistem tersebut secara praktis mengakibatkan
kebutuhan minimal yang harus dipenuhi juga akan
berbeda (misal ditinjau dari kecepatan detak operasi,
jumlah RAM, panjang register, dan lain sebagainya).
Hampir tidak dapat disangkal, dewasa ini akan sukar
dijumpai seseorang yang masih menggunakan
komputer dengan mikroprosessor berbasis 8 atau 16
bit (misal mikroprosesor 8088 dan 8086 produk
perusahaan Intel).
III. Metode
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah
Research and Development. Menurut Sugiono
(2009:297) penelitian Research and Development
5
adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji
keefektifan produk tersebut. Secara umum, langkah-
langkah penelitian Research and Development
sebagai berikut:
1. merumuskan potensi dan masalah sebelum
melakukan penelitian;
2. mengumpulkan informasi yang dapat digunakan
sebagai bahan untuk perencanaan produk;
3. merancang bangun desain awal;
4. melakukan validasi desain terhadap rancangan
sistem kerja baru dan sistem kerja lama;
5. memeperbaiki rancang bangun setelah
melakukan validasi desain;
6. melakukan uji coba rancang bangun yang baru.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perum Pondok
Rindang C-105A Glanggang, Pakisaji Kabupaten
Malang (rumah peneliti). Waktu penelitian dilakukan
saat cuaca berganti dari panas ke hujan atau
sebaliknya.
Gambar 7 Denah Ruangan yang akan dipasang
Atap Otomatis
C. Langkah-Langkah Penelitian
Dalam melakukan penelitian Research and
Development terdapat tahap-tahap sebagai berikut,
1. Melakukan survey ke ruang penjemuran untuk
mengamati bagaimana penggunaan buka-tutup
atap di ruangan tersebut.
2. Pengembangan desain model dengan membuat
sistem otomatisasi pengendali gerak buka-tutup
atap yang akan diaplikasikan pada ruang
tersebut, dilanjutkan dengan penerapan uji coba
terbatas desain model dengan menerapkan
metode pengembangan (development). Setelah
ada perbaikan dari uji terbatas dilanjutkan
dengan uji yang lebih luas dengan metode
pengembangan (merevisi desain alat yang sudah
ada menjadi lebih efektif yaitu tahap II).
3. Melakukan validasi desain dengan metode
pengembangan setelah merevisi tahap II,
kemudian melakukan uji coba produk antara
sistem kerja alat lama dengan sistem kerja alat
baru.
D. Perancangan Instrumen
1) Diagram Blok Hardware
Pembuatan sistem otomatisasi buka-tutup
atap sirip ini memiliki 2 tahap utama, yaitu
perancangan perangkat keras dan perangkat lunak.
Perancangan perangkat keras meliputi perancangan
rangkaian sensor LDR, rangkaian relay sebagai
driver motor DC, dan rangkaian sistem minimum
ATMega8. Perancangan perangkat lunak meliputi
program berbasis bahasa Algorithma Builder yang
disuntikkan ke mikrokontroler ATMega8 untuk
mengatur aktifnya sensor yang nantinya akan
mengatur pergerakan sirip atap.
Diagram fungsional proses secara
keseluruhan beserta perencanaan perangkat keras
secara keseluruhan. Pada Gambar 3.2 ditunjukkan
blok diagram keseluruhan rangkaian.
Gambar 8 Diagram Blok Hardware
Untuk sensor digunakan satu buah LDR dan
satu lembar sensor tetes air hujan yang diletakkan
miring agar dapat mendeteksi tetes hujan pertama
jatuh secara maksimal.
1. Perancangan Rangkaian Sensor LDR dan
Sensor Tetes Air
Pada perancangan rangkaian sensor LDR,
dimodifikasi dengan memberikan dua buah transistor
tipe BD139 untuk menghindari nilai tegangan
keluaran antara 0V – 3V, sehingga keluaran yang
didapatkan hanya bernilai 0 V atu 3 V. Hal ini
bertujuan untuk pembacaan mikro dalam menentukan
logika bernilai 0 atau 1.
