raja ampat 3.docx

5
 2.3. Kondisi Sosial Budaya a. Kependudukan Berikut ini ditampilkan tabel jumlah penduduk pada kabupaten raja ampat dari tahun 2010 sampai dengan 2012 Sumber : BPS b. Aktivitas Sehari-Hari Sumber BPS Sebagian besar penduduk di Kabupaten Raja Ampat memiliki mata pencaharian sebagai nelayan (sekitar 80%) dan petani. Disamping itu juga terdapat pedagang, pengusaha kayu, pegawai negeri sipil, guru, tokoh agama dan pencari kerja. Mata pencaharian sebagai nelayan merupakan mata pencaharian pokok yang dianggap memberikan hasil bagi penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kegiatan  penangkapan ikan ini dilakukan, baik pada siang hari maupun malam hari dan umumnya masih secara tradisional. Meskipun penduduk di Kabupaten Raja Ampat mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan, namun potensi  perikanan yang begitu besar masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat.  Nelayan-nelayan lokal menggunakan peralatan tangkap yang sangat sederhana sehingga kalah bersaing dengan kapal nelayan asing yang beroperasi di wilayah tersebut. Pada tahun 2000 tercatat sekitar 2.400 kapal asing yang  beroperasi di perairan Raja Ampat dan sekitarnya. 2.3.1. Tradisi Setempat 1. Tradisi Sasi (Samson) Tradisi Sasi (samson) merupakan sebuah aturan tidak tertulis masyarakat adat yang melarang untuk melakukan penangkapan hewan laut dalam waktu tertentu. Dalam bahasa modern bisa dirumuskan dalam istilah konservasi. idak saja untuk jenis ikan tetapi juga untuk biota laut didalamnya seperti terumbu karang, teripang, lobster dan lola (sejenis kerang la ut).Biasaya pelarangan penangkapan hewan laut itu bisa memakan waktu hingga 24 bulan. Setelah itu barulah masyarakat diperboleh melakukan penangkapan ikan yang dilakukan secara serempak. Kegiatan yang mirip dengan masa panen ikan dan hasil laut lainnya itu juga dibatasi oleh waktu tertentu, biasanya tidak lebih dari 1 bulan. Pelaksanaan upacara adat di mulai ketika seorang Mirinyo (pimpinan upacara) membacakan mantra yang ditunjukan kepada para penjaga laut. Suku Matbat percaya bahwa para penjaga laut itulah yang memberikan kesuburan kepada mahluk hidup laut sehingga hasilnya akan berlimpah. Mantra-mantra dibacakan saat matahari terbit, Mirinyo berdiri di depan kampung dan menghadap laut lalu menancapkan tanda larangan yang disebut Gasamsom. Tanda larangannya berupa batang pohon sa lam yang daunnya di pangkas. Cabang dan rantingnya dibiarkan utuh untuk menggantungkan sesajen seperti Sababete  berupa rokok, pinang, tembakau, dan carik-carik kain bewarna merah. Mirinyo juga menancapkan dua buah Gasamsom pada ujung-ujung kampung dan semuanya menghadap ke laut. Disaat itulah larangan berlaku dan setiap penduduk asli ataupun pendatang dilarang untuk mengambil hasil laut hingga Sasi atau Samsom selesai. Untuk yang melanggar aturan, jika dahulu diberikan hukuman  berupa cambuk dan pasung, namun saat ini diganti dengan pekerjaan-pekerjan yang bermanfaat untuk kepentingan sosial.Dalam tradisi sasi tidak adanya pengawasan oleh pemerintahan adat hanya saja ini merupakan menjadi tanggung jawab seluruh warga. Dengan maksud bagi warga yang melihat pelanggaran wajib melaporkan kepada pemimpin adat. Dengan menerapkan tradisi Sasi, masyarakat dapat menikmati hasil tangkapan laut yang jauh lebih  banyak. Karena sejatinya tradisi tersebut telah memberikan waktu bagi biota laut untuk berkembangbiak dengan  baik sehingga tetap terjaga kesinambungannya. 2. tradisi Suku Biak : Dalam Pesta Meneguhkan Bersama Penduduk raja ampat terdiri atas beberapa suku salah satunya adalah Kini Suku Biak membawa tradisi    tradisi secara turun temurun dari leluhurnya dengan menuangkan dalam setiap gerak kehidupannya dalam sebuah lagu dan pesta.