(a) (b)
Gambar 9 (a) Rangkaian Sensor LDR, (b) Sensor
Tetes Air (detektor hujan)
2. Perancangan Driver Motor DC
Motor DC biasa pada umumnya hanya
memiliki dua kabel (positif dan negatif). Pembuatan
driver motor DC cukup mudah, namun perlu
mempertimbangkan kebutuhan arus ketika motor
bergerak. Arus yang dibutuhkan sebuah motor akan
6
semakin besar dibandingkan kebutuhan arus ketika
dalam kondisi tanpa beban.
Gambar 10 Rangkaian Driver Motor DC
3. Perancangan Desain Atap dan Mekanisme
Gerak
Gambar 11 Desain Sirip Atap dan Mekanisme
Gerak (tampak samping)
4. Rangkaian Minimum Sistem Buka-Tutup
Atap Sirip Otomatis
Rangkaian minimum sistem buka-tutup atap
sirip otomatis ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 12 Rangkaian Minimum Sistem Buka-
Tutup Atap Sirip Otomatis
5. Perancangan Software Perancangan software dilakukan dengan
menghubungkan pin ATMega8 dengan masing-
masing fungsinya, yaitu :
Pin C.0 : Kaki 1 driver motor
Pin C.1 : Kaki 2 driver motor
Pin C.2 : LED indikator aktif tidaknya
perintah manual
Pin D.2 : Tombol tutup manual
(mempasifkan otomatis)
Pin D.4 : Sensor Tetes Air Hujan
Pin D.5 : Sensor LDR
Pin D.6 : Limit Switch buka
Pin D.7 : Limit Switch tutup
a. Flowchart Program Utama
Gambar 13 Flowchart Program Utama
b. Flowchart Program Menghentikan
Otomatisasi
Keterangan:
Atap Tertutup
Keterangan:
Atap Terbuka
7
Gambar 14 Flowchart Program Menghentikan
Otomatisasi
IV. Hasil dan Pembahasan Penelitian
Tabel 1 Hasil Pengujian Resistansi sensor LDR
Luxmeter (Lux) Resistansi (Ω)
460 220000
660 215600
860 204800
1060 194600
1260 190000
1460 182600
1660 177800
1860 174600
2060 167800
2260 166600
2460 158000
2660 152400
2860 146000
3060 143200
3260 138600
3460 134400
3660 128000
3860 126000
4060 120200
4260 117600
4460 117200
4660 116200
4860 115800
5060 114800
5260 114600
5460 113800
5660 112600
5860 111000
6060 108200
6260 106000
6460 104800
6660 104000
6860 103600
7060 103200
7260 102200
7460 101000
7660 100400
7860 99800
8060 99400
8260 98800
8460 98000
8660 97400
8860 96400
9060 96000
9260 95200
9460 93800
9660 93400
9860 92200
10060 90800
10260 90200
10460 88400
10660 87800
10860 87200
11060 86200
11260 86400
11460 85800
11660 85200
11860 84200
12060 83400
12260 83000
12460 81800
12660 81200
12860 80800
13060 80200
8
13260 78200
13460 77800
13660 77000
13860 76000
14060 74600
14260 73800
14460 73000
14660 73000
14860 70000
15060 68600
15260 64000
15460 63200
15660 62600
15860 61800
16060 60800
16260 60200
16460 58000
16660 57400
16860 57000
17060 56200
17260 55800
17460 55600
17660 53400
17860 51000
18060 50000
18260 48200
18460 47800
18660 47200
18860 46800
19060 46200
19260 46200
19460 45800
19660 45000
19860 44400
20060 44000
Tabel 2 Hasil Pengujian Sensor Tetes Air
No. Perlakuan Pada
Sensor Tegangan (V)
1. Tidak ditetesi air + 5V
2. Ditetesi air 0 V
Tabel 3 Hasil Pengujian Driver Motor DC
Pin 1 (Volt) Pin 2 (Volt)
Arah Putar
Motor
+5V 0 V Searah jarum jam
0 V +5V Berlawanan jarum
jam
0 V 0 V STOP
Tabel 4 Hasil Pengujian Rangkaian Keseluruhan
LDR Tetes
Air
Arah Putar
Motor
Kondisi
Atap
Terang Tidak
ada
Searah jarum
jam Buka
Terang Ada Berlawanan Tutup
Gelap Tidak
ada Berlawanan Tutup
Gelap Ada Berlawanan Tutup
Secara keseluruhan sistem ini dimulai
dengan pembacaan sensor LDR terhadap intensitas
cahaya yang ditunjukkan pada perubahan nilai
tegangan keluaran, dan pada penentuan ada tidaknya
tetes air yang jatuh mengenai sensor tetes air hujan.