Upload: dian-latifa

Post on 08-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

2.3. Kondisi Sosial Budaya a. Kependudukan Berikut ini ditampilkan tabel jumlah penduduk pada kabupaten raja ampat dari tahun 2010 sampai dengan 2012 Sumber : BPSb. Aktivitas Sehari-Hari Sumber BPSSebagian besar penduduk di Kabupaten Raja Ampat memiliki mata pencaharian sebagai nelayan (sekitar 80%) dan petani. Disamping itu juga terdapat pedagang, pengusaha kayu, pegawai negeri sipil, guru, tokoh agama dan pencari kerja. Mata pencaharian sebagai nelayan merupakan mata pencaharian pokok yang dianggap memberikan hasil bagi penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kegiatan penangkapan ikan ini dilakukan, baik pada siang hari maupun malam hari dan umumnya masih secara tradisional.Meskipun penduduk di Kabupaten Raja Ampat mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan, namun potensi perikanan yang begitu besar masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat. Nelayan-nelayan lokal menggunakan peralatan tangkap yang sangat sederhana sehingga kalah bersaing dengan kapal nelayan asing yang beroperasi di wilayah tersebut. Pada tahun 2000 tercatat sekitar 2.400 kapal asing yang beroperasi di perairan Raja Ampat dan sekitarnya.2.3.1. Tradisi Setempat1. Tradisi Sasi (Samson)Tradisi Sasi (samson) merupakan sebuah aturan tidak tertulis masyarakat adat yang melarang untuk melakukan penangkapan hewan laut dalam waktu tertentu. Dalam bahasa modern bisa dirumuskan dalam istilah konservasi. idak saja untuk jenis ikan tetapi juga untuk biota laut didalamnya seperti terumbu karang, teripang, lobsterdan lola (sejenis kerang laut).Biasaya pelarangan penangkapan hewan laut itu bisa memakan waktu hingga 24 bulan. Setelah itu barulah masyarakat diperboleh melakukan penangkapan ikan yang dilakukan secara serempak. Kegiatan yang mirip dengan masa panen ikan dan hasil laut lainnya itu juga dibatasi oleh waktu tertentu, biasanya tidak lebih dari 1 bulan.Pelaksanaan upacara adat di mulai ketika seorang Mirinyo (pimpinan upacara) membacakan mantra yang ditunjukan kepada para penjaga laut. Suku Matbat percaya bahwa para penjaga laut itulah yang memberikan kesuburan kepada mahluk hidup laut sehingga hasilnya akan berlimpah.Mantra-mantra dibacakan saat matahari terbit, Mirinyo berdiri di depan kampung dan menghadap laut lalu menancapkan tanda larangan yang disebut Gasamsom. Tanda larangannya berupa batang pohon salam yang daunnya di pangkas. Cabang dan rantingnya dibiarkan utuh untuk menggantungkan sesajen seperti Sababete berupa rokok, pinang, tembakau, dan carik-carik kain bewarna merah. Mirinyo juga menancapkan dua buah Gasamsom pada ujung-ujung kampung dan semuanya menghadap ke laut.

Disaat itulah larangan berlaku dan setiap penduduk asli ataupun pendatang dilarang untuk mengambil hasil laut hingga Sasi atau Samsom selesai. Untuk yang melanggar aturan, jika dahulu diberikan hukuman berupa cambuk dan pasung, namun saat ini diganti dengan pekerjaan-pekerjan yang bermanfaat untuk kepentingan sosial.Dalam tradisi sasi tidak adanya pengawasan oleh pemerintahan adat hanya saja ini merupakan menjadi tanggung jawab seluruh warga. Dengan maksud bagi warga yang melihat pelanggaran wajib melaporkan kepada pemimpin adat.Dengan menerapkan tradisi Sasi, masyarakat dapat menikmati hasil tangkapan laut yang jauh lebih banyak. Karena sejatinya tradisi tersebut telah memberikan waktu bagi biota laut untuk berkembangbiak dengan baik sehingga tetap terjaga kesinambungannya.2. tradisi Suku Biak : Dalam Pesta Meneguhkan Bersama

Penduduk raja ampat terdiri atas beberapa suku salah satunya adalah Kini Suku Biak membawa tradisi tradisi secara turun temurun dari leluhurnya dengan menuangkan dalam setiap gerak kehidupannya dalam sebuah lagu dan pesta.

Suku Biak menyebutkan pusat kehidupan merupakan lagu dan pesta dengan istilah Munara atau Wor Biak. Jika seorang di undang untuk mengambil bagian dalam pesta, menari, dan bernyanyi, ia harus datang. Kehadiran seseorang dalam sebuah Wor menunjukan kepedulian terhadap sesama, memperkuat persatuan, dan juga merasakan apa yang dirasakan orang lain.

Pesta ini terbagi dalam dua bagian, Wor Sraw yang berarti pesta kecil, dan Munara atau Wor Veyeren artinya pesta besar. Kata Munara atau Wor mengandung pengertian pesta. Terdapat 18 pesta kecil atau Wor Sraw dalam Suku Biak dan 11 pesta besar Munara atau Wor Veyeren.

Munara isya vave oser er mnu isya kako.Semangat kebersamaan, rasa kasih sayang, dan rasa memiliki terhadap kampung menunjukan bahwa Muara atau Wor Biak merupakan cara atau kearifan lokal Suku Biak untuk menjawab segala rintangan kehidupan.Itulah sebabnya orang Biak percaya malaksanakan upacara Wor akan mendatangkan rejeki dan berkah bagi keluarga dan masyarakat sekitar. Jika tidak, sistem kehidupan dan aktivitas hidup orang Biak akan lumpuh total.(Febriant, 2012)

3. Kuliner Khas Raja Ampat

Para Warga setempatRaja Ampatsebagian bekerja sebagai nelayan dan petani tradisional. Mereka kebanyakan masih bertahan pada cara hidup tradisional, makan makanan tradisional yang disiapkan dengan cara yang tradisional.1. MumuMumu adalah masakan tradisional yang namanya diambil dari nama tempat memasak warga setempat; dikombinasikan dengan daging babi, ubi manis, nasi dan sayuran. Mumu dimasak di atas batu yang sangat panas. Barapen Ayam ala Walesi adalah salah satu makanan adat Papua yang sangat terkenal, Walesi sendiri adalah nama dari salah satu suku Wamena. Mereka menggantikan daging babi dengan daging ayam, karena mayoritas penduduk Wamena adalah Muslim.Cara memasaknya adalah dengan menggunakan batu yang dibakar hingga merah, menaruhnya didalam drum yang sudah ditanam di dalam tanah. Setelah itu,baru ditaruh ubi manis, dan sayuran. Lalu, daging ayam yang sudah diberi bumbu, siram daging ayam, ubi manis dan sayuran dengan minyak.Kemudian tutup drum dengan plastik tebal yang tahan panas.

2. PapedaPapeda dibuat dari tepung sagu. Makanan ini sangat populer bagi masyarakat pantai atau daerah dataran rendah. Untuk membuatnya relatif mudah, cukup dengan menuangkan air panas ke dalam tepung sagu, aduk berulang kali hingga kental dan memiliki penampilan seperti lem. Menikmati papeda dengan bumbu kuning atau hidangan ikan asam atau yang lainnya (opsional) ditambah dengan sambal akan terasa sangat lezat.