Hasil sensing dari kedua sensor ini
selanjutnya akan dibaca oleh mikro sebagai logika 1
atau logika 0. Hasil pembacaan ini akan mengontrol
buka-tutupnya atap. Pada bagian depan rangka atap
dipasang limit switch untuk mendeteksi apakah atap
sudah tertutup secara sempurna, hal ini dimaksudkan
untuk menghentikan laju putar motor. Demikian pula
pada bagian belakang terdapat limit switch untuk
mendeteksi terbukanya atap. Untuk kondisi tertentu
yang membutuhkan atap ditutup, sementara kondisi
luar membuat atap secara otomatis terbuka, dapat
menggunakan tombol manual yang bertujuan
menutup atap dan disaat bersamaan akan
mempasifkan sensor. Otomatisaasi atap dapat
kembali berjalan dengan menekan tombol manual ini
sekali lagi.
V. Penutup
A. Kajian Produk yang Telah Direvisi
Rangkaian sensor LDR dapat menerima dan
merespon perubahan intensitas cahaya. Pada 320 Lux
sampai 5920 Lux, atap akan tertutup. Sedangkan pada
intensitas mulai dari 6120 Lux, atap akan terbuka.
Sensor tetes air hujan akan segera berubah nilai
tegangannya ketika dalam kondisi terkena tetesan air.
Tegangan 0 Volt pada kondisi kering (tidak ada
tetesan air), dan +5 Volt pada kondisi basah (ada
tetesan air).
Kedua sensor ini telah akan mengontrol
buka-tutup atap secara otomatis. Atap akan terbuka
ketika kedua sensor bernilai logika 1, yang artinya
kondisi cuaca panas dan tidak ada tetes air hujan.
Sedangkan atap akan tertutup ketika salah satu atau
9
keduanya bernilai logika 0 (hujan, gelap atau
keduanya).
VI. Saran
1. Penambahan jumlah sensor tetes air hujan yang
disebar dibeberapa titik akan membantu
menambah kesensitifan atap sirip saat pertama
kali tetes air hujan turun.
2. Penggunaan material atap yang lebih awet
sehingga atap dapat digunakan untuk jangka
waktu yang panjang.
3. Penambahan bantalan pada tepi sirip atap yang
akan meredam kebisingan dari suara sirip atap
yang bergerak menutup.
4. Hendaknya diberikan alarm sebagai penanda
atap sedang terbuka atau tertutup.
VII. Daftar Pustaka
Danel, Gusrizam.2012. Otomatisasi Keran Dispenser
Berbasis Mikrokontroler. Jurnal Fisika
Unand, 1(1):62
Harjunowibowo, Dewanto.2010. Model Panel Surya
Cerdas dengan Sensor Pelacak Cahaya
Matahari Otomatis BerbasisMikrokontroler.
Jurnal Berkala Fisika, 13 (2): B7-B14
Lab Fisika Dasar, 2010. Petunjuk Praktikum Fisika
Dasar I. Malang: Fakultas MIPA
Universitas Negeri Malang.
Lab Elin, 2010. Petunjuk Praktikum Elektronika
Dasar I. Malang: Fakultas MIPA
Universitas Negeri Malang.
Lab Elin, 2010. Petunjuk Praktikum Elektronika
Dasar II. Malang: Fakultas MIPA
Universitas Negeri Malang.
Tim Penyiapan Naskah. 2010. Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah Edisi Kelima. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Taryo, 2011. Rangkaian Sensor/Detektor Hujan
Menggunakan IC 555. Rangkaian
Elektronika Untuk Hobby.
Ibrahim, KF. 1996. Teknik Digital. Yogyakarta:
ANDI Offset
Sutrisno. 1987. Elektronika: Teori dan
Penerapannya. Bandung: ITB.
http://lionjogja.20m.com/relay.html (diakses tgl 7
Juni 2014)
Pasaribu, Alex. 2009. Aplikasi Mikrokontroler
AT89S51 Untuk sistem Pengatur Buka/Tutup
Atap dan Pemanas Ruangan. Universitas
Sumatra Utara (skripsi tidak diterbitkan)