3. 'MILO' Milo (minuman lokal) alkohol yang diproses dari kelapa murni. Minuman yang dapat memabukan, relatif mudah untuk membuatnya (Debra, 2013).4. Cacing Laut goreng (wawo)Makanan ini diolah dari bahan dasar cacing laut yang digoreng sampai kering menyerupai keripik. Makanan lain yang cukup terkenal di Raja Ampat dan berbahan dasar dari laut adalah Ikan Sup Kuning. Masakan ini bukan hanya terkenal di wilayah Raja Ampat saja namun juga hampir disetiap wilayah pesisir Pantai Papua Barat.5. Sate Ulat saguUlat Sagu ini di dapatkan dari tempat hidupnya di batang pohon sagu yang telah menua. Di masyarakat asli papua yang tlah terbiasa hidup di alam, ulat sagu ini seringkali dikonsumsi langsung dari pohonnya tanpa diolah terlebih dahulu. Dalam perkembangan penyajiannya saat ini ulat sagu ini seringkali diolah dengan cara dibakar menyerupai sate. Rasa gurih dan asin yang keras merupakan ciri dari ulat sagu ini.

6. Sup Ikan Kuning Makanan ini merupakan Makananpelengkap papeda. Sebagai salah satu penghasil ikan terbanyak di nusantara, warga Raja Ampat cukup lihai memasak ikan kuah kuning supaya lezat. Ikan kuah kuning adalah sebuah masakan yang berbahan dasar ikan dan berkuah kuning. Bahan dasar masakan ini adalah ikan cakalang atau tuna. Ikan kuah kuning memang menjadi ikon makanan enak di Papua dan juga Maluku.

2.3.4.Pasar tradisional1. pasar tradisional Waisai

Belanja di pasar tradisional waisai2.3.5. bangunan dan monumen bersejarah1. Monumen KatulistiwaMonumen ini terletak titik 0 kilometer di Pulau Kawe,diresmikan 20 mei 2014 2. Monumen Icon Raja Ampat

3. Tugu Selamat Datang Raja Ampat terletak di kotaWaisai, ibukota Kabupaten Raja Ampat

2.3.6 Peninggalan Purbakala 1. Gua tengkorak di teluk kabui Teluk Kabui berada di sekitar Pulau Waigeo dan Pulau Gam, Raja Ampat, Papua. Gua ini diyakini sebagai makam leluhur Raja Ampat, Di gua tersebut banyak terdapat tengkorak manusia yang berserakan.

Gua tengkorak Kabui4. Situs Lukisan Di Tepi Pantai Raja Ampat Situs ini berbentuk telapak tangan berdarah di dinding alam.

Situs Lukisan di Tepi Pantai Raja Ampat

4.3.7. Kesenian 1. Tarian dan musik TradisionalKabupaten Raja Ampat memiliki beragam tarian tradisional. Sebut saja Tari Yospan sebuah tarian pergaulan atau persahabatan, Tari Wairon tari perang, dan Tari Kuda Lumping. Sementara tari-tarian khasnya antara lain Tari (Setan) Gemutu sebuah tarian khas dari Pulau Misool yang biasanya dilakukan saat warga ingin melakukan pemberkatan terhadap sebuah rumah atau gedung yang baru dibangun, Tari Lalayon, Tari Lenso, Tari Akar Bone, dan masih banyak lagi. Ada juga tarian yang berfungsi sebagai sambutan Tarian Wor, Main Moun, Tarian Batpo, Tarian Yako dan kesenian Suling Tambur Setiap tarian di Raja Ampat memiliki makna, maksud dan tujuan yang berbeda-beda

Tarian kolosal Harmonisasi Raja Ampat dalam acara puncak Festival Sail Raja Ampat 2014

Ciri umum dari seni tari dan musik dari Raja Ampat adalah gerakan tarian yang umumnya ditampilkan dengan bersemangat serta diiringi oleh alat musik perkusi khas papua yang bernama Tifa, gong (mambokon) dan tambur (bakulu). Selain alat musik perkusi, alat musik bersenar seperti gitar dan alat musik tiup seperti seruling dan alat musik tiup dari kerang laut juga sering digunakan untuk mengiringi tarian.

. Suku Wawiyai (Wauyai)2. Suku Kawe3. Suku Laganyan4. Suku Ambel (-Waren)5. Suku Batanta6. Suku Tepin7. Suku Fiat, Domu, Waili dan Butlih8. Suku Moi (Moi-Maya)9. Suku Matbat10. Suku Misool11. Suku Biga12.Suku Biak